ostracoda sebagai indikator perubahan lingkungan perairan …

12
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 1, Juni 2016 1 OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN SEKITAR PLTU TARAHAN, TELUK LAMPUNG, SUMATERA OSTRACODA AS AN INDICATOR OF MARINE ENVIRONMENTAL CHANGES OFF TARAHAN POWER PLANT, LAMPUNG BAY, SUMATERA Kresna Tri Dewi, Indra Adhirana, Yusuf Adam Priohandono, Luli Gustiantini dan Franto Novico Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Junjunan 236, Bandung-40174, Indonesia. Email: [email protected] Diterima : 14-12-2015, Disetujui : 12-04-2016 ABSTRACT Lampung Bay is located in the southern part of Sumatera island that facing to the Sunda Strait. This bay is gradually degradation environment as a result of growing various human activities in the coastal area. The purpose of this study is to understand the community structure of ostracoda as component of marine sediments related to environmental changes of this area. This study used 22 sediment sub-samples from four sites in the offshore area of Tarahan power plant and several surface sediment samples represented the present environmental condition. These samples were then washed through 0.063 mm sieve, dried and used for ostracod study under a binocular microscope. The result shows that, the ostracoda assemblages, vertically, are decrease or disappear at certain layers below seafloor. It may related to the eruption of Krakatau Volcano in 1883 that was supported by finding of pumice materials in these layers. Horizontally, ostracod from surface sediments is quite diverse and abundant but we also found abnormal specimens such as abraded and filled or covered by Al 2 O 3 (17,54%) and SiO 2 (37,52%). It may related to decline environment in the study area that likely affect the habitat of ostracoda. Keywords: ostracoda, abnormal specimens, Tarahan power plant. ABSTRAK Teluk Lampung terletak di bagian selatan Pulau Sumatera yang berhadapan dengan Selat Sunda. Kualitas ingkungan perairan ini secara perlahan menurun sebagai akibat pertumbuhan berbagai aktifitas manusia di kawasan pesisir. Tujuan dari studi ini adalah untuk memahami struktur komunitas ostracoda sebagai komponen sedimen laut terkait dengan perubahan lingkungan perairan ini. Studi ini menggunakan 22 sub-sampel sedimen dari 4 titik lokasi di lepas pantai sekitar PLTU Tarahan dan beberapa sampel sedimen permukaan yang mewakili kondisi lingkungan saat ini. Kemudian sampel sedimen ini dicuci dalam ayakan berbukaan 0.063 mm, dikeringkan dan digunakan untuk studi ostracoda dengan bantuan mikroskop binokuler. Hasilnya menunjukkan bahwa secara vertikal kelimpahan ostracoda menurun atau tidak hadir di beberapa lapisan bawah dasar laut. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau tahun 1883 yang ditunjang oleh keterdapatan material batu apung di lapisan-lapisan sedimen ini. Secara horizontal, ostracoda dari sampel permukaan atau dasar laut cukup bervariasi dan melimpah namun juga menemukan spesimen abnormal seperti rusak dan terisi atau tertutup oleh material berwarna gelap yang mengandung Al2O3 (17,54%) and SiO2 (37,52%). Hal ini kemungkinan berkaitan dengan menurunnya kondisi lingkungan daerah penelitian yang berpengaruh pada habitat ostracoda. Katakunci: ostracoda, spesimen abnormal, perubahan lingkungan, Teluk Lampung

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 1, Juni 2016

1

OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN SEKITAR PLTU TARAHAN, TELUK LAMPUNG, SUMATERA

OSTRACODA AS AN INDICATOR OF MARINE ENVIRONMENTAL CHANGES OFF TARAHAN POWER PLANT, LAMPUNG BAY, SUMATERA

Kresna Tri Dewi, Indra Adhirana, Yusuf Adam Priohandono, Luli Gustiantini dan Franto Novico

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Junjunan 236, Bandung-40174, Indonesia. Email: [email protected]

Diterima : 14-12-2015, Disetujui : 12-04-2016

ABSTRACT

Lampung Bay is located in the southern part of Sumatera island that facing to the Sunda Strait. This bay isgradually degradation environment as a result of growing various human activities in the coastal area. The purpose ofthis study is to understand the community structure of ostracoda as component of marine sediments related toenvironmental changes of this area. This study used 22 sediment sub-samples from four sites in the offshore area ofTarahan power plant and several surface sediment samples represented the present environmental condition. Thesesamples were then washed through 0.063 mm sieve, dried and used for ostracod study under a binocular microscope.The result shows that, the ostracoda assemblages, vertically, are decrease or disappear at certain layers belowseafloor. It may related to the eruption of Krakatau Volcano in 1883 that was supported by finding of pumice materialsin these layers. Horizontally, ostracod from surface sediments is quite diverse and abundant but we also foundabnormal specimens such as abraded and filled or covered by Al2O3 (17,54%) and SiO2 (37,52%). It may related todecline environment in the study area that likely affect the habitat of ostracoda.

Keywords: ostracoda, abnormal specimens, Tarahan power plant.

ABSTRAK

Teluk Lampung terletak di bagian selatan Pulau Sumatera yang berhadapan dengan Selat Sunda. Kualitasingkungan perairan ini secara perlahan menurun sebagai akibat pertumbuhan berbagai aktifitas manusia di kawasanpesisir. Tujuan dari studi ini adalah untuk memahami struktur komunitas ostracoda sebagai komponen sedimen lautterkait dengan perubahan lingkungan perairan ini. Studi ini menggunakan 22 sub-sampel sedimen dari 4 titik lokasi dilepas pantai sekitar PLTU Tarahan dan beberapa sampel sedimen permukaan yang mewakili kondisi lingkungan saatini. Kemudian sampel sedimen ini dicuci dalam ayakan berbukaan 0.063 mm, dikeringkan dan digunakan untuk studiostracoda dengan bantuan mikroskop binokuler. Hasilnya menunjukkan bahwa secara vertikal kelimpahan ostracodamenurun atau tidak hadir di beberapa lapisan bawah dasar laut. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan erupsiGunung Krakatau tahun 1883 yang ditunjang oleh keterdapatan material batu apung di lapisan-lapisan sedimen ini.Secara horizontal, ostracoda dari sampel permukaan atau dasar laut cukup bervariasi dan melimpah namun jugamenemukan spesimen abnormal seperti rusak dan terisi atau tertutup oleh material berwarna gelap yang mengandungAl2O3 (17,54%) and SiO2 (37,52%). Hal ini kemungkinan berkaitan dengan menurunnya kondisi lingkungan daerahpenelitian yang berpengaruh pada habitat ostracoda.

Katakunci: ostracoda, spesimen abnormal, perubahan lingkungan, Teluk Lampung

Page 2: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 1, Juni 2016

2

PENDAHULUAN

Teluk Lampung adalah suatu wilayah perairandangkal di Provinsi Lampung yang mempunyaikedalaman kurang dari 30 meter. Teluk iniberhadapan langsung dengan Selat Sunda dan tidakjauh dari kompleks Gunung Krakatau. Ada sekitar150 pulau-pulau kecil yang menghiasi teluk ini danbeberapa diantaranya sebagai pulau tujuan wisatabahari, Pulau Pasaran, Pulau Sebesi, PulauSebuku, Pulau Legundi, Pulau Kelagian, PulauCondong Laut, Pulau Tangkil, Pulau Tegal danbeberapa pulau kecil lainnya. Kawasan pesisirteluk ini juga disibukkan dengan kegiatan manusiabaik dalam sekala rumah tangga maupun sekalanasional berupa tumbuhnya berbagai industri yangberkaitan dengan transportasi laut, pertambangan,kimia, sampah dan lain-lain. Kegiatan antropogeniktersebut secara tidak langsung berdampak bagikehidupan biota di kawasan pesisir dan akhirnyaberujung di perairan Teluk Lampung.

Oleh karena itu, pencemaran perairan diwilayah pesisir telah menjadi masalah yang perludiperhatikan oleh pemerintah daerah danmasyarakat. Sumber pencemaran utama berasaldari limbah industri dan domestik yang terbawaoleh aliran sungai-sungai menuju laut di sepanjangpantai Kota Bandar Lampung. Sampah domestikdiperkirakan juga berasal dari wilayah lain yangterbawa arus laut dan terdampar di sepanjangpantai.

Jauh sebelum itu, Ongkosongo (2000) telahmelaporkan adanya berbagai masalah di kawasanpesisir Teluk Lampung, diantaranya masalah erosidan sedimentasi dalam bentuk beting pasut.Selain itu terjadi proses pengurugan danpenambangan batu di kawasan pesisir sebagaikonsekuensi logis adanya pembangunan,pengembangan dan pengelolaan wilayah pesisir.Hasil penelitiannya menunjukkan 8 golonganwilayah pemanfaatan lahan pesisir: pemukimankumuh (20%); pemukiman teratur (10%); tanahkosong dan tanah reklamasi (30%); pelabuhanpanjang (10%), industri (20%); pelabuhan rakyatdan pendaratan ikan (3%); tempat rekreasi danhotel (3%); muara sungai dan lain-lain penggunaan(4%). Beberapa industri yang cukup besar dikawasan ini adalah Industri galangan kapal diKawasan Industri Maritim di KabupatenTanggamus, industri wisata dengan pembangunanhotel dan PLTU Tarahan di kawasan pesisir TelukLampung.Data dan informasi tersebut mewakilisuatu lingkungan masa kini yang teramati dandialami langsung oleh manusia. Belum ada datadan informasi tentang kondisi lingkungan masa

lalu sebagai data rona lingkungan jauh sebelumada kegiatan antropogenik.

Kondisi lingkungan suatu perairan dapatdideteksi dari berbagai parameter, terutama yangsesuai dengan standar dari KementerianLingkungan Hidup, yaitu parameter fisika, kimia,biologi, ekonomi, sosial budaya dan lain-lain,sedangkan di mancanegara, pemantauanlingkungan suatu ekosistem laut dilakukan dariberbagai pendekatan, baik dari organisme yangmasih hidup maupun yang telah mati, sepertiostracoda.

Ostracoda merupakan salah satu kelompokmikrofauna dari udang-udangan yang dapatterawetkan dalam sedimen laut dan telah banyakdigunakan sebagai indikator perubahan lingkunganperairan berdasarkan struktur komunitasnya.Sebagai contoh, Triantaphyllou, dkk. (2005)menggunakan foraminifera dan ostracoda untukmemantau perairan di kawasan pembangkit tenagalistrik di Teluk Korthi and Kastro, Yunani.Kemudian Irizuki dkk. (2010 dan 2011)mengggunakan ostracoda sebagai indikatorperubahan lingkungan di Teluk Kasado, Jepangdalam kurun waktu 70 tahun yang lalu. Hasilnyamenunjukkan bahwa aktifitas antropogenikberpengaruh terhadap kelimpahan ostracoda danditemukannya cangkang abnormal di kawasantersebut. Fauzielly dkk., (2012) juga menyatakanbahwa berdasarkan analisis kelimpahan ostracodamenunjukkan bahwa perairan Teluk Jakarta mulaiterkontaminasi sejak tahun 1950an. Penggunaanostracoda sebagai bioindikator perubahanlingkungan perairan karena berukuranmikroskopis, sangat sensitif terhadap perubahanlingkungan, mempunyai rentang hidup yangpendek, berjumlah banyak dan perolehansampelnya cukup mudah serta tidak memerlukanbiaya tinggi. Beberapa peneliti terdahulu tidakhanya menguji ostracoda sebagai indikatorlingkungan namun juga secara bersamaanmenggunakan foraminifera bentik. Yasuhara danYamazaki (2005) mencatat adanya penurunanpopulasi foraminifera dan ostracoda hingga 90%karena aktifitas industri di kawasan perairansekitar Osaka antara tahun 1960 dan1970.

Sehubungan dengan kegunaan ostracodatersebut, maka tujuan dari tulisan ini adalah untukmengetahui perubahan lingkungan perairan disekitar PLTU Tarahan berdasarkan strukturkomunitas ostracoda dalam sedimen laut yangditunjang oleh data hasil analisis sedimentologidan geokimia.

Page 3: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 1, Juni 2016

3

METODE

Analisis ostracoda ini dilakukan terhadapempat sampel sedimen hasil pengambilanpemercontoh jatuh bebas atau gravity corer(K2015-1,-2, -3, 4) dari penelitian kebencanaanoleh Novico dkk. (2011). Secara vertikal yangmewakili lingkungan masa lalu, dari setiap sampelsedimen diambil beberapa subsampel sedimendengan interval kedalaman 10 cm mulai dari bagianatas (top) hingga bagian bawah (bottom). Secaraspasial (horizontal) yang mewakili kondisi saat ini,digunakan lima titik sampel sedimen hasilpemercontoh comot (K2015-6, -8, -9, -10, dan -11)ditambah empat subsampel sedimen dari bagianatas (0-2 cm bdl) dari titik lokasi K2015-1, -2, -3,dan -4) di perairan sekitar PLTU Tarahan (Gambar1). Posisi geografis dan kedalaman setiap titiklokasi sampel sedimen disajikan pada Tabel 1.

Setiap subsampel sedimen dicucimenggunakan ayakan (0.063 mm) dan dikeringkandalam oven. Kemudian sampel sedimen hasilcucian (washed residu) digunakan untuk analisisostracoda dengan bantuan mikroskop binokulerdan kuas halus yang telah dicelupkan dalam air.Analisis ostracoda meliputi penjentikan spesimenostracoda, identifikasi hingga tingkat spesies/genus, penghitungan spesimen/individu dari setiapgenus/spesies. Perlakuan ini diulang terhadapsemua subsampel sedimen hasil cucian.Kemudian dilakukan identifikasi hingga tingkatgenus/spesies, pengolahan data dan dokumentasispesimen ostracoda menggunakan mikroskopNikon SMZ 1500 yang telah dilengkapi denganperanti lunak NIST Element. Terakhir, spesimenostracoda abnormal (rusak, tertutupi atau terisipartikel sedimen berwarna kehitaman/coklat) diuji

menggunakan SEM-EDX untuk mengetahuisenyawa kimia yang mempengaruhi kerusakancangkangnya.

Struktur komunitas ostracoda diperoleh darihasil pengolahan data mentah ostracodamenggunakan program PAST (PAleontologicalSTatistic) dari Hammer dkk., (2009) untukmendapatkan nilai-nilai indeks keanekaragaman,indeks keragaman dan indeks dominansi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum, hasil analisis ostracodaterhadap 22 subsampel bawah dasar laut dan limasampel sedimen permukaan teridentikasi 27genera ostracoda yang didominasi oleh Keijella,Hemicytheridea, dan Cytherella (Tabel 2). Ostracodadalam semua sampel sedimen hasil cucian dalamjumlah dan komposisi yang cukup bervariasi.Keijella merupakan genus yang ditemukan sangatmelimpah (>25 spesimen) dari setiap subsampeldan terdiri dari beberapa spesies, yaitu

K. apta, K. reticulata,K. multisulcus danKeijella sp. Spesies ini dijumpai cukup merata disemua subsampel namun tidak dijumpai di titiklokasi K2015-3 pada lapisan 29-31 cm dan 38-40cm bawah dasar laut. Pada kedua lapisan iniostracoda ditemukan dalam jumlah sangat sedikitbahkan tidak muncul di lapisan 38-40 cm. Titiklokasi ini mempunyai kandungan dan kelimpahanostracoda lebih rendah dibandingkan titik lokasilain (K-2015-1, -2, dan -4). Secara umum ostracodayang ditemukan terdiri dari spesies penciri lautdangkal yang banyak ditemukan di Selat Malaka(Whatley dan Zhao, 1987 dan 1988) dan di LautJawa (Dewi, 1997). Hal yang menarik adalah

No. No. Sampel Lintang Selatan Bujur Timur Kedalaman Alat sampling1 K2015-1 05° 31' 39" 105° 19' 01" 27 m2 K2015-2 05° 32' 25" 105° 21' 01" 23 m3 K2015-3 05° 24' 52" 105° 21' 04" 20 m4 K2015-4 05° 30' 23" 105° 19' 28" 20 m5 K2015-5 05° 31' 06" 105° 20' 30" 20 m6 K2015-6 05° 31' 15" 105° 20' 43" 7 m7 K2015-8 05° 31' 13" 105° 20' 36" 20 m8 K2015-9 05° 31' 03" 105° 20' 29" 20 m9 K2015-10 05° 31' 17" 105° 20' 28" 23 m

10 K2015-11 05° 31' 27" 105° 20' 41" 22 m

Pemercontoh jatuh bebas

Pemercontoh comot

Tabel 1. Posisi geografis dan kedalaman setiap titik lokasi sampel sedimen

Page 4: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 1, Juni 2016

4

Gam

bar 1. Peta pengam

bilan sampel sedim

en di perairan sekitar PL

TU

Tarahan, L

ampung

Page 5: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 1, Juni 2016

5

munculnya spesies penciri perairan payau, yaituMyocyprideis di beberapa lapisan bawah dasar laut.

Data hasil identifikasi dan penghitunganjumlah spesimen dari setiap genus mikrofaunadalam setiap subsampel dikelompokkan

berdasarkan jumlah spesimen menjadi: R= rare/jarang (1 spesimen); F=few/sedikit (2-5spesimen); C = common/umum (6-10 spesimen);A = abundant/melimpah (11-25 spesimen), VA=very abundant /sangat melimpah (> 25 spesimen).Berikut ini disajikan uraian kehadiran dan strukturkomunitas ostracoda baik secara vertikal maupunsecara horizontal.

A. SEBARAN VERTIKAL OSTRACODA DALAM SEDIMEN

Lingkungan yang dimaksud adalahlingkungan pra kegiatan operasional PLTUTarahan yang diinterpretasi dari data hasilanalisis secara vertikal, yaitu dari permukaan

dasar laut (0 cm) hingga beberapa cm di bawahdasar laut (bdl). Berikut diuraikan sebaranostracoda secara vertikal dari setiap titiklokasi pengambilan sampel sedimen dan tersajipada Tabel 2.

• Titik lokasi K2015-1 (Barat PLTUTarahan, panjang bor 43 cm)

Dari 5 subsampel sedimen yang diperiksa dititik lokasi ini, ditemukan 18 genera ostracodayang tersebar cukup bervariasi dan didominasioleh Keijella dan Hemicytheridea yang muncul dariatas hingga bagian bawah bor. Pada lapisan 10-13cm kandungan ostracoda menurun dibandingkandengan lapisan di atas dan di bawahnyaNeomonoceratina dan Xestleberis walaupun dalamjumlah jarang (1 spesimen) namun hanya munculdi lapisan paling atas.

Nilai indeks diversitas antara 0,87 dan 1,78(rendah - sedang); indeks keseragaman (0,34 -0,57) yang menunjukkan keseragaman populasikecil hingga sedang; indeks dominasi (0,23 -

NoGenus ostracoda

0 - 3

cm

10 -1

3 cm

20 -2

3 cm

30 -3

3 cm

40 -4

3 cm

5 - 8

cm

9 -1

2 cm

20 -2

3 cm

30 -3

3 cm

40 -4

3 cm

0 - 3

cm

9 -1

1 cm

18 -2

1 cm

29 -3

1 cm

38 -4

0 cm

50-5

2 cm

0 - 3

cm

10 -1

3 cm

20 -2

3 cm

30 -3

3 cm

40 -4

3 cm

56 -

59 c

m

1 Keijella VA VA A VA VA A A A C VA VA C F VA VA C VA VA A2 Hemicytheridea VA C A V C R C C F A F C R A A A A A VA3 Cytherella F F F F F F C R F R F C C F C4 Lanckacythere F C F F R A C A F A5 Atjehella F R R R R F A F R R R R6 Cytherelloidea R VA R C C R A C R F C7 Actinocythereis F C R R8 Mutilus R C A R F F C F R9 Bairdopillata C VA VA F C C C

10 Pistocythereis R F C F R F C F F11 Psammocythere R F F F F C12 Stigmatocythere F F A R F F C F C R R F13 Tanella F C R R F R F C14 Phlyctenophora F C C R A R R A C F F15 Paracytheridea C R R16 Neocytheretta A C C R R R C17 Neomonceratina R C R R18 Pontocypris F F19 Triebelina F F F F20 Myocyprideis R R F F21 Xestoleberis R R R F F22 Loxoconcha C F R R A F A A F R23 Loxoconchella R R24 Keijia R25 Macrocypris R R26 Alocopocythere R F R27 Caudites F

1,31 1,4 2,03 1,60 1,89 1,46 1,66 2,17 2,03 1,66 1,59 1,44 1,55 0,56 0,69 2,22 1,83 2,22 1,93 1,83 2,01

Indeks keseragaman 0,40 0,30 0,16 0,25 0,19 0,33 0,27 0,15 0,14 0,28 0,29 0,30 0,30 0.63 0,50 0,14 0,22 0,13 0,20 0,25 0,18

0.34 0,68 0.76 0,62 0,66 0,61 0,52 0,63 0,85 0,53 0,45 0,70 0.47 0.88 1,00 0.61 0,57 0,71 0,62 0,48 0,68Indeks dominansi

Sampel K2015-1 Sampel K2015-2 Sampel K2015-3 Sampel K2015-4

Indeks diversitas

Tabel 2 Sebaran vertikal ostracoda dalam sedimen dari empat titik lokasi

Page 6: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 1, Juni 2016

6

0,57) yang menunjukkan tidak ada spesiesatau genus dominan.

• Titik lokasi K2015-2 (Selatan dari PLTUTarahan, panjang bor 43 cm)

Dari lima subsampel yang diperiksa di titiklokasi ini diperoleh 23 genera ostracoda yangtersebar bervariasi dari top (0 cm ) hingga bagianbawah 100 cm bawah dasar laut (bdl). Ada duagenera yang ditemukan sangat melimpah (>25spesimen) di lapisan sedimen tertentu, yaituBairdopillata di lapisan 20-23cm bdl dan Keijella(40-43 cm bdl). Cytherella hadir dari bagian atashingga bawah bor (40-43 cm bdl). Keijella (Foto 1)merupakan genus yang ditemukan sangatmelimpah (>25 spesimen) dari setiap subsampeldan terdiri dari beberapa spesies, yaitu K.apta, K.reticulata, K.multisulcus dan Keijella sp. Spesies inidijumpai cukup merata di semua subsampel namuntidak dijumpai di titik lokasi K2015-3 pada lapisan29-31 cm dan 38-40 cm bawah dasar laut. Padakedua lapisan ini ostracoda ditemukan dalamjumlah sangat sedikit bahkan tidak muncul dilapisan 38-40 cm. Titik lokasi ini mempunyaikandungan dan kelimpahan ostracoda lebih rendahdibandingkan titik lokasi lain (K-2015-1, -2, dan -4).

Nilai indeks diversitas antara 1.04 dan 2,00(sedang); indeks keseragaman (0,57-0,78) yangmenunjukkan keseragaman populasi sedanghingga tinggi; indeks dominasi (0,18 - 0, 66) yangmenunjukkan tidak ada spesies atau genusdominan.

• Titik lokasi K2015-3 (Tenggara dariPLTU Tarahan, panjang bor 53 cm)

Dari titik lokasi ini, ostracoda yang ditemukansangat melimpah dan beragam di bagian atas (0cm) hingga lapisan 18-21 cm bdl. Kehadiranostracoda mulai menurun dari lapisan 29 cm dantidak hadir pada lapisan (38-40 cm) dan sedikitditemukan di lapisan bagian bawah (50-52 cm bdl).Dua genera ditemukan sangat melimpah di lapisantertentu, yaitu Keijella (0-3 cm bdl) danBairdopillata (18-21 cm bdl). Actinocythereissebagai indikator lingkungan berenergi tinggihanya ditemukan di lapisan 18-21 cm bdl.Ostracoda tidak hadir pada lapisan 38-40 cm bdl,namun foraminifera cukup melimpah di lapisan iniyang didominasi oleh Ammonia beccarii yangsangat toleran terhadap perubahan lingkunganyang ekstrem. Kondisi ini juga terjadi pada hasilpenelitian Ruiz dkk. (2012) di dua laguna di Afrika.

Mereka menyimpulkan bahwa pada lingkungantercemar berat oleh logam berat maka spesiesforaminifera tertentu akan berkembang sangatpesat dan tidak dijumpai ostracoda.

Nilai indeks diversitas antara 0,71 dan 1,92(sedang); indeks keseragaman 0,34 - 0,82 yangmenunjukkan keseragaman populasi kecil hinggatinggi; indeks dominasi 0,18-0,66 yangmenunjukkan tidak ada spesies atau genusdominan.

• Titik lokasi K2015-4 (Barat laut dariPLTU Tarahan, panjang bor 59 cm)

Ostracoda yang ditemukan sangat melimpahdan mempunyai 23 genera yang tersebar cukupmerata dari bagian atas (0 cm) hingga bagianbawah (56-59 cm bdl). Keijella merupakan genusyang sangat dominan dan muncul di semuasubsampel sedimen, diikuti oleh Hemicytheridea,sedangkan genera Loxoconcha, Phlyctenophora,Baridopillata ditemukan bervariasi di beberapalapisan tertentu.

Nilai indeks diversitas antara 1.49 dan 1.95(sedang); indeks keseragaman 0,40 - 0,50 yangmenunjukkan keseragaman populasi kecil hinggasedang; nilai indeks dominasi 0,19 - 0, 29 yangmenunjukkan tidak ada spesies atau genusdominan.

Secara umum, struktur komunitas ostracodamenunjukkan bahwa nilai indeks diversitasbervariasi antara 0,56 dan 2,22; nilai indekskeseragaman antara 0,34 dan 0,82; dan nilai indeksdominasi antara 0,34 dan 1,00• Nilai indeks diversitas ostracoda rendah

(H’<1 hanya ditemukan pada dua subsampeldan sisanya mempunyai nilai indeks diversitassedang (1 < H` < 3). Nilai indeks inimenunjukkan bahwa ostracoda yang yangditemukan di bawah dasar laut cukup beragamwalaupun tidak seperti di Laut Jawa yangumumnya mempunyai nilai diversitas lebihdari 3 (Dewi, 1997).

• Nilai indeks keseragaman ostracoda di daerahpenelitian kurang dari 0,4 (E < 0,4) hanyaditemukan pada satu lapisan di K2015-1lapisan 0 cm yang menunjukkan keseragamanpopulasi kecil. Nilai keseragaman sedang (0,4< E < 0,6) dijumpai di 6 lapisan sebagaikeseragaman populasi sedang. Nilaikeseragaman populasi tinggi (E > 0,6)ditemukan pada 16 lapisan terutama tersebardi empat titik lokasi sebagai kondisilingkungan saat ini yang normal.

Page 7: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 1, Juni 2016

7

• Nilai indeks dominansi (D) ostracoda hampirsemuanya mempunyai nilai kurang dari 0,5atau indeks dominansi mendekati nol (0)menunjukkan tidak ada spesies atau genusdominan. Indeks dominansi lebih dari 0,5 ataumendekati nilai 1 (satu) menunjukkankomunitas didominasi oleh jenis atau spesiestertentu. Pada lapisan K2015-3 pada lapisan29 dan 50 cm bdl), nilai indeks dominansimendekati 1 (satu) namun dalam jumlahsangat jarang dan hanya terdiri dari duaspesies saja. Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa

nilai-nilai indeks diversitas, keseragaman dandominansi tidak jauh berbeda di empat titik lokasidari bagian atas hingga bagian bawah kecuali dititik lokasi K2015-3. Titik lokasi ini terletak diantara Pasir Putih dan Pulau Sulah dan diperolehdua zona ostracoda, yaitu lapisan bagian atas (0-21cm) yang banyak mengandung ostracoda dan zonaostracoda bagian bawah (29-52 cm) yang miskinostracoda dalam sedimen lanau. Jika dilihat darijenis sedimennya, maka lapisan 18-21 cm bdldidominasi oleh partikel pumis berukuran pasirsebagai hasil letusan gunungapi Krakatau padatahun 1883. Namun pada lapisan ini masih dijumpaicangkang ostracoda dan foraminifera denganjumlah dan jenis yang cukup bervariasi. Kondisi iniberbeda dengan lapisan di bawahnya yaitu antara29 dan 52 cm bdl yang mempunyai jenis sedimenlanau atau berenergi rendah. Ketidakhadiran ataurendahnya ostracoda pada lapisan ini kemungkinanberkaitan dengan perubahan muka laut atau saatmuka laut surut dan lokasi tersebut sangatberdekatan dengan daratan. Posisi sampel yangberdekatan dengan daratan ini juga diperlihatkandari hasil analisis polen di titik lokasi K2015-4. Dilapisan bagian bawah (40-50 cm bdl) didominasioleh polen dari tanaman bakau jenis Rhizophoradan Avicennia, dibandingkan dengan polen asaltanaman daratan. Hal ini menunjukkan bahwajarak dari tanaman tersebut tidak jauh denganlingkungan tempat diendapkannya (Sukapti, 2015dalam Dewi dkk., 2015). Kemungkinan lain adalahtitik lokasi K2015-3 in berdekatan dengan pulau-pulau kecil yang menyebabkan adanya perbedaanproses pengendapan sedimen di sekitarnya. Hal initerlihat di subsampel sedimen dari titik lokasi lain(K2015-1, -2, dan -4) yang terletak menghadap lautlepas yang tidak terhalang oleh pulau. Kehadiranostracoda cukup melimpah dan bervariasi di bagianbawah, maka rendahnya kehadiran ostracoda diK2015-3 di bagian bawah (29 - 52 cm)kemungkinan dapat juga dikaitkan dengan pola

arus saat itu. Hasil studi foraminifera olehRositasari (2001) juga meyakini bahwa pengaruharus dari dalam dan luar Teluk Lampungmenyebabkan ketidakjelasan distribusi spasial/horizontal foraminifera bentik saat itu.

Jika semua subsampel dari empat titik lokasidikorelasikan dengan asumsi bahwa kedalamandasar laut hampir sama atau sesuai kondisi saat ini,maka diperoleh 12 lapisan kedalaman yangberbeda (Tabel 3). Dari komposisipengelompokkan genera ostracoda akan diperolehtiga lingkungan perairan yang berbeda, yaituperairan dangkal, perairan sekitar terumbu karangdan perairan payau atau dekat pantai. Masing-masing lingkungan dicirikan oleh genera ostracodayang berbeda dan kelimpahan yang bervariasi darisangat jarang hingga sangat melimpah.

Perairan laut dangkal ditunjukkan oleh 20genera ostracoda dalam jumlah dari sangat jaranghingga melimpah. Keijella dan Hemicytherideamerupakan dua genera yang hampir ditemukan disemua subsampel sedimen dalam jumlahmelimpah hingga sangat melimpah. Kedua generaini tidak muncul atau sangat jarang di tiga lapisan(29-31 cm, 38-40 cm dan 50-52 cm bawah dasarlaut/bdl) di titik lokasi K2013-3 yang terletak diantara PLTU Tarahan dan Pulau Condong.

Perairan sekitar terumbu karang dicirikanoleh kehadiran 3 genera yang khas, yaituBairdopillata, Loxochonchella dan Triebelina. Halyang menarik adalah kehadirannya cukup tinggipada lapisan tertentu, yaitu pada kedalaman 18-23cm bdl dan tidak dijumpai di lapisan di atasnya ataukondisi saat ini. Kondisi ini kemungkinan terkaitdengan perubahan muka laut saat itu atau prosespengerukan sedimen termasuk koral di beberapawilayah perairan untuk memperdalam alurpelayaran kapal besar. Pengerukan iniberpengaruh pada profil dan kandungan sedimendasar laut, termasuk mikrofauna dan partikelbiogenik lainnya. Hasil pentarikhan umur darisebuah partikel biogenik (koral) di sekitar inimenunjukkan umur 1120+110 BP (1950). Umurini memberi indikasi bahwa partikel tersebutkemungkinan sebelumnya berasal dari lapisansekitar 20-25 cm bdl dan terserak di dasar lautsetelah terjadi pengerukan lapisan sedimen diatasnya.

Perairan payau dicirikan oleh kehadiranMyocyprideis, Paracypris Macrocypris, danXestoleberis dalam jumlah sangat jarang hinggasedikit. Walaupun jumlahnya tidak signifikannamun dapat digunakan sebagai indikasi adanyapengaruh aliran air tawar di daerah penelitian.

Page 8: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 1, Juni 2016

8

B. SEBARAN HORIZONTAL OSTRACODA DALAM SEDIMEN

Sedimen permukaan dasar laut mewakilikondisi lingkungan perairan dasar laut saat inisebagai akhir dari hasil kegiatan manusia dikawasan pesisir Teluk Lampung, seperti industrikimia, pertambangan seperti kegiatan opersionalPLTU Tarahan, domestik yang menghasilkanlimbah cair, wisata bahari, dan lain-lain. Perubahanlingkungan perairan secara tidak langsung akanberakibat pada kehidupan biota atau organisme didasar laut seperti ostracoda sebagai bagian darikelompok bentos.

Ostracoda dalam sedimen permukaanmenunjukkan jumlah cukup melimpah dan terdiridari 30 genera penciri perairan laut dangkal saatini. Ostracoda yang dijumpai di titik lokasi K2015-6, K2015-9 dan K2015-11 cukup bervariasi (Tabel4). Keijella merupakan genus yang cukup meratadan dalam jumlah cukup melimpah dan diwakilioleh Keijella apta. Sampel sedimen permukaandasar yang diambil umumnya pada kedalamansekitar 20-17 m kecuali K2015-6 dengankedalaman 7 m dan terletak sangat dekat dengan

outflow PLTU Tarahan. Di titik lokasi ini dijumpaiostracoda cukup bervariasi baik dalam jumlahspesimen maupun jumlah spesies/genusnya.Namun pada umumnya dicirikan oleh ostracodayang hidup di perairan dengan salinitas lebihrendah dari normal seperti Leptocythere,Myocyprideis, dan Paracypris. Beberapa spesiesyang hadir di dasar perairan ini disajikan padaGambar 2. Hemicytheridea merupakan genusdominan setelah Keijella dengan sebaran cukupmerata dan dalam jumlah sangat melimpah dibeberapa titik lokasi, salah satunya K2015-1 dilepas pantai. Titik lokasi ini terletak berdekatandengan daratan yang kemungkinan pola arus lokalmempengaruhi kehadiran dan ketidakhadiranmikrofauna tertentu. Pola arus jugamempengaruhi sebaran pumis atau batu apunghasil letusan gunungapi berukuran butir halus disedimen permukaan dasar laut di Teluk Lampunghingga saat ini (Witasari dan Wenno, 2000).

Diantara spesimen mikrofauna dijumpaibeberapa spesimen ostracoda dalam keadaan tidaknormal/abnormal atau tertutup senyawa bukansebagai penyusun cangkang mikrofauna. Hasil uji

Tabel 3. Sebaran vertikal ostracoda berkaitan dengan lingkungan pengendapan

Page 9: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 1, Juni 2016

9

Tabel 4. Sebaran ostracoda dari sedimen permukaan dasar laut

Gambar 2. Beberapa spesies ostracoda yang mewakili daerahpenelitian. Sekala garis menunjukkan ukuran 100um. (1.Cytherella semitalis; 2. Myocyprideis spinulosa; 3.Neocytherettavandijki; 4. Triebelina sertata; 5. Triebelinapustulata; 6. Mutilus pumila; 7. Paracytheridealongitucaudata; 8. Keijella apta; dan 9. Loxoconchella sp.

Page 10: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 1, Juni 2016

10

laboratorium menggunakan SEM-EDXmenunjukkan bahwa spesimen Bairdopillatamengandung (Gambar 3). Al2O3 (aluminiumoksida) terdeteksi sekitar 17,54% yangkemungkinan berasal dari mineral di sekitarnya.SiO2 muncul dengan kandungan 37,52% yangterkait dengan sedimen sedimen berupa pasirkuarsa. Kandungan MgO sebesar 9,13% dan CaOsebesar 35,80% berkaitan dengan unsurpembentuk cangkang ostracoda. Kandungan CuO,ZnO dan lain-lain terdeteksi pada cangkangostracoda, namun muncul pada cangkangforaminifera bentik dan moluska. Kandungankimiawi utama cangkang ostracoda telah ditelitioleh Baskar dkk. (2014) terhadap beberapa spesiesdari famili Loxoconchidae. Hasilnya menunjukkanbahwa setiap spesimen mengandung elemen O>C > Ca > Mg > Si > Al > K > Cl yang cukupbervariasi antar spesies. Variasi tersebut terkait

dengan kondisi air dan sedimen di lingkungansetempat.

Kehadiran spesimen abnormal di daerahpenyelidikan masih dalam batas rendah (< 1%)dibandingkan dengan spesimen abnormal lebihdari 50% di perairan sekitar P. Bangka (Dewi dkk.,(2015). Namun demikian kehadirannya dapatdigunakan sebagai penunjuk awal adanyaperubahan lingkungan di daerah penelitian.Perubahan lingkungan perairan ini bukan berasaldari air buangan dari kegiatan operasional PLTUTarahan karena telah mengalami pendinginan dantidak berpengaruh pada perairan di sekitarnya(Novico dkk., 2011). Namun di sekitar pintupembuangan (outflow), profil dasar laut telahmengalami perubahan sangat signifikan denganadanya kegiatan pengerukan sedimen untukmenambah kedalaman laut sesuai dengankebutuhan tempat bersandarnya kapal-kapal besar.

Gambar 3.Kandungan kimiawi cangkang ostracoda abnormal

Page 11: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 14, No. 1, Juni 2016

11

KESIMPULAN

Ostracoda sebagai mikroorganisme dapatmemberi informasi tentang perubahan lingkungandi perairan sekitar PLTU Tarahan. Perubahantersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu baiksecara alamiah maupun sebagai hasil kegiatanmanusia. Perubahan struktur komunitas ostracodasecara vertikal menunjukkan adanya dua zonakelimpahan yang dibedakan oleh faktor pembatasberupa keterdapatan partikel pumis sebagai hasilletusan Gunung Krakatau tahun 1883.

Perubahan lingkungan secara spasial yangmewakili perairan saat ini ditunjukkan olehkemunculan spesimen abnormal dari mikrofaunayang ditutupi atau terisi oleh pertikel yangmengandung senyawa kimia seperti Al2O3, SiO2,CuO, dan ZnO, yang berkaitan dengan aktivitasindustri di kawasan pesisir dan sampah plastikyang masuk ke dalam perairan Teluk Lampung.MgO dan CaO merupakan unsur utamapembentuk cangkang ostracoda.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepadasemua pihak hingga kegiatan ini diselesaikandengan baik dan lancar. Kepada tenaga Ahli Dr.Endang L. Widiastuti dari FMIPA UniversitasLampung diucapkan terima kasih atas masukandan diskusi yang sangat berharga.

DAFTAR ACUAN

Baskar, K., Sridhar, S.G.D., Maniyarasan, S.,Hussain, S.M. dan Balakumar, S., 2014. Shellchemistry of Loxoconchidae family, Recentbenthic Ostracoda, off Rameswaram, TamilNadu, Palk Bay, Southeast coast of India.International Journal of Innovative Researchin Science and Engineering, 7, h. 35-42.

Dewi, K.T., Nurdin, N., Priohandono, Y.A, danSinaga, A. C., 2015. Benthic foraminifera inmarine sediment related to environmentalchanges off Bangka Island, Indonesia. BeritaSedimentologi 33, h.46- 57

Dewi, KT., Gustiantini, L., Adhirana, I., Novico, F.,Priohandono, Y.A. 2015. Kajian PerubahanLingkungan Pra-Pasca Kegiatan OperasionalPLTU Tarahan berdasarkan komponensedimen (foraminifera dan ostracoda).Laporan Pusat Penelitian danPengembangan Geologi Kelautan. (tidakdipublikasikan).

Hammer, Ø., Harper, D. A. T., and Ryan, P. D, 2001.PAST: Paleontological Statistics SoftwarePackage for Education and Data Analysis:Palaeontologia Electronica. http:// palaeo-electronica.org/2001-1/past/issue1-01.htm.

Irizuki T., Takimoto A., Sako M., Nomura R.,Kakuno K., Wanishi A., Kawano S., 2011.The influences of various anthropogenicsources of deterioration on meiobenthos(Ostracoda) over the last 100 years in Suo-Nada in the Seto Inland Sea, southwestJapan. Marine Pollution Bulletin 62 (10), h.2030-41.

Irizuki T., Ito, H., Sako, M., Yoshioka, K., KawanoS., Nomura, R., Tanaka, Y., 2015.Anthropogenic impacts on meiobenthicOstracoda (Crustacea) in the moderatelypolluted Kasado Bay, Seto Inland Sea, Japan,over the past 70 years. Marine PollutionBulletin 91 (1), h.149-59.

Novico, F., Priohandono, Y.A., Rahardjo, P., Dewi,K.T., Zuraida, R., Sahudin, Santosa,Adhirana, I., Wijaya, P., Abiyoso, G., 2011.Penelitian aspek kebencanaan geologikelautan di sekitar PLTU Tarahan. PusatPenelitian dan Pengembangan GeologiKelautan. Laporan Pusat Penelitian danPengembangan Geologi Kelautan (tidakdipublikasikan)

Ongkosongo, O.S.R. 2000. Kondisi lingkungan fisikpesisir Panjang-Lempasing, KotamadyaBandar Lampung. Dalam Ruyitno, Atmadja,W.S., Supangat. I., `dan Sudibto, B.S., (eds).Aspek Oseanografi Bagi Peruntukan Lahandi Wilayah Pantai Teluk Lampung. PusatPenelitian dan Pengembangan Oseanologi,LIPI, h. 39 - 53.

Rositasari, R., 2000. Karakteristik dan sebaranforaminifera sebagai refleksi dari kondisioseanografi di Teluk Lampung. DalamRuyitno, Atmadja, W.S., Supangat. I., `danSudibto, B.S., (eds). Aspek Oseanografi BagiPeruntukan Lahan di Wilayah Pantai TelukLampung. Pusat Penelitian danPengembangan Oseanologi, LIPI, h. 21-26.

Ruiz, F., Regalado, M.L.G., Galán, E., González,M.I., Prudencio, M.I., Dias, M.I., Abad, M.,Toscano, A., Prenda, J., dan García, E.X.M.,2012. Benthic foraminifera as bioindicatorsof anthropogenic impacts in two northAfrican lagoons: a comparison with ostracod

Page 12: OSTRACODA SEBAGAI INDIKATOR PERUBAHAN LINGKUNGAN PERAIRAN …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 14, No. 1, Juni 2016

12

assemblages. Revista Mexicana de CienciasGeologicas 29 (3), h. 527-537.

Tanaka, G., Matsushima, Y., Maeda, H., 2012.Holocene Ostracods from the Borehole Coreat Oppama Park, Yokosuka City, KanagawaPrefecture, Central Japan: Paleoenvironmental Analysis and the Discoveryof a Fossil Ostracod with Three-Dimensionally Preserved Soft PartsPaleontological Research 16 (1), h. 1-18.

Triantaphyllou, M.V., Tsourou, T., Koukousioura,O., dan Dermitzakis, M.D., 2005. `Foraminiferal and ostracod ecologicalpatterns in coastal environmentsof SE

Andros Island (Middle Aegean Sea, Greece).Revue de micropaléontologie 48, h. 279–302.

Witasari, Y., dan Wenno, L.F., 2000. Pola sebaranpumis di sedimen dasar Teluk Lampung.Dalam Ruyitno, Atmadja, W.S., Supangat. I.,`dan Sudibto, B.S., (eds). Aspek OseanografiBagi Peruntukan Lahan di Wilayah PantaiTeluk Lampung. Pusat Penelitian danPengembangan Oseanologi, LIPI, h. 65-76.

Yasuhara, M., and Yamazaki, H., 2005. The impactof 150 years of anthropogenic pollution onthe shallow marine ostracode fauna, OsakaBay, Japan. Journal of MarineMicropaleontology (55), h. 63-74.