ubi jalar ica

Upload: inasuccess

Post on 31-Oct-2015

95 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • J. Agrivigor 7(3): 263-271, Mei-Agrrstfrs 2008; ISSN 1412-2286

    PENAMPILAN FENOTIPII< DAN DAYA HASIL TANAMAN UBI JALAR LOKAL SULAWESI SELATAN

    Phenotypic appearance and yield potential of local sweet potato at South Sulawesi

    Andi Rusdayani Ami n , Syahianfy A. Syaiful da n Syahrul Mubaraq

    Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar J1. P.Kemerdekaan km.10 Tamalanrea Makassar 90245 Telp 0411(587064)

    ABSTRACT

    This research aimed to obtain a certain local sweet potato with better phenotypic appearance and yield potential to be recommended as a promising clone. An experiment was carried out at Experimental Farm of Faculty of Agriculture, Hasanuddin University, from May 2006 to May 2007. It was arranged in a randomized complete block design, with experiment materials consisting of nine local clones and Cilembu variety as comparison. Experiment results indicated that there were seven (U2, U3, U4, U5, U66 and U9) out of nine clones having higher yield potential than Cilembu, with clone U5 had highest potential. These seven clones were potential to be developed as promising clones. Keywords: phenotypic appearance, yield potential, local sweet potato

    PENDAHULUAN

    Ubt jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang ter- kandung dalam ubijalar antara lain vitamin A, vitamin C, thiamin (vitamin Bl), dan riboflavin. Sedangkan mineral dalam ubijalar di antaranya adalah zat' besi (Fe), fosfor (P), dan kalsium (Ca). Jumlah kandungan beta karoten dalam 100 g ubi jalar: Ubi jalar putih, mengand- ung 260 mkg (869 SI), ubi jalar ungu, mengandung 9000 mkg (32.967 SI), dan ubi jalar kuning keorangean, mengan- dung 2.900 nlkg (9.657 SI). Semaki kuat intensitas warna ubi jalar, makin hesar pula kandungan beta karotemya. Kele- bihan lain ubi jalar juga mengandung anti- oksida yang kuat untuk menetralisir keg- anasan radikal bebas, penyebab penuaan dini d m pencetus aneka penyakit de-

    generatif seperti kanker dan jantung. Saat ini perkembangan ubi jaIar d i Indonesia belum menggembiraka dan produksinya cenderung mengalami pasang sumt. Produktivitas tanaman ubi jalar di SU- lawesi Selatan tahun 2004 mencapai 11,O ton ha-1 dengan produksi 76,496 ton dari luas panen 6.906 hektar, mengalami se- dikit peningkatan dari tahun 2003 dengan produktivitas 10,7 ton ha-1 dengan pro- duksi 61.780 ton dari luas panen 5.748 ha (Anonim, 2005).

    Rendahnya produkivitas ubijalar di Indonesia, penyebabnya antara lain ada- lah petani umumnya menggunakan bibit setek yang diambil dari tunas persemaian umbi, kesulitan dalam mendapatkan bibit varietas unggul, input yang diberikan pada pertanaman rendah, gangguan hama boleng dan penyakit kudis serta adanya

  • Penampilan fenotipik dan daya haSil Tanaman ubi jalar lokal Sulawesi Selatan

    hambatan non biologis seperti kekeringan dan naungan. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki produktivitas yang rendah di antaranya melalui penggunaan bibit varietas unggul, perbaikan teknik budidaya, dan penerapan pola tanam yang tepat. Peluang meningkatkan pro- duksi dan produktivitas ubijalar masih cukup besar dengan tersedianya klon-klon unggul harapan yang berpotensi dilepas sebagai varietas unggul baru. Varietas- varietas ubijalar unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan menguntungkan untuk dibudidayakan, antara lain Ceng- kuang, Sewu, Ciembu, Muara Takus dan (Anonim, 2001 ).

