moringa oleifera

33
TUGAS Mata Kuliah KONSEP HERBAL INDONESIA Efek Antihipertensi Moringa oleifera Lamk Oleh : AMELIA FEBRIANI 1206179170 Program Magister Herbal

Upload: aghnat-firasyan

Post on 30-Oct-2014

150 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

uji antihipertensi moringa oliefera, kelor

TRANSCRIPT

Page 1: moringa oleifera

TUGASMata Kuliah

KONSEP HERBAL INDONESIA

Efek Antihipertensi Moringa oleifera Lamk

Oleh :

AMELIA FEBRIANI1206179170

Program Magister HerbalFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Indonesia 2012 / 2013

Page 2: moringa oleifera

EFEK ANTIHIPERTENSIMoringa oleifera L.

I. PENDAHULUAN

1. Definisi HipertensiThe Joint National Community on Preventation, Detection evaluation

and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah.

The sixth Report of The joint national Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1 dibawah.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.1

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)OptimalNormalNormal tinggiHipertensiDerajat IDerajat IIDerajat III

< 120<130130 – 139

140 – 159160 – 179≥ 180

dandanatau

atauatauatau

< 80<8585 – 89

90 – 99100 – 109≥ 110

Sumber : The sixth Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, sixth report (JNC VI). Dikutip oleh Debra A. Krummel. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Dalam L. Kathleen M, Sylvia Escoott. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy. USA: Elsevier; 2004

Amelia Febriani (1206179170) Page 2

Page 3: moringa oleifera

2. Etiologi Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.9

1) Hipertensi esensial Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia9. Hipertensi primer biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.7

2) Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus.

Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.9

a) Hipertensi pada penyakit ginjalPenyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya

hipertensi dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Secara klinis sulit untuk membedakan dua keadaan tersebut, terutama pada penyakit ginjal menahun. Beratnya pengaruh hipertensi terhadap ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Makin tinggi tekanan darah dalam waktu lama makin berat komplikasi yang mungkin ditimbulkan.10

Hipertensi pada penyakit ginjal dapat terjadi pada penyakit ginjal akut maupun penyakit ginjal kronik, baik pada kelainan glumerolus maupun pada kelainan vaskular. Hipertensi pada penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam :

1. Penyakit glumerolus akutHipertensi terjadi karena adanya retensi natrium yang menyebabkan hipervolemik. Retensi natrium terjadi karena adanya peningkatan reabsorbsi natrium di duktus koligentes. Peningkatan ini dimungkankan abibat adanya retensi relatif terhadap Hormon Natriuretik Peptida dan peningkatan aktivitas pompa Na – K – ATPase di duktus koligentes.

Amelia Febriani (1206179170) Page 3

Page 4: moringa oleifera

2. Penyakit vaskulerPada keadaan ini terjadi iskemi yang kemudian merangsang sistem renin angiotensin aldosteron.

3. Gagal ginjal kronikHipertensi yang terjadi karena adanya retensi natrium, peningkatan sistem Renin Angiotensinogen Aldosteron akibat iskemi relatif karena kerusakan regional, aktifitas saraf simpatik yang meningkat akibat kerusakan ginjal, hiperparatiroidis sekunder, dan pemberian eritropoetin.10

4. Penyakit glumerolus kronikSistem Renin-Angiotensinogen-Aldoteron (RAA) merupakan satu sistem hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperan dalm naiknya tekanan darah, pangaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.10

b) Hipertensi pada penyakit renovaskular.Hipertensi renovaskular merupakan penyebab tersering dari

hipertensi sekunder. Diagnosa hipertensi renovaskular penting karena kelainan ini potensial untuk disembuhkan dengan menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renalis. Stenosis arteri renalis adalah suatu keadaan terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada arteri renalis. Sedangkan hipertensi renovaskular adalah hipertensi yang terjadi akibat fisiologis adanya stenosis arteri renalis.11

Istilah nefropati iskemik menggambarkan suatu keadaan terjadinya penurunan fungsi ginjal akibat adanya stenosis arteri renalis. Jika terjadi gangguan fungsi ginjal, kelainan ini akan menetap walaupun tekanan darahnya dapat dikendalikan dengan pengobatan yang meliputi medikamentosa antihipertensi, revaskularisasi dengan tindakan bedah ataupun angioplasti.

c) Hipertensi pada kelainan endokrinSalah satu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan endokrin adalah

aldosteronisme primer (Sindrom Conn). Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom yang disebabkan oleh hipersekresi aldesteron yang tidak terkendali yang umumnya berasal dari kelenjar korteks adrenal. Hiperaldosteronisme primer secara klinis dikenal dengan triad terdiri dari hipertensi, hipokalemi, dan alkalosis metabolik. Sindrom ini disebabkan oleh hiperplasi kelenjar korteks adrenal, adenoma atau karsinoma adrenal.

d) Sindrom Cushing

Amelia Febriani (1206179170) Page 4

Page 5: moringa oleifera

Sindrom cushing disebabkan oleh hiperplasi adrenal bilateral yang disebabkan oleh adenoma hipofisis yang menghasilkan Adenocorticotropin Hormone (ACTH).13

e) Hipertensi adrenal kongenitalHipertensi adrenal kongenital merupakan penyabab terjadinya

hipertensi pada anak (jarang terjadi).13

f) FeokromositomaFeokromositoma adalah salah satu hipertensi endokrin yang patut

dicurigai apabila terdapat riwayat dalam keluarga. Tanda – tanda yang mencurigai adanya feokromositoma yaitu hipertensi, sakit kepala, hipermetabolisme, hiperhidrosis, dan hiperglikemia.14

Feokromositomia disebabkan oleh tumor sel kromatin asal neural yang mensekresikan katekolamin. Sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal, dan hanya 10 % terjadi di tempat lain dalam rantai simpatis. 10 % dari tumor ini ganas dan 10 % adenoma adrenal adalah bilateral. Feokromositomia dicurigai jika tekanan darah berfluktuasi tinggi, disertai takikardi, berkeringat atau edema paru karena gagal jantung.13

g) Koartasio aorta Koarktasi aorta paling sering mempengaruhi aorta pada distal dari

arteri subklavia kiri dan menimbulkan hipertensi pada lengan dan menurunkan tekanan pada kaki, dengan denyut nadi arteri femoralis lemah atau tidak ada. Hipertensi ini dapat menetap bahkan setelah reseksi bedah yang berhasil, terutama jika hipertensi terjadi lama sebelum operasi.13

h) Hipertensi pada kehamilan Hipertensi pada kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan

morbiditas dan mortalitas maternal, janin dan neonatus.15 Kedaruratan hipertensi dapat menjadi komplikasi dari preeklampsia sebagaimana yang terjadi pada hipertensi kronik.16 Perempuan hamil dengan hipertensi mempunyai risiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi yang berat seperti abruptio plasenta, penyakit serebrovaskuler, gagal organ, koagulasi intravaskular. Penelitian observasi pasien hipertensi kronik yang ringan didapatkan risiko kehamilan preaklampsia 10 – 25 %, abruptio 0,7 – 1,5 %, kehamilan prematur kurang dari 37 minggu 12 – 34 %, dan hambatan pertumbuhan janin 8 – 16 %. Risiko bertambah pada hipertensi kronik yang berat pada trimester pertama dengan didapatnya preaklampsia sampai 50 %. Terhadap janin, mengakibatkan risiko retardasi perkembangan intrauterin, prematuritas dan kematian intrauterin. Selain itu risiko hipertensi seperti gagal jantung, ensepalopati, retinopati, perdarahan

Amelia Febriani (1206179170) Page 5

Page 6: moringa oleifera

serebral, dan gagal ginjal akut dapat terjadi.15 Sampai sekarang yang belum jelas apakah tekanan darah yang terkontrol secara agresif dapat menurunkan terjadinya eklampsia.16

i) Hipertensi akibat dari penggunaan obat – obatan. Penggunaan obat yang paling banyak berkaitan dengan hipertensi

adalah pil kontrasepsi oral (OCP). 5% perempuan mengalami hipertensi sejak mulai penggunaan. Perempuan usia lebih tua (> 35 tahun)lebih mudah terkena, begitupula dengan perempuan yang pernah mengalami hipertensi selama kehamilan. Pada 50 % tekanan darah akan kembali normal dalam 3 – 6 sesudah penghentian pil. Penggunaan estrogen pascamenopause bersifat kardioproteksi dan tidak meningkatkan tekanan darah. Obat lain yang terkait dengan hipertensi termasuk siklosporin, eritopoietin, dan kokain.

3. Mekanisme HipertensiMekanisme pengaturan tekanan darah terdiri dari mekanisme humoral,

regulasi neuronal, komponen autoregulasi perifer, mekanisme endotel vaskular, serta kesetimbangan elektrolit dan bahan kimia lain.

a. Mekanisme Humoral Beberapa kelainan humoral terlibat langsung dalam perkembangan hipertensi essensial. Mekanisme terjadinya hipertensi secara humoral dibagi menjadi 3 bagian meliputi RAAS (Sistem Renin Angiotensin Aldosteron), hormon pelepas natrium (natriuretic hormone), serta resistensi insulin dan hiperinsulinemia.

1. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS)Banyak faktor yang menyebabkan kenaikan tekanan darah secara kumulatif dipengaruhi oleh Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS), yang akhirnya berpengaruh terhadap tekanan darah arteri. RAAS merupakan sistem endogen yang kompleks yang terlibat dalam regulasi komponen di dalam tekanan darah arteri, dimana aktivasi paling utama dipengaruhi oleh organ ginjal yang berfungsi sebagai sistem ekskresi dan regulasi cairan yang ada di dalam tubuh. RAAS berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan elektrolit baik secara intraselular maupun ekstraselular, seperti Na, K, dan cairan tubuh lainnya. Oleh karena itu, sistem ini secara signifikan mempengaruhi aktivitas pembuluh darah dan sistem saraf simpatik serta dapat mempengaruhi kontributor pengaturan homeostasis di dalam tekanan darah.

Renin merupakan suatu enzim yang tersimpan dalam sel juxtaglomerular, yang terletak di bagian arteriol aferen pada ginjal. Pelepasan renin dari ginjal dimodulasi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal seperti tekanan

Amelia Febriani (1206179170) Page 6

Page 7: moringa oleifera

perfusi renal, katekolamin dan angiotensin II, serta faktor eksternal berupa komponen cairan tubuh seperti kurangnya filtrasi Na yang mencapai makula densa yang merupakan tubulus yang mempunyai sel-sel termodifikasi, ion Cl pada cairan ekstraselular, dan cairan intraselular berupa ion K.

Aparatus sel juxtaglomerular di dalam ginjal berperan sebagai baroreseptor. Ketika terjadi penurunan aliran darah dan tekanan arteri pada ginjal maka sel juxtaglomerular akan merasakan rangsangan tersebut dan menstimulasi proses sekresi renin dari ginjal. Selain itu penurunan jumlah ion Na dan Cl melalui tubulus distal juga akan menstimulasi proses pelepasan enzim renin dari ginjal. Di dalam cairan intraselular seperti K dan Ca ketika mengalami penurunan maka akan mempengaruhi sistem homeostasis tubuh dan terdeteksi oleh sel juxtaglomerular yang memicu pelepasan renin. Kemudian adanya rangsangan di dalam saraf simpatis oleh katekolamin juga dapat mempercepat pelepasan renin.

Enzim renin akan mengkatalisis angiotensinogen menjadi angiotensin I dalam darah, dimana 4 asam amino dari angiotensinogen akan dipecah sehingga terbentuk angiotensin I di dalam darah. Kemudian ACE akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II ketika mengikat reseptor yang lebih spesifik dimana terdapat 2 reseptor spesifik di dalam tubuh manusia yaitu subtipe AT1 dan AT2. Reseptor AT1 terletak di bagian otak, ginjal, miokardium, vaskulatur periferal, dan kelenjar adrenal. Reseptor AT1 bekerja dengan mempengaruhi respon-respon yang sangat vital bagi fungsi sistem kardiovaskular dan ginjal. Sedangkan reseptor AT2 terletak di bagian jaringan adrenal medular, rahim, dan otak. Rangsangan dari reseptor AT2 tidak akan mempengaruhi regulasi pada tekanan darah. Akan tetapi jika reseptor AT1 yang bekerja maka akan melepaskan 2 asam amino dari angiotensin I ke angiotensin II, dimana angiotensin II ini menjadi pemicu kenaikan tekanan darah di dalam tubuh. Angiotensin II dapat menyebabkan vasokontriksi dan dapat merangsang pelepasan katekolamin dari medula adrenal sehingga terjadi aktivasi dari saraf simpatik, kemudian angiotensin II juga merangsang korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron akibatnya terjadi penyerapan kembali cairan-cairan yang ada di dalam tubuh seperti Na dan air sehingga manifestasi dari aldosteron ini yaitu terjadi peningkatan volume plasma, resistensi periferal total (TPR), dan akhirnya menyebabkan kenaikan tekanan darah di dalam tubuh.

Jaringan perifer akan menghasilkan angiotensin peptida secara lokal yang dapat mempengaruhi aktivitas biologis seperti peningkatan resistensi pembuluh darah. Selain itu angiotensin juga diproduksi oleh jaringan lokal yang dapat menstimulasi regulator humoral dan pertumbuhan sistem endotelium yang

Amelia Febriani (1206179170) Page 7

Page 8: moringa oleifera

diturunkan untuk menstimulasi metabolisme dan pertumbuhan otot polos vaskular. Sintesa dari angiotensin peptida dapat memicu peningkatan resistensi pembuluh darah dalam bentuk renin plasma yang rendah pada hipertensi essensial. Secara keseluruhan RAAS merupakan faktor penting dalam regulasi tekanan darah arteri, oleh karena itu pengelolaan terhadap organ ginjal sangat penting dalam regulasi cairan dan sistem ekskresi untuk menjaga sistem homeostasis tubuh agar tidak terjadi pelepasan enzim renin, dan angiotensin I di dalam tubuh pun tidak akan terkonversi menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang merupakan faktor utama dari penyakit hipertensi, dan aktivitas sistem saraf simpatik pun akan diimbangi dengan peranan asetilkolin oleh saraf parasimpatis.

2. Hormon NatriuretikKetika terdapat hormon natriuretik di dalam sistem membran maka akan menghambat Na dan K ATPase dan melawan gradien transport Na yang melewati seluruh membran sel. Ketidakmampuan ginjal untuk mengeliminasi Na dapat menyebabkan retensi Na sehingga terjadi peningkatan volume darah. Selain itu hormon natriuretik juga dapat mempengaruhi penghambatan transport aktif pengeluaran ion Na yang terletak di bagian arteriolar sel otot polos sehingga terjadi depolarisasi dimana peningkatan permeabilitas membran terhadap Na dan konsentrasi Na di dalam cairan intraselular meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan denyut nadi dan peningkatan tekanan darah arteri. Sehingga diperlukan suatu pengaturan aktivitas Natriuretic Peptide (NP) di dalam tubuh manusia, dimana aktivasi dari reseptor NPR A dan NPR B akan menyebabkan vasorelaksasi dari otot vaskular sehingga akan terjadi vasodilatasi.

3. Resistensi Insulin dan HiperinsulinemiaBukti terkait resistensi insulin dan hiperinsulinemia dengan hipertensi terkadang disebut sebagai sindrom metabolik. Peningkatan konsentrasi insulin dapat menyebabkan hipertensi karena meningkatnya retensi natrium ginjal dan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik. Selain itu, insulin dapat sebagai hormon pertumbuhan seperti tindakan yang dapat menimbulkan hipertrofi vaskular sel otot halus. Insulin juga dapat mengangkat tekanan darah arteri dengan meningkatkan intraselular kalsium, yang mengarah ke peningkatan resistensi pembuluh darah. Mekanisme resistensi insulin dan hiperinsulinemia terjadi pada hipertensi essensial yang tidak diketahui penyebabnya.

b. Regulasi NeuronalRegulasi neuronal melibatkan aktivitas dari sistem saraf pusat dan saraf

otonom yang meliputi saraf simpatis dan saraf parasimpatis, dimana sejumlah

Amelia Febriani (1206179170) Page 8

Page 9: moringa oleifera

reseptor dapat meningkatkan atau menghambat pelepasan neurotransmiter berupa norepinefrin (NE) yang terletak di permukaan presinaptik dari batasan simpatik. Adanya rangsangan dari reseptor α presinaptik (α2) memberikan inhibisi negatif dalam pelepasan neurotransmiter norepinefrin, sedangkan rangsangan dari reseptor β presinaptik akan memediasi pelepasan lebih lanjut dari aktivitas neurotransmiter norepinefrin di sistem saraf simpatis.

Pada sistem saraf simpatis terdapat bagian preganglion – ganglion – pasca ganglion dimana pada bagian pasca ganglion terdapat adrenergik yang melepaskan neurotransmiter berupa norepinefrin (NE) dan epinefrin (Epi) yang dapat berinteraksi dengan sel efektor. Pada norepinefrin terdapat reseptor α1, α2, β1, β2 dan β3 akan tetapi aktivitas β2 sangat lemah sehingga peranan reseptor β2 untuk vasorelaksasi dari otot polos tidak terlihat pada norepinefrin walaupun kemungkinan aktivitas ini sama dengan epinefrin akan tetapi pada bagian epinefrin aktivitas β2 lebih terlihat. Norepinefrin sering disebut sebagai agen vasokontriktor karena semua reseptornya dapat memacu peningkatan kontraksi. Oleh karena itu perlu adanya keseimbangan aktivitas antara saraf simpatik dan saraf parasimpatik untuk regulasi komponen tekanan darah arteri.

Reseptor β1 terletak dibagian jantung dan sel juxtaglomerular ketika ada aktivasi dapat meningkatkan sekresi renin, reseptor β2 terletak di otot polos seperti bronkus, pembuluh darah, saluran cerna, otot rangka, dan hati adanya aktivasi reseptor ini dapat menyebabkan vasorelaksasi otot polos. Sedangkan reseptor β3 terletak pada jaringan lemak. Untuk reseptor α1 terletak di otot polos dan α2 di bagian ujung saraf adrenergik ketika ada aktivasi kedua reseptor tersebut dapat menyebabkan vasokontriksi kecuali pada otot polos di bagian usus mengalami vasorelaksasi.

c. Komponen Autoregulasi PeriferAdanya rangsangan abnormalitas pada organ ekskresi ginjal dapat

menyebabkan kerusakan jaringan dan pemicu hipertensi. Ketika terjadi rangsangan yang berlebihan maka akan menyebabkan kerusakan pada ginjal dalam mengekskresikan garam seperti NaCl, sehingga terjadi pengulangan dari proses autoregulator jaringan, kemudian terjadi peningkatan volume cairan dalam ginjal dan hasilnya tekanan darah arteri akan meningkat.

Pada bagian ginjal terdapat nefron yang berfungsi untuk memfiltrasi cairan yang masuk melalui glomerulus dan memelihara tekanan darah melalui mekanisme adaptasi volume tekanan, sehingga ketika tekanan darah dalam tubuh menurun maka ginjal akan merespon dengan cara menaikkan penyimpanan dari cairan berupa air dan garam. Hal ini dimaksudkan untuk

Amelia Febriani (1206179170) Page 9

Page 10: moringa oleifera

memperbesar volume plasma dan cardiac output (CO) dengan tujuan untuk memelihara kondisi homeostasis tekanan darah.

Asupan oksigen akan dipelihara oleh proses autoregulatori lokal sehingga oksigen yang tersimpan pada jaringan cukup terpenuhi ketika ada permintaan di jaringan dalam kondisi normal sampai rendah, akan tetapi arteri lokal relatif mengalami vasokontriksi, kenaikan permintaan metabolik dapat memicu vasodilatasi arteri dengan mekanisme ketahanan pembuluh darah perifer yang rendah dan terjadi kenaikan aliran darah dan penghantaran oksigen melalui proses autoregulasi. Pada mekanisme adaptasi renal, ketika terjadi kerusakan intrinsik dapat meningkatkan volume plasma dan terjadi kenaikan aliran darah ke jaringan perifer. Proses ini dapat mengakibatkan kenaikan terhadap ketahanan pembuluh darah perifer dan jika berlangsung lama elastisitas dinding pembuluh akan menurun dan mengalami penebalan dinding arteri, sehingga secara patofisiologi penebalan pembuluh darah perifer merupakan indikasi dari pasien yang mengidap penyakit hipertensi essensial atau primer.

d. Mekanisme Endotel Vaskular Endotel vaskular dan otot polos memegang peranan penting dalam

regulasi aliran darah dan peningkatan tekanan darah. Pengaturan ini dimediasi oleh substansi vasoaktif yang disintesis oleh sel endotel. Endotelium akan mensekresi endotelin yang merupakan substansi vasokontriksi, selain itu endotelin juga bisa dihasilkan oleh miosit kardiak pada manusia. Endotelin terdiri dari tiga tipe, yaitu ET-1, ET-2 dan ET-3, ketiganya berpotensi kuat untuk menyebabkan vasokonstriksi. ET-1 merupakan bentuk yang paling sering terekspresi di antara famili endotelin lainnya. Dua subtipe reseptor endotelin yang telah ditemukan pada miokardial manusia, yaitu tipe A dan B. Reseptor ET(A) menimbulkan vasokonstriksi, proliferasi sel, hipertrofi patologis, fibrosis dan peningkatan kontraktilitas, sedangkan ET(B) berperan dalam menghilangkan efek ET-1, pelepasan Nitric Oxide (NO) dan prostasiklin. Pelepasan ET dari sel endotel dapat ditingkatkan oleh beberapa agen vasoaktif (NE, angiotensin II, trombin) dan sitokin.e. Elektrolit dan Bahan Kimia Lain

Penelitian berbasis populasi menunjukkan bahwa diet tinggi natrium berhubungan dengan prevalensi stroke dan hipertensi. Sebaliknya, diet rendah natrium berhubungan dengan prevalensi rendah hipertensi. Studi klinis telah menunjukkan secara konsisten bahwa diet pembatasan natrium menurunkan tekanan darah dalam jumlah banyak (tetapi tidak semua) terhadap pasien.

Amelia Febriani (1206179170) Page 10

Page 11: moringa oleifera

Mekanisme yang menyebabkan kelebihan natrium pada hipertensi tidak diketahui. Namun, hal ini mungkin berhubungan dengan peningkatan sirkulasi hormon natriuretik, yang akan menghambat intraselular transportasi natrium, menyebabkan peningkatan reaktivitas vaskular dan meningkatnya tekanan darah

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1:200 penderita(

4. Gejala KlinisPeninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.

Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.18 Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.9 Apabila hipertensi tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

5. Penanggulangan hipertensi :a. Penatalaksanaan farmakologisb. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup.

Tujuan dari penatalaksanaan diet:

Amelia Febriani (1206179170) Page 11

Page 12: moringa oleifera

Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.

Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam

lemak, kolesterol dalam darah. Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan

DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi: Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis

makanan dalam daftar dietKonsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hr atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

II. Moringa oleifera Lamk.

Deskripsi

Kelor atau merunggai (Moringa oleifera) adalah sejenis tumbuhan dari suku Moringaceae. Tumbuhan ini memiliki ketinggian batang 7—11 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, dapat dibuat sayur atau obat. Bunganya berwarna putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau; bunga ini keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segitiga memanjang yang disebut kelentang, juga dapat disayur.

Amelia Febriani (1206179170) Page 12

Page 13: moringa oleifera

Tanaman Moringa oleifera Lamk.

Nama Sinonim

Guilandia moringa L., Moringa pterygosperma Gaertner, Moringa polygona DC.

Nama umum Indonesia

Kelor, limaran (Jawa)

Nama Asing

Inggris : Moringa, ben-oil tree, clarifier tree, drumstick tree Melayu : kalor, merunggai, sajina Vietnam : Chùm ngây Thailand : ma-rum Pilipina : Malunggay

Kandungan Kimia

Moringa oleifera kaya senyawa yang mengandung sederhana gula, rhamnosa dan kelompok senyawa yang cukup unik yang disebut glucosinolat dan isotiosianat. (Fahey et al, 2001;.. Bennett et al, 2003).

Kulit batang mengandung dua alkaloid, yaitu moringine dan moringinine (Kerharo, 1969). vanili, β-sitosterol [14], β-sitostenone, 4-hydroxymellin dan

Amelia Febriani (1206179170) Page 13

Page 14: moringa oleifera

Asam oktakosanoat yang telah diisolasi dari batang M. oleifera (Faizi et al., 1994a). Seluruh gum eksudat dari M. oleifera mengandung L-arabinosa, galaktosa-,-glukoronat asam, dan L-rhamnosa, mannose-dan-xilosa, sementara gum polisakarida terdiri asam L-galaktosa, dan L-glukuronat-mannose (Bhattacharya et al., 1982).

Bunga mengandung sembilan asam amino, sukrosa, D-glukosa, alkaloid, quercetin dan kaempferat; yang telah dilaporkan mengandung beberapa flavonoid pigmen seperti alkaloid, kaempherol, rhamnetin, isoquercitrin dan kaempferitrin (Faizi et al.,1994b, Siddhuraju dan Becker, 2003).

