summary imun2013@ (01)
DESCRIPTION
jenis metode immunoassaysTRANSCRIPT
0
IMMUNOLOGY TESTS
PPDS PATOLOGI KLINIK FK-UNHAS
EDISI I
FEBRUARI 2013
Mohon koreksi jika ada kesalahan
Discussion Summary
1
1. HBsAg (SD)
Metode : ICT nonkompetitif
Prinsip :
Bila dalam serum pasien terdapat Ag (), Ag () akan bergerak menuju garis konjugat dan
berikatan dengan anti HBs monoklonal dari tikus berlabel coloidal gold membentuk kompleks
ikatan antigen&antibodi ( ). Kompleks ini akan menuju ke garis tes dan akan berikatan
dengan anti HBs monoklonal dari tikus membentuk ikatan ( ), memberi warna pada garis
tes. Sisa anti HBs monoklonal dari tikus berlabel coloidal gold yang tidak berikatan dibantalan
konjugat akan menuju ke garis kontrol dan berikatan dengan antibodi poliklonal membentuk
kompleks ikatan antibodi&antibodi ( ) dan memberi warna pada garis kontrol.
Antibodi monoklonal adalah antibodi monospesifik yang dapat mengikat satu epitop saja.
Antibodi monoklonal ini dapat dihasilkan dengan teknik hibridoma. Sel hibridoma merupakan
fusi sel dan sel
Antibodi poliklonal adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan
dengan epitop yang bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda.
Cara Kerja :
100 l serum diteteskan ke sumur sampel baca 20 – 30 menit (merupakan masa inkubasi
untuk mengoptimalkan ikatan antigen & antibodi)
jika tidak sesuai dengan waktu baca, maka hasil invalid. Pemeriksaan dilakukan pada suhu
ruangan 15-30C (untuk mengoptimalkan waktu inkubasi)
Hasil :
T C T C T C T C Positif negatif invalid invalid
Interpretasi : bila timbul warna pada garis tes dan garis kontrol reaktif dan valid Sensitifitas/spesifisitas = 100%/100%
Sumur Garis Garis Garis
Konjugat Tes Kontrol
YY
YY
YY
YY
YY
YY
Keterangan….
(bahan yang ada dalam)
Garis Konjugat = anti HBs monoklonal dari tikus
berlabel coloidal gold
Garis Tes = antiHBs monoklonal dari tikus
Garis kontrol = antibodi poliklonal
Y
Y
Y
Y
Y
IMUNOKROMATOGRAFI
2
2. Anti HCV (SD)
Metode : ICT nonkompetitif
Prinsip :
Bila dalam serum ada Ab ( ), akan berikatan dengan Ag di bantalan konyugat , ikatan ini
akan bergerak ke garis tes dan berikatan dengan Ag . Sisa dari ikatan Ag-Ab yang tidak
terikat dengan Ag pada garis tes akan berikatan dengan Ab poliklonal di garis kontrol
Cara Kerja :
Sampel Plasma, WB dengan antikoagulan Heparin, EDTA, atau Na sitrat, serum 10 l serum
diteteskan ke sumur sampel + 4 tetes buffer baca 5 – 20 menit (merupakan masa inkubasi
untuk mengoptimalkan ikatan antigen & antibodi, tergantung dari produsen). Jika tidak sesuai
dengan waktu baca, maka hasil invalid. Pemeriksaan dilakukan pada suhu ruangan 15-30C
(untuk mengoptimalkan waktu inkubasi)
Hasil :
T C T C T C T C Positif negatif invalid invalid
Interpretasi : bila timbul warna pada garis tes dan garis kontrol reaktif dan valid, berarti sedang terinfeksi atau pernah terinfeksi sebelumnya
Sensitifitas/spesifisitas = 100%/99,4%
Keterangan….
(bahan yang ada dalam)
Garis Konjugat = protein A berlabel colloidal gold
(Ag)
Garis Tes = Ag rekombinan protein (inti HCV,
NS3, NS4, NS5)
Garis kontrol = antibodi poliklonal
3
3. Anti HIV (SD)
Metode : ICT nonkompetitif
Prinsip :
1. gp120 : surface glikoprotein
2. gp41
3. gp36
4. p17 : matriks protein
5. p24 : capsid protein
Bila dalam serum ada Ab HIV-1( ), akan berikatan dengan Ag gp41 atau p24 di bantalan
konyugat , ikatan ini akan bergerak ke garis tes 1 atau 2 dan berikatan dengan Ag HIV-1
( ) atau antigen HIV-2 ( . Sisa dari ikatan Ag di bantalan konyugat akan berikatan dengan
Ab poliklonal di garis kontrol Y
Cara Kerja :
Sampel: Plasma,WB, serum
10 l serum/plasma atau 20 µl WB + 4 tetes buffer baca 5 – 20 menit (merupakan masa
inkubasi untuk mengoptimalkan ikatan antigen & antibodi, tergantung dari produsen)
jika tidak sesuai dengan waktu baca, maka hasil invalid. Pemeriksaan dilakukan pada suhu
ruangan 15-30C (untuk mengoptimalkan waktu inkubasi)
Hasil :
1 2 C 1 2 C 1 2 C 1 2 C Positif positif positif negatif
Interpretasi : sesuai dengan strategi HIV (WHO) Sensitifitas/spesifisitas = 100%/99,8%
Keterangan….
(bahan yang ada dalam)
Garis Konjugat =Ag rekombinan HIV ( gp 41, gp 36, p24)
Garis Tes = Ag HIV-1 (gp 41, p 24)
Ag HIV-2 (gp 36)
Garis kontrol = antibodi poliklonal
: transmembran glikoprotein
Sumur Garis Garis Garis
Konjugat 1 2 Kontrol
YY
Y
YY
Y
Y
4
Anti HIV (advanced) Metode : ICT nonkompetitif
Prinsip :
1. gp120 : surface glikoprotein
2. gp41
3. gp36
4. p17 : matriks protein
5. p24 : capsid protein
Bila dalam serum ada Ab HIV-1( ), akan berikatan dengan Ag gp41 atau p24 di bantalan
konyugat , ikatan ini akan bergerak ke garis tes 1 atau 2 dan berikatan dengan Ag HIV-1
( ) atau antigen HIV-2 ( . Sisa dari ikatan Ag di bantalan konyugat akan berikatan dengan
Ab poliklonal di garis kontrol Y
Cara Kerja :
Sampel: Plasma,WB, serum
30 l serum/plasma + 1 tetes buffer baca 15 – 20 menit
Hasil :
1 2 C 1 2 C 1 2 C 1 2 C Positif positif positif negatif
Interpretasi : sesuai dengan strategi HIV (WHO) Sensitifitas/spesifisitas = 100%/100%
Keterangan….
