laporan project based learning - gbs
DESCRIPTION
Laporan Project Based Learning - GbsTRANSCRIPT
LAPORAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL)
GUILLAIN-BARE SYNDROME
Dibuat untuk memenuhi tugas Blok Neurology
Oleh :
Puput Lifvaria Panta A
135070201111004
Kelompok 2 - Reguler 2
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2014
TRIGGER
Tanggal Pengkajian : 20 November 2014, jam 07.00
Ruang : High Care Unit IPD RS Welas Asih Malang
No. Rekam Medis : 2014//11/00010
Tuan Sujarwo Tejo, seorang supir truk berusia 38 tahun datang jam 06.00 pagi ke IGD RS Welas Asih
dengan berjalan dipapah istrinya karena merasa kaki dan tangannya super lemas dan jatuh dari
tempat tidur saat ingin bangun. Klien langsung dipindahkan ke ruang HCU. Klien dan istrinya tinggal
di Blimbing Malang, no HP 0341 55667788. Istri klien, ibu rumah tangga bernama Marsha Bear
menuturkan ± 2 hari yang lalu kedua ujung ibu jari kaki klien terasa kesemutan menjalar ke telapak
kakinya sampai ke paha. Begitu pula dengan tangannya, klien sulit mengancingkan baju atau bahkan
memegang sendok. Keesokan harinya bertambah parah dengan terasa lemas pada kedua tungkai
atas bawah dan tidak hilang meskipun istirahat. Klien juga merasa kepala dan punggungnya sakit,
mual dan muntah 2x, dada terasa agak sesak. klien mengalami demam, batuk berdahak dan pilek
sekitar 2 minggu yang lalu saat mengantar barang ke lampung. Klien terlihat lemas dan hanya
menganggukan kepala saat perawat berkomunikasi dengan klien menggunakan pertanyaan tertutup,
sesekali menjawab pendek dibantu istrinya. Klien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya, tidak
mempunyai penyakit kronis sebelumnya seperti darah tinggi, tidak ada anggota keluarga mengalami
penyakit ini sebelumnya, klien jarang sakit. Klien merokok 1 bungkus sehari, kopi 3 gelas sehari,
minum air putih 2-3 botol air mineral paling besar, klien pekerja keras, hanya tidur 2 jam sehari saat
bekerja. Klien tidak mempunyai pantangan makan, makan teratur 3x sehari dan selalu habis tapi
dalam 2 hari ini nafsu makan terus berkurang dan memburuk makan 3-4 sendok kecil karena lidah
lemas sejak kemarin pagi. Klien BAK menggunakan pispot selama di rumah dan belum BAB sudah 2
hari ini.
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD 120/80 mmHg; N 95x/mnt regular; T: 37 C; P: 28x/mnt
Keadaan umum tampak sakit berat. TB 160cm. BB 50kg
Kepala: bulat, mesosefalus, rambut tidak mudah rontok. Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik.
Leher: trakea di tengah, tidak ada retraksi; tidak ada pembesaran KBG leher; tidak teraba massa.
Dada: simetris. Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, ukuran tidak
membesar, iktus kordis tidak tampak. Bunyi pernafasan vesikular, ronkhi dan wheezing tidak ada,
tidak ada otot bantu napas.
Perut: datar, bising usus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tidak terdapat pekak
berpindah atau fenomena papan catur.
Daerah akral ekstremitas hangat, tidak ada edema, sirkulasi perifer cukup, CRT 2 dtk.
Pulsasi a.radialis, a. femoralis, a. poplitea, dan a. dorsalis pedis kiri dan kanan simetris.
Pemeriksaan lainnya penampilan sesuai usia, terbaring di tempat tidur. Ekspresi wajah wajar,
perhatian baik. Bicara sepatah kata, lemah, jelas. Proses pikir lancar.
Pemeriksaan neurologi:
GCS 456, kaku kuduk tidak. Pemeriksaan sistem saraf cranial: saraf cranial I-IV, VI, VIII-XII normal,
saraf V penurunan sensasi ki/ka, saraf VII daya perasa menurun. Pemeriksaan system motorik:
kekuatan otot atas ki-ka 2-2 dan bawah ki-ka 1-1. Pemeriksaan system sensoris: ka-ki hiperestesi
pada raba, suhu, dan nyeri. Pemeriksaan reflex: fisiologis bisep trisep hiporefleks, patologis babinski,
chaddok, Hoffman, laseque, kernig tidak ditemukan.
Pemeriksaan diagnostic:
Hasil laboratorium (20-11-2014)
GDS : 81 g/dl; Natrium : 138 mEq/l; Kalium : 4,1 mEq/l;Chlorida : 97 mEq/l
Hb 15,3 g/dl ; RBC 5,41 juta/mm3; WBC 6400/mm3; Plt 142000/mm3; ureum 33 mg/dl; creatinin
0,5 mg/dl; asam urat 5,1 mg/dl; GDP 128 mg/dl; kolesterol total 155 mg/dl; HDL 38 mg/dl; LDL
106 mg/dl; trigliserida 55 mg/dl; SGOT 20 mg/dl; SGPT 22 mg/dl.
