summary seminar,idea 18 dec 2012.pdf
DESCRIPTION
Ringkasan seminar ttg ecommerce di jakartaTRANSCRIPT
Perkembangan Internet yang cepat di Indonesia membuat transaksi Internet pun bertumbuh cepat. Pada tahun 2012 transaksi melalui internet di Indonesia mencapai sekitar Rp 60 triliun. Hal ini membuat dunia internet di Indonesia membutuhkan arahan, terhadap perkembangan transaksi di internet dan duna E-Commerce.
Meskipun Internet mulai tumbuh menjadi salah satu faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi masih ada beberapa bagian dari masyarakat yang belum memahami tentang kebijakan dan regulasi internet.
Pentingnya kebijakan dan regulasi dalam mengelola transaksi dalam dunia internet adalah bagian dari proses perkembangan internet dan E-Commerce di Indonesia. Kementrian Informasi dan Telekomunikasi Republik Indonesia mengajak semua pihak terkait, seperti idEA sebagai asosiasi E-Commerce memberikan masukkan dan tanggapan terhadap regulasi-regulasi yang dibuat pemerintah yaitu UU Informasi dan Teknologi (ITE) dan perumusan Peraturan Menteri yang akan dirumuskan sebagai pelengkap Peraturan Pemerintah (PP) tentang penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik untuk kedepannya diharapkan akan memberikan pengaruh positif pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara digital.
***********************
Keynote Speech Bapak Dr.Ir. Ashwin Sasongko, S. MSc
Director Kompas.com Edi Taslim
Head of Google Indonesia Rudy Ramawy
Co Founder Bhinneka/ idEA Advisory Board Member
Hendrik Tio
Assistant Deputy, Telematics & Utility - Coordinating Minister for the Economy
Eddy Satriya
Topik:
Dengan pertumbuhan penggunaan internet yang luar biasa di Indonesia, banyak sekali harapan
dan keyakinan bahwa industry berbasis internet di Indonesia akan mencapai perkembangan
fenomenal dalam 2-3 tahun mendatang.
Perkembangan ini yang menjadi dasar seluruh perbincangan kita hari ini. Akan tetapi apakah
semua potensi penggunaan internet memang sudah diketahui? Dan apakah ekosistem bisnis
berbasis internet di Indonesia sudah siap untuk mendukung harapan akan kemajuan ekonomi
berkat penggunaan internet?
Panel ini mengupas beberapa data factual dan studi kasus dari para pelaku bisnis internet, dan
juga pakar ekonomi dan telematika untuk mengerti lebih jauh bagaimana internet akan menjadi
pendorong perkembangan ekonomi Indonesia.
Summary Panel 1
Internet Menjadi Pendorong Perkembangan Ekonomi Indonesia
Penggunaan internet di Indonesia sudah mencapai sekitar 68 juta orang di Indonesia.
Perkembangan penggunaan internet di Indonesia yang berkembang semakin menambah
banyaknya pelaku binis E-Commerce secara perseorangan maupun perusahaan-perusahaan.
Internet telah memberikan akses baru dalam perekonomian yang sebelumnya belum pernah
ada. Medium ini membuat hilangnya batasan jarak dan waktu. Dengan kemampuan
menyetarakan kemampuan perusahaan kecil dan besar untuk mencapai pasar, Internet
menjadi mesin perekonomian.
Panel 1
Indonesia Internet Economy: A New Engine of Economic Growth
Untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari Internet, maka perlu untuk membangun budaya
memanfaatkan Internet, bukan menggunakan Internet hanya untuk mainan saja. Budaya ini
tidak terjadi begitu saja, tapi sebaiknya sudah dibangun sejak dini. Bahkan perlu untuk
mengedukasi dan membangun budaya ekonomi Internet dari bangku sekolahan, agar generasi
berikut ini semakin melek dengan kemampuan Internet dan memanfaatkannya misalnya
melalui e-commerce. Dengan membangun budaya ekonomi Internet, baru pertumbuhan pesat
dapat terjadi.
Pertumbuhan e-commerce di Indonesia juga tidak lepas dari peran industri telekomunikasi.
Dengan pengembangan teknologi sehingga kecepatan Internet semakin tinggi, jangkauan yang
diperluas serta memampukan perangkat mobile untuk berinternet, maka semakin banyak
orang menggunakan Internet. Kecepatan Internet yang lebih tinggi juga mendorong pengguna
Internet untuk lebih nyaman melakukan e-commerce.
Di sisi lain, di Indonesia masih banyak penduduknya yang belum mengandalalkan nafkahnya
melalui Internet. Padahal pedagang di Indonesia bisa mencapai angka jutaan. Kalau mereka
yang tadinya tradisional juga akan merambah ke online, maka pertumbuhan hyper bisa terjadi.
Dilihat dari statistiknya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengalami pertumbuhan
hyper.
