proposal ikm kelomgdsgpok f 2012
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
1/21
1
PROPOSAL PENELITIAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nyasehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan penelitian berjudul Hubungan
antara balita dibawah garis merah dengan prestasi siswa saat kelas 1 sekolah dasar di
kecamatan krembung, Kabupaten Sidoarjo.
Laporan penelitian ini kami susun guna melengkapi persyaratan praktek kerja lapangan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya di
Puskesmas krembung, Kabupaten Sidoarjo.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada :
a. dr. Hinu, selaku Kepala Puskesmas Krembung, yang telah membantu dan
mendampingi melaksanakan penelitian ini.
b. Prof. DR. Hj. Rika Soebarnijati, dr., SKM selaku Kepala bagian SMF Ilmu kesehatan
Masyarakat.
c. Laksomono Pratignjo, dr., M.Kes selaku dosen pembimbing penelitian kami.
d. Bapak, ibu, beserta seluruh staf Puskesmas Krembung yang telah membantu dan
mendampingi kami hingga terlaksananya penelitian ini.
e. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan
penelitian ini.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhirnya, kami berharap semoga penelitian bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, Juni 2012
Penyusun
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
2/21
2
PROPOSAL PENELITIAN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 3
I.1. LATAR BELAKANG............................................................................................ 3
I.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................4
I.3 HIPOTESA................................................................................................................4
I.4 TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................4
I.5 MANFAAT PENELITIAN.......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7
II.1 HASIL PENELITIAN TERDAHULU...................................................7
II.2 LANDASAN TEORI................................................................................................8
BAB IIIOBYEK DAN METODE........................................................................................19
III.1 JENIS PENELITIAN................................................................................................19
III.2 OBJEK PENELITIAN..............................................................................................19
III.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN..................................................................19
III.4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA..............................19
DAFTAR PUSTAKA.................21
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
3/21
3
PROPOSAL PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak karena pada masa ini anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi.
Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini
(Soetjiningsih, 1995).
Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita kekurangan
gizi. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi kurang. Menurut UNICEF ada
dua penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi, yaitu : (1) Kurangnya asupan gizi dari
makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan. (2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Menurut Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu: (1)
Keluarga miskin; (2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak; (3)
Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan
dan diare (Astaqauliyah, 2006).
Krisis ekonomi yang berkepanjangan berdampak buruk bagi perkembangan sumber
daya bangsa Indonesia. Pengangguran mencapai 40 juta orang dan kemiskinan menimpa
separuh jumlah penduduk (100 juta). Semua ini berdampak pada kekurangan pangan yangmenurunkan kesehatan dan status gizi masyarakat. Sampai saat ini, Indonesia masih
menggelar perang terhadap empat masalah gizi utama (Anonim, 2008).
Kartu Menuju Sehat (KMS) dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan balita.
Pada KMS terdapat garis yang berwarna merah. Apabila balita tersebut berada di bawah garis
merah menunujukkan bahwa anak tersebut memiliki masalah gizi dan perlu mendapatkan
perhatian yang lebih. Pola asuh berperan penting dalam menentukan status gizi balita.
Apabila pola asuh anak kurang, dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Begitu juga
terhadap balita BGM. Bila balita BGM tidak mendapatkan perhatian khusus dari keluarga,
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
4/21
4
PROPOSAL PENELITIAN
dapat mengakibatkan status gizi balita tersebut semakin menurun.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004 kasus gizi
kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005 menurun menjadi 4,42
juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 orang di antaranya kasus gizi buruk) dan
tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 orang di antaranya kasus gizi buruk) (Luthfi,
2008).
Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam
mencapai SDM berkualitas (Depkes RI, 2005). Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang
berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Perbaikan gizi
diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan, bayi dan anak balita,
pra sekolah, anak SD dan MI, remaja dan dewasa sampai usia lanjut (Heath et al., 2005).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut dengan gambaran:
Apakah gizi balita dibawah garis merah berperngaruh terhadap prestasi siswa saat kelas 1
sekolah dasar di kecamatan krembung? Dan secara khusus permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana keadaan perkembangan gizi siswa kelas 1 sekolah dasar di kecamatn
Krembung saat balita?
b. Bagaimana prestasi akademik siswa kelas 1 sekolah dasar di kecamatan Krembung?
c. Bagaimana hubungan antara perkembangan gizi dengan pretasi akademik siswa kelas
1 sekolah dasar?
C. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara perkembangan gizi dengan
prestasi akademik siswa kelas 1 sekolah dasar. Sedangkan hipotesis nol adalah tidak terdapat
hubungan antara perkembangan gizi dengan prestasi akademik siswa kelas 1 sekolah dasar.
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
. Untuk mengetahui pengaruh gizi balita dibawah garis merah terhadap prestasi siswa
saat kelas 1 sekolah dasar di kecamatan krembung.
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
5/21
5
PROPOSAL PENELITIAN
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui status gizi balita di kecamatan krembung
- Mengetahu tingkat prestasi siswa kelas 1 di kecamatan krembung
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi Ibu
a. Memberikan pemahaman yang lebih baik pada ibu tentang status
gizi
b. Memberikan pengetahuan pada ibu tenteng gizi seimbang
2. Bagi Anak
a. Dapat memperoleh gizi yang lebih baik.
b. Miningkatkan prestasi di sekolah
c. Sebagai aspek psikologis ( anak menjadi lebih percaya diri karena
berprestasi dan sehat)
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan bayinya.
b. Proses belajar mengajar lebih efektif
c. Meningkatkan prestasi sekolah tersebut
d. Memberikan pengetahuan kepada guru tentang gizi
4. Bagi Instansi Terkait
a. Memberikan masukan bagi Puskesmas Krembung sehingga dapat
menekan jumlah kasus balita dibawah garis merah.
b. Meningkatkan status gizi sehingga membantu terwujudnya program
Sidoarjo Sehat 2015.
c. Meningkatkan citra Puskesmas Krembung.
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
6/21
6
PROPOSAL PENELITIAN
5. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan peneliti mengenai hubungan status gizi balita dengan
prestasi siswa saat kelas 1 sekolah dasar di kecamatan krembung.
b. Melatih peneliti agar bisa berpikir secara obyektif dalam menghadapi dan
memecahkan masalah.
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
7/21
7
PROPOSAL PENELITIAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HASIL PENELITIAN TERDAHULU
Pada hasil penelitian terdahulu yang akan dikemukakan mengenai
penulisan yang telah dilakukan sebelumnya.
-Peneltian di Bogor mengungkapan bahwa anak-anak yang berbadan tinggi
mendapat nilai lebih tinggi terhdap uji Wecshler Intelligence Scale
dibandingkan dengan anak-anak yangberbadan pendek yang diketahui
menderita KEP pada waktu kecilnya. Nilai IQ terendah didapat oleh anak yang
menderita KEP terberat pada umur sebelumnya.
-Penelitian serupa dilakukan di India, dimana anak-anak yang pernah
menderita KEP sebelumnya berbadan lebih ringan dan lebih pendek serta
mempunyai nilai uji persepsi, kemampuan abstraksi, kemampuan verbal, dan
kemampuan mengingat yang lebih rendah daripada anak yang berbadan tinggi
yang diketahui dalam keadaan gizi baik sejak lahirnya. Rata-rata IQ berbeda
sebesar 35 antara anak yan pernah menderita KEP dengan anak yang belum
pernah menderita KEP (Champakar, 1978).
.
Dari kedua hasil penelitian di atas dapat di simpulkan: perlu diadakannya
penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya status gizi dan gizi yang seimbang
pada anak. Hal ini dapat dilakukan dengan pengadaan penyuluhan-penyuluhan diposyandu dan memotivasi ibu untuk memberikan gizi yang cukup untuk anak-
anaknya.
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
8/21
8
PROPOSAL PENELITIAN
B. LANDASAN TEORI
Pengertian gizi menurut Supariasa, Bachyar B, dan Ibnu F (2001 : 17)
menyatakan bahwa gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan
yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.
Pada dasarnya pemenuhan asupan gizi yang cukup dan memelihara keadaan gizi
sangat penting bagi kebutuhan kondisi kesehatan tubuh manusia, karena gizi memiliki peran
sebagai sumber tenaga serta dapat menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Dengan
mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar gizi yang cukup, sangat baik untuk kesehatan
tubuh. Selain itu, makanan juga merupakan kebutuhan pokok dan mendasar bagi hidup
manusia.