    Tanaman ubijalar telah banyak di- budidayakan secara intensif oleh ma- syarakat baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual di pasaran. Namun belurn banyak diketahui jenis ubijalar yang ada di Sulawesi Selatan yang baik untuk dikembangkan. Selama ini ma- syarakat ma& menggunakan jenis-je~s lokal yang telah lama dibudidayakan se- cara turun temunm di daerahnya. Petani tidak menggunakan varietas unggul karena sulitnya diperoleh.

    Pemuliaan tanaman meliputi tiga fase kegiatan yaitu: a) menciptakan varia- bilitas genetik tanaman; b) seleksi genetik yang mempunyai gen-gen pengendali karakter yang diinginkan dan ; c). melepas kultivar terbaik untuk produksi yang di- inginkan (Frey, 1983 dalam Wahyuni et al. 2004). Selanjutnya menyatakan bahwa karakter pertumbuhan yang menyokong proses fisiologis yang efektif pada ubujilar adalah banyak, tegak, tipe tajuk kmpak dan mempunyai sulur yang pendek; dan kompenen hasil yang penting adalah jum- lah umbi pertanaman serta panjang dan diameter umbi.

    Hasil penelitian Nmahidah (2005) menemukan ada sekitar 15 plasma nutfah ubi jalar di kabupaten Sinjai dengan nilai produksi 9.689 ton ha-l . Hasil penelitian lain menemukan banyaknya jenis ubi jalar yang ditemukan di Emekang yang po- tensial untuk dikembangkan, meskipun diketahui Sulawesi Selatan dapat dijadi- kan sebagai daerah pengembangm komo- ditas ubi jalar karena didukung kondisi lingkungan yang sesuai untuk partum- buhannya. Penelitian mengenai tanaman ubi jalar telah banyak dilakukan mulai dari inventarisasi sampai korelasi antar karakter, namun penelitian tersebut belum melihat potensi daya hasil tanaman ubi jalar

    Eberhant dan Russel, 1966 dalam Marcia dan Takdir (2000), mengemukaka bahwa genotip unggul biasanya didasar- kan pada penampilan fenotipik. Genotipik yang dapat mempertahankan tingkat pe- nampilan yang tinggi pada lingkungan yang luas umumnya merupakan genotip yang dikehendaki oleh suatu program pemuliaan. Pembentukan varietas unggul ubi jalar dilakukan melalui seleksi dan pengujian kemantapan sifat-sifat unggul yang dimiliki. Bahan yang diseleksi diper- oleh dari varietas lokal, iniroduksi dari luar negeri, dan h a d pessilangan para pe- neliti. Persyaratan pokok varietas unggul ubi jalar menurut kelompok peneliti se- bagai berikut; 1) potensi hasil tinggi (20 - 30 ton ha-l), 2) kadar pati tinggi ( 2 0 %), 3) kadar karotein tinggi (di atas 5 mg 100g-1 bahan), 4) rasa daging umbi enak dan manis (untuk konsumsi langsung), 5) tahan terhadap hama dan penyakit utama, 6) umur panen sekitar 90 hari untuk datar- an rendah, 120 - 150 hari untuk dataran medium, dan 180 hari untuk dataran

  • Andi Rusdayani Amin, Syatrianty A. Syaiful dan Syahrul Mubaraq

    tinggi dan 7) bentuk umbi baik dan mu- dah dipanen.

    Banyaknya jenis ubijalar lokal yang terdapat di Sulawesi Selatan maka perlu dilakukan penelitian mengenai jenis-jenis tanaman ubijalar Sulawesi Selatan dan mendapatkan jenis ubi jalar yang berpo- tensi untuk dikembangkan sebagai klon unggul harapan.

    Penelitian bertujuan untuk mene- mukan jenis ubijalar lokal dengan penam- pilan fenotifik dan daya hasil tinggi yang dapat dijadikan sebagai klon harapan. Hasil penelitian diharapkan dapat di- gunakan dalam upaya peningkatan pro- duksi ubijalar lokal yang memiliii po- tensi sebagai kIon harapan. Selain itu diharapkan dapat mendorong peningkat- an dan pengembangan ubi jalar sebagai salah satu komoditas pangan alternatif.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar, yang berlangsung mulai Mei 2006 sampai Mei 2007.

