tugas translate itmkg 2
DESCRIPTION
added on December 30th, 2013TRANSCRIPT
Tugas Ilmu dan Teknologi Material Kedokteran Gigi 2
Fluoride: Apakah Layak ditambahkan kedalam Pit dan Fisur Silen? (Fluoride: Is It
Worth tobe added in Pit and Fissure Sealants?
Disusun Oleh:
Resty Wahyu Veriani (04121004065)
Khairannisa Trisna Asih (04121004068)
Dosen Pembimbing :
drg. Maya Hudiyati, M.DSc
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2013
Fluoride: Apakah Layak ditambahkan kedalam Pit dan Fisur Silen?
Abstrak.
Latar belakang dan tujuan: Fluoride digunakan untuk mencegah karies gigi sejak lama.
Pemberian fluoride ke dalam pit and fisur silen telah ditemukan untuk mengurangi inisiasi
dan progresi karies pada pit dan fisur. Penulis melakukan penelitian ini untuk mengevaluasi
dan membandingkan efek dari pelepasan fluoride pada pit dan fisur silen terhadap
penghambatan demineralisasi email yang berdekatan dan mengurangi frekuensi lesi.
Material dan metode: 60 molar tiga bebas karies secara acak dibagi menjadi tiga kelompok,
grup A dengan pit dan fisur silen konvensional tanpa fluoride, Grup B dengan silen berbahan
dasar resin, dan grup C dengan silen berbahan dasar semen ionomer. Kavitas fisur dengan
ukuran 5 x 2 x 15 disiapkan pada permukaan bukal gigi menggunakan bur fissurotomi dan
silen di aplikasikan ke dalam kavitas.
Gigi kemudian dilakukan proses thermocycling dan asam gel gelatin diaplikasikan selama 6
minggu untuk menginduksi karies seperti lesi. 150 mikrometer bagian diambil dari masing-
masing gigi dan diobeservasi dibawah mikroskopkop cahaya terpolarisasi untuk mengukur
kedalaman bagian terdepan dari luar lesi enamel. Kedalaman lesi luar ketiga kelompok
dibandingkan.
Hasil: Demineralisasi email paling sedikit terdapat di pit dan fisur silen dengan semen
ionomer sedangkan demineralisasi yang ditunjukkan resin nonfluoride dan resin berfluoride
sebanding. Frekuensi dinding lesi 0% dari semua kelompok.
Kesimpulan dan interpretasi: Pit dan fisur silen berbahan dasar semen ionomer
menunjukkan efisiasi antikariogenik tertinggi dan oleh karena itu dapat dianjurkan sebagai
sarana untuk mencegah karies gigi.
Katakunci: Karies gigi, Pit dan fisur silen, Fluoride.
Cara untuk mengutip artikel ini: Prabhakar AR, Dahake PT, Raju OS, Basappa N.
Fluoride: Is It Worth to be added in Pit and Fissure Sealants?. Int J Clin Pediatr Dent
2012;5(1):1-5.
Pendahuluan
Karies gigi merupakan penyakit yang paling umum yang diderita oleh manusia.
Karies gigi tetap menjadi penyakit utama yang paling umum pada anak-anak, terjadi delapan
kali lebih umum dibandingkan dengan asma, yang merupakan penyakit umum kedua pada
anak-anak.
Permukaan oklusal memperlihatkan 12,5% dari total permukaan pada pertumbuhan
gigi permanen, tetapi menyumbang lebih dari 50% karies pada anak sekolah. Daerah oklusal,
yaitu pit dan fisur merupakan daerah inisiasi karies. Upaya untuk mencegah inisiasi dan
perkembangan karies pada pit dan fisur sudah dilakukan sejak waktu yang lama. Pengenalan
Bis-GMA telah merevolusi perawatan pit dan fisur silen, karena kemudian banyak kemajuan
telah dibuat untuk meningkatkan adesif dan sifat mekaniknya. Pit dan fisur silen merupakan
sarana ekonomis dan memadai untuk pencegahan karies gigi pada permukaan oklusal molar
dan premolar dan juga untuk menjaga kesehatan gigi. Berbagai bahan lain seperti komposit
flowable, semen ionomer kaca, semen ionomer kaca modifikasi resin, kompomer, dan
berbagai jenis agen bonding juga telah digunakan saat ini sebagai pit dan fisur silen.
Fluor topikal dan sistemik efektif dalam mengurangi karies permukaan halus tetapi
tidak efektif dalam mencegah karies pit dan fisur. Penggabungan fluoride dalam pit dan fisur
silen telah ditemukan dan memainkan peran dalam pengurangan karies pit dan fisur, sehingga
mengurangi kejadian karies secara keseluruhan. Berbagai jenis pit dan fisur silen yang
melepaskan fluoride dapat digunakan untuk melindungi permukaan halus, hipoplasia enamel,
dan daerah sekitar kawat ortodonti. Mengingat manfaat-manfaat yang dihasilkan, penggunaan
silen disarankan sebagai langkah-langkah pencegahan dalam berbagai kesehatan masyarakat
dan telah dibuktikan sukses.
Bahan-Bahan dan Metode
Sebanyak 60 molar ketiga diekstraksi untuk tujuan terapeutik dilibatkan dalam
penelitian ini. Semua gigi dievaluasi di bawah mikroskop stereo (Leica Liar M3Z, Jerman)
untuk memastikan tidak adanya lesi white spot atau karies, cacat perkembangan,
mikrofraktur, dan diskolorisasi. Semua sampel disimpan dalam 0,01% larutan timol untuk
mencapai desinfeksi dan mencegah dehidrasi. Fluoride bebas prophylaxis diberikan dan gigi
disimpan di air suling deionisasi ganda pada suhu kamar sampai penggunaan lebih lanjut.
Sampel dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu A, B dan C, masing-masing berisi 20
gigi. Pada sepertiga tengah dari bukal permukaan setiap gigi molar ketiga, kavitas pada fisur
disiapkan dengan menggunakan bur Fissurotomi (SS Putih Burs, Lakewood, NJ) dan
handpiece kecepatan tinggi (NSK, Pana AIR) ukuran 5 × 2 × 1,5 mm tanpa bevel atau
preparasi tepi.
Dimensi kavitas diukur dengan Probe periodontal William (Hu-Friedy PQW6, USA)
untuk memastikan keseragaman jendela enamel di semua sampel. Sampel pada ketiga
kelompok dikodekan dengan warna untuk identifikasi, ditunjukkan pada Tabel 1, dan
diaplikasikan dengan pit dan fisur silen sesuai dengan instruksi pabrik.
Aplikasi Silen kedalam Kavitas
Kelompok A (pit dan fisur silen nonfluoride; pit dan fisur silen Helioseal ®): Kavitas
di setiap sampel dietsa asam dengan 37% asam fosfat gel selama 30 detik, dibilas
dengan air suling deionisasi ganda selama 10 detik dan dikeringkan dengan udara
bebas minyak terkompresi selama 10 detik. Bahan-bahan tadi kemudian ditempatkan
di kavitas setiap gigi sesuai dengan instruksi pabrik sampai margin cavosurface dan
disinari selama 40 detik dengan light curing unit. (Bee Cool, Plus Top light – LED
light curing unit, Taiwan).
Kelompok B (Pit dan fisur silen yang melepaskan fluoride, pit dan fisur silen
Guardian Seal™): Prosedur yang sama seperti yang dijelaskan kelompok A dilakukan
juga terhadap sampel kelompok B.
Grup C (Pit dan fisur silen berbahan dasar semen ionomer, pit dan fisur silen GC Fuji
VII™ ): Masing-masing sampel kavitas dibersihkan selama 15 detik dengan dentin
conditioner, dibilas dengan air suling deionisasi ganda selama 10 detik dan
dikeringkan dengan udara bebas minyak terkompresi selama 10 detik. Bubuk dan cair
dicampur sesuai dengan instruksi pabrik dan ditempatkan ke
kavitas. Sisa material dihapus dengan plastik instrumen dan disinar dengan light
curing selama 40 detik. (Bee Cool, Plus Top light – LED light curing unit,
Taiwan).Semua permukaan molar dilapisi dengan varnish tahan asam meninggalkan 1
mm dari sound enamel melingkupi kavitas yang terisi silen, yang terpapar dan
mengalami thermocycling pada saliva buatan.
Sampel disuspensikan dalam asam gelatin gel selama 6 minggu pada suhu 37 ° C untuk
menginduksi karies buatan seperti lesi pada enamel rim. Asam gelatin gel diubah pada
interval mingguan, sesuai dengan pH larutan yang akan berubah berdasarkan waktu. Setiap
gigi kemudian dibersihkan secara menyeluruh dengan air suling deionisasi ganda.
Bagian gigi longitudinal dengan ketebalan 150 mikrometer diperoleh dengan memotong
sepanjang jendela enamel gigi menggunakan mikrotom jaringan keras Silverstone-Taylor
(Leica SP 1600, Leica Microsystems, Nussloch, Germany). Potongan itu dievaluasi dibawah
mikroskop cahaya terpolarisasi (Leica, Leica Microsystems, Nussloch, Germany).
