forensik etik medikolegal
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
1/159
Forensik dan Medikoetikoleg
ForensikVisum et Repertum
Tanatologi
Traumatologi Forensik
Asfiksia
Drowning
Luka Tembak
Trauma Panas, Dingin, dan Listrik
Kasus Kejahatan Seksual dan Abortus
Infanticide
Disaster Victim Management and Forensic Identification
MedikoetikoleSurat Kematian
Informed Consent
Biomedical Ethics
Medical Professionalis
Medical Record
Medical Risk and Malpra
Norma Praktik Kedokte
Euthanasia©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
2/159
Visum et Repertum
Definisi Visum et Repertum
• Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik yaberwenang, mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup ataataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia berdasarkan keilmuannya dansumpah, untuk kepentingan peradilan
Dasar Hukum
• Staatsblad (Lembaran Negara) No 350 Tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang menyataka
“Suatu Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentandilihat pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara
• Pasal 133 KUHAP: “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani skorban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang metindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahlkehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”
• PP No 27 tahun 1983: “Penyidik polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu
kepangkatan penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya adalah Sers©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
3/159
Nilai Visum et Repertum
• KUHAP pasal 184: Alat bukti yang sah adalah:
• 1. Keterangan saksi
• 2. Keterangan ahli
• 3. Surat
• 4. Petunjuk
• 5. Keterangan terdakwa
• Keterangan ahli tidak hanya terbatas pada “apa yang dilihat dan ditemukan olepembuat”
• Visum et Repertum terbatas pada “apa yang dilihat dan ditemukan oleh si pemsehingga dimasukkan ke dalam alat bukti surat
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
4/159
Jenis Visum et Repertum
VeR perlukaan(termasukkeracunan)
Deskripsi luka Penyebab luka Derajat luka
VeR kejahatansusila
Buktipersetubuhan
Bukti kekerasan Perkiraan umurPantas tida
korban undikawin
VeR psikiatrik Penyakit jiwaKejahatan
sebagai produkpenyakit jiwa
Psikodinamikkejahatan
VeR jenazah Sebab kematianMekanisme
kematianCara kematian
Waktu perkkematia
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
5/159
Bentuk dan Susunan Visum et Repertum
Pro Justitia
• Ditulis di bagian atas visum
• Sudah dianggap sama dengan materai
• Kata Pro Justitia artinya Demi Keadilan,mengandung arti laporan yang dibuatuntuk tujuan peradilan
Bagian Pendahuluan
• Kata “Pendahuluan” tidak ditulis dlm VeR
• Berisi tentang waktu, tempatpemeriksaan, atas permintaan siapa,nomor, tanggal surat, dokter, pembantuyang memeriksa, identitas korban,mengapa diperiksa
Bagian Pemberitaa
• Bagian ini berjudul “ H
• Berisikan apa yang dili
Bagian Kesimpulan
• Memuat intisari dari hasil pemeriksaan,disertai pendapat dokter ygmemeriksa/menyimpulkan kelainan ygterjadi pada korban
• Jenis luka/cedera yg ditemukan, jeniskekerasan, derajat luka atau sebabkematian
Bagian Penutup
• Bagian ini tidak berjudul
• Memuat pernyataan VeR dibuat atassumpah dokter, menurut pengetahuanpengetahuan yang sebaik-baiknya dansebenarnya
• Cantumkan Lembaran Negara No 350tahun 1937 atau berdasarkan KUHAP
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
6/159
Kerahasiaan dalam Hasil Pemeriksaan Forensik
• Rahasia jabatan bukan berdasarkan azas kepercayaan, diwajibkan bagi pejabat Neg
• Rahasia pekerjaan berdasarkan azas kepercayaan, bersifat swasta• Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
untuk bidang kedokteran forensik
• Pasal 1 Rahasia kedokteran adalah segala sesuatu yang diketahui pada waktu ataumelakukan pekerjaan kedokteran
• Pasal 2 Bila ada peraturan yang sederajat atau lebih tinggi dari PP No 10 tahun 196simpan rahasia kedokteran tidak berlaku
• Pasal 3 Orang yang sedang menjalani pendidikan di bidang kedokteran juga wajibrahasia
• Penggunaan keterangan ahli, atau VeR hanya untuk keperluan peradilan
• Berkas VeR hanya boleh diserahkan kepada penyidik yang memintanya
• Untuk mengetahui isi VeR, pihak lain harus melalui aparat peradilan, termasuk keluarg
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
7/159
Pengungkapan Rahasia Kedokteran
• Walaupun pengadilan meminta seorang dokter untuk membuka rahasia kdokter memiliki hak tolak (verschoningsrecht ) (Pasal 170 KUHAP)
• Pertimbangan hakim dapat membatasi hak tolak dokter, yakni apabila kepyang dilindungi pengadilan lebih tinggi dari rahasia kedokteran
• Pengungkapan rahasia kedokteran dapat dilakukan dalam kondisi (Benh1972):
• Adanya persetujuan pasien
• Berdasarkan perintah hukum
• Berdasarkan perintah pengadilan
• Kepentingan umum menyangkut masalah kesehatan dan keselamatan u
• Pasal 10 ayat (2) Permenkes 269/2008: Kepentingan pasien, permintaan penegak hukum, permintaan pasien, permintaan institusi sesuai perundanundangan, penelitian pendidikan audit medis tanpa menyebutkan identita
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
8/159
Aplikasi Visum et Repertum
VeR hidup untuk perlukaan
• Pada korban yang diduga korban tindak pidana, pencatatan rekam medik harus lengkasehingga dapat digunakan untuk pembuatan visum et repertum
• Pada korban luka sedang-berat akan datang ke dokter sebelum melapor ke penyidik/tapermintaan VeR (surat terlambat) → tetap dibuatkan VeR setelah perawatan/pengoba
• Jika masih diperlukan pemeriksaan ulang → VeR sementara
• VeR definitif : dibuat seketika, korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaansehingga dapat dibuat kesimpulan.
• VeR sementara: VeR yang dibuat untuk sementara waktu karena korban memerlukanpemeriksaan lanjutan sehingga derajat perlukaan belum dapat ditentukan. VeR ini tidkesimpulan tapi hanya keterangan bahwa saat VeR dibuat korban masih dalam perawa
• VeR lanjutan: VeR yang dibuat setelah luka korban telah dinyatakan sembuh atau pinsakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Pada VeR ini sudah dapat dibuat kesimpu
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
9/159
VeR hidup untuk kasus kejahatan seksual
• Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan b
bukti, kalau korban datang sendiri dengan membawa surat permintpolisi, jangan diperiksa, minta korban kembali kepada polisi
• VeR harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada wakpermintaan pembuatan VeR diterima oleh dokter
• Bila korban datang atas inisiatif sendiri dilakukan pemeriksaan ol kembali bersama polisi membawa surat permintaan VeR beberap
kemudian dokter harus menolak membuat VeR, karena segala seyang diketahui sebelum permintaan VeR datang merupakan rahasiakedokteran (KUHP pasal 322)
• Apabila tetap ingin membuat VeR dibuat berdasarkan keadaan sahasil pemeriksaan yang lalu diberikan dalam bentuk surat keteran
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
10/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Keputusan Mentri Kesehatan RI
Nomer 1226/Menkes/SK/XII/2009
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
11/159
©Bimbel UKDI MANTAP
VeR Jenazah
• Pasal 134• (1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukandahulu kepada keluarga korban.
• (2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan deng jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan
• (3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keatau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-u
• Apabila jenazah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat kekematian.
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
12/159
Tanatologi
©Bimbel UKDI MANTAP
Bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian d
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempeperubahan tersebut
Dipergunakan untuk kepentingan medikolegal
Medical examiner (physician) investigate the cause, mechanism, manner of death
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
13/159
Tanda Kematian
Tanda Kematian Tidak Pasti
• Pernafasan berhenti, dinilai selama 10menit
• Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15menit
• Kulit pucat
• Tonus otot menghilang dan terjadirelaksasi primer
• Pembuluh darah retina mengalamisegmentasi ke arah tepi retina
• Pengeringan kornea menimbulkankekeruhan
Tanda Pasti Kemat
• Lebam mayat (livor mortis)
• Kaku mayat (rigor mortis)
• Penurunan suhu tubuh (algo
• Pembusukan (decomposition
• Adiposera
• Mummifikasi
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
14/159
Tanda Kematian Pasti
©Bimbel UKDI MANTAP
Algor Mortis
• Penurunan suhu tubuh setelah kematian karena proses perpindahacara konduksi, konveksi, evaporasi, dan radiasi
• Grafik penurunan suhu tubuh berbentuk sigmoid
• Hubungan penurunan suhu dengan lama kematian
• Dua jam pertama suhu turun setengah dari perbedaan antara s
suhu sekitarnya
• Dua jam berikutnya suhu tubuh turun setengah dari nilai perta
• Dua jam selanjutnya suhu tubuh turun setengah dari nilai kedu
• Dua jam selanjutnya suhu tubuh turun setengah dari nilai teraknilai awal
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
15/159
Livor Mortis
• Pewarnaan ungu kemerahan pada kulit di bagian terendah tubuh setelah
• Sinonim hypostasis, post-mortem staining, post-mortem lividity, suggi
• Cessation of the circulation relaxation of the muscular tone of the vasgravity pulls down stagnant blood to the lowest accessible area sedimred cells bluish red discoloration
• Distributed to the lowest area with free compression depend on the position after death
©Bimbel UKDI MANTAP
20-30 menit pasca
matiMulai tampak
30menit - 8 jampasca mati
Hilang denganpenekanan
8-12 jam pasca mati
Menetap atau tidakhilang denganpenekanan
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
16/159
Warna Khusus
Cherry pink Carbon Monoxide poisoning
Acts in part by tying up hemoglobin (200 times that of oxygen), saturation from 20-30% will appear as cherr
Pink around large joints Hypothermia
Wet skin allows atmospheric oxygen to pass through, and also at low temperature hemoglobin has a greater
Bright red Cyanide poisoning
Inhibits cytochrome c oxidase and prevents utilization of oxygen
Reddish Burn and coal
Dark bluish violet Asphyxia
Dark Brown Phosphorous, chlorate, nitrite, aniline poisoning
Increases production of methemoglobin
Blackish Opium poisoning
Opium poisoning is associated with intense postmortem lividity, almost black, and is better seen in a fair-sk
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
17/159
Rigor Mortis
• Temperature-dependent physicochemical change that occurs within muscle cells as a result
• Periode Relaksasi Primer
• Terjadi segera setelah kematian, berlangsung selama 2-3 jam, seluruh otot mengalami reldigerakkan ke segala arah
• Kaku Mayat (Rigor Mortis)• Setelah terjadi kematian tingkat seluler, karena ketiadaan oksigen, maka asam laktat akan
ATP tidak dihasilkan lagi
• Dalam keadaan ATP rendah dan tingkat keasaman yang tinggi, maka serabut aktin dan mberikatan dan menimbulkan kekakuan
• Kekakuan dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal) dankraniokaudal
• Periode Relaksasi Sekunder
• Terjadi relaksasi kembali karena telah terjadi dekomposisi dari serabut aktin dan myosin
0-2 jam pasca mati
Terjadi relaksasiprimer
2 jam pasca mati
Kaku mayat mulaitampak
12-24 jam pascamati
Kaku mayat lengkapseluruh tubuh
24-36 jam
Terjadiseku
©Bimbel UKDI MANTAP
Diagnosis Banding Kaku Mayat
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
18/159
Diagnosis Banding Kaku Mayat
Kekakuan karena panas (Heatstiffening)
• Terjadi jika mayat terpapar padasuhu yang lebih tinggi dari 75oC,atau jika mayat terkena aruslistrik tegangan tinggi terjadikoagulasi protein sehingga ototmenjadi kaku
• Pada kasus terbakar, keadaanmayat menunjukan posturtertentu yang disebut dengan pugilistic attitude, yaitu suatuposisi di mana semua sendiberada dalam keadaan fleksi dan
tangan terkepal• Perbedaan antara kaku mayat
dan kaku karena panas adalahadanya tanda bekas terbakar,otot akan mengalami laserasi biladipakasa untuk diregangkan, dantidak terjadi relaksasi primermaupun sekunder
Kekakuan karena dingin (Coldstiffening)
• Pada suhu yang sangat dingin,terjadi pembekuan jaringanlemak dan otot
• Bila sendi ditekuk akan terdengarbunyi pecahnya es dalam ronggasendi
• Bila mayat dipindahkan ketempat dengan suhu lingkunganyang lebih tinggi maka kekakuanakan hilang
Spasme cadspasm, insta
• Keadaan ini temeninggal, koaktivitias tinggcepat mengalasetelah menin
• Pada kekakuanmengalami taprimer dan bemenunjukkankorban
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
19/159
Pembusukan (decomposition, putrefaction)
• Proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolysis dan putrefaksi
• Autolisis pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keaoleh kerja enzim digestif yang dilepaskan sel pasca mati
• Putrefaksi Clostridium welchii melakukan proses pembusukan densebagai media pertumbuhan dan menghasilkan gas-gas alkane, H2S, serta asam amino dan lemak
• Pertama kali tampak pada perut kanan bawah berwarna hijau kekuninkarena terbentuknya sulf-met-hemoglobin
• Lalat menempatkan telur pada mayat 8-24 jam menetas menjadi be
hari menjadi pupa 4-5 hari kemudian menjadi lalat dewasa
©Bimbel UKDI MANTAP
24 jam pasca mati
Pembusukan mulaiterjadi
36 jam pasca mati
Kulit melepuh (blister )Munculnya belatung
Dekomposisi organyang cepat membusuk
(laring, trakea, otak, GItract
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
20/159
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusuk
• Temperatur temperatur ideal untukpembusukan adalah 70-100oF, melambat bila di
bawah 70oF atau di atas 100oF, dan berhenti dibawah 32oF atau di atas 212oF
• Udara Pembusukan lebih cepat terjadi diudara terbuka dibandingkan di dalam air dan didalam tanah
• Kelembaban Keadaan lembab mempercepatproses pembusukan
• Penyebab kematian Bagian tubuh yangterluka mempercepat pembusukan, dan mayatpenderita yang meninggal karena penyakitkronis lebih cepat membusuk daripada mayatorang yang sehat
©Bimbel UKDI MANTAP
DalamTanah
Air
LAMBAT
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
21/159
Adiposera
• Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak berbahidrolisis lemak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati
• Faktor-factor yang mempermudah pembentukan adalah kelembaban tinggi, s
lemak tubuh yang cukup• Faktor-factor yang menghambat pembentukan adalah kelembaban rendah, su
adanya air yang mengalir
• Proses: early stages of formation (pale, greasy, unpleasant smell hydrolysibrittle and whiter) fully formed (grey, waxy compound that maintains the
Mumifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehinggapengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan
• Jaringan menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak mem
• Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara baik, tubuh yang dwaktu yang lama
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
22/159
- Tepi luka tidak rata
- Bisa ditemukan jembatan
jaringan
Traumatologi Forensik
- Tepi luka rata
- Tidak ada jembatan jaringan
Trauma
Tumpul
Vulnusexcoriatum/lecet
Lecet gores
Lecet serut
Lecet tekan
Lecet geser
Contusio/memar
Vulnuslaseratum/robek
Tajam
Stab/tusuk
Vulnusincisum/iris
Chop/bacok
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
23/159
Vulnus excoriatum (luka lecet)
• Removal of the superficial epithelial layer of the skin (epidermis) by friction agasurface/compression
• Luka lecet gores benda runcing (misalnya kuku) mengeser lapisan permukaa(epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menukekerasan yang terjadi
• Luka lecet serut variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya depermukaan kulit yang lebih lebar
• Luka lecet tekan penjejakan benda tumpul pada kulit sehingga ditemukan kdan gelap pada area penekanan akibat pemadatan jaringan yang tertekan
• Luka lecet geser tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnygantung diri
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
24/159
Vulnus Excoriatum
Tangential(friction/sliding/scrape)
Linear (luka lecet gores)
Brush (luka lecet serut)
Compression(crushing/pressure)
Compression only (luka
lecet tekan)
Compression and sliding(luka lecet geser)
Antemortem
Abrasions
• Reddish-browncolor
• Margins areblurred due tovital reactions
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
25/159
Contusio (luka memar)
• Infiltration or extravasation of blood into the tissue due to rupture oby the application of blunt force
• Terjadi pada subkutan tanpa diskontinuitas kulit
• Contusio superfisial akan segera muncul dengan warna kemerahan, yang lebih dalam akan muncul beberapa saat kemudian
©Bimbel UKDI MANTAP
Haemosiderin (ironpigment), dark browncolor to blue color (2-4
days)
Haematoidin(iron-free
pigment), greencolor (5-7 days)
Bilirubin, yellowcolor (7-10 days)
Normal color ofskin (15-20 days)
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
26/159
Vulnus laceratum (luka robek)
• Luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkanteregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampauakan terjadi robekan pada kulit
• Bentuk luka tidak beraturan, tepi tidak rata, tampak jembatan
antara kedua tepi luka, dan bentuk dasar luka tidak beraturan
