86267989 laporan problem based learning i

30
Laporan Problem Based Learning I Blok Reproduksi “ Kehamilan Tutor : dr. Catharina Widiartini, M.Med.Ed Disusun Oleh: Kelompok 10 Karina Adistiarini B. G1A009010 Dera Fakhrunnisa G1A009020 Gita Ika Irsatika G1A009030 Sukma Setya N. G1A009040 Purindri Maharani G1A009050 Bunga Wiharning G1A009060 Sadam Husein S. G1A009070 Herlinda Yudi S . G1A009080 Aris Wibowo G1A009108 Rendha Fatima R. G1A009123 Firman Pranoto G1A009134 Kaharudin G1A007134 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011

Upload: indrasti-banjaransari

Post on 05-Aug-2015

74 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

Laporan Problem Based Learning I Blok Reproduksi

ldquo Kehamilan ldquo

Tutor dr Catharina Widiartini MMedEd

Disusun Oleh

Kelompok 10

Karina Adistiarini B G1A009010

Dera Fakhrunnisa G1A009020

Gita Ika Irsatika G1A009030

Sukma Setya N G1A009040

Purindri Maharani G1A009050

Bunga Wiharning G1A009060

Sadam Husein S G1A009070

Herlinda Yudi S G1A009080

Aris Wibowo G1A009108

Rendha Fatima R G1A009123

Firman Pranoto G1A009134

Kaharudin G1A007134

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2011

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Skenario

Informasi 1

Seorang pasien nama Ny Hartini usia 32 tahun datang yang pertama kali ke Puskesmas

Gumelar untuk memeriksakan kehamilannya Dia datang ditemani oleh suaminya bernama

Tn Tarno usia 37 tahun

Informasi 2

1 HPHT 6 Januari 2011

Interpretasi Dengan menggunakan rumus neaggle (+7 -3 +1) dapat ditentukan

taksiran persalinannya yaitu tanggal 23 Oktober 2011

2 Paritas G3P1A1

Interpretasi Hamil 3 kali melahirkan dengan kelahiran hidup 1 kali abortus 1 kali

3 Riwayat pernikahan Menikah selama 5 tahun dengan suami sekarang belum pernah

mengguanakan kontrasepsi selama menikah dan hubungan seksual teratur normal

Interpretasi Infertilitas sekunder

4 Riwayat persalinan saat ini Gerakan janin masih dirasakan baik dan sering sudah

merasakan kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu lendir-darah sudah keluar dari lan lahir

sejak 4 jam yang lalu air ketuban belum dirasakan keluar

Interpretasi Janin hidup pasien sudah inpartu

5 Riwayat persalinan sebelumnya Hamil pertama kegugran saat usia kandungan 3 bulan

dikuret di RS Hamil kedua sehat anak lahir normal saat usia kandungan 9 bulan di bisan

jenis kelamin perempuan berat badan saat lahir 2800 gram Saat ini usia anak 5 tahun dan

sehat

6 Riwayat penyakit dahulupenyakit keluarga tidak ada

Interpretasi Normal

Informasi 3

Hasil Pemeriksaan Fisik

1 Keadaan umum Baik kesadaran compos mentis tidak anemis tidak sesak nafas

2

Interpretasi Normal

2 Tanda vital TD 11090 mmHg Nadi 88xmenit RR 22xmenit temperatur tubuh

364degC axiller

Interpretasi TD normal nadi normal RR normal temperatur tubuh normal

3 Status internus dalam batas normal

4 Status obstetrikus Janin tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala kepala

masuk rongga panggul gt 13 bagian kepala his 3-4x dalam 10 menit durasi 20 detik

intensitas sedang serta fundal dominant dan simetris

Interpretasi Inpartu Kala I fase laten

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Vulva vagina dan uretra tenang (tidak ada kelainan) porsio konsistensi agak lunak

pendataran 80 posisi di tengah pembukaan 2-3 cm kulit ketuban positif (utuh) presentasi

belakang kepala kepala sudah turun di bidang khayal hoge I ndash II penunjuk (point of

direction) ubun ndash ubun kecil di jam 5 air ketuban (-) sarung tangan lendir darah (+)

