kritik terhadap pandangan anihilasi sabda budiman

26
(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Volume 2, No.2, November 2020 (60-85) htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI DAN IMPLIKASINYA DALAM HIDUP ORANG PERCAYA MASA KINI SABDA BUDIMAN Sekolah Tinggi Teologi Simpson Jl. Agung, No. 66, Krajan, Kel. Susukan, Ungaran Timur, Semarang, Jawa Tengah Email: [email protected] Abstract The discussion of the new sky and the new earth is one of the most important eskatological discussions. In the teachings of the new heaven and the new earth, there are two opposing views, namely anihilasi and restoration. An equally basic view of the Bible has a profound effect on Christianity. This article describes criticism of the anihilasi view and leans more towards the view of restoration. The criticism is done by looking at the biblical principles used by the anihilasi view, then carefully examining whether the Bible says so. At the end of this paper also the author presents the implications of the critique of the anihilasi view. Through this paper, the author hopes that readers will begin to open their minds to the doctrine of intact and biblical escology. It means that not only knowing about the second coming of Jesus, but also being able to understand that there is great hope and joy that God provides for believers in the new heaven and the new. Key Words : annihilation, the sky and the earth new, reconditional, eschatology

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen)

Volume 2, No.2, November 2020 (60-85)

htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros

KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI

DAN IMPLIKASINYA DALAM HIDUP

ORANG PERCAYA MASA KINI

SABDA BUDIMAN

Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Jl. Agung, No. 66, Krajan, Kel. Susukan,

Ungaran Timur, Semarang, Jawa Tengah

Email: [email protected]

Abstract

The discussion of the new sky and the new earth is

one of the most important eskatological discussions. In the

teachings of the new heaven and the new earth, there are two

opposing views, namely anihilasi and restoration. An equally

basic view of the Bible has a profound effect on Christianity.

This article describes criticism of the anihilasi view and leans

more towards the view of restoration. The criticism is done

by looking at the biblical principles used by the anihilasi view,

then carefully examining whether the Bible says so. At the end

of this paper also the author presents the implications of the

critique of the anihilasi view. Through this paper, the author

hopes that readers will begin to open their minds to the

doctrine of intact and biblical escology. It means that not only

knowing about the second coming of Jesus, but also being able

to understand that there is great hope and joy that God

provides for believers in the new heaven and the new.

Key Words : annihilation, the sky and the earth new,

reconditional, eschatology

Page 2: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 61

Pendahuluan

Pembahasan mengenai doktirn eskatologi

merupakan suatu pembahasan yang menjadi salah satu pusat

iman dan pengharapan orang percaya. Secara terminologi,

kata eskatologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu eskhatos

yang berarti ‘akhir, hal-hal akhir’.1 Anthony Hoekema

mengartikan eskatologis sebagai pengajaran yang mengarah

kepada segala peristiwa yang akan terjadi pada masa yang

akan datang, baik yang akan dirasakan secara individu

maupun secara keseluruhan.2 Di dalam Perjanjian Lama

maupun Perjanjian Baru, Alkitab dengan tegas mengatakan

bahwa akhir zaman benar-benar akan terjadi. Akan tetapi,

tidak seorang pun mengetahui kapan waktu akhir zaman itu

tiba, hanya Allah yang mengetahuinya.

Di dalam pembahasan tentang doktrin eskatologi,

secara keseluruhan terdapat tujuh topik pembahasan yang

merupakan titik fokus, diantaranya ialah kematian, keadaan

sementara (intermediate state), kedatangan Kristus

(Parousia), kebangkitan, penghakiman, langit baru dan bumi

baru, serta neraka. Di dalam ketujuh topik tersebut,

pembahasan tentang langit baru dan bumi baru menjadi topik

yang menarik bagi setiap orang percaya. Pembahasan

mengenai langit baru dan bumi baru tercatat jelas di dalam

Perjanjian Lama (Yes. 65:17; 66:22) dan Perjanjian Baru (2

Pet. 3:13; Why. 21:1). Topik ini penting bagi orang percaya

karena tujuan akhir dari keseluruhan pengharapan iman

Kristen ialah hidup kekal, dan sesuai dengan apa yang Alkitab

paparkan bahwa orang percaya akan hidup kekal selamanya

di langit baru dan bumi baru yang akan Allah sediakan.

Meskipun Alkitab telah menubuatkan topik tentang

langit baru dan bumi baru, namun ada sebagian dari orang

percaya belum mengetahui topik ini. Ataupun telah

1Bruce Milne, Mengenali Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 1982), 154. 2Anthony A. Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman (Surabaya:

Momentum, 2004), 1.

Page 3: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 62

mengetahui topik ini, namun tidak memahaminya secara

benar dan tepat. Ketidaktahuan dan ketidakpahaman

mengenai pengharapan akan langit dan bumi baru ini akan

mempengaruhi tindakan orang percaya terhadap ciptaan,

secara khusus terhadap alam. Sebagaimana ada pandangan

yang berpendapat bahwa langit dan bumi ini akan dibaharui

secara total dan langit dan bumi yang lama akan lenyap

(pandangan anihilasi). Pandangan ini didasarkan pada teks 2

Petrus 3:7-13 dan Wahyu 20:11, 21:1.3 Selain itu, jika

memang langit dan bumi ini akan dimusnahkan secara total

atau pun diubah secara total, tanpa ada kesinambungan

dengan langit dan bumi yang lama, maka pelestarian dan

pemeliharaan lingkungan secara intesif tidak diperlukan lagi.

Pandangan ini tentunya akan mempengaruhi worldview dan

tindakan orang percaya terhadap alam ciptaan di dalam

kehidupan sehari-hari.

Jatmiko dalam artikel jurnalnya, yang mana

penelitiannya mendekati topik artikel ini, melihat adanya

kontradiksi antara pandangan restorasi dan pandangan

anihilasi. Ia juga menganilisis bagian-bagian Alkitab yang

mendukung kedua pandangan tersebut. Terdapat kontradiksi

penafsiran dari bagian-bagian Alkitab yang sama.4 Jatmiko

menjelaskan alasan dari pandangan anihilasi, yang

menyatakan bahwa kejahatan dan dosa yang telah merajalela

di bumi ini, tidak mungkin dapat dibaharui sehingga perlu

adanya pembaharuan total dan sama sekali baru dari pada

sebelumnya.5 Berkouwer menyatakan bahwa tidak ada

harapan masa depan bagi bumi ini, bumi yang telah

3Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika (Yogyakarta: ANDI,

2004), 217. 4Yudi Jatmiko, “Sebuah Analisis Terhadap Problematika

Ajaran Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru,” Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 2, No. 2 (April 2018): 89.

5Ibid., 96.

