kritik terhadap pandangan anihilasi sabda budiman
TRANSCRIPT
(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen)
Volume 2, No.2, November 2020 (60-85)
htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros
KRITIK TERHADAP PANDANGAN ANIHILASI
DAN IMPLIKASINYA DALAM HIDUP
ORANG PERCAYA MASA KINI
SABDA BUDIMAN
Sekolah Tinggi Teologi Simpson
Jl. Agung, No. 66, Krajan, Kel. Susukan,
Ungaran Timur, Semarang, Jawa Tengah
Email: [email protected]
Abstract
The discussion of the new sky and the new earth is
one of the most important eskatological discussions. In the
teachings of the new heaven and the new earth, there are two
opposing views, namely anihilasi and restoration. An equally
basic view of the Bible has a profound effect on Christianity.
This article describes criticism of the anihilasi view and leans
more towards the view of restoration. The criticism is done
by looking at the biblical principles used by the anihilasi view,
then carefully examining whether the Bible says so. At the end
of this paper also the author presents the implications of the
critique of the anihilasi view. Through this paper, the author
hopes that readers will begin to open their minds to the
doctrine of intact and biblical escology. It means that not only
knowing about the second coming of Jesus, but also being able
to understand that there is great hope and joy that God
provides for believers in the new heaven and the new.
Key Words : annihilation, the sky and the earth new,
reconditional, eschatology
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 61
Pendahuluan
Pembahasan mengenai doktirn eskatologi
merupakan suatu pembahasan yang menjadi salah satu pusat
iman dan pengharapan orang percaya. Secara terminologi,
kata eskatologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu eskhatos
yang berarti ‘akhir, hal-hal akhir’.1 Anthony Hoekema
mengartikan eskatologis sebagai pengajaran yang mengarah
kepada segala peristiwa yang akan terjadi pada masa yang
akan datang, baik yang akan dirasakan secara individu
maupun secara keseluruhan.2 Di dalam Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru, Alkitab dengan tegas mengatakan
bahwa akhir zaman benar-benar akan terjadi. Akan tetapi,
tidak seorang pun mengetahui kapan waktu akhir zaman itu
tiba, hanya Allah yang mengetahuinya.
Di dalam pembahasan tentang doktrin eskatologi,
secara keseluruhan terdapat tujuh topik pembahasan yang
merupakan titik fokus, diantaranya ialah kematian, keadaan
sementara (intermediate state), kedatangan Kristus
(Parousia), kebangkitan, penghakiman, langit baru dan bumi
baru, serta neraka. Di dalam ketujuh topik tersebut,
pembahasan tentang langit baru dan bumi baru menjadi topik
yang menarik bagi setiap orang percaya. Pembahasan
mengenai langit baru dan bumi baru tercatat jelas di dalam
Perjanjian Lama (Yes. 65:17; 66:22) dan Perjanjian Baru (2
Pet. 3:13; Why. 21:1). Topik ini penting bagi orang percaya
karena tujuan akhir dari keseluruhan pengharapan iman
Kristen ialah hidup kekal, dan sesuai dengan apa yang Alkitab
paparkan bahwa orang percaya akan hidup kekal selamanya
di langit baru dan bumi baru yang akan Allah sediakan.
Meskipun Alkitab telah menubuatkan topik tentang
langit baru dan bumi baru, namun ada sebagian dari orang
percaya belum mengetahui topik ini. Ataupun telah
1Bruce Milne, Mengenali Kebenaran (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1982), 154. 2Anthony A. Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman (Surabaya:
Momentum, 2004), 1.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 62
mengetahui topik ini, namun tidak memahaminya secara
benar dan tepat. Ketidaktahuan dan ketidakpahaman
mengenai pengharapan akan langit dan bumi baru ini akan
mempengaruhi tindakan orang percaya terhadap ciptaan,
secara khusus terhadap alam. Sebagaimana ada pandangan
yang berpendapat bahwa langit dan bumi ini akan dibaharui
secara total dan langit dan bumi yang lama akan lenyap
(pandangan anihilasi). Pandangan ini didasarkan pada teks 2
Petrus 3:7-13 dan Wahyu 20:11, 21:1.3 Selain itu, jika
memang langit dan bumi ini akan dimusnahkan secara total
atau pun diubah secara total, tanpa ada kesinambungan
dengan langit dan bumi yang lama, maka pelestarian dan
pemeliharaan lingkungan secara intesif tidak diperlukan lagi.
Pandangan ini tentunya akan mempengaruhi worldview dan
tindakan orang percaya terhadap alam ciptaan di dalam
kehidupan sehari-hari.
Jatmiko dalam artikel jurnalnya, yang mana
penelitiannya mendekati topik artikel ini, melihat adanya
kontradiksi antara pandangan restorasi dan pandangan
anihilasi. Ia juga menganilisis bagian-bagian Alkitab yang
mendukung kedua pandangan tersebut. Terdapat kontradiksi
penafsiran dari bagian-bagian Alkitab yang sama.4 Jatmiko
menjelaskan alasan dari pandangan anihilasi, yang
menyatakan bahwa kejahatan dan dosa yang telah merajalela
di bumi ini, tidak mungkin dapat dibaharui sehingga perlu
adanya pembaharuan total dan sama sekali baru dari pada
sebelumnya.5 Berkouwer menyatakan bahwa tidak ada
harapan masa depan bagi bumi ini, bumi yang telah
3Welly Pandensolang, Eskatologi Biblika (Yogyakarta: ANDI,
2004), 217. 4Yudi Jatmiko, “Sebuah Analisis Terhadap Problematika
Ajaran Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru,” Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 2, No. 2 (April 2018): 89.
5Ibid., 96.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 63
diperbudak oleh kejahatan.6 Kebanyakan para teolog dari
aliran Lutheran memegang pandangan anihilasi.7
Topik langit baru dan bumi baru penting sekali bagi
orang percara sebagai pengharapan yang Allah janjikan.
Menimbang bahwa pandangan seseorang tentang konsep ini
juga mempengaruhi perilakunya terhadap sesama dan
lingkungan, karena itu perlu adanya kajian yang kritis dan
Alkitabiah mengenai konsep ini. Berdasarkan hal tersebut,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Pertama,
bagaimana sejarah dan pokok ajaran pandangan anihilasi?
Kedua, bagaimana kritik terhadap pandangan anihilasi
ditinjau dari kebenaran Alkitab? Ketiga, apa implikasi kritik
terhadap pandangan anihilasi bagi orang percaya bagi bumi,
secara khusus terhadap lingkungan? Tujuan penulisan artikel
ini ialah menjawab dan menjelaskan ketiga pertanyaan
tersebut.
Metode Penelitian
Dalam artikel jurnal ini, penulis menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode
penelitian deskriptif kualitatif menurut Moleong ialah
pendekatan yang menganalisis kutipan-kutipan data untuk
menyajikan gambaran laporan. Semua data yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang telah diteliti.8 Penulis mengumpulkan data-data dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan topik yang dibahas
seperti Alkitab, buku-buku tafsiran, artikel jurnal, kamus, dan
internet. Setelah mengumpulkan data tersebut, penulis
melakukan analisis data serta membandingkannya dan
menguraikannya
6Ibid. 7Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman. 8Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2018), 11.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 64
sehingga memperoleh pengertian yang tepat secara
keseluruhan.9
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dalam
menguji keabsahan data. Triangulasi ialah suatu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
lain yang di luar data sebagai pembanding atau pun
keperluan pengecekan data itu. Triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini ialah triangulasi dengan metode, yaitu
pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data dan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
Hasil dan Pembahasan
A. Pandangan Anihilasi
1. Sejarah dan Tokoh Pandangan Anihilasi
Secara umum, ada aliran yang menganut pandangan
anihilasi, yaitu kaum Dispensasional dan kaum Lutheran.
Kedua aliran ini merupakan dua aliran yang cukup
berpengaruh dalam teologi, secara khusus kaum Lutheran.
Berikut sejarah singkat mengenai kedua aliran ini.
a. Kaum Dispensasionalis
Dispensasi merupakan kata yang berasal dari
ungkapan bahasa Latin dispensation yang mana Vulgata
menggunakannya untuk menerjemahkan kata Yunani
oikonomia.10 Kata oikonomia berasal dari dua kata yaitu oikos
(rumah) dan nemo (membagi, mengatur atau membagi
kekuasaan). Secara umum, kata dispensasional dapat
diartikan sebagai administrasi dari sebuah urusan rumah
tangga yang dilakukan oleh seorang hamba atau pelayan.
Secara teologis, kata ini dapat berarti sebuah sistem
keagamaan yang dimengerti sebagai ketetapan yang
9M Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1993), 63. 10Eddy Peter, Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme
(Tangerang: STT Internasional Philadelphia, 2004), 8.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 65
mahakuasa atau sebagai penunjuk pewahyuan secara
progresif yang diekspresikan sebagai sebuah kebutuhan
bangsa atau pribadi atau pun periode waktu.11
Dispenasionalis berbeda dengan premilenialisme.
Meskipun premilenialisme sudah ada sejak sekitar abad ke-2,
namun pandangan dispensasional, yaitu ajaran yang dengan
tegas membedakan antara Israel dan gereja sebagai dua umat
Allah yang berbeda, baru muncul pada abad yang ke
sembilanbelas. John Nelson Darby ialah seorang pelopor dari
pandangan ini.12 Dispensasionalisme merupakan pandangan
yang secara resmi lahir pada awal abad ke-19 di Inggris. Awal
mula kelahiran pandangan ini ialah sejak terjadi gerakan
Brethen. Teolog seperti John Nelson Darby, Samuel P.
Tregelles dan Charles Henry, kemudian menerbitkan karya-
karya yang eksposisional yang mempengaruhi tokoh-tokoh
terkenal Amerika seperti D.L. Moody, James H. Brookes.13
Namun, tokoh-tokoh dispensasionalis berpendapat bahwa
ide dari pandangan ini sudah ada sejak abad permulaan.
Justin Martyr berpendapat bahwa Allah bekerja pada
zaman yang berbeda, salah satu contohnya ialah pada zaman
Henokh, Nuh dan anak-anaknya, mereka tidak disunat dan
tidak memelihara hari Sabat, namun mereka didapati
berkenan kepada Allah.14 Dengan demikian, secara tidak
langsung dalam esensinya, Justin Martyr ada dalam ajaran
dispensasionalisme mengenai perbedaan ekonomi dalam
Perjanjian. Justin Martyr (110-165 M) di dalam karyanya
Dialogue with Trypho melihat adanya perbedaan di dalam
Perjanjan Lama mengenai ekonomi. Ia mengungkapkan
11Philip Suciadi Chia and Juanda, “Dispensasionalisme
Sebagai Metode Dalam Memahami Alkitab,” Kerusso: Jurnal Teologi dan Pelayanan 5, 1 (March 2020): 21.
12Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman, 252. 13Suciadi Chia and Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai
Metode Dalam Memahami Alkitab,” 21. 14Paul Enns, The Moody Handbook of Theology (Malang:
SAAT, 2004), 151.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 66
bahwa sebelum ada aturan sunat dan hukum Taurat,
seseorang dapat menyenangkan Allah tanpa harus disunat
dan menaati hukum Taurat. Namun setelah Allah
memberikan sunat dan Taurat kepada bangsa Israel, mereka
harus melakukannya.
Irenaeus di dalam tulisannya mengemukakan secara
implisit bahwa adanya dispensasi-dispensasi pada periode
yang berbeda. Dalam karyanya, ia berkata bahwa Injil
merupakan empat bentuk, yaitu sebelum air bah yang berada
di bawah Adam, kedua sesudah air bah berada di zaman Nuh,
ketiga, tatkala Taurat setelah diberikan di masa Musa, dan
keempat ialah pembaharuan manusia melalui Injil. Irenaeus
sejalan dengan Justin Martyr yang memandang adanya
pembagian ekonomi di dalam Perjanjian Lama. Akan tetapi,
Irenaeus juga selangkah lebih maju dari Justin Matry, yaitu
Ireaneus melihat pembagian ekonomi tersebut terdapat juga
di dalam Perjanjin Baru.15 Pada saat ini, banyak teolog-teolog
modern yang berpegang pada Dispensasionalisme. Tokoh-
tokoh yang terkenal dalam pandangan ini ialah John F.
MacArthur, Phil Johnson, Ray Comfort, Jerry Falwell, Dwight
Pentecost, John Walvoord, Norman Geisler, Erwin Lutzer,
Charles L. Feinberg, dan Darrell Bock.16
Dalam cara penafsirannya, terdapat hermeneutika
yang unik dianut oleh Dispensasionalisme. Hermeneutika
ialah sebuah ilmu dan juga seni dalam menafsirkan Alkitab.
Dikatakan ilmu karena hermeneutik itu berkaitan dengan
prinsip yang teratur. Sedangkan dikatakan sebagai seni
karena perihal dalam menerapkan prinsip yang didapat.17
Dari penafiran ini, seseorang akan dibawa ke dalam suatu
sistem teologi. Bernard Ramm menyatakan bahwa model
penafsiran dari Dispensasionalisme ialah model penafsiran
15Ibid., 152. 16Craig A. Blaising and Darrell L. Bock, Progressive
Dispensationalism (Grand Rapids: Baker Books, 1993), 282. 17Kevin J. Conner and Ken Malmin, Interpreting The
Scriptures (Malang: Gandum Mas, 2004), 1.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 67
yang literal. Artinya ialah setiap kata yang dibaca memiliki
makna yang sama, baik dalam tulisan, pengucapan, dan juga
pemikiran.18 Dengan demikian, dapat dipastikan dalam
menafsirkan studi eskatologis, Dispensasionalisme
menggunakan penafsiran literal.
b.Kaum Lutheran
Mendengar dari kata Lutheran, semua tentu tahu
bahwa aliran ini dipelopori oleh Marthin Luther, seorang
tokoh reformasi. Aliran Lutheran dapat dikatakan sebagai
aliran ataupun denominasi protestan yang tertua di dunia.
Denominasi ini juga bisa dibilang merupakan denominasi
yang memiliki pengikut terbesar, yaitu sekitar 60 juta jiwa.
Pengikut tersebut tersebar dalam lima benua, yaitu Amerika,
Eropa, Asia, Afrika, dan Asutralia. Sebanyak 90 persen dari
gereja yang mengakui dirinya aliran Lutheran, yaitu sekitar
105 organisai gereja, bergabung dalam The Lutheran World
Federation (LWF).19 Hal ini menunjukkan bahwa aliran
Lutheran mempunyai pengaruh yang besar dalam agama
Kristen.
Sesungguhnya bukan Martin Luther orang pertama
yang mencanangkan reformasi gereja di benua Eropa. Ada
perintis Reformasi yang sebelumnya telah mencangkan hal
tesebut, salah satunya ialah John Wylife (1329-1384) di
Inggris, dan Johannes Hus (1373-1415) di Bohemia. Pada saat
itu, dapat diibaratkan bahwa telur yang dierami itu belum
lama dan belum cukup matang untuk menetas. Keadaan saat
itu belum cukup kondusif untuk membuat pembaharuan
yang menyeluruh. Pengaruh Gereja Katolik Roma pada saat
itu masih sangat kuat, didukung juga masyarakat yang belum
menginginkan perubahan. Akan tetapi, tiba pada zaman
Luther, keadaan itu sudah sangat matang. Apalagi sebuah
18Suciadi Chia and Juanda, “Dispensasionalisme Sebagai
Metode Dalam Memahami Alkitab,” 27. 19Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar
Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 23.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 68
rumusan yang dibangun sangat mendasar dan radikal
sehingga reformasi dapat terjadi.20
Ajaran dari aliran Lutheran dipengaruhi oleh
pengalaman kehidupan Martin Luther. Tentunya dalam
teologi Martin Luther, tidak terlepas dari pengaruh kondisi
pada zamannya. Sebagaimana ajaran Katolik Roma yang
memegang erat tradisi gereja dan ajaran-ajaran tambahan
Paus (seperti Indlugensia) mempengaruhi cara berteologi
Martin Luther. Aritonang juga mengatakan bahwa posisi
firman Tuhan dalam ajaran Lutheran yang juga dihidupi oleh
gereja-gereja Lutheran, hanya dapat dipahami dengan baik,
jika melihat sejarah dan latar belakang kehidupan dan
pergumulan iman Martin Luther.21 Ajaran Luther yang masih
melekat di semua gereja-gereja Kristen ialah pernyataan sola
scriptura, yaitu hanya Alkitab kebenaran yang tertinggi.
Pada umumnya pandangan aliran Lutheran terhadap
konsep langit baru dan bumi baru itu ialah pemusnahan
secara total (Anihilasi). Hoekema dalam bukunya yang
berjudul The Bible and The Future juga mengatakan bahwa
para teolog Lutheran lebih banyak memilih pandangan
anihilasi.22 Beberapa tokoh Lutheran yang ikut dalam
pandangan pemusnahan total yaitu Althaus, T. Kliefort, K
Hase, Beza, Rivet, Junius, Wollebius dan Prideaux. Berkouwer
menyatakan bahwa para teolog Lutheran menganut
pandangan anihilasi ialah:23
The confession of the expectation of a new heaven and
a new earth can then be understood only in terms of
this complete annihilation, which will be followed
immediately by a creatio ex nihilo free from any
continuity with the old world. Seventeenth-century
20Ibid., 25. 21Ibid., 44. 22Hoekema, Alkitab Dan Akhir Za `man, 379. 23Aksi Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru:
Anihilasi Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” Jurnal Amanat Agung 14, 1 (June 2018): 30.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 69
Lutheran theologians accepted this position, with a
curious conclusion. Quenstedt, for example, disputed
the contention that the new earth involved a mere
change in quality or a renewal of the old, arguing
instead that the old would totally and finally
disintegrate.
Dalam pernyataan ini mengatakan bahwa para kaum
Lutheran menempatkan posisi mereka dalam pandangan
Anihilasi. Mereka beranggapan bahwa langit dan bumi baru
hanya dapat dipahami dengan pemusnahan total dan bebas
dari kontinuitas dengan langit dan bumi yang lama. Kaum
Lutheran tentunya tidak dengan begitu saja memegang
pandangan anihilasi. Kaum Lutheran juga berpegang pada
ayat-ayat Alkitab yang jelas, yang akan dijelaskan dalam
pembahasan berikutnya.
2. Pokok Ajaran dan Argumentasi
Kata “anihilasi” dari kata dasar “nihil”. Kata nihil
berasal dari bahasa Latin yang berarti kosong atau tidak ada.
Dalam KBBI, kata “nihil” juga diterjemahkan dengan arti sama
sekali atau pun tidak ada apa-apa.24 Pengertian ini jika
dikaitkan ke dalam penciptaan langit dan bumi baru, maka
akan ada penghancuran menyeluruh sehingga menjadi sama
sekali kosong tak tersisa. Oleh karena itu, anihilasi dalam
eskatologi juga disebut sebagai kehancuran total.
Pandangan ini beranggapan bahwa setelah masa
seribu tahun, Allah akan menciptakan langit dan bumi yang
sama sekali baru. Pandangan ini juga menekankan
discontinuity antara present creation dengan creation. 25
Pandangan anihilasi mendasarkan argumennya dalam dua
alasan, yaitu natur bumi sekarang yang telah berdosa
sehingga tidak mungkin terjadi pemulihan dan pembuktian
24Kamus Besar Bahasa Indonesia, n.d. 25Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru: Anihilasi
Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” 29.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 70
dari ayat firman Tuhan. Konsep anihilasi menyatakan
“creation is evil, and the Lord must completely destroy this
earth”26 Ungkapan ini semacam kutukan yang Allah berikan
karena kejatuhan manusia ke dalam dosa. Semakin hari bumi
ini menuju kepada kejahatan dan kerusakan yang di
dalamnya tidak ada kebaikan lagi. Bumi yang sekarang ini
telah diperbudak oleh dosa dan kejahatan. Kejahatan yang
semakin merajalela ini menunjukkan bahwa tidak akan ada
pembaharuan bagi bumi dan haruslah bumi yang baru
tersebut berbeda total dengan bumi yang sekarang.
Pandangan anihilasi menggunakan beberapa ayat
Alkitab sebagai dasar pengajarannya. Dasar Alkitab tersebut
terdapat dalam Matius 24:29 “Segera sesudah siksaan pada
masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak
bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit
dan kuasa-kuasa langit akan goncang.” Dilanjutkan dengan
ayat yang ke 35 yang berkata “Langit dan bumi akan
berlalu…” Selain ayat tersebut pandangan ini juga mengutip
perkataan rasul Petrus dalam 2 Petrus 3:12 “Pada hari itu
langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan
hancur karena nyalanya.” Satu ayat di dalam Wahyu 21:1
menambah keyakinan yang kuat akan pandangan ini, ayat
tersebut berbunyi “Lalu aku melihat langit yang baru dan
bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang
pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.” Ketiga ayat
ini menjadi fondasi yang kokoh bagi pandangan anihilasi.
Willmington sebagai tokoh dispenasionalis juga meyakini
bahwa Alkitab mencatat dengan jelas fakta tentang
penghancuran bumi. Referensi ayat tambahan yang
Willmington rujuk ialah Ibrani 1:10-12 “Pada mulanya, ya
Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi dan langit
adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa…”27
26Jatmiko, “Sebuah Analisis Terhadap Problematika Ajaran
Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru,” 95. 27H.L. Willmington, Eskatologi: Studi Alkitabiah Yang
Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman (Malang: Gandum Mas, 1997), 317.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 71
Ungkapan “akan binasa” menyiasatkan penghancuran langit
dan bumi secara total.
Frasa di dalam 2 Petrus 3:10 dan Wahyu 21:1 juga
menambah dukungan dari pandangan ini. Frasa ouranon
kainon kai gen kainen (langit baru dan bumi baru) mengacu
kepada akar kata kainos, yang berarti baru.28 Rasul Petrus
menubuatkan bahwa pemusnahan unsur-unsur dari alam
semesta ini akan terjadi dalam nyala api yang
menghanguskan. Semuanya itu akan terjadi dengan sekilas,
bagaimanapun itu akan terjadi, Allah akan melakukannya
dengan cara-Nya. Menzies dan Horton juga menyatakan
bahwa bagaimanapun Allah melaksanakan pelenyapan bumi
dan langit yang sekarang ini, itu semuanya akan membuka
jalan untuk penciptaan langit dan bumi yang sama sekali
baru.29 Tidak akan ada lagi matahari dan bulan pada saat itu.
Christhopher Wright memandang ada dua hal yang
mempengaruhi pandangan anihilasi. Pertama, Pandangan
“Misplaced Dualism” yaitu pandangan yang dipengaruhi oleh
pemikiran plantonis dan gnostik. Kedua pemikiran ini
menekankan adanya pembagian akan dua bagian yang
berlawanan, yaitu dunia fisik dan dunia rohani. Semua dunia
fisik itu dianggap sebagai suatu kejahatan dan semua dunia
rohani itu adalah baik.30 Dualisme inilah yang hingga saat ini
mempengaruhi pemikiran orang Kristen. Dari pemikiran
tersebut, terbangun pemahaman bahwa dunia materi yang
jahat ini akan dihancurkan secara total. Emil Brunner juga
senada dengan pandangan misplaced dualism dan berpihak
pada ajaran anihilasi. Ia bahkan mengkritik bahwa
pandangan tentang langit baru dan bumi baru yang akan
28Jatmiko, “Sebuah Analisis Terhadap Problematika Ajaran
Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru,” 96. 29William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab
(Malang: Gandum Mas, 2019), 264. 30Michael E. Wittmer, Heavens Is a Place on Earth: Why
Everything You Do Matters to God (Grand Rapids: Zondervan, 2004), 43.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 72
berkesinambungan dengan langit dan bumi yang lama terlalu
naïf dan materialistis. Ia menyatakan bahwa tidak ada dasar
untuk menaruh harapan kepada langit dan bumi baru
merupakan kesinambungan dari langit dan bumi yang lama.31
Selanjutnya, hal kedua yang mempengaruhi
pandangan anihilasi ialah scenarios of obliteration.
Pandangan yang menyatakan adanya pemusnahan dengan
api besar yang tidak akan menyisakan apapun dari dunia ini.
Pemusnahan ini hanya menyisakan jiwa manusia yang
nantinya akan menuju ke surga, sedangkan bumi masuk ke
dalam apa yang disebut cosmic incinerator (tempat
pembakaran yang memusnahkan).32 Christopher Wright
sendiri mengkritik pemahaman tersebut dengan berkata
bahwa ayat tentang pemusnahan terhadap langit dan bumi
tidak dapat dipahami demikian, namun ada pemurnian di
dalam api sehingga kejahatan yang ada dilenyapkan, namun
langit dan bumi yang sekarang ini tidaklah lenyap.33 Doktrin
ini mirip dengan ajaran Roma Katolik tentang api penyucian
yaitu adanya pemurnian untuk menghilangkan unsur-unsur
kejahatan, akan tetapi perbedaannya ialah objek yang
dimurnikan. Terlepas dari itu, pengaruh tentang pemusnahan
langit dan bumi ini dengan api berdasarkan 2 Petrus 3:10
menjadi dasar yang kuat bagi kaum anihilasi, ditambah lagi
pada ayat ke-12 bagian Alkitab tersebut memberi penekanan
bahwa hal itu benar-benar akan terjadi.
3. Pengaruh Pandangan Anihilasi Terhadap Kehidupan
Penganutnya
Keyakinan akan pandangan anihilasi bukan hanya
mempengaruhi pengharapan iman mengenai kehidupan yang
31Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman, 381. 32Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru: Anihilasi
Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” 35. 33Christopher J.H. Wright, The God I Don’t Understand:
Reflection on Tough Questions of Faith (Grand Rapids: Zondervan, 2008), 200.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 73
akan datang, tetapi juga memiliki pengaruh yang cukup besar
pada masa sekarang ini. Salah satu contoh aliran yang
menganut pandanagan ini ialah kaum Pentakosa. Kaum
Pentakosta yang memegang erat pandangan anihilasi
cenderung tidak mempedulikan hal-hal yang berkaitan
tentang ekologi. Dalam tulisannya, Calvin DeWitt
menegaskan ada 10 hal yang membuat orang Kristen tidak
mau terlibat dalam kegiatan ekologi, salah satunya ialah
bahwa dunia ini hanya tempat tinggal sementara.34 Sikap ini
tentunya dipengaruhi oleh pandangan eskatologis yang
mengarah kepada penghancuran langit dan bumi kelak.
Penganut pandangan anihilasi merasa kepedulian terhadap
topik ekologi merupakan hal yang tidak relevan dan sia-sia
karena pada akhirnya pun usaha tersebut berujung kepada
pemusnahan. Lebih baik memberi perhatian penuh kepada
jiwa-jiwa yang belum mendengar Injil dari pada
menyibukkan diri akan hal-hal yang sia-sia. Sikap ini juga
sejalan dengan pemikiran Lahaye dan Jenkins, penulis buku
Left Behind yang berhasil mempengaruhi sebagian besar
orang Injili. Tulisan mereka berisi tiga visi eskatologis, salah
satunya ialah keyakinan akan bumi dimusnahkan
sepenuhnya dan bumi baru akan tercipta, karena itu tidak ada
alasan untuk peduli dengan bumi yang sekarang ini.35
Selain dari keacuhan terhadap pemeliharaan alam,
pengaruh pandangan anihilasi seperti kaum dispensasional
yang memegang pandangan ini, juga tidak peduli terhadap
aksi-aksi sosial. Kaum dispensasional menganggap kegiatan-
kegiatan tersebut hanya menghabiskan waktu dan
mengabaikan sesuatu yang penting, yaitu pemberitaan Injil.
Secara sekilas, kaum dispensasional memandang dunia ini
dengan sikap pesismis. Artinya bahwa dunia ini akan menuju
kebinasaan dan semakin hari semakin buruk hingga
34Yohanes Hasiholan Tampubolon, “Refleksi Kepedulian Injili
Pada Isu Lingkungan Hidup,” Stulos: Jurnal Teologi 18, 1 (January 2020): 60.
35Ibid., 61.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 74
mencapai klimaks, yaitu penghancuran total.36 Karena itu,
aksi-aksi bukanlah sesuatu yang signifikan untuk dilakukan
menurut pandangan eskatologi dispensasional. Tidak dapat
dipungkiri jika pengikut dari pandangan ini bersikap radikal,
tentu akan mengabaikan kedua hal yang telah dipaparkan
tersebut. Karena pengharapan dan worldview telah tertanam
di hati dan pikiran penganut pandangan anihilasi. secara
tidak langsung dapat disimpulkan bahwa pengikut dari
pandangan ini tidak memiliki panggilan untuk memelihara
bumi dan berjuang untuk mengatasi masalah ekologi yang
terjadi saat ini.
B. Pandangan Anihilasi Ditinjau Dari Kebenaran Alkitab
Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa adanya
langit baru dan bumi baru, baik di dalam Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru. Di dalam Yesaya 65:17-25; 66:22-
23; 2 Petrus 3:13; Wahyu 21:1-8, tidak menunjukkan adanya
pengahancuran total sebagaimana pandangan anihilasi. Kata
kainos di dalam 2 Petrus 3:13 maupun Wahyu 21:1 yang
menjadi salah satu dasar ajaran anihilasi, merupakan tafsiran
yang keliru. Ada dua kata dalam bahasa Yunani untuk istilah
kata “baru”, yaitu neos dan kainos. Kata neos memiliki arti
waktu atau sesuatu yang baru sama sekali, berbeda dari pada
yang lama atau baru dari sebelumnya tidak ada, sedangkan
kata kainos berarti baru dalam hal natur atau kualitas.37
Simon J. Kistemaker, seorang teolog kaum injili menyatakan
bahwa kata kainos digunakan untuk menunjukkan kepada
sesuatu yang baru, namun berasal dari yang lama.38
36Jessica Novia Layantara, “Postmilenialisme Bersyarat: Kritik
Terhadap Eskatologi Premilenialisme Dispensasional Dan Sebuah Usulan Terhadap Eskatologi Pentakosta,” Jurnal Teologi Amreta 2, 1 (December 2018): 42.
37Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru: Anihilasi Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” 39.
38Simon J. Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu (Surabaya: Momentum, 2001), 605.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 75
Selain itu, kata kainos muncul 35 kali di dalam
Perjanjian Baru, salah satunya muncul di dalam kitab II
Korintus 5:17; Galatia 6:15; Efesus 4:24. Ayat-ayat yang
disebutkan itu membicarakan tentang tabiat baru dan ciptaan
baru. Sebagaimana orang percaya yang telah dibaharui oleh
Roh Kudus, begitu pun langit baru dan bumi baru. Ketika
seseorang percaya kepada Yesus Kristus, ia mengalami
pembaharuan yang menjadikannya ciptaan baru. Akan tetapi,
diri orang tersebut tidak mengalami perubahan secara total,
namun secara ia masih tetap seperti semula.39 Identitas diri
seseorang ciptaan baru masih tetap seperti sebelum ia
percaya, hanya saja kualitas hidup rohaninya yang
mengalami perubahan.
Namun, mengapa Petrus menuliskan bahwa langit
dan bumi ini akan lenyap hangus dalam nyala api?
Kistemaker menjelaskan bahwa saat Petrus menulis
mengenai lenyapnya langit dan bumi, dan unsur-unsur dunia
ini akan hangus oleh nyala api, dalam bagaian selanjutnya ia
menyatakan bahwa “sesuai dengan janji-Nya, kita
menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana
terdapat kebenaran” (2 pet. 3:13). Ia mengharapkan adanya
suatu renovasi dengan api untuk tujuan perubahan dari yang
lama menjadi baru. Petrus sama sekali tidak mengatakan
langit dan bumi baru yang sama sekali baru.40 Ditinjau dari
konteksnya, Petrus mengindikasikan bahwa peristiwa
pembinasaan langit baru dan bumi baru oleh api disejajarkan
dengan peristiwa air bah pada zaman Nuh. Kejahatan
manusia pada zaman Nuh sangat besar sekali, karena itu
perlu adanya “penghancuran” terhadap dunia pada masa itu,
namun bukan berarti dunia ini musnah secara total.
Jadi, melalui pembahasan di atas, kata kainos di dalam
2 Pertus 3:13 dan Wahyu 21:1 tidak mengarah kepada
39William W. Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin Alkitab,
262. 40Kistemaker, Tafsiran Kitab Wahyu, 605–606.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 76
penghancuran total, tetapi baru dalam hal kualitas. Itu berarti
bahwa langit dan bumi yang baru merupakan kelanjutan dari
langit dan bumi yang lama. Hoekema juga mendukung
pernyataan ini, ia berkata bahwa kosmos yang dibicarakan
dalam eskatologi bukanlah kosmos yang sama sekali berbeda
dari yang lama, melainkan penciptaan ulang yang bersifat
mulia, namun merupakan kelanjutan dari bumi yang lama.41
Ajaran anisilasi yang didasarkan dengan kata kainos tidak
sesuai dengan kebenaran yang Alkitab maksudkan mengenai
langit baru dan bumi baru yang akan datang.
1. Ayat-Ayat Alkitab yang Menentang Pandangan Anihilasi
Kejadian 1-2
Di dalam kisah penciptaan, Allah mengatakan semua
ciptaan-Nya itu “sungguh amat baik.” Allah juga menciptakan
manusia untuk “mengusahakan tanah itu” (2:5c) serta
berkuasa atas segala ciptaan-Nya. Allah secara tidak langsung
menyatakan bahwa dengan pemeliharaan yang dipercayakan
kepada manusia, terjalin hubungan yang intim antara Allah,
manusia dan seluruh ciptaan. Allah tidak pernah
merancangkan dan menciptakan sesuatu dengan tujuan
untuk dihancurkan. Tujuan Allah menciptakan langit dan
bumi bukan untuk dihancurkan, melainkan untuk tetap dan
terus ada.
Akan tetapi, ketika manusia jatuh ke dalam dosa,
manusia menjadi terkutuk dan ciptaan lainnya terkena
dampak dari kejatuhan manusia. Hubungan yang tadinya
harmonis antara Allah, manusia dan ciptaan lainnya menjadi
rusak. Jika dilihat dengan konteks kronologis, hanya manusia
yang jatuh ke dalam dosalah yang mendapat hukuman,
ciptaan lainnya tidak turut jatuh ke dalam dosa. Hal kedua
yang perlu diperhatikan ialah manusia yang telah jatuh ke
dalam dosa itu diselamatkan bukan dengan cara
penghancuran total sebagaimana telah dijelaskan dalam
41Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman, 379.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 77
bagian sebelumnya bahwa manusia akan menjadi ciptaan
baru. Dengan demikian tentu ciptaan lainnya juga turut ikut
diselamatkan dengan cara yang sama, yaitu dengan
pembaharuan secara kualitas. Lagi pula seharusnya dosa dan
efeknya yang harus dihapuskan dan bukan ciptaan itu sendiri.
Manusia juga belum merasakan kedamaian dan
sukacita yang semula Allah maksudkan saat penciptaan
dilakukan. Maksudnya ialah ketika Adam dan Hawa sebelum
jatuh ke dalam dosa, merasakan kesempurnaan dari ciptaan,
kedamaian dan sukacita serta hubungan yang harmonis
dengan Allah maupun dengan ciptaan lainnya. Keadaan
tersebut belum dirasakan sepenuhnya oleh Adam dan Hawa
dan keturunannya yang lain. Dapat dikatakan rencana semula
Allah menciptakan manusia dan dunia ini ialah untuk
menikmati kekekalan di bumi, sebagaimana yang dinyatakan
oleh Bali dalam artikelnya bahwa Allah tidak mungkin
menghancurkan langit dan bumi yang telah Ia ciptakan hanya
karena dosa.42
Roma 8:18-25
Paulus berkata tentang seluruh makhluk yang dengan
sangat rindu menantikan keselamatan dalam Anak Allah,
yaitu Yesus Kristus yang membuat mereka bebas dari kutuk
dosa yang membawa kepada kehancuran (ay.20-21),
merujuk kepada pembicaraan tentang ciptaan yang sekarang
ini, bukan kepada ciptaan baru yang sepenuhnya baru.
Dampak dosa yang diakibatkan manusia nampak jelas
dinyatakan Alkitab dalam Kejadian 3:17. Roma 8:22 juga
menyatakan bahwa seluruh ciptaan turut mengeluh dan
sama-sama merasakan penderitaan “sakit bersalin.”
Pernyataan yang menarik dari Carson dkk. dalam buku Tafsir
Alkitab Abad ke-21 yaitu rasa sakit yang dialami oleh seluruh
ciptaan bukanlah atas kehendaknya sendiri, melainkan itu
terjadi atas kehendak Alllah yang mana pada saat kejatuhan
42Bali, “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru: Anihilasi
Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama,” 49.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 78
Adam, Allah telah memutuskan suatu kutuk atas seluruh
bumi.43 Dalam buku Tafsiran Wycilffe juga menjelaskan
ketika badai taufan, angin ribut, gempa bumi, kekeringan,
banjir terjadi, itu semua merupakan sebagian kecil dari
ketidakseimbangan ciptaan. Paulus menyatakan bahwa
ciptaan bisa sampai pada kondisi ini, itu semua karena
Allah.44 Kutuk yang hanya karena kesalahan satu orang,
terkena kepada semua ciptaan.
Konsep penebusan di dalam Roma 8 mengarah
kepada penebusan dalam pemulihan seluruh ciptaan.
Penebusan yang dilakukan oleh Allah terhadap manusia dan
alam memiliki dampak timbal balik. Dalam prosesnya,
Venema menjelaskan bahwa “The same process of renewal
that will transform the believer’s present bodies of humiliation,
into bodies of glory will transform the creation it self.”45 Artinya
bahwa proses yang sama terjadi kepada manusia, begitu pula
proses pembaharuan/penebusan yang dialami oleh ciptaan
lainnya. Seluruh ciptaan kelak akan mengalami continuitas
ketika pemulihan itu terjadi. Hal tersebut juga menunjukkan
bahwa bentuk dari ciptaan baru itu akan mirip dengan
keadaan asalnya.
Dalam Roma 8:19 menyatakan bahwa semua
makhluk juga menantikan apa yang akan manusia rasakan.
Dalam tafsiran Wcliffe, kata makhluk “mengacu kepada
seluruh ciptaan Allah yang lebih rendah dari manusia, yang di
sini dipersonifikasikan untuk memperjelas kerusakan dan
kekacauan yang disebabkan oleh dosa. Dosa bukan hanya
merusak hubungan manusia dengan Allah tetapi juga
43D.A. Carson et al., Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Jilid 3:
Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2017), 354. 44Charles F. Pfeiffer and Everett F. Harrison, eds., Tafsiran
Alkitab Wycliffe Volume 3 (Malang: Gandum Mas, n.d.), 4990. 45Cornelis P. Venema, Christ and the Future: The Bible’s
Teaching about the Last Things (Edinbergh: The Banner of Truth Trust, 2008), 211.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 79
merusak alam semesta yang menjadi lingkungan hidupnya.”46
Kutuk yang Allah berikan itu juga tentu diiringi dengan suatu
pengharapan besar yang telah Allah sediakan, yang mana
Allah akan menjadikan ciptaan-Nya seperti semula, yaitu
suatu tempat di mana “serigala akan hidup bersama dengan
anak domba.” (Yes. 11:6)47 Penting untuk tidak
menghancurkan langit dan bumi yang penuh dengan
kejahatan ini. Jika Allah memilih untuk menghancurkan langit
dan bumi, maka Iblis meraih kemenangan, karena Allah tidak
mampu memulihkan ciptaan-Nya karena kejahatan Iblis. Iblis
keluar sebagai pemenang karena berhasil mencemari kosmos
dan bumi.48 Namun hal itu tidak akan terjadi karena Alkitab
telah menubuatkan bahwa Iblis pada akhirnya akan
dikalahkan. Puncak dari kemenangan tersebut ialah ketika
pembaharuan langit dan bumi secara kualitas dan segala dosa
kejahatan oleh Iblis akan dihapuskan seluruhnya.
2. Perbandingan Anihilasi dan Restorasi
Jelas bahwa pandangan anihilasi bertolak belakang
dengan pandangan restorasi dalam hal eskatologis tentang
langit baru dan bumi baru. Secara tidak langsung,
pengkritikan terhadap pandangan anihilasi telah
menjelaskan dasar dari ajaran restorasi. Ajaran restorasi
lebih menekankan kepada kesinambungan antara langit dan
bumi yang lama dan yang baru. Walaupun ada
kesinambungan, namun dosa dan dampak dosa dihapuskan
sama sekali. Inilah yang dimaksudkan dalam ajaran restorasi
tentang pembaharuan langit dan bumi. Pembaharuan
sebagaimana manusia dibaharui menjadi ciptaan baru.
Kedua pandangan ini tidak menentang adanya langit
dan bumi baru pada zaman akhir. Namun dalam prosesnya
terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua
46Pfeiffer and Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 3,
4990. 47D.A. Carson et al., Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Jilid 3:
Matius-Wahyu, 354. 48Hoekema, Alkitab Dan Akhir Zaman, 380.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 80
pandangan ini. Ada pun bagan berikut menyajikan
perbandingan antara pandangan anihilasi dan pandangan
restorasi mengenai langit baru dan bumi baru.
PERBANDINGAN
ANIHILASI RESTORASI
Langit dan bumi akan
dihancurkan total
Langit dan bumi akan
dibaharui
Langit dan bumi baru
sama sekali baru
Langit dan bumi baru
merupakan kelanjutan
dari langit dan bumi saat
ini
Kata kainos ditafsirkan
sebagai “baru” secara
keseluruhan
Kata kainos ditafsirkan
sebagai “baru” secara
kualitas dan natur
Keadaan dunia ini
semakin hari semakin
memburuk dan menuju
kehancuran
Dunia ini menantikan
keselamatan dan
pembaharuan
Beranggapan bahwa
dunia fisik bersifat jahat
dan dunia rohani bersifat
baik
Dunia fisik dan dunia
rohani sama-sama baik,
hanya dosa yang
membuat keduanya
menjadi tidak baik
Hanya manusia yang
diselamatkan
Keselamatan terjadi atas
seluruh ciptaan
Kurang mengindahkan
pemeliharaan
lingkungan
Pemeliharaan terhadap
lingkungan terus
diupayakan
Bagan 1.1. Perbandingan Pandangan Anihilasi dan Pandangan
Restorasi
C. Implikasi Kritik Terhadap Pandangan Anihilasi Bagi Orang
Percaya dalam Kepedulian
Terhadap Lingkungan Hidup
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 81
Setelah membahas mengenai kritik terhadap
pandangan anihilasi dan lebih menekankan restorasi, berikut
implikasi yang dapat dilakukan sebagai wujud tindakan
penolakan terhadap pandangan anihilasi.
1. Implikasi Secara Teoritis
Baik pendeta, teolog, pengajar Kristen maupun orang
Kristen sendiri perlu melakukan penelitian yang intens
terhadap firman Tuhan. Kebenaran Alkitab tentu tidak akan
bertentangan antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.
Dalam pembahasan mengenai kritik terhadap pandangan
anihilasi yang sikap dari pengikutnya cenderung acuh tak
acuh terhadap lingkungan, hal tersebut perlu dilihat dari
bagian Alkitab yang lain. Alkitab sebagai patokan dan standar
bagi orang percaya dalam bertindak perlu dikaji lebih
mendalam, secara khusus tentang ekologi. Firman Tuhan
sebagai dasar etika kekristenan tentu menaruh perhatian
yang besar terhadap lingkungan. Dengan melakukan
penelitian yang intens, seseorang akan mengetahui apa yang
ia yakini terbukti benar atau salah dalam kaca mata firman
Tuhan. Jika tidak demikian, maka tindakan yang salah atau
ketidakpedulian terhadap lingkungan akan menjadi tindakan
yang dibenarkan karena tidak ada standar yang menjadi tolak
ukur topik tersebut.
Pengkajian terhadap Alkitab juga tidak selamanya
mengabaikan ilmu pengetahuan lainnya. Dalam mengkaji
Alkitab mengenai pemeliharaan lingkungan, seorang teolog
atau peneliti juga perlu melihat ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan lingkungan, seperti ilmu pengetahuan
alam, ilmu tentang pertanian dan sebagainya. Penelitian
terhadap Alkitab tentang pemeliharaan lingkungan
kemudian dapat dikemas menjadi sebuah informasi atau
doktrin gereja yang membumi. Pengemasan tersebut
tentunya disesuaikan dengan lingkungan di mana pendeta
atau pengajar tersebut berada.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 82
Setelah melakukan penelitian yang intens terhadap
Alkitab mengenai pemeliharaan lingkungan, seorang
pengajar atau pendeta dan juga orang percaya lainnya perlu
menanamkan pemahaman yang benar terhadap
pemeliharaan lingkungan. Proses tersebut dapat dilakukan
dengan cara memberikan khotbah-khotbah, ceramah,
sosialisasi, terkait topik pemeliharaan lingkungan. Tidak
hanya mengajarkan dan membina, seorang pengajar Kristen
yang berwewenang juga perlu menegur seseorang yang
melakukan pelanggaran terhadap lingkungan. Salah satu
contoh kasusnya ialah penebangan hutan dengan
sembarangan, menggunakan alat berat untuk kegiatan
tambang emas yang membuat lingkungan sekitar menjadi
rusak. Oleh karena itu, para pengajar baik dalam lingkungan
gereja maupun masyarakat umum seyogiyanya mengadakan
sosialisasi terhadap pemeliharaan lingkungan. Sosialisasi
tersebut dapat juga dilakukan di media sosial dengan
memperhatikan prinsip-prinsip firman Tuhan.
2. Implikasi Secara Praktis
Gereja-gereja atau pun lembaga-lembaga Kristen
dapat menjalin kerja sama dengan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam pemeliharaan
lingkungan. Salah satu contohnya ialah gereja mau pun
lembaga Kristen menjalin hubungan dengan Gerakan
Indonesia Bersih yang bergerak dalam kegiatan kebersihan
seperti bergotong-royong memungut sampah di suatu lokasi.
Tidak hanya itu, dengan terjalin hubungan yang baik dengan
LSM, orang percaya dapat menjadi terang bagi agama-agama
lain.
Selain menjalin hubungan dengan LSM dan bekerja
sama dalam pemeliharaan lingkungan, gereja juga perlu
terlibat secara langsung dan mandiri. Artinya bahwa di dalam
program gereja juga perlu ada gerakan pemeliharaan
lingkungan. Salah satu contoh ialah gereja membentuk suatu
gerakan penanaman seribu pohon sebagai upaya menangani
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 83
hutan gundul yang mengakibatkan banjir dan longsor. Atau
pun gereja membentuk suatu kegiatan gotong royong
pembersihan sampah dan mengurangi pemakaian plastik.
Kegiatan-kegiatan tersebut juga disesuaikan dengan
kebutuhan dan konteks setempat.
Kesimpulan
Berdasakan uraian kritik terhadap pandangan
anihilasi di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan.
Pertama, baik pandangan anihilasi maupun pandangan
restorasi sama-sama menerima doktrin tentang langit baru
dan bumi baru, hanya saja dalam prosesnya, terdapat
perbedaan diantara kedua pandangan ini. Pandangan
anihilasi menekankan kepada penghancuran langit dan bumi
total dan langit dan bumi baru bukanlah kelanjutan dari langit
dan bumi yang lama, sedangkan pandangan restorasi lebih
kepada kesinambungan antara langit dan bumi yang lama
dengan langit dan bumi yang baru. Kedua, di dalam
penafsiran Alkitab yang menjadi dasar pandangan anihilasi,
sesungguhnya tidak menunjukkan adanya pengancuran
terhadap langit dan bumi yang sekarang ini. Jutru ayat-ayat
Alkitab tersebut mengarah kepada pandangan restorasi.
Ketiga, ajaran anihilasi merupakan ajaran yang tidak
membumi. Doktirn tentang penghancuran langit dan bumi
menjadi alasan pengikut pandangan ini tidak mau terlibat
dalam pemeliharaan ciptaan. Secara tidak langsung
pandangan ini berdiri dalam sikap antroposentris, yaitu
menjadikan manusia sebagai pusat alam semesta, ciptaan
lainnya hanya digunakan oleh manusia untuk mencapai
tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A. Blaising, Craig, and Darrell L. Bock. Progressive
Dispensationalism. Grand Rapids: Baker Books, 1993.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 84
Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran Di Dalam Dan Di Sekitar
Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Conner, Kevin J., and Ken Malmin. Interpreting The Scriptures.
Malang: Gandum Mas, 2004.
D.A. Carson et al. Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Jilid 3: Matius-
Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2017.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology. Malang: SAAT,
2004.
Hoekema, Anthony A. Alkitab Dan Akhir Zaman. Surabaya:
Momentum, 2004.
Kistemaker, Simon J. Tafsiran Kitab Wahyu. Surabaya:
Momentum, 2001.
Milne, Bruce. Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1982.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2018.
Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.
Pandensolang, Welly. Eskatologi Biblika. Yogyakarta: ANDI,
2004.
Peter, Eddy. Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme.
Tangerang: STT Internasional Philadelphia, 2004.
Pfeiffer, Charles F., and Everett F. Harrison, eds. Tafsiran
Alkitab Wycliffe Volume 3. Malang: Gandum Mas, n.d.
Venema, Cornelis P. Christ and the Future: The Bible’s
Teaching about the Last Things. Edinbergh: The Banner of
Truth Trust, 2008.
William W. Menzies & Stanley M. Horton. Doktrin Alkitab.
Malang: Gandum Mas, 2019.
Willmington, H.L. Eskatologi: Studi Alkitabiah Yang
Dibutuhkan Tentang Akhir Zaman. Malang: Gandum Mas,
1997.
Wittmer, Michael E. Heavens Is a Place on Earth: Why
Everything You Do Matters to God. Grand Rapids: Zondervan,
2004.
Sabda Budiman: Kritik terhadap Pandangan Annihilasi…
Copyright © 2020, KALUTEROS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 85
Wright, Christopher J.H. The God I Don’t Understand:
Reflection on Tough Questions of Faith. Grand Rapids:
Zondervan, 2008.
JURNAL
Bali, Aksi. “Konsep Tentang Langit Dan Bumi Yang Baru:
Anihilasi Atau Restorasi Langit Dan Bumi Yang Lama.” Jurnal
Amanat Agung 14. 1 (June 2018): 25–62.
Jatmiko, Yudi. “Sebuah Analisis Terhadap Problematika
Ajaran Restorasi Berkaitan Dengan Konsep Bumi Baru.”
Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 2. No. 2
(April 2018): 88–102.
Layantara, Jessica Novia. “Postmilenialisme Bersyarat: Kritik
Terhadap Eskatologi Premilenialisme Dispensasional Dan
Sebuah Usulan Terhadap Eskatologi Pentakosta.” Jurnal
Teologi Amreta 2. 1 (December 2018): 30–56.
Suciadi Chia, Philip, and Juanda. “Dispensasionalisme Sebagai
Metode Dalam Memahami Alkitab.” Kerusso: Jurnal Teologi
dan Pelayanan 5. 1 (March 2020): 20–37.
Tampubolon, Yohanes Hasiholan. “Refleksi Kepedulian Injili
Pada Isu Lingkungan Hidup.” Stulos: Jurnal Teologi 18. 1
(January 2020): 53–76.
KAMUS
Kamus Besar Bahasa Indonesia, n.d.