Hasil Brain CT-Scan kesan tidak ada kelainan
Hasil X-foto tulang kesan tidak ada kelainan
Diagnosa Medis: Tetraparesis ec. GBS
Terapi:
IVFD RL 14 tts/mnt
O2 3-4 L/mnt
Methylprednisolon 3x500 mg iv
Ranitidin 2x1amp iv
Vitamin B12 2x1amp iv
IVIG 0,4gr/kgbb
Rencana lumbal pungsi
Pukul 12.00
Klien dan istri sudah diberitahukan penyakit yang diderita adalah penyakit pada kekebalan tubuh
bernama GBS oleh dokter. Istri klien saat ini bingung dan resah karena biaya yang diperlukan akan
sangat mahal karena harus menebus obat khusus yang sangat mahal.
SLO:
1. Jelaskan definisi penyakit GBS
2. Jelaskan epidemiologi dan etiologi/factor risiko penyakit GBS
3. Dengan menggunakan bagan, jelaskan perjalanan penyakit GBS
4. Jelaskan manifestasi klinis GBS
5. Jelaskan pemeriksaan diagnostic GBS
6. Jelaskan penatalaksanaan GBS
7. Jelaskan Komplikasi GBS
ASKEP KLIEN
1. Dengan menggunakan format pengkajian, isilah data yang ada di atas!
2. Dengan menggunakan pendekatan biopsikososial, buatlah analisa data untuk merumuskan
masalah keperawatan pada klien di atas!
3. Buatlah daftar prioritas diagnosa keperawatan sesuai analisa data yang telah dibuat!
4. Buatlah rencana keperawatan untuk 3 diagnosa keperawatan utama! (minimal 1 NOC dengan 2
indikator dan 1 NIC dengan 3 intervensi)!
1. DEFINISI PENYAKIT GBS
a. Merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset (awitan) akut dari gejala-gejala
yang mengenai safar tepi kranial. Proses penyakit mencangkup demielinisasi dan
degenerasi selaput mielin dari saraf tepi kranial (Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson,
1995).
b. Adalah ganguan kelemahan neuro-muskular akut yang memburuk secara progresif yang
dapat mengarah pada kelumpuhan total, tatapi biasanya paralisis sementara. ( Doenges:
369).
c. Merupakan inflamasi demielinisasi polineuropati akut yang ditandai oleh kelemahan
motorik, paralisis, dan hiporefleksia simetris, asendens dan progresif dengan atau tanpa
disertai gejala sensorik atau otonom.
d. Adalah gangguan kelemahan neuromuskular akut yang memburuk secara progresif yang
dapat mengarah pada kelumpuhan total, tetapi biasanya paralisis sementara. Fase awal
mulai dengan munculnya tanda tanda-tanda kelemahan dan biasanya tampak secara
lengkap dalam 2-3 minggu. Ketika tidak terlihat penurunan lanjut, kondisi ini tenang.
Fase kedua berakhir beberapa hari sampai 2 minggu. Fase penyembuhan mungkin
berakhir 4-6 bulan dan mungkin bisa sampai 2 tahun. Penyembuhan adalah spontan dan
komplet pada kebanyakan pasien, meskipun ada beberapa gejala neurologis sisa dapat
menetap.
e. Adalah penyakit poliradikuloneuropati inflamatoris, yaitu suatu keradangan pada serabut
saraf yang diakibatkan autoimunitas pada saraf tepi yang mempersarafi keempat
ekstremitas. Akibat autoimunitas ini, sel-sel imun menyerang selubung myelin sehingga
konduksi impuls terganggu. Akibatnya terjadilah kelemahan pada tungkai yang terkena.
Kelemahan ini muncul tiba-tiba, biasanya dari bawah ke atas (kaki-lengan) walaupun ada
beberapa kasus jarang yang terjadi kelemahan dari atas ke bawah (lengan-kaki).
f. Suatu polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1-3
minggu setelah infeksi akut (Parry).
g. Suatu sindroma klinis yang ditandai dengan proses autoimun dimana targetnya adalah
saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis (Bosch).
2. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT GBS
Menurut WHO, GBS memiliki angka kejadian yang cukup rendah, yaitu 1 diantara
100.000 penduduk. Namun, sejak eradikasi polio besar-besaran pada 1990an, GBS telah
menggeser posisi polio sebagai penyebab tetraparesis akut. Pasien GBS kebanyakan berusia
muda dan jarang pada usia tua. Angka kematian sangat tinggi, yaitu sekitar 30% dari seluruh
kejadian GBS. Apabila tidak terlambat ditangani, GBS memiliki angka harapan sembuh
mencapai 97,5%. Walaupun jarang terjadi, sebagai penyakit akut GBS bisa terjadi berulang
pada 5% kasus. Dalam kondisi ini, GBS menghasilkan suatu diagnosa baru yaitu CIDP (Chronic
Inflamatory Demyelinating Polyneuropathy).
Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, kejadiannya pada semua musim. Dowling dkk
mendapatkan frekuensi tersering pada akhir musism panas dan musim gugur dimana terjadi
peningkatan kasus influenza. Pada penelitian Zhao Baoxun didapatkan bahwa penyakit ini
hampir terjadi pada setiap saat dari setiap bulan dalam setahun, sekalipun demikian tampak
bahwa 60% kasus terjadi antara bulan Juli s/d Oktober yaitu pada akhir musim panas dan
musim gugur. Insidensi sindroma Guillain-Barre bervariasi antara 0.6-1.9 kasus per 100.000
orang pertahun. Selama periode 42 tahun Central Medical Mayo Clinic melakukan penelitian
mendapatkan insidensi rate 1.7 per 100.000 orang. Terjadi puncak insidensi antara usia 15-
35 tahun dan antara 50-74 tahun. Jarang mengenai usia di bawah 2 tahun. Usia termuda
yang pernah dilaporkan adalah 3 bulan dan paling tua usia 95 tahun. Laki-laki dan wanita
sama jumlahnya. Dari pengelompokan ras didapatkan bahwa 83% penderita adalah kulit
putih, 7% kulit hitam, 5% Hispanic, 1% Asia dan 4% pada kelompok ras yang tidak spesifik.
Data di Indonesia mengenai gambaran epidemiologi belum banyak. Penelitian
Chandra menyebutkan bahwa insidensi terbanyak di Indonesia adalah dekade I, II, III
(dibawah usia 35 tahun) dengan jumlah penderita laki-laki dan wanita hampir sama.
Sedangkan, penelitian di Bandung menyebutkan bahwa perbandingan laki-laki dan wanita
3:1 dengan usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada bulan April s/d Mei dimana
terjadi pergantian musim hujan dan kemarau.
3. ETIOLOGI PENYAKIT GBS
Etiologinya tidak diketahui, tetapi respon alergi atau respon autoimun sangat
mungkin sekali. Beberapa peneliti berkeyakinan bahwa sindrom tersebut berasal dari virus.
Tetapi tidak ada virus yang dapat diisolasi sejauh ini. GBS paling banyak ditimbulkan oleh
adanya infeksi (pernapasan atau gastrointestinal) 1-4 minggu sebelum terjadi serangan
penurunan neurologis. Pada beberapa keadaan, dapat terjadi setelah vaksinasi atau
pembedahan. Ini juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus primer, reaksi imun dan beberapa
proses lain, atau sebuah kombinasi proses. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa infeksi
virus menyebabkan reaksi autoimun yang menyerang saraf tepi.
Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya
dengan terjadinya GBS, antara lain:
a. Infeksi
Infeksi: misalnya, radang tenggorokan atau radang lainnya
Infeksi virus: measles, mumps, rubela, influenza A dan B, varicella zoster, infections
mono nucleosis (vaccinia, variola, hepatitis inf, coxakie)
Vaksin: rabies, swine flu
Infeksi yang lain: mycoplasma pneumonia, salmonella thyposa, brucellosis,
campylobacter jejuni
b. Vaksinasi
c. Pembedahan
d. Penyakit sistematik (keganasan, Hodgkin’s disease, carcinoma, lymphonma, SLE,
tiroiditis, penyakit Addison)
e. Kehamilan atau dalam masa nifas
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus GBS
yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56%-80%, yaitu 1-4 minggu sebelum gejala
neurologi timbul seperti ISPA atau infeksi gastrointestinal.
4. FAKTOR RESIKO PENYAKIT GBSa. Terjadi dengan frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin dan pada semua ras
b. Puncak yang agak tinggi terjadi pada kelompok usia 16-25 tahun, tetapi mungkin juga
berkembang pada setiap golongan usia
c. Sekitar setengah dari korban mempunyai penyakit febris ringan 2-3 minggu sebelum
awitan. Infeksi febris biasanya berasal dari pernapasan atau gastrointestinal
d. GBS mungkin dipicu oleh: penyakit Hodgkin, HIV-AIDS, Mononucleosis, virus Epstein-
Barr, infeksi dengan campylobacter (jenis bakteri yang sering ditemukan dalam makanan
matang), operasi
5. PATOFISIOLOGI PENYAKIT GBS
(terlampir)
6. MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT GBS
Beberapa tanda dan gejala yang membantu menegakkan diagnosis GBS diantaranya:
a. Gangguan muncul pada kedua sisi tubuh
b. Kelemahan otot terjadi dalam beberapa hari atau minggu, bahkan berbulan-bulan
c. Kelemahan pada awalnya muncul di tungkai yang kemudian menjalar ke atas hingga
dapat mengenai otot pernafasan dan otot-otot lengan
d. Ditemukan riwayat infeksi saluran nafas atau pencernaan sebelum awitan
e. Adanya faktor pencetus seperti riwayat vaksinasi, kehamilan, operasi sebelumnya, dll
f. Refleks tendon menghilang akibat terlambatnya penyampaian impuls saraf karena
kerusakan mielin
g. Gejala awal: rasa seperti ditusuk-tusuk jarum di ujung jari kaki atau tangan atau mati rasa
di bagian tubuh tersebut. Kaki terasa berat dan kaku atau mengeras, lengan terasa lemah
dan telapak tangan tidak bisa menggenggam erat atau memutar sesuatu dengan baik.
Gejala awal ini bisa hilang dalam waktu beberapa minggu, penderita biasanya tidak
merasa perlu perawatan atau susah menjelaskan pada tim dokter untuk meminta
perawatan lebih lanjut.
h. Gejala tahap berikutnya disaat mulai muncul kesulitan berarti: kaki susah melangkah
(terjadi pada beberapa pasien), lengan menjadi sakit lemah, dan kemudian dokter
menemukan saraf refleks lengan telah hilang fungsi.
Diagnosa GBS terutama ditegakkan secara klinis. GBS ditandai dengan timbulnya
suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului parestesi
2-3 minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi sitoalbumin pada likuor dan
gangguan sensorik dan motorik perifer. Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah kriteria
dari National Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS),
yaitu:
i. Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:
a. Terjadinya kelemahan yang progresif
b. Hiporefleksi
ii. Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis GBS:
a. Ciri-ciri klinis:
Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4
minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90%
dalam 4 minggu
Relatif simetris
Gejala gangguan sensibilitas ringan
Gejala saraf kranial ±50% terjadi parese Nerve VII dan sering bilateral. Saraf
otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot
menelan, kadang <5% kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf
otak lain
Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat
memanjang sampai beberapa bulan
Disfungsi otonom: takikardia dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dan
gejala vasomotor
Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
b. Ciri-ciri kelainan CSS yang kuat menyokong diagnosa:
Protein CSS: meningkat setelah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan pada
LP serial
Jumlah sel CSS <10 MN/mm3
Varian:
Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala
Jumlah sel CSS 11-50 MN/mm3
c. Gambaran elektrodiagnostik yang mendukung diagnosa:
Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80% kasus. Biasanya kecepatan
hantar <60% dari normal.
Kriteria diagnostik GBS menurut The National Institute of Neurological and
Communicative Disorders and Stroke ( NINCDS):
a. Gejala utama:
Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan atau
tanpa disertai ataxia
Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general
b. Gejala tambahan:
Progresivitas dalam waktu sekitar 4 minggu
Biasanya simetris
Adanya gejala sensoris yang ringan
Terkenanya SSP, biasanya berupa kelemahan saraf facialis bilateral
Disfungsi saraf otonom
Tidak disertai demam
Penyembuhan dimulai antara minggu ke 2 sampai ke 4
c. Pemeriksaan LCS
Peningkatan protein
Sel MN < 10 /ul
d. Pemeriksaan elektrodiagnostik
Terlihat adanya perlambatan atau blok pada konduksi impuls saraf
e. Gejala yang menyingkirkan diagnosis
Kelemahan yang sifatnya asimetri
Disfungsi vesica urinaria yang sifatnya persisten
Sel PMN atau MN di dalam LCS > 50/ul
Gejala sensoris yang nyata
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENYAKIT GBS
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap (terlihat adanya
leukositosis pada fase awal), glukosa darah, dan elektrolit untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain
b. Pada pemeriksaan CSS ditemukan peningkatan konsentrasi protein pada beberapa
pasien setelah 2-3 minggu. Fraksi γ -globulin biasanya meningkat. Sel-sel, terutama
monosit, ditemukan pada 20% kasus, tetapi yang khas adalah peningkatan salah satu
fraksi protein tanpa peningkatan jumlah sel (disosiasi sitoalbuminik). Pungsi lumbal
berurutan memperlihatkan fenomena klasik dari tekanan normal dan jumlah sel darah
putih yang normal, dengan peningkatan protein nyata dalam 4-6 minggu dan biasanya
hal ini tidak akan tampak pada 4-5 hari pertama, mungkin diperlukan seri pungsi lumbal
(perlu diulang untuk beberapa kali).
c. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf (Nerve Conduction Velocity) untuk menilai potensial
aksi yang dikeluarkan oleh akson. Gambaran pada pasien GBS adalah melambatnya
kecepatan hantar sensorik dan motorik, memanjangnya latensi motorik distal, serta
kecepatan hantaran gelombang F melambat yang menggambarkan adanya perlambatan
pada segmen proksimal dan radiks saraf. Melambatnya konduksi saraf merupakan gejala
yang muncul pada akhir perjalanan penyakit.
d. Pemeriksaan EMG (Elektromyography) untuk menilai aksi potensial otot. Hasilnya
tergantung pada tahap dan perkembangan sindrom yang timbul. Kecepatan konduksi
saraf diperlambat pelan. Fibrilasi (getaran yang berulang dari unit motorik yang sama)
umumnya terjadi pada fase akhir.
e. Foto rogent dapat memperlihatkan berkembangnya tanda-tanda dari gangguan
pernafasan, seperti atelektasis, pneumonia.
f. Pemeriksaan fungsi paru dapat menunjukkan adanya perurunan adanya kapasitas vital,
volume tidal, dan kemampuan inspirasi.
g. Pemeriksaan MRI akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan kira kira pada
hari ke 13 setelah timbulnya gejala. MRI akan memperlihatkan gambaran cauda equina
yang bertambah besar. Hal ini dapat terlihat pada 95% kasus GBS.
8. PENATALAKSANAAN PENYAKIT GBS
a. IV Ig
IV Ig bekerja menghambat reseptor makrofag, menghambat komplemen pengikat, dan
menetralisir Ab patologis. Dosis: dewasa atau anak 2g/kg/IV dibagi dalam 5 dosis.
Kontraindikasi: reaksi anafilaktik dapat terjadi pada pasien defisiensi Ig A yang
berinteraksi dengan Ab anti-Ig A. Jika hal ini terjadi, pemberian IV Ig dapat disertai
dengan preparat Ig A dosis rendah.
b. Plasmaferesis atau plasma ekspander
Mekanismenya adalah membuang Ig dan Ab dari serum dengan cara memindahkan
darah tubuh dan menggantinya dengan fresh frozen plasma, albumin, atau salin.
Plasmaferesis (perubahan plasma) yang menyebabkan reduksi Ab ke dalam sirkulasi
sementara, yang dapat digunakan pada serangan berat dan dapat membatasi keadaan
yang memperburuk pada klien dan demielinasi. Pemakaian plasmaferesis pada GBS
memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan
alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Pengobatan
dilakukan dengan mengganti 200-250 ml plasma/kgBB dalam 7-14 hari. Tindakan ini lebih
bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).
c. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitotoksik yang dianjurkan adalah:
6 merkaptopurin (6-MP)
Azathioprine
Cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, mual, muntah, dan sakit kepala
d. Fisioterapi juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot
setelah paralisa.
e. Klien mengalami masalah pernafasan yang memerlukan ventilator, kadang untuk periode
yang lama. Ventilator harus disiapkan di samping pasien sebab paralisa yang terjadi
dapat mengenai otot-otot pernapasan dalam waktu 24 jam.
f. Diperlukan pemantauan EKG kontinu untuk kemungkinan adanya perubahan kecepatan
atau ritme jantung.
g. Disritmia jantung dihubungkan dengan keadaan abnormal autonom yang diobati dengan
propanolol untuk mencegah takikardia dan hipertensi.
h. Atropin dapat diberikan untuk menghindari episode brakikardia selama pengisapan
endotrakeal dan terapi fisik.
i. Roboransia saraf dapat diberikan terutama secara parenteral. Apabila terjadi kesulitan
mengunyah atau menelan, sebagai akibat kelumpuhan otot-otot wajah dan menelan.
Maka perlu dipasang pipa-pipa hidung-lambung (NGT) untuk memenuhi kebutuhan
makanan dan cairan.
9. KOMPLIKASI PENYAKIT GBS
a. Trombosis vena dalam, kontraktur sendi, hiperkalsemia akibat immobilisasi dan
dekubitus juga dapat dijumpai pada tahap awal penyembuhan dan dapat
mempengaruhi program rehabilitasi
b. Anemia adalah hal yang sering pada beberapa bulan awal penyakit namun tampaknya
tidak memengaruhi pemulihan fungsional
c. Gagal napas
d. Aspirasi makanan atau cairan ke dalam paru-paru
e. Pneumonia
f. Meningkatkan resiko terjadinya infeksi
g. Paralisa permanen pada bagian tubuh tertentu
h. Komplikasi plasmafaresis
i. Hipo ataupun hipertensi
j. Tromboemboli, ulkus
k. Retensi rutin
l. Masalah psikiatrik, seperti depresi dan anseitas
m. Nefropati, pada penderita anak
n. Ileus
10. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT GBS
Pengkajian Perawatan
I. Identitas klien
Nama : Tn. Sujarwo Tejo
Usia : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Blimbing, Malang
No. Telepon : 0341-55667788
Status pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Supir truk
Tanggal masuk : 20 November 2014 jam 06.00 pagi
Tanggal pengkajian : 20 November 2014 jam 07.00
Ruang : High Care Unit IPD RS Welas Asih Malang
No. Rekam Medis : 2014//11/00010
Sumber informasi : Rekam medik dan keluarga
Nama klg dekat yg bisa dihub : Ny. Marsha Bear
Status : Istri klien
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama : klien merasa kaki dan tangannya super lemas dan jatuh dari
tempat tidur saat ingin bangun. Istri klien mengatakan bahwa ± 2 hari yang lalu
kedua ujung ibu jari kaki klien terasa kesemutan menjalar ke telapak kakinya sampai
ke paha. Klien juga merasa kepala dan punggungnya sakit, mual dan muntah 2x, dada
terasa agak sesak. Klien mengalami demam, batuk berdahak dan pilek sekitar 2
minggu yang lalu.
Lama keluhan : Istri klien mengatakan bahwa ± 2 hari yang lalu kedua ujung
ibu jari kaki klien terasa kesemutan menjalar ke telapak kakinya sampai ke paha.
Klien mengalami demam, batuk berdahak dan pilek sekitar 2 minggu yang lalu saat
mengantar barang ke lampung
Kualitas keluhan :
Faktor pencetus :
Faktor pemberat : klien merokok 1 bungkus sehari, kopi 3 gelas sehari, dan
tidr selama 2 jam saat bekerja
Upaya yang telah dilakukan : tidak terkaji
Diagnosa medis : GBS (Guillain-Bare Syndrome)
III. Pengkajian fokus keperawatan
a. Riwayat kesehatan saat ini
Klien datang ke IGD RS Welas Asih dengan berjalan dipapah istrinya karena
merasa kaki dan tangannya super lemas dan jatuh dari tempat tidur saat ingin
bangun. Istri klien mengatakan bahwa ± 2 hari yang lalu kedua ujung ibu jari kaki
klien terasa kesemutan menjalar ke telapak kakinya sampai ke paha. Esok
harinya bertambah parah dengan terasa lemas pada kedua tungkai atas bawah
dan tidak hilang meskipun istirahat. Klien juga merasa kepala dan punggungnya
sakit, mual dan muntah 2x, dada terasa agak sesak. Klien mengalami demam,
batuk berdahak dan pilek sekitar 2 minggu yang lalu saat mengantar barang ke
lampung.
b. Riwayat penyakit terdahuluKlien belum pernah mengalami hal ini sebelumnya,
tidak mempunyai penyakit kronis sebelumnya seperti darah tinggi, klien jarang
sakit
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga mengalami penyakit ini sebelumnya
d. Status ekonomi
Istri klien saat ini bingung dan resah karena biaya yang diperlukan akan sangat
mahal karena harus menebus obat khusus yang sangat mahal. Klien bekerja
sebagai supir truk dan istri klien bekerja sebagai ibu rumah tangga.
e. Status nutrisi
Klien merokok 1 bungkus sehari, kopi 3 gelas sehari, minum air putih 2-3 botol air
mineral paling besar. Klien tidak mempunyai pantangan makan, makan teratur 3x
sehari dan selalu habis tapi dalam 2 hari ini nafsu makan terus berkurang dan
memburuk makan 3-4 sendok kecil karena lidah lemas sejak kemarin pagi
f. Status eliminasi
Klien BAK menggunakan pispot selama di rumah dan belum BAB sudah 2 hari ini
g. Status aktivitas dan istirahat
Klien kesulitan mengancingkan baju atau bahkan memegang sendok. Klien
pekerja keras, hanya tidur 2 jam sehari saat bekerja
h. Status peran dan hubungan dengan sesama
Klien terlihat lemas dan hanya menganggukan kepala saat perawat
berkomunikasi dengan klien menggunakan pertanyaan tertutup, sesekali
menjawab pendek dibantu istrinya
i. Pengkajian fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD 120/80 mmHg; N 95x/mnt regular; T: 37
C; P: 28x/mnt
Keadaan umum tampak sakit berat. TB 160cm. BB 50kg
Kepala: bulat, mesosefalus, rambut tidak mudah rontok. Konjungtiva tidak
pucat, sklera tidak ikterik.
Leher: trakea di tengah, tidak ada retraksi; tidak ada pembesaran KBG
leher; tidak teraba massa.
Dada: simetris. Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bunyi jantung
tambahan, ukuran tidak membesar, iktus kordis tidak tampak. Bunyi
pernafasan vesikular, ronkhi dan wheezing tidak ada, tidak ada otot bantu
napas.
Perut: datar, bising usus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa,
tidak terdapat pekak berpindah atau fenomena papan catur.
Daerah akral ekstremitas hangat, tidak ada edema, sirkulasi perifer cukup,
CRT 2 dtk.
Pulsasi a.radialis, a. femoralis, a. poplitea, dan a. dorsalis pedis kiri dan
kanan simetris.
Pemeriksaan lainnya penampilan sesuai usia, terbaring di tempat tidur.
Ekspresi wajah wajar, perhatian baik. Bicara sepatah kata, lemah, jelas.
Proses pikir lancar.
j. Pemeriksaan neurologis
GCS 456
Kaku kuduk tidak
Pemeriksaan sistem saraf cranial
Saraf cranial I-IV, VI, VIII-XII normal
Saraf V penurunan sensasi ki/ka
Saraf VII daya perasa menurun.
Pemeriksaan system motorik
Kekuatan otot atas ki-ka 2-2 dan bawah ki-ka 1-1
Pemeriksaan system sensoris
Ka-ki hiperestesi pada raba, suhu, dan nyeri.
Pemeriksaan reflex
Fisiologis bisep trisep hiporefleks
Patologis babinski, chaddok, Hoffman, laseque, kernig tidak ditemukan
k. Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium (20-11-2014)
GDS : 81 g/dl
Natrium : 138 mEq/l
Kalium : 4,1 mEq/l
Chlorida : 97 mEq/l
Hb : 15,3 g/dl
RBC : 5,41 juta/mm3
WBC : 6400/mm3
Plt : 142000/mm3
U reum : 33mg/dl
Creatinin : 0,5 mg/dl
Asam urat : 5,1 mg/dl
GDP : 128 mg/dl
Kolesterol total : 155 mg/dl
HDL : 38 mg/dl
LDL : 106 mg/dl
Trigliserida : 55 mg/dl
SGOT : 20 mg/dl
SGPT : 22 mg/dl
Hasil Brain CT-Scan kesan tidak ada kelainan
Hasil X-foto tulang kesan tidak ada kelainan
l. Terapi
IVFD RL 14 tts/mnt
O2 3-4 L/mnt
Methylprednisolon 3x500 mg IV
Ranitidin 2x1 amp IV
Vitamin B12 2x1 amp IV
IVIG 0,4 gr/kgBB
m. Rencana pemeriksaan
Lumbal pungsi
n. Kesimpulan
Klien menderita penyakit GBS (Guillain-Bare Syndrome)
Analisa Data
NO DATA ETIOLOGIMASALAH
KEPERAWATAN
1. DS :
Klien merasa kaki dan
tangannya super
lemas
Istri klien mengatakan
bahwa ± 2 hari yang
lau kedua ujung ibu
jari kaki klien terasa
kesemutan menjalar
ke telapak kakinya
sampai ke paha
Selaput myelin hilang akibat respon
alergi, autoimun, hipoksemia, toksik
kimia
Faktor predisposisi terjadi 2-3 minggu
sebelum onset, meliputi ISPA, infeksi GI,
dan tindakan bedah syaraf
Proses demyelinisasi
Konduksi saltatori tidak terjadi dan tidak
Ketidakefektifan pola
napas
Klien merasa dadanya
agak sesak
Klien mengalami
batuk berdahak dan
pilek 2 minggu yang
lalu
DO :
ada transmisi impuls syaraf
Gangguan fungsi syaraf perifer dan
kranial
Gangguan syaraf perifer dan
neuromuskular
Paralisis lengkap, otot pernafasan
terkena mengakibatkan insufiensi
pernafasan
Resiko tinggi gagal pernafasan (ARDS),
penurunan kemampuan batuk
Ketidak efektifan pola nafas
2. DS :
Klien merokok 1
bungkus sehari, kopi 3
gelas sehari, minum
air putih 2-3 botol air
mineral paling besar
Klien tidak
mempunyai
pantangan makan,
makan teratur 3x
sehari dan selalu
habis. Tapi 2 hari ini
nafsu makan terus
berkurang dan
memburuk 3-4 sendok
kecil karena lidah
lemas sejak kemarin
pagi
DO :
TB : 160 cm
Selaput myelin hilang akibat respon
alergi, autoimun, hipoksemia, toksik
kimia
Faktor predisposisi terjadi 2- 3 minggu
sebelum on set, meliputi ISPA, infeksi
GI, dan tindakan bedah syaraf
Proses demyelinisasi
Konduksi saltatori tidak terjadi dan tidak
ada transmisi impuls syaraf
Gangguan fungsi syaraf perifer dan
kranial
Gangguan syaraf kranial (syaraf V & VII)
Paralisis pada otot okular, wajah,
orofaring, kesulitan berbicara,
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
BB : 50 kg
Saraf V penurunan
sensasi ki/ka
Saraf VII daya perasa
menurun
mengunyah dan menelan
Nafsu makan menurun
Gangguan pemenuhan nutrisi
Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. DS :
Klien datang ke IGD RS
Welas Asih dengan
berjalan dipapah
istrinya karena
merasa kaki dan
tangannya super
lemah dan jatuh dari
tempat tidur saat
ingin bangun
Istri klien mengatakan
bahwa ± 2 hari yang
lau kedua ujung ibu
jari kaki klien terasa
kesemutan menjalar
ke telapak kakinya
sampai ke paha
Klien sulit
mengancingkan baju
atau bahkan
memegang sendok
Klien merasa kepala
dan punggungnya
sakit
Klien hanya tidur 2
jam sehari saat
bekerja
DO:
N : 28x/menit
Selaput myelin hilang akibat respon
alergi, autoimun, hipoksemia, toksik
kimia
Faktor predisposisi terjadi 2- 3 minggu
sebelum on set, meliputi ISPA, infeksi
GI, dan tindakan bedah syaraf
Proses demyelinisasi
Konduksi saltatori tidak terjadi dan tidak
ada transmisi impuls syaraf
Gangguan fungsi syaraf perifer dan
kranial
Gangguan syaraf perifer dan
neuromuskular
Paraestesia (kesemutan kebas) dan
kelemahan otot kaki, yang dapat
berkembang ke ekstremitas atas,
batang tubuh, dan otot wajah
Kelemahan fisik umum dan paralisis
otot wajah
Penurunan tonus otot seluruh tubuh
Hambatan mobilitas
fisik
TB : 160 cm
BB : 50 kg
Motoris : kekuatan
otot ataski-ka 2-2 dan
bawa ki-ka 1-1
Reflek : fisiologis bisep
trisep hiporefleks
Saraf V penurunan
sensasi ki/ka
Gangguan pemehuhan ADL
Hambatan mobolitas fisik
Prioritas Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan disfungsi neuromuskular yang ditandai
dengan klien merasa dadanya sesak
2. Ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilang
nafsu makan yang ditandai dengan klien hanya makan 3-4 sendok kecil karena lidah lemas
sejak kemarin pagi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan penurunan kekuatan
dan ketahanan yang ditandai dengan klien merasa kaki dan tangannya super lemah dan jatuh
dari tempat tidur saat ingin bangun
Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan No. 1
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan disfungsi neuromuskular yang
ditandai dengan klien merasa dadanya sesak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien lebih mudah untuk bernapas
Kriteria hasil : pada evaluasi didapatkan skor 3 pada indikator NOC
NOC : Respiratory Status: Ventilation
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1. Kecepatan napas
2. Irama napas
3. Kedalaman bernapas
4. Tes fungsi paru-paru
5. Retraksi dada
6. Akumulasi sputum
Keterangan : 1.) Severe 2.) Substansial 3.) Moderate 4.) Mild 5.) No deviation
NIC : Airway Management
a. Buka jalan nafas, gunakan tekhnik chin liftn atau jaw thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan potensial ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
e. Keluarkan sekret dengan batuk atau alat hisap
f. Ajarkan bagaimana batuk efektif
g. Monitor status respirasi dan oksigen
2. Diagnosa Keperawatan No. 2
Ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hilang nafsu makan yang ditandai dengan klien hanya makan 3-4 sendok kecil karena
lidah lemas sejak kemarin pagi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan penambahan intake nutrisi dan berat badan secara teratur
Kriteria hasil : pada evaluasi didapatkan skor 4 pada indikator NOC
NOC : Nutrition Status
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1. Intake nutrisi
2. Intake makanan
3. Intake cairan
4. Energi
5. Rasio berat badan/tinggi badan
Keterangan : 1.) Severe 2.) Substansial 3.) Moderate 4.) Mild 5.) No deviation
NIC : Nutrition Monitoring
a. Monitor adanya penurunan BB
b. Monitor mual dan muntah
c. Monitor intake nutrisi dan kalori
d. Identifikasi adanya ketidaknormalan pada eliminasi
e. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang sering dilakukan
f. Tentukan rekomendasi energi berdasarkan faktor pasien
3. Diagnosa Keperawatan No. 3
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan penurunan
kekuatan dan ketahanan yang ditandai dengan klien merasa kaki dan tangannya
super lemah dan jatuh dari tempat tidur saat ingin bangun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kelemahan yang dirasakan oleh klien berkurang dan klien dapat
beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil : pada eveluasi didapatkan skor 4 pada indikator NOC
NOC : Self-Care: Activities of Daily Living (ADL)
NO INDIKATOR 1 2 3 4 5
1. Makan
2. Berpakaian
3. Toileting
4. Berjalan
5. Berpindah
Keterangan : 1.) Severe 2.) Substansial 3.) Moderate 4.) Mild 5.) No deviation
NIC : Exercise Theraphy: Ambulation
a. Monitor TTV sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon Px saat latihan
b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai kebutuhan
c. Kaji kemampuan pasian dalam ambulasi dan mobilisasi
d. Latih Px dalam pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai dengan kemampuan
e. Ajarkan Px bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, Taqiyyah, M.Kep & Mohammad Jauhar, S.Pd. 2013. Asuhan Keperawatan: Panduan Lengkap
Menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustaka
Davis, F.A. Philadelphia. 1993. Nursing Care Plans, Guideliner for Planning and Documenting Patient
Care. U.S.A: Davis Company
Dewanto, dr. George, Sp.S, dr. Wita J. Suwono, Sp.S, dr. Budi Riyanto, Sp.S, & dr. Yuda Turana, Sp.S.
2007. Panduan Praktis Diagnosa & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Muttaqin, Arif. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika