plagiat merupakan tindakan tidak terpuji filevii if you keep on believing, a dream that you wish...
TRANSCRIPT
KESESUAIAN DOSIS ANTIBIOTIK PASIEN PEDIATRIK RAWAT INAP
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH RS PANTI RAPIH
YOGYAKARTA DENGAN METODE Body Surface Area dan PEDOMAN
TERAPI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Victoria Sara Desindy
NIM: 138114108
FAKULTAS FARMASI
UNIVESITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN JUDUL
KESESUAIAN DOSIS ANTIBIOTIK PASIEN PEDIATRIK RAWAT INAP
INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH RS PANTI RAPIH
YOGYAKARTA DENGAN METODE Body Surface Area dan PEDOMAN
TERAPI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Victoria Sara Desindy
NIM: 138114108
FAKULTAS FARMASI
UNIVESITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
If you keep on Believing,
a Dream that you wish will come
True - Cinderella -
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria Penolong Abadi sebagai sumber pengharapan,
kekuatan dan teladanku
Papa dan Mama tercinta sebagai ungkapan baktiku
Adik serta keluarga tersayang
Tim skripsi, dan
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yesus, karena atas
limpahan rahmat dan kasih setia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “KESESUAIAN DOSIS ANTIBIOTIKA PASIEN PEDIATRIKK
RAWAT INAP INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH RS PANTI
RAPIH YOGYAKARTA DENGAN METODE Body Surface Area DAN
PEDOMAN TERAPI”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
(S.Farm.) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
mendukung penelitian.
2. Ibu Kepala Instalasi Rekam Medis RS Panti Rapih Yogyakarta yang telah
memberikan ijin pengambilan data pasien untuk keperluan penelitian.
3. Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm.,M.Sc.,Apt. selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan saran, masukan, dan bimbingan dari awal hingga
akhir proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si.,Apt. dan Ibu Putu Dyana Christasani, M. Sc.,
Apt. selaku dosen penguji yang telah mendukung terselenggaranya
penelitian dan penyusunan skripsi ini dan memberikan saran serta
masukan yang berguna bagi penulis.
5. Orang tua yang terkasih Bapak Suyanto dan Ibu Florentina Endang yang
telah mendoakan, memberikan semangat, motivasi, petuah-petuah yang
berharga dan dukungan moril serta material sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kekurangan suatu apapun.
6. Adikku Andreas Nugraha Adi yang selalu menghibur dan memberikan
semangat.
7. Keluarga Baru sekaligus sahabat tersayang : Ririn, Pam-pam, Lia, Chris,
Evo, Marshall, Ervan, Milcha, dan Riska yang selalu bersedia berbagi suka
duka dan memberikan motivasi serta dukungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
8. Teman-teman kelompok skripsiku yang luar biasa : Ervin, Rere dan Sakti
atas kerjasama dan kebersamaan dalam keadaan suka dan duka hingga
tugas akhir ini dapat selesai.
9. Teman-teman FKKB 2013 dan semua angkatan 2013 yang telah bersama-
sama berproses, berbagi suka dan duka di Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dari proses hingga penulisan skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi sebagai tugas akhir ini
masih jauh dari kata sempurna dan banyak terdapat kekurangan. Penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membantu dalam
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kesehatan.
Yogyakarta, 5 Juni 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA ........................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................. vii
PRAKATA ................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii
ABSTRAK ................................................................................................................. xiv
ABSTRACT ............................................................................................................... xv
PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
Rancangan Penelitian ......................................................................................... 2
Analisis Data ...................................................................................................... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 5
Karakteristik Pasien dan Peresepan Antibiotik................................................. 5
Proporsi Kesesuaian Dosis Antibiotik .............................................................. 9
KESIMPULAN .......................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 16
LAMPIRAN ............................................................................................................... 18
Biografi Penulis .......................................................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik pasien pediatrik ISPB berdasarkan usia dan jenis
kelamin di RS Panti Rapih Yogyakarta ............................................. 5
Tabel II. Gambaran Penggunaan Antibiotik pada Pasien Pediatrik ISPB
Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta ............................................ 7
Tabel III. Perbandingan Penilaian Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan
Formula BSA dan Pedoman Terapi ................................................... .9
Tabel IV. Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan Formula Body Surface
Area (BSA) dengan Pedoman Terapi ................................................. 10
Tabel V. Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan Distribusi Usia ................ 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................... 19
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Rumah Sakit ...................................................... 20
Lampiran 3. Keterangan Legalitas Statistika .......................................................... 21
Lampiran 4. Definisi Operasional Penelitian.......................................................... 22
Lampiran 5. Rumus Perhitungan dengan formula BSA ......................................... 24
Lampiran 6. Penyesuaian Dosis Antibiotik ............................................................ 25
Lampiran 7. Uji Statistik Chi-Square ..................................................................... 31
Lampiran 8. Uji Statistik Cohen’s Kappa ............................................................... 35
Lampiran 9. Pedoman Penyesuaian Dosis .............................................................. 37
Lampiran 10. Lembar Pengambilan Data................................................................. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Sampel Penelitian Pasien Rawat Inap Di Bangsal Rekam
Medis RS Panti Rapih, Yogyakarta Periode Juni 2015 –
Juni 2016 ............................................................................................... 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah (ISPB) biasanya meliputi bronkitis dan
pneumonia. Di Indonesia, bronkitis dan pneumonia masih merupakan masalah
kesehatan yang utama terjadi pada anak usia dibawah lima tahun. Antibiotik
merupakan obat yang paling sering diresepkan untuk pasien pediatrik. Kesalahan
pemilihan dan penggunaan antibiotik dapat menyebabkan peningkatan
morbiditas, mortalitas, dan resistensi antibiotik. Perhitungan dosis antibiotik dapat
dihitung berdasarkan 2 formula yaitu Body Suface Area (BSA) dan Pedoman
Terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keeratan kesesuaian
dosis antibiotik antara BSA dan pedoman terapi pada rumah sakit tempat
penelitian. Terdapat 79 pasien dengan 125 kasus peresepan antibiotik. Penelitian
ini merupakan jenis observasional analitik dengan rancangan cross-sectional.
Terdapat 65 (52%) peresepan antibiotik dosis rendah dan 45 (36%) peresepan
antibiotik dosis tinggi. Uji Chi-Square (p=0,000) menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna untuk kesesuaian dosis antara 2 formula. Uji dengan
Cohen’s Kappa (K = 0,339 ) menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian dosis antara
2 formula adalah minimal. Hasil ini bermakna bahwa masih diperlukannya
penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah klinisi dapat menggunakan kedua
formula tersebut sebagai metode perhitungan dosis antibiotik pada pediatrik.
Kata kunci : ISPB, BSA, Pedoman Terapi, Kesesuaian Dosis Antibiotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
Lower Respiratory Tract Infection (LRTi) include bronchitis and pneumonia.
Bronchitis and pneumonia in children under five in Indonesia is still a major
health problem. This can be seen in the high rates of morbidity and mortality of
pneumonia. Antibiotics are the most commonly prescribed for children. Error in
selection and use of antibiotics may lead to increased morbidity, mortality and
antibiotic resistance. Calculations of antibiotic doses can be calculated based on
two formulas, Body Surface Area (BSA) and Guideline. This research aims to
determine the suitability of antibiotic doses conformity in pediatrics between BSA
and guidelines at the hospital where the research was conducted. There are 79
patients with 125 cases of antibiotics prescription. This research is an analytical
observation with the cross-sectional design. There were 65 (52%) prescribed
low-dose antibiotics and 45 (36%) high-dose antibiotics prescription. Chi-Square
test (p=0,000) indicate there is a significant difference on dose conformity
between two formulas. Cohen’s Kappa test (K= 0,339) showed that the dose
conformity between two formulas are minimal. Means, that further research is
still needed to find out if clinicians can use both formulas as a method of
calculating antibiotic doses in pediatric.
Keywords : LRTi, BSA, Guideline, Antibiotic Dose Adjustment
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernafasan bawah (ISPB) merupakan infeksi saluran nafas bagian
bawah dimana terjadi kondisi infeksi yang mungkin melibatkan atau tidak melibatkan
parenkim. Infeksi yang mungkin tidak melibatkan parenkim seperti bronkitis akut,
eksaserbasi bronkitis kronis, bronkitis asma dan bronkiolitis sedangkan infeksi yang
mungkin melibatkan parenkim seperti pneumonia (Scaparrotta et al., 2013).
Pada tahun 2015, World Health Organization (WHO) melaporkan hampir enam
juta anak balita meninggal dunia, 16% dari jumlah tersebut disebabkan oleh pneumonia.
Berdasarkan data badan PBB untuk anak-anak (UNICEF), pada 2015 terdapat kurang lebih
14% dari 147.000 anak dibawah usia lima tahun di Indonesia meninggal karena pneumonia
yang berarti sebanyak dua sampai tiga anak dibawah usia lima tahun meninggal karena
pneumonia setiap jamnya. Hal tersebut menyebabkan pneumonia sebagai penyebab
kematian utama bagi anak dibawah usia lima tahun di Indonesia (Kaswandani, 2016).