Kuantifikasi Lesi Menggunakan Software Leica Qwin
Setiap potongan diperiksa di bawah mikroskop cahaya terpolarisasi dan
photomicrograph dari setiap potongan diambil. Rata-rata kedalaman karies seperti lesi
ditentukan dalam blinded fashion dengan memproyeksikan photomicrographs ke sebuah
komputer dihubungkan tablet digital dan berukuran 10 poin sepanjang bagian terdepan dari
lesi. Menggunakan protokol yang sama, ada atau tidak adanya lesi dinding ditentukan untuk
setiap spesimen. Bagian terdepan bersama dengan bagian permukaan lesi diukur, dengan
pengukuran pertama terletak 100 mikrometer dari preparasi kavitas (Gambar 1).
Untuk analisis statistik, ANOVA digunakan untuk perbandingan kelompok diikuti
dengan tes post hoc Tukey untuk perbandingan grup (A vs B, A vs C, B vs C). Hasil
dinyatakan dengan rata-rata ± SD, koefisien variasi dan rentang nilai.
Hasil
Tabel 2 dan Gambar 2 menunjukkan rata-rata kedalaman lesi luar dari tiga kelompok
perlakuan. Rata-rata kedalaman lesi luar dibandingkan menggunakan ANOVA dan tes post-
hoc Tukey untuk perbandingan grup ( tingkat signifikansi p < 0,05 ).
Gambar 1. Potomikrograf menunjukkan pengukuran bagian terdepan karies seperti
lesi pada 10 poin.
Gambar 2. Rata-rata nilai demineralisasi kelompok A, B, dan C.
Rata-rata kedalaman lesi luar yang paling kecil adalah kelompok C (pit dan fisur silen
berbahan semen ionomer kaca) dengan 73%. Perbedaan kedalaman lesi luar kelompok C
dengan kelompok lain menjadi signifikan. Seperti ditunjukkan pada Tabel 3, lesi luar yang
berdekatan dengan kavitas yang diisi silen nonfluoride konvensional memiliki pengurangan
3% pada kedalamannya bila dibandingkan dengan spesimen yang diisi dengan silen yang
melepaskan fluoride. Lesi luar yang berdekatan dengan kavitas yang diisi dengan silen yang
berbahan semen ionomer memiliki pengurangan 27% pada kedalamannya bila dibandingkan
silen nonfluoride konvensional. Kelompok silen berbahan semen ionomer juga mengalami
penurunan 30% di kedalaman luar lesi bila dibandingkan dengan kelompok silen yang
melepaskan fluoride. Persentase pengurangan dihitung dengan membagi kedalaman lesi rata-
rata untuk kelompok perlakuan dengan kedalaman lesi rata-rata untuk kelompok kontrol dan
mengalikan hasilnya dengan 100%.
Pembahasan
Pit dan fisur lebih rentan terhadap karies inisiasi karena variasi dalam berbagai
bentuk, bentuknya berliku-liku, tidak teratur, dan sempit (lebar ~0,1 mm ). Akibatnya, ini
menjadi tempat yang ideal untuk retensi bakteri dan sisa-sisa makanan, pembersihan debris
secara mekanik tidak dapat diakses karena bulu sikat gigi (0,2 mm) terlalu besar untuk
menembus sebagian besar fisur.4
Upaya untuk mencegah karies pit dan fisur dilakukan dengan berbagai cara seperti
odontotomy profilaksis, enameloplasti, penggunaan fluoride topikal dan sistemik dan
berbagai bahan-bahan adhesif seperti semen dan resin.4 Penggunaan pit dan fisur silen
dengan demikian bertujuan untuk mencegah inisiasi karies di bagian celah gigi yang
merupakan modal dalam pencegahan karies.17
Sifat kariostatik silen yang disebabkan oleh
obstruksi fisik dari pit dan fisur dapat mencegah kolonisasi bakteri baru dan penetrasi
fermentasi karbohidrat, sehingga bakteri yang tersisa tidak bisa menghasilkan asam dalam
konsentrasi kariogenik.18
Peran pelepasan fluor dari material kedokteran gigi dalam
pencegahan caries19
telah dibuktikan dari penelitian in vitro dan in vivo, mendukung
pernyataan bahwa apabila sering memberikan F- pada konsentrasi rendah dapat mengurangi
demineralisasi enamel dan mempercepat proses remineralisasi.20
Meskipun bahan lain, seperti fluoride varnish, odol, larutan kumur, dan gel dapat
mengurangi prevalensi karies, fluoride yang dilepaskan dari material kedokteran gigi ini juga
memainkan peran yang menjanjikan dalam pencegahan karies.21,22
Kemampuan dari material
ini untuk bertindak sebagai reservoir fluoride adalah jelas sebagai keuntungan dalam
resistensi karies, baik pada interface restoratif enamel dan berbatasan dengan permukaan luar
enamel dekat material gigi yang melepaskan fluoride. Semen ionomer kaca (GIC) diketahui
dapat melepaskan fluoride perlahan-lahan selama periode waktu25
ke sekitar enamel untuk
menghasilkan efek kariostatik.26
Bonding GIC dengan enamel dan dentin tanpa etsa adalah
keuntungan tambahan, sehingga lebih mudah untuk dilakukan.27
Oleh karena sifat
kariostatiknya yang terkenal sehingga beberapa upaya dilakukan secara konsisten selama
lebih dari 25 tahun untuk menambahkan fluoride dalam resin silen28
dan upaya untuk
menggabungkan keduanya terus berlanjut hingga sekarang.29
Dalam penelitian ini, pit dan fisur silen semen ionomer kaca telah menunjukkan
penghambatan demineralisasi enamel tertinggi. Perbedaan penghambatan demineralisasi
antara pit dan fisur silen semen ionomer kaca dan resin silen berfluoride dan nonfluoride
secara statistik adalah signifikan. Hasilnya dikaitkan dengan F yang dibebaskan dari semen
ionomer kaca dengan cara tiga mekanisme diskrit: mencuci permukaan, difusi melalui pori-
pori dan celah-celah dan difusi dalam jumlah besar.30
Temuan serupa dikonfirmasi oleh
beberapa penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan fluoride yang dilepaskan dari GIC pada
struktur gigi di sekitarnya31
dan struktur mikro gigi.32
Penelitian mengevaluasi bahwa GIC
sebagai pit dan fisur silen secara klinis telah terbukti mengurangi kerentanan terhadap
karies.33
Tidak perbedaan yang signifikan terlihat dari penghambatan demineralisasi antara
resin silen berfluoride serta nonfluoride, dengan demikian, mengkonfirmasi dari hasil
sebelumnya.31,34
Temuan di atas dapat dijelaskan oleh karena perbedaan dalam komposisi antara bahan
ionomerik dan resin, menghasilkan perbedaan berikutnya dalam melepaskan fluoride.34
Difusi air ke bahan yang diperlukan untuk pembentukan ion hidrogen yang menyerang
partikel kaca yang mengandung fluoride dapat melepaskan fluoride. Itulah sebabnya bahan
ionomerik lebih permeabel terhadap air, meningkatkan difusi dan pelepasan fluoride.35
Di
sisi lain, matriks resin silen jauh lebih sedikit hidrofilik, membuat pelepasan fluoride lebih
sulit.36
Tidak ada lesi dinding yang ditemukan di salah satu spesimen di penelitian ini. Tidak
adanya lesi dinding dapat dibenarkan karena pengurangan kebocoran mikro sepanjang
material karena etsa asam atau pengkondisian enamel. Mikropori dan microproyeksi yang
terbuat pada permukaan enamel menyebabkan adanya penetrasi dan polimerisasi silen di
bagian ini, membentuk ikatan mekanik dengan gigi. Ikatan optimal resin silen dengan enamel
bergantung pada pengkondisian yang tepat dan memadai dari enamel.37
Hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini dapat dikonfirmasi oleh penelitian lain, menunjukkan bahwa silen
meperlihatkan kebocoran mikro yang kecil atau tidak ada hubungan sama sekali antara silen
dan email gigi.38
Bergantung pada lingkungan, semua pit dan fisur silen dapat bertindak berbeda karena
variabel lain seperti persiapan celah, etsa enamel dan conditioning, penerapan bahan bonding
dan kontaminasi permukaan fisur. Metode yang tepat dari penerapan silen juga merupakan
faktor penentu untuk mengurangi kebocoran mikro, mengurangi lesi dinding, yang mungkin
secara lebih lanjut dapat menyebabkan pembentukan karies sekunder.
Kesimpulan
Penghambatan demineralisasi di enamel dengan pit dan fisur silen berbahan semen
ionomer kaca adalah yang tertinggi, diikuti dengan resin silen berfluoride dan
nonfluoride.
Penghambatan demineralisasi di enamel untuk sealant resin berfluoride dan
nonfluorie adalah sebanding.
Tidak ada lesi dinding yang ditemukan di salah satu spesimen di semua pit dan fisur
silen.