(bahan yang ada dalam)
Garis Konjugat =Ag rekombinan HIV ( gp 41, gp 36, p24)
Garis Tes = Ag HIV-1 (gp 41, p 24)
Ag HIV-2 (gp 36)
Garis kontrol = antibodi poliklonal
Sumur Garis Garis Garis
Konjugat 1 2 Kontrol
YY
Y
YY
Y
: transmembran glikoprotein
Y
5
Anti HIV (oncoprobe) Metode : ICT nonkompetitif
Prinsip :
1. gp120 : surface glikoprotein
2. gp41
3. gp36
4. p17 : matriks protein
5. p24 : capsid protein
Bila dalam serum ada Ab HIV-1( ), akan berikatan dengan Ag gp41 atau p24 di bantalan
konyugat , ikatan ini akan bergerak ke garis tes 1 atau 2 dan berikatan dengan Ag HIV-1
( ) atau antigen HIV-2 ( . Sisa dari ikatan Ag di bantalan konyugat akan berikatan dengan
Ab poliklonal di garis kontrol Y
Cara Kerja : Sampel Plasma,WB,
serum 1 tetes serum/plasma (25 µl) + 1 tetes buffer baca 5-20 menit
2 tetes WB (50µl) + 2 tetes buffer baca 5 – 30 menit
Hasil :
1 2 C 1 2 C 1 2 C 1 2 C Positif positif positif negatif
Interpretasi : sesuai dengan strategi HIV (WHO)
Sensitifitas / spesifisitas : 100%/100%
Keterangan….
(bahan yang ada dalam)
Garis Konjugat =Ag rekombinan HIV ( gp 41, gp 36, p24)
Garis Tes = Ag HIV-1 (gp 41, p 24)
Ag HIV-2 (gp 36)
Garis kontrol = antibodi poliklonal
Sumur Garis Garis Garis
Konjugat 1 2 Kontrol
YY
Y
YY
Y
: transmembran glikoprotein
Y
6
7
8
4. Dengue (Panbio) Metode : ICT nonkompetitif
Prinsip :
Bila dalam serum pasien terdapat Ab ( ) akan bergerak menuju garis konjugat dan berikatan
dengan Ag dengue 1-4 rekombinan berlabel coloidal gold membentuk kompleks ikatan
antigen&antibodi . Kompleks ini akan menuju ke garis tes dan akan berikatan dengan anti
human IgG Ab ( ) atau anti human IgM Ab ( ) , memberi warna pada garis tes. Sisa
ikatan Ag-Ab yang tidak berikatan dibantalan konjugat akan menuju ke garis kontrol dan
berikatan dengan antibodi poliklonal membentuk kompleks ikatan antibodi&antibodi dan
memberi warna pada garis kontrol.
Cara Kerja :
10 l serum/plasma/WB + 2 tetes buffer baca 15 menit
Hasil :
IgG IgM C IgG IgM C IgG IgM C IgG IgM C Positif positif positif negatif
Interpretasi : IgM (+) & IgG (-) infeksi primer virus dengue IgM (+) & IgG (+)infeksi sekunder virus dengue IgM (-) & IgG (+)infeksi sekunder virus dengue
Infeksi primer: Akut 0 - 5 hari Konvalesence >5 hari Infeksi sekunder: Akut Konvalesence Sensitifitas/spesifisitas = Infeksi primer 95,3% Infeksi sekunder 100% Infeksi primer/sekunder 95,1%
Keterangan….
(bahan yang ada dalam)
Garis Konjugat = Ag dengue 1-4 rekombinan
berlabel coloidal gold
Garis Tes = IgG anti human IgG Ab
IgM anti human IgM Ab
Garis kontrol = antibodi poliklonal
Sumur Garis Garis Garis
Konjugat IgG IgM Kontrol
YY
Y
YY
Y
YY
YY
YY
YY
Y
9
5. Narkoba (ABONmultidrug) Metode : ICT kompetitif Prinsip :
Bila dalam urin pasien terdapat Ag (),Ag () akan berkompetisi dengan Ag berlabel colloidal
gold di bantalan konyugat untuk berikatan dengan Ab spesifik. Jika Ag () pada urin berikatan
dengan salah satu Ab spesifik obat pada garis tes ( / / ) tidak akan menimbulkan
warna, sedangkan jika yang berikatan adalah Ag berlabel colloidal gold dengan salah satu Ab
spesifik obat pada garis tes ( ex: ), akan menimbulkan warna. Selanjutnya sisa Ag berlabel
colloidal gold akan bergerak menuju garis kontrol berikatan dengan Ab poliklonal
( ) membentuk warna pada garis kontrol.
Pada ICT yang kompetitif, yang mau dideteksi sama dengan yang ditanam pada bantalan
konyugat.
Cara kerja:
Sampel: urin sewaktu
3 tetes urin (max.100 µl) diteteskan ke sumur sampel dibaca dalam 5-10 menit
Hasil :
T C T C T C T C Negatif Positif invalid invalid
Hasil samar Negatif Interpretasi bila tidak timbul warna pada masing2 garis tes positif pada masing2 obat Sensitifitas/spesifisitas = 100%/100%
Keterangan….
(bahan yang ada dalam)
Garis Konjugat = protein obat berlabel colloidal gold
Garis Tes = Ab spesifik THC, Ab spesifik
Cocaine, Ab spesifik amfetamin
Garis kontrol = antibodi poliklonal
Sumur Garis Garis Garis
Konjugat IgG IgM Kontrol
Y
YY
Y
YY
YY
YY
YY
YY
YY
Y Y Y
Y
Y
10
6. Urin HCG Metode : ICT nonkompetitif
Prinsip :
Bila dalam urine pasien terdapat HCG / Ag (),Ag () akan bergerak menuju garis konjugat dan
berikatan dengan anti HCG monoklonal berlabel coloidal gold membentuk kompleks ikatan
antigen&antibodi ( ). Kompleks ini akan menuju ke garis tes dan akan berikatan dengan anti
HCG monoklonal dari rabit membentuk ikatan ( ), memberi warna pada garis tes. Sisa anti
HCG monoklonal berlabel coloidal gold yang tidak berikatan dibantalan konjugat akan menuju
ke garis kontrol dan berikatan dengan antibodi poliklonal goat membentuk kompleks ikatan
antibodi&antibodi ( ) dan memberi warna pada garis kontrol.