Pandangan Pemerintah Terhadap Industri Digital di Indonesia & Usaha Pemerintah
Mendorong Pertumbuhannya
Pemerintah memandang ICT (Information and Communication Teckhnology) sebagai salah satu
komponen utama dalam roda perkekonomian Indonesia. Pandangan ini diberikan oleh Bapak
Eddy Satriya sebagai Asisten Deputi Telekomunikasi dan Utilitas sebagai berikut:
Dalam MP3I yaitu Master Plan Percepatan dan Perluasan perekonomian Indonesia: ICT
sudah termasuk dalam 22 komponen kegiatan utama perekonomian;
ICT dinilai sangat penting karena sifatnya adalah lintas sektor, ICT berfungsi sebagai
transformer dan juga sebagai katalis dan sekarang diharapkan bisa menjadi meta
infrastruktur yaitu komponen perekonomian yang mampu memberdayakan infastruktur
lainnya seperti listrik, jalan raya, pelabuhan, airport dan lain-lain;
Apa tujuan pembuatan MP3I? MP3I dibuat agar Indonesia dapat mengejar
ketinggalannya sehingga pada tahun 2014 pencapaian GDP per kapita ada di 5,000USD
(saat ini 3,500USD) dan pada tahun 2025 yaitu masa akhir MP3I, GDP per kapita di
Indonesia sudah mencapai di level 25,000 USD;
Saat ini masyarakat Indonesia sebagai konsumer sangat menikmati value dari ICT dan
dengan penetrasi yang tinggi penggunaan mobile dan internet di Indonesia yang mana
menunjukkan sudah menjadi real aktivitas ekonomi diharapkan idEA mampu
mendukung perkembangan ICT di Indonesia tidak hanya dalam bidang e commerce tapi
juga turut menyumbangkan ide-ide atau menciptakan aplikasi aplikasi baru lebih dari
yang ada sekarang;
Dengan perkembangan tadi, makro ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan yang
berarti dimana sektor transportasi dan telekomunikasi sudah memberi distribusi 6.5%
per tahun dari total GDP kita dan secara global saat ini kita ada di rank 17. Diakui masih
banyak beberapa sektor-sektor perekonomian yang masih lemah dan terlepas dari
segala kekurangan yang ada, bagaimanapun Indonesia menuju arah yang lebih baik.
Indonesia juga menghadapi tantangan pembangunan infrastruktur dengan berinisiatif pada
pengembangan National Broadband Plan yang pelaksanaannya diserahkan langsung kepada
National Planning Agency/ Bapenas yang dibagi atas 4 Pokja untuk broadband:
o Infastruktur oleh kominfo
o Penanamnya oleh Bapanas , yaitu untuk mengatur sumber dananya apakah
diambil dari airtime atau frekuensi dll
o Aplikasi dan utilitas yang mengikutsertakan organisasi Mastel (Masyarakat
Telekomunikasi)
o Regulasinya oleh Menko Perekonomian
Regulasi dan Perlindungan Terhadap Industri
Industri Internet dan ecommece membutuhkan regulasi yang melindungi
perkembangan bisnisnya. Saat ini online risk masih cukup tinggi dan masih banyak
terdapat kasus fraud. Dalam hal ini pemerintah terus meningkatkan skill menghadapi
cyber crime sehingga tidak hanya Cina atau Hongkong yang siap menghadapi cyber
crime
Pemerintah mengharapkan perlindungan terhadap bisnis ini tidak hanya menjadi usaha
pemerintah tapi juga dari para penyelenggara, yaitu dengan melakukan beberapa
tindakan sebagai berikut:
Apabila terdapat online payment pilih payment gateway yang aman
Kerjasama dengan bank yang mempunyai sistem bloking yang aman
Lakukan verifikasi dalam transaksi
Apabila dari sisi pelanggan, trusted/reputasi situs perlu dicermati dengan baik ,
yang sering terjadi adalah orang menawarkan too good to be truth. Konsumen
harus cerdas memilih atau dalam berbelanja,
Kominfo diharapkan turut membantu dengan menciptakan regulasi yang mendukung
industri dan bukan membuat regulasi yang menghambat perkembangan bisnis online,
contohnya dalam hal sertifikasi apabila sudah bisa secure di transaksi online diharapkan
tidak perlu menambah mata rantai lagi dengan diadakannya sertifikasi. Less is better.
Namun pencegahan dan penindakkan harus dilakukan bersama sama antara pemerintah
dengan penyelenggara. Yg utama adalah pencegahan --- bekerja sama dengan
masyarakat, penyelenggara perlu menerapkan prinsip first right of defense dari
penyelenggara
Kondisi Yang Diharapkan oleh Industri untuk Mencapai era Hyper Growth
1. Ketergantungan kepada industry telekomunikasi untuk mencapai hyper growth
merupakan salah satu tantangan di Indonesia yang mana Indonesia cukup terlambat
dalam hal pembangunan infrastrukturnya bila dibandingkan dengan Brazil, India atau
China, dimana Indonesia seharusnya sudah siap dari beberapa tahun lalu.
2. Perlu terimplementasinya master plan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan
industri. Implementasi pembangunan infrastruktur harus dipercepat dan dibuatnya
akses yang membuat industri internet dan e commerce bisa tumbuh lebih cepat.
3. Diselenggarakannya edukasi terhadap para pelaku dan konsumen sedini mungkin dalam
hal pemanfaatkan Internet secara ekonomi.
4. Regulasi yang melindungi para pelaku industri maupun konsumen.
VP Marketing & Merchant Relations PT Multiply Indonesia
Andy Djiwandono
Chairman idEA
Daniel Tumiwa
Director Information Security - Ministry of Communication & Informatics
Ir. Bambang Heru Tjahjono, MSc
Managing Director, Strategic Development Institute - Ministry of Trade
Aji Jaya Bintara
Topik:
Dengan fokus khusus di bidang e-commerce, dan bisnis internet pada umumnya, dua buah
regulasi penting yang baru disahkan dan satu lagi yang sedang di rumuskan adalah UU
PENYELENGGARAAN SISTEM DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK yang lebih dikenal dengan UU PSTE
no 82 thn 2012 dari kementrian kominfo dan penyusunan RPP Perdagangan melakui Sistem
Elektronik, yang sering disebut RPP e-commerce dari kementrian perdagangan.
Panel ini berkisar mengenal apa saja yang akan diatur dalam masing-masing regulasi,
bagaimana perumusan dan implementasinya, serta sejauh mana regulasi ini dapat membantu
mengembangkan industri internet pada umumnya dan e-commerce khususnya. Hal ini
berkaitan dengan latar belakang bahwa PP 82 thn 2012 dipandang sebagian pelaku industri
sebagai tidak memiliki detail yang cukup sehingga akan bergantung pada banyaknya PM yang
perlu dirumuskan lebih jauh. Data centre lokal, kebutuhan akan RPP E commerce dalam industri
internet dan e commerce juga menjadi topik pembahasan dalam Panel ini.
