Download - Jurnal PTK
-
1
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KONSEP
BANGUN RUANG DENGAN MEDIA REALIA BAGI SISWA KELAS V SD
NEGERI PREMULUNG NO. 94 KECAMATAN LAWEYAN KOTA
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
Tri Murti Handayani, S. Pd. M. Pd.
NIP. 19620120 198201 2 010
Kepala SD Negeri Premulung No. 94 Surakarta
ABSTRACT
The objective of the research is to improve the students achievement in mathematics for clas V students of SD Negeri Premulung No. 94
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta academic year 2011/2012 in the
concept of geometry through real media.
The research is a Classroom Action Research. The research was done
in class V of 2nd
semester. The subject of the research were students of
class V of 2nd
semester at SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta academic year 2011/2012 consisted of 48
students. The research was done within three months at 2nd
semester,
started on February up to April 2012. The object of the research was
mathematics learning in the concept of geometry.
Based on the analysis, the research concludes that the application of
real media was effective in improving students achievement in mathematics concept of geometry for students of class V of 2
nd semester at
SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
academic year 2011/2012.
Keywords: Learning achievement, real media.
LATAR BELAKANG
Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
Sekolah Dasar. Sampai saat ini, pelajaran
matematika masih menjadi masalah bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari keluhan
siswa yang mengatakan bahwa matematika
itu sulit, dan nilai matematika lebih rendah
daripada mata pelajaran yang lain. Kondisi ini terlihat pada siswa kelas
V di SD Negeri Premulung No. 94
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, di mana dari 48 anak yang ada, baru ada 23
anak atau 47.92% yang mencapai
ketuntasan belajar dengan KKM sebesar 64. Sisanya, sebanyak 25 anak atau 51.08%
belum mencapai ketuntasan belajar pada
konsep bangun ruang. Dengan demikian siswa yang harus mengikuti remedial
mencapai 25 anak. Hal ini menunjukkan
fakta bahwa pelajaran matematika dianggap
sebagai mata pelajaran yang sulit. Data tingkat ketuntasan belajar siswa kelas V
pada semester II dapat disajikan sebagai
berikut:
-
2
Tabel 1 Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Kelas V
Semester II SD Negeri Premulung No. 94
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012
No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 23 47.92%
2. Belum Tuntas 25 51.08%
Jumlah 48 100%
Mengacu kenyataan di atas maka
untuk mengatasi kesulitan belajar
matematika pada konsep bangun ruang yang diajarkan di kelas V, guru perlu
menggunakan program pembelajaran yang
tepat. Selama ini kegiatan pembelajaran dilakukan hanya dengan bantuan berupa
media gambar, yaitu guru menggambar
bangun ruang di papan tulis.
Bertitik tolak dari kelemahan pengajaran klasikal di mana siswa kurang
mendapat pelayanan sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minatnya, maka perlu adanya pengajaran dengan
menggunakan media sebagai alat bantu
dalam pembelajaran agar anak dapat
berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Dalam
pengajaran menggunakan media model,
siswa memperoleh pengalaman pembelajaran yaitu dapat meraba dan
menyentuh secara langsung sehingga
pemahaman lebih meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut maka penulis mengadakan
penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Konsep Bangun Ruang dengan Media
Realia Bagi Siswa Kelas V SD Negeri
Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika
siswa kelas V SD Negeri Premulung No. 94
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun
pelajaran 2011/2012 pada konsep bangun
ruang melalui penggunaan media realia.
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Bagi Siswa
a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat Bagi siswa dapat digunakan sebagai motivasi belajar supaya tidak
mengalami kesulitan belajar
matematika.
b. Dapat memberikan manfaat berupa pengalaman pembelajaran yang lebih
konkrit setelah mengikuti tindakan
pembelajaran.
2. Manfaat Bagi Guru
a. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menemukan solusi untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap konsep yang diajarkan
dalam pembelajaran khususnya matematika.
b. Memberikan manfaat berupa penambahan wawasan dan pengalaman menerapkan metode
pembelajaran yang bervariasi.
KAJIAN TEORI
1. Tinjauan tentang Prestasi Belajar
Pengertian belajar menurut Slameto
(1995) dikatakan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan (hal. 2) Pengertian lain tentang belajar dikemukakan oleh
Dimyati Mahmud (1990) yang
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dari dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman (h. 14). Dengan demikian belajar yang paling efektif adalah belajar melalui
pengalaman.
