panduan fmea1

32
PANDUAN ANALISIS MODUS KEGAGALAN & DAMPAK (AMKD) Failure Mode,Effect and Analysis (FMEA)

Upload: rochady-setianto

Post on 29-Dec-2015

1.559 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN FMEA1

PANDUANANALISIS MODUS

KEGAGALAN & DAMPAK (AMKD)

Failure Mode,Effect and Analysis (FMEA)

Page 2: PANDUAN FMEA1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

PENDAHULUAN

A. LATAR

BELAKANG......................................................................................................3

B. TUJUA

N...........................................................................................................................3

BAB. I DEFINISI ………………………………………………………………………………4

BAB II RUANG LINGKUP …………………………………………………………………...5

BAB. III. LANGKAH-LANGKAH

1. Langkah 1. Pilih proses yang berisiko tinggi dan membentuk tim……………….6

2. Langkah 2. Diagram alur proses………………………………………………….9

3. Langkah 3. Brainsorming modus kegagalan dan dampaknya……..…….………10

4. Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan …………………………….……..11

5. Langkah 5. Identifikasi akar masalah modus kegagalan………...………………15

6. Langkah 6. Redesain proses……………………………………………..………16

7. Langkah 7. Analisa dan uji coba proses baru……………………………………17

8. Langkah 8. Implementasi dan monitor proses yang diredesain …………………17

BAB V.

PENUTUP........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................23

2

Page 3: PANDUAN FMEA1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Tujuh langkah menuju keselamatan rumah sakit adalah upaya untuk

menggerakkan program keselamatan pasien di RS Islam Sultan Agung. Berdasarkan

langkah ke enam dari tujuh langkah tersebut yaitu rumah sakit mengembangkan

kebijakan yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali pertahun

melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka Tim KKPRS Rumah Sakit Islam Sutlan

Agung menyusun panduan FMEA (Failure Mode Effect and analysis) sebagai tool untuk

penilaian risiko pada proses yang belum dilakukan, sedang dilakukan dan proses baru

dengan pendekatan proaktif.

TUJUAN

I. Tujuan Umum

Buku panduan ini sebagai dasar bagi tim KKP-RSISA untuk meningkatkan mutu

layanan RS melalui kegiatan redesain proses pelayanan untuk menganalisis

modus kegagalan dan dampaknya

II. Tujuan Khusus 3

Page 4: PANDUAN FMEA1

a. Pedoman dalam melaksanakan 5 langkah melakukan Analisis Modus

Kegagalan dan Dampak

b. Panduan dalam menentukan proses-proses pelayanan yang mempunyai

resiko tinggi terjadi error.

c. Panduan dalam perbaikan sistem (re-desain proses) terhadap proses-proses

pelayanan yang mempunyai resiko tinggi terjadi error.

BAB I

DEFINISI

Pada saat ini pencegahan kesalahan medis belum menjadi fokus utama untuk asuhan

perawatan pasien di rumah sakit. Sebagian besar sistem pelayanan kesehatan tidak

didesain untuk mencegah terjadinya error.

Definisi dari FMEA (Failue Mode and Effect Analysis) adalah :

1) Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi

kegagalan sebelum terjadi.

2) Proses proaktif dimana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi.

3) Mengantisipasi kesalahan dan meminimalkan dampak buruk.

Secara umum definisinya adalah : metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi

dan mencegah Potensi Kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut  didesain  untuk

meningkatkan  keselamatan pasien.

4

Page 5: PANDUAN FMEA1

BAB II

RUANG LINGKUP

1. Memilih proses yang beresiko tinggi dan membentuk tim.

2. Membuat diagram proses.

3. Bertukar pikiran tentang modus kegagalan dan menetapkan dampaknya.

4. Memprioritaskan modus kegagalan.

5. Identifikasi akar masalah.

6. Redesain proses

7. Analisis dan uji prose baru

8. Implementasi dan monitor perbaikan proses.

5

Page 6: PANDUAN FMEA1

BAB III

TATA LAKSANA

Tata laksana Analisis Modus Kegagalan & Dampak ( Failure Mode Effect and Analysis /

FMEA ) ada 5 tahap. Yaitu :

I. Tahap 1 Pilih proses yang beresiko tinggi dan Membentuk Tim.

A. Pilih proses yang beresiko tinggi.

1. Proses yang beresiko tinggi meliputi :

a. Proses baru.

Misalnya : staf mengoperasikan alat / instrumen medis yang baru.

b. Proses yang sedang berjalan.

Misalnya : proses pengadaan, penyimpanan & distribusi tabung gas medis (O2,

N2O).

c. Proses klinis.

Misalnya : proses pengambilan darah di laboratorium.

d. Proses non klinis.

Misalnya : mengkomunikasikan hasil laborat ke dokter atau identifikasi pasien

yang beresiko jatuh.

2. Proses yang beresiko tinggi biasanya memiliki satu atau lebih karakteristik.

a. Variabel individu :

Pasien : tingkat keparahan penyakit, keinginan pribadi pasien, proses

pengobatan.

Pemberi layanan : tingkat ketrampilan, cara pendekatan dalam pelaksanaan

tugas.

b. Kompleksitas :

6

Page 7: PANDUAN FMEA1

Proses dalam layanan kedokteran sangat kompleks, terdiri puluhan langkah.

Semakin banyak langkah dalam suatu proses, semakin tinggi probabilitas

terjadinya kesalahan.

Teori Donald Berwick bahwa :

Bila proses terdiri dari 1 langkah, kemunginan salah 1%.

Bila proses 25 langkah, kemungkinan salah 22%

Bila proses 100 langkah, kemungkinan salah 63%

c. Tidak standar.

Proses dilakukan menurut persepsi pemberi pelayanan berdasarkan kebiasaan

atau prosedur yang sudah ketinggalan jaman.

Diperlukan : SPO, Protokol atau Clinical Pathways untuk membatasi

pengaruhdari variabel ini.

d. Proses tanpa jeda.

Perpindahan satu langkah ke langkah lain dalam waktu berurutan tanpa jeda

sehingga seringkali baru disadari terjadi penyimpangan pada langkah

berikutnya. Misal : NORUM.

Keterlambatan dalam suatu langkah akan mengakibatkan gangguan pada seluruh proses.

Kesalahan dalam suatu langkah akan menyebabkan penyimpangan pada langkah berikut.

Kesalahan biasanya terjadi pada perpindahan langkah atau adanya langkah yang diabaikan. Kesalahan pada satu langkah akan segera diikuti oleh kesalahan berikutnya, terutama karena koreksi tidak sempat dilakukan.

e. Proses yang sangat tegantung pada intervensi petugas. Ketergantungan yang tinggi akan intervensi seseorang dalam proses dapat

menimbulkan variasi kesalahan. Misal : penulisan resep dengan singkatan dapat menimbulkan Medication error.

Sangat tergantung pada pendidikan dan pelatihan yang memadai sesuai dengan tugas dan fungsinya.

f. Kultur garis komando ( Hierarchical culture ).Suatu proses akan menghadapi resiko kegagalan lebih tinggi dalam unit kerja dengan budaya hirarki dibandingkan dengan unit kerja yang budayanya berorientasi tim.Hal ini karena :

Staf enggan berkomunikasi & berkolaborasi satu dengan yang lain.

7

Page 8: PANDUAN FMEA1

Perawat enggan bertanya kepada dokter atau petugas farmasi tentang medikasi, dosis serta elemen perawatan lainnya.

g. Keterbatasan waktu.Proses yang memiliki keterbatasan waktu cenderung meningkatkan resiko kegagalan.

3. Pertimbangkan : Yang paling tinggi potensi resikonya. Yang paling “saling berkaitan” dengan proses lain Ketertarikan orang untuk memperbaiki.

B. Membentuk tim.

1. Komposisi tim.

a) Multidisiplin & multi personal

Berbagai macam profesi yang terkait dilibatkan menjadi anggota tim.

Beberapa karakter seperti : orang yang memiliki kewenangan memutuskan,

orang yang penting untuk penerapan perubahan yang mungkin diperlukan,

pemimpin yang memiliki pengetahuan-dipercaya-dihormati, orang dengan

pengetahuan yang sesuai,

b) Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang)

2. Pembagian peran tim

a) Team leader Pemimpin yang memiliki pengetahuan, dipercaya dan dihormati. Mempunyai kemampuan membuat keputusan. Orang yang memiliki ‘critical thinking’ saat perubahan akan dilaksanakan.

b) Fasilitator. Fungsi fasilitator bisa dirangkap oleh team leader. Orang yang ditunjuk sebagai fasilitator bukan berasal dari area yang

dianalisis. Memandu tim dalam proses diskusi. Memilah temuan atau masukan yang tidak penting. Memastikan bahwa anggota tim menyelesaikan setiap langkah dan

mendokumentasikan hasil. Mengarahkan tim untuk fokus pada masalah yang sedang dibicarakan.

8

Page 9: PANDUAN FMEA1

Anggota tim merasa nyaman dengan adanya fasilitator.c) Expert.

Petugas yang menguasai dan ahli dalam bidang yang dianalisis. Dengan keahliannya diharapkan memberikan masukan berupa perubahan

proses.d) Perwakilan dari disiplin ilmu terkait.e) Notulen

Bertanggung jawab mencatat dan membagikan notulen. Fungsi notulen bisa dirangkap oleh anggota secara bergantian. Fungsi notulis

dapat menghambat kemampuannya dalam mengemukakan pendapat, sehingga perlu bergantian.

Membuat dokumentasi.

II. LANGKAH 2. MEMBUAT ALUR PROSESPilihlah salah satu diagram / mapping Process

Mapping Process juga dikenal sebagai Flowchart, menggambarkan semua langkah dalam proses.

Mapping Process membantu Tim mengidenLfikasi masalah yang dapat diperbaiki.

Tool ini sangat mendasar yang sebaiknya digunakan pada langkah awal karena dapat memberikan pandangan yang jelas tentang proses.

Tim sebaiknya memulai dengan Process Map level tinggi (5-12 langkah).Kemudian memilih proses yang mempunyai masalah yang paling besar.

Contoh :

a. Detaile

Process Map paling umum digunakan

.b. High-Level.

Process Map tercepat, paling sederhana dan detil

9

Page 10: PANDUAN FMEA1

c. High--‐low (Top--‐down)Menambahkan pada kedalaman pada high--‐level Process Map, namun tanpa mapping yang detil

III. Tahap 3. Brainstorm Potensial Modus Kegagalan dan Dampaknya.

Dalam tahap ke 3, proses harus menggunakan alat bantu berupa :

1. Failure Mode.

Jenis potensi kegagalan dalam proses untuk memenuhi persyaratan atau

tujuan proses.

Berasal dari proses yang tidak sempurna.

Menyebabkan dampak.

Contoh : tidak berfungsi, fungsi menurun, fungsi menyimpang, jatuh, salah

identifikasi dll.

2. Efek.

Akibat dari kegagalan, yang mengganggu / merugikan.

Dirasakan pasien

10

Page 11: PANDUAN FMEA1

Contoh : keterlambatan penanganan, kematian, cacat, kerusakan jaringan,

tidak dapat diperbaiki, melanggar ketentuan, kerugian finansial.

Contoh diagram 1 proses

No Sub Proses Failure Mode Effect

1. Print charge slip &

etiket

Charge slip & etiket

berbeda dg resep

Dampak pada pasien : salah obat,

salah harga, terapi irasional

Dampak pada pengunjung : -

Dampak pada staf : komplain pasien,

sangsi atasan

Peralatan / fasilitas : -

Charge slip & etiket

buram

Dampak pada pasien : salah minum

obat

Dampak pada pengunjung : -

Dampak pada staf : komplain dari

pasien

IV. Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan.

Seberapa parah efek yang ditimbulkan.

Tingkat kefatalan dampak menggunakan alat bantu berupa tabel Severity.

Seberapa sering potensi penyebab terjadi.

Tingkat kemungkinan terjadi menggunakan alat bantu berupa tabel Occurrence.

Seberapa mudah potensi penyebab terdeteksi.

Kemampuan deteksi dari sistem yang ada menggunakan tabel Detection.

Risk Priority number (RPN)

11

Page 12: PANDUAN FMEA1

Sering digunakan untuk mengkalkulasi kritisnya keadaan sebagai suatu a risk

priority number (RPN), juga disebut Criticality Index (CI), berdasarkan derajat

Severity,Probability dan Deteksi.

Modus kegagalan dengan nilai RPN yang tinggi, otomatis menjadi perhatian

untuk diatasi / menjadi PRIORITAS.

Memilih skala peringkat :

JCI tidak secara spesifik menentukan “skala” mana yang harus

digunakan dalam menilai modus kegagalan.

Skala yang dipilih adalah skala 1-10

A. Severity

Yaitu efek pada pelanggan.

Nilai 10 adalah ekstrem (komplain) dan nilai 1adalah pelanggan tidak

nyaman.

Contoh skala 1-10

12

Risk Priority Number = severity x Occurence x Detection

RATING DESKRIPSI DEFINISI

1 Dampak minor atau tidak ada Tidak akan disadari oleh orang yang mengalami dan tidak mempengaruhi proses

2

3 Dapat mempengaruhi orang yang mengalami dan akan sedikit berpengaruh pada proses.

4

5 Dampak moderat Dapat berpengaruh pada orang yang mengalami & menyebabkan dampak serius pada proses.

6 Cedera ringan Akan berpengaruh pada orang dan menyebabkan dampak serius pada proses.

7

8 Cedera berat Akan mengakibatkan cedera serius pada orang & menyebabkan dampak serius pada proses.

9

10 Bencana, cacat seumur hidup / meninggal

Sangat berbahaya : kegagalan akan menyebabkan kematian pada orang yang dilayani & menyebabkan dampak serius pada proses.

Page 13: PANDUAN FMEA1

B. Occurance

Contoh skala 1-10

13

DESKRIPSI KEMUNGKINAN DEFINISI

1 Sangat jarang & hampir tidak ada

1 dalam 10.000 Tidak ada / sedikit diketahui terjadinya, sangat tidak mungkin kondisi akan pernah terjadi

23 Kemungkinan rendah 1 dalam 5.000 Mungkin, tapi tidak diketahui datanya, kondisi

terjadi dalam kasus terisolasi, tetapi kemungkinannya rendah

45 Kemungkinan

moderat1 dalam 200 Didokumentasikan, tetapi jarang, kondisi

tersebut memiliki kemungkinan cukup besar terjadi

67 Kemungkinan tinggi 1 dalam 100 Didokumentasikan & sering, kondisi tersebut

terjadi sangat teratur dan / selama jangka waktu yang wajar.

8

9 Yakin terjadi 1 dalam 20 Didokumentasikan, hampir pasti, kondisi tersebut pasti akan terjadi selama periode panjang yang spesifik untuk langkah / hubungan tertentu

10 Selalu terjadi 1 dalam 10

Page 14: PANDUAN FMEA1

C. Detection

Menggunakan skala 1-10

Prioritaskan Modus Kegagalan Modus kegagalan harus dilakukan prioritas sesuai dengan prioritas tindakan. Jika modus kegagalan menggunakan RPN, mungkin dapat memilih “cut off point” untuk

menentukan prioritas.o Nilai dibawah cutoff point tidak memerlukan tindakan segera kecuali tersedia

waktu.o Nilai di atas cutoff point , harus dilakukan eksplorasi.

14

1 Pasti terdeteksi 10 dari 10 Hampir selalu terdeteksi dengan segera23 Kemungkinan rendah 7 dari 10 Mungkin terdeteksi45 Kemungkinan moderat 5 dari 10 Kemungkinan sedang terdeteksi67 Kemungkinan tinggi 2 dari 10 Tidak akan terdeteksi dengan mudah89 Hampir pasti tidak terdeteksi 0 dari 10 Tidak mungkin terdeteksi tanpa upaya serius10 Tidak ada upaya deteksi Tidak ada mekanisme deteksi atau proses baru

Page 15: PANDUAN FMEA1

Tabel RPN dan Criticality

No Sub Proses Failure Mode Effect S Potential Cause O D RPN

1. Print charge slip

& etiket

Charge slip & etiket

berbeda dg resep

Dampak pada pasien :

salah obat, salah harga,

terapi irasional

9 Petugas salah input 3 7 189

Dampak pada pengunjung :

-

Dampak pada staf :

komplain pasien, sangsi

atasan

Peralatan / fasilitas : -

Charge slip & etiket

buram

Dampak pada pasien :

salah minum obatTinta mesin printer hampir

habis

4 1 36

Dampak pada pengunjung :

-

Dampak pada staf :

komplain dari pasien

Target RPN = 150Maka :

Dibawah 150 resiko diterima oleh rumah sakit. Diatas atau sama dengan 150 maka resiko akan di kontrol atau

dieleminasi dengan rencana tindak lanjut.

V. Langkah 5. Identifikasi akar masalah modus kegagalan.

15

Page 16: PANDUAN FMEA1

Dalam konteks FMEA : RCA digunakan untuk menganalisa kemungkinan salah

dalam Proses dan sistem.

Desainnya adalah Kegagalan dimasa datang bisa dicegah. Kalaupun tidak dapat

dicegah, pasien harus di proteksi terhadap dampak kegagalan tsb atau Dampak

di mitigasi. Alat bantu yang bisa digunakan untuk analisa akar penyebab :

1. Brainstorming.Analisa akar penyebab : jika diinginkan ide / solusi yang tidak terbatas untuk menemukan akar masalah dari semua pihak dalam proses perbaikan.Tujuan : untuk menghasilkan beberapa ide-ide dalam waktu minimum melalui proses kreatif dalam kelompok.

2. Cause & Effect Diagram.Analisa akar penyebab : ketika masalah memiliki beberapa penyebab.Tujuannya : untuk menampilkan gambaran yang jelas dari beberapa hubungan sebab akibat antara hasil dan faktor yang mempengaruhi.Menggunakan 5 faktor yaitu = 5 M + 1 E1 Tulang mencakup “Why” sebanyak 5 kali.

VI. Langkah 6. Redesain Proses.

Hal yg perlu dilakukan adalah :

a) Lakukan studi literatur untuk mengumpulkan informasi dari literatur ilmiah.

b) Belajar dari rumah sakit lain dalam mengatasi masalah untuk problem yang

sama.

c) Berkomitmen untuk mencapai berubahan baru dalam cara pandang baru.

16

Page 17: PANDUAN FMEA1

Strategi Redesain

1) Desain atau desain ulang proses untuk eleminasi peluang terjadinya

kegagalan (mencegah terjadinya kegagalan).

2) Mencegah kegagalan sampai ke pasien dg meningkatkan deteksi

kegagalan.

3) Fokus pada mitigasi dampak kesalahan yang sampai ke pasien.

VII. Langkah 7. Analisis dan Uji Coba Proses Baru.

I. Panduan Analisis.

a. Bagaimana proses baru tersebut dapat diterapkan.

b. Kapan proses yg baru akan diterapkan

c. Siapa yang akan bertindak & bertanggung jawab.

d. Dimana proses baru tersebut akan diterapkan.

II. Panduan Pengujian.

a. Pengujian diatas kertas.

b. Simulasi

c. Uji coba terbatas.

III. Pengumpulan Data.

a. Tinjauan terhadap catatan hasil pengujian,

b. Survei sebelum dan sesudah perubahan.

c. Sistem pelaporan.

d. Pengamatan di lapangan

e. Diskusi kelompok terfokus (FGD).

f. Kehadiran pada program pendidikan.

g. Evaluasi kompetensi.

VIII. Langkah 8. Implementasi dan Monitor Proses yang Diredesain.

A. Strategi perubahan.

Buat ‘sense of urgency’

Bentuk tim pemandu.

Buat visi dan strategi

17

Page 18: PANDUAN FMEA1

Komunikasikan visi yang berubah.

B. Strategi pemantauan.

Dokumentasikan seluruh hasil proses yang baru, masukkan ke dalam prosedur

(sehingga menjadi standar baru).

Berikan training dan sosialisasi menyeluruh.

Jaga kestabilan proses selama beberapa waktu untuk memastikan kekonsistenannya.

Contoh Tabel Implementasi dan Pemantauan :

Hasil Kegiatan

Tindakan yg diambil

PIC

(penanggung

jawab)

Dateline

(Batas waktu)S O D RPN

Obat dg nama yg sama

namun berbeda

sediaannya , diletakkan

terpisah ( di rak yg

berbeda)

Michael 15 April 10 3 3 90

Tindakan dan pengukuran outcome

1) Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan akan di :

Kontrol.

Eliminasi.

Terima.

2) Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan dieliminasi

atau dikontrol.

3) Identifikasi ukuran outcome yang digunakan untuk analisa dan uji re-desain

proses.

4) Identifikasi penanggung jawab dan deadline / target waktu untuk melaksanakan

tindakan tersebut.

5) Tentukan apakah perlu dukungan direktur atau tidak untuk menjalankan proses

baru tersebut.

18

Page 19: PANDUAN FMEA1

6) Lakukan pengukuran S, O dan D kembali setelah tindak lanjut dilakukan.

7) Hitung kembali nilai RPN baru.

8) Jika nilai RPN sudah mencapai target maka cari kembali nilai RPN yang masih

diatas target.

BAB IV

DOKUMENTASI

Dokumentasi dalam buku panduan ini adalah :

Menuliskan semua langkah dalam bentuk form yang tersedia sebagai berikut :19

Page 20: PANDUAN FMEA1

20

2

Page 21: PANDUAN FMEA1

Langkah 4. Hitung skala prioritas kegagalan dengan tabel RPN dan Criticality

No Sub

Proses

Failure

Mode

Effect S Potential Cause O D RPN

Dampak pada pasien :

Dampak pada

pengunjung :

Dampak pada staf :

Peralatan / fasilitas : -

Dampak pada pasien :

Dampak pada

pengunjung :

Dampak pada staf :

Langkah 8. Tabel implementasi dan pemantauan.

21

Hasil Kegiatan

Tindakan yg diambil

PIC

(penanggung

jawab)

Dateline

(Batas waktu)S O D RPN

Page 22: PANDUAN FMEA1

1) Pengorganisasian tim kerja.

2) Mekanisme kerja yaitu langkah-langkah dalam proses AMKD / FMEA.

3) Prosedur yang dilaksanakan, mengunakan :

SPO Pelayanan / Peralatan Medis yang diperlukan.

SPO Analisis Modus Kegagalan dan Dampak (AMKD).

Surat Keputusan penetapan orang-orang yang terlibat.

Surat tugas petugas yang terlibat tim.

4) Laporan AMKD yang telah dibuat untuk satu analisis.

5) Salinan Kebijakan Direktur terkait tindak lanjut yang diusulkan oleh tim.

22

Page 23: PANDUAN FMEA1

BAB V

PENUTUP

Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan

pasien yang aman, khususnya dalam rangka mencegah kesalahan identifikasi pasien.

Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan ditinjau kembali

setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi - baik

Akreditasi Nasional 2012 maupun standar Internasional.

23

Page 24: PANDUAN FMEA1

DAFTAR PUSTAKA

1. Daud A. 2008, Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen resiko Klinis di Rumah

Sakit : Cegah Cedera Melalui Implementasi Keselamatan Pasien Dengan Redesain Proses

(Analisa HFMEA), IMR, Jakarta.

2. Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012. Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi, IMR,

Jakarta.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Panduan Nasional Keselamatan pasien

Rumah Sakit-Edisi 2. Depkes, Jakarta.

4. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS), 2008. Pedoman Pelaporan Insiden

Keselamatan Pasien (IKP)-Edisi 2. KKP-RS, Jakarta.

5. Buku FMEA, JCI Edisi Ke-3.

24

Page 25: PANDUAN FMEA1

25