Menurut Santoso dan Ranti (2003 : 88) melalui makanan, manusia mendapat zat
makanan atau zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk hidup,
tumbuh, dan berkembang. Ada berbagai zat gizi yang amat mempengaruhi kondisi
kesehatan manusia. Besar pengaruh ini tampak jelas bila konsumsi zat gizi tidak seimbang
dengan kebutuhan tubuh seseorang dalam hal kuantitas maupun kualitasnya, lebih maupun
kurang.
Makanan yang mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, yaitu
makanan yang mengandung lemak, kalori, karbohidrat, protein, bahan makanan
nabati serta yang mengandung vitamin dan mineral. Makanan yang mengandung empat
sehat lima sempurna seperti makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan
dan susu sangat baik dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan gizi yang lengkap.
Karena mengandung semua unsur-unsur zat gizi yang tepat untuk kesehatan tubuh. Terutama
susu yang mengandung berbagai macam kandungan zat yang berguna dan baik untuk tubuh
manusia.
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas
hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan
kesehatan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit
gizi. Umumnya pada anak balita (bawah lima tahun) diderita penyakit gizi kurang dan gizi
lebih yang disebut gizi salah (malnutrition). Yang menonjol adalah kurang kalori,
kurang protein dan kekurangan vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan mineral lainnya
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
9/21
9
PROPOSAL PENELITIAN
(Santoso dan Ranti, 2003 : 59).
Persoalan gizi di Indonesia berdasarkan data dari Departemen Kesehatan
Indonesia, pada tahun 2004, kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian
pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 juta. Turun menjadi 4,3 juta (944.246 di antaranya kasus
gizi buruk) tahun 2006.
Kartu Menuju Sehat
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-
Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh
kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada
anak. KMS-Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk
menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatannya (Rosmawati, 2008).
KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke
Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi
orang tua balita tentang kesehatan anaknya. Oleh karena itu semua yang berhubungan dengan
kesehatan anak sejak lahir sampai berusia lima tahun perlu dicatat di KMS (Rosmawati,
2008).
KMS yang digunakan di pos penimbangan diberi warna sehingga membentuk pita
yang menggambarkan berat badan baku, diberi warna hijau tua, yang kemudian warna hijau
tua itu berangsur berubah menjadi warna hijau muda dan seterusnya sampai menjadi warna
kuning yang merupakan warna bagian yang menggambarkan tingkat pertumbuhan yang
kurang. Pada bagian yang paling bawah terdapat grafik yang berwarna merah yang
menunjukkan batas bahaya. Anak-anak yang berat badannya berada di sekitar garis merah itu
adalah anak-anak yang tergolong tingkat pertumbuhan buruk (Robiah, 2007).
Penimbangan berat badan merupakan salah satu cara pengukuran yang digunakan untuk
mengetahui status gizi dan pertumbuhan anak. Pengukuran berat badan secara teratur dapat
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
10/21
10
PROPOSAL PENELITIAN
menggambarkan keadaan gizi anak, sehingga dapat dipakai sebagai salah satu pemantau
pertumbuhan fisik anak. Berat badan merupakan ukuran yang sensitif yang sangat
dipengaruhi oleh perubahan status gizi. Pada tingkat puskesmas atau lapangan, penentu status
gizi yang umum dilakukan adalah dengan menimbang balita (berat badan per umur),
kemudian indeks berat badan menurut umur tersebut dibandingkan dengan angka
standar/anak yang normal. Tinggi badan anak tidak akan berkurang dengan menurunnya
keadaan gizi anak tersebut (Robiah, 2007).
Hasil penimbangan dicatat di KMS, dan dihubungkan antara titik berat badan pada KMS dari
hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini. Rangkaian garis-garis
pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat,
berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Balita
naik berat badannya bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
garis pertumbuhannya naik pindah ke pita warna di atasnya. Balita tidak naik berat badannya
bila garis pertumbuhannya turun, atau garis pertumbuhannya mendatar, atau garis
pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna di bawahnya (Rifqi, 2009).
Berat badan balita di bawah garis merah (BGM) artinya pertumbuhan balita mengalami
gangguan pertumbuhan. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik
(3T) artinya balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke
Puskesmas/Rumah Sakit.
Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada KMS adalah:
Grafik pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak yang baik/meningkat
berarti ibu telah cukup memberikan makanan dengan gizi seimbang.
Grafik pertumbuhan tidak naik bisa dikaitkan dengan nafsu makan anak menurun karena
sakit, atau karena ibunya sakit (pola asuh tidak baik), atau sebab lain yang perlu digali dari
ibu.
KMS tidak dipakai untuk mengukur status gizi tapi untuk mengetahui dan memantau
pertumbuhan anak. Berbeda dengan KMS yang diedarkan Depkes RI sebelum tahun 2002,
garis merah pada KMS versi tahun 2002 bukan merupakan pertanda gizi buruk, melainkan
garis kewaspadaan (Arisman, 2004).
Manfaat KMS-Balita adalah (Rosmawati, 2008) :
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare,
pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan Makanan
Pendamping ASI.
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
11/21
11
PROPOSAL PENELITIAN
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan
penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut
umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS (Anonim, 2009). Balita BGM tidak
selalu berarti menderita gizi buruk. Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa
balita tersebut mengalami masalah gizi.
Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan suatu alat yang digunakan untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan balita, bukan untuk menilai status gizi balita. Itulah
sebabnya balita BGM dikatakan belum berarti menderita gizi kurang maupun gizi buruk. Hal
ini dikarenakan KMS diisi atas indikator BB/U, bukan TB/U. Berat badan merupakan ukuran
yang sensitif yang sangat dipengaruhi oleh perubahan status gizi. Sedangkan tinggi badan
anak tidak dipengaruhi oleh status gizi anak. Seorang anak dikatakan tidak normal bila diukur
berdasarkan BB/U. Namun, apabila diukur berdasarkan TB/U belum tentu anak tersebut tidak
normal.itulah sebabnya status gizi balita tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan
pengukuran BB/U.
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
12/21
12
PROPOSAL PENELITIAN
Seorang balita BGM dapat disebabkan oleh karena pola asuh anak yang tidak baik
dan sosial ekonomi keluarga yang rendah. Apabila balita BGM diberikan perhatian yang
lebih dan diberikan asupan gizi yang baik, balita tersebut tidak akan mengalami gizi kurang
maupun gizi buruk. Namun, apabila pola asuh pada balita BGM tidak baik, akan
menyebabkan anak menderita gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Pola asuh anak sangat
berperan penting dalam menentukan status gizi balita.
Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan penyakit defisiensi gizi yang paling umum dijumpai di dunia
dan perkiraan sekitar seratus juta anak-anak menderita gizi kurang pada tingkat sedang dan
berat. Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang ada dua, yakni penyebab langsung dan
tidak langsung. Penyebab langsung yaitu dengan adanya penyakit infeksi sehingga asupan
makanan berkurang yang dapat menyebabkan gizi kurang. Penyebab tidak langsung yaitu
persediaan makanan di rumah yang kurang, perawatan anak oleh ibu dan pelayanan
kesehatan yang mempengaruhi asupan makanan dan ketersediaan pangan gizi kurang
(Sinaga, 2007).
Tanda-tanda kekurangan gizi pada balita :
1. Pada pengukuran antropometri yaitu TB/U, BB/U, dan BB/TB ditemukan tidak seimbang
menurut hasil pengukuran dibandingkan dengan kriteria antropometri.
2. Anak balita dengan gizi kurang tampak kurus, lemah, kulit keriput, wajah pucat, sering
cengeng dan rewel, terkadang apatis.
Gizi Buruk
Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi,
atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori (Astaqauliyah, 2006). Gizi buruk dibagi
menjadi tiga bagian, yakni kwashiorkor, marasmus, dan kekurangan kedua-duanya. Gizi
buruk biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh
membusungnya perut (busung lapar).
Gejala umum kwashiorkor adalah sebagai berikut :
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
13/21
13
PROPOSAL PENELITIAN
1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
membulat dan sembab
2) pandangan mata sayu
3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit
dan mudah rontok
4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5) terjadi pembesaran hati
6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9) anemia dan diare
Sedangkan gejala umum marasmus adalah sebagai berikut:
1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2) wajah seperti orang tua
3) mudah menangis/cengeng dan rewel
4) kulit menjadi keriput
5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6) perut cekung, dan iga gamang
7) sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)
Penyebab Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya
gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.
Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka
daya tahan tubuhnya akan melemah dan mudah terserang penyakit.
Penyebab tidak langsung
Penyebab tidak langsung gizi kurang/buruk yaitu :
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggotakeluarganya dalam jumlah yang
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
14/21
14
PROPOSAL PENELITIAN
cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan
yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, makin
baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin
banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
15/21
15
PROPOSAL PENELITIAN
Gizi kurang disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama adalah faktor pengadaan
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
16/21
16
PROPOSAL PENELITIAN
makanan yang kurang mencukupi suatu wilayah tertentu. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh
kurangnya potensi alam atau kesalahan distribusi. Faktor kedua adalah dari segi
Universitas Sumatera Utara
kesehatan sendiri, yakni adanya penyakit kronis terutama gangguan pada metabolisme atau
penyerapan makanan (Anonim, 2008).
Selain itu, Menteri Kesehatan Indonesia, Dr. Siti Fadilah menyebutkan ada tiga hal yang
saling kait mengkait dalam hal gizi kurang, yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan
kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di
rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Hal ini mengakibatkan kurangnya asupan gizi dan
balita sering terkena infeksi penyakit.
Kemiskinan juga amat terkait erat pendidikan rendah. Dapat diduga, ibu yang lahir dari
keluarga miskin berisiko tinggi tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.
Selain itu, ibu yang besar di keluarga miskin ini akan mendapatkan seorang suami yang juga
memiliki pendidikan rendah. Dengan pendidikan rendah, umumnya akan mendapat upah
rendah. Ditambah pengaruh budaya, perilaku dan adat istiadat yang kurang sehat,
kemungkinan terjadinya gizi buruk pada keluarga seperti ini amat tinggi.
Menurut Astaqauliyah (2006), terdapat beberapa faktor penyebab gizi kurang, yakni faktor
sosial, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi bagi
pertumbuhan anak, faktor kemiskinan, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan
kebutuhan paling mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi, laju pertumbuhan penduduk yang
tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan, infeksi yang disebabkan
oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan
secara baik.
Pengaturan Makan Untuk Anak Balita
Berdasarkan hasil penelitian, anak - anak dalam usia balita sudah dapat lebih banyak
dikenalkan dengan makanan yang disajikan oleh anggota keluarga lainnya. Terutama protein
dan vitamin A, di samping kalori dalam jumlah yang cukup. Ada hal penting yaitu
menanamkan kebiasaan memilih bahan makanan yang baik pada usia ini. Lazimnya anak-
anak kurang menyukai sayuran dalam makanannya. Dalam hal ini ibu harus bertindak
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
17/21
17
PROPOSAL PENELITIAN
sedemikian rupa untuk mengajak memakan bahan-bahan yang berfaedah itu (Ramaya, 2006).
Ada beberapa kesukaran dalam menyusun makanan anak-anak, antara lain :
1. Tidak terdapatnya bahan-bahan makanan yang baik seperti makanan-makanan yang siap
santap yang khusus dibuat untuk anak-anak.
2. Bahan makanan di pedesaan umumnya terbatas sehingga tidak ada pilihan lain.
3. Jika ibu menyusui, makanannya sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan, mungkin ibu
itu terpaksa harus mengorbankan sebagian besar uang belanja karena hanya untuk anak itu
sendiri.
4. Bahan-bahan makanan seperti susu, daging, umumnya tidak terbeli oleh sebagian keluarga.
Dalam menentukan makanan yang tepat untuk seseorang anak, maka perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah kebutuhan dari setiap zat gizi dengan menggunakan data tentang
kebutuhan gizi.
2. Menentukan jenis makanan yang dipilih untuk menterjemahkan zat gizi yang diperlukan
dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan.
3. Menentukan jenis makanan yang akan diolah sesuai dengan hidangan (menu) yang
dikehendaki.
4. Menentukan jadwal untuk waktu makan dan menentukan hidangan.
5. Mempertimbangkan intake yang terjadi terhadap hidangan tersebut dengan
mempertimbangkan kemungkinan faktor selera terhadap suatu makanan.
Masalah kekurangan gizi sering terjadi pada anak-anak karena anak-anak merupakan
golongan yang paling rawan terhadap kekurangan gizi. Kerawanan kurang gizi pada anak
balita disebabkan oleh karena hal-hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan gizi anak balita lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, karena di
samping untuk pemeliharaan kesehatan juga dibutuhkan untuk pertumbuhan.
2. Segera setelah anak dapat bergerak sendiri, memperbesar kemungkinan terjadinya
penularan.
3. Dalam penyajian makanan pada anggota keluarga, biasanya anggota keluarga yang
produktif akan mendapatkan prioritas utama, baru lebihnya diberikan kepada anggota
keluarga yang lain. Biasanya anak balita yang mendapat prioritas paling sedikit dalam
pendistribusian makanan anggota keluarga.
Dampak Kekurangan Gizi
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
18/21
18
PROPOSAL PENELITIAN
Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat
kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 % terjadi pada masa dalam kandungan sampai
usia 2 tahun. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan
anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita
didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. Gizi buruk dapat berpengaruh kepada
pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah,
jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya
penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian (Sinaga, 2007).
BAB III
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
19/21
19
PROPOSAL PENELITIAN
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan cross sectional study, yang bertujuan untuk
mengetahui perkembangan gizi serta hubungannya dengan prestasi akademik pada
sisiwa kelas 1 sekolah dasar.
B. OBJEK PENELITIAN
Seluruh anak-anak kelas 1 sekolah dasar yang berumur 6-7 tahun angkatan
2011/2012 scbanyak 25 responden dari lima sekolah dasar yang ada di Kecamatan
Krembung, Kabupaten Sidoarjo.
C. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo pada tanggal
18 juni 7 juli 2012.
D. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Pengumpulan Data
Data Sekunder
Internal : Kartu menuju sehat saat siswa masih balita
Eksternal : Rapot siswa kelas 1 sekolah dasar di kecamatan krembung
2. Teknik Pengolahan Data
Sampel yang diambil dengan cara purposive sampling berdasarkan
pertimbangan dari peneliti. Jumlah sampel diambil sebanyak 5 orang dari
5 sekolah dasar yang memiliki prestasi baik dan prestasi buruk dengan
cara simple random sampling, sehingga didapatkan sampel sebanyak 25
orang.
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
20/21
20
PROPOSAL PENELITIAN
Kriteria inklusi subjek penelitian adalah:
Siswa kelas 1 SD di kecamatan krembung, laki-laki dan perempuan
Data nilai ulangan umum semester terakhir lengkap
Memiliki kartu menuju sehat
Kriteria eksklusi subjek penelitian adalah:
Data nilai ulangan umum semester terakhir tiddak lengkap
Tidak memiliki kartu menuju sehat
2. Variabel Penelitian :
a. Variabel Terikat
1) Prestasi saat kelas 1 sekolah dasar
b. Variabel bebas
2) Perkembangan gizi balita
3. Definisi Operasional
Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan menurut umur
(BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS
Prestasi adalah kemampuan siswa dalam bidang akademik yaitu pada mata pelajaran
matematika, bahasa Indonesia .
-
7/28/2019 Proposal Ikm Kelomgdsgpok f 2012
21/21
21
PROPOSAL PENELITIAN
DAFTARPUSTAKA
Anonim, 2005, Buku Panduan Kepaniteraan KHnik Ilmu Kesehatan Masyarakat (Praktek
Kerja Lapangan), Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya.
Dhamayanti Metha, 2002, The Tendency to Decline The Practice of Exclusive Breast-
feeding Among Mothers in Bandung, MKB, Vol33,NO. 1.
Irianto Joko, Lubis Agustina, Supraptini, 2003, Cakupan Imunisasi Balita dan Air Susu Ibu di
Indonesia, Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol 2, No 2.
Purnamawati Sinta, 2001, Faktor - Faktor yang Berhubungari dengan Pola
Pemberian Air Susu Ibu Pada Bayi Usia Empat Bulan, Media Litbang Kesehatan, Vol XIII,
No.3.
Siregar Arifin, 2004, Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Air Susu Ibu Oleh
Ibu Melahirkan, Digitized by USU digital library.