sistim kabel layang

Upload: setyadi-yadi

Post on 11-Jul-2015

88 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

MENUJU STANDARDISASI PENGGUNAAN ALAT PEMINDAH JALUR MUATAN PADA PENGELUARAN KAYU SISTEM KABEL LAYANGOlehCopyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Wesman Endom1

AbstrakStandardisasi penggunaan Alat Pemindah Jalur Muatan (APJM) yang dicoba dikembangkan ini merupakan upaya dukungan teknologi untuk membantu memecahkan masalah pengangkutan kayu sistem kabel layang bersambung (estafet), karena dua hal yaitu keterbatasan persediaan kabel dan atau perubahan arah jalur. Beberapa hal yang dapat distandardisasikan antara lain macam dan ukuran tiang buatan, macam dan ukuran katrol kabel tanpa ujung, kereta muatan dan mesin penarik muatan. Waktu yang diperlukan untuk memindahkan muatan dengan alat APJM rata-rata 1,5 menit. Cepat atau lambat pemindahan itu berlangsung, tergantung pada besar beban, ketersediaan kereta angkut muatan, adanya tenaga pembantu tambahan, dan kesiapan tenaga kerja itu sendiri. Tanpa alat APJM waktu yang diperlukan jauh lebih lama rata-rata 10 menit. Biaya yang diperlukan untuk membuat satu unit APJM ialah sekitar Rp 80 juta. Dari biaya investasi ini biaya pemilikan dan pengoperasian seluruhnya berjumlah Rp 67.175/jam, terbagi atas biaya tetap sebesar Rp 25.440/jam dan biaya tidak tetap sebesar Rp 41.735/jam Dengan produktivitas pengumpulan kayu sebanyak 2,5 m3/jam maka biaya tiap m3 adalah sebesar Rp 26.870. Dengan menggunakan ojeg, biaya yang diperlukan sebesar Rp 65.000/m3 berarti ada perbedaan cukup nyata. Berdasarkan perhitungan suku bunga pinjamaan 18%, BEP tercapai pada nilai Rp 100.669.415. Ini berarti nilai tersebut setara untuk tebangan 221,36 ha atau 33.205 m3. Nilai NPV usaha ini dengan proyeksi selama 6 tahun dan sewa ongkos angkut kayu Rp 40.000/m3 adalah Rp 77.986.849 dan IRR 25,7%. Kata kunci : pengangkutan kayu, alat pemindah jalur muatan

1

Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor

1

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

I.

PENDAHULUANCopyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Di Jawa, penggunaan tenaga manusia sebagai blandong merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat yang cukup penting bagi kehutanan, termasuk pada kegiatan pemanenan kayu tusam (Pinus merkusii). Namun, karena kegiatan ini banyak di daerah bertopografi berat dan akses angkutan terbatas, maka saat dipanen banyak mengalami masalah. Oleh karena itu, banyak tegakan yang sudah ditebang, kayunya tidak dapat dikeluarkan. Menurut Suparto (1981), untuk mengelola hutan dengan baik dan berkelanjutan, diperlukan penyediaan akses angkutan secara memadai. Tetapi, karena pembuatan prasarana ini cukup mahal, maka harus diperhatikan di mana dan bagaimana akses angkutan ini harus dibangun dengan baik dan biaya wajar. Di lapangan yang datar, akses bisa dibangun lebih teratur, sejajar, lurus dan lebar, sedang di daerah berbukit, sebagaimana umumnya pada hutan tusam, letak dan lebar akses jalan tidak bisa dibuat secara leluasa dan arahnya juga harus mengikuti kontur. Berdasarkan kenyataan, pada lapangan yang curam penyediaan fasilitas akses angkutan sulit dibuat, apalagi untuk kendaraan roda empat seperti truk. Perum Perhutani biasa membuat jalan sogokan, yaitu akses berupa jalan tanah yang dibuat secara manual dan hanya digunakan untuk sementara waktu yaitu selama musim kemarau. Penelitian menggunakan alat yang berfunggsi untuk penarik muatan dan alat pemindah jalur muatan (APJM) merupakan alternatif metode pengeluaran kayu yang cukup praktis dan efisien pada lapangan yang bertopografi berat tanpa harus menurunkan muatan, telah dilakukan. Hasil uji cobanya dikemukakan dalam tulisan ini meliputi aspek teknis dan ekonomis. II. BAHAN DAN METODE

2.1 Alat Alat yang digunakan untuk dapat dioperasikannya alat pemindah jalur muatan (APJM) ialah berupa seperangkat dari sistem kabel layang terdiri dari mesin penarik kabel utama dan kabel penarik (endless cable), kereta muatan (carriage), tirfor, takel, katrol berbagai ukuran, stop watch, dan satu unit APJM itu sendiri. Beberapa alat tersebut disajikan pada Gambar 2 dan 3.

2

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

a

b

c

d

Gambar 1 (a)Katrol Penarik, (b) Katrol Pembantu Setting, (c) Takel dan (d) Tirfor Untuk Pengencang Kabel

a

b

c

Gambar 2 (a) Kereta Muatan Dengan Penguncian Model Kito Ganda, (b) Prototipe Alat Pemindah Jalur Kereta Muatan Dalam Uji Coba di Kantor, (c) Uji Coba Alat Pemindah yang Sebenarnya di Lapangan

a

b

Gambar 3 Alat Penarik Kereta Muatan: (a) Tampak Atas dan (b) Saat Dipakai Dalam Uji Coba 1.2 Cara

3

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

Pengunaan dari alat APJM dilakukan dengan memasang tiang penyangga, penguat tiang dan jalur pemindah kereta muatan yang dipasang dengan jarak antar tiang sekitar 1-2 m. Tempatkan posisinya sedemikian rupa sehingga setelah dinilai menyambung dengan aman dan kuat baru dapat dioperasikan. Untuk itu, sebelumnya dilakukan simulasi uji coba pemindahan kereta angkut muatan tersebut dalam upaya mencari metode pemindahan yang paling mudah dan cepat. Setelah dilakukan beberapa kali uji coba akhirnya ditemukan metode pemindahan tersebut seperti pada Gambar 4. Proses pemindahan kereta angkut bermuatan dilakukan sebagai berikut: 1. Siapkan kereta muatan kosong di dekat ujung kabel utama yang bersambungan dengan alat pemindah kereta muatan. 2. Hentikan setiap muatan yang datang di dekat kereta muatan kosong yang sudah disiapkan dan angkat muatannya agar lepas dari gantungan kereta muatan. 3. Pindahkan ikatan gantungan kayu ke kereta muatan kosong kemudian bawa menuju kereta muatan di ujung alat pemindah jalur. 4. Lakukan hal yang sama seperti pada butir 2, selanjutnya ikatan pengunci kereta muatan di lepas dan kereta muatan meluncur di bawah hingga ke tempat tujuan untuk diturunkan dan dikumpulkan di tempat pengumpulan kayu. 5. Pindahkan kereta muatan kosong yang telah diturunkan muatannya ke kabel balik di jalur kabel kosong untuk digunakan kembali mengangkut kayu yang lainnya sampai seluruhnya selesai. 6. Gunakan bendera kuning sebagai penunjuk bahwa mesin dapat dipakai untuk menarik dan gunakan warna merah bila terjadi sesuatu yang membahaykan atau pada saat proses bongkar muatan berlangsung.

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

4

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Gambar 4 Proses Pemindahan Kereta Muatan dari Jalur Kabel yang Satu pada Jalur Kabel Kedua Dalam penelitian ini juga dicoba pengeluaran kayu dengan cara setting baru di mana fungsi drum yang semula hanya digunakan untuk menarik satu jalur kabel berisi muatan, kini juga digunakan pula untuk menarik/mengirim kereta muatan pada jalur kabel yang lain. Hal ini dilakukan dengan cara menempatkan letak lilitan untuk jalur kabel yang satu pada drum kabel yang disiapkan khusus untuk memutar kabel penarik, sementara untuk penarikan lilitan kabel yang kedua ditempatkan pada drum yang semula disiapkan untuk fungsi pengangkat (lifting). Secara skematis uji coba penggunaan mesin penarik dengan setting untuk pengeluaran kayu sistem kabel layang tercantum pada Gambar 5.

Jalur isi Alat Pemindah Jalur Muatan

Jalur kosong

Jalur kosong

Jalur isi

Gambar 5 Skema Penggunaan Mesin Penarik yang Berfungsi Ganda (Two in One) 1.3 Tempat Uji Coba

5

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

Uji coba dilakukan dilakukan di sekitar kampung Cibayondah, di petak 18, yang termasuk wilayah pengelolaan BKPH Cikawung, Kabupaten/KPH Sukabumi. Jarak bentang untuk lokasi L-I 250 m melewati tegakan tusam, sedang jarak dari pemindah jalur ke ujung bentang di lokasi L-II sebagai tempat pengumpulan kayu sejauh 350 m melewati lereng bertegakan tusam, kebun bambu, kelapa, kemudian naik lereng lagi hingga sawah yang saat itu mengering. 1.4 Data Yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan meliputi diameter pangkal dan ujung batang serta panjang batang (dalam cm), waktu muat termasuk pasang kereta muatan, waktu tempuh, pindah muatan, bongkar muatan, pindah kereta muatan dan waktu balik (seluruhnya dalam menit) serta jarak (dalam meter). Data yang diperoleh dihitung untuk mengetahui volume kayu, produktivitas kerja dan kemudian dianalisis nilai ekonomisnya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

3.1 Teknis Dalam operasi pengeluaran kayu sistem kabel layang ini, setiap kereta bermuatan 1-4 batang, tergantung ukuran kayu, dengan berat sekitar 200-300 kg. Untuk mengefisienkan pengeluaran kayu, penarikan kereta muatan dilakukan tidak tunggal melainkan dapat sampai 5 (lima) gantungan. Untuk itu jarak antar kereta diatur sejauh 30-50 m untuk L-I, sedang pada L-II sejauh 50-80 m. Dari pengalaman uji coba ini setelah hampir 10 m3 kayu dilakukan pemindahan muatan melalui APJM kemudian diketahui bahwa besi behel yang dipakai untuk jalur pemindahan muatan yang berukuran 16 mm ternyata mengalami lekukan. Dari kenyataan ini dapat diambil pelajaran bahwa standar yang dibutuhkan untuk pemindah jalur muatan pada sistem kabel layang sebaiknya tidak dibuat dari behel, melainkan dari bahan plat sehingga jalur tidak akan mengalami lekukan atau melengkung akibat tekanan beban. Sejumlah hambatan lain yang ditemui saat uji coba ialah: 1. Bentangan kabel yang cukup panjang melewati kebun masyarakat sehingga cukup menyulitkan saat melakukan persiapan pembuatan bentangan kabel. 2. Bentangan kabel melewati jalan sogokan yang saat itu masih dipakai oleh para tukang ojeg, sehingga menimbukan rasa kekhawatiran muatan lepas dari gantungan. 3. Diperlukan alat tuas yang praktis, kecil dan kuat untuk memudahkan membantu mengangkat muatan saat pemindahan kayu dilakukan. 4. Perbaikan kontruksi kereta kayu agar baut gantungan muatan saat dilepas tidak mudah hilang. 5. Tali gantungan muatan terbuat dari bahan kabel dan bukan rantai sehingga bila terjadi putaran tidak merusak rantai pengikatnya yang menyebabkan muatannya lepas. Hasil uji coba penerapan APJM pada teknik pengeluaran kayu menggunakan mesin penarik menunjukkan bahwa dari aspek waktu, pemindahan dari jalur kabel

6

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

layang I ke jalur kabel layang II melalui alat pemindah muatan jalur rata-rata diperlukan waktu 1,5 menit. Cepat atau lambat pemindahan itu berlangsung tergantung pada besar beban, ketersediaan kereta angkut muatan, adanya tenaga pembantu tambahan, dan kesiapan tenaga kerja itu sendiri. Pada Gambar 6 dan 7 tercantum penanganan kayu pada kegiatan uji coba. Namun demikian, bila dilihat dengan tanpa alat pemindah sebagaimana yang terjadi pada tahun lalu di Cigalasar, Sukabumi, tampak sekali adanya perbedaan waktu tersebut. Bila tanpa alat pemindah diperlukan waktu rata-rata 10 menit.

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Gambar 6 Kayu dari gunung sesampai di tempat bongkar muatan kemudian lilitannya dibuka untuk kemudian akan dibawa ke tempat pengumpulan kayu untuk selanjutnya akan ditarik ke lokasi lain dengan sistem kabel layang dengan mesin

Gambar 7 Kayu yang dibongkar di tempat pengumpulan kemudian dipindahkan di dekat alat peluncur muatan yang akan ditarik dengan mesin

7

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

1.2 Ekonomis Biaya investasi untuk pembuatan prototipe alat, alat pemindah jalur muatan dan kereta muatan sistem kabel layang berikut seperangkat alat penarik sebesar Rp 80 juta. Dari biaya investasi itu dapat diketahui biaya pemilikan dan pengoperasian seluruhnya berjumlah Rp 67.175/jam (lihat Tabel 1), terbagi atas biaya tetap sebesar Rp 25.440/jam dan biaya tidak tetap sebesar Rp 41.735/jam. Dengan produktivitas pengumpulan kayu 2,50 m3/jam maka biaya per m3 adalah sebesar Rp 26.870. Biaya ini cukup murah dibanding biaya pikul sebesar Rp 30-100 ribu/m3 tergantung jarak dan tingkat kesulitan, sedang bila menggunakan ojeg biayanya adalah sebesar Rp 65.000/m3. Mengingat kondisi lapangan seperti itu maka cara manual tentu akan tidak efektif, terlebih karena jarak cukup jauh dan naik turun. Tabel 1 Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengopersian Alat Penarik Jenis Biaya Biaya tetap No 1 2 3 3 1 2 3 4 5 6 Komponen Biaya penyusutan Bunga modal Biaya pajak Biaya asuransi Jumlah A Operator mesin Upah tenaga kerja pembantu Biaya bahan bakar Oli dan pelumas Biaya perawatan Iuran lainnya Jumlah B Jumlah A + B Biaya per m3 Biaya (m3/jam) 14.400 8.640 960 1.440 25.440 9.375 17.500 5.500 400 8.000 960 41.735 67.175 26.870

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Biaya variabel

Catatan: Penggunaan bahan bakar solar 1 liter/jam. Harga setempat adalah Rp 5.500/liter

Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa usaha untuk pengangkutan pengeluaran kayu akan mencapai BEP pada nilai Rp 100.669.415. Dengan produktivitas kerja sebanyak 2.5 m3/jam maka nilai tersebut setara untuk melaksanakan kegiatan seluas 221,40 ha (dibulatkan 220 ha) atau 33.205 m3. Besarnya keuntungan usaha dengan proyeksi selam 6 tahun dengan ongkos angkut bibit Rp 40.000/m3 diperoleh nilai NPV sebesar Rp 77.986.849 dan IRR 25,7%. Nilai tersebut memperlihatkan bahwa bila alat itu kelak dapat dibangun dengan lebih baik, kemudian unit alat ini dilengkapi dengan pendukung lainnya sehingga sedikitnya dapat dicapai produksi 5 m3/jam, maka harga sewa akan bisa menurun. Perlu kiranya ditegaskan kembali bahwa upah pengeluaran kayu dengan ojeg pada saat ini adalah sebesar Rp 65.000/m3. Karena itu pemanfaatan sumberdaya alam hutan di

8

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

daerah bertopografi berat harus efektif dan efisien karena wilayah kerjanya memiliki aksesibilitas rendah. 1.3 Pembahasan Mengingat kondisi lapangan dan lokasi petak tebangan kemungkinan tidak bersebelahan, maka pembuatan alat pemindah jalur muatan harus disiapkan berbeda dengan rekayasa yang sudah ada yakni hanya untuk rancangan sambungan lurus. Mengingat atas hal itu maka minimal harus tersedia 4 (empat) macam yaitu model 180 atau lurus, belok 135, belok 90 dan belok sekitar < 45. Untuk belokan lainnya dapat didekati dengan membalikan posisi komponen pembentuk alat pemindah jalur muatan yang ada, seperti 225 dapat memakai yang 135, untuk belokan 270 dapat memakai pemindah jalur 90 dan untuk sudut belokan 315 dapat memakai sudut 45. Dengan ke empat alat yang tersedia nanti, maka akan selalu siap dapat dilakukan pemindahan muatan dari bentangan jalur kabel yang satu kepada bentangan jalur kabel yang lain. ada Lampiran tercantum Gambar APJM untuk keperluan standrdisasinya dan kemungkinan 4 macam model seperti dikemukakan di atas. Dalam operasi sistem kabel layang, jarak bentang kabel dapat mencapai 2,5 km (Lloyd, 2007). Dalam kaitan ini, dengan inovasi alat pemindah jalur muatan, maka sebenarnya jarak tidak lagi menjadi masalah sepanjang tersedia alat pemindah jalur muatan dan kelengkapannya lain khususnya alat komunikasi karena bagaimanapun sulit untuk mengendalikan dengan mata kepala biasa kalau jarak telah melebihi di atas 500 m, apalagi bila jalur kabel dalam operasi itu berbelok-belok. IV. 1. KESIMPULAN Pengunaan alat pemindah jalur muatan pada sistem kabel layang terbukti cukup baik. Kendala yang masih ditemukan ialah perlu adanya perbaikan penggantian jalan pemindah muatan dari bahan behel dengan besi plat agar tidak mudah bengkok. Selain itu diperlukan alat tuas pengangkat kayu yang luwes. Waktu yang diperlukan untuk memindahkan muatan berkisar antara 1,5 menit. Cepat atau lambat pemindahan itu berlangsung, tergantung pada: besar beban, ketersediaan kereta angkut muatan, adanya tenaga pembantu tambahan, dan kesiapan tenaga kerja itu sendiri. Tanpa alat APJM waktu yang diperlukan jauh lebih lama yaitu rata-rata 10 menit. Berdasarkan investasi alat sebesar Rp 80 juta dan suku bunga pinjamaan 18%, BEP dicapai pada nilai Rp 100.669.415. Dengan produktivitas kerja sebanyak 2.5 m3/jam maka nilai tersebut setara dengan kegiatan selama 1.445 jam atau 181 hari. Waktu tersebut kurang lebih dapat dipakai untuk melaksanakan kegiatan setting kabel untuk seluas 221,40 ha (dibulatkan 220 ha) atau 33.205 m3 batang. Keuntungan usaha dengan proyeksi selam 6 tahun dengan ongkos angkut Rp 40.000/m3 diperoleh nilai NPV sebesar Rp 77.986.849 dan IRR 25,7%. Dengan menggunakan ojeg biayanya lebih mahal yaitu sebesar Rp 65.000/m3.

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

2.

3.

4.

9

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

V. 1.

DAFTAR PUSTAKA Llyold, A. H. 2007. Extraction of Timber by Skyline Crane. Unasylva vol 7 (2). Imperial Forestry Institute, Oxford, England. http://www.fao.org/dacrop/x5396e/ x5369e05.htm. Diakses pada tanggal 4 Juli 2007 Olund, D. 2001.The Future cable logging. The International Mountain Logging and 11th Pacific Northwest Skyline Symposium. http://depts.washington.edu/ sky2001/proceedings/papers/olund.pdf. Diakses pada tanggal 25 Juni 2007 Sastrodimedjo S. 1965. Perhitungan Biaya Pemakaian Alat-Alat Setiap Satuan.Naskah. Lembaga Penelitian Ekonomi Kehutanan, Bogor Suparto, R.S. 1978. Standarisasi Jalan Hutan. Prosiding Seminar Pembuatan Jalan Hutan Tanggal 12-13 Juni 1978 di Cisarua, Bogor. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Direktorat Bina Produksi Kehutanan Ditjen Kehutanan, Bogor

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

2.

3. 4.

Lampiran 1 Kemungkinan Model Alat Pemindah Jalur Muatan. Model Lurus (1), Model Sudut 90-180 (2), Model Sudut 90 (3) dan Model < 90 (4)

10

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

11

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

Lampiran 2 Bagian dari Peralatan Alat Pemindah Jalur Muatan Panjang 1,5 m Sebanyak 4 Buah

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Keterangan: Penyangga jalur terbuat dari bahan behel berulir ukuran 10 mm sebanyak 4 buah (1) Penyangga utama jalur muatan dari bahan pipa diameter 8 cm tebal 5mm (2) Penyangga bantu jalur muatan terbuat dari pipa panjang 30 cm, diameter 5 cm, tebal 5 mm sebanyak 2 buah tiap antara 2 tiang. (3a tampak samping dan 3b tampak depan) Jalur kereta muatan terbuat dari besi behel ukuran 16 mm sebanyak 4 buah (4)

12

Copyright @ Puslitbang BSN, salinan artikel ini dibuat oleh Puslitbang untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan pengembangan standar Copyright @ R&D of BSN, this copy issued by R&D for research, education and standard development

Prosiding PPI Standardisasi 2008, 25 November 2008

Lampiran 3 Cara Pemasangan Tiang dan Penyangga Alat Pemindah Jalur Muatan Pada Proses Pengeluaran Kayu Sistem Kabel Layang

13