Sedangkan untuk bronkiolitis, WHO memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020
prevalensi bronkiolitis akan meningkat. Di negara berkembang angka kejadian bronkiolitis
mencapai 25% - 50%. Angka kejadian ini lebih tinggi lagi pada musim dingin dan setiap
tahunnya diperkirakan 4 juta anak balita meninggal karena ISPA terutama pneumonia dan
bronkiolitis. Profil Kesehatan kota Yogyakarta pada tahun 2015 menyebutkan infeksi
saluran pernafasan bawah terutama pneumonia termasuk di dalam pola sepuluh besar
penyakit RSUD kota Yogyakarta pada diagnosis rawat inap (Dinas Kesehatan Pemkot
Yogyakarta, 2015).
Bayi dan anak-anak merupakan populasi yang paling rentan terkena suatu
penyakit. Antibiotik merupakan obat yang paling sering diresepkan untuk pasien pediatrik.
Antibiotik sering digunakan sebagai terapi empiris daripada sebagai terapi profilaksis dan
atau terapi definitif. Kesalahan pemilihan dan penggunaan antibiotik dapat menyebabkan
peningkatan morbiditas, mortalitas, dan resistensi antibiotik. Kesalahan penggunaan
antibiotik sering terjadi pada negara-negara berkembang (Asefa et al., 2016). Masalah
pemakaian antibiotik pada pediatrik diantaranya meliputi penentuan jenis antibiotik, dosis,
interval, dan rute pemberian. Adapun beberapa pertimbangan pemilihan jenis antibiotik
pada anak, yaitu faktor farmakokinetik, pertimbangan dosis terapetik dan lebar jendela
terapi terkait ketoksikan, perhitungan dosis dengan memperhitungkan kondisi khusus yang
membutuhkan penyesuaian dosis, dan segi praktis pemakaian obat (Shargel et al., 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Selain itu, sebagian besar obat-obatan yang beredar di pasaran tidak memiliki dosis yang
sesuai dengan yang dibutuhkan pasien pediatrik, oleh karena itu dibutuhkan penyesuaian
dosis dalam pemberian obat-obatan tersebut. Pedoman Terapi Rumah Sakit atau juga
disebut Standar Pelayanan Medik (SPM) merupakan suatu standar yang mengatur tentang
penatalaksanaan penderita di rumah sakit agar pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat memenuhi mutu yang dapat dipertanggungjawabkan (Adisasmito,2008).
Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung dosis pada pediatrik,
salah satunya adalah dengan menggunakan Body Surface Area (BSA) (Odgen, 2012).
Perhitungan dosis berdasarkan BSA merupakan perhitungan dosis yang lebih akurat
dibandingkan menggunakan rumus perhitungan dengan usia atau dengan berat badan.
Perhitungan dosis BSA sebaiknya dilakukan terutama untuk pasien pediatrik (Anindito,
2015).
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik dan pola peresepan antibiotika ISPB, mengetahui persentase kesesuaian dosis
peresepan antibiotika ISPB yang dihitung menggunakan BSA dan pedoman terapi pada
pasien pediatrik rawat inap di RS Panti Rapih, dan hubungan keeratan kesesuaian dosis
antibiotik antara BSA dan berdasarkan pedoman terapi rumah sakit tempat penelitian.
Peneliti hanya melakukan penelitian pada dosis dan jenis antibiotik dalam kategori
kesesuaian. Penelitian ini dilakukan di RS Panti Rapih Yogyakarta yang merupakan
Rumah sakit dengan nilai Bed Occupation Ratio (BOR) yang tinggi yaitu sebesar 78,65%
yang memiliki 345 tempat tidur.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik rancangan cross-
sectional dengan pengambilan data secara retrospektif melalui rekam medik. Pengambilan
data dilakukan pada bulan Januari 2017 – Maret 2017. Data yang diambil serta digunakan
dalam penelitian adalah data usia, berat badan, jenis kelamin dan terapi antibiotik yang
diterima pasien. Terapi antibiotik yang dimaksud meliputi nama antibiotik, dosis
pemberian, potensi, frekuensi pemberian, dan durasi pemberian.Penelitian ini memiliki
Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana dengan
nomor 292/C.16/FK/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Panti Rapih, Kecamatan Depok ,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Populasi penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah seluruh pasien rawat inap terdiagnosa ISPB pada periode Juni 2015- Juni 2016.
Kriteria inklusi adalah pasien pediatrik dengan usia 0 – 12 tahun, terdiagnosa ISPB yang
dirawat dan menyelesaikan pengobatan di RS Panti Rapih Yogyakarta, memiliki kode
ICD-10 yang sesuai untuk ISPB (J14, J18.0, J18.9, J20, J21, J22, J44),memiliki data berat
badan dan mendapat terapi antibiotik. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan catatan rekam
medik yang tidak lengkap atau tidak dapat dikonfirmasi dan pasien yang terdiagnosa ISPB
dengan penyakit penyerta. Total sampel penelitian ini sejumlah 89 pasien. Peneliti akan
mengambil populasi seluruh rekam medis pasien pediatrik infeksi saluran pernafasan
bawah (ISPB) periode Juni 2015 – Juni 2016 sebagai sampel.
Gambar 1. Skema Sampel Penelitian Pasien Rawat Inap Di Bangsal Rekam Medis RS Panti Rapih,
Yogyakarta Periode Juni 2015 - Juni 2016.
Instrumen Penelitian
1. Rekam Medis
Rekam medis yang digunakan adalah rekam medis pasien pediatrik rawat inap
yang terdiagnosa ISPB pada periode waktu Juni 2015-Juni 2016, yaitu mencakup
nama, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, jenis, dosis, durasi dan
frekuensi dari antibiotik yang diterima.
645 rekam medis pasien
pediatrik periode Juni 2015 –
Juni 2016 (89 rekam medis
terdiagnosa ISPB)
Kriteria Inklusi
79 RM
7 RM pasien yang tidak
menerima terapi antibiotik
3 RM pasien dengan catatan
yang tidak lengkap (tidak
terdapat BB,TB dan usia)
Kriteria Eksklusi
10 RM
79 RM pasien ISPB, dengan
125 kasus peresepan antibiotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Pedoman Terapi
Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman terapi Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta (Standar Pelayanan Medik (SPM), Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), MIMS dan Drug Information Handbook (DIH) edisi 17).
3. Formula Body Surface Area (BSA)
( )
( )
( )
(Ogden, 2012)
4. Metode perhitungan dengan Cohen’s Kappa
Interpretasi Cohen’s Kappa
Interpretasi nilai kappa dimana nilai 0,00-0,20 merupakan tidak ada kesesuaian,
0,21-0,29 kesesuaian minimal, 0,40-0,59 kesesuaian lemah, 0,60-0,79 kesesuaian
moderat kemudian dilanjutkan 0,80-0,90 kesesuaian kuat dan >0,90 kesesuaian
hampir sempurna (McHugh. 2012).
Analisis Data
Pengumpulan data berupa nama antibiotik, diagnosis, dosis, frekuensi, durasi
pemberian selama rawat inap, usia, berat badan, dan jenis kelamin pasien melalui rekam
medis. Terdapat dua metode perhitungan dosis antbiotik yang digunakan yaitu dengan
Body Surface Area (BSA) dan Pedoman Terapi Rumah Sakit menurut (Lampiran 5 dan
Lampiran 9).
Penelitian ini menggunakan uji komparatif kesesuaian kategorik menggunakan uji
Cohen’s Kappa untuk mengetahui adanya perbedaan proporsi kesesuaian dosis antibiotik
berdasarkan BSA dan pedoman terapi dimana apabila koefisien kappa bernilai 0,61 – 1,
dapat disimpulkan bahwa tingkat konsistensi antar rater yang dalam penelitian ini adalah
BSA dan pedoman terapi adalah sangat baik (Anthony, 2005). Analisis data secara statistik
dilakukan di Pusat Kajian Clinical Epidemiology & Biostatistics Units Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada menggunakan program IBM SPSS Statistics 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik pasien dan pola peresepan antibiotik
Jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini yaitu 79 rekam medis pasien
pediatrik rawat inap RS Panti Rapih yang terdiagnosa ISPB dimana jumlah pasien laki-laki
46 (58,23%) yaitu lebih banyak dibandingkan pasien perempuan yang berjumlah 33
(41,77%).
Tabel I. Karakteristik pasien pediatrik ISPB berdasarkan usia, jenis kelamin dan berat badan di RS Panti
Rapih Yogyakarta
Parameter-parameter
JENIS KELAMIN USIA Jumlah Presentase (%)
Laki-laki 0-2 tahun 24 30,4
2 tahun-6 tahun 18 22,8
6 tahun-12 tahun 4 5,1
total 46 58,2
Perempuan 0-2 tahun 20 25,3
2 tahun-6 tahun 9 11,4
6 tahun-12 tahun 4 5,1
total 33 41,8
Total keseluruhan 79 100
BERAT BADAN Jumlah Presentase (%)
0 – 10 kg 34 43,0
11 – 20 kg 32 40,5
21 – 30 kg 9 11,4
31 – 40 kg 2 2,5
41 – 50 kg 1 1,3
51 – 60 kg 1 1,3
Total keseluruhan 79 100
Berdasarkan buku pedoman program pemberantasan penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (P2ISPA) menyebutkan jenis kelamin laki-laki adalah faktor resiko yang
memengaruhi kejadian pneumonia (Depkes, 2004). Hal ini diperkuat dengan data Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2011 yang menyebutkan bahwa penderita pneumonia sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki (Kemenkes RI, 2012). Penelitian Sunyataningkamto et al.
(2004) menyatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi kejadian infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan diameter saluran pernafasan anak laki-laki lebih kecil
dibandingkan dengan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam dalam daya tahan
tubuh antara anak laki-laki dan perempuan. Berdasarkan distribusi usia dan jenis kelamin
pasien, kelompok usia yang paling banyak mendapatkan terapi antibiotik di rumah sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
adalah kelompok usia 1-5 tahun sebanyak 43 (54,43%) yang terdiri dari 28 (35,44%)
pasien laki-laki dan 15 (18,99%) pasien perempuan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitan
Asefa et al.,2016, yaitu berdasarkan distribusi usia dan jenis kelamin anak-anak dengan
penyakit ISPA, yang paling banyak di terapi dengan antibiotik di rumah sakit adalah
kelompok usia 1–5 tahun. Insiden puncak Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yaitu
pada usia 1-5 tahun dan menurun dengan bertambahnya usia anak. ISPA yang terjadi pada
anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik yang lebih parah dibandingkan dengan
orang dewasa. Gambaran klinik yang tampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh
infeksi virus pada bayi dan anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah (Saftari,
2009). Berdasarkan berat badan, diperoleh bahwa pasien pediatrik dengan ISPB lebih
banyak terjadi pada pasien dengan rentang berat badan 0-10 kg yaitu dengan presentase
sebesar 43,0%.
Karakteristik peresepan antibiotik
Dalam penelitian ini terdiri dari 79 pasien pediatrik rawat inap terdiagnosa ISPB
dengan 125 kasus peresepan antibiotik, dimana dari semua peresepan antibiotik peresepan
antibiotik yang tertinggi adalah untuk antibiotik sefotaksim golongan sefalosporin generasi
II secara injeksi intravena (23,2%), kemudian diikuti sefiksim golongan sefalosporin
generasi III (17,6%) dan amikasin golongan aminoglikosida (8,8%). Penelitian yang
dilakukan oleh Baktygul et al. (2011) menunjukkan bahwa antibiotik yang paling sering
diresepkan adalah dari golongan penisilin G dan aminoglikosida. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Alemnew dan Atnafie (2015) menunjukkan bahwa golongan
antibiotik yang paling sering diresepkan di rumah sakit yaitu dari golongan penisilin G,
aminoglikosida dan sefalosporin. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari
Nurzaki et al. (2013) yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang
mengatakan bahwa antibiotik yang banyak digunakan pada terapi untuk balita dengan
pneumonia adalah golongan sefalosporin generasi ketiga karena jauh lebih aktif terhadap
Enterobacteriaceae, dan secara kimiawi, cara kerja, dan toksisitas nya mirip dengan
penisilin sehingga dapat digunakan sebagai alternatif bila terjadi hipersensitifitas dari
penisilin.
Pada tabel II. ditunjukkan bahwa antibiotik yang paling banyak digunakan adalah
sefotaksim. Hal tersebut juga sesuai yang diungkapkan Nurzaki et al. (2015) bahwa
sefotaksim merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan untuk terapi pneumonia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pada pediatrik karena lebih aktif terhadap bakteri gram negatif dan aktif pada
Streptococcus pneumonia dibandingkan sefalosporin.
Dari keseluruhan penggunaan antibiotik, sepertiganya diberikan secara injeksi
parenteral. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baktygul et al.
(2011) yang melihat peresepan antibiotik pada instalasi kesehatan dimana hampir sepertiga
dari seluruh jumlah peresepan antibiotik diberikan secara parenteral. Alemnew dan Atnafie
(2015) pada penelitiannya yang melihat pola penggunaan antibiotik pada pediatrik di suatu
rumah sakit juga menunjukkan hasil bahwa penggunaan antibiotik di rumah sakit paling
banyak diberikan melalui rute parenteral yaitu sebanyak 76%. Kemudian diperkuat dengan
penyataan Nurzaki et al. (2015) bahwa pemberian antibiotik secara intravena
direkomendasikan pada anak-anak dengan pneumonia berat atau anak yang tidak dapat
menerima antibiotik oral misalnya karena muntah dan kesulitan dalam menelan obat.
Tabel II. Gambaran Penggunaan Antibiotik pada Pasien Pediatrik ISPB Rawat Inap RS Panti
Rapih Yogyakarta
Antibiotik Jumlah (n)
Presentase (%) n = 125
Amikasin (p.o) 11 8,8
Amoksisilin (p.o) 9 7,2
Amoksisilin (iv) 2 1,6
Ampisilin (p.o) 1 0,8
Azitromisin (p.o) 8 6,4
Azitromisin (iv) 1 0,8
Sefadroksil (p.o) 4 4,0
Sefiksim (p.o) 22 17,6
Sefiksim (iv) 1 0,8
Sefotaksim (p.o) 3 2,4
Sefotaksim (iv) 29 23,2
Seftriakson (iv) 3 2,4
Kotrimoksasol (p.o) 1 0,8
Eritromisin (p.o) 7 5,6
Gentamisin (p.o) 6 4,8
Kanamisin (p.o) 1 0,8
Kloramfenikol (p.o) 4 3,2
Kloramfenikol (iv) 2 1,6
Levofloksasin (p.o) 1 0,8
Meropenem (p.o) 3 2,4
Metronidazol (p.o) 3 2,4
Tricodazol (p.o) 1 0,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Nurzaki et.al. (2015) mengatakan bahwa kriteria penggunaan antibiotik yang
rasional, yaitu ketepatan dosis, indikasi, interval waktu pemberian atau frekuensi dan
durasi. Hal tersebut penting dalam meningkatkan keberhasilan terapi. Pada penelitian ini
dari 125 peresepan antibiotik, terdapat 96 peresepan (76,8%) yang tidak tepat frekuensi
berdasarkan pedoman terapi . Untuk kriteria ketepatan dosis, terdapat 65 peresepan (52%)
dosis rendah dan 45 peresepan (36%) dosis tinggi dari total keseluruhan 125 peresepan
antibiotik. Pada praktiknya di rumah sakit, obat yang sama untuk penyakit yang sama
diresepkan berbeda untuk setiap kelompok usia dan berat badan baik dari segi dosis dan
juga durasi terapi (Asefa et al., 2016). Pemberian antibiotik yang tidak tepat dosis
merupakan suatu pertimbangan dengan berbagai variasi faktor yang mendasarinya, salah
satunya disebabkan adanya penggunaan antibiotik sebagai terapi empiris yaitu dengan
melihat pola penggunaan antibiotik di rumah sakit atau pola epidemiologi kuman di
lingkungan setempat untuk terapi penyakit tertentu dan sebagian besar tidak dilakukan tes
resistensi sebelumnya namun berdasarkan empiris saja (Ketut, 2014). Pertimbangan utama
pemberian terapi antibiotik secara empiris yaitu pengobatan infeksi sedini mungkin akan
memperkecil resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari infeksinya (Jurizal,
2015). Penggunaan antibiotik kombinasi merupakan hal yang umum pada praktik klinis
untuk beberapa alasan seperti untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik seperti
contohnya yaitu co-trimoksasol (sulfonamide dan trimethoprim), linkomisin dan
spektinomisin, serta aminoglikosida dan kolistin. Kombinasi dapat secara khusus bertarget
pada bakteri yang resisten seperti contohnya penambahan asam klavulanat, inhibitor beta-
laktamase pada amoksisilin dibuktikan dengan penelitian yang membandingkan
amoksisilin dengan kombinasi amoksisilin-klavulanat (Augmentin) untuk terapi impetigo,
kemudian diperoleh hasil bahwa isolat bakteri Staphylococcus lebih sensitif terhadap
augmentin dan resisten terhadap amoksisilin (Germander et al., 2013). Pada penelitian ini
terdapat beberapa peresepan antibiotik kombinasi seperti peresepan amoksisilin dengan
klavulanat. dan sulfonamide dengan trimethoprim.