Page 4: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 63

diperbudak oleh kejahatan.6 Kebanyakan para teolog dari

aliran Lutheran memegang pandangan anihilasi.7

Topik langit baru dan bumi baru penting sekali bagi

orang percara sebagai pengharapan yang Allah janjikan.

Menimbang bahwa pandangan seseorang tentang konsep ini

juga mempengaruhi perilakunya terhadap sesama dan

lingkungan, karena itu perlu adanya kajian yang kritis dan

Alkitabiah mengenai konsep ini. Berdasarkan hal tersebut,

penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Pertama,

bagaimana sejarah dan pokok ajaran pandangan anihilasi?

Kedua, bagaimana kritik terhadap pandangan anihilasi

ditinjau dari kebenaran Alkitab? Ketiga, apa implikasi kritik

terhadap pandangan anihilasi bagi orang percaya bagi bumi,

secara khusus terhadap lingkungan? Tujuan penulisan artikel

ini ialah menjawab dan menjelaskan ketiga pertanyaan

tersebut.

Metode Penelitian

Dalam artikel jurnal ini, penulis menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode

penelitian deskriptif kualitatif menurut Moleong ialah

pendekatan yang menganalisis kutipan-kutipan data untuk

menyajikan gambaran laporan. Semua data yang

dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

yang telah diteliti.8 Penulis mengumpulkan data-data dari

berbagai sumber yang berkaitan dengan topik yang dibahas

seperti Alkitab, buku-buku tafsiran, artikel jurnal, kamus, dan

internet. Setelah mengumpulkan data tersebut, penulis

melakukan analisis data serta membandingkannya dan

menguraikannya

6Ibid. 7Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman. 8Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2018), 11.

Page 5: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 64

sehingga memperoleh pengertian yang tepat secara

keseluruhan.9

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dalam

menguji keabsahan data. Triangulasi ialah suatu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

lain yang di luar data sebagai pembanding atau pun

keperluan pengecekan data itu. Triangulasi yang digunakan

dalam penelitian ini ialah triangulasi dengan metode, yaitu

pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data dan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

Hasil dan Pembahasan

A. Pandangan Anihilasi

1. Sejarah dan Tokoh Pandangan Anihilasi

Secara umum, ada aliran yang menganut pandangan

anihilasi, yaitu kaum Dispensasional dan kaum Lutheran.

Kedua aliran ini merupakan dua aliran yang cukup

berpengaruh dalam teologi, secara khusus kaum Lutheran.

Berikut sejarah singkat mengenai kedua aliran ini.

a. Kaum Dispensasionalis

Dispensasi merupakan kata yang berasal dari

ungkapan bahasa Latin dispensation yang mana Vulgata

menggunakannya untuk menerjemahkan kata Yunani

oikonomia.10 Kata oikonomia berasal dari dua kata yaitu oikos

(rumah) dan nemo (membagi, mengatur atau membagi

kekuasaan). Secara umum, kata dispensasional dapat

diartikan sebagai administrasi dari sebuah urusan rumah

tangga yang dilakukan oleh seorang hamba atau pelayan.

Secara teologis, kata ini dapat berarti sebuah sistem

keagamaan yang dimengerti sebagai ketetapan yang

9M Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1993), 63. 10Eddy Peter, Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme

(Tangerang: STT Internasional Philadelphia, 2004), 8.

Page 6: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 65

mahakuasa atau sebagai penunjuk pewahyuan secara

progresif yang diekspresikan sebagai sebuah kebutuhan

bangsa atau pribadi atau pun periode waktu.11

Dispenasionalis berbeda dengan premilenialisme.

Meskipun premilenialisme sudah ada sejak sekitar abad ke-2,

namun pandangan dispensasional, yaitu ajaran yang dengan

tegas membedakan antara Israel dan gereja sebagai dua umat

Allah yang berbeda, baru muncul pada abad yang ke

sembilanbelas. John Nelson Darby ialah seorang pelopor dari

pandangan ini.12 Dispensasionalisme merupakan pandangan

yang secara resmi lahir pada awal abad ke-19 di Inggris. Awal

mula kelahiran pandangan ini ialah sejak terjadi gerakan

Brethen. Teolog seperti John Nelson Darby, Samuel P.

Tregelles dan Charles Henry, kemudian menerbitkan karya-

karya yang eksposisional yang mempengaruhi tokoh-tokoh

terkenal Amerika seperti D.L. Moody, James H. Brookes.13

Namun, tokoh-tokoh dispensasionalis berpendapat bahwa

ide dari pandangan ini sudah ada sejak abad permulaan.

Justin Martyr berpendapat bahwa Allah bekerja pada

zaman yang berbeda, salah satu contohnya ialah pada zaman

Henokh, Nuh dan anak-anaknya, mereka tidak disunat dan

tidak memelihara hari Sabat, namun mereka didapati

berkenan kepada Allah.14 Dengan demikian, secara tidak

langsung dalam esensinya, Justin Martyr ada dalam ajaran

dispensasionalisme mengenai perbedaan ekonomi dalam

Perjanjian. Justin Martyr (110-165 M) di dalam karyanya

Dialogue with Trypho melihat adanya perbedaan di dalam

Perjanjan Lama mengenai ekonomi. Ia mengungkapkan

11Philip Suciadi Chia and Juanda, “Dispensasionalisme

Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab,” Kerusso: Jurnal Teologi dan Pelayanan 5, 1 (March 2020): 21.

12Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman, 252. 13Suciadi Chia and Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai

Metode Dalam Memahami Alkitab,” 21. 14Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang:

SAAT, 2004), 151.

Page 7: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 66

bahwa sebelum ada aturan sunat dan hukum Taurat,

seseorang dapat menyenangkan Allah tanpa harus disunat

dan menaati hukum Taurat. Namun setelah Allah

memberikan sunat dan Taurat kepada bangsa Israel, mereka

harus melakukannya.

Irenaeus di dalam tulisannya mengemukakan secara

implisit bahwa adanya dispensasi-dispensasi pada periode

yang berbeda. Dalam karyanya, ia berkata bahwa Injil

merupakan empat bentuk, yaitu sebelum air bah yang berada

di bawah Adam, kedua sesudah air bah berada di zaman Nuh,

ketiga, tatkala Taurat setelah diberikan di masa Musa, dan

keempat ialah pembaharuan manusia melalui Injil. Irenaeus

sejalan dengan Justin Martyr yang memandang adanya

pembagian ekonomi di dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi,

Irenaeus juga selangkah lebih maju dari Justin Matry, yaitu

Ireaneus melihat pembagian ekonomi tersebut terdapat juga

di dalam Perjanjin Baru.15 Pada saat ini, banyak teolog-teolog

modern yang berpegang pada Dispensasionalisme. Tokoh-

tokoh yang terkenal dalam pandangan ini ialah John F.