Summary Panel 2
Regulasi Yang Dibutuhkan oleh Industri Internet dan E commerce Indonesia
E-Commerce sebagai salah satu fondasi ekonomi Indonesia di masa depan membutuhkan
sebuah regulasi yang tepat dalam menjalankan prosesnya. E-Commerce yang berkaitan dengan
Panel 2
Regulating the E Commerce Industry: Is it Necessary?
dunia internet dan perdagangan pun mulai mendapatkan perhatian yang serius dari
pemerintah.
Dari MenKominfo menjelaskan Regulasi bukan lagi hanya dibutuhkan oleh industri sebagai
pencegahan (atas pelanggaran-pelanggaran) tapi dibutuhkan untuk membangun kultur-nya/
etikanya dan membangun awareness terhadap budaya dalam bertransaksi di Internet.
Perlu dipahami lebih dulu perbedaan antar Undang Undang dan Peraturan. Indonesia saat ini
punya UU no 11/2008 yang disebut sebagai UU ITE. Dalam undang-undang ITE (Informasi
Elektronik dan Transaksi Elektronik), dalam UU ini diamanahkan 9 PP, diantara 9 PP ini 7
diantaranya mengatur penyelenggara sistem elektronik, agen elektronik, sertifikat elektronik,
transaksi elektronik kemudian 7 PP dijadikan satu menjadi PP PSTE (dulu disebut PITE). PP ini
menjadi penting karena mengandung e-governance, bagaimana mengatur setiap
penyelenggara sistem elektronik khusus layanan publik harus didaftarkan dan harus
disertifikasi.
Dengan begini maka setiap penyelenggara akan diverifikasi perusahaannya, teknologinya,
sistemnya sampai ke orangnya (People, Process, Technology), apakah penyelenggara ini dinilai
layak untuk menyelenggarakan sistem elektronik. Karena di sini yang dilihat bukan hanya
transaksinya saja, tapi juga nantinya termasuk uang yang mengalir dari transaksi yang terjadi.
Hal ini penting karena berkaitan dengan resiko bisnis dan terkait dengan faktor keamanan.
Security ini sendiri terbagi atas 3:
1. Confidentiality
2. Integrity
3. Availability
Diharapkan/ prioritas yang mendaftar adalah penyelenggara yang memiliki resiko paling tinggi
yang disebut sebagai critical infrastructure seperti transportasi, energi/ PLN (electricity)
mereka adalah penyelenggara yang harus memiliki tata kelola yang berbasis critical
infrastructure.
Dari kementrian perdagangan, setelah adanya PP 82/2012 PP E Commerce juga suatu regulasi
yang tetap dibutuhkan. Pada dasarnya dari kementrian perdagangan melihat 3 trend
perdagangan e commerce yang menyebabkan e commerce harus diregulasi yaituL
1. E commercenya sendiri yang mana substansinya sebenarnya adalah perdagangan
konvensional dan sebenarnya merupakan sektor jasa dan merupakan bagian dari kreatif
ekonomi.
2. Pelaku usahanya yang berkembang pesat di Indonesia dan terbagi atas modal kecil
sampai besar (UKM). Pelakunya sendiri bisa merchant (orang/pribadi)
3. Penyelenggara media perdagangan yang menyediakan pasar e commerce
E commerce bagi kementrian perdagangan dianggap sebagai potensial untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi dan menjadikan Indonesia sebagai negara produsen bukan hanya
negara konsumen. Namun regulasi tetap diperlukan karena didalam e commerce sendiri
berkembang fraud yang terbagi atas :
Pertama, barang yang diperdagangkan illegal, termasuk human trafficking;
Kedua barang yang diperdagangkan legal, namun salah satu baik penjual atau
pembeli melakukan kecurangan
Ketiga adalah barang yang diperdagangkan adalah barang bajakan.
Dengan perkembangan ini, maka diperlukan update terhadap undang-undang perdagangan
yang sudah 21 tahun masih merupakan rancangan.
Sebagai latar belakang, dijelaskan bahwa e-commerce yang terjadi di Indonesia, kebanyakan
sellernya melakukan karena tekanan ekonomi, yang artinya berjualan lewat Internet karena
berjualan lewat Internet dianggap lebih mudah dan bertujuan untuk mendapatkan penghasilan
tambahan. Karena dasarnya adalah tekanan ekonomi maka mengakibatkan para pelaku ini juga
sangat sulit untuk diatur.
Prinsipnya penyelenggaraan e commerce tetap perlu diatur supaya bisa dikembangkan suatu
platform yang dapat memenuhi kebutuhan dan regulasi. Tantangan berikutnya berhubungan
dengan waktu, yaitu kalau regulasi diterapkan saat ini, dikuatirkan mereka yang sudah
melakukan transaksi melalui portal dalam negeri kemudian akan lebih memilih pindah ke portal
luar negeri. Tapi di sisi lain, regulasi juga diperlukan karena regulasi dapat melindungi kedua
belah yaitu perusahaan (termasuk sampai skala small business) sampai ke konsumennya.
Regulasi juga perlu diadakan sesegera mungkin agar tidak semakin tertinggal, seiring dengan itu
pengguna Internet juga terus diedukasi supaya merasa aman bertransaksi online.
Apakah Regulasi Yang Dibuat Sesuai Dengan Perkembangan Industri?
Kementrian perdagangan menciptakan regulasi yang dibuat dengan mempertimbangkan fair
trade sebagaimana azas ini juga diterapkan dalam perdagangan konvensional dan regulasi
ibukan melimitasi kemajuan industri e commerce tapi memang melihat tingkat maturity
masyarakat Indonesia masih rendah dalam hal e commerce, disitulah regulasi paling
dibutuhkan. Apabila industrinya lebih matang dan masyarakatnya lebih paham, self regulated
bisa diterapkan. jadi dalam merumuskan regulasi, kementrian perdagangan
memformulasikannya berdasarkan banyak masukkan dari pihak para pelaku dan asosiasi.
Sebagai masukkan dari para pelaku kategori start up, tax p akan menjadi satu masukkan bagi
kementrian perdagangan untuk mempertimbangkan tax holiday misalnya untuk jangka waktu
dua tahun misalnya demi mendorong pertumbuhan industrinya. Untuk ini kementrian
perdagangan akan membicarakan dengan instansi yang terkait.
Apa Rencana Para Pelaku E Commerce Dalam Hal Implementasi Regulasi?
Bila dilihat dari sisi asosiasi sendiri, mengapa anggota asosiasi selalu bertambah ini merupakan
indikasi bahwa para pemain e commerce membutuhkan regulasi atau standard yang jelas
dalam menjalankan bisnisnya sehingga investasinya bisa dipertanggung jawabkan. Diharapkan
juga para pelaku e commerce yang non formal (contohnya pelaku individual) diharapkan bisa
diatur dan hidup berdampingan dengan pelaku yang formal.
Data Centre Lokal & Tanda Tangan Elektronik
Menjawab pertanyaan tentang regulasi yang mengatur pengadaan data center local serta
tandatangan digital, Kominfo menjelaskan bahwa data center yang berisikan informasi dari
penduduk Indonesia harus berada secara lokal dengan tujuan sebagai pencegahan jika terjadi
kasus tertentu terutama dalam kondisi Law of Enforcement, sehingga apabila terdapat kasus
yang memerlukan data maka akan mudah untuk mendapatkannya. Sehingga tujuannya adalah
murni untuk memberi perlindungan terhadap privacy masyarakat Indonesia.
Sedangkan sehubungan dengan tandatangan digital, ini bukan hanya sekedar tandatangan di
atas kertas, tetapi juga harus mengikutsertakan factor security seperti misalnya menggunakan
sistem PIN.
Diharapkan dengan edukasi terus menerus akan faktor security diharapkan kasus fraud bisa
berkurang. Misalnya dengan membangun kredibilitas platform e-commerce sebagai portal yang
aman untuk melakukan transaksi karena seller dan buyer memiliki identitas yang jelas serta
masing-masing mengerti tanggung jawabnya. Dengan begitu maka transaksi berjalan di situs
yang aman.
Dengan adanya situs yang aman ini, maka pedagang informal diharapkan dapat berpindah ke
sana. Semua ini diperlukan untuk memudahkan transaksi sekaligus melindungi buyer dan seller
dari fraud.
Ditambahkan bahwa idEA dan para pelaku industri siap untuk bekerja sama dengan pemerintah
dalam mengedukasi masyarakat dalam melakukan transaksi online yang aman di platform yang
benar. Regulasi ini diharapkan membimbing pelaku bisnis E-Commerce di Indonesia agar
mampu menjadi salah satu penggerak ekonomi digital di Indonesia.
Topik:
E-commerce di Indonesia sedang tumbuh sekaligus sedang mencari model yang paling cocok
untuk diterapkan. Saat ini Indonesia belum sebesar China ataupun Brazil. Tetapi yang menjadi
pertanyaan adalah, apa yang terjadi kalau nanti Indonesia sudah mencapai taraf seperti kedua
Negara tersebut? Serta apa key driver yang bisa mendorong pertumbuhan e-commerce di
Indonesia?
Diharapkan e-commerce di Indonesia dapat terus tumbuh. Bahkan dalam periode singkat ini
pertumbuhan bisa mencapai angka tiga digit. Untuk mencapai pertumbuhan itu maka
diperlukan model yang memang cocok dengan kultur bangsa ini, serta cara untuk melindungi
mereka yang sudah tertarik untuk menggunakan sistem ini dalam melakukan transaksi agar
tidak tertipu oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam diskusi ini dibahas masing-masing
model e-commerce, yaitu market place, general gretail, daily deal and classified add,
bagaimana proposisi penjualannya, model apa yang secara global terbukti keberhasilannya dan
mudah diadopsi di Indonesia. Juga dibahas pertumbuhan masing masing model e commerce ini.
Summary Panel 3
Dengan pesatnya pertumbuhan E-Commerce Indonesia, maka strategi dari para penyedia E-
Commerce pun bervariasi untuk mempertahankan konsumen atau mendapatkan konsumen
baru.
E Commerce Model di Indonesia dan perbandingan dengan Negara Lain
Perbedaan Market Place dan Classified ad
Panel 3
E-Commerce Models : Finding the Indonesian e-Commerce Model - Understanding how each model accelerates
economic growth.
President Director PT Midtrans Ryu Kawano (Moderator)
CEO Tokopedia.com
William Tanuwijaya (Speaker)
CEO Tokobagus.com
Michal Klar (Speaker)
CEO Groupon
Ferry Tenka (Speaker)
Disebutkan bahwa Indonesia berbeda dengan negara-negara lain dimana yang dilakukan di
Indonesia saat ini adalah mempertemukan antara seller dan buyer. Jadi di luar sana terdapat
banyak penjual dengan barang dagangannya masing-masing serta pasar yang mencari barang
tersebut. Dengan adanya wadah e-commerce ini, antara seller dan buyer bisa saling
berkomunikasi, melihat produk yang dijual dan kemudian bertransaksi. Ini merupakan e-
commerce yang paling sederhana karena tidak memerlukan inventory dan sebagainya.
Perbedaan lainnya antara Indonesia dengan negara lain adalah pengguna Internet di Indonesia
sebagai besar mengunakan perangkat mobile untuk mengakses Internet. Karena itu diperlukan
aplikasi yang dapat memfasilitasi kebiasaan ini.