Penelitian Fernando (2013) yang mengevaluasi peresepan dan penggunaan
antibiotik pada anak-anak menunjukkan bahwa penggunaan pedoman terapi yang telah
terstandarisasi dapat meminimalkan terjadinya kesalahan dosis, dan dalam penelitian
terbarunya menunjukkan bahwa tidak digunakannya pedoman terapi dalam penentuan
pemberian terapi antibiotik untuk pediatrik, menyebabkan kesalahan peresepan antibiotik
dalam hal dosis dan durasi. Penggunaaan antibiotik yang tidak rasional merupakan salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
satu dari sepuluh penyebab kematian di seluruh dunia dan penggunaan antibiotik dalam
jangka waktu pendek yang berkaitan dengan frekuensi dan durasi dalam hal ini juga
merupakan penggunaan antibiotik yang tidak rasional (Ullah et. al., 2013). Oleh karena itu,
sedapat mungkin tenaga kesehatan benar-benar memperhatikan penggunaan obat terutama
antibiotik yang tepat dan rasional, mengingat antibiotik masih merupakan obat yang paling
banyak digunakan.
Proporsi Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan Formula BSA dan Pedoman Terapi
Tabel III. Perbandingan Penilaian Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan Formula BSA
Antibiotik
BSA
n (%)
Dosis Tidak
Sesuai Persentase
Ketidaksesuaian
Tinggi/ Rendah Dosis
(%) Sesuai
Tidak
sesuai T R
Amikasin 0 (0,0) 11 (8,8) 11 - 3953,9
Amoksisilin 0 (0,0) 9 (7,2) - 9 58,7
Amoksisilin (iv) 0 (0,0) 2 (1,6) 1 1 13,7
Ampisilin 0 (0,0) 1 (0,8) 1 - 135,4
Azitromisin 0 (0,0) 8 (6,4) 1 7 75,1
Azitromisin (iv) 0 (0,0) 1 (0,8) - 1 77,7
Sefadroksil 1 (0,8) 4 (3,2) - 4 73,6
Sefiksim 4 (3,2) 18 (14,4) - 18 55,6
Sefiksim (iv) 1 (0,8) 0 (0,0) - - -
Sefotaksim (iv) 26 (20,8) 6 (4,8) 2 4 49,6
Seftriakson (iv) 0 (0,0) 3 (2,4) 1 2 27,8
Kotrimoksasol 0 (0,0) 1 (0,8) - 1 27,9
Eritromisin 2 (1,6) 5 (4,0) 5 - 50,8
Gentamisin 0 (0,0) 6 (4,8) 6 - 1272,9
Kanamisin 0 (0,0) 1 (0,8) 1 - 1341
Kloramfenikol 0 (0,0) 4 (3,2) 4 - 991,1
Kloramfenikol (iv) 0 (0,0) 2 (1,6) 2 - 73,7
Levofloksasin 0 (0,0) 1 (0,8) - 1 22,3
Meropenem 0 (0,0) 3 (2,4) - 3 42,2
Metronidazol 0 (0,0) 3 (2,4) 3 - 6,5
Tricodazol 0 (0,0) 1 (0,8) - 1 11,3
TOTAL 34 (28,0) 91 (72,0) 38 53 *T : Tinggi , R : Rendah
Hasil penelitian yang ditampilkan pada tabel III menujukkan perbandingan
penilaian kesesuaian dosis antibiotik yang diberikan pada pediatrik di rumah sakit Panti
Rapih berdasarkan formula BSA dan diperoleh bahwa seluruh antibiotik amikasin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
diresepkan tidak sesuai kriteria dosis tinggi yaitu dengan rata-rata persentase sebesar
3953,9% dosis yang diberikan lebih tinggi dari pada dosis berdasarkan formula BSA,
antibiotik sefiksim tidak sesuai dalam kriteria dosis rendah yaitu dengan rata-rata
persentase 55,6% dosis yang diberikan lebih rendah dibandingkan dengan dosis
berdasarkan formula BSA, sedangkan antibiotik metronidazole yang hanya terdapat 3
peresepan, diperoleh hasil tidak sesuai kriteria dosis tinggi yaitu dengan rata-rata
persentase 6,5% dosis lebih tinggi dibandingkan dosis berdasarkan formula BSA.
Tabel IV. Perbandingan Penilaian Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan Formula Pedoman
Terapi
Antibiotik
Pedoman Terapi
n (%)
Dosis Tidak
Sesuai Persentase
Ketidaksesuaian
Tinggi/ Rendah Dosis
(%) Sesuai
Tidak
sesuai T R
Amikasin 1 (0,8) 10 (8) 10 - 248,7
Amoksisilin 1 (0,8) 8 (6,4) - 8 57,8
Amoksisilin (iv) 0 (0,0) 2 (1,6) 1 1 50,8
Ampisilin 0 (0,0) 1 (0,8) - 1 4,7
Azitromisin 1 (0,8) 7 (5,6) 2 5 10,1
Azitromisin (iv) 0 (0,0) 1 (0,8) - 1 4,0
Sefadroksil 0 (0,0) 5 (4,0) 1 4 31,5
Sefiksim 2 (1,6) 20 (16,0) - 20 63,5
Sefiksim (iv) 0 (0,0) 1 (0,8) - 1 35
Sefotaksim (iv) 10 (8,0) 22 (17,6) 4 18 34,4
Seftriakson (iv) 0 (0,0) 3 (2,4) - 3 39,7
Kotrimoksasol 0 (0,0) 1 (0,8) 1 - 140
Eritromisin 0 (0,0) 7 (5,6) 7 - 365,2
Gentamisin 0 (0,0) 6 (4,8) 6 - 137,6
Kanamisin 0 (0,0) 1 (0,8) - 1 87,9
Kloramfenikol 0 (0,0) 4 (3,2) 2 2 29,8
Kloramfenikol (iv) 0 (0,0) 2 (1,6) 2 - 37,5
Levofloksasin 0 (0,0) 1 (0,8) 1 - 168,8
Meropenem 0 (0,0) 3 (2,4) 3 - 169,9
Metronidazol 0 (0,0) 3 (2,4) 3 - 107,5
Tricodazol 0 (0,0) 1 (0,8) 1 - 58,7
TOTAL 15 (12,0) 110
(88,0) 45 65
*T : Tinggi , R : Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Pada tabel IV menujukkan perbandingan penilaian kesesuaian dosis antibiotik
yang diberikan pada pediatrik di rumah sakit Panti Rapih berdasarkan pedoman terapi
diperoleh bahwa seluruh antibiotik amikasin yang diresepkan tidak sesuai kriteria dosis
tinggi yaitu dengan rata-rata persentase sebesar 248,7% dosis lebih tinggi dibandingkan
dosis berdasarkan formula pedoman terapi, antibiotik eritromisin yang diresepkan tidak
sesuai kriteria dosis tinggi yaitu dengan rata-rata persentase paling tinggi sebesar 365,2%
dosis lebih tinggi dibandingkan dosis berdasarkan pedoman terapi, sedangkan antibiotik
ampisilin yang diresepkan tidak sesuai kriteria dosis rendah dengan persentase
ketidaksesuaian paling rendah yaitu 4,7 dosis lebih rendah dibandingkan dosis
berdasarkan pedoman terapi.
Berdasarkan tabel III dan IV, antibiotik yang mempunyai presentase paling tinggi
sebagai antibiotik yang peresepannya tidak sesuai dengan formula BSA adalah sefiksim
golongan sefalosporin yaitu sebesar 14,4%, sedangkan antibiotik yang mempunyai
presentase paling tinggi sebagai antibiotik yang peresepannya tidak sesuai dengan
pedoman terapi rumah sakit yaitu sefotaksim sebesar 17,6%. Selain itu hasil penelitian
diperoleh bahwa dari kedua formula perhitungan dosis antibiotik, dosis antibiotik yang
lebih banyak sesuai dengan dosis resep pada praktiknya adalah formula BSA yaitu 28,0 %.
Persentase antibiotik yang tidak sesuai dengan BSA sebagian besar memiliki dosis yang
rendah yaitu berjumlah 53 (42,4%) peresepan, sama halnya dengan persentase antibiotik
yang tidak sesuai dengan pedoman terapi rumah sakit sebagian besar juga memiliki dosis
yang rendah yaitu berjumlah 65 (52%) peresepan dari total 125 kasus peresepan antibiotik.
Penggunaan antibiotik pada dosis rendah dalam waktu yang lama dapat meningkatkan
resistensi bakteri (Chang-Ro et al.,2013). Kondisi yang biasanya menyebabkan
diberikannya dosis rendah adalah ketika perhitungan dosis berbasis berat yang tidak
memadai diberikan karena berat badan yang tidak akurat atau tidak tertera dalam rekam
medic, hal ini dapat menjadi masalah bagi pasien dengan berat badan yang sering berubah-
ubah atau pasien pediatrik. Pemberian dosis rendah juga dapat terjadi ketika penyedia
layanan kesehatan menurunkan dosis untuk meminimalkan efek samping namun tidak
melihat konsekuensi dari pemberian dosis rendah yaitu kehilangan potensi dan atau
penurunan efek obat (Alyssa, et al., 2013).