    Bahan-bahan yang digunakan ada- lah bibit ubi jalar asal Sulawesi Selatan yang berasal~ dari kota Maros, Sung- guminasa dan Makassar diambil berdasar- kan warna kulit dan daging umbi dan varietas Cilembu

    Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, sekop, ember, gunting, meteran, mistar geser, tirnbangan dan alat tulis- menulis.

    Penelitian dilaksanakan dalam ben- tuk percobaan lapang dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 10 jenis ubijalar sebagai perlakuan, yaitu:

    1. Ul (kulit umbi ungu d m daging umbi ungu kuning)

    2. U2 (kulit umbi ungu muda dan daging umbi kuning tua)

    3. U3 (kulit umbi ungu muda dan daging umbi kuning muda)

    4. U4 (kulit umbi ungu muda dan daging umbi putih)

    5. U5 (kulit umbi merah dan daging umbi jingga)

    6. U6 kulit umbi merah muda dan daging umbi kuning)

    7. U7 (kulit umbi merah muda dan daging umbi putih bulat)

    8. U8 (kulit umbi merah muda dan daging umbi putih lonjong)

    9. U9 (kulit umbi putih dan daging umbi putih)

    10. U10 (varietas Cilembu sebagai pembanding)

    Masing-masing perlakuan diulang se- banyak 3 kali sehingga terdapat 30 petak.

    Pelaksanaan Penelitian

    Bibit diperoleh dari pasar-pasar tradisional yang telah memasarkan hasil; panen ubi jalar dari masing-masing daerah. Ubi tersebut ditanam pada lahan khusus penunasan. Setelah ubi bertunas dan berumur 2 bulan atau lebih segera di- lakukan pernotongan bahan tanaman untuk dijadikan bibit.

    Lahan digemburkan dan diratakan dengan menggunakan cangkul dan dibuat bedengan dengan ukuran 3 m x 2 m se- banyak 30 bedengan. Jarak antar bedeng- an 50 cm, sedangkan jarak antar ke- lompok adalah 100 cm. Setelah itu dilaku- kan pemupukan dasar dengan meng- gunakan pupuk kandang sapi.

    Bibit yang digunakan adalah setek pucuk yang berasal dari umbi. Panjang set& antara 25 - 30 cm. Penanaman di- lakukan dengan menanam bibit ubi jalar ke dalam tanah sedalam % - 2/3 bagian,

  • Penampilan fenotipik dan daya hasil Tanaman ubi jalar lokal Sulawesi Selatan

    kemuciian dipadatkan tanah dekat pang- kal setek dengan jarak tanam 75 cm x 30 cm.

    Pemupukan dilakukan dengan menggunakan dosis pupuk yaitu 60 g pet@ urea, 30 g petak-1 SP-36 dan 30 g petak-1 KCl. Pemupukan dilakukan satu minggu setelah tanam (MST).

    Pemeliharaan meliputi penyiangan, penyulaman jika ada tanaman yang mati, penyiraman, pembumbunan tanah, dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali sehari terutama pada awal pertumbuhan. Pengamatan menggunakan delapan ta- naman sampel. Komponen yang diamati dan diukur adalah : 1. Panjang sulur (cm), diukur dari

    pangkal hingga titik tumbuh pada saat Panen

    2. Jumlah cabang, dihitung pada saat Panen

    3. Jumlah d a m (helai), dihitung semua d a m yang terbentuk selama pertum- buhan

    4. Panjang umbi (cm), tiap umbi yang terbentuk diukur pada saat panen mulai dari pangkal sampai ujung umbi

    5. Diameter umbi (cm), tiap umbi yang .

    terbentuk diukur pada saat panen 6. Bobot per umbi (g), ditimbang pada

    saat panen 7. Bobot wnbi per tanaman (g), ditim-

    bang pada saat panen 8. Bobot wnbi per petak (g), itimbang

    pada saat panen 9. Jumlah umbi (buah), dihitung mpel

    pada saat panen. 10. Umur panen (hari), dihitung dari

    awal penanaman hingga panen

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 1 menunjukkan bahwa varietas Cilembu menghasilkan jurnlah cabang terbanyak,jdah d a m terbanyak dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan tanaman ubi jalar lokal yang di- cobakan. Namun demikian dari peng- amatan komponen hasil terlihat bahwa tanaman ubijalar lokal menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Cilembu. Tanaman U5 menunjuk- kan hasil yang terbaik dibandingkan dengan semua jenis tanaman yang diuji. Tanaman U5 adalah tanaman yang dengan umur panen yang tercepat. Jenis ubijalar lokal yang dicobakan juga mem- perlihatkan hasil yang berbeda. Hal ter- sebut menunjukkan adanya pengaruh ge- notip masing-masing jenis. Pada Tabel 2 terlihat adanya korelasi sangat nyata antara parameter pertumbuhan dan hasil tanaman ubijalar yang diuji. Terlihat jum- lah cabang tanaman berkorelasi sangat nyata dengan jumlah d a m seperti terlihat pada varietas Cilembu. Hal lain terlihat bahwa diameter umbi berkorelasi sangat nyata dengan bobot umbi. Tamp& bahwa jenis U1 mempunyai diameter wnbi d m bobot umbi terkecil. Rekapi- tulasi hasil pengamatan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jenis ubi jalar lokal yang diamati memperlihatkan tingkat kesamaan yang tinggi bila dibandingkan dengan varietas Cilembu. Tingkat ke- samaan umur panen dan umbi menun- jukkan kisaran 66 - 100 %. Meskipun pada hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa bagian vegetatif varietas Cilembu lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ubi jalar lokal.

  • Tabel 1. Pertumbuhan dan hasil Hon-Hon lokal dan varietas pembmding Cilembu

    Panjang Jumlah pa@% Diameter Bobot Jumlah Umur Bobotumbi Perlakum sulur Judah Daun umbi umbi panen per hektar umbi (4 Cabang (helai) umbi (cm) perumbi (g) pertanam (an) an (g) @uah) (haii) (ton)

    U1 59.8 b 3.96 b 49.17 bcd 14.29 4.64 c 77.08 a 152.50 d 2.05 bcd 132.00 b 3.51 cde

    U2 79.94 b 4.17 b 45.46 cd 16.9 5.37 abc 135.13 cd 332.50 ab 2.63 b 120.00 bc 8.22 b

    U3 61.41 b 3.84 bc 39.34 de 17.05 5.04 bc 99.37 de 253.75 bcd 2.59 b 120.00 bc 7.19 bcd

    U4 68.64 b 4.21 b 44.17 cde 17.61 5.15 bc 128.68 cd 288.96 abc 2.42 b 124.00 bc 6.61bcd U5 80.00 b 3.09 d 35.17 e 15.15 5.07 bc 94.70 de 369.58 a 3.88 a 106.00 c 11.58 a

    U6 85.06 b 3.55 c 48.75 bcd 17.86 6.49 abc 191.11 a 399.58 a 2.17 bc 124.00 bc 7.77 bc

    U7 76.22 b 3.88 bc 56.17 b 13.73 7.10 a 153.96 abc 214.17 cd 1.50cd 124.00 bc 5.09 cd

    U8 53.85 b 4.09 b 46.63 bcd 16.32 6.68 ab 187.15 ab 355.00 ab 2.04 bcd 132.00 b 7.58 bcd

    U9 65.67 b 4.17 b 51.63 bc 19.17 5.30 abc 138.34 bcd 182.92 cd 1.46 cd 124.00 bc 4.49 cd

    U10 38.32 a 7.08 a 115.96 a 16.26 6.09 abc 162.5 abc 207.92 cd 1.29 e 278.00 a 4.94 e

    Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyatabpada t a d uji JBD a = 0.01

  • Penampilan fenotipik dan daya ha&l Tanaman ubi jalar lokal Sulawesi Selatan

    Tabel 2. Matriks korelasi karakter tanaman

    Parameter Jumlah Panjang Diameter Bobot Per Panjang Jumlah Jumlah Umur Cabang Umbi Umbi Umbi per IJrnbi per Sulur Daun Umbi Panen tanaman pet& J d a h 1 Cabang panjang 0.06731" Umbi Diameter 0.1560'. -0.16541" 1 Umbi

    per 0.27651" 0.3014m 0.8537'" 1 Umbi Umbi -0.4004" 0.2042" 0.2488'" 0.39771" 1 per tanaman Umbi -0.45271" 0.04341" -0.04701" -0.0107'" 0.8590- 1 per petak Umbi -0.45P 0.0434'" -0.04701. -0.01071" 0.8590" 1.0000- per ha

    Jumlah 0.9558" -0.05811n 0.30091n 0.3418'" -0.38591" -0.4483'" 0.9470- 1 Dam Jumlah

    -0.59511" -0.0996'" -0.46621" -0.47871" 0.6041'" 0.8646- -0.3628'" 0,6268,. 1 Umbi

    Keterangan: ** = sangat nyata tn = tidak nyata r(0,05)(8) = 0,632 r(0,01)(8) = 0,765

    Pembahasan

    H a d penelitian menunjukkan bahwa varietas Cilembu memiliki pan- jang sulur lebih panjang, jumlah cabang dan jumlah d a m yang lebih banyak di- bandingkan dengan tanaman ubi jalar lokal yang dicobakan.Masing-masing klon dari hasil perbanyakan secara vegetatif memberikan informasi genetik dari sifat pewarisan keturunan dan penampakan fenotipe yang akan muncul kelika jaring- an organisme mengalami perkembangan dan sifat itu berasal dari induknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Crowder (1993), bahwa bahan-bahan keturunan

    mempunyai dua kemampuan yaitu duplikasi mandiri dan mengatur fenotipe. Mormasi genetik yang sama timbul dalam semua sel dari tubuh organisme. Sampai saat tertentu, sel dari organisme multiselluler adalah totipotensi yaitu mampu membentuk replika yang lengkap dan identik. Hal ini menunjukkan bahwa jenis lokal yang dicobakan pada urnurn- nya memiliki panjang sulur yang lebih pendek, jumlah cabang dan jumlah d a m yang lebih sedikit dibandingkan dengan varietas Cilembu karena dipengaruhi oleh sifat genetik yang terbawa dalam bahan perbanyakan.

  • Andi Rusdayani Amin, Syatrianty A. Syaiful dan Syahrul Mubaraq

    H a d pengamatan pada komponen hasil bahwa tanaman ubijalar lokal rata- rata menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Cilembu. Tanaman U5 menunjukkan hasil yang ter- baik dibandingkan dengan semua jenis tanaman yang diuji. Tanaman U5 adalah tanaman yang mempunyai umur panen yang tercepat. Hal ini disebabkan karena kemampuan klon-klon ini untuk me- nampung hasil assirnilasi di daerah per- akaran sangat baik yang mampu mening- katkan pembesaran diameter akar. Sel-sel yang membentuk organ vegetatif seperti akar, dipengaruhi oleh pengaturan gen- gen yang berinteraksi dalam pertum- buhan organisme. Interaksi antar gen dan gen serta lingkungan mampu mengatur urutan perkembangan sel-sel tanaman. Interaksi dari gen-gen yang mengatur pembentukan hasil fotosintesis di d a m dan penyimpan hasil assimilasi di bagian akar, serta pertumbuhan akar yang baik dengan keadaan lingkungan yang men- dukung seperti keadaan tanah yang baik mampu meningkatkan volume akar untuk pembentukan umbi. Sesuai pendapat Crowder (1993), bahwa pengaturan gen- gen mengakibatkan perkembangan yang teratur dan berurutan atau modifikasi dalam pertumbuhan organisme. Setiap tanaman memiliki kapasitas produksi yang khas secara fisiologis yang diten- tukan oleh energi hara, air dan sumber- sumber alami lain yang diperlukan suatu tanaman untuk dapat berproduksi namun setiap genotipe tidak mempunyai ka- pasitas fisiologis yang sama untuk meng- hasilkan.

    Selain itu parameter ha i l yang di- peroleh berbeda-beda menunjukkan. bahwa karakter fenotipe tiap klon tanam- an memiliki kemampuan yang berbeda dalam aktivitas metabolismenya. Hal ini

    sesuai dengan yang dikemukakan oleh Welsh (1991), bahwa beberapa potensi hasil yang meningkat disebabkan karena adanya karakteristik fenotipe satu tanam- an yang dapat memaksimalkan tingkat penggunaan pemupukan dan irigasi yang tinggi. Peningkatan tersebut disebabkan adanya informasi genetik yang mengarah pada potensi panen yang lebih besar dengan memperbaiki komponen-kom- ponen hasil.

    Jumlah umbi yang terbentuk diten- tukan oleh banyaknya akar sekunder yang mengalami pembesaran. Semakin banyak umbi yang terbentuk maka akan semakin mempengaruhi ukuran umbinya karena tejadi perebutan penimbunan hasil foto- sintat di daerah perakaran. Selain itu klon U5 juga memiliki tipe d a m yang jumlah- nya sedikit, lebar dan sedikit percabang- an, hal ini yang menyebabkan optima& sasi hasil fotosintesis kedaerah perakaran cukup baik untuk pembentukan umbi. Jenis-jenis lokal lainnya juga memiliki rata-rata jumlah umbi yang lebih banyak dibandingkan varietas Cilembu. Varietas Cilembu memiliki jumlah umbi yang paling sedikit karena lebatnya pertum- buhan batang dan d a m mengakibatkan kegiatan metabolisme sel dan respirasi tinggi sehingga sebagian besar hasil foto- sintesis akan digunakan untuk pertum- buhan batang dan d a m sedangkan yang digunakan untuk penimbunan fotosintat untuk cadangan makanan sangat sedikit. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Wargiono ddam Joharnas (1999), bahwa pertumbuhan batang yang berlebihan akan menyebabkan hasil umbi yang ren- dah. Bobot per umbi tanaman ubi jalar lokal tergolong kecil karena beratnya kurang dari 200 g menurut klasifikas, ukuran umbi di Inggris, Belanda dan Kanada. Namun demikian, bobot umbit

  • Penampilan fenotipik dan daya hasil Tanaman ubi jalar lokal Sulawesi Selatan

    tersebut relatif masih lebih besar diban- dingkan dengan belasan plasma nutfah ubi jalar koleksi dari beberapa daerah yang dievaluasi di Pacet Jawa Barat (Sutoro dan Minantyorini, 2003).

    Matriks korelasi beberapa karakter menunjukkan bahwa sebagian karakter yang diamati berkorelasi sangat nyata satu sama lain. Panjang sulur berkorelasi positif sangat nyata terhadap jumlah cabang jumlah d a m dengan . . jumlah cabang jumlah d a m dengan panjang sulur bobot per umbi deligan diameter umbi bobot umbi per petak .dengan bobot umbi per tanaman, dan jumlah umbi dengan bobot umbi per petak. Korelasi positif sangat nyata ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai suatu karakter maka akan semakin tinggi pula nilai karakter yang berkorelasi positif dengan- nya. Menurut Falconer dalam Ruchjaning- sih, Astanto dan Moedjiono (2000), ko- relasi positif terjadi bila gen-gen yang mengendalikan dua karakter yang ber- korelasi meningkatkan keduanya. Jumlah cabang berkorelasi positif sangat nyata dengan panjang sulur, ini menun- jukkan bahwa semakin panjang sulur tanaman yang tumbuh akan meningkat- kan pula jumlah cabang yang terbentuk. Sifat genetik yang mengendalikan karak- ter panjang sulur dan jumlah cabang d i n g sinergi. Beberapa karakter atau pe- ubah menunjukkan korelasi yang tidak nyata terhadap h a d seperti panjang umbi. h i bukan berarti bahwa karakter ini tidak mempunyai yengaruh terhadap hasil te- tapi mungk& saja melalui karakter lain. Menurut Falconer dalam Basir (1998), karakter-karakter lain yang berkontribusi tidak nyata bukan berarti bahwa karakter- karakter tersebut tidak berperan tetapi secara tidak langsung dengan melalui karakter lain dapat mempengaruhi had .

    Rekapitulasi hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis ubijalar lokal yang diamati memperlihatkan tingkat ke- samaan yang tinggi bila dibandingkan dengan varietas Cilembu. Tingkat ke- samaan umur panen dan umbi menun- jukkan kisaran 66 - 100 %. Meskipun pada hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa bagian vegetatif varietas Cilembu lebih tinggi dibandhg dengan jenis ubijalar lokal. Menurut Gardner et al. (1991), se- panjang masa perturnbuhan vegetatif akar, d a m dan batang merupakan daerah pemanfaatan yang kompetitif dalam hasil assimilasi. Proporsi hasil asimilasi di bagian ketiga organ ini dapat mempenga- ruhi pertumbuhan dan produksi. Adanya korelasi yang sangat nyata antara jumla cabang dengan jumlah daun disebabkan karena pada tanaman ubi jalar, daun muncul pada setiap cabang s h g g a se- makin banyakcabang semakin banyak daunnya. Namun, pada komponen has3 panjang umbi berkorelasi negatif dengan jumlah umbi yang berarti jenis ubi jalar yang ukuran umbinya panjang cenderung menghasilkan jumlah umbi sedikit dan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al. (2004) pada 52 genotipe ubi jalar.

    KESIMPULAN

    Ubijalar lokal (U2,U3,U4,U5,Ub,U8, dan U9) memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Cilembu Jenis U5 memiliki potensi hasil yang ter- tinggi yaitu sebesar 11.58 ton ha-'.

  • Andi Rusdayani Amin, Syahianty A. Syaiful dan Syahrul Mubaraq

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2001. Desripsi Varietas Unggul Ubijalar. Balitkabi Malang. Jawa T i u r .

    . 2005. Sulawesi Selatan dalam Angka 2004. Biro Pusat Statistik, Makassar.

    Basir, M. 1998. Penelitian Beberapa Sifat Agronomi dalam Usaha Memper- baiki Seleksi Kedelai (Glycine mux L.) di Indonesia. Agrikam 3(3): 125-136,

    Crowder, L.V. 1993. Plant Genetic - Genetika Tumbuhan . Te jemahan Kusdiarti, L., Sutarso (ed.). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

    Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchel. 1991. Plant Physiology of Crops. Fisiologi Tanaman Budidaya. (Te jemahan Herawati Susilo). UN- versitas Indonesia Press, Jakarta.

    Joharnas. 1999. Penampilan 13 Genotipe Ubi Jalar di Sumanik, Sumatera Barat. Pemuliaan Indonesia lO(2) : 66-71.

    Marcia, B. P., dan M. Takdir. 2000. Penam- pilan Fenotipik d m Hasil Beberapa Karakter Penting 10 jagung Hibrida Harapan berumur Genjah. Zuriat (1): 27-32.

    Nurwahida, A. 2005. Identifikasi karakter Morfologi Plasma Nutfah Ubi jalar di Kabupaten Sinjai. Skripsi. Jurus- an Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UNversitas Hasanuddin. Makassar.

    Sutoro dan Minantyorini. 2003. Karak- terisasi Ukuran dan Bentuk Umbi Plasma Nutfah Ubijalar. Buletin Plasma NutFah 9(2): 1-5

    Ruchjaningsih, Astanto dan Moedjiono. 2000. Penampilan Fenotipik dan Be- berapa Parameter Genetik Delapan Kultivar Kacang Tanah pada Lahan Sawah. Zuriat (1): 8-14.

    Wahyuni, T. S., Ridwan S., Nani Her- miwati dan K.H. Hendroatmojo. 2004. Variabilitas Genetik, Herita- bilitas dan Hubungan antara Hasil Umbi dengan Beberapa karakter Kuantitatif 52 genotip Ubijalar di Malang. Zuriat 15(2): 107-117.