perancangan komunikasi visual animasi film serial...

6
PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM SERIAL "BORNEO, Rise of the Turtles” Muhammad Febiansyah Pratamaputra Bina Nusantara School of Design Visual Communication Design Animation Program, Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480 [email protected] Muhammad Febiansyah , Ardiyansah, ST, Ahmad Faisal Choiril Anam Fathoni, S.Sn ABSTRACT In Indonesia, the animated series began to grow and become a popular entertainment, especially children. However, foreign animated series are more popular than local animated series on the Indonesian television. The author conducted the study with the aim to knowing more about the characteristics of the animal characters in the story, what is a good animated series, and also to knowing the level of interest and the public appetite for entertainment in the form of animation, in order to achieve good results and in accordance to the accurate data. Research methods include direct observation of animal behavior, data search through books and interviews either in person or through cyberspace, reference, online surveys and internet articles. The result is in the form of animated video trailer containing a 3D animated series, the design concepts that include the character, environment, property and test animation of the figures contained in the story. The conclusions of research are great people interest to animations and various references to support the visual style is used to design a concept for an action animated series about the mutated turtles in Borneo whose struggle to defend their home from being destroyed by unresponsible humans. ABSTRAK Di Indonesia, serial animasi mulai berkembang dan menjadi hiburan yang digemari masyarakat, terutama anak anak. Akan tetapi serial animasi asing lebih merajai televisi dibanding animasi dalam negeri. Penulis melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui lebih dalam mengenai karakteristik hewan yang menjadi tokoh dalam cerita, apa itu serial animasi yang baik, juga mengetahui tingkat ketertarikan dan selera masyarakat kepada hiburan yang berupa animasi, agar hasil yang dicapai baik dan akurat sesuai dengan data pasti. Metode penelitian yang digunakan antara lain pengamatan perilaku hewan secara langsung, pencarian data melalui buku dan wawancara baik secara langsung ataupun melalui dunia maya, referensi, survei online dan artikel internet. Hasil yang dicapai adalah berupa video animasi yang berisikan trailer serial animasi 3D, konsep-konsep desain yang mencakup karakter, environment, properti dan tes animasi dari tokoh yang ada didalam cerita. Simpulan penelitian dimana animo masyarakat akan animasi yang besar dan berbagai referensi untuk menunjang gaya visual dipakai guna merancang sebuah konsep desain untuk sebuah serial animasi action yang menceritakan perjuangan para kura-kura di Borneo melawan manusia yang melakukan pengrusakan terhadap hutan tempat tinggal mereka Kata kunci: Serial Animasi Borneo

Upload: hoangthien

Post on 15-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM SERIAL …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-01504-DS Ringkasan001.pdf · Padahal kemampuan ... Gambar.18 Legend of Guardians Menceritakan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL

ANIMASI FILM SERIAL "BORNEO, Rise of the Turtles”

Muhammad Febiansyah Pratamaputra

Bina Nusantara School of Design Visual Communication Design Animation Program, Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480

[email protected] Muhammad Febiansyah , Ardiyansah, ST, Ahmad Faisal Choiril Anam Fathoni, S.Sn

ABSTRACT In Indonesia, the animated series began to grow and become a popular entertainment, especially children. However, foreign animated series are more popular than local animated series on the Indonesian television. The author conducted the study with the aim to knowing more about the characteristics of the animal characters in the story, what is a good animated series, and also to knowing the level of interest and the public appetite for entertainment in the form of animation, in order to achieve good results and in accordance to the accurate data. Research methods include direct observation of animal behavior, data search through books and interviews either in person or through cyberspace, reference, online surveys and internet articles. The result is in the form of animated video trailer containing a 3D animated series, the design concepts that include the character, environment, property and test animation of the figures contained in the story. The conclusions of research are great people interest to animations and various references to support the visual style is used to design a concept for an action animated series about the mutated turtles in Borneo whose struggle to defend their home from being destroyed by unresponsible humans. ABSTRAK

Di Indonesia, serial animasi mulai berkembang dan menjadi hiburan yang digemari masyarakat, terutama anak anak. Akan tetapi serial animasi asing lebih merajai televisi dibanding animasi dalam negeri. Penulis melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui lebih dalam mengenai karakteristik hewan yang menjadi tokoh dalam cerita, apa itu serial animasi yang baik, juga mengetahui tingkat ketertarikan dan selera masyarakat kepada hiburan yang berupa animasi, agar hasil yang dicapai baik dan akurat sesuai dengan data pasti. Metode penelitian yang digunakan antara lain pengamatan perilaku hewan secara langsung, pencarian data melalui buku dan wawancara baik secara langsung ataupun melalui dunia maya, referensi, survei online dan artikel internet. Hasil yang dicapai adalah berupa video animasi yang berisikan trailer serial animasi 3D, konsep-konsep desain yang mencakup karakter, environment, properti dan tes animasi dari tokoh yang ada didalam cerita. Simpulan penelitian dimana animo masyarakat akan animasi yang besar dan berbagai referensi untuk menunjang gaya visual dipakai guna merancang sebuah konsep desain untuk sebuah serial animasi action yang menceritakan perjuangan para kura-kura di Borneo melawan manusia yang melakukan pengrusakan terhadap hutan tempat tinggal mereka

Kata kunci: Serial Animasi Borneo

Page 2: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM SERIAL …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-01504-DS Ringkasan001.pdf · Padahal kemampuan ... Gambar.18 Legend of Guardians Menceritakan

PENDAHULUAN

Perkembangan industry animasi di Indonesia semakin meluas, bahkan ada banyak studio lokal yang membuat animasi untuk pihak asing dengan tenaga kerja lokal. Dengan kata lain, perkembangan animasi di Indonesia terkenal hanya sebagai tempat produksi bagi pihak asing. Padahal kemampuan animator dan modeler Indonesia sudah setara dan bisa bersaing dengan pihak asing, namun di Negara ini dunia animasi masih belum dihargai dan dipandang sebagai sesuatu industri yang besar seperti di Negara-negara lain, bahkan Negara tetangga, jadi masih sulit menemukan hasil karya anak bangsa yang hadir di negeri sendiri dengan kualitas setara studio asing. Karena disebabkan hal inilah banyak anak bangsa yang handal dalam berkarya memilih untuk bekerja di Negeri orang, karena di sana hasil karya mereka dapat lebih dihargai. Namun, seiring dengan perkembangan jaman pun, pertumbuhan industri kreatif di Indonesia semakin berkembang. Sudah ada beberapa animasi produksi lokal yang diproduksi secara masal seperti film layar lebar Meraih Mimpi dan Homeland. Serial animasi lokal di televisi pun sudah mulai banyak yang ditayangkan seperti Serial Animasi Dongeng Rakyat tahun 2000, Kabayan Liplap pada tahun 2009, Vatalla - Sang Pelindung, Samba dan Sahabat, Petualangan Didi Tikus pada tahun 2010, dan baru baru ini muncul serial animasi baru di televisi berjudul Dufan Defender.

Sayangnya, jumlah animasi lokal yang tampil di televisi sangat kalah jumlahnya dengan animasi buatan pihak asing seperti, Doraemon, Powerpuff Girl, Spongebob, Naruto, Larva, Shaun The Sheep , Avatar, Oscar Oasis, Penguin Of Madagascar, Ipin dan Upin, dan masih banyak lagi. Perbandingan jumlah animasi lokal dengan animasi asing yang ditayangkan di televisi ini sangatlah memprihatinkan. Anak anak yang yang menjadi konsumen terbanyak animasi di Indonesia menjadi lebih banyak mendapatkan animasi buatan luar negeri, padahal jika dibandingkan dengan jumlah pembuat animasi di Indonesia, persaingan dengan animasi luar bisa disaingi. Dan para Animator Indonesia pun bisa merajai siaran animasi di negara sendiri.

Dikarenakan semua hal diatas, penulis ingin membuat sebuah perubahan, yaitu membuat sebuah serial animasi yang tidak biasa, yaitu yang bertema action dengan style semi-realis, karena biasanya film serial buatan asing lebih sering menampilkan tema yang berbau humor atau kehidupan sehari-hari dengan style yang lucu. Penulis mengambil latar belakang kasus yang terjadi di Negara kita sebagai isu. Yaitu kasus penebangan liar dan kelangkaan hewan, dan penulis mencoba mengangkat salah satu hewan reptil amphibi yaitu kura-kura, hewan yang sebenarnya terancam punah namun kurang mendapat perhatian dari pihak manapun. Namun penulis tidak membuat ini sebagai PSA, tapi berupa film action serial yang bercerita tentang perjuangan para kura-kura mempertahankan tempat tinggal mereka yaitu hutan Borneo yang luas.

Dalam penelitian, penulis mengkaji serial animasi yang cukup digemari oleh para pemirsa dan mencari “formula” yang membuat animasi – animasi tersebut mudah diterima oleh masyarakat. Penulis mengkaji beberapa animasi yang memiliki tokoh binatang , Sebagai contoh, penulis meneliti film Legend of Guardians, yang memiliki style realis dan plot cerita yang serius.

Gambar.18 Legend of Guardians

Menceritakan tentang keseluruhan kehidupan para burung hantu yang tinggal di hutan, anak-anak burung hantu diculik untuk dijadikan budak dalam mengumpulkan kekuatan untuk para burung hantu jahat yang hendak memperluas kekuasaan, dan terjadi pertarungan sengit oleh para Guardians dan petualangan para burung hantu muda yang berusaha bertahan hidup.

Page 3: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM SERIAL …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-01504-DS Ringkasan001.pdf · Padahal kemampuan ... Gambar.18 Legend of Guardians Menceritakan

Memang film ini yang menjadi referensi penulis bukanlah film bergenre lucu atau kartun, karena memang penulis ingin membuat film animasi serial yang bergenre action yang serius. Dan mengembangkannya dalam bentuk serial.

Penulis mengambil patokan genre cerita berdasar usia remaja, yaitu 17 – 21 tahun, dimana mereka menyukai film-film yang memacu adrenalin dan bukan yang bercerita seperti petualangan anak-anak, karena menurut penelitian penulis, sudah banyak yang membuat serial animasi, namun yang bertemakan anak-anak, sedangkan penulis ingin membuat style yang serupa dengan film layar lebar, namun dalam bentuk serial. Dalam film ini pun penulis berusaha sebisa mungkin turut menyampaikan pesan moral dari dalam cerita yang ada, dan membuat film ini seseru mungkin agar mendapat perhatian lebih dari kalangan remaja maupun dewasa.

Untuk memastikan bahwa di Indonesia saat ini baik lelaki dan perempuan menyukai film animasi, penulik merujuk dari hasil survei AGB Nielsen dari total populasi TV yang berjumlah 42.645.497 individu di 10 kota. Dua puluh satu persen pemirsa TV adalah anak-anak berusia 5-14 tahun. Jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit dengan banyaknya tuntutan atas tayangan yang sesuai untuk anak. Kepemirsaan anak pun termasuk tinggi dibandingkan dengan target pemirsa yang lebih dewasa, terutama antara jam 6.00 sampai 10.00 dan antara jam 12.00 sampai 21.00. Jumlahnya bisa mencapai rata-rata 1.478.000 individu saat jam tayang utama. Penulis juga melakukan survey dan sekitar 85% responden mengatakan menyukai animasi. Hal ini membuktikan tingginya tingkat kebutuhan hiburan bagi masyarakat, terutama animasi. Akan tetapi, jumlah animasi luar negeri yang tidak sebanding dengan jumlah animasi lokal yang sedikit di televisi. Terbukti dengan animasi lokal yang hanya dapat dihitung dengan jari seperti Vatalla atau Zeta. Belum ada animasi lokal di televisi yang benar-benar bagus dan berhasil, sehingga kepercayaan masyarakat pada produk animasi lokal menjadi rendah. Hal ini juga dipengaruhi oleh modal. Menurut Tubagus Zufri, Ketua Program Multimedia Universitas Widyatama, faktor harga perangkat lunak animasi tiga dimensi (3D) 15.000 dollar AS, atau sekitar Rp 135 juta, sementara harga untuk dua dimensi (2D) sekitar 1.000 dollar AS atau sekitar Rp 9 juta. Hal ini membuat biaya produksi film animasi lebih tinggi dari film biasa. Selain itu, film biasa dengan mudah bisa mendapat sponsor dengan mengandalkan aktor yang akan dipakai. Sementara animasi tidak selalu dapat mengandalkan tokohnya untuk dapat sponsor. Hal ini juga dipengaruhi oleh modal. Selain itu, pasar film animasi di Indonesia belum berkembang. “Satu-satunya andalan adalah stasiun televisi. Tapi stasiun televisi Indonesia masih memiliki kendala dalam hal harga pembelian dan masalah hak cipta. Melihat hal itu, penulis merancang sebuah konsep serial animasi 3D bergenre action kolosal yang menghibur, dan mudah diterima oleh masyarakat dengan tujuan Menciptakan serial animasi yang menghibur masyarakat, meskipun film ini memliki batasan usia remaja keatas, dan juga meningkatkan perkembangan dunia animasi di Indonesia dan mencoba menambahkan produk animasi lokal agar bisa bersaing dengan jumlah animasi luar negeri.

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai oleh penulis adalah metode pengamatan dan perbandingan. Penulis pertama-tama mencari artikel tentang hewan kura-kura baik itu melalui buku atau artikel internet. Penulis juga melakukan pengamatan hewan secara langsung untuk memastikan perilaku yang tertera di artikel. Penulis juga bertanya ke beberapa toko hewan peliharaan untuk memastikan apa yang terjadi dengan hewan tersebut. Setelah itu penulis melakukan uji coba desain karakter untuk di uji daya tariknya kepada pemirsa secara acak melalui angket tertulis dan survey online. Setelah mendapatkan hasil yang menjurus kepada animasi dengan style semi-realis, penulis mencari lebih banyak teori penceritaan yang menjurus kepada hasil survey dan mengkaji formula dari berbagai referensi video, terutama film seri animasi setema yang ditayangkan di televisi atau yang populer di internet. Dari situ penulis mendapatkan formula dan referensi gaya visual untuk membuat animasi serial “Borneo, Rise of the Turtles”

Page 4: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM SERIAL …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-01504-DS Ringkasan001.pdf · Padahal kemampuan ... Gambar.18 Legend of Guardians Menceritakan

HASIL DAN BAHASAN Berdasar hasil dari penelitian diatas, saya membuat trailer film serial ini dengan urutan pekerjaan mulai dari pembahasan tentang style, dan membuat desain karakter dan environment yang sesuai dengan tema, dari dua dimensi, sampai ke tiga dimensi menggunakan software khusus. Urutannya adalah, desain karakter, desain envy, modeling, texturing, rigging, morphing, animating, light setting, animating, kemudian rendering, tahap terakhir adalah compositing untuk jadi sebuah film. Dibawah ini beberapa hasil dari desain karakter 2Di;

Kemudian hasil berikutnya adalah desain karakter yang berupa 3D;

Page 5: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM SERIAL …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-01504-DS Ringkasan001.pdf · Padahal kemampuan ... Gambar.18 Legend of Guardians Menceritakan

Desain environment 3D;

Berikut beberapa potongan hasil shot pada Trailer "Borneo, Rise of the Turtles" ;

Page 6: PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI FILM SERIAL …thesis.binus.ac.id/Doc/RingkasanInd/2011-2-01504-DS Ringkasan001.pdf · Padahal kemampuan ... Gambar.18 Legend of Guardians Menceritakan

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan visualisasi dari animasi serial ini, penulis yang terinspirasi dari hewan peliharaan kura-kura, mencoba mengembangkan ide baru yang menggambarkan kehidupan hewan ini setelah termutasi, dan berusaha menggabungkan kekuatan dan berjuang selayaknya manusia, untuk menjalankan instingnya yaitu bertahan hidupm selayaknya hewan-hewan pada umumnya, sifat asli mereka tidak hilang namun dapat berkomunikasi dengan baik, hal ini penulis ciptakan untuk memudahkan penonton menangkap gerak-gerik dari hewan ini. Sarannya adalah agar semua yang bekerja dan belajar di dalam dunia per-animasi-an dalam negeri, agar bersama-sama membangun dan membuat animasi menjadi lebih dikenal, lebih dihargai, dan dipandang terutama di Negara Indonesia dan disejajarkan dengan film-film layar lebar yang digarap dengan serius, agar dunia perfilman dari Indonesia bisa semakin maju dan mampu bersaing dengan kancah dunia Internasional, karena potensi yang dimiliki oleh anak bangsa teramatlah besar, sehingga kita dapat menjadi sesuatu yang lebih, selama kita mau berusaha dan menjadi yang terbaik, tidak hanya untuk diri sendiri namun untuk kemajuan perfilman Indonesia terutama di bidang animasi, baik dua maupun tiga dimensi.

REFERENSI Agung, A (2000). Mari mengenal kura-kura, Bandung, Jawa Barat Alius, S (2011). Masa Depan Hutan Indonesia, Jakarta Bennet. D. (2011). Character Design Principles, http://www.disneyanimation.com Biran, H. Misbach (2002). Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Jakarta : Tridi Book. Blair, L. (1989). A Borneo Journal, New York Jaecheol, H. (2012). Borneo Survival, Korea Signorielli,N (2008). Age-Based Ratings, Content Designations, and Television Content, Newark Universityof Delaware. Sullivan, K. et al (2008). Ideas for the Animated Short, : Burlington, MA : Focal Press. Atma Pusaka. Piper, R. (2007). Extraordinary animals : an encyclopedia of curious and unusual,Westport, London : Greenwood Press. Pond, G. Wilson (2005).Encyclopedia of Animal Science, New York : Marcel Dekker. William, R. (2002). The Animator's Survival Kit, London : Faber and Faber. White, T. (2009).How to Make animated Films, Burlington, MA : Focal Press.

RIWAYAT PENULIS Muhammad Febiansyah Pratamaputra lahir di kota Jakarta pada 13 Februari 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual Program Animasi pada tahun 2012.