Pada penelitian, BSA merupakan gold standard dimana perhitungan
menggunakan formula BSA menurut Elias (2005) pada penelitiannya untuk melihat
perhitungan dosis obat untuk pediatrik menyebutkan bahwa perhitungan dosis hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berdasarkan berat badan anak diyakini tidak mencukupi untuk pencapaian konsentrasi obat
pada serum plasma yang paling tepat tetapi luas permukaan tubuh merupakan basis dosis
yang paling valid karena berkaitan dengan beberapa fungsi fisiologis yang menjelaskan
perbedaan farmakokinetik pada pasien dari berbagai usia. Selain itu, efek dari obat secara
langsung berkaitan dengan volume darah dan metabolisme sehingga perhitungan dosis
untuk pediatrik lebih baik dengan luas permukaan tubuh (Elias ,2005) . Meski usia sudah
biasa digunakan untuk menghitung dosis obat pada anak, berat badan sering digunakan
untuk menghitung dosis antibiotik anak. Kegagalan untuk mengambil berat badan dapat
menyebabkan perhitungan dosis yang salah karena berat sulit diperkirakan dari usia pasien
(Asefa et al.,2016).
Tabel V. Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan Formula BSA dengan Pedoman Terapi
Alat Ukur
Kesesuaian (n = 125)
Nilai p Nilai K Sesuai
n (%)
Tidak sesuai
n (%)
Usia < 1 tahun
0,027 0,274 Pedoman Terapi 4 (9,3) 39 (90,7)
BSA 12 (27,9) 31 (72,1)
Usia 1 – 5 tahun
0,000 0,411 Pedoman Terapi 10 (15,6) 54 (84,4)
BSA 20 (31,3) 44 (68,8)
Usia 6 – 12 tahun
0,716 -0,080 Pedoman Terapi 1 (5,5) 17 (94,4)
BSA 2 (11,1) 16 (88,9) *p<0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna
Hasil pengumpulan data terdapat 79 pasien yang memenuhi kriteria inklusi
dengan total 125 data peresepan antibiotik pasien rawat inap pediatrik terdiagnosa ISPB.
Hasil uji Chi-square yang ditunjukkan dengan nilai p menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna kesesuaian dosis antibiotik baik terhadap formula BSA dan
Formula Kesesuaian (n = 125) Nilai p Nilai K
Sesuai
n (%)
Tidak sesuai
n (%)
Berdasarkan Total Subjek
Body Surface Area (BSA) 34
(27,2%)
91
(72,8%) 0,000 0,339
Pedoman Terapi RS 15
(12,0%)
110
(88,0%)
Berdasarkan Distribusi Usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pedoman terapi (p=0,000). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jimmy (2014) yang
melihat kesesuaian peresepan antibiotik oleh dokter dibandingkan dengan suatu pedoman
terapi (National treatment guidelines) menunjukkan bahwa pola peresepan antibiotik oleh
dokter tidaklah sesuai dengan pedoman perawatan nasional yang ada. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara dosis antibiotik pada resep
dengan pedoman yang ada.
Data yang dianalisis proporsi kesesuaian dosisnya adalah seluruh antibiotik yang
diterima pasien pediatrik yang masuk dalam kriteria inklusi. Penyesuaian dosis antibiotik
dilakukan dengan Pedoman Terapi RS Panti Rapih dibandingkan dengan formula BSA
kemudian dianalisis dengan metode Cohen’s Kappa dimana diperoleh hasil nilai K = 0,339
dengan Standard Error 0,093. Standard Error menunjukkan kesalahan pengukuran
terstandar yang apabila semakin kecil menunjukkan bahwa hasil pengukurannya semakin
reliable (Widhiarso, 2015). Berdasarkan nilai Kappa yaitu 0,339 didapatkan nilai
kesesuaian yang minimal antar kedua metode. Hal tersebut disebabkan karena
ketidaklengkapan informasi yang tertera pada pedoman terapi rumah sakit mengenai dosis
antibiotik, dan juga dapat disebabkan formula BSA yang digunakan pada penelitian adalah
formula BSA berdasarkan berat badan pasien dimana menurut Ogden (2012) mengatakan
bahwa perhitungan BSA dengan berat badan saja dapat dilakukan apabila pasien pediatrik
memiliki tingi dan berat badan normal untuk usianya dimana kriteria normal tersebut dapat
dilihat pada West nomogram.
Berdasarkan distribusi usia pasien pediatrik yang menerima antibiotik, diperoleh
hasil uji Chi-square yang ditunjukkan dengan nilai p yaitu pada rentang usia < 1 tahun dan
rentang usia 1-5 tahun diperoleh nilai p 0,027 dan 0,000 dimana hasil tersebut
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna kesesuaian dosis antibiotik yang dihitung
dengan kedua formula, sedangkan pada rentang usia 6-12 tahun diperoleh nilai p yaitu
0,716 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna hubungan kesesuaian dosis
antibiotik yang dihitung dengan kedua formula. Kemudian hasil nilai K untuk kesesuaian
dosis berdasarkan BSA dan pedoman terapi pada pasien dengan usia < 1 t tahun adalah
0,024 yang menunjukkan tidak ada kesesuaian, kemudian pada pasien dengan usia 1-5
tahun adalah 0,411 yang menunjukkan tingkat kesesuaian yang lemah, dan pada pasien
dengan usia 6-12 tahun adalah -0,080 yang menunjukkan tidak ada kesesuaian.
Berdasarkan hasil nilai K tersebut menunjukkan bahwa usia tidak mempengaruhi hasil
kesesuaian dosis antibiotik dari kedua formula yaitu BSA dan pedoman terapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Persen kesepakatan yang diperoleh pada penelitian adalah 78,4%. Persen
kesepakatan secara statistik menurut McHugh (2012) merupakan persentase data yang
benar, yaitu ketika kedua rater mempunyai pendapat yang sama (sama-sama sesuai atau
sama-sama tidak sesuai). Persen kesepakatan diperoleh dengan membagi jumlah hasil data
dimana kedua rater (BSA dan Pedoman Terapi) mempunyai penilaian yang sama, dengan
keseluruhan jumlah (n) data (antibiotik). Jumlah data dengan pendapat yang sama dari
kedua rater pada penelitian adalah sebanyak 98 dari 125 data. Hal ini menunjukkan bahwa
ada sebesar 21,6% data yang keliru dalam seluruh data yang terkumpul karena hanya salah
satu rater saja yang bisa benar apabila ada ketidaksepakatan. Untuk persen kesepakatan,
persen kesepakatan 61% sudah dianggap sebagai suatu masalah, karena hampir 40% data
mewakili data yang keliru. Dalam penelitian kesehatan, hal ini dapat mengarah pada
rekomendasi untuk mengubah praktik berdasarkan bukti yang salah. Untuk laboratorium
klinis, 40% kekeliruan data menandakan adanya masalah serius pada kualitasnya.
Kebanyakan literatur merekomendasikan 80% sebagai nilai minimal yang dapat diterima
untuk kesepakatan antar rater. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa
kesepakatan antar kedua formula tidak baik karena persen kesepakatan kurang dari 80%
(McHugh,2012).
Pada dasarnya, Cohen’s Kappa dan persen kesepakatan memiliki keunggulan dan
keterbatasan. Keunggulannya presentase kesepakatan antar rater secara statistik mudah
dihitung dan dapat ditafsirkan secara langsung. Sedangkan keterbatasannya tingkat
reliabilitas interrater rendah sehingga tidak dapat diterima dalam perawatan kesehatan atau
dalam penelitian klinis, terutama bila hasil penelitian dapat mengubah praktik klinis
dengan cara yang mengarah pada efek terapi pasien yang lebih buruk (McHugh, 2012).
Penelitian tentang kesesuaian dosis antibiotik ini mempunyai manfaat bagi klinisi
kesehatan untuk memberikan informasi mengenai pemilihan dosis yang tepat bagi pasien
pediatrik apabila di rumah sakit tidak terdapat pedoman terapi, atau informasi mengenai
dosis antibiotik untuk pediatrik tidak lengkap pada pedoman terapi di rumah sakit maka
dapat digunakan metode perhitungan dengan BSA untuk mendapatkan dosis terapi
antibiotik khususnya untuk pediatrik.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu ketidaklengkapan informasi mengenai
dosis antibiotik pada buku pedoman terapi rumah sakit sehingga pada penelitian harus
menggunakan acuan pedoman terapi dari sumber lain yaitu seperti DIH dan WHO
sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian pada hasil uji dengan Cohen’s Kappa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
melihat tingkat kesesuaian dosis antibiotik antara pedoman terapi dan formula BSA.