Di Indonesia sendiri belum ada pemahaman yang dalam mengenai perbedaan antara market
place model dan classified model dimana perbedaan utamanya adalah dimana terjadinya
transaksi. Namun pemilik website sama sama memfasilitasi transaksi antara seller dengan
buyer. Dibandingkan dengan negara lain banyak seller di Indonesia berawal dari bukan sebagai
pekerjaan utamanya. Mereka adalah penjual amatir, yang bisa saja berprofesi sebagai ibu
rumah tangga dan karyawan yang memiliki produk untuk dijual. Karakter ini ada kemiripan
dengan China. Awalnya mereka memanfaatkan platform market place sebagai pedagang kecil,
tapi kemudian bisnisnya berkembang dan bahkan bisa punya brand sendiri.
Contohnya Tokopedia, dijelaskan bahwa tantangan yang dihadapi dalam menjalankan model
market place yaitu mengumpulkan pedagang-pedagang serius yang harus memastikan produk-
produknya selalu tersedia. Kalau pedagang hanya bisa menyediakan produknya sesekali, maka
model yang lebih cocok adalah classified add. Karena itu mereka mencari ke pedagang-
pedagang tradisional yang belum menggunakan Internet. Masalahnya adalah mereka
mengganggap berjualan lewat Internet terlalu sulit atau bahkan mereka belum bersedia untuk
menggunakan Internet karena mereka tidak bisa menggunakan teknologi. Untuk mengatasinya,
maka yang diperlukan adalah mengedukasi mereka mengenai manfaat dan kemudahan e-
commerce.
Karakteristik atau kebiasaan lain konsumen Indonesia adalah menawar. Untuk hal ini,
Tokopedia tidak memberikan opsi menawar pada layanannya karena kalau komunikasi antara
buyer dan seller terlalu lama dan panjang ada kemungkinan transaksi batal. Untuk itu yang
diterapkan adalah fix price, yang justru menimbulkan persaingan sehat bagi para buyer untuk
memberikan harga terbaik. Sedangkan untuk konsumen Indonesia yang menyukai diskon,
Tokopedia menyiasatinya dengan menawarkan harga lebih murah untuk pembelian grosir.
Daily Deals & Retail Model
Dari Groupon Disdus menyebutkan bahwa awal bisnisnya meniru model Groupon yaitu
menawarkan voucher. Tetapi dalam perkembangannya Disdus harus beradaptasi dengan pasar
Indonesia karena pertumbuhan penawaran voucher sangat menantang. Yang terjadi di
Indonesia saat ini berbeda dengan di negara lainnya dimana Disdus lebih banyak menjual
produk. Karena itu Disdus saat ini sedang memperkuat system inventori, warehouse, supplier
dan shippingnya untuk melayani pelanggan. Dengan model seperti ini, bisa dibilang Disdus
sudah bisa dimasukkan dalam kategori general retail. Dari sisi revenue disdus 50% dihasilkan
dari penjualan fisikal produk. Sementara di Amerika sendiri, revenue dari fisikal produk hanya
mengcover 20%. Sehingga saat ini di Indonesia Groupon sangat fokus untuk maintain growth
tiap quarter 10% sd 20% dan tidak akan bisa mengejar target tersebut apabila hanya bertahan
di model voucher selain karena jumlah merchant juga mulai sangat terbatas, perkembangan
internet di kota kota lain juga tidak sebesar penetrasi internet di Jakarta.
Potensi Market di Indonesia
Secara umum, potensi market di Indonesia sangat besar namun masih banyak pedagang
konvensional yang beranggapan bahwa menggunakan internet masih terlalu sulit. Mereka
adalah pedagang –pedangang yang kira kira berusis di umur 40 sd 50 tahun dan masih
mengenal budaya kulakkan, yaitu pedagang dari luar daerah datang ke Jakarta dan membeli
dalam jumlah besar untuk dijual lagi. Merekalah potensi besar market Indonesia untuk market
place platform.
Di US dari tahun 1996 dua model e commerce yang berbeda, yaitu market place dan classified
ad sudah berlangsung lama dan tumbuh, sehingga bisa dikatakan generasi gap-nya dengan
Indonesia sekitar 10 tahun. Namun pada kenyataannya, E Commerce Indonesia tidak bisa hanya
mengcopy model di luar negeri tapi harus menyesuaikan dengan kondisi pembeli di Indonesia,
misalnya bagaimana menyesuaikan dengan karakteristik pembeli Indonesia yang senang
melakukan tawar menawar.
Yang perlu diperhatikan agar terus berkembang adalah baik pihak penyedia layanan e-
commerce, termasuk buyer, dan konsumennya juga turut berkembang. Adalah penting untuk
mengetahui pada tahapan apa buyer dan seller saat ini, dan bagaimana strategi untuk
mengadaptasinya. Biarkan baik buyer maupun konsumen lebih mengenal platform yang dipakai
dan kemudian terus berkembang.
Semakin tingginya penetrasi penggunaan internet di Indonesia dan tentu saja dengan pola
regulasi dan kebijakan tepat yang disusun secara bersama akan memberikan kesempatan yang
luas pada pelaku E-Commerce di Indonesia dalam menjalankan bisnis model yang mereka
gunakan.
Perlindungan Terhadap Konsumen
Sebagaimana yang dilakukan oleh tokobagus, dilakukan penyortiran terhadap iklan iklan yang
masuk juga untuk melindungi konsumen. Contohnya menghindari iklan yang mengandung
human trafficking atau iklan-iklan yang melanggar hukum. Para pemain market place juga
melakuka perlindungan konsumen salah satunya dengan tidak mengijinkan barang-barang
bajakkan atau barang palsu. Untuk model e commerce b2c seperti halnya Groupon,
penyelenggara melindungi dari problem fraud ataupun tax misalnya. Semakin banyak merchant
semakin banyak konsumen berarti semakin mass dan semakin perlu konsumen dilindungi.
