tutorial modul 2 blok 5

39
LAPORAN TUTORIAL MODUL 2 BLOK 5 “DENTO OROFACIAL” Kelompok 2 Agung Pernando Karen 1411411001 Annisa Endriani 1411412018 Firanda 1411412010 Laura Jasanddes 1411411024 Lisvia aan kornila 1411411006 Monalisa 1411411015 Nancy Valencia 1411412015

Upload: monalisaapr

Post on 18-Sep-2015

325 views

Category:

Documents


82 download

DESCRIPTION

Tumbuh Kembang Orofacial Postnatal

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL MODUL 2 BLOK 5 DENTO OROFACIAL

Kelompok 2

Agung Pernando Karen1411411001Annisa Endriani1411412018Firanda1411412010Laura Jasanddes1411411024Lisvia aan kornila1411411006Monalisa1411411015Nancy Valencia1411412015Nofitri Rahmoni1411411022Rahmi Wastri1411412021

Tutor : drg. Didin K, Sp Ort

Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Andalas2015MODUL 2TUMBUH KEMBANG OROFACIAL POSTNATAL

SKENARIO 2Mirip siapa ya ?

Lala mahasiswa baru FKG, senang dengan kehadiran adiknya yang baru dilahirkan 1 minggu yang lalu dirumah sakit. Tapi Lala takut untuk menggendongnya karena adiknya masih tampak lelah, banyak diam dan hanya terdengar suara tangisan.

Tiga bulan kemudian sewaktu libur Lala bertemu adiknya. Ia terkejut melihat wajah adiknya yang jauh berbeda dengan sewaktu baru lahir. Sekarang wajah adik mirip sekali dengan ayahnya. Bibirnya akan memberikan respon bila disentuh, reflek menghisapnya juga kuat sewaktu menyusu, tangan dan kakinya pun sudah lincah bergerak serta adik akan tenang jika Lala mengelus-elus dahinya. Lala bertanya kepada ibunya apakah secepat ini pertumbuhan dan perkembangan bayi setelah lahir? Ibu menjawab sesuai penjelasan dokter, bahwa pertumbuhan dan perkembangan postnatal pada facial dan cavum oris sangat cepat. Untuk itu ibu harus menjaga dan memberikan nutrisi yang cukup sesuai dengan bertambahnya usia sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan baik dan tidak terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Bagaimana saudara menjelaskan keadaan adiknya Lala?

Langkah 1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefini-sikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interprestasi

Postnatal: Bayi dalam proses tumbuh kembang hingga dewasa yang periodenya tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28 hari setelah persalinan Nutrisi: Zat dalam makanan yang dibutuhkan organisme untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai fungsinya Orofacial: Bagian mulut dan wajah kita Cavum oris: rongga mulut atau jalan masuk menuju organ pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.

Langkah 2. Menentukan masalah

1. Apa saja nutrisi yang dibutuhkan saat postnatal?2. Bagaimana tumbuh kembang orofacial postnatal?3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang postnatal?4. Apa saja gangguan orofacial?5. Bagaimana tahap tumbuh kembang postnatal?6. Bagaimana respon terhadap rangsang pada perkembangan postnatal?

Langkah 3. Menganalisa masalah melalui brain storming denganmenggunakan prior knowledge

1. Apa saja nutrisi yang dibutuhkan saat postnatal? Ca : untuk pertumbuhan tulang Lemak : untuk tumbuh kembang otak, terbagi atas 2 yaitu essensial dan non essensial Vitamin ( vitamin C, D, A, B1 dan B2 ) Iodium Asi eksklusif Klostium : untuk pertahanan tubuh Zat besi : untuk pembentukan sel-sel darah merah Air untuk kebutuhan ibu.

2. Bagaimana tumbuh kembang orofacial postnatal? Ukuran kepala relatif lebih besar dengan ketebalan dari tebal tubuh Lebar wajah wajah orang dewasa Sinus ethmoid masih kecil Maksila : Bersatu dengan basis cranium Pertumbuhannya tegantung sutura dan aposisi cranium Berkembang kearah vertikal Factor yang mempengaruhi perkembangannya adalah fungsi, sinus, dan erupsi gigi geligi Panjangnya maxsilla terjadi karena tuberositas maxilla Cavum oris : Terbentuk dari proc maxillaris Disekelilingi oleh labium oris, pipi, dan palatum molle Terdapat lingua dan gigi geligi Manibula : Pertumbuhannya ada 2 macam :1. Pola pertamaBagian posterior mandibula dan basis cranium tetap. Sementara dagu bergerak kebawah dan kedepan2. Pola keduaDagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid, dan kondilus mandibula Gangguan pertumbuhan mendibula dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada maksila Lingua tumbuh relatif lebih besar dari cavum oris Korpus mandibula panjang melalui proc coronoid Ginggiva membentuk region mukosa cavum oris.

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang postnatal? Gizi Budaya dan lingkungan Status social ekonomi Faktor genetik Stimulasi Olahraga Pengetahuan ibu Lingkungan biologis Faktor fisik Factor psikologis

4. Apa saja gangguan orofacial? Labio palato : celah pada bibir dan palatum Celah pada wajah Anadonsia : tidak berkembangnya seluruh atau sebagian gigi geligi Bad habbit : seperti menghisap jempol dan postur tubuh Panas tinggi Kejang kejang Step Radang telinga Malaria Tropicana.

5. Bagaimana tahap tumbuh kembang postnatal? Masa neonatal/ neonates : baru lahir hingga usia 28 hari. Pada masa ini bayi hanya bisa menangis Masa bayi : usia 1- 2 bulan. Pada masa ini terjadi peningkatan saraf Masa prasekolah Masa sekolah Masa remaja

6. Bagaimana respon terhadap rangsang pada perkembangan postnatal?Respon ada karena adanya reseptor, yaitu reseptor taktil yang terdapat pada bagian kulit dan jaringan dibawah kulit. Respon ini berperan dalam memahami dan mengetahui kemungkinan terjadi kelainan patologis sejak dini, dinilai dari tahap pematangan dan respon neurologik dengan memperhatikan jenis refleks tubuh bayi terhadap ragsangan.

Langkah 4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponenpermasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi

Lala mahasiswa fkg

Tampak lemah, banyak diam, hanya terdengar menangis

Wajah sudah berubah, bibir memberi respon jika disentuh, reflek menghisap kuat saat menyusui, kaki lincah bergerakAdiknya umur 1 minggu

Adiknya saat usia 3 bulan

Proses pertumbuhan dan perkembangan orofacial postnatal

Faktor yang mempengaruhiRespon orofacial terhadap rangsanganKebutuhan giziPertumbuhan dan perkembangan wajah dan cavum oris postnatalKelainan pertumbuhan dan perkembangan postnatal

Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tumbuh kembang orofacial pada postnatal2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kebutuhan gizi pada proses tumbuh kembang postnatal3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orofacial postnatal4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon orofacial terhadap rangsang5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kelainan/gangguan tumbuh kembang orofacial postnatal

Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain

Langkah 7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tumbuh kembang orofacial pada postnatal Tumbuh kembang wajah postnatalLebar wajah ketika bayi lahir adalah dua pertiga besar wajah dewasa, tinggi wajah adalah setengahnya dan kedalaman wajah adalah sepertiga kedalaman dewasa. Bagian rangka wajah yang terletak di bawah bidang Frankfort adalah kira-kira seperdelapan besar cranium ketika bayi lahir. Pada saat dewasa besarnya meningkat menjadi sepertiga besar cranium, atau dengan kata lain regio infraorbitalis atau bagian rangka wajah yg berhubungan dengan mastikasi, tumbuh lebih besar setelah bayi lahir dari pada cranium, regio olfactoris, dan regio orbitalis dari wajah. Kecepatan pertumbuhan dari lahir hingga dewasa sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh karena itu antara lahir sampai maturitas, tubuh tentunya tumbuh lebih pesat baik pada proporsi maupun ukuran dibandingkan dengan kepala. Pada waktu lahir, lengan terlihat sepertiga dari panjang badan, namun setelah dewasa hamper setengahnya. Terlihat ada pertumbuhan yang lebih pada tungkai bawah daripada yang atas selama kehidupan postnatal. Perubahan ini merupakan pola pertumbuhan normal, yang menunjukkan pertumbuhan sefalokaudal. Ada wajah dan kepala, tingkat pertumbuhan sefalokaudal sangat mempengaruhi proporsi dan menyebabkan perubahan proporsi melalui pertumbuhan. Proffit dan Fields(1993, 2007) membagi kraniofasial menjadi empat daerah pertumbuhan karena cara pertumbuhan masing-masing daerah berbeda yaitu : Kranial vault Basis kranium Maksila Mandibula

Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat padatahun pertama dan kedua setelah lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya. Pada anak usia 4-5 tahun, besar kranium sudah mencapai 90% kranium dewasa. Kranium terbagi dua yaitu : Ruang kranial (kranial vault)Ruang kranial adalah bagian kranium yang membentuk tutup kepala atau menutupi otak terdiri dari sejumlah tulang pipih yang terbentuk langsung melalui pembentukan tulang intramembranus, tanpa didahului pembentukan cartilago. Fungsi utama ruang kranial adalah melindungi otak. Pertumbuhan kranial vault akan sejalan dan seiring dengan pertumbuhan otak itu sendiri. Kebanyakan pertumbuhan pada daerah ini sudah selesai seluruhnya pada usia 7 tahun.

Basis KraniumBasis kranium merupakan dasar kranium. Terletak di bawah otak dan merupakan batas antara kranium dan wajah. Fungsinya selain mendukung dan melindungi otak dan tulang spinal, juga berguna untuk menegakan tubuh, melindungi persendian tengkorak, kolumna vertebrata, mandibula dan sebagian maksila. Fungsi terpenting lainnya adalah sebagai daerah penjaga di antara otak, wajah dan region faringeal, dimana pertumbuhan berjalan dengan cara berlainan. Pertumbuhan basis kranium dipengaruhi oleh suatu keseimbangan yang kompleks antara pertumbuhan sutura, perpanjangan sinkondrosis, perpanjangan sikondrosis, pergerakan kortikal yang luas serta remodeling. Basis kranium terbagi dua yaitu : basis kranium anterior dan basis kranium posterior. Basis kranium anterior dimulai dari sela tursika sampai nasion, sedangkan basis cranial posterior dimulai dari basis osipital sampai sela tursika. Pertumbuhan basis kranium anterior lebih cepat selesai dibandingkan basis kranium posterior. Basis kranium posterior akan terus akan terus meluas karena adanya speno osipital sinkondrosis. Speno osipital sinkondrosis adalah suatu kartilago yang menghubungkan tulang sphenoid dengan tulang osipital. Pertumbuhan basis kranial kearah antero posterior terjadi dengan adanya pertumbuhan endokondral pada speno osipital sinkondrosis, pertumbuhan sutura pheno ethmoidalis dan sutura fronto ethmoidalis. Pertumbuhan basis kranium mempunyai efek langsung terhadap pertumbuhan muka bagian tengah dan mandibula. Kranium yang tumbuh dengan cepat sebelum lahir, akan terus tumbuh dengan cepat sampai usia 1 tahun, untuk tempat otak. Setelah itu laju pertumbuhan menurun dan pada usia 7 tahun, kranium sudah mencapai 90%. Sejak usia ini, kranium akan membesar dengan perlahan sampai maturitas. Wajah berkembang kearah depan dan bawah dalam kaitannya dengan kranium. Bertambah lebarnya rangka wajah postnatal terutama dipengaruhi oleh deposisi permukaan dan resorbsi internal pada cavitas orbitalis, cavum nasi, cavitas paranasalis, dan cavum oris.

MaksilaPertumbuhan postnatal maksila seluruhnya terjadi dengan osifikasi intramembran karena tidak terdapat kartilago. Pertumbuhan maksila terjadi melaui 2 cara yaitu aposisi sutura-sutura yang menghubungkan maksila dengan kranium dan basis cranial serta remodeling tulang. Sementara maksila tumbuh ke bawah dan depan, permukaan anteriornya mengalami remodeling. Hampir seluruh permukaan anterior maksila mengalami resorpsi, kecuali daerah kecil di sekitar spina nasalis anterior. Sementara terjadi pertumbuhan maksila ke bawah dan depan, ruangan antara sutura yang terbuka diisi oleh proliferasi tulang. Aposisi terjadi pada kedua sisi sutura sehingga tulang-tulang tempat perlekatan maksila bertambah besar. Tepi posterior maksila yang merupakan daerah tuberositas mengalami aposisi sehingga menambah ruangan untuk tempat erupsi gigi molar tetap. Panjang maksila bertambah setelah umur dua tahun yang terjadi akibat dari tuberositas maksila dan dengan pertumbuhan sutura sepanjang tulang palatal. Aposisi permukaan terjadi sebelah anterior lengkung tulang maksila.MandibulaMandibula merupakan tulang kraniofasial yang sangat mobil dan merupakan tulang yang sangat penting karena terlibat dalam fungsi-fungsi vital antara lain : pengunyahan, pemiliharaan jalan udara, berbicara, dan ekspresi wajah. Mandibula adalah tulang pipih berbentuk U dengan mekanisme pertumbuhan melalui proses osifikasi endokondral dan aposisi periosteal ( osifikasi intramembranous ) dan padanya melekat otot-otot dan gigi. Pertumbuhan mandibula ada 2 macam : Pola pertamaBagian posterior mandibula dan basis kranium tetap, sementara dagu bergerak ke bawah dan depan Pola keduaDagu dan Korpus mandibula hanya berubah sedikit sementara pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior ramus, koronoid, dan kondilus mandibula. Gerakan pertumbuhan mandibula pada umumnya dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi dimaksila. Dagu bergerak kebawah dan depan hanya sebagai akibat pertumbuhan kondilus dan tepi posterior ramus mandibula. Korpus mandibula bertambah panjang melalui aposisi tepi posteriornya, sementara ramus bertambah tinggi melalui osifikasi endokondral pada kondilus dan remodeling tulang. Selain tumbuh ke bawah dan depan, mandibula juga tumbuh ke lateral melalui aposisi permukaan lateral korpus, ramus dan alveolaris mandibula. Untuk mengimbangi aposisi lateral, terjadi resorpsi pada permukaan lingualnya. Processus alveolaris pembentukannya dikontrol oleh erupsi gigi dan diresorpsi bila gigi tanggal dan diekstraksi. Gigi pada kedua lengkung tidak menjadi protusif ketika maksila dan mandibula tumbuh dan berpindah tempat, karena adanya relasi intercuspal gigi. Pertumbuhan processus alveolaris sangat aktif selama erupsi dan berperan sangat penting selama erupsi awal hubungan antar tonjol dan terus memelihara hubungan oklusal selama pertumbuhan vertical maksila dan mandibula.

Tumbuh kembang cavum oris postnatalLabium OrisMenurut penelitian dari Frazer, labium oris terbentuk dari processus maksilaris. Mesoderma maksilaris tampak meluas ke bagian bawah processus frontonasalis sampai kedua perluasan dari setiap sisi saling bertemu pada garis median.

PipiPipi terbentuk dari jaringan yang berasal dari processus mandibularis maupun processus maksilaris. Pada kedua sisi cavum oris pada region pipi terlihat adanya kantung kecil dari cavum oris yang meluas keluar, terletak tidak jauh antara processus maksilaris dibagian atas dan processus mandibularis dibagian bawah. Batas luar dari kantung tersebut terletak pada epithelium cavum oris, meluas dari processus maksilaris ke processus mandibularis dan mengelilingi permukaan dalam pipi.

LinguaLingua yang terlihat pada cavum oris adalah permukaan atas atau dorsum lingua, terutama bagian anterior dan facies ventral atau inferior. Selama masa kehidupan vetus dan tahun pertama kelahiran, lingua umumnya relatif besar dalam cavum oris dan sering meluas diantara gingival, terutama dibagian depan sehingga berkontak dengan labium oris dan pipi. Lingua berperan dalam proses pengunyahan, menelan, mengisap, dan bicara. Pada keadaan istirahat dan ketika cavum oris tertutup, lingua akan mengisi cavum oris, terletak bersandar terhadap permukaan lingual geligi dibalik permukaan inferior palatum molle dan palatum durum. Ujung lingua biasanya berkontak dengan palatum durum dibalik incisivus atas.

Gigi geligiGigi geligi atas dan bawah, didukung oleh proc alveolaris tempat terletaknya soket gigi. Umumnya membentuk arcus yang sesuai denga bentuk lengkung. Tiap gigi terbentuk dari jaringan kalsifikasi, enamel, dentin, cementum, dan cavum pulpa yang terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah, dan saraf. Tiap gigi melekat padad proc alveolaris melalu ligamentum periodontal.

GingivaGingiva pada tepi bebasnya membentuk penggabungan antara epitel cavum oris dengan epitel yang menutupi sebagian enamel gigi yang tidak terlihat damlam cavum oris. Gingiva melekat erat pada leher masing-masing gigi. Perlekatan gusi ini mempunyai sifat ganda. Epithelial attachment, terdiri dari penggabungan epithelium gingiva dan epithelium enamel dari mahkota gigi. Berperan penting dalam proses pembentukan penyakit-penyakit gingiva. Subepithelial attachment, dibawah epithelium gingiva terdapat serabut kolagen yang melintas dari cementum gigi didekat pertemuan enamel cementum dan dari proc alveolaris ke gusi, membentuk mucoperiosteum yang melekat erat disekitar leher gigi.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kebutuhan gizi pada proses tumbuh kembang postnatal ASI, mengandung : ProteinDibutuhkan sebanyak 8,5% . Protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hamper seluruhnya diserap oleh sistem pencernaan bayi. LemakDibutuhkan sebanyak 2,5%. Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat jumlahnya, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi. Asam ini adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan dan sel saraf otak bayi. KarbohidratDibutuhkan sebanyak 3,5%. Dalam ASI bentuknya adalah laktosa yang jumlahnya berubah-rubah setiap harinya menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi karbohidrat mempermudah penyerapan kalsium dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi. Garam mineralDibutuhkan sebanyak 0,4%. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap. AirDibutuhkan sebanyak 85,1% Corpusculum colosrum Leukosit Vitamin A, B, C, D, E dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit Kolin iodium ( untuk metabolism ) Asam folat Magnesium ( untuk tulang )

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orofacial postnatal Lingkungan Biologis Ras / Suku bangsa : Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras / suku bangsa. Bangsa kulit putih / ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa Asia. Jenis kelamin : Dikatakan anak laki - laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa demikian. Umur : Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus. Gizi : Makanan memegang peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang anak, seperti : protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Seorang anak yang kebutuhan zat gizinya kurang atau tidak terpenuhi, maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Perawatan kesehatan : Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara komprehensif, yang mencakup aspek - aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kepekaan terhadap penyakit : Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur satu tahun sudah mendapatkan imunisasi BCG, Polio 3 kali, DPT 3 kali. Hepatitis-B 3 kali, dan campak. Disamping itu imunisasi, gizi juga memegang peranan penting dalam kepekaan terhadap penyakit. Penyakit kronis : Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembanganya dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stres yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya. Fungsi metabolisme : Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrient harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidak - tidaknya memadai. Obat obatan : Beberapa obat - obatan dikenal dapat menyebabkan terlambatnya pertumbuhan, seperti kortikosteroid, antibiotik golongan quinolon, pemakaian obat perangsang susunan saraf pusat. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan. Hormon1. Somatotropin atau "Growth Hormone" (GH = hormon pertumbuhan) : Merupakan pengatur utama pada pertumbuhan somatik terutama pertumbuhan kerangka. Pertambahan tinggi badan sangat dipengaruhi hormon ini. GH merangsang terbentuknya somatomedin yang kemudian berefek pada tulang rawan. GH mempunyai "circadian variation" dimana aktivitasnya meningkat pada malam hari pada waktu tidur, sesudah makan, sesudah latihan fisik, perubahan kadar gula darah dan sebagainya.2. Homon tiroid : Hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak karena mempunyai fungsi pada metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Maturasi tulang juga dibawah pengaruh hormon ini. Demikian pula dengan pertumbuhan dan fungsi otak sangat tergantung pada tersedianya hormon tiroid dalam kadar yang cukup. Defisiensi hormon tiroid mengakibatkan retardasi fisik dan mental yang kalau berlangsung lama dapat menjadi permanen. Sebaliknya pada hipertiroidisme dapat mengakibatkan gangguan pada kardiovaskular, metabolisme, otak, mata, seksual, dll. Hormon ini mempunyai interaksi dengan hormon - hormon lain seperti somatotropin.3. Glukokortikoid : Mempunyai fungsi yang bertentangan dengan somatotropin, tiroksin serta androgen, karena kortison berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat / terhenti dan terjadinya osteoporosis.4. Hormon hormon seks : Terutama mempunyai peranan dalam fertilitas dan reproduksi. Pada permulaan pubertas, hormon seks memacu pertumbuhan badan, tetapi sesudah beberapa lama justru menghambat pertumbuhan. Androgen disekresi kelenjar adrenal (dehidroandrosteron) dan testis (testosteron), sedangkan estrogen terutama diproduksi oleh ovarium.5. Insulin like growth factors (IGFs) Merupakan somatomedin yang kerjanya sebagai mediator GH dan kerjanya mirip dengan insulin. Fungsinya selain sebgaai mediator GH aktifitasnya mirip insulin, efek mitogenik terhadap kondrosir, osteoblas dan jaringan lainnya. IGFs diproduksi oleh berbagai jaringan tubuh, tetapi IGFs yang beredar dalam sirkulasi terutama diproduksi di hepar. Lingkungan fisik Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah : Musim kemarau yang panjang / adanya bencana alam lainnya, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi. Demikian pula gondok endemik banyak ditemukan pada daerah pegunungan, dimana air tanahnya kurang mengandung yodium. Sanitasi : Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang, maka anak akan sering sakit, misalnya diare, cacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria, demam berdarah, dan sebagainya. Demikian pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan atau asap rokok, dapat berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Kalau anak sering menderita sakit, maka tumbuh kembangnya pasti terganggu. Keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian) : Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan penghuninya. Radiasi : Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi tinggi.

Faktor psikososial Stimulasi : Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang / tidak mendapat stimulasi. Motivasi belajar : Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku - buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar : Kalau anak berbuat benar, maka kita wajib memberinya ganjaran, misalnya pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan, dan sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Sedangkan menghukum dengan cara - cara yang wajar kalau anak berbuat salah masih dibenarkan. Yang penting hukuman dilakukan secara objektif disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut. Bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap anak. Sehingga anak tahu, mana yang baik dan mana yang tidak baik, akibatnya akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk kepribadian anak kelak di kemudian hari. Kelompok sebaya : Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya, anak memerlukan teman sebaya. Tetatpi perhatian dari orangtua tetap diperlukan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, aspek lingkungan sebaya menjadi sangat penting dengan makin meningkatnya kasus-kasus penyalahan obat-obatan dan narkotika. Stress : Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun, dan sebagainya. Sekolah : Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini diharapkan setiap anak mendapatkan kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Sehingga dengan mendapatkan pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat menaikkan taraf hidup anak - anak tersebut. Yang masih menjadi masalah sosial sekarang ini adalah masih banyaknya anak - anak yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah untuk keluarganya. Cinta dan kasih sayang : Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orangtuanya. Agar kelak kemudian hari menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula terhadap sesamanya. Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara berlebihan yang menjurus ke arah memanjakan akan menghambat bahkan mematikan perkembangan kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri, pemboros, sombong, dan kurang bisa menerima kenyataan. Kualitas interaksi anak orang tua : Interaksi timbal balik antara anak dan orangtua, akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka terhadap orangtuanya, sehingga komunikasi bisa 2 arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orangtua dan anak. Interaksi tidak ditentukan dengan seberapa lama kita bersama anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas interaksi tersebut, yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing - masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi.

Faktor keluarga dan adat istiadat Pekerjaan / pendapatan keluarga : Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kemabang anak karena orangtua dapat menyediakan semua keperluan anak, baik yang primer maupun yang sekunder. Pendidikan ayah / ibu : Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima semua informasi terutama cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya, dan sebagainya. Jumlah saudara : Jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak. Lebih - lebih kalau jarak umur anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonominya kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun belum terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan. Jenis kelamin dalam keluarga : Pada masyarakat tradisional, wanita memiliki status yang lebih rendah dibandingkan laki - laki. Sehingga angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita, demikian pula dengan pendidikan, masih banyak ditemukan wanita yang buta huruf. Stabilitas rumah tangga : Stabilitas keharmonisan rumah tangga mempengaruhi tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis. Kepribadian ayah / ibu : Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka untuk pengaruhnya berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan dengan mereka yang kepribadiannya tertutup. Adat istiadat, norma norma, tabu tabu : Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Misalnya di Bali karena seringnya upacara agama yang diadakan oleh suatu keluarga, dimana harus disediakan berbagai makanan dan buah-buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk karena makanan dan buah-buahan tersebut akan dimakan bersama setelah selesai upacara. Demikian pula dengan norma-norma dan tabu-tabu yang berlaku di masyarakat, berpengaruh pula terhadap tumbuh kembang anak. Agama : Pengajaran agama harus ditanamkan pada anak - anak sedini mungkin, karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan kebajikan. Urbanisasi. Kehidupan politik dalam masarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran, dll.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan respon orofacial terhadap rangsangSensasi Pengecapan Utama. Pengenalan bahan kimia spesifik yang mampu merangsang berbagai reseptor pengecapan belum dapat diketahui semuanya. Walaupun begitu, penelitian yang bersifat psikofisiologi dan neurofisiologi telah mengenali sedikitnya 13 reseptor kimia yang mungkin ada pada sel-sel pengecap, yaitu 2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1 reseptor klorida, 1 reseptor adenosin, 1 reseptor inosin, 2 reseptor manis, 2 reseptor pahit, 1 reseptor glutamat, dan 1 reseptor ion hidrogen (Guyton, 1997).Untuk membuat analisis pengecapan yang praktis, kemampuan reseptor yang telah disebutkan di atas juga dikumpulkan menjadi lima kategori umum yang disebut sensasi pengecapan utama. Kelima kategori tersebut adalah asam, asin, manis, pahit dan umami (Guyton, 1997).

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kelainan/gangguan tumbuh kembang orofacial postnatal Kelainan Kongenital Jaringan Lunak MakroglosiaPembesaran lidah dapat merupakan kelainan perkembangan yang disebabkan oleh hipertrofi otot lidah. Lidah yang besar akan mendorong gigi dan tapakan gigi akan terbentuk pada tepi lateral lidah, seperti kerang. Makroglosia dapat terlihat pada sindrom down dan pada kretinisme kongenital akibat kekurangan hormon kelenjar tiroid pada si ibu. Makroglosia juga dapat merupakan kelainan yang didapat, selain karena faktor perkembangan misalnya, karena kehilangan gigi geligi rahang bawah dalam jumlah yang banyak. Pembesaran lidah dapat pula disebabkan oleh tumor, radang, dan perubahan hormonal (misalnya pada kretinisme dan akromegali). Bergantung pada derajat keparahan dan potensinya untuk menimbulkan problem dalam rongga mulut, pembesaran lidah dapat dikurangi dengan tindakan bedah. MikroglosiaMikroglosia adalah lidah yang kecil. Kejadian ini sangat jarang ditemukan, dapat ditemukan pada sindrom Pierre Robin yang merupakan kelainan herediter. Pada hemiatrofi lidah, sebagian lidah mengecil. Penyebabnya dapat berupa cacat pada saraf hipoglosus yang mempersarafi otot lidah. Tanpa rangsangan, otot lidah menjadi atrofi dan tubuh lidah menjadi mengecil. Pada kasus ini, selain cacat pada lidah, juga menimbulkan kerusakan ditempat lain. Ankiloglosia (tongue tie)Ankiloglosia merupakan perlekatan sebagian atau seluruh lidah kedasar mulut. Frenulum lingualis melekat terlalu jauh kedepan dan terlihat pada posisi bervariasi, yang paling parah bila terletak pada ujung anterior lidah. Pergerakan lidah dapat terhambat dan penderita tidak dapat menyentuh palatum keras dalam posisi mulut terbuka. Bicara dapat terganggu. Kasus ringan tidak membutuhkan perawatan, sedangkan kasus berat berhasil diobati dengan bedah untuk memperbaiki perlekatan frenulum.

Sumbing Lidah (cleft tongue)Sumbing lidah terjadi akibat terganggunya perpaduan bagian kanan dan kiri lidah. Tiroid LingualTiroid lingual tampak sebagai suatu penonjolan pada pangkal lidah sekitar foramen caecum yang mengandung jaringan tiroid. Patogenesis: kelenjar tiroid dibentuk pada pangkal lidah (foramen caecum). Pada minggu ke 5, intrauterin akan turun kebawah di depan trakea dan berhenti di depan os hyoideum dan os tiroid. Jika sebagian tidak turun, terjadi tiroid lingual. Secara normal, perjalanan penurunan ini merupakan suatu saluran yang akhirnya menghilang karena atrof, tetapi kadang-kadang sisa saluran tertinggal dan terbentuk kista (kista tiroglosus). Kista TiroglosusMikroskopis: dinding kista mengandung sisa-sisa jaringan tiroid yang terdiri atas folikel kelenjar tiroid yang mengandung koloid. Kista ini perlu dibedakan dengan kista lain yang ditemukan juga pada leher, misalnya kista brankiogenik yang letaknya tidak pada garis tengah, tetapi lebih ke samping. Pada gambaran mikroskopis, kista brankiogenik tidak mengandung sisa-sisa kelenjar tiroid, tetapi terdiri atas folikel jaringan limfoid yang padat serta dilapisi oleh epitel gepeng berlapis sebagai lapisan dalam dinding kista. Median Romboid GlositisMedian romboid glositis merupakan kelainan kongenital akibat kelainan perkembangan embrional. Kedua tuberkulum lateral lidah tidak bertemu di tengah lidah dan tidak menutup bagian tengah yang disebut tuberkulum impar. Bagian tengah tampak sebagai suatu daerah berbentuk belah ketupat berwarna kemerahan seperti terkena radang dengan permukaan licin karena tidak berpapil. Mikroskopis: ditemukan akantosis dengan fibrosis jaringan dibawahnya dan sebukan sel radang akut sehingga secara histologis merupakan radang. Secara patogenetik, kelainan ini termasuk golongan cacat kongenital. Lidah GeografikBiasanya terjadi pada anak-anak. Tampak daerah kemerahan pada dorsum lidah. Tampak daerah kemerahan pada dorsum lidah akibat deskuamasi papila filiformis dikelilingi daerah sedikit menonjol dan berbatas tegas dengan tepi tidak teratur dan berwarna putih kekuningan. Papila fungiformis tetap ada. Gambaran dapat berubah ubah sehingga dinamakan glositis migratoris jinak. Lesi umumnya tidak sakit, tetapi kadang-kadang timbul rasa sakit, terutama ketika memakan makanan asin dan pedas. Jarang sekali disertai dengan stomatitis areata migrans pada sisi lain mukosa mulut yang umumnya pada mukosa labial atau bukal. Gambaran mikroskopisnya sama dengan stomatitis areata migrans, yaitu tampak perpanjangan rete peg dan ada infiltrasi sel neutrofil. Hairy TongueTampak bagian tengah belakang lidah lebih merah dengan permukaan seperti berambut karena hipertrofi papila filiformis. Lidah dapat mempunyai bentuk dan pergerakan yang berbeda beda karena pengaruh faktor genetik dan turunan. Lidah dapat berbentuk seperti gulungan atau berfisura dengan sisi lateral menyentuh garis tengah. Beberapa penderita dapat mengontrol otot pada ujung lidah untuk membuat bentuk daun daun semanggi, dinamakan lidah trefoil. Ada pula penderita yang mempunyai genetik untuk mampu menggerakkan lidah kebelakang dan keluar dari rongga mulut, dinamakan lidah menelan. Kesemua bentuk lidah yang dapat melakukan pergerakan ini bukan menunjukkan kelainan genetik bawaan maupun penyakit, tetapi merupakan keadaan normal bagi mereka yang dapat melakukan pergerakan tersebut.

Kelainan Kongenital Jaringan Keras TorusTorus merupakan pembengkakan pada rahang yang menonjol dari mukosa mulut yang tidak berbahaya dan disebabkan oleh pembentukan tulang normal yang berlebihan, tampak radiopak dan dapat terjadi di beberapa tempat dari tulang rahang. Pada garis tengah palatum keras, tampak sebagai massa tonjolan tunggal atau multipel didaerah sutura palatal bagian tengah, berbentuk konveks, dapat pula berbentuk gepeng, nodular atau lobular dan dinamakan torus palatinus. Mandibula umumnya merupakan massa putih bilateral di bagian lingual akar gigi premolar dan dinamakan torus mandibularis. Bentuk bervariasi, dapat satu lobus atau multipel, unilateral atau bilateral.Tumbuh langsung di atas garis milohioid, meluas dari kaninus sampai molar pertama. Umumnya, torus menjadi jelas sesudah dewasa meskipun kadang-kadang pada anak-anak sudah jelas. Pasien umumnya tek menyadari, hanya diketahui oleh dokter atau dokter gigi, terutama dalam hubungannya dengan pembuatan desain geligi tiruan. Frekuensi bervariasi dengan usia. Rasio wanita:pria adalah 2:1. Torus dapat disebabkan oleh faktor genitik atau fungsi. Namun, peran faktor fungsi tidak begitu kuat karena frekuensi kejadian pada wanita Eskimo kurang dibandingkan laki-laki Eskimo meskipun fungsi rahang pada wanita Eskimo ini lebih besar mengingat wanita Eskimo sering mengunyah sejenis tumbuhan. Gambaran mikroskopis tampak korteks tulang yang padat dan kompak, dengan daerah sentral tulang lebih spongiosa dan kadang-kadang ditemukan lemak dalam sumsum tulang. Proyeksi tulang yang sama dapat terlihat pada permukaan labial atau bukal dari lingir alveolar maksila atau mandibula dan dinamakan tulang eksostosis. Umumnya, kelainan ini tidak membutuhkan perawatan.Kalau mengganggu pemakaian gigi tiruan atau bicara, dapat dilakukan pengambilan secara bedah. AgnasiaKesalahan pembentukan lengkung mandibula sering dihubungkan dengan anomali fusi telinga luar pada daerah garis tengah yang normalnya ditempati oleh mandibula sehingga telinga bertemu di garis tengah. Agenesis absolut mandibula masih diragukan apakah bisa terjadi. Pada keadaan ini, lidah juga tidak terbentuk atau mengalami reduksi ukuran. Meskipun astomia (tidak terbentuknya mulut) dapat terjadi, mikrostomia (mulut yang kecil) lebih sering terjadi. Kadang-kadang tidak ada hubungan dengan faring, yang tersisa hanya membran buko faringeal. Agnasia sering juga disebabkan oleh gangguan vaskularisasi. MikrognasiaIstilah mikrognasia umumnya dipakai khusus untuk mandibula meskipun dapat pula dipakai untuk menunjukkan pengecilan ukuran mandibula dan maksila. Dagu dapat sangat retrusif atau absen sama sekali. Hidung dan bibir atas menjadi menonjol sehingga muka seperti burung. Keadaan ini dapat bersifat kongenital seperti yang ditemukan pada berbagai sindrom, dapat pula terjadi sesudah lahir, misalnya akibat trauma, atau infeksi seperti atritis rematoid juvenilis. Mikrognasia disebabkan oleh kegagalan pusat pertumbuhan di kepala sendi. Penyebabnya adalah kelainan perkembangan atau didapat. Cedera pada kepala sendi oleh trauma pada saat lahir atau infeksi pada telinga dapat menyerang pusat pertumbuhan kepala sendi. Kemungkinan lain adalah trauma atau infeksi daerah kepala sendi yang umumnya unilateral dan menyebabkan pengecilan ukuran rahang yang unilateral. Mikrognasia rahang atas ditemukan pada disostosis kraniofasial sindrom akrosefalosindaktilia yang karakteristik ditemukan pada oksisefalik, sindaktilia tangan dan kaki dan pada sindrom down. Keadaan ini dapat dikoreksi dengan bedah.Bila perkembangan rahang tidak bagus, gigi geligi menjadi berdesakan dan rahang gagal untuk menyesuaikan diri sehingga gigi tidak dapat beroklusi dengan baik atau dalam posisi buruk untuk berfungsi atau mengganngu estetik. MakrognasiaMakrognasia adalah rahang yang besar. Jika terjadi pada rahang bawah, hal ini dapat menyebabkan protrusi (kelas III Angle) dengan dagu menonjol. Keadaan ini dapat bersifat kongenital dan dapat pula bersifat dapatan melalui penyakit serta dapat dikoreksi dengan tindakan bedah. Pada akromegali, penderita mempunyai tumor kelenjar hipofisis yang akan mendorong pertumbuhan terus menerus pada tempat tertentu, misalnya jari dan tulang mandibula. Beberapa kelainan menyerang rahang dan juga daerah lain, antara lain merupakan sindrom seperti sindrom Pierre Robin. Pada sindrom ini, anak lahir dengan mikrognasia rahang bawah yang berat, lidah menjulur keluar dan sumbing palatum. Cacat lain seperti deformitas telinga dapat juga terjadi. Contoh lain adalah sindrom Treacher Collins. Ada beberapa sindrom perkembangan yang menunjukkan mikrognasia rahang atas sebagai bagian suatu sindrom, misalnya sindrom down atau sindrom Apert. Sindrom down merupakan penyakit genetika yang paling sering ditemukan dengan ciri khas berupa rahang atas yang kecil selain tanda lainnya. Pada penyakit Crouzon yang merupakan kraniofasial sinostosis yang berkaitan dengan sindrom Apert, ditemukan rahang atas dan hidung yang kecil sehingga menyebabkan muka melesak kedalam. cleft lip dan cleft palateBibir sumbing (cleft lip) adalah kelainan berupa celah pada bibir atas yang didapatkan seseorang sejak lahir. Bila celah berada pada bagian langit-langit rongga mulut (palatum), maka kelainan ini disebut cleft palate. Pada cleft palate, celah akan menghubungkan langit-langit rongga mulut dengan rongga hidung. Ada tiga jenis kelainan cleft, yaitu:1. Cleft lip tanpa disertai cleft palate2. Cleft palate tanpa disertai cleft lip3. Cleft lip disertai dengan cleft palate

DAFTAR PUSTAKA

Speber,G.H.1991.Embriologi Kraniofasial. Hipokrates:JakartaSudiono, Janti. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofacial.Jakarta.Indonesia:EGC.2008.Hal 5-6Lusa,2013.Gizi Seimbang Bagi Bayi.Jakarta