lap fishew

23
unsur mielin dan banyak mengandung badan sel saraf (perikardion). Substansia grisea yang membalut susunansaraf pusat lazim disebut korteks, sedangkan yang terdapat di dalam susunan saraf pusat disebut nukleus. Pada beberapa daerah, Substansia grisea dan substansia alba bercampur aduk. Seluruh susunan saraf pusat dibalut oleh selaput otak (meninges) (Dellmann, 1988) Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur oleh kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitifitas terhadap stimulus, dan konduktifitas atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap stimulus, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama yaitu input sensorik, aktivitas integrative dan output motorik (Sloane, 2004). Serabut saraf otonom dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar berdasarkan sifat-sifat kimiawi neurotransmitter yang dilepaskan. Jika transmisi diperantarai oleh asetilkolin, saraf ini disebut kolinergik. Asetilkolin menghantarkan transmisi impuls saraf melintasi ganglion otonom pada system simpatis dan parasimpatis. Pada medulla adrenalis neurotransmiternya adalah asetilkolin. Transmisi dari saraf pasca ganglionik ke organ efektor pada system

Upload: nurchasanahecha

Post on 26-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan praktikum fishew

TRANSCRIPT

unsur mielin dan banyak mengandung badan sel saraf (perikardion). Substansia grisea yang membalut susunansaraf pusat lazim disebut korteks, sedangkan yang terdapat di dalam susunan saraf pusat disebut nukleus. Pada beberapa daerah, Substansia grisea dan substansia alba bercampur aduk. Seluruh susunan saraf pusat dibalut oleh selaput otak (meninges) (Dellmann, 1988)

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur oleh kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitifitas terhadap stimulus, dan konduktifitas atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap stimulus, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama yaitu input sensorik, aktivitas integrative dan output motorik (Sloane, 2004).

Serabut saraf otonom dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar berdasarkan sifat-sifat kimiawi neurotransmitter yang dilepaskan. Jika transmisi diperantarai oleh asetilkolin, saraf ini disebut kolinergik. Asetilkolin menghantarkan transmisi impuls saraf melintasi ganglion otonom pada system simpatis dan parasimpatis. Pada medulla adrenalis neurotransmiternya adalah asetilkolin. Transmisi dari saraf pasca ganglionik ke organ efektor pada system parasimpatis juga melibatkan pelepasan asetilkolin. Pada system saraf somatic, transmisi pada neuromuscular jungction (yaitu antara serabut saraf dan otot rangka) adalah juga kolinergik. Jika norepinefrin atau epinefrin adalah transmitter, serabut disebut adrenergik. Pada saraf simpatis, norepinefrin menghantarkan transmisi impuls saraf dari saraf otonom pasca ganglion ke organ efektor (Mycek, 2001).

Sumsum tulang belakang (Medula spinalis) terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang, memanjang dimulai dari ruas tulang leher sampai dengan antara tulang pinggang pertama dan kedua. Susunan sumsum tulang belakang sama seperti susunan sumsum lanjutan yaitu tersusun atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna putih berisi dendrit dan neurit, sedangkan lapisan dalam berwarna abu-abu yang banyak mengandung sel saraf. Fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai pusat dari gerak refleks, penghantar implus sensori dari kulit atau otot ke otak dan membawa implus motor dari otak ke otot tubuh. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang dalam yang berwarna abu-abu berbentuk seperti kupu-kupu (ada yang mengatakan mirip huruf H) dan terdiri atas:

1. Akar dorsal yang mengandung saraf sensori

2. Akar ventral yang mengandung saraf motor eferen

3. Saluran pusat (canal central) yaitu saluran yang mengandung cairan serebrospinal yang berhubungan dengan rongga ventrikel dalam otak (Soedjono, 1999).

Antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya. Sistim saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang. Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi tiga lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningtis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah durameter merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak. Araknoid disebut demikian karena bentuknya seperti sarang laba-laba. Penghantar impuls yang baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara satu sampai dengan 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin (Geneser, 1994).

Suatu stimulus adalah setiap perubahan dalam lingkungan saraf, yang apabila cukup besar akan dapat menyebabkan potensial istirahat mengalami depolarisasi sehingga saraf menghasilkan potensial kerja (suatu impuls saraf). Potensial ini disebut juga action potential. Impuls ini pada dasarnya adalah suatu gelombang perubahan listrik,yang bergerak pada membran serabut saraf. Stimulus dapat bersifat fisik, kimia ataulistrik. Dalam kenyataannya setiap perubahan lingkungan baik internal maupuneksternal, dapat berlaku sebagai suatu stimulus. Apabila suatu stimulus cukup kuatuntuk dapat menggugah timbulnya suatu potensial kerja, dan karenanya akan timbulimpuls dalam suatu saraf, tercapailah suatu tingkat stimulus ambang batas. Padahewan-hewan hidup, kebanyakan stimulus adalah bersifat fisik dan kimia, termasuk didalamnya gravitas, tekanan, suhu, cahaya (untuk penglihatan), komposisi kimia cairantubuh atau juga keadaan udara (untuk penciuman), serta tekanan osmosa. Disimpulkan bahwa potensial kerja dihasilkan oleh terjadinya pembalikkan polaritas pada bagianmembran plasma sebagai akibat dari adanya stimulus yang cukup memadai itu (Syaifuddin, 2006).

2. Rangsangan osmotis

Membubuhkan NaCl atau garam dapur pada saraf sebelah kanan. Mengamati agak lama respon pada otot gastroknemius, kemudian dicatat hasilnya.

3. Rangsangan kimia

Meneteskan 1-2 tetes cuka pada saraf sebelah kanan . Mengamati respon yang terjadi pada otot gastroknemius, mencatat hasilnya.

4. Rangsangan termis

Menggunakan besi yang telah dipanaskan, menyentuhkannya pada saraf kanan. Mengamati respon pada otot gestroknemius. Dicatat hasilnya.

a.2 Katak dengan double pithing

1.Dilakukan lagi kegiatan seperti nomor 1 sampai 3 pada poin katak dengan single pithing.

2. Ditusukkan lagi sonde tajam ke daerah canalis vertebralis dan memutar-mutar sonde sampai katak mati lemas.

3.Dilakukan lagi kegiatan yang sama seperti nomor 5 pada poin katak dengan single pithing yaitu diberi rangsangan

1. Rangsangan mekanis berupa pukulan pelan-pelan pada otot gastroknemius sebelah kanan, diamati hasilnya.

2. Rangsangan osmotis

Membubuhkan NaCl atau garam dapur pada saraf sebelah kanan. Mengamati agak lama respon pada otot gastroknemius, kemudian dicatat hasilnya.

3. Rangsangan kimia

Meneteskan 1-2 tetes cuka pada saraf sebelah kanan . Mengamati respon yang terjadi pada otot gastroknemius, mencatat hasilnya.

4. Rangsangan termis

Menggunakan besi yang telah dipanaskan, menyentuhkannya pada saraf kanan. Mengamati respon pada otot gestroknemius. Dicatat hasilnya.

B. Sistem saraf pusat dan otonom

b.1 Katak normal

Memasukkan katak dalam baskom berisi air, mengamati kondisi-kondisi berikut :

- Sikap badan (posture)

- Gerakan spontan

- Keseimbangan badan (refleks bangkit)

- Kemampuan berenang

- Frekuensi nafas

- Frekuensi jantung

b.2 Decerbrasi

Dengan silet yang runcing dan tajam, memotong dengan cepat otak katak melintang menurut suatu garis yang menghubungkan tepi-tepi anterior dari kedua gendang telinga (membran tympani yang terletak di belakang dan di bawah kedua mata). Pemotongan ini biasanya anterior darso thalamus. Memasukkan katak dalam baskom berisi air, mengamati kondisi-kondisi berikut :

- Sikap badan (posture)

- Gerakan spontan

- Keseimbangan badan (refleks bangkit)

- Kemampuan berenang

- Frekuensi nafas

- Frekuensi jantung

b.3 Katak Spinal

Merusak cerebellum dan medula oblongata dengan menunsukkan kawat penusuk otak kira-kira cm ke belakang dari tempat pemotongan terakhir. Putar kawatnya untuk merusak tenunan sarafnya. Memasukkan katak dalam baskom berisi air, mengamati kondisi-kondisi berikut :

- Sikap badan (posture)

- Gerakan spontan

- Keseimbangan badan (refleks bangkit)

- Kemampuan berenang hingga frekuensi jantung

2.

Katak Decebrasi

Kurang aktif

Pasif

Seimbang

Mampu

89/menit

77/menit

3.

Katak Double pithing

Aktif

Tidak aktif

Tidak seimbnag

Tidak mampu

-

39/menit

a. Pembahasan

Telah dilakukan praktikum tentang kerja sistem saraf. Adapun judul praktikum ini adalah saraf pusat sebagai pengendali refleks, saraf tepi dan otot, dan sistem saraf pusat dan otonom. Pada praktikum saraf tepi dan otot dilakukan 2 percobaan , yaitu perlakuan sebelum saraf diputus dari medula spinalis dan perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis. Pada perlakuan sebelum saraf diputus dari medula spinalis menggunakan katak yang telah di single pithing, dan perlakuan sesudah saraf diputus dari medula spinalis menggunakan katak yang telah di double pithing. Ada empat rangsangan yang digunakan, yaitu rangsangan mekanis, termis, kimia, dan osmotis.

Pada rangsangan mekanis, dilakukan dengan memukul menggunakan besi. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing, respon kuat. Sedangkan pada katak double pithing, sudah tidak ada respon. Pada rangsangan termis, dilakukan dengan menempelkan besi yang telah dipanaskan. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing, responnya lambat. Sedangkan pada katak double pithing, tidak ada respon. Pada rangsangan kimia , dilakukan dengan meneteskan cuka. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing, respon cepat dan kuat. Hal ini dikarenakan asam cuka atau umum dikenal dengan asam asetat merupakan merupakan senyawa kimia yang bersifat asam lemah. Asam asetat termasuk larutan elektrolit kuat yang dapat menghantarkan listrik, sifat hantaran listrik ini disebabkan karena adanya partikel bermuatan positif dan negatif. Larutan asam asetat bersifat asam yang digunakan pada saat praktikum berfungsi untuk memberikan rangsangan kimiawi sehingga menimbulkan gerak reflek. Pengaruh asam cuka ini dapat menimbulkan efek yang menyakitkan bagi katak sehingga akan memicu terjadinya gerak refleks. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Gerak reflek menunjukkan adanya rangsangan menyakitkan, seperti nyeri. Pada katak, ditunjukkan dalam bentuk gerakan geliat, frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya. Sedangkan pada katak double pithing, tidak ada respon. Pada rangsangan osmotis, dilakukan dengan meneteskan larutan garam. Hasil yang didapat adalah pada katak single pithing respon lambat dan lemah. Sedangkan pada katak double pithing, sudah tidak ada respon. Berdasarkan praktikum perlakuan dengan single pithing maupun double pithing, reaksi yang lebih baik pada single pithing, sedangkan pada double pithing sudah tidak ada respon lagi. Hal ini dikarenakan pada single pithing, bagian yang dirusak adalah foramen ocipetalenya saja,bagian saraf otak tidak dirusak, sedangkan pada double pithing bagian yang dirusak adalah canalis vertebralis.

Pada praktikum sistem saraf pusat dan otonom, hasil yang didapatkan adalah pada katak normal, sikap badannya aktif, gerakan gerakan spontan aktif, keseimbangannya seimbang, mampu berenang, frekuensi nafas kuat 107 per menit, dan frekuansi jantung 87 per menit. Pada katak decerbrasi, sikap badannya kurang aktif, gerakan gerakan spontan pasif, keseimbangan seimbang, mampu berenang, frekuensi nafas menurun, 89 per menit dan frekuansi jantung 87 per menit. Pada katak spinal, sikap badannya tidak aktif, gerakan gerakan spontan tidak aktif, tubuh sudah tidak seimbang, sudah tidak mampu berenang, frekuensi nafas tidak ada dan frekuansi jantung lemah, 39 per menit.

Pada katak decerbrasi , yang ditusuk adalah bagian anterior dari otak yang menghubungkan membran timpani. Yang dirusak adalah bagian cerebrum (otak besar). Katak spinal merupakan katak dengan kondisi otak yang rusak tetapi respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lemah. Hal ini dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan jarum pada saat praktikum. Pada kondisi katak normal, katak memberikan respon sangat kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga penyampaian impuls tidak terganggu.

1. Sistem Saraf

Kerja sistem saraf otot katak berasal dari medulla spinalis yang merupakan pusat gerak refleks katak, karena ketika saat medulla spinalis dirusak maka katak tidak dapat memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan. Reflek gerak pada ektremitas (tungkai) berpusat di sumsum tulang belakang. Jalannya impuls pada gerak reflek, yaitu : reseptorsyaraf sensoris (melalui lengkung dorsal)medulla spinalissyaraf motoris(melalui lengkung ventral)efektor.

Sistem saraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang disebut neuron yang mengkoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal antara berbagai bagian tubuhnya. Pada kebanyakan hewan sistem saraf terdiri dari dua bagian, pusat dan perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari neuron sensorik, kelompok neuron yang disebut ganglia, dan saraf menghubungkan mereka satu sama lain dan sistem saraf pusat. Daerah ini semua saling berhubungan melalui jalur saraf yang kompleks. Di sistem saraf enterik, suatu subsistem dari sistem saraf perifer, memiliki kapasitas, bahkan ketika dipisahkan dari sisa dari sistem saraf melalui sambungan primer oleh saraf vagus, untuk berfungsi dengan mandiri dalam mengendalikan sistem gastrointestinal. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat termasuk di dalamnya otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri atas kumpulan-kumpulan saraf dan ganglia yang tersebar di seluruh tubuh, termasuk saraf kranial dan saraf spinal. Sistem saraf dibangun oleh komponen sel-sel saraf atau neuron dan ganglia (sel Schwann, oligodendrosit, microglia, ependium, astrosit, dan sel-sel satelit) dan jaringan ikat sejati (Soedjono, 1999).

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.

Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.

Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

a.Sistem Saraf Pusat: - Otak

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan. Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan. Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.

- Sumsum tulang belakang Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks. b.Sistem Saraf TepiSistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. - Sistem saraf somatis Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini.Contoh dari sistem saraf somatis adalah sebagai berikut:a. Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan meng- isyaratkan ke tangan untuk membukakan pintu. b.Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian otak mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas angin. c. Ketika kita melihat kamar berantakan, mata akan menyampaikan informasi tersebut ke otak, otak akan menterjemahkan informasi tersebut dan mengisyaratkan tangan dan kaki untuk bergerak membersihkan kamar.

Sistem saraf otonom Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang.

Berdasarkan sifat kerjanya, saraf otonom dibedakan dua, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatetik. Kedua saraf tersebut bekerja pada efektor yang sama, namun pengaruh kerjanya berlawanan, sehingga keduanya bersifat antagonis.

1. Saraf simpatik

Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang punggung dan menempel pada sumsum tulang belakang. saraf simpatik memiliki serabut praganglion yang pendek, sedangkan serabut pascaganglion panjang.

Fungsi Saraf Simpatis :

a) Mensarafi otot jantung

b) Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar

c) Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus

d) Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat

e) Serabut motoik pada otot tak sadar dalam kulit

f) Mempertahankan tonus semua otot sadar

2. Saraf parasimpatik

Saraf parasimpatetik memiliki serabut praganglion panjang dan serabut pascaganglion pendek. Susunan saraf parasimpatetik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.Fungsi sistem saraf parasimpatetik merupakan kebalikan dari simpatik.

Fungsi Saraf Parasimpatis :

a) Merangsang sekresi kelanjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibulairs dan kelenjar kelenjar dalam mukosa rongga hidung

b) Mempersarafi kelanjar air mata dan mukosa rongga hidung,berpusat dinukleilakrimalis, saraf-sarafnya keluar bersama nervus fasialis

c) Mempersarafi kelenjar ludah (sublingualis dan submandibularis) berpusat dinukleus, salifatoprius superior, saraf-saraf ini mengikuti nervus VII

d) Mempersarafi parotis yang berpusar di nukleus salifatorius inferios di dalam medullaoblongata, saraf ini mengikuti nervus IX.

e) Mepersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru, gastrointestinum, ginal, pankreas, limpa, hepar dan kelenjar supralenalis yang bepusat pada nukleus dorsali nervus X

f) Mepersarafi kolon desenden sigmoid, rektum, fesikaurinaria, dan alat kelamin berpsat disakral II III dan IV

g) Meksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflek yang berpusat dikornolateralis mendula spinalis bagian sakral, Bila kandungan kemih dan rektum tegang miksi dan defekasi secara reflek, Pada orang dewasa reflek ini dapat dikendalikan oleh kehendak. Saraf yang berpengaruh menghambat ini berasal dari korteks didaerah libus para parasentralis yang berjalan dalam traktus piramidalis.

2. Macam-Macam Otot dan Fungsinya

Otot adalah kumpulan sel-sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan alat gerak aktif sedangkan rangka tubuh merupakan alat gerak pasif. Secara anatomis, otot terdiri dari dua filamen (benang) dasar, yaitu aktin dan miosin. Miosin berstruktur tebal, sedangkan aktin berstruktur tipis. Berdasarkan cara kerja dan bentuknya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Otot lurik atau kerangka

Otot lurik disebut otot kerangka karena jika dilihat dari mikroskop tampak adanya daerah gelap dan terang berselang seling. Otot lurik pada umumnya menempel pada tulang sebagai daging. Ciri-ciri otot rangka, yaitu bentuk sel silindris, memanjang, mempunyai banyak inti sel, dan bekerja di bawah kesadaran, artinya menurut perintah dari otak. Kontraksi otot rangka memungkinkan adanya aksi yang disengaja, seperti berlari atau berenang. Otot lurik ditemukan di lidah, diafragma, dinding pangkal oesophagus, dan sebagian otot wajah. Fungsi dari otot lurik adalah pusat aktivitas tubuh secara sadar.

2. Otot polos

Setiap serabut otot polos adalah sel tunggal berbentuk gelendong dengan satu nukleus, sel-sel itu tersusun dalam lembaran. Otot polos juga disebut otot tak berlurik karena tidak tampak adanya lurik melintang di bawah mikroskop cahaya. Otot polos dapat berkontraksi secara spontan, tetapi terutama dikendalikan oleh neuron motor dari sistem syaraf simpatik dan parasimpatik. Kerja otot polos jauh lebih lambat daripada kerja otot kerangka. Otot polos memerlukan waktu antara tiga detik sampai tiga menit untuk berkontraksi. Otot polos berbeda dengan otot kerangka dalam kemampuannya untuk tetap berkontraksi pada berbagai panjang. Keadaan ini disebut dengan tonus. Tonus (otot) adalah kontraksi otot yang selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot itu sendiri. Otot polos bekerja di luar kesadaran. Kontraksi otot polos dapat melaksanakan bermacam-macam tugas, seperti meneruskan makanan dari mulut ke saluran pencernaan dan mengeluarkan urine. Otot polos terdapat pada sistem pernapasan, sistem reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Otot polos bertanggung jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar, seperti gerakan lambung atau penyempitan arteri.

3. Otot jantung

Otot jantung tersusun dari sel-sel otot yang mirip dengan otot lurik, namun otot jantung mempunyai percabangan. Sel-sel otot jantung mempunyai banyak inti dan terletak di tengah serabut. Otot jantung merupakan otot yang mempunyai keistemawaan, yaitu bentuknya lurik, tetapi bekerja seperti otot polos, yaitu di luar kesadaran atau di luar perintah otak. Kerja otot ini dipengaruhi oleh syaraf otonom. Otot jantung membentuk dinding jantung sehingga jantung bekerja seumur hidup manusia. Kerja otot jantung tidak dipenaruhi kehendak kita. Otot jantung bertanggung jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar, seperti denyut jantung.