pengaruh umpan terhadap keefektifan pitfall trap untuk

6
Jurnal Bioleuser Vol. 2, No. 3 (Desember 2018): 72-77 72 Pengaruh Umpan Terhadap Keefektifan Pitfall Trap untuk Mendukung Praktikum Ekologi Hewan di Laboratorium Ekologi FMIPA Unsyiah The Effect of Bait on the Effectiveness of Pitfall Trap to Support the Practice of Animal Ecology at the Ecology Laboratory FMIPA Unsyiah Adi Surya Jaya 1* dan Widayat Widayat 1 1 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia 23111 INFO ARTIKEL ABSTRAK *email korespondensi : [email protected] Penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan penggunaan umpan pada Pitfall trap, sebagai refererensi praktikum ekologi hewan dan ekologi serangga. penelitian ini dilaksanakan dari bulai Mei sampai bulan Agustus 2018 di kebun percobaan Biologi, FMIPA Universitas Syiah Kuala. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Syiah Kuala. Metode pengambilan sampel serangga dilakukan dengan metode Pitfall Trap menggunakan umpan berupa feses ayam, sapi serta manusia. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik dengan masing-masing ulangan sebanyak 10 kali. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Tuckey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan umpan feses manusia terdapat pengaruh yang berbeda nyata dengan umpan feses sapi, ayam maupun kontrol. Namun pemberian umpan feses sapi dan ayam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah spesies yang ditemukan lebih dominan dari famili Scarabaeidae yang berjumlah 7 spesies. Sedangkan yang lainnya seperti Carabidae, Lycosidae, Acridoidae, Formicidae, Carcinophoridae, Muscidae, Culicidae, Grylidae, Trachelidae, Entomobryadae, Scolopendridae, Anisolabidae, Aphidoidae, Juluidae, Staphylinidae, Pentatomidae, Locustidae hanya terdapat 1 spesies saja. Selain itu, faktor lainnya yang mendukung yaitu faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan pH tanah. Rata-rata suhu lingkungan harian yaitu 27-31 o C dan kelembaban relatif udara 55-85 %. Kata kunci : Pitfall Trap, feses sapi, feses ayam, feses manusia, jenis spesies Keywords : Pitfall Trap, cow feces, chicken feces, human feces, species ABSTRACT The research purpose to look at the effectiveness of the use of bait in pitfall trap equipment, so that it can be used as a reference in conducting animal ecology labs and insect ecology. this research was conducted from May to August 2018 at the location of the Biology trial garden, FMIPA Syiah Kuala University. Identification of samples was carried out at the Ecology Laboratory, Department of Biology, FMIPA, Universitas Syiah Kuala. The method was done by the Pitfall Trap method by using bait in the form of chicken, cow and human faeces. Sampling was carried out at three points with each replication 10 times. Data were analyzed using ANOVA with Tuckey's advanced test. The results showed that the use of human faecal bait had a significantly different effect between cow faeces, chickens and controls. However, different from giving cow and chicken faeces feed does not show a real difference. The number of species found was more dominant than the Scarabidae family, which numbered 7 species. While others such as Carabidae, Lycosidae, Acridoidae, formicidae, Carcinophoridae, Muscidae, Culicidae, Grylidae, Trachelidae, Entomobryadae, Scolopendridae, Anisolabidae, Aphidoidae, Juluidae, Staphylinidae, Pentatomidae, Locustidae there are only 1 species. In addition, other factors that support are environmental factors such as temperature, humidity and soil pH. The average daily ambient temperature is 27-31oC and air relative humidity is 55-85%. ISSN: 2597-6753 http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/bioleuser/

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Umpan Terhadap Keefektifan Pitfall Trap untuk

Jurnal Bioleuser Vol. 2, No. 3 (Desember 2018): 72-77

72

Pengaruh Umpan Terhadap Keefektifan Pitfall Trap untuk Mendukung Praktikum Ekologi Hewan di Laboratorium Ekologi FMIPA Unsyiah

The Effect of Bait on the Effectiveness of Pitfall Trap to Support the Practice of Animal Ecology at the Ecology Laboratory FMIPA Unsyiah Adi Surya Jaya1* dan Widayat Widayat1 1Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia 23111

INFO ARTIKEL ABSTRAK *email korespondensi : [email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan penggunaan umpan pada Pitfall trap, sebagai refererensi praktikum ekologi hewan dan ekologi serangga. penelitian ini dilaksanakan dari bulai Mei sampai bulan Agustus 2018 di kebun percobaan Biologi, FMIPA Universitas Syiah Kuala. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Syiah Kuala. Metode pengambilan sampel serangga dilakukan dengan metode Pitfall Trap menggunakan umpan berupa feses ayam, sapi serta manusia. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik dengan masing-masing ulangan sebanyak 10 kali. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dengan uji lanjut Tuckey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan umpan feses manusia terdapat pengaruh yang berbeda nyata dengan umpan feses sapi, ayam maupun kontrol. Namun pemberian umpan feses sapi dan ayam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Jumlah spesies yang ditemukan lebih dominan dari famili Scarabaeidae yang berjumlah 7 spesies. Sedangkan yang lainnya seperti Carabidae, Lycosidae, Acridoidae, Formicidae, Carcinophoridae, Muscidae, Culicidae, Grylidae, Trachelidae, Entomobryadae, Scolopendridae, Anisolabidae, Aphidoidae, Juluidae, Staphylinidae, Pentatomidae, Locustidae hanya terdapat 1 spesies saja. Selain itu, faktor lainnya yang mendukung yaitu faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan pH tanah. Rata-rata suhu lingkungan harian yaitu 27-31oC dan kelembaban relatif udara 55-85 %.

Kata kunci : Pitfall Trap, feses sapi, feses ayam, feses manusia, jenis spesies

Keywords : Pitfall Trap, cow feces, chicken feces, human feces, species

ABSTRACT The research purpose to look at the effectiveness of the use of bait in pitfall trap equipment, so that it can be used as a reference in conducting animal ecology labs and insect ecology. this research was conducted from May to August 2018 at the location of the Biology trial garden, FMIPA Syiah Kuala University. Identification of samples was carried out at the Ecology Laboratory, Department of Biology, FMIPA, Universitas Syiah Kuala. The method was done by the Pitfall Trap method by using bait in the form of chicken, cow and human faeces. Sampling was carried out at three points with each replication 10 times. Data were analyzed using ANOVA with Tuckey's advanced test. The results showed that the use of human faecal bait had a significantly different effect between cow faeces, chickens and controls. However, different from giving cow and chicken faeces feed does not show a real difference. The number of species found was more dominant than the Scarabidae family, which numbered 7 species. While others such as Carabidae, Lycosidae, Acridoidae, formicidae, Carcinophoridae, Muscidae, Culicidae, Grylidae, Trachelidae, Entomobryadae, Scolopendridae, Anisolabidae, Aphidoidae, Juluidae, Staphylinidae, Pentatomidae, Locustidae there are only 1 species. In addition, other factors that support are environmental factors such as temperature, humidity and soil pH. The average daily ambient temperature is 27-31oC and air relative humidity is 55-85%.

ISSN: 2597-6753 http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/bioleuser/

Page 2: Pengaruh Umpan Terhadap Keefektifan Pitfall Trap untuk

Jurnal Bioleuser Vol. 2, No. 3 (Desember 2018): 72-77

73

1. Pendahuluan

Serangga merupakan salah satu organisme yang berasal dari Filum Arthropoda yang termasuk kelas Insekta. Serangga umumnya lebih dominan dijumpai pada daerah terrestrial. Salah satu objek penelitian yang dilakukan yaitu serangga yang hidup di tanah. Tanah merupakan habitat yang berfungsi sebagai tempat hidup, pertahanan, maupun tempat mencari makanan (Boror et. al, 1997). Serangga tanah merupakan salah satu jenis serangga yang seluruh hidupnya berada di dalam tanah maupun di permukaan tanah. Serangga permukaan tanah di dalam ekosistem berperan dalam proses dekomposisi. detrivor, herbivore maupun predator. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila makrofauna meremah-remah substansi habitat yang telah mati, kemudian materi ini akan melalui usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses. Banyak jenis serangga yang sebagian atau seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah kandungan bahan organiknya (Borror, 1997). Serangga permukaan tanah, sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup, tetapi juga memakan tumbuh tumbuhan yang sudah mati. Suatu populasi akan selalu berada dalam keadaan keseimbangan dengan populasi lainnya dalam komunitasnya bila kondisi tersebut tetap stabil. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat antar spesies (persaingan predasi), dan tingkat inter spesies (persaingan teritorial) (Rosalyn, 2007). Proses identifikasi suatu komunitas dalam suatu habitat tertentu salah satunya bisa dengan metode Pitfall trap. Metode Pitfall trap merupakan metode penangkapan hewan dengan sistem perangkap, khususnya untuk organisme yang hidup dipermukaan tanah atau di bagian serasah contohnya serangga. Pitfall Trap merupakan jenis perangkat yang cukup sederhana namun efektif dan sangat berguna untuk menjerat serangga.Terdiri dari piring atau baskom kecil, kaleng atau bak kecil.Perangkat jebakan dibenamkan di dalam tanah dimana permukaan tanah sejajar dengan ujung atas bibir kaleng /bak yang berisi cairan alkohol atau etilen glikol sebagai agen pembunuh (Hanafiah, 2007). Pitfall trap biasanya digunakan untuk menangkap dan mempelajari serangga penggali tanah, rayap, kumbang ataupun serangga-serangga lain yang mempunyai mobilitas di atas tanah. Perangkat jebakan dibenamkan di dalam tanah dimana permukaan tanah sejajar dengan ujung atas

bibir kaleng atau gelas plastik yang berisi cairan alkohol. Bagian atas perangkat jebakan sebaiknya ditutup dengan sebuah cover atau pelindung lainnya untuk mencegah masuknya air hujan maupun vertebrata kecil jatuh ke sumur jebakan. Metode pitfall trap merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kerapatan atau kelimpahan makrofauna tanah. Pitfall trap merupakan metode yang paling baik untuk menjebak serangga aktif di atas permukaan tanah (Darma, 2013). Selama ini penggunaan alat Pifall trap pada praktikum ekologi hewan dan ekologi serangga Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) tidak menggunakan umpan, sehingga serangga yang masuk ke dalam alat Pitfall trap adalah kemungkinan hewan yang sedang melewati jalur perangkap.

2. Metodologi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2018 di kebun percobaan Biologi. Sedangkan identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Ekologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah kuala, Banda Aceh.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol film, wadah jebakan, wadah plastik bertutup, tiang penyangga, botol pembunuh, pinset, pipet tetes, steroform, hygrometer, mikroskop, thermometer tanah, gelas kimia, gelas ukur, mata pancing, cangkul, parang, kamera, meteran dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formalin 4 %, larutan sabun, air suling, alcohol 70 %, tissue, feses manusia, feses sapi, feses ayam, kain kasa, benang dan kertas label.

Pengambilan sampel dilakukan pada 3 titik yang berbeda. Lokasi pertama di bagian tepi kebun, lokasi kedua di bagian tengah kebun dekat dengan batang pisang dan lokasi ketiga di bagian ujung kebun yang dekat dengan semak belukar. Pengambilan dilakukan dengan masing-masing 10 ulangan. Proses pencuplikan sampel dilakukan dengan membuat lubang dengan ukuran yang sesuai wadah jebakan, sedangkan permukaan botol sejajar dengan permukaan tanah. Perangkap dibuat menggunakan cawan plastik (tinggi 15 cm dan diameter 10 cm) dan pada pertengahan mulut perangkap digantung umpan (rata-rata seberat 20 gram) yang telah dibungkus dengan kain kasa. Wadah diisi dengan larutan formalin 4% dan larutan deterjen 10 ml. Lubang yang berisi wadah jebakan diberi naungan berupa steroform dengan ukuran 30 cm x 30 cm dengan menggunakan penyangga kayu untuk menghindari masuknya air hujan kedalam perangkap. Setiap lubang digantung umpan berupa feses manusia, feses sapi dan feses ayam.

Page 3: Pengaruh Umpan Terhadap Keefektifan Pitfall Trap untuk

Jurnal Bioleuser Vol. 2, No. 3 (Desember 2018): 72-77

74

Pengambilan sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan metode perangkat jebak yaitu pitfall Trap. umpan yang digunakan berupa feses manusia, feses sapi dan feses ayam yang baru (nol hari) untuk menarik kehadiran serangga. feses manusia digunakan sebagai umpan kerena menurut hasil penelitian Putri et al., (2014) dan Sari et al., (2015) pada jebakan yang menggunakan kotoran manusia lebih banyak menarik kehadiran kumbang. Sampel diambil setelah dibiarkan 2 hari dari perlakuan pada pukul 17.00 – 18.00. pengambilan dilakukan pada 3 titik yang berbeda. Cara pengambilan sampel serangga dilakukan dengan menyaring sampel serangga dari larutan perangkapnya, kemudian dimasukkan kedalam botol film dan dibawa ke Laboratorium untuk diidentifikasi.

Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu jenis serangga (spesies), dan jumlah individu serangga per spesies.

Analisis Data

Serangga yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan famili dan spesies. Jumlah individu dihitung pada setiap titik dan dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA (Analisis of Varian) berdasarkan uji F taraf 5%. Apabila data yang diperoleh berbeda nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Tuckey pada taraf 5%. Analisis data menggunakan program Statistical Package for The Social Science (SPSS).

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan 3 titik tipe habitat di kebun percobaan Biologi ditemukan berbagai macam jenis serangga yang terperangkap yang terdiri dari 18 famili dengan 25 spesies yaitu Carabidae (1 jenis), Scarabidae (7 jenis), Formicidae (2 jenis), Lycosidae (1 jenis), Acridoidae (1 jenis), Carcinophoridae (1 jenis), Muscidae (1 jenis), Culicidae (1 jenis), Grylidae (1 jenis), Trachelidae (1 jenis), Entomobryadae (1 jenis), Scolopendridae (1 jenis), Anisolabidae (1 jenis), Aphidoidae (1 jenis), Juluidae (1 jenis), Staphylinidae (1 jenis), Pentatomidae (1 jenis), Locustidae (1 jenis) (Tabel 1).

Spesies yang ditemukan sebagian besar adalah famili Scarabidae yaitu sebanyak 7 spesies dari genus Ontophagus. Selain itu, Putri (2014), Mardoni (2011) dan Kahono and Setiadi (2007) juga melaporkan hal yang sama yaitu genus yang paling banyak ditemukan adalah genus Onthophagus karena genus ini merupakan salah satu genus dari kelompok kumbang tinja. Genus ini paling banyak ditemukan di Asia Tenggara (Hanski and Cambefort, 1991).

Gambar 1. Proses penyiapan umpan media perangkap (feses)

Gambar 2. Proses peletakan umpan pada setiap lubang

pitfall trap

Jumlah individu yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi ditemukan pada umpan yang menggunakan feses manusia di bandingkan dengan umpan yang menggunakan feses sapi, ayam dan kontrol. Jumlah yang didapatkan pada umpan feses manusia yaitu 166 individu, feses sapi 93 individu, feses ayam 55 individu, sedangkan control hanya ditemukan 32 individu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Figueiras et al., (2009) menyatakan bahwa kelimpahan kumbang tinja yang paling tinggi pada penggunaan umpan tinja omnivora, karnivora dan paling rendah pada herbivora.

Serangga banyak bertindak dalam suatu ekosistem sebagai penyangga keanekaragaman. Salah satu kelompok Coleoptera yang berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan suatu ekosistem adalah kumbang tinja (dung beetle) atau kumbang koprofagus yang termasuk dalam famili Scarabidae. Kumbang koprofagus banyak digunakan sebagai bioindikator dalam ekosistem karena kelompok ini bisa ditemukan pada berbagai tipe ekosistem, termasuk spesies yang memiliki keanekaragaman yang tinggi, mudah dicuplik dan memiliki peran yang penting secara ekologis.

d

Page 4: Pengaruh Umpan Terhadap Keefektifan Pitfall Trap untuk

Jurnal Bioleuser Vol. 2, No. 3 (Desember 2018): 72-77

75

Kumbang tinja berperan dalam penguraian kotoran hewan sehingga terlibat dalam siklus hara dan penyebaran biji-biji tumbuhan yang terbawa melalui kotoran. Dengan demikian, kumbang tinja merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem untuk mempertahankan keseimbangan alam dan rantai makanan. Kumbang koprofagus juga sering digunakan sebagai bioindikator tingkat kerusakan suatu habitat pada umumnya, karena struktur komunitas dan distribusi kumbang koprofagus sangat dipengaruhi oleh tipe vegetasi, tipe tanah, jenis kotoran dan musim (Doube, 1991; Davis et al., 2001)

Gambar 3. Jumlah persentase spesies berdasarkan jenis umpan

Gambar 4. Beberapa jenis serangga di kawasan kebun Biologi FMIPA UNSYIAH (a) Pheropsophus aequinoctialis (b) Scotinophora coarctata (c) Onthophagus venoi (d) Pogonus luridipennis

b

c d

a

Page 5: Pengaruh Umpan Terhadap Keefektifan Pitfall Trap untuk

Jurnal Bioleuser Vol. 2, No. 3 (Desember 2018): 72-77

76

Serangga dari jenis Famili Scarabaeidae yang ditemukan paling banyak pada umpan yang menggunakan feses manusia. Beberapa jenis Scarabaeidae memiliki peran penting sebagai perombak kotoran mamalia. Hal yang sama juga pernah dilaporkan oleh Setiadi (2004) mengenai famili scarabidae yang berperan dalam proses menguraikan kotoran mamalia yang terbagi dalam 2 genus, yaitu genus Onthophagus dan genus Copris. Genus Onthophagus terdiri dari Onthophagus gazelle, O. depressus, O. composites, O. dunningi. Genus Copris terdiri dari Copris incertus dan C. ribbei.

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa pengaruh umpan feses terhadap keefektifan metode pitfall trap terhadap jumlah jenis spesies yang didapatkan dipengaruhi oleh jenis umpan feses yang digunakan. Jumlah individu yang diperoleh pada umpan feses manusia lebih besar (5,63 ± 4,01) dan berbeda nyata dengan umpan feses sapi, feses ayam maupun Kontrol. Selain itu, umpan feses ayam (2,00 ± 1,17) tidak berbeda nyata dengan kontrol (1,07 ± 0,74) maupun feses sapi. Tetapi umpan feses sapi (3,30 ± 1,31) berbeda nyata dengan Kontrol. Tabel 2. Pengaruh umpan feses (X ± SD) terhadap

metode pitfall trap

Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda

menunjukkan perbedaan secara signifikan, pada α = 0.05

Hal ini menunjukkan bahwa feses manusia memiliki tingkat ketertarikan serangga lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan feses sapi, feses ayam maupun kontrol.

Kondisi lingkungan abiotik seperti suhu dan kelembaban yang sesuai bagi kehidupan serangga tanah mengakibatkan jenis serangga yang ditemukan cukup bervariasi. Kisaran suhu lingkungan harian pada kawasan kebun percobaan Biologi adalah 27-31oC dan kelembaban relatif udara 55–85 %. Selain kondisi lingkungan vegetasi habitat juga sangat berpengaruh terhadap kelimpahan serangga. menurut Kramadibrata (1995) kondisi lingkungan, seperti faktor biotik dan abiotik sangat berpengaruh terhadap keberadaan suatu organisme, baik itu dari segi faktor tumbuhan maupun hewan yang mendiamin suatu wilayah. selain itu, suhu, tanah, air dan kelembaban juga sangat penting dalam lingkungan organisme.

Interaksi Serangga dengan Kotoran Lingkungan merupakan salah satu bagian yang

digunakan oleh serangga tanah dalam mendapatkan nutrisi untuk melangsungkan kehidupannya. Salah satu nutrisi yang dimanfaatkan dari lingkungan yaitu kotoran. Jenis serangga yang memanfaatkan nutrisi berupa kotoran berasal dari kelompok kumbang feses yaitu Onthophagus . Menurut (Doube, 1991) kotoran atau feses yang sering dikunjungi oleh kumbang ini yaitu feses mamalia herbivora seperti feses sapi maupun kuda. Berdasarkan analisis kandungan yang terdapat pada feses hewan ternak mengandung 22,9% selulosa, 18,32% hemiselulosa, 10,20% lignin, 34,72% karbon organik total, 1,26% nitrogen total, ratio C:N 27,56 :1, 0,73% P dam 0,68% K (Ligaiah dan Rajasekaran, 1986)

4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang di dapat adalah sebagai berikut: terdapat 18 famili dengan 25 spesies serangga. Famili yang lebih dominan berasal dari anggota Scarabidae dengan jumlah 7 spesies. Sedangkan pengaruh umpan feses manusia sangat bagus digunakan sebagai umpan untuk alat pitfall trap karena memiliki tingkat ketertarikan serangga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis feses lainnya.

5. Ucapan Terima kasih

Ucapan terima kasih kepada Jurusan Biologi Unsyiah yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan kegiatan penelitian serta semua pihak yang telah membantu kesuksesan penelitian ini.

6. Daftar Pustaka Borror, D.J., C.A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1997.

Pengenalan Pelajaran Serangga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Doube , B. M. 1991. Dung Beetle of Southern Afrika. Princeton University Press. Pp. 133-155

Filgueras, C. K. B. 2009. Attractivity of omnivore, Carnivore and herbivore mammalians dung to Scarabaeinae (Coleoptera, Scaraaeidae) in tropical Atlantic rainforest remnant. Revista Brasileira de Entomologia 53: 422427

Hanafiah, K.A., Napoleon, A. Ghoffar, N. 2007. Biologi Tanah: Ekologi dan Makrobiologi Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, . Jakarta.

Hanski, I & Cambefort, Y, 1991, Dung Beetle Ecology,Princeton University Press, Princeton

Kahono, S dan Setiadi, LK. 2007. Keragaman dan Distribusi Vertikal Kumbang Tinja Scarabaeids (Coleoptera: Scarabaeidae) di Hutan Tropis Basah Pegunungan. Biodiversitas. 7(4), 118-122

Page 6: Pengaruh Umpan Terhadap Keefektifan Pitfall Trap untuk

Jurnal Bioleuser Vol. 2, No. 3 (Desember 2018): 72-77

77

Kramadibrata, I. 1995. Ekologi Hewan. Bandung: ITB. Mardoni. 2011. Jenis-Jenis Kumbang Tinja (Coleoptera:

Scarabaeidae) di Gunung Singgalang. Universitas Andalas, Padang

Putri, R., Dahelmi dan Herwina, H. 2014. Jenis-Jenis Kumbang Tinja (Coleoptera: Scarabaeidae) di Kawasan Cagar Alam Lembah Harau, Sumatera Barat, Jurnal Biologi Universitas Andalas, 3(2), 135-140

Sari, Y,I., Dahelmi dan Herwina, H. 2015. Jenis-Jenis Kumbang Tinja (Coleoptera: Scarabaeidae) di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas, Padang. Jurnal Biologi Universitas Andalas, 4(3), 193-199

Setiadi, L.k. 2004. Keanekaragaman dan Distribusi Kumbang tinja (Scarabidae: Choleoptera) di Taman Nasional Gunung Pangrango Jawa Barat. Skripsi. Biologi Universitas Nusa Bangsa. Bogor.

Suin, N. M. 1997.Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara ITB, Bandung.