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
27/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
28/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Lecet geser
Lecet tekan
Ex. tyre marks
Contusio
Contusio
La
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
29/159
Stab wound/luka tusuk
• Deep wounds produced by the pointed end of a weapon or an object, ente
• The depth of the wound track in the body is longer than its length on the s
• Sudut luka dapat memperkirakan benda penyebabnya, bila satu sudut lukayang lain tumpul, berarti benda tajam bermata satu, bila kedua sudut lukabenda tajam bermata dua
©Bimbel UKDI MANTAP
Luka tusuk pisau mata satu Luka tusuk pisau mata
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
30/159
Vulnus incisum (luka iris)
• Produced by sharp cutting instruments (knife, razor, blade)
• The sharp edge of the instrument is pressed into and drawn along the surface of thproducing a wound whose length is greater than its depth
• Edges are regular, clear cut, retracted and averted, except in neck and scrotum, edg
• Drawing cuts deeper at start, gradually become shallow and at the end only skinscratch “tailing of the wound”
• Sawing cutsmultiple at the beginning and only one deep cut wound called “tenhesitation cuts”
• Bevelling cuts
when weapon is used oblique or tangential way over the body
Chop (luka bacok)
• A chop wound is produced by an heavy instrument with a cutting edge (for exampl
• It is an incised-like wound but it’s depth is almost same great as its length
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
31/159
Pembunuhan Bunuh Diri K
Lokasi luka Sembarang Terpilih
Jumlah luka Banyak Banyak Tun
Pakaian Terkena Tidak terkena
Luka tangkis Ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada
Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada M
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
32/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Luka iris: jembatan jaringan (-),
tepi luka rata
Luka bacok: tepi luka rata,
panjang=dalam
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
33/159
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
34/159
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
35/159
Senjata Api
Senjata api denganlaras beralur(Rifled Bore)
Arah p
(C
Arahkanan (
WeSenjata api denganlaras licin (Smooth
Bore)
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
36/159
Wound Shape A Bullet Hits the Stomach Perp
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
37/159
Wound Shape
• A bullet perpendicularly hitting abody part having low density, suchas the stomach, will cause around-shape bullet wound
• When it hits part of the body withhigher density, the head, forinstance, part of its kinetic energyand the hot gas will be flung backcausing irregular laceration on thesoft tissue surrounding the bullethole creating stellar-shape wound
A Bullet Hits the Stomach Perp
©Bimbel UKDI MANTAP
Bullet H
Abrasio
A Bullet Hits the Head Perpe
Bu
La
Luka Tembak Keluar
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
38/159
Luka Tembak Keluar
Exit Wound
• If the bullet hits the body and thepenetrating power strong enough, it canpass the body and causing an exit woundon the opposite side of the body
• Beside have no marginal abrasion, exitwounds are characteristically large andirregular, consisting of holes andlacerations
• This large and irregular wound take placewhen splintered bone is carried out withthe bullet at exit
• Laceration Like
• No Abrasion Zon
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
39/159
Gunpowder Particles
Effect (Kelim Tatto)• Gunpowder particles effect
black spots surrounding thegunshot wound
• Those gunpowder particles hadgone so deep into the flesh thatto remove them by rubbing theskin surface was ineffective
• Gunpowder particles can reachthe target at a range of 60 cm
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
40/159
Smoke Effects (KelimJelaga)
• Because of the imperfectburning process, soot willbe resulted in
• The soot is found only onthe surface, easily removed
by rubbing• Soot is capable of reaching
a target at a range of 20-30cm
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
41/159
Flame Effect (KelimApi)
• Flame/hot gas will burnthe skin when the bullethits the target
• Flame can reach a targetat a range of 15 cm
©Bimbel UKDI MANTAP
GUNSHOT WOUND CLASIFICATION
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
42/159
GUNSHOT WOUND CLASIFICATION
Contact Wound (Luka Tembak Tempel)
• A muzzle impression occurs when the muzzle of the
gun is placed tightly against the surface of the targetat the moment of firing.
• Part of the body with high density, bone area, forexample, will receive a clearer muzzle impression
• Hard pressure of the gun muzzle to the target iscalled hard contact, whereas soft pressure is calledsoft contact
Muzzle Mark (Kelim Senjata)
• A contact wound is usually round in shape with ringlike abrasion
• Discovered on the outside part of the wound is amuzzle mark
• The wound will look dirty because of grease andcombustion products such as gunpowder particlesand soot
©Bimbel UKDI MANTAP
Hard Contact Soft Contact
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
43/159
• Hard pressure of the gun muzzleto the target brings about aperfect contact in that the skinforms a seal around the muzzle
• So that the flinging back of thefiring power and hot gas will
violently pass through the softtissue, causing irregularlacerations surrounding thewound with a muzzle mark on theoutside of the wound
• Because soft pressure of the gunmuzzle to the target produces animperfect contact, there may besome openings along the contactarea
• What follows is that the flinging
back of the firing power andcombustions products will escapesideways passing these openings,causing blackish and dirty abrasionsurrounding the wound with orwithout a muzzle mark on theoutside of the wound
The abrasion ring, and a very clearmuzzle imprint, are seen in this hard
contact range gunshot wound
This is a soft contact range gunshotentrance wound with grey-black
discoloration from the burned powder
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
44/159
Very Close Range Wound (Luka Tembak Jarak Sangat Dekat)
• At the time of firing, smoke brings about soot on the surface of a target. The smoke is still capabtarget at a range of 30 cm
• Flame or hot gas will cause burn area surrounding a gunshot wound. Flame can reach a target u
firing distance• The presence of soot and burn area surrounding a gunshot wound indicates that it is a very clo
wound
Close Range Wound (Luka Tembak Jarak Dekat)
• Gunpowder particles still can reach a target at a range of 60 cm . They effect black spots surroungunshot wound. When a gunshot wound is surrounded by only these black spots, it is classifiedrange wound
Distant Wound (Luka Tembak Jarak Jauh)
• When at the time of firing, gunpowder particles miss the firing target, the wound will be formemoving bullet
• The moving bullet causes a wound, consisting of two parts which are a hole and its surrounding aThis wound is classified into long range wound
©Bimbel UKDI MANTAP
Jarak Luka Tembak
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
45/159
Sangat Jauh > 60 cm
Anak peluru Jauh < 60 cm
Anak peluru
Kelim tattoo
Dekat < 30
Anak peluru
Kelim tattoo
Kelim jelaga
Kelim api (
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
46/159
AsfiksiaDefinisi
• Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan,
oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkap
Etiologi
• Penyebab alamiah penyakit yang menyumbat saluran napas seperti laryngitis difteri atamenimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru
• Trauma mekanik trauma yang mengakibatkan asfiksia mekanik melalui sumbatan atau hsaluran napas
• Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan
©Bimbel UKDI MANTAP
Hipoksik-hipoksia Dimana oksigen gagal untukmasuk ke dalam sirkulasi
darah
Anemik-hipoksia Darahyang tersedia tidak dapatmembawa oksigen yangcukup untuk metabolism
dalam jaringan
Stagnan-hipoksia Di manaoleh karena sesuatu terjadi
kegagalan sirkulasi
Histotoksimana oksigdi dalam da
sesuatu hdipergunak
Fase Asfiksia
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
47/159
Fase Asfiksia
Fase Dispnea
• Penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar karbon dioksidamerangsang respiratory center di medulla oblongata amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat sebagai kompensasiterjadi dyspnea
Fase Konvulsi
• Peningkatan karbon dioksida lebih lanjutmerangsang susunan saraf pusat terjadi konvulsi(kejang) kejang klonik kejang tonik spasme opistotonik
Fase Apnea• Depresi respiratory center pernapasan melemah kesadaran menurun dan relaksassi sfingter
Fase Akhir
• Paralisis pusat pernapasan lengkap
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemeriksaan Jenazah
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
48/159
Pemeriksaan Luar
• Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku
• Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap danterbentuk lebih cepat distribusi lebam lebih luasakibat kadar CO2 yang tinggi dan aktivitas fibrinolisinsehingga sulit membeku dan mudah mengalir
• Terdapat busa halus pada hidung dan mulut olehkarena peningkatan frekuensi dan amplitudepernapasan dan sekresi lendir pada fase dyspnea
• Pembendungan pada mata berupa pelebaranpembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebralterjadi pada fase konvulsi
• Muncul Tardieu’s spot peningkatan tekanan venadengan cepat berakibat pecahnya venula kapiler didaerah dengan jaringan ikat longgar (konjungtiva bulbi,pleura, epikardium). Kondisi hipoksia juga berperanmelemahkan dinding venula.