Cara Kerja :
3 tetes urin serum diteteskan ke sumur sampel baca 3 – 10 menit
Pemeriksaan dilakukan pada suhu ruangan 15-30C (untuk mengoptimalkan waktu inkubas)
Hasil :
T C T C T C T C Positif negatif invalid invalid
Interpretasi : positif ada hormon HCG
Sensitifitas/spesifisitas = 100%/100%
Sumur Garis Garis Garis
Konjugat Tes Kontrol
YY
YY
YY
YY
YY
YY
Keterangan….
(bahan yang ada dalam)
Garis Konjugat = antibodi HCG
berlabel coloidal gold
Garis Tes = antibodi HCG monoklonal rabit
Garis kontrol = antibodi poliklonal goat
Y
Y
Y
Y
Y
11
A. ASTO (Anti Streptolisin O)
Streptolysin O adalah suatu toksin yang terdiri protein dengan berat molekul 60.000 dalton, aktif dalam suasana aerob yaitu melisiskan sel darah merah juga neutrofil, platelet dan organella subsel. Streptolysin O bersifat meracuni jantung. Streptokokus grup A (Streptokokus beta hemolitik) dapat menghasilkan berbagai produk ekstraseluler yang mampu merangsang pembentukan antibodi.Antibodi itu tidak merusak kuman dan tidak mempunyai dampak perlindungan, tetapi adanya antibody itu dalam serum menunjukkan bahwa didalam tubuh baru saja terdapat streptokokus yang aktif. Antibody yang dibentuk adalah Antistreptolysin O (ASTO), Antihialuronidase (AH), Antistreptokinase (anti SK), antideoksiribonuklease B (AND B), dan anti nikotinamid adenine dinukleotidase (anti-NADase). Tes ASTO paling banyak digunakan, hasil tes ini positif pada 80% faringitis streptokokus, pada glomerulonefritis, demam rematik, endokarditis bacterial, dan scarlet fever. Banyak anak usia sekolah memiliki kadar titer ASTO yang lebih tinggi daripada anak usia pra sekolah dan dewasa. Penetapan ASTO umumnya hanya memberi petunjuk bahwa telah terjadi infeksi oleh streptokokus. Yang lebih penting diperhatikan adanya kenaikan titer. Meskipun semula titer rendah tetapi bila terjadi peningkatan dan tetap tinggi pada pemeriksaan berikutnya, adanya infeksi oleh streptokokus. METODE : aglutinasi lateks PRINSIP :
Jika pada sampel ditemukan Ab ASTO dengan penambahan reagen lateks yang mengandung Ag streptolisin, maka Ab ASTO akan berikatan dengan antigen streptolisin yang menyelubungi partikel lateks. Gabungan ikatan kompleks Ag-Ab ini akan nampak sebagai aglutinasi. Lateks berguna untuk membantu melihat ada aglutinasi yang mikropartikuler.
ALAT & BAHAN A L A T B A H A N 1. Aplikator 1. Serum 2. Pipet (20µl, 100µl) 2. Reagen latex 3. Tes slide, plastik slide 3. Kontrol positif 4. Rotator mekanik 4. Kontrol negatif 5. Tabung reaksi 5. Larutan NaCl 0,9% CARA KERJA (Sampel: serum tidak hemolisis, lipemik, terkontaminasi) 1. Cara kualitatif (aglutinasi)
a. Reagen dan sampel disimpan pada suhu ruangan b. Teteskan 40µl serum di atas slide tes c. Kocok reagen latex dan tambahkan satu tetes di atas serum tadi d. Aduk dengan aplikator e. Homogenkan larutan dengan menggoyang slide tes dengan hati-hati f. Observasi adanya aglutinasi dalam waktu 3 menit
AGLUTINASI
12
campur Homogenkan selama 3 menit
2. Metode semikuantitatif a. Siapkan tabung reaksi 5 buah b. Masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi 100µl NaCl c. Tambahkan pada tabung I 100 µl sampel lalu aduk (pengenceran ½) d. Pindahkan dari tabung I ke tabung II 100µl (pengenceran ¼) e. Buat pengenceran sampai 1/32 f. Kemudian masing-masing ditambahkan reagen latex sebanyak 1 tetes, observasi pada
tabung yang ke berapa aglutinasi berakhir
HASIL 1. Kualitatif ada aglutinasi : (+)
tidak ada aglutinasi : (-) 2. Semikuantitatif Kadar ASTO = Tabung terakhir yang ada aglutinasi x 200 IU/ml
INTERPRETASI ada aglutinasi >200 IU/ml
tidak ada aglutinasi <200 IU/ml POSITIF : infeksi akut streptococcus False positive : RA, scarlet fever, tonsilitis SENSITIFITAS/SPESIFISITAS : 98%/97%
Tabung I II III IV V
Pengenceran ½ ¼ 1/8 1/16 1/32
Sampel 100 µl - - - -
NaCl 0,9% 100 µl 100 µl` 100 µl 100 µl 100 µl
Pindahkan sampel 100 µl 100 µl 100 µl 100 µl
Lihat ada tidaknya
aglutinasi
Saline 100 µl
100 µl 100 µl 100 µl 100 µl
1/2 1/8 1/16 1/32 1/4
Saline 100 µl Saline 100 µl Saline 100 µl Saline 100 µl
Sampel
100 µl Buang
100 µl
13
B. CRP (C-Reactive Protein) Protein C-reactif (C-reactive protein, CRP) dibuat di hati dan dikeluarkan ke dalam aliran darah. CRP beredar dalam darah selama 6-10 jam setelah proses inflamasi akut dan destruksi jaringan. Kadarnya memuncak dalam 48-72 jam. Seperti halnya uji laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR), CRP merupakan uji non-spesifik tetapi keberadaan CRP mendahului peningkatan LED selama inflamasi dan nekrosis lalu segera kembali ke kadar normalnya. CRP merupakan salah satu dari beberapa protein yang sering disebut sebagai protein fase akut dan digunakan untuk memantau perubahan-perubahan dalam fase inflamasi akut yang dihubungkan dengan banyak penyakit infeksi dan penyakit autoimun. Beberapa keadaan dimana CRP dapat dijumpai meningkat adalah radang sendi (rheumatoid arthritis), demam rematik, kanker payudara, radang usus, penyakit radang panggung (pelvic inflammatory disease, PID), penyakit Hodgkin, SLE, infeksi bakterial. CRP juga meningkat pada kehamilan trimester akhir, pemakaian alat kontrasepsi intrauterus dan pengaruh obat kontrasepsi oral.
