perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id implementasi ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK MEBEL PADA PERAJIN MEBEL DESA SERENAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh: ENDAH DWI JAYANTI K 7408084 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: vodung

Post on 26-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI

ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK MEBEL PADA

PERAJIN MEBEL DESA SERENAN KECAMATAN JUWIRING

KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Oleh:

ENDAH DWI JAYANTI

K 7408084

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI

ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN HARGA POKOK MEBEL PADA

PERAJIN MEBEL DESA SERENAN KECAMATAN JUWIRING

KABUPATEN KLATEN

Oleh:

ENDAH DWI JAYANTI

K 7408084

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Akuntansi Program

Studi Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRAK

Endah Dwi Jayanti. IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTINGSYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM PENENTUAN HARGAPOKOK MEBEL PADA PERAJIN MEBEL DESA SERENANKECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN. Skripsi. Surakarta:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) cara penentuan hargapokok mebel yang dilakukan oleh perajin mebel desa Serenan, (2) caraperhitungan harga pokok mebel dengan menggunakan activity based costingsystem pada perajin mebel desa Serenan, dan (3) mengetahui apakah adaperbedaan besarnya harga pokok mebel antara perhitungan yang dilakukan olehperajin mebel desa serenan dengan perhitungan dengan metode activity basedcosting system.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakanmetode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalahpurposive sampling (sampel bertujuan), dimana sampel yang diambil tidakditentukan pada jumlah sampel melainkan pada kualitas informasi yang dapatdiperoleh dan dipandang memiliki data yang penting berkaitan denganpermasalahan yang dihadapi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalahwawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik validitas data yang digunakanadalah triangulasi dengan sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalahteknik analisis data model interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) perajin mebeldesa Serenan telah menerapkan perhitungan harga pokok pada setiap produk yangdihasilkan dari kegiatan produksinya dan telah menjadi rumusan yang caraperhitungannya adalah dengan menjumlahkan tiap komponen perhitungan hargapokok yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Perhitunganharga pokok produk Kursi Jepang yang dilakukan oleh bapak Supriyantomenghasilkan harga pokok senilai Rp102.000,00 per unit. (2) Perhitungan hargapokok Kursi Jepang dengan menggunakan metode activity based costing systemdilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama, biaya ditelusur ke aktivitas yangmenimbulkan biaya, pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overheadditelusuri ke produk, kemudian harga pokok produksi diperoleh denganmenjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overheadpabrik dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan. Perhitungan hargapokok Kursi Jepang menghasilkan perhitungan harga pokok per unit sebesar Rp107.176,00. (3) Terdapat perbedaan antara perhitungan harga pokok Kursi Jepangdengan metode yang diterapkan perajin dengan menggunakan metode activitybased costing system. Metode activity based costing system menghasilkanperhitungan harga pokok produksi yang lebih besar dibandingkan metode yangdigunakan perajin mebel desa Serenan karena pada perhitungan activity basedcosting system, setiap biaya yang ditimbulkan oleh aktivitas produksi mebelsecara keseluruhan diperhitungkan dengan jelas sehingga menghasilkankomponen biaya yang lebih banyak. Hal ini membuat harga pokok produksi yangdihasilkan mencerminkan penggunaan biaya yang sesungguhnya terjadi.

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRACT

Endah Dwi Jayanti. IMPLEMENTATION OF ACTIVITY BASEDCOSTING SYSTEM AS AN ALTERNATIVE OF FURNITUREPRODUCTION COST SYSTEM ON THE FURNITURE CRAFTSMAN INSERENAN JUWIRING KLATEN. Thesis. Surakarta: Faculty of TeacherTraining And Education Sebelas Maret University of Surakarta. July 2012.

The purposes of this research are to evaluate (1) method of determiningthe cost of furniture made by furniture craftsman in Serenan (2) method ofcalculating the cost of furniture by using activity based costing system infurniture craftsman in Serenan (3) find out if there is difference between thecalculation of the cost of furniture made by furnitures craftsman in serenan andcalculation by activity based costing method.

In accordance with the purposes of the research, this research usesdescriptive qualitative research method. Sampling tehnique used was purposivesampling, wich taken samples are taken is not determined by the number ofsample but by the quality of information wich can be received and has consideredhaving significant data dealing with the issue. Data coltecting tehniques used wereinterviews, observations, and documentations. Data validity tehniques used istriangulation with informan. Data analysis tehniques used is the interactive dataanalysis technique.

Based on the research results can be concluded that (1) furniturescraftsman in Serenan was applied cost price calculation for every product wichproduced and has been a system of calculation formula of wich the calculation issumming each of the components comprising the cost price consist of materialcosts and labor costs. The cost calculation of cost pricing of the “Kursi Jepang”producted by Mr. Supriyanto result in a cost price of Rp 102.000,00 for everyunit. (2) The cost calculation of “Kursi Jepang” product using the activity basedcosting system method is performed in two steps. First step, costs traced to theactivities that cause of costs, the second step, the overhead costs of each grouptraced to the products, then the cost of production is obtained by summing the costof raw materials, direct labor cost and factory overhead costs then divided by thenumber of units of product produced. The cost calculation of “Kursi Jepang”product result in a cost price of Rp 107.176,00 for every unit. (3) There is adifference between the cost calculation method applied to the “Kursi Jepang”using the method used by furniture craftsman and using activity based costingsystem method. Activity based costing system method made a higher productioncost price calculation compared to the method used by the furniture craftsman,this case was due to the incurred cost of the produtc was detailed. It makes theresulted production cost price reflects the actual usage cost.

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

MOTTO

“Kebanggaan terbesar kita bukanlah tidak pernah gagal, tapi bangkit kembali

saat kita jatuh”.

(Muhamad Ali)

”Tiga hal yang membuat orang bahagia di dunia ini, yaitu: seseorang untuk

dicintai, sesuatu untuk dilakukan dan sesuatu untuk diharapkan.”

(Frederick E. Crane)

“Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat

menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika

kesempatan bertemu dengan kesiapan.”

(Thomas A. Edison)

“Do what you love and love what you do and you will find what you want”(Penulis)

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi Ini ku persembahkan kepada:

a. Ibu dan Bapak yang ku cintai, terimakasih atas

segala pengorbanan dan doa.

b. Adiku, Andri dan Riko, terima kasih atas

bantuan yang telah diberikan selama penulisan

skripsi ini.

c. Dr. Sulisaningsih, M.Bus dan Muhtar, S.Pd,

M.Si, terimakasih atas bimbingan yang telah

diberikan.

d. Adi Purnomo, terimakasih atas keceriaan,

nasihat, dan motivasi yang telah diberikan.

e. Almamaterku.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur prnulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Implementasi Activity

Based Costing System Sebagai Alternatif Sistem Penentuan Harga Pokok Mebel

pada Perajin Mebel Desa Serenan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana pada Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Program Studi Ekonomi,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah menyetujui penyusunan skripsi.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi yang telah memberikan ijin penulisan skripsi.

4. Dr. Susilaningsih, M. Bus., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dengan bijaksana.

5. Muhtar, S.Pd, M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan,

semangat dan bimbingan dengan baik.

6. Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Akuntansi atas semua ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada

penulis.

7. Bapak Akip, selaku Kepala Desa Serenan yang telah memberi ijin kepada

penulis untuk melakukan penelitian di desa Serenan.

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

8. Bapak Supriyanto, ST., selaku pemilik Aristo Furniture, yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ditempat usaha

mebelnya.

9. Bapak, Ibu dan Keluarga Tercinta yang selalu memberikan dorongan baik

moril maupun spiritual, dan curahan kasih sayang serta doa yang tak henti-

hentinya mengiringi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman sepermainan, Herlambang, Listari, Febtiana, Intan, Lidya dan

Nurviyanti, terimakasih atas semangatnya.

11. Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2008.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi

HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix

KATA PENGANTAR.................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A...............................................................................................

Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. .............................................................................................. Rum

usan Masalah ................................................................................ 5

C. .............................................................................................. Tujua

n Penelitian.................................................................................... 5

D............................................................................................... Manf

aat Hasil Penelitian........................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7

A.................................................................................................. Kaji

an Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan .................................... 7

1. .......................................................................................... Aku

ntansi Biaya dalam Penentuan Harga Pokok Produksi ............. 7

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

a. ...................................................................................... Aku

ntansi Biaya .......................................................................... 7

b. ...................................................................................... Kon

sep Biaya .............................................................................. 9

2. .......................................................................................... Sist

em Akuntansi Biaya Konvensional ........................................... 12

a. ...................................................................................... Pen

gartian Sistem Akuntansi Biaya Konvensional .................... 12

b. ...................................................................................... Per

hitungan Harga Pokok dengan Pendekatan

Konvensional.............................................................................. 13

3. .......................................................................................... Per

hitungan Harga Pokok dengan Pendekatan Activity

Based Costing System ............................................................... 16

a. ...................................................................................... Pen

gertian Activity Based Costing System ................................. 16

b. ...................................................................................... Seja

rah Activity Based Costing System ....................................... 17

c. ...................................................................................... Fal

safah yang melandasi Activity Based Costing System.......... 18

d. ...................................................................................... Akt

ivitas Sebagai Pemacu Timbulnya Biaya ............................. 19

e. ...................................................................................... Lan

gkah-Langkah Perhitungan Harga Pokok dengan

Menggunakan Activity Based Costing System...................... 21

f........................................................................................ Keu

ntungan Activity Based Costing System................................ 23

4. .......................................................................................... Has

il Penelitian yang Relevan......................................................... 24

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

B. ................................................................................................. Ker

angka Pemikiran............................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 29

A................................................................................................ Te

mpat dan Waktu Penelitian .............................................................. 29

1. .......................................................................................... Te

mpat Penelitian.......................................................................... 29

2. .......................................................................................... Wa

ktu Penelitian............................................................................. 30

B. ............................................................................................... Pen

dekatan dan Jenis Penelitian............................................................. 30

1. .......................................................................................... Pen

dekatan penelitian...................................................................... 30

2. .......................................................................................... Jeni

s Penelitian ................................................................................ 32

C. ............................................................................................... Dat

a dan Sumber Data ........................................................................... 32

1. .......................................................................................... Dat

a ................................................................................................. 32

2. .......................................................................................... Su

mber Data .................................................................................. 32

D................................................................................................ Tek

nik Pengambilan Sampel .................................................................. 34

E. ............................................................................................... Pen

gumpulan Data ................................................................................. 36

1. .......................................................................................... Wa

wancara ..................................................................................... 36

2. .......................................................................................... Obs

ervasi ......................................................................................... 37

3. .......................................................................................... Dok

umentasi .................................................................................... 37

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

F. ............................................................................................... Uji

Validitas Data................................................................................... 38

G................................................................................................ Ana

lisis Data........................................................................................... 39

H................................................................................................ Pro

sedur Penelitian ................................................................................ 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 43

A. Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................... 43

1. ........................................................................................ Kead

aan Geografis Desa Serenan................................................... 43

2. ........................................................................................ Kead

aan Demografis Desa Serenan ............................................... 43

a. .................................................................................. Juml

ah Penduduk.................................................................... 43

b. .................................................................................. Kom

posisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian.................. 44

c. .................................................................................. Kom

posisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............... 44

3. ....................................................................................... Temp

at Penelitian........................................................................... 45

a. .................................................................................. Sejar

ah perusahaan.................................................................. 45

b. .................................................................................. Struk

tur kepegawaian .............................................................. 46

c. .................................................................................. Admi

nistrasi dan Perijinan....................................................... 46

d. .................................................................................. Inven

taris usaha........................................................................ 46

e. .................................................................................. Perle

ngkapan usaha ................................................................. 48

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

f. .................................................................................. Tana

h dan Bangunan............................................................... 48

g. .................................................................................. Gam

baran Umum Pasar .......................................................... 48

h. .................................................................................. Prod

uk dan Proses Produksi ................................................... 49

B. ............................................................................................ D

eskripsi Masalah Penelitian ........................................................ 54

1................................................................................... P

erhitungan Harga Pokok Mebel Oleh Perajin Mebel

Desa Serenan................................................................... 55

2................................................................................... P

erhitungan Harga Pokok Produk Mebel Dengan

Metode Activity Based Costing System ......................... 57

C. ............................................................................................ Pemb

ahasan.......................................................................................... 58

1................................................................................... P

erhitungan Harga Pokok Mebel yang Dilakukan

Oleh Perajin Mebel Desa Serenan .................................. 58

2................................................................................... P

erhitungan Harga Pokok Mebel dengan Metode

Activity Based Costing System ...................................... 61

3................................................................................... P

erbandingan Perhitungan Harga Pokok yang

Dilakukan oleh Perajin Mebel Desa Serenan dengan

Metode Activity Based Costing System ......................... 76

BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 82

A............................................................................................. Simp

ulan.............................................................................................. 82

B. ............................................................................................ Impli

kasi ............................................................................................. 83

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

C............................................................................................. Saran

.................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87

LAMPIRAN ................................................................................................... 89

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian.................................................................. 30

4.1 Komposisi Penduduk Desa Serena Berdasarkan Mata Pencaharian......... 44

4.2 Komposisi Penduduk Desa Serena Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 45

4.3 Peralatan Usaha Aristo Furniture .............................................................. 47

4.4 Perlengkapan Usaha Aristo Furniture ....................................................... 48

4.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perhitungan Perajin Mebel

Desa Serenan ............................................................................................ 59

4.6 Perhitungan Volume Kayu........................................................................ 62

4.7 Perhitungan Prosentase Bahan Baku yang Digunakan ............................. 63

4.8 Perhitungan Jumlah Bahan Baku yang Digunakan................................... 64

4.9 Perhitungan Biaya Bahan Baku ................................................................ 65

4.10 Sistem Penggajian Tenaga Kerja Aristo Furniture.................................. 66

4.11 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung............................................ 66

4.12 Identifikasi Aktivitas dan Biaya Tidak Langsung................................... 68

4.13 Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Pemicu Biaya ........................... 71

4.14 Pengelompokan dan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Ber-

dasarkan Pemicu Biaya Jumlah Unit....................................................... 72

4.15 Pengelompokan Dan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Ber-

dasarkan Pemicu Biaya Jumlah Aktivitas ............................................... 72

4.16 Pengelompokan Dan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Ber-

dasarkan Pemicu Biaya KwH.................................................................. 73

4.17 Pengelompokan Dan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Ber-

dasarkan Pemicu Biaya Hari Kerja ......................................................... 73

4.18 Pengelompokan Dan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Ber-

dasarkan Pemicu Biaya Jumlah Liter...................................................... 74

4.19 Perhitungan Tarif Kelompok Biaya Overhead Pabrik ............................ 74

4.20 Perhitungan Alokasi Biaya Overhead Pabrik ke Produk ........................ 75

4.21 Perhitungan Harga Pokok Produksi Kursi Jepang .................................. 76

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

4.22 Perbandingan Antara Perhitungan Harga Pokok Pokok Produk

Metode Perajin Mebel Desa Serenan dengan Metode Activity

Based Costing System............................................................................. 78

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Keyakinan Dasar yang Melandasi Activity Based Costing System .......... 19

2.2 Skema Kerangka Pemikiran...................................................................... 28

3.1 Model Analisis Interaktif .......................................................................... 41

3.2 Skema Prosedur Penelitian........................................................................ 42

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. .........................................................................................................Tuga

s Karyawan Masing-Masing Bagian ......................................................... 89

2. .........................................................................................................Dafta

r Nama Karyawan Masing-Masing Bagian............................................... 90

3. .........................................................................................................Pedo

man Wawancara........................................................................................ 91

4. .........................................................................................................Foto

Proses Produksi Kursi Jepang ................................................................... 93

5. .........................................................................................................Surat

Keterangan Mengadakan Penelitian.......................................................... 95

6. .........................................................................................................Surat

Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi ....................................................... 96

7. .........................................................................................................Surat

Keputusan Dekan FKIP tentang Ijin Penyusunan Skripsi ........................ 97

8. .........................................................................................................Surat

Permohonan Ijin Penelitian....................................................................... 98

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan sektor industri pada saat ini sangat cepat, baik industri

migas terlebih nonmigas. Seperti yang telah diketahui bahwa Indonesia sangat

menggantungkan pendapatan dari sektor migas, karena Indonesia memang dikenal

sebagai negara yang kaya akan hasil tambang dan mineral lainnya. Sedangkan

dari sektor nonmigas, Indonesia secara terus menerus mengupayakan agar mampu

memperoleh pendapatan pengganti sektor migas yang mulai berkurang dan sangat

mungkin akan habis.

Usaha atau bisnis yang bergerak dibidang mebel adalah salah satu usaha

dari sektor nonmigas yang sangat potensial untuk dikembangkan mengingat pasar

produk furniture kayu yang semakin menarik, sehingga diminati oleh para

pengusaha. Hal ini dikarenakan pengusaha menangkap peluang usaha yang baik

yaitu bahwa sebagai daerah tropis yang memiliki hutan yang sangat mampu

menghasilkan kekayaan dalam jumlah besar, sehingga sangat potensial untuk

mengembangkan usaha dibidang mebel. Salah satu provinsi di Indonesia yang

memiliki peranan yang cukup penting bagi industri mebel kayu nasional adalah

Jawa Tengah, terbukti dengan berdasarkan nilai ekspor furniture tahun 2010 dan

2011 berturut-turut US $ 592,82 dan US $ 673,65 atau sekitar 20% dari nilai

ekspor mebel nasional (DISPERINDAG dan BPS Prov. Jawa Tengah, 2012).

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Kondisi industri mebel kayu di Jawa Tengah sangat potensial untuk

dikembangkan mengingat pasar produk mebel kayu yang semakin menarik setelah

adanya dukungan pemerintah melalui industri kreatif sejak beberapa tahun

belakangan ini dan kebutuhan furniture di dalam negeri juga terlihat cenderung

meningkat, sejalan dengan mulai membaiknya bisnis properti di Indonesia. Selain

itu sumber bahan bakunya dari hutan rakyat juga banyak digunakan walaupun

memiliki tingkat variasi yang tinggi dalam hal bentuk dan kualitasnya. Hal ini

ditandai dengan adanya kenaikan total ekspor mebel di Jawa Tengah tahun 2011

sebesar US $ 143,83 atau 27,15% dari total ekspor mebel tahun 2010. Sentra-

sentra produksi mebel di Jawa Tengah sendiri tersebar di Kota Semarang,

Kabupaten Jepara, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Kudus,

Kabupaten Rembang, Kabupaten Blora, dan Kabupaten Sragen

(DINHUBKOMINFO Pemerintah Prov. Jawa Tengah, 2009). Salah satu yang

terkenal adalah di Kabupaten Klaten khususnya di Desa Serenan Kecamatan

Juwiring.

Desa Serenan telah sejak lama dikenal sebagai sentra industri mebel.

Sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai perajin mebel dan mereka

menjadikan industri mebel sebagai penopang kehidupan mereka. Pada umumnya

para perajin mebel di desa Serenan memproduksi mebel berdasarkan pesanan

dari beberapa perusahaan besar yang kemudian di ekspor ke luar negeri. Hasil

produksi mereka tidak hanya terdiri dari satu macam model produk saja, tetapi

terdapat bermacam-macam model dan bentuk sesuai dengan pesanan dan

perkembangan desain mebel yang sedang menjadi tren, dari mebel dengan model

klasik/antik sampai yang modern dan cenderung minimalis.

Industri mebel merupakan salah satu industri dengan tingkat persaingan

ketat. Demikian juga industri mebel di Desa Serenan yang juga mempunyai

banyak pesaing industri mebel dibeberapa daerah. Industri ini dipandang sangat

menjanjikan, sehingga di beberapa desa disekitar desa Serenan satu per satu

muncul industri serupa dan secara perlahan-lahan berubah menjadi sentra industri

mebel yang baru. Agar dapat bertahan dalam industri ini, para perajin mebel desa

Serenan harus selalu mampu mengikuti perkembangan harga, inovasi model,

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kualitas produk, pelayanan, dan lain-lain. Perajin yang tidak memiliki keunggulan

cenderung tersingkir. Untuk itu, tiap-tiap perajin hendaknya memiliki strategi

dalam menjalankan usahanya, misalnya dalam hal kualitas produk, harga yang

lebih kompetitif, serta model produk yang lebih inovatif.

Dalam menjalankan usahanya para perajin hanya mengandalkan

ketrampilan yang mereka dapat secara turun-temurun dari orang tua mereka

termasuk dalam hal penentuan harga pokok produk yang mereka hasilkan. Salah

satu penyebabnya adalah terbatasnya pemahaman mereka mengenai metode

penetuan harga pokok karena tingkat pendidikan mereka yang rendah. Hal ini

sering menjadi kendala bagi mereka untuk mengembangkan usahanya, karena

pada umumnya para perajin menentukan harga pokok produknya hanya dengan

merinci setiap biaya yang mereka keluarkan untuk memproduksi barang yaitu

dengan menjumlahkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung saja.

Setelah itu untuk perhitungan laba yang diperoleh, para perajin hanya

menperhitungkan selisih antara pendapatan dan total biaya yang mereka keluarkan

untuk memproduksi barang tersebut. Hal ini tentu saja tidak dapat memberikan

informasi mengenai harga pokok produk yang sebenarnya secara akurat.

Penentuan harga pokok produk yang dilakukan selama ini oleh perajin

mebel di desa Serenan, dipandang kurang akurat karena yang menjadi fokus

perhitungan hanyalah biaya-biaya yang mudah ditelusur ke masing-masing

produk saja seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Adapun biaya

overhead dan biaya operasional lainnya kurang diperhitungkan, sehingga tidak

dapat memberikan informasi mengenai data biaya yang dikeluarkan dan

menyebabkan harga pokok yang ditetapkan tidak sesuai dengan harga pokok yang

sebenarnya. Harga pokok produk yang ditetapkan bisa saja lebih tinggi dari total

biaya yang dikeluarkan (Overcosting), atau harga pokok yang ditetapkan bisa saja

lebih rendah/lebih kecil dari total biaya sebenarnya yang dikeluarkan

(Undercosting), sehingga hal ini menyebabkan perhitungan tingkat laba yang

diharapkan tidak sesuai, bahkan bisa saja perajin menderita kerugian akibat salah

perhitungan.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Untuk mendapatkan laba yang diinginkan, perajin mebel memerlukan

informasi harga pokok produksi yang akurat guna menentukan harga jual kepada

pemesan. Konsep sistem akuntansi biaya konvensional dalam alokasi biaya

membebankan overhead berdasarkan satu pool (misalnya jam mesin) kepada

semua produk, dimana untuk produksi yang bermacam-macam maka pembebanan

tersebut menjadi tidak adil, karena produk tersebut dipaksa untuk menerima biaya

yang bukan menjadi bebannya. Dengan pembebanan biaya overhead hanya

berdasarkan jam mesin, mengakibatkan para perajin tidak dapat mengidentifikasi

aktifitas-aktifitas yang menyebabkan sumber daya digunakan, sehingga tidak

dapat mengkalkulasi biaya atas aktivitas-aktivitas tersebut. Hal ini mengakibatkan

timbulnya kendala dalam pengambilan keputusan dalam penerimaan pesanan

maupun pengembangan produk.

Suatu sistem biaya yang baik harus dapat mencerminkan konsumsi

sumber daya dalam semua aktivitas perusahaan dalam pembuatan produk. Oleh

karena itu perajin mebel perlu mengembangkan sebuah sistem biaya produk yang

lain. Sistem ini harus mampu mengidentifikasi aktivitas yang dikonsumsi oleh

produk dan melalui suatu proses, sehingga sistem ini dapat menentukan biaya

yang memadai ke setiap produk.

Untuk mengatasi keterbatasan pada penentuan harga pokok dengan

metode konvensional maka dikembangkan sistem biaya yang didasarkan pada

aktivitas yang disebut Activity Based Costing (ABC). Activity Based Costing

(ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai

aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya

dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC

memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk

memproduksi, mendistribusikan atau memasarkan produk yang bersangkutan.

ABC didasari oleh asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk

mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian, penyebab dari dikonsumsinya biaya

adalah aktivitas yang dilakukan untuk membuat suatu produk, bukan produk itu

sendiri. Maka dengan metode Activity Based Costing pembebanan biaya tidak

selalu dianggap proporsional terhadap volume produk, melainkan proporsional

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

terhadap pengkonsumsian sumber daya oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan

dalam membuat produk tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “IMPLEMENTASI

ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM

PENENTUAN HARGA POKOK MEBEL PADA PERAJIN MEBEL DESA

SERENAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN”.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci

mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, seorang

peneliti harus menghindari kesalahpahaman penafsiran untuk memperoleh

gambaran yang jelas mengenai penelitian yang diadakan. Berdasarkan latar

belakang yang penulis uraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan :

1. Bagaimana cara penentuan harga pokok mebel yang dilakukan oleh perajin

desa Serenan?

2. Bagaimanakah cara perhitungan harga pokok mebel dengan menggunakan

activity based costing system pada perajin mebel desa Serenan?

3. Apakah ada perbedaan besarnya harga pokok mebel antara perhitungan yang

dilakukan oleh perajin mebel desa Serenan dengan perhitungan dengan

metode activity based costing?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan juga memiliki tujuan yang hendak dicapai agar

memiliki arah yang jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui cara penentuan harga pokok mebel yang dilakukan oleh

perajin desa Serenan.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Untuk mengetahui cara perhitungan harga pokok mebel dengan menggunakan

activity based costing system pada perajin mebel desa Serenan.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan besarnya harga pokok mebel antara

perhitungan yang dilakukan oleh perajin mebel desa Serenan dengan

perhitungan dengan metode activity based costing.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tentang penerapan activity based costing system

sebagai alternatif sistem penentuan harga pokok mebel pada perajin mebel Desa

Serenan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian pustaka untuk

pengembangan pengetahuan dalam bidang ilmu akuntansi biaya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding,

pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan

datang di bidang dan permasalahan penentuan harga pokok dengan

menggunakan metode activity based costing system.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi perajin mebel di Desa Serenan

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan perajin mebel di

Desa Serenan dapat menerapkan activity based costing system sebagai

altermatif metode penentuan harga pokok yang lebih akurat sehingga

dapat digunakan dalam fungsi perencanaan, pengendalian dan

pengambilan keputusan dalam produksi mebel mereka, sehingga para

perajin dapat menghadapi persaingan di dunia usaha secara lebih optimal

serta perajin dapat menentukan tingkat keuntungan secara proporsional.

b. Bagi peneliti

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat diketahui sejauh mana

pemahanaman peneliti tentang akuntansi biaya khususnya activity based

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

costing system yang didapat selama menempuh pendidikan dibangku

kuliah untuk diterapkan dalam dunia kerja nyata.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Akuntansi Biaya Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi

a. Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya telah mengalami perubahan radikal sejak awal

tahun 1990-an. Perubahan paradigma manajemen dan pemanfaatan

teknologi informasi secara luas dalam bisnis merupakan pemicu utama

perubahan-perubahan besar dalam akuntansi biaya.

Menurut Mulyadi (2000:6) “Akuntansi biaya merupakan proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan

dan penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu serta penafsiran

terhadapnya”. Lebih lanjut, Mulyadi menjelaskan bahwa akuntansi biaya

memiliki tiga tujuan pokok, yaitu:

1) Penentuan Harga Pokok ProdukUntuk memenuhi tujuan penetuan harga pokok produk, akuntansibiaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biayapembuatan produk atau penyerahan jasa.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2) Pengendalian BiayaAkuntansi biaya sebagai pengendalian biaya, harus didahuluidengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untukmemproduksi produk, akuntansi biaya bertugas untuk memantauapakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai denganbiaya yang seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudianmelakukan analisis terhadap penyimpangan antara biaya yangsesungguhnya dengan biaya yang seharusnya dikeluarkan danmenyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya selisihtersebut.

3) Pengambilan KeputusanAkuntasi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikanbiaya masa datang. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatandalam akuntansi biaya melainkan hasil dari suatu prosesperamalan.

Menurut Mulyadi (2003:1), “Akuntansi biaya merupakan sistem

informasi yang menghasilkan informasi biaya dan informasi operasi

untuk memberdayakan personel organisasi dalam pengelolaan aktivitas

dan pengambilan keputusan yang lain”. Definisi tersebut mengandung

tiga frasa penting: (1) sistem informasi, (2) informasi biaya dan informasi

operasi, (3) pengelolaan aktivitas dan pengambilan keputusan yang lain.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi

biaya merupakan sistem informasi yang di dapat dari proses pencatatan,

penggolongan, peringkasan dan penyajian informasi biaya pembuatan

dan penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu serta penafsiran

terhadapnya sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan

keputusan perusahaan.

Akuntansi biaya merupakan hal yang penting dalam sebuah

perusahaan. Perusahaan tanpa informasi biaya tidak memiliki ukuran

apakah nilai input lebih tinggi atau lebih rendah dari output, sehingga

perusahaan tidak memiliki informasi apakah kegiatan usaha

menghasilkan laba atau tidak. Pihak manajemen pun tidak mempunyai

dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikeluarkan

dalam menghasilkan sumber ekonomi lainnya. Akuntansi biaya

menyediakan informasi biaya agar manajemen dapat melakukan alokasi

berbagai sumber ekonomi untuk menjamin dihasilkannya output yang

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

inputnya.

Peranan akuntansi biaya dalam sebuah perusahaan menurutSuparno (2008), yaitu:1) Anggaran

Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk operasi

dalam kondisi-kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksi

sebelumnya.

2) Pengendalian Biaya

Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan

pengendalian aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.

3) Penetapan Harga

Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan dan menentukan biaya

dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan, untuk tujuan penetapan

harga dan evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen atau divisi.

4) Penentuan Laba

Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk satu tahun periode

akuntansi atau untuk periode lain yang lebih pendek. Hal ini

termasuk menentukan nilai persediaan dan harga pokok penjualan

sesuai dengan aturan pelaporan eksternal.

Di masa lalu akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara

perhitungan atas nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan nilai

harga pokok penjualan yang dilaporkan di laporan laba rugi. Pandangan

ini membatas cakupan informasi yang dibutuhkan manajemen untuk

pengambilan keputusan menjadi sekadar data biaya produk guna

memenuhi aturan pelaporan eksternal. Definisi yang terbatas tersebut

tidak sesuai untuk masa sekarang dan tidak cukup menggambarkan

kegunaan informasi biaya. Akuntansi biaya melengkapi manajemen

dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan

pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat

keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b. Konsep Biaya

Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas

dan disajikan oleh akuntansi biaya. Menurut Mulyadi (1999:8) “biaya

merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan

uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

tertentu. Dalam arti sempit, biaya merupakan pengorbanan sumber

ekonomi untuk menghasilkan aktiva”.

Sementara Mulyadi (2003:4) membedakan pengertian biaya

dalam kos (cost), biaya (expense) dan kerugian (loss).

Kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untukmemperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawamanfaat sekarang atau dimasa depan bagi organisasi. Biaya(expense) adalah kos sumber daya yang telah atau akan dikorbankanuntuk mewujudkan tujuan tertentu. Kerugian (loss) adalah kos yangdikorbankan namun pengorbanan tersebut tidak menghasilkanpendapatan sebagaimana diharapkan. Tetapi dalam pengertiansehari-hari kos dan biaya sering diartikan sama.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, dapat

disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang

dapat dinilai dengan uang untuk tujuan tertentu yang telah terjadi atau

kemungkinan akan terjadi, baik yang membawa manfaat sesuai yang

diharapkan maupun tidak.

Menurut Sulastiningsih dan Zulkifili (1999:82), penggolongan

biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat

membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Penggolongan biaya didasarkan pada hubungan antara biaya dengan:

1)Objek pengeluaran

Prinsip dari penggolongan biaya ini berkaitan dengan tujuan pengeluaran.

Pada prinsipnya biaya dikeluarkann untuk tujuan apa.

2)Fungsi pokok perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, berdasarkan fungsi pokoknya, biaya

dikelompokkan menjadi:

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

a) Biaya produksi, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama

(prime cost), biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

disebut sebagai biaya konversi (convertion cost).

b) Biaya pemasaran yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjual

produk atau jasa. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang

terjadi dalam rangka mendapatkan dan meemnuhi pesanan ,

misalnya biaya promosi, biaya angkut dan gaji bagian penjualan.

c) Biaya administrasi dan umum, adalah biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk mengarahkan, mengendalikan dan untuk mengoperasikan

perusahaan. contohnya biaya gaji, telepon, listrik.

3) Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Biaya ini diklasifikasikan menjadi biaya langsung dan biaya tak

langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena ada sesuatu

yang dibiayai dan biaya tak langsung adalah biaya yang terjadi tidak

tergantung kepada ada atau tidak adanya sesuatu yang dibiayai.

4) Hubungan biaya dengan volume kegiatan

Biaya menurut hubungan dengan volume kegiatan diklasifikasikan

menjadi:

a) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan

tertentu relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume

kegiatan. Contohnya: biaya sewa gedung, biaya asuransi.

b) Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya: biaya

bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik pabrik,

c) Biaya semi variabel adalah biaya yang sebagian tetap dan sebagian

lagi berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Contohnya: biaya listrik, biaya listik untuk penerangan cenderung

tetap dan biaya listrik untuk produksi cenderung berubah-ubah.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

5)Atas dasar waktu

Pengklasifikasian biaya atas dasar waktu dibedakan menjadi:

a) Biaya periode sekarang atau pengeluaran penghasilan (revenue

expenditure), yaitu biaya yang teah dikeluarkan dan menjadi beban

pada periode sekarang untuk mendapatkan penghasilan periode

sekarang. Contoh: biaya gaji dan biaya pemasaaran.

b) Biaya periode yang akan datang atau pengeluaran modal adalah

biaya yang telah dikeluarkan dan manfaatnya dinikmati selama lebih

dari satu periode akuntansi. Contoh: pembelian kendaraan dinas

kantor.

2. Sistem Akuntansi Biaya Konvensional

a. Pengertian Sistem Akuntansi Biaya Konvensional

Sistem akuntansi biaya konvensional merupakan sistem

akuntansi biaya yang hanya menggunakan penggerak aktivitas berlevel

unit untuk membebankan biaya-biaya pada produk. Secara tradisional,

pembebanan atas biaya tidak langsung dilakukan dengan menggunakan

dasar pembebanan secara menyeluruh atau per departemen. Hal ini akan

menimbulkan banyak masalah karena produk yang dihasilkan tidak dapat

mencerminkan biaya yang sebenarnya diserap untuk menghasilkan

produk tersebut. Sebagai akibatnya akan timbul produk undercosting dan

produk overcosting.

Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

unit/kuantitas produk yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Pada

sistem ini biaya-biaya yang timbul dicatat, dikumpulkan, dan

dikendalikan berdasar atas elemen-elemennya ke dalam pusat-pusat

pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka biaya-biaya

produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang diserap

oleh masing-masing pusat biaya.

Definisi akuntansi biaya konvensional menurut Mulyadi (2003:149)adalah “Akuntansi biaya yang didesain untuk perusahaan manufaktur

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dan yang berorientasi ke penentuan kos produk dengan fokus biayapada tahap produksi. Akuntansi biaya tradisional terdiri dari duamacam: (1) akuntansi biaya dengan fokus ke penentuan kos produkdan (2) akuntansi pertanggungjawaban”. Pengertian diatasdikembangkan pada perusahaan manufaktur dan dilaksanakan padawaktu pengelola data masih secara manual.

Pengertian lain menurut Sulastiningsih dan Zulkifi (1999:17)

“Sistem biaya konvesional mempunyai dua fungsi sederhana, yaitu

fungsi pengukuran kinerja bulanan dan fungsi pembebanan biaya”.

Fungsi pengukuran kinerja bulanan ini dapat dilaksanakan melalui sitem

pelaporan biaya bulanan dengan bentuk perbandingan pada anggaran

dengan realisasi, sehingga tidak dapat menunjukkan penyebab

penyimpangan biaya yang terjadi, karena tidak adanaya analisis pada

penyimpangan yang terjadi. Fungsi kedua dari sitem biaya konvesional

adalah fungsi pembebanan biaya, pada fungsi ini akuntansi biaya

konvesional membebankan biaya yang terjadi hanya secara allocation

intensive yang memberikan kesan arbriter, karena tidak menunjukan

hubungan antara biaya dengan objek yang menyebabkan terjadinya biaya

tersebut.

Akuntansi biaya konvensional merupakan akuntansi biaya yang

didesain untuk perusahaan manufaktur dimana dalam perusahaan

manufaktur biaya-biaya yang timbul pada proses produksi lebih

kompleks. Biaya-biaya yang timbul pada proses produksi dijadikan dasar

penentuan harga pokok produk yang dihasilkan. Pembebanan biaya ini

cenderung terkesan dilakukan secara sewenang-wenang karena tidak

menunjukan hubungan antara biaya dengan objek yang menyebabkan

terjadinya biaya tersebut. Pengukuran kinerja dalam akuntansi biaya

konvensional dapat dilakukan dengan melihat pertanggungjawaban

berupa pelaporan kinerja bulanan yang dilihat dalam bentuk

perbandingan antara anggaran produksi dan realisasi, apabila terjadi

adanya penyimpangan, hal ini tidak dapat diketahui penyebabnya karena

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dalam akuntansi biaya konvensional tidak dilakukan adanya analisis

terhadap segala bentuk penyimpangan yang terjadi.

b. Perhitungan Harga Pokok dengan Pendekatan Konvensional

Metode penentuan harga pokok adalah cara memperhitungkan

unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam

memperhitungkan unsur-unsur biaya dalam harga pokok produksi

tersebut, terdapat dua pendekatan, yaitu:

1) Full costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok

yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga

pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku

variabel maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi

menurut model full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi

(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan

biaya non produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan

umum).

2) Variable costing

Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

pabrik variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan

variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel

(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya

pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan

biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap dan

biaya administrasi dan umum tetap).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Dalam era persaingan global, penggunaan teknologi manufaktur

maju dalam proses produksi menyebabkan informasi yang diperlukan oleh

manajemen sangatlah kompleks. Penggunaan sistem akuntansi konvensional

tidak dapat lagi memberikan informasi yang benar-benar dapat dipercaya

dalam hal penerapannya. Sistem akuntansi biaya konvensional semakin sulit

untuk dapat diterima sebagai penyaji informasi yang benar. Jika sistem

akuntansi biaya konvensional tidak diubah maka akan terjadi kesenjangan

antara informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi biaya konvensional

dengan informasi yang diperlukan manajemen untuk menghadapi persaingan

global dan perubahan lingkungan. Hal ini disebabkan karena sistem akuntansi

biaya konvensional memiliki kelemahan-kelemahan yang tidak dapat

menunjang penggunaan teknologi pemanufakturan maju.

Kelemahan-kelemahan sistem akuntansi biaya konvensional

tersebut yaitu:

a. Fokus dari sitem akuntansi biaya konvensional adalah pada biaya

produksi, sehingga biaya diluar produksi, seperti biaya pemasaran dan

biaya administrasi umum yang jumlahnya mulai signifikan dari total

pembuatan produk/jasa kurang mendapat perhatian khusus dari manager.

b. Perlakuan biaya overhead perusahaan dalam akuntansi biaya konvesional

menggunakan allocation intensif dengan dasar yang bersifat arbiter,

sehingga menghasilkan total biaya produk atau jasa yang kurang akurat.

Hanya basis alokasi yang berkaitan dengan volume : jam kerja, jam

mesin, dan rupiah bahan yang digunakan untuk mengalokasikan

overhead dari pusat biaya ke produk. Distorsi terutama timbul, apabila

jumlah biaya yang tidak berkaitan dengan volume (set-up, inspection,

scheduling) relatif besar.

c. Pusat biaya terlalu besar dan terdiri dari mesin-mesin dengan struktur

biaya overhead yang sangat berbeda satu sama lain, mesin yang otomatik

mungkin memikul biaya overhead yang terlalu kecil dibanding mesin

manual.

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

d. Pengendalian biaya pada sistem akuntansi biaya konvensional

menggunakan sistem biaya standart, dimana sistem ini hanya

memfokuskan pada biaya produk saja sehingga pada beberapa

perusahaan yang jumlah biaya non produksi lebih besar dari biaya

produksi maka sistem ini kurang tepat untuk diterapkan pada perusahaan

tersebut.

e. Penggunaan sistem akuntansi biaya konvensional hanya cocok untuk

perusahaan manufaktur saja. Apabila perusahaan jasa dan dagang

menggunakan sistem ini menyebabkan adanya kesulitan untuk

merencanakan, menerapkan program pengukuran biaya serta

menghasilkan perhitungan produk/jasa secara akurat.

3. Perhitungan Harga Pokok dengan Pendekatan ABC

a. Pengertian Activity Based Costing System

Menurut Horngren, Datar dan Foster (2009:168), ” Activity

Based Costing System (ABC System) didefinisikan sebagai suatu sistem

yang menghitung biaya setiap aktivitas serta membebankan biaya ke

objek biaya seperti produk dan jasa berdasarkan aktivitas yang

dibutuhkan untuk menghasilkan tiap produk atau jasa”.

Menurut Mulyadi (2003:40), “Activity Based Costing System

adalah sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan

informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel

perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi

ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan

penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem

informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan

dagang”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

Activity Based Costing System adalah suatu pendekatan terhadap sistem

akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menghasilkan suatu produk, dimana aktivitas tersebut merupakan titik

akumulasi biaya yang mendasar. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas

ini didasarkan pada konsep produk yang mengkonsumsi aktivitas dan

aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Dengan metode ini diharapkan

manajemen dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas-

aktivitas yang tidak bernilai tambah (aktivitas yang dipertimbangkan

tidak memberi kontribusi terhadap nilai pelanggan atau terhadap

kebutuhan organisasi).

b. Sejarah Activity Based Costing System

Pada era revolusi plus, yaitu sampai dengan tahun 1940-an,

fokus dari sistem akuntansi biaya adalah pengendalian biaya dalam

bentuk biaya standar. Pada periode ini, isu yang menjadi perhatian

akuntansi biaya adalah penetapan biaya per unit serta penetapan laba

yang diinginkan. Antara tahun 1940-an sampai dengan tahun 1970-an,

mulai dirasakan perlunya menganalisis perilaku biaya untuk kepentingan

analisis biaya volume laba serta penentuan harga pokok variabel. Pada

permulaan tahun 1971, George J Staubus mengusulkan sistem

manajemen yang dibangun berdasarkan aktivitas. Pada awal tahun 1980-

an muncul kebutuhan akan penetapan harga pokok secara lebih akurat.

Sebagai jawaban dari kebutuhan ini, pakar akuntansi dari universitas

Harvard mengenalkan metode baru untuk penentuan biaya produksi yang

disebut “Activity-Based Costing system” (akuntansi biaya berbasis

aktivitas).

Pada tahap awal perkembangannya, ABC system dimanfaatkan

untuk memperbaiki kecermatan perhitungan kos produk dalam

perusahaan-perusahaan manufaktur yang menghasilkan banyak jenis

produk. Pada perkembangan selanjutnya, ABC system tidak lagi terbatas

pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi kos produk yang

akurat, namun meluas sebagai sistem informasi untuk memotivasi

personel dalam melakukan improvement terhadap proses yang digunakan

oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi costumer.

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Jika pada awal perkembangannya ABC system masih terbatas

penggunaannya dalam perusahaan manufaktur yang menghasilkan

berbagai jenis produk, pada tahap perkembangan selanjutnya, ABC

system dimanfaatkan oleh perusahaan manufaktur dengan produk

tunggal, perusahaan jasa (seperti perbankan, transportasi, dan layanan

kesehatan), perusahaan dagang (seperti bisnis ritel dan distributor). ABC

system dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan akuntansi biaya

tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan manufaktur. Semua

jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dan dagang) sekarang dapat

memanfaatkan ABC system sebagai sistem akuntansi biaya, baik untuk

tujuan pengurangan biaya (cost reduction) maupun untuk perhitungan

kos produk/jasa yang akurat.

Jika pada tahap perkembangannya, ABC system hanya

difokuskan pada biaya overhead pabrik, pada tahap perkembangan

selanjutnya, ABC system ditetapkan ke semua biaya, mulai dari biaya

desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai biaya

administrasi dan umum. ABC system menggunakan aktivitas sebagai titik

pusat untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena aktivitas tidak

hanya dijumpai di perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di tahap

produksi, maka ABC system dapat dimanfaatkan di perusahaan

nonmanufaktur dan mencakup biaya di luar produksi.

c. Falsafah yang melandasi Activity Based Costing System

Activity Based Costing adalah pendekatan penentuan biaya

produk yang membebankan biaya berdasarkan konsumsi sumber daya

yang disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan

penentuan biaya ini adalah bahwa produk hasil produksi perusahaan

dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut

menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.

Menurut Mulyadi (2003:52), ada dua keyakinan dasar yang

melandasi ABC system yaitu:

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Titik Pusat ABC System

“Penyebab biaya dapat dikelola”

SumberDaya

Aktivitas CostObject

1) Cost is coused. Biaya ada penyebabnya dan penyebabnya biayaadalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalamtentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akanmenempatkan personel perusahaan pada posisi dapatmempengaruhi biaya. ABC system berangkat dari keyakina dasarbahwa sumber daya menyediakan kemampuan untukmelaksanakan aktivitas, bukan sekadar menyebabkan timbulnyabiaya yang harus dialokasikan.

2) The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya(yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadapaktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personelperusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan terhadapaktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.

Dua keyakinan dasar yang melandasi ABC system tersebut

dilukiskan lebih jelas pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Keyakinan Dasar yang Melandasi ABC System

Sumber: (Mulyadi, 2003:52)

d. Aktivitas Sebagai Pemicu Timbulnya Biaya

Dalam konsep ABC system, bahwa biaya produk ditimbulkan

oleh aktivitas. Dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya

disebut sebagai penggerak atau pemicu (driver), sehingga dapat

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

disimpulkan bahwa dalam ABC system, yang menjadi pemicu timbulnya

biaya adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan

produk. Pemicu biaya (Cost Driver) merupakan kejadian yang

menyebabkan timbulnya biaya yang digunakan untuk membebankan

biaya aktivitas kepada output yang secara struktural berbeda dengan yang

digunakan dalam sistem biaya konvensional. Dalam sistem konvensional,

cost driver hanya dilihat pada tingkat unit.

Dalam ABC system terdapat beberapa cost driver, menurut

Sulastiningsih dan Zulkifli (1999) terdapat empat cost driver, yaitu:

1) Unit level activities (aktivitas tingkat unit), yaitu aktivitas yang

terjadi setiap kali satu unit produk di produksi. Sebagai contoh

tenaga kerja langsung, jam mesin, jam listrik (energi) digunakan

setiap saat satu unit produk dihasilkan. Unit levels activities akan

memacu timbulnya unit level activities cost. Biaya ini berhubungan

secara proporsional dengan volume produk yang diproduksi, seperti

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik. Biaya

ini dibebankan ke produk berdasarkan biaya per unit produk

dikalikan dengan total unit produk.

2) Batch level activities (aktivitas tingkat batch), yaitu aktivitas yang

dikerjakan setiap kali suatu batch produk di produksi, besar kecilnya

aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi.

Dalam setiap batch produk yang akan memacu munculnya biaya

yang disebut batch level activities costs. Biaya ini tidak berhubungan

secara proporsional dengan setiap unit produk, tetapi berhubungan

proporsional dengan banyaknya batch output yang diproduksi.

Misalnya, set up mesin dalam setiap kali menangani order, memacu

biaya timbulnya set up mesin. Total produk akan dibebani batch

activity cost sebesar biaya per batch dikalikan berapa kali total

produk tersebut dibagi dalam batch.

3) Product sustaining activities (aktivitas tingkat produk), yaitu

aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan

untuk mengembang-kan produk atau untuk mempertahankan produk

agar tetap ada di pasaran dan tetap laku dijual. Aktivitas Biaya yang

timbul dari aktivitas ini adalah product sustaining activity cost.

Biaya ini tidak mempunyai hubungan proporsional dengan jumlah

unit yang diproduksi dan jumlah batch produk, misalnya biaya

penelitian dan pengembangan produk, biaya desain proses produksi,

biaya desain produk. Biaya ini dibebankan ke produk berdasarkan

taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan dalam satu

siklus produksi.

4) Facility sustaining activities (aktivitas tingkat fasilitas), yaitu

aktivitas yang ditujukan untuk mempertahankan kapasitas produk

dan usaha-usaha untuk menghindari idle capacity. Aktivitas ini

meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara

umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas

pabrik untuk memproduksi produk namun banyak sedikitnya

aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk

yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh

berbagai jenis produk yang berbeda. Biaya yang ditimbulkan oleh

aktivitas ini disebut facility sustaining activities cost. Biaya ini

merupakan biaya bersama bagi berbagai jenis produk yang berbeda.

Biaya ini tidak memiliki hubungan langsung dengan volume

produksi, melainkan bersifat periodikal, misalnya biaya penyusutan,

biaya asuransi dan biaya pajak bumi dan bangunan. Pembebanan

biaya ini kepada produk berdasarkan taksiran unit produk yang

dihasilkan pada kapasitas normal, bukan pada kapasitas

sesungguhnya.

e. Langkah-Langkah Perhitungan Harga Pokok dengan Menggunakan

Activity Based Costing System

Perhitungan harga pokok dengan menggunakan activity based

costing system adalah sistem yang terdiri atas dua tahap yaitu pertama

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai

produk.

Menurut Hansen & Mowen (1999: 148), analisis harga pokok

produksi dengan ABC System terdari dari 2 tahap, yaitu:

1) Tahap Ia) Identifikasi aktivitas

b) Biaya-biaya dibebankan ke aktivitas

c) Aktivitas yang berkaitan dikelompokkan untuk membentuk

kumpulan sejenis

d) Biaya aktivitas yang dikelompokkan dijumlahkan untuk

mendefinisikan kelompok yang sejenis (homogenous cost pool).

e) Menghitung tarif overhead kelompok (pool rate). Tarif

kelompok dihitung dengan rumus :

2) Tahap II

Pada tahap ini biaya dari setiap kelompok overhead

ditelusuri ke produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif

kelompok yang dihitung pada tahap I dan ukuran jumlah sumber

daya yang dikonsumsi setiap produk. Ukuran ini adalah kuantitas

penggerak aktivitas yang digunakan oleh setiap produk.

BOP dibebankan dihitung dengan rumus:

Harga pokok produksi diperoleh dengan menjumlahkan

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan.

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

f. Keuntungan Activity Based Costing System

Penerapan ABC System memberikan beberapa keuntungan

yaitu:

1) Biaya produk yang lebih akurat, baik pada industri manufaktur

maupun industri jasa lainnya khususnya jika memiliki proporsi biaya

overhead pabrik yang lebih besar.

2) Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga

semakin banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada

objek biayanya.

3) Sistem ABC mengakui bahwa aktivitas penyebab timbulnya biaya

sehingga manajemen dapat menganalisis aktivitas dan proses

produksi tersebut dengan lebih baik yang pada akhirnya dapat

melakukan efisiensi dan akhirnya menurunkan biaya.

4) Sistem ABC mengakui kompleksitas dari diversitas proses produksi

modern yang banyak berdasarkan transaksi dengan menggunakan

banyak pemicu biaya.

5) Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang

terdapat dalam biaya tidak langsung.

6) Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan

berbagai objek biaya, baik itu proses, pelanggan, area tanggung

jawab manajerial, dan juga biaya produk.

Selain beberapa keuntungan yang telah diungkapkan diatas,

ABC system mempunyai beberapa manfaat, yaitu:

1) Memperbaiki kualitas pembuatan keputusan

2) Menyediakan informasi biaya berdasarkan aktivitas, sehingga

memungkinkan manajemen melakukan menejemen berbasis aktivitas

(activity-based management)

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

3) Perbaikan berkesinambungan terhadap aktivitas untuk mengurangi

biaya overhead pabrik dengan mengeliminir non value added time

4) Memberikan kemudahan dalam estimasi biaya relevan.

4. Hasil Penelitian yang Relevan

a. Jurnal Akuntansi bertajuk Evaluasi Penerapan Activity Based Costing

System Sebagai Alternatif Sistem Biaya Tradisional Dalam Penetuan

Harga Pokok Produksi (Studi Kasus Pada Perusahaan Meubel PT. Nilas

Wahana Antika Sukoharjo) oleh Andjarwani Putri Widjajanti tahun 2007.

Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa penelitian dilakukan

untuk menguji dan memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara sistem biaya tradisional dengan Activity Based costing

System dalam perhitungan harga pokok produksi. Penelitian ini

dilakukan di sebuah perusahaan mebel yang bernama PT. Nilas Wahana

Antika yang beralamat di Jalan Pinang 47-49 Cemani Sukoharjo. Hasil

dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara

sistem biaya tradisional dengan Activity Based costing System dalam

perhitungan harga pokok produksi sehingga perusahaan mengalami

selisih kerugian.

b. Jurnal Akuntansi bertajuk Activity Based Costing In The Supply Chain

Logistics Activities Cost Analysis oleh Francesca Bartolacci tahun 2004.

Dalam jurnal tersebut membahas tentang gambaran penggunaan

activity based costing system yang memungkinkan perusahaan

mempunyai kesempatan untuk menyusun kembali kerjasama antar

perusahaan dengan tujuan untuk mengurangi biaya operasi dan

memperbaiki tindakan perusahaan. Hasilnya adalah terdapat kelebihan

dan kekurangan penggunaan activity based costing system. Kelebihannya

adalah untuk memperbaiki sistem akuntansi biaya tradisional yang

perhitungannya berdasarkan volume produksi serta memperbaiki tingkat

keuntungan perusahaan. Kekurangannya adalah perusahaan kadang tidak

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

mempublikasikan data biaya sehingga tidak dapat dijadikan dasar untuk

pengambilan keputusan.

c. Skripsi Penerapan Metode Activity-Based Costing System Dalam

Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Pada RSUD

Kabupaten Batang) oleh Fieda Femala tahun 2007.

Dalam skripsi ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa

perhitungan jasa rawat inap yang dilakukan oleh RSUD Kabupaten

Batang belum menunjukkan perhitungan yang akurat sehingga tarif yang

diperhitungkan belum menunjukkan biaya yang sebenarnya. Setelah

dilakukan perhitungan dengan menggunakan activiy based costing

system, menunjukkan adanya overcosting dan undercosting pada

perhitungan tarif jasa rawat inap. Overcosting terjadi pada perhitungan

tarif jasa rawat inap untuk kamar Utama II, kamar Kelas I, II, dan III.

Sedangkan undercosting terjadi pada perhitungan tarif jasa rawat inap

kamar VIP dan Utama I. Penerapan ABC sistem ini memberikan

perhitungan yang akurat terhadap tarif jasa rawat inap di RSUD

Kabupaten Batang.

Penelitian yang penulis lakukan ini mempunyai persamaan dan

perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Persamaannya adalah

bahwa penelitian yang penulis lakukan ini sama-sama melakukan perhitungan

harga pokok produk dengan activity based costing system, sedangkan

perbedaanya adalah penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur,

sedangkan pada penelitian yang terdahulu dilakukan pada perusahaan jasa.

Selain itu apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Andjarwani Putri Widjajanti (2004) yang hanya mengevaluasi perhitungan

harga pokok dari tahun ke tahun berdasarkan data yang di dapat dari catatan

perusahaan, penelitian yang penulis lakukan ini benar-benar menerapkan dan

melakukan perhitungan harga pokok produk mebel berdasarkan data biaya-

biaya yang timbul selama proses produksi yang di dapat penulis dari

pengamatan proses produksi dari awal sampai akhir secara langsung. Hal

tersebut dapat menjadi keunggulan penelitian ini karena data-data biaya yang

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

di dapat akan lebih akurat karena dilakukan pengamatan secara langsung

terhadap proses produksi.

B. Kerangka Pemikiran

Perkembangan teknologi melalui pemanfaatan teknologi telah membawa

perubahan besar dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang industri.

Perkembangan teknologi telah mengakibatkan perubahan teknologi di bidang

manufaktur salah satu contohnya adalah pada industri mebel di desa Serenan,

kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Pemanfaatan teknologi yang cenderung

berbasis mesin telah membawa berbagai kemudahan bagi para perajin mebel

dalam memproduksi mebel. Proses produksi yang dulunya lebih banyak dilakukan

secara manual, kini telah dipermudah dengan adanya mesin. Hal ini sejalan

dengan pesatnya perkembangan industri mebel yang mulai bangkit setelah

mengalami keterpurukan, sehingga banyak bermunculan sentra industri mebel

baru yang secara tidak langsung menjadi pesaing industri mebel di desa Serenan.

Untuk menghadapi persaingan tersebut, maka para perajin dituntut untuk

menghasilkan produk yang berkualitas dan berinovasi untuk menghasilkan produk

yang beraneka ragam, serta menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif.

Harga produk yang kompetitif, tidak berarti perajin harus menghasilkan produk

dengan harga yang murah sehingga merugikan usahanya, melainkan

menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang ditetapkan tidak terlalu

tinggi namun tetap menghasilkan laba yang proporsional agar usaha dapat

berjalan dengan lancar.

Sejalan dengan adanya kemajuan teknologi, persaingan usaha yang ketat,

serta kebutuhan para perajin akan laba yang proporsional, maka para perajin harus

dapat membuat perhitungan harga pokok produk yang akurat. Dengan perhitungan

harga pokok yang akurat, maka para perajin dapat menentukan tingkat harga

produk yang proporsional. Dengan harga produk yang proporsional maka para

perajin dapat menentukan tingkat laba yang proporsional pula. Selain itu, dengan

harga yang telah diperhitungkan secara akurat, maka berbagai aktivitas produksi,

baik yang dilakukan secara manual maupun dengan teknologi yang menimbulkan

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

biaya dapat diperhitungkan dan dapat dibebankan dalam perhitungan harga pokok

produk. Selain itu, tingkat harga produk yang proporsional, dapat memudahkan

perajin untuk memasuki persaingan usaha yang ketat karena harga produk yang

ditawarkan sesuai dengan produk yang dihasilkan.

Sejauh ini, perhitungan harga pokok produk yang dilakukan oleh para

perajin mebel desa Serenan terhitung sangat sederhana dan cenderung kurang

akurat. Perhitungan harga pokok yang dilakukan hanya memperhitungkan dari

besarnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan, sedangkan

untuk biaya-biaya yang lain kurang diperhitungkan. Keterbatasan dalam hal

pengetahuan mengenai metode penentuan harga pokok ini sering membuat para

perajin mengalami permasalahan dalam menentukan harga pokok produk.

Perajin mebel desa Serenan, hendaknya mengukur dan memperhitungkan

semua aktivitas dalam produksi mebel yang menimbulkan biaya sebagai aktivitas

yang memengaruhi perhitungan harga pokok produksi. Oleh karena itu perlu

adanya penerapan model perhitungan harga pokok produk yang dapat

mengakomodasi perhitungan yang mengidentifikasi setiap aktivitas produksi

mebel sebagai objek perhitungan biaya, sehingga para perajin dapat menentukan

harga jual produk yang kompetitif dan dapat menentukan tingkat keuntungan yang

proporsional. Sejalan dengan hal itu, solusi yang dapat diambil adalah dengan

penerapan perhitungan harga pokok produk terhadap produksi mebel dengan

menggunakan pendekatan model activity based costing system.

Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan

model activity based costing system dipilih sebagai alternatif perhitungan harga

pokok produksi, sehingga hasil perhitungan harga pokok produksi tersebut dapat

dibandingkan dengan hasil perhitungan secara konvensional dan apakah terdapat

perbedaan atas hasil perhitungan tersebut. Apabila terdapat perbedaan, maka dapat

dilakukan analisis tentang faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan tersebut,

sehingga dapat ditentukan model perhitungan harga pokok produksi mebel perajin

mebel desa Serenan yang lebih akurat.

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dari uraian diatas, dapat dibuat kerangka pemikiran mengenai

implementasi activity based costing system sebagai alternatif sistem penentuan

harga pokok mebel pada perajin mebel Desa Serenan Kecamatan Juwiring

Kabupaten Klaten sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Persaingan Usahayang Ketat

LabaProporsional

KemajuanTeknologi

PerhitunganHarga Pokok

Mebel

Perhitungan HargaPokok Mebel dengan

ABC System

Perhitungan HargaPokok Mebel denganMetode Konvensional

PerbedaanPerhitungan

Faktor Penyebab adanyaPerbedaan

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian mempunyai peranan yang penting dalam menentukan

keberhasilan suatu penelitian yang akan dilaksanakan. Penggunaan metode yang

kurang tepat akan mengakibatkan data yang diperoleh tidak sesuai dengan arah

dan tujuan penelitian. Dalam setiap penelitian, seorang peneliti dituntut untuk

dapat memilih dan menetapkan pemecahan masalah yang sesuai dengan objek

penelitian yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan

prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga

merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian

merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah

pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk

menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat

dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di

antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan

tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk

mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan

pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi

motivasi untuk melakukan penelitian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Untuk mendapatkan data, informasi, keterangan dan hal-hal yang

dibutuhkan dalam penelitian ini maka diperlukan tempat yang sesuai dengan

hal yang akan diteliti. Penelitian yang penulis lakukan ini bertempat di Aristo

Furniture yang letaknya di daerah sentra industri mebel yang beralamat di

desa Serenan, kecamatan Juwiring kabupaten Klaten. Pemilihan tempat

tersebut didasari oleh pertimbangan sebagai berikut;

a. Desa Serenan merupakan kawasan sentra industri mebel yang mayoritas

masyarakatnya bermata pencaharian sebagai perajin mebel sehingga

memudahkan penulis untuk memperoleh data-data yang terkait dengan

masalah yang penulis teliti yaitu mengenai perhitungan harga pokok

produk yang diterapkan oleh perajin mebel.

b. Berdasarkan hasil survei yang penulis lakukan sebelumnya, terdapat

permasalahan mengenai penentuan harga pokok yang dilakukan oleh

perusahaan.

c. Belum pernah diadakan penelitian yang serupa di tempat dimana penulis

melakukan penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai penulisan

laporan penelitian yang direncanakan dari bulan Januari 2012 sampai selesai.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

KegiatanTahun 2012

Jan Feb Mar Aprl Mei Jun1. Tahap a. Pengajuan Masalah Penelitian

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Persiapan b. Pengajuan Proposalc. Perijinan

2. TahapPelaksanaan

a. Pengumpulan Datab. Analisis Datac. Penyusunan Laporan

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi

untuk menyelidiki masalah tertentu dengan cara mengumpulkan data yang

kemudian diolah dan dianalisis sehingga memperoleh suatu jawaban atas

permasalahan yang diteliti yang dapat meningkatkan pengetahuan. Dalam

mengkaji permasalahan secara utuh dan lengkap memerlukan suatu

pendekatan permasalahan dalam bentuk penelitian yang tepat. Bentuk

penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan

yang disajikan. Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif kualitatif.

Menurut Moleong (2002:3) “Penelitian kualitatif yaitu suatu bentuk

penelitian yang menghasilkan karya ilmiah dengan menggunakan data-data

deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan, perilaku yang diamati”.

Sedangkan menurut Natsir (1999:63) “Metode Deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Metode deskriptif dapat diartikan juga sebagai prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya.

Penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan untuk mengungkapkan

gejala secara holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami

dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian

kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan

pendekatan induktif yaitu mengembangkan teori atau hipotesis melalui

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pengungkapan fakta. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan

dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif

disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta

menunjukkan ciri-ciri naturalistic yang penuh keotentikan.

Pendekatan deskriptif kualitatif dipilih pada penelitian ini

berdasarkan asumsi bahwa dengan menggunakan pendekatan penelitian ini

akan mendapat data yang lebih lengkap, kredibel, dan bermakna sesuai

dengan realita yang bersifat naturalis pada objek penelitian dan permasalahan

yang diteliti akan diungkapkan secara detail dan mendalam sehingga tujuan

penelitian dapat dicapai.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan suatu cara yang dipilih melalui

pendekatan untuk mengamati atau mengumpulkan informasi serta menyajikan

analisis hasil penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian

ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal. Disebut terpancang

karena masalah telah ditetapkan sebelum terjun ke lapangan atau tempat

penelitian. Tunggal karena hanya memiliki satu karakteristik menyangkut

berbagai unit yang merupakan satu kesatuan di suatu tempat yaitu penentuan

harga pokok produk mebel sehingga penelitian hanya mengkaji suatu masalah

saja dan pengumpulan data yang lebih terarah berdasarkan tujuan terkait

dengan objek penelitian.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang

merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik

mengenai objek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh

peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan

penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang

dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan

penelitian berlangsung. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dan data

hasil observasi karena data diperoleh langsung dari sumber data melalui

proses wawancara dan observasi. Data sekunder dalam penelitian ini adalah

dokumen-dokumen tentang perhitungan harga pokok produksi mebel para

perajin desa Serenan.

2. Sumber Data

Pemahaman mengenai berbagai sumber data merupakan bagian yang

sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis

sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi

yang diperoleh. Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2009:157),

“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sumber

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Informan

Sumber data yang berupa manusia dalam penelitian kualitatif

disebut dengan informan. Informan dalam hal ini adalah seseorang yang

dapat memberikan keterangan berupa kata-kata. Berdasarkan kata-kata

tersebut kemudian dianalisis dan hasil akhirnya ditarik kesimpulan

kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Dalam penelitian kualitatif

posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya

sebagai individu yang memiliki informasi. Oleh karena itu, untuk

memilih siapa yang akan menjadi informan, peneliti harus memahami

posisi dengan beragam peran dan keterlibatannya dengan informasi yang

sesuai dengan kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi

informan adalah Bapak Supriyanto, ST selaku pemilik dari Aristo

Furniture, Ibu Ari Purwanti selaku bagian keuangan dan administrasi

dan saudara Iswanto selaku pelaksanan bagian produksi.

b. Tempat dan peristiwa

Tempat dan peristiwa dapat dijadikan sebagai sumber informasi

karena dalam pengamatan harus ada kesesuaian dengan konteks dan

situasi sosial yang selalu melibatkan pelaku, tempat dan aktivitas.

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tempat dan peristiwa dimaksudkan untuk memperkuat keterangan

informan. Tempat penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

daerah sentra industri mebel di Desa Serenan, Kecamatan Juwiring,

Kabupaten Klaten khususnya di Aristo Furniture, sebagai tempat

berlangsungnya aktivitas pengusaha mebel. Dari tempat ini akan

didapatkan berbagai fenomena dan data yang sangat diperlukan dalam

penelitian sehingga dapat memperkuat keterangan yang diberikan oleh

informan dan sebagai bukti yang nyata.

c. Arsip dan Dokumen

Arsip dan dokumen yang digunakan sebagai sumber data adalah

arsip dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dan tujuan

penelitian. Dalam mengkaji dokumen dan arsip, peneliti tidak hanya

mencatat apa yang terdapat dalam dokumen dan arsip, yang jauh lebih

penting adalah bagaimana peneliti dapat menggali informasi dan

memberi makna dari data tersebut. Dokumen yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah dokumen yang berhubungan dengan objek

penelitian, dapat berupa laporan-laporan atau catatan, studi kepustakaan

atau instansi terkait.

Peneliti mendapatkan sumber data arsip, dokumen-dokumen,

catatan-catan dan hasil atau temuan terkait perhitungan harga pokok

mebel berupa nota pembelian, catatan gaji karyawan, struk rekening

listrik, invoice, surat pengiriman barang, dan lain-lain yang dapat

dianalisis. Arsip maupun dokumen ini digunakan untuk mendapatkan

data yang lebih valid.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Arikunto (2002:109) “Sampel adalah sebagian atau wakil dari

populasi yang diteliti “. Sedangkan menurut Fathoni (2006:101) “Sampel artinya

contoh. Tetapi yang dimaksud contoh disini bukan sekadar contoh dalam arti

teladan, melainkan contoh terpilih untuk dihadapi sebagai objek sasaran penelitian

yang hasil atau kesimpulannya dapat mewakili seluruh populasi sasaran

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

representatif.”. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sample

adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagai objek sasaran

penelitian. Dengan demikian, subjek yang dipilih sebagai sampel dianggap

mewakili populasi secara keseluruhan. Agar pengambilan sampel dapat dilakukan

dengan tepat maka harus diperhatikan teknik-teknik pengambilan sampelnya.

Pengambilan sampel penelitian harus berhati-hati dan memenuhi aturan

pemilihan sampel, namun demikian mutu suatu penelitian tidak semata-mata

ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,

rancangan penelitian dan pelaksanaan serta pengolahannya. Penelitian yang

dilakukan peneliti tidak adalah penelitian sampel.

Menurut Nasution (2003:86) terdapat dua macam teknik pengambilan

sampel antara lain:

1. Probability Sampling, terdiri dari:

a. Simple Random Sampling (Sampling acakan yang sederhana)

b. Propotionate Stratifiet Random Sampling (Sampling acakan secara

proporsional menurut stratifikasi)

c. Dispropotionate Stratifiet Random Sampling (Sampling acakan secara tak-

proporsional menurut stratifikasi)

d. Cluster Random Sampling (Sampling menurut daerah atau

pengelompokan)

2. Non Probability Sampling, terdiri dari:

a. Systematic Sampling

b. Accidental Sampling

c. Quota Sampling

d. Purposive Sampling

e. Saturation Sampling

f. Snowball Sampling

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

menggunakan teknik nonprobality sampling dengan menggunakan Judgment

sampling atau purposive sampling (sampel bertujuan). Sampling bertujuan

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

(purposive sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika

peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan

sampelnya. Pada purposive sampling, pengambilan sampel didasarkan atas tujuan

tertentu dan biasanya dilakukan karena terdapat beberapa pertimbangan. Peneliti

tidak menekankan pada jumlah sampel melainkan kualitas informasi yang dapat

diperoleh. Pemilihan sampel lebih diarahkan pada kelengkapan dan kedalaman

sumber data yang dapat digali dipandang memiliki data yang penting berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi. Sampel dalam penelitian ini adalah salah

satu tempat produksi mebel yaitu Aristo Furniture.

E. Pengumpulan Data

Dalam penelitian diperlukan kemampuan memilih dan menyusun teknik

pengumpulan data yang tepat karena akan berpengaruh terhadap objektivitas hasil

penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Untuk mendapatkan data-data yang relevan diperlukan suatu teknik

pengumpulan data yang tepat. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data yang berupa:

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara

yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan tanya jawab langsung

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kepada informan. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat

open ended dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan

cara yang tidak secara formal terstruktur. Hal ini dimaksudkan guna menggali

pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat

untuk menjadi dasar bagi penggali informasinya secara lebih jauh dan

mendalam. Informasi yang akan ditanyakan adalah perhitungan harga pokok

produk yang di gunakan oleh perajin mebel, karena tidak melakukan

perhitungannya secara tertulis dan tidak membuat dokumentasinya. Selain itu

wawancara juga dilakukan sebagai klasifikasi atas data yang belum penulis

ketahui.

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data

yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu,

dan perasaan. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung ataupun tidak

langsung. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi langsung

yaitu dengan cara pengamatan langsung ke lapangan, mencatat dan

mengumpulkan keterangan-keterangan dari apa yang dilihat dalam objek

pengamatan di lokasi penelitian yaitu Desa Serenan, Kecamatan Juwiring,

Kabupaten Klaten.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bahan-bahan tertulis yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Metode ini digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variabel dengan mengkaji dan

mempelajari dokumen atau catatan-catatan yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti. Informasi yang diperoleh melalui dokumentasi

mempunyai peranan penting sebagai data pelengkap dan sekaligus untuk

mencocokkan apakah informasi yang diperoleh dengan cara wawancara dan

observasi sesuai dengan data yang bersumber dari dokumentasi.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Teknik dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk

mengumpulkan data berupa data-data atau dokumen tentang perhitungan

harga pokok produksi mebel yang dibuat oleh perajin mebel desa Serenan.

F. Uji Validitas Data

Validitas data adalah kebenaran dari kancah penelitian, di mana

kebenaran data yang didasarkan pada kriteria tertentu dalam penelitian sangat

diperlukan agar hasil penelitian tersebut benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan. Di dalam penelitian ini, untuk menentukan valid

tidaknya suatu data, digunakan suatu teknik yang disebut dengan teknik

trianggulasi data.

Moleong (2009:330) menegaskan bahwa, “Teknik trianggulasi data

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu”. Triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang dibedakan menjadi 4

macam, yaitu:

1. Triangulasi dengan Sumber

Teknik triangulasi ini berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

(1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-

orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

waktu; (4) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berapa, orang pemerintahan; (5)

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi dengan Metode

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Teknik triangulasi ini dilakukan dengan pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data

dan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi dengan Peneliti

Teknik triangulasi ini dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti

atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat

kepercayaan data, sehingga dapat mengurangi kemelencengan ddalam

pengumpulan data. Cara lain ialah dengan membandingkan hasil penelitian

seorang peneliti dengan peneliti lainnya.

4. Triangulasi dengan Teori

Berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat

kepercayaanya dengan satu atau lebih teori, maka peneliti harus mencari tema

atau penjelasan pembanding yang dapat dilakukan dengan menyertakan usaha

pencarian cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang mungkin

mengarahkan pada upaya penelitian lainnya.

Teknik pemeriksaan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi

dengan sumber, karena peneliti menggunakan beberapa sumber dalam

pengumpulan data dengan permasalahan yang sama. Hal ini dilakukan dengan

membandingkan hasil pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen, sehingga

hasil akhir dari analisis mencapai tingkat mutu dan kevalidan yang tinggi.

G. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2008:89), “Analisis Data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Teknik analisis data merupakan teknik dalam memeriksa dan

menganalisis data sehingga menghasilkan data yang absah dan benar-benar dapat

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dipercaya. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap

jawaban dari informan dan apabila jawaban dari informan tersebut setelah

dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan

lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Dalam

penelitian ini, proses analisis data dilakukan pada saat wawancara dengan

informan dan melihat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perhitungan

harga pokok produk. Proses analisis data pada saat wawancara dilakukan dengan

mengamati setiap jawaban yang diberikan oleh informan, kemudian apabila

jawaban dianggap kurang memenuhi tujuan, maka peneliti akan menanyakan

lebih jelas lagi. Wawancara dilakukan mengarah pada kedalaman informasi untuk

menggali pandangan informan tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk

menjadi dasar bagi penggali informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Proses

analisis dengan dokumen-dokumen yaitu dengan melihat informasi yang terdapat

dalam dokumen, misalnya nota pembelian bahan baku digunakan sebagai dasar

perhitungan biaya bahan baku, dokumen catatan gaji karyawan untuk

memberhitungkan besarnya beban tenaga kerja, struk rekening listrik untuk

memperhitungkan beban listrik dan lain-lain. Aktivitas dalam analisis data

kualiatif dilakukan secara interaktif. Proses analisis data dengan menggunakan

model interaktif meliputi tiga komponen yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan dan penyederhanaan,

pengabsahan dan transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan

tertulis dilapangan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

PengumpulanData

ReduksiData

Penarikan Kesimpulan/Verivikasi

PenyajianData

Penyajian data merupakan kumpulan informasi yang tersusun dan

memberikan kemungkinan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Melalui penyajian data, data yang sedang terkumpul

dikelompokkan didalam beberapa bagian sesuai jenis permasalahannya.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

3. Verivikasi/Penarikan Kesimpulan (Verivication/Conclusion Drawing)

Penarikan kesimpulan adalah suatu bentuk pemahaman berbagai hal

yang ditemui dalam penelitian dengan melakukan pencatatan, peraturan-

peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan konfigurasi yang mungkin, sebab

akibat dan proposisi. Tahap ini dilakukan sejak pengumpulan data sampai

akhir penelitian.

Untuk lebih jelasnya proses analisis dengan menggunakan model

interaktif dapat ditunjukkan dengan bagan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif

Sumber: (Miles and Huberman dalam Sugiyono, 2008:92)

H. Prosedur Penelitian

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

ProposalPenelitian

PersiapanPelaksanaan

PengumpulanData

AnalisisData

PenarikanKesimpulan

LaporanPenelitian

Prosedur penelitian adalah tahap-tahap dalam penelitian mulai dari awal

sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini prosedur atau langkah-langkah

dalam pembuatan laporan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan dilakukan mulai dari pembuatan usulan

penelitian, pembuatan proposal penelitian, penyusunan kerangkan pemikiran,

pemilihan objek penelitian, mengurus perijinan lapangan dan menyiapkan

perlengkapan penelitian.

2. Tahap Lapangan

Tahap lapangan ini dilakukan dari penggalian data yang relevan

dengan tujuan penelitian. Tahap ini peneliti mulai mengeksplorasi data yang

ada dilapangan kemudian dikumpulkan untuk memasuki tahap analisis data.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data dilakukan bersamaan dengan tahap pengumpulan

data untuk menghindari data yang tercecer karena dianggap tidak berguna

atau hilang. Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi:

pengelompokan data, penganalisaan data kemudian ditarik kesimpulan dari

analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah itu persiapan penyajian

data secara jelas dan rinci dalam suatu laporan.

4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

Penyusunan laporan penelitian ini merupakan tahap yang paling akhir

dari prosedur-prosedur sebelumnya. Pada tahap ini hasil dari pengumpulan

data diolah dan dianalisa kemudian dilaporkan dalam bentuk skripsi.

Bagan prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis desa Serenan

Daerah penelitian ini adalah wilayah Desa Serenan, Kecamatan

Juwiring, Kabupaten Klaten. Desa Serenan merupakan salah satu desa wilayah

Kecamatan Juwiring yang terletak di bagian ujung timur Kabupaten Klaten

yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan jaraknya 30

kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Klaten.

Luas wilayah Desa Serenan kurang lebih 134,2760Ha, dimana 60%

atau sekitar 88Ha masih berupa area sawah dan ladang dan 40% sisanya berupa

area pemukiman, makam, jalan, dan fasilitas umum berupa gedung serba guna,

lapangan olahraga, sekolahan dan kantor balai desa.

Desa Serenan secara administratif berbatasan dengan beberapa desa,

yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Taji, sebelah selatan berbatasan

dengan Desa Gondangsari, sebelah barat berbatasan dengan Desa Ketitang dan

Desa Tlogorandu dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Bulakan

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Kabupaten Sukoharjo yang letaknya dipisahkan oleh aliran sungai Bengawan

Solo. Secara administratif, Desa Serenan terdiri dari 8 RW dan 22 RT serta

membawahi 10 kampung, masing-masing adalah Ngepringan, Badran,

Nambangan, Sortanan, Serenan, Widoro Mulyo, Mutihan, Mojosawit,

Karangan dan Pulo.

2. Keadaan Demografis Desa Serenan

a. Jumlah Penduduk

Desa Serenan dihuni oleh 1.117 kepala keluarga dengan jumlah

penduduk sebanyak 4.052 jiwa yang terdiri dari 2.024 jiwa penduduk laki-

laki dan 2.024 jiwa penduduk perempuan.

a. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Berdasarkan komposisi penduduk menurut mata pencahariannya,

dapat diketahui jenis pekerjaan atau mata pencaharian penduduk desa

Serenan sebagian besar bermatapencaharian sebagai wiraswasta dan petani.

Wiraswasta di Desa Serenan mayoritas berprofesi sebagai perajin mebel dan

yang lain sebagai pedagang dan wiraswasta lain.

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Serena Berdasarkan Mata

Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah(Jiwa)

1. PNS 31

2. ABRI 2

3. Karyawan swasta 127

4. Wiraswasta/pedagang

a. Perajin mebel 332

b. Pedagang 163

c. Wiraswasta lain 157

5. Petani 293

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

6. Buruh 167

7. Pensiunan 4

8. Lain-lain 0

Jumlah 1276Sumber: Data Monografi Desa Serenan bulan Mei 2012

b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan

dapat diketahui tingkat pendidikan yang pernah dikenyam oleh penduduk

Desa Serenan. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas

masyarakat, Desa Serenan termasuk desa dengan tingkat pendidikan yang

rendah. Dari data di bawah ini dapat diketahui sebagian besar masyarakat

Desa Serenan berpendidikan tamatan SMP/SLTP dan yang kedua tamatan

SD.

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Desa Serenan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah(Jiwa)

1. Sarjana (S1 - S3) 112. Akademi (D1 - D3) 423. SMA/SLTA 5284. SMP/SLTP 8275. Sekolah Dasar 6036. Belum Tamat SD 117. Tidak Sekolah 45

Jumlah 2067Sumber: Data Monografi Desa Serenan bulan Mei 2012

3. Tempat Penelitian

Penelitan yang penulis lakukan mengambil salah satu tempat produksi

mebel di desa Serenan karena karakteristik semua perajin mebel di desa

Serenan hampir sama sehingga dapat diwakili oleh satu perajin mebel saja.

Pemilihan tempat penelitian ini lebih menekankan pada kualitas informasi yang

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dapat diperoleh. Kelengkapan dan kedalaman sumber data yang dapat digali

dipandang memiliki data yang penting berkaitan dengan permasalahan yang

dihadapi. Lokasi dalam penelitian ini adalah salah satu tempat produksi mebel

yaitu Aristo Furniture.

a. Sejarah Perusahaan

Aristo Furniture didirikan sejak tahun 2004 oleh Bapak Supriyanto,

ST dengan modal awal Rp5.000.000,00 dan diawali dengan 3 orang tenaga

kerja. Pada awalnya Bapak Supriyanto memproduksi mebel berdasarkan

pesanan dalam jumlah kecil saja, namun seiring berjalannya waktu usaha

yang dilakukan Bapak Supriyanto kian berkembang dan jumlah produk

yang diproduksi kini bertambah pesat. Aristo Furniture terletak di kampung

Mutihan Rt 12 Rw 5 Desa Serenan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten.

Dahulu tempat produksi dilakukan hanya di halaman rumah saja karena

produk yang dihasilkan memang relatif masih sedikit. Namun kian hari

jumlah produksi semakin meningkat sehingga tempat produksi tidak

mencukupi lagi, maka pada tahun 2007 rumah yang ditempati Bapak

Supriyanto dirubah menjadi sebuah pabrik mebel yang cukup besar dan

Bapak Supriyanto membangun sebuah rumah sebagai rumah tinggal dan

merangkap sebagai kantor. Pada tahun 2010, jumlah produksi semakin

meningkat sehingga pabrik yang digunakan untuk memproduksi mebel

sudah tidak mencukupi lagi, akhirnya Bapak Supriyanto memutuskan untuk

membeli sebuah pekarangan dan membangun lagi sebuah pabrik yang

terletak di kampung Badran yang masih menjadi wilayah desa Serenan

sebagai tempat produksi yang baru. Kini tenaga kerja di tempat usaha Bapak

Supriyanto mencapai 33 orang tenaga kerja.

b. Struktur Kepegawaian

Aristo Furniture secara langsung dipimpin oleh pemilik Aristo

Furniture yaitu Bapak Supriyanto dengan di bantu seorang karyawan

admnistrasi dan keuangan, seorang bagian produksi dan 33 orang tenaga

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

kerja. Dalam menjalankan pekerjaannya, tiap-tiap tenaga kerja mempunyai

tugas dan wewenang masing-masing. Penjelasan tugas tersebut terlampir.

c. Administrasi dan Perijinan

Usaha mebel Aristo furniture yang dimiliki oleh Bapak Supriyanto

ini tidak berbadan hukum, karena memang rata-rata usaha mebel yang

terdapat di Desa Serenan belum berbadan hukum, sehingga usaha mebel

Bapak supriyanto tidak memiliki dokumen perijinan dari pihak manapun.

d. Invenrtaris Usaha

Dalam melaksanakan proses produksi Aristo Furniture memiliki

peralatan yang menunjang produksi mebel. Peralatan yang digunakan untuk

memproduksi mebel dari hari ke hari mengalami perkembangan seiring

dengan perkembangan teknologi. Pada awalnya alat yang digunakan sangat

sederhana dan dioperasikan secara manual, namun sekarang sudah hampir

semua dijalankan dengan mesin. Perkembangan peralatan ini semakin

memudahkan dalam proses produksi mebel, selain itu juga mempercepat

proses produksi sehingga hasil produksi dapat ditingkatkan baik jumlah

maupun kualitasnya. Peralatan yang digunakan oleh Aristo Furniture untuk

memproduksi mebel baik yang sudah dioperasikan oleh mesin maupun yang

masih dioperasikan secara manual adalah:

Tabel 4.3 Peralatan Usaha Aristo Furniture

No Nama Peralatan Jumlah

1. Oven Kayu 1

2. Kompresor 3

3. Mesin Paku 3

4. Mesin Planer 4

5. Mesin Jointer 4

6. Pasah Mesin 5

7. Mesin Bor 4

8. Mesin Poles 4

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

9. Mesin Amplas 6

10. Mesin Lis 3

11. Gergaji Tangan 8

12. Meteran 10

13. Palu 8

14. Hamer 4

15. Panggem 7

16. Tang 8

17. Penggaris 10

18. Pahat 14

19. Pensil Kayu 20Sumber : Data “Aristo Furniture” yang telah diolah.

e. Perlengkapan Usaha

Untuk menunjang proses produksi mebel dan untuk menghasilkan

mebel dengan kualitas yang baik tidak hanya menggunakan peralatan saja,

tetapi juga didukung dengan perlengkapan berupa:

Tabel 4.4 Perlengkapan Usaha Aristo Furniture

No Perlengkapan

1 Paku Tembak2 Pasak3 Lem Kayu4 Lem Alteco5 Asesoris mebel

Sumber : Data “Aristo Furniture” yang telah diolah.

f. Tanah dan Bangunan

Usaha produksi mebel “Aristo Furniture: milik Bapak Supriyanto

ini memiliki tempat produksi yang sangat luas. Tanah dan bangunan yang

digunakan untuk proses produksi ini adalah milik Bapak Supriyanto pribadi

dan terdapat di dua tempat. Pertama, di kampung Mutihan desa Serenan

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten, yang digunakan untuk proses

produksi berupa perakitan, finishing, perbaikan sampai produk siap untuk

dikirim. Kedua, berada di kampung Badran Kelurahan Serenan Kecamatan

Juwiring Kabupaten Klaten yang digunakan untuk proses pembuatan

komponen dan pengovenan kayu dan sebagai tempat penyimpanan balok

kayu. Kedua bangunan tempat produksi tersebut berupa tembok permanen

yang kuat.

g. Gambaran Umum Pasar

Usaha mebel di Aristo Furniture telah menjalin kerjasama dengan

perusahaan mebel yang lebih besar yaitu sebuah perusahaan yang dimiliki

oleh seseorang yang berasal dari Australia yang sudah lama menjadi

langganan di Aristo furniture dan perusahaan tersebut berada di Jogjakarta.

Kerjasama ini terjalin sejak tahun 2007 dimana Aristo Furniture

memproduksi mebel untuk memenuhi pesanan dari perusahaan yang dimilki

oleh orang Australia tersebut dan menjadi supplier tetap mebel mentah yang

kemudian setelah mebel dikirim kemudian di perusahaan mebel tersebut di

perhalus dengan politure/cat kemudian di ekspor ke luar negeri. Aristo

furniture memproduksi mebel mentah karena menurut Bapak Supriyanto

hasilnya lebih menjanjikan dan tidak terlalu beresiko. Kalau memproduksi

mebel yang melalui proses politeur dalam jumlah yang besar, maka jumlah

uang yang dikeluarkan untuk proses produksi akan bertambah banyak dan

hal ini akan mengurangi jumlah laba. Hal ini disebabkan karena menurut

Bapak Supriyanto apabila harus mempoliteur mebel hasil produksi, maka

harus menambah jumlah jumlah tenaga kerja yang secara jelas akan

menambah pengeluaran untuk beban gaji tenaga kerja dan harus membeli

bahan untuk politeur yang jumlahnya juga tidak sedikit.

Aristo Furniture memilih untuk tidak melakukan ekspor barang

mebel secara mandiri karena resiko yang terlalu besar dan membutuhkan

modal awal yang terlalu besar pula. Selain itu berdasarkan pengalaman

Bapak Suwoto, mertua Bapak Supriyanto, yang pernah melakukan ekspor

secara mandiri dan mengalami kerugian dan kebangkrutan hingga saat ini.

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Belajar dari pengalaman tersebut, Bapak Supriyanto tidak berani untuk

melakukan ekspor mebel secara mandiri.

h. Produk dan Proses Produksi

1) Produk

Produk mebel yang dihasilkan di Aristo Furniture beragam.

Produk yang dihasilkan berupa meja, kursi, almari, rak, tempat tidur,

dinning room set, kitchen set dan lain-lain baik yang terbuat dari kayu

jati, mahoni, sono, akasia, dan lainnya sesuai dengan permintaan.

Produk yang dihasilkan di Aristo Furniture apabila dibandingkan

dengan hasil produksi sesama perajin di desa Serenan memiliki

perbedaan yang cukup signifikan karena produk yang dihasilkan

memiliki ciri khusus dalam hal detail mebel misalnya dalam hal ukiran

atau hiasan mebel yang menjadikan hal tersebut berbeda dengan hasil

produksi dengan rata-rata perajin mebel di desa Serenan.

2) Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh Aristo Furniture untuk

menghasilkan suatu produk mebel yang berkualitas hampir sama

dengan proses produksi yang dilakukan oleh rata-rata perajin mebel di

desa Serenan. Proses produksi dimulai dari tahap kesepakatan order,

pembelian bahan baku, pembuatan komponen mebel, pengovenan,

perakitan mebel hingga tahap finishing. Pada saat peneliti sedang

melakukan penelitian di tempat produksi mebel Aristo Furniture tanggal

18 Mei 2012, Bapak Supriyanto sedang mendapatkan order Kursi

Jepang dari seorang pembeli dari Australia yang mempunyai usaha

mebel di Jogjakarta dan telah menjadi pelanggan Aristo furniture

sebanyak 250 unit yang harus diselesaikan dalam waktu satu bulan dan

barang dikirim tanggal 15 Juni 2012. Secara lebih jelas proses produksi

250 unit Kursi Jepang akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Tahap Kesepakatan Order

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Pada tanggal 18 Mei 2012 Bapak Supriyanto menerima email

dari seorang pembeli dari Australia yang mempunyai usaha mebel di

Jogjakarta yang berupa orderan Kursi Jepang sebanyak 250 unit yang

harus dikerjakan dalam watu satu bulan dan harus dikirim tanggal 15

Juni 2012. Didalam email juga terlampir gambar Kursi Jepang yang

sudah jadi serta sketsa komponen Kursi Jepang dengan ukuran dan jenis

kayu yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut. Setelah

menerima order tersebut, kemudian Bapak Supriyanto

memperhitungkan jumlah bahan baku dan biaya tenaga kerja untuk

keperluan perhitungan harga pokok barang tersebut yang nantinya akan

digunakan sebagai perhitungan harga jual barang tersebut. Setelah

terjadi negosiasi akhirnya terjadi kesepakatan harga jual Kursi Jepang

yaitu Rp 125.000,00 dengan perhitungan harga pokok produk senilai

Rp 102.000,00 dan Rp 23.000,00 dihitung sebagai laba dimana

perhitunganya sekitar 15-25% dari harga pokok produksi. Harga pokok

produksi tersebut terdiri dari biaya bahan baku senilai Rp 82.000,00 dan

biaya tenaga kerja senilai Rp 20.000,00.

b) Tahap Pembelian Bahan Baku Kayu

Dalam order yang telah diterima Bapak Supriyanto

menyebutkan bahwa bahan baku yang digunakan untuk proses produksi

Kursi Jepang dengan menggunakan kayu jati. Setelah menerima order,

kemudian Bapak Supriyanto memesan kayu jati di Barokah Jati yang

kebetulan milik teman Bapak Supriyanto dan telah menjadi rekanan

usaha dalam penyuplaian bahan baku produksi mebel yang dilakukan

oleh Aristo Furniture selama ini. Proses pembelian kayu terjadi pada

hari berikutnya, tanggal 19 Mei 2012 yang kebetulan bahan baku yang

dipesan Bapak Supriyanto ada dan sesuai dengan jumlah dan kriteria

yang diinginkan yaitu kayu jati kebon OD28 dengan ukuran diameter

28Cm dan panjang 100Cm dengan harga Rp 3.000.000,00/M3. Kayu

yang dibeli masih berupa kayu gelondong.

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

c) Tahap Penggergajian Kayu

Setelah itu Bapak Supriyanto menghubungi tenaga kerjanya

yaitu seorang pengemudi dan dua orang tenaga penggergaji kayu untuk

mengambil kayu yang masih berupa gelondongan di toko Barokah

Kayu kemudian langsung membawa kayu dengan menggunakan mobil

ke tempat penggergajian kayu untuk membelah kayu menjadi balok-

balok kayu sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Kayu jati yang

sudah diambil dari Barokah jati yang masih berupa kayu gelondong

langsung dibawa ke tempat penggergajian kayu Ayuma Kayu yang

berada tidak jauh dari toko kayu. Setelah sampai ditempat

penggergajian kayu, gelondong kayu kemudian digergaji menjadi

balok-balok kayu dengan ketebalan 7 dan 5Cm. Proses penggergajian

kayu ini dilakukan pada tanggal 19 Mei 2012 siang dan selesai setelah

sore hari. Kayu gelondong yang telah menjadi balok kayu kemudian

dibawa ke tempat produksi mebel di Mutihan desa Serenan untuk

dibuat komponen mebel.

d) Tahap Pembuatan Komponen

Komponen adalah potongan kayu yang mempunyai bentuk dan

ukuran tertentu yang merupakan bagian-bagian dari produk mebel.

Pembuatan komponen mebel ini dilakukan oleh 10 orang tenaga kerja

dalam waktu 7 hari terhitung sejak hari Senin tanggal 21 Mei 2012

sampai hari Senin tanggal 28 Mei 2012. Pembuatan komponen ini

diawali dengan membuat pola komponen pada balok kayu sesuai

dengan bentuk dan ukuran yang dinginkan kemudian balok kayu

tersebut dipotong dengan menggunakan mesin srekel sesuai pola yang

telah digambarkan. Setelah komponen mebel ini selesai dibuat, tahap

selanjutnya adalah pengovenan komponen kayu.

e) Tahap Pengovenan Komponen

Proses pengovenan kayu dilakukan untuk menghilangkan

kadar air dan sisa getah kayu yang terdapat pada kayu sehingga kayu

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

dapat tahan lama dan tidak berjamur. Proses pengovenan kayu

dilakukan mulai hari Selasa tanggal 29 Mei 2012 sampai hari Senin

tanggal 4 Juni 2012. Para perajin mebel didesa Serenan rata-rata

melakukan pengovenan kayu sebelum kayu dibuat menjadi komponen,

namun di Aristo furniture proses pengovenan kayu ini dilakukan setelah

balok kayu dibuat menjadi komponen. Hal ini dilakukan untuk

mempercepat proses pengovenan dan menghemat tempat yang akhirnya

menghemat biaya produksi. Kayu yang dioven dalam bentuk komponen

akan lebih cepat kering karena ukurannya lebih kecil bila dibandingkan

dengan balok kayu. Apabila balok kayu memerlukan waktu 10 hingga

14 hari pengovenan, komponen kayu hanya memerlukan waktu 6

sampai 8 hari untuk mencapai kekeringan yang diharapkan. Selain cepat

kering, kayu yang dioven dalam bentuk komponen juga hemat tempat

karena komponen sudah berupa potongan kayu yang siap rakit sehingga

limbah kayu sisa proses pemotongan kayu menjadi komponen tidak ikut

serta dioven sehingga oven dapat memuat lebih banyak komponen

kayu. Hal ini dapat mengurangi biaya produksi untuk proses

pengovenan kayu.

f) Tahap Perakitan

Tahap perakitan dilakukan di pabrik 1 di kampung Mutihan

Desa Serenan. Pada tahap ini diawali dengan menghaluskan permukaan

komponen dan menghilangkan noda hitam pada kayu akibat proses

pengovenan dengan mesin planer, jointer dan pasah mesin. Setelah

mencapai tingkat kehalusan yang cukup kemudian komponen-

komponen tersebut dirakit menjadi sebuah produk mebel. Proses

perakitan dilakukan dengan mengelem dan menyekrup tiap-tiap bagian

Kursi Jepang dari bagian kaki kursi sampai bagian bagian alas duduk.

Proses perakitan ini dilakukan oleh 8 orang tenaga kerja dan dilakukan

selama 7 hari yang dimulai hari Selasa tanggal 5 Juni 2012 sampai hari

selasa tanggal 12 Juni 2012. Setelah komponen dirakit dan menjadi

produk mebel langsung memasuki tahap finishing.

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

g) Tahap Finishing

Tahap finising dilakukan untuk menghaluskan produk mebel

dengan menggunakan mesin amplas yang dapat menghaluskan bagian

kursi dengan cepat. Tahap ini dilakukan setelah kursi selesai dirakit,

bila sebagian kursi telah selesai, langsung diamplas, tidak harus

menunggu seluruh kursi selesai dirakit dahulu. Hal ini dilakukan untuk

mempercepat proses produksi. Proses pengamplasan dilakukan selama

4 hari dari tanggal 9 sampai 13 Juni 2012.

h) Tahap QC

Tahap Quality Control dilakukan oleh tenaga kerja Bapak

Supriyanto yang memang sudah berpengalaman dan mengetahui

standar kualitas produk ekspor. Proses ini dilakukan dengan mengecek

produk mebel apakah sesuai dengan kriteria kualitas yang telah

ditetapkan, misalnya tekstur kayu, kerapian, kadar air, kekuatan produk,

dll. Apabila sudah memenuhi kriteria maka produk mebel bisa langsung

dikirim ke perusahaan dan apabila belum lolos tahap QC maka harus

melalui tahap service. Tahap QC dilakukan hampir bersamaan dengan

tahap finihsing yaitu dari tanggal 11 sampai 13 Juni 2012, dimana kursi

yang sudah selesai diproduksi langsung di cek kualitasnya.

i) Tahap Service

Tahap service dilakukan apabila barang hasil produksi belum

memenuhi kriteria kualitas produk yang telah ditetapkan dengan

memperbaiki kekurangan pada produk mebel. Misalnya barang kurang

halus, maka proses yang diperlukan hanya pengamplasan mebel saja.

Tahap service ini dilakukan bersaman dengan tahap finishing dan QC.

Barang yang selesai di finishing langsung dicek kualitasnya dan bila

kurang sesuai langsung diservis sehingga dapat menghemat waktu

produksi. Setalah selesai diservice kemudian barang di kirim ke

perusahaan.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

B. Deskripsi Masalah Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang peneliti kaji, Activity Based Costing

System secara teoritis mampu memberikan perhitungan harga pokok secara lebih

akurat bila dibandingkan dengan metode yang telah diterapkan oleh perajin mebel

desa Serenan selama ini. Atas dasar teori tersebut peneliti ingin

mengimplementasikan dan mengaplikasikan penentuan harga pokok mebel

dengan metode Activity Based Costing System pada perhitungan harga pokok

mebel perajin mebel di desa Serenan.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan dan mencari perbandingan

antara perhitungan harga pokok mebel yang diterapkan oleh perajin mebel desa

Serenan dengan perhitungan harga pokok mebel dengan metode Activity Based

Costing System, maka untuk memberikan gambaran hasil penelitian mengenai

data yang berkaitan dengan permasalahan tersebut dapat dilihat dari cara

perhitungan harga pokok mebel yang digunakan oleh perajin mebel desa Serenan

kemudian dibandingkan dengan perhitungan harga pokok mebel dengan metode

Activity Based Costing System oleh peneliti.

Hasil perhitungan harga pokok dengan menggunakan metode Activity

Based Costing System dapat diperoleh melalui observasi dan pencatatan data

mengenai semua komponen biaya yang ditimbulkan selama proses produksi

mebel. Kemudian data tentang semua komponen biaya selama proses produksi

tersebut diolah untuk mendapatkan hasil perhitungan harga pokok mebel.

1. Perhitungan Harga Pokok Mebel Oleh Perajin Mebel Desa Serenan

Aktivitas produksi mebel di tempat perajin mebel desa Serenan tidak

terlepas dari perhitungan harga pokok dari produk mebel yang di produksi.

Pada dasarnya pengambilan keputusan dalam produksi mebel dan penetapan

harga jual mebel selalu berpedoman pada perhitungan harga pokok produk

mebel yang diproduksi. Perhitungan harga pokok yang akurat dapat

memberikan informasi biaya produksi yang akurat pula, sehingga proses

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

produksi mebel dapat berjalan dengan lancar dan berjalan terus-menerus serta

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sejalan dengan uraian tersebut, para perajin mebel desa Serenan juga

selalu memperhitungkan harga pokok mebel yang mereka produksi. Seperti

yang diungkapkan Bapak Supriyanto pada hari Sabtu tanggal 19 Mei 2012 di

rumahnya, beliau mengatakan: “ Sudah, saya sudah memperhitungkan harga

pokok mebel yang kami produksi setelah kami menerima order dan sebelum

membuat mebelnya namun ya hanya secara sederhana saja.”

Perhitungan harga pokok produksi mebel pada perajin mebel desa

Serenan dilakukan secara sederhana dan hal ini telah mereka terapkan sejak

lama. Pedoman perhitungan harga pokok produksi ini telah menjadi rumus dan

seakan-akan telah menjadi tradisi karena telah digunakan sejak lama dan

digunakan oleh semua perajin mebel di desa Serenan. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Supriyanto yang mengatakan:

“ Saya memperhitungkan harga pokok mebel yang saya produksi ya hanyameniru dari perajin mebel yang dulu mbak. Kebetulan saya belajarmemperhitungkan harga pokok mebel ini dari ayah saya yang kebetulanjuga perajin mebel. Dan cara perhitungan ini dipakai oleh semua perajinmebel disini mbak. Seakan-akan perhitungan harga pokok mebel ini sudahmenjadi sebuah tradisi yang diturunkan secara turun-menurun dari paraperajin mebel yang terdahulu. Namun seiring perkembangan jaman adabeberapa modifikasi dalam rumus perhitungan mebel tersebut mbaktergantung pada jenis mebel yang diproduksi. Selain itu modifikasi jugadilakukan karena pengalaman-pengalaman saat memproduksi mebel mbak.Ya pokoknya gimana caranya agar usaha kami bisa terus berjalan lahmbak.”

Dalam kegiatan produksi, Aristo Furniture tidak selalu memproduksi

mebel dengan jenis yang sama. Mebel yang diproduksi berbeda-beda baik dari

jenis, jumlah, bahan baku dan model yang berbeda-beda sesuai dengan orderan

yang ada. Bahkan produksi barang yang berbeda-beda ini bisa saja terjadi

dalam waktu yang sama. Hal ini tentu saja membuat perhitungan harga pokok

produk yang satu dengan perhitungan harga pokok produk yang lain berbeda

sesuai dengan proses produksi yang dibutuhkan utuk memproduksi tiap-tiap

produk tersebut. Perhitungan harga pokok produk yang selama ini digunakan

sebagai acuan untuk memperhitungkan harga pokok produk yang dibuat

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

mampu diterapkan untuk semua jenis produk yang dibuat dengan merubah,

baik menambah atau mengurangi beberapa komponen perhitungan harga pokok

sesuai dengan komponen biaya produksi produk yang dibuat. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Supriyanto pada tanggal 19 Mei 2012:

“Perhitungan harga pokok tidak selalu sama mbak, tergantung produk apayang akan kami buat. Tapi intinya tetap sama yaitu biaya bahan ditambahdengan biaya upah tenaga kerja. Namun untuk beberapa produk yangmemang memerlukan tambahan nanti tinggal ditambah biaya tambahan itu.Ya pokoknya disesuaikan dengan produk yang akan kami produksi. Dantentunya komponen biayanya juga tiap-tiap produk berbeda juga sesuaidengan permintaan mbak. Kalau ada orderan produk lebih dari satu macamnanti biasanya saya orderkan lagi kepada supliyer saya mbak. Jadi nantiperhitungannya bisa jelas.”

Dari uraian wawancara tersebut dapat diketahui bahwa perajin mebel

desa Serenan telah memperhitungkan harga pokok produk setiap mebel yang

mereka produksi walaupun masih dengan cara yang sangat sederhana.

Perhitungan ini didapat secara turun temurun dan telah dianggap sebagai tradisi

yang digunakan oleh perajin mebel desa Serenan sebagai pedoman untuk

memperhitungkan harga pokok produk mebel yang mereka produksi. Rumus

perhitungan harga pokok tersebut secara fleksibel dapat diterapkan untuk

perhitungan harga pokok segala jenis mebel yang mereka produksi, namun

dengan menambah atau mengurangi beberapa komponen biaya sesuai dengan

jenis produk yang mereka produksi.

2. Perhitungan Harga Pokok Produk Mebel Dengan Metode Activity Based

Costing System

Secara teoritis dalam ilmu akuntansi biaya terdapat beberapa metode

atau cara perhitungan harga pokok produk. Perhitungan harga pokok produk

yang saat ini dibahas adalah perhitungan harga pokok produk dengan metode

Activity Based Costing System. Secara teoritis perhitungan harga pokok produk

ini dapat memberikan gambaran tentang informasi biaya yang dikeluarkan

untuk memproduksi barang secara akurat.

Perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode

Activity Based Costing System menekankan pada perhitungan berdasarkan pada

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi barang. Sistem

perhitungan ini didasari oleh keyakinan bahwa semua aktivitas yang dilakukan

untuk memproduksi suatu barang menimbulkan biaya. Biaya-biaya yang

timbul harus diukur dan dihitung dengan satuan biaya, sehingga setiap aktivitas

yang menimbulkan biaya harus diidentifikasi dan dihitung besaran biayanya

dan hal ini yang membuat perhitungan harga pokok produk dengan metode

activity based cositng system lebih akurat.

Sejalan dengan permasalahan perhitungan harga pokok produk

tersebut, perajin mebel di desa Serenan belum mengetahui mengenai

perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode Activity Based

Costing System. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Supriyanto

dalam wawancara pada hari kamis tanggal 7 Juni 2012, beliau menyebutkan:

“Belum mbak, saya belum mengetahui soal perhitungan harga pokoktersebut, masalahnya disini rata-rata perajin mebel juga menggunakanperhitungan yang seperti biasanya. Jadi ya saya ikut bagaimana umumnyayang digunakan saja. Saya dulu kuliah juga di jurusan teknik mbak, jadi yatidak tahu.”

Namun, saat peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Ari, selaku

istri Bapak Supriyanto dan juga mengelola bagian keuangan dan administrasi,

beliau menyebutkan bahwa pernah mengetahui, beliau mengatakan:

“Macam-macam perhitungan harga pokok produk saya pernahmempelajarinya saat saya kuliah dulu mbak, namun sekarang sudah lupa.Kebetulan juga rata-rata perajin memperhitungkan harga pokok masihseperti yang biasanya ya kami ikut saja mbak, karena juga lebih gampangdan tidak terlalu ribet.”

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa informan tersebut

dapat diketahui bahwa para perajin mebel di desa Serenan memang belum

mengetahui tentang perhitungan harga pokok produk dengan metode Activity

Based Costing System. Sejalan dengan hal itu, peneliti melakukan penelitian

dengan mengimplementasikan perhitungan harga pokok dengan activity based

costing system. Penelitian dengan mengimplementasika perhitungan harga pokok

ini dilakukan dengan menggunakan data-data yang peneliti peroleh dari

wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada proses pembuatan produk

mebel berupa Kursi Jepang di tempat produksi mebel Aristo Furniture.

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

C. Pembahasan

1. Perhitungan Harga Pokok Produk Yang Dilakukan Oleh Perajin Mebel

Desa Serenan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai

perhitungan harga pokok produk diperoleh data bahwa usaha mebel yang

dimiliki oleh Bapak Supriyanto telah melakukan perhitungan harga pokok

untuk setiap produk yang diproduksi walaupun metode perhitungan yang

digunakan masih tergolong sederhana. Pada saat peneliti melakukan penelitian,

Bapak Supriyanto sedang memproduksi Kursi Jepang sebanyak 250 buah yang

dikerjakan dalam waktu satu bulan. Perhitungan harga pokok yang dilakukan

oleh Bapak Supriyanto adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perhitungan

Perajin Mebel Desa Serenan

Keterangan Biaya Per Unit Jumlah Total

Biaya Bahan Baku Rp 82.000,00 250 Unit Rp 20.500.000,00

Biaya Tenaga Kerja Rp 20.000,00 250 Unit Rp 5.000.000,00

Rp 102.000,00 Rp 25.500.000,00

Sumber: Aristo Furniture yang telah diolah.

Penjelasan:

a. Biaya Bahan Baku

Dalam menentukan kebutuhan bahan baku pembuatan mebel,

perajin memperhitungkan jumlah volume dari keseluruhan jumlah kayu

yang dibutuhkan. Penentuan jumlah bahan baku untuk membuat Kursi

Jepang ini, Bapak Supriyanto memperhitungkan jumlah volume kayu yang

dibutuhkan untuk memproduksi barang, seperti yang dijelaskan pada saat

wawancara hari rabu tanggal 23 Mei 2012:

“Bahan bakunya saya hitung dengan menjumlah setiap isi (volume)yang dibutuhkan untuk memproduksi kursi lalu dikalikan dengan

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

jumlah kursi yang saya produksi mbak, lalu ketemu berapa kayu yangdibutuhkan. Untuk membuat Kursi Jepang ini karena memang Kursinyajuga termasuk kecil dan simple, 1 M3 bisa untuk membuat 31-32 kursi,jadi isi tiap kursi 0,032 M3 mbak, ini untuk volume kotor, sehinggauntuk membuat 250 kursi saya butuh kira-kira 8M3. Volume itu masihharus dikurangi penyusutan bahan karena memang tidak semua bagiankayu bisa digunakan, penyusutannya kira-kira 15-20% nya untuk pas-nya kira-kira 17% lah mbak. Jadi setelah di hitung penyusutannya0,0544M3 dan volume kayu yang benar-benar digunakan adalah0,02656M3 tiap unitnya, sehingga totalnya 6,64M3.”

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa total kayu yang

dibutuhkan untuk membuat 1 unit kursi yaitu ya 0,032M3 dan total untuk

membuat 250 unit Kursi Jepang adalah 8M3, namun tidak semua bagian

kayu dapat digunakan, hal ini diakui sebagai penyusutan jumlah kayu yang

dibutuhkan, penyusutan ini mencapai 17% atau sekitar 1,36M3 dari total

jumlah kayu yang dibutuhkan. Kayu yang digunakan untuk memproduksi

satu unit Kursi Jepang adalah 0,02656M3 dan totalnya adalah 6,64M3.

Terkait dengan biaya bahan baku, Bapak Supriyanto menjelaskan bahwa

total biaya yang dibutuhkan adalah jumlah kayu yang dibutuhkan

dikalikan dengan harga kayu. Setelah total biaya diketahui kemudian

ditambah dengan biaya bahan pendukung yang perhitungannya dijadikan

satu dengan biaya bahan baku. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak

Supriyanto pada saat wawancara, beliau menyebutkan:

“Untuk menghitung jumlah biaya bahan baku yang saya butuhkan yaitutinggal mengalikan jumlah kayu yang saya butuhkan dengan hargapasaran kayu saat ini mbak. Untuk membuat Kursi Jepang ini kayuyang saya pakai sesuai permintaan adalah Kayu Jati Kebon OD28,maksudya diameternya 28Cm dan panjangnya 100Cm. Kayu jenis iniharganya Rp 3.000.000,00 tiap 1 M3 mbak. Untuk memproduksi kursiini butuh 8M3 sehingga totalnya Rp 24.000.000,00. Lha padahal jumlahkayu yang benar-benar digunakan adalah 6,64M3 atau senilaiRp19.920.000,00. Biaya bahan baku per unitnya adalah Rp 79.680,00dan saya bulatkan menjadi Rp 80.000,00. Untuk kayu sisa (penyusutan)ini nanti saya gunakan sebagai bahan bakar proses oven mbak. Iyambak, untuk kursi ini juga butuh bahan lain seperti lem dan sekrupnamun cuma saya hitung sebagai biaya pendukung, itupun sayamasukkan sekalian di biaya bahan baku ini senilai Rp 2.000,00 per unit,

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Jadi total biaya bahan baku yang saya keluarkan untuk memproduksisatu unit Kursi Jepang adalah Rp 82.000,00”

Secara lebih rinci inilah perhitungannya:

Kayu yang digunakan:

6,64M3 X Rp3.000.000,00 = Rp19.920.000,00

Total biaya kayu per unit:

Rp 19.920.000,00 : 250 unit = Rp 79.680,00

(Di Bulatkan) = Rp 80.000,00

Biaya pendukung = Rp 2.000,00

Total biaya bahan baku = Rp 82.000,00

b. Biaya Tenaga Kerja

Perhitungan biaya tenaga kerja yang diterapkan oleh Bapak

Supriyanto adalah dengan membandingkan dengan biaya tenaga kerja

untuk memproduksi barang lain yang sejenis. Untuk setiap produk yang

dihasilkan, Bapak Supriyanto sudah mempunyai standar biaya tenaga

kerja untuk setiap barang. Seperti yang dijelaskan pada wawancara tanggal

25 Mei 2012, beliau menjelaskan:

“Biaya tenaga kerja atau gaji yang saya keluarkan untuk setiap produkyang dihasilkan hanya menurut perkiraan saja mas. Saya bandingkandengan produk yang pernah saya buat. Tapi tergantung juga dengantingkat kesulitan pengerjaan. Semakin sulit maka biayanya jugasemakin besar mbak. Iya, saya juga sudah mempunyai standar biayagaji, misalnya untuk membuat kursi sekitar Rp 20.000,00 sampaiRp 25.000,00, untuk membuat almari yang notabene lebih besar sekitarRp 30.000,00-an. Ya hanya seperti itu mbak.”

Dalam proses pembuatan Kursi Jepang ini, Bapak supriyanto

menetapkan biaya tenaga kerja sebesar Rp 20.000,00, hal ini didasari

karena proses pembuatan kursi ini tergolong mudah, seperti yang

diutarakan oleh Bapak Supriyanto:

“Untuk biaya tenaga kerja pembuatan Kursi Jepang ini Rp 20.000,00mbak untuk tiap kursinya karena memang kursi ini bentuknya simple,sederhana banget, jadi ya mudah pembuatannya.”

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based

Costing System

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Perhitungan harga pokok dengan metode Activity Based Costing

System merupakan perhitungan harga pokok produk yang menekankan pada

perhitungan harga pokok berdasarkan pada tiap-tiap aktivitas penggunaan

sumber daya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung, yang

dilakukan untuk memproduksi barang. Tiap-tiap aktivitas yang dilakukan

dalam proses produksi barang secara otomastis akan menimbulkan biaya yang

harus diidentifikasi dan diukur untuk menentukan besar biaya yang harus

dikeluarkan untuk membiayai aktivitas tersebut, sehingga biaya yang

dikeluarkan jelas penggunaanya dan memberikan informasi biaya yang akurat.

Dari penelitian yang telah peneliti lakukan, diperoleh data-data terkait

berbagai aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi Kursi Jepang

beserta semua biaya yang ditimbulkan oleh masing-masing aktivitas tersebut.

Dari data-data yang peneliti peroleh tersebut, kemudian peneliti

mengimplementasikan perhitungan harga pokok produk metode Activity Based

Costing System dengan data-data yang penulis peroleh tersebut.

Berikut adalah proses perhitungan harga pokok produk Kursi Jepang

dengan menggunakan metode Activity Based Costing System yang dilakukan

oleh peneliti:

a. Sumber daya dan biaya langsung

Dalam proses produksi Kursi Jepang sumber daya lansung yang

digunakan adalah bahan baku dan tenaga kerja langsung. Biaya yang

ditimbulkan akibat penggunaan sumber daya langsung tersebut meliputi:

1) Biaya bahan baku

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi Kursi

Jepang merupakan bahan baku yang dibeli di Barokah Jati yang

memang sudah menjadi langganan penyuplai bahan baku untuk proses

produksi Aristo Furniture. Perhitungan biaya bahan baku dilakukan

dengan menghitung volume kayu yang digunakan dikalikan dengan

harga kayu per kubik. Perhitungan kayu yang digunakan adalah:

Tabel 4.6 Perhitungan Volume Kayu

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

BagianKomponen

Panjang(Cm)

Lebar(Cm)

Tebal(Cm)

Volume(Cm3)

JumlahKomponen

Total(Cm3)

Dudukan 54 34 6 11016 1 11016

Kaki-kaki 52 32 4 6656 2 13312

Penghubung 28 6 4 672 1 672

Total Volume Satu Unit Kursi Jepang 25000

Sumber: Data aristo Furniture yang telah diolah.

Jadi total volume adalah 25.000Cm3 yang sama dengan

0,025M3. Pada saat wawancara, Bapak Supriyanto mengungkapkan

bahwa bahan baku yang digunakan banyak mengalami penyusutan

karena tidak semua bahan yang dibutuhkan dapat digunakan.

Penyusutan kayu ini berupa sisa atau limbah kayu yang biasanya

dimanfaatkan sebagai bahan bakar maupun bisa diolah kembali

menjadi bahan kerajinan. Pada saat wawancara Bapak Supriyanto

mengungkapkan bahwa penyusutan hanya sekitar 17%, namun saat

peneliti melakukan observasi di temani oleh Saudara Iswanto selaku

tenaga kerja bagian produksi, ternyata penyusutan bahan terjadi cukup

banyak, seperti yang diungkapkan Saudara Iswanto pada saat

wawancara tanggal 6 juni 2012:

“Biasanya tidak semua bagian kayu dapat dipakai. Dari gelondongutuh setelah mengalami proses penggergajian kayu bisa menyusut5%. Saat kayu sudah menjadi balok lalu akan dibuat polakomponen, dioven, dan di serut hingga menjadi komponen,penyusutannya bisa paling banyak mbak. Kalau dihitung ya sekitar13% lebih mbak, pokoknya setelah melalui tahap itu, komponensudah sesuai dengan ukuran dan siap dirakit.”

Dari pemaparan Saudara Iswanto diatas dapat diketahui

bagaimana rumusan perhitungan bahan baku yang dibutuhkan seperti

yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 4. 7 Perhitungan Prosentase Bahan Baku yang Digunakan

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Keterangan Penyusutan Nilai Akhir

Gelondong - 100%

Balok kayu 5% 95%

Komponen jadi 13,43% 82,2%Sumber: Data Aristo Furnitore (diolah)

Setelah diketahui volume kayu yang dibutuhkan untuk

memproduksi satu unit Kursi Jepang, maka dapat dihitung jumlah

kayu yang diperlukan untuk memproduksi seluruh Kursi Jepang

tersebut, perhitungannya adalah:

Tabel 4. 8 Perhitungan Jumlah Bahan Baku yang Digunakan

Keterangan Penyusutan Volume PerUnit (M3)

Total Volume(M3)

Gelondong - 0,032 8

Balok kayu 5% 0,0304 7,6

Komponen jadi 13,43% 0,025 6,25Sumber: Data Aristo Furniture yang telah diolah.

Berdasarkan data diatas jumlah kayu gelondong yang

dibutuhkan untuk memproduksi satu unit Kursi Jepang adalah 0,032

M3. Hal ini berarti untuk memproduksi 250 unit Kursi Jepang

dibutuhkan 8 M3 kayu gelondong. Namun dalam proses produksi

terjadi penyusutan kayu yang digunakan sehingga kayu yang benar-

benar bisa digunakan untuk memproduksi Kursi Jepang adalah

6,25M3.

Selain biaya bahan baku kayu yang digunakan, terdapat biaya

yang timbul dalam persiapan bahan baku, seperti biaya angkut kayu

dan biaya penggergajian, seperti yang dijelaskan Saudara Iswanto,

beliau menyebutkan:

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

“Ada mbak, untuk menggergaji kayu gelondong menjadibalok kayu juga butuh biaya mbak, untuk Kursi Jepang ini kemarinmenghabiskan sebesar Rp800.000,00 dan biaya angkut bolak-balikdari pembelian kayu gelondong, hingga kayu menjadi balok dansiap diproses mencapai Rp200.000,00, mbak.”

Berdasarkan penjelasan Bapak Supriyanto, maka perhitungan

biaya bahan baku Kursi Jepang adalah:

Tabel 4. 9 Perhitungan Biaya Bahan Baku

Keterangan Jumlah

Total volume Kayu yang Digunakan 6,25 M3

Harga Kayu Per M3 Rp 3.000.000,00

Biaya Bahan Baku Kayu Rp 18.750.000,00

Biaya Penggergajian Rp 800.000,00

Biaya Angkut Pembelian Bahan Baku Rp 200.000,00

Total Biaya Bahan Baku Rp 19.750.000,00

Jumlah Produksi 250 Unit

Biaya Bahan Baku Per Unit Rp 79.000,00

Sumber: Data Aristo Furniture yang telah diolah

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang secara

langsung terlibat dalam proses produksi mebel yang meliputi

pekerjaan mempersiapkan dan mengoven bahan baku, membuat

komponen, merakit, finishing dan service. Perhitungan biaya tenaga

kerja langsung dilakukan dengan menjumlah semua biaya gaji

masing-masing bagian dikalikan dengan hari kerja untuk

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

menghasilkan produk yang diinginkan kemudian dibagi dengan

jumlah produk yang dihasilkan. Berdasarkan wawancara tanggal 31

Mei 2012, ibu Ari menyebutkan bahwa sistem penggajian karyawan

dihitung dengan mengalikan hari kerja karyawan dengan tarif gaji

tiap-tiap bagian, dimana tiap-tiap bagian mempunyai tarif yang

berbeda-beda, Ibu Ari menyebutkan:

“Tidak sama mbak, gaji untuk tiap-tiap karyawan ituberbeda-beda sesuai dengan jumlah hari kerjanya, dan tergantungtiap bagiannya. Pada bagian yang tugasnya lebih berat, otomatistarifnya juga lebih besar, begitu sebaliknya, mbak.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka berikut adalah

tarif penggajian pada tiap-tiap bagian yang dilakukan oleh Aristo

Furniture.

Tabel 4.10 Sistem Penggajian Tenaga Kerja Aristo Furniture

Bagian Upah Per hari

Penggergajian Rp 25.000,00

Pengovenan Rp 25.000,00

Komponen Rp 30.000,00

Perakitan Rp 30.000,00

Finishing Rp 20.000,00

Service Rp 20.000,00

Quality Control Rp 30.000,00

Administrasi Rp 30.000,00Sumber: Data Aristo Furniture

Secara lebih rinci, berikut perhitungan biaya tenaga kerja

langsung:

Tabel 4. 11 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Bagian JumlahKaryawan

HariKerja

Upah Perhari (Rp)

Total Gaji(Rp)

Penggergajian 2 1 Rp 25.000,00 Rp 50.000,00

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Komponen 10 7 Rp 30.000,00 Rp 2.100.000,00

Pengovenan 2 7 Rp 25.000,00 Rp 350.000,00

Perakitan 8 7 Rp 30.000,00 Rp 1.680.000,00

Finishing 6 4 Rp 20.000,00 Rp 480.000,00

Service 3 2 Rp 20.000,00 Rp 120.000,00

Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung R 4.780.000,00Jumlah Produk yang dihasilkan 250 Unit

Biaya Tenaga Kerja Langsung Per Unit Rp 19.120,00

Sumber : Data Aristo Furniture yang telah diolah.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa biaya tenaga

kerja langsung merupakan akumulasi dari biaya tenaga kerja langsung

dari tiap-tiap bagian yang kemudian dikalikan dengan jumlah hari

kerja dan totalnya dibagi dengan jumlah kursi yang dihasilkan.

Pemberian gaji untuk tiap-tiap tenaga kerja berbeda-beda sesuai

dengan tingkat kesulitan pekerjaan yang dilakukan oleh tiap-tiap

tenaga kerja.

b. Sumber daya dan biaya tidak langsung

1) Identifikasi Aktivitas

Aktivitas yang diakibatkan penggunaan sumber daya tidak

langsung dapat dikelompokan berdasarkan hierarki aktivitas dan

pemicu biayanya. Hierarki aktivitas dalam metode Activity Based

Costing System terdiri dari empat level aktivitas, yaitu Unit Level

Activity, batch Level activity, Product Sustaining Activity, dan Facility

Sustaining Activity.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4. 12 Identifikasi Aktivitas dan Biaya tak Langsung

Pool Biaya TidakLangsung

Bahan PenolongOven Listrik

BTKTLTransportasi

Lem Sekrup QualityControl Administrasi Pengemudi

Hierarki aktivitas Unit LevelActivity

Unit LevelActivity

Batch LevelActivity

Batch LevelActivity

Batch LevelActivity

Batch LevelActivity

Batch LevelActivity

Batch LevelActivity

Cost Driver JU JA KwH HK JA

Dasar alokasi Biaya 10 Kg 25 Bungkus 1 Rit 700 3 Hari/2 Orang 3 Hari 8 Hari 100 LiterRp

21.000,00 Rp 3.500,00 Rp450.000,00 Rp 795,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp

30.000,00 Rp 4.500,00

Total BiayaTidak Langsung Rp 210.000,00 Rp 87.500,00 Rp 450.000,00 Rp 556.500,00 Rp 180.000,00 Rp 90.000,00 Rp 240.000,00 Rp 450.000,00

Keterangan:

JA = Jumlah Aktivitas

KwH =Kilowatt Hour

HK = Hari Kerja

JT = Jumlah Liter

JU = Jumlah Unit

68

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a) Unit Level Activity Cost

Merupakan biaya yang ditimbulkan dari aktivitas pada

level unit sebagai akibat penggunaan sumber daya oleh aktivitas

tersebut. Aktivitas yang ditimbulkan pada level ini adalah

penggunaan bahan penolong sehingga biaya yang ditimbulkan

pada aktivitas ini adalah biaya bahan penolong. Dalam proses

produksi Kursi Jepang ini bahan penolong yang digunakan adalah

lem dan sekrup yang menghabiskan masing-masing 10Kg untuk

lem yang harganya Rp 21.000,00/Kg, totalnya adalah

Rp 210.000,00. Sedangkan sekrup yang digunakan menghabiskan

25 bungkus dengan harga perbungkus Rp 3.500,00 sehingga total

biaya adalah Rp 87.500,00.

b)Batch Level Activity Cost

Batch level activities Cost ( biaya aktivitas tingkat

batch), yaitu biaya aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu

batch produk di produksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi

oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Batch level activity

cost meliputi:

(1) Biaya Oven Komponen

Proses pengovenan komponen membutuhkan

dilakukan untuk mengurangi kadar air atau getah yang

terdapat di dalam kayu. Pengovenan komponen ini

membutuhkan pemakaian bahan bakar oven kayu yang

berupa kayu bakar limbah pembuatan Kursi Jepang.

Pemakaian kayu bakar ini sekitar 1 rit kayu bakar yang

harganya Rp 450.000,00.

(2) Biaya Listrik

Listrik yang digunakan dalam proses produksi

adalah listrik yang berasal dari PLN. Hampir semua peralatan

yang digunakan bertenaga listrik sehingga penggunaan listrik

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

dalam proses produksi ini cukup besar. Dalam sehari, Aristo

Furniture bisa menggunakan rata-rata 50Kwh dengan tarif

dasar listrik Rp 795,00, sehingga selama memproduksi Kursi

Jepang dalam waktu 14 hari, biaya listrik yang harus

dikeluarkan senilai Rp 556.500,00.

(3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja

yang tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi

Kursi Jepang. Biaya yang ditimbulkan oleh aktivitas

penggunaan tenaga kerja tidak langsung disebut sebagai

biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja tidak

langsung ini terdiri dari tenaga kerja bagian quality control,

tenaga kerja bagian administrasi dan pengemudi. Biaya

tenaga kerja tidak langsung ditetapkan berdasarkan hari kerja

dan tarif gaji per hari berdasarkan bagian masing-masing

tenaga kerja. Biaya tenaga kerja bagian quality control

jumlahnya Rp 180.000,00 dan bagian administrasi dan

keuangan sejumlah Rp 60.000,00 sedangkan untuk biaya gaji

pengemudi Rp 420.000,00.

(4) Biaya Transportasi

Aktivitas transportasi yang menimbulkan biaya

transportasi terdiri dari aktivitas pengadaan bahan,

pengiriman barang dan transportasi lainnya yang menunjang

aktivitas produksi mebel. Berdasarkan catatan pengeluaran

biaya-biaya yang dilakukan oleh Saudara Iswanto, aktivitas

ini menghabiskan kira-kira 100 Liter bahan bakar premium

yang totalnya Rp 450.000,00.

2) Pengelompokan Aktivitas

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Aktivitas yang menimbulkan konsumsi pada sumber daya

tidak langsung secara bersama dalam proses produksi Kursi Jepang

dapat dikelompokkan dalam satu kelompok. Biaya aktivitas yang

timbul merupakan biaya overhead bersama yang dikelompokkan

dalam satu kelompok biaya berdasarkan cost driver (pemicu biaya).

Tabel 4. 13 Pengelompokan Aktivitas Berdasarkan Pemicu Biaya

Sumber Daya TidakLangsung Aktivitas Pemicu

BiayaBiaya Bahan Penolong Penggunaan bahan penolong JUBiaya Oven Pengeringan kayu JABiaya Listrik Penggunaan Listrik KwH

Biaya Tenaga KerjaTidak Langsung

Pengontrolan kualitas barang HKPengelolaan administrasi dankeuangan HKPengangkutan bahan HK

Biaya Transportasi Transportasi perusahaan JLKeterangan: JU = Jumlah Unit

JA = Jumlah Aktivitas

KwH = Kilowatt Hour

HK = Hari Kerja

JL = Jumlah Liter

Biaya tidak langsung atau overhead pabrik memiliki pemicu

biaya yang berbeda-beda sehingga perlu untuk dikelompokkan

berdasarkan pemicu biaya masing-masing. Kemudian biaya tersebut

dibebankan kedalam masing-masing aktivitas dari tahapan produksi

berdasarkan pemicu biayanya. Pengelompokan pembebanan tersebut

akan dilakukan sebagai berikut:

a) Kelompok Biaya 1

Kelompok biaya 1 merupakan kelompok biaya aktivitas

yang timbul akibat penggunaan sumber daya tidak langsung

berdasarkan pada pemicu biaya jumlah unit yang diproduksi oleh

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

perusahaan. Pengelompokkan biaya berdasarkan aktivitas tersebut

adalah:

Tabel 4. 14 Pengelompokan Dan Pembebanan BiayaOverhead

Pabrik Berdasarkan Pemicu Biaya Jumlah Unit

Biaya Bahan Penolong Jumlah

Lem Rp 210.000,00

Sekrup Rp 87.500,00

Total Rp 297.500,00Sumber: Data Aristo Furniture yang telah diolah.

b)Kelompok Biaya 2

Pada kelompok 2 ini biaya aktivitas yang timbul akibat

penggunaan sumber daya berdasarkan pemicu biaya jumlah

aktivitas. Aktivitas yang menimulkan biaya adalah pengovenan

kayu dimana pemicu biayanya adalah Rit. Rit merupakan satuan

hitung untuk kayu yang sudah dalam bentuk potongan. Satu kali

kegiatan pengovenan membutuhkan 1 Rit bahan bakar kayu.

Pengelompokan aktivitas ini seperti:

Tabel 4. 15 Pengelompokan Dan Pembebanan Biaya Overhead

Pabrik Berdasarkan Pemicu Biaya Jumlah Aktivitas

Aktivitas Biaya Aktivitas

Pengovenan / pengeringan kayu Rp 450.000,00

Sumber: Data Aristo Furniture yang telah diolah.

c) Kelompok Biaya 3

Pada kelompok 3 ini biaya aktivitas tang timbul akibat

penggunaan sumber daya berdasarkan pemicu biaya KwH

(Kilowatt Hour). Pengelompokan aktivitas ni seperti:

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 4. 16 Pengelompokan Dan Pembebanan Biaya Overhead

Pabrik Berdasarkan Pemicu Biaya KwH

Aktivitas TDL JumlahListrik

BiayaAktivitas

Pemakaian Listrik Rp 795,00 700 KwH Rp 556.500,00

Sumber: data Aristo Furniture yang telah diolah.

d)Kelompok Biaya 4

Kelompok biaya 4 terdiri dari biaya aktivitas yang

ditimbulkan oleh aktivitas penggunaan sumber daya yang

menggunakan pemicu biaya hari kerja. Pengelompokan ini terdiri

dari biaya tenaga kerja langsung yang pembagiannya sebagai

berikut:

Tabel 4. 17 Pengelompokan Dan Pembebanan BiayaOverhead

Pabrik Berdasarkan Pemicu Biaya Hari Kerja

Aktivitas Biaya Aktivitas

Pengontrolan kualitas barang Rp 180.000,00

Pengelolaan administrasi dan keuangan Rp 90.000,00

Pengangkutan bahan Rp 240.000,00

Total Rp 510.000,00

Sumber: Data Aristo Furniture yang telah diolah.

e) Kelompok Biaya 5

Kelompok ini merupakan kelompok biaya aktivitas yang

timbul akibat penggunaan sumber daya tidak langsung

berdasarkan pada pemicu biaya jumlah unit yang diproduksi oleh

perusahaan. Pengelompokkan biaya berdasarkan aktivitas tersebut

adalah:

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Tabel 4. 18 Pengelompokan Dan Pembebanan BiayaOverhead

Pabrik Berdasarkan Pemicu Biaya Jumlah Liter

Aktivitas Biaya Aktivitas

Transportasi perusahaan Rp 450.000,00

Sumber: Data Aristo Furniture yang telah diolah.