Interpretasi Malposisi janin

Pemeriksaan Laboratorium Hb normal tidak ada protein urin

Interpretasi Normal

Informasi 4

Diagnosis Seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin tunggal hidup

intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase Laten Persalinan

telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

3

BAB II

PEMBAHASAN

A Klarifikasi istilah

Tidak ada kata sulit dalam skenario PBL kasus 1 info 1

B Mengidentifikasi masalah

1 Pasien NyHartani 32 th kunjungan pertama untuk pemeriksaaan kehamilan

2 Ditemani oleh suami 37 tahun

C Analisis Masalah

1 Anamnesis yang perlu dieksplorasi dan digali dari informasi pasien tersebut

D Penjelasan Mengenai Permasalahan

1 Anamnesis

a Identitas pasien

1) Nama

2) Umur

3) Alamat

4) Pekerjaan pasien atau pekerjaan suami

5) Nama suami

b Keluhan utama

1) Apakah pasien datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukan ada pengaduan-

pengaduan lain yang penting

c Riwayat haid

1) Menarche

2) Haid teratur atau tidak

3) Lama haid

4) Volume darah yang keluar

5) Disertai nyeri atau tidak

6) Hari pertama haid terakhir

4

d Riwayat perkawinan

1) Sudah menikah atau belum

2) Pernikahan ke berapa

3) Lama pernikahan

e Riwayat kontrasepsi

1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak

2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan

3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi

f Riwayat kehamilan dan persalinan

1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya

2) Cara persalinan

3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup

4) Berat badan lahir

5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan

6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir

g Riwayat kehamilan saat ini

1) Identifikasi kehamilan

2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)

3) Penyakit lain yang diderita

4) Gerakan bayi dalam kandungan

h Riwayat penyakit ibu

1) Penyakit yang pernah diderita

2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih

3) Penyakit jantung

4) Infeksi virus

5) Alergi

6) Inkompatibilitas rhesus

7) Paparan sinar - X

i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan

1) Dilatase dan kuretase

2) Reparasi vagina

5

3) Seksio sesaria

4) Serviks inkompeten

5) Operasi non - ginekologi

j Riwayat Keluarga

1) Penyakit keturunan dari keluarga

2) Anak kembar

3) Penyakit menular seksual

E Perumusan Sasaran Belajar

1 Apa definisi antenatal care

2 Apakah tujuan dari antenatal care

3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care

4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)

5 Bagaimana teknik pemeriksaan His

6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ

7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya

serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT

8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb

9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan

10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami

11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan

12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin

13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus

14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I

15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan

16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju

17 Apa etiologi dari partus tak maju

18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena

adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu

kelelahan

6

F Belajar Mandiri

1 Pengertian Antenatal Care

ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya

mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah

setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan

rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)

2 Tujuan dari Antenatal Care

Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono

2009)

a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya

3 Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang

lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil

ketika datang untuk pemeriksaan

b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan

umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi

pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke

7

kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak

lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat

Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam

posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)

c Tinggi badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya

d Berat badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau

selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil

tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan

dengan janin tunggal yaitu

1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg

2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg

3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg

4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)

4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)

Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)

a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan

transversal)

b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau

bokong)

c Lokasi punggung janin

d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul

ibu

e Taksiran berat janin

Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)

a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak

lintang

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 2: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A Skenario

Informasi 1

Seorang pasien nama Ny Hartini usia 32 tahun datang yang pertama kali ke Puskesmas

Gumelar untuk memeriksakan kehamilannya Dia datang ditemani oleh suaminya bernama

Tn Tarno usia 37 tahun

Informasi 2

1 HPHT 6 Januari 2011

Interpretasi Dengan menggunakan rumus neaggle (+7 -3 +1) dapat ditentukan

taksiran persalinannya yaitu tanggal 23 Oktober 2011

2 Paritas G3P1A1

Interpretasi Hamil 3 kali melahirkan dengan kelahiran hidup 1 kali abortus 1 kali

3 Riwayat pernikahan Menikah selama 5 tahun dengan suami sekarang belum pernah

mengguanakan kontrasepsi selama menikah dan hubungan seksual teratur normal

Interpretasi Infertilitas sekunder

4 Riwayat persalinan saat ini Gerakan janin masih dirasakan baik dan sering sudah

merasakan kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu lendir-darah sudah keluar dari lan lahir

sejak 4 jam yang lalu air ketuban belum dirasakan keluar

Interpretasi Janin hidup pasien sudah inpartu

5 Riwayat persalinan sebelumnya Hamil pertama kegugran saat usia kandungan 3 bulan

dikuret di RS Hamil kedua sehat anak lahir normal saat usia kandungan 9 bulan di bisan

jenis kelamin perempuan berat badan saat lahir 2800 gram Saat ini usia anak 5 tahun dan

sehat

6 Riwayat penyakit dahulupenyakit keluarga tidak ada

Interpretasi Normal

Informasi 3

Hasil Pemeriksaan Fisik

1 Keadaan umum Baik kesadaran compos mentis tidak anemis tidak sesak nafas

2

Interpretasi Normal

2 Tanda vital TD 11090 mmHg Nadi 88xmenit RR 22xmenit temperatur tubuh

364degC axiller

Interpretasi TD normal nadi normal RR normal temperatur tubuh normal

3 Status internus dalam batas normal

4 Status obstetrikus Janin tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala kepala

masuk rongga panggul gt 13 bagian kepala his 3-4x dalam 10 menit durasi 20 detik

intensitas sedang serta fundal dominant dan simetris

Interpretasi Inpartu Kala I fase laten

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Vulva vagina dan uretra tenang (tidak ada kelainan) porsio konsistensi agak lunak

pendataran 80 posisi di tengah pembukaan 2-3 cm kulit ketuban positif (utuh) presentasi

belakang kepala kepala sudah turun di bidang khayal hoge I ndash II penunjuk (point of

direction) ubun ndash ubun kecil di jam 5 air ketuban (-) sarung tangan lendir darah (+)

Interpretasi Malposisi janin

Pemeriksaan Laboratorium Hb normal tidak ada protein urin

Interpretasi Normal

Informasi 4

Diagnosis Seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin tunggal hidup

intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase Laten Persalinan

telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

3

BAB II

PEMBAHASAN

A Klarifikasi istilah

Tidak ada kata sulit dalam skenario PBL kasus 1 info 1

B Mengidentifikasi masalah

1 Pasien NyHartani 32 th kunjungan pertama untuk pemeriksaaan kehamilan

2 Ditemani oleh suami 37 tahun

C Analisis Masalah

1 Anamnesis yang perlu dieksplorasi dan digali dari informasi pasien tersebut

D Penjelasan Mengenai Permasalahan

1 Anamnesis

a Identitas pasien

1) Nama

2) Umur

3) Alamat

4) Pekerjaan pasien atau pekerjaan suami

5) Nama suami

b Keluhan utama

1) Apakah pasien datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukan ada pengaduan-

pengaduan lain yang penting

c Riwayat haid

1) Menarche

2) Haid teratur atau tidak

3) Lama haid

4) Volume darah yang keluar

5) Disertai nyeri atau tidak

6) Hari pertama haid terakhir

4

d Riwayat perkawinan

1) Sudah menikah atau belum

2) Pernikahan ke berapa

3) Lama pernikahan

e Riwayat kontrasepsi

1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak

2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan

3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi

f Riwayat kehamilan dan persalinan

1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya

2) Cara persalinan

3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup

4) Berat badan lahir

5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan

6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir

g Riwayat kehamilan saat ini

1) Identifikasi kehamilan

2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)

3) Penyakit lain yang diderita

4) Gerakan bayi dalam kandungan

h Riwayat penyakit ibu

1) Penyakit yang pernah diderita

2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih

3) Penyakit jantung

4) Infeksi virus

5) Alergi

6) Inkompatibilitas rhesus

7) Paparan sinar - X

i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan

1) Dilatase dan kuretase

2) Reparasi vagina

5

3) Seksio sesaria

4) Serviks inkompeten

5) Operasi non - ginekologi

j Riwayat Keluarga

1) Penyakit keturunan dari keluarga

2) Anak kembar

3) Penyakit menular seksual

E Perumusan Sasaran Belajar

1 Apa definisi antenatal care

2 Apakah tujuan dari antenatal care

3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care

4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)

5 Bagaimana teknik pemeriksaan His

6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ

7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya

serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT

8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb

9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan

10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami

11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan

12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin

13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus

14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I

15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan

16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju

17 Apa etiologi dari partus tak maju

18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena

adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu

kelelahan

6

F Belajar Mandiri

1 Pengertian Antenatal Care

ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya

mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah

setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan

rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)

2 Tujuan dari Antenatal Care

Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono

2009)

a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya

3 Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang

lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil

ketika datang untuk pemeriksaan

b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan

umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi

pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke

7

kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak

lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat

Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam

posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)

c Tinggi badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya

d Berat badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau

selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil

tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan

dengan janin tunggal yaitu

1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg

2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg

3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg

4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)

4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)

Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)

a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan

transversal)

b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau

bokong)

c Lokasi punggung janin

d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul

ibu

e Taksiran berat janin

Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)

a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak

lintang

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 3: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

2

Interpretasi Normal

2 Tanda vital TD 11090 mmHg Nadi 88xmenit RR 22xmenit temperatur tubuh

364degC axiller

Interpretasi TD normal nadi normal RR normal temperatur tubuh normal

3 Status internus dalam batas normal

4 Status obstetrikus Janin tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala kepala

masuk rongga panggul gt 13 bagian kepala his 3-4x dalam 10 menit durasi 20 detik

intensitas sedang serta fundal dominant dan simetris

Interpretasi Inpartu Kala I fase laten

Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)

Vulva vagina dan uretra tenang (tidak ada kelainan) porsio konsistensi agak lunak

pendataran 80 posisi di tengah pembukaan 2-3 cm kulit ketuban positif (utuh) presentasi

belakang kepala kepala sudah turun di bidang khayal hoge I ndash II penunjuk (point of

direction) ubun ndash ubun kecil di jam 5 air ketuban (-) sarung tangan lendir darah (+)

Interpretasi Malposisi janin

Pemeriksaan Laboratorium Hb normal tidak ada protein urin

Interpretasi Normal

Informasi 4

Diagnosis Seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin tunggal hidup

intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase Laten Persalinan

telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

3

BAB II

PEMBAHASAN

A Klarifikasi istilah

Tidak ada kata sulit dalam skenario PBL kasus 1 info 1

B Mengidentifikasi masalah

1 Pasien NyHartani 32 th kunjungan pertama untuk pemeriksaaan kehamilan

2 Ditemani oleh suami 37 tahun

C Analisis Masalah

1 Anamnesis yang perlu dieksplorasi dan digali dari informasi pasien tersebut

D Penjelasan Mengenai Permasalahan

1 Anamnesis

a Identitas pasien

1) Nama

2) Umur

3) Alamat

4) Pekerjaan pasien atau pekerjaan suami

5) Nama suami

b Keluhan utama

1) Apakah pasien datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukan ada pengaduan-

pengaduan lain yang penting

c Riwayat haid

1) Menarche

2) Haid teratur atau tidak

3) Lama haid

4) Volume darah yang keluar

5) Disertai nyeri atau tidak

6) Hari pertama haid terakhir

4

d Riwayat perkawinan

1) Sudah menikah atau belum

2) Pernikahan ke berapa

3) Lama pernikahan

e Riwayat kontrasepsi

1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak

2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan

3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi

f Riwayat kehamilan dan persalinan

1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya

2) Cara persalinan

3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup

4) Berat badan lahir

5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan

6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir

g Riwayat kehamilan saat ini

1) Identifikasi kehamilan

2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)

3) Penyakit lain yang diderita

4) Gerakan bayi dalam kandungan

h Riwayat penyakit ibu

1) Penyakit yang pernah diderita

2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih

3) Penyakit jantung

4) Infeksi virus

5) Alergi

6) Inkompatibilitas rhesus

7) Paparan sinar - X

i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan

1) Dilatase dan kuretase

2) Reparasi vagina

5

3) Seksio sesaria

4) Serviks inkompeten

5) Operasi non - ginekologi

j Riwayat Keluarga

1) Penyakit keturunan dari keluarga

2) Anak kembar

3) Penyakit menular seksual

E Perumusan Sasaran Belajar

1 Apa definisi antenatal care

2 Apakah tujuan dari antenatal care

3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care

4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)

5 Bagaimana teknik pemeriksaan His

6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ

7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya

serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT

8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb

9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan

10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami

11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan

12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin

13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus

14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I

15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan

16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju

17 Apa etiologi dari partus tak maju

18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena

adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu

kelelahan

6

F Belajar Mandiri

1 Pengertian Antenatal Care

ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya

mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah

setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan

rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)

2 Tujuan dari Antenatal Care

Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono

2009)

a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya

3 Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang

lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil

ketika datang untuk pemeriksaan

b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan

umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi

pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke

7

kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak

lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat

Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam

posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)

c Tinggi badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya

d Berat badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau

selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil

tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan

dengan janin tunggal yaitu

1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg

2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg

3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg

4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)

4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)

Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)

a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan

transversal)

b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau

bokong)

c Lokasi punggung janin

d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul

ibu

e Taksiran berat janin

Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)

a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak

lintang

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 4: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

3

BAB II

PEMBAHASAN

A Klarifikasi istilah

Tidak ada kata sulit dalam skenario PBL kasus 1 info 1

B Mengidentifikasi masalah

1 Pasien NyHartani 32 th kunjungan pertama untuk pemeriksaaan kehamilan

2 Ditemani oleh suami 37 tahun

C Analisis Masalah

1 Anamnesis yang perlu dieksplorasi dan digali dari informasi pasien tersebut

D Penjelasan Mengenai Permasalahan

1 Anamnesis

a Identitas pasien

1) Nama

2) Umur

3) Alamat

4) Pekerjaan pasien atau pekerjaan suami

5) Nama suami

b Keluhan utama

1) Apakah pasien datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukan ada pengaduan-

pengaduan lain yang penting

c Riwayat haid

1) Menarche

2) Haid teratur atau tidak

3) Lama haid

4) Volume darah yang keluar

5) Disertai nyeri atau tidak

6) Hari pertama haid terakhir

4

d Riwayat perkawinan

1) Sudah menikah atau belum

2) Pernikahan ke berapa

3) Lama pernikahan

e Riwayat kontrasepsi

1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak

2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan

3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi

f Riwayat kehamilan dan persalinan

1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya

2) Cara persalinan

3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup

4) Berat badan lahir

5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan

6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir

g Riwayat kehamilan saat ini

1) Identifikasi kehamilan

2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)

3) Penyakit lain yang diderita

4) Gerakan bayi dalam kandungan

h Riwayat penyakit ibu

1) Penyakit yang pernah diderita

2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih

3) Penyakit jantung

4) Infeksi virus

5) Alergi

6) Inkompatibilitas rhesus

7) Paparan sinar - X

i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan

1) Dilatase dan kuretase

2) Reparasi vagina

5

3) Seksio sesaria

4) Serviks inkompeten

5) Operasi non - ginekologi

j Riwayat Keluarga

1) Penyakit keturunan dari keluarga

2) Anak kembar

3) Penyakit menular seksual

E Perumusan Sasaran Belajar

1 Apa definisi antenatal care

2 Apakah tujuan dari antenatal care

3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care

4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)

5 Bagaimana teknik pemeriksaan His

6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ

7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya

serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT

8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb

9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan

10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami

11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan

12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin

13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus

14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I

15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan

16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju

17 Apa etiologi dari partus tak maju

18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena

adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu

kelelahan

6

F Belajar Mandiri

1 Pengertian Antenatal Care

ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya

mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah

setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan

rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)

2 Tujuan dari Antenatal Care

Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono

2009)

a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya

3 Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang

lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil

ketika datang untuk pemeriksaan

b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan

umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi

pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke

7

kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak

lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat

Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam

posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)

c Tinggi badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya

d Berat badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau

selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil

tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan

dengan janin tunggal yaitu

1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg

2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg

3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg

4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)

4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)

Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)

a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan

transversal)

b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau

bokong)

c Lokasi punggung janin

d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul

ibu

e Taksiran berat janin

Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)

a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak

lintang

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 5: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

4

d Riwayat perkawinan

1) Sudah menikah atau belum

2) Pernikahan ke berapa

3) Lama pernikahan

e Riwayat kontrasepsi

1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak

2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan

3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi

f Riwayat kehamilan dan persalinan

1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya

2) Cara persalinan

3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup

4) Berat badan lahir

5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan

6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir

g Riwayat kehamilan saat ini

1) Identifikasi kehamilan

2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)

3) Penyakit lain yang diderita

4) Gerakan bayi dalam kandungan

h Riwayat penyakit ibu

1) Penyakit yang pernah diderita

2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih

3) Penyakit jantung

4) Infeksi virus

5) Alergi

6) Inkompatibilitas rhesus

7) Paparan sinar - X

i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan

1) Dilatase dan kuretase

2) Reparasi vagina

5

3) Seksio sesaria

4) Serviks inkompeten

5) Operasi non - ginekologi

j Riwayat Keluarga

1) Penyakit keturunan dari keluarga

2) Anak kembar

3) Penyakit menular seksual

E Perumusan Sasaran Belajar

1 Apa definisi antenatal care

2 Apakah tujuan dari antenatal care

3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care

4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)

5 Bagaimana teknik pemeriksaan His

6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ

7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya

serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT

8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb

9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan

10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami

11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan

12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin

13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus

14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I

15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan

16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju

17 Apa etiologi dari partus tak maju

18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena

adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu

kelelahan

6

F Belajar Mandiri

1 Pengertian Antenatal Care

ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya

mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah

setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan

rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)

2 Tujuan dari Antenatal Care

Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono

2009)

a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya

3 Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang

lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil

ketika datang untuk pemeriksaan

b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan

umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi

pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke

7

kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak

lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat

Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam

posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)

c Tinggi badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya

d Berat badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau

selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil

tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan

dengan janin tunggal yaitu

1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg

2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg

3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg

4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)

4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)

Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)

a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan

transversal)

b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau

bokong)

c Lokasi punggung janin

d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul

ibu

e Taksiran berat janin

Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)

a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak

lintang

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 6: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

5

3) Seksio sesaria

4) Serviks inkompeten

5) Operasi non - ginekologi

j Riwayat Keluarga

1) Penyakit keturunan dari keluarga

2) Anak kembar

3) Penyakit menular seksual

E Perumusan Sasaran Belajar

1 Apa definisi antenatal care

2 Apakah tujuan dari antenatal care

3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care

4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)

5 Bagaimana teknik pemeriksaan His

6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ

7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya

serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT

8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb

9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan

10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami

11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan

12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin

13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus

14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I

15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan

16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju

17 Apa etiologi dari partus tak maju

18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena

adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu

kelelahan

6

F Belajar Mandiri

1 Pengertian Antenatal Care

ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya

mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah

setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan

rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)

2 Tujuan dari Antenatal Care

Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono

2009)

a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya

3 Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang

lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil

ketika datang untuk pemeriksaan

b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan

umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi

pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke

7

kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak

lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat

Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam

posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)

c Tinggi badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya

d Berat badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau

selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil

tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan

dengan janin tunggal yaitu

1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg

2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg

3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg

4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)

4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)

Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)

a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan

transversal)

b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau

bokong)

c Lokasi punggung janin

d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul

ibu

e Taksiran berat janin

Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)

a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak

lintang

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 7: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

6

F Belajar Mandiri

1 Pengertian Antenatal Care

ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya

mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah

setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan

rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat

dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)

2 Tujuan dari Antenatal Care

Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono

2009)

a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya

c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi

e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan dan merawat bayi

f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya

3 Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi

a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang

lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil

ketika datang untuk pemeriksaan

b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan

umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi

pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke

7

kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak

lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat

Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam

posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)

c Tinggi badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya

d Berat badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau

selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil

tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan

dengan janin tunggal yaitu

1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg

2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg

3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg

4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)

4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)

Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)

a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan

transversal)

b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau

bokong)

c Lokasi punggung janin

d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul

ibu

e Taksiran berat janin

Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)

a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak

lintang

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 8: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

7

kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak

lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat

Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam

posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)

c Tinggi badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya

d Berat badan ibu hamil

Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau

selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil

tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan

dengan janin tunggal yaitu

1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg

2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg

3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg

4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)

4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)

Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)

a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan

transversal)

b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau

bokong)

c Lokasi punggung janin

d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul

ibu

e Taksiran berat janin

Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)

a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak

lintang

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 9: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

8

b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin

pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang

c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan

kepala atau bokong

d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas

symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan

akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan

konvergen

5 Teknik Pemeriksaan His

His yang sempurna bila terdapat

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot

yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian

uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada

sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung

otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada

tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)

Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis

dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi

interval dan durasinya (Joewono 2008)

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)

6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin

Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin

a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 10: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

9

b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin

c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan

d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima

Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4

Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)

7 Pemeriksaan Vaginal Toucher

a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai

berikut

1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI

2004)

2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk

melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan

apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu

jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)

3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan

dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)

4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan

sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)

5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus

bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)

6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan

apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)

b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)

1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna

2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir

3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk

tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 11: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

10

4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat

dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik

(Gambar 2)

Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus

kedalam vagina

5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)

6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah

pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar

7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)

serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 12: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

11

Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero

point) setinggi spina ischiadica

8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada

disamping bagian terendah janin

10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik

a) Pemeriksaan bentuk sacrum

b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak

c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak

d) Mengukur distansia interspinarum

e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul

f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan

panggul (mengukur conjugata diagonalis)

g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica

8 Teknik Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

pada

a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu

b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 13: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

12

Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara

pemeriksaannya

a Alat yang dipergunakan

1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler

2) Hemometer Sahli yang terdiri dari

a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd

22 ( atas )

b) Tabung standart Hb

c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul

d) Pipet HCL

e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N

f) Batang pengaduk ( dari kaca )

Gambar 4 Hemometer Sahli

b Prinsip pemeriksaan

Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi

asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )

Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler

c Cara pemeriksaan

1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 14: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

13

2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung

udara yang ikut terhisap

3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet

4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah

dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur

5) Diamkan 1 ndash 3 menit

6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk

7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart

8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit

setelah darah tercampur dengan HCL

9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada

skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah

d Interpretasi

Nilai normal 125 gr

Tidak anemia 11 gr

Anemia ringan 9-10 gr

Anemia sedang 7-8 gr

Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)

9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan

Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan

persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul

oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set

3) Memakai celemek plastik

4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air

mengalir

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 15: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

14

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk

pemeriksaan dalam

6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin

dan letakan kembali ke dalam wadah partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke

perineum

8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput

ketuban sudah pecah)

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05

membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 05

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ

dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu

untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat

ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika

ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi

telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm

16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk

bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara

spontan

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 16: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

15

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang

23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang tangan dan siku sebelah atas

24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk

tangan kiri di antara kedua lutut janin)

25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas

tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan

handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikan oksitosin)

30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari

pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama

31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan

lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut

32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada

sisi lainnya

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 17: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

16

35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk

mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat

36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika

plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan

menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta

ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorsokranial)

38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati

Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan

putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya

selaput ketuban

39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari

tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk

memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan

masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan

bila laserasi menyebabkan perdarahan

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan

pervaginam

43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1

jam

44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral

45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di

paha kanan anterolateral

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 18: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

17

47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam

pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk

dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan

ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering

54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu

ingin minum

55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05

56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung

tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05

57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)

10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami

Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)

a Tentang keadaan ibu

1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini

2) Apakah ini primigravidamultigravida

3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu

4) Taksiran persalinan

b Tentang keadaan janin

1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini

2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati

3) Apakah janin tunggal atau kembar

4) Bagaimana letak janin saat ini

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 19: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

18

5) Apakah intraekstra uterin

11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan

Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus

adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa

dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi

dari persalinan pada kasus adalah baik

Tabel 1 Skor Bishop

Skor Faktor

Pembukaan

(cm)

Pendataran

()

Station Konsistensi

serviks

Posisi

Serviks

0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah

2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior

3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -

Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat

dilahirkan per vaginam

Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain sebagai berikut

a Paritas

Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap

memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak

memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak

b Cervix

Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat

memperpanjang persalinan

c Umur bumil

Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi

pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya

membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 20: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

19

adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai

misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada

kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku

atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan

iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin

d Interval antara persalinan

Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan

menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa

persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih

tinggi

e Besarnya anak

Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama

baik dalam kala I maupun kala II

12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus

Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus

a Pada ibu

1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada

ibu (Distosia)

2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

3) Perdarahan

b Pada Janin

1) Malposisi

2) Trauma pada bayi

13 Pengawasan Persalinan pada KALA I

Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I

a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan

Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program

yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 21: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

20

janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi

intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap

kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi

denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)

b Pemantauan Ibu

1) Tanda vital ibu

Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam

2) Pemeriksaan vagina selanjutnya

Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi

janin) (Cunningham et all 2005)

3) Asupan oral

Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan

dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan

lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang

masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all

2005)

4) Cairan intravena

Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus

secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan

setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan

selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali

bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)

5) Posisi ibu selama persalinan

Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur

persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi

psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)

6) Analgesia

Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya

diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all

2005)

7) Amniotomi

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 22: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

21

Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun

dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik

(Cunningham et all 2005)

8) Fungsi kandung kemih

Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan

persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal

tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk

mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)

14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan

Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)

a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm

b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam

c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1

cm per jam

d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif

berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah

terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi

yang sebetulnya belum dibutuhkan

e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe

practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)

15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju

Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)

a Janin dengan kepala fleksi

b Janin dengan kepala defleksi

c Bekas seksio sesarea

d Ekstraksi vakum gagal

e Letak sungsang

f Letak lintang

g Presentasi rangkap

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 23: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

22

h Janin kembar dua

i Retensi janin kembar B

16 Etiologi Partus Tak Maju

a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati

panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang

efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek

kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi

sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi

obstetri

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal

ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan

selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal

atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis

sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan

37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai

ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi

1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi

sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam)

2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini

memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 24: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

23

3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi

diperlukan pada kelahiran ini)

b Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala

yang sulit lahir pada presentasi bokong

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara

fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian

terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali

bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan

caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada

primigravida

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada

pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan

lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis

dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau

pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak

melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen

dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah

Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau

janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 25: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

24

abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung

ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka

tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas

tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida

c Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus

pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar

siam

d Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina

kongenital perineum kaku dan tumor vagina

17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena

Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan

Ibu Kelelahan

Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus

tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada

a Presentasi dahi

Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps

tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi

pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi

didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat

diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan

(Saifuddin 2008)

Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan

secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau

dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap

dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah

sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)

b Presentasi muka

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 26: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

25

Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika

setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan

bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan

stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-

tanda disproporsi (Saifuddin 2008)

c Presentasi majemuk

Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui

adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka

dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk

adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks

keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan

kembar (Saifuddin 2008)

Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi

ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah

janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada

lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu

Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang

akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan

turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan

upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi

gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)

d Presentasi bokong

Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak

boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau

kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium

sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan

janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan

serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak

mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih

kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 27: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

26

e Inersia uteri

Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks

presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan

panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah

sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja

Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa

beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika

tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria

(Saifuddin 2008)

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 28: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

27

BAB III

KESIMPULAN

1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin

tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase

Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder

2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai

keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan

serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin

tunggal atau kembar dan letak janin saat ini

3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu

persalinan pasien dengan cara pervaginam

4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan

persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi

serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan

trauma pada bayi

5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada

malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 29: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed

Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC

Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC

Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi

Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI

Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI

Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf

Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu

Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk

pendidikan bidan Jakarta EGC

Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta

EGC

Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC

Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga

Medical Series

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Page 30: 86267989 Laporan Problem Based Learning I

29

Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo