keefektifan media kartu penuntun deskripsi dalam
TRANSCRIPT
KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU PENUNTUN DESKRIPSI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 1 WONOMULYO POLEWALI MANDAR
THE EFFECTIVENESS OF USING MEDIA GUIDANCE CARD DESCRIPTION IN TEACHING WIRITING FOR
CLASS X SMA NEGERI I WONOMULYO POLEWALI MANDAR
Tesis
Oleh :
HASNAH P.
Nomor Induk Mahasiswa : 04.07.729.2012
ROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASAN DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2014
i
KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU PENUNTUN DESKRIPSI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 1 WONOMULYO POLEWALI MANDAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi
Magister Pendidikan
Kekhususan : Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia
Disusun dan Diajuhkan oleh
HASNAH P. Nomor Induk Mahasiswa : 04.07.729.2012
Kepada
ROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASAN DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2014
ii
TESIS
KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU PENUNTUN DESKRIPSI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS DESKRIPSI SISWA
KELAS X SMA NEGERI 1 WONOMULYO POLEWALI MANDAR
Yang disusun dan diajukan oleh
HASNAH P. NIM. 04.07.729.2012
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Tesis
pada tanggal 16 Juni 2014
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd.
Pembimbing II Dr. Abd Rahman Rahim, M.Hum.
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd. NBM. 988 463
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dr. Abd Rahman Rahim, M.Hum. NBM. 866 922
iii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI
Judul : Keefektifan Media Kartu Penuntun Deskripsi
dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 WonomulyoPolewali
Mandar
Nama : Hasnah P.
Nim : 04.07.729.2012
Program Stusi : Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia
Konsentrasi : -
Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada tanggal
16 Juni 2014 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesi pada Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 23 Juni 2014
Tim Penguji :
Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd. ...…………………………….. (Ketua/Pembimbing/Penguji)
Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum .……………………………... (Sekertaris/Pembimbing/Penguji) Prof. Dr. H. Achmad Tolla, M.Pd. ..……………………………... (Penguji) Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. …………………………….. (Penguji)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hasnah P.
Nomor Pokok : 04.07.729.2012
Progran Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau
dapat dibuktikan, bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya
orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 23 Juni 1014 Yang menyatakan, Hasnah P.
v
ABSTRAK
HASNAH P. 2014. Tesis. Keefektifan Media Kartu Penuntun Deskripsi dalamPembelajaran Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar, dibimbing oleh, H. M. Ide Said D.M. sebagai pembimbing I dan Abd. Rahman Rahimsebagai pembimbing II.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh, menganalisis, dan mendeskripsikan data mengenai (1) Tingkat hasil belajar menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar menggunakan kartu penuntun deskripsi. (2) Tingkat hasil belajar menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar menggunakan teknik konvensional. (3) Keefektifan media kartu penuntun deskripsi terhadap hasil belajar menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan teknik eksperimen semu. Adapun populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar tahun pelajaran 2013/2014 sejumlah 138 orang dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling.
Hasil analisis inferensial menunjukkan, bahwa Media Kartu Penuntun Deskripsi efektif dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar. Hal ini telah dibuktikan dalam hasil penelitian yang menunjukkan, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis deskripsi siswa dengan menggunakan media kartu penuntun deskripsi dengan metode konvensional yaitu nilai t empiris lebih besar daripada nilai t teoretis (tabel) yaitu 7,94>1,645 yang berarti media penuntun deskripsi efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar. Oleh karena itu, disarankan sebagai berikut (1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan penambah khazanah keilmuan bagi siswa tentang keterampilan menulis deskripsi dengan menggunakan media penuntun deskripsi. (2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan teoretis dalam pembelajaran menulis secara umum. (3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada rekan guru untuk diterapkan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran menulis siswa. (4) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan bagi guru sehingga termotivasi untuk mengembangkan strategi atau teknik yang menarik dan inovatif lainnya.
vi
ABSTRACT
Hasnah, P. 2014, The Effectiveness of Using Media Guidance Card Description in Teaching Writing for Class X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar. (Guided by H.M.ide Said D.M and A. Rahman Rahim) The purpose of this study was to obtain, analyze, and describe data concerning (1) the level of learning outcomes of the students to write a description of Class X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar use guidance card description. (2) The level of learning outcomes of the Students to write a description of Class X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar using conventional techniques. (3) The effectiveness of the media guidance card to written description of learning outcomes of students Class X SMA deskripasi Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar. The type of this research is survey research with quasi-experimental techniques. The study population was all studentsof Class X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar academic year 2013/2014 with 138 number people. The sample of the study is total sampling technique. The result of the analysis indicate thet the media card guidance in learning to write descriptive was effective to the students of Class X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar. This has been demonstrated in research showing that there was significant difference between students ability to write a description using a media card with a description of the guidance method where the empirical t-value is grater than the theoretical value t (table) Is 7.94>1.645 Which means that the media guidance was effective in improving the writing skills of the grade X High School Students Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar. It is therefore recommended as follows (1) presumably the results of this study can be used as an addition to the repertoire of knowledge for students to write a description about the ability to use the media guide descriptions. (2) May the results of this study can be used as a theoretical reference in the teaching of writing in general. (3) presumably the results of this study can be used as input to fellow teachers to be applied in the study so that we can improve the procces and learning outcomes of students writing. (4) presumably results of this study can be used as a comparison for teachers so termotivasi to develop a strategy or technique that is interesting and innovative.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tesis ini berjudul
Keefektifan Media Kartu Penuntun Deskripsi dalam Pembelajaran
Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali
Mandar.
Tesis ini tentu mengalami hambatan dan tantangan
penyelesaiannya. Namun, atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi hingga tesis ini
dapat terselsaikan.Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd.,
pembimbing I dan Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum. pembimbing II karena
kesabaran dan keikhlasan telah meluangkan waktunya untuk memberi
bimbingan, saran, serta motivasi sejak penyusunan proposal hingga
penyelesaian tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Makassar, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Makassar.
viii
Selain itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Polewali
Mandar yang telah memberikan izin penelitian di wilayah kerjanya.
Demikian halnya kepada Kepala Sekolah, guru dan siswa kelas X SMA
Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar yang telah membantu
terlaknsananya penelitian ini .
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada suami
tercinta dan anakda tersayang serta orang tua yang telah memberikan
dukungan dan perhatian, bahkan pengorbanan selama penulis menempuh
studi hingga penyelesaian tesis ini.
Akhirnya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga segala bantuan,
petunjuk dan dorongannya dapat bernilai ibadah dan mendapatkan rahmat
dari Allah Swt., amin.
Makassar, Juni 2014
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv ABSTRAK v
ABSTARCT vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL x DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7 C.Tujuan Penelitian 8 D.Manfaat Penelitian 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoretis 10 B. Kajian Penelitian yang Relevan 49 C. Kerangka Pikir 50 D. Hipotesis 51
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian 53 B. Lokasi dan Waktu Penelitian 53 C. Populasi dan Sampel 54 D. Metode Pengumpulan Data 55 E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 56 F. Teknik Analisis Data 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 60 B. Pembahasan 69 C. Rekomendasi 72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 74 B. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 76 RIWAYAT HIDUP 79 LAMPIRAN 80
x
DAFTAR TABEL
Nomor Deskripsi Tabel Halaman
1 Deskripsi Keadaan Populasi 54
2 Deskripsi Keadaan Sampel 55
3 Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa KelasXSMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan Media Penuntun Deskripsi 62
4 Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan Metode Konvensional 64
5 Tabel Kerja Uji T 65
6 Skor Mentah Tingkat Kemampuan Menulis Dskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan Media Penuntun Deskripsi 80
7 Skor Mentah Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan Metode Konvensional 82
8 RPP 86
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Deskripsi Lampiran Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup 79
2 Skor Mentah Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan Media Penuntun Deskripsi 80
3 Skor Mentah Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan Metode Konvensional 82
4 Tabel KerjaUji T 84
5 RPP 86
6 Foto-foto Pembelajaran 102
7 Hasil Karya Siswa 106
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang
memerlukan kompetensi yang paling kompleks dibandingkan tiga
keterampilan berbahasa lainnya (menyimak, berbicara, dan
membaca). Keterampilan menulis merupakan keterampilan
berbahasa yang produktif, mempersyaratkan penguasaan
ketatabahasaan, kosakata, keterampilan menyusun dan merangkai
gagasan, serta mengembangkan gagasan dalam suatu yang logis,
padat dan mudah dipahami. Siswa dikatakan mempunyai
keterampilan menulis jika ia mampu mengemukakan ide dalam suatu
tulisan yang sudah padu dengan bahasa yang lugas. Untuk
mendapatkan ide yang akan ditulis dapat diperoleh dari kegiatan
membaca referensi dan mendiskusikan topik. Mengingat betapa
banyak persyaratan dalam menulis itulah, keterampilan menulis
tergolong keterampilan yang paling kompleks.
Dalam kegiatan menulis diperlukan adanya bentuk ekspresi
gagasan yang mempunyai urutan logis dengan menggunakan
kosakata dan tata bahasa yang baik dan benar sehingga dapat
menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan
secara jelas. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis
2
dengan baik jika dia dapat mengungkapkan maksudnya dengan jelas
sehingga pembaca dapat memahami maksud atau hal yang
diungkapkannya.
Tarigan (1994a) mengatakan bahwa, untuk menjadi
seseorang penulis yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki
kepekaan terhadap teknik penulisan yang tepat dan penggunaan
bahasa yang baku agar tujuan penulisannya dapat dipahami oleh
pembaca.
Standar kompetensi menulis dalam pembelajaran bahasa
Indonesia merupan penentu untuk menunjukkan jati diri sebagai
pribadi yang mampu karena siswa yang mampu menerangkan
ide/gagasannya, perasaannya, dan pendapatnya dalam bentuk
tulisan sesuai keinginannya. Sejalan dengan kenyataan tersebut,
Syafie (1988) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan
gagasan, pendapat, keinginan, dan informasi ke dalam bentuk tulisan
mengirimkannya kepada pembaca atau orang lain. Oleh karena itu,
menulis dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa yang
produktif.
Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang kompleks.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan dan pengetahuan
grafologi, struktur bahasa dan kosakata. Pengetahuan bahasa
berkaitan dengan tata bahasa, dan semantik. Kosakata berkaitan
dengan pilihan kata yang tepat dalam tulisan. Dengan penguasaan
3
keterampilan dan pengetahuan kebahasaan yang demikian itu,
komunikasi antara penulis dan pembaca dapat berjalan dengan baik.
Tarigan (1994a) menjelaskan bahwa keterampilan menulis
merupakan alat komunikasi yang tidak secara langsung dapat
ditanggapi oleh pembacanya, keterampilan menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara
tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain karena
tulisan sebagai media komunikasi yang tidak secara langsung.
Hingga saat ini, menulis masih ditempatkan pada tingkatan
yang paling tinggi dalam aktivitas kebahasaan manusia. Meskipun
ada anggapan, terutama dari kalangan ahli komunikasi modern,
menyatakan pada zaman elektronik sekarang ini manfaat belajar
menulis sudah mulai tergeser. Akan tetapi, tidak sedikit ahli bahasa
yang merasa cemas, terutama dari dunia Barat, bahwa seakan-akan
kemajuan di bidang elektronik dalam hubungannya dengan bahasa
dewasa ini, seakan menggiring mereka kembali ke zaman semi buta
huruf.
Maraknya dunia elektronik yang dilengkapi dengan berbagai
fasilitas modern, dengan jangkauan yang sangat luas, menyita
banyak waktu yang biasa digunakan orang untuk membaca. Akan
tetapi, bagaimanapun kondisi aktivitas manusia, kegiatan menulis
tidak bisa diabaikan. Kenyataan memperlihatkan, bahwa dari
berbagai aspek kehidupan manusia. Kegiatan menulis hampir setiap
hari disaksikan, seperti menulis surat, laporan, buku, makalah, artikel,
4
berita, iklan, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa kehidupan
manusia hampir tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan menulis.
Darmadi (1996) menyatakan, bahwa masyarakat yang tidak
mampu mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan akan
tertinggal jauh dari berbagai kemajuan. Hal itu sejalan dengan asumsi
Sumarmo (2000) yang menyatakan, bahwa kegiatan menulis
mendorong perkembangan intelektual seseorang sehingga belajar
menulis diidentikkan dengan belajar berfikir kritis.
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan menulis
antara lain dapat mengenali potensi dan kemampuan
mengembangkan berbagai gagasan, melalui aktivitas bernalar,
memperluas wawasan dengan menyerap mencari, dan menguasai
berbagai informasi, baik secara teoretis maupun yang berkaitan
dengan fakta, membiasakan berfikir secara tertib dan sistematis,
memecahkan suatu permasalahan, belajar secara aktif. Selain itu,
keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam
proses komunikasi manusia.
Begitu pentingnya kegiatan menulis, sehingga ada asumsi
yang menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dapat diukur
dengan melihat maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Hal
itu dapat dilihat pada kualitas hasil cetakan dan penerbitan, seperti
majalah, suarat kabar, buku, dan sebagainya. Untuk mengetahui hal
itu, keterampilan menulis harus diupayakan sedini mungkin. Upaya
tersebut terlihat dalam kurikulum mulai Sekolah Dasar hingga
5
Sekolah Menengah, pengajaran menulis masih menjadi salah satu
mata sajian yang diprioritaskan.
Namun, sayang, kenyataan memperlihatkan, bahwa
pengajaran menulis termasuk di SMA hingga saat ini belum
menggembirakan. Hal itu terlihat pada hasil penelitian Zularsi (2000)
bahwa Siswa SMA di Makassar mempunyai kemampuan menulis
yang belum memadai.” Sejalan dengan itu, Rosmawati (1999)
mengemukakan, bahwa Siswa SMA Muhammadiyah Bulukumba
belum mampu menulis deskripsi.” Demikian pula pernyataan
Layunrampan dalam Suara Karya Minggu, 14 November 1999,
bahwa kemampuan menulis atau mengarang pelajar dewasa ini
masih memprihatinkan. Hal itu berkaitan dengan minat siswa yang
masih sangat rendah.
Salah satu jenis menulis yang harus dikuasai siswa termasuk di
SMA adalah menulis deskripsi. Hal karena menulis deskripsi dapat
menunjang keterampilan menulis lainnya seperti menulis cerita,
menulis reportasi iklan, dan sebagainya. Masalahnya, secara umum
siswa masih mempunyai berbagai kesulitan dalam menulis deskripsi
sebagaimana yang terungkap dalam penelitian yang diuraikan di atas.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi, metode atau media yang efektif
dalam dalam mengembangkan keterampilan menulis deskripsi siswa
khususnya di Sekolah Menengah Atas.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Polewali Mandar ditemukan bahwa menulis kerap kali menjadi
suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respons yang baik
6
dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika menulis. Siswa tidak
tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai.
Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai
paragraf. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang
diinstruksikan gurunya.
Menyikapi hal tersebut dalam pembelajaran menulis deskripsi di
kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar perlu digunakan
media pembelajaran yang biasa menuntun siswa dalam keterampilan
menulis yang lebih memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan
menulisnya. Guru hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam memilih
strategi dan media pembelajaran sehingga minat dan motivasi siswa dalam
menulis semakin meningkat. Untuk mengatasi kendala tersebut media yang
paling tepat dipergunakan adalah media penuntun deskripsi dalam menulis
karangan deskripsi.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian
dengan mengujicobakan sebuah media untuk pembelajaran deskripsi
yaitu media kartu penuntun deskripsi. Media ini dianggap dapat
membantu siswa dalam mendeskripsikan tulisannya karena siswa
kesulitan dalam menentukan rincian yang mau ditulis, sehingga
dengan bantuan kartu deskripsi, maka siswa akan mudah dalam
menulis deskriptif.
Secara empiris, media mengenai menulis deskripsi sudah
cukup banyak terungkap dalam penelitian. Namun, terdapat
perbedaan mendasar dari media yang digunakan. Hasil penelitian
Paelori (2011) mengenai keefektifan media alat perangsang untuk
7
meningkatakan hasil belajar deskripsi menunjukkan bahwa media
tersebut cukup efektif terutama dalam mengembangkan konsep yang
akan ditulis siswa SMK Tunas Bangsa Makassar. Demikian pula hasil
penelitian Kadir (2012) menunjukkan bahwa strategi tangkap
panorama efektif dalam menulis siswa SMA PGRI Makassar. Hal
senada juga diungkap oleh Sunusi (2010) dalam penelitiannya
ditunjukkan bahwa penggunaan kartu lacak efektif dalam
meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa SMA Negeri 2
Pinrang. Kesemua penelitian ini memiliki persamaan, namun
berbeda dari strategi dan media yang disodorkan. Oleh karena itu,
penelitian yang berusaha mengungkap keefektifan media kartu
penuntun deskripsi terhadap hasil belajar menulis deskripsi siswa
kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar ini perlu
dilakukan sebagian dari upaya meningkatkan kemampuan menulis
deskripsi siswa di SMA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1. Bagaimana tingkat hasil belajar menulis deskripsi kelas X
SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan
kartu penuntun deskripsi?
2. Bagaimana tingkat hasil belajar menulis deskripsi kelas X
SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan
teknik konvensional?
8
3. Apakah media kartu penuntun deskripsi efektif terhadap
hasil belajar menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Palewali Mandar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan data mengenai
1. Tingkat hasil belajar menulis deskripsi kelas X SMA Negeri
1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan kartu
penuntun deskripsi.
2. Tingkat hasil belajar menulis deskripsi kelas X SMA Negeri
1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan teknik
konvensional.
3. Keefektifan media kartu penuntun deskripsi terhadap hasil
belajar menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo
Palewali Mandar
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang
bersipat teoretis dan praktis.
1. Manfaat teoretis
a. Menambah khazanah keilmuan bagi siswa tentang
keterampilan menulis deskripsi dengan menggunakan media
penuntun deskripsi
9
b. Diharapkan mampu memberikan sumbangan teoretis dalam
pembelajaran menulis secara umum.
2. Manfaat praktis
1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada
rekan guru untuk diterapkan dalam pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran menulis
siswa.
2. Selain itu, dapat menjadi bahan perbandingan bagi guru
sehingga termotivasi untuk mengembangkan strategi atau
teknik yang menarik dan inovatif lainnya.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORITIS
1. Hakikat menulis
Menulis pada hakikatnya menyampaikan ide atau pesan
dengan menggunakan lambang grafik (tulisan) kepada orang lain.
Dalam kegiatan menulis seseorang juga dituntut untuk menguasai
komponen-komponen tulisan yang meliputi isi (materi) tulisan,
organisasi tulisan, kebahasaan, (kaidah bahasa tulis), gaya
penulisan, dan mekanisme tulisan (Mulyati, 2002).
Menurut Murray (dalam Cleary dan Linn, 1993:344) menulis
merupakan proses yang dialami. Tanpa mengalami (mempelajari) tidak
mungkin sesorang dapat menulis sebab menulis merupakan kemampuan
yang berupa keterampilan, dan keterampilan tersebut diperoleh melalui
pembelajaran. Selanjutnya Ellis, et al. (1989:145) menguraikan bahwa
menulis merupakan sebuah keterampilan yang harus dipelajari bukan
diajarkan. Oleh karena itu siswa harus mengalaminya secara langsung.
Suparno dan Yunus ((2003: 26) secara singkat menguraikan menulis
adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis
kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai
penyampai pesan atau isi tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
11
Menulis adalah rangkaian proses berpikir. Proses berpikir
berkaitan erat dengan kegiatan penalaran. Penalaran yang baik dapat
menghasilkan tulisan yang baik pula, bahkan tanpa penalaran tidak
akan ada pengetahuan yang benar, Syafi’ie (1988: 182)
mengemukakan bahwa salah satu substansi retorika menulis adalah
penalaran yang baik. Dalam hal ini, berarti untuk menghasilkan
kesimpulan yang benar harus dilakukan penalaran secara cermat
dengan berdasarkan pikiran yang logis. Penalaran yang salah akan
menuntun kepada kesimpulan yang salah.
Pada dasarnya menulis merupakan proses pengungkapan ide
atau gagasan, pikiran, pengalaman, perasaan dengan menggunakan
bahasa sebagai medianya. Hal-hal yang dikemukakan dalam tulisan
bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, atau dari
membaca buku. menulis seperti halnya berbicara, merupakan
keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Perbedaannya,
kegiatan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain (tidak langsung), sedangkan
berbicara merupakan tatap muka (langsung) Tarigan, 2000).
Tarigan (1994a: 21) menyatakan, ”Menulis adalah menurunkan
atau menuliskan lambang-lambang grafem yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafen tersebut, jika mereka
memahami bahasa atau gambaran grafen itu.” Selanjutnya Enre
(1994: 5) memberikan pengertian bahwa: ”Menulis merupakan
12
kegiatan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung.”
Menurut Tarigan (1994a: 3) bahwa:
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, sedangkan kegiatan menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medianya. Pesan yang dimaksud berupa isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sistem komunikasi antarmanusia yang menggunakan lambang-lambang yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Jadi menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.
Akhadiah, dkk. (1996: 2) menjelaskan
Pemerolehan keterampilan menulis dilakukan melalui proses karena hal ini merupakan kegiatan yang produktif. Sebagai suatu proses, merupakan suatu rangkaian aktivitas yang terjadi dari beberapa tahap, yaitu pramenulis, menulis, dan revisi. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam kegiatan menulis ini seseorang penulis harus memanfaatkan pengetahuan tentang struktur bahasa, kosakata, dan pengetahuan yang mendukung tulisannya.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan
untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain, melainkan dengan cara mengungkapkan ide atau
gagasan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis
haruslah terampil memanfaatkan kosakata dan struktur kalimat
dengan lebih baik sehingga karya tulisnya dapat dimengerti orang
lain.
Alwi, dkk. (2001: 12) menjelaskan bahwa menulis adalah
melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Tarigan (1986: 21)
mengemukakan, bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan
13
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut sepanjang mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Enre (1994: 2) mengatakan bahwa menulis merupakan
kemampuan mengungkapkan pikiran dan juga perasaan dalam
tulisan yang efektif. Menulis berarti melahirkan atau mengungkapkan
pikiran dan perasaan melalui suatu lambang (tulisan). Tentu saja
segala lambang (tulisan) yang dipakai haruslah merupakan hasil
kesepakatan para pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya
saling memahami. Apabila seseorang diminta untuk menulis, maka
berarti ia akan mengungkapkan perasaannya ke dalam bentuk
tulisan. Jadi, menulis itu berarti melakukan dengan tulisan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa menulis adalah pengungkapan pikiran dan
perasaan melalui tulisan. Tentu saja tulisan yang dipakai harus
dipahami dan merupakan kesepakatan pemakai bahasa.
2. Pentingnya Keterampilan Menulis
Pada dasarnya mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya
pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan pelajaran yang
variatif dan sangat menyenangkan dipelajari. Hal itu disebabkan oleh
banyaknya wahana, sarana, alat, ataupun lingkungan di sekitar yang
dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Melalui pembelajaran
keterampilan berbahasa yang kreatif dan inovatif, dapat
14
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga secara tidak langsung
dapat memberikan pengalaman baru kepada siswa untuk memahami,
mengkaji, mengeksplorasi, dan menganalisis materi pelajarannya.
Siswa memiliki banyak kesempatan untuk dapat mengungkapkan
gagasan-gagasannya berdasarkan pengalaman yang diperoleh di
lapangan, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian,
secara tidak langsung terjadi pembelajaran lintas bidang studi antara
bahasa Indonesia dengan bidang studi yang lain.
Hal itu menunjukkan, bahwa tujuan berbahasa melalui
pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk membina kemampuan
menggunakan bahasa Indonesia dalam menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini biasanya
dilaksanakan secara terpadu. Sehubungan dengan hal tersebut,
keempat keterampilan berbahasa menurut Syafi’ie (2001: 17)
bersumber dari kemampuan kebahasaan (language competence) dan
kemampuan komunikatif (communicative competence).
Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan,
perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain, baik
sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal maupun melalui
lambang-lambang kebahasaan/bahasa tulis lainnya. Terkait dengan
hal tersebut Akhadiah, dkk. (1998: 16) menyatakan, bahwa menulis
melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi
tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima
pesan. Menurut Akhadiah dkk., menulis dapat diartikan sebagai
15
aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke
dalam lambang-lambang kebahasaan/bahasa tulis.
Terkait dengan hal tersebut, Syafi’ie (2001: 42) menambahkan,
bahwa menulis merupakan keterampilan yang dapat dipelajari.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sudah diajarkan
sejak siswa berada pada jenjang Sekolah Dasar. Hal itu disebabkan,
menulis sebagai salah satu bentuk keterampilan berbahasa tentu saja
diharapkan dapat dikuasai seseorang.
Menurut Tarigan (1993: 4) menulis adalah menirukan atau
melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang tersebut. Terkait dengan hal tersebut,
Dimiyati (2002: 26) mengatakan bahwa antara membaca dan menulis
terdapat hubungan yang saling menunjang dan melengkapi.
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa. Pada umumnya keterampilan menulis
diperoleh seseorang melalui sekolah formal. Sebagai salah satu
aspek keterampilan berbahasa, keterampilan menulis harus dilatihkan
agar siswa dapat mengungkapkan ide atau gagasan tertulisnya
secara kohesif dan koherensif.
Apabila dihayati hakikat pembelajaran keterampilan menulis
ada baiknya guru menganut paham, bahwa mengajarkan siswa
menulis ibarat melatih seorang pemain catur. Siswa tidak cukup
diperkenalkan fungsi setiap anak catur dan teori bermain catur yang
handal, akan tetapi siswa harus diterjunkan langsung merasakan
16
permasalahan yang dihadapi dalam bermain catur, disertai dengan
pengetahuan dan pengalaman pelatih. Oleh karena itu, siswa harus
diberikan peluang sebesar-besarnya untuk terlibat secara emosional
dalam seluruh proses pembelajaran menulis.
Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa
ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan
bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan
keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan
membaca. Hal ini pula yang menyebabkan keterampilan menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit.
Meskipun keterampilan menulis sulit, namun peranannya dalam
kehidupan manusia sangat penting. Kegiatan menulis dapat
ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis surat,
laporan, buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa
kehidupan menusia hampir tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan
menulis.
Peranan menulis yang sangat tinggi sejalan dengan pendapat
Tompkins, seorang ahli keterampilan berbahasa, yang menyatakan,
bahwa masyarakat yang tidak mampu mengekspresikan pikiran
dalam bentuk tulisan, akan tertinggal jauh dari kemajuan karena
kegiatan menulis dapat mendorong perkembangan intelektual
seseorang sehingga mampu berpikir kritis, hal ini diungkapkan oleh
Tarigan (1992: 44) bahwa indikasi kemajuan suatu bangsa dapat
dilihat dari maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu.
17
Kenyataan di atas mengharuskan pembelajaran keterampilan
menulis digalakkan sedini mungkin. Tidak mengherankan jika dalam
kurikulum mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi,
pembelajaran keterampilan menulis menjadi aspek pembelajaran
bahasa Indonesia yang mendapat porsi yang cukup besar. Hal ini
terlihat pada banyaknya porsi kegiatan keterampilan menulis dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Dewasa ini dibutuhkan pembenahan serius dalam
pembelajaran keterampilan menulis. Meskipun dipahami, bahwa
banyak faktor yang memengaruhi ketidakmampuan siswa dalam
menulis, namun diakui, bahwa peranan guru sangat menentukan.
Kenyataan dewasa ini adalah pembelajaran keterampilan menulis
yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional
yakni mengajar siswa menulis secara langsung dengan memberikan
judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh mengembangkan
kerangka dengan penekanan pada aspek hasil tulisan.
Menulis yang lebih dikenal istilah ”mengarang” merupakan
salah satu dari keempat keterampilan berbahasa (languange skill)
yang diajarkan kepada siswa yang belajar bahasa pada umumnya
dan bahasa Indonesia pada khususnya.
Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang produktif di
mana penulis menghendaki siswa untuk menggali, menuangkan dan
mengungkapkan gagasannya, perasaannya, dan pengalamannya,
dengan penggunaan bahasa yang tepat. Namun pada kenyataannya
tidak semua siswa dapat menunjukkan keterampilan tersebut. Di
18
dalam menulis, siswa merasa kurang keyakinan, dan minat, serta
motivasi yang memadai untuk menulis.
Mengingat pentingnya menulis bagi siswa, guru seharusnya
membangkitkan dan mempertahankan kegairahan siswa untuk
menulis serta menjadikan menulis itu merupakan pekerjaan yang
alami dan menyenangkan dengan memanfaatkan berbagai strategi
atau teknik mengajar yang kondusif.
3. Pendekatan dalam Menulis Karangan Deskripsi
Menulis adalah bagian dari salah satu aktivitas dalam upaya
pengekspresian ide/ gagasan, pikiran maupun perasaan yang dituangkan
ke dalam lambang-lambang kebahasaan tulis. Untuk bisa kita menemukan
hakikat menulis yang sebenarnya maka diperlukan sebuah pendekatan
yang sesuai dengan tujuan dari penulisan kita, yaitu untuk apa dan untuk
kalangan siapa kita menulis. Berkaitan dengan kegiatan menulis di atas,
bahwa menulis karangan deskripsi merupakan kegiatan menulis yang
menuangkan buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainya ke
dalam bahasa tulis.
Agar karangan kita sesuai dengan tujuan penulisannya, diperlukan
suatu pendekatan. Pendekatan di sini adalah cara penulis meneropong
atau melihat sesuatu yang akan dituliskannya. Penulis perlu mengambil
sikap untuk dapat memperoleh gambaran/bayangan tentang objek yang
akan ditulis. Ada dua cara pendekatan yang dimaksud, yaitu “Pendekatan
Realistis” dan “Pendekatan Imperesionistis.”
19
a. Pendekatan realistis
Dalam pendekatan realistis ini penulis dituntut memotret hal/benda
subjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya. Ia bersikap
seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-detail, rincian-rincian
secara orisinal, tidak dibuat-buat dan harus dirasakan oleh pembaca
sebagai sesuatu yang wajar.
b. Pendekatan impresionistis
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan
sesuatu secara subjektif sesuai dengan impresi penulis. Isi tulisan harus
memerikan sesuatu, namun cara pengungkapannya boleh dengan gaya
atau cara pandang pribadi penulisnya. Dengan pendekatan ini
dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam berekspresi, memberi, atau
bagaimana cara ia menikmatinya (Finoza, 2009: 240-241).
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah dengan pendekatan
Realistis. Yang mana pendekatan ini berbasis pada keadaan nyata. Di sini
siswa diajak untuk mengamati hal/benda subjektif berdasarkan pada
keadaan yang dilihatnya. Ia bersikap seperti sebuah kamera yang mampu
membuat detail-detail, rincian-rincian secara orisinal, tidak dibuat-buat dan
harus dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar.
4. Kriteria tulisan yang baik
Menurut Thomkins (1990:15), untuk mengukur kriteria tulisan
yang baik, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
20
a. Kesesuaian topik yang meliputi: (1) relevansi, dan (2)
akurasi.
b. Kesesuaian antarparagraf yang meliputi: (1) pengaruh
terhadap pembaca, (2) kerekatan, argumen, dan butir (3)
mudah dimengerti, (4) informasi diatur dengan terstruktur,
(5) hubungan antarkalimat berjalan dengan lembut, (6)
menukik langsung ke persoalan, (7) ide logis, dan (8) ide
dan bukti relevan satu dengan yang lain.
c. Perolehan kata dan rangkaian kalimat yang meliputi: (1)
tidak ada kesalahan ”spelling”, (2) formasi kata teratur
dengan baik, (3) pilihan kata bervariasi, dan (4) model
kalimat bervariasi.
Sedangkan menurut Enre (1994: 5) tulisan yang baik memiliki
ciri-ciri, yaitu: (1) tulisan yang baik selalu bermakna; tulisan yang baik
harus mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi
seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan itu,
(2) tulisan yang baik selalu jelas; sebuah tulisan dapat disebut jelas
jika pembaca yang kepadanya tulisan itu ditunjukkan dapat
membacanya dengan kecepatan yang tetap dan menangkap
maknanya sesudah ia berusaha dengan cara yang wajar, (3) tulisan
yang baik selalu padu dan utuh; sebuah tulisan dikatakan padu dan
utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah karena ia
diorganisasikan dengan jelas menurut suatu perencanaan dan karena
bahagian-bahagiannya dihubungkan satu dengan lainnya, baik
dengan perantaraan pola yang mendasarinya atau dengan kata atau
21
frasa penghubung, (4) tulisan yang baik selalu ekonomis; penulis
yang baik selalu tidak akan membiarkan waktu pembaca hilang
dengan sia-sia, sehingga ia akan membuang semua kata yang
berlebihan dari tulisannya. Seorang penulis yang ingin memikat
perhatian pembacanya harus berusaha terus untuk menjaga agar
karangannya padat dan lurus ke depan, (5) tulisan yang baik selalu
mengikuti kaidah gramatika; di sini biasa juga disebut tulisan yang
menggunakan bahasa yang baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh
kebanyakan anggota masyarakat yang berpendidikan dan
mengharapkan orang lain juga menggunakannya dalam komunikasi
formal dan informal khususnya dalam bentuk tulisan, (6) penyaksian
akhir; tulisan dikatakan mantap atau kuat jika penulis memilih kata-
kata yang menunjukkan kepada pembaca apa yang terjadi melalui
gambaran yang jelas dengan menggunakan contoh-contoh dengan
perbandingan yang menggugah, kongkrit, langsung dan efisien.
Keperibadian penulis muncul dari tulisannya, sehingga menjadikan
pembaca merasakan dan berusaha mengkonfirmasikan ide-ide dan
informasi yang terdapat dalam tulisan yang dibacanya.
Menurut Nursito (2000: 49) ciri-ciri karangan yang baik adalah:
(1) berisi hal-hal yang bermanfaat, (2) pengungkapan jelas, (3)
penciptaan kesatuan dan pengorganisasian, (4) efektif dan efisien,
(5) ketepatan penggunaan bahasa, (6) ada variasi kalimat, (6)
vitalitas, (7) cermat, dan (8) objektif.
22
5. Proses Menulis
Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang
dapat dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri
dari beberapa tahapan. Tompkins (1990) menguraikan lima tahapan
menulis, yaitu pramenulis, siswa diberi kesempatan menentukan apa
yang akan ditulis, tujuan menulis dan kerangka tulisan, setelah siswa
menentukan apa yang akan ditulis dan sistimatika tulisan, siswa
mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-
buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada
pengendrapan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan
perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa
merevisi drafan yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan
guru maupun teman sekelompok untuk membantu dan
mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan. Pada tahap
penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek mekanis (ejaan,
tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai
dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan guna memperbaiki
karangan sendiri maupun teman kelompok atau teman sekelas. Pada
tahap publikasi siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas
untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas, agar mereka
dapat berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurnah.
Pada dasarnya, menulis merupakan proses kreatif. Proses itu
mulai munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan
menuangkan ide tersebut, mematangka ide tersebut dan menatanya
23
kemudian diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk
tulisan.
Penulis yang mampu menghasilkan tulisan sebenarnya
hanyalah kebiasaan saja. Karena terlalu seringnya proses tersebut
dilakukannya, maka setiap kali melakukan proses kreatif, seolah-olah
proses tersebut berlangsung begitu cepat dan singkat. Namun pada
dasarnya, tahapan proses tersebut tetap dilakukannya, hanya saja
tahap yang satu dengan tahap yang berikutnya begitu berhimpitan
(Tarigan, 1993).
Cepat atau lambat proses kreatif berlangsung sangat
bergantung pada tingkat keterampilan penulis, semakin rendah
tingkat keterampilan penulis, semakin lama proses tersebut
berlangsung. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat keterampilan seorang
penulis semakin cepat proses tersebut berlangsung.
Kegiatan menulis yang dilakukan sesungguhnya merupakan
suatu kegiatan tunggal jika yang ditulis hanyalah tulisan sederhana,
pendek, dan bahasanya sudah dikuasai. Akan tetapi, sebenarnya jika
diamati secara cermat kegiatan menulis adalah suatu proses. Artinya,
kegiatan itu melalui tiga tahap yaitu tahap prapenulisan, tahap
penulisan dan tahap revisi.
a. Tahap prapenulisan
Tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan menulis. Yang
pertama dilakukan adalah menentukan topik tulisan. Kemudian,
membatasi topik itu jika masih luas. Setelah itu menentukan tujuan.
24
Selanjutnya mempersiapkan atau mengumpul bahan penulisan dan
sumbernya. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah menyusun
kerangka tulisan.
Penyusunan kerangka tulisan merupakan kegiatan terakhir
pada tahap prapenulisan masuk ke tahapan menulis yang
sebenarnya. Untuk itu, perlu menilai kembali persiapan yang sudah
dibuat dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
penulisan tujuan, kelengkapan kerangka, kelogisan kerangka dan
sebagainya.
b. Tahap penulisan
Pada tahap ini, penulis membahas setiap butir topik yang ada
dalam kerangka tulisan yang disusun. Hal ini berarti, bahwa
hendaknya menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasi.
Kadang-kadang pada saat ini disadari, bahwa masih diperlukan
bahan lain.
Dalam pengembangan gagasan menjadi suatu tulisan yang
utuh diperlukan bahasa. Itulah sebabnya, seorang penulis harus
mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga dapat dipahami
oleh pembaca. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat-
kalimat yang efektif. Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun
menjadi paragraf yang memenuhi persyaratan. tetapi itu saja belum
cukup, tulisan harus menggunakan ejaan yang berlaku dan disertai
tanda baca yang tepat.
25
c. Tahap revisi
Jika sudah selesai, tulisan yang dibuat dibaca kembali. Tulisan
tersebut perlu direvisi (diperbaiki, dikurangi, atau diperluas)
sebenarnya revisi sudah dilakukan pada tahap penulisan
berlangsung, revisi yang dilakukan pada tahap ini adalah revisi
secara menyeluruh sebelum naskah ini diketik.
Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh
mengenai, sistematika penulisan, topik, menemukan gagasan,
mengembangkan ide, pilihan kata, hubungan antarkalimat dalam
paragraf, dan hubungan antarparagraf dalam karangan, ejaan, tanda
baca, jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi persyaratan, maka
selesailah tulisan tersebut.
6. Menulis deskripsi
a. Hakikat tulisan deskripsi
Menulis deskripsi adalah menulis dengan rnenggunakan skema
dan menghubungkannya dengan teks, memahami, menerapkan,
menganalisis, dan mengevaluasi gagasan dalam teks tersebut secara
cermat (Sumarmo,2000: 34). Terkait dengan apa yang diungkapkan
di atas, Nurgiyantoro (2001: 25) menyatakan, hahwa kemampuan
menulis deskripsi berarti kemampuan produktif menulis gagasan
secara bebas berdasarkan tema yang diberikan dengan pertolongan
beberapa kata kunci, yakni mengonsep isi cerita, menyusun bahasa,
atau membuat komposisi yang sesuai. Menulis deskripsi adalah
26
menulis dengan tujuan meyakinkan pembaca mengenai kebenaran
atau fakta yang disampaikan oleh penulis secara logis, kritis, dan
sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan
kebenaran yang disampaikannya
Tulisan deskripsi pada hakikatnya adalah tulisan yang berpaya
menggabarkan atau memaparkan dengan kata-kata secara jelas,
rinci, dan hidup sehingga sesuatu seperti nyata adanya (Enre, 1994).
Sejalan dengan itu, Akhdiat (1995) mengemukakan, bahwa menulis
deskripsi adalah upaya menggambarkan sesuatu sehingga alat indra
pembaca seolah menyaksikan langsung objek yang dibaca. Pembaca
seolah melihat, merasakan, mendengar, dirasakan apa yang
dibaca.
Dilihat dari segi istilah menurut Rofiuddin, dkk. (2011: 117), deskripsi
adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan suatu objek (berupa orang,
benda, tempat, kejadian dan sebagainya) dengan kata-kata dalam keadaan
yang sebenarnya. Dalam karangan deskripsi penulis menunjukkan bentuk,
rupa, suara, bau, rasa, suasana, situasi sesuatu objek. Dalam
menunjukkan sesuatu tersebut penulis seakan-akan menghadirkan sesuatu
kehadapan pembaca, sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat,
mendengar, meraba, merasakan objek yang dihadirkan oleh si penulis.
Slamet (2008: 103) mengungkapkan, bahwa deskripsi (pemerian)
adalah wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu
berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan
penulisnya. Sasaran yang dituju yakni menciptakan atau memungkinkan
terciptanya daya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga ia seolah-olah
27
melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami oleh pembuat
wacana. Disini penulis berusaha memindahkan kesan-kesan hasil
pengamatan dan perasaannya kepada pembaca dengan membeberkan
sifat dan semua perincian yang ada pada sebuah objek ke dalam wacana
deskripsi. Oleh karena itu, menulis karangan deskripsi dapat dikatakan
lebih menekankan pada dimensi ruang.
Hal senada dikemukakan oleh Syamsuddin, dkk. (2007: 81), bahwa
paragraf deskripsi bertujuan menggambarkan suatu benda, tempat,
keadaan, atau peristitiwa tertentu dengan kata-kata. Misalnya,
menggambarkan objek berupa benda atau orang, digambarkan seolah-olah
merasakan, menikmati, atau merasa menjadi bagiannya. Semuanya
digambarkan dengan terperinci.
Pendapat lain mengemukakan, bahwa karangan deskripsi adalah
karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal ataupun keadaan
tertentu sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau
merasakan hal tersebut.
Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa
menulis karangan deskripsi adalah suatu jenis karangan yang melukiskan
suatu objek tertentu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga
pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium secara
imajinatif apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis
tentang objek yang dimaksud
28
b. Tujuan tulisan deskripsi
Tarigan (2000) mengemukakan, bahwa tujuan tulisan
deskripasi adalah megajak para pembaca bersama-sama menikmati,
merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya beberapa objek
(sasaran, maksud) adegan, kegiatan (aktivitas), orang (pribadi,
oknum) atau suasana hati (mood) yang telah dialami sang penulis.
Dengan tulisan tersebut, sang penulis terutama sekali bermaksud,
menjelaskan, menerangkan, dan menarik minat serta perhatian
pembaca.
Menurut Rosdiana, dkk. (2008: 3.21), bahwa menulis karangan
deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari dengan hidup apa
yang diserap penulis melalui pancaindera, merangsang perasaan pembaca
mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas
pengalaman langsung. Objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang
bisa ditangkap dengan pancaindera kita, sebuah pemandangan alam,
jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan atau kuda balapan, wajah seseorang
yang cantik, atau seseorang yang putus asa, alunan musik atau gelegar
guntur, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Semi (1990: 66), bahwa menulis karangan
deskripsi bertujuan untuk memberikan rincian atau detil tentang suatu
objek, sehingga dapat memberi pengaruh pada emosi dan menciptakan
imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau merasakan
langsung apa yang disampaikan penulis.
29
Agar dapat menarik perhatian para pembaca, sudah barang
tentu tulisan deskriptsi menuntut beberapa kualitas. Deskripsi yang
baik tergantung pada tanggapan yang jeli, persepsi yang tajam, dan
kosa kata atau perbendaharaan kata yang memadai untuk
menyampaikan pengalaman tersebut dalam kata-kata yang konkret
dan hkusus. Persepsi tergantung pada rasa ingin tahu, pada
pengembangan sesuatu minat pada orang lain dan dunia tempat kita
hidup. Untuk itu, harus diberi perhatian mendalam apa yang
didengar, rasakan, cium sentuh, dan lihat bukan hanya sekadar
meningkatkan mutu penulisan deskripsi tetapi justru menambahi
kesenangan kenikmatan hidup.
Apapun yang dipilih sebagai pokok pembicaraan, semua indra
harus siap siaga sehingga dapat menggambarkan pengalaman itu
secara jelas dan lengkap dan ditejemahkan persepsi tesebut menjadi
kosa kata yang berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan
pengalaman secara tepat, hidup dan bersemangat, serta cerah
kepada orang lain. Itulah menjadi cakupan utama tulisan deskripsi
yakni terutama dituntut adalah daya tanggap yang tajam dan
kepandaian menggunakan kosa kata yang memadai (Enre, 1994).
Berdasarkan pemaparan tentang tujuan menulis karangan deskripsi
di atas, bahwa dalam menulis karangan deskripsi pembaca diharapkan
akan terbawa oleh sesuatu yang dirasakan, dialami oleh penulis dengan
begitu keduanya seolah terbawa dalam satu tempat maupun suasana yang
sama.
30
7. Pendekatan dalam menulis karangan deskripsi
Menulis adalah bagian dari salah satu aktivitas dalam upaya
pengekspresian ide/gagasan, pikiran maupun perasaan yang dituangkan
ke dalam lambang-lambang kebahasaan tulis. Untuk bisa kita menemukan
hakikat menulis yang sebenarnya maka diperlukan sebuah pendekatan
yang sesuai dengan tujuan dari penulisan kita, yaitu untuk apa dan untuk
kalangan siapa kita menulis. Berkaitan dengan kegiatan menulis di atas,
bahwa menulis karangan deskripsi merupakan kegiatan menulis yang
menuangkan buah pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman atau lainya ke
dalam bahasa tulis.
Agar karangan kita sesuai dengan tujuan penulisannya, diperlukan
suatu pendekatan. Pendekatan di sini adalah cara penulis meneropong
atau melihat sesuatu yang akan dituliskannya. Penulis perlu mengambil
sikap untuk dapat memperoleh gambaran/bayangan tentang objek yang
akan ditulis. Ada dua cara pendekatan yang dimaksud, yaitu “Pendekatan
Realistis” dan “Pendekatan Imperesionistis.”
a. Pendekatan realistis
Dalam pendekatan realistis ini penulis dituntut memotret hal/benda
subjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya. Ia bersikap
seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-detail, rincian-rincian
secara orisinal, tidak dibuat-buat dan harus dirasakan oleh pembaca
sebagai sesuuatu yang wajar.
31
b. Pendekatan impresionistis
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan
sesuatu secara subjektif sesuai dengan impresi penulis. Isi tulisan harus
memerikan sesuatu, namun cara pengungkapannya boleh dengan gaya
atau cara pandang pribadi penulisnya. Dengan pendekatan ini
dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam berekspresi, memberi, atau
bagaimana cara ia menikmatinya (Finoza, 2009: 240-241).
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah dengan pendekatan
Realistis. Yang mana pendekatan ini berbasis pada keadaan nyata. Di sini
siswa diajak untuk mengamati hal/benda subjektif berdasarkan pada
keadaan yang dilihatnya. Ia bersikap seperti sebuah kamera yang mampu
membuat detail-detail, rincian-rincian secara orisinal, tidak dibuat-buat dan
harus dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar.
8. Jenis tulisan deskripsi
Ditinjau dari segi bentuknya, tulisan deskripsi dibagi atas dua
yaitu deskripsi faktual dan deskripsi pribadi (Tompkins, 1990).
Deskripsi faktual (berdasarkan fakta sesungguhnya) beranggapan
bahwa subtansi-subtansi material atau hakikat-hakikat, kebendaan,
ada dalam keberadaan yang bebas dari yang dilihat. Orang atau
tempat, binatang, bangunan, barang, dan pemandanan dapat
dilukiskan secara tepat dan objektif seperti keadaan yang
sebenarnya, tanpa menghiraukan persepsi-persepsi, asiasi serta
kesan pribadi dalam hati seorang penulis, yang penting adalah
32
kesetiaan dan kejituan terhadap subjek. Apa yang ditulis bukan
seolah-olah tetapi seperti keadaan sesungguhnya bagi pengamat
yang objektif. Tegasnya, harus menyatakan adanya dan tidak
ditambah kurangi. Untuk hal ini harus memperhatikan organisasi,
gaya, dan nada. Biasan ini lebih bagus jika disajikan dengan gaya
sederhana dengan kalimat singkat. Nada dalam tulisan deskripsi
factual hendaknya terdengar mencerminkan seorang yang
berwenang berbicara dengan tenang dan sabar bukan seorang awam
yang mengemukakan pendapat dan perasaannya.
Deskripsi pribadi didasarkan pada responsi pribadi terhadap
objek suasana, situasi, dan pribadi-pribadi yang akan dibagikan
kepada pembaca agar dinikmati bersama dengan harapan pembaca
memunculkan respon yang sama sebagai bentuk kenikmatan. Yang
penting adalah cara merasakan atau menanggapi objek tersebut
berdasarkan ciptaan penulis. Dalam deskripsi pribadi harus
diupayakan menarik perhatian para pembaca. Kalimat-kalimat
pembuka yang tegas, dramatik, menggugah rasa ingin tahu, yang
memancing perdebatan, yang kotroversial, menghasut propokatif,
tentu dapat menolong minat pembaca. Cara apa pun yang digunakan
harus mampu menarik minat pembaca, menimbulkan rasa ingin tahu
dan mendorong mereka untuk mengalami. Berkaitan dengan nada
harus tidak terbatas diisi dengan berbagai rasa seperti kemuakan,
kejijikan, kepahitan, kepedihan, kekaguman, kecemasan, dan
sebagainya terhadap situasi, benda, atau objek.
33
9. Teknik menulis deskripsi
a. Deskripsi faktual
1) Susunan: mempunyai aturan tertentu sehubunan dengan
tempat dan ruang. Dari atas ke bawah, kanan ke kiri, besar ke kecil,
dsb. Bersifat logis konsisten dan tetap. 2) Gaya: kalimat harus singkat
dan sederhana penekanan pada kata benda dan keadaan bukan kata
kerja. 3) Nada faktual, srius, dan formal; logis, objektif, dan masuk
akal.
b. Deskripsi pribadi
1) Susunan: mempunyai aturan tertentu sehubunan dengan
tempat dan ruang tetapi kalimat pembuka harus menarik hati
pembaca dan menentukan suasana yang dominan. 2) Gaya: harus
rinci penggambarannya. Kata, frase harus kaya dan membangkitkan
respon emosi 3) Nada: faktual serius, dan formal; logis, objektif, dan
masuk akal hendaknya ditulis dengan perasaan. Rasa hendaknya
terdegar jelas. (Tompkins. 1988).
Contoh tulisan deskriptif
Tolong Kasihani Kami
Seandainya penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik
(Eretmochelys imbricata) bisa bicara mungkin yang terucap adalah
kalimat judul tulisan ini. Sayangnya, bersuara pun penyu-penyu itu
34
tidak mampu. Kita tidak tahu apa yang dirasakannya saat pisau
menyayat leher dan perutnya.
Di Jalan Sidakarya, kawasan Sesetan Denpasar, lebih dari 20
ekor penyu hijau tergeletak di halaman, tidak bisa bergerak karena
kaki depannya terikat. Hanya kepala bergerak atau matanya menyipit.
Karapas yang tadinya selalu terkena air laut nampak kering. Kadang
penyu-penyu itu berhari-hari kekeringan menanti datangnya ajal di
ujung pisau.
Sore itu, salah satu di antaranya sudah diletakkan terbalik di
atas alas penjagalan. Ada desih lirih yang hampir-hampir tidak
terdengar. Kaki belakang penyu yang tidak diikat meronta-ronta dan
matanya berkedip-kedip ketika lehernya diiris pisau. Darah segar
segera menetes ke ember penampungan. Semakin lama darah
semakin deras mengalir karena luka irisan semakin besar menganga.
Darah mulai berhenti mengalir saat leher hampir putus.
Di Tanjung Benoa, Bali, tempat penjagalan penyu lainnya di
Pulau Bali, penyu dijagal lebih sadis. Penyu dalam keadaan hidup
ketika Sanusi, 52, mengiris sambungan lunak karapas bawah dan
karapas atas. Tidak terdengar suara apa pun dari sang penyu. Yang
terdengar hanya bunyi mata pisau menyayat kulit lunak. Penyu
sebesar hampir satu meter itu mencoba meronta walaupun itu tentu
sia-sia. Kaki depannya telah diikat jadi satu. Hanya kaki belakang dan
kepalanya yang bisa bergerak-gerak.
Kemudian dengan paksa, karapas bawahnya dibetot sampai
lepas dari tubuhnya. Nampak isi bagian dalam yang tercabik berlumur
35
darah. Siksaan belum berakhir sampai di sini. Saat daging dan isi
perutnya diambil pun nampak kepala, kaki dan ekornya masih
bergerak-gerak kesakitan, sampai akhirnya dia betul-betul mati.
(file:///E:/.TEsis%20UMM/deskripsi..htm.)
Contoh Lain
Kilometer Nol, Sebuah Lambang
Sebuah tugu di ujung Utara pulau Weah Aceh, berdiri tegak
setinggi delapan meter. Landasannya, beton berteratak mirip tangga
bersusun lima. Dengan panjang dan lebar sekitar enam meter. Tentu
itu terletak di sebuah semak belukar di bilangan Jaboi, kotamadya
Sabang. Itulah kilometer nol Indonesia. Berada di tugu itu, terasa
sesuatu merayap di kalbu, perasaan keindonesiaan. Lagu patriotik
Dari Sabang sampai Marauke seakan-akan tergiang-ngiang di telinga.
Kita sedang menginjak setapak tanah di ujung paling Barat
Nusantara. Lambang Garuda begitu megah bertenger di puncak tugu.
Di bawah kaki Sang Garuda, ada relief yang melukiskan untaian
zamrud kepulauan di Indonesia. Memang, sempat timbul tanda tanya,
apakah kilometer nol ini benar menjadi ukuran pasti dimulainya
bentangan jalan raya dari ujung Barat Indonesia ke Timur. Akan
tetapi, berada dititik itu, slogan Sabang-Marauke tiba-tiba menjadi
sangat bermakna. Dari titik nol kilometer ini, jalan hanya selebar 3
meter. Itupun hanya permukaan sekitar 2 meter yang kelihatan,
selebihnya tertutup semak belukar. Sulit dibayangkan, jika ada
36
kendaraan 2 arah berada di jalur itu. Jarak kilometer nol ke kota
Sabang 22,5 Km. Lalu, dari Sabang terbentang lagi jarak 28 mil laut
atau hampir 52 Km dan tiga jam perjalanan feri ke ujung utara
Sumatra.
Jalan menuju kilometer nol hampir tak berbicara sebagai
sebuah jalan raya. Kilometer nol pun seakan-akan tak berbicara
sebagai tanda kilometer di tempat lain. Bahkan pualam bertuliskan
”KM0” telah dicopot tangan-tangan jahil. Sedangkan tugu-tugu yang
kesepian itu tak pernah dihiraukan sebagai tanda kilometer jalan raya.
Akan tetapi, dalam keheningan belukar di Jaboi, di bawah bola-bola
awan yang keperakan, di sela-sela deburan ombak, tugu itu tetap
tegar sebagai sebuah lambang yang berbicara tentang kesatuan
Indonesia.
RUANG KELAS WINA
Wina membuka pintu kelasnya perlahan-lahan. Dilihatnya
sebuah jendela yang terbuka. Di bawah jendela, tampak sebuah meja
guru yang memakai taplak putih. Di atas taplak putih itu ada sebuah
vas bunga dari kayu. Vas bunga tersebut bergambar beberapa
kuntum bunga matahari seperti bunga yang ada didalamnya. Di
sebelahnya tergeletak sebuah agenda kelas yang terbuka dan
kalender duduk. Wina lalu memasuki ruang kelasnya dengan langkah
yang lambat. Dia memalingkan pandangan ke arah kanan. Tampak
satu buah white board yang bersih tanpa coretan. Di sebelah kiri
white board tersebut, terpasang sebuah tempat spidol berwarna biru
37
muda, serasi dengan dinding yang bercatut biru tua. Dan di sebelah
kanan white board terpasang satu papan madding yang penuh
tulisan-tulisan karya siswa. Wina memutar pandanganya ke belakang
kelas. Ada sebuah pribahasa berbahasa inggris yang berwarna
kuning bertuliskan ‘practice make perpect’ dibawahnya terpasang
sebuah system periodik unsur-unsur di kiri kananya juga terpasng
sebuah denah duduk dan daftar kelompok belajar. Selain itu,
ditatapnya dinding kiri kelas.
Di sana terpasang struktur organigram dan sebuah daftar regu
kerja dari karton berwarna kuning. Struktur organigram dan daftar
regu kerja tersebut ditutupi oleh plastic bening.
Wina berpaling kedinding kanan. Disana tergantung daftar
pelajaran berwarna kuning. Daftar pelajaran itu disusun tak berurutan,
huruf-hurufnya pun dari guntingan majalah. Meski tampak tidak
rapi,namun cukup bagus dan menarik.
Wina menyusuri deretan bangku kosong di depanya. Tak usah
dihitung lagi karena pasti ada 40 meja dan 80 kursi. Dan tanpa kata
wina berjalan kebangkunya sendiri, dan duduk manis disana.
(http//:bersasi. blogspot.com.)
10. Media pembelajaran
a. Pengertian media pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.
Menurut bovee dalam bukunya (hujar AH sanaky (2009:3) media
38
pembelajaran adalah sebuah alat yang berpungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses
komunikasi antar pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.
Gagne mengatakan dalam bukunya (hujair AH.sanaky, 2009:3)
mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen atau sumber
belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar
untuk belajar. Begitu juga Arsyad, A (1996) mengatakan media adalah
segala wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang pembelajar untuk belajar. Dian, R (2007) mengatakan media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajaran sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar terhadap diri pembelajarnya. Dari
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagi perantara dalam proses
pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai
tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas media pembelajaran
adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan intraksi atara pengajar dan pembelajar
dalam proses pembelajaran di kelas.
b. Tujuan media pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai media alat bantu pembelajaran,
adalah sebagai berikut:
1) Mempermudah proses belajar di kelas.
39
2) Meningkatkan efesiensi proses pembelajaran.
3) Menjaga relepansi antar materi pelajaran dengan tujuan belajar
dan membantu konsentrasi pembelajar dalam proses
pembelajaran.
c. Manfaat media pembelajaran
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pelajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, dapat lebih
dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar
menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
3) Metode pembelajaran berpariasi, tidak semata-mata hanya
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar,
pembelajar tidak konsen, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
4) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi
juga aktivitas lain yang di lakukan seperti: mengmati, melakukan,
mendemontrasikan, dan lain-lain
d. Manfaat media pembelajaran bagi pengajar yaitu:
1) Memberikan pedoman, arah untuk penetapan tujuan.
2) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik.
3) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik.
40
4) Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran.
5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam menyajikan meteri
pelajaran.
6) Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.
7) Meningkatkan kualitas pengajaran.
e. Manfaat media pembelajaran bagi pembelaja, yaitu:
1) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar.
2) Memberikan dan meningkatkan pariasi belajar mengajar.
3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan
pembelajar untuk belajar.
4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik
sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar.
5) Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.
6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
7) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis
yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.
f. Fungsi media pembelajaran.
Media pembelajaran berpungsi untuk merangsang pembelajar
dengan menghadirkan objek sebenarnya dan objek yang langka di
antaranya:
1) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya.
2) Membuat konsep abstrak ke konsep konkrit.
3) Memberi kesamaan persepsi.
41
4) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak.
5) Menyajikan ulang informasi secara konsisten.
6) Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan
menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
g. Ciri umum media pembelajaran
Media pembelajaran identik artinya, dengan pengertian keperagaan
yang berasal dari kata raga yaitu suatu bentuk yang dapat di raba, di lihat,
di dengar, di amati melalui pancaindra, Hujair Sanaky (2009:39) tekanan
utama media adakalanya terletak pada benda atau hal-hal yang di lihat, di
dengar, dan di raba. Media pembelajaran digunakan dalam hubungan
(komunikasi) dalam peroses pembelajaran antara pengajar dan
pembelajar. Media pembelajaran adalah semacam alat bantu dalam proses
pembelajaran, baik di kelas atau di luar kelas. Dalam pengertian lain, media
pembelajaran merupakan suatu perantara (medium, media) dan dalam
rangka pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian, media pembelajaran
mengandung aspek alat dan teknik yang sangat erat kaitanya dengan
metode pembelajaran.
Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan, bahwa
yang dimaksud dengan media pembelajaran sarana, metode, teknik, untuk
lebih mengefektipkan intraksi dan komunikasi antar pengajar dengan
pembelajar dalam pembelajaran di kelas, jadi media adalah sebuah alat
yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan, dan menurut bovee dalam
bukunya Hujair Sanaky(2009:40) media pembelajaran adalah sebuah alat
yang berpungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan
42
pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan
bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada bantuan
sarana penyampain pesan atau yang di sebut dengan media.
11. Kartu penuntun deskripsi
a. Hakikat kartu penuntun deskripsi
Kartu penuntun deskripsi adalah tuntunan berupa kata kunci
atau potongan frase/kalimat yang akan dikembangkan menjadi
kalimat deskripsi yang hidup. Alat tersebut membantu siswa berlatih
memuluskan mengalirnya kalimat deskripsi yang akan ditulis siswa.
Salah satu kelemahan mendasar menulis deskripsi adalah
ketidakmampuan siswa merasakan apa yang akan ditulis dan detail
sehingga deskripsi tidak hidup. Padahal deskripsi merupakan
penggambaran pengalaman penulis. Hal ini merupakan problem
sepanjang sejarah pembelajaran menulis deskripsi bagi siswa yang
harus dicarikan jalan keluar. Pembelajaran yang menggunakan
penuntun deskripsi akan menjadi solusi efektif karena dengan
strategi ini siswa akan mengalami pengolahan rasa, pengayaan
konsep yang akan dikembangkan dan latihan penguasaan detail yang
hasus dideskripsikan dengan utuh. Hal ini menjadi kekuatan utama
teknik pembelajaran menulis deskripsi dengan memafaatkan
penuntun deskripsi .
Penuntun deskripsi pada hakikatnya adalah upaya
memuluskan mengalirnya kalimat deskripsi diberikan tuntunan berupa
43
kata kunci atau potongan frase/kalimat yang akan dikembangkan
menjadi kalimat deskripsi melalui penuntun despkripsi. Dengan
demikian, hal-hal yang perlu dideskripsikan tidak ada yang terlampaui
bahkan dapat menjadi alur dalam tulisan. Dengan teknik ini siswa
akan berlatih dengan mudah merasakan, melancarkan imajinasi dan
pikiran, serta mencermati secara detail hal yang harus dideskripsikan
serta berbagai pilihan kata yang hidup sehingga dapat menulis
deskripsi dengan baik.
b. Rancangan pembelajaran
Mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran dengan
menggunakan, penuntun deskripsi, dalam pembelajaran menulis
deskripsi, harus dirancang dengan matang sehingga segala unsur
pembelajaran dapat berfungsi secara optimal untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Merancang pembelajaran menggunakan penuntun
deskripsi dalam pembelajaran menulis deskripsi pada dasarnya tetap
menggunakan rambu-rambu rancangan pembelajaran secara umum.
Hanya saja, perlu perhatian secara cermat dalam penentuan dan
perancangan penuntun deskripsi dengan segala perangkatnya dan
segala teknik pelaksanaannya. Hakikat pembelajaran menulis
deskripsi dengan menggunakan penuntun deskripsi, adalah
memberikan penuntun deskripsi berupa kata, frase atau kalimat
kunci yang menuntun siswa mengembangkan pikiran kreatif siswa
membangun kalimat deskripsi yang hidup berdasakan objek yang
ditulis.
44
Contoh: Penggunaan Penuntun Deskripsi
Diasumsikan sebuah tulisan deskripsi utuh yang akan
dikembangkan melalui identifikasi lengkap. Detail mengenai deskripsi
itu, dibuatkan kata, frase atau kalimat kunci sebagai penuntun untuk
dikembangkan.
Contoh:
Topik : Deskripsi Pentasan Seni
Nama :
Kales/Nis : Penuntun deskripsi
Lengkapilah kata , frase, atau kalimat kunci di bawah ini menjadi sebuah deskripsi yang
hidup dan buatlah sebuah paragraf yang deskriptif secara lengkap berdasarkan
penuntun yang telah dilengkapi!
Gedung pertunjukan seolah-olah menjadi saksi keluarbiasaan penarari
bugis yang masih belia....................................................................................
Irama musik pengiring ....................................................................................
...................gemulai tangannya......................................................................
Kerlingan matanya ..........................................................................................
Hentakan kainya. .............................................................................................
Warna warni kostum.................... bahan ........................................................
Kerlip lampu............................................................................histeris penonton
............................................................................................................................
Pasangan mata tanpa kedip..............................................................................
sempurna ...........................................................................................................
………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Komentar Guru:
PARAF GURU
45
Melengkapi penuntun di atas, kata kunci sebagai penuntun
deskripsi dapat ditempatkan pada awal,di tegah, atau di akhir kalimat
disesuaikan dengan keinginan yang akan diungkapkan siswa. Untuk
melakukan pengembangan contoh tulisan deskripsi di atas harus
menggunakan kejadian yang sesungguhnya atau nyata. Oleh karena
itu bisa menggunakan rekaman video pementasan tari kalau tidak
ada pementasan langsung. Jadi, pilihan objek yang harus ditulis
siswa harus dipertimbangkan kemungkinan untuk dijangkau, misalnya
deskripsi alam, lalu lintas, laut, permainan sepak bola, dan
sebagainya sesuai dengan tema yang ditetapkan dalam silabus.
Setelah dimanfaatkan penuntun yang diisi itu sebagai respon kuat
terhadap objek, maka ditulislah dalam lembaran di bawahnya sebagai
paragraf utuh.
c. Pelaksanaan/proses pembelajaran
Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan,
penuntun deskripsi, dilakukan tiga tahap sebagaimana yang
dijelaskan terdahulu. Setiap selesai satu tahap dilakukan pengetesan
untuk melihat perkembangan. Untuk lebih jelasnya, kegiatan
pembelajaran diuraikan sebagai berikut.
1. Siswa dibagikan penuntun deskripsi secara perorangan
atau berpasangan yang telah disiapkan.
2. Siswa mengamati objek yang disyaratkan dalam penuntun
(dapat berupa kegiatan langsung maupun visualisasinya)
46
3. Siswa mengisi penuntun deskripsi berdasarkan
objek/kegiatan yang diamati secara individu.
4. Siswa membuat deskripsi berdasakan isian dalam penuntun
secara individu.
5. Setelah selesai, kartu penuntun ditukar secara bergiliran
dan dibaca siswa lain. Dengan demikian siswa akan
membaca seluruh karya temannya sebagai bentuk apresiasi
dan belajar dari karya temannya.
6. Siswa memberi komentar terhadap deskripsi yang paling
baik menurut mereka.
7. Siswa melakukan revisi berdasarkan pengalaman membaca
karya temannya.
8. Refleksi hasil kegiatan siswa
9. Setelah tahap selesai, guru memberikan tugas sebagai
tindak lanjut berupa mengarang deskripsi sebagai bentuk
keterpaduan menggunakan ketiga tahap tersebut berupa
mengarang yang menggunakan tulisan deskripsi secara
utuh sesuai dengan kurikulum, misalnya menulis cerita,
laporan perjalanan, atau reportase.
10. Penilaian
Penilaian dalam pembelajaran ini dilakukan terhdap dua
hal, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil belajar,
sebagaimana uraian berikut.
47
a. Penilaian proses
Penilaian proses belajar dilakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan melakukan pengamatan
terhadap beberapa aspek, yaitu:
1) Sikap antusias.
2) Partisipasi dalam kegiatan.
3) Kerja sama
4) Hasil kerja/prakarsa berupa hasil deskripsi.
Untuk penilaian proses setiap aspek dibuatkan deskriptor atau
rambu-rambu penilaiannya dan dapat menggunakan format
pengamatan berikut.
Format Pengamatan
No Nama Siswa SKOR ASPEK Jumlah
Skor Nilai
A B C D
1.
2.
3.
Dst
Catatan:
a. Setiap aspek diberi bobot 1-5
b. Penentuan nilai menggunakan rumus: n/Nx10, 10.
b. Penilaian hasil belajar
48
Menggunakan, penuntun deskripsi, pada hakikatnya menuntut
hasil dalam bentuk sebuah karangan deskripsi. Oleh karena itu,
aspek penilaian menggunakan penilaian mengarang pada umumnya
dengan penekanan pada kemampuan mendeskpsikan objek. Lebih
jelasnya dapat dinilai aspek yaitu kelengkapan data/objek yang
dideskripsikan, ketajaman deskrsi, penggunaan bahasa yang
meliputi; pilihan kata, kalimat efektif, kepaduan paragraf, logika
penyampaian, ejaan, dan tanda baca .
Contoh format penilaian sebagai berikut.
Format Penilaian Karangan
No Aspek Penilaian Skor Nilai Akhir
1.
2.
3.
4.
5.
Isi dan Kelengkapan data
Ketajaman Deskripsi
Penyajian
Sistematika
Bahasa
a. Pilihan kata
b. Kalimat efektif
c. Paragraf
d. Ejaan dan tanda baca
25
25
15
10
25
Jumlah: 100
49
Setelah proses belajar berlangsung beberapa kali (sesuai
program pembelajaran) dilakukan penilaian hasil belajar. Tes
tersebut dilakukan dengan menekankan pada kemampuan menyusun
karangan deskripsi Jadi, tes tidak dalam bentuk proses pembelajaran,
melainkan menekankan pada kemapuan menulis. Adapun penentuan
nilai, tetap mengacu pada teknik penilaian yang menggunakan rumus
Nilai: n/Nx100, dengan rentang nilai 1-100.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil
penelitian Paelori (2011) mengenai keefektifan media alat
perangsang untuk meningkatakan hasil belajar deskripsi
menunjukkan, bahwa media tersebut cukup efektif terutama dalam
mengembangkan konsep yang akan ditulis siswa SMK Tunas Bangsa
Makassar. Demikian pula hasil penelitian Kadir (2012) menunjukkan,
bahwa strategi tangkap panorama efektif dalam menulis siswa SMA
PGRI Makassar. Hal senada juga diungkap oleh Sunusi (2010)
dalam penelitiannya menunjukkan, bahwa penggunaan kartu lacak
efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa
SMA Negeri 2 Pinrang. Kesemua penelitian ini memiliki persamaan,
namun berbeda dari strategi dan media yang disodorkan.
Sesuai dengan permasalahan dan hasil penelitian serta
pembahasan dalam Penelitian ini, dapat disimpulkan, bahwa media kartu
penuntun deskripsi efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis
50
karangan deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali
Mandar.
Ketrampilan menulis sangatlah penting karena dengan ketrampilan
menulis siswa dapat meningkatkan bakat kebahasaan yang ada dalam
dirinya. Peneliti mengambil fokus ini karena menurut peneliti kerampilan ini
harus ditingkatkan dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Fokus yang
saya pilih dalam penelitian yang saya lakukan adalah sama dengan
penelitian Sunusi (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
penggunaan kartu lacak efektif dalam meningkatkan keterampilan
menulis deskripsi siswa SMA Negeri 2 Pinrang. Adapun perbedaan
antara penelitian yang akan saya lakukan dengan penelitian Sanusi adalah
berupa media pembelajarannya karena penelitian Sanusi menggunakan
kartu lacak sedangkan penelitian saya menggunakan kartu penuntun.
C. Kerangka Pikir
Tulisan ini dilandasi oleh fakta, bahwa aspek keterampilan menulis
deskripsi bagi siswa masih rendah karena cara guru masih konvensional.
Keterampilan menulis deskripsi bagi siswa memerlukan strategi, metode,
media baru dalam proses pembelajarannya sehingga hasil yang dicapai
efektif. Salah satu kesulitan siswa dalam menulis deskripsi adalah
mendeskripsikan detail objek yang akan ditulis. Oleh karena itu,
dibutuhkan media yang tepat untuk membantu kesulitan tersebut. Salah
satu media yang dikembangkan penulis untuk menulis deskripsi adalah
kartu penuntun deskripsi. Seacara rasional kartu penuntun deskripsi sangat
strategis karena dapat menjadi penuntun siswa dalam mendetailkan objek
51
yang ditulis. Akibat tertuntunya bahan yang akan ditulis, maka siswa dapat
menulis deskripsi secara utuh. Untuk mengetahui dapat-tidaknya hasil
belajar menulis deskripsi dengan kartu penuntun deskripsi, maka dilakukan
penelitian eksperimen teradap media tersebut . Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada bagan kerangka pikir berikut.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Sebagai pengarah penelitian ini dikemukakan hipotesis
penelitian dan kriterianya sebagai berikut.
EKSPERIMEN
TEMUAN PENUNTUN
DESKRIPSI EFEKTIF
MEDIA
PENUNTUN
DESKRIPSI
KETERAMPILAN
MENULIS DESKRIPSI
KETERAMPILAN BERBAHASA
KETERAMPILAN
MEULIS DESKRIPSI
UMUMNYA
RENDAH
PENYEBABNYA:
METODE,MEDIA,
TEKNIK KURANG
KREATIF
TEKNIK
KONVENSIONAL
52
1. Hipotesis: Media kartu penuntun deskripsi efektif dalam
pembelajaran menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Palewali Mandar
2. Kriteria Pengujian Hipotesis: Media kartu penuntun deskripsi
dianggap efektif dalam pembelajaran menulis deskripsi kelas X
SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar apabila nilai
empiris lebih besar daripada nilai teoretis hasil belajar menulis
deskripsi siswa dengan taraf signifikansi 5%. (α 0,05).
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini didesain dengan jenis penelitian eksperimen yang
pelaksanaannya dilakukan dengan menguji dua kelompok yaitu satu
kelompok yang mendapat perlakuan atau kelompok eksprimen dan satunya
tidak mendapat perlakuan atau kelompok kontrol. Pada kelompok
eksprimen yang mendapat perlakuan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan mengujicobakan media penuntun deskripsi dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
B. Lokasi dan Waktu Penelintian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali
Mandar yang terletak di Kecamatan Wonomulyo Ploewali Mandar Sulawesi
Barat . Peneliti memilih SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali Mandar
sebagai lokasi penelitian karena di samping tempat mengajar peneliti juga
ingin mengujicobakan keefektifan media kartu penuntun deskripsi di tempat
tugas peneliti.
Pelaksanaan kegiatan penelitian dimulai pada bulan Maret 2014.
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan karena jenis penelitian ini
adalah penelitian eksprimen, jadi proses pengumpulan data hanya tiga kali
pertemuan saja, dimulai dari minggu kedua Maret 2014 sampai minggu
54
kedua April 2014. Penelitian dilakukan saat pelaksanaan kegiatan
pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media
kartu penuntun deskripsi berlangsung dengan frekuensi pembelajaran satu
kali dalam satu minggu, dengan durasi waktu pembelajaran 90 menit setiap
kali tatap muka.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar tahun
pelajaran 2013/2014 sejumlah 138 orang. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Deskripsi Keadaan Populasi
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Ket.
1. X 1 17 18 35
2. X2 19 15 34
3 X3 18 16 34
4 X4 17 17 35
71 66 138
Sumber: Absen Umum SMA Negeri 1 Wonomulyo Pelajaran 2013/2014
2. Sampel
Sesuai dengan karakterisktik penelitian, maka populasi tersebut
hanya dipilih dua kelas yaitu kelas X.1 dan kelas X.4 sebagai sebuah
55
kelas eksperimen dan sebuah kelas kontrol. Untuk keperluan
penelitian kelompok tersebut terlebih dahulu menyamakan tingkat
kemampuannya dalam menulis deskripsi dengan cara tugas
mengarang. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2
Deskripsi Keadaan Sampel
No Kelompok Jumlah Keterangan
1.
2.
Eksperimen
Kontrol
35
35
70
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang
mengemukakan dan menganalisa data yang diperoleh dari siswa yaitu
menguji dua kelompok, satu kelompok yang dikenai perlakuan dan satunya
tidak dikenai perlakukan. Peneliti melakukan manipulasi terhadap
perlakuan (treatment) yang diberikan kepada subjek. Peneliti melakukan
kontrol terhadap apa yang dialami oleh subjek dengan cara memberi atau
tidak memberi kondisi atau perlakuan tertentu secara sistematis. Dengan
adanya kontrol tersebut, peneliti dapat membandingkan kelompok subjek
yang mendapat perlakuan dan kelompok yang tidak mendapat perlakuan.
Perbandingan tersebut dimaksudkan untuk menyelidiki hubungan sebab-
akibat antara perlakuan yang dimanipulasi dan hasil yang terukur.
56
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik tes hasil belajar (tes menulis deskripsi)
Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan media penuntun deskripsi pada kelas
eksperimen,
2. Memberikan pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan metode konvensional, pada kelas kontrol.
3. Mengadakan tes menulis deskripsi terhadap kedua kelas
tersebut dengan instrumen atau tes yang sama.
4. Untuk melihat keefektifan, kedua kelompok tersebut diberi
tes menulis deskrpsi dan hasilnya dibandingkan
menggunakan analisis uji efektifitas yaitu uji t.
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Untuk memberikan gambaran operasional dari variabel-variabel yang
diselidiki dalam penelitian ini, maka berikut dikemukakan definisi
operasional untuk masing-masing variabel.
1. Karangan deskripsi adalah jenis karangan yang berusaha
menggambarkan atau melukiskan suatu objek sehingga alat indra
pembaca seakan-akan menyaksikan langsun onjek yang dibaca dan
pembaca seakan melihat, mendengar, merasakan, mengalaminya
sendiri dari apa yang dibacanya.
57
2. Media penuntun deskripsi adalah tuntunan berupa kata kunci
atau potongan frase/kalimat yang akan dikembangkan menjadi
kalimat deskripsi yang hidup. Alat tersebut membantu siswa
berlatih memuluskan mengalirnya kalimat deskripsi yang akan
ditulis siswa.
3. Metode konvesional adalah cara membelajarankan menulis
deskripsi sebagaimana yang sudah lazim seperti ceramah tentang
unsur menulis dengan menyodorkan tema atau topik yang akan
ditulis.
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan di ukur, yaitu
media penuntun deskripsi dan metode konvensional dalam
pembelajaran menulis deskripsi. Kedua variabel tersebut merupakan
variabel sejajar, yakni pembelajaran menulis deskripsi menggunakan
media penuntun deskripsi (X1) dan metode konvensional (Y1).
Variabel tersebut masing-masing mengandung variabel bebas yakni
hasil belajar menulis deskripsi menggunakan media penuntun
deskripsi (X2) dan hasil belajar menulis deskripsi dengan metode
konvensional (Y2).
Untuk melihat keefektifan, kedua kelompok tersebut diberi tes
menulis deskrpsi dan hasilnya dibandingkan dengan menggunakan
analisis uji efektifitas yaitu uji t dan Media kartu penuntun deskripsi
dianggap efektif dalam pembelajaran menulis deskripsi kelas X SMA
Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar apabila nilai empiris lebih
58
besar daripada nilai teoretis hasil belajar menulis deskripsi siswa
dengan taraf signifikansi 5%. (α 0,05).
F. Teknik Analisis Data
1. Data hasil belajar
Data hasil belajar menulis deskripsi menggunakan media penuntun
deskripsi maupun teknik konvensional dianalisis dengan teknik presentasi
(%) dengan rumus: n/Nx100 untuk rentang 10-100.
2. Uji efektivitas
Setelah data diolah dalam tabel distribusi, maka dibuat sebuah
tabel persiapan untuk aplikasi rumus yang digunakan dalam
menganalisis data. Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan
adalah rumus t – test. Adapun rumus yang digunakan dalam
menganalisis data adalah sebagai berikut :
Keterangan:
t= nilai t empiris
X = rata-rata x
Y = Rata-rata y
SSx= Standar deviasi X
SSy= Standar deviasi Y
X - Y
t=
√ (SSX + SSY (1 + 1)
n1 + n2-2 n1 n2
59
n1= banyaknya data X
n2= banyaknya data Y
Adapun langkah analisis di atas yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan mean kedua kelas sampel.
2. Menentukan standar deviasi mean kuadrat t dari kedua kelas
sampel.
3. Mendistribusikannya ke dalam tabel signifikan
(Waluyo 1992:134)
Analisis data di atas dikonversi ke dalam tabel signifikan. Jika hasil
analisis data empiris lebih besar daripada tabel signifikansi 0,05 maka
masalah yang yang diujicobakan/dieksperimen dinyatakan efektif.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wonomulyo Polewali
Mandar yang terletak di sebelah barat kota kabupaten Polewali Mandar
Sulaesi Barat. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan di SMA Negeri 1
Wonomulyo Polewali Mandar. SMA Negeri 1 Wonomulyo adalah satu-
satunya Sekolah Menengah Atas Negeri di Kecamatan Wonomulyo yang
berlokasi di jalan Gatot Soebroto Wonomulyo Polewali Mandar. Kegiatan
penelitian dilakukan di dua kelas pada kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo
Poleali Mandar yaitu kelas X.1 dan kelas X.4 sebagi kelas eksprimen dan
kelas kontrol.
Pada bagian ini menguraikan hasil penelitian dengan memaparkan
bukti empiris yang diperoleh dari hasil ujicoba yang telah dilakukan.
Pemaparan ini merujuk pada rumusan masalah yang telah dikemukakan
pada bab I yaitu:
1. Bagaimana tingkat hasil belajar menulis deskripsi kelas X
SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan
kartu penuntun deskripsi?
2. Bagaimana tingkat hasil belajar menulis deskripsi kelas X
SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan
teknik konvensional?
61
3. Apakah media kartu penuntun deskripsi efektif terhadap
hasil belajar menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Palewali Mandar?
Untuk menjawab masalah tersebut, maka data dalam penelitian ini
dianalisis sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan pada bab III,
dengan terlebih dahulu membuat hipotesis pembanding, yaitu hipotesis nol
(Ho). Hipotesis nol tersebut berbunyi: Media kartu penuntun deskripsi
efektif dalam pembelajaran menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Palewali Mandar. Cara pengujian hipotesis adalah
membandingkan antara hasil pembelajaran menulis deskripsi
menggunakan media penunun deskripsi dan hasil pembelajaran menulis
deskripsi menggunakan metode konvensional. Teknik analisis yang
digunakan adalah uji ”t” dengan taraf kepercayaan 5%.
Adapun data yang dianalisis adalah hasil siswa kelompok
eksperimen (X) dan hasil tes siswa kelompok kontrol (Y). Hasil analisis data
tersebut terbagi dalam beberapa macam, yaitu skor kemampuan menulis
deskripsi menggunakan media penuntun deskripsi, hasil pembelajaran
menulis deskripsi menggunakan metode konvensional, dan data
perbandingan atau hasil uji “t” dari kedua data tersebut, serta pengujian
hipotesis. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.
1. Tingkat kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan media penuntun
deskripsi
62
Data tingkat kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan media penuntun
deskripsi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. 3. Tingkat Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan
Media Penuntun Deskripsi
NO NILAI F N X F
1 100 0 0
2 90 0 0
3 80 3 240
4 70 17 1190
5 60 12 720
6 50 3 150
7 40 0 0
8 30 0 0
9 20 0 0
10 10 0 0
JUMLAH 2300
Sumber: hasil olahan data induk penelitian
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diketahui:
N = 35
FN = 2300
Dengan demikian skor rata-rata yaitu:
Rerata = FN
N
63
= 65,71
Jadi, rata-rata nilai kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X
SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan media
penuntun deskripsi adalah 65,71 dalam rentangan nilai 10-100. Selain itu,
berdasarkan hasil analisis data mentah (lihat lampiran 1) terlihat, bahwa
skor perolehan tertinggi adalah 82 dari skor maksimun 100 sebanyak satu
orang. Sedangkan skor terendah adalah 50 yang diperoleh oleh satu orang,
Jumlah seluruh skor seluruh siswa yaitu 2300 , sehingga rata-rata skor
perolehan siswa adalah 65,71. Untuk lebih jelasnya, hasil pengetesan
tersebut dapat dilihat pada tabel 3 terlampir.
= 2300
35 35
64
Tabel. 4. Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan
Metode Konvensional
NO NILAI F N X F
1 100 0 0
2 90 0 0
3 80 1 80
4 70 5 350
5 60 23 1380
6 50 5 250
7 40 1 40
8 30 0 0
9 20 0 0
10 10 0 0
JUMLAH 2100
Sumber: hasil olahan data induk penelitian
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat diketahui:
N = 35
FN = 2100
Dengan demikian skor rata-rata yaitu:
Rerata =
FN
N
= 2 100
35
= 60
65
Jadi, rata-rata nilai kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X
SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan metode
konvensional adalah 60 dalam rentangan nilai 10-100. Selain itu,
berdasarkan hasil analisis data mentah (lihat lampiran 2) terlihat, bahwa
skor perolehan tertinggi adalah 70 dari skor maksimun 100 sebanyak satu
orang. Sedangkan skor terendah adalah 40 yang diperoleh oleh satu orang,
Jumlah seluruh skor seluruh siswa yaitu 2100, sehingga rata-rata skor
perolehan siswa adalah 60. Untuk lebih jelasnya, hasil pengetesan
tersebut dapat dilihat pada tabel 4 terlampir.
1. Keefektifan Media Penuntun Deskripsi dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar (Analisis Uji “t”)
Untuk menentukan keefektifan media penuntun deskripsi dalam
pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo
Palewali Mandar metode terpadu dalam pembelajaran menulis deskripsi
maka data dari kelompok ekperimen dan kelompok kontrol dianalisis
dengan menggunakan tabel kerja sebagai berikut.
Tabel 5. Tabel Kerja Uji T
X X2 Y Y2
70 4900 58 3364
71 5041 59 3481
72 5184 60 3600
72 5184 60 3600
82 6724 70 4900
81 6561 69 4761
66
Lanjutan Tabel 5
70 4900 58 3364
70 4900 58 3364
63 3969 51 2601
70 4900 58 3364
70 4900 58 3364
70 4900 58 3364
71 5041 59 3481
61 3721 49 2401
80 6400 68 4624
61 3721 49 2401
72 5184 60 3600
60 3600 48 2304
61 3721 49 2401
50 2500 38 1444
63 3969 51 2601
71 5041 59 3481
70 4900 58 3364
52 2704 40 1600
70 4900 60 3600
63 3969 51 2601
54 2916 42 1764
71 5041 59 3481
73 5329 61 3721
73 5329 61 3721
73 5329 61 3721
63 3969 51 2601
64 4096 52 2704
64 4096 52 2704
60 3600 48 2304
2361 161139 1943 109751
67
Selanjutnya dianalisis dengan langkah sebagai berikut.
Mx = X/n1
Mx = 2361/35
= 67,46
My = Y/n1
My = 1943/35
= 57,45
SSx = x2 – (x2)/n1
SSx = 161139- 159266,3
= 1872,7
SSx = y2 – (y2)/n1
SSy = 109751-107864,3\
= 1886,74
Selanjutnya, dianalisis dengan menggunakan rumus uji
sebagaiberikut.
10,01
t = √ (3759,44) (2) 68 70
n2
1
n1
1
2 - n2) (n1
SSy SSx
Y
X t -
68
10,01 t = √ (55,29) (0,029)
10,01 t = √ 1,58
10,01 t = 1,26 t = 10,01/ 1,26
t = 7,94
Secara deskriptif teknik ini dapat dikemukakan bahwa data kedua
kelompok variabel diringkas sebagai berikut.
