thanatologi

30
Pembimbing : dr. Jims Ferdinan Possible Tambunan, M.Ked For, Sp.F Penyusun : Nastiti Hasnawati Novaria Yuasa Reni Susanti Sari Muranas Sumbawah Shella May Rizka SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK RS PERTAMINA BINTANG AMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI LAMPUNG THANATOLOGI

Upload: gilang

Post on 14-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

thanatologi 2

TRANSCRIPT

Pembimbing : dr. Jims Ferdinan Possible Tambunan, M.Ked For, Sp.F

Penyusun :

Nastiti HasnawatiNovaria YuasaReni Susanti

Sari Muranas SumbawahShella May Rizka

SMF ILMU KEDOKTERAN FORENSIK RS PERTAMINA BINTANG AMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI LAMPUNG

THANATOLOGI

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Thanatologi : Bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.

1.2. Tujuan

1. Menentukan apakah seseorang benar-benar telah meninggal atau belum

2. Menentukan berapa lama seseorang telah meninggal

3. Membedakan perubahan-perubahan post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup

Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan post mortal

1.3. Manfaat

1. Untuk dapat menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal

2. Untuk dapat memperkirakan lama kematian korban

3. Untuk dapat menentukan wajar atau tidak wajar kematian korban sehingga ilmu thanatologi ini dapat diterapkan untuk pemecahan kasus

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Thanatologi berasal dari kata thanatos (yg berhubungan dg kematian) dan logos (ilmu).

Thanatologi : Bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan setelah kematian serta faktor-faktor yg mempengaruhi perubahan tsb.

Beberapa istilah tentang mati :

1. Mati Somatis (mati klinis)2. Mati Suri (apparent death)3. Mati Seluler4. Mati Serebral5. Mati Otak (batang otak)

Perubahan Post Mortem

A. Tanda Kematian Tidak Pasti1. Pernapasan berhenti2. Terhentinya sirkulasi (kerja jantung & peredaran darah berhenti)3. Kulit pucat4. Tonus otot menghilang dan relaksasi5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi bbrp menit stlh

kematian6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dlm waktu 10’ yg

masih dpt dihilangkan dg meneteskan air.

B. Tanda Pasti Kematian

1. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) Terjadi karena proses peindahan panas dari

suatu benda ke benda yg lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.

Penurunan suhu rata-rata 0,9-1 C setiap jam. Pengukuran suhu per rektal.

Rumus menentukan saat kematian berdasarkan suhu tubuh mayat menurut Marshall and Hoare (1962)

98,6 F – suhu rectal1,5

1. Lebam Mayat (livor mortis)

Mulai tampak 20-30 menit pasca mati dan menetap 8-12 jam. Timbul setelah kematian klinis krn eritrosit menempati tempat

terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak merah ungu pd bag. Terbawah tubuh, kecuali pd bag. Tubuh yg tertekan alas keras.

No. DILIHAT DARI LEBAM MAYAT M E M A R01. Letak

penumpukan cairan darah.

Pada pembuluh darah di seluruh permukaan tubuh dan organ yang terletak lebih rendah dari permukaan tubuh.

Pada Intertitial jaringan di daerah Sub epidermal (subcutis) yang terkena benturan.

02 Kutikula (kulit ari).

Tidak rusak. Rusak.

03 Waktu terjadi. Setelah kematian (Normal).

Saat korban masih hidup (Patologik).

PERBEDAAN LEBAM MAYAT DAN MEMAR

No. DILIHAT DARI

LEBAM MAYAT M E M A R

04. Waktu muncul.

Bertahap dan menyebar ke daerah sekitar dari permukaan tubuh yang terendah.

Segera atau beberapa saat setelah terjadi benturan dan tidak menyebar hanya di daerah yang terluka.

05 Gambaran. Tidak ada perubahan bentuk.

Biasanya membengkak karena ada penumpukan darah di sub cutis.

06. Pinggiran/ tepi.

Berbatas tegas. Berbatas tidak tegas.

07 Kehomogenan Warna.

Sama semua (homogen).

Tidak selalu sama (heterogen).

No. DILIHAT DARI LEBAM MAYAT M E M A R08. Gambaran

perdarahan pada saat pemotongan di daerah permukaan.

Darah tampak mengalir dari dalam pembuluh darah dan bila dibersihkan, dengan air mengalir maka jaringan sekitar pembuluh darah tampak pucat.

Menunjukkan resapan darah di jaringan sekitar (perdarahan/ bekuan darah di intertitial sel atau jaringan), jika dibersihkan dengan air mengalir, maka jaringan sekitar pembuluh darah tetap berwarna merah kehitaman (resapan darah).

Lebam MayatMemar

3. Kaku Mayat (rigor mortis)

Mulai tampak kira-kira 1-3 jam postmortem (rata-rata 2 jam), dipertahankan 6-24 jam dan menghilang setelah 24 jam.

Tahapan perubahan pada kaku mayat :

Relaksasi primer (flasiditas primer)

Kaku mayat (rigor mortis)

Relaksasi sekunderFaktor penentu kaku mayat

Usia Kondisi otot (aktivitas fisik sebelum mati) Keadaan lingkungan

Kekakuan pada mayat yg menyerupai kaku mayat :

1. Cadaveric spasm Terjadi pd saat kematian & menetap. Timbul dg intensitas sgt kuat tnp didahului

relaksasi primer. Disebabkan krn kehabisan cad. Glikogen dan

ATP yg bersifat setempat pd saat mati klinis krn kelelahan/emosi yg hebat sesaat sblm meninggal

Medikolegalnya : menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya (cara kematian).

Perbedaan kaku mayat dengan kadaverik spasme

2. Heat Stiffening Kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh

panas. Serabut ototnya memendek sehingga

menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan lutut, membentuk sikap petinju (pugilistic attitude) pada kasus mati terbakar.

3. Cold Stiffening Kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin. Terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk

cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutann dan otot

4. Pembusukan (Decomposition)

Pembusukan adalah proses penghancuran dari jaringan tubuh yang terjadi setelah kematian akibat aktivitas bakteri dan enzim.

Dalam pembusukan terjadi dua proses yaitu autolysis dan putrefaction.

Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pd perut kanan bawah akibat terbentuknya sulf-met-Hb.

Yang ditemukan pada proses pembusukan

Perubahan yg terjadi pd pembusukan dini

faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan

mayat, yaitu:

1. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.

2. Suhu optimal yaitu 21-370C mempercepat pembusukan.

3.  Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.

4. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.

5. Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus.

6. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).

7. Keadaan saat mati. Udem mempercepat pembusukan. Dehidrasi memperlambat pembusukan.

8. Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan. Arsen, stibium dan asam karbonat memperlambat pembusukan.

9. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami pembusukan.

Golongan alat tubuh berdasarkan kecepatan

terjadi pembusukan :

Cepat : laring, trakea, otak, lambung, usus, hati, limpa.

Lambat : jantung, paru-paru, ginjal, prostat, uterus non gravid.

5. Adiposera

Terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak, atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati.

6. Mummifikasi

Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan.

Terjadi bila suhu hangat, kelembapan rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu).

Grafik perubahan post mortal

KESIMPULAN

1. Tanatologi : ilmu yang sangat berperan penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah dan pembuatan visum et repertum jenazah.

2. Dapat mengetahui apakah seseorang benar –benar sudah meninggal atau belum, penetapan waktu kematian, sebab kematian, cara kematian dapat diperkirakan dengan tepat.

3. Membantu dalam kepentingan mengenai mengangkat atau mengambil organ untuk kepentingan donor atau transplantasi

4. membedakan perubahan-perubahan yang terjadi post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup.

SARAN

Perlu pelajaran lebih dalam lagi tentang ilmu

Thanatologi dan saling melengkapi terhadap

ilmu-ilmu yang telah ada.

TERIMAKASIH

Nastiti Novaria Reni Sari Shella