laporan kdf1
TRANSCRIPT
Laporan I: The Coriolis Force in Action
by
PUTU HARRY GUNAWAN30111002
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
DAFTAR ISI i
Daftar Isi
1 Pendahuluan 1
2 Rumusan dan Analisis Gaya Coriolis 3
2.1 Persamaan Gaya Coriolis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2 Diskritisasi Gaya Coriolis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
3 Hasil Simulasi dan Diskusi 8
4 Simpulan 13
Pendahuluan 1
1 Pendahuluan
Jaman sekarang ini, masih ada orang yang menganggap bahwa bumi ini diam.
Atau lebih parah lagi: Bumi ini datar. Bagaimana membuktikan bahwa bumi ini
berputar pada porosnya? Kenyataan bahwa matahari, bulan dan benda langit
lainnya terbit dan terbenam setiap hari tampaknya tidak cukup membuktikan
bahwa bumilah yang berputar (bukan sebaliknya: matahari mengelilingi bumi).
Bukti harusnya dapat diperoleh berdasarkan hasil pengamatan. Jika benar
bumi berputar, pastilah ada efek atau fenomena alam sebagai hasil dari perge-
rakannya. Karena bumi yang berputar, bukti itu harus dicari di bumi, bukan di
Matahari atau benda luar angkasa lain. Ada bukti seperti ini. salah satunya ”Efek
Coriolis”.
Efek Coriolis melekat pada fenomena defleksi (pembelokan arah) gerak sebuah
benda pada sebuah kerangka acuan yang berputar, khususnya di permukaan Bumi
(lihat gambar 1(a) dan 1(b)). Pada intinya, sebuah benda yang bergerak lurus
dalam kerangka yang berputar, akan terlihat berbelok oleh pengamat yang diam
di dalam kerangka tersebut.
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa bumi selalu berotasi. Dan dari
rotasi tersebut selalu menimbulkan fenomena alam. Salah satunya adalah angin
yang dikenal dengan angin utama (angin timur, barat, dan pasat). Angin-angin
utama itu berhembus dalam suatu arah yang hampir tetap pada garis-garis lintang
tertentu. Angin itu timbul karena peredaran atmosfer dan rotasi bumi. Seandainya
bumi tidak berotasi, angin akan bergerak lurus ke utara atau ke selatan. Namun
rotasi bumi menimbulkan gaya rotasi yang disebut gaya Coriolis, yaitu gaya yang
membelokkan arah angin utama. Nama Coriolis sendiri diambil dari nama seorang
ilmuwan Perancis Gaspard Gustave Coriolis (1792). Jadi pengertian dari gaya
Coriolis adalah gaya semu yang timbul akibat efek dua gerakan yaitu gerak rotasi
bumi dan gerak benda relatif terhadap bumi.
Dalam kata lain, gaya Coriolis merupakan gaya yang membelokkan arah arus
yang berasal dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan
di belahan bumi utara dan mengarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini
mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan
bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan lihat
Pendahuluan 2
(a) Posisi benda sebelumbergerak
(b) Hasil efek Coriolis (c) Arah gaya Coriolis pada bumi
Gambar 1: Efek Gaya Coriolis
gambar 1(c).
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membe-
lokkan arah arus dari arah yang lurus. Gaya Coriolis juga yang menyebabkan
timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang ter-
jadi sesuai dengan makin dalamnya kedalaman suatu perairan.
Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air dapat
membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyai kecepatan sekitar 2
% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang cepat sesuai
dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan akhirnya angin tidak ber-
pengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus pada kedalaman 200 m. Pada saat
kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arah arus yang disebabkan
oleh gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelok-
an dari arah arus yang relaif cepat di lapisan permukaan dan arah pembelokanya
menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mem-
punyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran
arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-
lapisan perairan akan makin dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai
Spiral Ekman.
Rumusan dan Analisis Gaya Coriolis 3
2 Rumusan dan Analisis Gaya Coriolis
Pada bagian ini akan dibahas mengenai penurunan persamaan gaya Corolis beserta
diskritisasinya menggunakan beda hingga dan juga membahas kestabilan numerik
dari diskritisasi tersebut.
2.1 Persamaan Gaya Coriolis
Persamaan pengatur momentum dari gaya corilis adalah:
dU
dt= −Ω2X
dV
dt= −Ω2Y
(2.1)
dengan X, Y adalah posisi benda dan U, V adalah kecepatan dalam sistem koordi-
nate yang diam. Perubahan posisi dari fluida dirumuskan sebagai:
dX
dt= U
dY
dt= V
(2.2)
Kecepatan fluida dalam sistem yang diam dan berputar tidaklah sama, sehing-
ga hubungannya dapat dilihat sebagai:
U = u− Ωy
V = v + Ωx(2.3)
dengan u, v adalah kecepatan fluida dalam sistem koordinate yang berputar. Hasil
kombinasi dari persamaan (2.1) dan (2.2) adalah:
d2X
dt2= −Ω2U
d2Y
dt2= −Ω2V
(2.4)
dengan kondisi awal adalah X(0) = X0, Y (0) = Y0, Xt(0) = U0, Yt(0) = V0. Solusi
persamaan diatas yang memenuhi kondisi awal, kecepatan, dengan tanpa adanya
2.2 Diskritisasi Gaya Coriolis 4
ganguan awal (u = 0 dan v = 0), dan menggunakan persamaan (2.3) adalah:
X(t) = X0 cos(Ωt)− Y0 sin(Ωt)
Y (t) = Y0 cos(Ωt) +X0 sin(Ωt)(2.5)
Tanpa adanya gaya lain, osilasi inersia pada fluida diatur oleh persamaan mo-
mentum sebagai:
∂u
∂t= +2Ωv
∂v
∂t= −2Ωu
(2.6)
Karena perbedaan antara orientasi sumbu rotasi bumi, maka besarnya gaya Cori-
olis bergantung pada lintang geografis dan persamaan (2.6) berubah menjadi:
∂u
∂t= +fΩv
∂v
∂t= −fΩu
(2.7)
dengan f = 2Ω sin(Ψ), dan Ψ adalah lintang geografis atau disebut sebagai pa-
rameter Coriolis. Periode osilasi inersia dihitung dengan T = 2π|f | , dan jari-jari
lingkaran inersia adalah u0|f | (dengan u0 adalah kecepatan awal di t = 0).
2.2 Diskritisasi Gaya Coriolis
Gaya Coriolis dalam fluida yang berputar pada persamaan (2.7) dalam bentuk
beda hingganya adalah:
(un+1
vn+1
)=
(1 ∆tf
−∆tf 1
)(un
vn
)(2.8)
Selanjutnya lokasi dari fluida ditentukan dengan:
xn+1 = xn + ∆tun+1
yn+1 = yn + ∆tvn+1(2.9)
2.2 Diskritisasi Gaya Coriolis 5
untuk melihat kestabilan numerik dari skema explicit pada persamaan (2.8), maka
kita lihat nilai eigen dari matrik Amplification:
eign
((1 ∆tf
−∆tf 1
))=
∣∣∣∣∣ 1− λ ∆tf
−∆tf 1− λ
∣∣∣∣∣ = 0 (2.10)
(1− λ)2 + (∆tf)2 = 0
(1− λ)2 = −(∆tf)2
(1− λ) = ±i(∆tf)
λ = 1±∆tf
(2.11)
Dari hasil nilai eigen pada persamaan (2.11), maka dapat dilihat |λ| =√
1 + (∆tf)2 >
1 sehingga |λ| > 1. Jadi skema explicit persamaan (2.8) dan (2.9) tidak stabil
(numerically unstable). Karena ketidak stabilan skema explicit diatas, maka se-
lanjutnya akan diperkenalkan dua skema yaitu pertama skema Semi-Implicit dan
kedua skema Local Rotating. Diskritisasi persamaan (2.6) dengan menggunakan
skema Semi-Implicit adalah:
un+1 = un + 0.5α(vn + vn+1)
vn+1 = vn − 0.5α(un + un+1)(2.12)
dengan α = ∆tf . Sehingga bila persamaa (2.12) dibawa kedalam bentuk matrik
menjadi: (un+1
vn+1
)=
1
1 + β
(1− β α
−α 1− β
)(un
vn
)(2.13)
denga β = 0.25α2. Untuk melihat kestabilan numerik dari skema semi implicit
pada persamaan (2.13), maka kita lihat kembali nilai eigen dari matrik Amplifica-
tion:
eign
(1
1 + β
(1− β α
−α 1− β
))=
∣∣∣∣∣ 1−β1+β
α1+β
− α1+β
1−β1+β
∣∣∣∣∣ = 0 (2.14)
2.2 Diskritisasi Gaya Coriolis 6
((1− β1 + β
)− λ)2
+
(α
1 + β
)2
= 0((1− β1 + β
)− λ)2
= −(
α
1 + β
)2
((1− β1 + β
)− λ)2
= ±i(
α
1 + β
)λ =
(1− β)± α1 + β
|λ| =
√(1− β1 + β
)2
+
(α
1 + β
)2
|λ| = 1
1 + β
√1− 2β + β2 + α2
|λ| = 1
1 + β
√1− 2β + β2 + 4β
|λ| = 1
(2.15)
karena nilai |λ| = 1 pada skema diatas menunjukkan bahwa skema semi implicit
merupkan skema yang selalu stabil. Selanjutnya pada skema Local Rotating, ga-
ya Coriolis bekerja pada kecepatan sudut dan tidak merubah kecepatan gerakan
fluida, dalam hal ini hanya kecepatannya saja. Bentuk matrik dari skema Local-
Rotating adalah: (un+1
vn+1
)=
(cos(α) sin(α)
− sin(α) cos(α)
)(un
vn
)(2.16)
dengan α = ∆tf . Seperti biasa untuk melihat kestabilan numerik dari skema
Local-Rotating pada persamaan (2.16), maka kita kembali melihat nilai eigen dari
matrik Amplification:
eign
((cos(α) sin(α)
− sin(α) cos(α)
))=
∣∣∣∣∣ cos(α)− λ sin(α)
− sin(α) cos(α)− λ
∣∣∣∣∣ = 0 (2.17)
2.2 Diskritisasi Gaya Coriolis 7
(cos(α)− λ)2 + (sin(α))2 = 0
(cos(α)− λ)2 = − (sin(α))2
(cos(α)− λ) = ±i (sin(α))
λ = cos(α)± i sin(α)
|λ| =√
cos(α)2 + sin(α)2 = 1
(2.18)
Karena nilai |λ| = 1 dari persamaan (2.18), maka hal ini menunjukkan bahwa
skema Local-Rotating merupakan skema yang selalu stabil juga.
Hasil Simulasi dan Diskusi 8
3 Hasil Simulasi dan Diskusi
Pada bagian ini akan dibahas mengenai simulasi dari persamaan persamaan Cori-
olis yang sudah dibahas ada bab sebelumnya. Untuk mensimulasikan persamaan
(2.8),(2.13) dan (2.16), maka perlu dibentuk nilai inisialisasi awal seperti pada
gambar 2. Dari gambar 2, Dapat dilihat bahawa niali-nilai awal diberikan se-
Gambar 2: Inisialisasi nilai awal program
suai dengan contoh pada [1] bab 3.12.6. Selanjutnya program untuk diskritisasi
persamaan explicit (2.8) dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3: explicit method
Sesuai dengan penjelasan pada bab sebelumnya, skema explicit ini tidaklah
Hasil Simulasi dan Diskusi 9
stabil, sehingga hasil dari simulasi program pada gambar (2) dan (3) bisa dilihat
pada gambar (4).
Gambar 4: Hasil menggunakan skema explicit
Pada gambar (4), terlihat bahwa dalam waktu simulasi yang lama maka par-
tikel yang berputar pada bidang yang bergerak akan semakin melebar dan bera-
khir diluar inersia lingkaran. Simulasi selanjutnya akan digunakani skema Semi-
implicit dan Local-Rotating sesuai dengan persamaan (2.13) dan (2.16). Program
untuk mensimulasi persamaan (2.13) dan (2.16) dapat dlihat pada gambar 5. Pro-
gram pada gambar 5, dibagi menjadi dua perintah sekaligus, yaitu menggunakan
mode=1 berarti mengguankan skema Semi-implicit sedangkan mode 6= 1 berarti
Hasil Simulasi dan Diskusi 10
menggunakan skema Local-Rotating.
Gambar 5: Semi-Implicit dan Local Roatation approach
Hasil dari simulasi dengan menggunakan skema Semi-implicit dan Local-Rotating
menghasilkan simulasi yang sama. hasilnya dapat dilihat pada gambar 6. Hasil
dari menggunakan dua skema diatas berhasil sesuai dengan exercise yang diingink-
an pada [1], dimana partikel berputar pada lintasan yang sama dan membentuk
lingkaran pada bidang yang berputar pula.
Pada bagian berikutnya simulasi dikerjakan sesuai dengan experimen yang di-
lakukan oleh Tom Howard dalam videonya yang berjudul ”Experiment of Coriolis
Force”. Cuplikan gambarnya dapat dilihat pada gambar 7, dimana Tom yang
dibantu oleh asistennya mencoba membuat garis lurus yang menyusuri pinggiran
penggaris pada lembaran kertas yang bentuknya sebuah lingkaran. Dalam eksperi-
men tersebut, selama menyusuri pinggiran penggaris, bidang kertas juga sekaligus
di putar sehingga hasil yang diharapkan tidak membentuk garis lurus melaikan
sebuah lintasan yang berbelok seperti pada gambar 7.
Hasil Simulasi dan Diskusi 11
Gambar 6: Hasil menggunakan skema Semi-implicit dan Local-Rotating
Hasil Simulasi dan Diskusi 12
Gambar 7: Real experimen
Simpulan 13
Untuk mensimulasikan keadaan pada gambar 7, pada simualsi gambar 2 nilai
awal dari u dan v dirubah menjadi u = 0 dan v = 1 yang berarti bahawa kecepatan
awal diberikan hanya ke sumbu y sebesar 1. Hasilnya dapat dilihat pada gambar
8.
Gambar 8: Hasil simulasi sesuai dengan eksperimen
4 Simpulan
Gaya Coriolis adalah gaya semu yang timbul akibat efek dua gerakan yaitu gerak
rotasi bumi dan gerak benda relatif terhadap bumi, atau dalam kata lain, gaya
Coriolis merupakan gaya yang membelokkan arah arus yang berasal dari tenaga
rotasi bumi.
Untuk mendiskritisasi persamaan pengatur momentum dari gaya Coriolis di-
gunakan skema beda hingga explicit, semi-implicit dan local-rotating. Dari analisis
kestabilan ketiga skema tersebut, skema explicit tidak bisa digunakan karena ske-
ma tersebut tidak stabil. Sedangkan untuk skema semi-implicit dan local-rotating,
memiliki syarat selalu stabil (always stable).
PUSTAKA 14
Pustaka
[1] Kampf. Jochen. Ocean Modelling for Beginners . Springer-Heidelberg Berlin
Heidelberg, 2009.