Senyawa yang bersifat antihipertensi pada M.oleifera yaitu tiokarbamat dan glikosida isotiosianat telah diisolasi dari fase asetat ekstrak etanol biji M.oleifera (Faizi et al., 1998).

Amelia Febriani (1206179170) Page 14

Page 15: moringa oleifera

Gambar 1. Struktur kimia kandungan M.oleifera: niazinin A [1], 4 - (4'-O-asetil-L-α-rhamnopyranosyloxy) benzil isotiosianat [2], 4 - (-L-rhamnopyranosyloxy) benzil isotiosianat [3], niazimicin [4], 4 - (α-L-rhamnopyranosyloxy) benzil glukosinolat [5], benzil isotiosianat [6], aglycon dari deoksi-niazimicine (N-benzil, S-ethylthioformate) [7], pterygospermin [8], niaziminin [9 + 10], O-etil-4-(α-L-rhamnosyloxy) benzil karbamat [11], niazirin [12], gliserol-1-(9-octadecanoate) [13], β-sitosterol [14], 3-O-(6 '-O-oleoil- β-D-glucopyranosyl)-β-sitosterol [15], β-sitosterol-3-O-β-D-glucopyranoside [16].

Amelia Febriani (1206179170) Page 15

Page 16: moringa oleifera

Efek Farmakologi sebagai AntihipertensiDaun Moringa oleifera secara tradisional telah digunakan untuk antihipertensi.

Pemberian ekstrak air kulit batang kelor memicu efek positif inotropik pada konsentrasi rendah dan efek inotropik negatif pada konsentrasi tinggi pada perfusi terisolasi katak jantung dan juga menghasilkan efek hipotensi dosis tergantung pada tekanan darah anjing. (Limaye, Nimbakar, Jain & Mansoor, 1995)

Lima senyawa niazinin A dan B, niazimicin, niaziminin A dan B terisolasi dari ekstrak etanol daun kelor menunjukkan aktivitas hipotensi dan bradikardi pada pada tikus teranestesi dengan dosis 1-10 mg / kg bb secara i.v. (Giulani et al,1994)

Ekstrak etanol dan air polong kelor dan bagiannya yaitu mantel, pulp dan biji juga menunjukkan aktivitas hipotensi. Aktivitas ekstrak etanol polong dan benih adalah setara pada dosis 30 mg/kg20. Fraksinasi ekstrak air dari daun diubah menjadi bentuk garam alkaloid kemudian diuji aktivitasnya pada jantung katak terisolasi. Garam alkaloid ekstrak daun kelor menunjukkan efek inotropik negatif pada perfusi jantung katak terisolasi. Kegiatan ini selanjutnya ditandai dengan mengujinya pada ileum marmot terisolasi. (Dangi, Jolly & Narayanan 2002)42.

Penelitian yang dilakukan oleh Kang et al, 2002, dalam jurnalnya yang berjudul “Attenuation of the Extract from Moringa Oleifera on Monocrotaline-Induced Pulmonary Hypertension in Rats” bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) pada tikus Wistar hipertensi pulmonari yang diinduksi monocrotaline (MCT) secara akut dan kronis. Bahan dan Metode:Ekstrak kering (freeze dried) daun kelor M.oleifera (MO), dilakukan analisis HPLC dan menunjukkan adanya kandungan niaziridin dan niazirin dalam ekstrak. Digunakan hewan uji tikus jantan galur wistar usia 6 minggu. Tikus diinduksi hipertensi pulmonari (PH) dengan MCT (60 mg / kg, s.c dosis tunggal) yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah arteri pulmonari (Ppa) dan penebalan medial arteri pulmunari.

Amelia Febriani (1206179170) Page 16

Page 17: moringa oleifera

Hasil:Uji AkutUntuk mengetahui efek akut ekstrak daun kelor terhadap tekanan darah arteri pulmonalis, dilakukan pada dua kelompok tikus jantan galur Wistar yaitu kelompok kontrol (n = 26) dan MCT (n = 22). Tikus pada kelompok kontrol menerima suntikan saline dan kelompok MCT , menerima MCT dosis 60 mg / kg, secara s.c untuk menginduksi PH. Tiga minggu setelah induksi MCT, diberikan 1,5; 4,5 dan 15,0 mg ekstrak kering daun kelor/kg bb secara intra peritoneal, untuk melihat efek terhadap PPaBerikut skema pemberian efek akut daun kelor (MO)

Amelia Febriani (1206179170) Page 17

Page 18: moringa oleifera

Hasil menunjukkan ekstrak daun kelor dapat menurunkan Ppa (tekanan darah arteri pulmonalis), seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut

Pada kelompok tikus kontrol, ada perbedaan yang signifikan dalam Ppa pada setiap dosis yang digunakan. Ppa menurun segera setelah pemberian ekstrak MO pada kelompok tikus yang diinduksi MCT. Ekstrak MO menyebabkan penurunan Ppa yang tergantung dosis dalam kelompok MCT. Dosis rendah dari ekstrak MO (misalnya 1,5 mg / kg bb) menyebabkan penurunan yang tidak signifikan pada Ppa. Pemberian 4,5 mg / kg ekstrak MO dapat menurunkan Ppa secara signifikan sebesar 80% dibanding kelompok kontrol MCT, sedangkan dosis tertinggi 15,0 mg / kg bb, secara signifikan meurunkan Ppa sebesar 51,4% dibanding konrol MCT.Penurunan PPA disebabkan ekstrak dapat merelaksasi arteri paru secara langsung.

Uji Kronis:Untuk mengetahui efek kronik ekstrak daun kelor, dilakukan pada 3 kelompok hewan uji tikus jantan galur Wistar yaitu kelompok kontrol (n = 7), kelompok MCT (n =7) dan MCT+MO (n = 8). Kelompok I, diberi perlakuan injeksi saline (sebagai kontrol), kelompok II diberi MCT (60 mg / kg, s.c, untuk induksi tikus hipertensi pulmonari) dan kelompok III, dilakukan pemberian MCT selama 7 hari

Amelia Febriani (1206179170) Page 18

Page 19: moringa oleifera

dan kemudian pada hari ke-14 sampai hari ke-20 diberikan ekstrak daun kelor (MO) dosis 4,5 mg/kg BB secara i.p setiap hari

Berikut skema perlakuan efek kronis

Hasil menunjukkan pada kelompok MCT, menunjukkan peningkatan penebalan lapisan arteri pulmonari, dibandingkan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ekstrak daun kelor (MO) dapat menormalkan kembali hal tersebut mendekati kontrol. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar berikut:

Amelia Febriani (1206179170) Page 19

Page 20: moringa oleifera

Ekstrak MO meningkatkan denyut jantung dari tikus seperti yang ditujukkan pada tabel berikut.

Pada kelompok MCT, menunjukkan peningkatan Ppa dibandingkan kelompok kontrol dan pemberian berulang ekstrak daun kelor (MO) dapat menormalkan kembali PPa pada tingkat yang sama seperti kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kelor menunjukkan efek menormalkan tekanan darah arteri pulmonari, seperti ditunjukkan pada gambar berikut

Selain itu, pada kelompok MCT memiliki aktivitas superoksida dismutase yang tinggi dan dapat di normalkan kembali oleh pemberian ekstrak daun kelor.

Amelia Febriani (1206179170) Page 20

Page 21: moringa oleifera

KesimpulanKesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor memiliki aktivitas menurunkan tekanan darah dengan cara vasodilatasi dan peningkatan potensi aktivitas antioksidan, baik secara akut maupun kronis. (Kang et al, 2012)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Abrogua et al, 2012 dalam jurnalnya yang berjudul “Effect on blood pressure of a dietary supplement containing traditional medicinal plants of Côte d’Ivoire”, tentang komposisi obat yang mengandung garam (natrium klorida) diberikan sebagai suplemen diet tradisional untuk pasien hipertensi (TDSHP) di Pantai Gading. Suplemen tersebut mengandung dari Bidens pilosa (Asteraceae) dan daun segar Moringa oleifera (Moringaceae).Tujuan penelitian: menetapkan dasar ilmiah untuk penggunaan resep tradisional tersebut (mengandung dari Bidens pilosa (Asdan daun segar Moringa oleifera) yang kaya akan natrium klorida dalam pengaturan hipertensi.Bahan dan metode: Digunakan ekstrak air total suplemen makanan untuk pasien hipertensi (traditional dietary supplement to hypertensive patients (TDHSP) yang mengandung Bidens pilosa, Moringa oleifera serta garam. Lima puluh gram serbuk suplemen makanan tradisional ini terdiri dari 25 g natrium klorida (50%), 15 g serbuk Bidens pilosa (30%) dan 10 g serbuk daun Moringa oleifera (20%). Percobaan dilakukan untuk mengevaluasi efeknya pada tekanan darah arteri kelinci yang diinjeksi TDHSP dosis 5 ×10−8 - 5× 10−2 mg/kg bw.Perangkat eksperimental yang digunakan untuk tekanan darah merekam pada kelinci didasarkan pada prinsip manometer merkuri Ludwig.Hasil: TDSHP (dosis antara 5 × 10-8 dan 10-2 5 × mg / kg menyebabkan hipotensi tergantung dosis. TDSHP menimbulkan penurunan tekanan darah berkisar antara 7,14 ± 4 dan 100 ± 7,5%, dibandingkan dengan tekanan darah normal kelinci. Lima puluh persen dosis efektif adalah 3,95 × TDSHP 10-4 mg / kg bb. Demikian seperti hipotensi diinduksi oleh asetilkolin, yang disebabkan oleh TDSHP pada dosis 3,95 × 10-4 mg / kg pada kelinci itu semakin dihambat oleh atropin, dosis antara 5 × 10-4 sampai 5 × 10-2 mg / kg. Persentase penurunan tekanan darah yang tercatat berkisar antara 50,3 ± 1,87-3,71 ± 1,09% dibandingkan dengan nilai normal tekanan darah. Peningkatan dosis TDSHP dapat menurunkan tekanan

Amelia Febriani (1206179170) Page 21

Page 22: moringa oleifera

darah yang disebabkan oleh adrenalin dosis pada 4.76 × 10-4 mg / kg dari 89,3 ± 2,19-1,19 ± 0,59%.Kesimpulan: Konsumsi suplemen makanan tradisional pada pasien hipertensi menurut komposisi dapat mengurangi tekanan darah dan telah dibuktikan secara eksperimental. TDSHP tidak boleh dianggap sebagai obat antihipertensi, tetap kita pengganti garam yang akan diambil dengan moderasi dengan ketaatan pada dosis tradisional. (Abrogua et al, 2011)

ToksisitasNilai LD50 untuk ekstrak air dan alkohol dari kayu akar M. oleifera pada tikus albino dewasa adalah 2000 mg / kg berat badan untuk kedua ekstrak. (Guevara et al, 1999). Sebuah senyawa yang diisolasi dari biji kelor, pterygospermin, memiliki nilai LD50 di tikus dan tikus dari 350-400 mg / kg berat badan secra subkutan. (Metha et al, 2003)

Amelia Febriani (1206179170) Page 22

Page 23: moringa oleifera

DAFTAR PUSTAKA

Abrogoua DP, Danob DS, Mandab P, Adepob AJB, Kablana BJ, Gozec NB, Ehouléd K, 2012, Effect on blood pressure of a dietary supplement containing traditional medicinal plants of Côte d’Ivoire, Journal of Ethnopharmacology 141: 840– 847

Anwar F, Latif S, Ashraf M, Gilani AH,2007, Moringa oleifera: A Food Plant withMultiple Medicinal Uses Phytother. 2007, Res. 21, 17–25

Bennett RN, Mellon FA, Foidl N et al. 2003. Profiling glucosinolates and phenolics in vegetative and reproductive tissues of the multi-purpose trees Moringa oleifera L. (Horseradish tree) and Moringa stenopetala L. J Agric Food Chem 51: 3546–3553.

Bhattacharya SB, Das AK, Banerji N. 1982. Chemical investigations on the gum exudates from Sonja (Moringa oleifera). Carbohydr Res 102: 253–262.

Dangi SY, Jolly CI and Narayanan S, 2002, Antihypertensive activity of the total alkaloids from the leaves of Moringa oleifera, Pharm Biol, 40(2), 144-148.

Fahey JW, Zalcmann AT, Talalay P. 2001. The chemical diversity and distribution of glucosinolates and isothiocyanates among plants. Phytochemistry 56: 5–51.

Faizi S, Siddiqui B, Saleem R, Saddiqui S, Aftab K. 1994b. Isolation and structure elucidation of new nitrile and mustard oil glycosides from Moringa oleifera and theireffect on blood pressure. J Nat Prod 57: 1256–1261.

Faizi S, Siddiqui B, Saleem R, Siddiqui S, Aftab K, Gilani A. 1994a. Novel hypotensive agents, niazimin A, niazimin B, niazicin A and niazicin B from Moringa oleifera; Isolation of first naturally occurring carbamates. J Chem Soc Perkin Trans I: 3035–3640.

Faizi S, Siddiqui BS, Saleem R, Siddiqui S, Aftab K, Gilani AH. 1995. Fully acetylated carbamate and hypotensive thiocarbamate glycosides from Moringa oleifera. Phytochemistry 38: 957–963.

Gilani AH, Khalid A, Amin S, Sidduqui S and Salem R. 1999 Pharmacological studies on hypotensive and spasmolytic activities of pure compounds from Moringa oleifera, Phytother Res, 8(2), 87-91.

Guevara AP, Vargas C, Sakurai H, Fujiwara Y, Hashimoto K, Maoka T, Kozuka M, Ito Y, Tokuda H, Nishino H. 1999. An antitumor promoter from Moringa oleifera Lam. Mutat Res.,440(2):181-8.

Kang CH, Yi JC, Chao HY, Kuo WL, Junn LC, Shwu FP, Tzer BL, Mei JC. 2012. Attenuation of the Extract from Moringa Oleifera on Monocrotaline-Induced Pulmonary Hypertension in Rats. Chinese Journal of Physiology 55(1): xxx-xxx,

Kerharo PJ. 1969. Un remede populaire Sengalais: Le ‘Nebreday’ (Moringa oleifera lann.) employs therapeutiques en milieu Africain chimie et pharmacologie. Plantes Med Phytother 3: 14–219.

Amelia Febriani (1206179170) Page 23

Page 24: moringa oleifera

Limaye DA, Nimbakar AY, Jain R and Mansoor A. 1995. Cardiovascular effects of aqueous extract of Moringa pterygosperma, Phytother Res, 9(1), 37-40.

Mehta LK, Balaraman R, Amin A.H, Bafna P.A, Gulati O.D. Effect of fruits of Moringa oleifera on the lipid profile of normal and hypercholesterolaemic rabbits. 2003. Journal of Ethnopharmacology, 86:191–195.

Siddhuraju P, Becker K. 2003. Antioxidant properties of various solvent extracts of total phenolic constituents from three different agro-climatic origins of drumstick tree (Moringa oleifera Lam.). J Agric Food Chem 15: 2144–2155. Silvestro L, Weiser JN, Axelsen PH. 2000. Antibacterial

Amelia Febriani (1206179170) Page 24