Tes CRP seringkali dilakukan berulang-ulang untuk mengevaluasi dan menentukan apakah pengobatan yang dilakukan efektif. CRP juga digunakan untuk memantau penyembuhan luka dan untuk memantau pasien paska bedah, transplantasi organ, atau luka bakar sebagai sistem deteksi dini untuk kemungkinan infeksi.
METODE : aglutinasi lateks PRINSIP :
Bila dalam serum pasien mengandung Ag CRP, maka akan berikatan dengan Ab CRP yang menyelubungi partikel lateks. Gabungan ikatan kompleks Ag-Ab akan nampak sebagai aglutinasi.
ALAT & BAHAN
1. Pengaduk 4. Kontrol positif 2. Plat/slide 5. Kontrol negatif 3. Reagen latex CRP
CARA KERJA (Sampel: serum tidak hemolisis, lipemik, terkontaminasi)
1. Cara kualitatif (aglutinasi) a. Reagen dan sampel disimpan pada suhu ruangan b. Teteskan 40µl serum di atas slide tes c. Kocok reagen latex dan tambahkan satu tetes di atas serum tadi d. Aduk dengan aplikator e. Homogenkan larutan dengan menggoyang slide tes dengan hati-hati f. Observasi adanya aglutinasi dalam waktu 3 menit
14
campur Homogenkan selama 3 menit
2. Metode semikuantitatif a. Siapkan tabung reaksi 5 buah b. Masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi 100µl NaCl c. Tambahkan pada tabung I 100 µl sampel lalu aduk (pengenceran ½) d. Pindahkan dari tabung I ke tabung II 100µl (pengenceran ¼) e. Buat pengenceran sampai 1/32 f. Kemudian masing-masing ditambahkan reagen latex sebanyak 1 tetes, observasi
pada tabung yang ke berapa aglutinasi berakhir.
Dilution ½ ¼ 1/8 1/16 1/32
Sampel serum 100 µl - - - -
NaCl 100 µl 100 µl 100 µl 100 µl 100 µl
100 µl 100 µl 100 µl 100 µl
Volume sample 50 µl 50µl 50µl 50µl 50µl
6 x N of dilution 6x2 6x4 6x8 6x16 6x32
Mg/I.U/ml 12 24 48 96 192
HASIL 1. Kualitatif ada aglutinasi : (+) tidak ada aglutinasi : (-) 2. Semikuantitatif Kadar CRP = Tabung terakhir yang ada aglutinasi x 6 mg/l
INTERPRETASI ada aglutinasi >6 mg/l tidak ada aglutinasi <6 mg/l
POSITIF : pada penyakit inflamasi SENSITIFITAS/SPESIFISITAS : 95%/96%
Lihat ada tidaknya
aglutinasi
Saline 100 µl
100 µl 100 µl 100 µl 100 µl
1/2 1/8 1/16 1/32 1/4
Saline 100 µl Saline 100 µl Saline 100 µl Saline 100 µl
Sampel
100 µl Buang
100 µl
15
C. RF (Rheumatoid Factor) Faktor reumatoid (rheumatoid factor, RF) adalah immunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG. Karena penderita juga mengandung IgG dalam serum, maka RF termasuk autoantibodi. Faktor penyebab timbulnya RF ini belum diketahui pasti, walaupun aktivasi komplemen akibat adanya interaksi RF dengan IgG memegang peranan yang penting pada rematik artritis (rheumatoid arthritis, RA) dan penyakit-penyakit lain dengan RF positif. Sebagian besar RF adalah IgM, tetapi dapat juga berupa IgG atau IgA. RF positif ditemukan pada 80% penderita rematik artritis. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan prognosis yang buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinan komplikasi sistemik. RF sering dijumpai pada penyakit autoimun lain, seperti LE, scleroderma, dermatomiositis, tetapi kadarnya biasanya lebih rendah dibanding kadar RF pada rematik arthritis. Kadar RF yang rendah juga dijumpai pada penyakit non-imunologis dan orang tua (di atas 65 tahun). Uji RF tidak digunakan untuk pemantauan pengobatan karena hasil tes sering dijumpai tetap positif, walaupun telah terjadi pemulihan klinis. Selain itu, diperlukan waktu sekitar 6 bulan untuk peningkatan titer yang signifikan. METODE : aglutinasi lateks PRINSIP :
Bila dalam serum pasien mengandung Ab RF, maka Ab akan berikatan dengan Ag (Human γ-globulin) yang menyelubungi partikel lateks. Gabungan ikatan kompleks Ag-Ab akan nampak sebagai aglutinasi
ALAT & BAHAN A L A T B A H A N 1. Aplikator 1. Serum 2. Pipet (20µl, 100µl) 2. Reagen latex 3. Tes slide, plastik slide 3. Kontrol positif 4. Rotator mekanik 4. Kontrol negatif 5. Tabung reaksi 5. Larutan NaCl 0,9% CARA KERJA (Sampel: serum tidak hemolisis, lipemik, terkontaminasi) 1. Cara kualitatif (aglutinasi)
a. Reagen dan sampel disimpan pada suhu ruangan b. Teteskan 40µl serum di atas slide tes c. Kocok reagen latex dan tambahkan satu tetes di atas serum tadi d. Aduk dengan aplikator e. Homogenkan larutan dengan menggoyang slide tes dengan hati-hati f. Observasi adanya aglutinasi dalam waktu 3 menit
16
campur Homogenkan selama 3 menit
3. Metode semikuantitatif a. Siapkan tabung reaksi 5 buah b. Masukkan kedalam masing-masing tabung reaksi 100µl NaCl c. Tambahkan pada tabung I 100 µl sampel lalu aduk (pengenceran ½) d. Pindahkan dari tabung I ke tabung II 100µl (pengenceran ¼) e. Buat pengenceran sampai 1/32 f. Kemudian masing-masing ditambahkan reagen latex sebanyak 1 tetes, observasi
pada tabung yang ke berapa aglutinasi berakhir.
Tabung I II III IV V
Pengenceran 1/2 1/4 1/8 1/16 1/32
Sampel 100 µl - - - -
NaCl 0,9% 100 µl 100 µl` 100 µl 100 µl 100 µl
Pindahkan sampel 100 µl 100 µl 100 µl 100 µl
HASIL 1. Kualitatif ada aglutinasi : (+)
tidak ada aglutinasi : (-) 2. Semikuantitatif Kadar RF = Tabung terakhir yang ada aglutinasi x 8 IU/ml
INTERPRETASI ada aglutinasi 8 IU/ml tidak ada aglutinasi <8 IU/ml
POSITIF : pada RA SENSITIFITAS/SPESIFISITAS : 100%/98,9%
Lihat ada tidaknya
aglutinasi
Saline 100 µl
100 µl 100 µl 100 µl 100 µl
1/2 1/8 1/16 1/32 1/4
Saline 100 µl Saline 100 µl Saline 100 µl Saline 100 µl
Sampel
100 µl Buang
100 µl
17
D. TES WIDAL Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B dan C menyebabkan demam enterik pada manusia. Sebagai respon terhadap stimulus antigen Salmonella (O dan H), tubuh memproduksi antibodi terhadap antigen O dan H. Titer antibodi-antibodi ini meningkat pelan-pelan dalam fase awal/dini penyakit, mencapai maksimumnya, kemudian pelan-pelan menurun sampai tidak lagi terdeteksi. Pada pasien typhoid, antibodi terhadap Salmonella dapat dideteksi dalam serum pada minggu kedua setelah infeksi. Tes Widal dapat dilakukan dengan metode slide atau metode tabung. Metode slide merupakan cara yang cepat tetapi kurang tepat untuk menunjukkan titer antibodi. Maka untuk menentukan titer antibodi dianjurkan melakukan metode tabung karena lebih teliti menunjukkan besaran titer. METODE : Aglutinasi PRINSIP :
Reaksi aglutinasi yang timbul bila terjadi ikatan antara antibodi yg terdapat dalam serum penderita dengan antigen S.Typhii pada reagen. Antigen yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.
ALAT & BAHAN :
Kit Plasmatec berisi:
Suspensi antigen Salmonela Typhi H
Suspensi antigen Salmonella H paratyphi A Suspensi antigen Salmonella H paratyphi B Suspensi antigen Salmonella H paratyphi C
Suspensi antigen Salmonella Typhi O Suspensi antigen Salmonella O paratyphi A Suspensi antigen Salmonella O paratyphi B Suspensi antigen Salmonella O paratyphi C
Lempeng pereaksi (tile / slide)
Tabung reaksi & Rak tabung
Pipet 0,08 ml; 0,04 ml; 0,02 ml; 0,01 ml; 0,005 ml 1,0 ml dan 1,9 ml
Larutan NaCl fisiologis (0.85 %)
Sentrifus Inkubator
CARA KERJA
Metode Slide: a. Siapkan serum yang akan dites, jika menggunakan serum-simpan, biarkan serum
beberapa saat untuk menyesuaikan suhu ruangan (18-30C).
b. Siapkan lempeng-reaksi, buatkan lima buah lingkaran dengan 3 cm. Pipetkan serum sesuai pola di bawah ini:
Lingkaran Serum Pengenceran
1 80 L 1/20
2 40 L 1/40
3 20 L 1/80
4 10 L 1/160
5 5 L 1/320
6 2,5 L 1/640
18
c. Kocok dengan baik isi botol suspensi antigen kemudian pipet 1 tetes pada setiap lingkaran.
d. Serum dan antigen dalam setiap lingkaran dicampur baik kemudian goyang memutar lempeng pereaksi agar campuran reaksi merata.
e. Setelah satu menit baca hasil reaksi (agglutinasi). Metode tabung a. Siapkan 8 tabung reaksi kecil, beri nomor ,,,,,, dan . b. Pipetkan NaCl 0,85% sebanyak 1.9 mL ke tabung , dan 1 ml masing-masing ke tabung
s/d c. Tambahkankan 0,1 ml serum ke tabung dan campur baik isi tabung d. Pindahkan 1,0 ml isi tabung ke tabung dan campur baik isi tabung dan seterus
nya ke tabung sampai tabung . Dari tabung , buang 1,0 ml.. Tabung hanya akan berisi NaCl 0,85% dan akan dipakai sebagai control.
e. Botol reagen dikocok baik kemudian pipetkan 1,0 ml ke setiap tabung. Campur baik isi setiap tabung.
f. Inkubasikan pada suhu 50C selama 4 jam atau pada 37C semalam. g. Baca hasil reaksi dan laporkan tabung terakhir yang masih menunjukkan agglutinasi.
Tabung 1 2 3 4 5 6 7 8
Pengenceran 1:20 1:40 1:80 1:160 1:320 1:640 1:1280 kontrol
Diinkubasi selama 24 jam baca, dilihat aglutinasi padaa tabung terakhir
Interpretasi: 1/320 (+) typhoid
1/20 1/40 1/80 1/160
0
1/320 1/640 1/1280
100 µl NaCl
+ 2 tetes
reagen
100 µl NaCl
+ 2 tetes
reagen
100 µl NaCl
+ 2 tetes
reagen
100 µl NaCl
+ 2 tetes
reagen
100 µl NaCl
+ 2 tetes
reagen
100 µl NaCl
+ 2 tetes
reagen
100 µl NaCl
+ 2 tetes
reagen
100 µl
serum
Buang
100 µl 100 µl 100 µl 100 µl 100 µl 100 µl
100 µl NaCl
19
E. Tubex TF Tes Tubex TF adalah suatu tes diagnostik semikuantitatif yang selama 10 menit mendeteksi demam tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, melalui deteksi spesifik adanya antibodi IgM dalam serum penderita terhadap antigen S.typhi O9 lipopolisakarida dengan cara mengukur kemampuan serum antibodi Ig M tersebut dalam menghambat reaksi antara antigen berlabel partikel lateks magnetik dan monoklonal antibodi berlabel lateks warna, selanjutnya ikatan inhibisi tersebut diseparasikan oleh suatu daya magnetik. Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi IgM S.typhi dalam sampel. METODE : Inhibisi Magnetic Binding (IMB) assay PRINSIP :
Terjadi reaksi antara Ag berlabel partikel lateks magnetik (reagen warna coklat) dengan monoklonal Ab berlabel lateks warna (reagen biru) ikatan reaksi tersebut diseparasikan oleh suatu daya magnetik hasil dibaca secara visual. Ag O lipopolisakarida (LPS) Ag H flagella Jika dalam serum penderita terdapat antibodi, maka akan terjadi ikatan Ag-Ab antara serum dan reagen coklat ikatan kompleks tersebut akan tertarik oleh magnet ke bawah. Pada saat ditambahkan reagen biru maka antibodi lateks warna yang ada dalam reagen biru tidak akan berikatan dengan antibodi dalam serum karena berkompetisi dengan antibodi dalam reagen coklat antibodi pada reagen biru melayang dalam larutan.
Semakin banyak Ab serum terikat pada reagen coklat, reagen biru yang terikat akan bebas dan nampak sebagai warna biru (+)
Jika tidak ada Ab dalam serum, maka reagen coklat akan terikat dengan reagen biru sehingga nampak sebagai warna coklat (-)
ALAT & BAHAN ALAT : BAHAN :
a. V – Shape Wells a. Sampel serum b. Magnetic Color Scale b. Reagen A ( Brown Reagent ) c. Sealing Tape c. Reagen B ( Blue Reagent ) d. Pipet d. Kontrol Negatif e. Stopwatch e. Kontrol Positif
20
Cara kerja : Sampel: serum Reagen coklat (Brown reagent) Ag LPS O9 S.typhii Reagen biru (Blue reagent) Ab 45 µl brown reagent + 45 µl serum inkubasi 2 menit + 90 µl blue reagent tutup homogenkan 2 menit, letakkan di skala magnetik untuk reaksi separasi
INTERPRETASI :
SKOR INTERPRETASI
< 2 3
4 – 5 > 6
NEGATIF Tidak menunjukkan infeksi Demam Tifoid aktif BORDERLINE Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Ulangi pengujian, apabila masih meragukan, lakukan sampling ulang beberapa hari kemudian. POSITIF Menunjukkan infeksi Demam Tifoid POSITIF Indikasi kuat infeksi Demam Tifoid
INDETERMINATE Ketidak jelasan pengukuran disebabkan oleh : 1. Protokol pengujian tidak diikuti dengan baik. Ulangi pengujian. 2. Kualitas sampel kurang baik. Lakukan sampling dan pengujian
ulang.
21
Electro Cemiluminesence Immunoassay dengan prinsip menggunakan reaksi kimiawi untuk
pembangkit energi. Cemiluminesence ditimbulkan oleh reaksi kimia sederhana dan melibatkan suatu
aksi dari oksigen atau peroksida pada suatu substrat organik oksidatif. Setelah eksitasi dari substrat
luminesens, beberapa molekul memancarkan energi dalam bentuk cahaya, sedangkan beberapa
molekul yg lain melepaskan energi dalam bentuk panas. Proporsi relatif dari cahaya yang
dipancarkan (photon efficiency) merupakan ukuran yang berguna dari efisiensi reaksi.
Cobas e411 (ECLIA)
Electro Cemiluminesence Immunoassay (ECLIA)
22
Metode : Electro Cemiluminesence Immunoassay (ECLIA) nonkompetitif
Bahan : serum (antigen)
Reagen R1 (antibodi monoklonal )
Reagen R2 (antibodi monoklonal berlabel ruthenium)
M (streptavidin yang diselubungi mikropartikel)
Jenis antibodi monoklonal yg digunakan tergantung dari parameter yang akan diperiksa
Jika dalam sampel mengandung antigenantigen akan berikatan dengan R1 (Ab monoklonal
biotinylated) dan R2 (Ab monoklonal berlabel ruthenium) membentuk ikatan kompleks sandwich
setelah diinkubasi selama 9 menit pada suhu 37C tambahkan reagen M (streptavidin yg
diselubungi mikropartikel) inkubasi 9 menit streptavidin akan melekat pada ikatan kompleks
sandwich bagian ab biotinylated Selanjutnya kompleks yang terikat dengan streptavidin akan
tertarik ke medan magnet pencucian dengan procell tambahkan TPA (akan mengubah rumus
kimia ruthenium 3+ menjadi 2+) molekul akan memancarkan energi dalam bentuk cahaya yg
berpendar dan terbaca oleh alat.
jumlah pendaran cahaya yg terbaca oleh alat sebanding dengan kadar antigen dalam serum.
23
Metode : Electro Cemiluminesence Immunoassay (ECLIA) nonkompetitif
Bahan : serum (antibodi)
Reagen R1 (antigen biotinylated)
Reagen R2 (antigen berlabel ruthenium)
M (streptavidin yang diselubungi mikropartikel)
Jenis antigen yg digunakan tergantung dari parameter yang akan diperiksa
Jika dalam sampel mengandung antibodi (IgG/IgM) antibodi (IgG/IgM) akan berikatan dengan R1
(antigen biotinylated) dan R2 (antigen berlabel ruthenium) membentuk ikatan kompleks
antigen&antibodi setelah diinkubasi selama 9 menit pada suhu 37C tambahkan reagen M
(streptavidin yg diselubungi mikropartikel) inkubasi 9 menit streptavidin akan melekat pada
ikatan kompleks antigen&antibodi bagian antigen biotinylated Selanjutnya kompleks yang terikat
dengan streptavidin akan tertarik ke medan magnet pencucian dengan procell tambahkan TPA
(akan mengubah rumus kimia ruthenium 3+ menjadi 2+) molekul akan memancarkan energi dalam
bentuk cahaya yg berpendar dan terbaca oleh alat.
jumlah pendaran cahaya yg terbaca oleh alat sebanding dengan kadar antibodi dalam serum.
24
Metode : Electro Cemiluminesence Immunoassay (ECLIA) kompetitif
Bahan : serum (antigen)
Reagen R1 (antigen biotinylated)
Reagen R2 (antibodi monoklonal berlabel ruthenium)
M (streptavidin yang diselubungi mikropartikel)
Jenis antibodi monoklonal dan antigen yang digunakan tergantung dari parameter yang akan
diperiksa
Jika dalam sampel mengandung antigenantigen akan berikatan dengan R2 (Ab monoklonal berlabel
ruthenium) membentuk ikatan kompleks antigen&antibodi setelah diinkubasi selama 9 menit pada
suhu 37C, namun ada beberapa antibodi dalam R2 yang tidak terikat dengan antigen dalam serum
antibodi yang tidak terikat tersebut akan berikatan dengan antigen biotinylated (R1) dan streptavidin
(M) setelah inkubasi kedua selama 9 menit pada suhu 37C Selanjutnya kompleks yang terikat
dengan streptavidin akan tertarik ke medan magnet pencucian dengan procell tambahkan TPA
(akan mengubah rumus kimia ruthenium 3+ menjadi 2+) molekul akan memancarkan energi dalam
bentuk cahaya yg berpendar dan terbaca oleh alat.
jumlah pendaran cahaya yg terbaca oleh alat berbanding terbalik dengan kadar antigen dalam serum.
25
Perkembangan teknologi mutakhir telah
memungkinkan identifikasi sel dengan
menggunakan instrumen automatis yang
disebut flowcytometer dan cell sorter.
Flowcytometri memerlukan instrumentasi
yang canggih, tetapi mempunyai kelebihan
kemampuan kuantitasi yang sangat baik dan
waktu analisis yang cepat. Prinsip
flowcytometri dan cell sorting (fluorescence
activated cell sorter,FACS) adalah menggabungkan kemampuan alat untuk mengidentifikasi
karakteristik permukaan setiap sel dengan kemampuan memisahkan sel-sel yang berada dalam suatu
suspensi menurut karakteristik masing-masing secara otomatis melalui suatu celah yang ditembus
oleh seberkas sinar laser.
APLIKASI FACS diantaranya adalah :
1. Analisis dan pemisahan subpopulasi limfosit dengan menggunakan antibodi monoklonal
terhadap antigen permukaan (CD) yang dilabel dengan zat warna flourokrom;
2. Memisahkan sel hidup dari sel mati;
3. Analisis fungsi atau aktivasi sel.
TUJUAN tes CD4 adalah mendeteksi jumlah sel CD4 dengan menggunakan metode FACS. Salah satu
kegunaannya untuk memantau status imunitas pada pasien HIV-AIDS.
SAMPEL
a. Whole blood dengan antikoagulan K3 EDTA
b. disimpan tidak lebih dari 48 jam pada temperatur ruangan (200C hingga 250C).
c. Sampel pasien normal untuk kontrol
BD FACSCountTM System
26
ALAT & BAHAN 1. Alat
a. Mesin FACSCount b. Work station c. Coring station d. Vortex
2. Bahan: a. Kit Reagen : Reagen CD4/CD8
Fixative solution 1 x 5 ml vial : 5% formaldehyda dalam PBS (berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan pH)
b. Kit Kontrol : 4 konsentrasi : zero, low, medium, high
zero
Low – red top ( ~50 beads / 50 L )
Medium – blue top ( ~250 beads / 50 L )
High – purple top (~1000 beads / 50 L)
a
b
e
d
c
e. Pipet 50 µ f. Tutup tabung g. Tip h. Tabung vakum K3EDTA
27
PRINSIP KERJA
Tabung reagen mengandung antibodi berlabel flourokrom.Jika ditambahkan sampel, antibodi
tersebut akan terikat dengan antigen spesifik pada permukaan limfosit dan akan berflouresensi bila
terkena sinar laser. Flouresensi yang terjadi sebanding dengan jumlah sel yang ada.
Prinsip reaksi imunologi menggunakan dua zat pewarna flourokrom pada metode FACS.
(Sumber : CD 4 Testing using the BD FACSCount System in BD FASCount Training Resouce, Module 1 BD)
Dengan sistem FACS setiap subset limfosit dibedakan satu dari yang lain berdasarkan ekspresi
antigen permukaan yang direaksikan dengan antibodi monoklonal berlabel flourokrom. Setiap sel
yang melewati berkas sinar laser menimbulkan sinyal elektronik yang dicatat oleh instrumen sebagai
karakteristik sel yang bersangkutan. Alat dapat mengidentifikasi setiap jenis dan aktivitas sel dan
menghitung jumlah masing-masing dalam suatu populasi campuran. Zat flourokrom yang digunakan
adalah Phycoerythrin atau Allophycocyanin.
Prinsip flowcytometri terdiri dari fluidics system, pendeteksian optik, proses sinyal dan pemisahan
sel elektrostatik.
sel
28
Gambar 5. Prinsip deteksi sel pada metode FACS.
(Sumber: http://www.bio.davidson.edu.2001.Diakses Februari 2012) CARA KERJA
1. FACSCount Reagen dikeluarkan dari lemari es dan dibiarkan mencapai suhu ruang (60 menit).
2. Tabung reagen diberi label sesuai nomor identitas pasien, dan tabung reagen untuk kontrol L, M,
H (pasien normal).
3. Tabung reagen di vortex dengan sisi bawah tegak lurus 5 detik.
4. Tabung reagen di vortex dengan sisi atas tegak lurus 5 detik.
5. Tabung reagen dilubangi dengan Coring Station, lalu ditempatkan pada Work station.
6. Tabung sampel whole blood dibolak balik agar tercampur rata
7. Pipet 50 l whole blood ke dalam masing-masing tabung reagen untuk sampel dan kontrol.
29
8. Tabung ditutup dan divortex selama 5 detik.
9. Tabung reagen untuk sampel dan kontrol diletakkan kembali kemudian ditutup untuk
menghindari cahaya / ditempatkan pada ruang gelap.
10. Diinkubasi selama 60 – 120 menit pada suhu ruang.
11. Tabung dibuka kembali dan pipet 50 l larutan fiksatif ke dalam masing-masing tabung reagen
sampel dan kontrol. Ganti tip untuk masing-masing tabung.
12. Pipet 50 l FACSCount Control ke masing-masing tabung L, M, H.
13. Tutup tabung reagen dengan penutup yang baru, dan vortex selama 5 detik.
14. Siap baca pada mesin FACSCount, dimulai dengan control L, M, H, kemudian pembacaan
sampel.
15. Hasil pemeriksaan akan dibaca oleh alat dan dikeluarkan melalui print out hasil pemeriksaan
CD4 dan CD8.
NILAI RUJUKAN Jumlah Normal sel CD4, CD8 dan dalam tiap mm3 darah :
CD4 : 447 – 1750 sel/mm3 CD8 : 413 – 1260 sel/mm3
INTERPRETASI Bila jumlah CD4 < 200 sel/mm3 : AIDS. WHO immunological classification for estabilished HIV infection
HIV Asscociated Immunodeficiency CD4 values
None or not significant >500
Mild 300-499
Advanced 200-349
Severe <200 or 15%
30
FACSCount Reagen
Dilabel ( L, M, H dan Identitas Pasien
Vortex sisi bawah ( 5 detik)
Tabung reagen dilubangi dengan Coring Station Kemudian ditempatkan pada work station
Vortex sisi atas ( 5 detik)
Vortex ( 5 detik)
Tambah 50 l whole blood (sampel)
Tutup tabung dan vortex 5 detik
Tambah 50 l larutan fiksatif
Inkubasi 60 – 120 menit
Vortex 5 detik
Tambah 50 l FACSCount control
untuk tabung L, M, H
Baca pada mesin FACSCount setelah
pembacaan kontrol
Tambah 50 l whole blood (sampel
normal sebagai control)
Tutup tabung dan vortex 5 detik
Inkubasi 60 – 120 menit
Tambah 50 l larutan fiksatif
Vortex 5 detik
Baca pada mesin FACSCount mulai
control L, M, H
HASIL KELUAR MELALUI PRINT OUT
31
Metode Sandwich Enzyme Immunoassay dengan Final Fluorescent Detection (Enzyme Linked Fluorescent Assay
= ELFA) menggunakan alat otomatis Mini Vidas. Untuk mendeteksi IgM/IgG CMV yang dapat membantu
mendiagnosa adanya infeksi primer, laten dan sekunder.
Prinsip dari metode Sandwich adalah reaksi antigen antibodi pada benda padat yang dilabel enzim. Kompleks
antigen antibodi berlabel diinkubasikan dengan substrat kromogenik yang semula tidak berwarna kemudiaan
kembali berwarna karena dihidrolisis oleh enzim dalam waktu tertentu. Intensitas warna diukur dan sebanding
dengan kadar antigen yang diukur. Metode ELFA merupakan modifikasi EIA dengan menggunakan enzim
alkaline phosphatase sebagai label pada antibodi atau hapten dan substratnya dengan menggunakan methly
umbelliferyl phosphat. Substrat ini akan dipecah oleh enzim dan menghasilkan fluoresens yang dapat diukur
intensitasnya dengan fluorometer. Intensitasnya sebanding dengan kadar yang diuji.
Alat dan Bahan:
A. Alat yang digunakan: 1. Pipet disposable 100 µl 2. Sarung tangan disposable 3. Strip untuk IgM dan untuk IgG 4. Vortex 5. Mini Vidas
Enzyme Linked Fluorescent
Assay (ELFA)
32
B. Bahan yang digunakan: 1. Sampel: serum (Well 1) 2. Reagen:
a) Serum diluent: Phosphate buffer (100 mmol/l) pH 7,2 – Tween + protein dan chemical stabilizers + 1 g/l sodium azide (300µl) (W 2)
b) Pre wash solution: (10 mmol/l) pH 7,2 – Tween + protein dan chemical stabilizer + 1 g/l sodium azide (600µl) (W 3)
c) Wash solution: TRIS (50 mmol/l) pH 7,4 + 0,9 g/l sodium azide (600µl) (W 4,5,7,8) d) Conjugated:
Tes IgM: Alkaline phosphatase-labeled monoclonal anti human IgM antibodies (mouse) + 1 g/l sodium azide (400µl) (W6)
Tes Ig G: Alkaline phosphatase-labeled monoclonal anti human IgG antibodies (mouse) + 1 g/l sodium azide (400µl) (W6)
e) Cuvette dengan substrat: 4-methyl-umbelliferyl phosphate (0,6 mmol/l) + diethanolamine /DEA (0,62 mol/l atau 6,6%,pH 9,2) + 1 g/l sodium azide (300µl) (W 10)
Cara kerja:
1. Gunakan 1 CMVM/CMVG strip dan 1 CMVM/CMVG SPR untuk setiap sampel, kontrol atau kalibrator untuk tes.
2. Pilih CMVM/CMVG untuk dimasukkan ke tes code. Kalibrator harus diidentifikasi sebagai S1 dan dites ganda. Jika kontrol positif akan dites maka diberi tanda C1. Jika kontrol negatif akan dites maka diberi tanda C2.
3. Gabungkan kalibrator, kontrol dan sampel dengan menggunakan vortex.. 4. Masukkan sampel atau kontrol 100 µl ke dalam sampel well. 5. Masukkan SPR dan strip ke dalam alat pada section yang dikehendaki (misalnya section A). Pastikan label
warna dengan kode tes yang cocok pada SPR dan reagen strip. 6. Hasil pemeriksaan akan tampil pada monitor dan keluar dalam bentuk print out..
Keterbatasan metode:
1. Gangguan bisa terjadi pada sampel serum yang berisi antibodi yang bereaksi dengan komponen reagen sehingga hasil tes harus mempertimbangkan riwayat penderita dan hasil tes yang lain.
2. Hasil tes pada penderita immunocompromised sulit diinterpretasikan karena respon imun berkurang.
Interpretasi:
a. Infeksi primer akut: serokonversi negatif menjadi positif antibodi spesifik total, IgG atau IgM. b. Infeksi laten atau masa lampau: IgG positif, IgM negatif c. Infeksi sekunder atau reaktivasi: IgG sangat tinggi dengan peningkatan 2-4 kali, dengan atau tanpa IgM d. Infeksi kongenital: IgM positif, IgG positif
33
Editor : Raesa Chandra, Una Thamrin, Lince Wijoyo.
Tim Diskusi :
Erviani Zuhriah, Wawan WJ, Raesa Chandra, Vivi ZN, AmyRaehan, Suriyanti, Ariani S. Culla, Una Thamrin, Lince Wijoyo, IrnaReza, NheeyaWarz, Milka, Bahar Razak,
Glent Nurtanio, Hera, Cupi’X.
Mohon Koreksi dan Masukan Jika Ada Kesalahan…………….