nursing commnication

25
NURSING COMMNICATION KONSEP TERAPI BERMAIN PADA ANAK Dosen : Husin, S.kep.,Ners, MPH NAMA : EBITH PEBRIANTO UYUK NIM : 10. IK. 066 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN 2010/2011

Upload: ebi-pebrianto

Post on 14-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kep komunikasi

TRANSCRIPT

Page 1: Nursing Commnication

NURSING COMMNICATION

KONSEP TERAPI BERMAIN PADA ANAK

Dosen : Husin, S.kep.,Ners, MPH

NAMA : EBITH PEBRIANTO UYUK

NIM : 10. IK. 066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

BANJARMASIN

2010/2011

Page 2: Nursing Commnication

BAB I

PENDAHULUAN

Dilihat dari sudut pandang psikologi, mulai akhir tahun 1800-an bermain dipandang sebagai aktivitas yang penting untuk anak. Sebelumnya, bermain hanya dipandang sebagai ekspresi dari kelebihan energi yang dimiliki anak-anak atau sebagai bagian dari ritual budaya dan agama. Seiring perkembangan waktu, pandangan para ahli tentang bermain berubah dan bermain dipandang sebagai perilaku yang bermakna. Misalnya, menurut Groos (Schaefer, et al., 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup. Dalam teori  perkembangan  sosial, seperti yang dikemukakan oleh Mildred Farten, menyatakan bahwa kegiatan bermain merupakan sarana sosialisasi. Dengan bermain kadar interaksi sosialnya akan  meningkat. Kadar interaksi sosial tersebut dimulai dari bermain sendiri dan dilanjutkan dengan bermain secara bersama. Karena itu dalam konteks ini akan tampak, bahwa anak yang dibiasakan bermain akan lebih mudah menerima kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin banyak ia disosialisasikan dengan orang lain, maka akan semakin mudah ia berinteraksi dengan dan menerima (kehadiran) orang lain.

Page 3: Nursing Commnication

BAB II

DEFINISI TERAPI BERMAIN

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial

dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain

anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dgn lingkungan,

melakukan apa yg dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara,

cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak

disadarinya, dan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginannya sendiri

dan memperoleh kesenangan. International Association for Play Therapy

(APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang berpusat di Amerika, dalam

situsnya di internet mendefinisikan terapi bermain sebagai penggunaan secara

sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal dimana

terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik permainan untuk membantu

klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Beberapa definisi

terapi bermain tersebut mengarah pada beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe

dan jumlah permainan yang digunakan;(b) konteks permainan; (c) partisipan

yang terlibat; (d) urutan permainan; (e) ruang yang digunakan; (f) gaya bermain;

(g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan. Berdasarkan banyak

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan adalah aktivitas yang

mengandung motivasi instrinsik, memberi kesenangan dan kepuasan bagi

siapa yang terlibat, dan dipilih secara sukarela. Sementara terapi bermain

adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk

membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial

dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui

kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.

Page 4: Nursing Commnication

FUNGSI BERMAIN

1.Perkembangan sensorik motorik

Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik merupakan

komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat

penting untuk perkembangan fungsi otot.

2. Perkembangan intelektual

Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi tahap segala sesuatu yg

ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,

ukuran, tekstur dan membedakan objek.

Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.

3. Perkembangan sosial.

Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi

dengan lingkungannya.

Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk

mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah

dari hubungan tersebut.

Anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan

bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompok.

4. Perkembangan kreatifitas

Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dalam

bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya.

Page 5: Nursing Commnication

5. Perkembangan kesadaran diri.

Anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah

laku

Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan

dgn orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran

baru dan mengetahui dampak tingkah laku terhadap orang lain.

6. Perkembangan moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungan, terutama

dari orangtua dan guru.

Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai

sehingga dapat diterima dilingkungan dan dapat menyesuaikan diri

dengan aturan yang ada dikelompoknya.

Anak belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang akan

dilakukan.

7. Terapi

Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan

yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah,takut,cemas, sedih

dan nyeri, sehingga anak –anak akan dapat mengalihkan rasa

sakitnya dalam bentuk permainan.

TUJUAN BERMAIN

1. Untuk melanjutkan tubuh kembang yang normal pada saat sakit .

2. Mengekspresikan perasaan , keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

Page 6: Nursing Commnication

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di

rawat di rumah sakit

FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI AKTIFITAS BERMAIN

1.Tahap perkembangan anak

Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat

untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Status kesehatan anak

Perawat harus mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan jeli

memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan

prisnsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.

3. Jenis kelamin

Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin

laki-laki atau perempuan.

Ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat

mengenal identitas dirinya.

4. Lingkungan yang mendukung

Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak

mempunyai cukup ruang untuk bermain.

5. Alat dan jenis permainan yg cocok

Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.

Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.

Page 7: Nursing Commnication

KLASIFIKASI BERMAIN

a. Menurut isinya

Sosial affective play : hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dengan orang lain (EX : ciluk-baa).

Sense of pleasure play : permaianan yang sifatnya memberikan

kesenangan pada anak (EX : main air dan pasir).

Skiil play : permainan yang sifatnya memberikan keterampilan pada anak

(EX: naik sepeda).

Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan

perawat).

Games : permaianan yang menggunakan alat tertentu yang

menggunakan perhitungan / skor (EX : ular tangga).

Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu,

tapi situasi atau objek yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai

alat permainan(EX : jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja

dsb).

b. Karakter sosial

Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain,

tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan(EX :

Congklak).

Solitary play : anak tampak berada dalam kelompok permaianan, tetapi

anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya.

Page 8: Nursing Commnication

Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi

antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain

sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi.

Associative play : permaian ini sudah terjadi komunikasi antara satu

anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin

dan tujuan permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak).

Cooperative play : aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas

pada permaiann jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main

sepak bola).

BENTUK-BENTUK PERMAIANAN BERDASARKAN KELOMPOK USIA

a.Umur 1 bulan (sense of pleasure play).

Visual :dpt melihat dengan jarak dekat

Audio : berbicara dengan bayi

Taktil : memeluk, menggendong

Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.

b. Umur 2-3 bln

Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruangan yang berbeda .

Audio :berbicara dengan bayi,menyanyi

Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.

c. Umur 4-6 bln

Visual : meletakkan bayi didepan kaca, membawa bayi nontong TV.

Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.

Page 9: Nursing Commnication

Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha orangtuanya.

Taktil : memberikan bayi bermain air.

d. Umur 7-9 bln

Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta

berbicara sendiri

Audio : memanggil nama anak, mengulangi kata-kata yang diucapkan

seperti mama,papa.

Taktil : membiarkan main pada air mengalir.

Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat

e. Umur 10-12 bln

Visual : Memperlihatkan gambar terang dalam buku.

Audio : membunyikan suara binatang tiruan, menunjukkan tubuh dan

menyebutnya.

Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan

anak merasakan angin.

Kinetik : memberikan anak mainan besar yg dapat ditarik atau didorong,

seperti sepeda atau kereta.

f. Umur 2-3 tahun

Paralel play dan sollatary play

Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi

kurang (sering merusak mainan)

Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.

Page 10: Nursing Commnication

g. Preschool 3-5 thn

Associative play , dramatik play dan skill play.

Sudah dapat bermain kelompok

Jenis mainan : roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran.

h. Usia sekolah

Cooperative play

Kumpul prangko, olahraga

i. Masa remaja

Anak lebih dekat dgn kelompok

Olahraga, musik,komputer, dan bermain drama.

PRINSIP BERMAIN DI RUMAH SAKIT

1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.

2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.

3. Kelompok umur yang sama.

4. Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan

5. Semua alat permaianan dapat dicuci

6. Melibatkan orang tua.

Page 11: Nursing Commnication

KOMUNIKASI PADA ANAK

Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.

A.Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang

1.usia bayi (0 -1tahun)

komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.

Page 12: Nursing Commnication

2.Usia toddler dan pra sekolah (1,25 – 2,5-5 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan. Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan pikiran anak saat melakukan komunikasi

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada

Page 13: Nursing Commnication

aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

4. Usia Remaja (11-18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.

B. Cara komunikasi dengan anak

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain

1.Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.

Page 14: Nursing Commnication

2.Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.

3.Memfasilitasi

Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.

4. Biblioterapi

Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.

5.Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.

6.Pilihan pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.

7. Penggunaan skala

Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

Page 15: Nursing Commnication

8. Menulis

Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.

9. Menggambar

Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang ditulisnya.

10. Bermain

Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

Dan berikut ini 5 cara berkomunikasi dengan anak, cara sederhana untuk memulai obrolan atau pembicaraan bahkan menceritakan pengalamannya.

1.Jadilah pendengar yang baik

Jika ingin anak mau menceritakan sesuatu hal, segera hentikan kegiatan yang sedang Anda lakukan ketika itu. Jika tidak, si anak akan merasa tidak dipedulikan dan mengangggap Anda tidak punya waktu untuknya. Hindari juga untuk memotong pembicaraan si anak, jika dia marah, ketakutan, gembira dan sebagainya biarkan dia untuk mengungkapkannya. Sebaliknya ketika si anak mendengarkan perkataan Anda, Anda boleh saja untuk curhat tetapi yang sesuai dengan usia mereka. Dengan menjadi pendengar yang baik dan mendapat perhatian dari Anda, hal itu merupakan pemberian yang terbaik bagi anak.

Page 16: Nursing Commnication

2.Tenang dan jujur

Hindari untuk mengucapkan kata-kata yang tidak pantas atau yang bisa menyakitkan bagi dia sebagai ungkapan rasa marah atau frustrasi. Anak akan belajar menjadi pendengar yang baik dan percaya pada apa yang Anda katakan bila Anda berbicara dengan jujur, benar, dan tenang. Rasa percaya dan menghormati itu datangnya dari kejujuran dan ketulusan Anda sendiri. Jika Anda tidak bersungguh-sungguh sebaiknya jangan katakan hal yang tidak perlu Anda katakan itu.

3. Pembicaraan dua arah

Jika berbicara dengan anak, berilah mereka pilihan. Biarkan mereka merasa sedang mengobrol dengan Anda, bukan sedang diatur oleh Anda. Ciptakan komunikasi dua arah dengan suasana yang menyenangkan, bukan dengan komunikasi satu arah, dan apalagi dengan sikap mendikte.

4.Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi

Usahakan agar Anda tidak menguasai pembicaraan. Jika si anak curhat dan merasa Anda terlalu cerewet atau bahkan kecewa dengan ceritanya, kemungkinan di lain waktu ketika dia mempunyai masalah, si anak kemungkinan tidak akan membagi cerita kepada Anda.

5.Berilah dukungan

Ketika si anak sudah mulai mempercayakan ceritanya kepada Anda, mereka harus merasa lega, merasakan dukungan Anda, terinspirasi, dan bersemangat. Jangan membuat mereka merasa bersalah atau apalagi kecewa. Jika anak datang kepada Anda dan menceritakan masalahnya, coba untuk dengarkan dengan penuh perhatian serta beri dukungan seperti “Bunda yakin kamu bisa atasinya”, “Bunda ada di sini koq dan siap membantumu”, dan sebagainya.

MAKNA BERMAIN

Para ahli mendefinisikan bermain sebagai suatu perilaku yang mengandung motivasi internal yang berorientasi pada proses yang dipilih secara bebas dan bukan hanya prilaku pura-pura yang berorientasi pada suatu tujuan menyenangkan yang diperintahkan. Kegiatan bermain ini adalah fungsi dari seluruh manusia.Sandra J, Stone (1993). Karena itu,  bermain dilakukan oleh siapa saja di berbagai belahan dunia, baik laki-laki maupun perempuan

Page 17: Nursing Commnication

dari anak-anak sampai orang dewasa. Stone mengatakan bahwa bermain ada di setiap   negara, budaya, bahasa, dimana saja anak-anak dunia bermain.   

Menurut Karl Buhler dan Schenk Danziger,  bermain adalah ”kegiatan yang menimbulkan kenikmatan”. Dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. Ketika anak-anak mulai mampu berbicara dan berfantasi, misalnya, fungsi kenikmatan meluas menjadi schaffensfreude (kenikmatan berkreasi). Konsep ini dikembangkan lebih lanjut oleh Charlotte Buhler yang menganggap bermain sebagai pemicu kreativitas. Menurutnya anak yang banyak bermain akan meningkatkan kreativitasnya.

Kendati bermain bukanlah bekerja dan tidak sungguh-sungguh,  Sigmund Freud yakin bahwa anak-anak menganggap bermain sebagai sesuatu yang serius. Dalam bermain anak-anak menumpahkan seluruh perasaannya. Bahkan mampu ”mengatur dunia dalamnya” agar sesuai  dengan ”dunia luar”.  Ia berusaha mengatur, menguasai, berpikir dan berencana. Karenanya menurut Erik Erikson, bermain berfungsi memelihara ego anak-anak. Hal ini dapat dipahami karena anak yang sedang bermain merasakan senang sehingga terpaksa ia harus mempertahankan kesenangannya itu atau sebaliknya ia akan memelihara egonya secara proporsional, sehingga menimbulkan rasionalitas dan tenggang rasa terhadap anak lainnya.  Semakin intens pengalaman itu dilalui anak akan semakin kuat juga interaksi sosialnya dalam proses sosialisasi tersebut.

Jean Piaget menyatakan, bahwa bermain menunjukkan dua realitas anak-anak, yaitu adaptasi terhadap apa yang sudah mereka ketahui dan respon mereka terhadap hal-hal baru. Dalam bermain, sarana sering menjadi tujuan. Banyak respon muncul, ya demi respon itu sendiri. Anak berlari, misalnya, bukan demi kesehatan tetapi demi lari itu sendiri. Lari ya lari, titik.

Jadi bagi anak, bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan  potensial di dalam  diri menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Bermain juga bisa menjadi sarana penyaluran kelebihan energi dan relaksasi.

Page 18: Nursing Commnication

         KESIMPULAN

Secara singkat dapat disimpulkan, bahwa bermain merupakan sarana utama untuk belajar tentang hukum alam, hubungan antar orang dan hubungan antara orang dan objek. Karena itu bermain bagi anak adalah mutlak, karena lekat dan merupakan kecenderungan tabiat insaniah. Maka tidak seorangpun yang tidak pernah bermain, tentu sesuai kapasitas dan kemampuan dalam melakukannya. Dengan bermain anak akan ceria, kreatif, meningkatkan kemampuan berpikir abstrak, mengatur  diri dan seterusnya. Melarang bermain berarti melarang belajar.

Perbedaan antara bermain dan bukan bermain tidak terletak pada jenis kegiatan (apa) yang dilakukan, akan tetapi lebih pada (bagaimana) sikap individu dalam melakukannya.

Konsep-konsep bermain seperti yang dikemukakan para ahli di atas bisa menjadi acuan untuk memahami dan mendorong serta mengarahkan anak dalam bermain. Dengan demikian, orang tua atau pendidik akan terhindar dari kesalahan atau meminimalkan kesalahan dalam mendidik anaknya.

Page 19: Nursing Commnication

DAFTAR PUSTAKA

 

Stone, Sandra J, Playing A Kid’s Bermain, United States of America: Good Year Books, 1993.        

Jalal, F. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya PADU,  Bule3tin PADU Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, 2003.        

Santrock W. Jhon,  Child Development,  Chicago: Brawn & Benchmark

Tedjasaputra, Mayke S., (2001), Bermain Mainan untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Grasindo.

Jamaris, Martini., Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman  Kanak-kanan, Jakarta: PT. Grasindo.

Einon, Dorothy, Thing to Do to Play  and Learning, Greet  Britain: Hamlyn, (1994).