MacArthur, Phil Johnson, Ray Comfort, Jerry Falwell, Dwight

Pentecost, John Walvoord, Norman Geisler, Erwin Lutzer,

Charles L. Feinberg, dan Darrell Bock.16

Dalam cara penafsirannya, terdapat hermeneutika

yang unik dianut oleh Dispensasionalisme. Hermeneutika

ialah sebuah ilmu dan juga seni dalam menafsirkan Alkitab.

Dikatakan ilmu karena hermeneutik itu berkaitan dengan

prinsip yang teratur. Sedangkan dikatakan sebagai seni

karena perihal dalam menerapkan prinsip yang didapat.17

Dari penafiran ini, seseorang akan dibawa ke dalam suatu

sistem teologi. Bernard Ramm menyatakan bahwa model

penafsiran dari Dispensasionalisme ialah model penafsiran

15Ibid., 152. 16Craig A. Blaising and Darrell L. Bock, Progressive

Dispensationalism (Grand Rapids: Baker Books, 1993), 282. 17Kevin J. Conner and Ken Malmin, Interpreting The

Scriptures (Malang: Gandum Mas, 2004), 1.

Page 8: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 67

yang literal. Artinya ialah setiap kata yang dibaca memiliki

makna yang sama, baik dalam tulisan, pengucapan, dan juga

pemikiran.18 Dengan demikian, dapat dipastikan dalam

menafsirkan studi eskatologis, Dispensasionalisme

menggunakan penafsiran literal.

b.Kaum Lutheran

Mendengar dari kata Lutheran, semua tentu tahu

bahwa aliran ini dipelopori oleh Marthin Luther, seorang

tokoh reformasi. Aliran Lutheran dapat dikatakan sebagai

aliran ataupun denominasi protestan yang tertua di dunia.

Denominasi ini juga bisa dibilang merupakan denominasi

yang memiliki pengikut terbesar, yaitu sekitar 60 juta jiwa.

Pengikut tersebut tersebar dalam lima benua, yaitu Amerika,

Eropa, Asia, Afrika, dan Asutralia. Sebanyak 90 persen dari

gereja yang mengakui dirinya aliran Lutheran, yaitu sekitar

105 organisai gereja, bergabung dalam The Lutheran World

Federation (LWF).19 Hal ini menunjukkan bahwa aliran

Lutheran mempunyai pengaruh yang besar dalam agama

Kristen.

Sesungguhnya bukan Martin Luther orang pertama

yang mencanangkan reformasi gereja di benua Eropa. Ada

perintis Reformasi yang sebelumnya telah mencangkan hal

tesebut, salah satunya ialah John Wylife (1329-1384) di

Inggris, dan Johannes Hus (1373-1415) di Bohemia. Pada saat

itu, dapat diibaratkan bahwa telur yang dierami itu belum

lama dan belum cukup matang untuk menetas. Keadaan saat

itu belum cukup kondusif untuk membuat pembaharuan

yang menyeluruh. Pengaruh Gereja Katolik Roma pada saat

itu masih sangat kuat, didukung juga masyarakat yang belum

menginginkan perubahan. Akan tetapi, tiba pada zaman

Luther, keadaan itu sudah sangat matang. Apalagi sebuah

18Suciadi Chia and Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai

Metode Dalam Memahami Alkitab,” 27. 19Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar

Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 23.

Page 9: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 68

rumusan yang dibangun sangat mendasar dan radikal

sehingga reformasi dapat terjadi.20

Ajaran dari aliran Lutheran dipengaruhi oleh

pengalaman kehidupan Martin Luther. Tentunya dalam

teologi Martin Luther, tidak terlepas dari pengaruh kondisi

pada zamannya. Sebagaimana ajaran Katolik Roma yang

memegang erat tradisi gereja dan ajaran-ajaran tambahan

Paus (seperti Indlugensia) mempengaruhi cara berteologi

Martin Luther. Aritonang juga mengatakan bahwa posisi

firman Tuhan dalam ajaran Lutheran yang juga dihidupi oleh

gereja-gereja Lutheran, hanya dapat dipahami dengan baik,

jika melihat sejarah dan latar belakang kehidupan dan

pergumulan iman Martin Luther.21 Ajaran Luther yang masih

melekat di semua gereja-gereja Kristen ialah pernyataan sola

scriptura, yaitu hanya Alkitab kebenaran yang tertinggi.

Pada umumnya pandangan aliran Lutheran terhadap

konsep langit baru dan bumi baru itu ialah pemusnahan

secara total (Anihilasi). Hoekema dalam bukunya yang

berjudul The Bible and The Future juga mengatakan bahwa

para teolog Lutheran lebih banyak memilih pandangan

anihilasi.22 Beberapa tokoh Lutheran yang ikut dalam

pandangan pemusnahan total yaitu Althaus, T. Kliefort, K

Hase, Beza, Rivet, Junius, Wollebius dan Prideaux. Berkouwer

menyatakan bahwa para teolog Lutheran menganut

pandangan anihilasi ialah:23

The confession of the expectation of a new heaven and

a new earth can then be understood only in terms of

this complete annihilation, which will be followed

immediately by a creatio ex nihilo free from any

continuity with the old world. Seventeenth-century

20Ibid., 25. 21Ibid., 44. 22Hoekema, Alkitab Dan Akhir Za `man, 379. 23Aksi Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru:

Anihilasi Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” Jurnal Amanat Agung 14, 1 (June 2018): 30.

Page 10: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 69

Lutheran theologians accepted this position, with a

curious conclusion. Quenstedt, for example, disputed

the contention that the new earth involved a mere

change in quality or a renewal of the old, arguing

instead that the old would totally and finally

disintegrate.

Dalam pernyataan ini mengatakan bahwa para kaum

Lutheran menempatkan posisi mereka dalam pandangan

Anihilasi. Mereka beranggapan bahwa langit dan bumi baru

hanya dapat dipahami dengan pemusnahan total dan bebas

dari kontinuitas dengan langit dan bumi yang lama. Kaum

Lutheran tentunya tidak dengan begitu saja memegang

pandangan anihilasi. Kaum Lutheran juga berpegang pada

ayat-ayat Alkitab yang jelas, yang akan dijelaskan dalam

pembahasan berikutnya.

2. Pokok Ajaran dan Argumentasi

Kata “anihilasi” dari kata dasar “nihil”. Kata nihil

berasal dari bahasa Latin yang berarti kosong atau tidak ada.

Dalam KBBI, kata “nihil” juga diterjemahkan dengan arti sama

sekali atau pun tidak ada apa-apa.24 Pengertian ini jika

dikaitkan ke dalam penciptaan langit dan bumi baru, maka

akan ada penghancuran menyeluruh sehingga menjadi sama

sekali kosong tak tersisa. Oleh karena itu, anihilasi dalam

eskatologi juga disebut sebagai kehancuran total.

Pandangan ini beranggapan bahwa setelah masa

seribu tahun, Allah akan menciptakan langit dan bumi yang

sama sekali baru. Pandangan ini juga menekankan

discontinuity antara present creation dengan creation. 25

Pandangan anihilasi mendasarkan argumennya dalam dua

alasan, yaitu natur bumi sekarang yang telah berdosa

sehingga tidak mungkin terjadi pemulihan dan pembuktian

24Kamus Besar Bahasa Indonesia, n.d. 25Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru: Anihilasi

Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” 29.

Page 11: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 70

dari ayat firman Tuhan. Konsep anihilasi menyatakan

“creation is evil, and the Lord must completely destroy this

earth”26 Ungkapan ini semacam kutukan yang Allah berikan

karena kejatuhan manusia ke dalam dosa. Semakin hari bumi

ini menuju kepada kejahatan dan kerusakan yang di

dalamnya tidak ada kebaikan lagi. Bumi yang sekarang ini

telah diperbudak oleh dosa dan kejahatan. Kejahatan yang

semakin merajalela ini menunjukkan bahwa tidak akan ada

pembaharuan bagi bumi dan haruslah bumi yang baru

tersebut berbeda total dengan bumi yang sekarang.

Pandangan anihilasi menggunakan beberapa ayat

Alkitab sebagai dasar pengajarannya. Dasar Alkitab tersebut

terdapat dalam Matius 24:29 “Segera sesudah siksaan pada

masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak

bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit

dan kuasa-kuasa langit akan goncang.” Dilanjutkan dengan

ayat yang ke 35 yang berkata “Langit dan bumi akan

berlalu…” Selain ayat tersebut pandangan ini juga mengutip

perkataan rasul Petrus dalam 2 Petrus 3:12 “Pada hari itu

langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan

hancur karena nyalanya.” Satu ayat di dalam Wahyu 21:1

menambah keyakinan yang kuat akan pandangan ini, ayat

tersebut berbunyi “Lalu aku melihat langit yang baru dan

bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang

pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.” Ketiga ayat

ini menjadi fondasi yang kokoh bagi pandangan anihilasi.

Willmington sebagai tokoh dispenasionalis juga meyakini

bahwa Alkitab mencatat dengan jelas fakta tentang

penghancuran bumi. Referensi ayat tambahan yang

Willmington rujuk ialah Ibrani 1:10-12 “Pada mulanya, ya

Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi dan langit

adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa…”27

26Jatmiko, “Sebuah Analisis Terhadap Problematika Ajaran

Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru,” 95. 27H.L. Willmington, Eskatologi: Studi Alkitabiah Yang

Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman (Malang: Gandum Mas, 1997), 317.

Page 12: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 71

Ungkapan “akan binasa” menyiasatkan penghancuran langit

dan bumi secara total.

Frasa di dalam 2 Petrus 3:10 dan Wahyu 21:1 juga

menambah dukungan dari pandangan ini. Frasa ouranon

kainon kai gen kainen (langit baru dan bumi baru) mengacu

kepada akar kata kainos, yang berarti baru.28 Rasul Petrus

menubuatkan bahwa pemusnahan unsur-unsur dari alam

semesta ini akan terjadi dalam nyala api yang

menghanguskan. Semuanya itu akan terjadi dengan sekilas,

bagaimanapun itu akan terjadi, Allah akan melakukannya

dengan cara-Nya. Menzies dan Horton juga menyatakan

bahwa bagaimanapun Allah melaksanakan pelenyapan bumi

dan langit yang sekarang ini, itu semuanya akan membuka

jalan untuk penciptaan langit dan bumi yang sama sekali

baru.29 Tidak akan ada lagi matahari dan bulan pada saat itu.

Christhopher Wright memandang ada dua hal yang

mempengaruhi pandangan anihilasi. Pertama, Pandangan

“Misplaced Dualism” yaitu pandangan yang dipengaruhi oleh

pemikiran plantonis dan gnostik. Kedua pemikiran ini

menekankan adanya pembagian akan dua bagian yang

berlawanan, yaitu dunia fisik dan dunia rohani. Semua dunia

fisik itu dianggap sebagai suatu kejahatan dan semua dunia

rohani itu adalah baik.30 Dualisme inilah yang hingga saat ini

mempengaruhi pemikiran orang Kristen. Dari pemikiran

tersebut, terbangun pemahaman bahwa dunia materi yang

jahat ini akan dihancurkan secara total. Emil Brunner juga

senada dengan pandangan misplaced dualism dan berpihak

pada ajaran anihilasi. Ia bahkan mengkritik bahwa

pandangan tentang langit baru dan bumi baru yang akan

28Jatmiko, “Sebuah Analisis Terhadap Problematika Ajaran

Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru,” 96. 29William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab

(Malang: Gandum Mas, 2019), 264. 30Michael E. Wittmer, Heavens Is a Place on Earth: Why

Everything You Do Matters to God (Grand Rapids: Zondervan, 2004), 43.

Page 13: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 72

berkesinambungan dengan langit dan bumi yang lama terlalu

naïf dan materialistis. Ia menyatakan bahwa tidak ada dasar

untuk menaruh harapan kepada langit dan bumi baru

merupakan kesinambungan dari langit dan bumi yang lama.31

Selanjutnya, hal kedua yang mempengaruhi

pandangan anihilasi ialah scenarios of obliteration.

Pandangan yang menyatakan adanya pemusnahan dengan

api besar yang tidak akan menyisakan apapun dari dunia ini.

Pemusnahan ini hanya menyisakan jiwa manusia yang

nantinya akan menuju ke surga, sedangkan bumi masuk ke

dalam apa yang disebut cosmic incinerator (tempat

pembakaran yang memusnahkan).32 Christopher Wright

sendiri mengkritik pemahaman tersebut dengan berkata

bahwa ayat tentang pemusnahan terhadap langit dan bumi

tidak dapat dipahami demikian, namun ada pemurnian di

dalam api sehingga kejahatan yang ada dilenyapkan, namun

langit dan bumi yang sekarang ini tidaklah lenyap.33 Doktrin

ini mirip dengan ajaran Roma Katolik tentang api penyucian

yaitu adanya pemurnian untuk menghilangkan unsur-unsur

kejahatan, akan tetapi perbedaannya ialah objek yang

dimurnikan. Terlepas dari itu, pengaruh tentang pemusnahan

langit dan bumi ini dengan api berdasarkan 2 Petrus 3:10

menjadi dasar yang kuat bagi kaum anihilasi, ditambah lagi

pada ayat ke-12 bagian Alkitab tersebut memberi penekanan

bahwa hal itu benar-benar akan terjadi.

3. Pengaruh Pandangan Anihilasi Terhadap Kehidupan

Penganutnya

Keyakinan akan pandangan anihilasi bukan hanya

mempengaruhi pengharapan iman mengenai kehidupan yang

31Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman, 381. 32Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru: Anihilasi

Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” 35. 33Christopher J.H. Wright, The God I Don’t Understand:

Reflection on Tough Questions of Faith (Grand Rapids: Zondervan, 2008), 200.

Page 14: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 73

akan datang, tetapi juga memiliki pengaruh yang cukup besar

pada masa sekarang ini. Salah satu contoh aliran yang

menganut pandanagan ini ialah kaum Pentakosa. Kaum

Pentakosta yang memegang erat pandangan anihilasi

cenderung tidak mempedulikan hal-hal yang berkaitan

tentang ekologi. Dalam tulisannya, Calvin DeWitt

menegaskan ada 10 hal yang membuat orang Kristen tidak

mau terlibat dalam kegiatan ekologi, salah satunya ialah

bahwa dunia ini hanya tempat tinggal sementara.34 Sikap ini

tentunya dipengaruhi oleh pandangan eskatologis yang

mengarah kepada penghancuran langit dan bumi kelak.

Penganut pandangan anihilasi merasa kepedulian terhadap

topik ekologi merupakan hal yang tidak relevan dan sia-sia

karena pada akhirnya pun usaha tersebut berujung kepada

pemusnahan. Lebih baik memberi perhatian penuh kepada

jiwa-jiwa yang belum mendengar Injil dari pada

menyibukkan diri akan hal-hal yang sia-sia. Sikap ini juga

sejalan dengan pemikiran Lahaye dan Jenkins, penulis buku

Left Behind yang berhasil mempengaruhi sebagian besar

orang Injili. Tulisan mereka berisi tiga visi eskatologis, salah

satunya ialah keyakinan akan bumi dimusnahkan

sepenuhnya dan bumi baru akan tercipta, karena itu tidak ada

alasan untuk peduli dengan bumi yang sekarang ini.35

Selain dari keacuhan terhadap pemeliharaan alam,

pengaruh pandangan anihilasi seperti kaum dispensasional

yang memegang pandangan ini, juga tidak peduli terhadap

aksi-aksi sosial. Kaum dispensasional menganggap kegiatan-

kegiatan tersebut hanya menghabiskan waktu dan

mengabaikan sesuatu yang penting, yaitu pemberitaan Injil.

Secara sekilas, kaum dispensasional memandang dunia ini

dengan sikap pesismis. Artinya bahwa dunia ini akan menuju

kebinasaan dan semakin hari semakin buruk hingga

34Yohanes Hasiholan Tampubolon, “Refleksi Kepedulian Injili

Pada Isu Lingkungan Hidup,” Stulos: Jurnal Teologi 18, 1 (January 2020): 60.

35Ibid., 61.

Page 15: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 74

mencapai klimaks, yaitu penghancuran total.36 Karena itu,

aksi-aksi bukanlah sesuatu yang signifikan untuk dilakukan

menurut pandangan eskatologi dispensasional. Tidak dapat

dipungkiri jika pengikut dari pandangan ini bersikap radikal,

tentu akan mengabaikan kedua hal yang telah dipaparkan

tersebut. Karena pengharapan dan worldview telah tertanam

di hati dan pikiran penganut pandangan anihilasi. secara

tidak langsung dapat disimpulkan bahwa pengikut dari

pandangan ini tidak memiliki panggilan untuk memelihara

bumi dan berjuang untuk mengatasi masalah ekologi yang

terjadi saat ini.

B. Pandangan Anihilasi Ditinjau Dari Kebenaran Alkitab

Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa adanya

langit baru dan bumi baru, baik di dalam Perjanjian Lama

maupun Perjanjian Baru. Di dalam Yesaya 65:17-25; 66:22-

23; 2 Petrus 3:13; Wahyu 21:1-8, tidak menunjukkan adanya

pengahancuran total sebagaimana pandangan anihilasi. Kata

kainos di dalam 2 Petrus 3:13 maupun Wahyu 21:1 yang

menjadi salah satu dasar ajaran anihilasi, merupakan tafsiran

yang keliru. Ada dua kata dalam bahasa Yunani untuk istilah

kata “baru”, yaitu neos dan kainos. Kata neos memiliki arti

waktu atau sesuatu yang baru sama sekali, berbeda dari pada

yang lama atau baru dari sebelumnya tidak ada, sedangkan

kata kainos berarti baru dalam hal natur atau kualitas.37

Simon J. Kistemaker, seorang teolog kaum injili menyatakan

bahwa kata kainos digunakan untuk menunjukkan kepada

sesuatu yang baru, namun berasal dari yang lama.38

36Jessica Novia Layantara, “Postmilenialisme Bersyarat: Kritik

Terhadap Eskatologi Premilenialisme Dispensasional Dan Sebuah Usulan Terhadap Eskatologi Pentakosta,” Jurnal Teologi Amreta 2, 1 (December 2018): 42.

37Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru: Anihilasi Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” 39.

38Simon J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu (Surabaya: Momentum, 2001), 605.

Page 16: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 75

Selain itu, kata kainos muncul 35 kali di dalam

Perjanjian Baru, salah satunya muncul di dalam kitab II

Korintus 5:17; Galatia 6:15; Efesus 4:24. Ayat-ayat yang

disebutkan itu membicarakan tentang tabiat baru dan ciptaan

baru. Sebagaimana orang percaya yang telah dibaharui oleh

Roh Kudus, begitu pun langit baru dan bumi baru. Ketika

seseorang percaya kepada Yesus Kristus, ia mengalami

pembaharuan yang menjadikannya ciptaan baru. Akan tetapi,

diri orang tersebut tidak mengalami perubahan secara total,

namun secara ia masih tetap seperti semula.39 Identitas diri

seseorang ciptaan baru masih tetap seperti sebelum ia

percaya, hanya saja kualitas hidup rohaninya yang

mengalami perubahan.

Namun, mengapa Petrus menuliskan bahwa langit

dan bumi ini akan lenyap hangus dalam nyala api?

Kistemaker menjelaskan bahwa saat Petrus menulis

mengenai lenyapnya langit dan bumi, dan unsur-unsur dunia

ini akan hangus oleh nyala api, dalam bagaian selanjutnya ia

menyatakan bahwa “sesuai dengan janji-Nya, kita

menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana

terdapat kebenaran” (2 pet. 3:13). Ia mengharapkan adanya

suatu renovasi dengan api untuk tujuan perubahan dari yang

lama menjadi baru. Petrus sama sekali tidak mengatakan

langit dan bumi baru yang sama sekali baru.40 Ditinjau dari

konteksnya, Petrus mengindikasikan bahwa peristiwa

pembinasaan langit baru dan bumi baru oleh api disejajarkan

dengan peristiwa air bah pada zaman Nuh. Kejahatan

manusia pada zaman Nuh sangat besar sekali, karena itu

perlu adanya “penghancuran” terhadap dunia pada masa itu,

namun bukan berarti dunia ini musnah secara total.

Jadi, melalui pembahasan di atas, kata kainos di dalam

2 Pertus 3:13 dan Wahyu 21:1 tidak mengarah kepada

39William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab,

262. 40Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu, 605–606.

Page 17: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 76

penghancuran total, tetapi baru dalam hal kualitas. Itu berarti

bahwa langit dan bumi yang baru merupakan kelanjutan dari

langit dan bumi yang lama. Hoekema juga mendukung

pernyataan ini, ia berkata bahwa kosmos yang dibicarakan

dalam eskatologi bukanlah kosmos yang sama sekali berbeda

dari yang lama, melainkan penciptaan ulang yang bersifat

mulia, namun merupakan kelanjutan dari bumi yang lama.41

Ajaran anisilasi yang didasarkan dengan kata kainos tidak

sesuai dengan kebenaran yang Alkitab maksudkan mengenai

langit baru dan bumi baru yang akan datang.

1. Ayat-Ayat Alkitab yang Menentang Pandangan Anihilasi

Kejadian 1-2

Di dalam kisah penciptaan, Allah mengatakan semua

ciptaan-Nya itu “sungguh amat baik.” Allah juga menciptakan

manusia untuk “mengusahakan tanah itu” (2:5c) serta

berkuasa atas segala ciptaan-Nya. Allah secara tidak langsung

menyatakan bahwa dengan pemeliharaan yang dipercayakan

kepada manusia, terjalin hubungan yang intim antara Allah,

manusia dan seluruh ciptaan. Allah tidak pernah

merancangkan dan menciptakan sesuatu dengan tujuan

untuk dihancurkan. Tujuan Allah menciptakan langit dan

bumi bukan untuk dihancurkan, melainkan untuk tetap dan

terus ada.

Akan tetapi, ketika manusia jatuh ke dalam dosa,

manusia menjadi terkutuk dan ciptaan lainnya terkena

dampak dari kejatuhan manusia. Hubungan yang tadinya

harmonis antara Allah, manusia dan ciptaan lainnya menjadi

rusak. Jika dilihat dengan konteks kronologis, hanya manusia

yang jatuh ke dalam dosalah yang mendapat hukuman,

ciptaan lainnya tidak turut jatuh ke dalam dosa. Hal kedua

yang perlu diperhatikan ialah manusia yang telah jatuh ke

dalam dosa itu diselamatkan bukan dengan cara

penghancuran total sebagaimana telah dijelaskan dalam

41Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman, 379.

Page 18: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 77

bagian sebelumnya bahwa manusia akan menjadi ciptaan

baru. Dengan demikian tentu ciptaan lainnya juga turut ikut

diselamatkan dengan cara yang sama, yaitu dengan

pembaharuan secara kualitas. Lagi pula seharusnya dosa dan

efeknya yang harus dihapuskan dan bukan ciptaan itu sendiri.

Manusia juga belum merasakan kedamaian dan

sukacita yang semula Allah maksudkan saat penciptaan

dilakukan. Maksudnya ialah ketika Adam dan Hawa sebelum

jatuh ke dalam dosa, merasakan kesempurnaan dari ciptaan,

kedamaian dan sukacita serta hubungan yang harmonis

dengan Allah maupun dengan ciptaan lainnya. Keadaan

tersebut belum dirasakan sepenuhnya oleh Adam dan Hawa

dan keturunannya yang lain. Dapat dikatakan rencana semula

Allah menciptakan manusia dan dunia ini ialah untuk

menikmati kekekalan di bumi, sebagaimana yang dinyatakan

oleh Bali dalam artikelnya bahwa Allah tidak mungkin

menghancurkan langit dan bumi yang telah Ia ciptakan hanya

karena dosa.42

Roma 8:18-25

Paulus berkata tentang seluruh makhluk yang dengan

sangat rindu menantikan keselamatan dalam Anak Allah,

yaitu Yesus Kristus yang membuat mereka bebas dari kutuk

dosa yang membawa kepada kehancuran (ay.20-21),

merujuk kepada pembicaraan tentang ciptaan yang sekarang

ini, bukan kepada ciptaan baru yang sepenuhnya baru.

Dampak dosa yang diakibatkan manusia nampak jelas

dinyatakan Alkitab dalam Kejadian 3:17. Roma 8:22 juga

menyatakan bahwa seluruh ciptaan turut mengeluh dan

sama-sama merasakan penderitaan “sakit bersalin.”

Pernyataan yang menarik dari Carson dkk. dalam buku Tafsir

Alkitab Abad ke-21 yaitu rasa sakit yang dialami oleh seluruh

ciptaan bukanlah atas kehendaknya sendiri, melainkan itu

terjadi atas kehendak Alllah yang mana pada saat kejatuhan

42Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru: Anihilasi

Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” 49.

Page 19: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 78

Adam, Allah telah memutuskan suatu kutuk atas seluruh

bumi.43 Dalam buku Tafsiran Wycilffe juga menjelaskan

ketika badai taufan, angin ribut, gempa bumi, kekeringan,

banjir terjadi, itu semua merupakan sebagian kecil dari

ketidakseimbangan ciptaan. Paulus menyatakan bahwa

ciptaan bisa sampai pada kondisi ini, itu semua karena

Allah.44 Kutuk yang hanya karena kesalahan satu orang,

terkena kepada semua ciptaan.

Konsep penebusan di dalam Roma 8 mengarah

kepada penebusan dalam pemulihan seluruh ciptaan.

Penebusan yang dilakukan oleh Allah terhadap manusia dan

alam memiliki dampak timbal balik. Dalam prosesnya,

Venema menjelaskan bahwa “The same process of renewal

that will transform the believer’s present bodies of humiliation,

into bodies of glory will transform the creation it self.”45 Artinya

bahwa proses yang sama terjadi kepada manusia, begitu pula

proses pembaharuan/penebusan yang dialami oleh ciptaan

lainnya. Seluruh ciptaan kelak akan mengalami continuitas

ketika pemulihan itu terjadi. Hal tersebut juga menunjukkan

bahwa bentuk dari ciptaan baru itu akan mirip dengan

keadaan asalnya.

Dalam Roma 8:19 menyatakan bahwa semua

makhluk juga menantikan apa yang akan manusia rasakan.

Dalam tafsiran Wcliffe, kata makhluk “mengacu kepada

seluruh ciptaan Allah yang lebih rendah dari manusia, yang di

sini dipersonifikasikan untuk memperjelas kerusakan dan

kekacauan yang disebabkan oleh dosa. Dosa bukan hanya

merusak hubungan manusia dengan Allah tetapi juga

43D.A. Carson et al., Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Jilid 3:

Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2017), 354. 44Charles F. Pfeiffer and Everett F. Harrison, eds., Tafsiran

Alkitab Wycliffe Volume 3 (Malang: Gandum Mas, n.d.), 4990. 45Cornelis P. Venema, Christ and the Future: The Bible’s

Teaching about the Last Things (Edinbergh: The Banner of Truth Trust, 2008), 211.

Page 20: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 79

merusak alam semesta yang menjadi lingkungan hidupnya.”46

Kutuk yang Allah berikan itu juga tentu diiringi dengan suatu

pengharapan besar yang telah Allah sediakan, yang mana

Allah akan menjadikan ciptaan-Nya seperti semula, yaitu

suatu tempat di mana “serigala akan hidup bersama dengan

anak domba.” (Yes. 11:6)47 Penting untuk tidak

menghancurkan langit dan bumi yang penuh dengan

kejahatan ini. Jika Allah memilih untuk menghancurkan langit

dan bumi, maka Iblis meraih kemenangan, karena Allah tidak

mampu memulihkan ciptaan-Nya karena kejahatan Iblis. Iblis

keluar sebagai pemenang karena berhasil mencemari kosmos

dan bumi.48 Namun hal itu tidak akan terjadi karena Alkitab

telah menubuatkan bahwa Iblis pada akhirnya akan

dikalahkan. Puncak dari kemenangan tersebut ialah ketika

pembaharuan langit dan bumi secara kualitas dan segala dosa

kejahatan oleh Iblis akan dihapuskan seluruhnya.

2. Perbandingan Anihilasi dan Restorasi

Jelas bahwa pandangan anihilasi bertolak belakang

dengan pandangan restorasi dalam hal eskatologis tentang

langit baru dan bumi baru. Secara tidak langsung,

pengkritikan terhadap pandangan anihilasi telah

menjelaskan dasar dari ajaran restorasi. Ajaran restorasi

lebih menekankan kepada kesinambungan antara langit dan

bumi yang lama dan yang baru. Walaupun ada

kesinambungan, namun dosa dan dampak dosa dihapuskan

sama sekali. Inilah yang dimaksudkan dalam ajaran restorasi

tentang pembaharuan langit dan bumi. Pembaharuan

sebagaimana manusia dibaharui menjadi ciptaan baru.

Kedua pandangan ini tidak menentang adanya langit

dan bumi baru pada zaman akhir. Namun dalam prosesnya

terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua

46Pfeiffer and Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3,

4990. 47D.A. Carson et al., Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Jilid 3:

Matius-Wahyu, 354. 48Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman, 380.

Page 21: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 80

pandangan ini. Ada pun bagan berikut menyajikan

perbandingan antara pandangan anihilasi dan pandangan

restorasi mengenai langit baru dan bumi baru.

PERBANDINGAN

ANIHILASI RESTORASI

Langit dan bumi akan

dihancurkan total

Langit dan bumi akan

dibaharui

Langit dan bumi baru

sama sekali baru

Langit dan bumi baru

merupakan kelanjutan

dari langit dan bumi saat

ini

Kata kainos ditafsirkan

sebagai “baru” secara

keseluruhan

Kata kainos ditafsirkan

sebagai “baru” secara

kualitas dan natur

Keadaan dunia ini

semakin hari semakin

memburuk dan menuju

kehancuran

Dunia ini menantikan

keselamatan dan

pembaharuan

Beranggapan bahwa

dunia fisik bersifat jahat

dan dunia rohani bersifat

baik

Dunia fisik dan dunia

rohani sama-sama baik,

hanya dosa yang

membuat keduanya

menjadi tidak baik

Hanya manusia yang

diselamatkan

Keselamatan terjadi atas

seluruh ciptaan

Kurang mengindahkan

pemeliharaan

lingkungan

Pemeliharaan terhadap

lingkungan terus

diupayakan

Bagan 1.1. Perbandingan Pandangan Anihilasi dan Pandangan

Restorasi

C. Implikasi Kritik Terhadap Pandangan Anihilasi Bagi Orang

Percaya dalam Kepedulian

Terhadap Lingkungan Hidup

Page 22: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 81

Setelah membahas mengenai kritik terhadap

pandangan anihilasi dan lebih menekankan restorasi, berikut

implikasi yang dapat dilakukan sebagai wujud tindakan

penolakan terhadap pandangan anihilasi.

1. Implikasi Secara Teoritis

Baik pendeta, teolog, pengajar Kristen maupun orang

Kristen sendiri perlu melakukan penelitian yang intens

terhadap firman Tuhan. Kebenaran Alkitab tentu tidak akan

bertentangan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.

Dalam pembahasan mengenai kritik terhadap pandangan

anihilasi yang sikap dari pengikutnya cenderung acuh tak

acuh terhadap lingkungan, hal tersebut perlu dilihat dari

bagian Alkitab yang lain. Alkitab sebagai patokan dan standar

bagi orang percaya dalam bertindak perlu dikaji lebih

mendalam, secara khusus tentang ekologi. Firman Tuhan

sebagai dasar etika kekristenan tentu menaruh perhatian

yang besar terhadap lingkungan. Dengan melakukan

penelitian yang intens, seseorang akan mengetahui apa yang

ia yakini terbukti benar atau salah dalam kaca mata firman

Tuhan. Jika tidak demikian, maka tindakan yang salah atau

ketidakpedulian terhadap lingkungan akan menjadi tindakan

yang dibenarkan karena tidak ada standar yang menjadi tolak

ukur topik tersebut.

Pengkajian terhadap Alkitab juga tidak selamanya

mengabaikan ilmu pengetahuan lainnya. Dalam mengkaji

Alkitab mengenai pemeliharaan lingkungan, seorang teolog

atau peneliti juga perlu melihat ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan lingkungan, seperti ilmu pengetahuan

alam, ilmu tentang pertanian dan sebagainya. Penelitian

terhadap Alkitab tentang pemeliharaan lingkungan

kemudian dapat dikemas menjadi sebuah informasi atau

doktrin gereja yang membumi. Pengemasan tersebut

tentunya disesuaikan dengan lingkungan di mana pendeta

atau pengajar tersebut berada.

Page 23: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 82

Setelah melakukan penelitian yang intens terhadap

Alkitab mengenai pemeliharaan lingkungan, seorang

pengajar atau pendeta dan juga orang percaya lainnya perlu

menanamkan pemahaman yang benar terhadap

pemeliharaan lingkungan. Proses tersebut dapat dilakukan

dengan cara memberikan khotbah-khotbah, ceramah,

sosialisasi, terkait topik pemeliharaan lingkungan. Tidak

hanya mengajarkan dan membina, seorang pengajar Kristen

yang berwewenang juga perlu menegur seseorang yang

melakukan pelanggaran terhadap lingkungan. Salah satu

contoh kasusnya ialah penebangan hutan dengan

sembarangan, menggunakan alat berat untuk kegiatan

tambang emas yang membuat lingkungan sekitar menjadi

rusak. Oleh karena itu, para pengajar baik dalam lingkungan

gereja maupun masyarakat umum seyogiyanya mengadakan

sosialisasi terhadap pemeliharaan lingkungan. Sosialisasi

tersebut dapat juga dilakukan di media sosial dengan

memperhatikan prinsip-prinsip firman Tuhan.

2. Implikasi Secara Praktis

Gereja-gereja atau pun lembaga-lembaga Kristen

dapat menjalin kerja sama dengan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam pemeliharaan

lingkungan. Salah satu contohnya ialah gereja mau pun

lembaga Kristen menjalin hubungan dengan Gerakan

Indonesia Bersih yang bergerak dalam kegiatan kebersihan

seperti bergotong-royong memungut sampah di suatu lokasi.

Tidak hanya itu, dengan terjalin hubungan yang baik dengan

LSM, orang percaya dapat menjadi terang bagi agama-agama

lain.

Selain menjalin hubungan dengan LSM dan bekerja

sama dalam pemeliharaan lingkungan, gereja juga perlu

terlibat secara langsung dan mandiri. Artinya bahwa di dalam

program gereja juga perlu ada gerakan pemeliharaan

lingkungan. Salah satu contoh ialah gereja membentuk suatu

gerakan penanaman seribu pohon sebagai upaya menangani

Page 24: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 83

hutan gundul yang mengakibatkan banjir dan longsor. Atau

pun gereja membentuk suatu kegiatan gotong royong

pembersihan sampah dan mengurangi pemakaian plastik.

Kegiatan-kegiatan tersebut juga disesuaikan dengan

kebutuhan dan konteks setempat.

Kesimpulan

Berdasakan uraian kritik terhadap pandangan

anihilasi di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan.

Pertama, baik pandangan anihilasi maupun pandangan

restorasi sama-sama menerima doktrin tentang langit baru

dan bumi baru, hanya saja dalam prosesnya, terdapat

perbedaan diantara kedua pandangan ini. Pandangan

anihilasi menekankan kepada penghancuran langit dan bumi

total dan langit dan bumi baru bukanlah kelanjutan dari langit

dan bumi yang lama, sedangkan pandangan restorasi lebih

kepada kesinambungan antara langit dan bumi yang lama

dengan langit dan bumi yang baru. Kedua, di dalam

penafsiran Alkitab yang menjadi dasar pandangan anihilasi,

sesungguhnya tidak menunjukkan adanya pengancuran

terhadap langit dan bumi yang sekarang ini. Jutru ayat-ayat

Alkitab tersebut mengarah kepada pandangan restorasi.

Ketiga, ajaran anihilasi merupakan ajaran yang tidak

membumi. Doktirn tentang penghancuran langit dan bumi

menjadi alasan pengikut pandangan ini tidak mau terlibat

dalam pemeliharaan ciptaan. Secara tidak langsung

pandangan ini berdiri dalam sikap antroposentris, yaitu

menjadikan manusia sebagai pusat alam semesta, ciptaan

lainnya hanya digunakan oleh manusia untuk mencapai

tujuannya.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

A. Blaising, Craig, and Darrell L. Bock. Progressive

Dispensationalism. Grand Rapids: Baker Books, 1993.

Page 25: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 84

Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar

Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Conner, Kevin J., and Ken Malmin. Interpreting The Scriptures.

Malang: Gandum Mas, 2004.

D.A. Carson et al. Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Jilid 3: Matius-

Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2017.

Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology. Malang: SAAT,

2004.

Hoekema, Anthony A. Alkitab Dan Akhir Zaman. Surabaya:

Momentum, 2004.

Kistemaker, Simon J. Tafsiran Kitab Wahyu. Surabaya:

Momentum, 2001.

Milne, Bruce. Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 1982.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2018.

Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.

Pandensolang, Welly. Eskatologi Biblika. Yogyakarta: ANDI,

2004.

Peter, Eddy. Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme.

Tangerang: STT Internasional Philadelphia, 2004.

Pfeiffer, Charles F., and Everett F. Harrison, eds. Tafsiran

Alkitab Wycliffe Volume 3. Malang: Gandum Mas, n.d.

Venema, Cornelis P. Christ and the Future: The Bible’s

Teaching about the Last Things. Edinbergh: The Banner of

Truth Trust, 2008.

William W. Menzies & Stanley M. Horton. Doktrin Alkitab.

Malang: Gandum Mas, 2019.

Willmington, H.L. Eskatologi: Studi Alkitabiah Yang

Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman. Malang: Gandum Mas,

1997.

Wittmer, Michael E. Heavens Is a Place on Earth: Why

Everything You Do Matters to God. Grand Rapids: Zondervan,

2004.

Page 26: KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI SABDA BUDIMAN

Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…

Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 85

Wright, Christopher J.H. The God I Don’t Understand:

Reflection on Tough Questions of Faith. Grand Rapids:

Zondervan, 2008.

JURNAL

Bali, Aksi. “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru:

Anihilasi Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama.” Jurnal

Amanat Agung 14. 1 (June 2018): 25–62.

Jatmiko, Yudi. “Sebuah Analisis Terhadap Problematika

Ajaran Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru.”

Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 2. No. 2

(April 2018): 88–102.

Layantara, Jessica Novia. “Postmilenialisme Bersyarat: Kritik

Terhadap Eskatologi Premilenialisme Dispensasional Dan

Sebuah Usulan Terhadap Eskatologi Pentakosta.” Jurnal

Teologi Amreta 2. 1 (December 2018): 30–56.

Suciadi Chia, Philip, and Juanda. “Dispensasionalisme Sebagai

Metode Dalam Memahami Alkitab.” Kerusso: Jurnal Teologi

dan Pelayanan 5. 1 (March 2020): 20–37.

Tampubolon, Yohanes Hasiholan. “Refleksi Kepedulian Injili

Pada Isu Lingkungan Hidup.” Stulos: Jurnal Teologi 18. 1

(January 2020): 53–76.

KAMUS

Kamus Besar Bahasa Indonesia, n.d.