pengaruh ekstrak ubi jalar (ipomoea batatas l.) dari …digilib.unila.ac.id/29941/2/skripsi tanpa...

40
PENGARUH EKSTRAK UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENIS DAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Bacillus sp D2.2 SKRIPSI Oleh M. ZAINAL ARIFIN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: ngominh

Post on 07-May-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGARUH EKSTRAK UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENISDAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI Bacillus sp D2.2

SKRIPSI

OlehM. ZAINAL ARIFIN

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2018

THE EXTRACT EFFECT OF SWEET POTATO (Ipomoea batatas) ONDIFFERENT KIND AND CONCENTRATION ON GROWTH OF

BACTERIA Bacillus sp D2.2

ABSTRACT

Probiotics application is one of the handling methods of bacterial diseases onshrimp vaname, Litopenaeus vannamei. The use of probiotics at the field is oftenobstructed by the manufacture of the probiotic media which is difficult andexpensive, so alternative media which is practical and cheaper is needed. Thisstudy aims to examine the effectiveness of white, yellow, and purple sweet potatoflour extract used as a technical media at different concentrations on probioticbacteria strain D2.2 density. This research used factorial RAL with 3 factors(white, yellow, and purple sweet potato) and with different level (2%, 3%, and4%) for each factors. The results showed that the isolated bacteria could growwell in all treatments. The bacteria growth occurred 12 hour after inoculation. Thebacteria density which were grown on technical media increased as the increase ofthe technical media dose. The highest bacterial density was 3.036 × 108 cfu/mLand it was found in the treatment of sweet purple potato at 4% concentration.

Keywords: Litopenaeus vannamei, media, isolate, bacteria, D2.2

PENGARUH EKSTRAK UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENISDAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI Bacillus sp D2.2

ABSTRAK

Aplikasi probiotik merupakan salah satu metode penanganan penyakitbakterial pada udang vaname Litopenaeus vannamei. Penggunaan probiotikdi lapangan sering terkendala oleh sulit dan mahalnya pembuatan mediaprobiotik, sehingga diperlukan media alternatif yang praktis dan lebihmurah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaanekstrak tepung ubi putih, ubi kuning dan ubi ungu sebagai media teknispada konseentrasi yang berbeda terhadap kepadatan bakteri probiotik strainD2.2. Penelitian ini menggunakan RAL faktorial dengan 3 faktor yaitu jenisubi jalar putih, kuning, dan ungu dengan masing-masing pada taraf berbedayaitu 2%, 3%, dan 4%. Hasil penelitian menunjukkan isolat bakteri dapattumbuh baik pada semua perlakuan. Petumbuhan bakteri terjadi mulai jamke-12 setelah inokulasi. Kepadatan bakteri yang ditumbuhkan pada mediateknis meningkat seiring dengan peningkatan dosis media teknis. Kepadatanbakteri yang tertinggi terdapat pada perlakuan ubi unggu pada konsentrasi4% sebesar 3,036 × 108 cfu/mL.

Kata Kunci: Litopenaeus vannamei, media, isolat, bakteri, D2.2

PENGARUH EKSTRAK UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENISDAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

BAKTERI Bacillus sp D2.2

Oleh

M. Zainal Arifin

SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERIKANAN

pada

Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 22

Oktober 1993, sebagai anak keempat dari empat bersaudara,

dari pasangan Bapak M. Yakub dan Ibu Siti Fatonah.

Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 2 Adiluwih,

Pringsewu pada tahun pelajaran 2006, Menyelesaikan

pendidikan di SMP Negeri 1 Adiluwih, Pringsewu pada

tahun pelajaran 2009 serta menamatkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 2

Metro, Kota Metro pada tahun 2012. Tahun 2012, penulis mendapatkan

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Universitas

Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan. Selama menjadi

mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktium Ekologi Perairan, dan

Mikrobiologi. Penulis juga aktif dalam organisasi di Himpunan Mahasiswa

Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) sebagai anggota bidang Kewirausahaan,

pada tahun 2013-2014 anggota bidang pengkaderan pada tahun 2014-2015.

Selama menikmati masa perkuliahan penulis mengikuti kegiatan Praktik Umum

(PU) di BBPPBL Gondol Buleleng-Bali dengan judul “Pembenihan Teripang

Pasir (Holothuria scabra) Balai Besar Pengembangan Dan Penenlitian

Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol-Bali” selama 30 hari pada bulan Juli 2016.

Penulis juga mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 60 hari di

Desa Duta Yosomulyo, Kecamatan Rawa Pitu, Kabupaten Tulang Bawang pada

Januari-maret 2016. Terakhir pada bulan Januari 2017, penulis melakukan

penelitian di Laboratorium Perikanan dengan judul “PENGARUH EKSTRAK

UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DARI JENIS DAN KONSENTRASI

YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Bacillus sp

D2.2” pada tahun 2017.

Diam (tidak bicara) adalah sesuatu kebijaksanaan dan sedikit orangyang melakukannya (HR. Ibnu Hibban).

Dia (Allah) berfirman “dan tolong- menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong- menolonglah

dalam berbuat dosa dan Permusuhan” al-Maidah Ayat 2

Melakukan banyak hal yang bersifat positif merupakan wujud dari rasayang selalu bersyukur dengan semua pemberian sang khalik,

mengesampingkan rasa lelah adalah cerminan dari keikhlasan danselalu sujud syukur dengan semua pemberian-NYA, semuakenikmatan yang kita dapatkan selama ini. (Zainal, 2017)

Sesungguhnya kami turunkan (Al-Qur’an) kepada(Muhammad) dengan membawa kebenaran, maka sembahlah

(Allah) dengan tulus ikhlas beragama kepada-NYA, ingatlahhanya milik Allah agama yang murni dari syirik (QS Az-Zumar

:2-3)

Tidakkaah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui rahasia danbisikkan mereka dan bahwa Allah mengetahui segala yang gaib

(Surah At-Taubah ayat 78).

PERSEMBAHAN

Karya ini sebagai tanda baktiku kepada kedua orangtuaku,Ayah M. Yakub dan Ibu Siti Fatonah

Yang selalu mengiringi segala tindak tingkah laku selamadari kecil hingga sekarang dan selamanya, serta sebagaitanda terimakasih yang tidak mungkin dapat membalas

segala jasa dan pengorbanan orangtuaku.

Teruntuk Kakak Siti Sholehah, Siti Nur Asiyah, danM. Syukron Habibi Munir yang selalu mendukung dan

memotivasi penulis untuk selalu menjadi inspirasi.

Teruntuk Keluarga, sahabat, orang terdekat, teman yangmembantu dalam pengerjaan skripsi ini.

Dan tak lupa, almamaterku tercinta.

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) pada

program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian

Universitas Lampung dengan judul “Pengaruh Ekstrak Ubi

Jalar (Ipomoea batatas L.) Dari Jenis Dan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap

Pertumbuhan Bakteri Bacillus sp D2.2”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, kemampuan

untuk selalu bersyukur atas rezekinya.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Ibu Esti Harpeni, S.T.,MAppSc selaku dosen pembimbing akademik

sekaligus dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan motivasi

penuh, selalu sabar memberikan bimbingan, dan selalu memberikan saran

serta kekuatan yang membangun selama penulis aktif dalam perkuliahan

maupun pada saat menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang

selalu memberikan motivasi penuh, selalu sabar memberikan bimbingan,

dan selalu memberikan saran serta kekuatan yang membangun selama

penulis aktif dalam perkuliahan maupun pada saat menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P, selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis

dalam mengerjakan skripsi.

7. Sahabatku (Khanif Ardiansyah, Magista Wahyu Prastya, Renaldo

Syaputra, Ranindia Akbar A, Suliswati, Weni Fitriyani, dan Sundari

Sayekti) terimakasih telah memberikan canda, tawa, semangat dan bantuan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

8. Sahabatku (Agi Ramanda, Ardian Thomas Andika Wirya K, Auliyan

Azizi, Eshy Tri Wulandari, Imam Sodikin, M. Rio Maryanto, M. Rukni

Assegaf, Rahajeng Utami, Shara Anbia P, dan Tatang Purnama)

terimakasih telah memberikan canda, tawa, semangat dan bantuan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

9. Kurnia Dwi Pemata Sari yang telah membantu penulis dalam mencarikan

solusi dari kendala yang dihadapi selama proses menulis.

10. Teman-teman satu angkatan 2012 Budidaya Perairan terima kasih telah

menjadi bagian keluarga yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.

Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua, dan dengan

segala kerendahan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita

semua, amin yarobbal alamin.

Bandar Lampung, Januari 2018

Penulis

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL........................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................. 3

1.3 Manfaat Penelitian................................................................................ 3

1.4 Kerangka Pikir...................................................................................... 3

1.5 Hipotesis............................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) ........................................................... 6

2.2 Oligosakarida ..................................................................................... 7

2.2.1 Sukrosa ....................................................................................... 9

2.2.2 Rafinosa ...................................................................................... 10

2.3 Bakteri Bacillus sp D2.2 .................................................................... 11

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu danTempat Penelitian ............................................................... 13

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 13

3.3 Posedur Penelitian ................................................................................ 14

3.3.1 Isolat Bakteri ............................................................................... 14

3.3.2 Pembuatan Media SWC ............................................................. 14

3.3.3 PembuatanTepung Ubi Jalar ....................................................... 15

3.3.4 Pembuatan Media Uji.................................................................. 15

3.3.5 Inokulasi Bakteri ......................................................................... 15

3.4 Rancangan Penelitian Pendahuluan ..................................................... 16

3.4.1 Rancangan Acak Lengkap........................................................... 16

3.4.2 Parameter yang diamati ............................................................... 17

3.4.3 Perlakuan ..................................................................................... 17

3.5 Rancangan Penelitian Utama ............................................................... 17

3.5.1 Rancangan Acak Lengkap Faktorial ........................................... 17

3.5.2 Perlakuan ..................................................................................... 18

3.6 Analisis Data ....................................................................................... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Bakteri Pada Ubi Putih................................................... 19

4.2 Pertumbuhan Bakteri Pada Ubi Kuning ............................................... 21

4.3 Pertumbuhan Bakteri Pada Ubi Ungu .................................................. 23

4.4 Interaksi Jenis Ubi Dan Konsentrasi Yang Berbeda ............................ 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 27

5.2 Saran ................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 28

LAMPIRAN ................................................................................................... 32

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat Penelitian........................................................................................... 13

2. Bahan Penelitian........................................................................................ 14

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pemikiran ...................................................................... 5

2. Desain Susunan Rancangan Acak Lengkap ............................................. 18

3. Pertumbuhan Bakteri D2.2 pada Perlakuan Jenis Ubi Putih .................... 21

4. Pertumbuhan Bakteri D2.2 pada Perlakuan Jenis Ubi Kuning ................ 22

5. Pertumbuhan Bakteri D2.2 pada Perlakuan Jenis Ubi Ungu ................... 24

6. Pertumbuhan Bakteri dengan Interaksi Jenis Ubi dan Konsentrasi ......... 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat penelitian .......................................................................................... . 33

2. Bahan-bahan penelitian ............................................................................ 35

3. Foto kegiatan proses pembuatan tepung ekstrak ubi jalar ....................... 36

4. Pembuatan media uji ................................................................................ . 38

5. Hasil kepadatan absorbansi ...................................................................... 39

6. Hasil perhitungan kepadatan absorbansi .................................................. 40

7. Uji duncan ................................................................................................ 42

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubi jalar mengandung serat pangan alami yang tinggi yaitu, prebiotik,

oligosakarida dan lain-lain (Rukmana, 2008). Prebiotik adalah sumber makanan

bagi bakteri Bacillus sp. D2.2. Oligosakarida merupakan bagian dari karbohidrat

yang terdapat dalam bentuk bebas atau berkelompok pada semua makhluk hidup.

Definisi oligosakarida yang telah disetujui secara luas adalah karbohidrat yang

terdiri dari 2-10 buah residu monosakarida dengan struktur kimia tertentu (Pazur,

1970). Oligosakarida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dilihat dari

klasifikasinya.

Salah satu jenis klasifikasi oligosakarida yang biasa digunakan adalah klasifikasi

berdasarkan jumlah monomer monosakarida penyusunnya. Oligosakarida juga

terdiri dari dua jenis, yaitu homo-oligosakarida dan hetero-oligosakarida.

Oligosakarida sangat mudah larut dalam air dan pelarut polar lainnya (Pazur,

1970). Becker et al. (1974) menyatakan bahwa contoh oligosakarida yang terdapat

di ubi jalar adalah sukrosa dan rafinosa. Kandungan oligosakarida ini dapat

dijadikan sebagai sumber makanan untuk peningkatan jumlah bakteri.

Peningkatan jumlah bakteri menguntungkan dalam usus besar memerlukan suatu

sumber karbohidrat yang tidak dapat tercerna, sehingga dapat dijadikan substrat

untuk pertumbuhan bakteri probiotik dalam kolon. Prebiotik sebagian besar

adalah serat makanan, seperti oligosakarida, namun tidak seluruh serat makanan

merupakan prebiotik (Maryati dkk., 2016) Penelitian Hernandez dkk. (2012) telah

menunjukkan bahwa karbohidrat prebiotik dapat meningkatkan kelangsungan

hidup bakteri menguntungkan selama berada di lambung. Beberapa serat

makanan, khususnya serat larut, menunjukkan aktivitas prebiotik. Kelompok

prebiotik antara lain: prebiotik berjenis inulin seperti FOS (fruktooligosakarida)

dan galaktooligosakarida (GOS) (Roberfroid, 2007; Kelly, 2009). Karbohidrat

2

lainnya yang berpotensi sebagai prebiotik yaitu laktulosa, laktosukrosa,

oligosakarida kedelai, isomaltooligosakarida, palatinosa, xylooligosakarida, dan

glukooligosakarida (Manning dan Gibson, 2004).

Penggunaan oligosakarida untuk memperkaya pembentukan asam amino sebagai

sumber energi pertumbuhan bakteri. Oligosakarida yang berasal dari ubi jalar

dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh bakteri probiotik SKT-b untuk

menunjang pertumbuhan bakteri tersebut secara in vitro. Penambahan

oligosakarida ke media kultur meningkatkan pertumbuhan bakteri SKT-b, yang

berkorelasi positif terhadap peningkatan konsentrasi prebiotik tersebut, pada

semua perlakuan konsentrasi bakteri (Lesmanawati et al, 2013).

Sea water complete (SWC) adalah media tumbuh bakteri yang terdiri atas 1 gr/L

yeast ekstrak, 3 kl/L gliserol, air aut 75% dan air aquades 25% (Ayuzar, 2008).

Dari bahan-bahan pembuat SWC tersebut terdapat sumber energi bagi bakteri

berupa yeast ekstrak. Yeast ekstrak mengandung asam amino yang lengkap dan

vitamin B kompleks. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya asam amino,

jenis karbohidrat yang umumnya digunakan adalah amilum, glukosa, fruktosa,

galaktosa, sukrosa, dll. Dalam hal ini bakteri memanfaatkan yeast ekstrak sama

halnya memanfaatkan oligosakarida untuk pertumbuhannya. Media SWC (Sea

Water Complete), media ini sangat bagus untuk pertumbuhan masal Bakteri

Bacillus sp D2.2. Bahan kimia pembuat SWC tersebut harganya relatif mahal.

Penggunaan media ekstrak ubi jalar diharapkan dapat menghemat biaya dalam

penggunaan media SWC (Sea Water Complete). Karena kandungan oligosakarida

pada ubi jalar juga dapat meningkatkan populasi bakteri baik pada saluran cerna

seperti Bifidobacteria dan Lactobacillus (Weese, 2002).

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa tertarik untuk

meneliti ekstrak ubi jalar yang dapat menjadi alternatif pertumbuhan bakteri

dengan jenis ubi dan konsentrasi ekstrak tertentu..

3

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekstrak jenis ubi yang berbeda

pada berbagai konsentrasi ekstrak ubi jalar terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus

sp. D2.2 serta mengetahui interaksi ekstrak jenis ubi jalar dan konsentrasi yang

berbeda untuk pertumbuhan terbaik pada bakteri Bacillus sp. D2.2

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan alternatif media tumbuh bakteri Bacillus sp. D2.2.

kepada petani tambak udang. Bahan alternatif ini mudah didapatkan dan dapat

diproduksi sendiri oleh para petani sehingga dapat meminimalisir pengeluaran

pembudidayaan udang.

1.4 Kerangka Pikir

Pada saat ini petani tambak udang membuat probiotik untuk udang menggunakan

media SWC (Sea Water Complete). Bahan SWC terdiri dari yeast ekstrak, bacto

peptone dan gliserol (Ayuzar, 2008), namun bahan kimia tersebut harganya mahal

dan sangan sulit untuk mendapatkannya. Prasetyo (2015) mengungkapkan

penggunaan sinbiotik di tambak memiliki kendala yaitu sulitnya pembuatan

sinbiotik dan biaya pembuatannya yang mahal. Oleh karena itu, dibutuhkan

metode yang lebih murah dan praktis untuk menekan biaya sinbiotik tersebut.

Pada penelitian ini digunakan media teknis sebagai alternatif untuk mengkultur

bakteri probiotik yaitu menggunakan metode rebus untuk mengekstraksi

oligosakarida pada ubi jalar sebagai prebiotik.

Untuk menekan baiaya pembuatan media SWC, peneliti menggunakan media

alternatif berupa ekstrak ubi jalar untuk pertumbuhan bakteri probiotik Bacillus sp

D2.2. Ubi jalar dipilih karena produktivitas di Lampung sangat melimpah dan

harganya yang relatif lebih terjangkau. Serta salah satu kandungannya sangat

berperan penting untuk tumbuhnya Bakteri Bacillus D2.2, yaitu Oligosakarida

yang merupakan bagian dari polimer karbohidrat yang besar dan penting. Ditinjau

dari sisi ekonomi konsentrasi prebiotik yang diaplikasikan dalam kegiatan

budidaya berkolerasi positif dengan biaya produksi, karenanya penting untuk

4

dievaluasi efek konsentrasi prebiotik tersebut secara in vivo (Lesmanawati et al,

2013). Li et al. (2009) menyebutkan bahwa ada hubungan yang erat antara efek

konsentrasi probiotik dan prebiotik terhadap efisiensinya. Dari dua penelitian

tesebut jelas bahwa ada efek dari konsentrasi yang diberikan akan tetapi pada

penelitian ini juga akan menggunakan jenis ubi yang berbeda.

Tanaman ubi jalar dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, seperti yang

dijelaskan oleh Juanda (2004) terdapat tiga jenis ubi jalar yaitu yang pertama ubi

jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna putih. Jenis

ubi jalar kedua adalah ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging

umbi berwarna kuning, kuning muda atau putih kekuning-kuningan. Jenis ketiga

adalah ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna

ungu hingga ungu muda.

Ekstrak ubi jalar adalah bahan media tumbuh yang tidak dapat dicerna dan

menguntungkan inangnya dan menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan atau

aktivitas dari satu atau sejumlah bakteri di usus besar sehingga dapat

meningkatkan kesehatan (Gibson dan Roberfroid, 1995). Pembuatan ekstrak ubi

jalar putih, ungu, dan kuning pada penelitian ini menggunakan perlakuan

konsentrasi 2%, 3% dan 4%. Konsentrasi ekstrak ini dipilih dari penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Lesmanawati, et al. yang menggunakan tepung ubi

jalar putih dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3%.

Untuk mengetahui pertumbuhan bakteri tertinggi dilakukan uji HPLC dengan

ekstrak jenis ubi jalar pada konsentrasi tertentu yang mempengaruhi pertumbuhan

bakteri terbaik. Berdasarkan hasil uji in vitro, oligosakarida hasil ekstraksi ubi

jalar mampu berperan sebagai prebiotik yang menunjang pertumbuhan bakteri

probiotik SKT-b. Kombinasi prebiotik dan probiotik yang optimal didapatkan

pada konsentrasi prebiotik 3% dan probiotik SKT-b 10 yang menunjukkan

pertumbuhan bakteri probiotik paling tinggi (Lesmanawati et al, 2013).

5

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian yaitu:

I

H0 = µ1 = µ2 :

H1 = µ1 ≠ µ2 :

Tidak ada interaksi antara konsentrasi ekstrak dan jenis ubi jalar

terhadap kepadatan bakteri.

Ada interaksi antara konsentrasi ekstrak dan jenis ubi jalar terhadap

kepadatan bakteri.

IIH0 = µ1 = µ2 :

H1 = µ1 ≠ µ2 :

Tidak ada perbedaan jenis ubi jalar terhadap kepadatan bakteri.

Ada perbedaan jenis ubi jalar terhadap kepadatan bakteri.

IIIH0 = µ1 = µ2 :

H1 = µ1 ≠ µ2 :

Tidak ada perbedaan konsentrasi ekstrak ubi jalar terhadap kepadatan

bakteri.

Ada perbedaan konsentrasi ekstrak ubi jalar terhadap kepadatan bakteri.

Alternatif Pengganti SWC

Ubi Jalar

Oligosakarida

Jenis Ubi Persentase Konsentrasi

Pertumbuhan Bakteri

SWC

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)

Ubi jalar adalah tanaman tropis indigenus Amerika yang kemudian disebarkan ke

kepulauan tropis di Pasifik, utara Selandia Baru, Asia dan Afrika oleh pedagang

Spanyol. dan Portugis setelah Colombus (Kahn, 1977). Ubi jalar segar di

Indonesia umumnya dikonsumsi dengan cara direbus. Industri rumah tangga

menggunakannya untuk membuat produk snack goreng dan manisan ubi.

Bahkan, tepung dari ubi jalar sudah banyak diproduksi untuk digunakan sebagai

tepung komposit bahan baku pembuatan roti dan produk bakery sehingga

penggunaan ubi jalar sebagai bahan pangan sudah semakin luas.

Rukmana (1997) menjelaskan bahwa pada bagian batang yang berbuku-buku

tumbuh daun bertangkai agak panjang secara tunggal. Daun berbentuk

bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk-lekuk dangkal sampai

berlekuk dalam sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun

berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, tetapi ada yang bersifat menjari

dan daun berwarna hijau tua. Kaplan (1971) menyatakan umbi tanaman ubi jalar

dibentuk dari penebalan lapisan akar luar yang dekat dengan batang dan berada

di dalam tanah atau bonggol yang berada di dalam tanah. Sedangkan

menurut Steinbauer dan Kushman (1971), umbi tanaman ubi jalar adalah

akar yang membesar untuk menyimpan cadangan makanan bagi tanaman,

umumnya berupa pati, dengan bentuk antara lonjong sampai agak bulat.

Ubi jalar mempunyai warna kulit muda, putih kotor, kuning, jingga dan ungu

tua. Warna dagingnya putih, krem, kuning, merah muda dan jingga

tergantung jenis dan banyaknya pigmen yang terdapat di dalamnya.

Menurut Suprapti (2003) tanaman ubi jalar memiliki ciri-ciri susunan tubuh

utama yang terdiri dari batang, daun, bunga, buah, biji, dan umbi. Batang

7

tanaman ubi jalar berbentuk bulat, tidak berkayu, dan berbuku-buku. Ubi jalar

memiliki tipe pertumbuhan tegak dan merambat atau menjalar dengan

panjang batang tipe tegak: 1-2 m, sedangkan tipe merambat: 2-3m. Ukuran

batang dibedakan atas 3 macam, yaitu besar, sedang, dan kecil serta warna

batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan.

Heyne (1987) mengklasifikasikan tanaman ubi jalar sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatopyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Convolvulales

Famili : Convolvulaceae

Genuis : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas L.

Tanaman ubi jalar dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, seperti yang

dijelaskan oleh Juanda (2004) terdapat tiga jenis ubi jalar yaitu yang pertama ubi

jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi berwarna putih. Jenis

ubi jalar kedua adalah ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki

daging umbi berwarna kuning, kuning muda atau putih kekuning-kuningan. Jenis

ketiga adalah ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar yang memilki daging umbi

berwarna ungu hingga ungu muda.

2.2 Oligosakarida

Oligosakarida merupakan bagian dari polimer karbohidrat yang besar dan

penting dimana terdapat dalam bentuk bebas atau berkelompok pada semua

makhluk hidup. Definisi oligosakarida yang disetujui secara luas adalah sebuah

karbohidrat yang terdiri dari 2-10 buah residu monosakarida dengan struktur

kimia tertentu (Pazur, 1970). Struktur oligosakarida terdiri dari beberapa residu

monosakarida yang saling bergabung karena ikatan glikosidik dimana ikatan ini

sangat mudah terhidrolisis oleh larutan asam.

8

Klasifikasi oligosakarida dilakukan berdasarkan tipe gugus fungsional,

jumlah monomer monosakarida dan tipe residu monomer di dalam

komponen (Pazur,1970). Klasifikasi berdasarkan gugus fungsional adalah

penghitungan gugus aglikon dari ikatan glikosida (hasil hidrolisis oligosakarida)

sebagai residu karbohidrat. Monomer-monomer monosakarida bergabung dengan

cara saling berikatannya gugus hemiasetal monomer pertama dengan gugus

hidroksil dari monomer kedua dan dilanjutkan dengan monomer-monomer

berikutnya sehingga membentuk jembatan oksigen. Ikatan inilah yang disebut

dengan ikatan glikosida.

Jenis klasifikasi oligosakarida yang biasa digunakan adalah klasifikasi

berdasarkan jumlah monomer monosakarida penyusun komponen tersebut.

Disakarida adalah oligosakarida yang terdiri dari dua buah monosakarida,

trisakarida terdiri dari tiga buah, tetrasakarida terdiri dari empat buah dan

seterusnya. Oligosakarida juga terdiri dari dua jenis, yaitu homo-

oligosakarida dan hetero-oligosakarida. Homooligosakarida adalah tipe

oligosakarida yang tersusun dari hanya satu jenis monosakarida sedangkan

hetero-oligosakarida terdiri dari dua atau lebih jenis monosakarida.

Oligosakarida sangat mudah larut di dalam air dan pelarut polar lainnya (Pazur,

1970).

Suatu bahan pangan dapat mengandung oligosakarida yang tidak dapat dicerna,

contohnya rafinosa, fruktooligosakarida (FOS), galaktooligosakarida (GOS),

galaktosillaktosa, isomaltooligosakarida atau transgalaktooligosakarida (TOS)

dan palatinosa (Salminen et al., 1998). Prebiotik didefinisikan sebagai bahan

makanan yang non-digestible atau lowdigestible yang dapat menguntungkan

organisme inangnya dengan menstimulasi secara selektif pertumbuhan atau

aktifitas satu atau sejumlah bakteri probiotik dalam kolon (Crittenden dan

Playne, 1996; Dimer dan Gibson, 1998). Prebiotik yang umum merupakan suatu

senyawa oligosakarida, yaitu senyawa glikosida yang mengandung antara tiga

sampai sepuluh rantai gula. Derajat polimerisasi oligosakarida merupakan hal

yang penting. Biasanya oligosakarida untuk makanan merupakan campuran dari

9

beberapa derajat polimerisasi (Crittenden dan Playne, 1996). Becker et al. (1974)

menyatakan bahwa contoh oligosakarida yang terdapat di ubi jalar mentah adalah

stakiosa, rafinosa dan verbaskosa. Menurut Palmer (1982), kandungan

oligosakarida di ubi jalar sangat rendah sedangkan menurut Collins dan Walter

(1985), kandungan oligosakarida yang tidak dapat dicerna seperti rafinosa akan

dapat menurunkan timbulnya penyakit kanker usus, diabetes, penyakit hati dan

penyakit saluran pencernaan.

2.2.1 Sukrosa

Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu

meupun dari bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain,

misalnya dalam buah nanas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan

terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. (McGilvery & Goldstein,

1996).

Molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu

antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada

fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom karbon tersebut adalah atom karbon

yang mempunyai gugus –OH glikosidik atau atom karbon yang merupakan gugus

aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. Oleh karena itu, molekul

sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu 2+ atau Ag+ dan juga

tidak membentuk osazon (Mc Gilvery & Goldstein, 1996). Sukrosa memiliki

sifat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Hasil yang diperoleh dari

reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekuler.

Glukosa memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan fruktosa ke kiri.

Karena fruktosa memiliki rotasi spesifik lebih besar dari glukosa, maka

campuran glukosa dan fruktosa sebagai hasil hidrolisis itu memutar ke kiri proses

ini disebut inverse. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa

disebut gula invert.

Madu lebah sebagian besar terdiri atas gula invert dan dengan demikian madu

mempunyai rasa lebih manis daripada gula. Apabila kita makan makanan yang

10

mengandung gula, maka dalam usus halus, sukrosa akan diubah menjadi glukosa

dan fruktosa oleh enzim sukrase atau invertase (Mc Gilvery & Goldstein, 1996).

2.2.2 Rafinosa

Rafinosa adalah suatu trisakarida yang penting, terdiri atas tiga molekul

monosakarida yang berikatan, yaitu galaktosa-glukosa-fruktosa. Atom karbon 1

pada galaktosa berikatan dengan atom karbon 6 pada glukosa, selanjutnya atom

karbon 1 pada glukosa berikatan dengan atom karbon 2 pada fruktosa. Apabila

dihidrolisis sempurna, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa

dan fruktosa. Pada kondisi tertentu hidrolisis rafinosa akan memberikan hasil-

hasil tertentu pula. Hidrolisis dengan asam lemah atau pada konsentrasi H+

rendah, akan menghasilkan melibiosa dan fruktosa. Hasil yang sama seperti ini

juga dapat diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan enzin sukrase (Mc

Gilvery & Goldstein, 1996).

Apabila dihidrolisis sempurna, rafinosa akan menghasilkan galaktosa, glukosa

dan fruktosa. Hidrolisis dengan asam lemah atau pada konsentrasi H+ rendah,

akan menghasilkan melibiosa dan fruktosa. Hasil yang seperti ini juga dapat

diperoleh melalui hidrolisis dengan bantuan enzim sukrase. Di samping itu

hidrolisis dengan bantuan enzim maltase akan memberikan hasil galaktosa dan

sukrosa. Hasil hidrolisis sempurna juga dapat diperoleh apabila dalam reaksi ini

digunakan dua jenis enzim yaitu sukrase dan melibiase. Melibiase akan

menguraikan melibiosa menjadi galaktosa dan glukosa.

Rafinosa tidak memiliki sifat mereduksi. Hal ini disebabkan karena dalam

molekul rafinosa tidak memiliki gugus –OH glikosidik. Rafinosa yang terdapat

dalam bit dan tepung biji kapas mengandung kira-kira 8%. Trisakarida ini tidak

digunakan manusia sebagai sumber karbohidrat (Mc Gilvery & Goldstein, 1996).

11

2.3 Bakteri Bacillus sp D2.2

Isolat bakteri didapat dari tambak tradisional di Desa Mulyosari, Kecamatan

Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Isolat bakteri

tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri V. harveyi sebanyak 0,34%

dengan adanya zona bening di sekitar koloni bakteri biokontrol. Dari 293 isolat

yang berhasil dikoleksi, terdapat satu isolat yang diberi kode D2.2 yang

berpotensi menghambat V. harveyi dengan uji antagonisme dengan media agar

double layer (Mariska, 2013). Bakteri D2.2 menunjukkan kekerabatannya sangat

dekat dengan Bacillus sp. melalui proses identifikasi metode analisis 16S rDNA

dan mampu menghambat bakteri patogen Stapylococcus aureus, Aeromonas

hydrophila, Vibrio alginolyticus secara in vitro (Aji, 2014).

Bacillus merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, beberapa spesies

bersifat aerob obligat yaitu bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana yang

mengandung oksigen dan bersifat anaerob fakultatif yaitu bakteri yang

dapat hidup dengan atau tanpa oksigen, dan memiliki endospora sebagai struktur

bertahan saat kondisi lingkungan tidak mendukung (Backman et al.,1994).

Bacillus mempunyai sifat yang lebih menguntungkan daripada mikroorganisme

lain karena dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama pada kondisi

lingkungan yang tidak menguntungkan untuk pertumbuhannya (Wong, 1994).

Bakteri anaerob yang dapat menghasilkan hidrogen berupa bakteri anaerob

fakultatif dan anaerob obligat. Bakteri fakultatif anaerob akan memproduksi ATP

melalui respirasi aerob ketika oksigen masih tersedia dan mampu bertahan dalam

kondisi tidak ada oksigen dengan melakukan fermentasi secara anaerob. Dalam

keadaan anaerob akan mengaktifkan enzim hidrogenase dan nitrogenase untuk

menghasilkan hidrogen (Chong et al., 2009). Contoh bakteri anaerob fakultatif

adalah Escherichia coli, Enterobacter sp., Citrobacter sp., dan Bacillus sp.

Sedangkan contoh bakteri anaerob obligat seperti purple non-

sulphurbacteria, green and purple sulphur bacteria (Warthmann et al., 1993),

Clostridia sp., methylotroph, bakteri rumen, dan archaea (Liu,2008). Dari

penjelasan sifat bakteri tersebut, bakteri Bacillus sp termasuk dalam jenis bakteri

12

heterotof karena tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga makanannya

diambil dari organisme lain.

Penambahan bakteri biokontrol D2.2 dengan kepadatan 103, 104, 105, dan

106 cfu/ml tidak bersifat patogenisitas terhadap larva udang Vaname dan

mampu menurunkan populasi bakteri patogen V. alginolyticus secara in vivo.

Bakteri D2.2 tumbuh dikisaran salinitas cukup luas namun optimal disalinitas

payau/laut sesuai dengan habitat aslilnya (Hardayani, 2014). Perlakuan salinitas

memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan bakteri D2.2 dimana laju

pertumbuhan paling cepat terdapat pada salinitas 20 dan 30 ppt. Sementara

perlakuan pH 6, pH 7, dan pH 8 menunjukkan hasil yang hampir sama dengan

rata-rata laju pertumbuhan baik yaitu 0,13 – 0,15 generasi/jam (Septiani, 2016).

Dari penelitian bakteri biokontrol local terdahulu mendapatkan bakteri Bacillus

sp D2.2 dengan keunggulannya dapat menurunkan bakteri patogen.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017. Lokasi penelitian berada di

Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Pada penelitian ini menggunakan alat-alat yang dapat mendukung dan berjalannya

penelitian (Tabel 1), Lampiran 1.

Tabel 1. Alat PenelitianNo Alat Spesifikasi Kegunaan1 Autoklaf Wiseclave Wacs1060 Sterilisasi alat dan bahan2 Tabung falcon 50 ml Wadah larutan3 Bunsen - Sterilisasi4 Mikropipet Socorex (20-200 µl) Mengambil larutan5 Hot stirer plate Stuart CB162 Menghomogenkan6 Erlenmeyer Pyrex (250, 300, 500 ml) Wadah larutan7 Kuvet Menghitung kepadatan bakteri8 Timbangan digital 0,1 G EP 1200 C dan

BBL41Menimbang bahan

9 Laminar Air Flow NUAIRE, Series 11 Preparasi sampel10 Kertas saring 0,045 µm Menyaring ekstrak11 Shaker Boeco Germany PSU-15i Mengaduk sampel12 Spektrofotometer Genesys 20 Mengukur klorofil13 Beker glass Pyrex 500 ml Mengekstrak tepung ubi jalar14 Kertas saring 0,45 µm Menyaring ekstrak15 Oven Pengering ubi jalar16 Inkubator - Menyimpan hasil isolasi17 Refrigerator FOC 2151 Menyimpan media padat18 Mixer Miyaco Menghaluskan ubi jalar19 Termometer Mengukur suhu

14

Selain bahan baku beupa ubi penelitian ini juga memerlukan bahan-bahan

pendukung lainnya untuk bejalannya peneilitian. Berikut daftar bahan-bahan yang

diugnakan pada penelitian ini, Lampiran 2.

Tabel 2. Bahan PenelitianNo Bahan Kegunaan1 Air laut steril Pembuatan media2 Gliserol Pembuatan SWC3 Yeast ekstrak Pembuatan SWC4 Bacto peptone Pembuatan SWC5 Spirtus Penghidup api6 Ekstrak tepung ubi jalar Pembuatan media cair7 Ubi jalar Pembuatan tepung ubi8 Air Penambahan dalam pengukusan tepung ubi

jalar9 Isolat bakteri Bacillus sp

D2.2Uji pertumbuhan

10 Alkohol 70% Sterilisasi11 Aquades Pembuatan media

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Isolat Bakteri D2.2

Isolat bakteri D2.2 murni dari koleksi hasil penelitian sebelumnya Mariska et al.

(2013), yang diisolasi dari tambak tradisional di Lampung Timur. Isolat ini

kemudian ditanam atau diinkubasi kembali menggunakan media Sea Water

Complete (SWC) cair dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.

.

3.3.2 Pembuatan Media SWC

Pembuatan media cair untuk kultur Bacillus sp D2.2 dimulai dengan menimbang

semua bahan yang akan digunakan terdapat pada lampiran 2. 1 gr/L yeast ekstrak,

3 kl/L gliserol, air aut 75% dan air aquades 25%. Masukkan semua bahan kedalam

erlenmeyer. Kemudian dihomogenkan menggunakan hot stirrer plate selama ±15

menit. Media yang telah dihomogenkan disterilisasi menggunakan autoklaf pada

suhu 1210C selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Media didiamkan dipendingin

selama 24 jam untuk melihat media terkontaminan atau tidak selama disimpan di

dalam refrigerator sebelum digunakan (Septiani, 2016)

15

3.3.3 Pembuatan Tepung Ubi Jalar

Pembuatan tepung ubi jalar mengacu pada metode yang digunakan oleh

Lesmanawati et al. (2013) yang telah dimodifikasi. Gambar poses pembuatan

disajikan pada lampiran 3.

1. Pertama ubi jalar I. batatas dicuci dan dikupas.

2. Dipotong dan dikukus selama 30 menit.

3. Dipotong tipis dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 55 °C

selama 5 jam.

4. Ubi kering selanjutnya dijadikan tepung dengan menggunakan blender.

5. Tepung ubi jalar selanjutnya dikukus dengan perbandingan air (1:1)

selama 30 menit.

6. Kemudian dikeringkan kembali dengan menggunakan oven pada suhu 55

°C selama 5 jam.

7. Gumpalan tepung hasil pengeringan diblender dan diayak dengan ukuran

ayakan 60 mesh size.

3.3.4 Pembuatan Media Uji

Gambar pembuatan media uji disajikan pada lampiran 4. Pembuatan media uji

menggunakan;

1. Sebanyak 40 ml media cair yang terdiri atas 75% air laut steril dan 25%

aquades steril, dituangkan ke dalam falcon steril secara asebtis.

2. Tepung ubi jalar seberat 5 gr ditambahkan air mendidih sebanyak 40 ml

dan selama 10 menit diaduk secara terus menerus pada suhu 85 0C.

3. Hasil ekstrak ubi jalar ini disaring menggunakan kertas saring untuk

memisahkan endapan.

4. Hasil ekstrak ubi yang didapat kemudian dicampurkan ke dalam media uji

pada tabung falcon sesuai dengan konsentrasi yang diperlukan yaitu 2%,

3% dan 4%.

3.3.5 Inokulasi Bakteri

1. Isolat Bacillus sp D2.2 yang ditanam di media SWC diambil sebanyak 105

cfu/ml menggunakan micropipet untuk dituangkan pada media uji.

16

2. Media uji diinkubasi pada shaker sampai fase kematian, pada suhu ruang

dengan kecepatan 140 rpm.

3. Pengukuran kerapatan sel (Optical Density) dilakukan 12 jam sekali

hingga fase kematian dengan menggunakan spektrofotometer pada

panjang gelombang 625 nm hinggga fase kematian.

3.4 Rancangan Penelitian Pendahuluan

3.4.1 Rancangan Acak Lengkap

Suatu percobaan yang digunakan homogen atau tidak ada faktor lain yang

mempengaruhi respon di luar faktor yang diteliti.Pada rancangan acak lengkap (RAL)

digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen.

Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak terhadap

seluruh unit percobaan. Seperti percobaan-percobaan yang dilakukan di

laboratorium atau rumah kaca yang pengaruh lingkungannya lebih mudah

dikendalikan.

Rancangan acak lengkap dipergunakan jika variabel luar tidak diketahui, atau bila

pengaruh variabel ini yang sengaja tidak dikontrol terhadap variasi subyek, adalah

sangat kecil. Rancangan ini juga dipakai jika diketahui bahwa subyek keadaannya

seragam dan inferensi yang dibuat berdasarkan hasil percobaan tidak

dimaksudkan sebagai inferensi yang bersifat percobaan tidak dimaksudkan

sebagai inferensi yang bersifat luas serta berlaku untuk populasi yang lebih

beragam. Oleh karena itu, rancangan ini tidak disarankan jika hasil ujinya

dipergunakan untuk inferensi populasi yang lebih beragam

Syarat yang harus diperhatikan dalam RAL :

1. Kecuali perlakuannya, semua (media percobaan dan keadaan-keadaan

lingkungan lainnya) harus serba sama atau homogen.

2. Penempatan perlakuan ke dalam satuan-satuan percobaan dilakukan secara

acak lengkap, yang artinya kita perlakukan semua satuan percobaan

sebagai satu kesatuan dimana perlakuan ditempatkan ke dalamnya secara

acak.

17

3. Hanya mempunyai 1 faktor dan mempunyai sejumlah taraf faktor yang

nilainya bisa kualitatif maupun kuantitatif

3.4.2 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kepadatan bakteri, waktu

pengukuran parameter pada perlakuan 12 jam sekali hingga fase kematian.

3.4.3 Perlakuan

Penelitian pendahuluan ini terdiri atas empat perlakuan media uji dengan tiga kali

ulangan : Perlakuan A (kontrol) media SWC Perlakuan B 1% ekstrak tepung ubi

jalar Perlakuan C 2% ekstrak tepung ubi jalar Perlakuan D 3% ekstrak tepung ubi

jalar Penghitungan kepadatan bakteri dilakukan dengan mengukur absorbansi

sampel pada panjang gelombang 625 nm setiap 12 jam selama 48 jam dimulai dari

jam ke-0.

3.5 Rancangan Penelitian Utama

3.5.1 Rancanan Acak Lengkap Faktorial

Desain penelitian ini disusun berdasarkan sistem rancangan acak lengkap faktorial

model linier sebagai berikut:

Keterangan:

Yijk = pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

µ = mean populasi

αi = pengaruh taraf ke-i dari faktor A

βj = pengaruh taraf ke-j dari faktor B

(αβ)ij = pengaruh taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B

ɛij = pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan ij.

18

3.5.2 Perlakuan

Percobaan ini menggunakan 2 faktor yaitu jenis dan konsentrasi. Jenis ubi jalar

terdiri atas 3 taraf yaitu Ungu, Kuning, dan Putih sedangkan konsentrasi terdiri

atas 3 taraf 2%, 3%, dan 4%. Perlakuan pada percobaan ini adalah percobaan

faktorial 3x3 masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, sehingga

taraf unit percobaan sebanyak 27 unit.

Gambar 2. Desain susunan rancangan acak lengkap

Keterangan kode dicontohkan sebagai berikut:

P.2.1 = Putih, 2%, ulangan 1, K.4.3= Kuning, 4%, ulangan 3

U.3.2= Ungu, 3%, ulangan 2,

3.6 Analisis Data

Data berupa kepadatan bakteri disetiap urutan dianalisis menggunakan analisis

varian (Anova). Sebelumnya diuji sifat normalitas, dan homogenisitas. Jika salah

satu asumsi tidak terpenuhi data dianalisis dengan analisis parametrik. Jika data

memenuhi normalitas dan homogenisitas dan hasil yang diperoleh dari anova

mengetahui adanya interaksi, dapat dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan untuk

mengetahui potensi tebaik. Analisis data menggunakan alat bantu perankat lunak

SPSS 17.0 untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

U.3.2 K.4.2 P.2.1 K.3.1 P.4.2 U.4.2 K.3.2 P.4.1 U.3.3

K.2.1 P.3.1 U.3.1 P.2.2 U.4.3 K.2.3 P.3.2 U.2.1 K.4.1

P.4.3 U.2.3 K.2.2 U.4.1 K.4.3 P.3.3 U.2.2 K.3.3 P.2.3

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasakan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Perlakuan jenis ubi yang berbeda menunjukkan perbedaan terhadap

kepadatan Bacillus sp. D2.2. Kepadatan bakteri tertingi terjadi pada

perlakuan ubi ungu dengan konsentrasi terbaik adalah 4% .

2. Terdapat interaksi antara konsentrasi dan jenis ubi terhadap kepadatan

bakteri Bacillus sp. D2.2. Interaksi terbaik terdapat pada konsentrasi 4%

dengan jenis ubi ungu.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengaplikasian bakteri Bacillus sp. D2.2. sebagai

probiotik untuk udang.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk skala yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 1997. Plant Pathology. 4th Edition. San Diego: Academic Press Inc. P295-357

Aji, M. B. 2014. Aktivitas Senyawa Anti Mikroba dari Bakteri Biokontrol D2.2terhadap Bakteri pada Udang dan Ikan secara In Vitro. Skipsi: Unila.

Backman, PA, Brannnen PM, & Mahaffe WF. 1994. Plant Respon and DiseaseControl Following Seed Inoculation with Bacillus sp. Di dalam: RyderMH, Stephen PM, Bowen /gd, editor. Improving Plant Production withRhizosphere Bacteria. Australia: Pruc Third Int Work PGPR SouthAustralia.

Baker KF & Cook RJ. 1974. Biologycal Control of Plant Pathogens. SanFrancisco: Freeman and Company. 433 P

Collins, M.D & G.R. Gibson. 1999. Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics:Proaches for Modulating the Microbial Ecology of the Gut. am. j. clin.nutr. 69: 1052s – 1057s.

Collins, M.D. & G.R. Gibson. 1999. Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics:approaches for modulating the microbial ecolog Fuller, r. 1989. Probioticin Man and Animals. j. appl. bacteriol. 66: 365 – 378.

Compant S, Duffy B, Noak J, Clement C & Barka EA. 2005. Mini Review: use ofPlant Growth-Promoting Rhizobakteria for Biocontrol of Plant Diseases:Principles, Mechanism Mecanism of Action and Future Prospect. Applenvironmicrobiol.

Crittenden, R.G & M.J. Playne. 1996. Production, Properties and Aplication ofFood Grade Olgisaccharides. Trens food scy. Technol. P 353-361

Dimantri, Cindy Novia. 2013. Analisis Isu Strategi pada Swasembada Ubi Jalardi Indonesia. Paper. Universitas Ailangga.

Dimer, C. & G.R. Gibson. 1998. an Overview of Probiotics, Prebiotics andSynbiotics in the Functional Food Concept: Perspectives and FutureStrategies. int. dairy j. 8: 473 – 479.

Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Fuad AM, Rahmawati R, & Mubarik NR. 2004. Produksi dan KarakteristikParsial Protease Alkali Termostabil Bacillus thermoglucosidasius AF-01.Jurnal Mikrobilogi Indonesia.

Gaman PM & Sherrington KB. 1981. Ilmu Pangan. Pengantar Ilmu Pangan,Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss. 128Hal

Gibson, G.R. & M.B. Roberfroid. 1995. Dietary modulation of the human colonicmicrobiota: introducing the concept of prebiotics. j. nutr. 125: 1401 –1412.

Harpeni, E., Setyawan, A., Santoso, L., & Arifin, M. Z. 2016. Efektivitas EkstrakTepung Ubi Jalar Sebagai Media Teknis Bakteri Probiotik. Jatinangor.UNPAD

Haryati, T. & Supriyati. 2010. Pemanfaatan Senyawa Oligosakarida dari BungkilKedelai dan Ubi Jalar pada Ransum Ayam Pedaging. jitv 15(4): 252 – 260.

Haryati, T., supriyati, I-P. Kompiang, I.W.R. Susana, H. Hamid, E. Frederick, E.Sujatmika, n. Miraya & f. Wildan. 2008. Pemanfaatan SenyawaOligosakarida pada Ransum Ayam Petelur. Laporan Akhir Penelitian2008. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Haryati, Tuti.2011. Probiotik dan Prebiotik sebagai Pakan Imbuhan onruminansia.jurnal balai penelitian ternak.Bogor

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan LibangKehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan JakartaPusat.

Irianto. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikrobiologi. Bandung: CVYRAMA WIDYA.

Jones KA & Burges HD. 1998. Technology of Formulation and Application. 7-27p. di dalam : Benefisial Microorganisms, nematodes and seedtraetments.Dodnecht: Klower Academic Publisher.

Juanda, D. & B. Cahyono. 2004. Ubi Jalar, Kanisiun, Yogyakarta. 56 Hal

Lay BW. 1994. Analisa Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. 168 Hal.

Lesmanawati, Wida., dkk. 2013. Potensi Ekstrak Oligosakarida Ubi Jalar sebagaiPrebiotik Bakteri Probiotik Akuakultur. Jurnal Sains Terapan. Bogor

Liang T-M. 2003. Application of Membrane Separation on Anaerobic HydrogenProducing Process. Phd Thesis Department of environmental engineering,national Cheng Kung University.

Liu, C.H., W. Cheng., J.P. Hsu & J.C. Chen. 2004. Vibrio alinolyticus infection inthe white shimp Litopenaeus vannamei confirmed by polymerase chainreaction and 16S rDNA sequencing. Diasese of Aquatic Organisms.

Liu, D. 2008. Bio-Hydrogen Production by Dark Fermentation from OrganicWaste and Residues. Department of Environmental Engineering TechnicalUniversity of Denmark. ISBN : 978-8791855-52-8.

Malau J. 2012. Kemampuan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat InfeksiAspergillus sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Skripsi. Medan:Sumatra Utara.

Marlis A. 2008. Isolasi Oligosakarida Ubi Jalar (Ipomoeabatatas L.) danPengaruh Pengolahan terhadap Potensi Prebiotiknya. Thesis. Bogor: IPB.

Mcgilvery, R.W. & G.W. Goldstein. 1996. Biokimia; Suatu PendekatanFungsional. SUMARNO DSBK, T.M. (penterjemah). PenerbitAirlangga University Press, Surabaya.

Murtiningsih & Suyanti. 2011. Membuat Tepung Umbi dan Variasi Olahannya,Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal 73-82

Nandi R, Sengupta S. 1998. Microbial production of hydrogen: an overview.Critical Reviews in Microbiology 24(1):61-84.

Naufalin R. 1999. Isolasi, Indentifikasi dan Ketahanan Panas Bakteri PembentukSpora Aerob pada Bumbu Masakan Tradisional. Thesis. Bogor: ProgramPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Palmer, J. K., 1982. Karbohidrat in Sweet Potato. in R. L. Vilareal & T. D. Grigs(edt.) sweet potato proceding of the first international symposium asianvegetables res. Dev center. Shanhua.

Prata, M. B., Mussatto, S. I., Rodrigues, L. R., & Teixeira, J. A. (2010).Fructooligosaccharide production by Penicillium expansum.Biotechnology letters.

Praseto, R. 2013. Efektivitas Pemberian Sinbiotik Teknis Dengan Dosis BerbedaPada Pemeliharaan Udang Vaname (Litopanaeus Vannamei) Di Tambak.Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. PT. Bumi Aksara. Jakarta 52 Hal.

Rahmawati, I. S., Zubaidah, E., & Saparianti, E. (2015). Evaluasi PertumbuhanIsolat Probiotik (L. casei & L. plantarum) dalam Medium FermentasiBerbasis Ubi Jalar (Ipomoea batatas l.) Selama Proses Fermentasi (KajianJenis Isolat dan Jenis Tepung Ubi Jalar). Jurnal Aplikasi TeknologiPangan, 4(4).

Ruberfroid M.B. 1999. Concept in Functional Foods: The case of Inulin and Oligofruktoctose. Am. Soc. For. Nutr. Sci.: USA. 1398S-1401S.

Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budidaya & Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.242 Hal.

Salamah U. 2002. Kajian Produksi Bioinsektisida Bacillus thoringiensis, subsp.Israelensis dari pada media tapioca. Skripsi. Bogor: Institut PertanianBogor.

Salminen, S. & A. V. Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria: “Microbiologi andFunctional Aspects”. 2nd edition. Reviced and expanded. Marceldekkerlnc, New York.

Saputra, E., 2008. Kopi. Harmoni, Yogyakarta. Hal 34.

Suprapti, M. Lies. 2003. Tepung Ubi Jalar Pembuatan & Pemanfaatannya.Kansiun: Yogyakarta

Waluyo L. 2007. Mikrobiologi Umum. Edisi revisi. Malang: UniversitasMuhammadiah Malang. 372 Hal.

Wang By. 2007. Effect of Probiotics on Growth Performance and digestiveEnzyme Activity of the Shrimp Penaeus Vannamei. Aquaculture. 269:259- 264.

Warthmann, R., Pfennig, N. & Cypionka, H. 1993. The Quantum Requirement forHE Production by Anoxygenic Phototrophic Bacteria. Appl. MicrobioLBiotechnol. 39 : 358-362.

Weese, J. S. (2002). Probiotics, prebiotics, and synbiotics. Journal of equineveterinary science, 22(8), 357-360.

Widyasti E. 2003. Isolasi Bacillus spp. Penghasil α – Amilasi Ekstraseluler &Penentuan Suhu serta PH Optimum Pertumbuhan. Skripsi. Bogor: InstitutPertanian Bogor.