Dari definisi di atas dapat
disimpulkan, bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan agar diperoleh
perubahan tingkah laku. Dalam
-
3
penelitian ini yang dimaksud dengan
belajar adalah suatu usaha dengan
melakukan latihan dalam proses belajar
agar memperoleh pengalaman atau perubahan tingkah laku di dalam
kepribadian yang bersifat menetap
dalam jangka waktu yang lama. Prestasi belajar Prestasi belajar
terdiri dari kata prestasi dan belajar. Prestasi menurut pendapat
Poerwadarminta (1986) adalah hasil maksimal dari suatu pekerjaan atau
kecakapan (h. 768). Sedangkan belajar menurut Kamus PPPB (1992) pada hakekatnya adalah berusaha agar mendapatkan suatu kepandaian (h. 664).
Menurut Gagne (dalam Dahar,
1996), belajar adalah sesuatu proses di mana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman (h. 11). Belajar adalah suatu perubahan tingkat laku sebagai
hasil dari pengalaman, belajar bukanlah menghafalkan fakta-fakta yang terlepas-
lepas, melainkan mengaitkan konsep-
konsep yang baru pada konsep yang
telah ada dalam struktur kognitif. Menurut Djamarah (1997) belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berat pengalaman dan latihan (h. 11). Sejalan dengan pendapat di atas,
Slameto (1995) mengartikan belajar
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (h. 2). Menurut Sumadi Suryabrata (1981) belajar adalah
aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
belajar aktual maupun potensial (h. 2). Perubahan itu pada hakikatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relatif lama
dan perubahan itu terjadi karena usaha.
Selanjutnya menurut Witherington dan Buchori (1988), belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang
ternyata pada adanya pola sambutan
baru yang berupa suatu pengertian (h. 56).
Pada intinya prestasi belajar adalah hasil maksimal dari suatu pekerjaan atau
kegiatan (kegiatan belajar) untuk
menambah atau mengumpulkan sejumlah pengetahuan atau kecakapan.
Prestasi belajar berarti pula hasil yang
dicapai individu melalui usaha yang
dialami secara langsung dan merupakan aktivitas yang bertujuan memperoleh
ilmu pengetahuan, ketrampilan maupun
kecakapan dalam situasi tertentu. Prestasi belajar juga berarti hasil yang
dicapai oleh seseorang setalah
melaksanakan serangkaian kegiatan belajar.
Prestasi belajar menurut Winarno
Surachmad (1982) adalah menilai prestasi belajar para siswa dalam bentuk ulangan untuk memperoleh
angka-angka sebagai acuan untuk
menentukan berhasil tidaknya seorang siswa dalam belajar (32). Sedangkan menurut Masrun dan Sri Mulyani
Martinah (1983: 12) prestasi belajar
adalah penilaian atau pengukuran untuk
mengetahui apakah bahan atau
materi yang disajikan oleh guru
telah diserap dengan baik atau
sebaliknya sehingga dapat
diketahui sejauh mana para siswa
dapat menangkap dan mengerti
materi yang sedang dipelajarinya
(h. 12).
Kemudian menurut Surya (1983) bahwa prestasi belajar merupakan
seluruh kecakapan yang dicapai melalui proses belajar di sekolah yang
dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi belajar berdasarkan hasil test prestasi
belajar (h. 115). Dari beberapa pendapat tersebut di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
prestasi siswa adalah perubahan tingkah
-
4
laku siswa baik pengetahuan, sikap
maupun ketrampilan hasil dari aktivitas
belajar yang ditetapkan dalam bentuk
angka atau nilai. Atau dengan ungkapan lain bahwa prestasi belajar adalah
mengukur sejauh mana proses kegiatan
belajar mengajar dapat diserap oleh para siswa.
Prestasi belajar siswa secara nyata
dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif
yaitu angka. Prestasi belajar itu dalam periode tertentu diperoleh dengan
mendapatkan rapor. Prestasi belajar
siswa dalam kenyataannya antara siswa yang satu dengan yang lain tidaklah
sama. Siswa yang belajar baik, tepat
dalam menggunakan waktu belajar cenderung mendapatkan prestasi belajar
yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang
kurang tepat cara belajarnya cenderung
mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
Keberhasilan belajar seseorang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar menurut Masrun (1992)
dapat diklasifikasikan sebagai faktor eksternal dan faktor internal. (h. 37) Faktor-faktor eksternal adalah yang
berasal dari luar diri si pelajar dan ini
masih dapat digolongkan menjadi dua golongan dengan catatan bahwa
overlapping tetap ada, yaitu: (a) faktor-
faktor sosial; dan b) faktor-faktor non sosial. Faktor internal, yaitu faktor-
faktor yang berasal dari dalam diri si
pelajar, dan inipun dapat lagi
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: (a) faktor fisiologis; dan (b) faktor
psikologis.
2. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika
Pengertian matematika Menurut
Sunardi (1997) dikatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bilangan
beserta hubungannya. (h. 1) Sependapat dengan Sunardi, Herman Hudoyo (1998) menjelaskan bahwa
matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas kalau
dibandingkan dengan disiplin ilmu lain.
Maka pembelajaran matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saja
dengan ilmu yang lain. (h. 1) Karena peserta didik yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula
kemampuannya, oleh karena itu
kegiatan belajar mengajar haruslah
diatur sekaligus memperhatikan kemampuan yang belajar.
Menurut Lerner yang dikutip oleh
Mulyono Abdurrahman (2003): mengemukakan bahwa matematika disamping bahwa simbol juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,
mencatat, dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas. (h.25). Dari pendapat diatas dapat penulis
simpulkan bahwa matematika adalah
ilmu yang mempelajari sifat khas
dibandingkan ilmu yang lain yang mempelajari tentang seluk beluk
bilangan. Dalam penelitian ini yang
dimaksud dengan matematika adalah
disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas dibanding dengan ilmu yang lain dalam
mengekspresikan hubungan kuantitatif
yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Tinjauan tentang Media Realia
Secara umum kegunaan media
pembelajaran dalam proses belajar
mengajar menurut Hamalik (1992)
adalah untuk memperjelas penyajian pesan dan mengatasi verbalisme,
keterbatasan ruang waktu dan daya
indera. Dalam penjelasannya, Hamalik mencontohkan: 1) objek yang terlalu
besar dapat diganti dengan model,
gambar, realitas. 2) objek yang kecil dibantu dengan Proyektor Mikro, Film
atau gambar. 3) gerak yang terlalu cepat
atau lambat dapat dibantu dengan Time
Lapse atau High Speed Photograft. 4) kejadian masa lalu dapat ditampilkan
-
5
lewat film, rekaman, video. 5) objek
yang terlalu kompleks dapat disajikan
dengan model, diagram atau gambar. 6)
konsep yang terlalu luas dapat divisualisasikan dalam bentuk gambar,
film.
Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan
kesempatan untuk menemukan kembali
ide dan konsep matematika dengan
bimbingan orang dewasa (Gravemeijer dalam Zulkardi, 2010: 7). Upaya ini
dilakukan melalui penjelajahan berbagai
situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada
realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar,
2000). Prinsip penemuan kembali dapat
diinspirasi oleh prosedur-prosedur
pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan
konsep matematisasi.
Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers (dalam
Zulkardi, 2010: 6), yaitu matematisasi
horisontal dan vertikal. Contoh
matematisasi horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan
penvisualisasi masalah dalam cara-cara
yang berbeda, dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah
matematik. Contoh matematisasi
vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan
penyesuaian model matematik,
penggunaan model-model yang berbeda,
dan penggeneralisasian. Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian
seimbang, karena kedua matematisasi
ini mempunyai nilai sama (Van den Heuvel-Panhuizen, 2000).
Dalam RME, pembelajaran diawali
dengan masalah kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman
sebelumnya secara langsung. Proses
penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De
Lange (dalam Zulkardi, 2010: 5) sebagai
matematisasi konseptual. Melalui
abstraksi dan formalisasi siswa akan
mengembangkan konsep yang lebih
komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep
matematika ke bidang baru dari dunia
nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-
konsep matematika dengan pengalaman
anak sehari-hari perlu diperhatikan
matematisi pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday
experience) dan penerapan matematikan
dalam sehari-hari (Bonotto, 2000). Dua proses matematisasi yang berupa siklus
di mana dunia nyata tidak hanya sebagai sumber matematisasi, tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan
kembali matematika.
Berdasarkan penjelasan di atas,
maka proses dalam pembelajaran
matematika realita dapat disajikan ke
dalam bagan berikut.
Gambar 1 Konsep Matematisasi De Lange
Sumber: Zulkardi, 2010: 5
KERANGKA PEMIKIRAN
Metode dan strategi pendekatan yang
digunakan peneliti untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep bangun
ruang melalui penggunaan media konkrit. Di dalam pembelajaran menggunakan
media kongkrit ini guru menyampaikan
materi pembelajaran disertai dengan peragaan berupa alat bantu pelajaran.
Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan
seluruh siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih kongkrit dalam
pembelajaran matematika sehingga
pemahaman semakin meningkat.
-
6
Adapun alur kerangka pemikiran yang
ditunjukkan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari
pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pikir diatas dilukiskan dalam sebuah
gambar skema agar peneliti mempunyai
gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah
sebagai berikut:
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan kelas sebagai berikut:
penggunaan media realia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada konsep bangun ruang pada siswa kelas
V semester II SD Negeri Premulung No. 94
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri Premulung No. 94 Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 pada kelas V semester II. Alasan
pemilihan adalah karena peneliti mengajar
di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tindakan.
Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan dalam waktu 3 (tiga) bulan yaitu dari persiapan penelitian
bulan Pebruari 2012 sampai dengan
penyusunan laporan penelitian bulan April
2012.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Semester II SD Negeri
Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 48 orang siswa. Penentuan
subjek dilandasi adanya alasan bahwa siswa
kelas V semester II di SD Negeri
Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012
mempunyai tingkat ketuntasan belajar yang
rendah dalam pembelajaran matematika.
Prosedur Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka
jenis penelitian yang paling tepat adalah maka jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research). Penelitian
tindakan kelas menurut pendapat Elliott (2001: 1) disebutkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut:
the process through which teachers collaborate in evaluating their
practice jointly; raise awareness of
their personal theory; articulate a
shared conception of values; try out new strategies to render the values
expressed in their practice more
consistent with the educational values they espouse; record their work in a
form which is readily available to and
understandable by other teachers; and thus develop a shared theory of
teaching by researching practice (Elliott, 2001: 1).
Berdasarkan pendapat Elliott, dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan proses di mana guru
bekerjasama dalam mengevaluasi pelaksanaan tugas mengajar yang dilakukan
dengan tujuan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Proses siklus kegiatan dalam penelitian
tindakan kelas menurut Kemmis dan
Taggart (Wiriaatmadja, 2006: 65) dapat
-
7
digambarkan ke dalam bagan skematis
sebagai berikut.
Gambar 3. Model Penelitian Tindakan dari
Kemmis dan Taggart
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung
(Sutopo, 2002 : 59) baik secara formal
maupun informal untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan menggunakan media realia di
kelas V semester II SD Negeri
Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012, mengamati secara langsung
tehadap peristiwa / kegiatan pembelajaran matematika konsep
bangun ruang yang meliputi: a)
kemampuan guru dalam menjelaskan kompetensi dasar dan indikator dalam
pembelajaran, b) kemampuan
mengembangkan pendekatan, metode
dan media dalam pembelajaran matematika konsep bangun ruang; c)
Penguasaan Kelas; dan d) kemampuan
menggunakan alat penilaian.
2. Tes
Tes yang digunakan dalam
pengumpulan data berupa tes hasil
belajar matematika. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan untuk
mengumpulkan data mengenai tingkat
kompetensi siswa dalam penguasaan konsep bangun ruang.
Validitas Data
Data yang berhasil digali,
dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, diusahakan kemantapan dan
kebenarannya. Agar data dapat dijamin
kenbenarannya, didalam penelitian ini digunakan triangulasi data atau disebut
sumber data (Sutopo, 2002 : 79). Cara ini
mengarah pada penggunaan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data
yang sama atau sejenis, akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa
sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber
yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya
bilamana dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain.
Teknik Analisis Data
Prosedur analisisnya menggunakan
model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan
perkembangan dan perubahan subjek
setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi
tertentu dengan pembelajaran tindakan
dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil.
Indikator Kinerja Penelitian
Indikator untuk mengukur
keberhasilan tindakan pembelajaran guna peningkatan prestasi belajar matematika
adalah sebagai berikut:
1. Siswa dianggap menguasai konsep apabila sudah memperoleh nilai > KKM
untuk mata pelajaran matematika, atau
nilai > 64. 2. Pembelajaran dianggap berhasil apabilai
nilai rata-rata kelas > KKM atau rata-
rata kelas > 64.
-
8
3. Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar dengan nilai > 64
sudah mencapai > 80% dari seluruh jumlah siswa yang ada.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal Hasil tes ulangan harian yang
diperoleh dari 48 orang siswa kelas V semester II SD Negeri Premulung No.
94 Kecamatan Laweyan Surakarta pada
semester II tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa dari 48 siswa
ternyata baru 23 orang siswa atau
47,92% yang sudah memperoleh nilai di atas KKM sebesar 64. Sisanya
sebanyak 25 orang siswa atau 52.08%
belum mencapai ketuntasan belajar.
Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 45 dan nilai tertinggi 80.
Nilai rata-rata kelas diperoleh sebesar
61,98. Dengan demikian, secara klasikal siswa kelas V Semester II SD Negeri
Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012
belum mencapai batas tuntas minimal yang dipersyaratkan dalam
pembelajaran matematika.
Data perolehan nilai hasil ulangan harian dapat disajikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2 Nilai Hasil Belajar Kondisi Awal
No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 23 47,92 %
2. Belum Tuntas 25 52,08 %
Jumlah 48 100%
Nilai Rata-rata 61.98
Nilai Terendah 45
Nilai Tertinggi 80
Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal tindakan dapat
digambarkan ke dalam diagram batang
sebagai berikut:
Gambar 4 Diagram Batang Data Tingkat
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
2. Deskripsi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil tes yang
dilaksanakan setelah akhir pembelajaran
tindakan Siklus I dapat diketahui bahwa pembelajaran matematika dengan media
realia dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai terendah yang diperoleh
siswa mengalami peningkatan dari 45
pada kondisi awal menjadi 50. Nilai tertinggi mengalami peningkatan dari 80
pada kondisi awal menjadi sebesar 85
pada akhir tindakan Siklus I.
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa mengalami peningkatan dari 61.98 pada
kondisi awal meningkat menjadi sebesar
66.88 pada akhir tindakan Siklus I. Atas dasar hal ini maka secara klasikal nilai
rata-rata hasil belajar siswa pada
tindakan Siklus I sudah melampaui batas tuntas minimal yang ditetapkan, yaitu
66.98 > 64.
Ditinjau dari ketuntasan belajar,
jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas minimal dengan nilai 64
adalah sebanyak 31 orang siswa atau
64.58%. Siswa yang masih belum mencapai batas tuntas sebanyak 17
orang siswa atau 35.42%. Data
ketuntasan belajar siswa pada tindakan
Siklus I dapat disajikan ke dalam tabel berikut.
22
24
26
23
25
Tuntas Belum Tuntas
-
9
Tabel 3
Nilai Hasil Belajar Tindakan Siklus I
No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 31 64,58 %
2. Belum Tuntas 17 35,48 %
Jumlah 48 100%
Nilai Rata-rata 66.88
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 85
Data tingkat ketuntasan belajar
siswa pada tindakan Siklus I dapat
digambarkan ke dalam diagram batang sebagai berikut:
Gambar 5 Diagram Batang Data Tingkat
Ketuntasan Belajar Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat
diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai
berikut:
a. Pembelajaran matematika dengan media realia dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata-rata hasil belajar siswa dari
61.98 pada kondisi awal menjadi
66.88 pada akhir tindakan Siklus I.
b. Nilai rata-rata kelas sudah melampaui KKM yang ditetapkan,
yaitu 66.88 > 64, meskipun demikian pembelajaran belum dapat dikatakan
berhasil. Hal ini diindikasikan
dengan belum tercapainya ketuntasan kelas di mana tingkat ketuntasan
belajar siswa < 80% atau 64.52 <
80%.
c. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I
adalah: (a) belum berubahnya pola
pembelajaran yang berpusat pada
guru menjadi pola pembelajaran
berpusat pada siswa; (b) dampak
produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal
belum tercapai, yaitu mencapai
tingkat ketuntasan kelas sebesar 80%.
3. Deskripsi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dan
evaluasi pelaksanaan tindakan pembelajaran pada Siklus I, terutama
yang menyangkut beberapa hal yang
direkomendasikan pada Siklus I, selanjutnya disusun rencana tindakan
pembelajaran Siklus II. Perencanaan ini
merupakan upaya untuk meningkatkan dampak produk dari tindakan
pembelajaran yang lebih baik.
Berdasarkan hasil tes yang
dilaksanakan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa prestasi
belajar siswa mengalami peningkatan
dibandingkan dengan hasil tindakan siklus sebelumnya. Hasil tes
menunjukkan adanya peningkatan, yaitu
nilai terendah mengalami peningkatan
dari 50 pada akhir tindakan Siklus I menjadi 60 pada akhir tindakan Siklus
II.
Nilai tertinggi mengalami peningkatan dari 85 pada akhir tindakan
Siklus I menjadi 90 pada akhir tindakan
Siklus II. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan dari 66.88 pada
akhir tindakan Siklus I menjadi 72.29
pada akhir tindakan Siklus II. Mengingat
bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa > KKM atau 72.29 > 64,
maka secara klasikal siswa kelas V
semester II SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
sudah mencapai ketuntasan belajar
dalam pembelajaran matematika konsep bangun ruang.
Ditinjau dari ketuntasan belajar,
jumlah siswa yang sudah mencapai
batas tuntas minimal dengan nilai 64 adalah sebanyak 44 orang siswa atau
0
20
40
Tuntas Belum Tuntas
31
17
-
10
91,67%, sedangkan yang masih belum
mencapai batas tuntas sebanyak 4 orang
siswa atau 8,33%. Data ketuntasan
belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut:
Tabel 4
Nilai Hasil Belajar Tindakan Siklus II
No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 44 91,67 %
2. Belum Tuntas 4 8,33 %
Jumlah 48 100%
Nilai Rata-rata 72.29
Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi 90
Data tingkat ketuntasan belajar
siswa pada tindakan pembelajaran Siklus II dapat digambarkan ke dalam
diagram sebagai berikut:
Gambar 6 Diagram Batang Data Tingkat
Ketuntasan Belajar Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan
pembelajaran pada Siklus II dapat
diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut:
a. Pembelajaran matematika dengan media realia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata-rata hasil belajar siswa dibandingkan dengan tindakan siklus
sebelumnya, yaitu dari 66.88 pada
akhir tindakan Siklus I meningkat
menjadi 72.29 pada akhir tindakan Siklus II.
b. Pembelajaran matematika dengan media realia dianggap berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas V semester II SD Negeri
Premulung No. 94 Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta tahun
pelajaran 2011/2012. Hal ini
diindikasikan dengan tercapainya
ketuntasan kelas secara klasikal, yaitu dengan tingkat ketuntasan
sebesar 91.67%.
c. Adanya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, yaitu sebanyak 4
orang atau 8.33% diberikan
perlakuan khusus berupa
pembelajaran remedial sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan
belajar dengan nilai > 64.
d. Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I
sudah tercapai pada tindakan Siklus
II. Hal tersebut meliputi: (a) sudah berubahnya pola pembelajaran yang
berpusat pada guru menjadi pola
pembelajaran berpusat pada siswa;
(b) dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara
klasikal sudah tercapai, yaitu
mencapai tingkat ketuntasan kelas > 80% atau 91.67% > 80%.
Pembahasan
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa penggunaan media realia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika pada konsep bangun ruang pada siswa kelas V semester II SD Negeri
Premulung No. 94 Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012 terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.
Pada tindakan Siklus I, hasil yang
diperoleh belum optimal. Untuk itu guru melakukan perbaikan dengan mengubah
skenario pembelajaran pada tindakan Siklus
II dengan model diskusi kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Tindakan perbaikan dengan mengubah
skenario pembelajaran cukup berhasil. Hal ini diindikasikan dengan tercapainya
indikator kinerja penelitian berupa nilai
0
50
Tuntas Belum Tuntas
44
4
-
11
rata-rata kelas > KKM dan tingkat
ketuntasan belajar siswa > 80%.
Ditinjau dari nilai hasil belajar yang
diperoleh siswa, nilai terendah, tertinggi, maupun nilai rata-rata yang diperoleh siswa
dalam pembelajaran matematika mengalami
peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai terendah hasil belajar
matematika yang diperolah siswa pada
kondisi awal adalah sebesar 45, nilai
tertinggi 80, dan nilai rata-rata sebesar 61.98.
Nilai hasil belajar siswa mengalami
peningkatan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, yaitu dengan nilai
terendah sebesar 50, nilai tertinggi 85, dan
nilai rata-rata sebesar 66.88. Pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, nilai hasil
belajar siswa mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tindakan Siklus I,
yaitu dengan nilai terendah sebesar 60, nilai tertinggi 90, dan nilai rata-rata sebesar
72.29.
Tabel 5 Perkembangan Nilai Hasil Belajar Siswa
No. Nilai Awal Siklus
I
Siklus
II
1. Rata-rata 45 50 60
2. Nilai
Terendah
80 85 90
3. Nilai
Tertinggi
61.98 66.88 72.29
Peningkatan nilai hasil belajar siswa dari kondisi awal hinga akhir tindakan
Siklus II pada tabel di atas selanjutnya
dapat disajikan ke dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 7 Diagram Peningkatan Nilai Hasil
Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingg
Tindakan Siklus II
Penggunaan media realia dalam
pembelajaran matematika dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Zulkardi (2010: 5) yang mengatakan bahwa dalam RME,
pembelajaran diawali dengan masalah
kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan mereka menggunakan
pengalaman sebelumnya secara langsung.
Proses penyarian (inti) dari konsep
yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan oleh De Lange (dalam Zulkardi, 2010: 5)
sebagai matematisasi konseptual. Melalui
abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih
komplit.
Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matema-
tika ke bidang baru dari dunia nyata
(applied mathematization). Oleh karena
itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak
sehari-hari perlu diperhatikan matematisi
pengalaman sehari-hari (mathematization of everyday experience) dan penerapan
matematikan dalam sehari-hari (Bonotto,
2000). Dua proses matematisasi yang
berupa siklus di mana dunia nyata tidak hanya sebagai sumber matematisasi, tetapi
juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan
kembali matematika.
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seperti yang
tertuang pada bab IV, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan sebagai berikut:
penggunaan media realia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika pada konsep bangun ruang
pada siswa kelas V semester II SD Negeri Premulung No. 94 Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta Tahun
pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata hasil belajar siswa dan tingkat
ketuntasan belajar siswa pada setiap
siklus tindakan yang dilakukan.
45 50
6061.98 66.8872.2980
85 90
0
20
40
60
80
100
Awal Siklus I Siklus II
-
12
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini,
maka ada beberapa hal yang perlu
disarankan, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Guru Kelas
Suatu metode pembelajaran belum
tentu cocok diterapkan untuk semua materi pelajaran. Untuk itu perlu
adanya pemilihan metode
pembelajaran yang tepat sesuai
dengan materi pelajaran atau pokok bahasan yang diajarkan.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penentu keberhasilan dalam
belajar adalah aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada siswa agar selalu terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bonotto, Cinzia. 2000. Mathematics in and out of school : is it possible connect
these contexts ? Exemplification from
an activity in primary schools. http://www.nku.edu/~sheffield/
bonottopbyd.htm diakses pada 10 Juli
2011.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) Kurikulum Pendidikan Dasar.
Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Dimyati Mahmud (1990) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartikawati, Etty. (1997) Hakekat
Bimbingan di SD. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan UT.
Hasan Rachjadi (1997) Dasar-dasar
Pendidikan. Bandung: P3G.
Herman Hudoyo. (1998) Belajar Mengajar Matematika. Bandung: CV. Angkasa.
Marika Subrata dan Munzayanah (1992)
Remedial Teaching. Surakarta: UNS.
Moh. Suryo dan Moh. Amien (1989)
Pengejaran Remedial. Jakarta: Rineka
Cipta.
Mulyono Abdurrahman (1996) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
--------. (1999). Pendidikan Bagi Anak
berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
--------. (2003) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ngalim Purwanto (1990) Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Program Akta Mengajar V-B. (1985) Komponen Dasar Pendidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan UT.
Slameto. 2005. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Krida. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sunardi (1997) Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS.
--------. (2000) Ortopedagogik Umum II
Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta:
UNS.
Van den Heuvel-Panhuizen. 2000.
Realistic Mathematics Education Work
in Progress. http://www.fi.uu.nl/en/indexpulicaties.
html. diakses pada 10 Juli 2011
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Zulkardi. 2010. How to Design Mathematics Lessons based on the Realistic Approach? http://www.reocities.com/ratuilma/rme
.html diakses pada 10 Juli 2011.