sari pustaka
TRANSCRIPT
SARI PUSTAKAMORBILIDisusun oleh : Reynatta Audralia NamaraPemiming : dr. Daniel Effendi, Sp.A
PENDAHULUAN
MORBILI
VIRULENSISKRT
• LITERATUR• MENAMBAH PENGETAHUAN DAN
PEMAHAMAN
• MEMENUHI TUGAS
• MENINGKATKAN PEMAHAMAN
• KOMPLIKASI
BATASAN MASALAH
TUJUAN MASALAH
METODE PENULISAN
MANFAAT PENULISAN
• Penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus morbili
DEFINISI
• WHO 2013 : 6300 ke-3 Asia Tenggara• Anak < 6 tahun : 72,8% (Asia Tenggara 84%)• Bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%), dan lain-lain
(7,9%).
EPIDEMIOLOGI
• Virus RNA, famili Paramixoviridae, genus Morbilivirus
ETIOLOGI
Virus
KGB regional
Infeksi sel mononuclear (Sel Warthin)
VIREMIAPRIMER
SEL RETIKULOENDOTELIAL
VIREMIA SEKUNDER
MANINFESTASI KLINIS
Delayed Type Hypersensitivity
RUAM Epitel nekrotik
INFEKSI SEKUNDER
PATOLOGI
Penggabungan sel terinfeksi
▼Sel raksasa multinukleus
▼Warthin-Finkeldey
MANINFESTASI KLINIS
• 14-21 hari• Viremia primer dan sekunderINKUBASI
• 4-5 hari• Influenza like syndrome• Bercak koplik
PRODROMAL
• 5-10 hari• Ruam makulopapularERUPSI
• Hiperpigmentasi• Menghilang 2-3 mingguKONVALESENS
Ruam makulopapular Bercak koplik
Click icon to add picture
DIAGNOSIS
• ANAMNESIS
• PEMERIKSAAN FISIK
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING
Rubela : demam, Forscheimer spot sejak prodromal, ruam hilang dalam 3 hariRoseola infantum : demam tinggi mendadak, ruamErupsi obat : penisilin atau sefalosporin, gatal (+)
TATALAKSANA
INDIKASI RAWAT
• Hiperpireksia
• Dehidrasi berat
• Kejang
• Asupan oral sulit
• Adanya komplikasi
• Vitamin A
• Demam : paracetamol 10-15 mg/kgBB
• Diet makanan
• Perawatan mata : salep mata kloramfenikol atau tetrasiklin
• Perawatan mulut : kumur antiseptik
KOMPLIKASI CAMPAK
ENSEFALITIS
• Sedang sakit atau post vaksinasi, imunosupresif
• Angka kematian 1:1000
• hari ke 4-7 setelah timbul ruam
• Infeksi lansung, rx antigen antibody
• Penurunan kesadaran, kejang, demam
• LCS : pleositosis dan peningkatan protein
SSPE
• Infeksi pada sel endotel jaringan otak → timbul 7-13 tahun post infeksi
• Virus inaktif : protein M
• STADIUM I : disfungsi cerebral → gangguan mental dan kepribadian
• STADIUM 2 : ggn neurologis : kejang, ataksi, gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan refleks dan paralisis, sistema piramidal dan ekstrapiramidal
• STADIUM 3 : kehilangan kemampuan interaksi dan kognitif serta gangguan otonom
• STADIUM 4 : vegetatif
• Pemeriksaan penunjang :
EEG : gelombang lambat, suppression burst episode (gelombang lambat amplitude tinggi dan tajam kmdn periode singkat gelombang datar)
MRI : inflamasi subs alba dan grisea
LCS : Antibodi morbili
Biopsy : badan inklusi intranuklear
• Tatalaksana :
Isoprinosin 100 mg/kgBB/hari
Interferon α 100.000 unit IV
Ensefalomyelitis Deseminata Akut
• Demielinisasi sirkumskripta yang banyak terdapat pada daerah perivaskular
• Kerusakan subs alba dan MS
• Metilprednisolon 20-30 mg/kgBB/hari (maksimal 1 gram/hari) dalam 3-5 hari.
• Kortikosteroid oral 4-6 minggu dengan tapering off
• Immunoglobulin intravena dengan dosis 2 gram/kgBB selama 3-5 hari
Click icon to add picture
Otitis Media Akut
• Faktor pertahanan tubuh ini terganggu : Tuba eustachius
• Hiperemis pada fase prodormal dan stadium erupsi
• Ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis
BRONKPNEUMONIA
• Dasar diagnosis :
- Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
- Demam
- Ronkhi basah halus nyaring (crackles)
- Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
- Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
• Terapi suportif dan etiologic
• Amoksisilin 80-90 mg/kgBB/hari VS cefuroxime 75-150 mg/kg/hari
LARINGITIS AKUT
• Gejala klinis :
Gejala lokal seperti suara parau
Sesak nafas dan stridor.
commmon cold
Pemeriksaan fisik : mukosa laring yang hiperemis
Obstruksi jalan nafas : gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, etraksi suprasternal
• Foto rontgen leher AP & Pemeriksaan laboratorium
• Tatalaksana : Istirahat berbicara dan bersuara, sesak : O2 2 l/ menit, antibiotika ampisilin 100 mg/kgBB/hari IV, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari IV, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson), kortikosteroid deksametason IV dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
KEJANG DEMAM
• bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
• singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
• Diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg → intravena 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg → fenitoin IV dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit → 4-8 mg/kg/hari
• parasetamol 10 –15 mg/kg/kali ATAU Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali
PENCEGAHAN
• imunisasi pasif : Immunoglobulin (IG) 0,25 mL/ kg IM
PROGNOSIS
• Meningkatkan jangkauan daerah pemberian vaksin hingga ≥ 90% dan ≥ 80% di setiap provinsi atau unit administratif untuk anak usia 1 tahun.
• Menurunkan dan mencegah agar angka kejadian <5 kasus per 1.000.000
• Mengurangi tingkat kematian karena campak hingga >95% dari perkiraan di tahun 2000. Pada tahun 2014 penyebaran vaksin menurunkan 79% angka kematian.
THANK YOU