rancangan proposal
DESCRIPTION
Berisi rancangan proposalTRANSCRIPT
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
1/25
PENERAPAN ALAT PELINDUNG DIRI DI UNIT ()
PT. ADARO INOINESIA Tbk
KABUPATEN TABALONG
TAHUN 2013
Proposal guna memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
Predikat Ahli Madya
Oleh :
Muhammad. Al- Fajar
PO7133111208
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2013
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
2/25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKeselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagaan kerja dan sumber daya manusia. K3
tidak saja penting dalam meningkatkan jamina sosial dan kesejahteraan para
pekerjaanya akan tetapi K3 juga berdapmpak pisitif atas keberlanjutan
produktifitas kerjanya. Dengan kata lain pada saat ini K3 bukan semata
kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para pekrja dan
bagi setiap bentuk pekerjaan. Menurut hirarki upaya pengendalian
(controlling), alat pelindung diri sesungguhnya merupakan hirarki terakhir
dalam melindungi K3 tenaga kerja dari potensi bahaya yang memungkinkan
terjadi pada waktu melakukan pekerjaan, setelah pengendalian teknik dan
administratif lagi tidak mungkin. Namun beberapa jenis alat pelindung diri
harus mutlak dikenakan oleh tenaga kerja pada waktu melakukan pekerjaan.
Alat pelindung diri jenis ini antara lain seperti topi keselamatan, sepatu
pelindung, sarung tangan, sabuk keselamatan, dikenakan pekerja pada saat
bekerja, saat menghadapi potensi bahaya karena pekerjaannya. Jenis alat
pelindung diri yang digunakan, baik yang merupakan hirarki terakhir maupun
yang selalu dikenakan, harus sesuai dengan potensi bahaya yang dihapadapi
serta sesuai dengan bagian tubuh yang perlu dilindungi (Depkes RI, 2002).
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
3/25
Bahaya yang disebabkan lingkungan kerja baik bahaya fisik
maupun bahaya kimiawi yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, perlu dikendalikan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat, adapun salah satu upaya
pengendalian tersebut adalah dengan menggunakan APD. Alat pelindung diri
adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi atau bahaya arau
kecelakaan kerja (A.M Sugeng Budianto, 2005)
Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia
dan mengurangi sumber kecelakaan, cedera dan stress akibat dari pekerjaan.
Namun demikian, kemajuan teknologi juga membawa sumber-sumber stress
kerja dan cidera baru. Kompleknya teknologi modern, perubahan bentuk
kerja, organisasi kerja dan sistem produksi menempatkan suatu tuntutan yang
tinggi pada daya kerja. Sebagai akibatnya, tingkat dan bentuk potensi bahaya
di tempat kerja yang harus dihadapi pekerja juga akan berubah. Hal ini
terjadi karena SDM yang ada tidak bisa mengimbangi peralatan dan atau
metode kerja yang digunakan. Untuk mengatasi masalah tersebut maka
implementasi peningkatan kinerja K3 dan ergonomi adalah merupakan suatu
keharusan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin agar setiap pengembangan
dan penggunaan teknologi dapat diterima dan menguntungkan semua pihak
yang melakukan transfer teknologi itu sendiri (Tarwaka, 2008).
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
4/25
PT Adaro Indonesia adalah salah satu perusahaan batubara terbaik
di Indonesia, kiprahnya sebagai perusahaan pengelola tambang batubara
sejak tahun 1982. PT Adaro Indonesia telah melakukan kegiatan eksplorasi
dan penambangan batu bara di Kalimantan Selatan, serta pemasaran hasil
produksinya berdasarkan perjanjian Karya pengusahaan Pertambangan
Batubara (PKP2B)no J2/J.i.DU/52/82 tanggal 16 November 1982. Dalam
Kontrak ini, PT Adaro Indonesia berhak melakukan eksplorasi ,
pengembangan dan pemasaran barubara untuk jangka waktu 30 tahun
pertama produksi komersial. Saat ini, PT Adaro Indonesia mengoperasikan
tambang terbuka (open it) di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan.
Lokasi Cadangan lainnya, yaitu Tambang Paringin berada di kabupaten
Balangan ,dan Tambang Wara di Kabupaten Tabalong yang akan di
kembangkan untuk meningkatkan kebutuhan produksi batu bara PT Adaro
Indonesia (Fadjar Widijanta 2011)
Dinas Pertambangan (Distam) Kalsel menyebutkan, bahwa selama
periode tahun 2001 sampai 2007, terdapat 54 korban kecelakaan kerja yang
terdiri 42 korban mengalami cedera berat dan 12 korban dinyatakan fatal atau
meninggal dunia dalam dunia kerja tambang di perusahaan yang memiliki
base camp di Dahai, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan, tersebut.
Perinciannya, tahun 2001 teridentifikasi 4 korban cedera berat, 2002 ada 7
cedera berat, 2003 bertambah menjadi 3 cedera berat dan 2 fatal, sedang 2004
terus meningkat sebanyak 7 cedera berat dan 5 fatal, lalu 2005 terdapat 11
cedera berat tapi hanya 1 korban yang dinyatakan meninggal dunia. 2006
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
5/25
didapati 10 korban yang cedera berat dan 2 korban berakibat fatal, kemudian
untuk tahun 2007 sudah ada 2 korban yang meninggal dunia. Kecelakaan
kerja tersebut sangat berkaitan dengan penggunaan alat pelindung diri (
WALHI KalSel 2007)
Berdasarkan uraian, menarik untuk dilakukan penelitian di PT.
Adaro Indonesia mengenai Alat Pelindung Diri ( APD ).
B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu
Bagaimana Penerapan Alat Pelindung Diri di PT. Adaro Indonesia
Kabupaten Tabalong Tahun 2013
C. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan alat pelindung diri pada PT. Adaro Indonesia
2) Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik karyawan di PT. Adaro Indonesia yang
meliputi pendidikan, umur, lama kerja dan masa kerja
b. Mengetahui faktor resiko keselamatan kerja di PT. Adaro Indonesia yang
meliputi faktor fisik, kimia, biologis dan mekanis
c. Mengetahui ketersediaan APD pada PT. Adaro yang meliputi jumlah,
jenis dan kondisi APD
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
6/25
d. Mengetahui pengaturan dan pengawasan di PT. Adaro Indonesia
D. Manfaat Penelitian
1) Bagi PenelitiPenelitian ini merupakan media belajar dalam rangka menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan.
2) Bagi PT Adaro IndonesiaPenelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak PT. Adaro, agar dapat
menjadi bahan penimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap masalah
yang berkaitan dengan alat pelindung diri pada karyawan PT. Adaro
E. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang telah dilakukan adalah
1. Penggunaan alat pelindung diri dipekerja Bengkel las dan Deko di KotaBanjarbaru tahun 2012. ( Machfud Fajrin 2012 )
2. Penggunaan alat pelindung diri pada tenaga kerja di Pelabuhan FerryPelindio III Batu Licin tahun12 (Refan Rahmadilah Utama 2012)
Perbedaan dengan penelitian terlebih dahulu adalah terletak pada
lokasi, pada penelitian terlebih dahulu dilakukan alat pelindung diri pada
pekerja di Bengkel Las dan Pelabuhan. Sedangkan penelitian ini dilakukan
penelitian penerapan alat pelindung diri pada karyawan batubara.
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
7/25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PertambanganMenurut UU No. 4 Tahun 2009 yang dimaksud pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan,
dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian,pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
Sedangkan penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan/ atau batubara. Metode penambangan batubara
sangat tergantung pada keadaan geologi daerah (lapisan batuan penutup,
batuan dasar batubara, dan struktur geologi), keadaan lapisan batubara, dan
bentuk deposit. Pada dasarnya dikenal dua metode penambangan batubara
yaitu metode tambang bawah tanah dan metode tambang terbuka. Metode
tambang bawah tanah dilakukan dengan jalan membuat lubang menuju ke
lapisan batubara yang akan ditambang dan membuat lubang bukaan pada
lapisan batubara. Metode tambang terbuka dilakukan dengan mengupas
material penutup batubara (Sukandarrumidi, 2010).
Kegiatan penambangan batubara dapat berdampak pada rusaknya
ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan sebagai suatu ekosistem yang tidak
dapat lagi menjalankan fungsinya secara optimal, seperti perlindungan tanah,
tata air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya dalam mengatur
perlindungan alam lingkungan (Suprapto, 2010).
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
8/25
B. Kesehatan dan Keselamatan KerjaKesehatan Kerja adalah suatu ilmu yang penerapannya untuk
mengetahui, menilai dan mengendalikan faktor-faktor bahaya lingkungan
kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan maupun penyakit akibat
kerja. (Tim Penyusun Majalah Keselamatan Kerjadan Hiperkes, 2009).
keselamatan kerja mengacu pada kondisi yang aman dari resiko
mengalami sakit, cedera, atau kehilangan/kerugian di tempat kerja, dan istilah
kesehatan kerja mengacu pada kondisi bebas dari gangguan fisik, emosi,
mental atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja( Mangkunegara,
2002)
Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dapat meliputi hal-hal
berikut ini ( Anoraga 2005 ):
1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau
keryawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini
menyangkut kondisi kerja, suhu, penerangan, dan situasinya
2. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang alat-
alat kerja sangatlah vital digunakan oleh para pekerja dalammelakukan
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
9/25
kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama
yang akan dijadikan barang.
3.
Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara melakukan pekerjaan
yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya
dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan.
C. Kecelakaan KerjaDalam Permenaker No. Per 03/Men/1994 pengertian kecelakaan kerja
adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. Dalam
pengertian lain menjelaskan bahwa kecelakaan kerja merupakan suatu
kejadian yang tidak diinginkan yang dapat berakibat cidera, gangguan
kesehatan hingga kematian pada manusia, kerusakan properti, gangguan
terhadap pekerjaan (kelancaran proses produksi) atau pencemaran (Suardi,
2005)
Pada tahun 1931, edisi pertama dalam buku Industrial Accident
Prevention, oleh H.W.Heinrich (Dan Petersen,1997) menjelaskan tentang
metode yang paling bernilai dalam pencegahan kecelakaan adalah analog
dengan metode yang dibutuhkan untuk pengendalian mutu, biaya dan kualitas
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
10/25
produksi. Dalam risetnya Heinrich menemukan teori yang dinamai Teori
Domino. Teori ini menjelaskan bahwa setiap kecelakaan yang menimbulkan
cedera, terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima
domino yang berdiri sejajar, yaitu kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan
dan kondisi tidak aman (hazard), kecelakaan serta cedera (loss). Sehingga 30
untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut kuncinya adalah memutuskan
rangkaian sebab-akibat tersebut. (Suardi, 2005)
Analisis penyebab kecelakaan yang terdiri dari penyebab dasar dan
penyebab langsung.
1.Penyebab dasar terbagi menjadi dua yaitu faktor individu dan faktor
pekerjaan. Faktor Individu atau pekerja seperti kurang kemampuan (Secara
fisik maupun secara mental), kurang pengetahuan, kurang ketrampilan,
stress secara fisik maupun mental dan motivasi keliru/kurang baik.
Sedangkan faktor Pekerjaan, seperti standar kerja yang kurang baik,
kepemimpinan dan pengawasan kurang, rekayasa kurang, pemeliharaan
kurang, material, perkakas, dan peralatan kurang, pengadaan kurang, salah
penggunaan dan kerusakan.
2.Penyebab langsung terbagi menjadi dua, yakni tindakan tidak aman dan
kondisi tidak aman. Tindakan tidak aman (un safe act) terdiri dari
mengoperasikan alat tanpa izin, mengoperasikan alat diluar batas kecepatan
maksimal, menggunakan alat yang tidak lengkap, menggunakan alat yang
rusak, tidak memakai APD, merokok ditempat terlarang, membuat peralatan
keselamatan tidak berfungsi, tidak memasang kembali pelindung, bekerja
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
11/25
dengan posisi tidak benar, bekerja dibawah pengaruh alkohol, melayani
mesin yang sedang bergerak, menggunakan alat dengan tidak tepat, terlalu
memforsir tenaga, bercanda sambil bekerja, berjalan meniti pipa tanpa alat
keselamatan yang sesuai, tidak mengikuti prosedur kerja dan mengabaikan
perintah/peraturan/larangan.Sedangkan Kondisi Tidak Aman (un safe
condition) terdiri dari Perkakas atau peralatan rusak, pengaman/pelindung
mesin tidak lengkap, peringatan/rambu-rambu tidak lengkap, tatapapan
(Housekeeping) tidak baik, prosedur penggembokan (lock out) tidak sesuai,
batu menggantung tidak digugurkan, penerangan kurang, kebisingan
tinggi,ventilasi tidak memadai, temperatur rendah atau tinggi, berdebu atau
berasap, tali keselamatan tidak sesuai, bagian benda kerja atau material yang
tajam, kebakaran dan peledakan, penyanggaan tidak memadai, dan sistem
drainage tidak baik ( Suardi 2005)
Penyebab kecelakaan secara umum dapat dibagi menjadi 2 yaitu
a). Sebab dasar atau asal mula
Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara
umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar
kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor :
1) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinanperusahaan dalam upaya penerapan K3 di perusahaan
2) Manusia atau pekerja sendiri
3) Kondisi tempat kerja, saran kerja dan lingkungan.
b) Sebab utama
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
12/25
Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor
dan persyaratan K3 yang belum benar. Sebab utama kecelakaan kerja
meliputi :
1)Faktor manusia atau tindakan tidak aman ( Unsafe Action) yaitumerupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin
dilator belakangi oleh berbagai sebab antara lain :
(a) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan.
(b) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal.
(c) Ketidak fungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak.
(d) Kelelahan dan kejenuhan.
(e) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.
(f) Kebingungan dan stress karena prosedur kerja yang baru belum
dapat dipahami.
(g) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan pekerjaan.
(h) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja.
(i) Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja.
(j) Kurang adanya kepuasan kerja.
(k) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.
2) Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman merupakan kondisi tidak
aman dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat
kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan system kerja. Lingkungan dalam
arti luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-
faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
13/25
yang berlalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi
kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa
mengganggu konsetrasi ( Tarwaka, 2008)
D. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh pekerjaannya atau lingkungan kerjanya, dan diperoleh
pada waktu melakukan pekerjaan dan masyarakat umum biasanya tidak akan
terkena. Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat
sakit. Cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja agak berbeda dengan
diagnosa penyakit-penyakit umum karena untuk penyakit ini tidak cukup
hanya dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris. Akan tetapi, harus pula
diperiksa tempat, cara, dan syarat-syarat kerja. Selain itu sebagai tambahan
bagi anamnesis yang biasa, harus pula dipertanyakan riwayat pekerjaan dari si
penderita.(Basuki Kristiawan, 2009)
Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau
bersumber dari berbagai faktor, antara lain (Tarwaka, 2008) :
1. Faktor teknisyaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan
kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2.
Faktor lingkungan yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk
bahan baku, baik produk maupun hasil akhir.
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
14/25
3. Faktor manusia yaitu dimana manusia adalah merupakan ataumengandung potensi bahya yang cukup besar terutama apabila manusia
yang melakukan pekerjaan tidak berada dalam kondisi kesehatan yang
prima, baik fisik maupun psikis.
Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat
dikelompokan antara lain sebagai berikut (Tarwaka, 2008):
1. Potensi bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar.
2. Potensi bahaya kimia yaitu potensi yang berasal dari bahan-bahan kimia
yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui cara inhalation (melalui jalan
pernafasan), ingestion (melalui mulut kesaluran percernaan), atau skin
contac(melaui kulit). Terjadinya pengaruh potensi bahan kimia ini
terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari : jenis bahan kimia atau
kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap), daya racun
bahan (toksisitas), cara masuk kedalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis yaitu potensi bahaya yang bersal atau ditimbulkan
oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara, yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu.
4. Potensi bahaya dari proses mekanis yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat tergantung dari bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
15/25
Penyakit akibat kerja akan timbul apabila potensi bahaya yang
mengenai tenaga kerja berada dalam waktu dan kadar yang melebihi nilai
ambang batas yang diperkenankan. Tergantung jenis dan bentuk potensi
bahaya yang ada, maka dikenal berbagai pengaruh potensi bahaya terhadap
kesehatan tenaga kerja yang terpapar, yaitu (Tarwaka, 2008) :
1.Secara Fisik
Potensi bahaya fisik yang ada akan menyebabkan gangguan-gangguan atau
kerusakan pada bagian-bagian tubuh tertentu, misalnya :
a.Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas (>85dBA), bisa
menyebabkan kerusakan pada telinga sehinnga timbul ketulian yang
bersifat sementara maupun tetap setelah terpapar untuk jangka waktu
tertentu dan tanpa proteksi yang memadai.
b.Iklim kerja yang terlalu panas, bisa menyebabkan meningkatnya
pengeluaran cairan tubuh melalui keringat sehingga bisa terjadi dehidrasi
dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat.
c.Getaran yang kuat dan terus menerus bisa menyebabkan gangguan atau
kerusakan pada otot, tulang dan syaraf.
d.Penerangan yang tidak baik (kurang terang, silau) bisa menyebabkan
kelelahan dan kerusakan pada mata.
e.Radiasi yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan-jaringan
tubuh, dan bila berlangsung untuk waktu yang lama dan terus-menerus
bisa menyebabkan timbulnya kanker.
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
16/25
f.Pelaksanaan pekerjaan yang tidak benar dan tidak sesuai dengan norma-
norma ergonomi, bisa menyebabkan kelelahan dengan segala akibatnya
2.Secara Psikis
Potensi bahaya lingkungan kerja yang mempengaruhi tenaga kerja
secara psikologis yang menyebabkan rasa tidak aman dan rasa takut dalam
melaksanakan pekerjaannnya. Keadaan ini menyebabkan penurunan
produktivitas kerja, juga akan dapat menyebabkan gangguan psikologis bagi
tenaga kerja, misalnya terjadinya konflik dalam diri tenaga kerja yang bila
tidak segera diatasi dapat menyebabkan timbulnya stress kerja, baik
perorangan ataupun kelompok.
3.Secara Lokal
Dimana potensi bahaya yang mengenai bagian-bagian tubuh tertentu
akan menyebabkan gangguan atau perubahan pada bagian tersebut, misal
gangguan paru akibat inhalasi debu yang ada dalam udara, sesak nafas
sebagai akibat inhalasi bahan-bahan yang bersifat asfiksia, kerusakan
jaringan secara local sebagai akibat kecelakaan kerja, sindrom saluran
karpal pada operator komputer.
4.Secara Sistematik
Dimana potensi bahaya yang ada akan masuk kedalam aliran darah dan akan
menyebabkab kerusakan jaringan atau organ tubuh bagian dalam sehingga
terjadi gangguan kesehatan secara umum, misalnya : bahan kimia beracun,
bahan dalam bentuk gas, uap, kuman0kuman penyakit yang terdapat di
udara, bisa masuk kedalam aliran darah tubuh melalui saluran pernafasan
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
17/25
maupun pencernaan dan bisa menyebabkan gangguan atau perubahan pada
berbagai organ tubuh sehingga terjadi gejala-gejala secara umum.
5.Secara Khusus
Beberapa jenis bahan berbahaya dapat menyebabkan gangguan khusus pada
bagian tubuh tertentu, seperti merusak saraf, merusak jaringan otak,
menyebabkan kelainan darah (pembentukan dan pematangan sel-sel darah).
E. Alat Pelindung DiriAlat pelindung diri adalah peralatan yang harus disediakan oleh
instansi, pengusaha untuk setiap pekerjanya (karyawan). Alat pelindung diri
merupakan peralatan yang harus digunakan oleh tenaga kerja apabila berada
dalam lingkungan kerja yang berbahaya. Tujuan dari penggunaan alat
pelindung diri adalah untuk melindungi tenaga kerja dan risiko cedera
dengan menciptakan penghalang dari bahaya ditempat kerja, alat pelindung
diri, tidak untuk menukar Good Engineering atau administrasi atau praktek
kerja yang baik berdasarkan biosafety information / safety manuals / oasis
home. ( Cahyono,2004).
Pemilihan Alat Pelindung Diri Setiap tempat kerja mempunyai
potensi bahaya yang berbeda-beda sesuai dengan jenis, bahan dan proses
produksi yang dilakukan. Dengan demikian, sebelum melakukan pemilihan
alat pelindung diri mana yang tepat digunakan, diperlukan adanya suatu
investarisasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja masing-masing.
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri harus memperhatikan aspek-
aspek sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
18/25
1) Aspek Teknis, meliputi
a)Pemilihan berdasarkan jenis dan bentuknya. Jenis dan bentuk alat
pelindung diri harus disesuaikan dengan bagian tubuh yang dilindungi.
b)Pemilihan berdasarkan mutu atau kualitas. Mutu alat pelindung diri akan
menentukan tingkat keparahan dan suatu kecelakaan dan penyakit akibat
kerja yang mungkin terjadi. Semakin rendah mutu alat pelindung diri,
maka akan semakin tinggi tingkat keparahan atas kecelakaan atau
penyakit akibat kerja yang terjadi. Adapun untuk menetukan mutu suatu
alat pelindung diri dapat dilakukan melalui uji laboratorium untuk
mengetahui pemenuhan terhadap standar.
c)Penentuan jumlah alat pelindung diri. Jumlah yang diperlukan sangat
tergantung dari jumlah tenaga kerja yang terpapar potensi bahaya di
tempat kerja. Idealnya adalah setiap pekerja menggunakan alat pelindung
diri sendiri-sendiri atau tidak dipakai secara bergantian.
d)Teknik penyimpanan dan pemeliharaan. Penyimpanan investasi untuk
penghematan dari pada pemberian alat pelindung diri.
2) Aspek Psikologis
Di samping aspek teknis, maka aspek psikologis yang menyangkut masalah
kenyamanan dalam penggunaan alat pelindung diri juga sangat penting
untuk diperhatikan. Timbulnya masalah baru bagi pemakai harus
dihilangkan, seperti terjadinya gangguan terhadap kebebasan gerak pada
saat memakai alat pelindung diri. Penggunaan alat pelindung diri tidak
menimbulkan alergi atau gatal-gatal pada kulit, tenaga kerja tidak malu
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
19/25
memakainya karena bentuknya tidak cukup menarik. Ketentuan pemilihan
alat pelindung diri meliputi (Tarwaka, 2008) :
1)Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang kuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh
tenaga kerja.
2)Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3)Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4)Bentuknya harus cukup menarik.
5)Alat pelindung tahan lama untuk pemakaian yang lama.
6)Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya,
yang dikarenakan bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaanya.
7)Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8)Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris
pemakaiannya.
9)Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya
Jenis APD menurut bagian tubuh yang dilindungi ( Atjo Wahyu, 2003).
1. Alat Pelindung Kepala, berdasarkan fungsinya dibagi:
a. Topi Pengaman (helmet), melindungi kepala dari kemungkinan benturan
atau pukulan dan kejatuhan benda.
b. Tudung atau topi, melindungi dari api, ketel uap dan korosif
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
20/25
c. Tutup Kepala, menjaga kebersihan kepala atau rambut dan mencegah
rambut terlilit bagian mesin yang berputar,
2. ALat Pelindung Mulut dan Hidung
APD ini biasa juga disebut masker yg berfungsi melindungi bagian
dalam tubuh melalui pernafasan hidung dan mulut dari pengaruh oksigen
yang hidung dan mulut dari pengaruh oksigen yang terkontaminasi dengan
partikel debu dan gas yg dapat merusak atau setidaknya menggaggu
pernafasan.
3. Alat Pelindung Telinga
APD telinga terdiri dari 2 jenis, yaitu ear plug yangg dapat
menurunkan pajanan sebesar 6-30 dB, dan ear muff yang dapat menurunkan
20 - 40 dB.
4. ALat Pelindung Mata
APD mata biasanya disebut kaca mata, fungsinya selain
melindungi mata, juga melindungi muka atau wajah yg terdiri dari berbagai
bentuk disesuaikan dengan sumber bahaya yg dihadapi seperti bahaya
dengan sumber bahaya yang dihadapi , seperti bahaya lemparan benda-
benda kecil dan lemparan benda-benda lainnya.
5. Alat Pelindung Tangan
APD ini disebut dengan sarung tangan atau kaos tangan.
Fungsinya untuk melindungi tangan dari bahaya benda tajam, panas dan
dingin, radiasi, arus listrik serta bahan kimia elektromagnetik listrik, serta
bahan kimia elektromagnetik.
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
21/25
6. Alat Pelindung Kaki dan jari Kaki
APD yang umum digunakan adalah sepatu, namun harus
disesuaikan dengan tempat atau lingkungan kerja sesuai dengan risiko yang
terjadi.
7. Alat Pelindung Tubuh
APD tubuh yang dimaksud adalah pakaian kerja yang berfungsi
untuk melindungi badan atau tubuh. Terkadang ada pekerjaan tertentu
dalam waktu singkat harus memakai pelindung yang bertujuan agar tenaga
kerja terpapar suatu sinar panas dapat diperkecil atau diperhalus.
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
22/25
F. KERANGKA KONSEP
Karakteristik tenaga
kerja :
- Pendidikan- Umur- Lama kerja- Masasa kerja
Ketersediaan APD
- Macam- Jumlah
Peraturan dan
pengawasan alat
pelindung diri
ALAT PELINDUNG DIRI Kecelakaan
kerja
Kesesuaian yang
APD digunakan
Cara pemakaian Waktu pemakaian
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
23/25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis PenelitianPenelitian bersifat deskriftif, yaitu menggambarkan penerapan APD
oleh karyawan PT. Adaro Indonesia kemudian dianalisis berdasarkan teori-
teori dan peraturan yang berlaku.
B. Desain PenelitianPenelitian dilakukan dengan metode observasional yaitu mengetahui
penerapan alat pelindung diri di PT. Adaro Indonesia. Wawancara dilakukan
dengan pihak managemen untuk menggali informasi tentang identitas
perusahaan, jumlah karyawan, dan informasi lain yang berkaitan dengan APD.
Wawancara lebih rinci dilakukan kepada beberapa karyawan yang mewakili
tenaga kerja kontrak, harian dan borongan untuk mendapatkan informai
tentang karakteristik responden, aktifitas kerja dan penggunaan APD dengan
menggunakan form wawancara. Dilakukan pula observasi di lokasi penelitian
yang meliputi
C. Tempat Dan Waktu Penelitian1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Adaro Indonesia Tbk di bagian
( unit ..)
2. Waktu PenelitianPenelitian ini dilakasanakan dari bulan Januari sampai Februari 2014.
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
24/25
D. Populasi dan Sampel Penelitian1. Populasi karyawan
Populasi karyawan berupa jumlah karyawan yang berada di unit yang
dimaksud.
2. SampelE. Variabel penelitian dan Definisi Operasional
a. Karakteristik karyawan di PT. Adaro Indonesia Tbk yang meliputipendidikan, umur, lama kerja dan masa kerja
b.
Faktor resiko dan keselamatan kerja di PT. Adaro Indonesia Tbk yang
meliputi faktor fisik, kimia, biologis dan mekanis
c. Ketersediaan APD pada PT. Adaro Indonesia yang meliputi jumlah, jenisdan kondisi APD
d. Peraturan dan pengawasan di PT. Adaro Indonesiae. Penggunaan APD pada karyawan meliputi kesesuaian jenis APD dengan
risiko tempat kerja, cara pemakaian, waktu pemakaian
F. Metode Pengumpulan DataMelihat kondisi di perusahaan apakah ada faktor-faktor fisik, kimia,
biologis dan mekanis yang mempengaruhi kesehatan karyawan, kebersihan
disekitar lokasi,baik didalam,maupun diluar ruangan dan menilai prilaku
karyawan saat bekrja dilapangan dan kesesuaian alat pelindung diri yang
digunakan
-
5/22/2018 Rancangan Proposal
25/25
G. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan, yaitu :
a. Panduan wawancara berupa kuiseonerb. Panduan observasic. Alat tulisd. Alat perekame. Kamera.
H. Pengolahan Data dan AnalisisData yang diperoleh dilapangan di olah secara manual kemudian di
analisis secara deskriftif dan di bandingkan dengna Undang- Undang RI
NO.13 tahun 2013 tentang ketenaga kerjaan pada pasal 86.