Namun disarankan dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat kesesuaian dosis antara
formula BSA dengan pedoman terapi rumah sakit.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan karakteristik dan pola peresepan antibiotika ISPB pada pasien
pediatrik rawat inap di RS Panti Rapih,penggunaan antibiotik yang tertinggi
adalah untuk antibiotik sefotaksim golongan sefalosporin generasi II secara
injeksi intravena (23,2%), kemudian diikuti sefiksim golongan sefalosporin
generasi III (17,6%) dan amikasin golongan aminoglikosida (8,8%), kemudian
terdapat 96 peresepan (76,8%) yang tidak tepat frekuensi, terdapat 65 peresepan
(52%) dosis rendah dan 45 peresepan (36%) dosis tinggi dari total keseluruhan
125 peresepan antibiotik.
2. Berdasarkan persentase ketidaksesuaian peresepan antibiotika ISPB yang dihitung
menggunakan BSA dan pedoman terapi pada pasien pediatrik rawat inap di RS
Panti Rapih, terdapat sejumlah 91 (72,0%) peresepan antibiotik yang tidak sesuai
dengan BSA dan sejumlah 110 (88,0%) peresepan antibiotik yang tidak sesuai
dengan pedoman terapi .
3. Kesesuaian dosis antibiotik pasien pediatrik ISPB rawat inap RS Panti Rapih
antara diberikan dosis berdasarkan formula BSA dengan pedoman terapi adalah
minimal yaitu dengan nilai Kappa 0,339, sedangkan hasil nilai Kappa
berdasarkan distribusi usia menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh pada
hubungan keeratan kesesuaian dosis antibiotik berdasarkan dua formula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
DAFTAR PUSTAKA
Alemnew, G., dan Seyfe, A.A., 2015, Assessment of the pattern of antibiotics use in
Pediatrics ward of Dessie Referral Hospital, North East Ethiopia, Department of
Pharmacy, College of Health Sciences, Wollo University, Dessie, Ethiopia.
Alyssa,H., dan Adam, B.W., 2013, Medication Underdosing and Underprescribing :
Important Issues That Many Contribute to Polypharmacy and Poor Outcomes,
Modern Medicine Network, Northeastern University, Boston.
American Pharmacists Association, 2007, Drug Information Handbook : A Comprehensive
Resource for all Clinicians and Healthcare Professionals, Lexi Comp Inc.,
Hudson Ohio.
Anthony, J.V., dan Joanne, G.H., 2005, Understanding Interobserver Agreement:The
Kappa Statistic, vol. 37 no. 5, University of North Carolina, Family Medicine,
p.362.
Asefa, L.,Getu, B., dan Zelalem, B., 2016 , Antibiotics Use Evaluation for Pediatrics at
Nekemte Referral Hospital, East Wollega Zone, Oromia Region, West Ethiopia,
1 3 ( 1 ) : 1 7 - 2 6 . Baktygul, K., Bozgunchiev, M.,Zurdinov, A., Harun-or-rashid, dan Junichi, S., 2011, An
Assessment of Antibiotics Prescribed at the Secondary Health-care Level In The
Kyrgyz Republic, Departement of Young Leaders Program in Healthcare
Administration, Nagoya Univesity Graduate School of Medicine, Nagoya, Japan,
73 : 157-168.
Chang-Ro Lee, Hwang Co, Byeong Chul Jeong, dan Sang Hee-Lee, 2013, Strategies To
Minimize Antibiotic Resistance, Int J Environ Res Public Health, 10(9): 4274–
4305.
Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta, 2015, Profil Kesehatan Tahun 2015 (Data
Tahun 2014), Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta, Yogyakarta, hal.16.
Germander,S., Yanmin, H., dan Anthony, C., 2013, Pathogens , Can We Prevent
Antimicrobial Resistance by Using Antimicrobials Better?, 2 : 422-435.
Jimmy, M.H., 2014, ANTIBIOTIC PRESCRIBING PATTERNS AMONG PHYSICIANS AT
THE UNIVERSITY TEACHING HOSPITAL IN LUSAKA, ZAMBIA, Lusaka, The
University of Zambia.
Jurizal, F., 2015 , Ilmu Kedokteran : Antibiotik, http://drfirman.esy.es/2015/07/ , diakses
pada tanggal 15 Mei 2017 pukul 21: 04.
Elias, G.P., Cristina,A., dan Ronaldo, C.M., 2005, COMPARATIVE STUDY OF RULES
EMPLOYED FOR CALCULATION OF PEDIATRIC DRUG DOSAGE, Journal
of Applied Oral Science, Brazil, 13(2): 114-9.
Kaswandani,S., 2016, Memperingati Hari Pneumonia Dunia, Ikatan Dokter Anak
Indonesia, diakses dari http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/memperingati-hari-pneumonia-dunia , tanggal 24 Maret 2017.
Kelompok Staf Medik, 2014, Standar Pelayanan Medis (SPM) Kesehatan Anak RSUP Dr
Sardjito, Yogyakarta.
Kementrian Kesehatan R.I., 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Direktur Bina
Pelayanan Kefarmasian, Jakarta, hal.4-6.
Ketut, S.N., 2014, Analisis Implementasi Kebijakan Penggunaan Antibiotika Rasional
Untuk Mencegah Resistensi Antibiotika di RSUP Sanglah Denpasar: Studi Kasus
Infeksi Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus, Bali,Prima Medical Hospital
Bali, vol. 1 no. 1, hal.47.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
McHugh, M.L., 2012, Interrater reliability: the kappa statistic, Biochemmed, 22(3):276-
282.
Monthly Index of Medical Specialities (MIMS), 2017, www.mims.com , diakses pada
tanggal 20 April 2017.
Nurzaki,A., Bangunawati, R., dan Salmah,O., 2015, Evaluasi Kerasionalan Penggunaan
Antibiotik Untuk Pengobatan Pneumonia Pada Balita Rawat Inap Di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Periode Januari-Desember 2013, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, (1): 1-18.
Ogden , 2012 , Pediatric Dosage , Chapter 18, Mosby, Inc,an affiliate of Elsevier , hal.422.
Saftari, D., 2009, Hubungan Antara Faktor Usia dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah Pada Anak Usia 1 bulan – 5 tahun,
Fakultas Kedokteran ,Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Scaparrotta, A., Marina, A.,Sabrina, D.P., dan Francesco, C., 2013, Pediatric Lower
Respiratory Infection, OMICS Group eBooks 731 Gull Ave, Foster City.
CA94404, USA, p.003.
Sunyataningkamto, Iskandar, Z.,Alan R.T.,Budiman, I.,Ahmad Surjono, Tunjung,W.,
Endang, D.L.,Dwi, W., 2016, The role of indoor air pollution and other factors in
the incidence of pneumonia in under-five children, vol.44 no.1-2, Paediatrica
Indonesiana.
Sopiyudin, D., 2015, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS, seri 1 edisi 6, Jakarta,
Salemba Medika Jakarta, hal.
Ullah, A., Zul, K., Ghufran, U., dan Haya, H.,2013, To Determine The Rational Use Of
Antibiotics; A Case Study Conducted At Medical Unit Of Hayatabad Medical
Complex, Peshawar, Khyber Medical University, Peshawar, Khyber
Pakhtunkhwa, Pakistan, vol. 1, 2: 61-68.
Widhiarso,W., 2015, SPSS Untuk Psikologi : Mengestimasi Reliabilitas , Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta, hal. 15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian di Rumah Sakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 3. Keterangan Legalitas Statistika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 4. Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi
Operasional
Cara Pengukuran
Skala Pengukuran
Metode
Pengukuran
Instrumen
yang
digunakan
untuk
mengukur
kesesuaian
dosis.
Kategor
ik
1 : Luas
Permuk
aan
Tubuh
2 :
Dosis
Pedoma
n
Terapi
Dosis dengan Luas Permukaan Tubuh:
( )
( )
( )
Dosis Pedoman Terapi : Berdasarkan
dosis pada Pedoman Terapi RS
Dosis pada Pedoman Terapi RS
dibandingkan dengan dosis yang
dihitung dengan BSA.
ISPB
Infeksi
saluran nafas
bagian bawah
dimana
terjadi
kondisi
infeksi
karena
bakteri.
-
Berdasarkan diagnosa. dan juga data
ICD-10 : J14 (pneumonia), J18.0
(Bronkopneumonia) , J18.9
(Pneumonia tidak spesifik), J20
(Bronkitis akut),J21 (Bronkiolitis
akut) ,J22 (Infeksi Saluran Nafas
bawah akut tidak spesifik) dan J44
(Infeksi saluran nafas bawah).
Kesesuaian
Dosis
Antibiotik
Antibiotik
yang
didapatkan
oleh pasien
berdasarkan
resep dokter
dengan
kelengkapan
dosis sekali
pemberian
yang dilihat
dari rekam
medik.
Termasuk
Kategor
ik :
1=dosis
sesuai
2=dosis
tidak
sesu
ai
Berdasarkan pedoman penyesuaian
dosis pada pasien pediatrik ISPB yaitu
Pedoman Terapi RS Panti Rapih
Yogyakarta (SPM, IDAI, MIMS dan
Drug Information Handbook (DIH)
edisi 17) dan formula BSA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dalam
antibiotik
adalah semua
golongan
antibiotik
menurut
WHO (2011).
Dosis Sesuai
Dosis
pemberian
antibiotik
sesuai dan
atau tidak
melampaui
pedoman
penyesuaian
dosis
berdasarkan
Pedoman
Terapi RS
dan BSA
Kategor
ik:
1 =
sesuai
2 =
tidak
sesuai
Pedoman penyesuaian dosis
berdasarkan Pedoman Terapi RS Panti
Rapih Yogyakarta (SPM, IDAI,MIMS
dan Drug Information Handbook
(DIH) edisi 17) dan formula Body
Surface Area (BSA)
Dosis Tidak
sesuai
Dosis
pemberian
antibiotik
melebihi dan
atau kurang
dari pedoman
penyesuaian
dosis
berdasarkan
Pedoman
Terapi dan
BSA
Kategor
ik:
1 =
sesuai
2 =
tidak
sesuai
Pedoman penyesuaian dosis
berdasarkan Pedoman Terapi RS Panti
Rapih Yogyakarta (SPM, IDAI,MIMS
dan Drug Information Handbook
(DIH) edisi 17) dan formula Body
Surface Area (BSA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 5. Rumus Perhitungan dengan formula BSA
Metode Body Surface Area (BSA) menyediakan sarana untuk mengkonversi dosis
dewasa menjadi dosis yang aman dgunakan pada pediatrik.
1. Tentukan berat badan anak dalam kilogram (kg).
2. Hitung BSA dalam meter persegi (m2). Rumus untuk perhitungan ini
adalah sebagai berikut :
( )
( )
3. Hitung dosis pediatric dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rumus didasarkan pada premis bahwa orang dewasa yang memiliki berat
140lb mempunyai BSA 1,7 m2.
( )
(Ogden, 2012)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 6. Penyesuaian Dosis Antibiotik
No. Antibiotik Dosis BSA
(mg/kg)
Dosis
Resep
Pedoman
Terapi
Resep
vs
Pedom
an
Terapi
Res
ep
vs
BSA
1 Amikasin (iv) 2.87 80 mg 20.5-30.75 2 2
2 Amikasin (iv) 17.09 750 mg 250- 375 2 2
3 Amikasin (iv) 5.84 225 mg 55-82.5 2 2
4 Amikasin (iv) 5.88 220 mg 55.5-83.25 2 2
5 Amikasin (iv) 9.14 400 mg 100-150 2 2
6 Amikasin (iv) 6.47 220 mg 63-94.5 2 2
7 Amikasin (iv) 10.45 500 mg 120-180 2 2
8 Amikasin (iv) 4.64 165 mg 40.5-60.75 2 2
9 Amikasin (iv) 3.60 250 mg 28.5-42.75 2 2
10 Amikasin (iv) 4.39 50 mg 37.5-56.25 1 2
11 Amikasin (iv) 10.76 500 mg 125-187.5 2 2
12 Amoksisilin 255.39 125 mg 220-247.5 2 2
13 Amoksisilin 272.72 4 mg 240-270 2 2
14 Amoksisilin 272.72 250 mg 240-270 1 2
15 Amoksisilin 272.72 200 mg 255 2 2
16 Amoksisilin 135.80 17.5
mg 92-103.5 2 2
17 Amoksisilin 123.75 15 mg 80-90 2 2
18 Amoksisilin 456.98 250
mg/5
ml
480-540 2 2
19 Amoksisilin 306.39 125 mg 280-315 2 2
20 Amoksisilin 348.26 125 mg 332-373.5 2 2
21 Amoksisilin (iv) 510.07 500 mg 560-630 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
22 Amoksisilin (iv) 119.70 150 mg 76-85.5 2 2
23 Ampisilin (iv) 70.81-141.62 250 mg 262.5 2 2
24 Azitromisin 1180.46 240 mg 285 2 2
25 Azitromisin 947.77 200 mg 210 2 2
26 Azitromisin 947.77 200 mg 210 2 2
27 Azitromisin 451.55 70 mg 78 2 2
28 Azitromisin 91.33-182.66 200 mg 200 1 2
29 Azitromisin 845.64 200 mg 180 2 2
30 Azitromisin 810.33 160 mg 170 2 2
31 Azitromisin 681.35 160 mg 135 2 2
32 Azitromisin (iv) 1075.65 240 mg 250 2 2
33 Cefadroxil 473.98-947.97 187.5
mg 315 2 2
34 Cefadroxil 225.43-450.86 17 mg 117 2 2
35 Cefadroxil 121.39-242.77 125 mg 129 2 1
36 Cefadroxil 491.33-982.66 250 mg 330 2 2
37 Cefadroxil 312.14-624.31 187.5
mg 180 2 2
38 Cefixime 43.93-87.86 20 mg 46.88 -
93.75 2 2
39 Cefixime 171.12-342.21 100 mg 312.5-625 2 2
40 Cefixime 104.05-208.10 100 mg 150-300 2 2
41 Cefixime 34.68-69.36 7.5 mg 34.38-
68.75 2 2
42 Cefixime 73.98-147.98 15 mg 93.75-
187.5 2 2
43 Cefixime 84.39-168.79 15 mg 112.5-225 2 2
44 Cefixime 182.87 40 mg 125-250 2 2
45 Cefixime 54.34-108.67 35 mg 61.88-
123.75 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
46 Cefixime 80.92-161.85 70 mg 106.25-
212.5 2 2
47 Cefixime 65.89-131.79 50 mg 81.25-
162.5 2 2
48 Cefixime 70.52-141.04 100 mg 87.5-175 1 1
49 Cefixime 54.34-108.67 70 mg 62.5-125 1 1
50 Cefixime 43.93-87.86 40 mg 46.88-
93.75 2 2
51 Cefixime 49.71-99.42 50 mg 55.63-
111.25 2 1
52 Cefixime 98.27-196.53 90 mg 137.5-275 2 2
53 Cefixime 77.46-154.91 80 mg 100-200 2 1
54 Cefixime 77.46-154.91 70 mg 100-200 2 2
55 Cefixime 34.68-69.36 20 mg 33.75-67.5 2 2
56 Cefixime 179.19-358.38 100 mg 337.5-675 2 2
57 Cefixime 47.41-94.81 32 mg 52.5-105 2 2
58 Cefixime 43.93-87.86 40 mg 47.5-95 2 2
59 Cefixime 75.14-150.30 60 mg 96.88-
193.75 2 2
60 Cefixime (iv) 47.41-94.81 50 mg 51.25-
102.5 2 1
61 Cefotaxime 242.77-485.55 400 mg 322.5-430 1 1
62 Cefotaxime 196.53-393.06 300 mg 240-320 1 1
63 Cefotaxime 300.58-601.15 500 mg 431.25-575 1 1
64 Cefotaxime (iv) 219.65-
439.306 250 mg 281.25 -
375 2 1
65 Cefotaxime (iv) 144.51-289.02 150 mg 153.75-205 2 1
66 Cefotaxime (iv) 855.49-
1710.98 1000
mg 1875-2500 2 1
67 Cefotaxime (iv) 173.41-346.82 125 mg 206.25-275 2 2
68 Cefotaxime (iv) 473.98-947.98 750 mg 787.5-1050 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
69 Cefotaxime (iv) 260.12-520.23 500 mg 352.5-470 2 1
70 Cefotaxime (iv) 294.79-589.59 500 mg 416.25-555 1 1
71 Cefotaxime (iv) 439.31-878.61 500 mg 712.5-950 2 1
72 Cefotaxime (iv) 421.97-843.93 500 mg 675-900 2 1
73 Cefotaxime (iv) 271.68-543.35 500 mg 371.25-495 2 1
74 Cefotaxime (iv) 323.71-647.39 500 mg 472.5-630 1 1
75 Cefotaxime (iv) 283.24-566.47 500 mg 393.75-525 1 1
76 Cefotaxime (iv) 225.43-450.86 250 mg 296.25-395 2 1
77 Cefotaxime (iv) 404.62-809.25 500 mg 637.5-850 2 1
78 Cefotaxime (iv) 271.17-543.35 500 mg 375-500 1 1
79 Cefotaxime (iv) 231.21-462.43 250 mg 303.75-405 2 1
80 Cefotaxime (iv) 184.97-369.94 300 mg 225-300 1 1
81 Cefotaxime (iv) 491.33-982.66 1000
mg 825-1100 1 2
82 Cefotaxime (iv) 161.85-323.71 250 mg 180-240 2 1
83 Cefotaxime (iv) 219.65-439.31 200 mg 281.25-375 2 2
84 Cefotaxime (iv) 271.17-543.35 350 mg 375-500 2 1
85 Cefotaxime (iv) 236.99-473.98 250 mg 311.25-415 2 1
86 Cefotaxime (iv) 236.99-473.98 333 mg 315-420 1 1
87 Cefotaxime (iv) 219.65-439.31 500 mg 285-380 2 2
88 Cefotaxime (iv) 375.72-751.45 150 mg 581.25-775 2 2
89 Cefotaxime (iv) 404.62-809.25 500 mg 637.5-850 2 1
90 Cefotaxime (iv) 387.28-774.57 500 mg 600-800 2 1
91 Cefotaxime (iv) 404.62-809.25 500 mg 637.5-850 2 1
92 Cefotaxime (iv) 612.72-
1225.43 500 mg 1125-1500 2 2
93 Ceftriaxone (iv) 281.83 250 mg 525 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
94 Ceftriaxone (iv) 251.07 200 mg 450 2 2
95 Ceftriaxone (iv) 219.36 333 mg 375 2 2
96 Cotrimoxazol 133.18 96 mg 32-48 2 2
97 Eritromisin 52.02-104.05 125 mg 70 2 2
98 Eritromisin 69.36-138.73 150 mg 26 2 2
99 Eritromisin 59.25-118.51 100 mg 21 2 1
100 Eritromisin 54.91-109.83 100 mg 19 2 1
101 Eritromisin 54.91-109.83 125 mg 18.75 2 2
102 Eritromisin 92.49-184.97 200 mg 37.5 2 2
103 Eritromisin 65.03-130.06 150 mg 23.25 2 2
104 Gentamisin (iv) 1.54 17.5
mg 9.38 2 2
105 Gentamisin (iv) 1.23 12.5
mg 6.89 2 2
106 Gentamisin (iv) 1.54 15 mg 9.38 2 2
107 Gentamisin (iv) 1.54 35 mg 9.38 2 2
108 Gentamisin (iv) 0.96 20 mg 4.75 2 2
109 Gentamisin (iv) 2.65 20 mg 19.34 2 2
110 Kanamisin (iv) 1.39-2.08 25 mg 156/312-
260/520 2 2
111 Kloramfenikol 14.45-28.90 125 mg 275 2 2
112 Kloramfenikol 16.47-32.95 375 mg 325 2 2
113 Kloramfenikol 16.47-32.95 375 mg 325 2 2
114 Kloramfenikol 16.61 125 mg 190 2 2
115 Kloramfenikol
(iv) 289.72 500 mg 325 2 2
116 Kloramfenikol
(iv) 571.57 1000
mg 825 2 2
117 Levofloksasin 128.65 100 mg 37.2 2 2
118 Meropenem (iv) 424.85-849.71 333 mg 105-210 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
119 Meropenem (iv) 234.10-468.21 200 mg 46-92 2 2
120 Meropenem (iv) 260.12-520.23 250 mg 54-108 2 2
121 Metronidazole
(iv) 71.87 75 mg 30.75 2 2
122 Metronidazole 119.25 125 mg 42-98 2 2
123 Metronidazole
(iv) 135.84 150 mg 75 2 2
124 Trichodazole
(iv) 140.91 125 mg 78.75 2 2
125 Vankomisin 69.36-138.73 50 mg 5 2 2
Keterangan :
1 = Tidak sesuai
2 = Sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 7. Uji Statistik Chi-Square
Dosis Resep vs Pedoman Terapi * Dosis Resep vs BSA Crosstabulation
Count
Dosis Resep vs BSA
Total 1 2
Sara Dosis Resep vs
Pedoman Terapi
1 11 4 15
2 23 87 110
Total 34 91 125
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 18.321a 1 .000
Continuity Correctionb 15.769 1 .000
Likelihood Ratio 16.107 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 18.174 1 .000
N of Valid Cases 125
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4.08.
b. Computed only for a 2x2 table
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Chi-Square Kesesuaian Dosis Berdasarkan Distribusi Usia (< 1 tahun)
ResepvsPedomanTerapi * ResepvsBSA Crosstabulation
Count
ResepvsBSA
Total 1 2
ResepvsPedomanTerapi 1 3 1 4
2 9 30 39
Total 12 31 43
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 4.862a 1 .027
Continuity Correctionb 2.623 1 .105
Likelihood Ratio 4.284 1 .038
Fisher's Exact Test .059 .059
Linear-by-Linear Association 4.748 1 .029
N of Valid Cases 43
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.12.
b. Computed only for a 2x2 table
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Chi-Square Kesesuaian Dosis Berdasarkan Distribusi Usia (1 – 5 tahun)
ResepvsPedomanTerapi * ResepvsBSA Crosstabulation
Count
ResepvsBSA
Total 1 2
ResepvsPedomanTerapi 1 8 2 10
2 12 42 54
Total 20 44 64
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 13.110a 1 .000
Continuity Correctionb 10.559 1 .001
Likelihood Ratio 12.283 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 12.905 1 .000
N of Valid Cases 64
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.13.
b. Computed only for a 2x2 table
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Chi-Square Kesesuaian Dosis Berdasarkan Distribusi Usia (1 – 5 tahun)
ResepvsPedomanTerapi * ResepvsBSA Crosstabulation
Count
ResepvsBSA
Total 1 2
ResepvsPedomanTerapi 1 0 1 1
2 2 15 17
Total 2 16 18
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square .132a 1 .716
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .243 1 .622
Fisher's Exact Test 1.000 .889
Linear-by-Linear Association .125 1 .724
N of Valid Cases 18
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .11.
b. Computed only for a 2x2 table
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 8. Uji Statistik Cohen’s Kappa
1. Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan formula BSA dan Pedoman Terapi
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. T
b Approx. Sig.
Measure of Agreement Kappa .339 .093 4.280 .000
N of Valid Cases 125
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
2. Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan formula BSA dan Pedoman Terapi
Pada Distribusi Usia < 1 tahun
Symmetric Measures
Value
Asymptotic
Standardized
Errora Approximate T
b
Approxim
ate
Significan
ce
Measure of Agreement Kappa .274 .152 2.205 .027
N of Valid Cases 43
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
3. Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan formula BSA dan Pedoman Terapi
Pada Distribusi Usia 1-5 tahun
Symmetric Measures
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Value
Asymptotic
Standardized
Errora Approximate T
b
Approxim
ate
Significan
ce
Measure of Agreement Kappa .411 .122 3.621 .000
N of Valid Cases 64
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
4. Kesesuaian Dosis Antibiotik Berdasarkan formula BSA dan Pedoman Terapi
Pada Distribusi Usia 6-12 tahun
Symmetric Measures
Value
Asymptotic
Standardized
Errora Approximate T
b
Approxim
ate
Significan
ce
Measure of Agreement Kappa -.080 .058 -.364 .716
N of Valid Cases 18
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 9. Pedoman Penyesuaian Dosis
No. Nama Antibiotik Dosis Pedoman Terapi
1 Amikasin 15mg/kg/hari/IM-IV/8-12jam
MIMS
2 Amoksisilin 80-90mg/kg/hari/divided tid-qid
MIMS
3 Ampisilin 100mg/kg/hari/6 jam
IDAI
4 Azitromisin
10mg/kg/kali dosis tunggal maks
1 g
IDAI
5 Sefadroksil
30 mg/kg/day/ 2x up to a max of
2 g/day
DIH
6 Sefiksim 25-50mg/kg/hari/divided qid
MIMS
7 Sefotaksim 150mg/kg/hari/6-8jam
IDAI
8 Seftriakson
50mg/kg/24jam/kali dosis
tunggal maks 2 g
IDAI
9 Kotrimoksasol 8-12mg/kg/hari based on TM
IDAI
10 Eritromisin
10mg/kg/6jam/kali dosis tunggal
maks 1 g
MIMS
11 Gentamisin 5 mg/kg/hari/6 jam
SPM
12 Kanamisin 30-50mg/kg/hari/IM/12-24 jam
MIMS
13 Kloramfenikol 100mg/kg/hari/6 jam
IDAI
14 Levofloksasin
8 mg/kg/12h for 60 days (tidak >
50 mg/dose
DIH
15 Meropenem 30-60 mg/kg/hari/IV/8jam
MIMS
16 Metronidazol
30 mg/kg/day in divided doses
every 6 hours
MIMS
17 Tricodazol
30 mg/kg/day in divided doses
every 6 hours
DIH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 10. Lembar Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Victoria Sara Desindy, lahir di Semarang 14
Juli 1995. Anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan
Suyanto dengan Florentina Endang Sapta. Penulis menempuh
pendidikan di TKK Santa Maria Magelang tahun 2000-2001,
SDK Santa Maria Magelang pada tahun 2001-2007, SMP
Tarakanita Magelang pada tahun 2007-2010, SMA Tarakanita
Magelang pada tahun 2010-2013, dan pada tahun 2013 penulis
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjalani pendidikan di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis pernah
mengikuti kegiatan kepanitiaan yaitu panitia Desa Mitra I dan Desa Mitra II,
kegiatan seminar, PORSFI dan UKF.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI