ke (t idak) patuhan wajib pajak: potret self …

156
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 280 KE (TIDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF ASSESSMENT SYSTEM Erlina Diamastuti [email protected] Universitas Internasional Semen Indonesia ABSRACT This study aims to interpretation the behavior of tax payers in carrying out his tax liability.x As we all know the tax system in Indonesia adheres to the self assessment system. In this system the government entrust all calculation, payment and reporting of tax payable on tax payers. As a result of various behaviors appear to express this practice of self assessment system The study used a non-positivistic with decriptive approche to observe phenomena that exist in the practice of taxation. The main source of data in this study are the words and actions derived from key informant as much as 5 of the 20 informants. The results of this study show that the first, self- assessment system led to the emergence of behavioral tax avoidance, tax evasion and tax arrearage. Second, self- assessment system requires an awareness not of necessity in creating a compliance and noncompliance WP led the government last act of hostage (Gijzeling) Key words: tax obligations, the self assessment system, tax payers compliance, gijzeling ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengintrepretasikan perilaku WP dalam menjalankan kewajiban pajaknya. Seperti diketahui sistem perpajakan di Indonesia menganut self assesment system. Dalam sistem ini pemerintah mempercayakan semua penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak yang terutang pada WP. Akibatnya berbagai perilaku muncul untuk mengekspresikan praktik self assesment system ini. Studi ini menggunakan non positivistik dengan pendekatan diskriptif untuk meneropong fenomena yang ada di dalam praktik perpajakan. Sumber data paling utama dalam studi ini adalah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari informan kunci sebanyak 5 orang dari 20 informan yang ada. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pertama, sistem self assessment menyebabkan munculnya perilaku tax avoidance, tax evasion dan tax arrearage. Kedua, self assessment system membutuhkan sebuah kesadaran bukan keterpaksaan dalam menciptakan sebuah kepatuhan dan ketidakpatuhan WP menyebabkan pemerintah melakukan tindakan penyanderaan (Gijzeling). Kata kunci: kewajiban pajak, self assesment system, kepatuhan wajib pajak, gijzeling PENDAHULUAN Dalam rangka meningkatkan penerima- an pajak, pada tahun 1984 pemerintah telah melakukan reformasi terhadap sistem per- pajakan Indonesia. Salah satunya, perubah- an sistem pelaksanaan pemungutan pajak, yakni diterapkannya self assesment system menggantikan official assesment system. Self assessment system adalah sistem di mana Wajib Pajak (selanjutnya disingkat dengan WP) diberi kepercayaan penuh oleh pe- merintah untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku (Hutagaol, 2007). Artinya, pemerintah sa- ngat percaya bahwa masyarakat sebagai WP bertindak jujur dalam melakukan peng- hitungan pajak terutangnya. Seluruh kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah kepada setiap WP semua- nya harus dilakukan sendiri dengan penuh kesadaran. Kewajiban sebagaimana dimak- sud undang-undang adalah kewajiban WP untuk mendaftarkan dirinya untuk mem- peroleh NPWP, mengambil sendiri formulir SPT, mengisi dengan lengkap jelas dan benar

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

280

KE (TIDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK:POTRET SELF ASSESSMENT SYSTEM

Erlina [email protected]

Universitas Internasional Semen Indonesia

ABSRACT

This study aims to interpretation the behavior of tax payers in carrying out his tax liability.x As we all know thetax system in Indonesia adheres to the self assessment system. In this system the government entrust allcalculation, payment and reporting of tax payable on tax payers. As a result of various behaviors appear to expressthis practice of self assessment system The study used a non-positivistic with decriptive approche to observephenomena that exist in the practice of taxation. The main source of data in this study are the words and actionsderived from key informant as much as 5 of the 20 informants. The results of this study show that the first, self-assessment system led to the emergence of behavioral tax avoidance, tax evasion and tax arrearage. Second, self-assessment system requires an awareness not of necessity in creating a compliance and noncompliance WP led thegovernment last act of hostage (Gijzeling)

Key words: tax obligations, the self assessment system, tax payers compliance, gijzeling

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengintrepretasikan perilaku WP dalam menjalankan kewajiban pajaknya.Seperti diketahui sistem perpajakan di Indonesia menganut self assesment system. Dalam sistem inipemerintah mempercayakan semua penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak yang terutangpada WP. Akibatnya berbagai perilaku muncul untuk mengekspresikan praktik self assesment system ini.Studi ini menggunakan non positivistik dengan pendekatan diskriptif untuk meneropong fenomenayang ada di dalam praktik perpajakan. Sumber data paling utama dalam studi ini adalah kata-kata dantindakan yang diperoleh dari informan kunci sebanyak 5 orang dari 20 informan yang ada. Hasil studiini menunjukkan bahwa pertama, sistem self assessment menyebabkan munculnya perilaku taxavoidance, tax evasion dan tax arrearage. Kedua, self assessment system membutuhkan sebuah kesadaranbukan keterpaksaan dalam menciptakan sebuah kepatuhan dan ketidakpatuhan WP menyebabkanpemerintah melakukan tindakan penyanderaan (Gijzeling).

Kata kunci: kewajiban pajak, self assesment system, kepatuhan wajib pajak, gijzeling

PENDAHULUANDalam rangka meningkatkan penerima-

an pajak, pada tahun 1984 pemerintah telahmelakukan reformasi terhadap sistem per-pajakan Indonesia. Salah satunya, perubah-an sistem pelaksanaan pemungutan pajak,yakni diterapkannya self assesment systemmenggantikan official assesment system. Selfassessment system adalah sistem di manaWajib Pajak (selanjutnya disingkat denganWP) diberi kepercayaan penuh oleh pe-merintah untuk menghitung, membayar,dan melaporkan sendiri pajak yang terutang

sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku(Hutagaol, 2007). Artinya, pemerintah sa-ngat percaya bahwa masyarakat sebagai WPbertindak jujur dalam melakukan peng-hitungan pajak terutangnya.

Seluruh kewajiban yang dibebankanoleh pemerintah kepada setiap WP semua-nya harus dilakukan sendiri dengan penuhkesadaran. Kewajiban sebagaimana dimak-sud undang-undang adalah kewajiban WPuntuk mendaftarkan dirinya untuk mem-peroleh NPWP, mengambil sendiri formulirSPT, mengisi dengan lengkap jelas dan benar

Page 2: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 281

SPT tersebut, menghitung sendiri pajakterutang dengan jujur, mengadakan pem-bukuan, memperlihatkan pembukuan dandata lainya serta membayar pajak tersebuttepat pada waktunya, sedangkan kewajibanpemerintah adalah melakukan pembinaan,penelitian dan pengawasan pelaksanaankewajiban perpajakan WP berdasarkan KUP

Penggunaan sistem self assessment systemmemang menuntut WP untuk aktif dalammelaksanakan kewajiban maupun hak per-pajakannya. Harahap (2004) menyatakanbahwa dianutnya self assessment systemmembawa misi dan konsekuensi perubahansikap (kesadaran) warga masyarakat untukmembayar pajak secara sukarela (voluntarycompliance). Kepatuhan memenuhi kewajib-an perpajakan secara sukarela merupakantulang punggung self assessment system(Choong dan Lai, 2009). Dengan kata lain,penetapan sistem self assessment diharap-kan mampu meningkatkan kepatuhanperpajakan.

Praktik self assessmet system dalambeberapa kajian ternyata mempunyai dam-pak terhadap pelaksanaan pemungutanpajak di Indonesia (Tarjo dan Kusumawati,2006; Trisnayanti dan Jati, 2015). MenurutTarjo dan Kusumawati (2006), self assessmentsystem memiliki banyak kekurangan yangberkaitan dengan pemberian kepercayaanpada wajib pajak untuk menghitung, mem-perhitungkan, membayar, dan melaporkansendiri pajak terutang, yang di dalampraktiknya sulit berjalan sesuai dengan yangdiharapkan, bahkan disalahgunakan (Tarjodan Indrawati, 2006), sedangkan Akbar,Atmanto dan Jauhari (2015) menyatakankeberhasilan self assessment system ini tidakdapat tercapai tanpa terwujudnya kesadarandan kejujuran dari masyarakat khususnyawajib pajak, untuk melaksanakan kewajibansesuai dengan ketentuan yang berlaku. Arti-nya, dari beberapa kajian tersebut mem-buktikan bahwa praktik sistem self assessmentyang dilakukan oleh pemerintah sampai saatini belum secara maksimal dapat terlaksanasesuai dengan target pajak yang ditentukan.

Fenomena di atas menunjukkan bahwaantara aturan dengan tingkat kepatuhan WPmasih terdapat kesenjangan yang cukuptinggi. Fenomena ini dibuktikan dengan datadari DJP pada tahun 2014 yang menyatakanbahwa pada tahun 2014 hanya 10,8 juta WPyang melaporkan SPT, di mana seharusnya18,4 juta WP dan tidak lebih dari 900 ribu WPdengan status SPT kurang bayar. Dan padatahun 2015, kondisi ini tidak berubah, yangdibuktikan dengan target penerimaan pajakyang terealisasi hanya sekitar 81% (www.pajak.go.id). Hal ini tentu menjadi dilemabagi pemerintah, karena pajak merupakansumber dana untuk pembangunan di Ne-gara Indonesia. Pendapatan pajak yang sehatakan mendorong kemandirian pembiayaanpemerintahan dan pembangunan, yang pa-da gilirannya akan mampu menyehatkaniklim usaha karena penanggung pajak akanmembiayai fasilitas publik yang besar,sebesar manfaat yang telah diterima WP.

Kesenjangan antara tingkat kesadarandan kepatuhan WP dengan target pajak yangditetapkan oleh pemerintah guna mem-biayai pembangunan di Indonesia me-nyebabkan pemerintah harus memutar otak.Hal ini tentunya membuat pemerintah harusmengaitkan dengan kewajiban menghitungutang dengan pajak dan penegakan hukum.Upaya membangun penegakan hukumpajak yang konsisten merupakan salah satucara agar ketentuan hukum perpajakandapat ditaati dan dipatuhi oleh WP.

Pertanyaan PenelitianFenomena kesenjangan antara kewajib-

an WP dalam praktik self assessment systemdengan target pajak yang ditetapkan olehpemerintah menyebabkan sebuah gap yangcukup signifikan. Menyikapi fenomena inimaka pertanyaan dalam studi ini adalahBagaimana praktik self assessment systemyang dijalankan oleh WP di Surabaya.

JELAJAH PAJAKMeraih Asa bersama Pajak Indonesia

Keberhasilan suatu bangsa dalam pem-bangunan nasional sangat ditentukan oleh

Page 3: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

282 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

kemampuan bangsa untuk dapat memaju-kan kesejahteraan masyarakat. Salah satuusaha untuk mencapai keberhasilan adalahmelalui pajak. Pajak adalah sebagian hartakekayaan dari masyarakat yang berdasar-kan Undang-Undang 1945, wajib diberikanoleh rakyat kepada negara tanpa mendapatkontra prestasi secara individual dan lang-sung dari negara.

Beberapa ahli perpajakan menyatakanbahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kasnegara berdasarkan undang-undang (yangdapat dipaksakan) dengan tiada mendapatjasa timbal (kontraprestasi) yang langsungdapat ditunjukkan dan yang digunakan un-tuk membayar pengeluaran umum (Sumitrodalam Mardiasmo, 2008). Berdasarkan per-nyataan tersebut sangatlah jelas bahwa pajakadalah suatu aktivitas pembayaran yangdipaksakan oleh negara dan bersifat wajibbagi setiap warga negara yang telah mem-punyai kriteria sebagai WP. Tidak ada suatualasan atau pengingkaran yang dapat di-amini oleh negara dalam hal ketidaktaatandalam pembayaran pajaknya. Hal ini harusdilakukan karena pajak adalah roh bagikelangsungan hidup sebuah negara.

Sebagai roh yang memberi kehidupanbagi kelangsungan suatu negara, tentunyasektor pajak perlu mendapat perhatian yangistimewa dari pemerintah sebagai pe-nyelenggara negara. Slamet dan Jurdy (2005)menyatakan:

“Pajak telah berfungsi sebagai sumber danabagi pemerintah untuk membiayai penge-luaran-pengeluarannya. Salah satu pem-biayaan negara yang penting dalam hal iniadalah pembangunan sosial kemanusiaan,selain pembiayaan lainnya. Dalam teorinegara bahwa negara melakukan fungsinyauntuk melayani kebutuhan masyarakat, tidakuntuk kepentingan pribadi.”

Artinya pajak merupakan salah satucara untuk membiayai seluruh pembangun-an di Negara Indonesia yang digunakanuntuk kesejahteraan masyarakat. Dalamkaitannya dengan pembangunan dan ke-sejahteraan, pajak memiliki fungsi-fungsiyang dapat dipakai untuk menunjang ter-capainya suatu masyarakat adil dan makmur

secara merata. Fungsi–fungsi tersebut adalahbudgeter/finansial yang memberikan masuk-an uang sebanyak-banyaknya ke kas negaradan fungsi reguler/mengatur bahwa pajaksebagai alat untuk mengatur masyarakatbaik dalam bidang ekonomi maupun politik(Suandy, 2002).

Realitas dari fungsi pajak sebagai bud-geter adalah wujud dari penerimaan padakas Negara. Berdasarkan catatan DJP hingga31 Juli 2015 (www.pajak.go.id), realisasipenerimaan pajak mencapai Rp 531,114triliun. Dari target penerimaan pajak yangditetapkan sesuai APBN-P 2015 sebesar Rp1.294,258 triliun, realisasi penerimaan pajakmencapai 41,04%. Jika dibandingkan denganperiode yang sama di tahun 2014, realisasipenerimaan pajak di tahun 2015 ini me-ngalami pertumbuhan yang cukup baik disektor tertentu, namun juga mengalami pe-nurunan pertumbuhan di sektor lainnya.Pertumbuhan signifikan dicatat dari PPhPasal 25/29 Orang Pribadi yakni 24,93%,atau sebesar Rp 3,853 triliun dibandingkanperiode yang sama di 2014 sebesar Rp 3,084triliun. Pertumbuhan ini dipicu oleh ting-ginya pelunasan SKP yang merupakan hasildari keberhasilan deterrent effect penegakanhukum khususnya pencegahan ke luarnegeri dan penyanderaan (gijzeling) WP.Berikut Pernyataan dari salah satu pejabatKPP di Surabaya berkaitan dengan hal ini:

“Hingga 26 Juni 2015, menurut data daripusat DJP telah memproses 329 usulan pen-cegahan dan 29 usulan penyanderaan ter-hadap penanggung pajak. Dari pelaksanaanpencegahan tersebut, DJP dapat mencairkanutang pajak sebesar Rp 15,75 miliar dari 17penanggung pajak, sedangkan dari pelaksana-an penagihan, DJP dapat mencairkan utangpajak sebesar Rp 11,52 miliar dari 13 pe-nanggung pajak yang sebelumnya disanderadan telah dilepaskan”

Berdasarkan pernyataan di atas, me-nunjukkan bahwa pajak adalah primadonabagi pendapatan Negara. Pendapatan pajakyang sehat mendorong kemandirian pem-biayaan pemerintahan dan pembangunan,yang pada gilirannya mampu menyehatkaniklim usaha karena penanggung pajak

Page 4: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 283

membiayai fasilitas-fasilitas publik yangbesar, sebesar manfaat yang telah diterimapenanggung pajak.

Untuk memenuhi realisasi penerimaanatau pendapatan pajak dibutuhkan sebuahkerjasama antara pemerintah dan masya-rakat. Tanpa kerjasama, maka tujuan ter-capainya kesejahteraan bagi masyarakathanya mimpi belaka. Untuk itu, dibutuhkanadanya kepatuhan terhadap aturan per-pajakan di Indonesia. Kepatuhan tersebutadalah tindak lanjut dari definisi pajaksebagai iuran yang dipaksakan dan diaturdalam undang-undang negara yang bersifattidak langsung dan dipergunakan untukkesejahteraan masyarakat.

Rendahnya tingkat kepatuhan pajak diIndonesia akan menghilangkan potensi pen-dapatan Negara. Di mana apabila tingkatkepatuhan pembayaran pajak oleh masya-rakat rendah maka pajak sebagai sumberpendapatan Negara akan mengalami pe-nurunan yang drastis. Penurunan pendapat-an Negara secara signifikan akan berakibatfatal bagi Indonesia sebagai Negara ber-kembang, di mana Negara yang beradadalam goncangan tidak dapat melaksanakanfungsi negaranya dengan baik. Saat di manaNegara tidak dapat menjalankan fungsinyadengan baik maka kesejahteraan masyarakatakan terancam. Untuk itu, dibutuhkan se-buah kepatuhan yang terlahir dari kesadarandiri dan bersifat sukarela.

Kepatuhan dari WP memang dapat di-gunakan sebagai salah satu indikator ke-berhasilan self assessment system. Asumsipelaksanaan self assessment system adalah WPsecara sadar dan sukarela mau untuk meng-hitung, melapor dan membayarkan pajakterutangnya secara mandiri. Dengan asumsiini maka dapat dikatakan bahwa Negarasangat percaya bahwa masyarakat sebagaiWP adalah masyarakat yang jujur dan taatdalam melaksanakan kewajiban perpajakan-nya, namun apakah benar, masyarakatIndonesia melakukan semuanya sesuai de-ngan harapan pemerintah saat ini.

Self Assessment System sebagai Pilar PajakIndonesia

Berdasarkan sekelumit deskripsi ten-tang pajak dalam studi ini yang men-justifikasi bahwa self assessment system me-rupakan sistem pemungutan yang mem-butuhkan sebuah kesadaran dan kepatuhanakan pentingnya pajak bagi kelangsunganNegara Indoneia. Seperti kita ketahui selfassessmet system adalah sistem pemungutanpajak yang lebih mengedepankan ke-percayaan yang diberikan kepada masya-rakat untuk menghitung pajaknya. Hal inidilakukan karena cara menghitung pajakterhutang sendiri memang menjadi salahsatu kendala dalam sistem pemungutanpajak di Indonesia.

Pada awal tahun 1984, sejak dimulainyatax reform, sistem perpajakan di Indonesiaberubah dari official assessment system men-jadi self assessment system.Tax reform perludilakukan pada saat itu karena tata cara danpenyelenggaraan perpajakan dianggap tidakdikelola dengan baik. Dalam official asses-sment system tanggung jawab pemungutanterletak sepenuhnya pada penguasa pe-merintah, sedangkan dalam self assessmentsystem, WP diberi kepercayaan penuh untukmenghitung, memperhitungkan, membayar/menyetor dan melaporkan besarnya pajakyang terhutang sesuai dengan jangka waktuyang telah ditentukan dalam peraturanperundang-undangan perpajakan sepertiyang tertuang dalam Surat Pemberitahuan(SPT), kemudian menyetor kewajiban per-pajakannya.

Menurut Tarjo dan Kusumawati (2006),jiwa dari self assessment system adalahpemerintah yang memberi kepercayaan ke-pada WP untuk menghitung dan me-netapkan sendiri besarnya kewajiban pajakyang harus dibayar WP. Untuk itu per-hitungan besarnya pajak ini harus diakuikebenarannya sebelum Dirjen Pajak dapatmembuktikan yang sebaliknya, karena didalam asas self assessment system ada unsurpendelegasian wewenang oleh Dirjen Pajak,maka sebagai konsekuensinya Dirjen Pajak

Page 5: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

284 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

harus menciptakan sistem kontrol secaramemadai, sebab pendelegasian wewenangtanpa kontrol akan mengakibatkan timbul-nya penyalahgunaan wewenang. Untuklebih jelasnya berikut ini penulis tampilkanperbedaan antara self assessment systemdengan official assessment system.

Tabel 1Perbedaan Official Assessment dan Self

Assessment System

Keterangan OfficialAssessment

System

SelfAssessment

SystemWewenangmenentukanpajakterutang

Besarnyapajakterutangditentukanoleh fiskus

Besarnyapajakterutangditentukanoleh WP

Peran WP WP bersifatpasif

WP bersifatpasif

Peran Fiskus Fiskusbertindakaktif

Fiskussebagaifasilitator

Timbulnyapajakterutang

Timbulkarenasuratketetapanpajak (SKP)

Timbulkarena UUdan karenaperbuatan

Sumber: Mardiasmo (2008)

Berdasarkan tabel 1 di atas, penulis men-coba melakukan pendeskripsian awal darianalisa yang telah dilakukan oleh Mardi-asmo (2008). Dari tabel 1 di atas nampakbahwa WP diberikan kepercayaan penuholeh pemerintah untuk menghitung sendirikewajiban perpajakannya. Keputusan initentunya harus dibarengi dengan perilakuWP itu sendiri. Perilaku tersebut adalahsebuah kesadaran dan kepatuhan untukmenjalankan kewajiban perpajakannya, se-hingga dapat ditarik benang merah semen-tara yaitu untuk menjalankan self assessmentsystem dengan baik sangat dituntut sebuahkepatuhan dari WP itu sendiri serta adanyapemahaman dari Undang-undang tersebut,namun, saat orientasi awal studi ini

dilakukan nampak bahwa belum semuapotensi pajak dapat digali. Sebab masihbanyak WP yang belum memiliki kesadaranakan betapa pentingnya pemenuhan ke-wajiban perpajakan baik bagi negara mau-pun bagi mereka sendiri sebagai warganegara yang baik.

Sistem self assessment system memangsangatlah mudah bagi pihak fiskus, karenafiskus tidak membutuhkan waktu yangpanjang untuk menghitung pajak terutangdari setiap WP. Di samping itu, sistem selfassessment system juga dapat meminimalisirkegiatan transaksional antara WP denganFiskus, namun dari sisi WP ternyata sistemini tetap mempunyai kelemahan. Alih-alihmereka menjadi patuh yang ada merekabahkan bisa memanipulasi pajak terutang-nya (tax evasion).

Berdasarkan tahap orientasi awal yangdilakukan dalam studi ini, penulis melihatbahwa masih banyak ketidakpatuhan yangdilakukan oleh WP karena sistem self asses-sment system ini, pertama, masih banyaknyaWP tidak mengetahui cara menghitungpajaknya sendiri meskipun mereka mem-punyai penghasilan yang lumayan tinggi.Mereka tahu bahwa ada kewajiban untukmembayar pajak tapi mereka pura-puratidak mau tau karena mereka bingung harusmenghitung dengan cara bagaimana. Infor-masi ini juga didukung dengan penelitiandari Damayanti (2012) yang menyatakanbahwa pada saat ini masih banyak dijumpaiWP yang belum paham akan kewajibanperpajakannya, seringkali mereka mengakuibahwa setelah mempunyai NPWP merekatidak mengetahui konsekuensi setelahnya,sehingga ketika keluar Surat Ketetapan Pajak(SKP) secara jabatan, Wajib Pajak tersebutmerasa keberatan karena merasa tidak adasosialisasi sebelumnya.

Kedua, dengan adanya self assessmentsystem, maka adanya tindakan tax evasionyang memang disengaja. Contohnya, marak-nya skandal pajak yang dilakukan WPdengan cara memanipulasi laporan ke-uangannya, merendahkan besaran pen-dapatan yang harus diterima ataupun mem-

Page 6: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 285

buat doubel pembukuan. Fenomena inidapat kita cermati pada kasus besar sepertiPT. KAI, pajak pihak ketiga sudah tiga tahuntidak pernah ditagih, tetapi dalam laporankeuangan itu dimasukkan sebagai pen-dapatan PT KAI selama tahun 2005. Ke-wajiban PT KAI untuk membayar suratketetapan pajak (SKP) sebesar Rp 95,2 Miliaryang diterbitkan oleh Direktorat JenderalPajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalamlaporan keuangan sebagai piutang atautagihan kepada beberapa pelanggan yangseharusnya menanggung beban pajak itu.

Kasus lain ditahun 2015, Dirjen PajakIndonesia menuding PT. Toyota MotorManufacturing Indonesia melakukan prak-tik transfer pricing pada saat melakukanpengiriman kendaraan ke luar negeri. Di-duga adanya pemindahan beban yang di-lakukan dengan memanipulasi harga secara

tidak wajar (https://investigasi. tempo.co/toyota). Artinya, Dari praktik ini tentu sajabesarnya pajak terutang yang dihitungsendiri oleh WP akan menjadi lebih sedikitatau dibuat sedikit. Hal ini dapat dilakukankarena besarnya pajak terutang dapat diutakatik oleh WP sehingga seolah-olah merekabisa menentukan sendiri berapa besaranpajak yang harus dibayarnya

Dari dua contoh tersebut, studi inimelihat bahwa self assessment system menjadisalah satu proposisi yang membuat WPmenjadi tidak patuh. Lebih lanjut, data dariDJP per tanggal 31 Desember 2014 juga me-nunjukkan bahwa kepatuhan penyampaianSPT antara tahun 2011 sampai dengan 2014masih sangat rendah, di mana self assesmentsystem merupakan salah satu cara pe-mungutan pajak yang diterapkan padatahun-tahun tersebut dan sampai saat ini.

Sumber: DJB per 31 Desember 2014Gambar 1

Grafik Kepatuhan Penyampaian SPT

Berdasarkan Gambar 1 di atas dan datadari DJP, nampak adanya gap yang cukuptinggi antara WP yang terdaftar wajib SPTdengan realisasi SPT. Artinya, masih banyakWP yang tidak melaporkan SPT walaupunsudah jelas bahwa WP tersebut adalah WPwajib setor SPT. Walaupun di tahun berikut-nya mengalami peningkatan, namun hal

tersebut tidak mengindikasikan suatu ke-patuhan pajak yang membaik. Selama tigatahun terakhir, rasio kepatuhan penyampai-an SPT PPh atau kepatuhan secara formalhanya berkisar 40-61% saja.

Dari gambar 1 di atas dapat dijelaskansebagai konsekuensi logis dari pilihan selfassessment system yang memberikan ke-

Page 7: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

286 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

percayaan sepenuhnya kepada WP untukmenghitung, menyetor dan melaporkankewajiban perpajakannya. Meskipun sudahdiberikan kebebasan untuk menghitungsendiri pajak terutangnya, namun masya-rakat yang merupakan WP masih me-mandang bahwa pajak adalah beban bagisebagian besar masyarakat. Hal ini di-tunjukkan potret aturan pajak yang masihmerupakan ketentuan-ketentuan dan per-aturan-peraturan yang bersifat memaksa.Para WP akhirnya mau tidak mau harusmembayar pajak. Dengan adanya sifat pe-maksaan tersebut membuat WP berusahauntuk meminimalisir pembayaran pajaknya,baik secara ketentuan maupun yang me-langgar ketentuan yang telah ditetapkanoleh Undang-undang.

Berbagai upaya dilakukan oleh WPuntuk tidak melakukan pelaporan dan pem-bayaran pajak karena mereka merasakankeberatan untuk membayar pajak (No Bodywant to pay tax). Upaya tersebut timbuldisebabkan masih rendahnya tingkat ke-percayaan masyarakat selaku WP kepadapemerintah dan masih rendahnya pulakesadaran dan kepatuhan WP. Salah satuupaya yang dilakukan WP dalam me-minimalisir pajaknya adalah dengan me-lakukan penggelapan pajak (tax evasion).

Penggelapan pajak atau tax evasionsangat banyak caranya, yang pada intinyaadalah bagaimana menghindari pembayaranpajak dengan perencanaan pajak sehinggamemungkinkan melakukan transaksi yangtidak akan terkena pajak. Tax evasion mem-punyai akibat bagi negara adalah ber-kurangnya penyetoran dana pajak ke kasnegara, atau bahkan tidak ada dana pajakyang masuk ke kas negara.

Terdapat beberapa alasan menurutRichardson (2006) yang menyebabkan WPmelakukan tax evasion adalah: (1) WP ber-persepsi tentang: (a) Tarif pajak terlalu ting-gi; (b) Sistem keadilan dan kejujuran dalamperpajakan yang kurang; (c) Bagaimanakebijakan pemerintah dalam membelanja-kan uang dari pembayaran pajak oleh WP;(2) Kecenderungan individu yang kurang

memahami aturan dan hukum yang berlaku;(3) Perilaku individu yang dipengaruhi olehkelompok sehingga mempengaruhi individutersebut melakukan tax evasion; (4) Tax audit,pelaporan informasi dan potongan dalampajak; (5) Administrasi pajak yang kurangdimengerti oleh tax payers; (6) Praktisi pajak;(7) Kemungkinan ketahuan dan penegakanhukum yang kurang dari pemerintah,sedangkan Gie (2007) menyatakan dalamperpajakan, sudah menjadi rahasia umumbahwa tidak sedikit orang yang manipulasipajak dengan cara meminimalkan pen-dapatan pajaknya bahkan ada juga yangtidak membayar pajak sama sekali. Padahalmereka sadar bahwa hal itu melanggarnorma-norma agama sekaligus melanggaraturan dalam negara. Mereka melakukan haltersebut dengan berbagai alasan.

Walaupun sudah tersedia ancamanhukuman administratif maupun ancamanhukuman pidana bagi WP yang tidak me-menuhi kewajiban perpajakannya, akantetapi kenyataannya masih banyak WP yangtidak atau belum sepenuhnya memenuhikewajibannya. Hal ini terkait dengan ikhwalkepatuhan perpajakan atau tax compliance.

Ketidakpatuhan Wajib Pajak: Pintu MasukRealitas

Tidak sedikit ahli berpendapat bahwapada umumnya manusia tidak suka mem-bayar pajak (Nobody Wants To Pay Taxes)sebagai tindakan risk aversion. Dikatakanbahwa hanya sekelompok kecil orang yangmerasakan pajak tidak memberatkan me-reka. Mereka merasa membayar pajak terlalusedikit jika dibandingkan dengan jumlahyang seharusnya dia bayar. Pada tahun 1987,majalah tempo pernah melakukan penelitiantentang sikap membayar pajak. Dari 991responden yang diwawancarai, 8,89% di-antaranya menyatakan bahwa mereka,membayar pajak dalam jumlah yang kecil.Berdasarkan pernyataan beberapa ahli ter-sebut menunjukkan bahwa masyarakatIndonesia merasa enggan untuk membayarpajak (www.pajak.go.id).

Page 8: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 287

Masalah kepatuhan WP merupakanmasalah yang banyak dijumpai di berbagainegara. Simon James dan Clinton (2002)dalam Supriyati (2011) menyatakan bahwapengertian kepatuhan pajak (tax compliance)adalah WP mempunyai kesediaan untukmemenuhi kewajiban pajaknya sesuai de-ngan aturan yang berlaku tanpa perludiadakannya pemeriksaan, investigasi sek-sama, peringatan, ataupun ancaman danpenerapan sanksi baik hukum maupunadministrasi, sedangkan menurut Gunadi(2005) kepatuhan adalah kesediaan WPuntuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuaidengan aturan-aturan yang berlaku tanpaperlu diadakan pemeriksaan, investigasiseksama, peringatan ataupun ancaman danpenerapan sanksi baik hukuman maupunadministrasi. Artinya, kepatuhan dapat di-definisikan sebagai perilaku WP dalam me-menuhi kewajiban perpajakannya sesuaidengan peraturan yang berlaku. Untuk itu,Choiruman (2004) berargumentasi yaitu ber-hubung penerimaan pajak dibutuhkan un-tuk membiayai penyelenggaraan peme-rintahan maupun pembangunan, maka pe-merintah akan terus berupaya menggalipotensi pajak (tax coverage) seoptimal mung-kin dan juga meningkatkan kepatuhan wajibpajak (taxpayers compliance).

Dari informasi di atas, nampak bahwakepatuhan adalah sebuah sikap taat yangtidak perlu dipaksakan dengan segala aturanataupun reward tertentu. Artinya terdapatdua kondisi yaitu dipaksakan dengan ada-nya aturan dan melakukan sendiri ke-wajiban perpajakannya. Dalam hal ini ter-dapat kontradiksi antara sebuah kepatuhandan keterpaksaan yaitu patuh karena ter-paksa bukan patuh karena kesadaran.

Seperti yang telah diutarakan dalampenjelasan di atas, bahwa sistem self asses-sment system membutuhkan sebuah ke-patuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Studimengenai kepatuhan WP telah dilakukanoleh peneliti dalam tataran positivistik, salahsatunya adalah James dan Alley (1999) yangmengemukakan kepatuhan WP menyangkutsejauh mana WP memenuhi kewajiban per-

pajakannya sesuai dengan aturan perpajak-an yang berlaku. Dengan demikian tingkatkepatuhan WP dapat di ukur dengan TaxGap yaitu perbedaan antara apa yang ter-surat dalam peraturan perpajakan denganapa yang dilaksanakan oleh WP. Tax gapdapat pula diartikan sebagai perbedaanantara seberapa besar pajak yang dapatdikumpulkan dengan besar pajak yang se-harusnya terkumpul (James dan Alley, 1999).

Berikutnya Internal Revenue Service(Brown dan Mazur, 2003) mengelompokkankepatuhan WP terdiri dari 3 tipe kepatuhan:(1) kepatuhan penyerahan SPT (filing com-pliance), (2) kepatuhan pembayaran (paymentcompliance), dan (3) kepatuhan pelaporan(reporting compliance). Ketiga tipe kepatuhantersebut bila di ukur secara bersama akanmemberikan gambaran yang komperhensiftentang kepatuhan WP.

Dari dua peneliti tersebut, terdapatbeberapa karakteristik yang harus ada padasaat kita akan menjustifikasi apakah WPtersebut dikatakan tidak patuh. Artinyasemua berdasarkan justifikasi sebuah peri-laku WP. Perilaku tersebut kemudian diukurdan dibuat sebuah indikator untuk menilaiapakah WP tersebut patuh ataukah tidak,namun satu hal yang belum dapat diukuradalah bagaimana kesadaran dari WP untukmenjalankan kewajiban perpajakannya. Pe-nulis melihat bahwa kedua pernyataantersebut hanya mengkaitan antara adanyaaturan dan bagaimana menjalankan aturantersebut sehingga tidak menyiratkan bagai-mana seorang warga negara yang harusnyapaham bahwa mereka adalah bagian ke-berhasilan dan berkembangnya sebuahnegara.

Lebih lanjut beberapa peneliti yangmelakukan studi kepatuhan pajak antaralain, Jackson, Miliron dan Troy melaluitinjauan terhadap literatur kepatuhan meng-identifikasi adanya 14 faktor kunci yang di-gunakan peneliti dalam meneliti kepatuhanpajak yang secara garis besar dikelompok-kan dalam empat kelompok (Jackson et al.,1986) yaitu demografic (age, gender and edu-cation), non compliance opportunity (income

Page 9: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

288 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

level, income source, and occupation),attitudinal and perceptions (fairness of the lawsystem and peer influence) dan tax system/structural (complexity of the tax system, proba-bility of detection and penalties and tax rates).Enaharo dan Jayeola (2012) menyatakankepatuhan pajak juga dapat di lihat dari segikeuangan publik (public finance), penegakanhukum (law enforcement), struktur organisasi(orgazational structure), tenaga kerja (employ-ees), etika (code of conduct).

Teori tentang tax compliance pertama kalidikemukakan oleh Allingham and Sandmo(1972). Teori ini mengasumsikan ketidakpatuhan sering disebabkan karena sisiekonomi. Teori ini berkeyakinan tidak adaindividu bersedia membayar pajak secarasukarela (voluntary compliance). Oleh sebabitu WP akan selalu menentang untuk mem-bayar pajak (risk aversion). Menurut teori ini,faktor utama yang mempengaruhi ke-patuhan pajak antara lain: pendapatan tetap(I), tarif pajak (t), probabilitas dilakukanaudit (p), dan besarnya sanksi yang mungkindikenakan (f). Individu diasumsikan me-miliki endowment pendapatan yang tetap danharus dilaporkan ke pemerintah.

Kepatuhan yang dikaitkan dengan tarifpajak juga ditemukan oleh Alm, Bahl,Murray (1990). Ketiga peneliti tersebutmenemukan bahwa kepatuhan para pem-bayar pajak menemukan bahwa hanya 8%wajib pajak di Jamaika yang menghitungdan membayar pajak penghasilan denganbenar, dan 26% melakukan lebih bayar (taxrefunds), sedang sisanya sebesar 66% kurangbayar (unpaid tax). Artinya, wajib pajak akanlebih patuh (lebih menentang) terhadapsistem pajak bila tarif pajaknya semakinrendah (tinggi), namun untuk meningkat-kan kepatuhan wajib pajak, diperlukan per-ubahan komprehensif (comprehensive change)yang meliputi perubahan tarif pajak (taxrate), dasar pengenaan pajak (tax base), danperbaikan administrasi perpajakan (taxadministrative reform).

Selanjutnya adalah penemuan yang di-lakukan oleh Ajzen (2002) dengan Theory ofPlanned Behavior. Beberapa peneliti kepatuh-

an pajak menggunakan teori ini untuk me-nguji perilaku kepatuhan pajak WP. Ber-dasarkan teori ini, perilaku individu menjaditidak atau patuh terhadap ketentuan per-pajakan dipengaruhi oleh niat untuk ber-perilaku. Niat berperilaku tidak atau patuhdipengaruhi yang oleh tiga faktor yaitu: 1)behavioral belief yaitu keyakinan akan hasildari suatu perilaku (outcome belief) yangmembentuk variabel sikap (attitude), 2)normative belief yaitu keyakinan individuterhadap harapan normatif yang menjadirujukannya yang membentuk variabel nor-ma sujektif (subjective norm) dan 3) controlbelief yaitu keyakinan/persepsi individu ten-tang keberadaan hal-hal yang mempe-ngaruhi (mendukung atau menghambat)perilaku yang membentuk variabel kontrolperilaku yang dipersepsikan (perceived beha-vioral control). Niat berperilaku merupakanvariabel perantara dalam membentuk peri-laku (Ajzen, 2002). Ini berarti pada umum-nya manusia bertindak sesuai dengan niatatau tendensinya.

Berdasarkan beberapa studi terdahulu,walaupun dari tataran positivistik, namuntemuan tersebut merupakan pintu masukyang perlu untuk dipertimbangkan padasaat penulis melakukan tahapan untuk me-neropong informan yaitu WP di Surabaya.Menurut penulis jika semua hasil temuantersebut disatukan maka akan terdapat se-buah kesempurnaan adalah konsep bagai-mana sebuah kepatuhan dijalankan baikdalam sisi aturan, perilaku maupun ke-sadaran, namun kembali lagi bahwa realitastidak dapat dipaksakan sebuah temuanadalah apa yang ada bukan apa yang di-adakan.

TEROPONG REALITASPendekatan Nonpositivistik-Deskriptifdalam Mendekati Realitas

Studi ini menggunakan pendekatannon-positivistik dengan metode deskriptif.Penulis mempunyai keyakinan dalam pe-nelitian non-positivistik lebih mampu untukmenghadapi ketidakleluasaan dunia sosialdalam kehidupan sehari-hari, sedangkan

Page 10: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 289

metode lebih lanjut, metode deskriptif ada-lah pencarian fakta dengan interpretasi yangtepat (Moloeng, 2007). Penelitian deskriptifmempelajari masalah dalam masyarakat ser-ta tatacara yang berlaku dalam masyarakatserta situasi tertentu, termasuk tentanghubungan, kegiatan-kegiatan, sikap, panda-ngan, serta proses yang sedang berlangsungdan pengaruh dari suatu fenomena. Dalammetode deskriptif, peneliti bisa saja mem-bandingkan fenomena tertentu sehinggamerupakan suatu studi komparatif .

Sumber dan jenis dataMenurut Moloeng (2007), sumber data

paling utama dari penelitian dengan pen-dekatan non-positivistik adalah kata-katadan tindakan. Selebihnya adalah tambahanseperti dokumen dan lain-lain. Sumber danjenis data dalam penelitian ini diperoleh dariKey Person (informasi kunci),yaitu WP baikpribadi maupun badan di Surabaya. Dalamhal ini pengambilan sampel bersifat snowballsampling artinya penarikan sampel dalampenelitian dengan pendekatan kualitatif inidimaksudkan untuk memilih informan yangbenar-benar relevan dan kompeten denganmasalah yang akan diteliti dan dilakukansecara berulang-ulang. Pengambilan sampelberdasarkan penelusuran sampel sebelum-nya. Beberapa sampel atau informan studiini diambil dari penelitian yang dilakukanoleh Diamastuti dan Prastiwi (2015) yangmenguji perilaku UMKM dalam menang-gapi berlakunya PP 46 tahun 2013. Kemudi-an dari beberapa informan tersebut penulismulai melanjutkan pengamatannya untukstudi ini. Artinya, ada beberapa informanyang tetap digunakan dalam studi inisebagai pintu masuk untuk mendapatkaninforman lainnya khususnya yang berasaldari pelaku UMKM, sehingga Informandalam studi ini yang awalnya hanya 5 orangmenjadi 20 orang atau WP yang berdomisilidi Surabaya, namun untuk key person pe-nulis tetap menggunakan 5 informan yangsudah ada sejak awal studi ini.

Untuk informan lainnya digunakan se-bagai triangulasi untuk menentukan vali-

ditas data. Lima informan tersebut tidakditampilkan dalam nama yang sesungguh-nya. Untuk itu penulis menggunakan pseu-donym, artinya penulis tidak akan meng-gunakan nama asli informan, melainkannama samaran atau inisial. Hal ini di-maksudkan untuk menjaga kerahasiaanidentitas informan.

Tabel 2Key Informan

Nama UsahaIbu NW

Bapak BDBapak AWIbu DPBapak FB

Pengusaha Warnetdi SurabayaPemilik BengkelSepeda MotorSuplier ATKPemilik Gerai BatikExportir

Sumber: Penulis

Dari kelima informan tersebut di atas,penulis mendapatkan berbagai informasi,namun tidak semua informasi dimasukkansebagai data dalam studi ini. Untuk itu adabeberapa informasi yang harus direduksioleh penulis.

Pisau AnalisisPenulis menggunakan analisa interaktif

dari Miles dan Huberman (Sutopo, 2006).Dalam analisis ini dibagi menjadi 4 kompo-nen pokok yaitu (1) pengumpulan data,merupakan proses awal dalam studi ini, (2)Reduksi data, merupakan proses seleksi,memfokuskan pada realitas praktik, pe-nyederhanaan dan abstraksi data yang adadalam files note. Proses ini berlangsung terusmenerus selama penelitian berlangsung, (3)sajian data, merupakan rakitan organisasiinformasi yang memungkinkan kesimpulandeskripsi berbentuk narasi yang me-mungkinkan simpulan dilakukan, (4) pe-narikan simpulan.

Teknik Pengumpulan DataPenulis datang ke tempat di mana

subyek yang hendak diteliti, mengamati dan

Page 11: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

290 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

berinteraksi dengan aktor sosial dalam wak-tu yang relatif panjang. Setelah memperoleh

data yang cukup penulis kemudian secarasistematik menganalisis dengan metode

Sumber: Sutopo (2006)Gambar 2

Tahapan Analisis Data

yang tepat, kemudian menginterpretasi-kannya. Setelah penulis melakukan semualangkah tersebut, kemudian melaporkannyasesuai dengan data atau fenomena yangdiperoleh di lapangan. Penulis mengguna-kan beberapa teknik yang relevan denganjenis penelitian ini. Melalui wawancara akanditambahkan teknik lain yang mendukung,antara lain:

Teknik ObservasiTeknik ini dilakukan dengan cara

observasi atau pengamatan guna melihatkegiatan keseharian dengan menggunakanpanca indera sebagai alat bantunya. Maksuddengan panca indera adalah penulis datangke sejumlah KPP hanya untuk mengamatikegiatan yang dilakukan oleh beberapainforman. Hal ini perlu untuk dilakukanuntuk melakukan pendekatan agar bersediadijadikan informan kunci. Selanjutnya, pe-nulis dapat langsung melakukan pengamat-an ke objek yang menfokuskan pada pe-nelitian ini. Pendekatan ini dilakukan de-ngan maksud agar penulis dapat denganmudah menggali informasi tanpa adanyapemaksaan.

Pada tahapan ini, penulis melakukanpengamatan langsung pada beberapa WPyang sedang melakukan proses pemenuhanhak dan kewajiban perpajakannya di se-

jumlah KPP di Surabaya. Tahapan observasiini tidak dilakukan hanya sekali, penulismelakukan tahapan observasi 12 sd 17 kali(mulai Januari sd April 2015) pada WP yangsedang melakukan kewajiban perpajakan-nya di sejumlah KPP Surabaya. Selain itupenulis juga melakukan observasi secaralangsung pada beberapa usaha di Surabayabaik usaha mikro (UMKM) maupun bebe-rapa perusahaan. Berdasarkan hasil pen-dekatan dengan beberapa WP tersebut, danrekomendasi dari petugas KPP di Gubengdan Wonocolo, akhirnya penulis dapat me-nentukan siapa yang nantinya akan diguna-kan sebagai key informan dalam studi ini,selain informan yang telah penulis dapatkanpada studi sebelumnya.

Teknik WawancaraPada proses pengumpulan data berikut-

nya dilakukan dengan teknik wawancara.Kegiatan wawancara pada informan dilaku-kan untuk mendapatkan informasi secaralangsung dengan mengungkapkan per-tanyaan pada para informan (Subagyo,2004). Pada tahapan ini, penulis setelahmelakukan pengamatan pada sejumlah WPdi beberapa KPP, kemudian memilih bebe-rapa informan untuk melakukan wawan-cara. Wawancara dilakukan tidak terstrukturnamun mendalam. Artinya, penulis meng-

Pengumpulan data

ReduksiData

SajianData

Penarikansimpulan

Page 12: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 291

giring informan menjawab pertanyaan tanpaterbebani sehingga semua pernyataannyameluncur dengan baik tanpa sebuah tekan-an. Penulis menggiring informan dengancara mengajak bicara santai terlebih dahulukemudian penulis mulai menggiring infor-man tanpa mereka sadari seolah-olah tidaksedang melakukan wawancara. Selain itupenulis juga melakukan wawancara padaWP dengan datang langsung pada kantoratau tempat usahanya. Dari 5 informankunci yang telah ditentukan, sesuai denganpisau analisisnya, maka studi ini melakukantahapan untuk mereduksi hasil wawancarayang tidak sesuai dan fenomena yang adadan melakukan tahapan penyeleksian untukmemotret realitas yang ada sebagai gambar-an yang utuh.

Teknik DokumentasiTeknik dokumentasi dilakukan dengan

mencari data dan berupa catatan, transkrip,buku, majalah, prasasti, notulen rapat,agenda, dan lain sebagainya (Arikunto,2004). Pada tahapan ini, penulis melakukanpencarian dalam beberapa literatur yangberkaitan dengan topik studi ini, kemudianpeneliti juga melakukan pendokumentasianuntuk menunjukkan bahwa penulis telahmelakukan beberapa tahapan baik pengama-tan maupun wawancara

NAPAK TILAS MENUJU REALITASCorak dan Perilaku Wajib Pajak (WP) DiSurabaya

Menurut Bohari (2003), embrio sistemself assessment system ini pada dasarnyasudah diterapkan di Indonesia sejak tahun1976 melalui Undang-Undang No. 8 tahun1967, Jo, PP II tahun 1967 tentang tata carapemungutan pajak atas Pajak Pendapatan,Pajak Perseroan dan Pajak Kekayaan, yanglebih dikenal dengan sistem MenghitungPajak sendiri/menghitung Pajak Orang(MPS/MPO), namun dalam praktiknyaternyata sistem ini tidak sesuai dengan hasilyang diharapkan.

Penerimaan dari sektor pajak pada saatitu justru mengalami penurunan. Atau dapat

dikatakan bahwa pemungutan pajak dengansistem (MPO/MPS) dinyatakan tidak ber-hasil, Hal ini terjadi karena tidak didukungdengan sikap jujur dari WP serta pe-ngawasan yang kurang intensif dari pihakpemerintah/fiskus.

Perkembangan selanjutnya, kegagalandari system MPS/MPO tidak menyurutkanoptimisme aparat pajak untuk membangunsystem perpajakan modern dan menjadikanpemerintah dan berbagai kalangan men-dukung reformasi perpajakan pada tahun1983. Reformasi tersebut mengubah konseppemungutan official assessment system men-jadi konsep self assessment system. Sampaisaat ini Indonesia masih menggunakan selfassessment system.

Menurut Hutomo (2009), sistem selfassessment system sebagai mekanisme pe-mungutan PPh berdasarkan peraturan per-undang-undangan perpajakan yang berlakusaat ini telah mengisyaratkan tujuan pe-merintah: (1) memberikan kemudahan bagiWP PPh dalam melaksanakan kewajibanperpajakannya; (2) mencari sistem pe-mungutan PPh yang tepat bagi daerah yangmemiliki latar belakang geografis wilayahkepulauan; (3) mewujudkan suatu keseraga-man secara nasional dalam hal pemungutanPPh.

Seperti kita ketahui definisi Wajib Pajak(WP) adalah setiap orang pribadi yangmemiliki penghasilan di atas pendapatantidak kena pajak (PTKP) (Mardiasmo, 2008).Dalam praktiknya, beberapa WP merasakanbahwa beban perpajakannya sangat sulituntuk dilakukan meskipun dalam kenyata-annya WP tersebut mempunyai penghasilandi atas PTKP. Hal ini dikarenakan banyak-nya WP yang mengalami kendala misalnyamasih buta huruf dan tidak mengetahuibahwa mereka mempunyai kewajiban per-pajakan. Hal ini terungkap saat melakukanwawancara dengan Bapak BD pemilik beng-kel sepeda motor yang pempunyai peng-hasilan lebih dari Rp. 3000.000 setiap bulan-nya.

“Kulo mboten nate bayar pajak. Kulo mbotensaget ngitunge Buk (pen: saya tidak bisa

Page 13: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

292 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

menghitungnya Bu). Lha wong kulo ngehmboten saget moco tulis (Saya juga tidak bisabaca tulis)”

Sedangkan menurut Ibu SY (seorang IbuRumah Tangga yang membuka cateringuntuk beberapa sekolah Full Day di Sura-baya dengan penghasilan lebih dari Rp.8.000.000 setiap bulannya).

“Saya memang tidak punya NPWP dan sayajuga tidak tau apakah saya harus bayar pajakatau tidak. Hidup sekarang untuk makan ajasusah apalagi kalo harus disuruh bayar pajakjuga”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwakesadaran untuk memenuhi kewajiban per-pajakan masih belum maksimal. Meskipunberdasarkan klasifikasinya kedua informantersebut masuk dalam katagori WP Pribadi.Artinya secara klasifiaksi mereka adalah WPmeskipun belum mempunyai NPWP, karenapenghasilannya lebih dari PTKP. Bahkanmenurut penulis, mereka terlihat sangatacuh terhadap kebijakan perpajakan yangditerapkan pemerintah Indonesia karena ke-tidaktahuannya atau bahkan mungkin ke-tidakmauan untuk menjadi WP.

Selain ketidak tahuan dari WP, penulisjuga menemukan bahwa WP merasakaankeengganan untuk membayar pajak karenaberbagai hal. Bapak RD, seorang WP yangberdomisili di Kawasan Darmo Surabayamenyatakan:

“Saya paham bahwa pajak adalah sumberpendapatan Negara. Tapi saya jadi engganuntuk bayar pajak, karena saya tau pasti uangsaya di korupsi oleh beberapa oknum. Sakitrasanya kalo dengar tentang itu. Kita susahpayah cari uang kemudian kita sudah dipaksauntuk menyisihkan uang kita buat Negara…eh ndak taunya diambil oknum. Jadi ya sayaisi formulir pajaknya “sak karepku dewe”,benar atau salah saya tidak ambil pusing”

Namun adapula WP yang sudah rutinmembayar pajak antara lain yang diungkap-kan oleh Ibu MZ sebagai ibu rumah tanggadan pemilik salon dan spa di daerah Bratang.

“Saya dan perusahaan saya sudah rutin untukmembayar pajak, karena saya tahu itu me-rupakan kewajiban saya sebagai wargaNegara. Meskipun berat, saya anggap samaseperti jika saya harus membayar zakat”

Demikian pula dengan Bapak AWsebagai suplier ATK di beberapa perusahaandi Surabaya yang menyatakan pendapatnyasebagai berikut:

“Saya biasanya minta bantuan teman untukmembuatkan pajak saya. Saya tidak tau darimana perhitungannya. Tugas saya hanyamembayar, pusing kalo disuruh menghitung,terlalu rumit”

Sedangkan menurut Bapak FB, seorangpengusaha yang bergerak dibidang eksporimpor menyatakan:

“Tanpa pajak, maka Negara ini akan menjadiNegara terbelakang. Sekarang mau dapatuang darimana Negara jika tidak dari pajak.Jalan, trotoar dan sarana umum lainnya di-biayai dari pajak. Menurut saya, kita sebagaiwarga Negara yang baik haruslah taat pajak,seperti slogan ”orang bijak taat pajak”.

Dari berbagai pernyataan tersebut pe-nulis dapat menggambarkan berbagai ke-ragaman perilaku yang ditunjukkan olehbeberapa informan tersebut. Menurut Noto-atmodjo (2003), perilaku merupakan semuakegiatan atau aktivitas manusia, baik yangdiamati langsung, maupun yang tidak dapatdiamati oleh pihak luar.

Dalam praktiknya berbagai perilakutersebut menunjukkan beberapa WP belummerasakan manfaat dari pajak. Menurutbeberapa WP, pajak itu menyulitkan (lihatpernyataan Bapak BD, Ibu SY dan BapakAW) dan pasti ada kebocoran atau korupsidi dalamnya (pernyataan Bapak RD), namunbeberapa informan sudah menyadari bahwatanpa pajak maka infrastruktur tidak mung-kin terwujud dan masyarakat tidak merasa-kan dampak dari kemajuan Negara ini(Lihat pernyataan Bapak FB dan Ibu MZ).

Kita tidak dapat memungkiri bahwapajak mempunyai dampak yang sangatbesar pada negara ini. Hal ini dapat kita lihatdari potensi perpajakan di Indonesia yangbesar, namun sayang belum tergarap opti-mal. Dari sekitar 250 jutaan penduduk Indo-nesia, hingga Januari 2015 baru tercatat se-kitar 26,8 Juta WP orang pribadi. Padahalpemilik pekerjaan potensial mencapai 44,8juta orang. Belum lagi penduduk usia 15

Page 14: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 293

tahun yang dianggap produktif bisa men-capai 206,6 juta orang (Media Akuntansi,2015). Artinya, potensi yang besar belummendorong beberapa WP untuk mempunyaikesadaran membayar pajak.

Bisa kita pahami, pajak bisa menjadipenggerak bagi pertumbuhan perekonomi-an di negara Indonesia, tapi juga bisa kitapahami bahwa tidak ada satu orangpunyang menghendaki membayar pajak. Walau-pun berbagai macam slogan misalnya“orang bijak taat pajak” digelorakan, namuntetap saja para WP diam seribu bahasa(Diamastuti dan Prastiwi, 2015). Hal ini da-pat dibuktikan dengan peningkatan targetpajak sekitar 6% yang dikarenakan rendah-nya tax ratio yaitu 12-13% sebagai akibatrendahnya tingkat kepatuhan WP dan ter-batasnya kapasitas administrasi perpajakan.Menurut Bapak Mardiasmo selaku wakilmenteri keuangan RI (Media Akuntansi,2015).

“Harusnya pembayar pajak tidak hanya ter-paku pada mandatory participation. Tapiharus dibangun kesadaran kolektif bahwapembayar pajak wajib hukumnya untuk me-nopang pembangunan nasional”.

Pernyataan Bapak Mardiasmo di atasmenunjukkan bahwa masih kurangnya ting-kat kesadaran para WP dalam membayarpajaknya yang ditunjukkan sebagai manda-tory participant. Mandatory participant adalahpartisipasi yang tidak berasal dari sebuahkesadaran. Kepatuhannya hanya lantaranadanya punishment bila WP tidak membayarpajak, sehingga jika tidak ada punishmentmaka semua masyarakat tidak akan mauuntuk membayar pajak. Hal ini dapat kitalihat di negara manapun jika pajak tidakdipaksakan maka tidak ada satu orangpunyang mau membayar pajak (nobody wants topay taxes).

Penulis sebagai salah satu WP di Indo-nesia menyadari bahwa pajak adalah sumberbagi pembangunan nasional, namun dalampraktiknya hal ini sulit dilakukan. Dalam halini penulis tidak dapat menyalahkan be-berapa WP yang melakukan tindakan peng-ingkaran tersebut. Banyaknya kecurangan

yang dilakukan oleh staf pajak berupapenggelapan dan korupsi menyebabkan WPmerasa malas untuk menunaikan kewajiban-nya. Selain itu seringnya berganti-ganti ke-bijakan menyebabkan WP juga merasa bi-ngung. Berikut ini penjelasan dari beberapainforman berkaitan dengan pernyataan diatas.

Pernyataan Ibu DP pemilik usaha kon-veksi di Surabaya:

“Kalo bisa ya tidak bayar pajak... tapinyatanya tidak bisa kan?”

Pernyataan Bapak HW yang bekerjapada provider jasa telekomunikasi:

“Saya setiap tahun bayar pajak buktinya sayapunya NPWP...kalo tidak punya NPWP makasaya tidak bisa ikut tender di pemerintahan”

Pernyataan Bapak SS seorang aka-demisi:

“Jangan ragukan kepatuhan saya membayarpajak, gini-gini NPWP saya sudah sejaktahun 1984”

Berkaitan dengan ketiga pernyataaninforman di atas, menggambarkan terjadikeberagaman tanggapan dan perilaku ten-tang kewajiban untuk membayar pajak. Padainforman pertama mencerminkan seorangyang belum menyadari akan penting pajakbagi kesejahteraan dirinya khususnya danmasyarakat pada umumnya, sedangkaninforman kedua dan ketiga, mencerminkanseorang yang sudah menyadari akan ke-wajibannya sebagai warga negara yang baik.Berdasarkan informasi ketiganya, dapat pe-nulis jabarkan bahwa masih terjadi ke-timpangan kesadaran dalam memenuhi ke-wajiban pajaknya.

Selain itu ketimpangan kesadaran da-lam memenuhi kewajiban perpajakan jugadisebabkan tingkat kesulitan dalam meng-hitung utang pajaknya, mengingat peng-hitungan pajak di Indonesia menggunakansistem self assessment system. Berikut per-nyataan Ibu DP sebagai pemilik salah satugerai Batik terkenal di Surabaya:

“Butuh keahlian khusus untuk menghitungbesarnya pajak kita. Meskipun sudah ada bukupetunjuk tapi tetap saja saya tidak bisamengerjakan, akhirnya saya minta bantuantenaga ahli, saya harus keluar dua kali

Page 15: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

294 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

ongkos...satu bayar pajak satu bayar tenagaahlinya...sangat menyulitkan kalo menurutsaya”

Informasi dari Bapak GR:“Memang agak sulit untuk menerapkanmenjadi langsung benar pada saat meng-hitung pajak, namun lambat laun saya bisatahu bagaimana cara menghitungnya”

Menurut seorang mahasiswa PTN diSurabaya yang mempunyai usaha EventOrganizer:

“Sebenernya susah Bu, apalagi kalo aturan-nya sering berganti-ganti. Masih baru bisamenghitung…eh aturan untuk menghitung-nya sudah berubah”

Berdasarkan pernyatan ke dua informandi atas menjelaskan bahwa aktivitas mem-bayar pajak sangat menyulitkan bagi me-reka. Bahkan salah satu informan menyebut-kan bahwa aktivitas membayar pajak men-jadi high cost, karena harus ada dana tambah-an untuk membantu menghitung utangpajaknya. Berkaitan dengan pernyataan iniakan memungkinkan WP menjadi tidak per-duli terhadap kewajibannya. Seperti per-nyataan Bapak RH seorang pengusaha per-cetakan di daerah Kapasan:

“Kalo ndak ketauan kan ndak apa-apa to Bu...nanti kalo ketauan ya tinggal bayar denda...Mana ada bu orang yang mau bayar pajak”

Sedangkan Menurut Ibu NW seorangpengusaha warnet:

“Tak awur Bu...penjualan saya tak karang...ben kethoke cilik. Meskipun tarifnya 1% tetapsaja besar buat kami pengusaha mikro in”

Berdasarkan uraian pada uraian di atas,nampak bahwa informan mempunyai se-buah statemen bahwa kalo tidak dipaksamaka tidak ada satu orangpun yang maudisuruh membayar pajak. Artinya, tidak adasatu orangpun yang mau bayar pajak (nobodywants to pay taxes). Beberapa informan jugamelakukan tahapan untuk penghitunganperpajakan terkadang tidak sesuai denganaturan yang diterapkan oleh pemerintah.Hal ini tentunya didorong oleh beberapamotivasi antara lain untuk mengurangibesarnya pajak yang terutang. Lebih lanjut,jika ditilik dari pernyataan Bapak RH danIbu NW bukan saja tidak perduli, namun

mereka juga melakukan tindakan peng-hindaran pajak secara illegal (tax evasion),dan penunggakan pajak (tax arrearage).Aktivitas yang dilakukan oleh WP ini tentu-nya melawan aturan perpajakan dan hukumperpajakan.

Adapun sanksi yang bisa dijatuhkanpada WP bisa berupa sanksi administrasimaupun pidana sebagaimana telah diaturdalam Kitab Undang–Undang HukumPidana, Undang–Undang No.31 Tahun 2001Jo.Undang–Undang No.31 Tahun 1999 Ten-tang Pemberantasan Tindak Pidana Korup-si dan Undang–Undang No.6 Tahun 1983Jo. Undang–Undang No.10 Tahun 1997 Jo.Undang–Undang No.16 Tahun 2000 tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Seperti kita ketahui, upaya penghindar-an pembayaran pajak dapat dikategorikandalam tiga tipe. Tipe pertama adalah peng-hindaran pajak dengan legal (tax avoidance).Dalam tipe ini, WP berusaha untuk me-ngurangi jumlah pajak yang harus dibayardengan mencari kelemahan peraturan per-pajakan (loopholes). Upaya yang dilakukanuntuk mengurangi jumlah pajak yang di-bayar adalah legal dan tidak menyalahi per-aturan yang ada. Tipe kedua adalah peng-hindaran pajak secara illegal (tax evasion).Dalam tipe ini, WP dengan sengaja tidakmelaporkan secara utuh kekayaan dan peng-hasilannya yang mestinya kena pajak.Tindakan demikian ini dapat dikenaihukuman. Tipe ketiga adalah penunggakanpembayaran pajak (tax arrearage). Penung-gakan pajak (karena memang tidak maumembayar pajak) adalah tipe dari ketidak-mauan membayar pajak. Sama halnya dengan ‘tax evasion’, menunggak pembayaranpajak dapat dikenakan hukuman.

Meskipun terdapat perbedaan dalamsubstansi antara perbuatan tax avoidance, taxevasion, dan tax arrearage, namun ketiganyamerefleksikan ketidakgairahan masyarakatdalam membayar pajak. Pada kasus taxavoidance, motivasi untuk membayar jauhlebih baik daripada kasus tax evasion. Orang-orang yang melakukan tax avoidance tidaksemata-mata karena rendahnya kegairahan

Page 16: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 295

untuk membayar pajak, tetapi juga di-karenakan motivasi untuk memperoleh ke-untungan finansial yang sebesar-besarnya.Para pelaku tax avoidance menganggapperilakunya halal dan tidak melanggarhukum, sedangkan untuk tax evasion dan taxarrearage jelas melanggar hukum, karena WPmemang berniat untuk menghindari danmenggelapkan pajak.

Menindaklanjuti ketidakgairahan pem-bayar pajak dalam memenuhi kewajibannya,maka DJP selaku yang punya ‘Gawe” ataupihak pemerintah yang mengelola danmengawasi pajak masyarakat telah melaku-kan berbagai macam aktivitas mulai darisosialisasi, memberikan award bagi WP yangtaat, membuat lomba berkaitan dengankepatuhan dan sebagainya, namun hal ter-sebut masih dirasakan kurang mengena olehDJP. Seperti yang diungkapkan oleh tigainforman staf KPP Gubeng dan Wonocolo:

“Memang sih kalo saya lihat ada peningkatanrealisasi penerimaan pajak di KPP Gubengdibandingkan dengan tahun keamrin. Tapisepertinya rata-rata mereka membayar pajakkarena ada rasa takut bukan karena ke-sadaran” (keterangan Ibu RS).“Terkadang sosialisasi yang dilakukan olehbeberapa KPP di Surabaya ini untuk me-ningkatkan kesadaran membayar pajak sepertitidak digubris. Mereka yang datang hanyasegelintir saja” (keterangan Bapak SL).“Beberapa terobosan mulai dibuat oleh DJPsupaya mereka mau membayar pajak, antaralain tindak pidana bagi WP yang nakal danmengaktifkan kembali lembaga menyanderaan(Gijzeling)”. (Keterangan Bapak ZD).

Berdasarkan pernyataan dari pihakpegawai pajak yang mengkolektif pajakmasyarakat Nampak bahwa masyarakatbelum memanfaatkan kepercayaan peme-rintah untuk menghitung pajak terutangsendiri. Anggapan bahwa masyarakat Indo-nesia adalah masyarakat yang patuh dan taatpada aturan masih ditampilkaan oleh se-gelintir orang saja, belum seluruh WP.Mereka terkadang mempunyai NPWP na-mun kewajiban untuk melapor dan mem-bayar pajak tidak pernah dilakukannya. Halini nampak pada pernyataan Menteri Ke-

uangan Agus Martowardjojo di era PresidenSBY dalam salah satu even pada bulanAgustus 2011 di Gedung Bank Indonesia,Jakarta Pusat sebagai berikut:

"Selain banyaknya pengusaha nasional yangmangkir dari kewajiban membayar pajak, ke-sadaran masyarakat Indonesia untuk mem-bayar pajak juga masih minim. Dari 238 jutajumlah penduduk Indonesia, hanya 7 juta sajayang taat pajak.Kalau seandainya terdapat 22juta badan usaha, hanya 500.000 yangmembayar pajak.

Pernyataan diatas, memverifikasi per-nyataan sebelumnya, artinya pemerintahmerasakan keprihatinan terhadap masya-rakat yang sampai saat ini belum menyadaribahwa pajak untuk kepentingan bersama.Kalaupun terdapat kebocoran terhadaprealisasi penerimaan pajak, itu dilakukanoleh oknum dan tidak semua fiskus me-lakukan kecerobohan korupsi.

Siluet Pertama: self assessment systemmenyebabkan munculnya perilaku taxavoidance, tax evasion dan tax arrearage

Kesadaran: Jejak Sebuah KepatuhanPada sistem self assessment system yang

telah diterapkan pemerintah mempunyaisuatu konsekuensi yaitu WP diwajibkanuntuk mendaftarkan diri, menghitung, me-laporkan dan menyetorkan pajaknya. Arti-nya, pemerintah mempunyai mindset bahwaWP atau masyarakat Indonesia adalahmasyarakat yang patuh. Hal ini sesuaidengan pernyataan dari Chong dan Lai(2009) yang menyatakan bahwa kepatuhanmemenuhi kewajiban perpajakan secarasukarela merupakan tulang punggung selfassesment system. Kepatuhan pajak yang ti-dak meningkat mengancam upaya peme-rintah untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat (Chau, 2009). Hal ini dikarena-kan tingkat kepatuhan pajak secara tidaklangsung mempengaruhi ketersediaan pen-dapatan untuk belanja (Jung, 1999).

Menurut James et al. (2004), pengertiankepatuhan pajak (tax compliance) adalah WPmempunyai kesediaan untuk memenuhikewajiban pajaknya sesuai dengan aturan

Page 17: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

296 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

yang berlaku tanpa perlu diadakan pe-meriksaan, investigasi seksama, peringatan,ancaman dan penerapan sanksi baik hukummaupun administrasi. Artinya, WP melaku-kan berbagai kewajiban perpajakannya tidakmerasakan terpaksa dan dengan sadar ataskemauannya sendiri. Hal ini sesuai denganpernyataan sebelumnya dari Bapak Mardi-asmo selaku wakil menteri keuangan yangmenyatakan “...harus dibangun kesadarankolektif dalam membayar”. Artinya, kesadar-an kolektif harus diperjuangkan, di manamunculnya kesadaran kolektif pasti berasaldari kesadaran diri yang direfleksikan dalamsebuah lingkungan.

Kesadaran kolektif yang dimaksud diatas merupakan sikap sukarela dari WP,namun hal ini sangat sulit diwujudkan. Satuhal yang menyebabkan kesulitan tersebutadalah adanya definisi pajak dengan frase“yang dapat dipaksakan” dan “yang bersifatmemaksa.” Bertitik tolak dari frase ini me-nunjukkan membayar pajak bukan semata-mata perbuatan sukarela atau karena suatukesadaran. Frase ini memberikan pemaha-man dan pengertian bahwa masyarakatdituntut untuk melaksanakan kewajibankenegaraan dengan membayar pajak secarasukarela dan penuh kesadaran sebagaiaktualisasi semangat gotong-royong atausolidaritas nasional untuk membangunperekonomian nasional.

Frase tersebut muncul dalam realitaspraktik yang ditampilkan oleh sebagianinforman (lihat pernyataan RH, NW, MZ).Frase ini menunjukkan bahwa WP merasaterpaksa melakukan penghitungan, pelapor-an dan pembayaran pajak. Tidak ada sebuahkesadaran dalam diri sebagai bentuk ke-patuhan pada aturan negara. Meskipundalam realitas praktik lainnya menampilkanbeberapa WP sudah mempunyai kesadaranyang cukup bagus (lihat pernyataan FB, SS,HW, GR).

Hal ini menunjukkan bahwa perilakumereka muncul karena ada kesadaran dalamdirinya sebagai bentuk refleksi dari ke-patuhan. Menurut Giddens (2004) refleksimerupakan bentuk dari pengungkapan ke-

sadaran, di mana ia dapat memberikan ataubertahan dalam situasi dan kondisi tertentudalam lingkungan, sedangkan al-Banjari(2008) menyatakan bahwa kesadaran di-klasifikasikan dalam dua katagori yaitu (1)ekstropeksi yaitu kesadaran yang diarahkanke luar proses untuk memahami yang ada didunia luar dan introspeksi; (2) kesadaraninstropeksi yaitu kesadaran yang diarahkanke dalam proses untuk memahami kegiatanpsikologi sendiri dengan memperhatikandunia luar.

Untuk itu kesadaran dalam kaitannyakepatuhan, menurut penulis termasuk da-lam katagori kesadaran ekstropeksi. Hal inidapat dijelaskan karena setiap individuadalah makhluk sosial yang selalu ter-hubung dengan lingkungannya. Dalam halini, kesadaran yang ditunjukkan oleh be-berapa WP timbul karena adanya interaksidengan dunia luar yaitu adanya sebuahaturan dan kewajiban yang mengharuskanmereka untuk membayar pajak.

Siluet kedua: Self assessment systemmembutuhkan sebuah kesadaran bukanketerpaksaan dalam menciptakan sebuahkepatuhan

Bencana KetidakpatuhanKepatuhan dan ketidakpatuhan dalam

membayar pajak bukan hanya menjadi topiksaat ini saja. Pada jaman penjajahan, masya-rakat umum beranggapan bahwa membayarpajak hanya dijadikan sapi perahan olehpenguasa. Sampai sekarang kepatuhanmasyarakat membayar pajak masih belummencapai tingkat sebagaimana yang di-harapkan. Umumnya masyarakat masihsinis dan kurang percaya terhadap keberada-an pajak karena masih merasa sama denganupeti, memberatkan, pembayarannya seringmengalami kesulitan, ketidak mengertianmasyarakat apa dan bagaimana pajak danribet menghitung dan melaporkannya. Olehsebab itu, tidaklah mudah menyadarkansemua WP untuk memenuhi persyaratansistem perpajakan (James, 1996). Ketidakpatuhan dalam membayar pajak akan me-

Page 18: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 297

ngancam upaya pemerintah untuk me-ningkatkan kesejahteraan masyarakat. Halini dikarenakan tingkat kepatuhan pajaksecara tidak langsung mempengaruhi ke-tersediaan pendapatan untuk belanja(Jung, 1999).

Ketidakpatuhan WP dapat berkembangapabila tidak adanya ketegasan dari instansiperpajakan, hal ini dapat mencapai suatutitik dimana lumpuhnya sistem perpajakan(Ratna et al., 2012). Untuk itu, WP agarberada dalam koridor peraturan perpajakan,maka perlu dilakukan upaya intensifikasi,pemeriksaan terhadap WP yang memenuhikriteria untuk diperiksa. Tujuan pemeriksa-an pajak adalah untuk meningkatkan ke-patuhan (tax compliance) seorang WP dan di-harapkan memiliki pengaruh bagi pe-ningkatan penerimaan pajak. Menurut Salipdan Wato (2006) penerimaan pajak di kantorPelayanan Pajak akan meningkat seiringdengan timbulnya kepatuhan WP sebagaiakibat dari praktik pemeriksaan pajak yangmenggunakan sistem self assesment.

Hal Ini terbukti dalam praktiknya,masih banyak WP yang tidak melakukankewajiban perpajakannya sehingga me-nyebabkan timbulnya tunggakan pajak yangmengakibatkan berkurangnya penerimaanpajak. Untuk itu, pemerintah merasa perluuntuk menggiatkan penagihan pajak yangmerupakan serangkaian tindakan agar WPmelunasi utang pajak dan biaya penagihanpajak dengan cara menegur atau mem-peringatkan, melaksanakan penagihan se-ketika dan sekaligus, memberitahukan suratpaksa, mengusulkan pencegahan, melaksana-kan penyitaan, melaksanakan penyanderaan(gijzeling), dan melelang barang yang telahdisita (Suandy, 2011).

Landasan hukum penagihan pajak di-atur dalam Undang-undang Nomor 19Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak denganSurat Paksa sebagaimana telah diubahdengan Undang-undang Nomor 19 Tahun2000. Proses penagihan pada dasarnya me-rupakan upaya hukum memaksa WP agarmembayar utang pajaknya, sedangkan Lem-baga penyanderaan (gijzeling) merupakan

bagian dari upaya penagihan pajak dengansurat paksa.

Lembaga penyanderaan pada dasarnyasudah dikenal dalam lapangan hukum per-data sebagai upaya paksa agar pihak yangberutang melaksanakan kewajibannya ke-pada pihak yang berpiutang, sedangkandalam hukum pajak lembaga sandera di-kenakan terhadap WP yang memliki utangpajak dalam jumlah tertentu yang tidak atautidak mempunyai itikad baik untuk meluna-si utang pajaknya. Lembaga penyanderaanmerupakan bentuk penegakan hukum (lawenforcement) dibidang perpajakan yang di-harapkan dapat berjalan efektif dan ber-dampak pada pencairan tunggakan pajak.

Seperti dilansir oleh Jawa Pos (10 Okto-ber 2015) bahwa Kanwil Jatim II telah me-ngambil tindakan preventif untuk menertib-kan WP yang menunggak yaitu dengan me-nyandera (gijzeling) terhadap tiga WP yangberasal dari Jawa Timur. Informan Jawa Posyaitu Bapak Nader Sitorus menyatakan bah-wa pihaknya sengaja mengambil tindakantersebut karena sebelumnya sudah mem-berikan teguran dan peringatan namun tidakpernah direspon oleh ketiga perusahaanpenunggak pajak tersebut. Nader jugamenginformasikan:

“Selama tahun 2015, kami telah menyaderalima penunggak pajak kurang lebih 6 bulan”

Pengapnya ruang tahanan diharapkanmembuat WP menjadi tidak kerasan, se-hingga akan berpikir ulang untuk melanjut-kan tindakan pengelapan pajak. SelanjutnyaWP akan merenungkan tindakannya danberpikir kembali untuk melunasi kewajibanpajaknya.

Tindakan memaksa yang dilakukanoleh DJP tentunya didasarkan banyaknyatindakan penggelapan pajak (Tax Evasion)dan tindakan penghindaran pajak (Taxarrearage) yang dilakukan oleh beberapa WPnakal. Contohnya, kasus penggelapan pajakyang dilakukan oleh pegawai pajak GayusTambunan dan Dhana Widyatmika. Tidakhanya penggelapan pajak yang dilakukanoleh dua pegawai pajak tersebut, tetapi jugasuap pajak.

Page 19: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

298 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

Selain itu, kasus penggelapan pajak olehperusahaan Asian Agri.

Asian Agri diduga melakukan peng-gelapan pajak sejak tahun 2004 sampai 2005sebesar Rp 1,4 miliar. Modus yang diguna-kan dalam kasus ini yaitu dengan mereka-yasa jumlah pengeluaran perusahaan. Aki-bat kasus ini negara menderita kerugianyang cukup besar. Berkaitan dengan banyak-nya kasus yang berkaitan dengan peng-gelapan pajak, maka saat ini (pada tahun2015) pemerintah mulai menggalakkan lem-baga penyanderaan (gijzeling) untuk meng-antisipasi para penunggak pajak yang nakal

Lembaga sandera (gijzeling) dalamhukum pajak diberlakukan sebagai tindakanterakhir Direktorat Jenderal Pajak (DJB)dalam melakukan penagihan utang pajakterhadap WP bandel yang tidak melunasiutang pajaknya dan dinilai tidak kooperatifdalam menyelesaikan kewajibannya. Me-nurut Brotodihardjo (1989), gijzeling ataupenyanderaan ialah penyitaan atas badanorang yang berutang pajak. Tindakan inijuga suatu penyitaan, tetapi bukan langsungatas kekayaan, melainkan secara tidak lang-sung, yaitu diri orang yang berutang pajak,sedangkan tujuan dilakukannya gijzelingadalah untuk mendorong kesadaran, pe-mahaman, dan penghayatan masyarakatbahwa pajak adalah sumber utama pem-biayaan negara dan pembangunan nasional,serta merupakan salah satu kewajiban ke-negaraan, sehingga dengan penagihan pajakmelalui surat paksa tersebut setiap anggotamasyarakat wajib berperan aktif dalm me-laksanakan sendiri kewajiban perpajakan-nya. Upaya gijzeling dilaksanakan setelahupaya penagihan oleh DJB melalui se-rangkaian upaya administratif teratur be-rupa pemberian Surat Teguran (ST), SuratPaksa (SP), Surat Perintah Melakukan Pe-nyitaan Aset (SPMP) dan Pelelangan tidakmendatangkan hasil. Dari sudut hukumpidana langkah hukum yang ditempuh olehDirjen Pajak melalui gijzeling ini dapat di-katakan sebagai bagian dari law enforcementdengan pengertian penegakan hukum ber-kaitan dengan pengurangan hak asasi

manusia atau kebebasan bagi WP. Meskipungijzeling sudah mulai digalakkan oleh pe -merintah namun dalam praktiknya gijzelingmerupakan aktivitas yang penuh denganpertimbangan. Hal ini dapat berdasarkanpernyataan beberapa staf pajak di DJPWonocolo:

“Intinya proses Gijzeling merupakan prosespenagihan pajak akhir setelah semua tindakanpenagihan pajak persuasif lainnya dari mun-cul surat teguran, surat paksa dan lain-laintelah dilakukan secara maksimal, sehinggakarena merupakan tindakan akhir butuhadanya persiapan yang teliti terhada prosesGijzeling dan yang paling krusial adalahmemperhitungkan kemampuan membayarWP. Sehingga sebelum pelaksanaan Gijzeling,Jurusita pajak telah memantau apakah WPtersebut mampu membayar atau tidak. Jikatidak memiliki kemampuan bayar kemudiandimasukkan ke penjara tentu membebani kita.Sehinga saya yakin yang saya lakukan dapatmembuat penunggak pajak langsung mem-bayar pajaknya”“Kalau dari sisi kemanusiaan kan memangGijzeling upaya paksa. Berarti kan ada pihakyang berkenan terus dipaksa. Tapi karena initelah sesuai dengan Undang-Undang dan WPtidak melaksanakan kewajibannnya ya sayarasa sudah adil. Justru dengan melaksanakanGijzeling dan tindakan paksa lainnya sayarasa telah berlaku adil pada masyarakat karenatelah menegakkan peraturan yang berlaku”.

Berdasarkan kedua pernyataan stafpegawai pajak sebagai juru sita meng-gambarkan bahwa gijzeling dilakukan jikasemua yang peringatan, teguran dan paksa-an sudah dilakukan namun tidak ada itikatbaik dari para WP yang nakal tersebut.Untuk melakukan proses tersebut butuhbanyak energi dan waktu karena semuabukti-bukti harus terkumpul lebih dahulusebelum dilakukan tindakan gijzeling

Siluet ketiga: ketidakpatuhan WP me-nyebabkan pemerintah melakukan tindak-an penyanderaan (Gijzeling).

MERANGKAI KEPINGAN SILUET DA-LAM SEBUAH CERITA PENDEK

Perilaku WP terhadap kewajiban pajak-nya selalu menjadi bahan perbincangan

Page 20: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 299

yang cukup serius tidak hanya di Indomesiasaja namun juga di berbagai Negara. Dariberbagai fenomena yang nampak menunjuk-kan bahwa WP di Indonesia dalam me-nyikapi kewajiban pajaknya diterjemahkandengan perilaku yang beragam. Adanyayang merasa “aware” ada yang bersikappesimis bahkan apatis. Semua perilaku itumencerminkan bahwa WP menerjemahkankepatuhan dan kesadaran berpajak masihberwarna atau masih belum seragam. Ke-beragaman ini disebabkan karena WP me-nerjemahkan self assessment system denganperilaku yang beragam pula. Untuk itu,perilaku WP dalam menjalankan kewajibanpajaknya dapat dirangkum dalam sebuahcerita yang didasarkan dari beberapa kepingfenomena sebagai sebuah temuan.

Bagi Calon WP, sistem self assessmentsystem dianggap tidak menguntungkan, se-hingga sebagian besar mereka enggan untukmendaftarkan dirinya bahkan menghindardari kewajiban ber-NPWP. Data-data ten-tang dirinya selalu diupayakan untuk di-tutupi sehingga tidak tersentuh oleh DJP.Ada berbagai faktor yang menyebabkan halini, namun yang paling menyolok dalamtemuan studi ini adalah, adanya tingkatkesulitan yang cukup tinggi dalam meng-hitung pajak sehingga mereka enggan untukbersentuhan dengan pajak. Seperti kita ke-tahui masyarakat Indonesia masih banyakmengalami buta aksara dan masih berada dibawah garis kemiskinan. Atau bisa dikata-kan bahwa masyarakat Indonesia masihkurang mengerti pengetahuan pajaknya.Kondisi ini menyebabkan banyak WP harusmeminta orang lain menghitungkan besarhutang pajaknya. Artinya, self assessmentsystem masih belum berjalan sesuai denganyang diharapkan oleh pemerintah. Selain itu,masih sedikitnya informasi yang semestinyadisebarkan dan dapat diterima masyarakatmengenai peranan pajak sebagai sumberpenerimaan negara dan segi-segi positiflainnya.

Berdasarkan informasi yang berhasildikumpulkan oleh penulis, nampak semakinjelas bahwa tingginya faktor kesulitan yang

dialami oleh WP pada saat melakukan pe-ngisian sendiri (self assessment system) untukmenghitung berapa besar hutang pajaknya.Sehingga membuat mereka tidak gairahdalam menjalankan kewajiban perpajakan-nya. Dari berbagai ketidakgairahan tersebutmuncul berbagai perilaku yang tidak di-sarankan untuk dilakukan yaitu perilakutidak melaporkan pajak sampai denganpenggelapan pajak. Untuk itu, studi me-maknai bahwa ketidakgairahan dalam mem-bayar pajak menyebabkan munculnya peri-laku tax avoidance, tax evasion dan taxarrearage.

Sulitnya untuk menghitung sendiri ke-wajiban pajak menyebabkan beberapa WPberusaha menghindari kewajibannya. Semen-tara, susahnya mencari kehidupan yanglayak membuat mereka merasa sayanguntuk menyisihkan penghasilan atau ke-untungannya bagi negara. Selain itu ketidakpercayaan kepada pemerintah menyebabkanmereka berpikir dengan pajak hanya akanmemperkaya pemerintah atau aparat pajak.Para WP mengharapkan agar uang yangdiserahkan kepada negara digunakan de-ngan sebaik-baiknya oleh pemerintah.Orang, masyarakat atau WP ingin melihatdengan jelas apa yang telah dilakukan ter-hadap uang pajak yang telah mereka bayar.Apakah ada perbaikan di dalam pelayananterhadap mereka sebagai warganegara?Apakah urusan dalam berbagai hal yangsemula kurang lancar kini berubah menjadilancar?. Jika pertanyaan ini tidak dapatdijawab dengan maka akan timbul per-nyataan, “pajak kita dikemanakan oleh pe-merintah”

Prasangka negatif kepada aparat pajakatau pemerintah menyebabkan para WPbersikap defensif dan tertutup. Mereka akancenderung menahan informasi dan tidakkooperatif. Mereka akan berusaha mem-perkecil nilai pajak yang dikenakan padamereka dengan memberikan informasi se-sedikit mungkin. Untuk itu perlu usahakeras dari lembaga perpajakan dan mediamassa untuk membantu menghilangkanprasangka negatif tersebut.

Page 21: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

300 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

Alan Lewis (1982) dalam Agustina(2012) beranggapan bahwa sikap masyarakatterhadap pemerintah menentukan kegairah-an membayar pajak. Pemerintah yang me-nimbulkan perasaan takut pada rakyatdisebut dengan pemerintah yang bersifatkoersif, rakyat merasa tidak mempunyaijalur untuk menyampaikan kata hatinya(impotence), dan rakyat merasa terasing(alienation) dari pemerintah dalam beberapahal, khususnya dalam penyusunan kebijak-an perpajakan. Hal ini akan membuatrakyatnya menghindari pembayaran pajakyang memunculkan tax evasion dan taxarrearage

Menurut James dan Wallschutzky (1995)beberapa alasan mengapa WP melakukantax evasion adalah: (1) WP berpersepsi ten-tang: (a) Tarif pajak terlalu tinggi; (b) Sistemkeadilan dan kejujuran dalam perpajakanyang kurang; (c) Bagaimana kebijakan pe-merintah membelanjakan uang dari pem-bayaran pajak oleh WP; (2) Kecenderunganindividu yang kurang memahami aturandan hukum yang berlaku; (3) Perilakuindividu yang dipengaruhi oleh kelompoksehingga mempengaruhi individu tersebutmelakukan tax evasion; (4) Tax audit, pe-laporan informasi dan potongan dalampajak; (5) Administrasi pajak yang kurangdimengerti oleh tax payer; (6) Praktisi pajak;(7) Kemungkinan ketahuan dan penegakanhukum yang kurang dari pemerintah; dan(8) Servis dari WP yang kurang dinikmati.

Pendapat dari James dan Wallschutzky(1995) juga ditemukan pada studi ini ter-utama dalam pernyataan nomer 2 yaitukecenderungan individu yang kurang me-mahami aturan dan hukum yang berlaku,sehingga mereka merasa bahwa pajak hanyaakan menghabiskan harta kekayaannya, pa-jak hanya akan mempersulit dirinya karenaketidaktahuan dalam menghitung pajak.Akibatnya tax evasion tidak dapat dihindar-kan. Tax evasion dalam studi ini dapat di-maknai sebagai sebuah tindakan peng-ingkaran yang dilakukan oleh WP dalammenjalankan kewajiban pajaknya

Fenomena pengingkaran terhadap ke-wajiban perpajakan yang dilakukan olehbeberapa WP yang nampak pada studi inimenunjukkan bahwa tingkat kepatuhan ter-hadap perpajakan masih perlu dipertanya-kan. Salah satu indikator yang dapat di-gunakan untuk mengukur kepatuhan WPadalah Pelaporan SPT Tahunan.

Beberapa informan menunjukkan bah-wa mereka tidak patuh karena mempunyaibeberapa motif antara lain adanya motifbisnis tertentu yang dimiliki WP yang inginmendapatkan NPWP, seperti agar dapatmengikuti tender pemerintah dan juga men-jadi rekan pemerintah ataupun untuk ke-pentingan bisnis lainnya, sehingga ketikatidak lolos tender, WP tersebut tidak men-jalankan kewajiban perpajakannya sepertiSPT Tahunan atau menyetorkan utang pajak.Bagi WP yang lolospun atau menjadi rekanpemerintah, hanya menjalankan kewajibanperpajakanya pada saat kontrak berjalan danapabila sudah selesai kepentingan bisnisnyamaka WP tersebut tidak lagi men- jalankankewajiban perpajakannya.

Berdasarkan hal tersebut dapat kitasimpulkan kepatuhan yang dilaksanakanoleh WP masih dalam tataran keterpaksaanbukan karena adanya kesadaran dari yangbersangkut. Pengetahuan tentang perpajak-an yang dimiliki ternyata hanya digunakansebagai dasar untuk melakukan tindakantertentu bukan sebuah kepatuhan yang se-benarnya. Untuk itu akan sangat susah jikapengetahuan pajaknya tidak digunakan se-bagaimana mestinya. Padahal pengetahuantentang pajak ternyata mempengaruhi ke-sediaan orang untuk melaporkan pe-nyimpangan yang dilakukan oleh orang lain,khususnya untuk penyimpangan dalamjumlah yang besar. Keadaan demikian inidikenal dengan istilah normative constraint,namun hal ini tidak dipergunakan.

Menurut Izza et al (2008), kecurangan inidapat dikurangi bila pelaku tax evasionmerasa bahwa perbuatannya diketahui olehpetugas dan dihukum. Untuk menjembatanihal ini, maka DJP selalu berupaya mem-bangun kesadaran dan kepedulian serta

Page 22: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 301

sukarela WP, karena kegiatan ini sangat ber-korelasi secara signifikan dengan pencapai-an target penerimaan pajak, namun demi-kian, dukungan seluruh lapisan masya-rakat sangat dibutuhkan. Bahkan DJP me-nyatakan bahwa meningkatkan kesadaranmasyarakat adalah tantangan utama. Se-belum menentukan langkah alternatif untukmembangun kesadaran dan kepeduliansukarela WP, perlu melandasi pemikirankita bahwa kesadaran membayar pajakharus datang dari diri sendiri dan dipupuksejak masa kanak-kanak.

Berdasarkan uraian di atas, studi inidapat mendeskripsikan bahwa self assessmentsystem membutuhkan sebuah kesadaranbukan keterpaksaan dalam menciptakan se-buah kepatuhan. Rahmany (2012) telahmelakukan sebuah kajian dan menyatakanbahwa pada kenyataannya kepatuhan per-pajakan di Indonesia belum baik, yangmenyebutkan bahwa tingkat kepatuhan WPmasih rendah, dari 55 juta WP pribadi hanya9 juta yang taat, dan dari 12 juta WP badan,baru 500 ribu yang taat membayar pajak.Demikian pula menurut Petrus Tambunan(2012) yang menyatakan bahwa WP yangterdaftar di Ditjen Pajak Per 30 April 2012mencapai 14.101.933 orang, namun SPT yangditerima baru 7.733.271.

Realisasi yang berhasil dikumpulkanoleh penulis berkaitan dengan target pajakyang juga mengindikasi mengenai ke-patuhan yaitu catatan DJP hingga 31 Juli2015 (www.pajak.go.id), realisasi penerima-an pajak mencapai Rp 531,114 triliun. Daritarget penerimaan pajak yang ditetapkansesuai APBN-P 2015 sebesar Rp 1.294,258triliun, realisasi penerimaan pajak mencapai41,04%. Jika dibandingkan dengan periodeyang sama di tahun 2014, realisasi pe-nerimaan pajak di tahun 2015 ini mengalamipertumbuhan yang cukup baik di sektortertentu, namun juga mengalami penurunanpertumbuhan di sektor lainnya, sedangkanArmia (2002) menyatakan bahwa terdapatdua macam kepatuhan yaitu kepatuhanmaterial dan kepatuhan formal. Kepatuhan

material adalah suatu keadaan dimana WPsecara substantif/hakekat memenuhi semuaketentuan material perpajakan, yakni sesuaiisi dan jiwa undang-undang perpajakan,sedangkan yang dimaksud kepatuhan for-mal adalah suatu keadaan dimana WPmemenuhi kewajiban perpajakan secaraformal sesuai dengan ketentuan dalamundang-undang perpajakan.

Artinya, informan dalam studi ini ham-pir rata-rata masih memenuhi kewajibanperpajakannya secara formal. Masih merasa-kan sebuah keterpaksaan belum sampaipada tingkatan hakekat atau sebuah ke-sadaran. Artinya, dapat dikatakan bahwaWP belum menjalankan kewajiban pajaknyasecara sukarela. Deskripsi ini diperkuatdengan pendapat Sulthoni (2013) yang me-nyatakan bahwa kepatuhan atas dasar suka-rela dibangun diatas kepercayaan dan siner-gi. Transparansi dalam pemenuhan kewajib-an pajak memerlukan rasa sukarela sebagaitulang punggung pada self assesment systemdimana WP bertanggung jawab menetapkansendiri kewajiban pajaknya dan tepat waktumembayar dan melaporkan pajak ataspenghasilan. Sedangkan WP yang dikatakanpatuh bila memenuhi persyaratan sebagaiberikut (sesuai Keputusan Menteri Keua-ngan No. 544/KMK.04/2000): (1) Tepat wak-tu dalam menyampaikan surat pemberi-tahuan untuk semua jenis pajak dalam 2(tahun) terakhir, (2) Tidak mempunyai tung-gakan pajak untuk semua jenis pajak, kecualitelah memperoleh ijin mengangsur ataupenundaan bayar pajak, (3) Tidak pernahdijatuhi hukuman

Dari pernyataan di atas nampak jelasbahwa kepatuhan harusnya dilandasi se-buah kesadaran bukan sebuah keterpaksaan.Jika dilandasi dengan keterpaksaan makahasilnya seperti yang terjadi pada saat inibaik di Surabaya maupun di Indonesia.Mereka melaporkan dan membayar pajakhanya karena takut jika didenda, takut jikadiperkarakan di meja hijau. Akibatnya, WPakan selalu mencari celah bagaimana tidakmembayar pajak namun tidak diketahui olehpemerintah. Berbagai cara mereka lakukan

Page 23: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

302 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

hanya untuk tidak membayar pajak ataupunmengurangi pajak terutangnya (tax evasion).

Fenomena tax evasion sebagai dampakdari self assessment system membuat pe-merintah perlu untuk mengantisipasi apa-bila ketidakpatuhan lebih menarik di-bandingkan dengan kepatuhan. Untuk itupemerintah mengambil sikap tegas denganmelakukan penyanderaan (gijzeling) jika WPtetap membandel meskipun telah diberikanperingatan.

Gijzeling adalah langkah terakhir yangdilakukan oleh pemerintah jika mendapat-kan WP yang membandel (Muliari, 2009).Dalam menjalankan gijzeling, syarat yangharus dipenuhi adalah utang pajak se-kurang-kurangnya sebesar seratus jutarupiah dan penanggung pajak diragukanitikad baiknya dalam melunasi pajak. Untukmenjaga prinsip kehati-hatian, pelaksanaangijzeling hanya dilakukan setelah ada SuratPerintah Penyanderaan atas izin MenteriKeuangan atau Gubernur dan diterima olehpenanggung pajak. Waktu penyanderaanmaksimal 6 bulan sejak penanggung pajakdimasukkan tempat penyanderaan dan da-pat diperpanjang. Meskipun telah dilakukanpenyanderaan, hal tersebut tidak meng-akibatkan hapusnya utang pajak dan ter-hentinya pelaksanaan penagihan.

Menurut beberapa informan dari KPP diSurabaya, jika kebijakan gijzeling dilaksana-kan dengan tepat, tindakan law enforcementtersebut akan mendorong WP untuk patuhmembayar pajak. Menurut Herbert Kelman(1966) dalam Compliance, Identification, andInternalization: Three Process of AttitudeChange Problem, gijzeling dapat dijadikansalah satu motif membayar pajak karenadidorong oleh ketakutan akan mendapatkanhukuman bila tidak membayar kewajibanperpajakannya (Klepper and Nagin, 1989).

Mengingat Indonesia menerapkan sis-tem self assessment, pada tahap akhir, pe-nerapan gijzeling akan menciptakan tingkatkesadaran yang tinggi untuk membayarpajak secara sukarela dan membangun ke-percayaan masyarakat dalam membayarkewajiban perpajakan. Untuk itu, satu hal

yang perlu digarisbawahi adalah gijzelingmerupakan salah satu upaya dalam rangkapenegakan hukum (law enforcement). Tindak-an tersebut dapat menambah penerimaannegara, namun demikian, perlu ditekankankepada masyarakat bahwa tindakan gijzelingbukan hanya untuk mencapai target dalamanggaran negara. Dengan dikekang ke-bebasannya sementara waktu, WP diharap-kan dapat melunasi utang pajaknya. Artinya,penerapan gijzeling dilakukan untuk men-ciptakan efek jera sehingga slogan nobodywants to pay taxes sudah terhapus dan di-gantikan dengan orang bijak taat pajak.Penulis yakin semua masyarakat ingindisebut sebagai orang bijak, supaya menjadiorang bijak maka membayar pajak bukanlagi sebuah keterpaksaan namun menjadisebuah kesadaran.

DAFTAR PUSTAKAAgustina, R. 2012. Penerapan Self assessment

system Dan Pemeriksaan Pajak TerhadapTingkat Kepatuhan WP Bandung. JurnalUnikom

Alm, J., B. Roy., dan M. N. Murray. 1990. TaxStructure and Tax Compliance. TheReview of Economics and Statistics 72(4):603-613.

Ajzen, I, 2002. Constructing a TPB Question-naire: Conceptual and MethodologicalConsiderations. September (RevisedJanuary, 2006).

Akbar, I. N., D. Atmanto dan A. Jauhari,2015. Pengaruh Persepsi Wajib PajakOrang Pribadi terhadap PelaksanaanSelf Assesment System. Jurnal Perpajakan(JEJAK) 7(1).

Allingham, M. G. and A. Sandmo. 1972.Income Tax Evasion: A Theoritical Ana-lysis. Journal of Public Economics 1.

Al-Banjari, R. R. 2008. Prophetic leadership.Penerbit Diva press. Yogyakarta

Armia, C. 2002. Pengaruh Budaya terhadapEfektivitas Organisasi: Dimensi BudayaHofstede. JAAI 6(1): Juni 2002. Diaksestanggal 30 April 2010 dari http://google.co.id/

Page 24: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak... –Diamastuti 303

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatupendekatan praktik. PT. Rineka Cipta.Jakarta.

Bohari. 2003. Penerapan Self AssesmentSystem dalam Sistem Perpajakan Nasi-onal. Majalah Ilmiah Hukum AmannaGappa No.13/Tahun XI/ Januari-Maret2003.

Brotodiharjo, R. S. 1991. Pengantar IlmuHukum Pajak. Edisi Pertama. Buku Per-tama. Cetakan Pertama. PT. Eresco.Bandung.

Choiruman, A. 2004. Pemeriksaan PajakMasa Depan, http://www.indodigest.com/Indonesia-specialthoughts-106.html

Choong, K. F. dan M. L Lai. 2009. SelfAsesment Taxs Sistem and CompliianceComplexity: Tax Practitioner Perspectif.Oxford Buisiness and Economics Con-ference Program.

Chung, K. 2002. Does Fairness Matter in TaxReporting Behavior?. Journal of EconomicPsychology 23.

Damayanti, D. 2012. Pegawai DirektoratJenderal Pajak: http://www.pajak.go.id/article/indikator-dibalik-naiknya-permohonan-keberatan-dan-banding, Senin, 25 Juni2015.

Diamastuti, E. dan D. Prastiwi. 2015. Peri-laku Mitra Binaan dalam MenyikapiPenerapan Peraturan Pemerintah No-mor 46 Tahun 2013 (Studi pada MitraBinaan PT. SEMEN INDONESIA (Per-sero) Tbk). Prosiding Seminar Nasionaldan The 2nd Call For Syariah Paper(SANCALL 2015).

Enahoro, J. A. and Olabisi Jayeola. 2012. “TaxAdministration and Revenue Genera-tion of Lagos State Government, Nige-ria”. Research Journal of Finance andAccounting. ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN2222-2847 (Online) 3(5).

Giddens, A, D. Bell dan M. Forse. 2004. LaSociologie. Histoire et Ideas. Terj. SosiolohiSejarah Pemikiran. Kreasi wacana.Yogyakarta.

Gie, K, K. 2007. Moralitas Aparat Pajak.http://google.co.id/. Di akses tanggal 13Januari 2015.

Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan TerhadapPeningkatan Kepatuhan pajak (TaxComplience). Jurnal Perpajakan Indonesia4(5).

Hutagaol, J. 2007. Perpajakan: Isu-isu Kontem-porer. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Izza, N, I. Alfi dan A. Hamzah. 2008. EtikaPenggelapan Pajak Perspektif Agama:Sebuah Studi Interpretatif. SimposiumNasional Akuntansi XII. IAI

James, S dan C. Nobes. 1996. The Economic ofTaxation: Principles, Policy and Practice.1996/1997 Edition, Europe: PrenticeHall.

James, S dan C. Alley. 2004.Tax Compliance,Self-Assesment and Tax Administration.Journal of Financial and Management inPublic Services 2(2).

James, S., dan I. Wallschutzky. 1995. Con-siderations Concerning the Design of anAppropriate System of Tax Rulings.Revenue Law Journal 175.

Jackson, B., Millirion dan D. Toy. 1986. Taxcompliance research, finding, problemsand prospects. Journal of AccountingLiterature: 125-166.

Jung, W.O. 1999. Tax paper Diclousure andPenalties Law. Seul National Univercity.October: 151: 742.

Kelman, H. 1966. Compliance, Identification,And Internalization: ThreeProcess of Atti-tude Change”, dalam Problems in SosialPsychology, McGrawhill. New York.

Klepper, S and D. Nagin, 1989. Tax Compli-ance and Perceptions of the Risks ofDetection and Criminal Prosecution.Law and Society Review 23(2).

Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Yogyakarta:Andi Offset.

Media Akuntansi. 2015Moloeng, L. J. 2007. Metodologi Penelitian

Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosda-karya. Bandung.

Muliari, S. 2009. Pengaruh Persepsi TentangSanksi Perpajakan dan Kesadaran WajibPajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajibdi Kantor Pelayanan Pajak PratamaDenpasar Timur. Jurnal Akuntansi danBisnis 6(1).

Page 25: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

304 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 280 – 304

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Peri-laku Kesehatan. Rineka. Cipta. Jakarta.

Ratna, S, Maria M dan N N. Afriyanti 2012.Pengaruh Kepatuhan WP dan Pe-meriksan Pajak pada Peneriman PPhpasal 25/29 WP Badan di KPP PratamaDenpasar Timur. Jurnal Audit, Akuntansidan Bisnis 7.

Rima, N. P. 2013. Hubungan Jumlah danKepatuhan WP Badan dengan Pe-nerimaan PPh KPP Pratama. JurnalEMBA 1(3): 730-740.

Richardson, G. 2006. The Impact of TaxFairness Dimensions on Tax ComplianceBehavior in an Asian Jurisdiction: TheCase of Hong Kong. International TaxJournal

Salip dan T. Wato. 2006. Pengaruh Pe-meriksan Pajak Terhadap PenerimanPajak (Studi Kasus: Di KPP JakaartaKebon Jeruk). Jurnal Keuangan Publik4(2).

Slamet, E dan S. Jurdi. 2005. Politik Per-pajakan, Membangun demokrasi Negara. UIPress. Jakarta.

Suandy, E. 2002. Hukum Pajak. SalembaEmpat.

Supriyati. 2011. Pengaruh PengetahuanPajak Dan Persepsi Wajib Pajak Ter-hadap Kepatuhan Wajib Pajak. JurnalAkuntansi: The Indonesian AccountingReview 1(1): 27-36.

Sulistyo. 2015. Blogku. www.pajak.go.id di-akses tanggal 21 Oktober 2015.

Sultoni. 2013. PMK 16/PMK.03/2013 MakinMeneguhkan DJP. Diakses dari www.pajak.go.id diakses tanggal 14 agustus2015.

Tarjo dan I. Kusumawati. 2006. AnallisisPrilaku WP Orang Pribadi terhadap Pe-laksanan Self Assessment System: SatuStudi di Bangkalan. JAAI. 10(1): 101-120.

Trisnayanti, I. A .I dan I. K Jati. 2015.Pengaruh Self Assessment System, Pe-meriksaan Pajak dan Penagihan Pajakpada penerimaan PPN. E-Jurnal Akun-tansi Universitas Udayana 13(1): 292-310.

Hutomo, Y. B. 2009. Pajak Penghasilan, Konsepdan Aplikasi Berdasarkan Undang-UndangNo. 36 Tahun 2008 Beserta Peraturanpelaksana. Universitas Atma Jaya.Yogyakarta.

Page 26: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

305

STRUKTUR MODAL OPTIMAL DAN KECEPATAN PENYESUAIAN:STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA

Firda [email protected]

STIE Pancasetia Banjarmasin

ABSTRACT

The research investigate whether non-financial firms listed on the Indonesian Stock Exchange made capitalstructure adjustment towards optimal capital structure and the determinants of adjustment speed in context oftrade-off theory for 2009-2014 period. Existence of tax benefit that generates by debt interest payment causingfirms arranged their capital structure in order to maximize debt utilizing. Debt utilizing would be make defaultproblem and bankruptcy if it excess firm’s capacity that determine by some firm’s characteristic. Because of optimalcapital structure unobservable, so they will be estimate by using some variable which are influencing in capitalstructure arrangement such tangibility. profitability, size and growth opportunities. The results indicate that non-financial firms in Indonesia follows dynamic trade-off theory with make capital structure adjustment towardsoptimal capital structure but still underleveraged and need 2,45 years to adjust their capital structure. Distancebetween actual capital structure and optimal capital structure and financial surplus/deficit are influenced speedof adjustments, while current liabilities is not influenced speed of adjustment. Thus, the practical implication isthe companies must be consider and compare their actual capital structure and their optimal capital structure inorder to get the benefit from the adjustment by not adding the posibility of bankruptcy due to these adjustment.Capital structure decision also related with various external policy, for instance, accesability to external fundingsuch as creditors, investor and government which influence their adjustment. This research has some limitation,proxies are used in determining the target leverage was only four variables and this study did not addresmacroeconomic variables that may affect the adjustment and adjustment speed.

Key words: optimal capital structure, dynamic trade-off theory, speed of adjustment, determinants of capitalstructure.

ABSTRAK

Penelitian ini menguji apakah perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)melakukan penyesuaian struktur modal menuju struktur modal optimal dan faktor yangmempengaruhi kecepatan penyesuaian pada konteks trade-off theory pada periode tahun 2009-2014.Adanya keuntungan pajak yang dihasilkan oleh pembayaran bunga menyebabkan perusahaanmenyusun struktur modal dengan memaksimalkan penggunaan hutang agar mendapatkan manfaatpajak. Penggunaan hutang akan memunculkan masalah default dan kebangkrutan jika melebihikapasitas perusahaan yang ditentukan oleh beberapa karakteristik perusahaan, oleh karena strukturmodal optimal tidak dapat diobservasi, maka akan diestimasi dengan menggunakan beberapa variabelyang mempengaruhi penyusunan struktur modal yaitu tangibility, profitability, size dan growthopportunities. Hasil penelitian ini menunjukkan perusahaan non-keuangan di Indonesia mengikutidynamic trade-off theory tetapi masih underleveraged dan memerlukan waktu 2,45 tahun untuk melakukanpenyesuaian struktur modalnya. Jarak antara struktur modal dengan struktur modal optimal (distance)serta financial surplus/deficit mempengaruhi kecepatan penyesuaian, sedangkan current liabilities tidakmempengaruhi kecepatan penyesuaian, sehingga implikasi praktisnya adalah perusahaan harusmemperhatikan dan membandingkan struktur modal aktual dengan struktur modal optimal agarmendapatkan manfaat dari penyesuaian struktur modal dengan tidak menambah kemungkinankebangkrutan akibat penyesuaian tersebut. Keputusan struktur modal juga berhubungan denganberbagai kebijakan pihak eksternal perusahaan yang turut berpengaruh terhadap kemudahan aksesdana eksternal seperti pihak kreditur, investor dan pemerintah sehingga mempengaruhi kecepatan

Page 27: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

306 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

penyesuaian struktur modal. Penelitian ini memiliki keterbatasan karena hanya memasukan empatvariabel determinan struktur modal optimal dan tidak memasukkan variabel-variabel makro yangmungkin dapat mempengaruhi kecepatan penyesuaian struktur modal.

Kata kunci: struktur modal optimal, dynamic trade-off theory, kecepatan penyesuaian, determinanstruktur modal.

PENDAHULUANModal sangat penting bagi perusahaan

untuk beroperasi dan juga mengembangkanoperasinya. Penggunaan masing-masingsumber modal membutuhkan biaya, sehing-ga perusahaan harus menentukan sumbermodal yang meminimalkan biaya dan me-nentukan struktur modal yang digunakan.Struktur modal perusahaan merupakancampuran tertentu dari hutang jangka pan-jang dan ekuitas yang digunakan perusaha-an untuk membiayai operasinya (Abor, 2005dalam Abor, 2007). Tujuan utama perusaha-an adalah memaksimalkan kemakmuranpemilik. Kemakmuran pemilik akan ter-cermin dari peningkatan nilai perusahaanyang bergantung pada arus kas bebas (FreeCash Flows / FCF) dan biaya modal rata-ratatertimbang (Weighted Average Cost of Capital /WACC). Manajemen dituntut untuk me-maksimalkan FCF dan meminimalkan WA-CC agar dapat memaksimalkan nilai per-usahaan. Free Cash Flows dapat ditingkatkandengan berbagai cara seperti meningkatkanpenjualan, meminimalkan biaya operasi danpajak serta menyusun rencana investasiyang tepat, sedangkan Weighted Average Costof Capital (WACC) dapat diminimalkandengan menyusun keputusan pendanaanyang tepat. Keputusan pendanaan berkaitandengan pemilihan sumber dana, denganmenyusun campuran modal yang tepatantara hutang dan ekuitas perusahaan dapatmeminimalkan biaya modal sehingga akanmeningkatkan nilai perusahaan.

Struktur modal perusahaan menentu-kan rata-rata biaya modal tertimbang atauWeighted Average Cost of Capital (WACC),WACC adalah tingkat minimum return yangdibutuhkan dalam investasi perusahaan dandigunakan sebagai discount rate dalam meng-hitung nilai perusahaan. Dengan pendekat-

an trade-off theory, perusahaan memilihstruktur modal optimal yang meminimalkanbiaya modal dan sekaligus memaksimalkannilai perusahaan dengan mempertimbang-kan risiko kebangkrutan dan pajak korporasi(De Haas dan Peeters, 2004). Semakin tinggirasio hutang, semakin rendah biaya modal-nya, tetapi hal ini akan menyebabkan se-makin tingginya risiko kebangkrutan.

Beberapa penelitian di Amerika danEropa menunjukkan bahwa faktor yangmendorong keputusan struktur modal per-usahaan adalah keinginan untuk mencapaidan mempertahankan fleksibilitas finansial(Gamba dan Triantis, 2008). Dynamic trade-offtheory menyatakan bahwa perusahaan secaraberangsur-angsur melakukan penyesuaiandari waktu ke waktu menuju struktur modaloptimalnya. Jika biaya penyesuaian adalahnol, perusahaan tidak akan terdorong untukmenyimpang dari struktur modal optimal-nya dan penyesuaian akan dilakukan de-ngan seketika, akan tetapi, karena ketidaksempurnaan pasar seperti asimetri informasidan biaya pendanaan, perusahaan mungkinakan menyimpang dari struktur modaloptimalnya (Elliot et al., 2008). Biaya untukmenyeimbangkan leverage akan mempe-ngaruhi kecepatan penyesuaian strukturmodal perusahaan. Rasio leverage aktual danyang diinginkan mungkin tidak sama padabeberapa waktu karena adanya gangguanpasar. Pergeseran pasar, seperti biaya tran-saksi yang menghalangi perusahaan me-lakukan penyesuaian struktur modal actual-nya ke tingkat optimal dengan segera yangpada akhirnya akan mempengaruhi cepatatau lambannya proses penyesuaian struk-tur modalnya.

Beberapa penelitian membuktikan dyna-mic trade-off theory (Fuady, 2014) dalamkeputusan struktur modal perusahaan.

Page 28: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 307

Fama dan French memperkirakan bahwaperusahaan melakukan penyesuaian struk-tur modalnya sebesar 7-18% tiap tahun,sedangkan Roberts (2002 dalam Flannerydan Hankins, 2007) menemukan kecepatanpenyesuaian struktur modal mencapai 100%pada beberapa industry, sedangkan peneliti-an Flannery dan Hankins (2007) menemukanbahwa perusahaan menyesuaikan strukturmodal kearah struktur modal optimalnyarata-rata kurang lebih 22% tiap tahunnyadan biaya serta manfaat penyesuaian struk-tur modal mempengaruhi kecepatan pe-nyesuaian, meliputi financial constraint, biayapendanaan eksternal, biaya kesulitan ke-uangan dan manfaat pajak.

Penelitian Reinhard dan Li (2010) jugamembuktikan bahwa perusahaan-perusaha-an di Indonesia juga mengikuti dynamictrade-off theory dalam keputusan strukturmodalnya. Hal ini tentu saja fenomena barusetelah beberapa penelitian membuktikanbahwa perusahaan-perusahaan di Indonesiamenetapkan keputusan struktur modalnyasesuai dengan pecking order theory dimanaketika perusahaan membutuhkan modal,mereka akan mencari terlebih dahulu daridalam perusahaan, yaitu laba ditahan,kemudian menggunakan dana eksternaldengan biaya paling murah, yaitu hutangdan diikuti penerbitan saham.

Penelitian ini menguji dynamic trade-offtheory pada perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia dengan menilai apakah perusaha-an melakukan adjustment terhadap strukturmodalnya untuk memperoleh keuntunganpajak serta menghindari potensi kebangkrut-an. Beberapa studi empiris tentang Trade-offTheory di Indonesia masih menggunakanmetode Static Trade-Off Theory dalam meng-analisis perilaku pendanaan (Fuady, 2014).Penelitian ini berbeda dengan penelitian lainkarena menjelaskan tingkat penyesuaianstruktur modal serta pengaruh faktor tangi-bility, size, profitability dan growth terhadaptingkat leverage optimal dan sekaligus meng-uji pengaruh jarak antara struktur modalaktual dengan struktur modal optimal, sur-

plus/defisit keuangan dan current liabilitiesterhadap kecepatan penyesuaian strukturmodal.

LANDASAN TEORETISPenyesuaian Struktur Modal

Adanya kebijakan perpajakan yangberbeda terhadap unsur biaya pendanaan(cost of fund) atas bunga pinjaman diperlaku-kan sebagai deductible expenses sedangkandividen sebagai cost of equity tidak diper-kenankan sebagai pengurang pendapatan(non deductible expenses). Secara teoritis, aki-bat perbedaan perlakuan tersebut terdapatkecenderungan perusahaan untuk memper-besar pinjaman dibanding menggunakandana internal sendiri agar beban pajakberkurang. Disisi lain, jika perusahaan tidakdengan hati-hati menerbitkan dan meng-gunakan hutang, maka akan membawakesulitan akibat adanya beban pokok danbunga hutang tersebut.

Financial Leverage atau leverage keuanganadalah tingkat dimana sekuritas denganpendapatan tetap (hutang dan saham pre-feren) digunakan oleh perusahaan dalamstruktur modalnya (Brigham dan Ehrhardt,2005). Jadi, leverage keuangan adalah se-berapa besar tingkat hutang atau sahampreferen digunakan oleh perusahaan dalammendanai kegiatan operasi maupun inves-tasinya. Sekuritas dengan pendapatan tetapbagi investor merupakan beban tetap bagiperusahaan. Tingkat leverage ini seringkalidikaitkan dengan risiko keuangan. Risikokeuangan adalah risiko tambahan yangharus ditangggung oleh pemegang sahamsebagai hasil dari keputusan penggunaanhutang oleh perusahaan (Brigham danEhrhardt, 2005).

Perusahaan yang mempunyai hutangakan terbebani dengan kewajiban untukmembayar pokok maupun bunga hutangnya. Penggunaan hutang mengurangi labasebelum pajak, karena beban bunga menjadisalah satu pengurang dalam pendapatanmeskipun pada akhirnya mengurangi bebanpajak yang harus dibayarkan perusahaankepada pemerintah.

Page 29: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

308 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

Penggunaan hutang juga mengakibat-kan laba yang diperoleh perusahaan lebihbervolatilitas. Selain itu, tingkat leverage akanmemaksa perusahaan untuk memastikanpendapatannya dapat memenuhi kewajiban-nya. Tingkat leverage memaksa manajer un-tuk memperhatikan risiko bisnis yang di-hadapi oleh pemegang saham biasa karenakreditur (dan/atau pemegang saham pre-feren) tidak menghadapi risiko bisnis sepertiyang dihadapi oleh pemegang saham biasa.Kewajiban perusahaan baik pokok maupunbunga hutangnya harus dipenuhi terlepasdari bagaimanapun kondisi ekonomi dankondisi bisnisnya. Jika perusahaan tidakmampu membayar, maka perusahaan akanmenghadapi kebangkrutan yang akan me-rugikan pemegang saham, oleh karena itu,pemegang saham meminta imbal hasil lebihtinggi untuk perusahaan yang mengguna-kan hutang lebih tinggi yang berarti me-ningkatkan Return On Equity (ROE).

Kebangkrutan menyebabkan perusaha-an menanggung berbagai biaya seperti biayahukum, biaya akuntansi, biaya kehilangankonsumen, biaya kehilangan supplier sertainvestor dan biaya lainnya. Ketika risikokebangkrutan meningkat, konsumen mung-kin akan berpindah ke perusahaan lain danini akan mengurangi penjualan yang akhir-nya mengurangi Free Cash Flows yang akanberdampak pada nilai perusahaan. Trade-OffTheory menyatakan bahwa nilai perusahaanyang mempunyai leverage adalah sama de-ngan nilai perusahaan yang tidak mem-punyai leverage ditambah nilai dari efeksamping penggunaan leverage tersebut(Brigham dan Ehrhardt, 2005).

Menurut trade-off theory (De Haas danPeeters, 2004) perusahaan mengoptimalkanstruktur modalnya karena adanya trade-offyang mereka hadapi antara keuntungan dankerugian dari penggunaan hutang pada nilaiperusahaan. Disatu sisi, meningkatkan leve-rage dengan menerbitkan lebih banyakhutang berarti perusahaan mendapatkankeuntungan dari pengurangan pajak atasbeban bunga, yang akan meningkatkan nilaiperusahaan (Modigliani dan Miller dalam

De Haas dan Peeters, 2004). Disisi lain, leve-rage yang tinggi akan meningkatkan biayalangsung dan tidak langsung financial distressdan menurunkan nilai perusahaan. Biayalangsung meliputi biaya hukum dan admi-nistratif dari likuidasi atau reorganisasi,sedangkan biaya tidak langsung meliputiketidakmampuan menjalankan bisnis danbiaya keagenan yang berhubungan denganrisiko kebangkrutan yang tinggi, yaitu insen-tif bagi pemegang saham karena memilihproyek yang berisiko (Ross et al. dalam DeHaas dan Peeters, 2004). Selain itu, pen-danaan dengan hutang juga dapat me-ningkatkan kinerja perusahaan denganmengurangi konflik antara pemegang sahamdengan manajer mengenai free cash flow,strategi investasi optimal dan jumlah risikoyang dihadapi.

Selain alasan trade-off antara manfaatdan beban atas penggunaan hutang tersebut,Gamba dan Triantis (2008) juga menyimpul-kan bahwa perusahaan menetapkan kebijak-an hutang dengan tujuan untuk memper-tahankan fleksibilitas finansialnya. Fleksibi-litas finansial menunjukkan kemampuanperusahaan untuk mengakses dan mengaturkembali pendanaan mereka pada biaya yangmurah. Perusahaan yang keuangannya flek-sibel mampu menghindari kesulitan keua-ngan dalam menghadapi shock yang bersifatnegatif dan untuk menyiapkan dana inves-tasi ketika mempunyai kesempatan yangmenguntungkan (Gamba dan Triantis, 2008),sehingga, sangat penting bagi perusahaanuntuk menentukan porsi struktur modalagar perusahaan tidak mengalami kesulitankeuangan ketika terjadi kondisi yang tidakmenguntungkan dan kehilangan kesempat-an ketika terdapat kesempatan investasiyang menguntungkan. Beberapa penelitianmenemukan bahwa perusahaan cenderungmenyesuaikan struktur modal ke arahstuktur modal optimalnya.

Banyak penelitian yang menunjukkanbahwa perusahaan mencoba untuk me-nemukan tingkat optimal hutang jangkapanjang. Menurut beberapa peneliti, struk-tur modal perusahaan adalah dinamis dan

Page 30: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 309

perusahaan berusaha untuk melakukanpenyesuaian tingkat hutang ke arah optimal,yang memperkuat adanya trade-off theory.Kremp et al. (dalam Serrasquiro dan Rogão,2009) menemukan bahwa penyesuaian se-besar 0,53 untuk perusahaan-perusahaanyang terdaftar di Jerman dan 0,28 untukperusahaan-perusahaan yang terdaftar diPerancis. Hal ini berarti bahwa perusahaandi Jerman membutuhkan rata-rata waktusekitar 1,88 tahun dan perusahaan diPerancis membutuhkan rata-rata waktu se-kitar 3,57 tahun untuk menyesuaikan tingkathutangnya dengan tingkat optimal.

Jalilvand dan Harris (1984) menelitikeputusan pendanaan perusahaan per-usahaan di Amerika Serikat dengan men-jelaskan penerbitan hutang jangka panjangdan jangka pendek serta menjelaskan biayalikuiditas perusahaan, penerbitan ekuitasbaru dan pembayaran dividen. Mereka me-nemukan bahwa perusahaan-perusahaan diAmerika Serikat melakukan penyesuaianpada hutang jangka panjangnya dan me-nemukan bahwa kecepatan penyesuaianstruktur modal sangat beragam antara satuperusahaan dengan perusahaan lainnya danantar waktu. Hasil penelitian mereka me-nyatakan bahwa keputusan pendanaan ter-gantung pada faktor size perusahaan, tingkatbunga dan harga saham perusahaan mem-pengaruhi kecepatan penyesuaian hutangtersebut.

Dalam penelitian mereka, pola pe-nyesuaian struktur modal yang dilakukanoleh perusahaan adalah dengan menerbit-kan hutang jangka panjang, menarik saham-saham dari aset aset likuid, meningkatkanhutang jangka pendek atau menerbitkansaham baru untuk menutupi kekuranganmodal yang dibutuhkan. Perusahaan besarcenderung melakukan penyesuaian lebihcepat menuju struktur modal optimalnyadengan hutang jangka panjang dibanding-kan dengan perusahaan kecil. Perusahaanbesar nampaknya melakukan penyesuaianlebih lamban terhadap ekuitasnya dan meng-gunakan sedikit saham biasa dan sahampreferen dalam menutupi kekurangan dana.

Penelitian Flannery dan Rangan (2006)membuktikan penyesuaian struktur modalperusahaan-perusahaan non-keuangan padaperiode tahun 1966-2001. Mereka menemu-kan bahwa perusahaan-perusahaan non-keuangan melakukan penyesuaian terhadapstruktur modalnya ke arah struktur modaloptimal dan rasio struktur modal optimaldipengaruhi oleh beberapa karakteristikperusahaan. Perusahaan yang overleverageddan underleveraged dengan cepat melakukanpenyesuaian untuk mengimbangi gap de-ngan struktur modal optimalnya. Hal inimembuktikan bahwa perusahaan cenderungmemaksimalkan manfaat pajak yang di-dapatkan dari pengurangan biaya pajak atasbunga yang dibayarkan oleh perusahaankepada krediturnya.

Leary dan Roberts (2005) juga mem-buktikan dynamic rebalancing struktur modaldengan mempertimbangkan biaya penye-suaian. Mereka menemukan bahwa per-usahaan secara aktif melakukan rebalancingatau penyesuaian struktur modal ke arahstruktur modal optimalnya dan hal inidipengaruhi oleh biaya penyesuaian. Me-reka juga menemukan adanya modifiedpecking order theory dimana perusahaancenderung kurang menyukai pasar pen-danaan eksternal ketika mereka mempunyaidana internal yang cukup, tetapi lebihcenderung ketika mereka mempunyai ke-butuhan investasi yang besar, sedangkanKim et al. (2006) membuktikan penyesuaianstruktur modal perusahaan-perusahaanmanufaktur di Korea dengan membanding-kannya pada kondisi sebelum dan sesudahkrisis keuangan di Asia. Mereka menemu-kan bahwa perusahaan-perusahaan Koreamelakukan penyesuaian struktur modalnyalebih besar setelah krisis tahun 1997. Hal inimembuktikan bahwa perusahaan-perusaha-an di Korea lebih risk-averse setelah adanyakrisis yang menerpa Asia tersebut. Per-usahaan-perusahaan tersebut juga mulaimenekankan pada pendanaan internal di-bandingkan dengan hutang. Krisis Asiamempunyai dampak yang sangat besar bagikeputusan pendanaan, khususnya yang

Page 31: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

310 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

berkaitan dengan perbankan. Perusahaan,sebagai debitur biasanya mendapatkan pen-danaan hutang terutama dari pihak per-bankan. Karena adanya krisis Asia tersebut,maka perbankan mengenakan biaya yanglebih tinggi atas ketidakpastian yang merekahadapi, oleh karena itu, perusahaan mung-kin akan mengurangi hutang mereka denganmelakukan penyesuaian agar mereka tidakoverleveraged.

Antoniou et al. (2008) meneliti bagai-mana perusahaan yang beroperasi dalamekonomi yang berorientasi pasar modal(Inggris dan Amerika Serikat) dan ekonomiyang berorientasi pada perbankan (Perancis,Jerman dan Jepang) menentukan strukturmodalnya. Mereka menemukan bahwa rasiohutang perusahaan dipengaruhi oleh tangi-bility of assets (jaminan) dan size perusahaan,tetapi menurun dengan peningkatan pro-fitabilitas, kesempatan bertumbuh dan ki-nerja harga saham pada kedua tipe ekonomitersebut. Rasio hutang juga di pengaruhioleh kondisi pasar dimana perusahaan ber-operasi. Hasil penelitian mereka juga me-nunjukkan bahwa perusahaan yang mem-punyai struktur modal optimal, dimanaperusahaan Perancis menjadi yang tercepatdalam menyesuaikan struktur modalnya kearah struktur modal optimal dan perusahaanJepang menjadi yang paling lamban dalampenyesuaian struktur modal.

Serrasqueiro dan Ragão (2009) menemu-kan bahwa perusahaan-perusahaan di Por-tugis melakukan penyesuaian tingkat hu-tang ke arah rasio target hutang. Merekamenyimpulkan bahwa perusahaan-per-usahaan di Portugis mencari rasio hutangoptimal, akan tetapi penyesuaiannya masihlebih kecil dibandingkan dengan perusaha-an-perusahaan Amerika Serikat dan be-berapa negara Eropa seperti Jerman, Spanyoldan Inggris.

Faulkender et al. (2010) meneliti dampakcash flow terhadap kecepatan perusahaandalam melakukan penyesuaian strukturmodalnya dan dampak financial constraintserta market timing terhadap penyesuaianstruktur modal. Mereka menemukan bahwa

perusahaan berusaha untuk menyesuaikanstruktur modal ke arah struktur modal opti-mal meskipun tidak sepenuhnya mencapaioptimal. Mereka juga menemukan bahwaperusahaan mempertimbangkan biaya pe-nyesuaian, karakteristik perusahaan dankondisi pasar mempengaruhi penyesuaianstruktur modal. Perusahaan yang overleve-raged cenderung melakukan penyesuaianlebih cepat dibandingkan perusahaan yangmasih underleveraged.

Dengan menggunakan metode modelregresi yang berbeda, Reinhard dan Li (2010)menemukan bahwa perusahaan-perusahaandi Indonesia melakukan penyesuaian struk-tur modalnya antara 1,02 tahun sampai 2,32tahun pada tahun 1997-2000 dan 1,51 tahunsampai dengan 3,08 tahun pada tahunpenelitian 2001-2005.

Berdasarkan trade-off theory dan peneliti-an-penelitian terdahulu, maka hipotesis pe-nelitian ini adalah:H1 : Perusahaan non keuangan di Indonesia

melakukan penyesuaian strukturmodalnya menuju struktur modaloptimal

Struktur modal optimal perusahaantidak dapat diobservasi secara langsung.Banyak penelitian menggunakan berbagaivariabel untuk menjelaskan struktur modaloptimal. Penelitian-penelitian terdahulu me-nilai tingkat struktur modal optimal per-usahaan sebagai sebuah fungsi dari be-berapa karakteristik perusahaan tersebut.Beberapa penelitian menggunakan variabelseperti size (De Haas dan Peeters, 2004;Antoniou et al. 2008; Drobetz dan Wanzen-ried, 2006; Kim et al. 2006; Loof, 2004;Reinhard dan Li, 2010), tingkat profitabilitas(De Haas dan Peeters, 2004; Drobetz danWanzenried, 2006; Kim et al. 2006; Loof, 2004;Reinhard dan Li, 2010), tangibility of assets(De Haas dan Peeters, 2004; Antoniou et al.2008; Drobetz dan Wanzenried, 2006; Kim etal. 2006; Loof, 2004; Reinhard dan Li, 2010),growth opportunities (De Haas dan Peeters,2004; Antoniou et al. 2008; Drobetz danWanzenried, 2006; Kim et al. 2006; Reinharddan Li, 2010), non-debt tax shield (De Haas dan

Page 32: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 311

Peeters, 2004; Antoniou et al. 2008; Kim et al.2006; Loof, 2004), tax rate (Antoniou et al.2008; Loof, 2004), volatilitas pendapatan (DeHaas dan Peeters, 2004; Antoniou et al. 2008;Kim et al., 2006), dividend payout ratio(Antoniou et al., 2008), kinerja harga saham(Antoniou et al., 2008), umur perusahaan (DeHaas dan Peeters, 2004), tingkat bungahutang perusahaan (De Haas dan Peeters,2004; Antoniou et al., 2008), variabel makroekonomi dan spesifik negara (De Haas danPeeters, 2004), sektor industri (Kim et al.,2006) sebagai faktor yang menentukantingkat struktur modal optimal perusahaan.

Dalam penelitian ini proksi yang di-gunakan adalah tangibility, profitabilitas, sizedan growth opportunities. Pemilihan empatvariabel ini karena faktor-faktor tersebutsecara konsisten terbukti berhubungan de-ngan leverage pada penelitian-penelitian se-belumnya. Disamping itu, peneliti jugamempertimbangkan ketersediaan data un-tuk mengembangkan proksi dari faktor-faktor yang lain.

Tangibility: Aset yang bersifat tangiblelebih mudah dinilai daripada aset yangbersifat intangible seperti goodwill. Selain itu,dalam kasus kebangkrutan, aset yang ber-sifat intangible akan dengan cepat hilang.Jaminan hutang berupa aset merupakanconstraint (pembatas) bagi perusahaan untukmendapatkan hutang. Perusahaan dengannilai aset yang terbatas sebagai jaminan akanmemperoleh hutang yang relatif lebih mahaldaripada perusahaan yang mempunyai nilaiaset lebih besar. Jika hutang dapat dijamin,peminjam dibatasi untuk menggunakanhutangnya hanya untuk proyek yang telahditentukan. Jika tidak ada jaminan yangdapat digunakan, maka kreditur akan me-minta syarat yang lebih banyak dan ketat,sehingga perusahaan mungkin akan lebihmemilih menggunakan ekuitas daripadahutang. Perusahaan yang memiliki aset tetapyang dapat dijadikan sebagai jaminancenderung akan lebih berani menerbitkanhutang. Menurut trade-off theory, keputusanstruktur modal perusahaan ditentukan olehmanfaat dan biaya yang ditimbulkan oleh

keputusan penggunaan dana eksternal. Per-usahaan akan meningkatkan penggunaanhutang sampai pada tingkat tertentu dimanatangible assets nya dapat menjamin pem-bayaran pokok dan bunga hutang agarmereka mendapatkan manfaat pajak daribunga dan meminimalkan risiko kebangkru-tan ketika gagal bayar.

Profitabilitas: Menurut trade-off theory,perusahaan yang kurang profitable mem-berikan return yang rendah kepada pe-megang sahamnya, leverage yang lebih besarakan meningkatkan risiko kebangkrutan danbiaya pinjaman serta akan mengurangireturn bagi pemegang saham (Tong danGreen, 2005). Profitabilitas yang tinggi mem-berikan kapasitas pinjaman yang tinggi.Keputusan struktur modal optimal diharap-kan dapat memaksimalkan manfaat peng-gunaan hutang dengan tetap memperhati-kan adanya risiko kebangkrutan yang mung-kin timbul ketika perusahaan tidak mampumembayar pokok dan bunga hutangnya.Profitabilitas merupakan unsur penting ke-putusan penggunaan hutang dalam strukturmodal perusahaan, karena profitabilitas inidapat menunjukkan kemampuan perusaha-an untuk membayar pokok dan bungahutangnya. Jika profitabilitas yang dimilikioleh perusahaan lebih kecil dari hutangnya,maka akan meningkatkan risiko gagal bayarbahkan kebangkrutan karena profitabilitas-nya tidak mampu menutupi kewajibanhutangnya sehingga penggunaan hutangyang besar akan meningkatkan risiko ke-bangkrutan.

Size: Trade-off theory menyatakan adanyahubungan positif antara size perusahaandengan rasio hutang karena perusahaanyang lebih besar lebih terdiversifikasi danmempunyai kemungkinan kecil terjadi finan-cial distress sehingga kreditur lebih percayaterhadap perusahaan yang lebih besar.Disamping itu, size juga akan menentukanmanfaat dan biaya yang ditimbulkan olehpenggunaan hutang, perusahaan besar yangterdiversifikasi mempunyai volatilitas cash-flows yang rendah dan dinilai lebih mampumenjamin kepastian pembayaran pokok dan

Page 33: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

312 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

bunga hutang sehingga perusahaan besardapat lebih memaksimalkan manfaat pajakyang ditimbulkan oleh bunga hutang.

Growth Opportunities: Trade-off theory me-nyatakan adanya hubungan negatif antaragrowth opportunities dengan rasio hutang(Myers, 1977). Perusahaan yang mempunyaigrowth opportunities dihadapkan pada risikoyang lebih tinggi dan mempunyai financialdistress costs yang lebih tinggi. Selain itu,perusahaan yang dihadapkan pada growthopportunities yang tinggi cenderung mem-biayai ekspansinya dengan lebih banyakekuitas untuk menghindari konflik keagen-an yang berhubungan dengan hutang(Myers dalam Frank dan Goyal, 2009), olehkarena itu, perusahaan yang mempunyaigrowth opportunities akan meningkatkanrisiko kebangkrutan yang ditimbulkan jikaperusahaan menggunakan hutang dan tidakmampu membayar pokok dan bungahutangnya.

Kecepatan PenyesuaianPada umumnya, perusahaan mem-

punyai struktur modal yang berbeda danmenghadapi kondisi pasar modal yangberbeda. Hal ini yang membedakan ke-cepatan penyesuaian struktur modal per-usahaan satu dengan yang lainnya. Ke-cepatan perusahaan dalam melakukan pe-nyesuaian dipengaruhi oleh karakteristikperusahaan, oleh karena itu kecepatanpenyesuaian berbeda antar perusahaan danantar waktu.

Dalam trade-off theory, rasio hutangoptimal menyeimbangkan biaya dan man-faat dari leverage. Tingkat target hutangperusahaan berubah-ubah antar waktu, se-hingga sangat penting untuk memper-tahankan target dan biaya rebalancing struk-tur modal. Perusahaan yang mendekatidistress akan lebih memperhatikan danberusaha menyesuaikan tingkat hutangnyadaripada perusahaan yang lebih stabil.Penyesuaian yang lebih lamban kemungki-nan disebabkan oleh tingginya biaya untukmelakukan penyesuaian dan penyesuaianakan lebih cepat ketika penyimpangan rasio

hutang terhadap target hutangnya lebihmahal dibandingkan biaya untuk penyesuai-an. Banyak penelitian yang menunjukkanbahwa perusahaan mencoba untuk menemu-kan tingkat optimal hutang jangka panjang.Menurut beberapa peneliti, struktur modalperusahaan adalah dinamis dan perusahaanberusaha untuk melakukan penyesuaiantingkat hutang ke arah optimal, yang mem-perkuat adanya trade-off theory.

Faktor-faktor yang menentukan ke-cepatan penyesuaian antara lain sebagaiberikut:1. Jarak struktur modal aktual dengan

struktur modal optimal. Jika target leve-rage lebih besar daripada actual leveragenya, maka perusahaan masih under-leveraged dan jika target leverage lebih dariactual leverage nya, maka perusahaanoverleveraged. Disisi lain, perusahaan yangoverleveraged diharapkan mencapai targetleverage nya lebih cepat jika mereka mem-bayar hutangnya, sedangkan perusahaanyang underleveraged mungkin akan lebihlamban karena harus menerbitkan hu-tang, tetapi disisi lain, perusahaan yangunderleveraged lebih mudah mendapatkantambahan hutang, sedangkan perusahaanyang overleveraged lebih sulit untuk me-ngurangi hutangnya karena liquidityconstraint.

Jarak struktur modal aktual denganstruktur modal optimal mempunyai pe-ngaruh positif dengan kecepatan pe-nyesuaian. Perusahaan yang mempunyaistruktur modal yang jauh dari targetnyamelakukan penyesuaian lebih cepatdibandingkan perusahaan yang strukturmodalnya mendekati struktur modaloptimalnya. Jadi, perusahaan hanya akanmelakukan penyesuaian ketika terdapatdeviasi yang besar antara struktur modaldengan struktur modal optimalnya. Per-usahaan yang dekat dengan tingkatoptimal tidak menutup selisihnya karenabiaya penambahan penyesuaian dapatmenjadi constraint.

De Haas dan Peeters (2004) menelitifaktor-faktor yang menentukan struktur

Page 34: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 313

modal dan kecepatan penyesuaian struk-tur modal perusahaan-perusahaan Eropatengah dan timur. Mereka menemukanjarak struktur modal aktual denganstruktur modal optimal berhubunganpositif dengan kecepatan penyesuaian.Hal ini berarti bahwa perusahaan yangjauh dari struktur modal optimal cen-derung melakukan penyesuaian lebihcepat dibandingkan dengan perusahaanyang struktur modalnya mendekati struk-tur modal optimal.

Loof (2004) menemukan bahwa dis-tance berpengaruh positif signifikan ter-hadap kecepatan penyesuaian padaperusahaan-perusahaan di Swedia danAmerika Serikat, tetapi distance berpe-ngaruh negatif terhadap kecepatan pe-nyesuaian pada perusahaan-perusahaanInggris.

Penelitian Drobetz dan Wanzenried(2006) juga menemukan bahwa jarakstruktur modal dengan struktur modaloptimal mempengaruhi kecepatan pe-nyesuaian struktur modal perusahaan-perusahaan Swiss pada periode tahun1991-2001.H2a : Jarak struktur modal aktual dengan

struktur modal optimal secarapositif mempengaruhi kecepatanpenyesuaian struktur modal.

2. Financial surplus/defisit. Surplus ataudefisit kas perusahaan juga akan mem-pengaruhi kecepatan dalam melakukanpenyesuaian. Untuk melakukan penye-suaian, perusahaan yang overleveragedharus mengurangi hutangnya. Dengansurplus kas, perusahaan yang overleve-raged dapat lebih mudah (lebih cepat)membayar hutangnya agar tingkathutangnya sesuai dengan struktur modaloptimal, sedangkan ketika mengalamidefisit, perusahaan akan lebih sulit (lebihlamban) untuk mengurangi hutangnya(melakukan penyesuaian) ataupun me-nerbitkan hutang baru, sedangkan per-usahaan yang underleveraged melakukanpenyesuaian lebih lamban karena dapatmemanfaatkan surplus tersebut untuk

pem- biayaannya dan ketika mengalamidefisit, perusahaan lebih mudah (lebihcepat) untuk meningkatkan hutangnyakarena dianggap mempunyai prospek dimasa mendatang dan karena strukturmodalnya masih memungkinkan untukmeningkatkan hutang.

Byoun (2008) meneliti perusahaanAmerika untuk melihat pengaruh surplusdan defisit keuangan perusahaan dalammenentukan penyesuaian terhadap struk-tur modalnya. Perusahaan yang over-leveraged akan melakukan penyesuaianketika mengalami surplus dan perusaha-an yang underleveraged melakukan pe-nyesuaian ketika mengalami defisit.Hovakimian et al. (2001) membuktikanbahwa perusahaan melakukan penye-suaian lebih cepat dengan penguranganhutang pada perusahaan yang overleve-raged, sedangkan penelitian Faulkender etal. (2008) menemukan bahwa penyesuai-an perusahaan dengan cashflows yangpositif dan negatif berbeda signifikandengan kecepatan penyesuaian padaperusahaan dengan free cashflows hampirnol.H2b : Financial defisit/surplus secara

positif mempengaruhi kecepatanpenyesuaian struktur modal

3. Current Liabilities. Perusahaan yangmempunyai hutang jangka pendek lebihbesar daripada hutang jangka panjangmemiliki kemampuan untuk melakukanpenyesuaian ke tingkat leverage yang barudengan lebih mudah dan cepat daripadaperusahaan yang memiliki hutang jangkapendek yang lebih kecil dibandingkanhutang jangka panjangnya. Current liabi-lities dapat lebih mudah dan cepat di-penuhi dibandingkan dengan non-currentliabilities, karena beban yang ditanggungoleh perusahaan dalam jangka pendekmaka perusahaan dapat lebih mudahmendapatkan tambahan hutang daripihak eksternal dalam rangka mencapaistruktur modal optimalnya. PenelitianKim et al. (2006) menemukan bahwacurrent liabilities mempunyai pengaruh

Page 35: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

314 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

positif dan signifikan terhadap ke-cepatan penyesuaian struktur modal diperusahaan manufaktur di Korea. Hal inimenunjukkan bahwa perusahaan yangmempunyai rasio hutang jangka pendekyang tinggi melakukan penyesuaianstruktur modalnya lebih cepat dan hal inimembuktikan bahwa current liabilitiessangat likuid dan mempermudah prosespenyesuaian.H2c : Current liabilities secara positif

mempengaruhi kecepatan penye-suaian struktur modal

METODE PENELITIANData dan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitianini adalah data sekunder berupa data panelyang diambil dari data laporan keuanganyang telah di audit untuk perusahaan-per-usahaan non-keuangan yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yangdigunakan dalam penelitian ini diambildengan menggunakan metode purposivesampling, artinya sampel yang digunakanharus memenuhi kriteria tertentu. Dalampenelitian ini, kriteria pemilihan sampeladalah perusahaan non-keuangan yang ter-daftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) danharus mempunyai laporan keuangan dansemua informasi yang dibutuhkan dari ta-hun 2005-2009. Penelitian ini tidak meng-gunakan perusahaan-perusahaan keuangansebagai sampel karena pertimbangan per-aturan modal minimum dan/atau jaminanimplisit maupun eksplisit dari pemerintah.

Definisi OperasionalVariabel Dependen

Variabel dependen dalam hipotesis per-tama adalah leverage. Leverage dalam pe-nelitian ini adalah nilai buku hutang jangkapanjang perusahaan dan dihitung denganmembandingkan total long-term debt ter-hadap total asset (LT-Debt/TA).

Variabel dependen dalam hipotesis ke-dua adalah kecepatan penyesuaian. Ke-cepatan penyesuaian adalah lama waktuyang dibutuhkan oleh perusahaan untuk

melakukan penyesuaian struktur modal me-nuju struktur modal optimalnya. Kecepatanpenyesuaian diambil dari nilai hasil regresidari pengujian hipotesis 1.

Variabel IndependenVariabel independen dalam hipotesis

pertama adalah optimal leverage atau targetleverage. Leverage optimal adalah sebuahvariabel yang tidak dapat diobservasi. Da-lam penelitian ini proksi yang digunakanadalah tangibility, profitabilitas, size dangrowth opportunities. Pemilihan empat vari-bel ini karena faktor-faktor tersebut secarakonsisten terbukti berhubungan denganleverage pada penelitian-penelitian sebelum-nya. Disamping itu, peneliti juga mem-pertimbangkan ketersediaan data untukmengembangkan proksi dari faktor-faktoryang lain.1. Tangibility: Tangibility dalam penelitian ini

adalah semua aset tetap yang dimilikiperusahaan yang dapat digunakan se-bagai collateral atas hutang. Tangibility di-ukur dengan membagi fixed asset ter-hadap total asset (FA/TA).

2. Profitabilitas: Profitabilitas dalam pe-nelitian ini diukur dengan rasio tingkatkeuntungan perusahaan terhadap totalaset, yaitu EBIT/Total Assets.

3. Size: Size dalam penelitian ini diukurdengan Log Total Assets.

4. Growth Opportunities: Growth opportunitiesdiukur dengan pertumbuhan aset per-usahaan dari satu periode ke periodeberikutnya.

Variabel independen untuk mengujihipotesis kedua adalah jarak struktur modalaktual dengan struktur modal optimal,financial surplus/defisit dan current liabilities.Variabel independen pertama untuk meng-uji hipotesis kedua yang digunakan dalampenelitian ini adalah jarak struktur modalaktual dengan struktur modal optimal. Jarakstruktur modal aktual dengan strukturmodal optimalnya dihitung dengan melihatselisih L*i,t - Li,t-1 atau rasio leverage optimalterhadap leverage aktual. Variabel inde-penden kedua untuk menguji hipotesis

Page 36: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 315

kedua adalah Financial surplus/deficit. Sur-plus dan defisit kas perusahaan dihitungdengan persamaan yang digunakan olehByoun (2008): FDi,t = DIVi,t + Ii,t + ∆Wi,t –OCFi,t. Dimana DIVi,t adalah pembayarandividen perusahaan i pada waktu t, Ii,t adalahinvestasi bersih perusahaan I pada waktu t,∆Wi,t adalah perubahan modal kerja bersihperusahaan I dari waktu t-1 ke t dan OCFi,t

adalah Operating cash flows setelah bunga danpajak perusahaan I pada waktu t.

Variabel independen ketiga untuk hipo-tesis kedua adalah current liabilities. Currentliabilities adalah hutang jangka pendek atauhutang lancar perusahaan yang terdapatpada laporan neraca. Current liabilities di-hitung dengan menggunakan rasio currentliabilities terhadap total liabilities.

PENGUJIAN HIPOTESISPengujian H1

Dengan menganggap bahwa tingkatleverage waktu t sama dengan target leverage,maka perubahan leverage dapat dihitungdengan persamaan berikut:, − , = ,∗ − , ……………....(1)

Dalam melakukan penyesuaian, per-usahaan membutuhkan biaya sehinggaperusahaan mungkin akan menemukan ke-mudahan ataupun kesulitan untuk melaku-kan penyesuaian struktur modalnya, olehkarena itu, hal ini akan mempengaruhi ke-cepatan penyesuaian, yaitu faktor yangmenggambarkan magnitude penyesuaianyang diinginkan antara dua periode waktu.Dengan mempertimbangkan kecepatan pe-nyesuaian (δ), maka perubahan strukturmodal dapat dilihat dengan persamaan:, − , = , ,∗ − , ……….(2)

Dimana Li,t adalah hutang aktual per-usahaan i pada periode t, dan = tingkathutang optimal perusahaan i pada periode t.Perusahaan akan menyeimbangkan strukturmodalnya menuju struktur modal optimalhanya dapat diamati pada akhir tahun (akhirperiode), yaitu setelah perusahaan mem-punyai struktur modal, oleh karena itu,persamaan (2) disusun kembali menjadi:

, = 1 − , , + , ,∗ + , ……(3)Leverage optimal tidak dapat diobser-

vasi, sehingga tingkat hutang optimal akandihitung sebagai fungsi beberapa variabelyang mempengaruhi keputusan strukturmodal perusahaan.,∗ = + , + , +, + , + , ……….(4)

TANGi,t adalah tangibility perusahaan ipada periode t diukur dengan membagi asettetap terhadap total aset (FA/TA), PROFTi,t

adalah profitabilitas perusahaan i padaperiode t diukur dengan rasio tingkat ke-untungan terhadap total aset (EBIT/TotalAssets), SIZEi,t adalah size perusahaan i padaperiode t yang diukur dengan Log TotalAssets, dan GROWTHi,t adalah tingkat per-tumbuhan perusahaan i pada periode t.Semua nilai variabel ini dihitung denganmenggunakan nilai buku yang terdapatpada laporan keuangan perusahaan.

Beberapa peneliti menggunakan Ordi-nary Least Square (OLS) dan Fama-Mac Bethregression, tetapi penggunaan metode inimenghasilkan hasil regresi yang bias. Untukmemilih model yang digunakan, maka di-lakukan uji hausman (hausman test) untukmenentukan apakah model yang digunakanfixed effect regression (LSDV) atau randomeffect. Sebelum regresi dilakukan, asumsiklasik harus terlebih dahulu dipenuhi.Dalam analisis regresi ada beberapa asumsiyang harus dipenuhi sehingga hasil dariregresi tersebut dapat digunakan untukmenguji hipotesis. Dengan memasukkanvariabel-variabel yang mempengaruhi struk-tur modal diatas, maka persamaan untukmenguji hipotesis pertama adalah (Loof,2004):

, = 1 − , , + , , , + ,Untuk pengujian hipotesis, digunakan

estimasi δi,t sebagai indikator penyesuaianstruktur modal. Ada tiga kemungkinanstruktur modal yang diteliti dengan meng-gunakan persamaan (5) di atas: jika (i) δ = 1,maka Li,t = L*i,t hutang aktual sama dengan

Page 37: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

316 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

tingkat hutang optimal, (ii) δ < 1, makapenyesuaian yang dilakukan masih dibawahtingkat hutang optimalnya, (iii) δ > 1, makaperusahaan telah overadjusting.Pengujian H2a, H2b dan H2c

Kecepatan penyesuaian adalah hasilestimasi dari regresi target leverage yangdihitung dengan menggunakan proksitangibility, profitability, size dan growth.Untuk mengetahui hasil estimasi kecepatanpenyesuaian, regresi target leverege harusdihitung terlebih dahulu dengan persamaan:, = 1 − , , + , ,∗ + , (1)

Dimana, target leverage dihitung denganmenggunakan proksi beberapa variabeldengan persamaan:,∗ = + , + , +, + , + , ……… (2)

Sehingga nilai estimasi kecepatanpenyesuaian didapatkan dengan persamaan:

, = 1 − , , + , , , + ,………….. (3)

Penelitian ini menggunakan beberapavariabel yang mempengaruhi kecepatanpenyesuaian, yaitu jarak struktur modal

aktual dengan struktur modal optimal,financial surplus/deficit dan current liabilities,maka persamaan untuk kecepatan pe-nyesuaian adalah (Drobetz dan Wanzenreid,2006):δi,t = β0 + β1Disti,t + β2FDi,t + β3CLi,t + εit (4)

ANALISIS DAN PEMBAHASANStatistik Deskriptif

Proses seleksi sampel dilakukan denganmengidentifikasi perusahaan non-keuanganmana saja yang konsisten berada di BursaEfek Indonesia dan mempunyai laporankeuangan yang lengkap dari tahun 2009-2014. Dari proses seleksi sampel, akhirnyapeneliti mendapatkan 210 perusahaan dari30 industri, maka didapatkan 1260 tahunperusahaan. Sampel tersebut tergolong da-lam kategori sampel besar dan memenuhiasumsi central limit theorem yang terkaitdengan terpenuhinya asumsi normalitaspada uji regresi. Tabel 1 menyajikan jumlahperusahaan dan klasifikasi industri menurutBEI yang dimasukkan dalam sampel pe-nelitian.

Tabel 1Jumlah Sampel Perusahaan

Industri n Industri nAdvertising 7 Metal 9Agriculture 10 Mining 12

Apparel andTextile 2 Others 7Automotive 10 Pharmaceutical 6

Cable 4 Plastics 5Cement 3 Pulp and Paper 3

Ceramics, Glass 5 Real Estate 31Chemical and Allied 7 Retail 10

Computer 4 Telecommunication 5Construction 4 Textile, Garment 5

CosmeticsandHousehold 5 Tobbaco 3Energy 1 Tourism, Restaurant and Hotel 18Farm 3 Transportation 4

Food and Beverages 8 Wholesale 15Houseware 2 Wood Industry 2

Total 210Sumber: data diolah

Page 38: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 317

Tabel 2Hasil Regresi Data Panel

koef t pC 48.10653 8.872548 0.0000***

TANG 0.520157 0.614574 0.0000***

PROFT 0.547632 0.326551 0.0000***

SIZE -1.729637 -1.154830 0.0000***

GROWTH 4.140126 0.034587 0.3260R2 0.601

***) 1% **) 5% tingkat signifikansiSumber: Data diolah

Hasil Pengujian Hipotesis 1Uji hipotesis pertama dilakukan dengan

menggunakan regresi data panel, setelahdilakukan uji hausman maka diperolehmodel terbaik yaitu metode Least SquareDummy Variable (LSDV) atau yang biasadikenal dengan model fixed effect. Tidakterdapat masalah asumsi klasik pada datayang digunakan, sehingga regresi dapatdilakukan. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwanilai R2 model regresi dengan menggunakanleverage (LEVT) sebagai variabel dependenyaitu 0,601, sehingga dapat dikatakan bahwamodel regresi yang digunakan cukup baikuntuk menguji hubungan antar variabel.Hasil regresi pada Tabel 2 digunakan untukmenghitung target leverage (LEVTAR) yangtidak dapat diobservasi melalui laporankeuangan perusahaan.

Dengan menggunakan model regresiyang dihasilkan pada Tabel 2, maka dapatdiperoleh nilai target leverage setiap per-usahaan dan tahun yang digunakan untukmenguji hipotesis 1. Hasil regresi pengujianhipotesis 1 dapat dilihat pada Tabel 3.Hipotesis 1 menyatakan bahwa perusahaandi Indonesia melakukan penyesuaian struk-

tur modalnya menuju struktur modaloptimal. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilaikoefisien LEVB bertdana positif dan signi-fikan pada alfa 1%. Nilai koefisien LEVBadalah 0,592152, maka nilai estimasi δ adalah0,407 (1LEVB). Dapat disimpulkan bahwasecara rata-rata perusahaan-perusahaan diIndonesia melakukan penyesuaian strukturmodalnya menuju struktur modal optimal,akan tetapi penyesuaian yang dilakukanmasih dibawah struktur modal optimalnya.

Hasil Pengujian Hipotesis 2a, 2b dan 2cUji hipotesis 2a, 2b dan 2c dilakukan

secara bersamaan untuk mengetahui pe-ngaruh jarak struktur modal dengan struk-tur modal optimal (DIST), financial surplus/deficit (FD) dan current liabilities (CL) ter-hadap kecepatan penyesuaian struktur mo-dal. Tabel 4 menunjukkan bahwa variabeljarak antara struktur modal aktual denganstruktur modal optimalnya (DIST) mem-punyai pengaruh positif dan signifikan ter-hadap kecepatan penyesuaian, vriabel finan-cial surplus/deficit (FD) mempunyai pe-ngaruh positif tidak signifikan terhadapkecepatan penyesuaian.

Tabel 3Hasil Regresi Data Panel

koef t pLEVB 0,592152 17,80215 0,0074***LEVTAR 0,093201 0,599553 0,2920R2 0.26

Sumber: Data diolah

Page 39: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

318 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

Tabel 4Hasil Regresi Hipotesis 2a, 2b dan 2c

Sumber: Data diolah

Temuan berikutnya adalah bahwavariabel current liabilities (CL) mempunyaipengaruh negatif signifikan terhadap ke-cepatan penyesuaian struktur modal.

PembahasanTabel 2 menunjukkan bahwa variabel

tangibility mempunyai pengaruh positif dansignifikan terhadap tingkat leverage per-usahaan, yaitu 0,520157. Temuan ini sesuaidengan trade-off theory yang menyatakanbahwa perusahaan yang mempunyai banyakaset tangible akan mendapatkan hutangdengan biaya yang lebih murah karena asetyang bersifat tangible lebih mudah dijadikansebagai jaminan atau collateral bagi krediturjika terjadi kesulitan keuangan. Santi (2003)serta Reinhard dan Li (2010) menemukanbahwa tangibility berpengaruh positif ter-hadap leverage pada perusahaan-perusahaandi Indonesia. Bevan dan Danbolt (2004)menemukan bahwa perusahaan-perusahaannon keuangan di Inggris mempertimbang-kan tangibility dalam keputusan strukturmodalnya dan tangibility berpengaruh positifterhadap hutang jangka panjang. Aset yangbersifat tangible memang sangat mudahuntuk dijadikan sebagai jaminan untukmemperoleh hutang. Stohs dan Mauer (1996dalam Bevan dan Danbolt, 2004) menemu-kan bahwa jangka waktu hutang sangatberkaitan dengan maturitas aset, sehinggaprinsip maturity matching sangat pentinguntuk diperhatikan dalam pengambilan ke-putusan struktur modal.

Profitabilitas berpengaruh positif dansignifikan dengan nilai 0,547632. Temuan inimemperkuat trade-off theory yang menyata-

kan bahwa perusahaan yang mempunyaiprofitabilitas tinggi mempunyai kapasitaspinjaman yang tinggi sehingga denganprofitabilitas yang tinggi, perusahaan akanmeningkatkan hutangnya agar mendapat-kan penghematan pajak. Selain itu, lenderlebih bersedia meminjamkan dananya ke-pada perusahaan dengan tingkat profita-bilitas yang tinggi dibdaningkan perusahaanyang kurang profitable. Ozkan (2001) me-nemukan bahwa tingkat profitabilitas ber-pengaruh secara positif dan signifikan ter-hadap tingkat leverage perusahaan di Inggris.Dengan menggunakan tahun amatan yangberbeda, Widjaja (2013) menemukan bahwaprofitabilitas berpengaruh negatif dan signi-fikan terhadap struktur modal perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia. Perbedaan temuan ini mungkindikarenakan perbedaan tahun amatan danjumlah sampel yang digunakan.

Berbeda dengan temuan De Jong et al.(2007), variabel size mempunyai pengaruhnegatif tidak signifikan terhadap tingkatleverage dengan nilai -1,729637. Chen (2004)menemukan bahwa variabel size juga mem-punyai hubungan negatif terhadap tingkatleverage perusahaan-perusahaan di China.Hubungan negatif ini dapat dikarenakanbahwa perusahaan besar biasanya mem-punyai akses yang lebih baik terhadap pasarmodal.

Variabel growth opportunities berpe-ngaruh positif tidak signifikan terhadapleverage dengan nilai 4,140126. Ketika per-usahaan mempunyai kesempatan bertum-buh yang lebih tinggi, maka perusahaandapat menggunakan hutang sebagai alter-

koef t pC 0,274456 8.72E+12 0,0000***

DIST 6,21E-13 24,12541 0,0000***

FD 0,79E-22 0,55268 0,2152C L -5,02E-65 -33,35278 0,0000***

Page 40: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 319

natif sumber dana untuk mendanai per-tumbuhannya. Perusahaan dapat menerbitkan hutang dengan alasan lebih murah jikadibdaningkan dengan menerbitkan ekuitas.Temuan ini mendukung penelitian yangdilakukan oleh Utami (2012) yang menelititentang faktor-faktor yang mempengaruhistruktur modal pada perusahaan-perusaha-an LQ-45 di Indonesia untuk tahun 1994-2007 dengan membedakan efeknya terhadapkeputusan pendanaan dengan hutang jang-ka pendek, hutang jangka panjang, totalhutang dan market leverage. Utami (2012)menemukan bahwa growth opportunitiesmempunyai pengaruh positif terhadaphutang jangka panjang, hutang jangkapendek maupun total hutang. Chen (2004)juga menemukan bahwa variabel growthopportunities mempunyai hubungan positifterhadap leverage. Menurut trade-off theory,saldo laba ditahan dari perusahaan yangmempunyai kesempatan bertumbuh yangtinggi akan meningkat dan mereka me-nerbitkan hutang lebih banyak untuk mem-pertahankan rasio target leverage denganalasan memanfaatkan penghematan pajak.

Adanya hubungan negatif antara sizedengan tingkat leverage seakan menegaskankembali bahwa selain mengikuti trade-offtheory, perusahaan di Indonesia juga meng-ikuti pecking order theory dalam menentukanstruktur modalnya. Kesempatan bertumbuhjuga dapat menjadi pertimbangan dalammenentukan struktur modal, jika kesempat-an bertumbuh besar maka perusahaanmembutuhkan modal yang cukup untukmembiayai pertumbuhannya dan salah satusumber dana yang dapat dipilih adalahdengan meningkatkan hutang. Utami (2012)menemukan hubungan negatif antara sizedengan hutang jangka panjang dan marketleverage, tetapi berhubungan positif denganhutang jangka pendek dan total hutang.

Keputusan penggunaan hutang tidakterlepas dari biaya yang harus dikeluarkanoleh perusahaan dalam bentuk bunga.Selama tahun 2009, suku bunga BI rate se-bagai suku bunga acuan beberapa kali di-turunkan. Dengan menurunnya suku bunga

BI rate, perusahaan dapat mempertimbang-kan penggunaan hutang untuk membiayaioperasional dan investasinya dengan biayayang lebih murah, sehingga perusahaanyang memiliki kesempatan bertumbuh da-pat menggunakan hutang untuk mendanaiinvestasinya dengan tingkat bunga yangrelatif rendah.

Hipotesis 1 menyatakan bahwa per-usahaan di Indonesia melakukan penye-suaian struktur modalnya menuju strukturmodal optimal. Tabel 3 menunjukkan bahwanilai koefisien LEVB bertdana positif dansignifikan sebesar 0,592152 dapat disimpulkan bahwa perusahaan di Indonesia me-lakukan penyesuaian struktur modal me-nuju struktur modal optimalnya tetapi masihunderleveraged dengan kecepatan penye-suaian sebesar 0,407848 (1–0,592152). De-ngan nilai kecepatan penyesuaian (δ) sebesar0,407848 atau 40,78% per tahun, maka rata-rata perusahaan-perusahaan di Indonesiamemerlukan waktu 2,45 tahun untuk me-lakukan penyesuaian struktur modal me-nuju struktur modal optimalnya. Dengandemikian, temuan ini mendukung penelitianReinhard dan Li (2010) yang dengan meng-gunakan teknik regresi yang berbeda jugamenemukan bahwa perusahaan-perusahaandi Indonesia melakukan penyesuaian struk-tur modalnya antara 1,02 tahun sampai 2,32tahun pada tahun 1997-2000 dan 1,51 tahunsampai dengan 3,08 tahun pada tahunpenelitian 2001-2005, sedangkan Ameer(2010) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Indonesia melakukan penye-suaian rasio hutangnya sebesar 41,92% atau2,38 tahun dengan periode amatan tahun1990-2004.

Penyesuaian struktur modal perusahaanmenuju struktur modal optimal melibatkanbiaya yang berhubungan dengan ke-bangkrutan dan keuntungan pajak, selain itujuga berhubungan dengan faktor-faktorspesifik perusahaan yang menunjukkankapasitas hutang bagi perusahaan tersebut.Misalnya, faktor tangibility dapat menunjuk-kan risiko kepada kreditur, jika perusahaanmempunyai aset tangible yang besar maka

Page 41: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

320 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

akan mengurangi risiko default atau gagalbayar kepada kreditur sehingga biayapenyesuaian atau untuk menambah hutangakan lebih rendah dibdaningkan denganperusahaan yang mempunyai aset tangibleyang kecil. Myers (1977) dan Hovakimian etal. (2001) mengemukakan bahwa perubahanprofitabilitas mungkin mempengaruhi ke-cepatan penyesuaian karena profitabilitasmenyediakan dana untuk melakukan pe-nyesuaian seperti stock repurchase ataupunstabilitas untuk menerbitkan sekuritas padarate yang menarik. Biaya pendanaan ekster-nal juga dapat mempengaruhi kecepatanpenyesuaian. Ketika biaya pendanaan eks-ternal tinggi, maka perusahaan cenderunglebih lamban dalam melakukan penyesuaianstruktur modalnya (Faulkender dan Peter-sen, 2006), sedangkan MacKay dan Phillips(2005) menunjukkan bahwa kondisi per-saingan perusahaan merupakan faktor yangmenentukan proses adjustment.

Kecepatan penyesuaian struktur modaldalam penelitian ini diukur dengan variabeljarak antara struktur modal aktual denganstruktur modal optimalnya (DIST), financialsurplus/deficit (FD) dan current liabilities.Hasil penelitian menunjukkan variabel jarakantara struktur modal aktual dengan struk-tur modal optimalnya (DIST) mempunyaipengaruh positif dan signifikan terhadapkecepatan penyesuaian. Temuan ini mem-perkuat hasil penelitian Drobetz danWanzenried (2006) yang menemukan bahwadistance atau jarak struktur modal aktualdengan struktur modal optimal mempunyaipengaruh positif tetapi tidak signifikandengan kecepatan penyesuaian. Mahakuddan Mukherjee (2011) juga menemukanbahwa jarak struktur modal aktual denganstruktur modal optimal mempunyai pe-ngaruh positif dan signifikan terhadap ke-cepatan penyesuaian. Hal ini berarti bahwaperusahaan hanya akan melakukan penye-suaian struktur modalnya ketika strukturmodalnya sudah jauh dari target leveragekarena deviasi ini juga mempengaruhi biayapenyesuaian yang ditanggung oleh per-

usahaan yang akhirnya akan berdampakpada kecepatan penyesuaian.

Variabel financial surplus/deficit (FD)mempunyai pengaruh positif tidak signi-fikan terhadap kecepatan penyesuaian.Temuan ini mendukung penelitian Byoun(2008) yang menemukan bahwa kondisisurplus atau defisit keuangan yang dihadapiperusahaan secara signifikan mempengaruhikecepatan penyesuaian. Berhubungan de-ngan faktor-faktor yang mempengaruhi ke-putusan struktur modal, perusahaan cen-derung melihat karakteristik perusahaandibdaningkan kondisi finansial yang di-hadapi. Kondisi surplus ataupun defisitkeuangan perusahaan mempengaruhi ke-cepatan penyesuaian karena perusahaanmungkin menggunakan surplus atau defisituntuk mempercepat atau memperlambatpenyesuaian struktur modal.

Temuan berikutnya adalah bahwa varia-bel current liabilities (CL) juga mempunyaipengaruh negatif signifikan terhadap ke-cepatan penyesuaian struktur modal. Temu-an ini menunjukkan bahwa rasio currentliabilities bukan menjadi constraint dalammelakukan penyesuaian struktur modal.Tingkat leverage Indonesia relatif lebih tinggidibdaningkan negara lain seperti AmerikaSerikat, Jepang, Jerman, Italia dan negaralain yaitu 40% (Ang et al., dalam Darmintodan Manurung, 2008). Hal ini mengindi-kasikan bahwa perusahaan di Indonesiacenderung risk-takers, yaitu lebih berani me-nerbitkan hutang untuk mengambil manfaatpajak dari bunga hutang selama beberapafaktor spesifik memungkinkan untuk me-nambah hutang. Artinya bahwa perusahaanlebih mempertimbangkan kapasitas hutang(debt capacity) dalam mengambil keputusanstruktur modalnya. Selain itu, perusahaanjuga mempertimbangkan biaya penyesuaianyang melibatkan berbagai konsekuensi atastingkat leverage perusahaan.

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETER-BATASAN

Penelitian ini menemukan bahwaDynamic trade-off theory terbukti di Indonesia.

Page 42: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 321

Perusahaan-perusahaan di Indonesia me-lakukan penyesuaian struktur modalnyamenuju struktur modal optimal, akan tetapipenyesuaian yang dilakukan masih dibawahstruktur modal optimal. Tangibility, profita-bility dan growth opportunities berpengaruhpositif terhadap tingkat leverage optimal,sedangkan size berpengaruh negatif ter-hadap tingkat leverage optimal. Variabel-variabel ini mungkin juga mempengaruhilama waktu yang dibutuhkan perusahaanuntuk mencapai struktur modal optimalnya.Sementara jarak struktur modal aktualdengan struktur modal optimal berpengaruhpositif dan signifikan terhadap kecepatanpenyesuaian, Financial surplus/deficit ber-pengaruh positif tidak signifikan terhadapkecepatan penyesuaian, serta Current lia-bilities berpengaruh negatif terhadap ke-cepatan penyesuaian struktur modal.

ImplikasiHasil penelitian ini mengindikasikan

bahwa perusahaan di Indonesia mengikutidynamic trade-off theory dalam keputusanstruktur modalnya. Struktur modal disusunmendekati struktur modal optimal danselalu disesuaikan setiap tahun agar tidakmenjauhi tingkat optimal. Struktur modaldisusun dengan mempertimbangkan man-faat dan biaya dari penyesuaian, yaitu man-faat pajak yang dihasilkan akibat pem-bayaran bunga yang menjadi pengurangdalam penghitungan pajak dan biaya ke-bangkrutan dan/atau gagal bayar ketikahutang terlampau tinggi. Dengan demikianimplikasi praktisnya, perusahaan harusmemperhatikan dan membdaningkan struk-tur modal aktual dengan struktur modaloptimal agar mendapatkan manfaat daripenyesuaian struktur modal tersebut dengantidak menambah kemungkinan kebangkrut-an akibat penyesuaian tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bah-wa perusahaan non keuangan di Indonesiatergolong lamban dalam melakukan pe-nyesuaian struktur modalnya jika di-bdaningkan dengan hasil penelitian ter-dahulu (Reinhard dan Li, 2010; Ameer, 2010)

dengan periode penelitian yang berbeda.Keputusan struktur modal juga berhubung-an dengan berbagai kebijakan pihak ekster-nal perusahaan yang turut berpengaruhterhadap kemudahan akses dana eksternalseperti pihak kreditur, investor dan peme-rintah. Regulasi dan kebijakan pemerintahseperti tingkat suku bunga, pajak, intervensipada pasar modal dan faktor hukum ber-peran penting dalam keputusan pendanaaneksternal terutama hutang.

KeterbatasanPenelitian ini mempunyai keterbatasan

dan kelemahan. Pertama adalah proksi yangdigunakan dalam menentukan target leveragehanya empat variabel. Masih banyak proksilain yang dapat menjadi proksi targetleverage, sehingga memungkinkan untukmenambah proksi lain yang sesuai dengankarakteristik perusahaan di Indonesia. Ke-dua adalah tahun amatan yang singkatmungkin mempengaruhi hasil temuan pe-nelitian, sehingga perlu adanya periodeamatan yang lebih panjang atau perbedaanperiode amatan sebagai pembdaning. Ke-tiga, penelitian ini tidak membahas proksiatau variabel makro ekonomi yang mungkinmempengaruhi penyesuaian dan kecepatanpenyesuaian struktur modal perusahaanseperti regulasi pajak, inflasi, pertumbuhanGDP, faktor hukum, sifat manajer (konser-vatif atau tidak) dan proksi-proksi lain.

DAFTAR PUSTAKAAbor, J. 2007. Debt Policy dan Performance

of SMEs: Evidence from Ghanaian danSouth African Firms. The Journal of RiskFinance 8(4): 364-379.

Akintoye, I. R. 2008. Sensitivity of Per-formance to Capital Structure. EuropeanJournal of Social Science 7(1): 23-31.

Ameer, R. 2010. Financial Liberalization danFirms’ Capital Structure AdjustmentsEvidence from Southeast Asia dan SouthAmerica. Journal of Economics danFinance.

Antoniou, A., Y. Gunez dan K. Paudyal.2008. The Determinants of Capital

Page 43: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

322 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

Structure: Capital Market Orientedversus Bank Oriented Institutions. TheJournal of Financial Quantitative Analysis,forthcoming.

Bevan, A. A dan Danbolt, J. 2004. Testing forInconsistencies in The Estimation of UKCapital Structure Deteminants. AppliedFinancial Economics 14(1): 55-66.

Brigham, E. F dan M. C. Ehrhardt. 2005.Financial Management: Theory danPractice. 11th ed. Cengage. Ohio.

Byoun, S. 2008. How dan When Do FirmsAdjust Their Capital Structures towardTargets?,”. The Journal of Finance. LXIII(6): 3069-3096.

Chen, J. J. 2004. Determinants of CapitalStructure of Chinese-listed Company.Journal of Business Research, 57: 1341-1351.

Darminto dan A. H. Manurung. 2008.Pengujian Teori Trade-Off dan PeckingOrder dengan satu model dinamis padaperusahaan publik di Indonesia. JurnalManajemen Bisnis 1(1): 35-52.

De Haas, R dan M. Peeters. 2004. TheDynamic Adjustment Towards TargetCapital Structure of Firms In TransationEconomies. Working Paper. July

De Jong, A., R. Kabir dan T. T. Nguyen. 2007.Capital Structure around the World: TheRoles of Firm-dan Country-SpesificDeterminants. ERIM Report Series Re-search Management 1-40.

Drobetz, W. dan G. Wanzenried. 2004. WhatDetermines the Speed of Adjustment tothe Target Capital Structure?. Diskus-sionschriften, Universitat Bern, Switzer-ldan.

Elliot, W. B, J. K. Kant dan R. S. Warr. 2008.Target Debt Ratios, Adverse Selection,dan Equity Mis-Pricing. Working Paper.

Faulkender, M., M. J. Flannery., K.W.Hankins dan J. M. Smith. 2010. Tran-saction Costs dan Capital Structure.Working Paper. March.

Faulkender, M., dan M. A. Petersen. 2006.Does the Source of Capital Affect CapitalStructure?. The Review of Financial Studies19(1).

Flannery, M. J. dan K. W. Hankins. 2007. ATheory of Capital Structure AdjustmentSpeed,” Working Paper, University ofFlorida, United States.

Flannery, M. J. dan K. P. Rangan. 2006.Partial Adjustment Toward Target Capi-tal Structure. Journal of Financial Econo-mics 79: 469-506.

Frank, M. Z. dan V. K. Goyal. 2009. Profitsdan Capital Structure. Working Paper,University of Minnesota. May.

Fuady, M. 2014. Pengujian Trade-Off Theory:Apakah Perusahaan di Indonesia Me-lakukan Optimalisasi Hutang. EBBANK5(2): 23-34.

Gamba, A. dan A. Triantis. 2008. The Valueof Financial Flexibility. The Journal ofFinance LXIII (5): 2263-2296.

Getzmann, A., S. Lang dan K. Spremann.2010. Determinants of The Target Capi-tal Structure dan Adjustment Speed-Evidence from Asian Capital Markets.Working Paper. February.

Harris, M. dan A. Raviv. 1991. The Theory ofCapital Structure. The Journal of Finance46(1): 297-355.

Hovakimian, A., G. Hovakimian dan H.Tehranian. 2004. Determinants of TargetCapital Structure: The Case of Dual Debtdan Equity Issues. Journal of FinancialEconomics 71: 517-540.

Huat, N. C. 2008. The Determinants of Capi-tal Structure: Evidence from SelectedASEAN Countries. Bachelor of Accoun-tancy (Hons) The Nothern University ofMalaysia.

Jalilvdan, A. dan R. S. Harris. 1984. Corpo-rate Behavior in Adjusting to CapitalStructure dan Dividend Targets: AnEconometric Study. The Journal of Finance39(1): 127-145.

Ju, N., R. Parrino., A. M. Poteshman dan M.S. Weisbach. 2005. Horses dan Rabbits?Trade-Off Theory dan Optimal CapitalStructure. The Journal of Financial danQuantitative Analysis 40(2): 259-281.

Karadeniz, E., S. Y. Kdanir., M. Balcilar danY. B. Onal. 2009. Determinants of CapitalStructure: Evidence from Turkish Lod-

Page 44: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Struktur Modal Optimal Dan Kecepatan Penyesuaian ... – Nosita 323

ging Companies. International Journal ofContemporary Hospitality Management21(5): 594-609.

Kim, H., A. Heshmati dan D. Aoun. 2006.Dynamics of Capital Structure: The Caseof Korean Listed ManufacturingCompanies. Working Paper.

Leary, M. T. dan M. R. Roberts. 2005. DoFirms Rebalance Their Capital Structure.The Journal of Finance LX (6): 2575-2619.

Lemmon, M. L. 2008. Debt Capacity danTests of Capital Structure Theories.Working Paper. Cambridge Univ Press.

Lemmon, M. L dan J. F. Zender. 2010. DebtCapacity dan Test of Capital StructureTheories. Journal of Financial dan Quanti-tative Analysis 45(5): 1161-1187.

Loof, H. 2004. Dynamic Optimal CapitalStructure dan Technical Change. Struc-tural Change dan Economic Dynamic 15:449-468.

Mackay, P dan G. M. Phillips. 2005. HowDoes Industry Affect Firm FinancialStructure?. The Review of Financial Studies18(4).

Mahakud, J. dan S. Mukherjee. 2011.Determinants of Adjustment Speed toTarget Capital Structure: Evidence fromIndian Manufacturing Firms. WorkingPaper.

Michaelas, N., F. Chittenden dan P. Pout-ziouris. 1999. Financial Policy danCapital Structure Choice in U.K. SMEs:Empirical Evidence from CompanyPanel Data. Small Business Economics 12:113-130.

Modigliani, F. dan M. H. Miller. 1963.Corporate Income Taxes dan The Cost ofCapital: A Correction. The AmericanEconomic Review 53(3): 433-443.

Modigliani, F. dan M. H. Miller. 1958. TheCost of Capital, Corporation Financedan the Theory of Investment. TheAmerican Economic Review 48(3): 261-297.

Myers, S. C. 1977. Determinants of CorporateBorrowing. Journal of Financial Economics(5): 187-221.

Myers, S. C. 2001. Capital Structure. TheJournal of Economic Perspective 15(2): 81-102.

Myers, S. C. dan L. Shyam-Sunder. 1994.Testing Static Trade-Off Against Pec-king Order Models of Capital Structure.National Bureau of Economic Research,Working Paper.

Myers, S. C. dan N. S. Majluf. 1983. Corpo-rate Financing dan Investment DecisionWhen Firms Have Information ThatInvestors Do Not Have. -----------

Nagano, M. 2003. Determinants of CorporateCapital Structure in East Asia: Are ThereDifferences From The IndustrializedCountries?. Working Paper WIF-04-002Waseda University Institute of Finance.

Nurrohim, H. 2008 Pengaruh Profitabilitas,Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikandan Struktur Aktiva Terhadap StrukturModal Pada Perusahaan Manufaktur diIndonesia. Sinergi 10(1): 11-18.

Ooi, J. 1999. The Determinants of CapitalStructure: Evidence on UK PropertyCompanies. Journal of Property Invest-ment dan Finance 17(5): 464-480.

Ozkan, A. 2001. Determinants of CapitalStructure dan Adjustment to Long RunTarget: Evidence from UK CompanyPanel Data. Journal of Business Financedan Accounting 28(1)dan(2).

Rajan, R.G. dan L. Zingales. 1995. What DoWe Know about Capital Structure?Some Evidence from International Data.The Journal of Finance 50(5): 1421-1460.

Reinhard, L. dan S. Li. 2010. “A Note onCapital Structure Target Adjustment-Indonesian Evidence,”. InternationalJournal of Managerial Finance 6(3): 245-259.

Robichek, A. dan S. C. Myers. 1966. Problemsin the Theory of Optimal CapitalStructure. The Journal of Financial danQuantitative Analysis 1(2): 1-35.

Santi, F. 2003. Determinants of IndonesianFirms’ Capital Structure: Panel DataAnalyses. Jurnal Ekonomi dan BisnisIndonesia 18(3): 243-260.

Page 45: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

324 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 305 – 324

Serrasqueiro, Z. M. S. dan M. C. R. Rogão.2009. Capital Structure of ListedPortuguese Companies Determinants ofDebt Adjustment. Review of Accountingdan Finance 8(1): 54-75.

Taggart, R. A. 1977. A Model of CorporateFinancing Decisions. The Journal ofFinance 32: 1467-1484.

Titman, S. dan R. Wessels. 1988. The Deter-minants of Capital Structure Choice. TheJournal of Finance 43(1): 1-19.

Tong, G. dan C. J. Green. 2005. PeckingOrder or Trade-Off Hypothesis? Evi-dence on The Capital Structure ofChinese Companies. Applied Economics37(19).

Utami, S. R. 2012. Determinants of CapitalStructure of Firms in the ManufacturingSector of Firms in Indonesia. Disser-tation. Maastricht School of Mana-gement, Netherldans.

Wardhana, L. I. 2011. Kepemilikan Insti-tusional dan Mekanisme PengendalianKonflik Keagenan. Tesis. Program PascaSarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.

Widjaja, N. D. 2013. Determinan StrukturModal pada Perusahaan Manufaktur diIndonesia. Tesis. Program Pasca SarjanaFakultas Universitas Atma Jaya.

Page 46: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

346

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAPKINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARI’AH DI INDONESIA

Santi Dwie [email protected]

Hadi ParamuHari Sukarno

Universitas Jember

ABSTRACT

The purpose of this study is to test the impact of intellectual capital on corporate financial performance, the impactof intellectual capital a year before on company’s future financial performance on Indonesian islamic banking forthe period 2009-2013. The selection of Islamic banking because of progression of sharia principles-based bank inIndonesia is now the middle of rapid progress. Islamic banking in Indonesia requires the right strategy incommunicating Islamic banking products and services to the community. The methods used in this research isexplanatory research. Variables used in the study consisted of the dependent variable and independent variable.The dependent variable in this study is financial performance as measured by Return on Assets (ROA), operationalcosts against operating income (BOPO), and Financing to Deposit Ratio (FDR). Independent variables from thisresearch is the intellectual capital that is measured by the Value Added method with Intellectual Capital (VAICTM).The sample was selected using a purposive sampling method and sample as many as 18 members of syari’ah bank.Research data processed with descriptive analysis and analysis of two way ANOVA using SPSS. The results ofthis research indicate that intellectual capital affect the financial performance of the company, intellectual capitalin the previous period to the next period of financial performance.

Key words : intellectual capital, VAICtm, financial performance, islamic banking

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuanganperusahaan dan pengaruh modal intelektual periode sebelumnya terhadap kinerja keuangan periodeberikutnya pada perbankan syari’ah di Indonesia periode 2009-2013. Pemilihan perbankan syari’ahdikarenakan perkembangan bank berbasis prinsip syari’ah di Indonesia kini tengah mengalamikemajuan yang pesat. Perbankan syari’ah di Indonesia memerlukan strategi yang tepat dalammengkomunikasikan produk dan layanan perbankan syari’ah ke masyarakat. Metode yang digunakandalam penelitian adalah explanatory research. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri darivariabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerjakeuangan yang diukur dengan Return on Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap PendapatanOperasional (BOPO), dan Financing to Deposit Ratio (FDR). Variabel independen dari penelitian iniadalah modal intelektual yang dikur dengan meggunakan metode Value Added Intellectual Capital(VAICTM). Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh anggotasampel sebanyak 18 bank syari’ah. Data penelitian diolah dengan analisis deskriptif dan analisis twoway ANOVA dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intellectual capitalberpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dan intellectual capital pada periode sebelumnyaberpengaruh terhadap kinerja keuangan periode berikutnya.

Kata kunci : intellectual capital, vaictm, kinerja keuangan, perbankan syari’ah

Page 47: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 347

PENDAHULUANPerbankan syari’ah semakin mendapat

perhatian setelah beberapa krisis ekonomiyang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2009yang pengaruhnya hampir merata dirasakanoleh negara-negara dunia. Bank-bank kon-vensional mengalami pengaruh negatif yanglebih besar dibandingkan sektor perbankansyari’ah akibat daripada krisis ekonomiglobal. Hal ini disebabkan karena prinsipbagi hasil yang ditetapkan bank syari’ahmembuat investasi yang dilakukan olehbank syari’ah kurang beresiko dibandingkandengan bank konvensional.

Pertumbuhan bank syari’ah Indonesiahingga tahun 2013 (Statistik PerbankanSyari’ah, 2013) terdapat 34 bank yang me-laksanakan kegiatan usaha berdasarkanprinsip syari’ah, terdiri dari 11 Bank UmumSyari’ah (BUS), dan 22 Unit Usaha Syari’ah(UUS). Peningkatan jaringan kantor banksyari’ah setiap tahunnya telah mendorongmeningkatnya volume usaha bank syari’ahyang tercermin dalam peningkatan aset,Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan.

Komposisi aset, dana pihak ketiga danpembiayaan mengalami pertumbuhan daritahun ke tahun. Perkembangan yang dialamiperbankan syari’ah di Indonesia bukan ber-arti kendala yang dihadapi serta peng-hambat perkembangan tersebut sudah tidakada. Terdapat beberapa kendala di perban-kan syari’ah yang menghambat perkemba-ngan bisnis syari’ah sampai saat ini, antaralain: (1) Tingkat pemahaman masyarakatterkait produk bank syari’ah, (2) Sumberdaya manusia (SDM) perbankan syari’ahyang kurang kompeten dan kurang pro-fesional dalam bidang perbankan syari’ah,(3) Rendahnya pengetahuan dan kesalahpahaman masyarakat mengenai perbankansyari’ah.

Persaingan yang ketat antar bank syari-ah maupun dengan bank konvensional,membuat bank syari’ah dituntut untukmeningkatkan strategi yang tepat dalammengkomunikasikan produk dan layananperbankan syari’ah. Manajemen bank syari’-ah perlu menggerakkan seluruh sumber

daya yang ada untuk meningkatkan pangsapasar dan kinerjanya agar dapat bersaingdengan bank konvensional yang ada diIndonesia. Pengembangan perbankan syari’-ah ini harus didukung oleh penerapansistem manajemen yang berdasarkan padapengetahuan dalam sistem operasionalnya.

Yusuf dan Sawitri (2009) menyatakanbahwa perusahaan-perusahaan akan meng-ubah bisnis yang berdasarkan labor basedbusiness (tenaga kerja) ke arah knowledgebased business (bisnis berdasarkan penge-tahuan) dalam rangka bertahan dalam per-saingan bisnis, dengan karakteristik utama-nya adalah ilmu pengetahuan, sehinggakemakmuran suatu perusahaan akan ber-gantung pada suatu penciptaan transfor-masi dan kapitalisasi dari pengetahuan itusendiri. Penggunaan ilmu pengetahuan danteknologi akan membuat perusahaan meng-gunakan sumber daya lainnya secara efisiendan ekonomis sehingga dapat memberikankeunggulan bersaing. Salah satu pendekatanyang digunakan dalam penilaian danpengukuran knowledge asset tersebut adalahIntellectual capital.

Pengungkapan informasi mengenaiIntellectual Capital (IC) pada annual reportmerupakan salah satu pengungkapan yangbersifat sukareka. Fungsi intellectual Capitalsebagai salah satu alat untuk menentukannilai perusahaan menarik perhatian aka-demisi maupun praktisi (Ulum, 2008). Be-berapa penelitian yang meneliti intellectualcapital diantaranya Chen et al. (2005), Tan etal. (2007), Imaningati (2007), Ulum (2007,2008), Harianto dan Syafrudin (2013),Baroroh (2013), Kuryanto, Syafruddin (2008),Nurdiyanto (2014), dan Rehman et al. (2011).

Penelitian ini menggunakan sektorperbankan syari’ah karena memiliki tingkatpengaruh intellectual capital (IC) yang tinggi.Firer dan William (2003) menyatakan indus-tri perbankan adalah salah satu sektor yangpaling intensif IC-nya dan dari aspek intelek-tual secara keseluruhan karyawan di sektorperbankan lebih homogen dibandingkandengan sektor ekonomi lainnya. Pemilihanperbankan syari’ah juga dikarenakan per-

Page 48: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

348 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

kembangan bank berbasis prinsip syari’ah diIndonesia kini tengah mengalami kemajuanyang pesat. Perbankan syari’ah di Indonesiamemerlukan strategi yang tepat dalammengkomunikasikan produk dan layananperbankan syari’ah ke masyarakat.

Rumusan masalah dari penelitian iniadalah (1) Apakah terdapat perbedaan ki-nerja keuangan perbankan syari’ah ber-dasarkan pengaruh intellectual capital, (2)Apakah terdapat perbedaan kinerja keua-ngan periode berikutnya berdasarkan pe-ngaruh intellectual capital periode sebelum-nya?, (3) Apakah terdapat perbedaan pe-ngaruh intellectual capital terhadap kinerjakeuangan Bank Umum Syari’ah (BUS) danUnit Usaha Syari’ah (UUS).

Berdasarkan rumusan masalah tersebutpenelitian ini bertujuan untuk menganalisis:(1) Perbedaan kinerja keuangan perbankansyari’ah berdasarkan pengaruh intellectualcapital, (2) Perbedaan kinerja keuangan per-bankan syari’ah periode berikutnya ber-dasarkan pengaruh intellectual capital periodesebelumnya, (3) Perbedaan pengaruh intellec-tual capital terhadap kinerja keuangan BankUmum Syari’ah (BUS) dan Unit UsahaSyari’ah (UUS).

TINJAUAN TEORETISResource Based Theory

Teori berbasis sumber daya (RBT) merupakan pengembangan atas teori Ricardo’sEconomic Rent, dan structure-performance-conduct Porter (Barney and Clark, 2007).Teori ini muncul karena adanya pertanyaanmengenai mengapa sebuah perusahaan da-pat mengungguli perusahaan lain dan mem-punyai kinerja superior yang berkelanjutan.Kumpulan sumber daya yang unik yangdimiliki dan dikendalikan perusahaan me-mungkinkan perusahaan untuk mencapaidan mempertahankan kinerja superior yangberkelanjutan. Sumber daya unik yangdimaksudkan dalam RBT adalah sumberdaya yang bernilai (valuable), langka (rare),tidak dapat ditiru (inimitable), dan tidaktergantikan (non-subtitutable). Jenis sumberdaya ini dapat mengantarkan perusahaan

pada pencapaian keunggulan kompetitif(Widyaningdyah dan Aryani, 2013). RBTsangat tepat untuk menjelaskan penelitiantentang intellectual capital, terutama dalamkonteks hubungan antara kinerja intellectualcapital dan kinerja perusahaan.

Stakeholders TheoryTeori ini menyatakan bahwa organisasi

akan memilih secara sukarela mengungkap-kan informasi tentang kinerja lingkungan,sosial dan intelektual mereka, melebihi dandi atas permintaan wajibnya, untuk me-menuhi ekspektasi yang diakui oleh stake-holder. Teori stakeholder lebih memper-timbangkan posisi para stakeholder yangdianggap powerfull. Kelompok stakeholder iniyang menjadi pertimbangan utama bagiperusahaan dalam mengungkapkan atautidak mengungkapkan suatu informasi da-lam laporan keuangan. Kelompok stakeholdertersebut meliputi pemegang saham, karya-wan, pelanggan, pemasok, kreditor, peme-rintah, dan masyarakat. Tujuan dari teoristakeholder antara lain adalah untuk me-nolong manajer dalam meningkatkan nilaiperusahaan dari perusahaan dan memini-malkan kerugian-kerugian bagi stakeholder.

Teori stakeholder dapat digunakan se-bagai basis utama untuk menjelaskanhubungan intellectual capital dengan kinerjaperusahaan. Teori stakeholder menyatakanvalue added adalah ukuran yang lebih akuratyang diciptakan oleh stakeholders. Value addedyang dianggap memiliki akurasi lebih tinggidihubungkan dengan return yang dianggapsebagai ukuran bagi shareholder, sehinggadengan demikian keduanya (value added danreturn) dapat menjelaskan kekuatan teoristakeholder dalam kaitannya dengan peng-ukuran kinerja organisasi (Ulum 2007). Valueadded dalam hal ini diukur dengan melihatvalue added intellectual coefficient (VAIC™).

Intellectual Capital (IC)Intellectual capital merupakan salah satu

aset strategik yang penting dalam penge-tahuan berbasis ekonomi (Rehman et al.,2011). Secara umum, elemen-elemen dalam

Page 49: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 349

modal intelektual dibedakan dalam tigakategori, yaitu pengetahuan yang berhubu-ngan dengan karyawan (human capital),pengetahuan yang berhubungan denganpelanggan (customer capital atau relationalcapital), dan pengetahuan yang berhubunganhanya dengan perusahaan (structural atauorganizational capital). Ketiga kategori ter-sebut membentuk Intellectual Capital (Boe-kestein, 2006).

Human Capital yang tinggi akan dapatmendorong peningkatan kinerja keuangan.Human capital merupakan kombinasi daripengetahuan, ketrampilan, inovasi dan ke-mampuan seseorang untuk menjalankantugasnya sehingga dapat menciptakan suatunilai. Structural capital merupakan kemam-puan organisasi meliputi infrastruktur,sistem informasi, rutinitas, prosedur, strategimanajemen dan budaya organisasi yangmendukung usaha karyawan untuk meng-hasilkan kinerja yang optimal. Suatu organi-sasi yang memiliki prosedur yang baik makaakan mencapai kinerja secara optimal.termasuk dalam hal ini adalah database,organisational charts, process manuals, stra-tegies, routines dan segala hal yang membuatnilai perusahaan lebih besar daripada nilaimaterialnya. Customer Capital adalah penge-tahuan yang melekat dalam marketingchannels dan customer relationship dimanasuatu organisasi mengembangkannya me-lalui jalannya bisnis (Boekestein, 2006).

Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)Value added intellectual coefficient

(VAIC™) yang dikembangkan oleh Pulic(2004) merupakan instrumen dalam meng-ukur intellectual capital perusahaan. Metodeini menyajikan informasi tentang valuecreation efficiency dari aset berwujud (tangibleasset) dan aset tidak berwujud (intangibleassets) yang dimiliki perusahaan. Model inidimulai dengan kemampuan perusahaanuntuk menciptakan value added (VA).VAICTM merupakan metode untuk meng-ukur kinerja intellectual capital perusahaan.Pendekatan ini relatif mudah dan me-mungkinkan untuk dilakukan karena meng-

gunakan akun-akun dalam laporan keua-ngan perusahaan.

Value added adalah indikator palingobjektif untuk menilai keberhasilan bisnisdan menunjukkan kemampuan perusahaandalam penciptaan nilai (value creation). VAdipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capi-tal (HC) yang biasa disebut VAHU, me-nunjukkan angka kontribusi karyawan ter-hadap peningkatan nilai tambah perusahaandan Structural Capital (SC) yang biasa disebutSTVA. Hubungan lainnya dari VA adalahcapital employed (CE), yang dalam hal inidilabeli dengan VACA. VACA adalah indi-kator untuk VA yang diciptakan oleh satuunit dari physical capital. VAICTM adalahpenjumlahan Capital Employed Efficiencydengan Intelectual Capital Efficiency yangterdiri dari Human Capital Efficiency danStructural Capital Efficiency. VAICTM merupa-kan total efisiensi atau intellectual abilityperusahaan. Indikator VAICTM yang tinggimerefleksikan kemampuan perusahaan un-tuk mengelola potensi modal intelektualyang dimilikinya dalam rangka mendatang-kan nilai tambah (Santoso, 2012)

Keunggulan dari VAIC™ adalah datayang dibutuhkan relatif mudah diperolehdari berbagai sumber dan jenis perusahaan.Data yang dibutuhkan untuk menghitungberbagai rasio tersebut adalah angka-angkakeuangan yang standar yang umumnyatersedia dari laporan keuangan perusahaan(Wijayanti, 2010).

Pengembangan HipotesisPerbedaan Kinerja Keuangan BerdasarkanPengaruh Intellectual Capital.

Resource based teory menyatakan bahwasebuah perusahaan dianggap sebagai kum-pulan dari asset berwujud dan tak berwujud(Ulum, 2008). Teori ini menganjurkan bahwakinerja dari sebuah perusahaan sebaiknyadidefinisikan sebagai fungsi penggunaanyang efektif dan efisien dari aset berwujudmaupun tak berwujud yang dimiliki olehperusahaan. Hal ini sejalan dengan teoriStakeholder yang menyatakan bahwa ValueAdded merupakan sebuah ukuran yang lebih

Page 50: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

350 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

akurat dalam mengukur kinerja sebuahperusahaan dibandingkan dengan labaakuntansi yang hanya merupakan ukuranreturn bagi pemegang saham.

Kinerja keuangan perusahaan merupa-kan suatu gambaran secara utuh ataskeuangan perusahaan selama kurun waktutertentu. Kinerja keuangan merupakangambaran atas kondisi keuangan sebuahperusahaan (Sawir, 2005). Jika intellectualcapital merupakan sumberdaya yang terukuruntuk peningkatan keunggulan bersaing,maka intellectual capital akan memberikankontribusi terhadap kinerja keuangan per-usahaan (Chen et al., 2005). Intellectual capitaldiyakini dapat berperan penting dalampeningkatan nilai perusahaan maupunkinerja keuangan. Firer dan Williams (2003),Chen et al. (2005) dan Tan et al. (2007) telahmembuktikan bahwa intellectual capital mem-punyai pengaruh positif terhadap kinerjakeuangan perusahaan. Perusahaan yangmampu mengelola sumberdaya intelektual-nya diyakini mampu menciptakan valueadded serta mampu menciptakan keung-gulan bersaing dengan melakukan inovasi,penelitian dan pengembangan yang akanbermuara terhadap peningkatan kinerjakeuangan perusahaan. Hal tersebut senadadengan konsep RBT, sedangkan dari sudutpandang teori stakeholder, para manajerkorporasi akan berusaha memperoleh valueaddedyang selanjutnya akan didistribusikankembali kepada seluruh stakeholder. Parastakeholders yaitu manajemen, shareholders,karyawan, customer, kreditor, investor,pemerintah dan masyarakat selaku pihakyang mempengaruhi dan dipengaruhi olehperusahaan akan melakukan evaluasi danmonitoring atas penggunaan sumberdayaatau asset fisik dan intellectual capital yangada dibawah control perusahaan (FirerdanWilliams, 2003). Hal ini berarti sejalandengan teori stakeholder.

Intellectual capital diyakini dapat ber-peran penting dalam peningkatan nilaiperusahaan maupun kinerja keuangan. Firerdan Williams (2003), Chen et al. (2005), danTan et al, (2007), telah membuktikan bahwa

intellectual capital mempunyai pengaruhpositif terhadap kinerja keuangan perusaha-an. Intellectual capital diuji terhadap kinerjakeuangan perusahaan pada tahun yangsama dengan menggunakan VAIC™ yangdiformulasikan oleh Pulic (2000) sebagaiukuran kemampuan intelektual perusahaan.H1 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan

perbankan syari’ah berdasarkan pe-ngaruh intellectual capital.

Perbedaan Kinerja Keuangan PeriodeBerikutnya Berdasarkan Pengaruh Intellec-tual Capital Periode Sebelumnya.

Keberhasilan perusahaan tidak hanyadilihat dari kinerja yang dapat diukur me-lalui rasio keuangan perusahaan pada saatini, namun sumber daya yang ada dalamperusahaan hendaknya dapat menghasilkankinerja keuangan yang terus meningkathingga tahun-tahun berikutnya, sehinggakelangsungan hidup perusahaan dapat ter-jamin. Kelangsungan hidup perusahaan dankinerja keuangan perusahaan bukan hanyadihasilkan oleh aktiva perusahaan yangbersifat nyata (tangible assets) tetapi hal yanglebih penting adalah adanya intangible assetsyang berupa sumber daya manusia (SDM)yang mengatur dan mendayagunakan aktivaperusahaan yang ada. Intellectual Capitaldapat digunakan untuk memperoleh keung-gulan kompetitif dan menjadi asset yangsangat penting bagi kemakmuran, per-tumbuhan dan perkembangan perusahaandi masa mendatang (Baroroh, 2013). Ke-pemilikan serta pemanfaatan sumberdayaintelektual memungkinkan perusahaan men-capai keunggulan bersaing dan nilai tambah.Investor akan memberikan penghargaanlebih kepada perusahaan yang mampu men-ciptakan nilai tambah secara berkesinambu-ngan, hal ini sejalan dengan teori stakeholder(Putra, 2012).

Intellectual capital tidak hanya berpe-ngaruh secara positif terhadap kinerjaperusahaan tahun berjalan, namun intellec-tual capital juga dapat digunakan untukmemprediksi kinerja keuangan tahun be-rikutnya (Ulum, 2007). Chen et al. (2005)

Page 51: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 351

mengambil sampel perusahaan publik diTaiwan membuktikan bahwa IC berpe-ngaruh secara positif terhadap nilai pasardan kinerja keuangan perusahaan. Chen et al.juga membuktikan bahwa IC dapat menjadisalah satu indikator untuk memprediksikinerja perusahaan di masa mendatang.

Bontis dan Fitz-enz (2002) dalam Ulumet al. (2008) juga menyatakan IC dapat me-rupakan indikator yang paling tepat untukmemprediksi kinerja keuangan perusahaandi masa mendatang. Jika perusahaan yangmemiliki IC lebih tinggi akan cenderungmemiliki kinerja masa datang yang lebihbaik, maka logikanya, intellectual capital jugaakan memiliki hubungan positif dengankinerja keuangan periode berikutnya (Tan etal., 2007).H2 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan

perbankan syari’ah periode berikutnyaberdasarkan pengaruh intellectual capitalperiode sebelumnya.

Perbedaan Pengaruh Intellectual CapitalTerhadap Kinerja Keuangan Pada Masing-masing Jenis Bank Syari’ah.

Bank Umum Syari’ah (BUS) adalah bankyang melaksanakan kegiatan usaha ber-dasarkan prinsip syari’ah, sedangkan UnitUsaha Syari’ah (UUS) adalah unit kerja dikantor pusat bank umum konvensional yangberfungsi sebagai kantor induk dari kantorcabang syari’ah atau unit syari’ah. Per-bedaan antara BUS dan UUS terletak padabentuk badan usaha, di mana BUS setingkatdengan bank umum konvensional, sedang-kan UUS berada di dalam badan usaha bankumum konvensional, tepatnya satu tingkatdibawah direksi bank umum konvensionalyang bersangkutan. Perbedaan badan usahaini membuat BUS dan UUS mempunyai we-wenang yang berbeda dalam penentuanarah kebijakan bank. Penentuan kebijakanpada BUS ditentukan sendiri oleh banksyari’ah yang bersangkutan, sedangkanpada UUS kebijakan ditentukan oleh bankkonvensional dimana UUS bernaung. Hal inikemudian dapat berdampak pada kinerjaBUS dan UUS.

Sadalia dan Irawati (2014) mengemuka-kan dalam penelitiannya bahwa pengaruhintellectual capital terhadap kinerja bank ber-beda untuk masing-masing struktur ke-pemilikan bank di Indonesia.H3 : Terdapat perbedaan pengaruh intellec-

tual capital terhadap kinerja keuanganBank Umum Syari’ah (BUS) dan UnitUsaha Syari’ah (UUS).

Rerangka Konseptual PenelitianResources Based Theory yang menyatakan

bahwa perbedaan sumber daya dan ke-mampuan perusahaan dengan perusahaanpesaing akan memberikan keunggulankompetitif. Keunggulan kompetitif yangdimiliki perusahaan tersebut akan me-ningkatkan kinerja perusahaan itu sendiri.Prasetya (2011) meneliti hubungan intellec-tual capital yang diproksikan dengan VAICTM

menyatakan bahwa intellectual capital me-miliki pengaruh positif terhadap kinerjabank syari’ah di Indonesia. Penelitian inijuga menyatakan bahwa intellectual capitaltahun lalu memiliki pengaruh positif ter-hadap kinerja bank syari’ah pada tahun-tahun berikutnya.

Perkembangan bank syari’ah yang se-makin pesat membuat persaingan semakinketat. Persaingan yang ketat antar bankumum syari’ah dan unit usaha syari’ah mau-pun dengan bank konvensional, membuatperbankan syari’ah dituntut untuk me-ningkatkan strategi yang tepat dalam meng-omunikasikan produk dan layanan perban-kan syari’ah ke masyarakat tanpa meng-hilangkan ciri khasnya. Manajemen banksyari’ah perlu menggerakkan seluruh sum-ber daya yang ada untuk meningkatkanpangsa pasar dan kinerjanya agar dapatbersaing dengan bank konvensional yangada di Indonesia. Pengembangan perbankansyari- ah ini harus didukung oleh penerapansistem manajemen yang berdasarkan padapengetahuan dalam sistem operasionalnya.Penggunaan ilmu pengetahuan dan tekno-logi akan membuat perusahaan mengguna-kan sumber daya lainnya secara efisien danekonomis sehingga dapat memberikan ke-

Page 52: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

352 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

unggulan bersaing. Intellectual capital yangmeliputi sumberdaya dan kemampuan per-usahaan yang berharga, sulit untuk ditirudan bersifat tak tergantikan dapat meng-hasilkan keunggulan kompetitif dan kinerjayang lebih baik. Pengelolaan intellectual capi-tal akan memberikan keunggulan kompetitifbaik bagi bank umum syari’ah maupun unitusaha syari’ah yang akan berdampak padakinerja keuangan yang lebih baik.

Rerangka konseptual yang diajukanadalah untuk menggambarkan hubungandari variabel independen dan variabel

dependen yaitu untuk melihat pengaruhintellectual capital terhadap kinerja keuanganperbankan syari’ah di Indonesia. Variabelindependen dalam penelitian ini adalahintellectual capital yang menggunakan me-tode VAIC sebagai alat ukurnya, sedangkanvariabel dependen dalam penelitian iniadalah kinerja perbankan syari’ah denganmenggunakan proksi Return on Asset (ROA),Beban Operasional terhadap Pendapatanoperasional (BOPO) dan Financing to DepositRatio (FDR).

Gambar 1Rerangka Konseptual Penelitian

METODE PENELITIANJenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam pe-nelitian adalah explanatory research yaitu pe-nelitian yang menjelaskan hubungan antaravariabel-variabel melalui pengujian hipo-tesis.

Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data yang digunakan

pada penelitian ini yaitu metode dokumen-tasi. Metode dokumentasi dilakukan dengancara mengumpulkan data-data keuanganyang berasal dari laporan tahunan ataulaporan keuangan yang telah diaudit dandipublikasikan yang sesuai dengan tujuanpenelitian.

Populasi PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah

seluruh Bank Umum Syari’ah dan UnitUsaha Syari’ah yang beroperasi di Indonesia

Teknik Pengambilan SampelTeknik pengambilan sampel dengan

metode purposive sampling, dengan kriteriayang digunakan sebagai berikut: (a) BUS danUUS yang diteliti tidak mengalami perubah-an bentuk badan usaha tahun 2009-2013, halini agar tidak ada perubahan konsistensisehingga variabel penelitian dalam laporankeuangan periode tersebut dapat diper-bandingkan; (b) BUS dan UUS yang memili-ki nilai modal intelektual positif. Secara logismodal intelektual perusahaan seharusnyabernilai positif sehingga perusahaan yang

Kinerja KeuanganIntellectual

Capital (VAICt)

IntellectualCapital

(VAICt-1)

Return on Asset (ROAt)

Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPOt)

Financing to Deposit Ratio (FDRt)

Bank Syari’ah1. Bank Umum Syari’ah (BUS).2. Unit Usaha Syari’ah (UUS).

Page 53: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 353

memiliki nilai modal intelektual negatifdikeluarkan dari sampel; (c) BUS dan UUSyang diteliti membukukan earning beforeinterest and tax (EBIT) positif tahun 2009–2013.

Definisi Operasional VariabelValue Added Intellectual Coefficient(VAICTM)

Value Added Intellectual Coefficient(VAICTM) merupakan instrument yang dapatdigunakan untuk mengukur kinerja intellec-tual capital perusahaan dengan data yangdiperoleh dari laporan keuangan (Ulum,2013). VAICTM diukur dengan menggunakanskala ordinal.

Return On Asset (ROA)Return on Asset merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan bank memperolehlaba atas pemanfaatan asset yang dimilikiIndikator ROA dapat merefleksikan ke-untungan bisnis dan efisiensi perusahaandalam pemanfaatan total aset serta me-rupakan proksi untuk pengukuran pro-fitabilitas (Chen et al., 2005). ROA diukurdengan menggunakan skala rasio.

Biaya Operasional pada PendapatanOperasional (BOPO)

Biaya Operasional pada PendapatanOperasional adalah rasio yang menunjuk-kan tingkat efisiensi dan kinerja operasionalbank. Rasio ini akan menggambarkan ting-kat kondisi efisiensi bank tersebut termasukjuga kemampuan dalam pengelolaannya.BOPO diukur dengan menggunakan skalarasio

Financing to Deposit Ratio (FDR)FDR adalah salah satu rasio digunakan

untuk mengukur tingkat likuiditas bank.Rasio ini menunjukkan dana yang di-kumpulkan dari pihak ketiga untuk kemudi-an disalurkan kembali kapada masyarakatdalam bentuk pembiayaan. Rasio ini me-nunjukkan tingkat likuiditas bank. FDRdiukur dengan menggunakan skala rasio

Metode Analisis DataAnalisis Two Way ANOVA

Untuk menjawab tujuan penelitiandigunakan uji Two Way ANOVA. Uji inidilakukan jika data penelitian telah me-menuhi asumsi normalitas dan homogenitas.Cara menghitung masing-masing variabeldigunakan rumus sebagai berikut:Return on Asset =

Laba sebelum pajakTotal Asset (1)

Beban Operasional terhadap Pendapatanoperasional =

Total Beban OperasionalTotal Pendapatan operasional (2)

Financing to Deposit Ratio =Total Pembiayaan

Total Dana Pihak ketiga (3)

Formulasi perhitungan VAIC™ adalah se-bagai berikut:

VA = OUT – IN (4)Dimana:VA = Value AddedOUT = Penjualan dan pendapatan lainIN = Beban dan biaya kecuali bebanpersonalia

Menghitung Value Added Capital Employed(VACA).

VAVACA= (5)

CEDimana:VA = Value AddedCE = Dana yang tersedia (ekuitas dan

laba bersih)

Menghitung Value Added Human Capital(VAHU).

VAVAHU = (6)

HCDimana:VA = Value addedHC = Beban Personalia.

Page 54: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

354 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

Menghitung Structural Capital Value Added(STVA)

SCSTVA = (7)

VA

Menghitung Value Added Intellectual Coeffi-cient (VAICTM).VAICTM = VACA + VAHU + STVA (8)

Hasil perhitungan nilai VAICTM tersebutakan dikelompokkan kedalam beberapakategori guna keperluan analisis dengan two

way ANOVA. Kategori Nilai VAICTM pe-nelitian ini berdasarkan dari pengkategorianyang dilakukan oleh Kamath (2007)

Tabel 1Kategori VAIC

Nilai VAIC KategoriDiatas 5 Top Performers4,01 – 5,00 Good Performers2,50 – 4,00 Common PerformersDibawah 2,5 Bad PerformersSumber : Kamath (2007)

Tabel 2Distribusi Sampel

No Kriteria Yang Memenuhi Kriteria1 BUS dan UUS yang beroperasi pada tahun 2009-

201331

2 BUS dan UUS yang tidak mengalami perubahanbentuk badan usaha pada periode pengamatan2009-2013

28

3 BUS dan UUS yang memiliki nilai modalintelektual positif.

22

4 BUS dan UUS yang tidak mengalami laba negatifpada periode pengamatan.

18

5 Jumlah Sampel yang memenuhi kriteriakeseluruhan

18

6 Tahun Pengamatan 57 Jumlah anggota sampel penelitian 90

Sumber : Data diolah, 2015

Tabel 3Deskripsi Statistik (N=90)

Min(%)

Max(%) Mean

Std.Deviation

Return On Asset (ROA) 0,11 6,07 1,80 1,269Beban Operasional terhadap PendapatanOperasional (BOPO) 33,33 99,56 74,32 16,262

Financing to Deposit Ratio (FDR) 77,89 127,62 104,47 15,318VAICTM 1,38 13,46 4,97 2,620Sumber : Data diolah, 2015

ANALISIS DAN PEMBAHASANPemilihan Sampel

Proses penyeleksian sampel yang di-gunakan dalam penelitian ini menggunakanpurposive sampling. Obyek penelitian ini

adalah bank umum syari’ah dan unit usahasyari’ah di Indonesia pada tahun 2009sampai dengan tahun 2013. Total anggotapopulasi bank umum syari’ah dan unit

Page 55: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 355

usaha syari’ah yang ada di Bank Indonesiasebanyak 31 bank. Dari 31 bank diambil 18bank syari’ah yang memenuhi kriteriapenelitian.

Desktiptif StatistikDeskripsi umum keseluruhan diketahui

bahwa nilai rata-rata untuk ROA adalah1,80% dengan nilai standar deviasi sebesar1,269. Nilai standar deviasi menunjukkannilai yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya.Jika nilai standar deviasi semakin kecil makasemakin kecil penyimpangan data dari rata-rata hitungnya, sehingga dikatakan datamemiliki variabilitas rendah. Nilai ROAterendah 0,11% dimiliki oleh UUS BPD Jatimdan nilai tertinggi 6,07% dimiliki oleh UUSBPD NTB.

Nilai rata-rata untuk BOPO adalah74,32% dengan nilai standar deviasi sebesar16,262. Nilai standar deviasi menunjukkannilai yang jauh lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Jika nilai standar deviasi semakinkecil maka semakin kecil penyimpangandata dari rata-rata hitungnya, sehinggadikatakan data BOPO memiliki variabilitasrendah. Nilai BOPO terendah 33,33% di-miliki oleh UUS BPD Kalbar dan nilaitertinggi 99,56% dimiliki oleh BRI Syari’ah.Nilai rata-rata untuk FDR adalah 104,47%dengan nilai standar deviasi sebesar 15,318.Nilai standar deviasi menunjukkan nilaiyang sangat kecil dibanding nilai rata-ratanya. Jika nilai standar deviasi semakinkecil maka semakin kecil penyimpangandata dari rata-rata hitungnya, sehinggadikatakan data FDR memiliki variabilitasrendah. Nilai FDR terendah 77,89% dimilikioleh BCA Syari’ah dan nilai tertinggi127,62% dimiliki oleh UUS BPD Jatim.

Nilai rata-rata untuk VAIC adalah 4,97%dengan nilai standar deviasi sebesar 2,620.Nilai standar deviasi menunjukkan nilaiyang lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Jikanilai standar deviasi semakin kecil makasemakin kecil penyimpangan data dari rata-rata hitungnya, sehingga dikatakan datamemiliki variabilitas rendah. Nilai VAICterendah 1,38% dimiliki oleh bank Syari’ah

Bukopin dan nilai tertinggi 13,46% dimilikioleh UUS bank Permata.

Uji Normalitas Hipotesis PertamaHasil pengujian normalitas pada Tabel 4

menunjukkan nilai probabilitas (signifikan-si) dari masing-masing variable ROA, BOPOdan FDR sebesar 0,373; 0,440; 0,218 lebihbesar dari α (0,01). Jika nilai probabilitas > α(0,01), maka dapat disimpulkan bahwa databerdistribusi normal. Dengan demikianasumsi ANOVA telah terpenuhi.

Tabel 4Hasil One-Sampel Kormogorov-Smirnov

Test

ROA BOPO FDRKolmogorov-Smirnov Z

0,914 0,867 1,052

Asymp. Sig. (2-tailed)

0,373 0,440 0,218

Sumber : Data diolah,2015

Uji Homogenitas Hipotesis PertamaHasil uji homogenitas ditunjukkan pada

Tabel 5. Hasil uji homogenitas menunjukkanNilai signifikasi masing-masing variabelsebesar 0,039; 0,042; dan 0,070 lebih besardari α (0,01). Jika nilai signifikasi > α (0,01),maka tidak terdapat perbedaan varian antarkategori di dalam variabel. Dengan demikianasumsi telah terpenuhi untuk melanjutkananalisis ANOVA.

Tabel 5Ringkasan Uji Levene Test

Variabel df1 df2 Sig.ROAFDR

BOPO

191919

707070

0,0390,0420,070

Sumber : Data diolah, 2015

Pengujian Hipotesis PertamaUji ini dilakukan untuk mengetahui

perbedaan kinerja keuangan Return on Asset(ROA), Beban Operasional terhadap Pen-dapatan Operasional (BOPO) dan Financingto Deposit Ratio (FDR) berdasarkan pengaruh

Page 56: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

356 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

intellectual capital periode 2009–2013.

Tabel 6Pengkategorian VAIC

Tahun VAIC TotalTop Good Common Bad2009 7 5 2 4 182010 6 5 4 3 182011 8 3 4 3 182012 10 3 3 2 182013 8 4 3 3 18

Sumber : Data diolah,2015

Tabel 7 diatas menunjukkan klasifikasikategori nilai VAIC yang akan digunakanuntuk uji two way ANOVA. Nilai Ftabel padabaris VAICTM pada Tabel 7 dengan numeratorsebesar 3 dan denominator sebesar 70 pada = 1% adalah sebesar 4,07, nilai Fhitung sebesar5,288 lebih besar dari nilai Ftabel dan nilai sig.sebesar 0,002 lebih kecil dari =1% me-nunjukkan terdapat pengaruh intellectualcapital yang menyebabkan perbedaan kinerjaROA.

Tabel 7Hasil Uji Anova untuk Variabel ROA

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-rata Fhitung Ftabel Sig.VAICTM 23,404 3 7,801 5,288 4,07 0,002Error 103,273 70 1,475

Sumber : Data diolah, 2015

Tabel 8Hasil Uji Anova untuk Variabel BOPO

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-rata Fhitung Ftabel Sig.VAICTM 9432,481 3 3144,160 18,491 4,07 0,000Galat 11902,428 70 170,035Sumber : Data diolah,2015

Tabel 9Hasil Uji Anova untuk Variabel FDR

Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-rata Fhitung Ftabel Sig.VAICTM 8984,999 3 2995,000 22,454 4,07 0,000Error 9336,869 70 133,384Sumber : Data diolah, 2015

Nilai Ftabel pada baris VAICTM pada Tabel8 dengan numerator sebesar 3 dan denomi-nator sebesar 70 pada = 1% adalah sebesar4,07, nilai Fhitung sebesar 18,491 lebih besardari nilai Ftabel dan nilai sig. sebesar 0,000lebih kecil dari =1% menunjukkan ter-dapat pengaruh intellectual capital yangmenyebabkan perbedaan kinerja BOPO.

Nilai Ftabel pada baris VAICTM pada Tabel9 dengan numerator sebesar 3 dan denomi-nator sebesar 70 pada = 1% adalah sebesar4,07, nilai Fhitung sebesar 22,454 lebih besardari nilai Ftabel dan nilai sig. sebesar 0,000

lebih kecil dari = 1% menunjukkan ter-dapat pengaruh intellectual capital yangmenyebabkan perbedaan kinerja FDR.

Uji Normalitas Hipotesis KeduaHasil uji normalitas ditunjukkan pada

Tabel 10. Hasil pengujian normalitas me-nunjukkan nilai probabilitas (signifikansi)dari masing-masing variable ROA, BOPOdan FDR sebesar 0,448; 0,373; 0154 lebihbesar dari α (0,01). Jika nilai probabilitas > α(0,01), maka dapat disimpulkan bahwa databerdistribusi normal. Dengan demikian

Page 57: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 357

asumsi ANOVA telah terpenuhi.

Uji Homogenitas Hipotesis KeduaHasil uji homogenitas pada Tabel 11.

Menunjukkan nilai signifikasi masing-masing variabel sebesar 0,049; 0,078; dan0,062 lebih besar dari α (0,01). Jika nilaisignifikasi >α (0,01) menunjukkan tidakterdapat perbedaan varian antar kategori didalam variabel. Dengan demikian asumsitelah terpenuhi untuk melanjutkan analisis.

Tabel 10Hasil One-Sampel Kormogorov-Smirnov

Test

ROAt BOPOt FDRtKolmogorov-Smirnov Z

0,835 0,914 1,133

Asymp. Sig. (2-tailed)

0,488 0,373 0,154

Sumber : Data diolah, 2015

Tabel 11Ringkasan Uji Levene Test

Variabel df1 df2 Sig.ROA

BOPOFDR

151515

565656

0,0490,0780,062

Sumber Data diolah

Pengujian Hipotesis KeduaUji ini dilakukan untuk mengetahui

perbedaan kinerja keuangan Return on Asset(ROA), Beban Operasional terhadap Pen-dapatan Operasional (BOPO) dan Financingto Deposit Ratio (FDR) periode berikutnyaberdasarkan pengaruh intellectual capitalperiode sebelumnya.

Intellectual Capital diuji terhadap kinerjakeuangan perusahaan dengan selisih satutahun.

Tabel 12Hasil Uji Anova untuk Variabel ROA periode berikutnya

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-rata Fhitung Ftabel Sig.VAIC(t-1) 11,498 3 3,833 2,694 1,60 0,055Error 79,679 56 1,423Sumber : Data Diolah, 2015

Tabel 13Hasil Uji Anova untuk Variabel BOPO periode berikutnya

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-rata Fhitung Ftabel Sig.VAIC(t-1) 4667,650 3 1555,883 8,028 4,15 0,000Error 10852,951 56 193,803Sumber : Data Diolah, 2015

Tabel 14Hasil Uji Anova untuk Variabel FDR Periode Berikutnya

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Rata-rata Fhitung Ftabel Sig.VAICTM 7329,170 3 2443,057 21,670 4,15 0,000Error 6313,448 56 112,740Sumber : Data Diolah, 2015

Nilai Ftabel pada baris VAIC(t-1) padaTabel 12 dengan numerator sebesar 3 dandenominator sebesar 56 pada = 10% adalah

sebesar 1,60. Nilai Fhitung sebesar 2,694 lebihbesar dari nilai Ftabel dan nilai sig. sebesar0,055 lebih kecil dari = 10%. Hal ini

Page 58: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

358 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

berarti terdapat pengaruh intellectual capitalyang menyebabkan perbedaan kinerja FDRpada periode berikutnya.

Nilai Ftabel pada baris VAIC(t-1) padaTabel 13 dengan numerator sebesar 3 dandenominator sebesar 56 pada = 1% adalahsebesar 4,15. Nilai Fhitung sebesar 8,028 lebihbesar dari nilai Ftabel dan nilai sig. sebesar0,000 lebih kecil dari = 1%. Hal ini berartiterdapat pengaruh intellectual capital yangmenyebabkan perbedaan kinerja BOPOpada periode berikutnya.

Nilai Ftabel pada baris VAIC(t-1) padaTabel 14 dengan numerator sebesar 3 dandenominator sebesar 56 pada = 1% adalahsebesar 4,15. Nilai Fhitung sebesar 21,670

lebih besar dari nilai Ftabel dan nilai sig.sebesar 0,000 lebih kecil dari = 1%.

Hal ini berarti terdapat pengaruhintellectual capital yang menyebabkan per-bedaan kinerja FDR pada periode berikut-nya.

Pengujian Hipotesis 3Uji ini dilakukan untuk mengetahui

perbedaan kinerja keuangan Return OnAsset (ROA), Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO) danFinancing to Deposit Ratio (FDR) periode2009–2013 pada masing-masing BUS danUUS. Berdasarkan pengaruh VAICTM.

Tabel 15Hasil Uji Anova untuk Variabel ROA BUS dan UUS

SumberJumlahKuadrat df

KuadratRata-rata Fhitung Ftabel

VAICTM * BANK 3,362 3 1,121 0,793 4,03Error 115,946 82 1,414Sumber : Data Diolah, 2015

Tabel 16Hasil Uji Anova untuk Variabel BOPO BUS dan UUS

SumberJumlahKuadrat df

KuadratRata-rata Fhitung Ftabel

VAICTM * BANK 72,255 3 1,121 0,162 4,03Error 12195,867 82 1,414Sumber : Data Diolah, 2015

Tabel 17Hasil Uji Anova untuk Variabel FDR BUS dan UUS

Sumber JumlahKuadrat

df KuadratRata-rata

Fhitung Ftabel

VAICTM * BANK 14,866 3 4,955 0,038 4,03Error 10806,463 82 131,786Sumber : Data Diolah, 2015

Nilai Ftabel pada baris VAICTM*BANKpada tabel 18 dengan numerator sebesar 3 dandenominator sebesar 82 pada = 1% adalahsebesar 4,03 dengan nilai Fhitung sebesar 0,793,dimana nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel.

nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel, maka H0

diterima. Hal ini berarti secara statistikmenerima Ho yang menyatakan tidakterdapat perbedaan pengaruh VAICTM ter-hadap kinerja ROA pada BUS maupun UUS.

Page 59: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 359

Nilai Ftabel pada baris VAICTM*BANKpada tabel 16 dengan numerator sebesar 3 dandenominator sebesar 82 pada = 1% adalahsebesar 4,03 dengan nilai Fhitung sebesar 0,162lebih kecil dari nilai Ftabel, maka H0 diterima.Hal ini berarti secara statistik menerimahipotesis nol yang menyatakan tidak ter-dapat perbedaan pengaruh VAICTM ter-hadap kinerja BOPO BUS maupun UUS.

Nilai Ftabel pada baris VAICTM*BANKpada tabel 17 dengan numerator sebesar 3 dandenominator sebesar 82 pada = 1% adalahsebesar 4,03 nilai Fhitung sebesar 0,038 lebihkecil dari nilai Ftabel sebesar 4,03 maka H0

diterima. Hal ini berarti secara statistikmenerima hipotesis nol yang menyatakantidak terdapat perbedaan pengaruh VAICTM

terhadap kinerja FDR pada BUS maupunUUS.

PembahasanPerbedaan Kinerja Keuangan BerdasarkanPengaruh VAICTM

Penelitian ini menganalisis perbedaankinerja keuangan perbankan syari’ah ber-dasarkan pengaruh VAICTM serta meng-analisis perbedaan kinerja keuangan per-usahaan periode berikutnya berdasarkanpengaruh IC periode sebelumnya, dalam halini IC digunakan sebagai alat untuk mem-prediksi kinerja keuangan perusahaan dimasa mendatang.

Perbedaan Kinerja Return On Asset (ROA)Berdasarkan Pengaruh VAICTM.

Terdapat dua hasil pengujian yangdilakukan terhadap kinerja ROA yaitu: (1)Pengujian ANOVA menunjukkan bahwaterdapat perbedaan kinerja ROA berdasar-kan nilai VAICTM pada tahun yang sama ataudapat dikatakan bahwa Nilai VAICTM yangberbeda menyebabkan perbedaan kinerjaROA. Artinya, jika kinerja intellectual capitalsemakin baik maka akan semakin baik pulakinerja ROA, (2) Terdapat perbedaaan padakinerja ROA yang disebabkan kinerja ICpada periode sebelumnya. Hal ini berartibank telah mampu mengelola IC yang di-milikinya dengan baik hingga berkontribusi

pada peningkatan kinerja ROA pada periodeberikutnya. Hasil penelitian ini sesuai de-ngan Resource based theory yang berpandang-an bahwa perusahaan akan mendapatkankinerja keuangan yang baik dengan caramemiliki, menguasai, dan memanfaatkansumber daya unik (aset berwujud dan tidakberwujud). Resource based theory menyatakanbahwa intellectual capital memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya unik yangmampu menciptakan keunggulan kompetitifperusahaan, sehingga dapat menciptakanvalue bagi perusahaan.

Intellectual Capital dalam penelitian initerbukti mempengaruhi kinerja ROA banksyari’ah, oleh karena itu manajemen per-bankan diharapkan agar terus meningkatkanpengelolaan IC. Semakin baik perusahaandalam mengelola IC tersebut, maka semakinbaik perusahaan dalam mengelola aset. Pe-ngelolaan aset yang baik dapat meningkat-kan laba atas sejumlah aset yang dimilikibank yang diukur dengan Return on Asset(ROA). Salah satu langkah untuk meningkat-kan pengelolaan IC yaitu dengan menambahdan mengembangkan kualitas human capitaldengan pelatihan dan pengembangan sum-ber daya manusia. Keberadaan human capitalsebagai salah satu komponen IC bagi banksyari’ah semakin dibutuhkan seiring dengansemakin bertambahnya aset bank, karenaseberapa banyak aset yang dikuasai olehbank syari’ah, jika tidak dikelola denganmanusia memiliki pengetahuan yang baikmaka tidak akan berpengaruh signifikanterhadap kinerja. Jika perusahaan berhasildalam mengelola pengetahuan karyawan-nya maka hal tersebut dapat meningkatkanhuman capital. Human capital ini harus di-dukung oleh structural capitals sepertidukungan teknologi sehingga dapat me-mudahkan kegiatan operasional perusahaandan akan meningkatkan kinerja keuanganbank pada masa kini maupun pada masayang akan datang (Ekwe, 2014).

Hasil penelitian ini juga memberikanbukti bahwa intellectual capital yang me-rupakan asset yang tidak berwujud yang

Page 60: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

360 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

dimiliki perusahaan dapat meningkatkanatau memperbaiki kinerja keuangan per-usahaan yang diukur menggunakan ROA.Hasil ini konsisten dengan penelitian yangdilakukan oleh Chen (2005), Ulum (2007 dan2008), Ekwe (2014), dan Pramudhita (2012).Hasil penelitian ini tidak mendukung hasilpenelitian Firrer dan Williams (2003), Kur-yanto dan Safruddin (2008), dan Nurdiyanto(2014) yang menyatakan bahwa intellectualcapital tidak berpengaruh terhadap kinerjaROA.

Perbedaan Kinerja Biaya Operasionalterhadap Pendapatan Operasional (BOPO)Berdasarkan Pengaruh VAICTM

Terdapat dua hasil pengujian yangdilakukan terhadap kinerja BOPO yaitu: (1)Terdapat perbedaan kinerja BOPO ber-dasarkan pengaruh IC pada tahun yangsama. Artinya pengelolaan atas intellectualcapital yang semakin baik maka akan me-nyebabkan perbedaan pada kinerja BOPO.Hal ini menjelaskan bahwa IC memainkanperan utama dalam efisiensi biaya, (2) Adaperbedaan kinerja BOPO periode berikutnyayang disebabkan pengaruh IC tahun lalu.Hal ini berarti informasi atas kinerja IC yangbaik pada periode sebelumnya mampumeningkatkan kinerja BOPO pada periodeberikutnya.

Perusahaan yang memiliki kemampuanintelektual yang lebih tinggi akan dapatmengelola biayanya dengan lebih efisien.BOPO merupakan rasio yang menunjukkanefisiensi kinerja operasional bank. Semakinkecil BOPO maka bank dinilai memilikiefisiensi kinerja operasional yang semakinbaik. Nilai rasio BOPO yang rendah berartibank dapat menutup biaya operasional de-ngan pendapatan operasionalnya sehinggauntuk mencapai efisiensi operasional, banksyari’ah harus dapat meningkatkan pen-dapatan operasionalnya. Intellectual Capitaldalam penelitian ini terbukti mempengaruhikinerja BOPO, oleh karena itu manajemenperbankan diharapkan agar terus mengelolaIC untuk mendorong peningkatan pen-dapatan operasional, salah satunya dengan

merumuskan strategi pemasaran yang dapatmenarik minat masyarakat luas, misalnyadengan cara iklan di media cetak atau elek-tronik, ataupun juga dengan cara mem-berikan hadiah-hadiah yang dapat menarikminat masyarakat terhadap produk danlayanan bank syari’ah, semakin banyak nasa-bah maka semakin besar pula pendapatanoperasional yang akan diterima bank.Pengetahuan tentang strategi pemasaranmemainkan peran utama dalam structuralcapital, yang merupakan komponen intellec-tual capital. Strategi marketing untuk meng-gugah minat masyarakat agar memanfaat-kan produk dan layanan perbankan syari’ahini harus terus dilakukan sehingga akanmeningkatkan pendapatan baik masa kinimaupun di masa mendatang. Jika pen-dapatan operasional terus meningkat dantetap menjaga efisiensi biaya operasional,maka rasio BOPO akan turun, yang me-nandakan bahwa bank syari’ah memilikikinerja operasional yang efisien.

Hasil penelitian ini mendukung hasilpenelitian yang dilakukan oleh Henry (2007,Rustiarini dan Gama (2012), dan Sadalia danIrawati (2014) yang menyatakan bahwaintellectual capital berpengaruh terhadapkinerja BOPO baik masa kini maupun padaperiode selanjutnya. Hasil penelitian initidak mendukung penelitian Kuryanto danSyafruddin (2008) yang menyatakan bahwatidak ada pengaruh antara intellectual capitaldengan kinerja keuangan di masa yang akandatang.

Perbedaan Kinerja Financing to DepositRatio (FDR) berdasarkan PengaruhVAICTM.

Berdasarkan hasil pengujian terhadaprasio FDR, terdapat dua hasil yang di-peroleh, yaitu: (1) Hasil pengujian menyata-kan bahwa terdapat perbedaan kinerja FDRberdasarkan pengaruh IC. Artinya jikadilakukan pengelolaan atas intellectual capitalmaka akan menyebabkan perbedaan padakinerja FDR, (2) Penelitian ini juga mem-buktikan bahwa IC pada periode sebelum-nya menyebabkan perbedaan kinerja FDR

Page 61: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 361

pada periode berikutnya. Hal ini berartiinformasi atas performa IC yang baik padaperiode sebelumnya akan meningkatkankinerja FDR pada periode berikutnya.Semakin tinggi FDR menunjukkan semakinriskan kondisi likuiditas bank, namun se-baliknya semakin rendah FDR menunjukkankurangnya efektivitas bank dalam me-nyalurkan pembiayaan.

Intellectual Capital yang dikelola secaraefisien akan meningkatkan apresiasi nasabahterhadap kinerja bank syari’ah. Manajemenperbankan diharapkan dapat mengelola ICdengan strategi dan kebijakan yang tepatagar bank syari’ah mampu mengoptimalkankinerja dan dapat bersaing dengan bankkonvensional. Bank syari’ah akan dapatbersaing apabila menggunakan keunggulankompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif bank yang dihasilkan melaluikomponen-komponen IC. Hal ini akan men-dorong terciptanya produk-produk danlayanan yang favourable dan mengedepan-kan uniqueness dari prinsip syari’ah di matanasabah. Adanya produk-produk baru inidiharapkan mampu menarik minat masya-rakat untuk menjadi nasabah sehingga DanaPihak Ketiga (DPK) akan meningkat. DPKyang meningkat akibat dari adanya per-tumbuhan simpanan masyarakat membuatkondisi keuangan bank syari’ah lebih likuiddan mendorong bank syari’ah lebih agresifdalam menyalurkan pembiayaan denganefektif yang berarti bank dapat menjalankanfungsi intermediasinya dengan baik.

Hasil penelitian ini mendukung hasilpenelitian yang dilakukan oleh Yani (2014)yang menyatakan bahwa intellectual capitalberpengaruh terhadap kinerja FDR. Hasilpenelitian ini tidak mendukung hasil pe-nelitian Nurdiyanto (2014) yang menyatakanbahwa intellectual capital tidak berpengaruhterhadap kinerja FDR.

Perbedaan Pengaruh Intellectual Capital(IC) Terhadap Kinerja Keuangan BankUmum Syari’ah (BUS) dan Unit UsahaSyari’ah (UUS)

Pengujian ini dilakukan untuk menge-tahui perbedaan pengaruh IC terhadap ki-nerja keuangan antara BUS dan UUS.

Perbedaan Pengaruh Intellectual CapitalKinerja ROA pada BUS dan UUS

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwasecara statistik tidak terdapat perbedaanpengaruh IC terhadap kinerja ROA BUSmaupun UUS. Artinya tidak terdapat per-bedaan kinerja ROA pada BUS dengankinerja IC top, good, common, dan bad dengankinerja ROA pada UUS dengan kinerja ICtop, good, common, dan bad. Hal ini berartibelum tentu BUS atau UUS yang memilikikinerja IC top akan memiliki kinerja ROAyang lebih baik atau sebaliknya belum tentuBUS atau UUS yang memiliki kinerja IC badakan memiliki kinerja ROA yang lebihburuk. Hasil penelitian ini menyatakanbahwa antara BUS dan UUS tidak memlikiperbedaan kinerja ROA berdasarkan pe-ngaruh IC. Besar kecilnya nilai IC pada BUSdan UUS tidak memberikan hasil yangberbeda pada kinerja, yang artinya per-saingan antara BUS dan UUS dalam me-ningkatkan profitabilitas sangat ketat (Pra-tama, 2014). Perbedaan antara BUS dan UUShanya terletak pada bentuk badan usahanya,di mana BUS setingkat dengan bank umumkonvensional, sedangkan UUS berada didalam badan usaha bank umum konvensi-onal, sedangkan produk yang ditawarkanoleh kedua bank tersebut tidak berbedasehingga akan meningkatkan persaingandalam memasarkan produk-produknya pa-da nasabah.

Persaingan antar bank syari’ah yangsemakin ketat ini, secara langsung ataupuntidak langsung akan berpengaruh terhadappencapaian profitabilitas bank syari’ah. Pe-ningkatan profitabilitas dicapai denganmengembangkan produk yang lebih ber-variasi dan unik serta meningkatkan kualitaslayanan yang didukung oleh SDM yangkompeten dan penyediaan teknologi infor-masi yang mampu memenuhi kebutuhandan kepuasan nasabah serta mampu meng-komunikasikan produk dan jasa bank

Page 62: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

362 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

syari’ah kepada nasabah secara benar danjelas, dengan tetap memenuhi prinsip syari-ah. Hasil penelitian ini sejalan dengan yangdikemukakan oleh Adeliawan (2014) yangmenunjukan bahwa tidak terdapat per-bedaan kinerja ROA antara bank umumsyari’ah dan unit usaha syari’ah.

Perbedaan Pengaruh Intellectual Capitalterhadap Kinerja BOPO pada BUS danUUS.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwasecara statistik tidak terdapat perbedaanpengaruh IC terhadap kinerja BOPO. Arti-nya kinerja IC pada BUS dan UUS tidakmempengaruhi kinerja efisiensi operasional.Hal ini berarti belum tentu BUS atau UUSyang memiliki kinerja IC top akan mem-peroleh nilai BOPO yang rendah atau se-baliknya belum tentu BUS atau UUS yangmemiliki kinerja IC bad akan memiliki nilaiBOPO yang lebih tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bah-wa pengaruh IC terhadap kinerja BOPOtidak berbeda pada bank umum syari’ahatau unit usaha syari’ah. Hal ini disebabkanpada dasarnya sistem operasional UUS samadengan BUS sehingga memungkinkanmasing-masing bank relatif mempunyaikebijakan dan strategi yang sama dalammengelola bisnis mereka untuk meningkat-kan efisiensi perusahaan (Adeliawan, 2014).Efisiensi perbankan yang tercermin padarasio BOPO merupakan salah satu indikatorpenting untuk mengetahui kinerja per-bankan syari’ah di Indonesia. Oleh karenaitu, baik BUS atau UUS perlu meningkatkandan menjaga tingkat efisiensinya agarmampu bersaing dalam persaingan per-bankan syari’ah nasional yang semakinketat. BUS dan UUS dituntut untuk mampumenawarkan produk-produk sesuai dengankebutuhan dan keinginan nasabah sehinggadiperlukan adanya suatu strategi pemasaranyang tepat agar peningkatan penjualan yangdiharapkan dapat tercapai. Peningkatan pen-jualan dengan otomatis pendapatan yangditerima akan semakin besar, sehingga rasioBOPO akan turun, yang menandakan bahwa

bank syari’ah memiliki kinerja operasionalyang efisien. Hasil penelitian ini sesuaidengan penelitian yang dilakukan olehNugroho dan Muharam (2010).

Perbedaan Pengaruh Intellectual Capital(IC) terhadap Kinerja FDR BUS dan UUS.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwasecara statistik tidak terdapat perbedaanpengaruh IC dan jenis bank syari’ah yangmenyebabkan perbedaan pada kinerja FDR.Artinya tidak terdapat perbedaan kinerjaFDR pada BUS dengan kinerja IC top, good,comoon, dan bad dengan kinerja FDR padaUUS dengan kinerja IC top, good, comoon, danbad. Besar kecilnya nilai kinerja IC pada BUSdan UUS tidak memberikan hasil yangberbeda pada kinerja. Dalam hal ini, UUSsudah mampu mengimbangi kinerja BUSdalam memberikan pembiayaan maupunmenghimpun dana masyarakat.

Perkembangan UUS yang semakin me-ningkat menyebabkan semakin banyaknyaUUS merupakan salah satu penyebab tidakadanya perbedaan kinerja BUS dan UUS.Banyaknya UUS yang muncul menimbulkanpersaingan yang sangat ketat antara BUS danUUS (Indrawan, 2011). Untuk memenang-kan persaingan tersebut baik BUS dan UUSsama-sama berusaha mencari strategi untukmemasarkan produk-produknya dan me-narik minat nasabah untuk membeli produkyang ditawarkan. Unit syari’ah dan bankumum syari’ah menghadapi pasar yangsama dalam memasarkan produknya untukmenghimpun dana dari masyarakat. Per-hatian terhadap kepuasan nasabah ini di-jadikan prioritas bagi BUS dan UUS agar bisabertahan, bersaing dan menguasai pasar.

Kepuasan nasabah akan menciptakanhubungan yang harmonis antara karyawanperbankan dengan para nasabah. Untuk se-lanjutnya akan menciptakan loyalitas danakan meningkatkan pertumbuhan DPK.Semakin banyak dana yang terkumpul darimasyarakat memungkinkan BUS dan UUSuntuk dapat menggunakannya dalam ben-tuk pembiayaan ke masyarakat, sehinggabaik BUS dan UUS dapat semakin produktif

Page 63: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 363

dalam menghasilkan pembiayaan. Hasilpenelitian ini sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Adeliawan (2014) yang me-nunjukan bahwa tidak terdapat perbedaankinerja FDR bank umum syari’ah dan bankunit usaha syari’ah.

Keterbatasan(1) Penelitian ini hanya meneliti dua

jenis perbankan syari’ah, yaitu bank umumsyari’ah dan unit usaha syari’ah sehinggamenyebabkan penelitian kurang memilikicakupan yang luas; (2) Penelitian ini meng-gunakan penilaian IC yang terfokus padaproksi VAICTM yang hanya mampu dinilaidengan data-data yang ada dalam laporankeuangan; (3) Penelitian ini hanya melaku-kan pengujian dengan lag 1 tahun, artinya,intellectual capital tahun 2009 diuji dengankinerja keuangan 2010, dan IC tahun 2010diuji dengan kinerja keungan tahun 2011,padahal bisa saja pengaruh IC baru ber-dampak pada dua atau tiga tahun bahkanlima tahun berikutnya; (4) Penelitian inihanya menggunakan tiga proksi kinerjakeuangan bank untuk menentukkan tingkatkesehatan bank yaitu ROA, BOPO, dan FDR,dikarenakan unit usaha syari’ah yang me-rupakan anak perusahaan bank konvensi-onal maka terdapat beberapa rasio yangtidak bisa digunakan karena keterbatasandata dalam laporan keuangan unit usahasyari’ah.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk meng-analisis pengaruh intellectual capital terhadapkinerja keuangan, menganalisis pengaruhintellectual capital periode sebelumnya ter-hadap kinerja keuangan serta menganalisisperbedaan pengaruh intellectual capital ter-hadap kinerja bank umum syari’ah dan unitusaha syari’ah. Sampel penelitian yang ter-pilih sebanyak 18 Bank syari’ah, yang terdiridari enam bank umum syari’ah dan 12 unitusaha syari’ah. Berdasarkan hasil dari ana-lisis data pada perbankan syari’ah periode2009-2013, dapat diambil kesimpulan se-

bagai berikut, pertama, Hasil pengujianmenunjukkan bahwa secara statistik terbuktiterdapat pengaruh intellectual capital ter-hadap kinerja keuangan perusahaan selamalima tahun pengamatan 2009-2013. Hal iniberarti bahwa perusahaan yang memanfaat-kan intellectual capital akan mampu me-ningkatkan kinerja perusahaan.

Kedua, hasil pengujian menyatakanbahwa secara statistik terbukti terdapatpengaruh intellectual capital periode sebelum-nya terhadap kinerja keuangan periodeberikutnya. Hal ini berarti intellectual capitaldapat digunakan sebagai alat untuk mem-prediksi kinerja keuangan di masa men-datang. Ketiga, hasil pengujian menyatakanbahwa secara statistik terbukti tidak terdapatperbedaan kinerja keuangan berdasarkanpengaruh intellectual capital pada bankumum syari’ah maupun unit usaha syari’ah.

SaranBerdasarkan simpulan yang telah

dijabarkan di atas, ada beberapa saran yangditujukan untuk perbankan syari’ah danakademis, yaitu (1) Bagi Perbankan Syari’ah,disarankan perbankan syari’ah harus me-ningkatkan peran intellectual capital karenatelah terbukti mampu meningkatkan kinerjakeuangan. Untuk dapat mencapai kinerjakeuangan unggul, perusahaan diharapkandapat mengembangkan dan mengelolaintellectual capital dalam segala bentuk dandimensinya, (2) Akademisi Penelitian, di-harapkan dapat memberikan acuan dalammelakukan penelitian yang serupa denganbeberapa saran yang dapat diberikan, yaitu(a) Penelitian selanjutnya dapat menambahobjek penelitian yaitu Bank PengkreditanRakyat Syari’ah (BPRS) yang juga termasukke dalam jenis bank syari’ah, (b) Penelitianselanjutnya dapat menggunakan proksi pe-nilaian IC yang lain, seperti The BalanceScorecard, The Market-to-book Value model, danTobin’s Q method, (c) Penelitian selanjutnyadapat menggunakan variabel-variabel yanglain yang tidak digunakan dalam penelitianini misalkan rasio Capital Adequacy Ratio(CAR), rasio Non Performing Financing (NPF),

Page 64: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

364 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

dan rasio Return On Equity (ROE), (d) Pe-nelitian selanjutnya dapat menambah peri-ode pengamatan pengaruh intellectual capitalterhadap kinerja masa depan dengan lag 2tahun, 3 tahun dan seterusnya.

DAFTAR PUSTAKAAdeliawan, Z. 2014. Analisis Kinerja Ke-

uangan Bank Umum Syari’ah dan Tesis.Fakultas Ekonomi Universitas IslamSultan Agung.

Andriansyah, Y. 2009. Islamic Banking Per-formance in Indonesia and Its Contri-bution to National Development. La RibaJurnal Ekonomi Islam 3(2): 180-196.

Baroroh, N. 2013. Analisis Pengaruh ModalIntelektual Terhadap Kinerja KeuanganPerusahaan Manufaktur Di Indonesia.Jurnal Dinamika Akuntansi 5(2): 172–182.

Barney, J. B. dan D. N. Clark. 2007. Resource-based Theory: Creating and SustainingCompetitive Advantage. New York:Oxford University Press, Inc.

Boekestein, B. 2006. The Relationship bet-ween Intellectual Capital and IntangibleAssets of Pharmaceutical Companies.Journal of Intellectual Capital 7(2): 242-253.

Chen, M. C., S. J. Cheng, dan Y. Hwang. 2005.An Empirical Investigation of theRelationshipbetween Intellectual Capi-tal and Firm’s Market Value and Finan-cial Performance. Journal of IntellectualCapital 6(2): 159-176.

Clarke, M., D. Seng, dan R. H. Whiting. 2011.Intellectual Capital and Firm Perfor-mance in Australia. Journal of IntellectualCapital: 1-34.

Divianto. 2010. Pengaruh Faktor-FaktorIntellectual Capital (Human Capital,Structural Capital dan Customer Capi-tal) terhadap Business Performance(Survey pada Perusahaan Swasta diPalembang). Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis. 4:81–99.

Ekwe, M. C. 2014. Intellectual Capitals andFinancial Performance Indices OfDeposit Money Banks In Nigeria: AComparative Assessment. European

Journal of Accounting Auditing andFinance Research 2(2): 50-62.

Fajarini, S. W. I. dan R. Firmansyah. 2012.Pengaruh Intellectual Capital terhadapKinerja Keuangan Perusahaan (StudiEmpiris Perusahaan LQ 45). JurnalDinamika Akuntansi 4(1): 1-12.

Firer, S. dan S. M. Williams. 2003. IntellectualCapital and Traditional Measures OfCorporate Performance. Journal ofIntellectual Capital 4(3):348-360.

Halim, A. G. 2012. Pengakuan, Pengukuran,Dan Pengungkapan Intellectual. CapitalTerhadap Penilaian Kinerja Perusahaan.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi 1(3).

Harianto, N dan M. Syafruddin. 2013.Pengaruh Modal Intelektual terhadapKinerja Bisnis Bank Umum Syari’ah(BUS) di Indonesia. Diponegoro JournalOf Accounting 2(4): 1-10.

Imaningati. 2007. Pengaruh IntellectualCapital terhadap Kinerja PerusaahanReal Estate dan Properti yang Terdaftardi BEI Tahun 2002-2006. Tesis. ProgramPasca Sarjana Universitas Diponegoro.Semarang.

Indrawan, D. 2011. Analisis Kinerja Keua-ngan Bank Umum Syari’ah dan UnitUsaha Syari’ah Bank Umum Konvensi-onal. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Uni-versitas Jember.

Kamath, G. B. 2007. The Intellectual CapitalPerformance of Indian Banking Sector.Journal of Intellectual Capital 8(1): 96-123.

Kuryanto, B. dan M. Syafruddin. 2008.Pengaruh Modal Intelektual terhadapKinerja Keuangan Perusahaan. Procee-ding SNA XI Pontianak.

Maditinos, D. 2011. The Impact of Intellec-tual Capital on Firms’ Market Value andFinancial Performance. Journal of Intellec-tual Capital 12(1): 132-151.

Melani, E. dan E. Suwarni. 2013. Tren Peng-ungkapan Intellectual Capital IndustriPerbankan: Sebuah Bukti Empiris diIndonesia. Jurnal Keuangan Dan Per-bankan 17(2): 279–291.

Page 65: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Intellectual Capital ...– Lestari, Paramu, Sukarno 365

Nurdiyanto, T. 2014. Pengaruh IntellectualCapital (IC) terhadap Kinerja KeuanganPerbankan Syari’ah di Indonesia Tahun2010–2012. Skripsi. Fakultas Ekonomi.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Oktavia, M. C dan Daljono. 2014. PengaruhIntellectual Capital terhadap KinerjaKeuangan, Pertumbuhan, dan NilaiPasar Perusahaan (Studi Empiris padaPerusahaan Konstruksi, Property & RealEstate yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia Tahun 2009-2012). DiponegoroJournal of Accounting 3(3): 559-573.

Otoritas Jasa Keuangan. 2013. StatistikPerbankan Syari’ah 2013.

Pramuditha, G. 2012. Pengaruh IntellectualCapital terhadap Nilai Pasar dan KinerjaKeuangan Perusahaan Perbankan yangTerdaftar di BEI tahun 2008-2010.Skripsi. Program Sarjana Fakultas Eko-nomi Universitas Diponegoro. Sema-rang.

Pulic, A. 2004. Intelectual Capital – Does ItCreate or Destroy Value? MeasuringIntangible Assets. Journal of BusinessPerformance Management 8(1): 62-68.

Putri, Y. F. 2015. Analisis PerbandinganKinerja Keuangan Bank Konvensionaldan Bank Syari’ah. Jurnal Ekonomi Akun-tansi dan Manajemen 14(1):27-42.

Rambe. P. A. 2012. Pengaruh IntellectualCapital terhadap ROA pada BankNegara Indonesia dan Bank Muamalat.JEMI 3(2):85-93.

Rehman, W. U., M. Ilyas dan H. U. Rehman.2011. Intellectual Capital PerforManceand Its Impact On Financial Returns OfCompanies: An Empirical Study FromInsurance Sector Of Pakistan. AfricanJournal Of Business Management 5(20):8041-8049.

Sadalia, I. dan N. Irawati. 2014. IntellectualCapital dan Pertumbuhan Laba SektorPerbankan Di Indonesia. Jurnal Ekonom17(1): 13-18.

Santoso, S. 2012. Pengaruh Modal Intelektualdan Pengungkapannya Terhadap Ki-

nerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi DanKeuangan 14(1): 16-31.

Suryani. 2011. Analisis Pengaruh Financingto Deposit Ratio (FDR) terhadap Profita-bilitas Perbankan Syari’ah di Indonesia.Walisongo 19(1): 47 -74.

Tan, H. P., D. Plowman, dan P. Hancock.2007. Intellectual Capital and FinancialReturns Of Companies. Journal ofIntellectual Capital 8(1): 76-95.

Ulum, I. 2007. Pengaruh Intellectual Capitalterhadap Kinerja Keuangan PerusahaanPerbankan di Indonesia. Tesis. ProgramPascasarjana Universitas Diponegoro.Semarang.

Ulum, I. 2008. Intellectual Capital Perfor-mance Sektor Perbankan di Indonesia.Jurnal Akuntansi dan Keuangan 10(2): 77-84.

Widyaningdyah, A. U. dan Y. Anni Aryani.2013. Intellectual Capital dan Keung-gulan Kompetitif (Studi Empiris Per-usahaan Manufaktur versi Jakarta StockIndustrial Classification-JASICA). JurnalAkuntansi dan Keuangan 15(1):1-14.

Wijaya, N. 2012. Pengaruh Intellectual Capi-tal terhadap Kinerja Keuangan dan NilaiPasar Perusahaan Perbankan denganMetode Value Added Intellectual Coeffi-cient. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 14(3):157-180.

Wijayanti, P. 2010. Pengaruh IntellectualCapital terhadap Harga Saham melaluiKinerja Keuangan pada PerusahaanPerbankan yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia pada Tahun 2009-2011. JurnalAkuntansi. Universitas Brawijaya.

Yani, S. 2014. Pengaruh Intellectual CapitalTerhadap Kinerja Keuangan BankUmum Syari’ah. Skripsi. Fakultas Pen-didikan Ekonomi dan Bisnis. Uni-versitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf dan P. Sawitri. 2009. Modal Intelektualdan Market Performance Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia. Proceeding PESAT 3:49-58.

Page 66: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

366 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 346 – 366

Zeghal, D. dan A. Maaloul. 2010. AnalysingValue Added as an Indicator of Intellec-tual Capital and Its Consequences onCompany Performance. Journal ofIntellectual Capital 11(1): 39-60.

Zuliyati. 2011. Intellectual Capital danKinerja Keuangan Perusahaan. DinamikaKeuangan dan Perbankan 3(1): 113-12.

Page 67: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

367

PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAMMENINGKATKAN KINERJA UMKM KERAJINAN KERAMIK

Sri [email protected]

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajayana, Malang

ABSTRACT

Ceramics of Malang are expected to have competitive advantage in both domestic and international market sinceits has uniqueness, however free trade through ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) can changemarket structure that affect competitiveness and performance of micro, small, and medium-sized enteprises(MSMEs) of ceramics. The purpose of this research was to analyze the role of market structure and competitive-ness in increasing performance of MSMEs of ceramics in Malang. Data were collected from 30 artisans atDinoyo as the ceramic production center in Malang then analyzed using Generalized Structured ComponentAnalysis (GSCA) software with market structure as the exogenuos variable, competitiveness as the interveningvariables, and performance of MSMEs of ceramic as the endogenuos variable. The result of the study showed thatmarket structure has insignificant impact on competitiveness and performance of MSMEs of ceramic in Malang.Competitiveness have not enough evidence as intervening variables between market structure and performanceof ceramic enteprises, meanwhile it has significant direct effet on performance of MSMEs ceramic in Malang.This finding indicate that costs of production, quality products, and production technology are the competitive-ness variables that play important role in increasing performance of MSMEs ceramic in Malang.

Key words: ceramic, market structure, competitiveness, performance, MSMEs

ABSTRAK

Produk kerajinan keramik Kota Malang diharapkan mampu bersaing di pasar demestik maupuninternasional karena memiliki ciri khas, tetapi perdagangan bebas melalui ASEAN-China Free TradeAgreement (ACFTA) dapat mengubah struktur pasar yang akan memengaruhi daya saing dan kinerjausaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) keramik. Penelitian ini bertujuan menganalisis peranstruktur pasar dan daya saing dalam meningkatkan kinerja UMKM kerajinan keramik di KotaMalang. Data dikumpulkan dari 30 pengrajin keramik di Dinoyo sebagai pusat produksi keramik diKota Malang, dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis meng-gunakan model Generalized Structured Component Analysis dengan struktur pasar sebagai variabeleksogen, daya saing sebagai variabel intervening, dan kinerja UMKM kerajinan keramik sebagaivariabel endogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar tidak signifikan pengaruhnyaterhadap daya saing dan kinerja kerajinan keramik di Kota Malang. Daya saing juga tidak memediasipengaruh struktur pasar terhadap kinerja UMKM kerajinan keramik, tetapi secara signifikanberpengaruh langsung terhadap kinerja keramik di Kota Malang. Temuan ini mengindikasikanbahwa biaya produksi, kualitas, dan teknologi produksi adalah variabel-variabel daya saing yangberperan penting dalam meningkatkan kinerja UMKM kerajinan keramik.

Kata kunci: kerajinan keramik, struktur pasar, daya saing, kinerja UMKM

PENDAHULUANKota Malang selain dikenal sebagai

kota pendidikan, juga dikenal sebagai kotapenghasil berbagai macam produk keramik.Produk keramik Malang dihasilkan olehusaha kecil dan rumah tangga. Melihat

potensinya yang cukup besar maka Peme-rintah Daerah Kota Malang mengembang-kan konsep Tri Bina Cita, yaitu pendidikan,pariwisata, dan industri. Pengrajin keramikmenghasilkan berbagai bentuk produkcindera mata dari keramik seperti pot, vas

Page 68: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

368 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

bunga, tempat payung, guci dan cinderamata lainnya dalam berbagai bentuk danukuran. Produk keramik memiliki potensiuntuk dikembangkan terutama karenamenggunakan bahan baku lokal sehinggamenjadi basis daya saing menghadapi per-saingan yang makin ketat baik pasar do-mestik maupun internasional.

Hasil penelitian Nurhajati dan Wahab(2007) menunjukkan bahwa para pengusahakerajinan keramik di Kota Malang belumberorientasi pada penciptaan kemampuanbersaing. Kemampuan bersaing menentu-kan kinerja usaha (Rodriguez et al., 2011),yang dapat dilihat dari jumlah penjualan,penerimaan, dan pendapatan usaha.Kurangnya orientasi pada penciptaan dayasaing dapat menjadi ancaman bagi usahamikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke-rajinan keramik di Indonesia, termasukKota Malang di era perdagangan bebasASEAN.

Integrasi ekonomi antara negara-negaraASEAN dan Cina melalui ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement) pada 1 Januari2010 membentuk skema penurunan tarifimpor dalam kerangka CEPT (CommonEffecive Preferental Tariff). Salah satu skemadalam CEPT tersebut adalah diberlakukan-nya penurunan tarif impor di antara negara-negara anggota ASEAN dan China hinggamencapai 0-5% pada tahun 2011. Skema iniakan berdampak positif dan negatif baginegara-negara yang terlibat dalam ACFTA.Geib dan Pfaff (2012) melihat ACFTA ber-dampak positif karena ASEAN dan Chinamemiliki karakter dalam pembentukanintegrasi ekonomi regional yang homogen,walaupun sangat ditentukan oleh depth danspeed dari integrasi yang terjadi. Untuk itu,menurut Endoh (2009) diperlukan tahapan-tahapan integrasi meliputi: free trade in goodsand services; free transfer of capital; labourmobility; supraregional institutions; monetarycoordinations; dan fiscal integration.

Salah satu dampak penting dari pem-bentukan ACFTA tersebut adalah adanyatrade creation dan trade diversion, yang dapatbersifat positif dan negatif bagi kesejah-

teraan hidup suatu negara (Patunru danLuebke, 2010; Tambunan dan Chandra,2014), namun demikian dalam perkemba-ngannya, proses integrasi ekonomi dikawasan ASEAN dan China tersebut masihberada dalam tahapan awal, yakni free tradearea/free trade zone. Pada tahapan integrasiini, setiap negara anggota ASEAN-Chinadapat melakukan transaksi perdaganganintra ASEAN dengan menikmati adanyapenghapusan tariff barrier. Di sisi lain, inter-aksi perdagangan dengan negara di luarASEAN-China masih dikenakan tarif sesuaidengan ketentuan masing-masing negara.

Penurunan, bahkan penghapusan, tarifimpor antara negara-negara ASEAN denganChina, bertujuan meningkatkan aliran bebasbarang sehingga akan meningkatkan kinerjaekonomi di kawasan ASEAN. Aliran masukbarang dari negara lain, khususnya kera-mik, ke Indonesia dapat mengubah strukturpasar keramik Indonesia, termasuk di KotaMalang. Struktur pasar dicirikan oleh jum-lah penjual dan pembeli, konsentrasi pasar,produk yang homogen atau tidak, dan ke-bebasan masuk-keluar pasar (Ambastha danMomaya, 2012). Pada struktur pasar per-saingan sempurna, di mana terdapat ba-nyak penjual dan pembeli, tidak ada konsen-trasi pasar, produk bersifat homogen, danpelaku ekonomi (penjual dan pembeli)bebas-keluar masuk pasar, maka produsenyang dalam hal ini adalah pengrajin kera-mik berperilaku sebagai penerima harga(price taker). Dalam struktur pasar sepertiini, pengrajin keramik tidak akan mampumenentukan harga jual produknya, olehkarena itu, meningkatnya aliran produkkeramik dari negara lain termasuk Tiong-kok yang masuk ke Indonesia dapat me-nurunkan hasil penjualan keramik domes-tik. Pada akhirnya, pendapatan yang di-terima pengrajin keramik domestik punberkurang.

Salah satu sektor yang mendapatkanprioritas dalam implementasi integrasi eko-nomi di ASEAN adalah sektor UMKM.Menurut Sriningsih (2011), implementasiACFTA dapat mengurangi daya saing

Page 69: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 369

produk dari sektor UMKM di Indonesia.Selama ini, tercatat hanya 15% pelaku usahaUMKM yang memiliki daya saing tinggi dikawasan ASEAN, sedangkan UMKM yanglain memiliki daya saing yang rendah. Apa-bila dikaitkan dengan keberadaan China dipasar regional ASEAN, maka daya saingpelaku usaha UMKM terhadap produk-produk yang dipasarkan hanya sekitar 7%yang mampu bersaing dengan produk dariChina.

Dalam struktur perekonomian daerahdi Kota Malang, kontribusi sektor UMKMini cukup besar terhadap PDRB daerah.Salah satu bidang usaha di sektor UMKM diKota Malang adalah kerajinan keramik.Produk ini dapat dijumpai pada kluster-kluster usaha yang ada seperti di daerahDinoyo dan Merjosari Kota Malang. Dikawasan tersebut banyak tersebar beranekaragam disain dan produk yang berbasiskeramik yang memiliki segmen pasar baikdi lokal Malang, nasional dan bahkaninternasional, namun demikian, implemen-tasi ACFTA membawa dampak tersendiribagi keberadaan UMKM keramik khusus-nya bagi peningkatan daya saing dankinerja industri keramik di Kota Malang.

Sampai saat ini, belum ada publikasitentang peran struktur pasar dalam imple-mentasi ACFTA dan dampaknya terhadapdaya saing dan kinerja UMKM khususnyaproduk keramik Indonesia. Publikasi yangditemukan terkait dengan dampak perdaga-ngan bebas ASEAN umumnya bersifat ma-kro seperti yang telah dilakukan olehMadani (2001), Mutakin dan Salam (2008),Park (2007), Gumilang et al. (2011), dan Geiband Pfaff (2012). Penelitian yang lebihspesifik tentang UMKM dilakukan olehRahutami dan Kekalih (2011) bertujuanuntuk mengetahui kondisi UMKM JawaTengah, apakah akan memperkuat kondisiekonomi internal ataukah mencari peluangekspor karena neraca perdagangan JawaTengah negatif atau defisit terhadap China.Penelitian tentang UMKM juga dilakukanoleh Ferrianta et al. (2012) yang menyimpul-kan bahwa ACFTA memberikan dampak

negatif terhadap UMKM di Indonesiakhususnya komoditas jagung. Belum adapublikasi hasil-hasil penelitian yang meng-analisis produk keramik secara khusus,terutama yang berkaitan dengan strukturpasar, daya saing dan kinerjanya. Artikel inimerupakan upaya untuk mengisi kesenja-ngan tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah di-kemukakan, maka masalah penelitian da-lam artikel ini dapat dirumuskan sebagaiberikut: Apakah struktur pasar dan dayasaing berperan secara signifikan dalammeningkatkan kinerja UMKM kerajinankeramik di Kota Malang?. Dengan demi-kian, tujuan penelitian ini adalah meng-analisis peran struktur pasar dan daya saingdalam meningkatkan kinerja UMKM keraji-nan keramik di Kota Malang.

TINJAUAN TEORETISStruktur pasar adalah berbagai aspek

yang dapat mempengaruhi tingkah lakudan kinerja perusahaan di pasar komoditiyang dihasilkan perusahaan yang ber-sangkutan, seperti jumlah perusahaan, skalaproduksi, dan jenis produksi. Unsur-unsurstruktur pasar meliputi konsentrasi, diferen-siasi produk, ukuran perusahaan, hambatanmasuk, dan integrasi vertikal serta diversifi-kasi. Berbagai struktur pasar yang terbentukmemiliki kelemahan dan kekuatan masing-masing.

Struktur pasar ditentukan oleh jumlahpenjual dan pembeli, produk yang bersifathomogen atau tidak, dan ada kebebasanbagi pembeli dan penjual untuk masuk ataukeluar pasar (Ambastha dan Momaya,2012). Berdasarkan faktor-faktor tersebut,struktur pasar secara umum dikelompok-kan ke dalam pasar persaingan sempurna,pasar persaingan monopolistik, oligopoli,dan pasar monopoli. Struktur pasar per-saingan sempurna (struktur pasar yangpaling ideal karena struktur pasar ini akandapat menjamin berlangsungnya aktivitasproduksi dengan tingkat efisiensi yangtinggi) terjadi apabila (a) ada penjual danpembeli dengan jumlah yang sangat banyak

Page 70: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

370 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

sehingga masing-masing pembeli dan pen-jual secara sendiri–sendiri tidak mampumempengaruhi harga pasar, (b) produkyang dihasilkan setiap perusahaan bersifathomogen menurut pandangan konsumen,(c) pembeli dan penjual memiliki informasiyang sempurna (perfect knowledge) tentangsituasi pasar, (d) harga ditentukan olehmekanisme pasar (kekuatan permintaandan penawaran) dan (e) setiap perusahaan(penjual) bebas masuk-keluar pasar (freeentry and exit). Struktur pasar termasuk kedalam persaingan monopolistik apabila me-miliki ciri (a) terdapat penjual dan pembelidengan jumlah yang agak banyak sehinggamasing-masing penjual mempunyai pe-ngaruh atas harga meskipun tidak besar, (b)penjual bebas masuk-keluar pasar, (c) pro-duk yang diperjual-belikan adalah produkyang terdiferensiasi yang sengaja dibedakanmenurut merk, bentuk, ukuran, warnameskipun mutunya sama, dan (d) merk me-megang peranan penting meskipun untukitu diperlukan tambahan biaya. Pada pasarini sering terjadi persaingan iklan danharga. Pasar oligopoli dicirikan oleh penjualyang jumlahnya hanya beberapa, sementarapembeli jumlahnya banyak. Karakteristikdari pasar ini adalah (a) masing-masingpenjual mempunyai pengaruh atas hargabarang yang dijual, (b) ada saling keter-gantungan antara perusahaan yang satudengan yang lainnya, (c) untuk menguasaiharga dan konsumen (pembeli), perusahaanmenggunakan merk dagang tertentu (diffe-rentiated product) dengan mutu dan rasayang sedikit berbeda, dan (d) oligopolis ber-sedia bekerja sama dengan pesaing melaluikebijakan harga dan output untuk mem-peroleh laba maksimum (membentuk kar-tel). Pasar monopoli adalah pasar denganhanya satu penjual sehingga bebas me-nentukan harga (price maker), sedangkanjumlah pembelinya banyak sehingga me-nerima harga yang ditentukan monopolis(price taker). Faktor-faktor yang menyebab-kan terbentuknya pasar monopoli adalahteknologi tinggi yang dikuasai oleh per-usahaan (penjual), proses produksi me-

merlukan modal yang tinggi, peraturan pe-merintah (undang-undang) yang memberi-kan lisensi kepada perusahaan tertentu un-tuk bertindak sebagai satu-satunya produ-sen, produk yang dihasilkan perusahaansangat spesifik.

Perdagangan bebas antara ASEAN danChina melalui ACFTA akan cenderungmembentuk struktur pasar persaingan sem-purna produk keramik karena jumlahpenjual dan pembeli akan bertambah ba-nyak, serta bebas masuk dan keluar pasar.Dalam struktur pasar ini, produsen adalahprice taker (Ambastha dan Momaya, 2012),karena jumlah penjual demikian banyaksehingga satu penjual tidak memiliki ke-kuatan untuk mempengaruhi harga yangterjadi di pasar. Dengan kata lain yang lebihsederhana, produsen tidak memiliki kekuat-an untuk menentukan harga. Peluang bagiprodusen keramik untuk menentukan hargaadalah apabila mampu menghasilkan pro-duk yang berbeda (diferensiasi produk).Ciri khas produk keramik akan menjadisalah satu kekuatan bagi pengrajin keramikuntuk dapat menentukan harga jual produkmereka.

ACFTA sebagai salah satu bentuk inte-grasi ekonomi merupakan bagian dariupaya suatu negara untuk meningkatkankesejahteraan (Moberg, 2015) dengan caramembebaskan perdagangan dari segalabentuk proteksi dan restriksi, dengan men-ciptakan area perdagangan bebas (free tradearea). Park et al. (2008) mendefinisikan inte-grasi ekonomi sebagai berikut ini …econo-mic integration as the discriminatory removal ofall trade impediments between at least twoparticipating countries and the establishment ofcertain element of co-ordination and co-opera-tion between them.. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa integrasi ekonomi me-ngandung implikasi penghapusan berbagairestriksi dalam perdagangan antar negaradan digantikan dengan adanya koordinasidan kerjasama ekonomi yang saling meng-untungkan. Integrasi ekonomi menunjuk-kan gabungan sekelompok negara yangmemiliki kedekatan geografis untuk mem-

Page 71: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 371

bangun suatu trade union dengan tujuanmencapai manfaat ekonomi di antaranegara-negara anggota dan membatasi pene-trasi negara lain dalam sebuah free trade zone(Leong, 2013). Upaya ini juga dimaksudkanuntuk mencapai pertumbuhan ekonomi me-lalui penciptaan perluasan pasar, internali-sasi increasing return to scale dalam produksidan konsumsi, dan meningkatkan standarhidup masyarakat sekaligus mengurangitingkat disparitas di antara sesama negaraanggota (Wang, 2013). Manfaat dari pem-bentukan integrasi ekonomi akan semakinbesar manakala terdapat keunggulan kompa-ratif yang hampir sama, negara anggotamemiliki small market size, dan pengenaantarif terhadap negara bukan anggota adalahrendah (Rizwanulhassan dan Shafiqurreh-man, 2015). Secara teoritis terdapat berbagaibentuk/kriteria dari integrasi ekonomi.Chia (2011) memberikan klasifikasi menge-nai tingkatan dari integrasi ekonomi men-jadi 5 tingkatan, yakni: (i) free trade area; (ii)costom union; (iii) common market; (iv) econo-mic union; (v) total economic integration. Freetrade area ditandai oleh adanya perdaganganbebas tanpa adanya hambatan tarif diantara negara anggota tetapi masing-masingnegara anggota masih dibolehkan mengena-kan tarif untuk negara bukan anggota.Custom union menerapkan pengurangantarif impor dari sesama negara anggota danmenerapkan hambatan perdagangan yangsama terhadap negara bukan anggota me-lalui kebijakan Common External Tariff(CET). Common market merupakan perluas-an dari custom union dengan adanya tambahan pergerakan bebas atas faktor produksi(barang, modal, tenaga kerja dan jasa) diantara sesama negara anggota.

Di sisi lain, Economic union terwujudmelalui perjanjian kerjasama ekonomi yangmelibatkan harmonisasi kebijakan ekonominasional dan kebijakan fiskal. Konsep inte-grasi ekonomi yang lain yaitu political unionadalah bentuk integrasi yang melibatkanharmonisasi politik secara lengkap di antarasesama negara anggota, yakni dengan mem-bentuk jurisdiksi politik tunggal di suatu

kawasan integrasi ekonomi. MenurutEndoh (2012), tahapan (i) hingga (iii) me-rupakan bentuk dari shallow integration dantahapan (iv) hingga (v) merupakan bentukdari deep integration.

Salah satu dampak penting dalam pro-ses integrasi ekonomi adalah adanya tradecreation dan trade diversion. Menurut Viner(Vanhnalat et al., 2015), trade creation dantrade diversion tersebut merupakan bentukkesejahteraan yang muncul sebagai dampakdari adanya integrasi ekonomi yang terjadidalam perekonomian. Trade creation dapatdiartikan sebagai pergeseran dalam produkyang dihasilkan dari produsen domestikyang memiliki sumber daya yang berbiayatinggi ke produsen negara-negara anggotakerjasama yang memiliki sumber daya yangberbiaya lebih rendah. Bentuk kesejahteraanyang lainnya, trade diversion dapat di-definisikan sebagai pergeseran dalam pro-duk yang dihasilkan dari produsen bukananggota kerjasama ekonomi yang memilikisumber daya berbiaya rendah ke negaraanggota yang memiliki sumber daya ber-biaya lebih tinggi. Adanya trade creation dantrade diversion tersebut menunjukkan bahwamanfaat integrasi ekonomi bagi setiapnegara di suatu kawasan perdagangan akanberbeda-beda (Kimberly, 2010). Perbedaandalam derajat integrasi ekonomi tersebutmembawa konsekuensi pada mekanismedan pola integrasi ekonomi yang berbeda-beda antar negara, sehingga manfaat yangdirasakan juga akan berbeda-beda antarnegara. Menurut Amiti dan Konings (2007),aspek pasar, faktor produksi dan aspekkebijakan ekonomi merupakan tiga hal pen-ting yang dapat menentukan derajat inte-grasi ekonomi antara beberapa negaradalam suatu kawasan.

Menurut Rizwanulhassan dan Shafiqur-rehman (2015), manfaat trade creation akansemakin besar manakala negara-negarayang terlibat di dalamnya memiliki tingkatpersaingan yang tinggi dalam memenangipersaingan pasar domestic, namun, manfa-at trade creation yang besar hanya akan ter-jadi pada sektor industri yang menghasil-

Page 72: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

372 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

kan produk manufaktur yang kompetitif dipasar (David et al., 2011). Untuk dapat me-menangkan persaingan, sebuah perusahaanharus mampu merealisasikan kapabilitasdan potensinya dalam operasi sehari-hari(Cetindamar dan Kilitcioglu (2013). Reali-sasi tersebut harus diarahkan kepada empatfaktor: biaya, kualitas, waktu, dan fleksibi-litas agar dapat memenangkan persaingan(Cho et al., 2008). Empat hal prioritas inijuga dapat berlaku pada kerajinan keramik,misalnya biaya produksi yang murah ber-dampak pada harga jual produk Cina yanglebih murah. Ini merupakan keunggulankompetitif bagi keramik yang dihasilkanCina. Pengrajin keramik di Kota Malangakan menikmati manfaat trade creationyang besar, jika pengrajin keramik KotaMalang dapat menghasilkan keramik de-ngan biaya yang lebih murah atau menjualkeramik dengan harga yang lebih murahdibanding keramik Cina.

Daya saing dapat diartikan pada ting-kat makro maupun mikro. Pada tingkatmakro, daya saing sebagaimana dikemuka-kan oleh Schwab (2012) bahwa ‘competitive-ness as the set of institutions, policies, andfactors that detemine the level of productivity ofa country’. Sementara dalam skala mikro,Black and Porter (2000:213), menyatakanbahwa Competitive advantage is the ability of afirm to wim consistently over the long term is acompetitive situation. Konsep keunggulankompetitif telah digunakan oleh banyakpeneliti dengan indikator-indikator yangbervariasi. Ambastha dan Momaya (2012)menyatakan bahwa keunggulan kompetitifsebuah perusahaan adalah cara di manaperusahaan menciptakan nilai bagi pelang-gannya. Hal ini dapat dilakukan melaluipenciptaan keunggulan terhadap pesaingdalam berbagai dimensi. Cetindamar danKilitcioglu (2013) mengemukakan bahwaada dua dimensi keunggulan kompetitif,yakni biaya rendah dan diferensiasi.

METODE PENELITIANKota Malang dipilih sebagai lokasi

penelitian karena terdapat sentra produsen

keramik. Keramik Kota Malang telah ter-kenal sejak lama dan telah diperdagangkanke luar daerah Malang. Berbagai macamproduk keramik telah dihasilkan oleh pro-dusen terutama keramik hias yang sangatindah.

Penelitian ini termasuk ke dalam kate-gori penelitian kuantitatif ditinjau dariaspek metode analisisnya, dan, termasukpenelitian eksplanatori bila dilihat daritujuannya. Penelitian eksplanatori adalahpenelitian yang membangun hubungankausal antar variabel dengan penekananpada penjelasan hubungan antar variabel(Saunders et al., 2009). Penelitian ini bertuju-an menjelaskan hubungan kausal antarastruktur pasar dengan daya saing dankinerja UMKM keramik di Kota Malang.Hubungan kausal tersebut dapat bersifatlangsung atau tidak langsung seperti yangdijelaskan berikut ini. Struktur pasar kera-mik yang terbentuk sebagai akibat dariimplementasi ACFTA menjadi penentutingkat daya saing dan kinerja UMKMkeramik, atau kinerja UMKM keramik me-rupakan akibat langsung dari struktur pasaratau tidak langsung melalui daya saing.

Populasi penelitian ini adalah seluruhUMKM (pengrajin) keramik yang berope-rasi di Kota Malang, baik yang terdaftarmaupun yang tidak terdaftar di kantorpemerintah. Daftar pengrajin keramik ber-skala kecil dan menengah diperoleh diDinas Koperasi dan UMKM Kota Malang,tetapi usaha mikro keramik tidak terdaftardi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malangsehingga data tentang usaha keramik skalaini dikumpulkan dari paguyuban pengrajinkeramik di Kelurahan Dinoyo dan Merjo-sari. Dua kelurahan ini merupakan pusatproduksi keramik di Kota Malang. Ber-dasarkan data yang diperoleh, jumlah UM-KM pengrajin keramik adalah 30 unit usaha,oleh karena jumlahnya terbatas, maka se-luruh pengrajin keramik yang ada dijadikansebagai responden penelitian. Dengan demi-kian, penelitian ini menggunakan metodesensus terhadap UMKM pengrajin keramikdi pusat produksi keramik di Kota Malang.

Page 73: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 373

Instrumen yang digunakan dalampengumpulan data adalah kuesioner yangberisi pernyataan dari indikator-indikatorvariabel yang diteliti serta identitas respon-den dan identitas usaha. Data dikumpulkanmelalui wawancara terstruktur dengan parapengrajin keramik berdasarkan pertanyaandan pernyataan yang telah tersusun padakuesioner. Berdasarkan kedudukannya didalam model struktural, maka variabel pe-nelitian ini dapat dikelompokkan sebagaiberikut: (a) variabel eksogen–independen,yaitu struktur pasar (X), (b) variabel endo-gen–intervening, yaitu daya saing (Z), dan(c) variabel endogen–dependen, yaitu ki-nerja UMKM kerajinan keramik (Y).

Struktur Pasar (X) yang dimaksud da-lam penelitian ini adalah pendapat pe-ngrajin keramik di Kota Malang tentangjumlah pelaku usaha yang menghasilkandan menjual produk keramik serta jumlahproduk keramik yang dijual di Kota Ma-lang, termasuk di dalamnya pengadaanbahan baku. Indikator yang digunakan me-liputi: (a) jumlah penghasil keramik diMalang (X11), (b) jumlah penghasil keramikdi Indonesia dan negara-negara ASEANlainnya (X12), jumlah produk keramik yangdijual di ASEAN (X13), jumlah produk kera-mik yang dijual di Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN (X14), dan kemudah-an pengadaan bahan baku (X15) .

Daya Saing (Z) yang dimaksud dalampenelitian ini adalah pendapat pengrajinkeramik tentang tingkat persaingan yangterjadi dalam memperebutkan pasar kera-mik yang ada. Indikator yang digunakanadalah (a) biaya produksi keramik di KotaMalang (Z1), (b) kualitas produk keramikMalang (Z2), dan (c) pemanfaatan teknologidalam proses produksi keramik Malang(Z3).

Kinerja UMKM kerajinan keramik (Y)yang dimaksud adalah tingkat pencapaiankeberhasilan finansial usaha keramik da-lam memenuhi kebutuhan keluarga. Indi-kator yang digunakan adalah (a) hasil usahakeramik membuat pengrajin lebih mampumembiayai pendidikan sekolah anak (Y1);

(b) hasil usaha keramik membuat pengrajinmampu membiayai kesehatan keluarga (Y2);dan (c) hasil usaha keramik membuat pe-ngrajin mampu memenuhi kebutuhan hi-dup yang layak, selain pendidikan anak dankesehatan (Y3).

Indikator dari semua variabel peneliti-an ini diukur dengan lima skala Likert:Sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2),tidak tahu (3), setuju (4), dan sangat tidaksetuju (5). Data yang sudah terkumpul danditabulasi, selanjutnya dianalisis denganmodel Generalized Structured ComponentAnalysis (GeSCA). Model ini digunakan se-bagai alat analisis data karena termasukmodel struktural yang bersifat tidak re-kursif sekaligus membedakan pengukuranyang bersifat reflektif atau formatif (Huangdan Takane, 2015) dan dapat digunakanuntuk sampel yang berukuran kecil (Tenen-haus, 2008). Kerangka proses berpikir yangdapat dijadikan acuan dalam pemecahanmasalah, secara sistematis disajikan diGambar 1.

ANALISIS DAN PEMBAHASANGambaran Obyek Penelitian

Gambaran umum UMKM keramikdapat dilihat dari lamanya beroperasi atautahun berdiri, jumlah tenaga kerja, besarnyamodal usaha, dan daerah pemasaran. Duadi antara usaha responden keramik telahberoperasi lebih dari 50 tahun, didirikantahun 1962 dan saat ini dikelola olehturunan kedua. Sebagian besar usaha (20unit usaha atau 60,61%) berdiri setelah 1997.Berkembangnya usaha keramik setelah 1997mengindikasikan bahwa setelah krisis eko-nomi, usaha-usaha kecil yang berbasissumber daya lokal seperti keramik menarikminat banyak anggota masyarakat KotaMalang untuk dijadikan sebagai sumberpendapatan. Jumlah tenaga kerja yang di-gunakan dalam usaha keramik di KotaMalang dengan jelas menunjukkan bahwasebagian besar responden (79%) termasukke dalam kategori usaha rumah tanggayang memiliki tenaga kerja antara 1 sampai5 orang.

Page 74: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

374 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

Keterangan:

= Variabel Laten= Indikator= Pengaruh= Direfleksikan

Gambar 1Rerangka Konseptual Penelitian

Sementara sisanya, 12,12% UMKM keramikmemiliki tenaga kerja antara 6–10 orang danhanya 9% UMKM keramik yang mempe-kerjakan antara 11–15 orang. Industri ke-ramik Kota Malang berdasarkan pengguna-an tenaga kerjanya dikategorikan sebagaiusaha rumah tangga karena memiliki modalusaha yang sangat kecil. Proporsi terbesarusaha keramik memiliki modal usaha anta-ra 15–25 juta rupiah. Secara keseluruhan,sekitar 81% responden usaha keramik me-miliki modal usaha kurang dari atau samadengan 100 juta rupiah. Kecilnya modalusaha menjadi salah satu penghambat UM-KM keramik untuk melakukan inovasi gunameningkatkan daya saingnya.

Sejalan dengan skala dan modal usahayang relatif kecil, maka daerah pemasaranusaha keramik juga relatif terbatas. JumlahUMKM keramik yang memasarkan produk-nya di Malang dan Jawa Timur hampirsama dengan jumlah UMKM keramik yang

memasarkan produknya di seluruh Indo-nesia. Hanya 1 responden atau 3% UMKMkeramik saja yang memasarkan produknyake luar negeri atau ekspor. Artinya, usahakeramik di Kota Malang lebih berorientasipada pasar lokal daripada pasar internasi-onal. Dalam kaitan dengan daya saing,UMKM keramik Kota Malang seharusnyamampu menguasai pasar lokal sehinggakonsumen tidak perlu membeli produkkeramik dari negara lain, utamanya Tiong-kok yang produk keramiknya sangatkompetitif melalui harga jual yang lebihmurah dibanding keramik domestik.

Deskripsi VariabelTiga variabel yang dianalisis dalam

penelitian ini adalah struktur pasar, dayasaing, dan kinerja UMKM kerajinan kera-mik. Hasil analisis deskripsi variabel me-nunjukkan bahwa nilai rata-rata pendapatresponden tentang struktur pasar adalah

StrukturPasar (X)

DayaSaing (Z)

KinerjaUMKM (Y)

X3

X4

X5

Z1 Z2

Y2

2

1

3

Z3

Y3

X1

X2 Y1

Page 75: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 375

3,3, yang artinya pengrajin keramik (lebihmendekati) tidak tahu tentang strukturpasar keramik di Kota Malang. Dengan per-kataan lain, pengrajin keramik tidak me-ngetahui jumlah penghasil keramik danjumlah penjualan produk keramik di KotaMalang, di Indonesia dan negara-negaraASEAN lainnya, serta kemudahan pengada-an bahan baku.

Sementara nilai rata-rata pendapatresponden tentang daya saing adalah 3,6,yang artinya pengrajin keramik (lebih men-dekati) setuju terhadap pernyataan yangberkenaan dengan indikator daya saing.Artinya, responden setuju bahwa UMKMkeramik di Kota Malang memiliki dayasaing karena: (a) biaya produksi keramik diMalang lebih murah dibanding di tempatlain, (b) kualitas produk keramik di Malanglebih bagus dibanding keramik dari daerahlain termasuk Tiongkok, dan (c) prosesproduksi dan pemasaran keramik di Ma-lang sudah menggunakan teknologi baruseperti mesin, komputer, dan internet.

Pada akhirnya, nilai rata-rata pendapatresponden tentang kinerja adalah 4,2, arti-nya pengrajin keramik setuju bahwa UM-KM kerajinan keramik memiliki kinerjayang baik. Hasil analisis deskriptif ini me-nunjukkan bahwa: (a) hasil usaha keramikmembuat pengrajin lebih mampu mem-biayai sekolah anak, (b) hasil usaha keramikmembuat pengrajin lebih mampu mem-biayai kesehatan keluarga, dan (c) hasilusaha keramik membuat pengrajin lebihmampu memenuhi kebutuhan hidup layak,selain pendidikan anak dan kesehatankeluarga.

Tabel 1 memuat hasil analisis tiga varia-bel yang diteliti beserta indikator-indi-katornya. Variabel struktur pasar. Sebagianbesar responden menyatakan tidak setujubahwa jumlah penghasil keramik di Malangbanyak. Responden menilai penghasil kera-mik di Kota Malang tidak banyak karenapernah terjadi penurunan jumlah pengrajinkeramik di Kota Malang pada akhir tahun2014 sebagai akibat adanya kenaikan hargaelpiji.

Menurut Ketua Paguyuban PengrajinKeramik Dinoyo, ada 10 pengrajin keramikDinoyo yang beralih menjadi pengrajin gipsakibat kenaikan harga bahan bakar ini.Elpiji sangat penting bagi pengrajin keramikkarena digunakan sebagai bahan bakardalam proses produksi keramik, khususnyapada saat membakar keramik. Sebagai ilus-trasi, perubahan biaya pembelian elpijiuntuk proses produksi keramik karenakenaikan harga elpiji akan dirinci berikutini. Setiap proses pembakaran keramikmemerlukan 6 tabung elpiji ukuran 12 kilo-gram. Dalam satu bulan, pembakaran di-lakukan sebanyak 8 kali. Sebelum meng-alami kenaikan, harga elpiji ukuran 12 kilo-gram adalah Rp 119.000 per tabung, sehing-ga biaya yang dikeluarkan untuk pembelianelpiji adalah Rp 5.712.000 per bulan. Setelahterjadi kenaikan elpiji 12 kilogram menjadiRp 136.000 per tabung, maka biaya yangdikeluarkan untuk pembelian elpiji naikmenjadi Rp 6.528.000 per bulan. Hal inimenyebabkan beberapa usaha keramik ber-skala kecil tidak mampu lagi mempertahan-kan usahanya, sehingga harus beralih keusaha lain. Sebagian besar responden jugatidak mengetahui berapa jumlah produkkeramik dan penghasil keramik di Indo-nesia dan negara-negara lainnya di ASEAN.Sebaliknya, sebagian besar reponden setujubahwa jumlah produk keramik yang dijualdi Malang banyak dan mudah untuk mem-peroleh bahan baku keramik.

Variabel daya saing. Sebagian besarresponden setuju bahwa biaya produksikeramik di Kota Malang lebih murah dankualitas produk yang dihasilkan juga lebihbaik dibanding keramik yang dihasilkan ditempat lain. Bahkan responden juga sangatsetuju bahwa proses produksi dan pemasar-an sudah menggunakan teknologi yanglebih tinggi seperti mesin dan internet. Inimengindikasikan bahwa pengrajin meng-ikuti perkembangan teknologi dalam prosesproduksi keramik.

Variabel kinerja. Responden umum-nya berpendapat bahwa kinerja UMKMkeramik tergolong baik.

Page 76: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

376 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

Tabel 1Deskripsi Variabel Struktur Pasar, Daya Saing, dan Kinerja UMKM

Kerajinan Keramik

Variabel dan indikator

Pendapat Responden (%)Sangattidaksetuju

Tidaksetuju

Tidaktahu

Setuju Sangatsetuju

Jumlah

Struktur pasar1. Jumlah penghasil keramik di

Malang banyak3,3 56,7 30,0 10,0 0 100,0

2. Jumlah penghasil keramik diIndonesia dan negara-negara laindi ASEAN banyak

0 6,7 63,3 30,0 0 100,0

3. Jumlah produk keramik yangdijual di Malang banyak

0 6,7 20,0 73,0 0 100,0

4. Jumlah produk keramik yangdijual di Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN banyak

0 3,3 50,0 40,0 6,7 100,0

5. Pengadaan bahan baku untukproduksi keramik mudah

3,3 6,7 20,0 56,7 13,3 100,0

Daya Saing1. Biaya produksi keramik di Malang

lebih murah dibanding di tempatlain

6,7 23,3 23,3 46,7 0 100,0

2. Kualitas produk keramik diMalang lebih bagus dibandingkeramik dari daerah lain termasukTiongkok

3,3 26,7 13,3 36,7 20,0 100,0

3. Proses produksi dan pemasarankeramik di Malang sudahmenggunakan teknologi baruseperti mesin, komputer, daninternet

3,3 6,7 10,0 26,7 53,3 100,0

Kinerja1. Hasil usaha keramik membuat

pengrajin lebih mampu membiayaisekolah anak

3,3 0 10,0 43,3 43,3 100,0

2. Hasil usaha keramik membuatpengrajin lebih mampu membiayaikesehatan keluarga

3,3 3,3 13,3 56,7 33,3 100,0

3. Hasil usaha keramik membuatpengrajin lebih mampu memenuhikebutuhan hidup layak, selainpendidikan anak dan kesehatankeluarga

3,3 3,3 6,7 33,3 53,3 100,0

Sumber: Data primer, diolah.

Page 77: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 377

Usaha kerajinan keramik, menurut se-bagian besar responden, memberikan hasilyang baik sehingga mampu membiayai se-kolah anak, membiayai perawatan kesehat-an (bila diperlukan), dan untuk mewujud-kan kehidupan yang layak. Kinerja ini dapatdicapai karena adanya sentra produksi ke-ramik yang diberi nama “Kampung Ke-ramik”. Sentra keramik ini terletak di Ke-lurahan Dinoyo dan difasilitasi pemerintahKota Malang sebagai kampung wisata ke-rajinan keramik. Kebijakan ini berdampakpada banyaknya wisatawan yang mengun-jungi sentra keramik Kota Malang, terutamawisatawan domestik dari berbagai daerahdi Indonesia. Akibat selanjutnya, volumepenjualan keramik juga meningkat. Anekaproduk keramik dijual di tempat ini, mulai

dari peralatan dapur seperti mug, gelas,cangkir, piring kecil, dan poci, maupun ber-bagai perlengkapan terapi seperti cawankecil dan tempat untuk menampung air.Selain itu, produk keramik lainnya yangdijual oleh UMKM di wilayah ini adalahkeramik untuk hiasan rumah seperti vasbunga, asbak, guci, tempat tisu, dan ber-bagai macam hiasan.

Hasil AnalisisHasil analisis statistik menunjukkan

bahwa semua indikator yang digunakanadalah valid, kecuali jumlah penghasil ke-ramik di Kota Malang sebagai indikatorstruktur pasar dinyatakan tidak valid (Tabel2).

Tabel 2Loading, Average Variance Extracted (AVE), dan Reliabilitas Variabel

Variabel dan Indikator Loading AVE Reliabilitas

Struktur Pasar (X) 0,347 0,4951. Jumlah penghasil keramik di Malang banyak (X1) 0.4052. Jumlah penghasil keramik di Indonesia dan negara-negara

lain di ASEAN banyak (X2) 0.517

3. Jumlah produk keramik yang dijual di Malang banyak (X3) 0.6084. Jumlah produk keramik yang dijual di Indonesia dan negara-

negara lain di ASEAN banyak (X4) 0.746

5. Pengadaan bahan baku untuk produksi keramik mudah (X5) 0.617Daya Saing (Z) 0,605 0,6891. Biaya produksi keramik di Malang lebih murah dibandingkan

di tempat lain (Z1)0.788

2. Kualitas produk keramik di Malang lebih bagus dibandingkankeramik dari daerah lain termasuk dari Cina (Z2) 0.721

3. Proses produksi dan pemasaran keramik di Malang sudahmenggunakan teknologi baru, seperti mesin, komputer daninternet (Z3)

0.822

Kinerja (Y) 0,845 0,9081. Hasil usaha keramik membuat pengrajin lebih mampu

membiayai sekolah anak (Y1)0.882

2. Hasil usaha keramik membuat pengrajin mampu membiayaikesehatan keluarga (Y2) 0.973

3. Hasil usaha keramik membuat pengrajin mampu memenuhikebutuhan hidup yang layak, selain pendidikan anak dankesehatan (Y3)

0.900

Sumber: Hasil analisis GeSCA

Page 78: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

378 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

Convergent validity (loading) dinyatakantidak valid, namun parameter ini men-dekati 0,5 sehingga dapat dikatakan bersifatmarjinal. Semua variabel laten yang ditelitidapat dinyatakan valid berdasarkan padaangka Average Variance Extracted (AVE),walaupun nilai ini pada struktur lebih kecil,tetapi masih relatif mendekati 0,5. Secarakeseluruhan dapat dikatakan bahwa modelanalisis termasuk dalam kategori baikkarena internal konsistensi mendekati danlebih besar dari 0,5.

Model of fit structural cukup baik karenaFIT = 0,503, artinya variabel yang diguna-

kan dalam model, mampu menjelaskanfenomena yang diteliti sebesar 50,3%,sedangkan sisanya sebesar 49,7% dijelaskanoleh variabel lain di luar model analisis(Tabel 3). AFIT sebesar 0,462 atau 46,2%menunjukkan bahwa setelah memper-timbangkan jumlah sampel dan variabelbebas atau eksogen, model structural mam-pu menjelaskan variasi kinerja sebesar 46%.Model of fit overall tergolong baik karenaGoodness of Fit Index (GFI = 0,984) ≥ cut-off(0,90) dan Standardized Root Mean SquareResidual (SRMR = 0,079) ≤ cut-off (0,08).

Tabel 3Overall Fit Model

Kriteria Cut-off Hasil dari Model Keterangan

FIT Makin besar makinbaik

0.503 Cukup baikAFIT 0.462 Cukup baikGFI ≤ 0,08 0.988 BaikSRMR ≥ 0,90 0.079 Baik

Sumber: Hasil analisis GeSCA

Hasil analisis model struktural yang meng-gunakan perangkat lunak GeSCA untuk

menjawab tujuan penelitian disajikan padaGambar 2.

Gambar 2Hasil analisis model struktural

Keterangan: : Critical Ratio (CR) signifikan pada α = 5%

Hasil analisis statistik menunjukkanbahwa daya saing berpengaruh signifikanterhadap kinerja UMKM keramik (Tabel 4).Koefisien jalur bertanda positif, artinya

daya saing dan kinerja memiliki hubungansearah. Makin kuat daya saing maka kinerjaUMKM keramik makin tinggi, dengananggapan faktor lain konstan.

StrukturPasar (X)

Daya Saing(Z)

KinerjaUMKM (Y)

0,600

0,566

0,284

(1,0)

0,73

2,22*

Page 79: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 379

Tabel 4Hasil Analisis Model Struktural

No. Hubungan antar variabel Koefisienjalur

CR Kesimpulan

1 Struktur Pasar (X1) Daya saing (Z) 0,600 1,00 Tidaksignifikan

2 Struktur pasar (Y1) Kinerja UMKM (Y) 0,284 0,73 Tidaksignifikan

3 Daya Saing (Z) Kinerja UMKM (Y) 0,566 2,22* Signifikan

Sumber: diringkas dari hasil analisis GeSCA

PembahasanStruktur pasar keramik terbukti tidak

signifikan mempengaruhi kinerja UMKMkerajinan keramik di Kota Malang. Keter-bukaan pasar internasional di tingkat ASE-AN melalui implementasi ACFTA yangdikhawatirkan menimbulkan lonjakan jum-lah keramik asal Tiongkok yang akan ber-edar di pasar keramik Indonesia, termasukdi Kota Malang, sehingga akan membawadampak negatif terhadap UMKM keramik,ternyata tidak terbukti. Hal ini disebabkanantara lain, produk keramik asal Tiongkokyang dijual dengan harga lebih murahdibanding keramik domestik, tidak masukke pasar keramik di Kota Malang. Ada indi-kasi bahwa Kota Malang bukan merupakanpasar tujuan produk keramik asal Tiongkok.Salah satu penyebabnya adalah produkkeramik Malang memiliki karakteristik sen-diri sehingga mampu bersaing dengankeramik asal Tiongkok (Jawa Pos, 2015).Hasil penelitian ini sejalan dengan hasilpenelitian Tambunan (2011) bahwa tidakada indikasi kuat yang menyatakan bahwaliberalisasi perdagangan dunia memilikidampak negatif terhadap kinerja sektorUMKM di Indonesia. Berkurangnya jumlahprodusen keramik di Kota Malang jugatidak signifikan, hanya sekitar 10 produsenyang beralih menjadi pengrajin gips. De-ngan demikian, jumlah pengrajin keramikyang beroperasi di Kota Malang masihrelatif banyak. Temuan ini berbeda denganhasil kajian Mutakin dan Salam (2008) yang

menemukan bahwa biaya produksi dalampasar domestik mengalami kenaikan seiringdengan adanya pemberlakuan ACFTA. Pe-ningkatan biaya produksi pada usaha ke-ramik bukan disebabkan oleh implementasiACFTA, melainkan oleh terjadinya kenaik-an harga elpiji ukuran 12 kg di dalam negeripada akhir tahun 2014, dari Rp 119.000 pertabung menjadi Rp 136.000 per tabung.Akibatnya, biaya pembelian elpiji untukproses pembakaran keramik naik dari Rp5.712.000 menjadi Rp 6.528.000 per bulan.

Meningkatnya biaya produksi keramikdi Indonesia bisa menimbulkan trade creati-on dalam kerangka ACFTA, dan akan meng-untungkan negara ASEAN lain utamanyaTiongkok yang mampu menghasilkan ke-ramik dengan biaya lebih rendah (Aslam,2012). Apabila Indonesia tidak mampumenghasilkan keramik dengan biaya yangbersaing dengan negara lain, ACFTA akanmemberikan manfaat yang lebih besar ke-pada negara lain, terutama Tiongkok (Gibdan Pfaf, 2012). Manfaat trade creation akansemakin besar manakala negara-negarayang terlibat di dalamnya memiliki tingkatpersaingan yang tinggi dalam memenangipersaingan pasar domestik (Francois danWignaraja, 2008; Rizwanulhassan danShafiqurrehman, 2015).

Produk impor asal Tiongkok saat inibenar-benar telah memasuki pasar dalamnegeri dengan jumlah yang sangat besar.Menurut Asosiasi Industri Aneka KeramikIndonesia (Asaki), impor produk keramik

Page 80: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

380 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

asal Tiongkok yang terdaftar tahun lalu(2011) hanya mencapai 6,6 juta meter kubik(m3), namun produk keramik Tiongkokyang beredar di pasar Indonesia pada tahun2012 telah mencapai lebih dari 12 juta m3

atau hampir dua kali lipat dari yang tercatat(Kementerian Perindustrian, 2015). Data se-lanjutnya menunjukkan bahwa impor kera-mik dari Tiongkok selama tahun 2007-2010tercatat telah mencapai nilai rata-rata se-besar US$ 174,6 juta, tetapi pada tahun 2012impor produk ini meningkat tajam menjadiUS$ 278 juta. Indonesia adalah negara peng-impor produk Tiongkok terbesar ketiga diASEAN setelah Singapura dan Malaysia,tetapi pertumbuhan impor Singapura danMalaysia pada tahun 2013 menurun semen-tara nilai impor Indonesia meningkat(Hasan et al., 2014).

Meningkatknya produk impor dariTiongkok telah diprediksi oleh berbagaipihak terutama karena harga jual produkTiongkok umumnya lebih murah dibading-kan produk sejenis di dalam negeri. Efnita(2012) mengidentifikasi produk-produk dariTingkok yang membanjiri pasar Indonesia,diantaranya produk keramik, barang jadikulit, tas, dompet, alas kaki, sepatu casual,kulit, kaca mata, alat musik, mainan anak-anak, alat olah raga, alat tulis, besi dan baja,spare part, alat angkut, glokasia dan alkoho-loid nabati, senyawa organik, antibiotik,kaca, produk-produk pertanian, beras, gula,jagung, produk industri tekstil, dan produkotomotif. Data perdagangan antara Indo-nesia dan ASEAN-China sejak tahun 2005menunjukkan, netto perdagangan ekspor-impor antara Indonesia dan Tiongkok mulaimencatat defisit untuk Indonesia. Bahkan,khusus untuk tahun 2010, defisit perdaga-ngan antara Indonesia dan Tiongkok meng-alami kenaikan 37% per tahun (BPS, 2010).Defisit perdagangan Indonesia bisa semakinbesar mengingat terdapat tiga tahap pe-nurunan tarif perdagangan bebas dalamkerjasama ASEAN yang penerapannya ber-beda-beda seperti disajikan pada Tabel 5.

Dalam ACFTA disepakati bahwa libera-lisasi penuh dilaksanakan pada tahun 2010

bagi ASEAN-6 (Brunai Darussalam, Fili-pina, Indonesia, Malaysia, Thailand, danSingapura) dan China, serta tahun 2015untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Viet-nam (CLMV). Dengan demikian, sampaidengan tahun 2018 barulah perdaganganbebas ASEAN-China berlaku penuh untuksemua negara anggota ASEAN. Jika di-cermati dalam Tabel 5, produk keramiktermasuk di dalam kelompok yang sangatsensitif sehingga tarif bea masuk maksimal50% pada tahun 2015. Pemerintah Indonesiamasih mempunyai kesempatan untuk me-lindungi produk keramik dalam negerimelalui penetapan tarif bea masuk terhadapproduk keramik dari China atau darisesama negara anggota ASEAN lainnya.

Dalam peta jalan (roadmap) industrikeramik tahun 2009, Pemerintah Indonesiatelah menetapkan beberapa rencana aksitermasuk penetapan tarif bea masuk kera-mik. Sejak awal Januari 2005 Pemerintahtelah ditetapkan kenaikan tarif bea masukkeramik yaitu 30% untuk tableware, 20%untuk ubin dan saniter (China 18%, Malay-sia 30%, Filipina 15%, Thailand 30%, Viet-nam 45%, Kamboja 7%, Laos 5%). Khususuntuk keramik tableware masih dikenakantambahan bea masuk safeguard selama 3(tiga) tahun yaitu tahun 2006 sebesar Rp.1.600/kg, tahun 2007 sebesar Rp.1.400/kgdan tahun 2008 sebesar Rp.1.200/kg (Depar-temen Perindustrian, 2009).

Sebaliknya, Departemen Perindustrian(2009) mengidentifikasi bahwa ekspor pro-duk keramik Indonesia sering dikenai nontarif barrier seperti di Filipina dikenakansafeguard measure untuk keramik tile, diMeksiko dikenakan dumping untuk keramiktableware. Tidak efektifnya pengenaan tarifbea masuk keramik tersebut terutama di-sebabkan oleh meningkatnya impor kera-mik secara ilegal ke Indonesia. Meningkat-nya jumlah produk keramik yang beredar diIndonesia sebesar 40 juta meter persegi,menurut Ketua Asaki adalah ilegal (Tempo,2011).

Keramik-keramik tersebut diduga ma-suk ke Indonesia secara ilegal karena harga-

Page 81: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 381

Tabel 5Tiga Tahap Penurunan Tarif dalam Kerangka Kerjasama ACFTA

Early HarvestProgram (EHP)

Normal Tract (NT) Sensitive Tract (ST)

1. Produk-produk dibawah kategori EHPmencakup chapter01-08: binatang hi-dup, ikan, dairy pro-ducts, tumbuhan, sa-yuran, dan buah-buahan

2. Kesepakatan bilate-ral (produk spesifik)antara lain kopi,minyak kelapa CPO,coklat, barang darikaret, dan perabotan

3. Penurunan tarif di-mulai 1 Januari 2004secara bertahap danakan menjadi 0%pada 1 Januari 2006.

1. Treshold: 40% dengan 0-5% pada tahun 2005; 100%dengan 0% pada tahun 2010; (tarif beberapa produk dantidak lebih dari 150macam tarif akandihapuskan pada2012

2. Jumlah NT II Indo-nesia adalah se-besar 263 pos tarif(HS 6 digit)

3. Dasar hukum NTuntuk tahun 2009sampai dengan2012 telah ditetap-kan oleh Kemen-terian Keuangan

1. Sensitive List (SL)a) Tahun 2012, penurunan/peng-

hapusan tarif bea masuk menjadimaksimal 20%

b) Tahun 2018, penurunan/peng-hapusan tarif bea msuk menjadi0-5%

c) 304 produk (HS 6 digit antaralain: 1) barang jadi kulit: tas,dompet; 2) alas kaki: sepatu sport,casual, kulit; 3) kacamata; 4) alatmusik: tiup, petik, gesek; 5)mainan: boneka; 6) alat olah raga;7) alat tulis; 8) besi dan baja; 9)spare part; 10) alat angkut; 11)glokasida dan alkaloid nabati; 12)senyawa organik; 13) antibiotic;14) kaca; 15) barang-barangplastik

2. Highly Sensitive List (HSL)a) Tahun 2015, penurunan/peng-

hapuran tarif bea masuk menjadimaksimal 50%

b) Produk HSL berjumlah 47 pro-duk (HS 6 digit), yang antara lainterdiri dari produk pertanianseperti beras, gula, jagung, dankedelai; produk industri tekstildan produk tekstil; produk oto-motif, dan produk keramiktableware.

Sumber: Dikompilasi dari Kementerian Perindustrian RI (2012) serta Wahyudi dan Budiono (2014).

harganya terlalu murah, yaitu Rp 65 ribuper meter persegi. Harga ini di bawah hargakeramik poles produksi lokal yang men-capai Rp 100 ribu per meter persegi. Ideal-nya setelah dikenai berbagai biaya danpajak, harga keramik Tiongkok palingmurah Rp 85 ribu per meter persegi. Pajakyang seharusnya dikenakan terhadap pro-duk keramik impor di antaranya PajakPertambahan Nilai sebesar 10 persen, Pajak

Penghasilan sebesar 2,5 persen, dan beamasuk sebesar 20 persen.

Timbulnya praktik impor keramik se-cara ilegal selain didorong oleh harga kera-mik luar negeri (China) yang lebih murahjuga disebabkan fungsi atau penggunaanproduk keramik cukup luas sehingga pasarnya juga besar. Industri keramik meliputiindustri bahan baku, industri bahan pe-nolong, dan industri bahan setengah jadiserta produk keramik seperti tile, saniter,

Page 82: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

382 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

dan tableware dan alat laboratorium yangmeliputi KBLI (Klasifikasi Baku LapanganUsaha Indonesia) 26.201 sampai dengan26209 atau HS (Hamonize System) 6.901 sam-pai dengan 6914 (Departemen Perindustri-

an, 2009). Produk keramik dapat dibagi ke-dalam tiga kelompok, yaitu ubin/tile, sani-ter, dan tableware dengan rincian produk-nya seperti pada Tabel 6.

Tabel 6Pengelompokan Produk Keramik

No. Uraian1. Keramik ubin/tile:

Ubin lantai, ubin perapian atau ubin dinding

2. Keramik Saniter:Bak cuci, wastafel, alas baskom cuci, bak mandi, bidet, bejana kloset, tangki airpembilasan, tempat kencing, dan perlengkapan saniter semacam itu darikeramik, dari porselen atau tanah lempung China

3. Keramik tableware:Perangkat makan, perangkat dapur, perlengkapan rumah tangga lainnya

Sumber: Departemen Perindustrian (2009).

Departemen Perindustrian (2009) meng-identifikasi dua faktor penting yang mempengaruhi produksi keramik di Indonesia.Pertama, bahan baku/penolong sebagianbesar masih diimpor khususnya dari Chinaseperti feldspar, clay, pigmen, dan chinastone. Sebenarnya deposit feldspar ada diBanjarnegara, Pengaribuan, Lampung, Tu-lung Agung dan Lodoyo, Clay di Lampungdan Monterado (Kalimantan Barat), kaolindi Bangka dan Belitung, pasir kuarsa diPacitan, namun sampai saat ini belum di-kelola secara manufaktur. Kedua, bahanbakar yang digunakan adalah gas bumiyang diperoleh dari PT PGN dengan pem-bayaran menggunakan mata uang US$,sedangkan penjualan didalam negeri meng-gunakan mata uang rupiah, oleh sebab ituindustri keramik sering mengalami kerugi-an akibat perubahan kurs. Akibatnya,kinerja dan daya saing keramik Indonesiamasih kalah bersaing dengan produk sejenisdari negara-negara produsen utama yaituChina, Italy, Spanyol, Turki, dan Brazil.

Struktur pasar juga tidak berpengaruhsignifikan terhadap daya saing produkkeramik di Kota Malang. Struktur pasaryang tercipta dengan adanya integrasi pasar

melalui ACFTA seharusnya adalah pasarpersaingan sempurna, namun, strukturpasar kerajinan keramik yang terbentuk diKota Malang adalah pasar persaingan tidaksempurna karena sebagian besar pengrajinkeramik (70%) menyatakan bahwa jumlahpenghasil keramik di Malang relatif sedikitdan sebagian besar (63%) juga tidak me-ngetahui tentang jumlah penghasil keramikdi Indonesia dan negara-negara lain diASEAN.

Dalam upaya meningkatkan daya saingproduk keramik, penghasil keramik se-harusnya meningkatkan pengetahuan ter-kait pasar keramik dengan memanfaatkanteknologi informasi. Penggunaan dan asimi-lasi teknologi informasi dan komunikasioleh UKM adalah sangat penting untukmeningkatkan daya saing (Ongori danMigiro (2009) Selain itu, penggunaan tekno-logi informasi dan komunikasi dalam UKMakan meningkatkan akses ke pasar inter-nasional. Penelitian Guzman et al. (2015)menemukan bahwa UKM yang mengadopsiteknologi informasi memiliki potensi yangbesar untuk meningkatkan daya saing UKMdan akhirnya meningkatkan pertumbuhanekonomi. Bahkan untuk bisa bertahan

Page 83: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 383

dalam pasar yang sangat kompetitif, UKMharus menggunakan teknologi informasidengan lebih efisien daripada usaha besar.Alyahya dan Suhaimi (2013) menyarankanbahwa teknologi informasi menjadi bagiandari model strategi bisnis UKM. Kendalayang seringkali dihadapi oleh UKM adalahketerbatasan kapabilitas sumber dayamanusia, oleh karena itu, untuk mencapaikeunggulan bersaing yang berkelanjutan,pengusaha UKM harus memperoleh tingkatkompetensi teknologi informasi dankomunikasi tertentu melalui pendidikanatau pengalaman dalam teknologi informasidan komunikasi (Ong dan Ismail, 2008).

Struktur pasar juga terbukti tidak ber-pengaruh signifikan terhadap kinerja UM-KM kerajinan keramik Kota Malang. Hasilanalisis secara keseluruhan menemukanbahwa peningkatan kinerja UMKM keramikdi Kota Malang dipengaruhi secara signi-fikan oleh daya saing, bukan oleh strukturpasar dan integrasi ekonomi melaluiACFTA. Struktur pasar produk kerajinankeramik yang terbentuk di Kota Malangadalah pasar persaingan tidak sempurnaterutama karena para pengrajin tidak me-miliki informasi yang memadai tentangjumlah produk keramik yang dijual di pasarnasional maupun internasional. Pengetahu-an informasi ini akan menentukan perilakupengrajin dalam proses produksi dan pe-masaran sehingga bisa lebih efektif danefisien. Selain itu, struktur pasar persaingantidak sempurna didukung oleh adanyaindikasi kuat bahwa produk kerajinan kera-mik sangat bervariasi sehingga tidak homo-gen menurut konsumen. Variasi produkmenjadi basis pengrajin untuk dapat me-nentukan harga, tetapi belum dimanfaatkansecara optimal oleh pengrajin.

Daya saing terbukti berpengaruh signi-fikan terhadap kinerja UMKM keramik diKota Malang. Daya saing UMKM kerajinankeramik diukur dengan (1) biaya produksikeramik di Malang yang lebih murah di-bandingkan di tempat lain, (2) kualitas pro-duk keramik di Malang lebih baik dariproduk dari daerah lain, termasuk dari

China, dan (3) proses produksi dan pe-masaran sudah menggunakan terkologibaru. Indikator kualitas produk dan prosesproduksi berperan lebih besar daripadabiaya produksi dalam daya saing produkkeramik. Sebagian besar pengrajin keramik(56,7%) menyatakan bahwa kualitas produkkeramik di Kota Malang lebih bagus di-bandingkan daerah lain termasuk Cina dan80% pengrajin keramik menyatakan bahwaproses produksi dan pemasaran keramik diKota Malang sudah menggunakan tekno-logi baru yang tidak lagi konvensionalseperti mesin, komputer, dan internet.

Produk kerajinan keramik Kota Malangpada khususnya dan di Indonesia padaumumnya akan lebih memiliki daya saingapabila didukung oleh berbagai programatau kebijakan pemerintah, di antaranyaadalah penetapan Standar Nasional Indo-nesia (SNI) untuk produk keramik. Peme-rintah melalui Badan Standisasi Nasional(BSN) mulai tahun 2014 melakukan per-cepatan penerapan SNI wajib sebanyak 564produk, termasuk produk keramik, yangmerupakan salah satu faktor kunci penentudaya saing (Ahmedova, 2015). Percepatanpemberlakuan SNI wajib dimaksudkanuntuk menjadi pelindung bagi produsendomestik terhadap serbuan barang imporkarena perjanjian perdagangan bebas antaraIndonesia dan negara-negara lain, telah se-makin mempermudah barang-barang im-por untuk masuk ke Indonesia. Faktanya,tidak sedikit produk impor yang beredar diIndonesia adalah barang berkualitas rendahdengan harga yang lebih murah. Produkimpor dengan harga yang lebih murah ini,akan menjadi ancaman bagi produsen do-mestik sehingga memerlukan perlindungan.

Selain perlindungan dari pemerintahmelalui SNI, daya saing UMKM kerajinankeramik dapat dilakukan melalui berbagaiinovasi, termasuk inovasi produk secaraberkelanjutan. Upaya berinovasi diyakiniakan meningkatkan daya saing produkkeramik Indonesia, tidak hanya di pasardomestik, melainkan juga di pasar global,sebagaimana dialami oleh UKM di Malaysia

Page 84: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

384 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

dan Thailand (Wonglimpiyarat, 2011). Me-lalui motif atau desain yang menarik, misal-nya, keramik Indonesia pasti akan lebihdisukai konsumen meski harganya mung-kin lebih tinggi dibandingkan dengan kera-mik produk negara lain. Saat ini, beberapaperusahaan mengembangkan keramik ber-nuansa budaya, yakni keramik dengandesain batik yang merupakan sumberdayalokal yang berdaya saing tinggi (Sok danO’Class, 2011). Pengembangan inovasi pro-duk dan daya saing UKM dapat dilakukanmelalui kerjasama dengan perusahaan besaratau antar UKM (Sen dan Haq, 2011).

Integrasi ekonomi ASEAN melaluiACFTA tidak berpengarih signifikan ter-hadap kinerja kerajinan keramik di KotaMalang. Hal ini terutama disebabkan tidakberedarnya produk keramik asal Tiongkokdi Kota Malang. Pada saat ini, Kota Malangmungkin belum menjadi tujuan pasar pro-duk kerajinan keramik dari Tiongkok. Salahsatu kekuatan lainnya adalah adanya buktibahwa keramik asal Kota Malang memilikikarakteristik tertentu yang diakui palingtidak oleh masyarakat Eropa, yang dinilaiberbeda dengan keramik asal Tiongkok(Jawa Pos, 2015).

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Struktur pasar yang terbentuk melaluiintegrasi ekonomi ASEAN sebagai imple-mentasi ACFTA terbukti tidak signifikanperannya terhadap kinerja UMKM kerajin-an keramik di Kota Malang, baik secaralangsung maupun tidak langsung melaluidaya saing. Produk keramik asal Tiongkoktidak beredar di Kota Malang sehinggatidak mempengaruhi struktur pasar kera-mik di wilayah ini. Keunikan produk kera-mik Kota Malang menjadi salah satu alasanutama tidak beredarnya produk keramikasal Tiongkok di daerah ini. Hasil penelitianjuga menunjukkan bahwa daya saing bukansebagai mediasi antara struktur pasar dankinerja UMKM kerajinan keramik di KotaMalang. Kinerja UMKM keramik di KotaMalang secara signifikan ditentukan hanya

oleh daya saing. Temuan ini menekankanbahwa proses produksi untuk menghasil-kan produk berkualitas dengan biaya yangefisien menjadi penentu utama daya saingkeramik di Kota Malang.

SaranUntuk mempertahankan dan mening-

katkan daya saing produk keramik KotaMalang maupun Indonesia pada umumnya,sebaiknya pemerintah mempercepat pene-rapan SNI khususnya untuk produk kera-mik. Kebijakan ini penting untuk melindu-ngi produsen kecil keramik Indonesia me-lalui hambatan non-tarif, karena implemen-tasi ACFTA tidak memungkinkan bagi negara yang terlibat di dalamnya untuk me-nerapkan kebijakan tarif, termasuk Indo-nesia. Selain itu, pemerintah Indonesia per-lu mengintensifkan penyebarluasan infor-masi pasar bagi semua pelaku pasar kera-mik terkait dengan dampak ACFTA ter-hadap kinerja usaha. Pemerintah hendak-nya memfasilitasi penggunaan inovasi ber-kelanjutan dalam pengembangan produkkeramik.

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini terbatas pada sentra

produksi keramik di Kota Malang sehinggahasil penelitian tidak dapat digeneralisasiuntuk UMKM keramik-keramik secara luas.Penelitian di pusat-pusat produksi keramikdi daerah lain di Indonesia akan memberi-kan informasi yang lebih lengkap tentangbagaimana daya saing dan kinerja UMKMkeramik nasional.

Daya saing berperan penting dalammeningkatkan kinerja UMKM keramik diKota Malang. Daya saing dalam penelitianini dilihat dari biaya produksi, kualitas pro-duk, dan proses produksi yang mengguna-kan teknologi. Ketiga indikator ini diukurdengan persepsi pengrajin keramik sehing-ga tidak mampu mengungkapkan prosesproduksi yang dapat menghasilkan produkdengan kualitas dan biaya produksi ter-tentu. Informasi ini akan lebih mampu di-

Page 85: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 385

ungkapkan melalui penelitian dengan pen-dekatan kualitatif.

DAFTAR PUSTAKAAhmedova, S. 2015. Factors for Increasing

the Competitiveness of Small andMedium-Sized Enterprises (SMEs) inBulgaria. Procedia - Social and BehavioralSciences 195: 1104–1112.

Alyahya, M. dan M. A. Suhaimi. 2013. AConceptual Model for Business andInformation Technology StrategicAlignment from the Perspective ofSmall and Medium Enterprises. Inter-naional Journal of Business, Humanitiesand Technology 3(7): 83-90.

Ambastha, A. dan Momaya, K. 2012.Competitiveness of Firms: Review ofTheory, Frameworks, and Models.Singapore Management Review 26(1): 45-61.

Amitim, M. dan J. Konings. 2007. TradeLiberalization, Intermediate Inputs, andProductivity: Evidence from Indonesia.The American Economic Review 97(5):1611-1638.

Aslam, M. 2012. The Impact of ASEAN-China Free Trade Area Agreement onASEAN’s Manufacturing Industry.International Journal of China Studies 3(1):43-78.

Black, J. Stewart dan Lyman W. Porter. 2000.“Management: Meeting New Challenges.”New Jersey: Prentice-Hall Inc.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Per-kembangan Ekspor dan Impor Indo-nesia Oktober 2010. Berita Resmi Sta-tistik. No. 74/12/Th. XIII, 1 Desember2010.

Cetindamar, D. dan H. Kilitcioglu. 2013.Measuring the Competitiveness of aFirm for an Award System. Competi-tiveness Review: An International BusinessJournal 22(1): 7-22.

Chia, S. Y. 2011. Association of SoutheastAsian Nations Economic Integration:Development and Challenges. AsianEconomic Policy Forum 6(1): 43-63.

Cho, Y. J., C. S. Leem, dan K. T. Shin. 2008.The Relationships among Manufactur-ing Innovation, Competitiveness, andBusiness Performance in the Manu-facturing Industries of Korea. Inter-national Journal of Advance Manufactur-ing Technology 38: 840–850.

Departemen Perindustrian. 2009. RoadmapIndustri Keramik. Direktorat Jenderalindustry Agro dan Kimia, DepartemenPerindustrian. Jakarta.

David, S. J., M. Christopher., dan N. Dennis.2011. Trade Booms, Trade Bust, andTrade Costs. Journal of International Eco-nomics 83(2): 185-201.

Efnita, Y. 2012. Pengaruh ASEAN ChinaFree Trade Area (ACFTA) TerhadapaPertumbuhan Ekonomi di Indonesia.Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akun-tansi 19(2): 85-101

Endoh, M. 2012. Trade Creation and TradeDiversion on the EEC, the LAFTA andthe CMEA: 1960-1994. Applied Economics31(2): 207:216.

Fancois, J. dan G. Wignaraja. 2008. Econo-mic Implications of Asian Integration.Global Economy Journal 8(3): 1-46.

Ferrianta, Y., N. Hanani, B. Setiawan, danW. Muhaimin. 2012. Impact of TradeLiberalization ASEAN-China FreeTrade Area (ACFTA) on the Perfor-mance of Indonesia Maize Economy.Journal of Basic and Applied ScientificResearch 2(7): 6801-6809.

Geib, P. and L. Pfaff. 2012. China: TradeAgreements and Relationships withSouhteast Asian Nations. Journal ofManagement Policy and Practice 13(2): 56–65.

Gumilang, H., K. Mukhopadhyay, dan P. J.Thomassin. 2011. Economic and Envi-ronmental Impacts of Trade Liberali-zation: The Case of Indonesia. EconomicModelling 28: 1030-1041.

Guzman, G. M., G. C. L. Torres, M. C. M.Serna, dan S.M. Garcia. 2015. Infor-mation Technology and Competitive-ness: the Mexico’s SMEs Context.Proceedings of the International Sympo-

Page 86: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

386 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

sium on Emerging Trends in Social ScienceResearch, Chennai-India, 3-5 April 2015paper ID: CF523.

Hasan, M. M., J. H. Cheng, dan L. Xuan.2014. CAFTA: China-ASEAN FreeTrade Aream Implication on Trade andDevelopment. Journal of Economics andSustainable Development 5(15): 48-55.

Huang, H. dan Y. Takane. 2015. GeneralizedStructured Component Analysis: AComponent-Based Approach to StructuralEquation Modeling. CRC Press. NewYork.

Kimberly, A. 2010. Trade Creation andTrade Diversion in the Canada-UnitedStates Free Trade Agreement. CanadianJournal of Economics 34(3): 678-696.

Kementrian Perindustrian. 2015. “InovasiProduk untuk Tingkatkan Daya Saing”.http://www.kemenperin.go.id/artikel/11411, diakses tanggal 14 Juli 2015.

Kementerian Perindustrian Republik Indo-nesia. 2012. Perkembangan KerjasamaASEAN di Sektor Industri (s.d. 2011).Direktorat Jenderal Kerjasama IndustriInternasional, Januari 2012.

Leong, C. K. 2013. Special Economic Zonesand Growth in the People’s Republic ofChina and India: An Empirical Investi-gation. International Economics andEconomic Policy 10(4): 549-567.

Madani, D. H. 2001. Regional Integrationand Industrial Growth among Deve-loping Countries: The Case of ThreeASEAN Members, Policy ResearchWorking Paper, No. 2697, World Bank,Oktober: 1-44

Malang Post. 2015. “Pemkot Malang Goesto Europe”. http://www.malang-post.com/kota-malang/102081-pemkot-malang-goes-to-europe. Diunduh, 22Juli 2015.

Moberg, L. 2015. The Political Economy ofSpecial Economic Zones. Journal of Insti-tutional Economics 11(1): 167-190.

Mutakin, F. dan A. R. Salam. 2008. DampakPenerapan ASEAN China Free TradeAgreement (AC-FTA) bagi Perdaga-

ngan Indonesia. Economic Review 218: 1-11.

Nurhajati dan A. Wahab. 2007. PerilakuWirausaha Industri Keramik BerskalaKecil untuk Meningkatkan Daya Saingdi Malang. Laporan Penelitian Funda-mental, dibiayai oleh DP2M, Dikti.

Ong, J. W. dan H. B. Ismail. 2008. Sustai-nable Competitive Advantage throughInformation Technology Competence:Resource-Based View on Small andMedium Enterprises. Communications ofthe IBIMA 1: 62-70.

Ongori, H. dan S. O. Migiro. 20090. Infor-mation and Communication Techno-logies Adoption in SMEs: LiteratureReview. Journal of Chinese Entrepreneur-ship 2(1): 93-104.

Park, J. H. 1995. New Regionalism andThird World Development, Journal ofDeveloping Societies XI(1): 21–35.

Park, D. 2007. The Prospects of the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA): AQualitative Overview. Journal of the AsiaPacific Economy 12(4): 485-503.

Patunru, A. A. dan C. V. Luebke. 2010.Survey of Recent Developments. Bulle-tin of Indonesian Economic Studies 46(1):7-31.

Rahutami, A. I. dan W. Kekalih. 2011.Strengthening the Domestic Market orSearching Export Opportunities: ADilemma Resulted from the Impact ofACFTA on Small and Medium Enter-prises. China-USA Business Review 10(9):802–815.

Rodriguez, P. J., P. Carbonel, dan A. L.Rodriguez-Escudero. 2011. Speed orQuality? How the Order of MarketEntry Influences the Relationship Bet-ween Market Orientation and NewProduct Performance. International Jour-nal of Research in Marketing 28(20): 145-154.

Rizwanulhassan, M. dan Shafiqurrehman.2015. Economic Integration: An Analy-sis of Major SAARC Countries. SouthAsian Studies 30(1): 95-105.

Page 87: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 387

Saunders, M., P. Lewis dan A. Thornhill.2009. Research Methods for BusinessStudents. Fifth Edition. Prentice Hall.Harlow-England.

Scwhab, K. 2012. The Global Competitive-ness Report 2012-2103. World Econo-mic Forum. Retrived from www.weforum.org/gcr.

Sen, A. K. dan K. Haq. 2011. Product Inno-vation by Small and Medium-SizedFirms Through Outsourcing and Colla-boration. International Journal of Manage-ment and Marketing Research 4(1): 61-73

Sok, P. and A. O’Class. 2011. AchievingSuperior Innovation-Based Performan-ce Outcomes in SMEs through Inno-vation Resource-Capability Comple-mentarity. Industrial Marketing Manage-ment Journal 40: 1285-1293.

Sriningsih, E. 2011. ACFTA Impact OnSmall and Medium Industries in Indo-nesia, Presented in: One Day Internati-onal Seminar on “Exploring Cultureand Economic System of China”Guandong University Cina 14 Juli.

Tambunan, T. dan A. C. Chandra. 2014.Utilisation Rate of Free Trade Agree-ments (FTAs) by Local Micro, Small-and Medium-Sized Enterprises: A Storyof ASEAN. Journal of International Busi-ness and Economics 2(2): 133-163.

Tempo. 2011. “Impor Keramik Ilegal Mem-banjiri Pasar”. http://bisnis.tempo.co/read/news/2011/02/16/090313919/impor-keramik-ilegal-membanjiri-pasar.Diunduh, tanggal 22 Juli 2015.

Tenenhaus, M. 2008. Component-BasedStructural Equation Modeling. TotalQuality Management and Business Excel-lence 19: 871-886.

Vanhnalat, B., P. Kyouphilavong, A. Phon-visay, B. Songsourivong. 2015. Assee-ment the Effect of Free Trade Agree-ments on Exports of Lao PDR. Inter-national Journal of Economics andFinancial Issues 5(2): 365-376.

Wahyudi, E. dan Budiono. 2014. TheImpact of AC-Free Trade Area on thePerformance of Industrial Sectors inIndonesia. Journal of Economics, Business,and Accountancy Ventura 17(1): 1-12.

Wang, J. 2013. The Economic Impact ofSpecial Economic Zones: Evidence fromthe People’s Republic of China Muni-cipalities. Journal of Development Econo-mics 101: 133-147.

Wonglimpiyarat, J. 2011. Government Pro-grammes in Financing Innovations:Comparative Innovation System Casesof Malaysia and Thailand. Technology inSociety 33:156–164.

Page 88: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

261

MODEL KEMAMPUAN MANAJERIAL MUDHARIB SEBAGAI DASAR INVESTASIPADA REKSADANA SYARI’AH

[email protected]

Siti Rokhmi FuadatiDini Widyawati

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

ABSTRACT

Limited capital, time, and knowledge of investment and investment needs have encouraged people to do conductinvestment on secure financial instrument. Some investment ways can be carried out on financial instrument(financial investment). In accordance with these ways, mutual funds sharia investment becomes the choice of thepublic. The research is aimed to provide models to appraise performance on sharia mutual funds in order to makeprospective investors can conduct their investment quite easily. The research samples are 9 mutual funds shariastocks from 52 sharia mutual funds. The research method has been carried out by using multiple regression analysistechniques. Stock selection is the mudharib ability to select sharia stock portfolio and market timing is mudharibability to do / to execute the investment as the variable to determine sharia mutual funds performance which hasbeen selected. The result of the research shows that stock selection is significant and positive which means that byhaving ability to select stock portfolio, it will generate a quite well sharia mutual funds performance. Whereasmarket timing or the ability to execute or to penetrate market has significant influence to the mudharib performanceas stock mutual funds manager. The practical implication is to provide enrichment of mutual funds performanceappraisal models for investor through mudharib managerial ability analysis which is proxy by stock selection andmarket timing as its investment guidance.

Key words: sharia mutual funds, managerial ability, stock selection, market timing, mudharib

ABSTRAK

Keterbatasan modal, waktu, dan pengetahuan investasi serta kebutuhan investasi, mendorongmasyarakat ingin melakukan investasi pada instrument keuangan yang aman. Beberapa cara dapatdilakukan investasi pada instrument keuangan (financial investment). Sehubungan dengan itu, makainvestasi pada reksadana syari’ah bisa menjadi pilihan investasi masyarakat. Penelitian ini bertujuanmemberikan model untuk menilai kinerja pada reksadana syari’ah agar calon investor dapat melakukaninvestasi dengan relatif mudah. Sampel penelitian ini adalah 9 reksadana saham syari’ah dari 72reksadana syari’ah. Metode penelitian menggunakan teknik analisis regresi berganda. Menggunakanstock selection yaitu kemampuan mudharib untuk memilih portofolio saham syari’ah dan market timingyaitu kemampuan mudharib melakukan/mengeksekusi investasinya, sebagai variabel untukmenentukan kinerja reksadana syari’ah yang dipilih. Temuan dari hasil penelitian ini bahwa stockselection positif dan signifikan artinya dengan kemampuan memilih portofolio saham menghasilkankinerja reksadana syari’ah yang baik. Adapun untuk market timing atau kemampuan mengeksekusi/memasuki pasar berpengaruh signifikan terhadap kinerja mudharib sebagai pengelola reksadanasaham. Implikasi praktis adalah memberi pengayaan model penilaian kinerja reksadana bagi investormelalui analisis kemampuan manajerial mudharib yang diproksikan dengan stock selection dan markettiming sebagai petunjuk investasinya.

Kata kunci: reksadana syari’ah, kemampuan manajerial, stock selection, market timing, mudharib

Page 89: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

262 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

PENDAHULUANDewasa ini kesadaran masyarakat

untuk melakukan investasi guna meng-amankan harta untuk kebutuhan hari esoksemakin tinggi. Satu cara masyarakat me-lakukan investasi yaitu pada instrumentkeuangan (financial investment) yang dapatdilakukan di pasar modal. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasarmodal merupakan suatu kegiatan yang ber-sangkutan dengan penawaran umum danperdagangan efek, perusahaan publik yangberkaitan dengan efek yang diterbitkannya,serta lembaga dan profesi yang berkaitandengan efek, serta Peraturan PemerintahNomor 12 Tahun 2004 tentang Penyeleng-garaan Kegiatan di Bidang Pasar Modaluntuk meningkatkan kinerja PerusahaanEfek melalui peningkatan permodalan danuntuk menjamin hak-hak kepemilikan Per-usahaan Efek pada Bursa Efek.

Adanya keterbatasan modal, waktu,dan pengetahuan investasi yang belummemadai serta kurangnya akses atas infor-masi uang tersedia di pasar modal, semen-tara kebutuhan investasi tidak boleh di-tunda-tunda, mendorong masyarakat inginmelakukan investasi pada instrument ke-uangan yang aman. Sehubungan dengan itu,maka investasi pada reksadana bisa menjadipilihan investasi masyarakat. MenurutUndang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun1995 pasal 1 ayat (27), menyebutkan reksa-dana adalah wadah yang dipergunakanuntuk menghimpun dana dari masyarakatpemodal untuk selanjutnya diinvestasikandalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Adapun reksadana syari’ah adalahwadah yang dipergunakan untuk meng-himpun dana dari masyarakat pemodalsebagai pemilik harta (shabib al-mal/rabb al-mal) untuk selanjutnya diinvestasikan dalamPortofolio Efek oleh Manajer Investasi se-bagai wakil shahib al-mal menurut ke-tentuan dan prinsip Syari’ah islam.

Saat ini jumlah penduduk Indonesiasekitar 255 juta dan sebagian besar beragamaIslam, maka produk reksadana dengan kon-sep syari’ah bisa menjadi primadona inves-

tasi, sedangkan penduduk Indonesia yangselain Islam juga berpotensi melakukaninvestasi, mengingat Reksadana Syari’ahtidak terbatas hanya untuk masyarakatmuslim saja. Hal ini disebabkan bahwa padadasarnya syari’ah itu bukan ”Keyakinan”melainkan ”System Ekonomi” yaitu denganmengedepankan prinsip kejujuran, keadilandan bermanfaat bagi sesama itu menjadinilai-nilai dasar kemanusiaan apapunagamanya dan berasal dari suku manapun.

Beberapa keuntungan Investasi reksa-dana Syari’ah antara lain: (1) dikelola olehmanajemen profesional dan ahli di bidang-nya, (2) diversifikasi investasi sehinggakinerjanya lebih optimal dibanding jikainvestor harus berinvestasi sendiri, (3) me-miliki likuiditas yang tinggi (bisa dicairkankapan saja), (4) biaya investasi cenderungrendah, (5) adanya transparansi informasidan bisa dipantau di media masa, setiapbulan nasabah akan diberikan laporankinerja investasi seperti rekening koran dankinerja Reksa Dana (Fund Fact Sheet), (6) lebihaman dan stabil karena total utang yangberbasis bunga dibandingkan dengan totalekuitas tidak lebih dari 82% yang berartimodal 55 persen dan utang 45 persen, totalpendapatan bunga dan pendapatan tidakhalal lainnya dibandingkan dengan totalpendapatan usaha (revenue) dan pendapatanlain-lain tidak lebih dari 10 persen.

Hal penting dalam investasi pada reksa-dana syari’ah adalah dilakukannya analisisportofolio oleh manajer investasi (mudharib),sehingga evaluasi kinerja reksadana syari’ahyang mencerminkan kemampuan manajerialmudharib, menjadi suatu keharusan bagimasyarakat yang melakukan investasi dalamupaya meminimumkan risiko tanpa harusmengorbankan return. Pengeloalaan padareksadana syari’ah dalam manajemen porto-folio saham dapat dilakukan dalam kategoriaktif. Manajer investasi (mudharib) aktif ber-usaha untuk "mengalahkan pasar" denganmembentuk portofolio yang mampu meng-hasilkan pengembalian aktual (actual return)yang melebihi risk adjusted expected returns(Reilly and Brown, 2012).

Page 90: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 263

Berdasarkan nilai investasi secara ke-seluruhan, partisipasi pemodal domestik diPasar Modal masih relatif kecil. Hal inididuga adanya pengaruh psikologis (yangmerupakan ciri khas masyarakat di negaraberkembang) bahwa masyarakat lebih sukamenghindari risiko yang timbul bila ber-investasi di Pasar Modal. Instrumen inves-tasi seperti tabungan atau deposito menjadipilihan utama, karena risiko yang di-tanggung relatif kecil tetapi memberikanhasil yang tetap, kecil dan pasti.

Pengaruh psikologis yang takut akanrisiko dalam berinvestasi pada reksadanasyari’ah dapat dieliminir, apabila investormampu melakukan analisis secara mandiriterhadap kemampuan manajerial mudharib.Menurut penelitian Fama (1972) menyatakanbahwa kinerja manajer investasi dapat di-bedakan menjadi dua, yaitu: (1)Stock Selec-tion Skill dan (2) Market Timing Skill. Markettiming merupakan ukuran kemampuanmanajer portofolio dalam hal antisipasiterhadap perubahan pasar. Stock selectionmerupakan kemampuan manajer portofoliodalam memilih sekuritas yang tepat, me-milih sekuritas yang diekspektasikan akanmemberikan kontribusi return tinggi (Bodie,2005: 662). Bentuk spesifik penentuan waktupasar (market timing) melibatkan aktivitasmenggeser dana antara portofolio indekspasar dengan aset yang aman (Bodie, 2011:862). Bila pasar akan menurun maka manajermengubah komposisi portofolio yang di-kelolanya ke sekuritas yang lebih rendahvolatilitasnya dan begitu pula sebaliknya(Manurung, 2004: 344).

Pengetahuan tentang kemampuanmanajerial mudharib menjadi sangat penting,mengingat yang bersangkutan adalah pe-ngelola reksadana syari’ah. Hal ini ter-cantum dalam Fatwa Dewan Syari’ahNasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001:tentang Pedoman Pelaksanaan Investasiuntuk Reksadana, Bab I pasal 1 ayat 6, me-nyatakan bahwa Reksadana Syari’ah adalahReksadana yang beroperasi menurut ke-tentuan dan prinsip Syari’ah Islam, baik

dalam bentuk akad antara pemodal sebagaipemilik harta (sahib al-mal/Rabb al Mal)dengan mudharib sebagai wakil shahib al-mal,maupun antara mudharib sebagai wakilshahib al-mal dengan pengguna investasi.

Mekanisme operasi reksadana syari’ahberupa, pertama adalah wakalah yang me-rupakan pernyataan ijab dan qabul harusdinyatakan oleh para pihak untuk me-nunjukkan kehendak mereka dalam meng-adakan kontrak (akad) dengan imbalanbersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkansecara sepihak sesuai mekanisme operasiyang kedua adalah mudharabah yang me-rupakan kerjasama antara pemilik danadengan pengelola modal untuk melakukanusaha tertentu dengan pembagian keuntu-ngan berdasarkan nisbah.

Peranan dan kemampuan manajerialmudharib sebagai pengelola investasi se-makin nyata dengan mengacu kepadaUndang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun1995, pasal 1 ayat (27) dimana terdapat unsurpenting perihal reksadana pada poin ketigayaitu: Pengelolaan dana dilakukan olehpihak yang profesional dan dana disimpandi bank kustodian yang independen daripengelola. Ditambahkan pula dari FatwaDewan Syari’ah Nasional No. 10/DSN-MUI/IV/2000, tentang syarat-syarat wakil(yang mewakili) pada sistem operasionalwakalah adalah (a) Cakap hukum; (b) Dapatmengerjakan tugas yang diwakilkan ke-padanya dan (c) Wakil adalah orang yangdiberi amanah.

Berdasar uraian adanya potensi pe-ngembangan investasi pada reksadanasyari’ah dan beberapa keuntungan investasipada reksadana syari’ah, dan sisi lain adanyahambatan pada masyarakat untuk melaku-kan investasi pada reksadana syari’ah, makapeneliti tertarik melakukan penelitian ten-tang Model Kemampuan Manajerial Mudha-rib sebagai dasar Investasi pada ReksadanaSyari’ah. Hasilnya ditawarkan cara baruuntuk mengurangi dampak psikologis ter-hadap risiko investasi yaitu melakukan pe-nilaian secara mandiri terhadap kemampu-

Page 91: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

264 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

an manajerial mudharib, guna mengetahuiapakah yang bersangkutan telah melakukantugas pengelolaan investasi sebaik-baiknyadengan mengaplikasikan model TreynorMazuy.

Penelitian ini mempunyai tujuan me-ngetahui pengaruh kemampuan manajerialMudharib terhadap kinerja reksadana syari’-ah sebagai dasar investasi. Adapun manfaatpenelitian ini memberikan gambaran kepadainvestor tentang model kemampuan mana-jerial mudharib yang dapat diaplikasikanuntuk melakukan investasi pada reksadanasyari’ah, agar tercipta rasa aman dan me-ngurangi kecemasan akan risiko terhadapdana yang akan diinvestasikan atau dengankata lain dapat mengurangi dampak psiko-logis terhadap risiko investasi yaitu me-lakukan penilaian secara mandiri terhadapkemampuan manajerial mudharib, guna me-ngetahui apakah yang bersangkutan telahmelakukan tugas pengelolaan invetasi se-baik-baiknya atau menghasilkan kinerjayang baik dengan mengaplikasikan modelTreynor Mazuy.

TINJAUAN TEORETISInvestasi dalam Perspektif Konvensionaldan Syari’ah

Pengertian lnvestasi dalam perspektifkonvensional menurut Reilly and Brown(2012: 1): An investment is the current commit-ment of resources for a period time in theexpectation of receiving future resources that willcompensate the investor for (1) the time theresources are commited, (2) the expected rate ofinflation, and (3) the risk-uncertainly of thefuture payments. Investasi adalah komitmensaat ini untuk menyimpan dana selama peri-ode waktu tertentu sebagai harapan untukmendapatkan dana di masa depan sebagaikompensasi investor untuk: (1) waktu se-lama dana disimpan, (2) tingkat inflasi yangdiharapkan, dan (3) risiko dimana tingkatketidakpastian pembayaran di masa depan.Investor memperdagangkan sumber danayang memiliki kepastian pada hari ini untukmendapatkan sumber dana yang diharapkandi masa depan yang nilainya lebih besar

daripada nilai masa sekarang. Pengertianlain dari investasi adalah mengorbankandollar sekarang untuk dollar di masa depan,sehingga ada dua atribut berbeda yang me-lekat, yaitu risiko dan waktu. Pengorbananterjadi saat sekarang dan memiliki kepastiansedangkan hasil baru akan diperoleh dikemudian hari dan besarnya tidak pasti(Sharpe, et.al ,1995). Investasi secara garisbesar terbagi ke dalam dua bentuk, yaituinvestasi riil dan investasi finansial. Investasiriil secara umum melibatkan aset nyata,seperti tanah, mesin-mesin atau bangunan,sementara investasi finansial melibatkankontrak-kontrak tertu1is seperti saham danobligasi. Pada perekonomian primitif atautradisional, hampir semua investasi merupa-kan investasi riil, sedangkan di perekonomi-an modern, lebih banyak dilakukan investasifinancial. Lembaga-Iembaga untuk investasifinansial yang mengalami perkembanganpesat, memberikan fasilitas untuk berinves-tasi di sektor riil. Kedua investasi ini bersifatsaling melengkapi.

Ada tiga elemen utama di dalaminvestasi (Sharpe et al., 1995), yaitu: (1) Seku-ritas (surat berharga), berupa instrumenkeuangan jangka pendek (kurang dari se-tahun) terdiri atas Sertifikat Bank Indonesia(SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU),Commercial Paper, Promissory Notes, CallMoney, Repurchase Agreement,Banker's Accep-tance, Treassury Bills dan lain-lain, sedangkanyang termasuk instrumen jangka panjang(lebih dari satu tahun) seperti saham, obli-gasi, warran, reksadana, opsi. futures, danlain-lain (2) Pasar Sekuritas, merupakantempat untuk mempertemukan pembeli danpenjual sekuritas atau tempat untuk mem-perdagangkan aset-aset finansial. Klasifikasipasar sekuritas berdasarkan periode waktujatuh tempo meliputi: (a) pasar uang yangmenjadi tempat pertemuan antara peminta-an dana jangka pendek dengan penawarandana jangka pendek (b) pasar modal, yangdirancang untuk investasi jangka panjang(kurun waktu lebih dari satu tahun) (3)Perantara Finansial (lembaga keuangan).Lembaga keuangan merupakan bagian dari

Page 92: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 265

sistem keuangan dalam ekonomi modernyang melayani masyarakat pemakai jasa-jasakeuangan. Lembaga ini disebut sebagaiperantara finansial karena fungsi pokoknyamelakukan intermediasi antara unit defisitdan unit surplus. Contoh lembaga keuanganadaIah bank, perusahaan manajemen inves-tasi (antara lain reksadana) dan perusahaanasuransi. Pengertian lnvestasi dalam per-spektif syari’ah merupakan investasi yangdiwujudkan dalam bentuk nonfinansialyang berimplikasi terhadap usaha-usahabernuansa spiritual, yang dilakukan saat iniuntuk terciptanya kehidupan ekonomi masadepan yang lebih kuat. Hal ini tertuangdalam terjemahan Al-Quran surat an-Nisaayat 9 (Q.S. 4: 9)sebagai berikut:

Dan hendaklah takut (kepada Allah)orang-orang yang seandainya mening-galkan dibelakang mereka anak-anakyang lemah, yang mereka khawatir ter-hadap (kesejahteraan) mereka. ........Syari’ah Islam, sebuah kata dalam

bahasa Arab, berarti 'hukum Islam'. Kata'Syari’ah' telah disebutkan dalam AI-Qur'an,yang berarti jalan yang benar, di mana AllahS.W.T. meminta Nabi Muhammad S.A.W.untuk mengikutinya dan bukan mengikutitingkah yang lain yang tidak mengetahuimengenai syari’ah. Dua sumber utamasyari’ah adalah yang pertama AI-Qur'an danHadist yang otentik (kumpulan perkataandan perbuatan dari Nabi MuhammadS.A.W.) yang dianggap kekal. Sumber keduaadalah ijma (kesepakatan bersama di antarapara sarjana Islam) dan qiyas (kesimpulananalogis), yang juga termasuk ijtihad (pe-mikiran mengenai hukum kebebasan).

Adapun transaksi yang diperbolehkanberdasar hukum muamalah (Isnawan, 2012:27) antara lain sebagai berikut: (a) Terhindardari unsur judi (maysir), (b) Terhindar dariunsur gharar, (c) Terhindar dari unsur ha-ram, dan (d) Terbebas dari unsur riba, serta(e) Terhindar dari unsur Bathil.

Reksadana Syari’ahPada prinsipnya reksadana syari’ah

sama dengan reksadana konvensional hanya

saja dalam pengelolaannya tidak bertentang-an dengan prinsip-prinsip syari’ah dipasarmodal. Sesungguhnya berinvestasi merupa-kan bagian dari Islamic wealth managementyang diklasifikasikan pada Wealth Accumu-lation (akumulasi kekayaan) tentunya de-ngan berlandaskan kepada Alquran danHadist dengan nilai-nilai kejujuran, keadilandan bermanfaat bagi sesama.

Reksadana syari’ah yang disajikan ke-pada masyarakat dalam upaya menghadapiglobalisasi bahwa umat Islam dihadapkankepada realitas pertumbuhan dunia yangserba cepat dan canggih, termasuk di dalam-nya masalah ekonomi dan keuangan, akantetapi bagi umat Islam, produk-produk ter-sebut perlu dicermati secara mendalam,karena dikembangkan dari jasa keuangankonvensional yang netral terhadap nilai danajaran agama. (Rivai et al., 2010: 439). Salahsatu produk yang tengah berkembang saatini di Indonesia adalah reksadana yang diluar negeri dikenal dengan "Unit Trust ' atauMutual Fund. Setiap sesuatu dalam muamalahatau semua hukum syariat yang bersangkut-an dengan urusan dunia dengan meman-dang kepada aktivitas hidup seseorangseperti jual-beli, tukar-menukar, pinjam-me-minjam dan sebagainya adalah dibolehkanselama tidak bertentangan dengan Islam.Allah S.W.T. memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar memenuhi akadyang mereka lakukan sebagaimana firman-Nya dalam terjemahan Surat Al-Maidah ayat1 (Q.S.5: 1) sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, penuhi-lah akad-akad itu. ...........Akad (perjanjian) dalam ayat di atasmencakup: janji prasetia hamba kepadaAllah dan perjanjian yang dibuat olehmanusia dalam pergaulan sesamanya.Syarat-syarat yang berlakunya dalamsebuah akad adalah syarat-syarat yangditentukan sendiri kaum muslimin, se-lama tidak melanggar ajaran Islam.

Adanya reksadana syari’ah merupakanupaya untuk memberi jalan bagi ummatIslam agar tidak bermuamalah dan memakanharta dengan cara yang batil seperti yang

Page 93: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

266 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

disebutkan dalam firman Allah S.W.T. da-lam terjemah surat An-Nisaa' ayat 29 (Q.S. 4:29) sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, jangan-lah kamu saling memakan harta se-samamu dengan jalan yang bathil, kecualidengan jalan perniagaan yang berlakudengan suka sama suka diantara kamu. ...

Di samping itu reksadana Islam me-nyediakan sarana bagi umat Islam untukikut berpartisipasi dalam pembangunannasional melalui investasi yang sesuaidengan syariat Islam.

Manajemen PortofolioManajemen portofolio berkaitan erat

dengan investasi. Investor berinvestasi de-ngan tujuan memperoleh tingkat pengem-balian. Selain tingkat pengembalian, dalaminvestasi juga dikenal istilah risiko yangberarti ketidakpastian dalam memperolehtingkat pengembalian yang diharapkan.Untuk itu, maka perlu diukur tingkatpengembalian dan tingkat risiko baik yanghistoris maupun yang diharapkan (historicaland expected rate of return and risk). Denganmengukur tingkat pengembalian dan tingkatrisiko di masa lampau dapat diperkirakantingkat pengembalian dan tingkat risiko dimasa yang akan datang.

Manajemen portofolio dipandang se-bagai proses sistematik yang dinamis,karena manajemen portofolio dipandangsebagai suatu proses, maka dapat diapli-kasikan kepada setiap investor atau manajerinvestasi. Setelah kebijakan-kebijakan danstrategi-strategi yang dibuat dan ekspektasipasar modal, maka tindakan yang se-lanjutnya adalah melakukan eksekusi ter-hadap portofolio. Beberapa tahapan meng-eksekusi portofolio menurut Jones et al.(2009: 568) Pertama alokasi aktiva (Assetallocation), Alokasi aktiva terkait dengankeputusan untuk membagi dana yang ada kebeberapa jenis investasi yang dapat dimasukkan ke dalam portofolio, keduaOptimalisasi Portofolio (Portofolio Optimi-zation), Optimisasi portofolio terkait dengan

pemilihan portofolio yang dapat memberihasil portofolio yang terbaik, ketiga Pe-milihan Sekuritas (Security selection), Pemili-han sekuritas yang baik pada saat yang tepatmerupakan tujuan terpenting dan keempatImplementasi dan Eksekusi, kombinasi opti-mal dari sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio beserta proporsi masing-masing, dan kemudian dilakukan pembelianatau penjualan terhadap masing-masingsekuritas tersebut.

Selanjutnya umpan balik kinerja porto-folio merupakan bagian dari manajemenportofolio untuk menjaga kinerja portofoliotetap optimal. Portofolio perlu diseimbang-kan (rebalancing) dengan kondisi pasar danlingkungan investor yang berubah-ubah.Rebalancing adalah kegiatan untuk meng-ubah alokasi asset atau komposisi sekuritasdengan tujuan menjaga kinerja portofoliotetap optimal. Trade-off return yang diharap-kan dan risiko yang harus dihadapi olehinvestor adalah berhubungan positif, yaituhigher return-higher risk dan lower return-lowerrisk (lebih tinggi return-lebih tinggi risiko danlebih rendah return-lebih rendah risiko).

Gambar 1 menunjukkan hubunganpositif antara risiko dan return. Dipandangdari bidang aset keuangan, investor reksa-dana mempunyai posisi pada spektrumexpected return and risk seperti yang di-gambarkan dalam Gambar 2.

Kemampuan ManajerialEvaluasi kinerja/kemampuan manajer

investasi adalah topik yang sangat menarikbagi praktisi dan akademisi. Bagi praktisi,evaluasi tersebut memberikan bantuan ber-manfaat untuk alokasi dana investasi efisiendi antara manajer investasi. Bagi akademisi,bukti signifikan keahlian peramalan superi-or akan melanggar hipotesis pasar efisien(Henrikson,1981).

Bentuk murninya, penentuan waktupasar melibatkan aktivitas menggeser danaantara portofolio indeks pasar dengan asetyang aman, seperti T-bills dan reksadanapasar uang, tergantung pada apakah pasar

Page 94: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 267

Gambar 1Risk/return Trade-off

Gambar 2Trade-off the expected return dan risk

secara keseluruhan diharapkan akan meng-ungguli aset yang aman (Bodie et al., 2005).

Secara konseptual, kinerja portofoliodibagi menjadi dua dimensi, yaitu (1) ke-mampuan manajer portofolio atau analisissekuritas untuk meningkatkan return porto-folio melalui prediksi yang tepat tentangharga sekuritas di masa yang akan datang,(2) kemampuan manajer portofolio untukmeminimalkan risiko (melalui diversifikasiyang efisien) yang muncul dari kepemilikanportofolio (Jensen, 1968), sedangkan me-nurut penelitian Fama (1972) dinyatakanbahwa kinerja manajer investasi dapat di-

bedakan menjadi dua, yaitu: (1)Stock selectionskill dan (2) Market timing ability. Stock selec-tion adalah kemampuan manajer investasiuntuk memilih asset untuk membentukportofolio yang diprediksi akan memberikanreturn yang diharapkan di masa yang akandatang. Manajer investasi lebih sering me-ngandalkan kemampuan pemilihan sahamuntuk mendapatkan return yang abnormal(superior). Aktivitas stock selection didasarkanpada forecast kejadian khusus perusahaandan harga sekuritas individu (Kon, 1983).

Market timing adalah kemampuanmanajer investasi untuk mengambil ke-

Page 95: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

268 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

bijakan yang tepat untuk membeli ataumenjual sekuritas tertentu untuk mem-bentuk portofolio asset pada saat yang tepat.Aktivitas market timing berhubungan denganforecast realisasi di masa mendatang dariportofolio pasar. Jika manajer investasi yakindapat menghasilkan lebih baik dari rata-rataestimasi return pasar maka manajer akanmenyesuaikan tingkat risiko portofolionyasebagai antisipasi perubahan pasar (Kon,1983).

Menghitung stock selection dan markettiming dapat digunakan model dari Treynor-Mazuy (1966) yang menyatakan ketika nilai(a) atau alpha positif berarti menunjukanadanya kemampuan selectivity dan ketikanilai (b) atau market timing positif berartimenunjukkan adanya kemampuan markettiming. Hal ini mengindikasikan bahwamanajer investasi menghasilkan reksadanayang lebih besar dibandingkan dengan excessreturn market. Menurut Bhattacharya et al.(1986) bahwa model regresi kuadratikadalah sebuah pengukuran yang valid daripengukuran kinerja market timing dan dapatdigunakan untuk mengidentifikasi kualitasdari timing information dan mendeteksikeberadaan dari selectivity information.

Model Treynor Mazuy model denganformula sebagai berikut:rp – rf = a + b(rM –r f) + c(rM – rf)2 + epKeterangan:Rp : adalah imbal hasil (return) porto-

folio

a, b, dan c : diestimasi dengan analisis regresi.Jika c adalah positif, kita mempunyai buktiadanya kemampuan penentuan waktu pasarkarena faktor terakhir ini akan menyebabkangaris karakteristik lebih curam ketika rM – rf

lebih besar.Berfokus pada imbal hasil (return) yang

disesuaikan terhadap risiko, para praktisisering kali hanya ingin mengetahui ke-putusan apa yang akan menghasilkan ki-nerja superior atau inferior. Kinerja investasisuperior tergantung pada kemampuanuntuk memilih sekuritas yang baik padawaktu yang tepat. Kemampuan penentuanwaktu pasar dan pemilihan sekuritas sepertiitu dapat dinyatakan secara umum sepertidalam sekuritas saham atau sekuritas pen-dapatan tetap ketika pasar saham berkinerjabaik. Atau hal tersebut dapat didefinisikanpada tingkat yang lebih terinci, sepertimemilih saham-saham berkinerja relatiflebih baik di dalam pasar modal.

Investor dapat menentukan waktu pasarsecara tepat dan menggeser dana ke dalamreksadana pada periode ketika pasar akanmenguat, maka Security Characteristic Line(SCL) akan tampak seperti Gambar 3. Jikapenguatan atau kelesuan pasar dapatdiprediksi, investor akan menggeser lebihbanyak dana ke pasar ketika pasar akanmenguat. Beta portofolio dan kemiringanSCL akan lebih tinggi ketika return pasarlebih tinggi, yang akan menghasilkan gariskurva seperti yang diperlihatkan di Gambar3.

Sumber : Bodie etal. 2012Gambar 3

Garis Karakteristik dan garis karakteristik dengan Market Timing (MA)

Page 96: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 269

Treynor dan Mazuy (1966) adalah yangpertama kali mengemukakan bahwa garisseperti itu, dapat diestimasi dengan me-nambahkan faktor kuadrat ke model indekslinear yang biasa.

Kemampuan manajerial dari perpektifIslam, seorang mudharib pada reksadanasaham syari’ah, harus meneladani akhlakterpuji Rasulullah S.A.W. Perilaku Rasu-lullah S.A.W. yang merupakan suri teladanbagi umat manusia. Para rasul memilikiempat sifat wajib, yaitu shiddiq (jujur), ama-nah (dapat dipercaya), tabligh (menyampai-kan), dan fathanah (cerdas). Sebagai orangyang beriman, mudharib juga wajib meng-amalkan keempat sifat wajib, sebagaimanayang dimilki para rasul tersebut dalam ke-hidupan sehari-hari supaya menjadi manu-sia yang berakhlak terpuji dan dapat me-nimbulkan trust pada investor (sahib al-mal).Empat sifat wajib tersebut adalah: PertamaShiddiq. Arti shiddiq adalah jujur atau berkatabenar, mudharib yang memiliki sifat shiddiq,ia tidak pernah berkata dusta. Apa yangdiucapkannya selalu sesuai dengan keadaanyang sebenarnya. mudharib yang memilikisifat shiddiq merasa selalu diawasi Allah. Iatidak mau berkata dusta meskipun oranglain tidak mengetahuinya. Hal itu disebab-kan ia yakin bahwa Allah mengetahui segalagerak-gerik dan batin hamba Nya, keduaAmanah. Arti amanah adalah dapat diper-caya. Lawan dari amanah adalah khianat.Seseorang yang memiliki sifat amanat, dapatmemegang janji dengan baik. Apa yang telahdipercayakan orang lain kepadanya akanditunaikan dengan penuh tanggung jawab.Ia tidak pernah berkhianat dan mengingkarijanji. Perkataannya mengandung kebenarandan kebaikan. Orang yang memiliki sifatamanah akan dipercaya orang lain (dapatmenimbulkan trust), ketiga Tablig. Arti tabligadalah menyampaikan.

Seorang rasul memiliki kewajiban me-nyampaikan wahyu dan ajaran yang di-terima dari Allah S.W.T. kepada umatmanusia. Demikian pula mudharib, ia me-miliki kewajiban menyampaikan kebenaran

kepada sahib al-mal dan pihak terkait yaituDewan Pengawas Syari’ah serta BankKustodial, dan keempat Fathanah. Arti fathanahadalah cerdas. Memiliki sifat cerdas me-rupakan keharusan bagi mudharib, sehinggamampu menyelesaikan masalah yang tim-bul, baik itu masalah diri sendiri maupunmasalah yang dihadapi sahib al-mal dalammelakukan diversifikasi investasinya.

Seorang mudharib pada reksadanasaham syari’ah membutuhkan keberanianuntuk melakukan eksekusi terhadap saham-saham syari’ah dan produk syari’ah lainnya,oleh karenanya seorang mudharib selain 4sifat wajib tersebut, maka diperlukan sifatsyaja’ah yaitu benar atau gagah. Secara isti-lah syaja’ah adalah keteguhan hati kekuatanpendirian untuk membela dan memper-tahankan kebenaran secara bijaksana danterpuji. Jadi syaja’ah adalah keberanian yangberlandaskan kebenaran dan di lakukandengan penuh pertimbangan.

Penelitian Sebelumnya.Kempf dan Osthoff (2007) menemukan

bahwa strategi seleksi positif (positivescreening) menghasilkan kinerja finansialyang lebih baik daripada strategi seleksinegatif (negative screening), dimana temuanitu didapatkan dari sebuah portofolio yangterdiri dari perusahaan-perusahaan yangmemiliki prestasi baik dan buruk dalambeberapa isu ESG (environmental, social dangovernance) tertentu dan tidak didapatkandari sampel yang terdiri dari reksadanaSocial Responsible Investment (SRI) atau reksa-dana dengan strategi investasi yang ber-usaha untuk mempertimbangkan keuntu-ngan finansial dan fungsi sosial yang baik.Hal ini sesuai dengan reksadana syari’ahyang tidak semata-mata mencari keuntu-ngan.

Chevalier dan Ellison (1999) menemu-kan bahwa pengelola atau manajer investasiyang memiliki gelar MBA dan skor SATtinggi menunjukkan hasil kelolaan yanglebih baik 63 basis poin per tahun. PenelitianBhattacharya dan Deleiderer (1985) meng-

Page 97: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

270 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

idikasikan bahwa investor harus memilihagen atau manager reksadana yang memilikiinformasi luar biasa dan menentukan sistemkompensasi sedemikian rupa agar bisamendorong manajer untuk menggunakankemampuannya, agar bisa mengurangi kon-flik kepentingan dengan investor.

Model PenelitianModel penelitian ini untuk menjelaskan

pengaruh kemampuan manajerial mudharibyang diproksikan dengan market timing danstock selection terhadap kinerja reksadanasaham syari’ah.

Sumber: Diolah penulisGambar 4

Model Penelitian

Hipotesis PenelitianHipotesis merupakan jawaban semen-

tara terhadap rumusan masalah penelitian,di mana rumusan masalah penelitian telahdinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Di-katakan sementara karena jawaban yangdiberikan baru didasarkan pada teori.Hipotesis dirumuskan atas dasar rerangkapikir yang merupakan jawaban sementaraatas masalah yang dirumuskan. Hipotesispenelitian ini adalah: Kemampuan manaje-rial mudharib mempengaruhi kinerja reksa-dana saham syari’ah.

METODE PENELITIANPendekatan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yangada, maka metode penelitian yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah pendekatandekriptif. Penelitian deskriptif merupakanmetode penelitian yang berusaha meng-gambarkan dan menginterpretasikan objeksesuai dengan apa adanya. Menggunakanmetode deskriptif, dimungkinkan penelitiuntuk melakukan hubungan antar variabel,menguji hipotesis, mengembangkan gene-ralisasi dan mengembangkan teori yangmemiliki validitas universal.

Ruang Lingkup PenelitianPembatasan penelitian dilakukan agar

fokus terhadap masalah yang akan diteliti.Penelitian ini berfokus pada pengukurankemampuan manajerial dari mudharib reksa-dana saham syari’ah dalam melaksanakantugas pengelolaan asset (mal) dari investor(sahib al-mal) dengan sistem operasionlwakalah dan mudharabah yang sesuai dengankriteri sampel.

Jenis dan Sumber DataJenis data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi data kuantitatif dansumber informasi kualitatif. Sumber datadiperoleh peneliti berasal dari data primerdan data sekunder. Data primer adalah datayang diperoleh secara langsung melaluidiskusi dan wawancara dengan pihal-pihakterkait dengan investasi pada reksadanasyari’ah. Adapun data sekunder diperolehdari laporan Nilai Aktiva Bersih (NAB),Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan JakartaIslamic Index (JII) serta data pendukunglainnya.

Prosedur Pengumpulan DataBagi peneliti dalam memperoleh data

digunakan prosedur pengumpulan data

KinerjaReksadana Saham Syari’ah

(KRSS)Stock Selection (S S)

Market Timing (M T)

Page 98: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 271

yang meliputi: Pertama, Survey Pendahulu-an, tahapan awal dari pengumpulan dataadalah survei pendahuluan. Tujuannyauntuk mengenali objek penelitian sehinggadidapatkan gambaran secara umum sebagaidasar masukan dalam pelaksanaan peneliti-an ini, kedua Studi Kepustakaan, prosedurini dilakukan oleh peneliti untk memperolehberbagai literatur yang akan digunakansebagai referensi, landasan teori serta ma-sukan untuk pemecahan penelitian ini per-tama, Survey Lapangan mendapatkan datasecara langsung dilakukan pada tahapansurvey lapangan ini. Peneliti melakukantahapan ini agar diperoleh data-data dariobjek penelitian antara lain (a) Mendapatkandata Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana,Sertifikat Bank Indonesia (SBI) rate danJakarta Islamic Index (JII) (b) Melakukanwawancara dengan pihak-pihak yang terkaitanatara lain: mudharib, investor dan pihakterkait lain yang memahami reksadanasyari’ah dan dapat memperkaya pembahas-an masalah dalam penelitian.

ANALISIS DAN PEMBAHASANHasil Analisis

Populasi penelitian ini adalah seluruhperusahaan yang termasuk dalam Reksa-dana Syari’ah di BEI berdasarkan PeraturanOtoritas Jasa Keuangan NOMOR 19 /POJK.04/2015 Tentang Penerbitan Dan Persyarat-an Reksa Dana Syari’ah, maka jenis reksadana syari’ah yaitu: Reksa Dana Syari’ahPasar Uang; Reksa Dana Syari’ah Pendapat-an Tetap; Reksa Dana Syari’ah Saham; ReksaDana Syari’ah Campuran Reksa DanaSyari’ah Terproteksi; Reksa Dana Syari’ahIndeks; Reksa Dana Syari’ah Berbasis EfekSyari’ah Luar Negeri , Reksa Dana Syari’ahBerbasis Sukuk; Reksa Dana Syari’ahBerbentuk Kontrak Investasi Kolektif yangUnit Penyertaannya diperdagangkan diBursa; dan Reksa Dana Syari’ah BerbentukKontrak Investasi Kolektif Penyertaan Ter-batas per Juni tahun 2016 berjumlah 106.

Pengambilan sampel yang dipilih dalampenelitian ini adalah merupakan suatu jenis

metode pengambilan sampel, dimana sam-pel yang dipilih dan diseleksi berdasarkanpertimbangan tertentu (judgment sampling).Judgment sampling melibatkan pemilihansubyek yang berada di tempat yang palingmenguntungkan atau dalam posisi terbaikuntuk memberikan informasi yang diperlu-kan (Sekaran 2003:137). Unit sampel pe-nelitian ini adalah perusahaan reksadanasaham syari’ah di Indonesia.

Pertimbangan atau kriteria yang di-tetapkan untuk pengambilan sampel dalampenelitian ini adalah sebagai berikut: Per-tama, perusahaan yang diambil sebagaisampel telah memperoleh ijin operasionaldari Badan Pengawas Pasar Modal danLembaga Keuangan (Bapepam-LK) danefektif empat tahun terakhir, kedua Per-usahaan yang mempunyai laporan keua-ngan tahunan secara berkala selama periodepenelitian, ketiga perusahaan yang diambilsebagai sampel adalah perusahaan reksa-dana syari’ah jenis saham, adapun per-usahaan reksadana syari’ah jenis lainnya(Reksa Dana Syari’ah Pasar Uang; ReksaDana Syari’ah Pendapatan Tetap; ReksaDana Syari’ah Campuran; Reksa DanaSyari’ah Terproteksi; Reksa Dana Syari’ahIndeks; Reksa Dana Syari’ah Berbasis EfekSyari’ah Luar Negeri; Reksa Dana Syar’ahBerbasis Sukuk; Reksa Dana Syari’ah Ber-bentuk Kontrak Investasi Kolektif yang UnitPenyertaannya diperdagangkan di Bursa;dan Reksa Dana Syari’ah Berbentuk KontrakInvestasi Kolektif Penyertaan Terbatas) tidakdimasukkan dalam penelitian sebagai sam-pel. Hal ini untuk menghindari adanya biasyang disebabkan perbedaan jenis perusaha-an. Berdasarkan pertimbangan di atas yangditetapkan untuk menjamin validitas inter-nal, maka dapat dihasilkan sampel yangmemenuhi kriteria sebanyak 9 perusahaansebagai berikut: (Tabel 1).

PembahasanHasil Analisis Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini akan disajikandalam statistik rata-rata yang dilengkapi

Page 99: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

272 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

Tabel 1Daftar Perusahaan Sampel Penelitian (Reksadana saham syari’ah)

No Nama Reksadana Manajer Investasi Bank Kustodian Efektif1

2

3

4

5

6

7

8

9

Manulife Syari’ahSektor AmanahCipta Syari’ahEquitySyari’ah BNPParibas EquitraAmanahMandiriIestavAtraktifSyari’ahCIMB PrincipalIslamic EquityPNM EkuitasSyari’ahBatavia Dana SahamSyari’ahTRIM Syari’ahSahamDanareksa IndekdSyari’ah

PT Manulife AssetManajemen IndonesiaPT Ciptadana AssetManagementPT BNP ParibasInvestment Partners

PT Mandiri ManajemenInestasi

PT. CIMB PrincipalAsset ManagementPT PNM InvestmentManagementPT Batavia ProsperindoAsset ManajementPT Trimegah AssetManagementPT DanareksaInvestmentManagement

HSBC

Deutsche Bank AG

HSBC

Deutche Bank AG

Deutche Bank AG

HSBC

Deutche Bank AG

Deutche Bank AG

Deutche Bank AG

16 Januari 2009

16 April 2008

24 Maret 2008

19 Desember 2007

6 Agustus 2007

26 Juli 2007

16 Juli 2007

26 Desember 2006

17 Maret 2006

dengan nilai tertinggi, terendah dan standardeviasi pada masing-masing variabel inde-penden dan dependen. Tujuannya adalahuntuk memberikan gambaran atau deskripsiempiris atas data yang telah dihitung dandiinput.

Penelitian ini meliputi dua variabelindependen dan satu variabel dependen.Variabel independen dalam penelitian iniadalah Stock Selection (SS), Market Timing(MT) serta variabel kinerja reksadana sahamsyaria’h (KRSS) adalah dependen. Unitanalisis penelitian ini adalah 78 sample sizeyang merupakan data panel dari 9 per-usahaan dengan periode pengamatan empattahun.

Adapun hasil statistik deskriptif ter-hadap variabel penelitian tampak padaTabel 2. Tabel 2 tampak bahwa stock selection(SS) yang diukur, memiliki nilai maksimum1,2215 dan nilai minimum -190,5 denganrata-rata 4,3785 dan standar deviasi 1,9068.Hal ini menunjukan variasi stock selectionmasing-masing reksadana syari’ah relatifberagam dan ini menunjukkan bahwa stock

selection mudharib relatif beragam. Nilaistandar deviasi yang lebih kecil dari rata-ratamencerminkan bahwa data variabel stockselection terdistribusi normal.

Selanjutnya market timing (TM) yangdiukur dengan koefisien Treynor-Mazuymenggambarkan kemampuan melakukan/mengeksekusi portofolio saham memilikinilai maksimum 3,8560 dan nilai minimum -,0041 dengan rata-rata 0,2151 dan standardeviasi 0,06426. Hal ini menunjukkan variasimarket timing masing-masing reksadanasyari’ah relatif beragam dan ini menunjuk-kan bahwa market timing mudharib relatif be-ragam. Nilai standar deviasi yang lebih kecildari rata-rata mencerminkan bahwa datavariabel market timing terdistribusi normal.

Kinerja reksadana saham syari’ah(KRSS) dalam penelitian ini diukur denganbesarnya indeks Sharpe. Indeks Sharpe me-nunjukkan kemampuan perusahaan me-ngelola dana dibandingkan dengan standartdeviasi kinerja rata-ratanya 0,1136. Hal inimenunjukkan variasi Kinerja reksadana sa-ham syari’ah masing-masing reksadana

Page 100: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 273

syari’ah relatif beragam dan ini menunjuk-kan bahwa Kinerja reksadana saham syari’ahberagam. Nilai standar deviasi yang lebih

kecil dari rata-rata mencerminkan bahwadata variabel Kinerja reksadana sahamsyari’ah terdistribusi normal.

Tabel 2Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive StatisticsN Minimum Maksimum Mean Std Deviation

Stock Selection (SS) 36 -190,5000 1,2115 4,378532 1,9068190Market Timing (TM)Kinerja reksadana sa-ham syari’ah (KRRS)

3636

-,0041-,2562

3,8560,2151

,107429,249000

,0642618,1136172

Sumber: Data sekunder diolah, 2016

Tabel 3Koefisien Regresi Persamaan Regresi Berganda

Variabel KoefisienRegresi Nilai t Nilai

Signifikan Keterangan

Konstanta 0,695Stock Selection (SS) 0,301 2,314 0,027 SigMarket Timing (MT) 0,255 2,314 0,019 SigR 0,542R Square 0,294Adjusted R SquareF hitung

0,2516,857

Signifikan (F hitung) 0,003N 36

Hasil Analisis Statistik InferensialUji Persamaan Regresi Berganda

Uji model regresi berganda digunakanuntuk mengetahui pengaruh variabel inde-penden terhadap dependen. Uji modelregresi digunakan juga untuk meramalkanperubahan nilai dari variabel dependen. DariTabel 3, maka model persamaan regresidapat disusun sebagai berikut:

KRRS = 0,695 + 0,301 SS + 0,255 MT + εModel regresi di atas dapat dijelaskan se-bagai berikut: Pertama, nilai koefisien regresivariabel Stock selection sebesar 0,301, me-nunjukkan bahwa perubahan nilai koefisiendari variabel dependen Kinerja reksadanasaham akan sebesar 0,301, apabila variabelindependen Market timing adalah tetap.Adapun nilai koefisien regresinya positif.

Kedua nilai koefisien regresi variabel Markettiming sebesar 0,255, menunjukkan bahwaperubahan nilai koefisien dari variabeldependen Kinerja reksadana saham syari’ahakan sebesar 0,255, apabila variabel inde-penden stock selection adalah tetap. Adapunnilai koefisien regresinya positif

Uji kelayakan model (goodness of fit)Berdasrkan Tabel 3, terlihat bahwa nilai

signifikannya sebesar 0,003 yang lebih kecildari 0,05, hal ini menunjukkan bawah modeladalah layak, karena nilai sig < 0,05.

Koefisien DeterminasiBerdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai

R square sebesar 0,294 atau sebesar 29,4%,hal ini menunjukkan bawah variabel Stock

Page 101: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

274 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

selection dan Market timing dapat dijelaskanoleh variabel Kinerja reksadana sahamsyari’ah sebesar 29,4%, sedangkan sisanyajelaskan oleh variabel lain diluar modelregresi tersebut.

Uji Secara ParsialBerdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa:

Pertama, nilai signifikan variabel Stock selec-tion sebesar 0,027<0,05, artinya bahwavariabel Stock selection mempunyai pengaruhterhadap Kinerja reksadana saham syari’ah,kedua, nilai signifikan variabel Market timingsebesar 0,019 < 0,05, artinya bahwa variabelMarket timing mempunyai pengaruh ter-hadap Kinerja reksadana saham syari’ah.

Berdasarkan hasil pengujian menunjuk-kan bahwa pengaruh Kemampuan manajerialyang diproksikan dengan stock selection (SS)dan market timing (MT) terhadap KinerjaReksadana Saham Syari’ah (KRRS) memilikihasil signifikan dan positif, yang berartipeningkatan kinerja reksadana sahamsyari’ah dipengaruhi oleh peningkatan ke-mampuan manajerial dari mudharib sebagaipemegang amanah sahib al-mal/Rabb al Maldalam pengelolaan dana.

PembahasanKemampuan manajerial di proksikan

dengan, market timing dan stock selection.Stock selection merupakan proksi yang do-minan dan fit kemampuan manajerial. Ke-mampuan mengalokasikan dan mempre-diksi harga sekuritas dalam rangka me-ningkatkan return portofolio yang abnormal(superior) mampu menciptakan kemampuanmanajerial. Kon (1983) menyatakan aktivitasStock Selection didasarkan pada forecastkejadian khusus perusahaan dan hargasekuritas individu. Adapun Bentuk dasarpenentuan waktu pasar (market timing) me-libatkan aktivitas menggeser dana antaraportofolio indeks pasar dengan aset yangaman (Bodie, 2011: 862), oleh karena ituselain berfokus pada return yang disesuaikanterhadap risiko, investor sering kali inginmengetahui keputusan apa yang akan

menghasilkan kinerja superior (abnormal)atau inferior.

Pengaruh Stock Selection dan MarketTiming Terhadap Kinerja Reksadana

Kemampuan manajerial yang diproksi-kan dengan stock selection dan market timingmenjadi faktor penting pada saat reksadanasaham syari’ah melakukan investasi denganmembentuk portofolio saham syari’ah. Ke-mampuan manajerial merupakan ukurankemampuan mudharib dalam hal antisipasiterhadap perubahan pasar. Kondisi pasaryang menurun, mudharib akan mengubahkomposisi portofolio yang dikelolanya kesekuritas yang lebih rendah volatilitasnyadan begitu pula sebaliknya.

Kemampuan mengalokasikan dan mem-prediksi harga sekuritas dalam rangkameningkatkan return portofolio yang abnor-mal (superior) mampu menciptakan kemampuan manajerial. Kon (1983) menyata-kan aktivitas Stock Selection didasarkan padaforecast kejadian khusus perusahaan danharga sekuritas individu.

Kinerja investasi superior atau inferiortergantung pada kemampuan mudharibuntuk memilih sekuritas yang baik padawaktu yang tepat. Hal ini sejalan denganKon (1983) yang menyatakan bahwa akti-vitas market timing berhubungan denganforecast realisasi portofolio pasar di masamendatang. Jika manajer investasi (mudha-rib) yakin dapat menghasilkan return lebihbaik dari rata-rata estimasi return pasar makamanajer akan menyesuaikan tingkat risikoportofolionya sebagai antisipasi perubahanpasar. Market timing merupakan kemampu-an mudharib mengantisipasi perubahanpasar, dimana bila pasar akan menurun,maka akan mengubah komposisi portofolioyang dikelolanya ke sekuritas yang lebihrendah volatilitasnya dan begitu pula se-baliknya. Adapun stock selection (SS) me-rupakan kemampuan manajer portofoliodalam memilih sekuritas yang tepat (ber-dasarkan forecast).

Kenyataan ini sesuai dengan temuanFerruz et al. (2012) yang menyatakan bahwa

Page 102: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 275

kinerja finansial negatif dari para manajerreksadana religius adalah disebabkan karenakemampuan stock picking/selection yangnegatif. Barnett dan Solomon (2006) dan Leeet al. (2010) mendapati juga bahwa adahubungan kurve linear antara intensitas dariseleksi dengan kinerja finansial. Dikatakanbahwa hubungan kedua variabel tersebutadalah linear.

Menurut beberapa pendapat key infor-man yaitu: R.M.N pemegang ijin wakilmanajer investasi, S.W pemegang ijin wakilagen pejual efek reksadana, LH. pemegangijin wakil penjamin emisis efek dan pe-megang ijin wakil manajer investasi sertaakademisi dan ahli manajemen syari’ah, B.H.S. mantan direktur Bursa Efek Surabaya danakademisi bidang pasar modal, menyatakanbahwa kemampuan manajerial mudharibsangat mempengaruhi kinerja reksadanasaham syari’ah yang dikelolanya. Seorangmudharib adalah orang-orang profesional dibidang investasi dan memiliki sertifikatstandar profesi pasar modal, sehingga mam-pu membuat portofolionya optimal denganstock selection dan mampu melihat time to buydan time to sell untuk meningkatkan kinerja.

Menurut Rivai et al. (2010: 439) reksa-dana syari’ah merupakan produk reksadanaislami yang dikembangkan dari jasa keua-ngan konvensional, oleh karenanya peng-ukuran kemampuan manajerial untuk reksa-dana saham syari’ah dilakukan tolok ukuryang sama dengan kemampuan manajerialpada reksadana konvensional, namun harusmemperhatikan nilai- nilai Islami. Rivai et al.(2010: 440), menyatakan akad (perjanjian)antara sahib al-mal dengan reksadana syari’-ah hendaknya dilakukan dengan sistemmudharabah/qiradh yang telah disepakatiboleh dilakukan dalam islami oleh 4 mazhabfikih Islam.

Reksadana saham Syari’ah hanya me-nempatkan dananya pada emiten atau per-usahaan atau pihak-pihak penerbit instru-men investasi yang tidak melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsipkehalalan syari’ah seperti riba, perjudian,

pornografi, minuman haram (alkohol), babi,dan hiburan yang bertentangan dengansyari’ah dan lain-lain. Sebagaimana firmanAllah SWT di dalam Firman Allah S.W.Tpada terjemahan surat Al-Imron ayat 130(QS.3: 130) dan An-Nisaa’ ayat 29 (QS.4: 29)sebagai berikut:

“ Hai orang-orang yang beriman, jangan-lah kamu memakan riba yang berlipatganda dan bertaqwalah kamu kepadaAllah supaya kamu mendapat keber-untungan. “(QS. 3; 30)

Makna yang terkandung pada ayat 50 suratAl-Imron dalam tafsir Ibnu Katsir adalahmerupakan pengharaman riba secara mu-tlak. Allah S.W.T. telah melarang orang-orang mukmin melakukan transaksi riba danmemakannya dengan berlipat ganda. AllahS.W.T. memerintahkan para hamba Nyaagar bertakwa, sehinggga mereka beruntungdi dunia dan akhirat (Syaikh Shafiyyurrah-man al-Mubarakfuri, jilid 2: 294).

“Hai orang-orang yang beriman, jangan-lah kalian memakan harta sesama kaliandengan jalan yang batil, kecuali denganjalan perdagangan yang berlaku dengansuka sama suka diantara kalian.”(QS.4:29)

Makna yang terkandung pada ayat 29surat An-Nissa’ dari tafsir Ibnu Katsiradalah, Islam melindungi hal milik laki-lakidan perempuan. Allah S.W.T melaranghamba-hamba Nya yang beriman memakanharta sebagian lainnya dengan bathil, yaitudengan berbagai usaha yang tidak syar’iseperti riba, judi dan berbagai hal serupayang penuh tipu daya. Sekalipun padalahiriahnya, cara-cara tersebut berdasarkankeumuman hukum syar’i, tetapi AllahS.W.T. mengetahui dengan jelas bahwapelakunya hendak melakukan tipu muslihatdengan riba. Seakan-akan Allah S.W.Tmenegaskan: Janganlah kalian menjalankan(melakukan) sebab-sebab yang diharamkandalam mencari harta, sebaliknya lakukanperniagaan yang di syari’atkan, yang terjadidengan saling meridhai antara penjual danpembeli. Jadikanlah hal itu sebagai sebabdalam memperoleh harta benda. (Syaikh

Page 103: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

276 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, jilid 2:486).

Berdasar kedua ayat tersebut di atas,maka hubungan sahib al-mal dengan mudha-rib berdasarkan akadwakalah dan antara sahibal-mal dengan lembaga reksadana syari’ahhendaknya dilakukan dengan sistem mudha-rabah, mutlak harus dijalankan. Secarateknis, mudharabah adalah akad kerja samausaha antara dua pihak di mana pihak per-tama menyediakan seluruh (100%) modal,sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan usaha secara mudharabah/ profitsharing dibagi menurut kesepakatan yangdituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modalselama kerugian tersebut bukan akibat ke-lalaian di pengelola. Seandainya kerugian itudiakibatkan karena kecurangan atau ke-lalaian si pengelola, maka pengelola harusbertanggung jawab atas kerugian tersebut.Hal tersebut dituangkan pada Fatwa DewanSyari’ah Nasional No.20/DSN-MUI/IV/2001. Bab II pasal 2.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsidan tugas serta kemampuan manajerialmudharib pada reksadana saham syari’ahmenjadi lebih luas daripada manajer inves-tasi reksadana konvensional. Artinya mu-dharib mempunyai tugas menyusun strategiportofolio yang baik agar menghasilkanreturn optimal dan outperform dibandingkandengan Reksadana lain, dengan tetap men-jamin kehalalan proses investasi yangdilakukan.

Mengingat reksadana syari’ah merupa-kan produk reksadana islami yang di-kembangkan dari jasa keuangan konvensi-onal dan hasil pengujian pengaruh langsungyang menunjukkan variabel kemampuanmanajerial dan Kinerja Reksadana SahamSyari’ah dicerminkan oleh indeks Sharpeadalah positif dan signifikan, hal ini me-nunjukkan kemampuan mudharib untukmemilih saham yang tepat dalam portofolio,mampu memberikan imbal hasil (return)yang tinggi pada manajemen portofolio yangdikelolanya secara optimal, sehingga mam-pu menciptakan prospek yang baik atau

memiliki nilai yang atraktif dari prospektus.Hasil penelitian ini sejalan dengan temuanKempf dan Osthoff (2007) yaitu strategiseleksi positif (positive screening) meng-hasilkan kinerja finansial yang lebih baikdaripada strategi seleksi negatif (negativescreening).

Semua temuan di atas, dapat ditafsirkanbahwa kinerja reksadana yang negatif daripara mudharib reksadana religius adalahdisebabkan karena kemampuan stock selec-tion yang diterapkan pada reksadana religi-us. Kinerja reksadana negatif karena adanyapenolakan, bahkan larangan menggunakansaham-saham “berdosa” dalam portofolioefek dalam reksadana saham syari’ah karenatidak sesuai dengan kaidah syari’ah.Adapun saham-saham di luar DES atau yangtidak mengikuti kaidah syari’ah lebihbanyak jumlah dan ragamnya, sehinggaberpotensi memperoleh return abnormalyang disesuaikan resiko yang mempunyaihubungan positif. Berdasar hal tersebutkemampuan manajerial mudharib mutlakberperan meningkatkan kinerja reksadanasaham syari’ah. Hal ini diperkuat olehpendapat beberapa key informan sebagaiberikut: R.M.N pemegang ijin wakil manajerinvestasi, mengatakan sedikitnya jumlahsaham syari’ah dibanding saham konvensi-onal menjadi tantangan tersendiri bagimudharib untuk membentuk reksadana sa-ham syari’ah, sedangkan menurut SW.pemegang ijin wakil agen penjual efel reksa-dana menyatakan mudharib tidak terlalumengalami kesulitan dalam mendiversifi-kasikan risiko, namun memang memilikiketerbatasan dalam jumlah saham syari’ahyang dimiliki.

Selanjutnya merujuk pada indikatorMarket Timing, maka mudharib dengan pe-modal sebagai milik harta (Shahib al-mal/rabbal-mal) atau antara mudharib sebagai wakilshahib al-mal dengan pengguna investasisebagai pihak yang memiliki tanggungjawab pada pengelolaan portofolio yangdipilih, harus melakukan investasi sesuaiprinsip-prinsip syari’ah antara lain: tidaktergolong perjudian atau perdagangan yang

Page 104: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 277

dilarang; tidak menerapkan konsep ribawi;jual beli risiko yang mengandung ghararatau masyir; tidak memproduksi, mendistri-busikan, memperdagangkan dan atau me-nyediakan barang-barang dan atau jasayang haram karena zatnya dan bukankarena zatnya dan atau barang yang me-rusak moral dan bersifat mudarat, namunharus sesuai dengan yang ditetapkan olehFatwa Dewan Syari’ah Nasional No.40/DSN-MUI/X/2003 pasal 4 dan 5.

Mudharib harus lebih berhati-hati dalammenjalankan fungsinya untuk memanfaat-kan waktu yang baik untuk melakukantransaksi pembelian (subscription) dan pen-jualan (redemption) pada portofolio yangkarena dibentuknya. Penetapan waktu me-masuki pasar (market timing) karena akanberdampak pada risiko reksadana sahamsyari’ah. Hal ini sejalan dengan pendapatS.W. pemegang ijin wakil agen penjual efekreksadana, L.H. pemegang ijin wakil pen-jamin emisi efek dan pemegang ijin wakilmanajer investasi yang menyatakan bahwabagi sahib al-mal, selain mereka melihatkinerja reksadana saham syari’ah, maka riskprofile masing-masing reksadana sahamsyari’ah juga menjadi perhatian.

Berdasarkan temuan tersebut tanggungjawab mudharib untuk memulai prosesinvestasi atau memasuki pasar modal yangsesuai dengan pirinsip-prinsip syari’ahtidaklah mudah, lebih mudah melakukanpemilihan saham atau stock selection. StockSelection lebih mudah dilakukan karenapilihan saham yang akan dibentuk olehmudharib sudah ditentukan atau terbatasyaitu hanya saham-saham yang sesuaidengan daftar efek syari’ah (DES), namunprinsip-prinsip syari’ah harus tetap diper-hatikan.

Kinerja reksadana saham syari’ah padapenelitian ini dilandasi model Tryenor Mazuymeasure yang merupakan ukuran mutlakkinerja dan tergantung pada dua variabelyaitu kembalinya dana (return) dan kepeka-an risiko variabilitas. Model tersebut di-landasi Capital Asset Pricing Model (CAPM)

oleh teori portofolio yang dikemukakan olehMarkowitz. Berdasarkan model Markowitz,masing-masing investor diasumsikan akanmendiversifikasikan portofolionya dan me-milih portofolio optimal atas dasar pre-ferensinya terhadap return dan risiko.Walaupun dibatasi oleh beberapa asumsiyang terlihat tidak realistis, namun CAPMmerupakan model yang secara parsimony(sederhana) bisa menggambarkan ataumemprediksi realitas di pasar yang bersifatkompleks dengan menggambarkan realitashubungan return dan risiko.

Risiko yang diperhitungkan padaCAPM merupakan beta yaitu ukuran risikoyang berasal dari hubungan antara tingkatpengembalian suatu saham dengan tingkatpengembalian pasar. Diversifikasi risikoportofolio diukur dengan standar deviasireturn. Beta merupakan koefisien regresiantara dua variabel yaitu kelebihan tingkatkeuntungan portfolio pasar (excess return tomarket portfolio) dan kelebihan tingkatkeuntungan suatu saham (excess return ofstock). Menurut Sharpe dan Alexander (1997:281), beta adalah covarian relative terhadapvarian portfolio pasar.

Mengenai risiko dalam perpektif Islammerujuk pada firman Allah S.W.T. yang adapada terjemahan surat Al-A’Raaf ayat 188(Q.S. 7: 188) dan terjemahan surat Lukmanayat 34 (Q.S. 31: 34) sebagai berikut:

...sekiranya aku mengetahui yang ghaib,tentulah aku membuat kebajikan, se-banyak-banyaknya dan aku tidak akanditimpa kemudlaratan....(Q.S.7: 188)

Makna dari ayat 188 surat Al-A’Raafdari tafsir Ibnu Katsir adalah Rasul tidakmengetahui perkara gaib, tidak kuasa mem-beri manfaat dan menolong kemudharatan,bahkan bagi dirinya sendiri. Allah S.W.T.memerintahkan Rasul agar menyerahkansegala urusan kepada Nya, dan meyampai-kan tentang dirinya bahwa ia tidak me-ngetahui perkara ghaib yang terjadi di masamendatang, serta tidak melihat sedikitpunperkara tersebut kecuali apa yang diper-lihatkan Allah S.W.T. kepadanya. Adh

Page 105: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

278 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 261 – 279

Dhahak menuturkan dari Ibnu’Abbas: Dansekiranya aku mengetahui yang ghaib,tentulah aku menarik kebajikan sebanyak-banyaknya, yakni berupa harta. Dalam saturiwayat, niscaya aku tahu, apa yang harusaku beli agar mendatangkan keuntunganatau aku jual sehingga aku selalu mendapatkeuntungan (Syaikh Shfiyyurrahman alMubarakfuri, jilid 3: 755).

....dan tiada seorangpun yang dapatmengetahui dengan pasti apa yang akandiusahakannya besok.....(Q.S.31: 34)

Makna dari ayat 34 surat Lukman tersebutdari tafsir Ibnu Katsir adalah yang me-ngetahui alam ghaib hanyalah Allah S.W.T.Kunci-kunci alam ghaib hanya bisa di-ketahui oleh Allah S.W.T. Tidak ada seorang-pun yang dapat mengetahui kunci-kuncialam ghaib, kecuali bila Allah S.W.T. ber-kenan memberitahukannya kepada hambapilihanNya. Firma Allah S.W.T yang keem-pat pada ayat ini adalah: Dan tidak adaseorangpun yang dapat mengetahui (denganpasti) apa yang akan dikerjakan besok.Apakah pekerjaan itu baik ataukah buruk(Syaikh Shfiyyurrahman al Mubarakfuri,jilid 7: 175)

Berdasar dua ayat tersebut, maka apabila penguatan atau kelesuan pasar dapatdiprediksi, mudharib akan menggeser lebihbanyak dana ke pasar modal ketika pasarmenguat. Beta portofolio dan kemiringansecurity characteristic line (SCL) akan lebihtinggi ketika return pasar lebih tinggi. Nilaibeta yang positif akan menunjukkan adanyakemampuan manajerial yang baik.

Strategi manajemen reksadana dilaku-kan dalam katagori aktif, sehingga mudharibberusaha untuk "mengalahkan pasar" de-ngan membentuk portofolio yang mampumenghasilkan pengembalian aktual (actualreturn) yang melebihi risk-adjusted expectedreturns. Strategi aktif pada reksadana syari’-ah bukan merupakan tindakan spekulatif,namun merupakan usaha mudharib meng-amankan harta (mal) sahib al-mal yang telahdititipkan kepadanya.

Risiko bisa diminimalisir, apabila semuainformasi pasar diketahui dengan pasti,

namun harus diakui bahwa informasi ter-sebut tidak pernah tersedia secara lengkap.Adanya perangkat dan peraturan sebagaipedoman operasi dan berinvestasi sertakemampuan manajerial mudharib yang ting-gi, dapat mengurangi ketidak pastian sahibal-mal dalam berinvestasi pada reksadanasaham syari’ah. Dengan demikian investasijangka panjang pada reksadana sahamsyari’ah dapat berguna untuk mengaman-kan harta meningkatkan return yang padaakhir- nya bisa meningkatkan kinerjanya.

Pernyataan ini di perkuat oleh pendapatMK sebagai sahib al-mal yang menyatakanmemilih investasi pada reksadana sahamsyari’ah melalui tahapan atau proses ke-putusan yang berkesimbungan (going pro-cess) keputusan yang berjalan terus menerussampai tercapai keputusan in-vestasi terbaik. Untuk kebutuhan investasi jangkapanjang, adanya keamanan atas dananyadan merupakan investasi berdasarkan padanilai-nilai Islam, sehingga tidak ada unsurspekulasi dan transparan dalam pengelola-annya. Berdasarkan uraian di atas, makadapat dikatakan penelitian ini menyatakanhipotesis bahwa kemampuan manajerialmudharib mempengaruhi kinerja reksadanasaham syari’ah.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Penelitian ini difokuskan pada Ke-mampuan Manajerial dan Kinerja Reksa-dana Saham Syari’ah di Indonesia. Ber-dasarkan hasil analisis dan pembahasanmaka dapat simpulkan: Kemampuan mana-jerial menunjukkan keberhasilan manajemeninvestasi dalam pemilihan saham atau stockselection dan kemampuan memasuki pasaratau market timing. Temuan penelitian inimengindikasikan kemampuan manajerinvestasi untuk memilih saham yang tepatdalam portofolionya mampu memberikanimbal hasil yang tinggi pada manajemenportofolio yang dikelola sehingga berpotensimenciptakan kinerja reksadana sahamsyari’ah yang baik atau memiliki nilai yangatraktif di mata investor.

Page 106: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Model Kemampuan Manajerial Mudharib ...– Triyonowati, Fuadati, Widyawati 279

SaranBerdasarkan temuan pada penelitian

Kemampuan manajerial, dan Kinerja Reksa-dana Saham Syari’ah di Indonesia, makarekomendasi dapat dikemukakan adalahmasih perlu dikembangkan dan diteliti se-cara empirik pengaruh lain selain ke-mampuan manajerial, yang dapat mempengaruhi Kinerja Reksadana Syari’ah.

DAFTARPUSTAKABarnet, M. dan R. M. Salomon. 2006. Beyond

Dichotomy: The Curvilinier ReltionshipBetween Social Responsibility and Per-formance. Strategic Manajemen Journal27: 1101-1122.

Bhatracharya, S. and P. Deleiderer. 1985.Delegated Portfolio Management. Jour-nal of Economic Theory 36(2): 1-25.

Bodie, Z., K. Alex, dan J. M. Alan. 2011.Investment and Portfolio Management.Global Edition, Mc-Grow Hill. Singa-pore.

Bodie, Z., K. Alex, dan J. M. Alan. 2005.Investment. 6th ed. Mc-Grow Hill. NewYork.

Chevalier, J. dan G. Ellison. 1999. Are SomeMutual Fund Manajers Better ThanOthers? Crosssectional Patterns InBehavior And Performance. Journal ofFinance 54(3): 875-899.

Departemen Agama RI. 1996. Al Qur’an AlKarim dan Terjemahnya. Karya TohaPutra. Semarang.

Fama, E. 1972. Component of InvestmentPerformance. Journal of Finance 27: 551-567.

Fama, E. dan K. French. 1996. MultifactorExplanations of Asset Pricing Anoma-lies. Journal of Financial Economics 51: 55-84.

Ferrus, L. F., Munoz, dan V. Maria. 2012.Managerial Ability: Evidence fromReligious Mutual Fund Manager. JournalBussines Ethics 105: 503-517.

Henrikkson, R. D. dan R. C. Merton. 1981. OnMarket Timing and Investment Per-formance II: Statistical Procedures forEvaluating Forcasting Skill. Journal ofBusiness 54: 513-533.

Jensen M. C. 1968. The Performance OfMutual Funds In The Period 1945-64.Journal of Finance 23: 389-416.

Jones, C. P. 2003. Investment: Analysis andManagement. 8th edition. John Wiley andSons Publisher. New Jersey.

Jones, C. P., S. Utama, B. Frensidy, I. A.Ekaputra dan R. U.Budiman. 2009.Investment Analysis and Management (anIndonesian Adaptation). Wiley and Sons(Asia) Pte.Lyd. Singapore.

Kempf, A. and P. Osthoff. 2007. The Effect ofSocially Responsible Investing OnPortfolio Performance. European Finan-cial Management 13(5): 908–922.

Kon, S. J. 1983. The Market Timing Perfor-mance of Mutual Fund Managers.Journal of Business 56(3): 323-347.

Lee, C., J. Humphrey, K. Benson, and J. Ahn.2010. Social Responsible InvestmentFund Performance: The Impact ofScreening Intensity. Journal of Accountingand Finance 50: 351-370.

Reilly, F. K. and C. B. Keith. 2012. InvestmentAnalysis & Portofolio Management. 7th ed.The Dryden Press. Orlando.

Rivai, V., F. Rinaldi, P. V. Andria, danRizqullah. 2010. Islamic Financial Mana-gement Teori, Konsep, dan Aplikasi. GhaliaIndonesia.

Sekaran, U. dan R. Bougie. 2003. ResearchMethodology for Business. John Wiley &Sons, Inc. New York.

Sharpe, W. F. 1966. Mutual Fund Per-formance. Journal of Business 39: 119-38.

Sharpe, W. F., G. J. Alexsander, and Bailey.1995. Investment. Prentice Hall Inc. NewJersey.

Treynor. J. and K. Mazuy. 1966. Can MutualFunds Outguess the Market? HarvardBusiness review 44: 131-136.

Page 107: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

325

DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI CHINA DAN DEVALUASI YUANTERHADAP KINERJA PERDAGANGAN PERTANIAN INDONESIA

[email protected]

Bonar M. SinagaMangara Tambunan

Dedi Budiman HakimInstitut Pertanian Bogor - Bogor

ABSTRACT

This study aims to analyze the impact of slowing economic growth in China and devaluation of the yuan on theperformance of agricultural trade Indonesia. The research used a simultaneous equations model and estimatedusing the 2-SLS method. The results showed that the trade cooperation Indonesia - China has a positive impacton increasing production, price, investment, consumption, exports, imports, and Indonesia's national incomepost-CAFTA takes effect over the previous period. China's economic growth led to increased China's exports toIndonesia, but the increase Indonesia's exports to China relatively constant. At the time of CAFTA takes effect,slowing economic growth in China and devaluation of the yuan is expected negatively impact to the performanceof the agricultural sector and trade Indonesia, because of the decline in demand for Chinese imports fromIndonesia and it caused Indonesian export to China decreased, except for exports of food products, indicatingthat China's need for food and raw materials for industry. Indonesia's export performance drop will cause thetrade of Indonesia deficit higher and destabilizing the economy of Indonesia.

Key words: economic, devaluation, yuan, trade, agriculture

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan tarif impor dan pertumbuhan ekonomiChina terhadap kinerja perdagangan pertanian Indonesia. Penelitian menggunakan model persamaansimultan dan diestimasi dengan metode 2-SLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasamaperdagangan Indonesia – China berimplikasi positif terhadap peningkatan produksi, harga, investasi,konsumsi, ekspor, impor, dan pendapatan nasional Indonesia pasca CAFTA berlaku efektif dibandingperiode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi China menyebabkan ekspor China ke Indonesiameningkat, namun peningkatan ekspor Indonesia ke China relatif konstan. Pada saat CAFTA efektifdiberlakukan, perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan devaluasi Yuan diprediksi akanberdampak negatif terhadap kinerja sektor pertanian dan perdagangan Indonesia, karena adanyapenurunan permintaan impor China dari Indonesia dan menyebabkan ekspor Indonesia ke Chinamenurun, kecuali ekspor produk pangan, menunjukkan bahwa China membutuhkan bahan pangandan bahan baku bagi industrinya. Penurunan kinerja ekspor Indonesia akan menyebabkan defisitneraca perdagangan Indonesia semakin tinggi dan menganggu stabilitas perekonomian Indonesia.

Kata kunci : ekonomi, devaluasi, Yuan, perdagangan, pertanian.

PENDAHULUANKerjasama perdagangan Indonesia-

China dimulai sejak tahun 1953 dan saat iniberkembang dalam bentuk kerjasama Chinadan negara-negara ASEAN yaitu CAFTA(China ASEAN Free Trade Area). Kerja-

sama ini berlaku efektif sejak tanggal 1Januari 2010 setelah penandatanganankerangka awalnya pada tanggal 4 Novem-ber 2004 dan diratifikasi oleh Pemerintahmelalui KEPPRES No. 48 pada 15 Juni 2004(Direktorat Perdagangan, Investasi dan

Page 108: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

326 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Kerjasama Ekonomi Internasional, 2011).CAFTA merupakan kesepakatan antaranegara-negara anggota ASEAN denganChina untuk mewujudkan kawasan per-dagangan bebas dengan menghilangkanatau mengurangi hambatan-hambatan per-dagangan barang baik tarif ataupun nontarif, peningkatan akses pasar jasa, per-aturan dan ketentuan investasi, sekaliguspeningkatan aspek kerjasama ekonomiuntuk mendorong kinerja perekonomiandalam rangka meningkatkan kesejahteraanmasyarakat ASEAN dan China.

Nilai perdagangan Indonesia denganbeberapa negara dalam perdagangan bila-teral seperti Jepang, India, dan Philipinaselalu mengalami surplus, kecuali China,Korea, Thailand, Malaysia dan Singapura.Meskipun China merupakan negara tujuanekspor non migas terbesar bagi produkIndonesia yang didominasi oleh produkprimer tidak sebanding dengan tingginyaimpor produk olahan China ke Indonesia.Nilai perdagangan Indonesia dengan Chinaberkisar antara US$ 48 milyar hingga US$52 milyar, namun neraca perdaganganIndonesia dengan China mengalami defisithingga US$ 13.018,3 juta dibandingkanneraca perdagangan Indonesia dengan Ko-rea, Thailand, Malaysia dan Singapura.Sepanjang tahun 2011-2014, Nilai eksportertinggi Indonesia ke beberapa negaraASEAN plus berturut-turut adalah keJepang (US$ 114 milyar), China (US$ 84,8milyar), Singapura (US$ 68,9 milyar),Korea (US$ 53,5 milyar), dan India (US$ 51,1milyar), sedangkan impor tertinggi Indo-nesia dari beberapa negara ASEAN plusberturut-turut adalah China (US$ 116,1milyar), Singapura (US$ 102,8 milyar),Jepang (US$ 78,5 milyar), Korea (US$ 48,5milyar), dan Malaysia (US$ 46,8 milyar)(Kementerian Perdagangan Republik Indo-nesia, 2016).

Pertumbuhan ekonomi China majupesat di kawasan Asia, selama lebih dari 30tahun terakhir. GDP dan produksi industriCina meningkat lebih cepat dengan lajurata-rata sebesar 10,6 dan 14,7 persen, yang

mendorong kenaikan berlipat ganda dalampermintaan komoditas. Selama periode2010-2014, kinerja ekspor Indonesia men-capai puncaknya pada tahun 2011 yaitu US$203,5 milyar. Ekspor Indonesia ke Chinaturun sebesar 23,5 persen dari tahun 2011hingga tahun 2014 karena adanya krisisekonomi global, perlambatan ekonomiChina, penurunan harga komoditi utamaekspor Indonesia, dan adanya laranganekspor bahan mineral mentah (World Bank,2015). Impor non migas tertinggi Indonesiadari China sebesar US$ 19,1 milyar (2010)meningkat menjadi US$ 29,5 milyar (2013),dengan pertumbuhan sebesar 54,78 persen.Permintaan impor non migas Indonesia dariChina, terutama didominasi oleh importekstil dan produk tekstil (TPT), hasil per-tanian, dan barang elektronik. Tingginyapermintaan impor dari China dibandingekspor Indonesia ke China menyebabkanneraca perdagangan Indonesia denganChina defisit (Bank Indonesia, 2016).

Pada awalnya, perdagangan bilateralIndonesia dengan China, neraca perdagang-an Indonesia mengalami surplus (Gambar1). Pada tahun 1996 neraca perdaganganIndonesia–China surplus sebesar US$519,2 juta, pada tahun 1998 surplus se-besar US$ 699,1 juta, dan pada tahun 1999surplus sebesar US$ 958,1 juta. Seiringdengan tingginya penetrasi produk Chinake Indonesia, sedangkan ekspor Indonesiaterutama kelompok barang mentah meng-alami penurunan akibat krisis ekonomiglobal maka neraca perdagangan Indonesia-China defisit sebesar US$ 711,7 juta (2000)dan defisit terus meningkat menjadi 6.980,7juta (2013) (UNCTAD, 2014). Ekspor Indo-nesia ke China hanya berupa bahan mentahserta energi (batubara, minyak dan gasbumi) serta bahan makanan seperti minyakgoreng dan hasil laut (Lindawati danWidyaiswara, 2013). Ekspor Indonesia keChina pada tahun 1996 senilai US$ 1.887,5juta meningkat menjadi US$ 9.420,2 juta(2013). Impor Indonesia dari China padatahun 1996 senilai US$ 1.368,3 juta me-ningkat menjadi US$ 16.400,9 juta (2013).

Page 109: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 327

Pada tahun 2013, nilai ekpor pangan (US$3.398,1 juta), pertanian non pangan (US$2.522,0 juta), dan non pertanian (US$15.681,4 juta), sedangkan nilai impor

pangan (US$ 1.488,2 juta), pertanian nonpangan (US$ 3.670,0 juta), dan nonpertanian (US$ 27.162,8 juta) (UNCTAD,2014).

Sumber: UNCTAD, 2014

Gambar 1Neraca perdagangan Indonesia - China, tahun 1996-2013

Total nilai ekspor produk pertanian keChina selama periode Januari–Desember2014 senilai Rp.3.373.894.000. Ekspor per-tanian didominasi oleh komoditas unggulanIndonesia pada sektor perkebunan senilaiRp.3.294.403.000 dengan kontribusi terting-gi pada ekspor kelapa sawit senilai Rp.2.197.108.000 atau 66,69% dari nilai eksporsub sektor perkebunan dan 65,12% dari totalnilai ekspor produk pertanian Indonesia keChina. Selanjutnya diikuti oleh karet senilaiRp.681.497.000 dan kelapa senilai Rp.192.967.000.

Ekspor tanaman pangan didominasioleh ubi kayu senilai US$ 18. 633.000,tanaman hortikultura didominasi oleh eks-por pisang senilai US$ 11.045.000, danpeternakan didominasi oleh kulit dan jangatdengan nilai ekspor sebesar 21.282. 000(BPS, 2015 dalam Kementerian Pertanian,2015). China merupakan negara emerging

market dan mendominasi permintaan impordi pasar internasional untuk memenuhibahan baku bagi industrinya Pelemahanperekonomian China sejak terjadi penurun-an indeks harga saham gabungan (IHSG)menyebabkan China melakukan revaluasinilat tukar Yuan terhadap US$. SelamaAgustus 2015, China telah mendevaluasinilai tukar Yuan hingga 3,0 persen. Hal inidilakukan China untuk meningkatkan per-tumbuhan ekspor, meningkatkan compe-titiveness produk domestiknya dan inter-nasionalisasi yuan.

Perlambatan ekonomi China dan de-valuasi Yuan diperkirakan akan berdampakterhadap penurunan permintaan imporChina dan menyebabkan penurunan ekspordi sejumlah negara berkembang termasukIndonesia dan berdampak pada penurunanbeberapa harga komoditas ekspor utamaIndonesia. Penelitian ini bertujuan untuk

Page 110: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

328 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

menganalisis dampak perlambatan ekonomiChina dan devaluasi Yuan terhadap kinerjaperdagangan pertanian Indonesia.

TINJAUAN TEORETISPengaruh Pertumbuhan Ekonomi padaPerdagangan

Todaro dan Smith (2006) mendefinisi-kan pertumbuhan ekonomi sebagai suatuproses peningkatan kapasitas produksi da-lam suatu perekonomian secara terus me-nerus atau berkesinambungan sepanjangwaktu sehingga menghasilkan tingkat pen-dapatan dan output yang semakin lamasemakin besar. Teori perdagangan inter-nasional menunjukkan bahwa tiap negaramemiliki perbedaan sumberdaya dalammemproduksi suatu barang sehingga men-ciptakan keunggulan komparatif dan spe-sialisasi pada tiap negara yang berimplikasipada perbedaan harga untuk komoditi yangsama (Krugman, 2000). Peningkatan per-dagangan internasional yang digambarkansebagai peningkatan ekspor dan imporkomoditas internasional yang diperdagangkan negara-negara di dunia akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dari per-spektif penawaran, perluasan ekspor dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi me-lalui kenaikan dalam total factor produktivity(TFP), karena perluasan ekspor dapat me-ningkatkan spesialisasi sektor-sektor yangmemiliki keunggulan komparatif, dan me-nyebabkan realokasi sumberdaya dari sek-tor tertentu ke sektor ekspor yang lebihproduktif dan menjadi efisien. Pertumbuhan ekspor secara tidak langsung dapat mem-pengaruhi jumlah devisa yang tersedia,yang dapat dipergunakan untuk peningkat-an impor barang-barang kapital yang akanmendorong pertumbuhan output dan eks-por melalui peningkatan produktivitas danpertumbuhan ekonomi, pengetahuan danteknologi telah terkandung (embodied) da-lam alat-alat dan mesin (Riezman, 1996).

Kebijakan Nilai TukarSistem nilai tukar (kurs) mata uang

pada dasarnya dapat dibagi dalam dua

sistem, yaitu nilai tukar tetap dan nilai tukarfleksibel. Dalam sistem nilai tukar tetap,pemerintah menetapkan nilai mata uangnyasecara tetap terhadap suatu mata uangasing, sedangkan pada system nilai tukarfleksibel pemerintah menyerahkan nilaimata uangnya pada mekanisme pasar.China menganut sistem nilai tukar tetap.Devaluasi Yuan dilakukan untuk me-ningkatkan pertumbuhan ekspor China.Perubahan nilai tukar berpengaruh ter-hadap harga produk ekspor (Houck, 1992).

Pada sistem nilai tukar fleksibel, meski-pun nilai mata uang diserahkan pada meka-nisme pasar, tetapi dalam pelaksanaannyanegara melakukan intervensi dengan meng-gunakan cadangan devisa yang dimilikiuntuk menjaga agar nilai mata uangnyatidak naik (apresiasi) terlalu tinggi atauturun (depresiasi) terlalu jauh. Apresiasiyang terlalu tinggi akan mengakibatkanharga produk ekspor terlalu mahal bagi luarnegeri, yang dapat berakibat turunnyavolume ekspor dan produksi, yang dapatmendorong terjadinya pengangguran. Se-baliknya, depresiasi yang terlalu besar akanmenyebabkan harga barang-barang impormenjadi lebih tinggi/mahal, yang dapatberakibat terjadinya defisit neraca pem-bayaran. Apabila suatu pemerintah turutcampur dalam mempengaruhi permintaandan penawaran mata uangnya di pasaruang, berarti pemerintah itu menerapkansystem kurs mengambang terkendali (mana-ged float system). Sistem ini banyak diguna-kan negara di dunia, termasuk Indonesia.

Penelitian TerdahuluKontribusi perdagangan dunia dari

sektor pertanian sebesar 85 persen berasaldari perdagangan bilateral 70 negara(Vollrath et al., 2009). Free Trade Area ber-peran dalam meningkatkan perdaganganinternasional di negara-negara OECD daripada di negara-negara non-OECD (Kuri-hara, 2011). Khan et al (2013) menunjukkanbahwa potensi perdagangan Pakistan de-ngan Jepang, Turki, Malaysia, India danIran belum sepenuhnya direalisasikan. Pro-

Page 111: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 329

duk Domestik Bruto dan Produk DomestikBruto per kapita positif mempengaruhivolume perdagangan sedangkan jarak danvariabel dummy budaya menunjukkanhubungan negatif terhadap volume per-dagangan. Liberalisasi perdagangan per-tanian di ASEAN meningkatkan outputnegara-negara anggota ASEAN, namun,ketika tarif nol persen diterapkan terhadappertanian, Indonesia mengalami hampir nolpersen perubahan dalam pendapatan riil(Oktaviani et al., 2008). Faktor penyebabnyaadalah sumber daya yang dimiliki negara-negara ASEAN relatif sama, komoditi yangdiperdagangkan adalah komoditi sejenis,sehingga perdagangan di ASEAN lebih cen-derung pada intra industry trade dibanding-kan inter industry trade (Ridwan, 2009).Dampak CAFTA bagi perekonomian dansektor pertanian Indonesia tidak sepertiyang diharapkan dan diperkirakan sebelum-nya (Ferrianta, 2012). Lau dan Lee (2008)menemukan pola hubungan kausalitas di-antara negara-negara anggota CAFTA, yaituhanya tiga negara (Malaysia, Singapura danThailand) yang memperlihatkan adanya bi-directional causality dengan China. Secaraekonomi, itu berarti bahwa Malaysia, Singa-pura, Thailand dan China saling melengka-pi satu sama lain dan berpeluang besaruntuk menguatkan eksistensi ekonomi me-reka. Sementara Indonesia dan Philipinaterpisah dari kelompok tersebut. Salah satukemungkinan sebabnya adalah instabilityekonomi dan politik di kedua negaratersebut.

Dalam hal ini, Gingrich dan Garber(2010) menemukan bahwa pemberlakuankebijakan perdagangan bebas berdampakpositif bagi perdagangan Kosta Rika yaitulaju pertumbuhan ekspor lebih tinggi di-bandingkan dengan laju pertumbuhan im-por, yang berimplikasi pada surplus neracaperdagangan Kosta Rika. Lebih lanjut,Achsani (2008) menjelaskan bahwa CAFTAadalah potensi pasar yang sangat besar.Selain itu substitutability of products dalamarti sejenis tetapi tidak sama antara China

dengan ASEAN, akan meningkatkan pelu-ang untuk terjadinya trade creation. Liberalisasi perdagangan pertanian dan subsidipemerintah berdampak positif terhadapoutput (PDB) dan konsumsi real (Abi-manyu, 2000). Prediksi Chia (2004), Feri-dhanusetiawan dan Pangestu (2003) danqualitative assesment Park (2006) menunjuk-kan besarnya keuntungan ekonomi (gains ofeconomic) dari pemberlakuan CAFTA. Khanet al. (2013) menunjukkan bahwa potensiperdagangan Pakistan dengan Jepang,Turki, Malaysia, India dan Iran belum se-penuhnya direalisasikan. Produk DomestikBruto dan Produk Domestik Bruto perkapita positif mempengaruhi volume per-dagangan sedangkan jarak dan variabeldummy budaya menunjukkan hubungannegatif terhadap volume perdagangan.

Dalam kaitannya dengan sektor per-tanian, Deininger dan Olinto (2000) me-nemukan bahwa program perdagangan be-bas Zambia di awal tahun 1990 meng-akibatkan stagnasi di sektor Pertanian, ter-utama disebabkan oleh kekakuan strukturalekonomi. Sementara Hossain dan Alauddin(2005) lebih menekankan pada perdaganganbarang-barang manufaktur dan dampaknyaterhadap sektor pertanian, menyatakan bah-wa liberalisasi perdagangan di Bangladeshpada tahun 1980 berdampak terhadapproduksi dan pertumbuhan ekspor barang-barang manufaktur, sehingga menurunkanproduksi pertanian.

Dampak implementasi EHP terhadapkinerja ekonomi Indonesia dijelaskan olehPambudi dan Chandra (2006) dengan meng-gunakan model CGE, diketahui bahwapertama, pertumbuhan impor Indonesiameningkat tajam dibanding pertumbuhanekspor untuk komoditas-komoditas yangmasuk di dalam daftar EHP (yakni sayur-sayuran, buah-buahan, dan ikan), dan mem-buat defisit neraca perdagangan Indonesiauntuk komoditas-komoditas tersebut. Ke-dua, biaya produksi domestik akan me-ningkat, yang berarti akan mengurangidaya saing pertanian Indonesia. Ketiga,

Page 112: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

330 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

produk domestik bruto (PDB) riil Indonesiaakan menurun baik dalam jangka pendekmaupun jangka panjang, namun penelitianini hanya menfokuskan penghapusan tarifimpor produk Indonesia ke China dan tidaksebaliknya, sehingga dampak tarif imporChina terhadap kinerja ekonomi Indonesiatidak diketahui. Selanjutnya Hutabarat at al(2007) melakukan penelitian yang samanamun tidak hanya fokus pada EHP tetapijuga AFTA secara keseluruhan. Penelitianmenggunakan dua model analisis, yaituanalisis bilateral/regional menggunakanindeks Grubel-Lloyd dan sebuah modalCGE GTAP multi negara dan multi komo-ditas. Berbeda dengan hasil penelitian se-belumnya yang dilakukan oleh Pambudidan Chandra, penelitian ini menjelaskanbahwa, dalam kasus EHP, kesepakatantersebut memberikan surplus perdaganganIndonesia hanya untuk komoditas-komo-ditas tertentu saja, seperti karet dan minyakkelapa sawit, karena Indonesia memilikikeunggulan komparatif dalam produksikedua komoditas tersebut, tetapi, Indonesiamengalami kerugian-kerugian dalam per-dagangan dengan China untuk komoditas-komoditas lainnya terutama padi/beras,sayur-sayuran, minyak tumbuh-tumbuhan.Impor Indonesia meningkat dari negara-negara anggota ASEAN lainnya, dan diver-sifikasi pasar ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN lainnya cenderung ber-kurang, yang artinya pasar ekspor Indo-nesia di dalam blok ekonomi regionaltersebut semakin terfokus.

Kerangka KonseptualPerlambatan pertumbuhan ekonomi

global berdampak pada penurunan per-ekonomian nasional pada hampir seluruhnegara termasuk Indonesia. Perlambatanperekonomian China yang berdampak padadevaluasi nilai tukar Yuan pada bulanAgustus 2015 menyebabkan penurunan ter-hadap permintaan impor China. Sebagai-mana diketahui bahwa China merupakannegara importir terbesar selain AmerikaSerikat, untuk memenuhi kebutuhan bahan

baku bagi industrinya. Penurunan perminta-an impor China juga berimplikasi padapenurunan harga komoditas ekspor di pasarInternasional. Hal ini berdampak padapenurunan ekspor di beberapa negara ber-kembang termasuk Indonesia yang ber-dampak terhadap penurunan perekonomi-an negara tersebut. China juga merupakanpasar potensial bagi produk ekspor Ame-rika Serikat. Devaluasi Yuan dikawatirkanakan berdampaknya terjadinya “currencywar”.

Bagi Indonesia, kondisi ini menyebab-kan nilai tukar rupiah mengalami depre-siasi. Secara teori, turunnya nilai rupiah inibisa meningkatkan nilai ekspor, namunkrisis keuangan menyebabkan turunnyapermintaan komoditas dari luar negeri.Turunnya ekspor mengurangi pendapatannegara sehingga jika tidak diimbangi de-ngan turunnya pengeluaran dollar melaluipenurunan tingkat impor akan menyebab-kan defisit perdagangan. Defisit perdaga-ngan mempersulit modal masuk. Industridalam negeri yang bergantung pada produkimpor akan mengalami kesulitan untukmemenuhi bahan baku yang berdampakpada penurunan produksi dalam negeri danberakibat pengurangan pekerja atau pe-ningkatan pengangguran. Selain itu, ke-naikan impor di saat pasar ekspor stagnanakan menekan kenaikan cadangan devisadan berarti akan memunculkan ekspektasigejolak depresiasi rupiah.

Kerjasama perdagangan Indonesia–China merupakan peluang bagi keduanegara tersebut dalam upaya meningkatkanperdagangan dan pertumbuhan ekonomidan merupakan tantangan untuk men-ciptakan produk yang berkualitas dan ber-daya saing. Dalam hal ini kebijakan pe-merintah juga sangat menentukan, ter-utama berkaitan dengan regulasi di tingkatindustri, kebijakan perdagangan, kebijakanmakro ekonomi dan peningkatan investasi.

Pertumbuhan ekonomi yang cukuppesat dan tingginya jumlah penduduknegara China menyebabkan peningkatanpermintaan baik dalam bentuk bahan baku

Page 113: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 331

Gambar 2Rerangka Konseptual

industri maupun produk pangan olahan.Saat ini China juga aktif mencari peluanginvestasi dibidang pertanian untuk me-menuhi konsumsi pangan bagi penduduk-nya.

Di samping itu, ketentuan liberalisasiperdagangan yang menetapkan perdagangan terhadap produk yang berkualitasekspor merupakan tantangan bagi Indo-nesia untuk meningkatkan daya saing pro-duk. Dalam hal ini, kesiapan Indonesiadalam kerjasama perdagangan perlu men-dapat perhatian khusus terutama daripemerintah. Saat ini, ekspor Indonesia ke-China didominasi oleh produk pertanian

primer, sehingga nilai ekspor rendah.Sementara impor China ke Indonesia relatiftinggi khususnya untuk barang elektronikdan produk industri lainnya. Hal ini me-nyebabkan neraca perdagangan Indonesiake China menjadi defisit. Kondisi ini jugamenunjukkan rendahnya penetrasi produkIndonesia ke China dan tingginya penetrasiproduk China ke Indonesia.

Berbagai kemudahan diberikan olehpemerintah China untuk mendorong peng-usaha menciptakan produk yang berkua-litas dan harga produk yang relatif rendah,diantaranya penetapan suku bunga pinjam-an yang rendah, rendahnya pajak bagi

Krisiskeuangan

Global

DepresiasiRupiah

terhadap US$

EksporIndonesiamenurun

Penurunanpermintaan

impor

KerjasamaPerdagangan

Indonesia - China

KerjasamaCAFTA

GangguanTerhadap

Ekonomi Nasional

NeracaPerdagangan

Indonesia Defisit

Impor > Ekspor

AncamanPenurunan

Produksi DalamNegeri

PertumbuhanInvestasi Indonesia

relatif stagnan

Penurunan hargakomoditas di pasar

internasional

Kinerja Produksidalam negeri

menurun

PenurunanPermintaantenaga kerja

Tantangan dayasaing produk

Perlambatanpertumbuhan

EkonomiChina

Page 114: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

332 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

investor asing yang menginvestasikanmodalnya di China, penetapan nilai tukarmata Yuan yang rendah terhadap US$,pembangunan infrastruktur yang me-mudahkan investasi, mendorong kemajuanindustri kecil dan menengah, merangsangpertumbuhan ekspor, serta memperluaspangsa ekspor. Sebaliknya, berbagai ke-mudahan ini tidak ditemukan di Indonesia,sehingga harga produk Indonesia relatiflebih tinggi dan kurang berdaya saing.

Kerjasama CAFTA (China ASEAN FreeTrade Area) bertujuan untuk memperkecildan menghilangkan hambatan perdaganganuntuk meningkatkan perdagangan dan di-harapkan mampu meningkatkan efisiensidalam produksi dan konsumsi negara-negara anggota. Masalah tarif bea masukmenjadi isu penting, mengingat neracaperdagangan Indonesia telah defisit se-belum tarif bea masuk ditiadakan. Hargaproduk China yang lebih rendah dibanding-kan harga produk domestik, dikhawatirkanakan merebut pasar domestik. Atas dasarperjanjian kerjasama ASEAN (Indonesia)dengan China telah membawa kerugianyang sangat besar terhadap perekonomiannasional dan usaha rakyat. Diperkirakansebanyak 1.650 industri bangkrut dalamtahun 2006 dan 2007, dan sebanyak 145.000tenaga kerja kehilangan pekerjaan. Belumtermasuk kerugian yang diterima petanidan Usaha Kecil Menengah (UKM) yangproduknya tidak mampu bersaing denganproduk China yang relatif lebih rendah(Bagus dan Rooma, 2010 dalam Toloh,2012).

Kinerja perdagangan Indonesia–Chinayang defisit dan perlambatan pertumbuhanekonomi China serta trend penurunanharga ekspor di pasar internasional yangberdampak terhadap penurunan eksporIndonesia perlu ditelaah secara mendalam,karena diprediksi akan menganggu sta-bilitas perekonomian Indonesia. Untuk itu,akan dilakukan kajian dampak pertumbuh-an ekonomi China dan devaluasi Yuanterhadap kinerja perdagangan pertanian diIndonesia.

METODE PENELITIANJenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitianini merupakan data sekunder denganrentang waktu (time series) dari tahun 1996sampai tahun 2013 dan merupakan dataagregasi secara nasional. Sumber data da-lam penelitian ini diperoleh dari publikasiFAOSTAT-Foods and Agriculture Organi-sation FAO, World Development Indicator(WDI)-World Bank, United Nations Conferedfor Trade and Development (UNCTAD), BankIndonesia, Badan Pusat Statistik (BPS),Bank Indonesia (BI), Kementerian Perdaga-ngan dan Perindustrian, LABORSTA-Inter-national labour Organisation ILO, WorldGovernance Indicator (WGI)-World Bank, Ke-menterian Pertanian (Kementan), dan jurnalilmiah.

Model Perdagangan Pertanian Indonesiadalam Kerangka Kerjasama PerdaganganIndonesia - China

Model kinerja perdagangan pertanianIndonesia dalam kerangka kerjasama per-dagangan Indonesia–China dibangun darisistem persamaan simultan yang meng-integrasikan proses produksi, harga, inves-tasi, perdagangan dan pendapatan nasionaldi Indonesia dan China. Model dibangunatas 3 blok yaitu: (1) Blok Produksi, (2)Blok harga, dan (3) Blok perdagangan, yangterdiri dari 21 persamaan struktural dan 15persamaan identitas. Produk yang dianalisisdibagi atas kelompok pangan, non pangandan non pertanian. Pengelompokkan ter-sebut mengacu pada data UNCTAD.

Blok Kinerja ProduksiIndeks Kuantitas Produksi Pangan Indo-nesiaQFIt = a10 + a11PFIt-1 + a12KAIt-1 + a13LAIt

+ a14QFIt-1 + ε1t (1)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:a11, a12, a13 > 0, dan 1 < a14< 0.

Indeks Kuantitas Produksi Pertanian NonPangan IndonesiaQNFIt = a20 + a21PNFIt-+ a22PAIt-1 +

Page 115: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 333

a23KAIt-1 + a24LAIt-1 + a25QNFIt-1

+ ε2t (2)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:a21, a22, a23, a24 > 0, dan 1 < a25<0.

Pendapatan Nasional dari sektor pertanianIndonesiaYAIt = a30 + a31SPAIt + a32LAIt + a33SIAIt +

a34GEIIt + a35YAIt-1 + ε3t (3)Tanda parameter estimasi yang diharapkan: a31, a32, a33, a34 > 0,dan 1< a34 < 0.

Investasi Sektor Pertanian IndonesiaIAIt = a40 + a41RIt + a42SYIt + a43SKAIt +

a44FDIIt + a45LIAIt-1 + ε4t (4)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:a41 < 0, a42, a43, a44 > 0, dan 1 < a45<0

Blok HargaIndeks Harga Konsumen Makanan Indo-nesiaPFIt = b10 + b11CFIt-1 + b12XFICt-1 + b13XFIRt

+ b14MFIWt-1 + b15SPNFIt + b16PFIt-1

+ ε5 (5)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:b11, b12, b13, b15 > 0, b14 < 0, dan 1 < b16 < 0.

Indeks Harga Konsumen Non MakananIndonesiaPNFIt = b20 + b21SQNFIt + b22CNFIt +

b23XNFICt + b24XNFIRt +b25MNFICt + b26MNFIRt +b27PNFIt-1 + ε6 (6)

Tanda parameter estimasi yang diharapkan:b22, b23, b24 > 0, b21, b25, b26 < 0, dan 1 < b27 <0.

Indeks Harga Produsen Pertanian Indo-nesiaPAIt = b30 + + b31SQFIt + b32QNFIt-1 +

b33CFIt-1 + b34CNFIt + b35PAIt-1

+ ε7t (7)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:b31,b32 < 0, b33,b34 > 0, dan 1< b35 < 0.

Blok Perdagangan (Ekspor)Nilai Ekspor Pangan Indonesia ke ChinaXFICt = c10 + c11QFIt + c12PFICt + c13GIt

+ c14XFICt-1 + ε8t (8)

Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c11, c13 > 0, c12 < 0, dan 1 < c14 < 0.

Nilai Ekspor Produk Pertanian NonPangan Indonesia ke ChinaXNFICt = c20 + c21QNFIt + c22PNFICt-1

+ c23SGIt + c24XNFICt-1

+ ε9t (9)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c21, c23 > 0, c22 < 0, dan 1 < c24 < 0.

Nilai Ekspor Produk Pertanian Indonesiake ChinaXAICt = XFICt + XNFICt (10)

Nilai Ekspor Produk Non Pertanian Indo-nesia ke ChinaXOICt = c30 + c31SPNFIt + c32SGIt + c33ERICt +

c34XOICt-1 + ε10t (11)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c31< 0, c32, c33 > 0, dan 1 < c34 < 0.

Total Penawaran Ekspor Indonesia keChinaXICt = XAICt +XOICt (12)

Total Penawaran Ekspor IndonesiaXIt = XICt + XNCt (13)

Nilai Ekspor Pangan China ke IndonesiaXFCIt = c40 + c41SPFCt + c42PFIt + c43SQFCt +

c44GCt-1 + c45ERCIt + c46XFCIt-1 +ε11t (14)

Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c41< 0, c42, c43, c44, c45 > 0, dan 1< c46 < 0

Nilai Ekspor Produk Pertanian NonPangan China ke IndonesiaXNFCIt = c50 + c51SPNFCt + c52SPNFIt +

c53QNFCt + c54ERCIt + c55XFNCIt-

1 + ε12t (15)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c51 < 0, c52, c53, c54 > 0, dan1 < c55 < 0

Nilai Ekspor Produk Pertanian China keIndonesiaXACIt = XFCIt + XNFCIt (16)

Page 116: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

334 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Nilai Ekspor Produk Non Pertanian Chinake IndonesiaXOCIt = c60 + c61PNFCIt + c62GCt +

c63ERCIt + c64XOCIt-1

+ ε13t (17)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:c61 < 0, d62, d63 > 0, dan 1< d64 < 0

Total Penawaran Ekspor China ke Indo-nesiaXCIt = XACIt + XOCIt (18)Total Penawaran Ekspor ChinaXCt = XCIt + XCNIt (19)

Blok Perdagangan (Impor)Nilai Impor Produk Pangan Indonesia dariChinaMFICt = d10 + d11TMFICt + d12QFIt +

d13SCFIt + d14PFICt + d15YIt-1

+ d16ERICt + d17MFICt-1

+ ε14t (20)Tanda parameter estimasi yang diharap-kan : d11, d12, d16 < 0, d13, d14,d15 > 0, dan 1 < d17 < 0

Nilai Impor Produk Pertanian Non PanganIndonesia dari ChinaMNFICt = d20 +d21TMNFICt + d22TMNFIRt

+ d23QCNFIt +d24 SPNFCt +d25ERICt + d26YIt + d27MNFICt-1

+ ε15t (21)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:d21, d23, d24, d25 < 0,d22, d24 > 0, dan 1 < d27 < 0

Nilai Impor Produk Pertanian Indonesiadari ChinaMAICt = MFICt + MNFICt (22)

Nilai Impor Produk Non Pertanian Indo-nesia dari ChinaMOICt = d30 + d31 TMOICt + d32PNFICt +

d33ERIt + d34MOICt-1 + ε16t (23)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:d31, d33 < 0, d32 > 0, dan 1< d34 < 0.

Total Permintaan Impor Indonesia dariChinaMICt = MAICt + MOICt (24)

Total Permintaan Impor IndonesiaMIt = MICt + MNCt (25)

Nilai Impor Produk pangan China dariIndonesiaMFCIt = d40 + d41TMFCIt + d42PFICt +

d43ERCt + d44MFCIt-1+ ε17t (26)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:e41, e42, e43 < 0, dan 1 < e44 < 0

Nilai Impor Produk Pertanian Non PanganChina dari IndonesiaMNFCIt = d50 + d51TMNFCIt + d52 SPNFIt +

d53YCt-1 + d54MNFCIt-1

+ ε18t (27)Tanda parameter estimasi yang diharapkan:e51, e52 < 0, e53 > 0 dan 1 < e54 < 0.

Nilai Impor Produk Pertanian China dariIndonesiaMACIt = MFCIt + MNFCIt (28)

Nilai Impor Produk Non Pertanian Chinadari IndonesiaMOCIt = d60 + d61TMOCIt + d62TMOCRt +

d63SPNFIt +d64SPNFCt + d65ERCt

+ d66MOCIt-1 + ε19t (29)Tanda parameter estimasi yang diharap-kan: d61, d63, d65 < 0, d62, d64 > 0, dan 1 < d66

< 0

Total Nilai Impor China dari IndonesiaMCIt = MACIt + MOCIt (30)

Total Nilai Impor ChinaMCt = MCIt + MNIt (31)

Neraca Perdagangan IndonesiaBOTICt = XICt – MICt (32)BOTIt = XIt – MIt (33)

Pendapatan Nasional (Indonesia)YIt = CIt + IIt + GEIt + (XIt – MIt) (34)

Metode Pendugaan ModelMetode pendugaan (estimasi) yang di-

gunakan adalah metode 2 Stage LeastSquares, dengan pertimbangan bahwa pe-nerapan 2 SLS menghasilkan taksiran yang

Page 117: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 335

konsisten, lebih sederhana dan lebih mu-dah. Nilai predicted berfungsi sebagaivariabel instrumental, yaitu suatu variabelyang menjelaskan variabel dependen se-demikian rupa, sehingga menyerupai varia-bel dependen yang asli namun tidak ber-korelasi dengan error term (Gujarati, 2007).

Simulasi ModelSkenario simulasi terdiri dari simulasi

historis (periode 2006-2013) dan simulasiperamalan (periode 2016–2023). Simulasihistoris dibagi atas 2 periode waktu yaituperiode 2006-2009 (CAFTA belum efektif)dan periode 2010-2013 (CAFTA berlakuefektif). Simulasi yang dilakukan adalahkebijakan penghapusan tarif impor, per-lambatan ekonomi China, dan devaluasiYuan (Yuan/US$).

ANALISIS DAN PEMBAHASANPertumbuhan Ekonomi China danDampaknya terhadap Kinerja Perdaga-ngan Pertanian Indonesia

Pertumbuhan ekonomi China merupa-kan yang tercepat di dunia. Dari tahun 1979dan setelah China menjadi anggota WTOpada tahun 2001 sampai 2007, gross domes-tic product (GDP) China tumbuh denganrata-rata di atas 9 persen per tahun de-

ngan pertumbuhan GDP riil pada tahun2007 sebesar 11,4 persen. Meskipun begitu,China tetap banyak menghadapi tantanganakibat meningkatnya kejahatan korupsi,ketergantungan pada ekspor dan per-tumbuhan investasi tetap, melebarnya dis-paritas pendapatan, serta meningkatnyainflasi. Atas hal tersebut, pemerintah Chinatelah menyatakan akan berusaha mencipta-kan masyarakat harmonis (harmonious socie-ty) dengan harapan akan menambah ke-seimbangan antara pertumbuhan ekonomidan isu-isu sosial. Pertumbuhan ekonomiChina di dominasi oleh dua hal, yaitu per-dagangan dan investasi. Dari tahun 2004sampai 2007, nilai total perdagangan ba-rang-barang China meningkat hampir duakali lipat. Pada tahun 2007, untuk pertamakalinya nilai total ekspor China sebesar1.218 miliar dolar melebihi nilai total eksporAmerika Serikat sebesar 1.162 miliar dolar.Lebih dari setengah perdagangan Chinadikuasai oleh perusahaan-perusahaan asingyang berada di China. Peningkatan nilaiekspor ini berimplikasi pada pertumbuhanekonomi China yang tertinggi selama peri-ode 2000–2013 yaitu 14,2 persen. Rata-ratapertumbuhan ekonomi China pada periodetersebut adalah 9,9 persen (Gambar 3).

Sumber: World Bank, 2014.

Gambar 3Pertumbuhan Ekonomi China

Page 118: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

336 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Menurut Laporan Biro Administrasidan Kepabeanan China, nilai ekspor danimpor China pada tahun 2012 melampauiAmerika Serikat dengan angka mencapaiUSD 3,87 triliun, dan menurut DepartemenPerdagangan Amerika Serikat, total nilaiperdagangan Amerika Serikat sebesar USD3,82 triliun. Menilik neraca perdaganganekspor dan impor China juga surplussebesar USD 231,1 miliar, sementara Ame-rika Serikat mengalami defisit perdaganganUSD 727,9 miliar. Jim O’Neill, Econom Gold-man Sachs Group inc, mengatakan muncul-nya China sebagai negara perdagangan ter-besar dunia memberi pengaruh pada per-dagangan global. Pertumbuhan ekonomiChina rata-rata mencapai 9,9 persen pertahun sejak 1978 sampai 2012. MenurutData Bank Dunia, walaupun pada tahun2012 total perdagangan ekspor impor Chinalebih banyak, perekonomian Amerika Seri-kat mencapai dua kali lipat ukuran China.Jika pada tahun 2011 produk domestikbruto (PDB) Amerika Serikat 15 triliundollar AS, produk domestik bruto (PDB)China hanya sebesar 7,3 triliun dollarAmerika Serikat.

Pertumbuhan ekonomi China yangmembutuhkan bahan baku bagi industri-nya, akan meningkatkan permintaan ba-han baku dari negara lain termasuk Indo-nesia sehingga ekspor Indonesia meningkat.Sebaliknya perlambatan pertumbuhan eko-nomi China akibat krisis ekonomi me-nyebabkan menurunnya permintaan imporChina baik dari Indonesia maupun negalalain. World Bank (2015) menyatakan bahwadari tahun 2002 ke tahun 2012, GDPekonomi pasar berkembang (emerging) danproduksi industri masing-masing tumbuhdengan laju rata-rata sebesar 6,3 dan 7,8persen. GDP dan produksi industri Cinameningkat lebih cepat dengan laju rata-ratasebesar 10,6 dan 14,7 persen, yang men-dorong kenaikan berlipat ganda dalampermintaan komoditas. Sebagai contoh,pada tahun 2012, China mengkonsumsihampir setengah dari 91 juta ton logam

yang diproduksi di seluruh dunia, naik darihanya 15 persen pada tahun 2000.

Keberhasilan China meningkatkan eks-pornya secara signifikan ke pasar Indonesiaterutama berkat strategi harga rendah,walau dalam kenyataannya di pasar banyakproduknya yang diekspor memiliki standarkualitas yang rendah dan cepat rusak.Untuk meningkatkan penetrasinya di pasarIndonesia dan mengantisipasi keharusanmengikuti SNI di masa depan, Cina telahbergerak secara proaktif dan agresif mem-pelajari standar produk Indonesia. Tercatatper Maret 2011 Cina telah membeli danmenguasai 653 SNI dan rencananya akanmembeli 6.779 SNI lagi. Sebagian besar SNIyang dibeli Cina tersebut merupakan 15 SNIbarang elektrik (seperti SNI IEC 62115:2011untuk standar keselamatan mainan anak-anak dan SNI 04-3633-1994 untuk kabellistrik), elektronik (seperti SNI 04-1685-1989untuk peralatan elektronik dan listrik yangdigunakan rumah tangga, SNI 04-6716.1-2002 untuk resistor pada peralatan elek-tronik), mesin dan alat pertanian (sepertiSNI 7589:2011 untuk traktor pertanian danSNI 7710:2011 untuk peralatan irigasi) (BSN,2012 dalam Setiawan, 2012).

Potensi pasar Indonesia di masa depansejalan dengan pemenuhan standar domes-tik SNI sangat besar dan hal tersebut sudahdiantisipasi oleh China melalui pembelianSNI tersebut. Sekitar 30% SNI telah di-gunakan oleh perusahaan Indonesia danakan semakin besar lagi didorong olehpenerbitan Peraturan Presiden No 54 Tahun2011 tentang pengadaan barang dan jasaoleh pemerintah yang mewajibkan pem-belian barang yang sesuai dengan SNI(Setiawan, 2012). Liberalisasi CAFTA akanmeningkatkan kinerja perdagangan keduanegara, namun karena China jauh lebihsiap, maka pertumbuhan kinerja eksporChina akan jauh lebih tinggi dibandingkannegara ASEAN (Chirathivat, 2002). Lebihlanjut Park (2008), menyatakan bahwa dayasaing industri China lebih kompetitifdibandingkan ASEAN.

Page 119: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 337

Berdasarkan laporan IMF (WEO, Okto-ber 2015), pertumbuhan ekonomi globaltahun 2016 diprediksi lebih rendah dariproyeksi sebelumnya (WEO, July 2015) se-besar negatif 0,2%. Penurunan harga-hargakomoditas, pelemahan mata uang di emer-ging market, dan peningkatan volatilitas dipasar keuangan, meningkatkan risiko per-ekonomian di masa depan. Oleh karena itu,proyeksi pertumbuhan ekonomi globalmasih rendah. Beberapa negara penopangpertumbuhan dunia, seperti Amerika Seri-kat (AS) juga diprediksi lebih rendah per-baikan ekonominya yang diproyeksikanhanya sebesar 2,6%. Pertumbuhan ekonomiAS masih lemah dibandingkan prediksi,walaupun pada kuartal kedua cukup kuat.Hal ini disebabkan cuaca buruk yang cukupparah melanda Amerika Serikat yang meng-akibatkan penutupan pelabuhan. Untukzona Asia, raksasa emerging market Tiongkokdan India, pertumbuhan investasi di Tiong-kok melambat dibandingkan dengan tahunlalu dan impor terkontraksi, tetapi per-tumbuhan konsumsi tetap stabil, dan netekspor tetap positif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwaperlambatan pertumbuhan ekonomi Chinaberdampak pada penurunan ekspor Chinake Indonesia baik produk pangan, nonpangan maupun non pertanian, demikianjuga halnya ekspor Indonesia ke China padaperiode 2006-2009. Hal ini berlaku jugauntuk permintaan impor China dari Indo-nesia, kecuali permintaan impor panganyang meningkat sebesar 16,92 persen danpermintaan impor Indonesia dari Chinameningkat sebesar 43,96 persen. Peningkat-an impor China didominasi pada bahanpangan dan bahan baku untuk memenuhikebutuhan industri domestiknya.

Pada periode 2010-2013, kerjasama per-dagangan dan perlambatan pertumbuhanekonomi memberikan dampak yang signi-fikan terhadap penurunan ekspor produknon pangan China ke Indonesia sebesar 2,63persen dan ekspor produk non pertaniansebesar 15,29 persen. Hal ini menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan pemerintahChina merevaluasi nilai tukar Yuan ter-hadap US$ hingga 3 persen pada bulanAgustus 2015.

China dikenal sebagai negara emergingmarket di Asia. Pertumbuhan ekonomiChina yang cukup pesat pada periode 1990-2013 menyebabkan permintaan bahan bakuyang cukup tinggi di beberapa negara didunia terutama Indonesia. Pelemahan per-ekonomian China berimplikasi pada pe-nurunan permintaan impor produk didunia yang berdampak pada penurunanharga komoditas tertentu di pasar inter-nasional. Hal ini menyebabkan nilai eksporpada beberapa negara berkembang me-nurun yang berdampak pada penurunanpertumbuhan ekonomi negara tersebuttermasuk Indonesia. Salah satu indikatorpenting untuk menilai dampak suatu FreeTrade Area adalah pendapatan nasional.Pendapatan nasional merupakan salah satudari tiga indikator untuk menghitung dam-pak dari suatu Free Trade Area terhadapsuatu negara dari aktivitasnya dalam per-dagangan internasional (Llyoid dan Mcla-ren, 2004).

Laporan Financial Market Update tahun2016 menjelaskan bahwa penurunan per-tumbuhan ekonomi di kelompok negaraberkembang merupakan dampak dari pe-lemahan ekonomi China. Dalam hal ini,China melakukan devaluasi pada matauang yuan terhadap dolar AS yang meng-indikasikan pelemahan yang terjadi padaperekonomian China. Mata uang Yuan di-lemahkan terhadap dolar (devaluasi Yuan)ditujukan untuk mendorong produksi da-lam negerinya dan mendorong ekspor.Harga komoditas barang mentah menjadirelatif lebih mahal, oleh karena itu, per-mintaan akan barang-barang impor me-nurun yang menyebabkan permintaankomoditas tambang, mineral, menjadi lebihsedikit, yang selanjutnya diikuti oleh me-nurunnya harga komoditas secara inter-nasional.

Page 120: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

338 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Dampak Perlambatan Ekonomi China danDevaluasi Yuan Terhadap Kinerja Per-dagangan Pertanian Indonesia

Pada periode 2006-2009, jika kebijakanpenghapusan tarif impor diberlakukan padakondisi perlambatan perekonomian China(7%) serta devaluasi Yuan akan menyebab-kan neraca perdagangan Indonesia meng-

alami defisit hingga 17,31 persen akibatadanya pertumbuhan permintaan imporproduk pertanian Indonesia dari China,yaitu impor produk pertanian non pangansebesar 158,76 persen dan impor pangansebesar 16,60 persen, sementara eksporIndonesia ke china mengalami penurunanhingga 18,36 persen, terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1Dampak kebijakan penghapusan tarif impor, pertumbuhan ekonomi China dan

perubahan nilai tukar Yuan terhadap kinerja perdagangan pertanian di Indonesia, tahun2006–2025

Indikator Kinerja Variabel Unit 2006-2009 2010-2013 2016-2025Produksi pangan QFI 2000=100 -7.91 -0.06 -0.09Produksi non pangan QNFI 2000=100 -7.18 -0.43 -0.52Upah riil pertanian WAI US$/org/bln -10.99 0.00 -0.01Penggunaan tk perta LAI Ribu Orang -0.38 0.00 0.01Investasi Pertanian IAI US$ kt 2000 -16.31 0.14 -0.01GDP Pertanian YAI US$ kt 2000 -13.15 0.00 0.09IHK makanan PFI 2000=100 -18.07 -0.47 -0.19IHK non makanan PNFI 2000=100 -6.96 -2.00 -2.36IHP pertanian PAI 2000=100 -22.53 0.87 1.25Konsumsi makanan CFI US$ kt 2000 -16.39 0.59 0.63Konsusi non maknn CNFI US$ kt 2000 -10.22 2.86 1.87Total konsumsi Indo CI US$ kt 2000 -11.94 2.24 1.44Ekspor pngn Id-Chn XFIC US$ kt 2000 -19.72 0.40 0.08Ekspr nn pgn Id-Chn XNFIC US$ kt 2000 -13.65 -0.15 0.00Ekspr prd pert Id-Chn XAIC US$ kt 2000 -17.04 0.17 0.05Ekspr nn pert Id-Chn XOIC US$ kt 2000 -18.89 -2.06 -2.43Total ekspr Idn – Chn XIC US$ kt 2000 -18.36 -1.34 -2.00Total ekspor Idn XI US$ kt 2000 -8.73 -0.15 -0.42Ekspr pngn Chn – Idn XFCI US$ kt 2000 -94.78 -38.85 -13.02Ekspr nn pgn Chn-Ind XNFCI US$ kt 2000 -20.48 5.79 1.55Ekspr prd pert Ch-Idn XACI US$ kt 2000 -85.10 -31.57 -11.27Ekspr nn pert Chn-Idn XOCI US$ kt 2000 -33.40 -0.95 -2.11Totl ekspor Chn – Idn XCI US$ kt 2000 -36.21 -2.64 -2.64Total ekspor Chn XC US$ kt 2000 -19.10 0.00 -0.08Impor pngn Idn – Chn MFIC US$ kt 2000 16.60 10.75 4.97Impr nn pngn Idn-Chn MNFIC US$ kt 2000 158.76 54.37 171.87Impr prd perta Id-Chn MAIC US$ kt 2000 31.23 20.34 16.79Impr nn perta Idn-Chn MOIC US$ kt 2000 -21.10 3.49 3.22Total impr Idn ke Chn MIC US$ kt 2000 -17.97 4.85 3.88Total impor Idn MI US$ kt 2000 -15.90 0.74 0.79Impor pngn Chn – Idn MFCI US$ kt 2000 -1.20 11.89 -4.33Impr nn pngn Chn-Ind MNFCI US$ kt 2000 -14.02 2.41 0.12Impr prd perta Ch-Idn MACI US$ kt 2000 -7.07 7.87 -2.44Ekspr nn pert Chn-Idn MOCI US$ kt 2000 -30.17 -2.15 -4.24

Page 121: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 339

Total impr Chn ke Idn MCI US$ kt 2000 -24.24 0.60 -3.65Total impor Chn MC US$ kt 2000 -19.33 0.00 -0.06Neraca perdag Idn-Chn BOTIC US$ kt 2000 -17.31 13.27 29.02Nerca perdag Idn BOTI US$ kt 2000 -74.68 4.76 4.29GDP non pertan Idn YOI US$ kt 2000 -8.40 1.26 0.07GDP Idn YI US$ kt 2000 -10.13 0.78 0.12

Ketika CAFTA berlaku efektif, kebijak-an penghapusan tarif impor, devaluasiYuan dan perlambatan ekonomi Chinadapat meningkatkan neraca perdaganganIndonesia–China pada kisaran 13,27 persenhingga 29,02 persen, mengindikasikan per-tumbuhan ekspor Indonesia pada periode2016-2023 lebih tinggi dibanding periode2010-2013. Hal ini diduga karena adanyapertumbuhan impor pangan dari Indonesia.Artinya, meskipun pemerintah China me-lakukan devaluasi Yuan sebagai antisipasiterhadap perlambatan ekonomi China, na-mun pertumbuhan industri China yangmembutuhkan bahan baku menyebabkanpeningkatan permintaan impor panganChina dari Indonesia. Namun peningkatanekspor pangan sementara adanya penurun-an harga beberapa komoditas ekspor utamadi pasar internasional dan transmisi harga

menyebabkan harga domestik menurunbaik harga makanan maupun harga nonmakanan, yang berimplikasi pada menurun-nya produksi domestik. GDP pertanianrelatif tidak berubah (0,09 persen) padaperiode 2016-2025, karena adanya penurun-an output, upah tenaga kerja dan investasipertanian. Kinerja produksi dan perdaga-ngan Indonesia jika kebijakan penghapusantarif impor diberlakukan ketika terjadiperlambatan ekonomi China dan devaluasiYuan selama periode 2016-2025 dapat di-lihat pada Gambar 4 hingga Gambar 7.

Keberhasilan China meningkatkan eks-pornya secara signifikan ke pasar Indonesiaterutama berkat strategi harga rendah,walau dalam kenyataannya di pasar banyakproduknya yang diekspor memiliki standarkualitas yang rendah dan cepat rusak.Untuk meningkatkan penetrasinya di pasar

Gambar 4Dampak pemberlakuan kebijakan penghapusan tarif impor ketika terjadi perlambatanekonomi China dan devaluasi Yuan terhadap kinerja produksi dan harga di Indonesia

Page 122: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

340 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Gambar 5Dampak pemberlakuan kebijakan penghapusan tarif impor ketika terjadi perlambatan

ekonomi China dan devaluasi Yuan terhadap kinerja ekspor Indonesia

Gambar 6Dampak pemberlakuan kebijakan penghapusan tarif impor ketika terjadi perlambatanekonomi China dan devaluasi Yuan terhadap kinerja perdagangan Indonesia dan China

Indonesia dan mengantisipasi keharusanmengikuti SNI di masa depan, China telahbergerak secara proaktif dan agresif mem-pelajari standar produk Indonesia. Tercatatper Maret 2011 China telah membeli danmenguasai 653 SNI dan rencananya akanmembeli 6.779 SNI lagi. Sebagian besar SNIyang dibeli China tersebut merupakan 15SNI barang elektrik (seperti SNI IEC 62115:2011 untuk standar keselamatan mainananak-anak dan SNI 04-3633-1994 untukkabel listrik), elektronik (seperti SNI 04-1685-1989 untuk peralatan elektronik dan

listrik yang digunakan rumah tangga, SNI04-6716.1-2002 untuk resistor pada per-alatan elektronik), mesin dan alat pertanian(seperti SNI 7589: 2011 untuk traktor per-tanian dan SNI 7710: 2011 untuk peralatanirigasi) (BSN, 2012 dalam Setiawan, 2012).

Potensi pasar Indonesia di masa depansejalan dengan pemenuhan standar domes-tik SNI sangat besar dan hal tersebut sudahdiantisipasi oleh China melalui pembelianSNI tersebut. Sekitar 30% SNI telah digunakan oleh perusahaan Indonesia dan akan se-makin besar lagi didorong oleh penerbitan

Page 123: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 341

Gambar 7Dampak pemberlakuan kebijakan penghapusan tarif impor ketika terjadi perlambatan

ekonomi China dan devaluasi Yuan terhadap kinerja impor Indonesia

Peraturan Presiden No 54 Tahun 2011tentang pengadaan barang dan jasa olehpemerintah yang mewajibkan pembelianbarang yang sesuai dengan SNI (Setiawan,2012).

Pada periode 2016-2023, devaluasiYuan dan pertumbuhan ekonomi China se-besar 7 persen tidak memberikan sinyalpositif terhadap perekonomian dan per-dagangan Indonesia, karena adanya pe-nurunan permintaan China dari Indonesiadan berarti penurunan terhadap eksporIndonesia ke China, mengingat China me-rupakan salah satu negara importir panganterbesar bagi Indonesia. Penurunan ter-hadap ekspor Indonesia berdampak ter-

hadap penurunan pendapatan nasionalIndonesia dan menganggu stabilitas per-ekonomian Indonesia. Perdagangan tanpadiikuti oleh pengembangan investasi danindustri akan menyebabkan pertumbuhanperdagangan yang stagnan.

Nilai investasi pertanian diprediksi jugaakan menurun sebesar 0,01 persen hingga0,14 persen. Yudhoyono, (2004) menyatakanpentingnya peningkatan investasi khusus-nya investasi pertanian. Peningkatan inves-tasi sektor pertanian tidak hanya me-ningkatkan output komoditi pertanian te-tapi juga output sektor manufaktur. Outputproduk elektronik dan tekstil masing-masing bertambah sebesar 5,85 persen dan

Page 124: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

342 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

3.27 persen. Hal ini dimungkinkan karenasektor pertanian memiliki keterkaitan (link-ages) dengan sektor lain baik di hulu mau-pun di hilir. Alokasi anggaran pemerintahuntuk pembangunan seperti infrastruktur,pendidikan dan kesehatan akan meningkat-kan investasi dan pertumbuhan ekonomi,sedangkan alokasi anggaran untuk nonpembangunan seperti pertahanan dan cicil-an hutang berpengaruh negatif terhadapkeduanya (Hussein , 2009 dan Hye, 2010).

Pertumbuhan ekonomi China yang se-makin pesat mendorong China melakukanpengembangan penanaman modal ke luarnegeri dan diprediksi akan semakin besardalam beberapa tahun mendatang. Per-ekonomian China menekankan lebih pen-tingnya investasi keluar China dibandinginvestasi yang masuk ke China, dan fokuspada bagian-bagian investasi khususnyayang memiliki nilai strategis terhadap per-tumbuhan perekonomian China. Tiga poinutama investasi China adalah memperluasjangkauan pasar dari perusahaan China,mendapatkan pengetahuan dan teknologiyang kritikal serta mengamankan sumberdaya untuk perkembangan dalam negeriChina. Pengembangan perekonomian Chinadifokuskan pada bidang energi, pengurang-an konsumsi energi, bahan mentah, bio-teknologi, pertanian, bidang jasa, manu-faktur teknologi tinggi dan teknologi ino-vatif. Total investasi asing dari Chinamencapai US$ 80.2 miliar melebihi nilaiinvestasi tahun 2012 yang mencapai US$77.2 miliar. Diantaranya, sekitar 70% di-arahkan pada Hongkong, ASEAN, UniEropa, Australia, Amerika Serikat, Rusiadan Jepang. Investasi dari perusahaan-perusahaan China bertumbuh 17,4% antartahun (Kementerian Perdagangan RRT, 2013dalam Kementerian Perdagangan R.I, 2016).

Pertumbuhan ekonomi China dankerjasama CAFTA hendaknya menjadi pe-luang besar bagi Indonesia untuk dapatmenarik investor China menginvestasikanmodalnya di sektor pertanian di Indonesiasehingga dapat mendorong peningkatkanekspor produk pertanian, namun pada

kenyataannya, Indonesia belum mampumemanfaatkan peluang tersebut. Banyakfaktor yang saat ini menjadi pertimbanganbagi investor untuk menginvestasikanmodalnya di Indonesia, yaitu suku bungapinjaman Indonesia relatif tinggi, biayaadministrasi investasi di Indonesia lebihtinggi dibanding negara lain, ketersediaaninfrastruktur, kondisi ekonomi politik dansemakin merosotnya nilai tukar Rupiahterhadap US$. Hal ini, hendaknya menjadipertimbangan bagi pemerintah Indonesiauntuk dapat meningkatkan investasi asingdi Indonesia khususnya investasi China diIndonesia.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Kerjasama perdagangan Indonesia de-ngan China dalam kerangka CAFTA yangdiwujudkan dalam penerapan kebijakanpenghapusan tarif impor antara Indonesiadengan China, dapat meningkatkan per-mintaan impor Indonesia yang berdampakmenurunnya harga dan produksi domestik.Ekspor produk pertanian meningkat, na-mun neraca perdagangan Indonesia-Chinamengalami defisit.

Jika kebijakan penghapusan tarif impordiberlakukan ketika terjadi perlambatanekonomi China dan devaluasi Yuan ber-dampak terhadap penurunan permintaanimpor China dari Indonesia, sehingga eks-por Indonesia ke China menurun kecualiekspor produk pertanian, diduga karenaChina membutuhkan bahan pangan danbahan baku untuk industrinya.

Keterbatasan PenelitianPerbandingan kinerja Indonesia dengan

China hanya dilakukan pada kinerja ekspormaupun impor mengingat adanya keter-batasan data penelitian. Analisis variabelmakro ekonomi meliputi produksi, harga,ekspor, impor, neraca perdagangan, danpendapatan nasional Indonesia, tidak di-lakukan analisis terhadap struktur ekonomiChina.

Page 125: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 343

SaranUntuk meningkatkan kinerja per-

dagangan pertanian Indonesia dalam kerja-sama CAFTA dapat diwujudkan dengankebijakan penghapusan tarif impor, namunkebijakan ini tidak dapat meningkatkankinerja produksi pertanian, sehingga perluditerapkan kebijakan yang dapat men-dorong pertumbuhan produksi seperti pe-ningkatan pengeluaran pemerintah untukbelanja modal sebesar 10 persen dan pe-nurunan suku bunga pinjaman sebesar 1poin.

Jika kebijakan penghapusan tarif imporproduk diberlakukan ketika terjadi per-lambatan ekonomi China dan devaluasiYuan sementara produk dalam negeri tidakmampu bersaing dengan produk imporChina maka diprediksi akan terjadi pe-ningkatan permintaan impor produk Chinayang berimplikasi terhadap penurunanharga domestik. Penurunan harga ini me-nyebabkan produksi dalam negeri menurunsehingga berdampak terhadap penurunanekspor. Iklim investasi juga diperkirakanakan menurun. Artinya pada kondisi ini,kinerja perdagangan pertanian Indonesiaditentukan oleh daya saing produk dalamnegeri. Peningkatan daya saing dapat di-lakukan dengan kemudahan izin danpengembangan investasi khususnya inves-tasi bidang pertanian, pengembanganteknologi untuk meningkatkan efisiensiproduksi yang dapat meminimalkan biayainput produksi, peningkatan infrastruktur,serta mengembangkan pangsa pasar ekspor.

Pertumbuhan ekonomi China dankerjasama CAFTA hendaknya menjadipeluang besar bagi Indonesia untuk dapatmenarik investor China menginvestasikanmodalnya pada sektor pertanian Indonesiasehingga dapat mendorong peningkatanekspor produk pertanian, namun padakenyataannya, Indonesia belum mampumemanfaatkan peluang tersebut. Banyakfaktor yang saat ini menjadi pertimbanganbagi investor untuk menginvestasikanmodalnya di Indonesia, yaitu suku bungapinjaman Indonesia relatif tinggi, biaya

administrasi investasi di Indonesia lebihtinggi dibanding negara lain, ketersediaaninfrastruktur, kondisi ekonomi politik, danfluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap US$.Pemerintah Indonesia perlu mengedepan-kan kebijakan yang dapat meningkatkaninvestasi asing di Indonesia khususnyainvestasi China di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAAbimanyu, A. 2000. Impact of Agriculture

Trade and Subsidy Policy on theMacroeconomy, Distribution, andEnvironment in Indonesia: a Strategi forFuture Industrial Development. TheDeveloping Economies, 38 (4): 547-571.

Achsani, N. A. 2008. Integrasi EkonomiASEAN+3: Antara Peluang danAncaman. Indonesia Institute for PublicPolicy and Development Studies. Jakarta.

[BI] Bank Indonesia. 2016. Statistik Ekonomidan Keuangan Indonesia (SEKI). BankIndonesia. http//www.bi.go.id.

Chirathivat, S. 2002. ASEAN – China FreeTrade Area: Background, Implicationsand Future Development. Journal ofAsian Economics 13(5): 671-686.

Deininger, K. dan P. Olinto. 2000. WhyLiberalization Alone Has Net ImrovedAgricultural Productivity in ZambiaProductivity in Zambia: The Role ofAsset Ownership and Working CapitalConstraints. World Bank Policy ResearchWorking Paper 2302. Development Re-search Group. World Bank. Washington,DC.

Direktorat Perdagangan, Investasi danKerjasama Ekonomi Internasional. 2011.Pengembangan Model Analisis Per-dagangan dan Investasi. Kajian BAPPE-NAS 8(1): 124-131.

Ferrianta, Y., N. Hanani, B. Setiawan, danW. Muhaimin. 2012. Impact of TradeLiberalization Asean-China Free TradeArea (ACFTA) on the Performance ofIndonesia Maize Economy. Journal ofBasic and Applied Scientific Research 2(7):6801-6809.

Page 126: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

344 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 325 – 345

Feridhanusetiawan, T. dan M. Pangestu.2003. Indonesian Trade Liberalisation:Estimating the Gains. Bulletin of Indo-nesian Economic Studies 39(1): 51-74.

Gingrich, C. D. dan J. D. Garber. 2010. TradeLiberalization’s Impact on Agriculturein Low Income Coubtries: a Compa-rison of El Savador and Costa Rica. TheJournal of Developing Areas 43(2): 1-17.

Gujarati, D. 2007. Ekonometrika Dasar (Ter-jemahan). Erlangga. Jakarta.

Helpman, E. dan P. Krugman. 1985. Increas-ing Returns, Monopolistic Competition,and International Trade. Journal ofInternational Economics.

Hossain, M. A. dan Alauddin, M. 2005.Trade Liberalization in Bangladesh: TheProcess and Its Impact in MacroVariables Particularly Export Expan-sion. The Journal of Developing Areas.39(1): 123-130.

Houck, J. P. 1986. Element of AgriculturalTrade Policies. Mc, Millan PublishingCompany. New York.

Hussain, A., S. D. Mohammad, K. Akram,dan I. Lal. 2009. Effectiveness ofGovernment Expenditure Crowding-Inor Crowding-Out: Empirical Evidencein Case of Pakistan. European Journal ofEconomics, Finance and AdministrativeSciences 16: 136-142.

Hutabarat, B., Sawit, M. A, Dermoredjo, S.K. Wahida, Purba, H. J, dan Nuryanti,S. 2007. Analisis Kesepakatan Per-dagangan Bebas Indonesia-China danKerjasama AFTA serta Dampaknya Ter-hadap Perdagangan Komoditas Per-tanian Indonesia. Laporan Akhir Pe-nelitian TA 2007. Pusat Analisis SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian, BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian,Departemen Pertanian, Bogor.

Hye, Q. M. A., S. Malik, dan M. Mashkoor.2010. Government Expenditure, Agri-cultural Product Prices and AgriculturalGrowth: A Case of Pakistan. MiddleEastern Finance and Economics 7: 55-62.

Kementerian Perdagangan Republik Indo-nesia. 2016. Kinerja Perdagangan Indo-

nesia. FAQ. diunduh pada tanggal 8April 2016. http://www.kemendag.go.id/id/faq

Khan, S., Ul Haq, I, dan Khan, D. 2013. AnEmpirical Analysis of Pakistan’s Bila-teral Trade: A Gravity Model Appro-ach. The Romanian Economic Journal8(48): 541-549.

Krugman, P. R. dan M. Obstfeld. 2000.Ekonomi International Teori dan Ke-bijakan. Ed. Kedua. Diterjemahkan olehFaisal H. Basri PAUFEUI. PT. RajaGrafido Persada. Jakarta.

Kurihara Y. 2011. The Impact of RegionalTrade Agreements on InternationalTrade. Modern Economy 27(2): 284-289.

Lau, E. dan K. P. Lee. 2008. Interdependenceof Income Between China and ASEAN-5 Countries. Journal of Chinese Economicand Foreign Trade Studies 1(2): 148-161.

Lindawati dan Widyaiswara. 2013. Penerap-an Free Trade Agreement Di Indonesia,Permasalahan dan Antisipasinya. Pus-diklat Bea dan Cukai. Diakses padatanggal 28 Oktober 2013.

Llyoid, P. dan D. Maclaren. 2004. Gains andLosses from Regional Trading Agree-ments: A Survey. The Economic Record.80(251): 445-467.

Oktaviani, R., P. Eka dan Haryadi. 2008.“Impacts of ASEAN Agricultural TradeLiberalization on ASEAN-6 Economiesand Income Distribution in Indonesi-an”. Asia-Pacific Research and TrainingNetwork on Trade Working Paper Series.No. 51. January. UN-ESCAP Bangkok.

Pambudi, D. dan A. C. Chandra. 2006.Dampak Kesepakatan PerdaganganBebas Bilateral ASEAN-China terhadapPerekonomian Indnesia. Jakarta: Insti-tute for Global Justice.

Park, D., I. Park, dan G. Estrada, 2008.Prospects of an ASEAN–People‟sRepublic of China Free Trade Area: Aqualitative and quantitative analysis.ADB Economic Working Paper Series(130). Manila.

Ridwan. 2009. Dampak Integrasi Ekonomiterhadap Investasi di Kawasan ASEAN:

Page 127: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Dampak Perlambatan Ekonomi China Dan ...– Jamilah, Sinaga, Tambunan, Hakim 345

Analisis Model Integrasi. Jurnal Organi-sasi dan Manajemen 5(2): 95-107.

Riezman, R. G., P. M. Summers, dan C. H.Whiteman. 1996. The Engine of Growthor its Handmaiden? A Time SeriesAssesment of Export-Led-Growth.Empirical Economics Journal 4(1): 81-93.

Setiawan, S. 2012. ASEAN-CHINA FTA:Dampaknya Terhadap Ekspor Indo-nesia dan Cina. Buletin Ilmiah LitbangPerdagangan 6(2): 129-149.

Todaro, P. M. dan C. S. Stephen. 2006.Pembangunan Ekonomi. Edisi Ke-sembilan. Diterjemahkan oleh HarisMunandar dan Puji A. L. PenerbitErlangga. Jakarta.

Toloh, I. G. 2012. Dampak KesepakatanPerdagangan Bebas ASEAN-China FreeTrade Area Terhadap Sektor PertanianDi Indonesia. Program Studi IlmuHukum Kekhususan Hukum Perdaga-ngan Internasional. Universitas Indo-nesia. Thesis. Jakarta.

[UNCTAD] United Nations Conference onTrade and Development. 2014. UNC-TADstat. http//www.unctad.org/en/pages/statistics.aspx.

Vollrath, Thomas, L., dan C. B. Hallahan.2009. Economic Costs and Payoffs ofBilateral/Regional Trade Agreements.2009 Annual Meeting. July 26-28 2009.Milwaukee, Wiscousin 49375, Agri-cultural and Applied Economics Associa-tion.

World Bank. 2014. Data world bank. http://data.worldbank.org/.

__________. 2015. Indonesia EconomicQuarterly. Maret 2015. Harapan Besar.The World Bank. IBRD.IDA. WorldBank Group. Diakses pada 3 Desember2015. http://www.worldbank.org/content/dam/Worldbank/document/EAP/Indonesia/IEQ-MAR-2015-BH.pdf.

Yudhoyono, S. B. 2004. Pembangunan Per-tanian dan Pedesaan sebagai UpayaMengatasi Kemiskinan dan Pengang-guran; Analisis Ekonomi–Politik Ke-bijakan Fiskal. Disertasi. Sekolah Pascasrajana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yue, C. S. 2004. ASEAN-China Free TradeArea. Paper presentation at the AEPConference. 12-13 April 2004. Hongkong.

Page 128: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

388

PENGARUH OWNERSHIP STRUCTURE DAN CORPORATE PERFORMANCETERHADAP FIRM VALUE

[email protected]

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

ABSTRACT

Research on the ownership structure (foreign ownership, government ownership and public ownership), corporateperformance and firm value has been carried out by researchers, but the results have not been consistent. Thusresearchers interested in studying the structure of the ownership (foreign ownership, government ownership andpublic ownership), corporate performance and firm value. The purpose of this study was to examine and analyzethe effect of ownership structure (foreign ownership, government ownership and public ownership) and corporateperformance to firm value. The population of this research is the company listed in the Indonesia Stock Exchangethat have complete data on foreign ownership, government ownership, public ownership, corporate performanceand firm value for six consecutive years (2008-2013). Data type of variable of this research is secondary dataobtained with techniques derived from ICMD documentation. Data analysis in this research is using regression.The results showed that foreign ownership, government ownership and public ownership had no effect on firmvalue and corporate performance positive effect on firm value.

Key words: ownership structure, foreign ownership, government ownership, public ownershihp, corporateperformance and firm value.

ABSTRAK

Penelitian mengenai ownership structure (foreign ownership, government ownership dan public ownership),corporate performance dan firm value telah banyak dilakukan oleh peneliti, tetapi hasilnya belumkonsisten, yaitu ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Dengandemikian peneliti tertarik untuk meneliti ulang mengenai ownership structure (foreign ownership,government ownership dan public ownershihp) dan corporate performance serta pengaruhnya terhadap firmvalue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh ownership structure(foreign ownership, government ownership dan public ownershihp) dan corporate performance terhadap firmvalue. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang memilikidata yang lengkap tentang foreign ownership, government ownership, public ownership dan corporateperformance serta firm value untuk enam tahun berturut-turut (2008-2013). Jenis data dari variabelpenelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan teknik dokumentasi yang bersumber dariICMD. Metode analisis data menggunakan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa foreignownership, government ownership dan public ownership tidak berpengaruh terhadap firm value dan corporateperformance berpengaruh positif terhadap firm value.

Kata kunci: ownership structure, foreign ownership, government ownership, public ownership, corporateperformance dan firm value.

PENDAHULUANMenurut Modern Corporation Theory

(Berle dan Means, 1932), perusahaan harusmelakukan pemisahan antara pemilik (pe-megang saham) dengan pengelola (mana-jemen). Berarti perusahaan harus melakukanpemisahan fungsi antara manajemen dengan

pemegang saham. Terjadinya pemisahanfungsi antara pemilik dengan manajemenberarti terdapat spesialisasi fungsi. Denganspesialisasi fungsi perusahaan harus me-lakukan pemisahan antara aktivitas penge-lolaan dengan aktivitas pengendalian. Inidilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih

Page 129: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 389

antara aktivitas pengelolaan dan pengen-dalian. Dengan adanya pemisahan fungsidiharapkan masing-masing fungsi dapatmempertanggungjawabkan tugas dan ke-wajibannya. Dengan demikian diharapkanperusahaan dapat beroperasi dengan lebihefektif dan efisien yang akhirnya perusahaandapat mencapai tujuan dengan optimal.Dengan adanya pemisahan fungsi antaraaktivitas pengelolaan dengan aktivitas pe-ngawasan (pemegang saham), berarti disiniterdapat hubungan keagenan (agency relati-onship). Hubungan keagenan merupakanhubungan yang timbul karena adanya kon-trak yang ditetapkan antara pemilik (prin-cipal) dan manajemen (agent) untuk melaku-kan jasa yang menjadi kepentingan principal(Jensen dan Meckling, 1976). Hubungankeagenan (agency relationship) akan me-nimbulkan potensi konflik. Potensi konflikmuncul akibat sifat alamiah kemanusiaandari agent dan principal, yaitu self-interested.

Idealya manajer harus bertindak untukkepentingan pemilik karena manajer di-angkat oleh pemilik, tetapi dalam kenyata-annya banyak manajer memiliki tujuan yangbertentangan dengan tujuan pemilik. Me-nurut Belkaoui (2004) manajer adalah rasio-nal dan mereka berusaha untuk memak-simalkan utilitas secara langsung dengankompensasi dalam rangka meningkatkankemakmurannya. Jensen dan Meckling(1976) menganggap bahwa ada kemungkin-an manajer akan mengambil keputusanuntuk meningkatkan kesejahteraannya de-ngan mengorbankan para pemegang sahamkarena agent memiliki informasi lebih ba-nyak (assimetry informasi) dari pada principal.Menurut Jensen dan Meckling (1976) masa-lah keagenan (agency problem) yang timbuldari konflik kepentingan (conflik of interested)merupakan hal yang umum terjadi dalamaktivitas kerja sama. Menurut Jensen danMeckling (1976) ketidakselarasan tujuanantara agent dan principal dalam hubungankeagenan akan menimbulkan biaya keagen-an (agency cost) bagi pemilik, yaitu: (1)monitoring cost; (2) bonding cost dan (3) residu-al cost. Timbulnya agent cost akan mem-

pengaruhi kinerja perusahaan (corporate per-formance) dan akhirnya akan mempengaruhinilai perusahaan (firm value).

Firm value dipengaruhi oleh banyakfaktor, diantaranya adalah Foreign Ownership(Mian dan Nagata, 2015; Duc dan Thai, 2013;Ghazali, 2010; Lihui dan Saul, 2008; Wei et al,2005 serta Lau dan Tong, 2008); GovernmentOwnership (Gunasekarage et al, 2007; Mei Yu,2013; Duc dan Thai, 2013; Ghazali, 2010; Tiandan Estrin, 2008; Wei et al, 2005; Lau danTong, 2008; Chowdhury dan Chowdhury,2010), public ownership (Chowdhury danChowdhury, 2010) dan corporate performance(Winarto, 2015; Karima, 2016). Hasil pe-nelitian mereka mengenai pengaruh dariforeign ownership, government ownership,public ownership dan corporate performanceterhadap firm value memiliki arah yang ber-beda tidak konsisten ada yang berpengaruhnegative dan ada yang berpengaruh positif.Dengan demikian penulis tertarik untukmeneliti ulang pengaruh foreign ownership,government ownership, public ownership dancorporate performance terhadap firm valuepada perusahaan yang listing di Bursa EfekIndonesia.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumus-an masalah pada penelitian ini adalah: Apa-kah foreign ownership, government ownership,public ownership dan corporate performanceberpengaruh terhadap firm value pada per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indonesiabaik secara simultan maupun secara parsial.

Adapun tujuan dari penelitian ini ada-lah untuk mengetahui dan menganalisis pe-ngaruh foreign ownership, government owner-ship, public ownership dan corporate perfor-mance terhadap firm value pada perusahaanyang listing di Bursa Efek Indonesia baiksecara simultan maupun secara parsial.

Hasil penelitian ini diharapkan ber-manfaat bagi: (1) investor dalam mengguna-kan suara yang dimiliki untuk mengawasimanajer dalam mengelola perusahaan agarkinerja perusahaan meningkat dan akhirnyajuga meningkatkan nilai perusahaan; (2)regulator dalam membuat kebijakan tentangstruktur kepemilikan saham pada per-

Page 130: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

390 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

usahaan yang listing di Bursa Efek Indo-nesia.

TINJAUAN TEORETISModern Corporation Theory

Modern Corporation Theory (Berle andMeans, 1932) menyatakan bahwa perusaha-an merupakan suatu system, yaitu kumpul-an dari orang-orang (stakeholders) yaitu: pe-milik, pengelola (management), supplier, pe-merintah dan konsumen yang saling ber-hubungan untuk mencapai suatu tujuan.Perusahaan tidak akan ada jika stakeholderstidak lengkap, karena masing-masing mem-punyai fungsi yang berbeda.

Berle and Means (1932) menyatakanbahwa perusahaan haruslah dapat me-ningkatkan kemakmura stakeholders agarperusahaan tersebut tetap eksis. Agar per-usahaan tetap eksis, maka perusahaan harusbekerja efisien. Agar perusahaan dapat be-kerja dengan efisien, maka perusahaan harusmelakukan spesialisasi, yaitu pemisahanantara pemilik dan pengelola. Pemisahanantara pemilik dengan pengelola berartiterdapat pemisahan fungsi aktivitas pe-ngelolaan dengan aktivitas pengendalian.Hal ini bertujuan agar masing-masing fungsidapat mempertanggungjawabkan tugas dankewajibannya dan tidak terdapat tumpangtindih antara aktivitas pengelola denganpengendalian. Dengan demikian, diharap-kan perusahaan dapat beroperasi denganefektif dan efisien yang akhirnya dapat me-ningkatkan tujuan perusahaan dengan opti-mal dan meningkatkan nilai perusahaan(firm value).

Agency TheoryModern Corporation Theory (Berle and

Means, 1932) mengharuskan perusahaanuntuk melakukan pemisahan fungsi antaraaktivitas pengelolaan dengan aktivitas pe-ngendalian. Pemisahan fungsi ini dimaksud-kan agar tidak terdapat tumpang tindihtugas dan kewajiban dan akhirnya dapatmeningkatkan tujuan perusahaan denganoptimal. Dengan adanya pemisahaan fungsiantara pemilik (pemegang saham/principal)

dengan pengelola (manajer/agent) berartiterdapat hubungan keagenan (agency relati-onship), yaitu hubungan yang timbul akibatadanya kontrak antara principal denganagent. Agar agency relationship dapat berjalandengan lancar, maka principal harus men-delegasikan wewenangnya kepada agentyang diatur dalam sebuah kontrak (Jensendan Meckling, 1976).

Pemisahan fungsi aktivitas antara prin-cipal dengan agent berpotensi menimbulkankonflik kepentingan (conflict of interested).Agent diangkat oleh principal untuk ke-pentingan principal, idealnya agent bertindakuntuk kepentingan principal, tetapi rielnyatidak jarang agent memiliki tujuan yangberbeda dengan tujuan principal. MenurutJensen dan Meckling (1976) Conflict ofinterested antara principal dengan agent biasaterjadi dalam segala kerja sama. Conflict ofinterested muncul akibat sifat alamiah ke-manusiaan agent dan principal, yaitu self-interested. Agent dan principal adalah pe-maksimum utilitas, maka ada alasan untukpercaya bahwa agent tidak selalu bertindakuntuk kepentingan principal. Tindakan agentyang bertentangan dengan kepentinganprincipal dapat dilakukan oleh agent karenaagent memiliki informasi lebih banyak(assimetry informasi) dari pada principal(Jensen dan Meckling, 1976). MenurutBelkaoui (2004) agent adalah rasional danselalu berusaha memaksimalkan utilitasdengan kompensasi untuk meningkatkankemakmurannya. Dengan demikian agencyproblem yang muncul akibat self-interestedantara agent dan principal akhirnya mem-pengaruhi nilai perusahaan (firm value).

Firm ValueFirm value merupakan persepsi investor

terhadap suatu perusahaan yang seringdikaitkan dengan harga saham dipasar.Penelitian mengenai firm value telah banyakdilakukan oleh peneliti, diantaranya adalahGago et al. (2016) menguji hubungan corpo-rate social responsibility (CSR), board compo-sition and firm performance (Tobin’s Q). Gagoet al. (2016) menggunakan sampel dari per-

Page 131: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 391

usahaan yang listing di Jerman yangtermasuk dalam IBEX 35 untuk periode 2005-2010. Hasil penelitian Gago et al. (2016) me-nunjukkan bahwa persentase dari inde-pendent directors berpengaruh terhadap akti-vitas CSR perusahaan dan CSR berperansebagai mediasi hubungan antara inde-pendent directors dan firm value.

Penelitian yang dilakukan oleh Winarto(2015) pada perusahaan yang listing di BursaEfek Indonesia untuk periode 2005-2010dengan menggunakan regresi menghasilkanbahwa Financial Performance (ROI) berpe-ngaruh positif terhadap Firm Value danpenelitian ini bertolak belakang dengan pe-nelitian yang dilakukan oleh Karima (2016)pada perusahaan property dan real estateyang listing di Bursa Efek Indonesia untukperiode 2011-2013 dengan menggunakanPartial Least Square (PLS) menghasilkanbahwa Financial Performance (ROE) ber-hubungan negative dan signifikan denganFirm Value, serta penelitian yang dilakukanoleh Fallatah dan Dickins (2012) pada per-usahaan yang listing di Saudi Arabia denganmenggunakan regresi menghasilkan bahwafirm performance yang diukur dengan returnon assets tidak berhubungan dengan firmvalue yang diukur dengan Tobin’s Q.

Mian dan Nagata (2015) telah menelitipengaruh foreign ownership terhadap firmvaluation. Mian dan Nagata (2015) meng-gunakan data dari perusahaan yang listingdi Tokyo Stock Exchange untuk periode2004-2012. Untuk menganalisis data Miandan Nagata (2015) menggunakan regresi.Hasil penelitian Mian dan Nagata (2015)menunjukkan bahwa foreign ownership positifberpengaruh terhadap firm value.

Mishra. A. V (2014) meneliti foreignownership dan firm value di Australia untukperiode 2001-2009 dengan menggunakanregresi untuk menganalisis data. Hasil pe-nelitian Mishra. A. V (2014) menggambarkanbahwa foreign ownership berpengaruh positifdan signifikan terhadap firm value.

Selanjutnya Mei Yu (2013) meneliti per-usahaan non-keuangan yang listing di Chinauntuk periode 2003-2010 dengan tahun

pengamatan sebanyak 10,639. Mei Yu (2013)menggunakan regresi untuk analisis data.Hasil penelitian Mei Yu (2013) menunjukkanbahwa state ownership memiliki hubungannegative dan signifikan dengan Tobin’s Q.Mei Yu (2013) menggunakan indikatorTobin’s Q dengan market value to ending totalassets.

Sami et al. (2011), menguji pengaruhcorporate governance terhadap firm perfor-mance ( Tobin’s Q) dan valuation in China.Hasil penelitian Sami et al. (2011) menemu-kan hasil bahwa corporate covernance ber-hubungan positif dan signifikan dengan firmperformance dan valuation.

Ghazali (2010) melakukan penelitianpada perusahaan yang listing di Malaysiadengan menggunakan analisis regresi untukmenguji faktor-faktor yang mempengaruhicorporate performance. Ownership structureyang diproxy dengan director ownership,foreign ownership dan government ownership.Dan corporate governance diproxy denganboard size dan independence. Corporate per-formance diukur dengan Tobin, Q. Ghazali(2010) menggunakan data annual reporttahun 2001 dari 87 perusahaan non keua-ngan yang listed di Malaysia. Hasil pe-nelitian Ghazali (2010) menunjukkan hasilbahwa corporate governance tidak significantberpengaruh terhadap corporate performance,namun government ownership dan foreignownership berhubungan signifikan denganTobin’ Q.

Talebnia et al. (2010) meneliti perusaha-an yang listing di Tehran Stock Exchangemengenai hubungan antara ownership struc-ture (state ownership) dan firm performanceyang diukur dengan Tobin’s Q. Talebnia et al(2010) menggunakan regresi sebagai alatanalisis data. Hasil penelitian Talebnia et al(2010) menunjukkan bahwa state ownershipsignifikan berhubungan dengan Tobin’s Q.

Lihui dan Saul (2008) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing diChinese yang berjumlah 287 perusahaanuntuk periode 1994-2004. Lihui dan Saul(2008) menggunakan regresi sebagai alatanalisis data. Lihui dan Saul (2008) menguji

Page 132: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

392 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

hubungan government ownership dengancorporate value yang diproxy dengan Tobin’sQ, yaitu ratio market value of equity dan bookvalue of debt over book value of assets. Sebagaivariabel control, Lihui dan Saul (2008)menggunakan foreign ownership, managerownership, firm size (log total assets), tangible(fixed assets over total assets) dan gear (totalliabilities over book value of total). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa state owner-ship berhubungan negative dan signifikandengan tobin’s Q. Foreign ownership ber-hubungan positif dan signifikan denganTobin’s Q. Manager ownership berhubunganpositif dengan Tobin’s Q tetapi tidak signi-fikan. Firm size berhubungan negative dansignifikan dengan Tobin’s Q. Tangible ber-hubungan negatif dan signifikan denganTobin’s Q. Gear berhubungan positif dansignifikan dengan Tobin’s Q.

Duc dan Thi (2013) melakukan peneliti-an pada perusahaan yang listing di Ho ChiMinh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Duc danThi (2013) menguji pegaruh corporate owner-ship (state ownership dan foreign ownership)terhadap firm performance yang diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share +book value of debt)/ book value of total assets) danROA. Dan sebagai variable control adalah firmsize (log of total assets), profitability (operatingearnings over total assets), firma age, leverage(total debt over total assets), investment (capitalexpenditure divided by total sales), capitalintensity (tangible assets over total assets),liquidity ( cash dan cash equivalent over totalassets). Untuk analisis data Duc dan Thi(2013) menggunakan regresi. Hasil peneliti-an menunjukkan bahwa state ownership danforeign ownership berhubungan positif de-ngan Tobin’s Q. Firm size berhubunganpositif dengan Tobin’s Q. Profitability ber-hubungan positif dengan Tobin’s Q. Firm ageberhubungan negative dengan Tobin’s Q,begitu juga dengan leverage berhubungannegative dengan Tobin’s Q. Investment ber-hubungan positif dengan Tobin’s Q. CapitalIntensity berhubungan negative dengan

Tobin’s Q. Liquidity berhubungan positifdengan Tobin’s Q.

Wang dan Xiao (2009) meneliti padaperusahaan ultimately controlled oleh pe-merintah yang listing di China. Hasil pe-nelitian Wang dan Xiao (2009) menemukanbahwa firm value meningkat ketika pe-ngawasan yang tinggi pada perusahaandesentralisasi yang dimiliki pemerintah.Desentralisasi signifikan dengan kinerjapada pengawasan pemerintah lokal tetapitidak untuk perusahaan pemerintah yangsentralisasi.

Pant dan Pattanayak (2007) menelitipada perusahaan yang listing di BombayStock Exchange untuk periode 2000-2003.Hasil penelitiannya menggambarkan bahwainsider shareholding tidak berhubungan de-ngan firm value. Pant dan Pattanayak (2007)juga melakukan perbandingan denganforeign ownership, dimana foreign ownershipberpengaruh positif dan signifikan denganfirm value.

Lau dan Tong (2008) menguji pengaruhgovernment ownership terhadap firm value(Tobin’s Q). Data diperoleh dari 15 GLCsyang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005. Lau dan Tong(2008) menggunakan regresi untuk meng-analisis data. Lau dan Tong (2008) me-nemukan hasil penelitian bahwa governmentownership berpengaruh positif dan signifikanterhadap firm value dan tak ada satupunvariable control yang berpengaruh signifikanterhadap firm value. Foreign ownership ber-pengaruh negative terhadap firm value tetapitidak signifikan. Size berpengaruh positifterhadap firm value tetapi tidak signifikan.Leverage berpengaruh negative terhadap firmvalue tetapi tidak signifikan. Profitabilityberpengaruh positif terhadap firm valuetetapi tidak signifikan.

Chowdhury dan Chowdhury (2010)menguji pengaruh capital structure dan firmvalue pada perusahaan yang listing di DhakaStock Exchange (DSE) dan Chittagong StockExchange (CSE) di Bangladesh denganmenggunakan regresi sebagai alat analisisdata untuk 77 perusahaan non keuangan

Page 133: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 393

dari empat sektor yang berbeda, yaitupharmaceuticals dan chemicals, fuel danpower, food, dan engineering industry.Penelitian ini menggunakan data sekunderyang diperoleh dari laporan keuangantahun 1994-2003. Firm value (share price)sebagai variabel dependen dan sebagaivariable independen adalah firm size(sharecapital), profitability (EPS), public ownership incapital structure (long term debt to total assets),dividend payout, asset dan operating efficiency(fixed assets turnover), growth rate (sales growthrate), liquidity (current ratio) dan business risk(operating leverage). Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa share price positif ber-hubungan dengan EPS, dividend per share,dan book value per share, fixed assets turnover,current ratio, inventory turnover ratio, P/E ratio,dividend growth dan net profit margin. EPS,dividend payout ratio, long term debt to totalassets, dan current ratio memiliki coefficientpositive, dan public shareholding, fixed assetturnover, operating leverage, sales growth, dantotal share capital memiliki coefficient negative.

Ang dan Ding (2006) menguji governancestructure dari government-linked companies(GLCs) di Singapore dibawah kepemilikanatau struktur pengawasan dari TemasekHoldings. Ang dan Ding (2006) mem-bandingkan kinerja pasar dari GLCs dengannon-GLCs, yang memiliki perbedaan govern-ment ownership. Ang dan Ding (2006) meng-hasilkan bahwa Singapore GLCs memilikinilai corporate governance yang tinggi danbagus dibandingkan dengan group peng-awasan dari non-GLCs.

Mak dan Kusnadi (2005) menguji pe-ngaruh mekanisme corporate governance ter-hadap firm value di Singapore dan Malaysiadengan menggunakan Tobin’s Q. Mak danKusnadi (2005) menemukan bahwa terdapathubungan yang lemah antara mekanismecorporate governance dengan Tobin’s Q.

Wei et al. (2005) melakukan penelitianmengenai hubungan ownership structure danfirm value dengan sampel 5284 pada per-usahaan public di China untuk periode 1991-2001. Wei et al. (2005) menemukan hasilbahwa state ownership dan institutional

ownership berhubungan negative dan signi-fikan dengan tobin’s Q, sedangkan foreignownership berhubungan positif dan signi-fikan terhadap tobin’s Q.

Bashir et al. (2003) menguji hubunganantara ownership structure dan performancedengan sampel 100 perusahaan yang listingdi Karachi stock exchange (50 privately dan50 publicly) untuk periode 2007-2011. Perfor-mance diukur dengan ROA, profitability,leverage, assets turnover, earnings per share danTobin’s Q, semua ini merupakan variabelindependen. Dan sebagai variabel dependendigunakan equity. Statistik yang digunakanuntuk analisis data adalah mean, OLS,correlation dan T-test. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa performance privately ownedfirms lebih bagus dibandingkan denganperformance publicly owned firms. Semua varia-bel independen kecuali Tobin’s Q signifikanberhubungan dengan variabel dependen(equity) dimana ultimate berkontribusi untukmeningkatkan kinerja.

Firm value pada penelitian ini diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (Fallatahdan Dickins, 2012; Karima, 2016; Gago et al.2016; Mian dan Nagata, 2015; Winarto, 2015;Chowdhury dan Chowdhury, 2010; Lau danTong, 2008; Wei et al. 2005; Duc dan Thi, 2013;Wang dan Xiao 2009; Lihui dan Saul, 2008;Ghazali, 2010; Sami et al. 2011; Mei Yu , 2013;Mak dan Kusnadi, 2005).

Hasil penelitian terdahulu menunjuk-kan bahwa Firm value dipengaruhi olehbanyak faktor, antara lain adalah ForeignOwnership (Mian dan Nagata, 2015; Duc danThai, 2013; Ghazali, 2010; Lihui dan Saul,2008; Wei et al. 2005 serta Lau dan Tong,2008); Government Ownership (Gunasekarageet al. 2007; Mei Yu, 2013; Duc dan Thai, 2013;Ghazali, 2010; Tian dan Estrin, 2008; Wei etal. 2005; Lau dan Tong, 2008; Chowdhurydan Chowdhury, 2010), public ownership(Chowdhury dan Chowdhury, 2010) dancorporate performance (Fallatah dan Dickins,2012; Winarto, 2015 dan Karima, 2016),namun hasil penelitian mereka berbedatidak konsisten, ada yang berhubunganpositif dan ada yang berhubungan negative

Page 134: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

394 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

malahan ada pula yang tidak berhubungan.Dengan demikian peneliti tertarik untukmeneliti ulang variabel tersebut.

Foreign OwnershipForeign ownership adalah kepemilikan

saham perusahaan oleh pihak asing baiksecara individu maupun institusi denganindikator, yaitu persentase jumlah lembarsaham yang dimiliki oleh pihak asing, baikoleh individu maupun oleh institusi.

Penelitian mengenai foreign ownershiptelah banyak dilakukan oleh peneliti, sepertiMian dan Nagata (2015); Mishra. A. V (2014);Duc dan Thai (2013), Ghazali (2010); Lihuidan Saul (2008); Lau dan Tong (2008); Pantdan Pattanayak (2007) serta Wei et al. (2005).

Mian dan Nagata (2015) meneliti pe-ngaruh foreign ownership terhadap firmvaluation dengan menggunakan data dariperusahaan yang listing di Tokyo StockExchange untuk periode 2004-2012. Miandan Nagata (2015) menggunakan regresiuntuk menganalisis data. Hasil penelitianMian dan Nagata (2015) menemukan bahwaforeign ownership positif berpengaruh ter-hadap firm value.

Mishra. A. V (2014) meneliti foreignownership dan firm value di Australia untukperiode 2001-2009 dengan menggunakanregresi untuk menganalisis data. Hasilpenelitian Mishra. A. V (2014) menggambar-kan bahwa foreign ownership berpengaruhpositif dan signifikan terhadap firm value.

Duc dan Thi (2013) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing di HoChi Minh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Duc danThi (2013) menguji pegaruh corporate owner-ship (state ownership dan foreign ownership)terhadap firm performance yang diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share+ book value of debt)/book value of totalassets) dan ROA. Untuk analisis data Ducdan Thi (2013) menggunakan regresi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa state owner-ship dan foreign ownership berhubungan

positif baik dengan Tobin’s Q maupundengan ROA.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghazali(2010) mengenai foreign ownership meng-gunakan data annual report tahun 2001 dari87 perusahaan non keuangan yang listed diMalaysia. Ghazali (2010) menggunakan ana-lisis regresi untuk menguji faktor-faktoryang mempengaruhi corporate performance.Faktor-faktor tersebut adalah ownershipstructure yang diproxy dengan director owner-ship, foreign ownership dan government owner-ship. Corporate governance diproxy denganboard size dan independence. Corporate perfor-mance diukur dengan Tobin, Q. Hasil pe-nelitian yang dilakukan oleh Ghazali (2010)menunjukkan bahwa corporate governancetidak signifikan berpengaruh terhadapcorporate performance, namun governmentownership dan foreign ownership berhubungansignifikan dengan Tobin’ Q.

Lihui dan Saul (2008) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing diChinese yang berjumlah 287 perusahaanuntuk periode 1994-2004. Teknik analisisdata yang digunakan adalah regresi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa state owner-ship berhubungan negative dan signifikandengan tobin’s Q dan ROA, foreign ownershipberhubungan positif dan signifikan denganTobin’s Q dan berhubungan negative de-ngan ROA tetapi tidak signifikan.

Pant dan Pattanayak (2007) menelitipada perusahaan di India untuk periode2000-2003 menggunakan 1.833 BombayStock Exchange listed firms. Hasil penelitian-nya menggambarkan bahwa insider share-holding tidak berhubungan dengan firmvalue. Pant dan Pattanayak (2007) juga melakukan perbandingan dengan foreign owner-ship, dimana foreign ownership berpengaruhpositif dan signifikan dengan firm value.

Lau dan Tong (2008) melakukan pe-nelitian dengan memperoleh data dari 15GLCs yang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005. Liu dan Tong(2008) menggunakan regresi untuk meng-analisis data. Liu dan Tong (2008) menemu-kan hasil penelitian bahwa government

Page 135: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 395

ownership perhubungan positif dan signi-fikan terhadap firm value. Foreign ownershipberpengaruh negative terhadap firm valuetetapi tidak signifikan. Size berpengaruhpositif terhadap firm value tetapi tidak signi-fikan. Leverage berpengaruh negative ter-hadap firm value tetapi tidak signifikan.Profitability berpengaruh positif terhadapfirm value tetapi tidak signifikan.

Wei et al. (2005) melakukan penelitianmengenai hubungan ownership structure danfirm value pada perusahaan public di Chinauntuk periode 1991-2001. Wei et al. (2005)menemukan hasil bahwa state ownership daninstitutional ownership berhubungan negativedan signifikan dengan tobin’s Q, sedangkanforeign ownership berhubungan positif dansignifikan dengan tobin’s Q.

Government OwnershipGovernment ownership adalah kepemilik-

an saham perusahaan oleh pemerintah yangdiukur dengan persentase jumlah lembarsaham perusahaan yang dimiliki oleh pe-merintah.

Penelitian mengenai Government Owner-ship telah banyak dilakukan oleh peneliti,seperti Gunasekarage et al. (2007), Mei Yu(2013); Duc dan Thai (2013); Ghazali (2010);Tian dan Estrin (2008); Wei et al. (2005); Laudan Tong (2008); Talebnia et al. (2010);Chowdhury dan Chowdhury (2010).

Gunasekarage et al. (2007) melakukanpenelitian pada perusahaan yang listing diChina’s two exchanges untuk periode 2000sampai 2004. Gunasekarage et al. (2007 me-nemukan hasil bahwa secara rata-ratakinerja perusahaan berhubungan negativedengan state ownership. Hubungan negativedan signifikan hanya tinggi pada levelgovernment ownership.

Mei Yu (2013) melakukan penelitianmengenai state ownership and firm perfor-mance. Mei Yu (2013) menggunakan regresiuntuk menganalisis data. Mei Yu (2013)menguji hubungan state ownership dan firmperformance yang diukur dengan ROA, ROEdan Tobin’ Q (market value to ending totalassets). Hasil penelitian Mei Yu (2013) me-

nunjukkan bahwa state ownership memilikihubungan negative dan signifikan denganfirm performance (ROA, ROE dan Tobin’s Q).

Penelitian yang dilakukan oleh Duc danThai (2013 menggunakan data dari Ho ChiMinh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Duc danThi (2013) menguji pegaruh corporate owner-ship (state ownership dan foreign ownership)terhadap firm performance yang diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share+ book value of debt)/book value of totalassets) dan ROA. Dan sebagai variablecontrol, Duc dan Thi (2013) menggunakanfirm size (log of total assets), profitability(operating earnings over total assets), firmaage, leverage (total debt over total assets),investment (capital expenditure divided bytotal sales), capital intensity (tangible assetsover total assets), liquidity (cash dan cashequivalent over total assets). Untuk analisisdata Duc dan Thi (2013) menggunakan re-gresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwastate ownership dan foreign ownership ber-hubungan positif baik dengan Tobin’s Qmaupun dengan ROA. Firm size berhubung-an positif dengan Tobin’s Q tetapi ber-hubungan negative dengan ROA, Profita-bility berhubungan positif dengan Tobin’s Qdan ROA. Firm age berhubungan negativedengan Tobin’s Q dan ROA, begitu jugadengan leverage berhubungan negative baikdengan Tobin’s Q maupun dengan ROA.Investment berhubungan positif baik denganTobin’s Q maupun dengan ROA. CapitalIntensity berhubungan negative denganTobin’s Q dan berhubungan positif denganROA. Liquidity berhubungan positif baikdengan Tobin’s Q maupun dengan ROA.

Ghazali (2010) melakukan penelitiandengan menggunakan analisis regresi untukmenguji faktor-faktor yang mempengaruhicorporate performance. Ownership structureyang diproxy dengan director ownership,foreign ownership dan government ownership.Dan Corporate governance diproxy denganboard size dan independence. Corporate perfor-mance diukur dengan Tobin, Q. Dengan

Page 136: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

396 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

menggunakan data annual report tahun 2001dari 87 perusahaan non keuangan yanglisted di Malaysia, menunjukkan hasil bah-wa corporate governance tidak significantberpengaruh terhadap corporate performance,namun government ownership dan foreignownership berhubungan signifikan denganTobin’ Q.

Talebnia et al. (2010) meneliti perusaha-an yang listing di Tehran Stock Exchangemengenai hubungan antara Ownership Struc-ture (state ownership) dan Firm Performanceyang diukur dengan Tobin’s Q denganmenggunakan regresi sebagai alat analisisdata. Hasil penelitian menunjukkan bahwastate ownership signifikan berhubungan de-ngan Tobin’s Q.

Tian dan Estrin (2008) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing diChinese yang berjumlah 287 perusahaanuntuk periode 1994-2004 dan menggunakanregresi sebagai analisis data. Tian dan Estrin(2008) pertama menguji pengaruh govern-ment ownership terhadap corporate performanceyang diukur dengan ROA. Kedua Tian danEstrin (2008) menguji hubungan governmentownership dengan corporate value (Tobin’s Q),yaitu ratio market value of equity dan book valueof debt over book value of assets. Dan sebagaivariabel control Tian dan Estrin (2008)menggunakan foreign ownership, managerownership, firm size (log total assets), tangible(fixed assets over total assets) dan gear ( totalliabilities over book value of total assets). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa state owner-ship berhubungan negative dan signifikandengan tobin’s Q dan ROA, foreign ownershipberhubungan positif dan signifikan denganTobi’s Q dan berhubungan negative denganROA tetapi tidak signifikan. Manager owner-ship berhubungan positif dengan Tobin’s Qtetapi tidak signifikan dan berhubunganpositif dan signifikan dengan ROA. Firm sizeberhubungan negative dan signifikan de-ngan Tobin’s Q dan berhubungan positifdan signifikan dengan ROA. Tangible ber-hubungan negatif dan signifikan denganTobin’s Q dan berhubungan positif dansignifikan dengan ROA. Gear berhubungan

positif dan signifikan dengan Tobin’s Q sertaberhubungan negative dan signifikan de-ngan ROA.

Wei et al. (2005) melakukan penelitianmengenai ownership structure dan firm valuepada perusahaan public di China untukperiode 1991-2001. Wei et al. (2005) menemu-kan hasil bahwa state ownership dan insti-tutional ownership berhubungan negative dansignifikan dengan tobin’s Q, sedangkanforeign ownership berhubungan positif dansignifikan terhadap tobin’s Q.

Lau dan Tong (2008) menguji pengaruhgovernment ownership terhadap firm value(Tobin’s Q). Data diperoleh dari 15 GLCsyang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005. Dengan meng-gunakan regresi untuk mengganalis data,maka Liu dan Tong (2008) menemukanhasil penelitian bahwa government ownershipperhubungan positif dan signifikan denganfirm value dan tak ada satupun variabelcontrol yang berpengaruh signifikan ter-hadap firm value. Foreign ownership ber-pengaruh negative terhadap firm value tetapitidak signifikan. Size berpengaruh positifterhadap firm value tetapi tidak signifikan.Leverage berpengaruh negative terhadap firmvalue tetapi tidak signifikan. Profitabilityberpengaruh positif terhadap firm valuetetapi tidak signifikan.

Chowdhury dan Chowdhury (2010)menguji pengaruh capital structure dan firmvalue pada perusahaan yang listing di DhakaStock Exchange (DSE) dan Chittagong StockExchange (CSE) di Bangladesh denganmenggunakan regresi sebagai alat analisisdata. Penelitian ini menganalisis 77 per-usahaan non keuangan dari empat sektoryang berbeda, yaitu pharmaceuticals danchemicals, fuel dan power, food, dan engi-neering industry. Chowdhury dan Chow-dhury (2010) menggunakan data sekunderyang diperoleh dari laporan keuangan tahun1994-2003. Penelitian ini menggunakan firmvalue (share price) sebagai variable dependendan sebagai variable independen adalah firmsize (share capital), profitability (EPS), publicownership in capital structure (long term debt to

Page 137: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 397

total assets), dividend payout, asset dan operat-ing efficiency (fixed assets turnover), growth rate(sales growth rate), liquidity (current ratio) danbusiness risk (operating leverage). Hasil pe-nelitian menunjukkan bahwa price positifberhubungan dengan EPS, dividend per share,dan book value per share, fixed assets turnover,current ratio, inventory turnover ratio, P/E ratio,dividend growth dan net profit margin. Hasilmodel regresi pertama adalah: EPS, dividendpayout ratio, long term debt to total assets, dancurrent ratio memiliki coefficient positive, danpublic shareholding, fixed asset turnover,operating leverage, sales growth, dan total sharecapital memiliki coefficient negative.

Wei et al. (2005) melakukan penelitianmengenai hubungan ownership structure firmvalue pada perusahaan public di China untukperiode 1991-2001. Wei et al. (2005) menemu-kan hasil bahwa state ownership dan insti-tutional ownership berhubungan negative dansignifikan dengan tobin’s Q, sedangkanforeign ownership berhubungan positif dansignifikan terhadap tobin’s Q.

Public OwnershipPublic ownership adalah kepemilikan

saham perusahaan oleh masyarakat umum.Public ownership diukur dengan persentasejumlah lembar saham perusahaan yang di-miliki oleh masyarakat umum.

Penelitian mengenai public ownershiptelah dilakukan oleh Chowdhury dan Chow-dhury (2010). Chowdhury dan Chowdhury(2010) menguji pengaruh capital structure danfirm value pada perusahaan yang listing diDhaka Stock Exchange (DSE) dan Chitta-gong Stock Exchange (CSE) di Bangladeshdengan menggunakan regresi sebagai alatanalisis data. Penelitian ini menganalisis 77perusahaan non keuangan dari empat sektoryang berbeda, yaitu pharmaceuticals danchemicals, fuel dan power, food, danengineering industry. Penelitian ini meng-gunakan data sekunder yang diperoleh darilaporan keuangan untuk periode 1994-2003.Penelitian ini menggunakan firm value (shareprice) sebagai variable dependen dan sebagaivariable independen adalah firm size (share

capital), profitability (EPS), public ownership incapital structure (long term debt to total assets),dividend payout, asset dan operating efficiency(fixed assets turnover), growth rate (sales growthrate), liquidity (current ratio) dan business risk(operating leverage) Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa price positif berhubungandengan EPS, dividend per share, dan book valueper share, fixed assets turnover, current ratio,inventory turnover ratio, P/E ratio, dividendgrowth dan net profit margin. Hasil modelregresi pertama adalah: EPS, dividend payoutratio, long term debt to total assets, dan currentratio memiliki coefficient positive, dan publicshareholding, fixed asset turnover, operatingleverage, sales growth, dan total share capitalmemiliki coefficient negative.

Bashir et al. (2003) menguji hubunganantara ownership structure dan performancedengan sampel 100 perusahaan yang listingdi Karachi stock exchange (50 private dan 50public) untuk periode 2007-2011. Perfor-mance diukur dengan ROA, profitability,leverage, assets turnover, earnings per share danTobin’s Q, semua ini merupakan variabelindependen. Dan sebagai variable dependendigunakan equity. Statistik yang digunakanuntuk analisis data adalah mean, OLS,correlation dan T-test. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa performance privately ownedfirms lebih bagus dibandingkan denganperformance publicly owned firms. Semuavariable independen kecuali Tobin’s Q signi-fikan berhubungan dengan variabel depen-den (equity) dimana ultimate berkontribusiuntuk meningkatkan kinerja

Corporate PerformanceCorporate Performance adalah kemampu-

an manajemen perusahaan untuk meng-hasilkan dalam mengelola sumber dayaperusahaan yang dipercayakan kepadanya.Penelitian mengenai Corporate Performancetelah dilakukan oleh peneliti terdahulu,seperti penelitian yang dilakukan olehWinarto (2015) pada perusahaan yang listingdi Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2010 dengan menggunakan regresi meng-hasilkan bahwa Financial Performance (ROI)

Page 138: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

398 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

berpengaruh positif terhadap Firm Value danpenelitian ini bertolak belakang denganpenelitian yang dilakukan oleh Karima(2016) pada perusahaan property dan realestate yang listing di Bursa Efek Indonesiauntuk periode 2011-2013 dengan mengguna-kan Partial Least Square (PLS) menghasilkanbahwa Financial Performance (ROE) ber-hubungan negative dan signifikan denganFirm Value, serta penelitian yang dilakukanoleh Fallatah dan Dickins (2012) padaperusahaan yang listing di Saudi Arabiadengan menggunakan regresi menghasilkanbahwa firm performance yang diukur denganreturn on assets tidak berhubungan denganfirm value yang diukur dengan Tobin’s Q.

Duc dan Thi (2013) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing di HoChi Minh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Duc danThi (2013) menguji pegaruh corporate owner-ship (state ownership dan foreign ownership)terhadap firm performance yang diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share +book value of debt)/ book value of total assets) danROA. Dan sebagai variable control adalah firmsize (log of total assets), profitability (operatingearnings over total assets), firma age, leverage(total debt over total assets), investment (capitalexpenditure divided by total sales), capitalintensity (tangible assets over total assets),liquidity (cash dan cash equivalent over totalassets). Untuk analisis data Duc dan Thi(2013) menggunakan regresi. Hasil peneliti-an menunjukkan bahwa state ownership danforeign ownership berhubungan positif de-ngan Tobin’s Q. Firm size berhubunganpositif dengan Tobin’s Q. Profitability ber-hubungan positif dengan Tobin’s Q. Firm ageberhubungan negative dengan Tobin’s Q,begitu juga dengan leverage berhubungannegative dengan Tobin’s Q. Investment ber-hubungan positif dengan Tobin’s Q. CapitalIntensity berhubungan negative denganTobin’s Q. Liquidity berhubungan positifdengan Tobin’s Q.

Lau dan Tong (2008) menguji pengaruhgovernment ownership terhadap firm value

(Tobin’s Q). Data diperoleh dari 15 GLCsyang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005. Dengan meng-gunakan regresi untuk mengganalis data,maka Liu dan Tong (2008) menemukanhasil penelitian bahwa government ownershipberhubungan positif dan signifikan denganfirm value dan tak ada satupun variabelcontrol yang berpengaruh signifikan ter-hadap firm value. Foreign ownership berpe-ngaruh negative terhadap firm value tetapitidak signifikan. Size berpengaruh positifterhadap firm value tetapi tidak signifikan.Leverage berpengaruh negative terhadap firmvalue tetapi tidak signifikan. Profitabilityberpengaruh positif terhadap firm valuetetapi tidak signifikan.

Bashir et al. (2003) menguji hubunganantara ownership structure dan performancedengan sampel 100 perusahaan yang listingdi Karachi stock exchange (50 private dan 50public) untuk periode 2007-2011. Performancediukur dengan ROA, profitability, leverage,assets turnover, earnings per share dan Tobin’sQ, semua ini merupakan variable inde-penden. Dan sebagai variable dependen di-gunakan equity. Statistik yang digunakanuntuk analisis data adalah mean, OLS,correlation dan T-test. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa performance privately ownedfirms lebih bagus dibandingkan denganperformance publicly owned firms. Semua varia-bel independen kecuali Tobin’s Q signifikanberhubungan dengan variabel dependen(equity) dimana ultimate berkontribusi untukmeningkatkan kinerja.

Pengembangan HipotesisPengaruh Foreign Ownership terhadap FirmValue

Mishra. A. V (2014) meneliti foreignownership dan firm value di Australia untukperiode 2001-2009 dengan menggunakanregresi untuk menganalisis data. Hasil pe-nelitian Mishra. A. V (2014) menggambarkanbahwa foreign ownership berpengaruh positifdan signifikan terhadap firm value.

Duc dan Thi (2013) melakukan peneliti-an dengan menggunakan data dari Ho Chi

Page 139: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 399

Minh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Duc danThi (2013) menguji pegaruh corporate owner-ship (state ownership dan foreign ownership)terhadap firm performance yang diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share +book value of debt)/ book value of total assets) danROA. Untuk analisis data Duc dan Thi (2013)menggunakan regresi. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa state ownership dan foreignownership berhubungan positif baik denganTobin’s Q maupun dengan ROA.

Ghazali (2010) melakukan penelitiandengan menggunakan analisis regresi untukmenguji faktor-faktor yang mempengaruhicorporate performance. Ownership structureyang diproxy dengan director ownership,foreign ownership dan government ownership.Dan Corporate governance diproxy denganboard size dan independence. Corporate perfor-mance diukur dengan Tobin’s Q. Denganmenggunakan data annual report tahun 2001dari 87 perusahaan non-keuangan yanglisted di Malaysia menunjukkan hasil bahwaforeign ownership berhubungan signifikandengan Tobin’ Q.

Lihui dan Saul (2008) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing diChinese yang berjumlah 287 perusahaanuntuk periode 1994-2004 dan menggunakanregresi sebagai analisis data. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa foreign ownership ber-hubungan positif dan signifikan denganTobin’s Q.

Lau dan Tong (2008) menguji pengaruhgovernment ownership terhadap firm value(Tobin’s Q). Data diperoleh dari 15 GLCsyang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005 dengan meng-gunakan regresi untuk mengganalis data.Liu dan Tong (2008) menemukan hasilpenelitian bahwa Foreign Ownership ber-pengaruh negative terhadap firm value tetapitidak signifikan.

Pant dan Pattanayak (2007) menelitipada Bombay Stock Exchange listed firms diIndia untuk periode 2000-2003. Hasil pe-nelitiannya menggambarkan bahwa insider

shareholding tidak berhubungan dengan firmvalue. Pant dan Pattanayak (2007) jugamelakukan perbandingan dengan foreignOwnership, dimana foreign Ownership ber-pengaruh positif dan signifikan dengan firmvalue.

Wei et al. (2005) melakukan penelitianmengenai hubungan ownership structure danfirm value pada perusahaan public di Chinauntuk periode 1991-2001. Wei et al. (2005)menemukan hasil bahwa state ownership daninstitutional ownership berhubungan negativedan signifikan dengan tobin’s Q, sedangkanforeign ownership berhubngan positif dansignifikan terhadap tobin’s Q.H1 : Foreign Ownership berpengaruh terhadap

Firm Value

Pengaruh Government Ownership terhadapFirm Value

Penelitian mengenai government owner-ship dan firm value telah banyak dilakukanoleh peneliti, tetapi sampai saat ini hasilnyabelum konsisten, seperti penelitian yangdilakukan oleh Mei Yu (2013). Mei Yu (2013)menggunakan regresi untuk analisis datapada perusahaan non-keuangan diperusaha-an yang listing di China periode 2003-2010.Mei Yu (2013) menguji hubungan stateownership dan firm performance yang diukurdengan ROA, ROE dan Tobin’ Q (marketvalue to ending total assets). Hasil penelitianMei Yu (2013) menunjukkan bahwa stateownership memiliki hubungan negative dansignifikan dengan firm performance (ROA,ROE dan Tobin, Q).

Ferdinand (1999) melakukan penelitianpada perusahaan yang listing di Shanghaiuntuk periode 1990-1995. Ferdinand (1999)menguji hubungan government ownership ofshare, growt opportunities diukur denganInvestment Opportunity Set (IOS) yang diukurdengan 3 ratio, yaitu market value of the firm tobook value of assets, market value of equity to bookvalue of equity dan earnings price ratio, dancorporate policy decisions yang diukur dengandebt financing dan dividend policy. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa Governmentownership berhubungan positif dengan debt

Page 140: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

400 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

financing dan dividend policy. IOS ditemukanberhubungan negative dengan debt financingdan dividend payments.

Ghazali (2010) meneliti pada perusaha-an non keuangan yang listed di Malaysiadengan menggunakan analisis regresi untukmenguji faktor-faktor yang mempengaruhicorporate performance. Ownership structureyang diproxy dengan director ownership,foreign ownership dan government ownership.Corporate governance diproxy dengan boardsize dan independence. Corporate performancediukur dengan Tobin’s Q. Dengan meng-gunakan data annual report tahun 2001 dari87 perusahaan non-keuangan yang listed diMalaysia menunjukkan hasil bahwa corpo-rate governance tidak significant berpengaruhterhadap corporate performance, namungovernment ownership dan foreign ownershipberhubungan signifikan dengan Tobin’ Q.

Talebnia et al. (2010) meneliti perusaha-an yang listing di Tehran Stock Exchangemengenai hubungan antara ownership struc-ture (state ownership) dan firm performanceyang diukur dengan Tobin’s Q denganmenggunakan regresi sebagai alat analisisdata. Hasil penelitian menunjukkan bahwastate pwnership signifikan berhubungan de-ngan Tobin’s Q.

Lihui dan Saul (2008) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing diChinese yang berjumlah 287 perusahaanuntuk periode 1994-2004 dan menggunakanregresi sebagai analisis data. Lihui dan Saul(2008) menguji hubungan government owner-ship dengan corporate value (Tobin’s Q), yaituratio market value of equity dan book value ofdebt over book value of assets. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa state ownership ber-hubungan negative dan signifikan dengantobin’s Q dan ROA. Foreign ownership ber-hubungan positif dan signifikan denganTobin’s Q dan berhubungan negative de-ngan ROA tetapi tidak signifikan.

Duc dan Thi (2013) melakukan peneliti-an dengan menggunakan data dari Ho ChiMinh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Duc danThi (2013) menguji pegaruh corporate owner-

ship (state ownership dan foreign ownership)terhadap firm performance yang diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share +book value of debt)/ book value of total assets) danROA. Duc dan Thi (2013) menggunakanregresi untuk menganalisis data. Hasil pe-nelitian menunjukkan bahwa state ownershipdan foreign ownership berhubungan positifbaik dengan Tobin’s Q maupun denganROA.

Wei et al. (2005) melakukan penelitianmengenai hubungan ownership structure danfirm value pada perusahaan public di Chinauntuk periode 1991-2001. Wei et al. (2005)menemukan hasil bahwa state ownership daninstitutional ownership berhubungan negativedan signifikan dengan tobin’s Q, sedangkanforeign ownership berhubungan positif dansignifikan terhadap Tobin’s Q.

Lau dan Tong (2008) menguji pengaruhgovernment ownership terhadap firm value(Tobin’s Q). Data diperoleh dari 15 GLCsyang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005. Dengan meng-gunakan regresi untuk mengganalis data,maka Liu dan Tong (2008) menemukanhasil penelitian bahwa government ownershipperhubungan positif dan signifikan denganfirm value.H2 : Government Ownership berpengaruh

terhadap Firm Value.

Pengaruh Public Ownership terhadap FirmValue

Penelitian mengenai public ownershipdengan firm value telah dilakukan olehChowdhury dan Chowdhury (2010). Merekamenguji pengaruh capital structure dan firmvalue pada perusahaan yang listing di DhakaStock Exchange (DSE) dan Chittagong StockExchange (CSE) di Bangladesh denganmenggunakan regresi sebagai alat analisisdata. Chowdhury dan Chowdhury (2010)menganalisis 77 perusahaan non keuangandari empat sektor yang berbeda, yaitupharmaceuticals dan chemicals, fuel danpower, food, dan engineering industry.Chowdhury dan Chowdhury (2010) meng-

Page 141: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 401

gunakan data sekunder yang diperoleh darilaporan keuangan dari tahun 1994-2003.Penelitian ini menggunakan firm value (shareprice) sebagai variable dependen dan sebagaivariable independen adalah firm size (sharecapital), profitability (EPS), public ownership incapital structure (long term debt to total assets),dividend payout, asset dan operating efficiency(fixed assets turnover), growth rate (sales growthrate), liquidity (current ratio) dan business risk(operating leverage). Hasil penelitian Chow-dhury dan Chowdhury (2010) menunjukkanbahwa price positif berhubungan denganEPS, dividend per share, dan book value pershare, fixed assets turnover, current ratio,inventory turnover ratio, P/E ratio, dividendgrowth dan net profit margin. Hasil modelregresi pertama adalah: EPS, dividend payoutratio, long term debt to total assets, dan currentratio memiliki coefficient positive, dan publicshareholding, fixed asset turnover, operatingleverage, sales growth, dan total share capitalmemiliki coefficient negative.H3 : Public Ownership berpengaruh terhadap

Firm Value.

Pengaruh Corporate Performance terhadapFirm Value

Corporate Performance adalah kemampu-an manajemen perusahaan untuk meng-hasilkan dalam mengelola sumber dayaperusahaan yang dipercayakan kepadanya.Penelitian yang dilakukan oleh Winarto(2015) pada perusahaan yang listing di BursaEfek Indonesia untuk periode 2005-2010dengan menggunakan regresi menghasilkanbahwa Financial Performance (ROI) berpe-ngaruh positif terhadap Firm Value.

Penelitian yang dilakukan oleh Duc danThai (2013) menggunakan data dari Ho ChiMinh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Untukanalisis data Duc dan Thi (2013) mengguna-kan regresi. Hasil penelitian menunjukkanbahwa corporate performance (profitabily)berhubungan positif dengan Tobin’s Q.

Lau dan Tong (2008) menguji pengaruhcorporate performance (profitability) terhadapfirm value (Tobin’s Q). Data diperoleh dari 15GLCs yang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005. Dengan meng-gunakan regresi untuk mengganalis data,maka Liu dan Tong (2008) menemukanhasil penelitian bahwa profitability berpe-ngaruh positif terhadap firm value tetapitidak signifikan.H4 : Corporate Performance berpengaruh ter-

terhadap Firm Value.Selanjutnya rerangka pemikiran pe-

nelitian ini terlihat pada Gambar 1.

METODE PENELITIANJenis dari penelitian ini adalah pe-

nelitian deskriptif kuantitatif. Objek daripenelitian ini adalah Foreign Ownership (FO),Government Ownership (GO), Public Owner-ship (PO), Corporate Performance (CP) danFirm Value (FV). Foreign Ownership (FO)adalah kepemilikan saham perusahaan bagipihak asing baik oleh individu maupun olehinstitusi, dengan indikator, yaitu persentasekepemilikan saham bagi pihak asing baikoleh individu maupun oleh institusi, denganindikator, yaitu persentase kepemilikansaham bagi pihak asing baik oleh individu

Sumber: Analisis Penulis

Gambar 1Rerangka Pemikiran Penelitian

Foreign Ownership (FO)

Government Ownership (GO)(GO)

Firm Value (FV)

Public Ownership (PO)

Page 142: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

402 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

maupun oleh institusi dengan skala peng-ukuran rasio. Government Ownership (GO)adalah kepemilikan saham perusahaan olehpemerintah dengan indikator, yaitu persen-tase kepemilikan saham bagi pemerintahdengan skala pengukuran rasio. PublicOwnership (PO) adalah kepemilikan sahamperusahaan bagi masyarakat umum denganindikator, yaitu persentase jumlah kepemili-kan saham perusahaan bagi masyarakatumum dengan skala pengukuran rasio.Corporate Performance (CP) adalah kemampu-an manajemen untuk menghasilkan dalammengelola sumber daya yang ada dalamperusahaan yang diamanahkan kepadanyadengan indikator return on equity (ROE). FirmValue (FV) adalah persepsi investor terhadapperusahaan yang dikaitkan dengan hargasaham perusahaan dipasar dengan indikatormenggunakan Tobin’s Q (share’s market price

x number of outstanding share + book value ofdebt)/ book value of total assets) dengan skalapengukuran adalah rasio. Populasi sasarandari penelitian ini adalah perusahaan yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia yang me-miliki data yang diperlukan, yaitu data ten-tang Foreign Ownership (FO), GovernmentOwnership (GO), Public Ownership (PO),Corporate Performance (CP) dan Firm Value(FV) untuk periode enam tahun berturut-turut 2008-2013 (purposive sampling methode).Jenis data dari variabel penelitian ini adalahdata sekunder yang diperoleh dengan teknikdokumentasi yang bersumber dari ICMD.Metode analisis data dalam penelitian iniadalah menggunakan regresi berganda de-ngan bantuan paket program SPSS. Adapunsecara rinci operasionalisasi variabel pe-nelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Indikator SkalaPengukuran

Firm Value (FV) Firm Value (FV) adalah per-sepsi investor terhadap per-usahaan yang dikaitkan de-ngan harga saham dipasar

Tobin’s Q (share’s mar-ket price x number ofoutstanding share + bookvalue of debt)/book valueof total assets)

Rasio

Foreign Ownership (FO) Foreign Ownership (FO) ada-lah kepemilikan saham per-usahaan oleh pihak asing baiksecara individu maupuninstitusi

Persentase jumlah ke-pemilikan saham per-usahaan bagi pihak asingbaik individu maupuninstitusi

Rasio

Government Ownership(GO)

Government Ownership (GO)adalah kepemilikan sahamperusahaan oleh pemerintah

Persentase jumlah ke-pemilikan saham per-usahaan oleh pemerintah

Rasio

Public Ownership (PO)

Corporate Performance(CP)

Public Ownership (PO) adalahkepemilikan saham per-usahaan oleh masyarakatumumCorporate Performance (CP)adalah kemampuan mana-jemen perusahaan untukmenghasilkan dalam mengelola sumber daya yang adapada perusahaan yang di-amanahkan kepadanya.

Persentase jumlah ke-pemilikan saham per-usahaan oleh masyarakatumumReturn on Equity (ROE)

Rasio

Rasio

Sumber: Analisis Penulis

Page 143: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 403

ANALISIS DAN PEMBAHASANAnalisis Deskriptif VariabelAnalisis Deskriptif Variabel Firm Value(FV)

Firm value merupakan persepsi investorterhadap perusahaan yang diukur denganmenggunakan harga saham perusahaan dipasar. Dalam penelitian ini firm value diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share +book value of debt)/ book value of total assets).

Tabel 2Firm Value (FV)

Keterangan BesaranMinimal 0,5017Maksimal 5,5550Rata-rata 1,2476Standar Deviasi 1,2039Diatas rata-rata 12 perusahaan

(33,33%)Dibawah rata-rata 18 perusahaan

(66,67%)Sumber: Data Sekunder (diolah)

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwastandar deviasi firm value perusahaan yanglisting di bursa efek Indonesia adalah 1,2039.Angka ini mendekati angka rata-rata firmvalue perusahaan yang listing di Bursa EfekIndonesia, yaitu 1,2476. Perusahaan yanglisting di Bursa Efek Indonesia memiliki firmvalue dibawah rata-rata adalah sebanyak 18perusahaan (66,67%). Artinya perusahaanyang listing di Bursa Efek Indonesia ke-banyakan memiliki nilai pasar yang kurangbagus.

Analisis Deskriptif Variabel ForeignOwnership (FO)

Foreign Ownership adalah kepemilikansaham perusahaan bagi pihak asing baikoleh individu maupun institusi dengan indi-kator, yaitu persentase kepemilikan sahamperusahaan oleh pihak asing baik individumaupun institusi.

Tabel 3Foreign Ownership (FO)

Keterangan BesaranMinimal 5,4Maksimal 70,59Rata-rata 45,99Standar Deviasi 21,45Diatas rata-rata 18 perusahaan

(60%)Dibawah rata-rata 12 perusahaan

(40%)Sumer: Data Sekunder (diolah)

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwastandar deviasi Foreign Ownership perusaha-an yang listing di Bursa Efek Indonesiaadalah 21,45. Angka ini jauh dibawah rata-rata, yaitu 45,99. Artinya, penyebaran dataForeign Ownership perusahaan yang listing diBursa Efek Indonesia homogen. Perusahaanyang memiliki Foreign Ownership diatas rata-rata adalah sebanyak 18 perusahaan (60%).Artinya perusahaan yang listing di BursaEfek Indonesia kebanyakan dimiliki olehpihak asing.

Analisis Deskriptif Variabel GovernmentOwnership (GO)

Government Ownership adalah kepemili-kan saham perusahaan oleh pemerintahdengan indikator yaitu persentase jumlahkepemilikan saham perusahaan oleh pe-merintah.

Tabel 4Government Ownership (GO)

Keterangan BesaranMinimal 6,24%Maksimal 53,90%Rata-rata 22,29%Standar Deviasi 16,84%Diatas rata-rata 12 perusahaan (40%)Dibawah rata-rata

18 perusahaan (60%)

Sumer: Data Sekunder (diolah)

Page 144: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

404 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwastandar deviasi Government Ownership per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indonesiaadalah 16,84%. Angka ini jauh dibawah rata-rata, yaitu 22,29%. Artinya, penyebaran dataGovernment Ownership perusahaan yanglisting di Bursa Efek Indonesia adalah homo-gen. Perusahaan yang memiliki GovernmentOwnership diatas rata-rata adalah sebanyak12 perusahaan (40%). Artinya perusahaanyang listing di Bursa EFek Indonesia hanyasebagian kecil yang dimiliki oleh pihakpemerintah.

Analisis Deskriptif Variabel PublicOwnership (PO)

Public Ownership adalah kepemilikansaham perusahaan oleh publik (masyarakat)dengan indikator yaitu persentase jumlahkepemilikan saham perusahaan oleh publik(masyarakat).

Tabel 5Public Ownership (PO)

Keterangan BesaranMinimal 3,79%Maksimal 44,90%Rata-rata 16,98%Standar Deviasi 11,36%Diatas rata-rata 10 perusahaan

(33,33%)Dibawah rata-rata 20 perusahaan

(66,67%)Sumer: Data Sekunder (diolah

Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwastandar deviasi Public Ownership perusahaanyang listing di Bursa Efek Indonesia adalah11,36%. Angka ini berada dibawah rata-rata,yaitu 16,98%. Artinya, penyebaran dataPublic Ownership perusahaan yang listing diBursa Efek Indonesia adalah homogen. Per-usahaan yang memiliki Public Ownershipdiatas rata-rata adalah sebanyak 10 per-

usahaan (33,33%). Artinya perusahaan yanglisting di Bursa Efek Indonesia hanya se-bagian kecil yang dimiliki oleh pihak publik.

Analisis Deskriptif Variabel CorporatePerformance (CP)

Corporate Performance adalah kemampu-an manajemen perusahaan untuk meng-hasilkan dalam mengelola sumber dayaperusahaan yang dipercayakan kepadanyadengan indikator return on equity (ROE).

Tabel 6Corporate Performance (CP)

Keterangan BesaranMinimal -27,44%Maksimal 368,84,%Rata-rata 227,30%Standar Deviasi 103,00%Diatas rata-rata 15 perusahaan

(50%)Dibawah rata-rata 15 perusahaan

(50%)Sumber: Data Sekunder (diolah)

Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwastandar deviasi corporatr performance per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indonesiaadalah 103,00%. Angka ini berada jauhdibawah rata-rata, yaitu 227,305%. Artinya,penyebaran data corporate performance per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indonesiaadalah heterogen karena jauh berada di-bawah rata-rata. Perusahaan yang memilikicorporate performance diatas rata-rata adalahsebanyak 15 perusahaan (50%). Artinyaperusahaan yang listing di Bursa Efek Indo-nesia yang memiliki corporate performancediatas rata-rata dan dibawah rata-rata samabanyaknya.

Pada Gambar 2 berikut adalah pe-ngaruh Foreign Ownership (FO), GovernmentOwnership (GO) , Public Ownership (PO) danCorporate Performance (CP) terhadap FirmValue (FV).

Page 145: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 405

ryfo=0,007 ryfv=0,651ryco=-0,283rypo=-0,001rycp=0,829

Gambar 2Diagram Pengaruh Foreign Ownership (FO), Government Ownership (GO) ,

Public Ownership (PO) dan Corporate Performance (CP) terhadap Firm Value (FV)Pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia

Analisis Pengaruh Foreign Ownership,Government Ownership, GovernmentOwnership dan Corporate Performance ter-hadap Firm Value

Secara diagram bentuk struktur variabelForeign Ownership, Government Ownership,Government Ownership dan Corporate Perfor-mance terhadap Firm Value pada Perusahaan

yang Listing di Bursa Efek Indonesia terlihatpada Gambar 2.

Selanjutnya pengaruh Foreign Owner-ship, Government Ownership, Public Ownershipdan Corporate performance terhadap FirmValue pada Perusahaan yang listing di BursaEfek Indonesia baik secara simultan atau se-

Tabel 7Pengaruh Foreign Ownership (FO), Government Ownership (GO)

Public Ownership (PO) dan Corporate Performance (CP) terhadap Firm Value (FV)pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia

Variabel Koefisien PengaruhForeign Ownership (FO) 0,007 0,000Government Ownership (GO) -0,283 0,080Public Ownership (PO)Corporate Performance (CP)

‘-0,0010,829

0,0000,687

R2=0,424Sumber: Data olahan Penulis (SPSS)

cara parsial terlihat pada Tabel 7. Besarnyapengaruh Foreign Ownership, GovernmentOwnership, Publoc Ownership dan CorporatePerformance terhadap Firm Value pada Per-usahaan yang Listing di Bursa Efek Indo-nesia secara simultan terlihat dari nilaikoefisien determinasi (R2), yaitu sebesar42,4%, sedangkan sisanya sebesar 0,57,6 (1-0,424) atau 57,60% dipengaruhi oleh faktorlain yang tidak diteliti pada penelitian iniseperti management ownership, institusionalownership, komite audit, komisaris inde-penden, blockholders ownership, pasar tenaga

kerja, pasar modal (Agrawal dan Knoeber,1996).

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pe-ngaruh Foreign Ownership, GovernmentOwnership, Public Ownership dan CorporatePerformance terhadap Firm Value pada Per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indo-nesia secara bersama-sama belum cukupkuat untuk mempengaruhi firm value. Hal inidapat dilihat dari data firm value pada Tabel2, dimana angka firm value berada padaposisi dibawah rata-rata sebanyak 18 per-usahaan (66,66%), dan rata-rata firm value

Foreign Ownership (FO)

Government Ownership (GO)

Public Ownership (PO)

Firm Value (FV)

Corporate Performance (CP)

Page 146: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

406 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

adalah sebesar 1,2476, sedangkan standardeviasi adalah sebesar 1,2039. Hal ini meng-indikasikan bahwa kebanyakan Firm Valuepada Perusahaan yang Listing di Bursa EfekIndonesia masih rendah, yaitu kebanyakanberada dibawah rata-rata. Hasil penelitianini sejalan dengan penelitian yang dilakukanoleh Liu dan Tong (2008) dan bertolakbelakang dengan penelitian yang dilakukanoleh Ghazali (2010), Chowdhury dan Chow-dhury (2010), Mei Yu (2013), Wei et al. (2005),Duc dan Thi (2013), Lihui dan Saul (2008),Ferdinand A Gul (1999) dan Winarto (2015).

Selanjutnya pembahasan secara parsialpengaruh masing-masing variable ForeignOwnership, Government Ownership, PublicOwnership dan Corporate Performance ter-hadap Firm Value pada Perusahaan yanglisting di Bursa Efek Indonesia adalahsebagai berikut:1. Pengaruh Foreign Ownership terhadap

Firm ValuePengujian hipotesis penelitian menunjukkanbahwa Foreign Ownership berhubungan po-sitif tetapi tidak memiliki pengaruh ter-hadap Firm Value pada Perusahaan yangListing di Bursa Efek Indonesia. Hasil pe-nelitian ini tidak sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Mian dan Nagata(2015); Mishra. A.V (2014); Duc dan Thai(2013); Ghazali (2010); Lihui dan Saul (2008)dan Wei et al. (2005), serta hasil penelitianyang dilakukan oleh Lau dan Tong (2008).

Mian dan Nagata (2015) meneliti pe-ngaruh foreign ownership terhadap firmvaluation. Mian dan Nagata (2015) meng-gunakan data dari perusahaan yang listingdi Tokyo Stock Exchange untuk periode2004-2012. Mian dan Nagata (2015) meng-gunakan regresi untuk menganalisis data.Hasil penelitian Mian dan Nagata (2015)menemukan bahwa foreign ownership positifberpengaruh terhadap firm value.

Mishra. A. V (2014) meneliti foreignownership dan firm value di Australia untukperiode 2001-2009 dengan menggunakanregresi untuk menganalisis data. Hasil pe-nelitian Mishra. A. V (2014) menggambarkan

bahwa foreign ownership berpengaruh positifdan signifikan terhadap firm value.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghazali(2010) mengenai Foreign Ownership meng-gunakan data annual report tahun 2001 dari87 perusahaan non keuangan yang listed diMalaysia. Ghazali (2010) menggunakan ana-lisis regresi untuk menguji faktor-faktoryang mempengaruhi corporate performance.Ownership structure yang diproxy dengandirector ownership, foreign ownership dangovernment ownership. Corporate governancediproxy dengan board size dan independence.Corporate performance diukur dengan Tobin,Q. Hasil penelitian yang dilakukan olehGhazali (2010) menunjukkan bahwa corporategovernance tidak significant berpengaruh ter-hadap corporate performance, namun govern-ment ownership dan foreign ownership ber-hubungan signifikan dengan Tobin’ Q.

Lihui dan Saul (2008) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing diChinese yang berjumlah 287 perusahaanuntuk periode 1994-2004 dan menggunakanregresi sebagai analisis data. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa state ownership ber-hubungan negative dan signifikan dengantobin’s Q dan ROA, foreign ownership ber-hubungan positif dan signifikan denganTobi’s Q dan berhubungan negative denganROA tetapi tidak signifikan.

Duc dan Thi (2013) melakukan pe-nelitian dengan menggunakan data dari HoChi Minh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Duc danThi (2013) menguji pegaruh corporate owner-ship (state ownership dan foreign ownership)terhadap firm performance yang diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share+ book value of debt)/ book value of totalassets) dan ROA. Analisis data Duc dan Thi(2013) menggunakan regresi. Hasil peneliti-an menunjukkan bahwa state ownership danforeign ownership berhubungan positif baikdengan Tobin’s Q maupun dengan ROA.

Wei et al. (2005) melakukan penelitianmengenai hubungan ownership structure dan

Page 147: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 407

firm value dengan sampel 5284 perusahaanpublic di China untuk periode 1991-2001.Wei et al. (2005) menemukan hasil bahwastate ownership dan institutional ownershipberhubungan negative dan signifikan de-ngan tobin’s Q, sedangkan foreign ownershipberhubngan positif dan signifikan terhadaptobin’s Q.

Lau dan Tong (2008) melakukan pe-nelitian dengan memperoleh data dari 15GLCs yang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005. Liu dan Tong(2008) menggunakan regresi untuk meng-analisis data. Liu dan Tong (2008) me-nemukan hasil penelitian bahwa governmentownership berhubungan positif dan signi-fikan terhadap firm value. Foreign ownershipberpengaruh negative terhadap firm naluetetapi tidak signifikan. Size berpengaruhpositif terhadap firm value tetapi tidaksignifikan. Leverage berpengaruh negativeterhadap firm value tetapi tidak signifikan.Profitability berpengaruh positif terhadapfirm value tetapi tidak signifikan.

Pant dan Pattanayak (2007) menelitipada perusahaan di India untuk periode2000-2003 menggunakan 1.833 BombayStock Exchange listed firms. Hasil penelitian-nya menggambarkan bahwa insider share-holding tidak berhubungan dengan firmvalue. Pant dan Pattanayak (2007) juga me-lakukan perbandingan dengan ForeignOwnership, dimana Foreign Ownership ber-pengaruh positif dan signifikan dengan firmvalue.

Pengujian hipotesis penelitian me-nunjukkan bahwa Foreign Ownership tidakberpengaruh terhadap Firm Value pada Per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indo-nesia, hal ini karena Foreign Ownership hanyadapat mempengaruhi operasional perusaha-an dengan mengontrol jalannya perusahaanapakah telah sesuai dengan aturan main atautidak yang akhirnya dapat mempengaruhikinerja keuangan perusahaan. Hal ini ter-lihat dari nilai corporate performance dari per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indonesiadengan rata-rata 227,30%. Hal ini cukup

tinggi jika dibandingkan dengan tingkatsuku bunga rata-rata.

2. Pengaruh Government Ownership ter-hadap Firm Value

Pengujian hipotesis penelitian menunjukkanbahwa Government Ownership memilikihubungan negatif dan berpengaruh sangatkecil terhadap Firm Value pada Perusahaanyang listing di Bursa Efek Indonesia, yaituhanya sebesar 0,08 atau sebesar 8%. Hasilpenelitian ini tidak sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Mei Yu (2013), Wei et al.(2005) serta Lihui dan Saul (2008), Ghazali(2010), Duc dan Thi (2013), serta Lau danTong (2008).

Mei Yu (2013) melakukan penelitianpada perusahaan non-keuangan yang listingdi China untuk periode 2003-2010 denganmenggunakan regresi untuk analisis data.Mei Yu (2013) menguji hubungan stateownership dan firm performance yang diukurdengan ROA, ROE dan Tobin’ Q (marketvalue to ending total assets). Hasil penelitianMei Yu (2013) menunjukkan bahwa stateownership memiliki hubungan negative dansignifikan dengan firm performance (ROA,ROE dan Tobin, Q).

Ghazali (2010) melakukan penelitianpada 87 perusahaan non keuangan yanglisted di Malaysia, dengan menggunakananalisis regresi untuk menguji faktor-faktoryang mempengaruhi corporate performance.Ownership structure yang diproxy dengandirector ownership, foreign ownership dangovernment ownership. Corporate governancediproxy dengan board size dan independence.Corporate performance diukur dengan Tobin,Q. Dengan menggunakan data annual reporttahun 2001 menunjukkan hasil bahwa corpo-rate governance tidak signifikan berpengaruhterhadap corporate performance, namungovernment ownership dan foreign ownershipberhubungan signifikan dengan Tobin’ Q.

Talebnia et al. (2010) meneliti perusaha-an yang listing di Tehran Stock Exchangemengenai hubungan antara OwnershipStructure (state ownership) dan Firm Per-

Page 148: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

408 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

formance yang diukur dengan Tobin’s Qdengan menggunakan regresi sebagai alatanalisis data. Hasil penelitian menunjukkanbahwa state ownership signifikan ber-hubungan dengan Tobin’s Q.

Wang dan Xiao (2009) melakukan pe-nelitian pada perusahaan ultimatety control-led dari perusahaan pemerintah yang listingdi China. Hasil penelitian Wang dan Xiao(2009) menemukan bahwa firm value me-ningkat ketika pengawasan yang tinggi saatdesentralisasi dari perusahaan yang dimilikioleh pemerintah. Selanjutnya desentralisasisignifikan dengan kinerja dari pengawasanpemerintah lokal, tetapi tidak untuk pe-ngawasan pemerintah sentralisasi.

Lihui dan Saul (2008) melakukan pe-nelitian pada perusahaan yang listing diChinese yang berjumlah 287 perusahaanuntuk periode 1994-2004. Lihui dan Saul(2008) menggunakan regresi sebagai analisisdata. Lihui dan Saul (2008) menguji hubung-an government ownership dengan corporatevalue (Tobin’s Q), yaitu ratio market value ofequity dan book value of debt over book value ofassets. Hasil penelitian menunjukkan bahwastate ownership berhubungan negative dansignifikan dengan tobin’s Q dan ROA, foreignownership berhubungan positif dan signi-fikan dengan Tobi’s Q dan berhubungannegative dengan ROA tetapi tidak signi-fikan.

Duc dan Thi (2013) melakukan pe-nelitian dengan menggunakan data dari HoChi Minh Stock Exchange dan Hanoi StockExchange untuk periode 2007-2012. Duc danThi (2013) menguji pegaruh corporate owner-ship (state ownership dan foreign ownership)terhadap firm performance yang diukurdengan menggunakan Tobin’s Q (share’smarket price x number of outstanding share+ book value of debt)/book value of totalassets) dan ROA. Duc dan Thi (2013) menggunakan regresi untuk menganalisis data.Hasil penelitian menunjukkan bahwa stateownership dan foreign ownership berhubunganpositif baik dengan Tobin’s Q maupundengan ROA.

Wei et al. (2005) melakukan penelitianmengenai hubungan ownership structure danfirm value dengan sampel 5284 perusahaanpublic di China untuk periode 1991-2001.Wei et al (2005) menemukan hasil bahwa stateownership dan institutional ownership ber-hubungan negative dan signifikan dengantobin’s Q, sedangkan foreign ownership ber-hubungan positif dan signifikan dengantobin’s Q.

Lau dan Tong (2008) menguji pengaruhgovernment ownership terhadap firm value(Tobin’s Q). Data diperoleh dari 15 GLCsyang listing di Malaysian Stock Marketuntuk periode 2000-2005. Dengan meng-gunakan regresi untuk mengganalis data,maka Liu dan Tong (2008) menemukanhasil penelitian bahwa government ownershipberpengaruh positif dan signifikan terhadapfirm value.

Pengujian hipotesis penelitian me-nunjukkan bahwa Government Ownershipmemiliki hubungan negatif dan berpe-ngaruh sangat kecil terhadap Firm Valuepada Perusahaan yang listing di Bursa EfekIndonesia, hal ini karena Government Owner-ship hanya dapat mempengaruhi operasi-onal perusahaan secara langsung dan akhir-nya dapat mempengaruhi kinerja perusaha-an. Hal ini terlihat dari nilai corporateperformance dari perusahaan yang listing diBursa Efek Indonesia dengan rata-rata227,30%. Hal ini cukup tinggi jika dibanding-kan dengan tingkat suku bunga rata-rata.

3. Pengaruh Public Ownership terhadapFirm Value

Pengujian hipotesis penelitian menunjukkanbahwa Public Ownership memiliki hubungannegative tetapi tidak berpengaruh terhadapfirm value pada Perusahaan yang listing diBursa Efek Indonesia. Hasil penelitian initidak sejalan dengan penelitian yang di-lakukan oleh Chowdhury dan Chowdhury(2010). Chowdhury dan Chowdhury (2010)menguji pengaruh capital structure dan firmvalue pada perusahaan yang listing di DhakaStock Exchange (DSE) dan Chittagong Stock

Page 149: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 409

Exchange (CSE) di Bangladesh denganmenggunakan regresi sebagai alat analisisdata. Penelitian Chowdhury (2010) meng-analisis 77 perusahaan non keuangan dariempat sector yang berbeda, yaitu pharma-ceuticals dan chemicals, fuel dan power,food, dan engineering industry. Chowdhurydan Chowdhury (2010) menggunakan datasekunder yang diperoleh dari laporan ke-uangan dari tahun 1994-2003. Chowdhurydan Chowdhury (2010) menggunakan firmvalue (share price) sebagai variabel dependendan sebagai variabel independen adalah firmsize (share capital), profitability (EPS), publicownership in capital structure (long term debt tototal assets), dividend payout, asset danoperating efficiency (fixed assets turnover),growth rate (sales growth rate), liquidity (currentratio) dan business risk (operating leverage).Hasil penelitian menunjukkan bahwa pricepositif berhubungan dengan EPS, dividendper share, dan book value per share, fixed assetsturnover, current ratio, inventory turnover ratio,P/E ratio, dividend growth dan net profitmargin. EPS, dividend payout ratio, long termdebt to total assets, dan current ratio memilikicoefficient positive, dan public shareholding,fixed asset turnover, operating leverage, salesgrowth, dan total share capital memiliki coeffi-cient negative.

Pengaruh Public Ownership terhadapFirm Value pada Perusahaan yangl listing diBursa Efek Indonesia sangatlah kecil, yaitusebesar 0,0001 atau 0,01%. Kecilnya pe-ngaruh Public Ownership terhadap Firm Valuepada Perusahaan yang listing di Bursa EfekIndonesia adalah karena jumlah kepemilikansaham oleh publik pada perusahaan yanglisting di Bursa Efek Indonesia adalah sangatkecil, yaitu memiliki rata-rata hanya sebesar16,98% dengan standar deviasi sebesar 11,36.Persentase kepemilikan saham oleh publikberada dibawah rata-rata, yaitu sebanyak 20perusahaan (66,66%). Kecilnya kepemilikansaham oleh publik karena pelepasan sahamoleh perusahaan kepublik bukan semata-mata untuk mendapatkan dana tetapi jugauntuk memperkenalkan perusahaan kepadamasyarakat atau sebagai media promosi dan

untuk meningkatkan image perusahaanmenjadi lebih baik karena perusahaan yanggo-public wajib menerapkan good corporategovernance dan dengan demikian perusahaanyang go-public akhirnya akan dapat me-ningkatkan firm value.

Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan oleh Bashir et al(2013) yang menguji hubungan antaraownership structure dan performance dengansampel 100 perusahaan yang listing diKarachi stock exchange (50 private dan 50public) untuk periode 2007-2011. Performancediukur dengan ROA, profitability, leverage,assets turnover, earnings per share dan Tobin’sQ, semua ini merupakan variabel inde-penden. Dan sebagai variabel dependendigunakan equity. Statistik yang digunakanuntuk analisis data adalah mean, OLS, corre-lation dan T-test. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa performance privately owned firmslebih bagus dibandingkan dengan perfor-mance publicly owned firms. Semua variabelindependen kecuali Tobin’s Q signifikanberhubungan dengan variabel dependendimana ultimate berkontribusi untuk me-ningkatkan kinerja.

Pengujian hipotesis penelitian me-nunjukkan bahwa Public Ownership tidaksignifikan berpengaruh terhadap Firm Valuepada Perusahaan yang listing di Bursa EfekIndonesia, hal ini karena Government Owner-ship tidak dapat mempengaruhi langsungfirm value. Government Ownership hanyadapat mempengaruhi operasional perusaha-an secara langsung dengan cara mengawasijalannya perusahaan yang akhirnya dapatmempengaruhi kinerja perusahaan. Hal initerlihat dari nilai corporate performance dariperusahaan yang listing di Bursa EfekIndonesia dengan rata-rata 227,30%. Angkaini cukup tinggi jika dibandingkan dengantingkat suku bunga rata-rata.

4. Pengaruh Corporate Performance ter-hadap Firm Value

Hasil pengujian hipotesis penelitian me-nunjukkan bahwa Corporate Performanceberpengaruh positif terhadap Firm Value

Page 150: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

410 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

pada Perusahaan yang listing di Bursa EfekIndonesia. Hasil penelitian ini sejalan de-ngan penelitian yang dilakukan olehWinarto (2015) pada perusahaan yang listingdi Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2010 dengan menggunakan regresi yangmenghasilkan bahwa return on equity (ROE)berpengaruh positif terhadaf Firm Value. Danbertolak belakang dengan penelitian yangdilakukan oleh Fallatah dan Dickins (2012)pada perusahaan yang listing di SaudiArabia yang menghasilkan bahwa FirmPerformance dengan menggunakan regresitidak berhubungan dengan firm value. Danbegitu juga dengan penelitian yang di-lakukan oleh Karima (2016) pada perusaha-an property dan real estate yang listing diBursa Efek Indonesia dengan menggunakanPartial Least Square (PLS) menghasilkanbahwa financial performance (ROE) berhubu-ngan negative dan signifikan dengan FirmValue yang diukur dengan Tobin’s Q.

Jadi hasil penelitian ini menunjukkanbahwa ownership structure tidak berpengaruhterhadap firm value dan corporate performanceberpengaruh terhadap firm value. Hal inikarena ownership structure hanya dapatlangsung mempengaruhi kinerja perusahaan(corporate performance) melalui pengawasanterhadap operasional perusahaan. Semen-tara corporate performance bisa langsungmempengaruhi firm value karena denganmeningkatnya corporate performance makacalon investor akan tertarik membeli sahamperusahaan karena perusahaan memilikikinerja yang bagus dan begitu juga se-baliknya, jika kinerja perusahaan jelek,investor tidak akan tertarik membeli sahamperusahaan tersebut.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan rumusan masalah danhipotesis penelitian serta analisis hasilpenelitian, maka dapat disimpulkan bahwasecara simultan Foreign Ownership, Govern-ment Ownership, Public Ownership dan Corpo-rate Performance berpengaruh terhadap FirmValue, dan pengaruh secara parsial adalah

sebagai berikut: (1) Foreign Ownership tidakberpengaruh terhadap Firm Value pada per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indo-nesia; (2) Government Ownership tidak ber-pengaruh terhadap Firm Value pada per-usahaan yang listing di Bursa Efek Indo-nesia; (3) Public Ownership tidak berpe-ngaruh terhadap Firm Value pada perusaha-an yang listing di Bursa Efek Indonesia; (4)Corporate Performance berpengaruh positifterhadap Firm Value pada perusahaan yanglisting di Bursa Efek Indonesia.

SaranBerdasarkan simpulan hasil penelitian,

untuk meningkatkan firm value diberikanbeberapa saran sebagai berikut: (1) bagipeneliti berikutnya disarankan jika memakaivariabel firm value, disarankan untuk melihatvariable lain yang mempengaruhi firm valueselain foreign ownership, government owner-ship, public ownership dan corporate perfor-mance, seperti managerial ownership, instituti-onal ownership, komisaris independen, komi-te audit, kompensasi dan corporate socialresponsibility dan disarankan dengan meng-gunakan variabel corporate performance se-bagai variabel intervening antara ownershipstructure dengan firm value; (2) bagi aka-demisi, diharapkan hasil penelitian ini dapatmemberikan masukan yang berharga dalampembelajaran akuntansi keuangan terutamapada materi Analisa Laporan Keuangan,sedangkan saran operasional yang dapatdiberikan adalah: (1) bagi regulator, di-sarankan agar dapat memberikan kebijakanyang dapat meningkatkan firm value sepertikebijakan kepemilikan saham maksimal bagiasing dan kepemilikan saham minimal bagigovermment; (2) bagi perusahaan, diharapkandalam membuat kebijakan keuangan per-usahaan memperhatikan ownership structureagar dapat meningkatkan kinerja perusaha-an dan akhirnya dapat meningkatkan firmvalue; (3) bagi investor, diharapkan agardapat memanfaatkan suaranya dalam meng-awasi operasional perusahaan oleh mana-jemen untuk meningkatkan kinerja per-

Page 151: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Pengaruh Ownership Structure Dan Corporate Performance ...–Makhdalena 411

usahaan dan akhirnya meningkatkan firmvalue.

DAFTAR PUSTAKAAgrawal, A dan C. R. Knoeber. 1996. Firm

Performance and Mechanism to ControlAgency Problem Between Managers andShareholders. Journal of Financial andQuantitative Analysis 34(3): 377-397.

Ang. J. S, Ding. D. K 2006. Governmentownership and the performance ofgovernment-linked companies: The caseof Singapore. Journal of MultinationalFinancial Management 16(1): 64-88.

Bashir. T, R. A, Butt. S, Parveen. A 2013. FirmPerformance: A Comparative Analysisof Ownership Structure. EuropeanScientific Journal 9(31): 413-430.

Belkaoui, A. 2004. Accounting Theory. Fiveedition Harcouit and Brace.

Berle, JR, A. A dan G. C. Means 1932. TheModern Corporation and Private Property.Macmillan, New York.

Chowdhury. A, S. Dan P. Chowdhury 2010.Impact of capital structure on firm,svalue: Evidence from Bangladesh. BEH-Busuness and Economic Horizons 3(3): 111-122.

Duc N. Phung dan Thi P. T. Hoang. 2013.Corporate Ownership and Firm Per-formance in Emerging Market: Astudyof Vietnamese Listed Firms. Pro-ceeding of Word Business and Social ScienceResearch Conference 24-25 October, 2013.Novotel Bangkok on Siam Squre,Bangkok, Thailand, ISBN: 978-1-922069-33-7.

Dwivedi, N. dan A. K. Jain. 2005. CorporateGovernance and Performance of IndianFirms: The Effect of Board Size andOwnership. Employee Responsibilities andRights Journal 17(3): 161-172.

Fallatah Y. dan D. Dickins. 2012. CorporateGovernance and Firm Performance andValue in Saudi Arabia. African Journal ofBusiness Management 6(36): 10025-10034.

Gago. R. F., L. C. Garcia dan M. Nieto. 2016.Corporate social responsibility, board ofdirectors and firm performance: an

analysis of their relationships. Review ofManagerial Science 10(1): 85-104.

Gunasekarage. A, K. Hess, A. (Jie), Hu 2007.The Influence of The Degree of StateOwnership And The OwnershipConcentration On The Performance ofListed Chinese Companies. Research inInternational Business and Finance 21(3):379-395.

Jensen, M and W. Meckling 1976. “Theory ofthe Firm: Managerial Behavior, AgencyCost and Ownership Structure”, Journalof Finance Economic 3: 305-360.

Karima. T 2016. The Influence of InternalFactor on Financial Performance andFirm Value: Evidence from Property andReal Estate Companies Listed in Indo-nesia Stock Exchange. OIDA Internati-onal Journal of Sustainable Development09(03): 89-107.

Lihui, T dan S. Estrin. 2008. Retained stateshareholding in Chinese PLCs: Doesgovernment ownership always reducecorporate value? Journal of ComparativeEconomics 36: 74-89.

Mak. Y. T., Y. Kusnadi. 2005. Size reallymatter: Further evidence on the negativerelationship between board size andfirm value. Pasific-Basin Finance Journal13(3): 301-318.

Mei Yu. 2013. State ownership and firmperformance: Empirical evidence fromChinese listed companies. China Journalof Accounting Research 6(2): 75-87.

Mian. R, K. Dan Nagata 2015. ForeignInstitutional Ownership and the Valua-tion Effect of Investment and PayoutDecisions. Journal of Finance and Econo-mics 3(5): 97-104.

Mishra, A.V. 2014. Foreign Ownership andFirm Value: Evidence from AustralianFirms. Asia-Pacific Financial Markets21(1): 67-96.

Ghazali, NAM. 2010. Ownership structure,corporate government and corporateperformance in Malaysia. InternationalJournal of Commerce and Management20(2): 109-119.

Page 152: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

412 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 388 – 412

Pant. M dan M. Pattanayak. 2007. InsiderOwnership and Firm Value: Evidencefrom Indian Corporate Sector. Economicand Political Weekly 42(16) : 1459-1467.

Sami, H., J. Wong, dan H. Zhou. 2011.Corporate governance and operatingperformance of Chinese listed firms.Journal of International Accounting, Audit-ing and Taxation 20(92): 106-114.

Talebnia. G, M. Salehi., H. Valipour dan S.Shafiee. 2010. Empirical Study of theRelationship between Ownership Struc-ture and Firm Performance SomeEvidence of Listed Companies in TehranStock Exchange. Journal of SustainableDevelop- ment 3(20): 264-270.

Y. W. Lau dan C. Q. Tong. 2008. AreMalaysian Government-Linked Compa-

nies (GLCs) Creating Value?. Internati-onal Applied Economics and ManagementLetters 1(1): 9-12.

Wang. K, X. Xiao. 2009. Ultimate Govern-ment Control Structures and FirmValue: Evidence from Chinese ListedCompanies. China Journal of AccountingResearch 2(1): 101-122.

Wei. Z, F. Xie dan S. Zhang. 2005. OwnershipStructure and Firm Value in China’sPrivatized Firms: 1991-2001. Journal ofFinancial and Quantitative Analysis 40(1):87-108.

Winarto. J. 2015. The Determinants ofManufacture Firm Value in IndonesiaStock Exchange. International Journal ofInformation, Business and Management7(4).

Page 153: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Indeks Pengarang - Ekuitas Vol. 20 Tahun 2016 545

INDEKS PENGARANG EKUITAS VOLUME 18 TAHUN 2014

Nama Penulis Judul Artikel EdisiNurul Huda, Nova Rini,Yosi Mardoni, DestiAnggraini , KhamimHudori

Manajemen Pengelolaan Wakaf DiIndonesia Timur

Ekuitas: Vol. 20 No. 1Maret 2016.Halaman: 1 - 17

Kresno Agus Hendarto,Basu Swastha,Dharmmesta,B. M. Purwanto,Moira M. M. Moeliono

Attitude And Purchase IntentionTowards Tempe Producers JoiningThe ProtestsA Study In Central Java

Ekuitas: Vol. 20 No. 1Maret 2016.Halaman: 18 - 36

Yusuf Sulfarano BarusmanLindrianasari

Determinant Of Corporate SocialResponsibility: Case From Indonesia

Ekuitas: Vol. 20 No. 1Maret 2016.Halaman: 37 - 52

Rachman Hakim Meninjau Kembali Seberapa PentingTarget Inflasi Bank Indonesia DalamMengontrol Laju Inflasi

Ekuitas: Vol. 20 No. 1Maret 2016.Halaman: 53 - 71

Mohamad Nur Hadi,Hermanto Siregar,Hendro Sasongko

Analisis Efisiensi Penggunaan DanaMasyarakat Untuk Kegiatan DharmaPendidikan Di Institut PertanianBogor

Ekuitas: Vol. 20 No. 1Maret 2016.Halaman: 72 - 93

AtikaAndriani KusumawatiMohammad Iqbal

The Effect Of Electronic Word OfMouth, Message Source Credibility,Information Quality On BrandImage And Purchase Intention

Ekuitas: Vol. 20 No. 1Maret 2016.Halaman: 94 - 108

Bagus Putu YudhiaKurniawan

Konseptualisasi Penciptaan KinerjaPemasaran Obat: SebuahPengembangan Model Teoritik

Ekuitas: Vol. 20 No. 1Maret 2016.Halaman: 109 - 127

Badingatus Solikhah Pertimbangan Auditor DalamMemberikan Opini Audit GoingConcern

Ekuitas: Vol. 20 No. 2Juni 2016.Halaman: 129 – 150

Santi Novita,Okta Sindhu Hartadinata

Pendidikan Perpajakan: PersepsiAkademisi, Praktisi, Dan MahasiswaUntuk Jenjang Diploma Dan Sarjana

Ekuitas: Vol. 20 No. 2Juni 2016.Halaman: 151 – 171

Umi Mardiyati Pengaruh Frekuensi Rapat DewanDirektur Dan Jumlah DirekturPerempuan Terhadap KinerjaPerbankan

Ekuitas: Vol. 20 No. 2Juni 2016.Halaman: 172 – 187

Krido Eko Cahyono,Khuzaini, HermonoWidiarto

Shopping Life Style MemediasiHubungan Hedonic Dan UtilitarianValue Terhadap Impulse Buying

Ekuitas: Vol. 20 No. 2Juni 2016.Halaman: 188 – 208

Page 154: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

546 Indeks Pengarang - Ekuitas Vol. 20 Tahun 2016

Ronny, Tatik Suryani,Iramani

Kualitas Layanan Dan Tata KelolaInternet Banking Dari PersepsiNasabah

Ekuitas: Vol. 20 No. 2Juni 2016.Halaman: 209– 225

Wiwiek Dianawati Pengaruh Karakteristik PerusahaanDan Sertifikasi LingkunganTerhadap Pengungkapan CorporateSocial Responsibility (CSR)

Ekuitas: Vol. 20 No. 2Juni 2016.Halaman: 226 – 241

Luluk Uswati,Sekar Mayangsari

Pengaruh Manajemen LabaTerhadap Future Stock ReturnDengan Asimetri Informasi SebagaiVariabel Moderating

Ekuitas: Vol. 20 No. 2Juni 2016.Halaman: 242 – 259

Triyonowati,Siti Rokhmi Fuadati,Dini Widyawati

Model Kemampuan ManajerialMudharib Sebagai Dasar InvestasiPada Reksadana Syari’ah

Ekuitas: Vol. 20 No. 3September 2016.Halaman: 261 – 279

Erlina Diamastuti Ke (Tidak) Patuhan Wajib Pajak:Potret Self Assessment System

Ekuitas: Vol. 20 No. 3September 2016.Halaman: 280 – 304

Firda Nosita Struktur Modal Optimal DanKecepatan Penyesuaian:Studi Empiris Di Bursa EfekIndonesia

Ekuitas: Vol. 20 No. 3September 2016.Halaman: 305 – 324

Jamilah,Bonar M. Sinaga,Mangara Tambunan,Dedi Budiman Hakim,

Dampak Perlambatan EkonomiChina Dan Devaluasi YuanTerhadap Kinerja PerdaganganPertanian Indonesia

Ekuitas: Vol. 20 No. 3September 2016.Halaman: 325 – 345

Santi Dwie Lestari,Hadi Paramu,Hari Sukarno,

Pengaruh Intellectual CapitalTerhadap Kinerja KeuanganPerbankan Syari’ah Di Indonesia

Ekuitas: Vol. 20 No. 3September 2016.Halaman: 346 – 366

Sri Hadiati Peran Struktur Pasar Dan DayaSaing Dalam Meningkatkan KinerjaUmkm Kerajinan Keramik

Ekuitas: Vol. 20 No. 3September 2016.Halaman: 367 – 387

Makhdalena Pengaruh Ownership Structure DanCorporate Performance Terhadap FirmValue

Ekuitas: Vol. 20 No. 3September 2016.Halaman: 388 – 412

Titik Setyaningsih,Antin Okfitasari

Mengapa Wajib Pajak Mengikuti TaxAmnesty (Studi Kasus Di Solo)

Ekuitas: Vol. 20 No. 4Desember 2016.Halaman: 415 – 433

Marfuah,Hermin Endaryati

Pengaruh Good CorporateGovernance Dan Debt MaturityTerhadap Prediksi Bond Rating

Ekuitas: Vol. 20 No. 4Desember 2016.Halaman: 434 – 454

Page 155: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Indeks Pengarang - Ekuitas Vol. 20 Tahun 2016 547

Sumani Pengukuran Kinerja Bisnis MelaluiPendekatan Balanced Scorecard DanAnalytical Hierarchy Process (Ahp)

Ekuitas: Vol. 20 No. 4Desember 2016.Halaman: 455 – 472

Ongky Hartanto Pengaruh Locus Of Control,Tekanan Anggaran WaktuKomitmen Profesional, TerhadapPerilaku Disfungsional Auditor

Ekuitas: Vol. 20 No. 4Desember 2016.Halaman: 473 – 490

Putu Anom MahadwarthaPranata Yandi Gunawan

Pembentukan Dan PengujianPortfolio Saham-Saham Optimal:Pendekatan Single Index Model

Ekuitas: Vol. 20 No. 4Desember 2016.Halaman: 491 – 510

Wulandari Fitri Ekasari,Supriyadi

Peran Moderasi Framing Dan GayaKognitif Terhadap Bias Efek UrutanBukti Dalam KeputusanPenganggaran

Ekuitas: Vol. 20 No. 4Desember 2016.Halaman: 511 – 527

Ekuitas: Vol. 20 No. 4Desember 2016.Halaman: 528 – 460

Page 156: KE (T IDAK) PATUHAN WAJIB PAJAK: POTRET SELF …

Ucapan Terima Kasih Mitra Bebestari 548

Terimakasih kepada para Mitra Bebestari (expert board) di bawah ini yang telah terlibat aktifdalam penelaahan artikel-artikel pada Jurnal Ekuitas Vol. 20 No. 1, Maret 2016, Vol. 20 No. 2Juni 2016, Vol. 20 No. 3 September 2016 dan Vol. 20 No. 4 Desember 2016.

Agung Budi Sulistiyo (Univ. Jember)Budiyanto (STIESIA Surabaya)Bambang Agus Pramuka (Univ. Jendral Sudirman Purwokerto)Desak Ketut Sintaasih (FE & Bisnis Univ. Udayana)Dian Indri Purnamasari (UPN Yogyakarta)Hastin Umi Anisah (Univ. Lambung Mangkurat)Hening Widi Oetomo (STIESIA Surabaya)Hedy Desiree Rumambi (Poltek Negeri Menado)Istifadah (Univ. Jember)Lindrianasari (Univ. Lampung)Lena Ellitan (Univ. Widya Mandala Surabaya)Muafi (UPN Yogyakarta)Putu Anom Mahadwartha (UBAYA)Sutjipto Ngumar (STIESIA Surabaya)Sri Iswati (Univ. Airlangga)Siti Aisyah (Univ. Brawijaya)Tatang Aribumanti (Univ. Jember)Wiwiek Rabiatul Adawiah (Univ. Jendral Sudirman Purwokerto)

UCAPAN TERIMAKASIH