Pemeriksaan Dalam
• Darah berwarna lebih gelap dan leb
• Busa halus di saluran pernapasan• Pembendungan sirkulasi sehingga or
berat, lebih gelap, dan bila diiris mendarah
• Petekie pada mukosa-mukosa organ
• Edema paru
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
49/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
50/159
Asfiksia
Pembekapan(Smothering)
Penyumbatan(Gagging dan
Choking)
Pencekikan(Manual
Strangulation)
Penjeratan(Strangulation)
Gantung(Hanging)
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
51/159
Pembekapan (Smothering)
• Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-p
• Bunuh diri (suicidal smothering)misal pada penderita penyakit jiwa menggunakanmenutupi hidung dan mulut
• Pembunuhan (homicidal smothering)misal pada kasus pembunuhan anak sendiri• Kecelakaan (accidental smothering)missal pada bayi bulan-bulan pertama kehidup
• Pemeriksaan luar luka lecet tekan atau geser pada hidung, bibir, dagu, permukaan g
Penyumbatan (Gagging dan Choking)
• Gagging
sumbatan jalan napas pada orofaring
• Choking sumbatan jalan napas pada laringofaring
• Bunuh diri (suicidal choking) jarang terjadi karena ada reflex batuk dan muntah• Pembunuhan (homicidal choking) umumnya korban adalah bayi atau orang dengan
lemah
• Kecelakaan (accidental choking) tersedak makanan saat berbicara atau tertawa (bo
• Pemeriksaan luar terdapat benda asing pada mulut, orofaring, atau laringofaring
©Bimbel UKDI MANTAP
Pencekikan (Manual Strangulation)
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
52/159
( g )
• Penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran napas bagian atas tertekpenyempitan saluran napas sehingga udara pernapasan tidak dapat lewat
• Pemeriksaan luar
• Pembendungan muka dan kepala akibat tertekannya pembuluh vena dan arteri superfisial
• Luka lecet kecil, dangkal, berbentuk bulan sabit akibat penekanan kuku jari
• Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior kartilago thyroid unilateral
Penjeratan (Strangulation)
• Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat dan sebagainya melingkari atleher hingga saluran pernapasan tertutup
• Bunuh diri (self strangulation) pengikatan oleh korban sendiri dengan simpul hidup dengan julebih dari satu
• Pembunuhan
pengikatan biasanya dengan simpul mati• Kecelakaanmisalnya pekerja yang bekerja dengan tali kemudian terjatuh dan terlilit
• Pemeriksaan luar
• Jejas jerat biasanya mendatar, lebih rendah dari jejas jerat pada kasus gantung
• Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparent scotch tape, kemudian dilihat di b
• Terdapat luka lecet tekan di sekitar jejas jerat
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
53/159
Gantung (Hanging)
• Kasus gantung hamper sama dengan kasus penjeratan, namun asal tenaga jerat berasal dari tubsendiri
• Berdasarkan posisi korban
• Complete hanging kedua kaki tidak menyentuh lantai
• Partial hanging kedua kaki masih menyentuh lantai
• Berdasarkan posisi titik gantung
• Typical hanging titik gantung terletak di atas daerah oksiput dan tekanan pada arteri karoti
• Atypical hanging titik gantung terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miri
• Asfiksia seksual ( Auto-erotic hanging)• Deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk mendapatkan kepuasan t
mengendurkan tali atau melepaskan diri setelah kehilangan kesadaran
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
54/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Drowning
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
55/159
Drowning
Definisi
• Kematian akibat mati lemas(asfiksia) disebabkan masuknyacairan ke dalam saluran pernapasan
Klasifikasi
• Immersion seluruh tubuh masukke dalam air
• Submersion sebagian tubuh(kepala) masuk ke dalam air
©Bimbel UKDI MANTAP
Vicious Cycle of D
Water enterrespiratory
passage
Need for air
Deepinspiration
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
56/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
57/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
58/159
©Bimbel UKDI MANTAP
MekanismeKematian
Asfiksia (WetDrowning)
Air Tawar: Konsentrasi elektrolit lebih redarah, air masuk ke dalam aliran darah sek→ Pelepasan ion K⁺→ terjadi perubahan ke
Ca⁺⁺ dalam serabut otot jantung dan mefibrilasi ventrikel
Air Asin: Konsentrasi elektrolit lebih tinggi →sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interspulmonal hemokonsentrasi, hipovolemi
dan henti jantung
Spasme Laring (DryDrowning)
Refleks Vagal(ImmersionSyndrome)
Drowning Types
• I Dry Drowning or Immersion Syndr
• IIa Fresh water
• Iib Salt water
Pemeriksaan Jenazah pada Kasus Drowning
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
59/159
Pemeriksaan Jenazah pada Kasus Drowning
©Bimbel UKDI MANTAP
External Findings
• A “washerwoman” appearance inthe hands and soles (Look whiteand wrinkled)
• “Goose flesh” (cutis anserina)
• “Mushroom like appearance” in
the nostrils, mouth, and airways(white foam or hemorrhagic fluid)
• Cadaveric spasm
Internal Finding
• A white or hemorrhagic found in the trachea and
• Water may be found in tstomach.
• There could be dilatatio
right ventricle• Pulmonary edema
• Brain swelling
• Congestion
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
60/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemeriksaan Laboratorium pada Kasus Drowning
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
61/159
Pemeriksaan Diatom
• Merupakan alga bersel satu dengan dinding terdiri dari silikat (SiO2) yang tahan panas dan asam
• Pemeriksaan Destruksi Asam pada Paru
• Jaringan perifer paru diambil sebanyak 100 gram tambahkan asam sulfat pekat diamkanlebih setengah hari agar jaringan hancur dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan apekat sampai terbentuk cairan yang jernih dinginkan dan lakukan sentrifugasi hingga terbenlihat di bawah mikroskop
• Pemeriksaan diatom positif bila terdapat 4-5 diatom/lpb atau 10-20 per satu sediaan
• Pemeriksaan Getah Paru
• Paru disiram air bersihiris bagian perifer ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perife
gelas objek amati di bawah mikroskop
Pemeriksaan Darah Jantung (Getler Chloride Test )
• This is analysis of blood in the right and left sides of the heart
• In freshwater, the chloride level was high in the right
• In saltwater, the chloride level was high in the left
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemeriksaan Laboratorium pada Kasus Drowning
Trauma Panas Dingin dan Listrik
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
62/159
Trauma Panas, Dingin, dan Listrik
Trauma Panas
• Burns are caused by the transfer of energy from a physical or chemical sourctissues, which causes disruption of their normal metabolic processes and comto irreversible changes that end in tissue death
• Complete epidermal necrosis can occur at 44°C if exposed for 6 hours, while necrosis occurs within 5 seconds at 60°C and less than 1 second at 70°C
• Burn where the heat source is dry
• Scalding where the heat source is wet with moist heat from hot water, steother hot liquids
• Hyperthermia – a condition where the core body temperature is greater than(100°F) – occurs when heat is no longer effectively dissipated, leading to exceretention
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
63/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
64/159
External and Internal Fi
• Finding of soot in the airwayand/or stomach – the implicarespiration was required to in
• Blood samples can be taken fassessment of carboxyhaemoconvenient marker of the inhcombustion products of fire
• ‘Pugilist attitude’ of the body
• Post-mortem splitting of frag• Heat-related ‘extradural hae
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
65/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
66/159
©Bimbel UKDI MANTAP
• Toxic gas inhalation – CO (most coacrolein, nitrogen dioxide, hydroc
- Often see soot in nose/mouth- May produce edema, mucosal nairway, or bronchospasm- CO levels usually 30-60% in fire
• Neurogenic shock secondary to s
• Trauma
Immediate
• Delayed hypovolemic shock with
• ARDS
• Infection (pneumonia, sepsis, cut
• Pulmonary embolus due to immo
Delayed
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
67/159
Trauma Dingin
• Deaths from exposure occur through heat loss from radiation, con
conduction, respiration and evaporation. Environmental temperatu10°C are probably sufficient to cause harmful hypothermia in vulnerindividuals.
• Hypothermia occurs when a person’s normal body temperature of a37°C (98.6°F) drops below 35°C (95°F). It is usually caused by being ienvironment. It can be triggered by a combination of factors, includ
prolonged exposure to cold (such as staying outdoors in cold conditpoorly heated room for a long time), rain, wind, sweat, inactivity or cold water.
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
68/159
External and Internal Findings
• Indistinct red or purple skin discoloration “frost erythema” over large joints, such
elbows, hips or knees (and in areas of skin in which such discoloration cannot be • Haemorrhagic gastric lesions “Wischnewsky spots”
• Tissue injury that varies in severity from erythema to infarction and necrosis follomicrovascular injury and thrombosis “frostbite”
• Paradoxical undressing is a phenomenon that describes the finding of partially clnaked – individuals in a setting of lethal hypothermia confusion and abnormalperipheral cutaneous stimuli in a cold environment, leading the individual to perc
and thus to shed clothing• The phenomenon of ‘hide and die syndrome’ describes the finding of a body tha
be hidden terminal primitive ‘self -protective’ behavior and may be more comm
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
69/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Trauma Listrik
• The essential factor in causing harm is the current (i.e. an electron flow) which is meailli ( A) Thi i i d i d b h i f h i i h
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
70/159
milliamperes (mA). This in turn is determined by the resistance of the tissues in ohms voltage of the power supply in volts (V).
• Usually, the entry point is a hand that touches an electrical appliance or live conductexit is to earth (or ‘ground’), often via the other hand or the feet. In either case, the ccross the thorax, which is the most dangerous area for a shock because of the risks of or respiratory paralysis.
©Bimbel UKDI MANTAP
10 mA
Pain and muscletwitching of the
hand
30 mA
‘Hold-on’ effect,the muscles will gointo spasm, which
cannot bevoluntarily releasedbecause the flexor
muscles arestronger than the
extensors
50 mA
Fatal ventricularfibrillation is likely
to occur
Internal a
• The focal elecblister ‘electriwhen the condwith the skin acollapses soona raised rim w
• The skin is palis an areola ofvasoconstrictioaccompanied
• ‘Spark burn’, akeratin, brownsurrounded byskin
• ‘Crocodile skin
Lightning
• A lightning strike from cloud to earth high-voltage electricity (10 megav
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
71/159
100.000 A
• Some of the lesions caused to those who are struck directly or simply cauthe lightning strike are electrical, but other will be from burns and yet othfrom the ‘explosive effects’ of a compression wave of heated air leading toeardrums’, pulmonary blast injury and muscle necrosis/myoglobinuria
©Bimbel UKDI MANTAP
External and Internal Findings
• Partial or complete stripping of clothing from the victim ‘Blasteffect’
• Magnetization or even fusion of metallic objects in the clothing
• ‘Metalization’ penempelan partikel konduktor pada kulittubuh korban yang dapat diidentifikasi dengan pewarnaankhusus
• ‘Fern or branch-like’ or ‘arborescent mark’ patterns on the skin – the so-called Lichtenberg figure
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
72/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Kasus Kejahatan Seksual
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
73/159
j
Pengertian
• Perkosaan adalah pengertian hukum bukan istilah medis, sehingga digunakan istilah
• Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh undang-undpersetubuhan di dalam perkawinan maupun di luar perkawinan
Pembuktian
• Hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada seorang terdakwa kecuali dengan sekurangnya 2 alat bukti yang sah ia yakin bahwa tindak pidan tersebnut telah terjadi (pKUHP)
• Ada tidaknya persetubuhan• Ada tidaknya kekerasan
• Penentuan sudah atau belum waktunya untuk dikawin
©Bimbel UKDI MANTAP
Penentuan Jenis Delik
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
74/159
Penentuan Jenis Delik
• Perkosaan Kekerasan atau ancaman kekerasan menyetubuhi seorang wanita di luar perkawinan,sengaja membuat orang pingsan atau tidak berdaya (pasal 89 KUHP)
• Persetubuhan di luar perkawinan
• Bila wanita berusia >15 tahun tidak dapat dihukum kecuali jika perbuatan dilakukan dalam keapingsan atau tidak berdaya
• Bila wanita berusia 12-15 tahun dihukum karena wanita belum waktunya untuk dikawin, akan pengaduan dari korban atau keluarganya (delik aduan)
• Bila wanita berusia
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
75/159
• Penetrasi Penis
• Robekan pada selaput dara
• Luka-luka pada bibir
kemaluan dan dinding vagina• Pancaran Air Mani (tanda
pasti)
• Sperma di dalam vagina
• Asam Fosfatase, Spermin,Kholin
• Kehamilan
• Penyakit Kelamin
• GO• Sifilis
• Luka lecet bekas kuku, gigitan(bitemark ), serta luka memarpada tubuh
• Pemeriksaan toksikologi obatatau racun yang dapatmembuat pingsan
• PemeriksaSIM, dll)
• Pemeriksadan III
• Erupsi mo
• Mineralistanpa pe 12-15
• Erupsi mo
• Pernah atamenstruas
menstruasiselama 8 m
©Bimbel UKDI MANTAP
Abortus
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
76/159
Pengguguran kandungan menurut hukum
• Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, ta
melihat usia kandungannya• Tidak dipersoalkan apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup a
• Yang dianggap penting adalah kandungan masih hidup sewaktu pengguguran dilakuka
©Bimbel UKDI MANTAP
Abortus
Abortus
spontan
AbortusProvokatus
Terapeutikus
Indikasi ibu
Indikasi anak
Kriminalis
Pelaku abortus yang terkena pidana
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
77/159
Pelaku abortus yang terkena pidana
• Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya ataumenyuruh orang lain melakukannya (KUHP pasal 346)
• Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita lain tanpa(KUHP 347) atau dengan seizinnya (KUHP 348)
• Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas(KUHP 349)
• Orang yang mempertunjukkan alat/cara mengugurkan kandunpada anak dibawah 17 tahun (KUHP 283)
• Barangsiapa menganjurkan/merawat/memberi obat kepadaseseorang wanita dengan memberi harapan agar gugurkandungannya (KUHP 299)
©Bimbel UKDI MANTAP
Infanticide
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
78/159
Definisi
• Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada saat dilahirkan atau tidak berapa lamdilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak
Kitab Undang-undang Hukum Pidana
• Pasal 341 Ibu dengan sengaja merampas nyawa anaknya karena takut ketahuan diancam karena pesendiri dengan pidana penjara 7 tahun
• Pasal 342 Apabila didahului oleh niat atau rencana membunuh sebelumnya, diancam karena melakpembunuhan anak sendiri dengan rencana dengan pidana penjara 9 tahun
Faktor Penting• Ibu Hanya ibu kandung sendiri yang dapat dihukum, apabila orang lain turut membantu maka orang
diancam sebagai tindak pembunuhan biasa
• Waktu Tidak disebutkan batasan waktu, hanya dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kembelum timbul rasa kasih sayang seorang ibu
• Psikis Terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahu orang telah melahirkan anak
©Bimbel UKDI MANTAP
Lahir Mati (stillbirth)
Kematian hasil konsepsi sebelumkeluar atau dikeluarkan dari ibunya,
tanpa mempersoalkan usia
Lahir H
Keluar atau dkonsepsi y
mempersoa
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
79/159
Tugas Dokter
• Apakah bayi tersebut dilahirkan matiatau hidup?
• Berapakah umur bayi tersebut?
• Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
• Apakah sebab kematiannya?
©Bimbel UKDI MANTAP
kehamilan
Janin tidak bernapas atau tidakmenunjukkan tanda kehidupan lain
mempersoakondisi t
menunjukk
Lahir Mati
Tanda maserasi (aseptic
decomposition) berlangsung dari
luar ke dalam
Dada belum mengembang
diafragma belum turun ke sela iga 4-5
Pemeriksaan makroskopik paru
paru belum mengisi rongga dada,tidak teraba derik udara
Uji apung paru hasil negatif
(tenggelam)
Pemeriksaan mikroskopik paru
adanya tonjolan ( projections) yang
berbentuk seperti bantal
L
Tanda m
decompos
Dada suda
diafragma
Pemeriksaan
paru sudah teraba derik
Uji apung
(
Pemeriksaan
tidak adanya
yang berbe
Kemampuan Hidup (Viabilitas)
Parameter Viable Cukup Bulan
Tanda Lain
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
80/159
Parameter Viable Cukup Bulan
Umur kehamilan >28 minggu >36 minggu
Panjang kepala-tumit >35 cm >48 cm
Panjang kepala-tungging >23 cm >30-33 cm
Berat badan >1000 gram >2500-3000 gram
Lingkar kepala >32 cm 33 cm
Tanda cacat bawaan (-) (+/-)
©Bimbel UKDI MANTAP
Tanda Perawatan
Ada tidaknya tanda-tanda perawatan:
• Ada tidaknya lumuran darah pada badan bayi
• Ada tidaknya tanda-tanda perawatan tali pusat
• Ada tidaknya lemak bayi yang jelas
• Pemberian pakaian bayi
Tanda Lain
• Lanugo sedikit,tpunggung, dan b
• Kartilago telinga
dilipat, cepat ke• Diameter tonjol
• Kuku jari telah m
• Garis telapak katelapak kaki
• Testis telah turu
• Labia minora temayora
Management of Disasters and MaCasualties
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
81/159
CasualtiesDefinitions
• Event of serious magnitude causing severe damage to life and property. Losspersons or more may be considered as Mass Disaster
• An event, natural or man-made, sudden or progressive, which impacts with suthat the affected community has to respond by taking preventive measures (W
©Bimbel UKDI MANTAP
Natural Disaster
• Flood
• Cyclone• Earthquake
• Volcanic eruption
• Epidemics
• Tsunami
Man-Made Disasters
• Air crash
• Sinking ship• Train accidents
• Building collapse
• Bomb blasts
• Warfare
Big number ofDISASTER CLASSIFICATIO
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
82/159
Problemsin Mass
Disasters
Big number ofvictims
Difficult
transportationto the area
Needcoordination
inter-department
• Deaths of a number of individuals twhich no prior data nor records are
OPEN
• The probable names of all the victimthe number of individuals belonginidentifiable group.
CLOSE
MIXED
ON POPULATION (Hinchcli
Steps in InvestigatinMass Disasters
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
83/159
Purpose
• Identification Human right• Investigation The cause and
effect and preventive measures
Initial Action at the DisasterSite
Collecting Post Mortem Data
Collecting Ante Mortem D
Reconciliation (Compar
Returning to the Fam(Debriefing)
Mass DisastersDisasterVictim
Investigations
Prosedur standar yang dikembangkan
oleh Interpol (International Criminal
Police Organization) untuk
mengidentifikasi korban yang
meninggal akibat bencana massal
Initial Action at the Disaster Site
• Tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengetahui seberapa
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
84/159
jangkauan bencana
• Dalam kebanyakan kasus, polisi memikul tanggung jawab komando untuk operasi secara ke
• Sebuah tim pendahulu (kepala tim DVI, ahli patologi forensic dan petugas polisi) harus sedmungkin dikirim ke TKP untuk mengevaluasi:
• Pemetaan jangkauan bencana dan pemberian koordinat untuk area bencana
• Perkiraan jumlah korban
• Keadaan mayat
• Evaluasi durasi yang dibutuhkan
• Institusi medikolegal yang mampu merespon dan membantu proses DVI
• Metode menangani mayat
• Transportasi mayat
• Penyimpanan mayat• Kerusakan property yang telah terjadi
• Langkah utama yang dilakukan
• To securemengamankan area, misalnya dengan memasang police border
• To collectmengumpulkan korban dan property terkait untuk kepentingan identifikasi k
• Documentationmemfoto area bencana dan korban kemudian memberikan nomor dan
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
85/159
Collecting Post Mortem Data
• Dokumentasi foto kondisi jenazah korban
• Pemeriksaan fisik, baik luar maupun dalam
• Pemeriksaan sidik jari
• Pemeriksaan rontgen
• Pemeriksaan odontology forensic
• Pemeriksaan DNA
• Pemeriksaan antropologi forensik
Primary Data
• FingerprintAnalysis
• Forensic DentalAnalysis
• DNA Analysis
Collecting Ante-Mortem Data
• Pengumpulan data jenazah sebelum kematian dari keluarga maupun orang yang terdekat
• Data dapat berupa foto semasa hidup, interpretasi ciri-ciri spesifik jenazah, rekaman pemeriksaan gigi kidik j i l DNA k b k b i f i l i l k k
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
86/159
sidik jari, sampel DNA orang tua maupun kerabat korban, serta informasi lain yang relevan untuk kepenidentifikasi
Reconcilliation
• Pembandingan data post mortem dengan ante mortem
• Apabila data yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah tegak
• Apabila data yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi dianggap negative dan data pos jenazah tetap disimpan sampai deitemukan data antemortem yang sesuai
Returning to the Family (Debriefing)
• Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik kemudian dikkepada keluarganya untuk dimakamkan
Indikator kesuksesan suatu proses Disaster Victim Identificatibukan didasarkan pada cepat atau tidaknya proses terseebu
berlangsung, tetapi lebih didasarkan pada akurasi atau ketepaidentifikasi
Forensic Odontology
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
87/159
Definitions
• Is the area of dentistry concerned with the correct management, examination,evaluation, and presentation of dental evidence in criminal or civil legal proceedingsin the interest of justice
Dental Profiling
• Use dentition by comparing ante –postmortem data
• Age estimation
• Assessment of bite mark
• Obtaining DNA to assist the identification
Keunggulan Metode Pemeriksaan Gigi
• Gigi dan restorasinya merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukandan pengaruh lingkungan yang ekstrem
• Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigimenyebabkan dimungkinkannya identifikasi dengan ketepatan yang tinggi (1:1050)
• Kemungkinan terdapatnya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi(dental record ) dan data radiologis
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
88/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Forensic Dactylography
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
89/159
Definitions
• Dactylography/dermatoglyphics is the process of taking impressions of the pulp of fingers
an unglazed white paper and examining them with a magnifying lens
Principles
• Fingers covered with characteristic ridges – permanent & unique
• Different even in twins
• Locard’s principle of exchangewhen 2 objects come in contact with each other, there wimutual transference of material from each other
Classifications• Loops (65%) radial or ulnar, depending on the side of the hand the tail points towards
• Whorl (25%)
• Arch (7%) plain arches or tented arches
• Composite/mixed (3%) central pocket loop, double loop, accidentals
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
90/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Points for comparison
• Presence of center (core) andtriangle (delta) in the print
• Presence of pores(poroscopy)
• Minutae of ridges ridgeending, bifurcation, spurformation, dots, lakes, brokenridge, short ridge etc
DNA Fingerprinting
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
91/159
The Cell
Smallest unit of life
The “nucleus” (one ofmany organelles) containsgenetic information thecell needs to exist andreproduce
Most cells organizegenetic information intochromosomes
Chromosomes
Our body’s way oforganizing all theinformation that ourgenetic material contains
23 pairs in humans
Each pair contains onefrom mother and one
from father
Genes
Each chromosomecontains 100s to 1000s ofinformation blocks calledgenes
Each gene is the blueprintfor a specific protein inthe body
DNA
Each chromosome andevery gene is made ofdeoxyribonucleic acid(DNA)
DNA is normally doublestranded
©Bimbel UKDI MANTAP
f
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
92/159
Types of DNA
• Nuclear or chromosomal DNA (inherited from mother and father)
• Mitochondrial DNA (inherited from mother only)
Sequence Repeats in the Human Genome
• Repeat polymorphisms (satellites) are short segments of DNA that repeat a few tof times and are found at specific locations in human DNA
• Each individual will have different numbers of these repeats at each of these spotnumbers of repeats at each location in are a random combination of the repeats
• Each of these spots, or loci, are given different names. The most common are varof tandem repeats (VNTR), amplified fragment length polymorphism (AmpFLP), srepeats (STR), single nucleotide polymorphism (SNP)
©Bimbel UKDI MANTAP
DNA Fingerprinting
• Used to identify individuals by their repeat regions (usuallySTR) i
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
93/159
STR) regions
• If all STR regions are considered, there is a one in 3.4 billionchance of error
• This means there may be one other person on the planetthat would be too similar to tell the difference
Mitochondrial DNA
• Genetic material from the mitochondria (cellular organellewhere energy is produced)
• Inherited from the mother only
• Advantagesmore sensitive (less DNA needed), degrades
slower than nuclear DNA; can be used in cases wherenuclear DNA cannot (hair without root, skeletal remains)
• Disadvantages all people of same maternal line will beindistinguishable (less discriminatory); more work, moretime consuming, more costly
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
94/159
BIOETIK MEDIKOLEGA
©Bimbel UKDI MANTAP
Principles of Biomedical Ethics
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
95/159
ETHICS can be described as a sub-branch of applied
philosophy that seek what are the right and thewrong, the good and the bad set of behaviors in agiven circumstance
BIOETHICS on the other hand, is a quasi – socialscience that offers solutions to the moral conflicts thatarise in medical and biological science practice
• (Sohin Aksoy, 2002)
©Bimbel UKDI MANTAP
The Four Principles of Biomedical Eth
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
96/159
Respect for Autonomy
The patient has the rightto refuse or choose their
treatment
(Voluntas aegroti suprema lex )
Beneficence
A practitioner should actin the best interest of
the patient
(Salus aegroti supremalex )
Non-maleficence
“first, do no harm”
( primum non nocere)
Justice
Concerns thedistribution of scarcehealth resources, and
the decision of who getswhat treatment
(fairness and equality)
(lustitia)
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
97/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
98/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
99/159
©Bimbel UKDI MANTAP
The Principle of Respect for Autonomy
• Tell the truth
• Respect the privacy of others• Protect confidential information
• Obtain consent for interventions with patients
• When asked, help others make important decisions
(The Principles of Biomedical Ethics, Beauchamp and Childress)
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
100/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Beneficence
• Protect and defend the right of others
• Prevent harm from occurring to others• Remove conditions that will cause harm to others
• Help persons with disabilities
• Rescue persons in danger
(The Principles of Biomedical Ethics, Beauchamp and Childress)
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
101/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Non-maleficence
• Do not kill
• Do not cause pain or suffering• Do not incapacitate
• Do not cause offense
• Do not deprive others of the goods of life
(The Principles of Biomedical Ethics, Beauchamp and Childress)
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
102/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Justice
• To each person an equal share
• To each person according to need
• To each person according to effort
• To each person according to contribution
• To each person according to merit
• To each person according to free-market exchanges
(The Principles of Biomedical Ethics, Beauchamp and Childress)
Informed
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
103/159
InformedConsent
Informed Consent mengandung pengertian
suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekat setelah mendapatpenjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien serta segala resiko.
Permenkes No. 290 tahun 2008
Elemen Informed Consent
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
104/159
• Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat ke
• Secara hukum seseorang dianggap cakap (kompeten) apabila te
dan berada dalam keadaan mental yang tidak di bawah pengam
Threshold
Element• Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungka
understanding (pemahaman)
• Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawakepada tenaga medis untuk memberikan informasi (disclosuresehingga pasien dapat mencapai pemahaman yang adekuat
InformationElement
• Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, voluntariness (kesukardan authorization (persetujuan)
• Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, misrepresentasiPasien juga harus bebas dari ”tekanan” yang dilakukan tenagaseolah-olah akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawaran
ConsentElement
©Bimbel UKDI MANTAP
Bentuk Persetujuan Tindakan Kedokteran
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
105/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Persetujuan Tindakan Kedokteran dalam KeadaanDarurat
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
106/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Informasi Persetujuan Tindakan Kedok
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
107/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Pemberi Informasi Persetujuan Tindakan Kedo
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
108/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Orang yang Berhak Memberikan Persetujuan Tindakan Ke
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
109/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Persetujuan pada Individu yang Tidak Kompet
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
110/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
111/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
112/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Bentuk Penyampaian Persetujuan Tindakan Kedo
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
113/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Aspek Medikolegal Persetujuan Tindakan Kedo
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
114/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Rekam Medis
Permenkes No. 269 Tahun 2008
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
115/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Jenis dan Isi Rekam Medis
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
116/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Kerahasiaan Rekam
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
117/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
118/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
119/159
Pemanfaatan Rekam Medis
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
120/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Praktik Kedokteran
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
121/159
Rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh dokter dan dokter gigiterhadap pasien dalam
melaksanakan upaya kesehatan
IjazahSertifikat
Kompetensi
Surat TandaRegistrasi
(STR)
Surat IzinPraktik (SIP)
Praktik kedoktedokter wajib
berpedoman panilai, yaitu:
Etik
Disip
Huku
Risiko Medis
INHEREN PADA SETIAP TINDAKAN MEDIS
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
122/159
PERLU INFORMED CONSENT, SEHINGGA BILA TERJADI, DOKTER TIDBERTANGGUNG JAWAB SECARA HUKUM (volenti non fit injuria)
SEBAGIAN DIANGGAP ACCEPTABLE :
Tingkat probabilitas dan keparahannyaminimal (umumnya bersifat
foreseeable but unavoidable:calculated, controllable)
Risiko “bermakna” tetapi harusdiambil karena “the only way ”
Risiko yg unforeseeable = tidakdiketahui sebelumnya
Kegagalan Medis/HasilBuruk/Adverse Event
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
123/159
•Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak berhubdengan tindakan medis yang dilakukan dokter.
•Hasil dari suatu risiko yang tak dapat dihindari, yaitu
•Risiko yang tak dapat diketahui sebelumnya (unforeseeable); a
•Risiko yang meskipun telah diketahui sebelumnya ( foreseeabletetapi tidak dapat/tidak mungkin dihindari (unavoidable) atau
karena tindakan yang dilakukan adalah satu-satunya cara terapRisiko tersebut harus diinformasikan terlebih dahulu.
•Hasil dari suatu kelalaian medic (culpa).
•Hasil dari suatu kesengajaan (dolus).
Kegagalanmedis/hasil yang
buruk dapat
disebabkan olehempat hal, yaitu:
• Suatu kekeliruan, suatu peristiwa yang tidakdiduga atau tidak dikehendaki dalampemberian pelayanan medis yang dapatmengakibatkan (kejadian yang tidakdiinginkan/adverse event ) atau tidak sampaimengakibatkan luka (near miss) pada pasien
MedicalError
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
124/159
Medical
Error
Adverse
EventPotentialAdverse
Events
Near Miss Preventable Adverse Event
Klasifikasi Medical Error
Berdasarkan pada Tindakan yang Dilakukan
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
125/159
©Bimbel UKDI MANTAP
• Tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/laya
(unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakamedis tanpa indikasi yang memadai.
Malfeasance
(Comission)
• Melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapidilaksanakan dengan tidak tepat (improperperformance), yaitu misalnya melakukan tindakanmedis dengan menyalahi prosedur.
Misfeasance
• Tidak melakukan tindakan medis yang merupakankewajiban baginya.
Nonfeasance
(Omission)
Berdasarkan pada Pihak yang Berkontribusi
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
126/159
Latent Error• Kesalahan yang terjadi di luar
kendali operator garis depan,seperti desain buruk, instalasitidak tepat, pemeliharaan buruk,
kesalahan keputusan manajemen,struktur organisasi yang buruk
Active Error• Kesalahan terjadi pada
tingkat/lingkup operatodepan
©Bimbel UKDI MANTAP
Malpraktik dalam Hukum Indonesia
Kata malpraktik tidak ditemukan dalam
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
127/159
peraturan perundang-undangan di Indonesia,
baik hukum-hukum general maupun hukum-hukum yang bersifat lex specialis sepertiUndang Undang Praktik Kedokteran maupun
Undang Undang Kesehatan.
• Malpraktik tidak ada dalam terminologi
hukum Indonesia melainkan menggunakanistilah kelalaian
Klasifikasi Malpraktik
Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpracticesudut pandang hukum disebut yuridical malpractice
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
128/159
sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice
Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridicalmalpractice akan tetapi semua bentuk Juridical malpractice pasmerupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).
Malpractice
EthicalMalpractice
JuridicalMalpractice
Klasifikasi Juridical Malpractice
1. Criminal Malpractice (Malpraktik Pidana)
• Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice man
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
129/159
tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni:
• Perbuatan tersebut ( positive act maupun negative act ) merupakan perbuatan
• Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaankecerobohan (recklessness) atau kealpaan (negligence).
©Bimbel UKDI MANTAP
Kealpaan/Kelalaian/Negligence/culpa
Kematian (Pasal 359 KUHP) Luka Berat (Pasal 360 KUHP, Pasal 90
Kesengajaan/Intentional /dolus
Abortus Criminalis ( Pasal 338 KUHP, Pasal 344KUHP, Pasal 346 KUHP, Pasal 347 KUHP, Pasal 348
KUHP , Pasal 349 KUHP )
Euthanasia (Pasal 338 KUHP, Pasal 344 KUHP, Pasal345 KUHP)
Keterangan palsu (Pa
2. Civil Malpractice (Malpraktik Perdata)
• Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajibmemberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan ydikategorikan civil malpractice antara lain:
• a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
• b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya
• c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.
d M l k k k k id k h dil k k
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
130/159
• d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
• Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan p
berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat beatas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalammelaksanakan tugas kewajibannya.
©Bimbel UKDI MANTAP
Kelalaian ataukesengajaan yang
menyebabkan kerugianselain kematian atau luka
berat.
Pengaduan perdata dapatdiajukan pasien ke
pengadilan berdasarkankerugian yang dialaminya
dengan dasar wanprestasi(pasal 1239 KUH Perdata)atau perbuatan melawanhukum (pasal 1365, 1366,
dan 1367 KUH Perdata)
3. Administrative malpractice
D k dik k l h l k k d i i i l i
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
131/159
• Dokter dikatakan telah melakukan administrative malpractice m
tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administradiketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintahmempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bkesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatamenjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), bakewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila atura
dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapatdipersalahkan melanggar hukum administrasi
©Bimbel UKDI MANTAP
Pembuktian Gugatan Malpraktik Pidana
Cara Langsung Memakai tolok ukur adanya 4D yakni:
• Duty (Kewajiban)
• Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berda
Ad i dik i di
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
132/159
• Adanya indikasi medis
• Bertindak secara hati-hati dan teliti
• Bekerja sesuai standar profesi
• Sudah ada informed consent
• Dereliction of Duty (Penyimpangan dari Kewajiban)
• Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidakyang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter dapat dipersalahka
• Direct Cause (Penyebab Langsung)
• Damage (Kerugian)
• Dokter untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara penyebkerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan seladan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dmenyalahkan dokter. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiankesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).
©Bimbel UKDI MANTAP
Cara Tidak Langsung
• Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bayakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya seblayanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur) Doktrin res ipsa lo
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
133/159
layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur ). Doktrin res ipsa lodapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria
• Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila dokter tidak lalai
• Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab dokter
• Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkattidak ada contributory negligence
©Bimbel UKDI MANTAP
Proses Investigasi Kasus Malpraktik
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
134/159
Pelanggaran dan Penanganan Norma Praktik Kedokteran
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
135/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Norma Etika Kedokteran
KewajibanUmum
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
136/159
Diatur dalamKode Etik
KedokteranIndonesia(KODEKI)
KewajibanDokter
terhadapPasien
KewajibanDokter
terhadapTeman
Sejawat
KewajibanDokter
terhadap DiriSendiri
Kewajiban Umum
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
137/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Kewajiban Dokter terhadap Pasien
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
138/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
139/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri
PelanggaranEtik Dokter
PersidanganMKEK
PutusanMKEK
EksekuMKEK
Alur Penanganan Pelanggaran Norma Etika Kedokte
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
140/159
Dalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaranetika kedokteran (tanpa melanggar norma hukum), makaia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis KehormatanEtik Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai pertanggung-
jawaban (etik dan disiplin profesi)nya.
PelanggaranEtik Dokter
PersidanganMKEK
PutusanMKEK
EksekuMKEK
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
141/159
Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dananggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau
perorangan sebagai penuntut
Tidak menggunakan sistem pembuktian sebagaimana lazimnya di dalam
hukum acara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap berupayamelakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang
lazim
PelanggaranEtik Dokter
PersidanganMKEK
PutusanMKEK
EksekuMKEK
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
142/159
Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan tidak dapatdipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam
bentuk permintaan keterangan ahli.
Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan kesaksian ahli di pemeriksaanpenyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan tentang jalannya
persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuksepaham dengan putusan MKEK.
PelanggaranEtik Dokter
PersidanganMKEK
PutusanMKEK
EksekuMKEK
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
143/159
Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDIWilayah dan/atau Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang
bersangkutan.
Khusus untuk SIP, eksekusinya diserahkan kepada Dinas Kesehatansetempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter teradu
menerima keterangan telah menjalankan putusan
Norma Disiplin Profesi Kedokteran
Melanggar aturanyang telah ditetapkanoleh KKI (Bab 3Keputusan KonsilKedokteran IndonesiaNomor17/KKI/Per/VIII/2006)
1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki kompetensi sesuai
3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi unmelaksanakan pekerjaan tersebut
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
144/159
©Bimbel UKDI MANTAP
melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan ksesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikiatidak kompeten dan dapat membahayakan pasien
6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukanseharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pesehingga dapat membahayakan pasien
7. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien
8. Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasiekeluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
9. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wpengampunya.
10. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur dalam peraturan perundanatau etika profesi.
11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebdiatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya
13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang bel
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
145/159
©Bimbel UKDI MANTAP
j p g p p g p g y gatau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.
14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, tanpmemperoleh persetujuan etik (ethical clearance) dari lembaga yang diakui pemerintah.
15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuaada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimdalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.
17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi
18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar d
19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi hukum
20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPtidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi.
21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien, di praktik.
22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
146/159
©Bimbel UKDI MANTAP
23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan reskesehatan
24. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki, baik ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan
25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya
26. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/at
kompetensi yang tidak sah
27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik
28. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI untuk pemepengaduan dugaan pelanggaran disiplin
Alur Penanganan Pelanggaran Norma Disiplin Profesi Kedok
MKDKI(MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONES
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
147/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Lembaga yang yang berwenang untuk menentukan ada dantidaknya kesalahan yang dilakukan oleh dokter dalam penerapa
disiplin ilmu kedokteran dan menetapkan sanksi
Dibentuk ditingkat pusat dan provinsi
Sesuai dengan UU PRADOk No. 29 tahun 2004, Pasal 55 ayat (1)Menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran
Tugas MKDKI
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
148/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Pengaduan Pemeriksaan Keputusan
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
149/159
Pengaduan Pemeriksaan Keputusan
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
150/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Pengaduan Pemeriksaan Keputusan
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
151/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
152/159
Konsil Kedokteran Indonesia
Nama dan Kedudukan
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
153/159
©Bimbel UKDI MANTAP
Tugas KKI
Alur Administrasi
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
154/159
Euthanasia
Definisi
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
155/159
©Bimbel UKDI MANTAP
• Secara harafiahMati secara baikdan mudah
• Secara medisMembantu pasienuntuk mati cepat, untuk
membebaskan dari penderitaanakibat penyakitnya
Klasifikasi Euthanasia
Berdasarkan Tindakan yang Dilakukan
•Euthanasia Pasif
•Mempercepat kematian dengan cara menolak memberikan atau mengambil tindakan pertolongan, dan menghpertolongan yang sedang berlangsung
•Contoh: Tidak memberikan antibiotic pada pasien dengan pneumonia berat
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
156/159
©Bimbel UKDI MANTAP
•Euthanasia Aktif
•Secara aktif memberikan tindakan yang baik secara langsung atau tidak langsung apat mengakibatkan kematia
•Contoh: Memberikan tablet sianida pada pasien, menyuntikkan zat-zat yang dapat mematikan tubuh
Berdasarkan Kesukarelaan Penderita
• Euthanasia Voluntary
• Seseorang membuat keputusan sadar untuk mempercepat kematian dan meminta bantuan untuk mel
• Euthanasia Involuntary
• Mempercepat kematian tanpa persetujuan/permintaan pasien yang bertentangan dengan keinginan p• Euthanasia Nonvoluntary
• Seseorang tidak mampu untuk memberikan persetujuan (misalnya: koma) dan orang lain mengambil knama mereka. Sering karena orang yang sakit sebelumnya mengungkapkan keinginannya untuk hidup berakhir dalam keadaan seperti itu
Physician-assisted suicideSuicide committed with the aid of physician at the requewith the consent of the patient, since he or she self-adm
the means of death.
It may be something as simple as getting drugs for the pe
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
157/159
It may be something as simple as getting drugs for the pe
putting those drugs within their reach.
©Bimbel UKDI MANTAP
The Rule of Double Effect
A set of criteria which states that an action having foharmful effect practically inseparable from the good
Example for Rule of Double Effect
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
158/159
©Bimbel UKDI MANTAP
-
8/17/2019 Forensik Etik Medikolegal
159/159
Aturan hukum di Indonesiamelarang melakukan tindakan
euthanasia, kecuali auto
euthanasia (pasif dgn permintaan)
©Bimbel UKDI MANTAP