3) Penghitungan Tarif Biaya

Tarif biaya overhead pabrik merupakan pembagian antara

jumlah biaya overhead pabrik yang homogen atau sejenis dalam satu

kelompok dengan jumlah konsumsi pemicu biayanya masing-masing.

Hasil pembagian tersebut dinamakan tarif kelompok biaya overhead

pabrik. Perhitungan tarif kelompok biaya overhead pabrik untuk

produksi Kursi Jepang pada Aristo Furnitutre yaitu:

Tabel 4. 19 Perhitungan Tarif Kelompok Biaya Overhead Pabrik

KelompokBiaya Nilai Biaya Pemicu

Biaya Tarif Biaya

Kelompok 1 Rp 297.500,00 250 Unit Rp 1.190,00

Kelompok 2 Rp 450.000,00 1 JA Rp450.000,00

Kelompok 3 Rp 556.500,00 700 KwH Rp 795,00

Kelompok 4 Rp 510.000,00 17 HK Rp 30.000,00

Kelompok 5 Rp 450.000,00 100 JL Rp 4.500,00

Sumber: Data Aristo Furniture yang telah diolah.

4) Pengalokasian biaya

Pengalokasian biaya dilakukan setelah diketahui jumlah tarif

kelompok kemudian dilakukan pengalokasian biaya ke produk.

Pengalokasian dilakuakn dengan mengalikan tarif kelompok biaya dan

aktivitas yang dikonsumsi oleh produk. Berikut ini adalah perhitungan

alokasi biaya overhead pabrik ke produk :

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Tabel 4. 20 Perhitungan Alokasi Biaya Overhead Pabrik ke

Produk

Kelompok Biaya KonsumsiPemicu

Tarif PerPemicu Jumlah BOP Per

Unit

Kelompok Biaya 1 250 Unit Rp 1.190,00 Rp 297.500,00 Rp 1.190,00

Kelompok Biaya 2 1 JA Rp 450.000,00 Rp 450.000,00 Rp 1.800,00

Kelompok Biaya 3 700 KwH Rp 795,00 Rp 556.500,00 Rp 2.226,00

Kelompok Biaya 4 17 HK Rp 30.000,00 Rp 510.000,00 Rp 2.040,00

Kelompok Biaya 5 100 JL Rp 4.500,00 Rp 450.000,00 Rp 1.800,00

Total BOP Rp 2.264.000,00 Rp 9.056 ,00

Sumber: Data Aristo Furniture yang telah diolah.

5) Perhitungan Harga Pokok Produksi

Setelah diketahui biaya overhead pabrik, kemudian dapat

diketahui besarnya harga pokok produksi Kursi Jepang. Harga pokok

produksi Kursi Jepang didapat dengan menjumlahkan biaya langsung

dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dai biaya bahan baku

(BBB) dan biaya tenaga kerja langsung (BTKL), sedangkan biaya

tidak langsung terdiri dari biaya overhead pabrik (BOP). Perhitungan

harga pokok produksi Kursi Jepang yaitu:

Tabel 4. 21 Perhitungan Harga Pokok Produksi Kursi Jepang

Keterangan Biaya Total Per Unit

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Biaya Langsung

Biaya Bahan Baku Rp 19.750.000,00 Rp 79.000,00

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 4.780.000,00 Rp 19.120,00

Biaya Tidak Langsung

Biaya Overhead Pabrik:

Biaya Bahan Penolong Rp 297.500,00 Rp 1.190,00

Biaya Oven Rp 450.000,00 Rp 1.800,00

Biaya Listrik Rp 556.500,00 Rp 2.226,00

Biaya Tenaga kerja tak langsung Rp 510.000,00 Rp 2.040,00

Biaya Transportasi Rp 450.000,00 Rp 1.800,00

Total Biaya Rp 26.794.000,00 Rp 107.176,00

Perhitungan harga pokok produksi denga menggunakan

metode activity menghasilkan perhitungan harga pokok produk Kursi

Jepang dengan harga per unit Rp107.176,00 dengan jumlah produksi

250 unit sehingga total harga pokok untuk secara keseluruhan adalah

Rp 26.794.000,00.

3. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok yang Dilakukan oleh Perajin

Mebel Desa Serenan dengan Metode Activity Based Costing System

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang

penerapan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based

Costing System dan berdasarkan hasil perhitungan harga pokok produk dengan

menggunakan metode yang dilakukan perusahaan dan dengan activity based

costing system, terdapat perbedaan antara kedua hasil perhitungan harga pokok

pada produk yang sama. Perbedaan tersebut menyangkut tentang penentuan

biaya, pengalokasian biaya, perhitunagn biaya, maupun hasil perhitungan harga

pokok. Perbedaan perhitungan harga pokok antara yang menggunakan metode

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

seperti yang diterapkan perajin mebel desa Serenan dengan metode Activity

Based Costing System sebagai berikut:

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4. 22 Perbandingan Antara Perhitungan Harga Pokok Pokok Produk Metode Perajin Mebel Desa Serenan dengan

Metode Activity Based Costing System

PerbedaanMetode Perajin Mebel Desa

SerenanMetode Activity Based Costing

SystemSelisih

NilaiPersentase

Total Per Unit Total Per Unit Total Per Unit

Biaya Bahan Baku Rp 20.500.000,00 Rp 82.000,00 Rp 19.750.000,00 Rp 79.000,00 -Rp 750.000,00 -Rp 3.000,00 3,80%

Biaya Tenaga KerjaLangsung Rp 5.000.000,00 Rp 20.000,00 Rp 4.780.000,00 Rp 19.120,00 -Rp 220.000,00 -Rp 880,00 4,60%

Biaya Overhead Pabrik - Rp 2.264.000,00 Rp 9.056,00 Rp 2.264.000,00 Rp 9.056,00 -100%

Total Biaya Rp 25.500.000,00 Rp 102.000,00 Rp 26.794.000,00 Rp 107.176,00 Rp 1.294.000,00 Rp 5.176,00 4,83%

78

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Penjelasan:

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku yang ditetapkan dengan dua metode, terdapat

selisih yang tidak terlalu besar. Penetapan biaya bahan baku dengan

menggunakan metode yang diterapkan oleh perajin mebel desa serenan

sebesar Rp 82.000,00 yang terdiri dari biaya bahan baku senilai

Rp 80.000,00 dan biaya bahan penolong yang dihitung jadi satu dengan

biaya bahan baku senilai Rp 2.000,00. Sedangkan berdasarkan perhitungan

dengan menggunakan metode Activity Based Costing System menunjukan

biaya bahan baku senilai Rp 79.000,00. Selisih ini terjadi karena

perhitungan biaya bahan baku yang dilakukan oleh perajin mebel rata-rata

hanya berdasarkan perkiraan, sedangkan perhitungan biaya bahan baku

dengan menggunakan metode Activity Based Costing System dilakukan

secara mendetail dengan memperhitungkan setiap volume kayu yang

benar-benar digunakan beserta perhitungan biaya-biaya lain yang

berhubungan dengan penyiapan bahan baku. Selisih biaya bahan baku

sebesar Rp 3.000,00 (overcosting) atau sebesar Rp 3,8% dari biaya bahan

baku dengan perhitungan dengan biaya bahan baku.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Perhitungan biaya tenaga kerja langsung terdapat selisih sebesar

Rp 880,00 atau terjadi overcosting antara biaya tenaga kerja langsung yang

di tetapkan menggunakan metode perhitungan harga pokok produk yang

diterapkan perajin mebel desa serenan dengan menggunakan metode

activity based costing system. Biaya tenaga kerja langsung dengan

menggunakan metode yang diterapkan perajin mebel desa serenan senilai

Rp 20.000,00 dan metode Activity Based Costing System senilai

Rp 19.120,00. Selisih hasil perhitungan ini terjadi karena seperti halnya

perhitungan biaya bahan baku, perhitungan biaya tenaga kerja langsung ini

juga didasarkan pada perkiraan dan tingkat kesulitan pembuatan produk

Kursi Jepang. Perhitungan dengan menggunakan metode Activity Based

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Costing System dilakukan dengan menghitung tarif gaji tiap-tiap bagian

dikalikan dengan jumlah tenaga kerja tiap bagian dan hari kerja kemudian

hasilnya dibagi dengan jumlah produksi. Hal ini tentu akan memberikan

informasi biaya yang akurat.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead parik pada perhitungan harga pokok dengan

menggunakan metode yang diterapkan oleh perajin mebel desa serenan

tidak di hitung walaupun sebenarnya ada, yaitu berupa biaya bahan

penolong yang dijadikan satu dengan biaya bahan baku yaitu senilai

Rp 2.000,00. Pada perhitungan harga pokok dengan menggunakan metode

Activity Based Costing System, biaya overhead pabrik dihitung secara rinci

dan dibebankan berdasarkan pemicu biaya. Sehingga terdapat selisih

perhitungan biaya overhead pabrik senilai Rp 2.264.000,00. Biaya

overhead pabrik untuk Kursi Jepang ini terdiri dari biaya bahan penolong

senilai Rp 297.500,00, biaya oven senilai Rp 450.000,00, biaya listrik

senilai Rp 556.500,00, biaya tenaga kerja tidak langsung senilai

Rp 510.000,00 dan biaya transportasi senilai Rp 450.000,00.

d. Total Biaya

Perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode

yang diterapkan oleh perajin desa Serenan menghasilkan harga pokok

produk per unit senilai Rp 102.000,00 atau total keseluruhannya senilai

Rp 25.500.000,00, sedangkan perhitungan dengan menggunakan Activity

Based Costing System menghasilkan perhitungan harga pokok produk

senilai Rp 107.176,00 dan totalnya sebesar Rp 26.794.000,00. Secara

keseluruhan terjadi undercosting atas perhitungan harga pokok produk

dengan menggunakan metode yang diterapkan oleh perajin mebel desa

serenan terhadap perhitungan dengan menggunakan Activity Based

Costing System.

Perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan Activity Based

Costing System secara keseluruhan menghasilkan perhitungan harga pokok

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

produk Kursi Jepang per unit yang lebih besar bila dibandingkan dengan

perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode yang diterapkan

perajin mebel desa Serenan. Perhitungan harga pokok produk dengan

menggunakan metode Activity Based Costing System memberikan hasil

perhitungan yang lebih besar mencerminkan bahwa setiap aktivitas yang

menimbulkan biaya secara nyata dicatat dan dihitung serta dialokasikan pada tiap

proses produsi. Hal ini dapat memberikan informasi biaya yang akurat sehingga

dapat digunakan oleh perajin mebel desa serenan untuk meningkatkan efektivitas

dan efisiensi pada proses produksinya.

Metode perhitungan harga pokok produk yang selama ini digunakan oleh

perajin mebel desa Serenan menghasilkan perhitungan harga yang lebih rendah

dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produk dengan metode Activity

Based Costing System. Perhitungan yang dilakukan perajin untuk menetapkan

harga pokok produksi tidak secara rinci menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk menghasilkan produk. Biaya-biaya yang ditimbulkan oleh setiap aktivitas

yang dilakukan untuk memproduksi barang hanya dihitung berdasarkan perkiraan

atau estimasi perajin dan dikelompokkan dalam biaya-biaya lain. Hal ini

menyebabkan informasi perhitungan harga pokok produksi tidak akurat dan dan

menjadi lebih rendah.

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah terkumpul dan pembahasan yang

telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis menarik simpulan sebagai

berikut:

1. Perajin mebel desa Serenan telah menerapkan perhitungan harga pokok pada

setiap produk yang dihasilkan dari kegiatan produksinya. Perhitungan harga

pokok produk yang dilakukan oleh perajin mebel desa Serenan telah menjadi

rumusan yang cara perhitungannya adalah dengan menjumlahkan tiap

komponen perhitungan harga pokok yang terdiri dari biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja. Perhitungan harga pokok produk Kursi Jepang yang

dilakukan oleh bapak Supriyanto menghasilkan total harga pokok senilai

Rp25.500.000,00 atau Rp102.000,00 per unit. Rincian biaya perhitungan

harga pokok tersebut adalah:

a. Biaya bahan baku senilai Rp80.000 di tambah biaya pendukung senilai

Rp2.000,00, sehingga total biaya bahan baku per unitnya Rp82.000,00

dan jumlah biaya bahan baku untuk memproduksi seluruh Kursi Jepang

adalah Rp 20.500.000,00.

b. Biaya tenaga kerja yang dikenakan adalah Rp 20.000,00 tiap unit sehingga

total biaya tenaga kerja adalah Rp 5.000,00.

2. Perhitungan harga pokok Kursi Jepang dengan menggunakan metode Activity

Based Costing System dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama,

biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan biaya kemudian dikelompokan

pada kelompok yang sejenis untuk menghitung tarif overhead kelompok.

Pada tahap kedua, biaya dari setiap kelompok overhead ditelusuri ke produk

dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap I dan ukuran

jumlah sumber daya yang dikonsumsi setiap produk kemudian harga pokok

produksi diperoleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

kerja langsung dan biaya overhead pabrik dibagi dengan jumlah unit produk

yang dihasilkan. Perhitungan harga pokok produk Kursi Jepang dengan

menggunakan metode Activity Based costing system menghasilkan

perhitungan harga pokok per unit sebesar Rp107.176,00 sehingga totalnya

Rp 26.794.000,00. Perhitungan ini terdiri dari:

a. Biaya langsung yang terdiri dari biaya bahan baku senilai Rp79.000,00 per

unit atau totalnya Rp 19.750.000,00 dan biaya tenaga kerja langsung

sebesar Rp19.120,00 per unitnya sehingga totalnya Rp4.780.000,00.

b. Biaya tidak langsung yang hanya terdiri dari biaya overhead pabrik (BOP)

senilai Rp 2.264.000,00 atau Rp 9.056,00 per unitnya yang terdiri dari

biaya bahan penolong sebesar Rp 1.190,00, biaya oven sebesar Rp

1.800,00, biaya listrik Rp 2.226,00, biaya tenaga kerja tidak langsung

sebesarRp 2.040,00 dan biaya transportasi sebesar Rp 1.800,00.

3. Perhitungan harga pokok produk Kursi Jepang dengan menggunakan dua

metode perhitungan harga pokok ternyata menghasilkan dua perhitungan

harga pokok yang berdeda. Metode Activity Based Costing System

menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang lebih besar

dibandingkan metode yang digunakan perajin mebel, hal ini terjadi karena

biaya-biaya yang dikeluarkan dibebankan secara lebih rinci ke dalam produk.

Hal ini membuat harga pokok produksi yang dihasilkan menceminkan

penggunaan biaya yang sesungguhnya terjadi. Perhitungan harga pokok

produk dengan menggunakan metode yang diterapkan oleh perajin mebel

desa Serenan yang dilakukan oleh bapak Supriyanto menghasilkan

perhitungan harga pokok Kursi Jepang senilai Rp102.000,00 per unit,

sedangkan dengan menggunakan metode Activity Based Costing System

menghasilkan perhitungan senilai Rp107.176,00 per unitnya dengan kata lain

terjadi undercosting atas perhitungan harga pokok yang dilakukan perajin

terhadap perhitungan harga pokok dengan menggunakan metode Activity

Based Costing System, yang disebabkan karena pada perhitungan harga

pokok yang dilakukan oleh perajin hanya memperhitungkan biaya bahan baku

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

dan biaya tenaga kerja langsung saja yang masing-masing senilai Rp

82.000,00 dan Rp 20.000,00, sedangkan pada perhitungan dengan metode

Activity Based Costing System, setiap biaya yang dikeluarkan diperhitungkan,

seperti biaya bahan baku Rp 79.000,00, biaya tenaga kerja langsung sebesar

Rp19.120,00, dan biaya overhead pabrik senilai Rp 9.056,00 yang terdiri dari

biaya bahan penolong sebesar Rp 1.190,00, biaya oven sebesar Rp 1.800,00,

biaya listrik Rp 2.226,00, biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp

2.040,00 dan biaya transportasi sebesar Rp 1.800,00. Perhitungan harga

pokok produk dengan menggunakan metode Activity Based Costing System

memberikan hasil perhitungan yang lebih besar, hal ini mencerminkan bahwa

setiap aktivitas yang menimbulkan biaya secara nyata dicatat dan dihitung

serta dialokasikan pada tiap proses produsi.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi TeoritisBerdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

antara penentuan harga pokok kursi Jepang dengan menggunakan metode yang

diterapkan oleh perajin mebel desa Serenan dengan perhitungan harga pokok

menggunakan metode Activity Based Costing System. Metode Activity Based

Costing System dapat menentukan harga pokok Kursi Jepang dengan perhitungan

yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan yang diterapkan oleh perajin

mebel desa Serenan karena setiap biaya yang ditimbulkan oleh aktivitas untuk

memproduksi Kursi Jepang dirinci dan diperhitungkan dengan cermat sehingga

dapat memberikan informasi biaya secara jelas. Hasil penelitian tersebut selaras

dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyadi (2003) dalam bukunya yang

berjudul “Activity Based Costing System”, beliau menyatakan bahwa ABC

System memberikan perhitungan secara akurat. Hasil penelitian ini juga

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Andjarwani Putri Widjajanti tahun

2007 dalam jurnalnya yang berjudul “Evaluasi Penerapan Activity Based

Costing System Sebagai Alternatif Sistem Biaya Tradisional Dalam

Penentuan Harga Pokok Produksi” dimana penerapan perhitungan dengan

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

menggunakan metode Activity Based Costing System memberikan perhitungan

harga pokok yang lebih akurat karena Activity Based Costing System dapat

memilahkan biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi secara lebih

terperinci. Selain itu hasil penelitian Fieda Femala dalam skripsinya yang

berjudul Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam

Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Pada RSUD Kabupaten

Batang), mengungkapkan bahawa perhitungan Activity Based Costing System

mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap objek biaya secara tepat

berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas sehingga perhitungan harga

pokok produk menjadi akurat.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan

Activity Based Costing System sebagai alternatif penentuan harga pokok

mebel pada perajin mebel desa Serenan dapat memberikan perhitungan harga

pokok yang lebih akurat karena setiap aktivitas yang menimbulkan biaya

didentifikasi dan diperhitungkan dengan benar. Selain itu juga memberikan

perhitungan terhadap biaya-biaya scara tepat sesuai dengan konsumsi biaya

oleh aktivitas produksi sehingga memberikan informasi biaya secara akurat

yang kemudian dapat memberikan dasar pertimbangan untuk pengambilan

keputusan baik mengenai penentuan laba, harga jual maupun efisiensi kerja.

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Perajin mebel, termasuk Aristo furniture hendaknya melakukan identifikasi

setiap aktivitas yang menimbulkan biaya kemudian merinci setiap biaya yang

dikeluarkan untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan harga

pokok.

2. Dalam penentuan harga pokok para perajin mebel bisa menerapkan Activity

Based Costing System sebagai alternatif penentuan harga pokok produk.

Penggunaan metode Activity Based Costing System bisa menjadi solusi

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii IMPLEMENTASI ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

altematif penetapan harga pokok produksi untuk perajin mebel yang ingin

mendapatkan perhitungan biaya yang lebih akurat karena dengan perhitugan

biaya yang akurat informasi untuk penetapan harga jual dapat ditentukan

dengan efektif juga sehingga laba yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan

biaya yang telah dikeluarkan.