travel medicine jurnal review
DESCRIPTION
Journal Review for Travel MedicineTRANSCRIPT
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
1/12
TRAVEL MEDICINE: Vaksinasi dan Kemoprofilaksis
untuk Malaria
Najmina Amaliya
Medical Faculty of Mataram University
PENDAHULUAN
Kemudahan transportasi terutama melalui udara telah memastikan bahwa
diperkirakan 660 juta orang lebih melakukan perjalanan internasional setiap tahunnya ke
setiap bagian dari seluruh dunia. Dengan keadaan ini maka tidak menutup kemungkinan
wisatawan selama perjalanannya akan terkena penyakit yang berbeda-beda di tiap negara.
Diperkirakan 30-50 % wisatawan yang tidak memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik
menjadi sakit dalam perjalanannya.4
Pada tahun 2006, 842 juta orang meninggalkan kota asal mereka untuk berkunjung ke
beberapa bagian negara di dunia. Setiap tahunnya 100 juta orang akan melakukan perjalanan
dari daerah industrial ke daerah dengan resiko tinggi dari daerah tropikal dan semi-tropikal
dimana daerah tersebut memiliki resiko kesehatan tertinggi dan dengan permasalahn
kesehatan yang bisa timbul lebih serius.2
Resiko dari satu penyakit yang mungkin dialami selama perjalanan antar negara akan
berbeda-beda pada tiap regional. Kebanyakan yang melakukan perjalanan melewati daerah
Atlantik memiliki permasalah kesehatan lebih mendominasi pada konstipasi, sakit kepala
atau jet lag, tetapi resiko kesehatan dalam perjalanan akan meningkat ketika tujuannya adalah
daerah tropikal dan semi-tropikal, dimana lebih dari setengah dari para wisatawan
menunjukkan permasalah kesehatan yang serius selama perjalanan mereka.2
Berhubungan dengan keadaan tersebut maka dalam bidang kesehatan dikembang
salah satu bidang yang berfokus pada kesehatan dalam perjalanan antar negara. Bidang
kesehatan dalam perjalan ini terutama berfokus pada tiga bidang utama dalam keterkaitan
dengan usaha untuk perlindungan diri dalam perjalan antar negara dan beberapa permasalahn
kecil lainnya yang juga terkait.2 Tiga bidang utama tersebut adalah : vaksinasi untuk
perlindungan diri sebelum meninggalkan kota asal ; pencegahan untuk penyakit diare dan
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
2/12
obat-obat yang dapat digunakan untuk terapi sendiri jika terkena diare selama perjalanan ;
dan strategi pencegahan untuk malaria.
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
3/12
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
4/12
VAKSINASI UNTUK MALARIA
Malaria merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh parasit protozoa dimana
sebagian besar banyak ditemukan di daerah tropis maupun semi-tropis. WHO memperkirakan
bahwa malaria menyebabkan lebih dari 300 juta penyakit akut dan setidaknya ada satu juta
kematian setiap tahunnya karena penyakit ini. Sebagian besar kasus dan kematian terjadi
karena infeksi dari spesiepPlasmodium falcifarum. Namun infeksi yang disebabkan olehP.
Vivax juga harus diperhitungkan karena sifatnya yang dorman di dalam hati dan angka
kekambuhannya yang cukup tinggi.
Setiap tahun 300 juta orang dari negara-negara non-tropis akan mengunjungi negara-
negara endemik malaria yang kemudian mengakibatkan kasus sekitar 30.000 kasus malaria
pada wisatawan dari Amerika Serikat, Kanada dan Eropa. Selama tahun 2005, 1.528 kasus
impor malaria terjadi pada wisatawan AS yang kemudian menyebabkan 7 (0,5%) kemarian.2
Rasio angka kematian yang disebabkan oleh malaria falciparum selama perjalan ke
daerah sub-Shara Afrika adalah 1,2%. 7 kematian yang terjadi pada wisatawan AS selama
tahun 2005 tersebut disebabkan oleh malaria falcifarum. Resiko terkena malaria tertinggi
diperoleh dari para wisatawan yang mengunjungi Afrika Barat, Afrika Timur, Afrika Selatan
atau Kepulauan Solomon dan tingkatan resiko yang lebih rendah untuk perjalanan ke
Amerika Selatan, Benua India, dan Timur Tengah, Asia Barat dan juga Tenggara.2
Antara tahun 2000 dan 2009 telah terjadi kenaikan besar dalam pengendalian malaria
di banyak negara endemik malaria, termasuk di Afrika. Jumlah angka perkiraan kematian
yang terkait dengan malaria telah menurun dari sekitar 1 juta di tahun 2000 menjadi sekitar
780.000 pada tahun 2009.3 Angak-angka kasus klinis diperkirakan sebesar 225 juta secara
global dari WHO. Dari lima spesies Plasmodium yang diketahui menjadi penyebab terbanyak
malaria pada manusia, dua telah menerima banyak perhatian untuk pengembangan
vaksinasinya. Plasmodium falcifarum yang 90%-nya merupakan penyebab kematian dari
kasus malaria pun mendapat sorotan khusus untuk pembuatan vaksinasinya.4
a. Pre-erit rosi t proyek 1,3Tidak ada konsensus yang menyebutkan bahwa imunitas pre-eritrosit dapat
berespon dalam melawan paparan alami, baik dari anibodi atau cell-mediated
immunity (CMI), berkontribusi substansial secara alami memberikan kekebalan
namun dari model sporozoit iridian menunjukkan bahwa manusia dapat memberikan
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
5/12
respon kekebalan imunitas terhadap sporozoit dan parasit yang dalam masa di dalam
hati. Dalam hal ini, imunitas steril yang diberikan melalui vaksik sub-unit pre-eritrosit
atau organisme utuh yang dilemahkan tidak akan dapat meniru kekebalan yang
terbentuk dari paparan alamiah, namun pemberian vaksinasi ini dapat memberikan
efek yang lebih dibandingkan yang terlihat di kenyataan.
Kandidat antigen vaksin dari pre-eritrosit ini lebih menargetkan pada antibodi
yang dapat mencegah invasi sporozoit pada hepatosit atau target pada respon imun
seluler yang dapat membunuh infeksius pada masa hepatosit. Secara keseluruhan
efektivitas dari vaksinasi pre-eritrosit ini adalah menginaktifkan parasit sebelum
meninggalkan hati, menyebabkan adanya imunitas steril dan mencegah timbulnya
penyakit. Tujuan dari pemberian vaksinasi ini mungkin atau mungkin tidak dapat
dicapai dengan vaksin yang saat ini sedang dievaluasi , tapi sebagian vaksin yang
efektif dapat menurunkan angka kejadian infeksi baru, dan mengurangi jumlah
merozoit yang keluar dari hati , dengan mengurangi jumlah sporozoit yang memasuki
hati atau membunuh parasit dalam hepatosit , mengarah ke manfaat klinis analog
dengan efek langsung insektisida kelambu.
Vaksin praeritrosit sebagian efektif dapat menyebabkan penurunan baik di
ukuran dan frekuensi darah pada tahap inokulum , yang bisa mengakibatkan
penurunan penyakit ringan , penyakit berat dan kematian . Ukuran mengurangi
inokulum yang memperpanjang kesenjangan antara infeksi dan patensi dapat
memberikan waktu untuk meningkatkan respon imun lainnya yang berkontribusi
terhadap kekebalan klinis.
b. CS Protein 3Plasmodium circumsporozoite protein (CS) akan dikeluarkan selema masa
sporozoit dan pada masa awal dari proses di hati dari infeksi parasit. Protein ini
terlibat dalam adhesi dari sporozoit ke hepatosit dan invasi hepatosit. Anti-CS
antibodi menunjukkan inhibisi dari invasi parasit dan juga berhubungan dengan
penurunan resiko klinis malaria dalam beberapa studi, meskipun respon dari anti-CS
pada terbentuknya imunitas alamiah masih kontroversial. Falcifarum-CS dapat
menghentikan invasi sporozoit ke hepatosit. Peran protektif dari pemberian vaksinasi
dengan anti-CS ini dapat memberikan respon yang baik dan fakta bahwa CS ini
merupakan antigen sporozoit yang predominan pada permukaan, yang kemudian
membuat CS menjadi antigen yang banyak digunakan untuk kandidat vaksin pre-
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
6/12
eritrosit. Bukti untuk efikasi dari pemberian vaksin dengan CS ini jauh lebih tinggi
untuk mencegah kematian dibandingkan dengan antigen lainnya.
c. RTS,S/AS01E 1,3RTS, S/AS01E telah menunjukkan efikasi 51% (95% CI 29-66) dalam mengurangi
tingkat semua episode malaria klinis lebih dari lima belas bulan masa tindak lanjut
dalam tahap 2 uji coba pada anak usia 5-17 bulan yang bertempat tinggal di Kilifi,
Kenya. Analisis imunologi menunjukkan bahwa titer tinggi anti-CS IgG yang paling
sangat terkait dengan RTS, S-dimediasi untuk perlindungan, dengan aditif penting
komponen dari sel Th1 CS-spesifik.
d. Vaksinasi untuk keselu ruhan bentuk organisme 1Sporozoit: 'subunit' vaksin yang menargetkan tahap pre-eritrosit
dikembangkan dengan harapan mereproduksi kekebalan yang dihasilkan oleh
sporozoit yang diiradiasi. Tapi sebagian besar vaksin ini, yang memberikan satu atau
beberapa antigen parasit, menyebabkan perlindungan hanya parsial dengan cepat
hilangnya respon imun. Mekanisme dimana iradiasi sporozoit menginduksi respon
protektif masih belum jelas. Selama bertahun-tahun, studi menggunakan sporozoit
iradiasi telah memberi kita beberapa wawasan berharga respon kebal terhadap
tahap pre-eritrosit parasit. Model Murine yang paling banyak dipelajari dan dalam
sistem ini, baik T-sel (terutama CD8+) yang menargetkan pada tahapan intra-
hepatocytic, dan antibodi yang mengenali antigen pada permukaan sporozoite dan
blok invasi sporozoite, tampaknya penting untuk perlindungan. Selain itu, protein
interferon-g, interleukin-12 dan oksida nitrat juga tampaknya menjadi penting.
Tahap erythrocytic: Untuk vaksin tahap darah, vaksinasi dengan rendahnya
jumlah sel darah merah yang terinfeksi dipertimbangkan. Baru-baru ini melalui studi
dengan infeksi yang berulang pada beberapa sukarelawan dengan 30 infeksi pada sel
darah merah, diberikan terapi obat, dapat memberikan perlindungan terhadap strain
homolog dari P. Falciparum. Kekebalan ini didominasi dari mediasi melalui
tanggapan T-sel proliferatif, aktivitas sintase oksida nitrat dan produksi interferon-g
tanpa adanya antibodi.
Keuntungan utama dari metode ini adalah kekebalan yang dihasilkan untuk
berbagai parasit antigen dalam pengaturan alami. Namun, dosis sel darah merah yang
terinfeksi harus bekerja sangat hati-hati, dan kekhawatiran mengenai penggunaan
produk darah dari manusia, berpotensi menularkan beberapa patogen yang belum
dikenal tetap harus diperhatikan.
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
7/12
KEMOPROFILAKSIS UNTUK MALARIA
Untuk perjalanan ke daerah risiko lebih rendah untuk malaria seperti Amerika Latin
dan Asia Selatan , dua pendekatan telah direkomendasikan oleh beberapa ahli dalam upaya
untuk mengurangi paparan obat-obatan antimalaria, dengan efek samping mereka . Pertama ,
kemoprofilaksis dapat diambil hanya selama musim hujan ketika risiko penularan malaria
meningkat . Kedua , dosis kuratif obat antimalaria dapat diberikan untuk wisatawan yang
tetap disimpan dalam koper mereka , 12tablet dari malarone ( dosis kuratif adalah 4 - tablet
sekali sehari selama tiga hari ) atau 3 - tablet Fansidar ( dosis kuratif adalah 3 - tablet yang
diambil dalam satu dosis untuk pengobatan malaria ). Jika wisatawan menunjukkan gelaja
demam sementara di daerah dengan endemis malaria , mereka disarankan untuk melapor ke
pusat layanan medis lokal untuk evaluasi . Pendekatan ini digunakan oleh sejumlah otoritas
kesehatan perjalanan di Eropa tetapi saat ini tidak direkomendasikan di AS oleh CDC.2
Penanggulangan saat melawan malaria meliputi penggunaan kemoprofilaksis malaria
, upaya perlindungan pribadi , langkah-langkah kesehatan lingkungan terhadap vektor
penyakit , dan terapi eradikasi untuk tahap plasmodium di hati , termasuk hypnozoites , dan
gametosit. Adanya banyak multidrug resisten untukP. Falcoparum dan lebih banyak padaP.
Vivax, menyebabkan terbatasnya pilihan untuk obat antimalaria sebagai kemoprofilaksis.
Direkomendasikan kemoprofilaksis untuk malaria saat ini adalah rejimen doksisiklin ( 100
mg satu tablet setiap hari) , atau mefloquine ( satu tablet 250 mg mingguan ) , atau Malarone
( satu tablet sehari , yang terdiri dari 250 mg atovaquone dan 100 mg proguanil ) . Klorokuin
terus direkomendasikan sebagai kemoprofilaksis malaria untuk malaria di beberapa daerah di
mana tidak ada resistensi klorokuin . Saat ini untuk pengobatan eradikasi malaria adalah
primakuin ( dua tablet 7,5 mg dua kali sehari selama 2 minggu ) , meskipun tafenoquine baru-
baru ini diujicobakan ADF di Timor Timur baik sebagai alternatif pemberantasa maupun
pengobatan ( 400 mg sehari selama tiga hari ) dan sebagai dosis mingguan agen
kemoprofilaksis.4
Ada berbagai pendapat tentang berapa lama harus antimalaria dilanjutkan setelah
meninggalkan daerah malaria, tetapi untuk obat yang tidak memiliki efek pra-eritrosit pada
tahap hati malaria yang parasit, seperti doxycycline dan mefloquine, profilaksis harus terus
sampai empat minggu setelah meninggalkan daerah endemik malaria. Hal ini berkaitan
dengan waktu yang dibutuhkan untuk parasit berkembang di hati dan menginfeksi aliran
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
8/12
darah. Malarone memiliki beberapa efek pada tahap hepatik P. falciparumparasites dan dapat
diberikan untuk periode yang lebih pendek setelah kembali, (misalnya, satu minggu).4
Untuk wisatawan ke daerah-daerah terpencil, pengobatan siaga mungkin berguna.
"Pengobatan siaga terdiri dari suatu obat antimalaria untuk wisatawan yang ke daerah
endemis malaria dapat digunakan untuk selftreatment jika mereka tidak mampu untuk
mendapatkan akses ke fasilitas medis dalam waktu 24 jam tidak terjadi perbaikan".
Wisatawan yang menggunakan pengobatan siaga harus mencari fasilitas medis sesegera
mungkin. Antimalaria baru, yang mungkin berguna untuk pengobatan standby, termasuk
Malarone dan Riamet (20 mg artemeter dan 120 mg lumefantrine).4
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
9/12
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
10/12
-
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
11/12
DAFTAR PUSTAKA
1. Sharma, Shobhona and Pathak, Sulabha. Malaria vaccine : a current perspective :Departement of Biological Sciences, Tata Institute of Fundamental Research,
Mumbai, India.J Vector Borne Dis 45, March 2008,pp. 1-20. Available from URL :
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18399312
2. Dupont, L. Herbert, M.D. Presidents Address : Travel Medicine and Principles OfSafe Travel. Transaction of The American Clinical and Climatological Association,
Vol. 199. Houston, Texas : 2008. Available from URL :
www.ncbi.nl.nih.govpubed
3. Schwartz, Lauren, Brown, V Graham, Genton, Blaise, and Moorthy, S Vasee. Areview of malaria vaccine clinical project based on the WHO rainbow table. Malaria
Journal 2012, 11:11. Available from URL :
http://www.malariajournal.com/content/11/1/11
4. Lieutnant Colonel Leggat, A Peter. Travel medicine : profiling an emerging specialty.ADH Health Vol 4, September 2003. Available from URL :
www.defence.gov.auhealthinfocentre...adfhealth-.pdf
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18399312http://www.malariajournal.com/content/11/1/11http://www.malariajournal.com/content/11/1/11http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18399312 -
5/24/2018 Travel Medicine Jurnal Review
12/12
REVIEW JURNAL
TRAVEL MEDICINE: Vaksinasi dan
Kemoprofilaksis untuk Malaria
Najmina Amaliya
H1A010031
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
2013