Hasil analisis data menunjukkan:
X : 67,46
Y : 57,45
SSx : 1872,7
SSy : 1886,74
ta : 7,94
tt :1,645
1. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan dan penyajian data, maka dapat
dipaparkan pengujian, hipotesis bahwa hasil analisis data diperoleh nilai
“t” empiris (hitung) sama dengan 7,94 sedangkan nilai teoretis pada taraf
signifikan 0,05 dengan drajat bebas (db) sama dengan 68, ditemukan nilai
69
tabel sebesar 1,645. Hal ini menunjukkan, bahwa nilai t empiris lebih besar
daripada nilai t teoretis (tabel) (7,94>1,645). Oleh karena itu, berdasarkan
kriteria pengujian hipotesis yang telah dirumuskan yaitu apabila nilai
empiris lebih besar daripada nilai teoretis, maka hipotesis alternatif
diterima, maka hipotesis alternatif berbunyi: Media kartu penuntun
deskripsi efektif dalam pembelajaran menulis deskripsi kelas X SMA
Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar diterima. Dengan demikian,
hipotesis nol yang berbunyi: Media kartu penuntun deskripsi tidak efektif
dalam pembelajaran menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Palewali Mandar ditolak. Oleh karen itu, dapat dikemukakan
bahwa media kartu penuntun deskripsi efektif dalam pembelajaran
menulis deskripsi kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali
Mandar pada taraf signifikansi 95%.
B. Pembahasan
Dari data penelitian dapat dijelaskan, bahwa tingkat kemampuan
menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali
Mandar menggunakan media penuntun deskripsi adalah 65,71 dalam
rentangan nilai 10-100. Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan minimal
(KKM) kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar aspek
menulis adalah 63,00 maka dapat dinyatakan, bahwa tingkat
kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo
Palewali Mandar menggunakan media penuntun tuntas atau
memadai. Selain itu data penelitian dapat dijelaskan, bahwa tingkat
kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo
Palewali Mandar menggunakan teknik konvensional adalah 57,45
dalam rentangan nilai 10-100. Jika dikaitkan dengan kriteria ketuntasan
70
minimal (KKM) kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar
aspek menulis adalah 63,00 maka dapat dinyatakan, bahwa tingkat
kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo
Palewali Mandar menggunakan teknik konvensional belum tuntas
atau belum memadai. Sementara itu, data pada hasil analisis
keefektifan dalam uji t, menunjukkan nilai empiris (tt):7,49 sedangkan
nilai teoretis (ta): 1,645 pada taraf sigrifikansi 95%, sehingga dinyatakan
bahwa nilai t empiris lebih besar daripada nilai t teoretis (tabel)
(7,94>1,645) yang berarti media penuntun deskripsi efektif dalam
meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri
1 Wonomulyo Palewali Mandar.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dipahami, bahwa salah satu
alternatif mengefektifkan pembelajaran menulis deskriptif di Sekolah
Menengah Atas adalah menggunakan media kartu penuntun deskripsi.
Hal ini telah dibuktikan dengan ujicoba pada siswa kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Palewali Mandar keefektifannya yang menunjukkan efektif.
Pembelajaran menulis yang selama ini dianggap sulit bagi siswa
dapat dilatihkan dengan menggunakan media penuntun deskripsi. Tentu
saja hal ini dilatihkan dengan secra kontinyu agar proses dapat berdampak
pada peningkatan keterampilan menulis deskripsi. Keterampilan menulis
termasuk menulis deskripsi tidak mungkin teruwujud tanpa latihan. Selain
hasil penelitian terdapat beberapa keunggulan antara lain dalam
pemanfaatan penuntun deskripsi adalah menarik minat siswa karena
dilakukan secara kontestual di lapangan dan dapat memupuk keberanian,
sikap ilmiah, pikiran kreatif siswa.
71
Hasil penelitian ini relevan dengan padangan berbagai ahli. Nafiag
(1981) mengemukakan, bahwa penulis tidak sekedar sesuatu yang akan
disampaikan, tetapi ide yang akan ditulis membutuhkan pencermatan yang
mendalam, dengan memanfaatkan media tertentu baik langsung maupun
tidak langsung. Penggunaan media penuntun deskripsi sesuai pernyataan
Nursito (2000), bahwa menulis deskripsi membutuhkan latihan intensif
dengan cara terstruktur. Intinya adalah mengemukakan sesuatu secara
detail dan hidup. Salah satu caranya adalah pengamatan objek secara
rinci.
Pandangan di atas relevan dengan fungsi penuntun deskripsi, yakni
membantu seorang penulis mendetailkan objek sehingga mudah diuraikan
secara jelas dan hidup sebagai mana yang dikemukakan oleh Tarigan
(2000), bahwa tujuan tulisan deskripsi adalah mengajak para pembaca
bersama-sama menikmati, merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya
beberapa objek (sasaran, maksud) adegan, kegiatan (aktivitas), orang
(pribadi, oknum) atau suasana hati (mood) yang telah di alami penulis
dengan tulisan tersebut, sang penulis terutama sekali bermaksud,
menjelaskan, menerangkan dan menarik minat serta perhatian pembaca.
Penuntun deskripsi adalah alat membantu menuangkan bahasa tulis
secara nyata dan detail. Sanusi (2010) menyatakan menulis deskripsi
tentu harus melalui latihan yang cukup. Selain itu membutuhkan
pencermatan objek secara mendalam. Oleh karena itu, dibutuhkan alat
bantu merekam objek atau mengamati objek untuk ditulis detailnya.
Pandangan ini juga sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Paelori
(2011), bahwa menulis deskripsi adalah memotret realitas ide dengan cara-
72
cara yang menuntun otak untuk memahaminya yang tentunya
membutuhkan sarana atau media yang memadai.
C. Rekomendasi
Selama penelitian berlangsung, Sejak awal memasuki lapangan
dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk
menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan ada
beberapa kendala yang dihadapi oleh penulis di antaranya adalah ketika
proses pengumpulan bahan, penulis menemukan kendala dalam
kelengkapan bahan karena kurangnya buku refrensi yang dimiliki oleh
penulis, selain itu juga keterbatasan yang dimiliki oleh penulis adalah
masalah kesempatan dan waktu karena penulis adalah Pegawai Negeri
sipil maka yang diutamakan adalah tugas dan tanggung jawab kepada
Negara sehingga kesempatan dan waktu penelitian diatur sebaik-baiknya
agar kedua-duanya dapat terlaksna dengan baik.
Ketika pengambilan data dari siswa, ada beberapa hal yang
menjadi keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga tidak diperhatikan oleh
peneliti. Keterbatasan tersebut meliputi hal-hal berikut.
1. Tingkat kehadiran dan kedisiplinan siswa ketika proses belajar-
mengajar berlangsung.
2. Masih ada siswa yang cerita ketika pelaksanaan pembelajaran
berlangsung
3. Masih ada siswa yang kurang mampu berkomentar ketika
mendiskusikan hasil tulisan mereka.
73
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik
simpulan yang terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:
Tingkat kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan media penuntun sudah
tuntas atau memadai. Pada pembahasan dijelaskan, bahwa rata-rata
nilai kemanpuan menulis dekripsi siswa kelas X SMA Negeri 1
Wonomulyo Polewali Mandar dengan menggunakan media kartu
penuntun deskripsi adalah 65,71 dalam rentang nilai 10–100.
Sedangkan tingkat kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar menggunakan metode
konvensional belum tuntas atau belum memadai. Dilihat dari data
penelitian, rata-rata nilai kemanpuan menulis karangan deskripsi,
siswa kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar adalah 60
dalam rentang nilai 10–100.
Dengan demikian berarti, media penuntun deskripsi efektif dalam
meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X SMA Negeri
1 Wonomulyo Palewali Mandar.
74
D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan penambah
khazanah keilmuan bagi siswa tentang keterampilan
menulis deskripsi dengan menggunakan media penuntun
deskripsi
2. Kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan teoretis
dalam pembelajaran menulis secara umum.
3. Kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada
rekan guru untuk diterapkan dalam pembelajaran sehingga
dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran menulis
siswa.
4. Kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
perbandingan bagi guru sehingga termotivasi untuk
mengembangkan strategi atau teknik yang menarik dan
inovatif lainnya.
75
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta:IKAPI.
Alwi, Hasan, dkk. (ed). 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.
Arsyad, A.1996.Media Pembelajaran, Grafindo : Jakarta Cleary, Linda Miller and Linn, Michael D. 1993. Linguistics for Teachers.
New York: McGraw-Hill, Inc.
Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Dian, R.2007. Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskripsi melalui Metode Sugesti-Imajinasi dengan Media Lagu Siswa Kelas X A SMA Negeri 2 Blora.
Dimiyati 2002. Keterampilan Berbahasa . Jakarta:Gema Media Enre, Fachruddin Ambo. 1994. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis.
Ujung Pandang: Badan Penerbit IKIP Ujung Pandang. Ellis, Arthur, et al. 1989. Elementary Language Arts Instruction. New
Jersey: Englewood Cliffs. Fatmawati. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis.Tesis.
Ujungpandang UNM. Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa
Non Jurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
file:///E:/.TEsis%20UMM/deskripsi/Belajar%20Menulis%20Deskripsi%20%20%20Asep%20Si%20Manusa%20Biasa%20Mengabarkan.htm. Diakses 21 November 2013.
Halim, Amran. 2004. Teknik Pengajaran Menulis. Jakarta: Djambatan.
Kadir, Abd. 2012. Strategi Tangkap Panorama dalam Menulis Deskripsi Siswa SMA PGRI Makassar. Makassar.” Makalah. Jakarta: LIPI
Layunrampan, Corry.1999. dalam Suara Karya Minggu, 14 November 1999,
Mulyati. 2002. Keterampilan Menulis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
76
Nafiag, Hadi. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang. Surabaya: Usaha Nasional Surabaya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nursito. 2000. Penuntun Mengarang. Yokyakarta : Adicita Karya Nusa.
Paelori, Arsyidin. 2011. “Keefektifan Media Alat Perangsang untuk
Meningkatakan Hasil Belajar Deskripsi Siswa SMK Tunas Bangsa Makassar.” Tesis. Makassar: UNM
Purwanto, M. Ngalim dan Alim, Djeniah. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Rosda Jayaputra Jakarta.
Rofiuddin, AkhmaD, dkk.2011.Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesis di Kelas Tinggi: Universitas Negeri Malang.
Rosdiana, Yusi, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Rosmawati . 1999. “Kemampuan Mengarang Deskripsi Siswa SMA Muhammadiyah Bulukumba”. Skripsi. UNM
Sahnan, 2003. Pembelajaran Menulis.Jakarta: Gramedia Sanaky, HA.2009. Media Pembelajaran.Yogyakarta: Safria Insania Press Semi, M. Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning; Teori, Riset, dan Praktik (Cet.III). Bandung ; Penerbit Nusa Media.
Sugono, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi keempat).
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas RI. Slamet. 2008. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesisa.
Surakarta: UNS Press.
Sumarmo .2000. Pembelajaran Menulis di SMA. Jakarta: Gramedia
Sampurno, Adi. 2004. Menulis: Modul Pelatihan Terintegrasi Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Direktorat SLTP.
Sunusi, Uci 2010. Penggunaan Kartu Lacak Efektif dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa SMA Negeri 2 Pinrang. Makalah. Jakarta: Depdiknas
77
Suparno & Yunus. 2003. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Kontekstual. Makalah Disajikan dalam Simposium Guru di Wisma Jaya Raya Bogor, 26 November 2001.
Sutari, Ice. (1977). Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa
Syafi’ie , Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Syafi’ie, Imam. 2001. Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Syamsuddin, dkk. 2007. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas X SMA Semester I. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Tarigan, Djago, dkk. 1994.a Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago. 1993. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis dalam Kehidupan. Bandung:Ankasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2000. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbagasa. Bandung:Ankasa.
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Tompkins.l,n 1990. Menulis di Sekolah (Terjemahan). Jakarta: Rosda Karya.
Waluyo, Herman J. 1992 Penelitian Pendidikan. Jakarta: Gema Media.
Zularsi. 2000. Ketramplan Menulis Siswa SMA di Makassar. Skripsi. Makassar: UNM
78
RIWAYAT HIDUP
HASNAH P. S.Pd., lahir di Pinrang pada tanggal 8
September 1967. Penulis adalah anak ketiga dari empat
bersudara dari pasangan Pae dan Hj. Sanati.
Ia tamat di Sekolah Dasar Negeri 38 Pinrang pada
tahun1980, Sekolah Menegah Pertama Negeri 1 Pinrang pada
tahun 1983, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pekkabata
Kabupaten Pinrang pada tahun 1986. Pada tahun 1986 ia melanjutkan pendidikan
di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujung Pandang di Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan wisuda pada tahun 1990. Selanjutnya
pada tanggal 1 Maret 1991 ia terangat menjadi PNS dan ditempatkan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Wonomulyo.
Ia menikah dengan Alwi Ahmad Andi Baso, S.Pd. pada tanggal 22 Januari
1995 dan dikaruniahi dua putra dan dua putri; anak pertama Ridha Amaliah Alwi,
anak kedua Ahmad Gazali Alwi, anak ketiga Citra Auliah Alwi, dan keempat
Ahmad Junaedi Alwi.
Selanjutnya di samping menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai
guru (guru Bahasa dan Sastra Indonesia) ia juga aktif di Sanggar Seni “Pujangga”
SMA Negeri 1 Wonomulyo mulai tahun 2006 sampai sekarang. Pada tanggal 6
Januari 2013 Ia bersma dengan suami, Alwi Ahamd Andi Baso, S.Pd. membentuk
satu organisasi di SMA Negeri 1 Wonomulyo dengan nama “Komunitas Sastra”,
sebagi pembina.
Kemudian pada tahun 2012 ia tercatat sebagai mahasiswa Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia. Ia menjalani perkuliahan selama dua tahun dan menyusun tesis
dengan judul “Keefektifan Media Kartu Penuntun Deskripsi dalam Pembelajaran
Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Polewali
Mandar”.
79
Lampiran 1
Tabel 6. Skor Mentah Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan Media Penuntun Deskripsi
No Kode sampel Skor
1 1 70
2 2 71
3 3 72;;
4 4 72
5 5 82
6 6 81
7 7 70
8 8 70
9 9 63
10 10 70
11 11 70
12 12 70
13 13 71
14 14 61
15 15 80
16 16 61
17 17 72
18 18 60
19 19 61
20 20 50
21 21 63
22 22 71
23 23 70
80
24 24 52
25 25 70
Lanjutan Tabel 6
26 26 63
27 27 54
28 28 71
29 29 73
30 30 73
31 31 73
32 32 63
33 33 64
34 34 64
35 35 60
81
Lampiran 2
Tabel 7. Tingkat Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo Palewali Mandar Menggunakan Metode
Konvensional
No Kode sampel Skor
1 1 58
2 2 59
3 3 60
4 4 60
5 5 70
6 6 69
7 7 58
8 8 58
9 9 51
10 10 58
11 11 58
12 12 58
13 13 59
14 14 49
15 15 68
16 16 49
17 17 60
18 18 48
19 19 49
20 20 38
21 21 51
22 22 59
23 23 58
82
24 24 40
25 25 58
Lanjutan Tabel 7
26 26 51
27 27 42
28 28 59
29 29 61
30 30 61
31 31 61
32 32 51
33 33 52
34 34 52
35 35 48
83
Lampiran 3
Tebel 8. Tabel Kerta Uji T
X X2 Y Y2
70 4900 58 3364
71 5041 59 3481
72 5184 60 3600
72 5184 60 3600
82 6724 70 4900
81 6561 69 4761
70 4900 58 3364
70 4900 58 3364
63 3969 51 2601
70 4900 58 3364
70 4900 58 3364
70 4900 58 3364
71 5041 59 3481
61 3721 49 2401
80 6400 68 4624
61 3721 49 2401
72 5184 60 3600
60 3600 48 2304
61 3721 49 2401
50 2500 38 1444
63 3969 51 2601
71 5041 59 3481
70 4900 58 3364
52 2704 40 1600
70 4900 60 3600
84
63 3969 51 2601
54 2916 42 1764
Lanjutan Tabel 8
71
5041
59
3481
73 5329 61 3721
73 5329 61 3721
73 5329 61 3721
63 3969 51 2601
64 4096 52 2704
64 4096 52 2704
60 3600 48 2304
2361 161139 1943 109751
85
Lampiran 9
PERTEMUAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
NAMA SEKOLAH : SMA NEG. I WONOMULYO
MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
KELAS / SEMESTER : X / GANJIL
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 MENIT
STANDAR KOMPETENSI : MENULIS
4. Mengungkapkan informasi dalam
berbagai bentuk paragrap (naratif,
deskriftif, ekspositif)
KOMPETENSI DASAR : 4.2 Menulis menulis paragrap atau
Wacana yan bercorak deskripsi.
INDIKATOR :
1. Menentukan topik yang akan ditulis
dalam wacana deskripsi
2. Mengembangkan topik yang telah
ditetapkan
3. Menulis wacana bercorak
deskripsi
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
86
Setelah membaca contoh wacana deskriftif diharapkan siswa dapat :
1. Menentukan topik yang akan ditulis dalam wacana deskripsi
2. Mengembangkan topik yang telah ditetapkan
3. Menulis wacana bercorak deskripsi
II. MATERI PEMBELAJARAN
Contoh wacana deskriptif
III. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah interaktif
2. Mengamati objeki
3. Diskusi
4. Penugasan
5. Latihan
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
NO KEGIATAN PEMBELAJARAN WAKTU/MENIT
1
Pendahuluan
a. Memberikan salam
b. Mengecek kehadiran siswa
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran
d. Memberikan pemjelasan tentang materi yang
dipelajari
e. Membagi kelompok, minimal 5 orang per
kelompok
15
87
2 Kegiatan Inti
a. Siswa membaca contoh paragrap deskriftif
b. Siswa mengamati objek
c. Siswa berdiskusi dengan anggota
kelompoknya masing-masing
d. Bersama dengan anggota kelompoknya
siswa menentukan topik yang akan ditulis
dalam wacana deskripsi
e. Bersma dengan anggota kelompoknya siswa
mengembangkan topik yang telah ditetapkan
f. Bersama dengan angota kelompoknya siswa
meulis wacana deskripsi berdasarkan objek
yang d amati.
g. Masing-masing wakil kelompok membacakan
karangannya
h. Kelompok yang lain memberikan tanggapan
65
3
Penutup :
a. Kesimpulan dan Tanya jawab
b. Guru memberikan komentar dan penghargaan
dari hasil tugas kelompok siswa
10
V. ALAT DAN SUMBER BELAJARAN
1. Alat : L K S
2. Sumber : Buku Bahasa dan Sastra Indonesia
88
KTSP SMA kelas X
Buku pelengkap
VI. PENILAIAN HASIL BELAJARAN
Kisi – kisi Penilaian
Jenis Sekolah : SMA Neg. 1 Wonomulyo
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastar Indonesia
Jumlah Soal : 1 butir
No KD & Indikator Kelas/Semester
Materi Indikator Soal Bentuk Tes
Ket.
4.2 Menulis
menulis paragrap
atau wacana
yang bercorak
deskripsi.
1. Menentukan
topik yang akan
ditulis dalam
wacana deskripsi
3.Mengembang
kan topik yang
telah ditetapkan
X / 1 Contoh
wacana
deskriptif
Menulis
karangan
deskripsi
berdasarkan
topik yang
telah
ditentukan
dari objek
yang diamati,
Essai
tes
89
Pedoman Penskoran
Jenis sekolah : SMA Neg. 1 Wonomulyo
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastar Indonesia
Bahan Kelas : X / 1
No Kriteria Skor
1
Tulislah wacana deskripsi berdasarkan topik yang
telah Anda tentukan!
a. Isi dan Kelengkapan data
b. Ketajaman Deskripsi
c. Penyajian
d. Sistematika
e. Bahasa
1) Pilihan kata
2) Kalimat efektif
3) Paragraf
4) Ejaan
5)
6) Ejaan dan tanda baca
25
25
15
10
25
Nilai = Jumlah skor : skor maksimal X 100 100
Wonomulyo, 23 Juni 2014 Mengetahui Guru Mata Pelajaran Kepala sekolah
Drs, Abdul Kadir Rauf, M.Si Hasnah P, S.Pd Nip.19650424 199103 1 014 Nip. 19670908 199103 2 013
90
PERTEMUAN II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
NAMA SEKOLAH : SMA NEG. I WONOMULYO
MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
KELAS / SEMESTER : X / GANJIL
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 MENIT
STANDAR KOMPETENSI : MENULIS
4. Mengungkapkan informasi dalam
berbagai bentuk paragrap (naratif,
deskriftif, ekspositif)
KOMPETENSI DASAR : 4.2 Menulis menulis paragrap atau
wacana yang bercorak deskripsi.
INDIKATOR :
1. Menentukan topik yang akan
ditulis dalam wacana deskripsi
2. Mengembangkan topik yang telah
ditetapkan
3. Menulis wacana bercorak
deskripsi
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca contoh wacana deskriftif diharapkan siswa dapat :
1. Menentukan topik yang akan ditulis dalam wacana deskripsi
2. Mengembangkan topik yang telah ditetapkan
91
3. Menulis wacana bercorak deskripsi
II. MATERI PEMBELAJARAN
Contoh wacana deskriptif
III. METODE PEMBELAJARAN
1. Ceramah interaktif
2. Mengamati objeki
3. Diskusi
4. Penugasan
5. Latihan
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
NO KEGIATAN PEMBELAJARAN WAKTU/
MENIT
1 Pendahuluan
a. Memberikan salam
b. Mengecek kehadiran siswa
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran
d. Memberikan pemjelasan tentang materi atau kartu
penuntun deskripsi.
15
2 Kegiatan Inti
a. siswa dibagi kan penuntun deskripsi secara
berpasangan
b. siswa mengamati objek yang diisyaratkan
dalam kartu penuntun deskripsi
c. siswa mengisi penuntun deskripsi berdasarkan
65
92
c. objek yang di amati
d. secara berpasangan siswa membuat karangan
deskripsi berdasarkan isian dalam kartu
penuntun deskripsi
e. Setelah selesai, kartu penuntun ditukar secara
bergiliran dan dibaca siswa lain. Dengan
demikian siswa akan membaca seluruh karya
temannya sebagai bentuk apresiasi dan
belajar dari karya temannya.
f. Siswa memberi komentar terhadap deskripsi
yang paling baik menurut mereka.
g. Melakukan revisi berdasarkan pengalaman
membaca karya temannya.
3
Penutup :
a. kesimpulan Tanya jawab
b. Guru memberikan komentar dan penghargaan dari
hasil tugas kelompok siswa
10
V. ALAT DAN SUMBER BELAJARAN
3. Alat : L K S
4. Sumber : Buku Bahasa dan Sastra Indonesia
KTSP SMA kelas X
Buku pelengkap
93
VI. PENILAIAN HASIL BELAJARAN
Kisi – Kisi Penilaian
Jenis Sekolah : SMA Neg. 1 Wonomulyo
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastar Indonesia
Jumlah Soal : 1 butir
No KD dan Indikator Kelas/
Semes
Ter
Materi Indikator Soal Bentuk
Tes Ket.
1
4,2 Menulis
menulis paragrap
atau wacana yang
bercorak deskripsi.
1.Menentukan
topik yang akan
ditulis dalam
wacana deskripsi
1.Mengembang
kan topik yang
telah ditetapkan
X / 1 Contoh
wacana
descrip
Tif
1.Menulis
karangan
deskripsi
berdasar
kan topik
yang telah
ditentukan
dari objek
yang diamati,
Essai
tes
94
Pedoman Penskoran
Jenis sekolah : SMA Neg. 1 Wonomulyo
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastar Indonesia
Bahan/ Kelas : X / 1
No Kriteria Skor
1
Tulislah wacana deskripsi berdasarkan topik yang telah
Anda tentukan!
a. Isi dan Kelengkapan data
b. Ketajaman Deskripsi
c. Penyajian
d. Sistematika
e. Bahasa
a) Pilihan kata
b) Kalimat efektif
c) Paragraf
d) Ejaan dan tanda baca
e)
f)
25
25
15
10
25
Nilai = Jumlah skor : skor maksimal X 100 100
Wonomulyo, 23 Juni 2014
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala sekolah
Drs, Abdul Kadir Rauf, M.Si Hasnah P, S.Pd
Nip.19650424 199103 1 014 Nip. 19670908 199103 2 013
95
PERTEMUAN III
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
NAMA SEKOLAH : SMA NEG. I WONOMULYO
MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
KELAS / SEMESTER : X / GANJIL
ALOKASI WAKTU : 2 X 45 MENIT
STANDAR KOMPETENSI : MENULIS
4. Mengungkapkan informasi dalam
berbagai bentuk paragrap (naratif,
deskriftif, ekspositif)
KOMPETENSI DASAR : 4.2 Menulis menulis paragrap atau
wacana yang bercorak deskripsi.
INDIKATOR :
1. Menentukan topik yang akan ditulis
dalam wacana deskripsi
2. Mengembangkan topik yang telah
ditetapkan
3. Menulis wacana bercorak
deskripsi
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca contoh wacana deskriftif diharapkan siswa dapat:
1. Menentukan topik yang akan ditulis dalam wacana deskripsi
2. Mengembangkan topik yang telah ditetapkan
96
3. Menulis wacana bercorak deskripsi
II. MATERI PEMBELAJARAN
Contoh wacana deskriptif
III. METODE PEMBELAJARAN
1. Mengamati objeki
2. Penugasan
3. Latihan
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
NO KEGIATAN PEMBELAJARAN
WAKTU/
MENIT
1
Pendahuluan
a. Memberikan salam
b. Mengecek kehadiran siswa
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran
d. Memberikan pemjelasan tentang materi yang
akan dipelajari
15
97
2
Kegiatan Inti
a. Secara individu siswa mengamati suatu objek
sebagai bahan dalam menulis karangan
deskripsi
b. Secara individu siswa menentukan topik
karangan deskripsi
c. Secara individu siswa menulis karangan
deskripsi berdasrkan objek yang diamati
d. Secara individu siswa bergiliran membacakan
hasil tulisan deskripsinya dan siswa lain memberi
apresiasi setiap selesai secara bergiliran
sehingga siswa berperan aktif dalam sesi
tersebut sebagai pengamat.
e. Melakukan revisi tulisan berdasakan komentar
teman
f. Melakukan refleksi terhadap proses kegiatan
pembelajaran.
65
3
Penutup :
a. kesimpulan dan Tanya jawab
b. Guru memberikan komentar dan penghargaan
dari hasil tugas kelompok siswa
10
98
V. ALAT DAN SUMBER BELAJARAN
1. Alat : L K S
2. Sumber : Buku Bahasa dan Sastra Indonesia
KTSP SMA kelas X
Buku pelengkap
VI. PENILAIAN HASIL BELAJARAN
Kisi – Kisi Penilaian
Jenis Sekolah : SMA Neg. 1 Wonomulyo
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastar Indonesia
Jumlah Soal : 1 butir
No KD dan Indikator Kelas/
Semes
ter
Materi Indikator Soal Bentuk
Tes Ket.
1 4.2 Menulis
menulis
paragrap atau
wacana yang
bercorak
deskripsi.
1. Menentukan
topik yang
akan ditulis
dalam
wacana
X / 1 Contoh
wacana
deskrip
tif
Menulis
karangan
deskripsi
berdasarkan
topik yang
telah
ditentukan
dari objek
yang diamati,
Essai
tes
99
deskripsi
2. Mengemban
gkan topik
yang telah
ditetapkan
100
Pedoman Penskoran
Jenis sekolah : SMA Neg. 1 Wonomulyo
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastar Indonesia
Bahan Kelas : X / 1
No Kriteria Skor
1
Tulislah wacana deskripsi berdasarkan topik yang telah
Anda tentukan!
a. Isi dan Kelengkapan data
b. Ketajaman Deskripsi
c. Penyajian
d. Sistematika
e. Bahasa
a) Pilihan kata
b) Kalimat efektif
c) Paragraf
d) Ejaan dan tanda baca
25
25
15
10
25
Nilai = Jumlah skor : skor maksimal X 100 100
Wonomulyo, 23 Juni 2014
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala sekolah
Drs, Abdul Kadir Rauf, M.Si Hasnah P, S.Pd
Nip.19650424 199103 1 014 Nip 19670908 199103 2 013
101
Lampiran 10. Foto-foto pembelajaran
Kegiatan siswa pada pertemuan pertama
Siswa diskusi kelompok
Presentase wakil dari salah satu anggota kelompok
102
Kigiatan siswa pada pertemuan kedua
Siswa diskusi ketika mengisi kartu penuntun deskripsi
Siswa berdiskusi ketika mengisi kartu penuntun ekripsi
103
Secara bergantian siswa membacakan karangannya
Siswa memberikan tanggapan tulisan temannya yang
di kartu penuntun deskripsi
104
Siswa menulis karangan deskripsi secara individu
siswa memberikan tanggapan karangan deskripsi
yang dibuat temannya