Untuk itu seperti yang dilakukan oleh Groupon banyak melakukan standard-standard yang
memang diterapkan dari perdagangan offline karena belum melihat regulasi jelas yang bisa
diterapkan dalam bisnis online.
Bagi tokopedia merasa tidak perlu ada perlindungan yang berlebihan karena tokopedia
menciptakan mekanisme yang aman bagi pembeli. Model market place yang ada sekarang di
Indonesia seperti Plasa.com, Multiply, Tokopedia sudah menjadi market place yang aman.
Dilain sisi diharapkan regulasi yang diciptakan pemerintah jangan sampai menyulitkan
pertumbuhan bisnis ini dengan menciptakan peraturan-peraturan yang sulit bagi penyelenggara
maupun konsumen.
Director PT Berniaga.com Jullian Gafar
Kasie Penyidikan Keamanan Informasi
Josua Sitompul
Telematics Law Expert - Faculty of Law University of Indonesia
Dr. Edmon Makarim, S.H., LLM.
Director of Corporate Affairs - Microsoft Indonesia
Chrisma Albandjar &
National Technology Officer - Microsoft Indonesia
Tony Seno Hartono
Panel 4
Data Protection: Defining Data Protection in Indonesia’s Internet Economy
Topik:
Perlindungan konsumen adalah salah satu hal yang paling penting dalam keberhasilan e-
commerce. Konsumen menempati posisi penting dalam melindungi kerahasiaannya karena e-
commerce juga dibangun dengan kepercayaan.
Dalam menjalankan transaksi, konsumen telah menyerahkan data-data pribadi yang juga
mengandung kerahasiaan. Penyelenggara e-commerce harus memiliki tanggung jawab untuk
tidak menyelewengkan data yang dimilikinya untuk kebutuhan di luar transaksi antara buyer
dan seller.
Namun setelah data-data tersebut menjadi memiliki nilai, konsumen menuntut kepastian
bahwa datanya tidak dialihkan ke orang atau badan yang lain. Karena itu perlu diperjelas
bagaimana definisi dari perlindungan data konsumen yang dibahas dalam panel ini.
Summary Panel 4
Pentingnya Perlindungan Data Konsumen
Data pribadi sendiri definisinya dalam UU ITE dan turunannya: data data dari individu tertentu
yang harus dilindung kerahasiannya. Namun di Indonesia sendiri belum adal UU yang khusus
mengatur perlindungan data pribadi. Dari Kominfo, Kasie Penyidikan Keamanan Informasi,
perlindungan data konsumen menjadi penting karena pada dasarnya data pribadi itu
mempunyai nilai ekonomis. Ketika data memiliki nilai maka perlindungan data pribadi
merupakan perlindungan terhadap privasi sesorang, yang berarti melindungi pribadi seseorang,
dan itu dilindungi oleh hukum. Ruang lingkup data pribadi adalah data yang terkait dengan
individu tertentu yang harus dijaga. Dalam mendapatkan layanan tertentu di Internet,
pengguna tanpa memiliki pilihan harus memberikan data pribadinya untuk mendapatkan
layanan tersebut. Data pribadi seperti itu yang seharusnya dilindungi kerahasiaanya oleh tiap
institusi, sayangnya di Indonesia belum ada peraturan khusus untuk mengatur tentang
perlindungan data pribadi.
Di lain pihak masyarakat Indonesia masih kurang kesadarannya dalam melindungi data
pribadinya sendiri. Sebagai contoh mereka seringkali mengumbar informasi pribadi di situs
jejaring social, menampilkan keberadaan dirinya melalui posisi GPS. Dan juga yang
memprihatinkan adalah passwordnya sangat mudah ditembus, misalnya hanya menggunakan
tanggal lahirnya saja. Dari sisi korporasi. mereka sering beranggapan bahwa data nasabah
adalah milik mereka. Sehingga dalam kasusnya, masyarakat sering menerima pesan-pesan ke
nomor pribadinya dari pihak yang tidak diharapkan. Diakui masyarakat Indonesia kurang sadar
dengan privacy. Bahkan di Indonesia tidak ada budaya privacy. Ini bisa dilihat ketika bertemu
dengan orang lain, bisa jadi percakapan yang berlangsung bisa langsung masuk ke ranah
privacy.
Masing masing negara di dunia ini memiliki pendekatan yang berbeda terhadap privasi dan
penerapannya juga berbeda-beda. Privacy sendiri dibedakan atas dua gaya, yang pertama yang
mengarah pada model Eropa adanya turut campur negara/ pemerintah dalam hal perlindungan
data pribadi, kaidah normatifnya (by law) Indonesia mengikuti model Eropa namun dalam hal
penegakkan hukumnya, masyarakat tidak memiliki pemerintah yang mengkontrol, hanya
dikembalikan kepada individu yang bersangkutan (gaya Amerika). Sekarang ini, pribadi bisa
melaporkan ke pihak berwajib jika merasa privasinya terganggu, seperti misalnya datanya tiba-
tiba ada di perusahaan lain dan digunakan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan di sisi lain,
perusahaan merasa memiliki data yang menurut mereka memiliki nilai. Tapi diharapkan dalam
waktu dekat di Indonesia sudah ada peraturan yang mengatur privacy.
Yang juga perlu diperhatikan adalah upaya penyelenggara e-commerce agar data konsumen
yang mereka miliki tidak sampai bocor. Diharapkan bahwa penyelenggara juga harus tahu
tanggung jawabnya sebagai mereka yang memegang data. Sudah diamanatkan dalam regulasi
bahwa penyelenggara harus melakukan apa yang sudah dijanjikan kepada mereka yang
memeberikan data pribadinya. Selain itu, sebagai institusi, semua aspek harus siap untuk
melindungi data konsumen, termasuk aspek sumber daya manusia, infrastruktur, sampai
teknologinya.
Mengenai durasi berapa lama data pelanggan harus disimpan juga belum ada peraturannya
secara spesifik, kemungkinan Indonesia akan mengadopsi best practice yang dilakukan oleh
negara-negara lain dimana log file harus disimpan selama 3 (tiga) bulan.
Pada dasarnya data-data privasi konsumen harus dilindungi dan tidak boleh digunakan tanpa
sepengetahuan dari konsumen itu sendiri. Harus ada sistem keamanan dan data yang
digunakan secara semestinya sesuai ketentuan yang berlaku.
Secara keseluruhan ada tiga hal yang perlu ditingkatkan tentang pengamanan data seseorang di
Indonesia. Melalui pelatihan yang jelas dan tepat tentang bagaimana melindungi data pribadi
maka akan ditemukan sebuah cara yang tepat bagaimana melindungi data secara keseluruhan.
Selain itu diperlukan undang-undang yang mendukung perlindungan privasi data pribadi
seseorang. Dan yang terakhir adalah bagaimana membangun teknologi yang mampu
memberikan keamanan dan perlindungan data pada setiap penggunanya.
Di internet, masih ada yang belum memahami penggunaan data internet dengan baik. Josua
Sitompul (Kasie Penyidikan Kemanan Informasi) menyebutkan masih adanya akun Facebook
yang masih aktif, meskipun orang yang memiliki akun itu sudah meninggal. Hal ini menjelaskan
bahwa proteksi penggunaan data keamanan pribadi seseorang masih belum dilakukan dengan
baik.
APEC Privacy Frame Work
Dikalangan negara negara Asia Pasifik ada satu frame work privasi yang disebut APEC Privacy
Frame Work yaitu kolaborasi antara negara negara di asia pasifik untuk meningkatkan
keamanan privacy dan mendorong transaksi e commerce.
APEC privacy frame work memiliki 9 prinsip yaitu:
1. Preventing Harm: Konsep data privacy harus dilindungi dan memastikan data privacy
aman dan tidak disalah gunakan;
2. Notice: Bila user diminta lengkap data pribadinya, harus harus di informasikan data
tersebut data itu akan diberikan kepada siapa dan user harus boleh memilih dalam hal
tujuan;
3. Collection Limitation: data pribadi yang diminta dari user hanya data yang seminim
mungkin sesuai keperluan saja;
4. Uses of Personal Information: data pribadi hanya boleh digunakan sesuai tujuan awal
atau hal hal yang terkait dengan tujuan semula ;
5. Choice: user diberikan pilihan atas metoda pengumpulan data pribadi;
6. Integrity of Personal Information: pihak pengumpul data berhak menjaga agar data
tetap lengkap, akurat dan update/ terkini;
7. Security Safeguard: pihak yang mengkontrol data peribadi harus menjaga dan
melindungi data tersebut dan mencegah dari berbagai kerugian;
8. Access and Correction: User berhak merubah atau mengupdate data pribadi sesuai
keadaan user;
9. Accountability: data yang tersimpan harus disimpan semestinya dan saat diberikan
kepada pihak lain harus dijelaskan tujuannya dan menjamin data-datanya dilindungi
dengan menggunakan prinsip-prinsip diatas.
Apabila framework ini diadopsi oleh pemerintah Indonesia paling tidak konsumen akan merasa
lebih percaya terhadap bisnis e commerce sehingga kedepannya standard Indonesia juga akan
diterima oleh negara negara lain.
Peran Pemerintah Dalam Hal Data Proteksi
Perlu peran pemerintah dalam memantau data keamanan seseorang di internet. Dalam bisnis
E-Commerce pemerintah harus bisa membangun sistem perlindungan data konsumen sekaligus
membangun sistem yang bisa mengembangkan ekonomi. Karena jika data dari pelaku E-
Commerce dan pengguna bisnis E-commerce tidak aman, maka akan bisa menimbulkan keragu-
raguan dari kedua belah pihak. Sedangkan dalam bisnis E-Commerce, menjalin kepercayaan
antara pelaku bisnis dan pengguna layanan E-Commerce adalah dua hal yang tidak bisa
dilepaskan.
Menurut UU PSTE fungsi pemerintah ada 2:
1. Memfasilitasi pemanfaatan tekhnologi informasi yang telah membuat percepatan
pertumbuhan ekonomi;
2. Berperan melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan akibat
penyalahgunaan pemanfaat tekhnologi informasi dan transaksi elektronik.
Selain usaha pemerintah menjalankan fungsinya menlindungi kepentingan umum, konsumen
juga harus semakin sadar dengan pentingnya menjaga keamanan data pribadi. Dan pihak
penyelenggara layanan juga harus tahu tanggung jawab dan batasan dalam kemampuannya
mengumpulkan data-data pribadi yang kenyataannya kini memiliki nilai ekonomis sehingga
perlu untuk dijaga sesuai dengan janjinya kepada konsumen.
Chairlady - FTII Sylvia W Sumarlin
Google Country Lead, Public Policy & Government Affairs, Southeast Asia - Google
Mike Orgill
Chairman APJII
Sammy Pangerapan
Mastel BOD - International Relations & Cooperations
Kanaka Hidayat
Panel 5
Intermediary Liability: Defining Rights and Responsibilities of Intermediaries
Topik:
Bicara bisnis E-Commerce di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari keunikan dan konten yang
ditawarkan masing-masing pelaku bisnis E-Commerce. Konten yang dimaksud bisa dilihat dari
model bisnis hingga konten-konten seperti review dari produk dan jasa yang ditawarkan oleh
masing-masing pelaku industri E-Commerce.
Di Indonesia, hal ini masih diperdebatkan apakah perlu ada pembatasan konten untuk kegiatan
internet, karena masih adanya perbedaan tentang bagaimana memaknai sebuah konten.
Dibutuhkan kebijakan khusus secara bersama-sama bagaimana menyaring konten yang
terdapat pada jaringan pengelola ISP (Internet Service Provider). Dibahas juga apa peranan ISP
dan pemilik platform dalam hal ini, serta hak dan kewajibanya. Dari sisi monitoring juga perlu
dibahas dan bagaimana pengaturannya dari pemerintah.
Summary Panel 5
Perlakuan Terhadap Konten di Internet, Monitoring dan Filtering Konten
APJII mengemukakan bahwa hal ini sudah lama menjadi penjadi perdebatan panjang
sebagaimana kasus kontent internet yang terjadi pada tahun 2009. Dalam pandangan APJII, ISP
sebagai penyedia jaringan dan fasilitas Internet harus bersikap netral karena ISP berbeda
dengan pengisi konten. ISP diharapkan tidak melakukan filtering terhadap kontent dan apabila
memungkinkan harusnya dibentuk suatu badan terpisah yang netral yang melakukan filtering.
Yang menjadi tantangan di Indonesia sekarang ini adalah tidak adanya SOP atau kebijakan
maupun prosedur standar yang harus dilakukan saat terjadinya penayangan konten yang
diperdebatkan. Juga belum diatur mengenai mekanisme dalam hal men-take down sebuah
konten ataupun mekanisme filtering. Intellectual property juga satu hal yang perlu
dipertimbangkan dalam mekanisme ini.
Situasi yang ideal pada saat diterima laporan adanya konten yang tidak sesuai adalah dilakukan
penyelidikan terlebih dahulu. Kalau ditemukan bahwa memang kontennya tidak sesuai, maka
dikirimkan notifikasi kepada pengisi konten. Kalau tidak ada respon, barulah dilakukan aksi take
down situsnya. Tetapi hal yang terjadi di sini seringkali mengambil jalan singkat yaitu langsung
melakukan take down situsnya.
Google menambahkan bahwa perlu diperjelas peran masing-masing dari ISP dan pemilik
platform. Seperti Google yang merupakan pemilik platform YouTube di mana banyak orang
bebas mengupload video dalam waktu yang singkat. Ini mengakibatkan pemilik platform tidak
dapat dengan seksama mengeceknya. Yang kemudian perlu diperhatikan adalah saat terdapat
laporan, misalnya mengenai pelanggaran copyright, maka pemilik platform harus memberikan
notifikasi dan solusi kepada penggunanya. Notifikasi berupa pemberitahuan bahwa pengguna
telah melanggar copyright dan diminta untuk mengganti atau menurunkan kontennya.
Di Indonesia kejadiannya tidak begitu. Ada orang yang melaporkan kepada kominfo terdapat
konten yang tidak sesuai di suatu situs, dan kemudian Depkominfo menindaklanjutinya dengan
meminta pemilik platform untuk segera menurunkan konten tersebut. Kalau konten tidak
turun, maka ISP diminta untuk memblokirnya.
Pandangan Mastel bahwa dalam menghadapi kasus konten yang menyimpang, ISP dan pemilik
platform harus mampu untuk menyakinkan bahwa hal yang terjadi di luar kemampuan mereka.
Sebagai penyedia jasa Internet dan penyedia platform mereka membebaskan pengguna untuk
mengisinya dengan konten apa pun. Yang bisa dilakukan adalah melakukan interogasi setelah
kejadian.
Posisi Pemerintah Dalam Hal Monitoring/ Control Suatu Kontent
Menjawab pertanyaan apabila pemerintah yang meminta ISP untuk menjadi pihak utama yang
dapat mengontrol konten di Internet, APJII menjelaskan kembali peran ISP. Bahwa posisi ISP
harus di pihak yang netral. Mereka memiliki kemampuan untuk melihat seluruh isi konten dan
semua yang berjalan di jaringannya, tapi ini tidak bisa dilakukan karena ini berarti melanggar
privasi. Akibat kedepannya tidak ada lagi yang mau menggunakan Internet, termasuk
menggunakannya untuk e-commerce karena privasi yang dilanggar tadi. Hal ini berarti tercipta
telah tercipta tatanan yang salah.
Filtering konten bisa dilakukan sebagai bentuk dari perhatian untuk menghindarkan adanya
konten yang melanggar. Untuk landasan filtering, diperlukan arahan yang sudah dirumuskan
secara teliti mengenai konten-konten seperti apa yang perlu untuk di-filter. Hal ini juga harus
dipahami karena kontent juga bisa bersifat kontekstual dan persepsi terhadap kontent bisa
berbeda-beda. Bila pemerintah melakukan pemberhentian, pemblokiran, atau penutupan suatu
situs karena suatu konten juga diperlukan suatu landasan hukum yang kuat.
Selanjutnya Google menjelaskan bahwa perusahaannya selalu mengikuti hukum yang berlaku di
negara manapun tempat mereka beroperasi. Tetapi jika pemerintah di negara tertentu
meminta untuk membuka isi yang terdapat dalam trafik, maka Google akan menolaknya dan
memilih untuk tidak beroperasi di negara tersebut.
Jadi dalam hal menangani konten ini, yang diperlukan sesungguhnya adalah suatu sistem yang
berdiri sendiri dan dipayungi hukum, terdiri dari berbagai element-element pemerintah
maupun non pemerintah. Juga perlu ada kesepakatan dan keselarasan tersendiri dari
komunitas pengguna internet untuk membatasi konten-konten dalam ruang lingkup internet.
Kehadiran idEA sebagai asosiasi E-Commerce di Indonesia diharapkan mendongkrak
pertumbuhan konten internet Indonesia mengikuti perkembangan pengguna internet di
Indonesia.
Sebagai asosiasi E-Commerce Indonesia, idEA dapat menjadi media untuk mengambil sebuah
kesepakatan dan keselarasan tentang konten-konten yang dipilih masyarakat Indonesia melalui
internet, sekaligus sebagai proses edukasi tentang bisnis E-Commerce demi mendukung
pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
*************************