potret punan kalimantan timur: sensus punan 2002-2003 · punan kalimantan timur: sensus punan...
TRANSCRIPT
Punan Kalimantan Timur:S e n s u s P u n a n 2 0 0 2 - 2 0 0 3
Potret
Soaduon Sitorus Patrice Levang Edmond Dounias Dollop Mamung Darif Abot
Potret Punan Kalimantan Timur:Sensus Punan 2002-2003
SSSSSoooooaaaaaddddduououououon Sn Sn Sn Sn Sitititititooooorrrrrususususus(1), P P P P Patatatatatrrrrricicicicice Le Le Le Le Leeeeevvvvvangangangangang(1&2), Edmo Edmo Edmo Edmo Edmond Dnd Dnd Dnd Dnd Douniasouniasouniasouniasounias(1&2),Dollop MamungDollop MamungDollop MamungDollop MamungDollop Mamung(3) dan Darif Abotdan Darif Abotdan Darif Abotdan Darif Abotdan Darif Abot(3)
(1) Center for International Forestry Research (CIFOR), PO Box 6596, JKPWB Jakarta 10065(2) Centre IRD - Montpellier 911, avenue Agropolis BP 5045, 34042 Montpellier, France(3) Yayasan Adat Punan (YAP), Jl. Anggrek Merpati I/96, Komp. Batu Alam Permai, Samarinda 75124
Diterbitkan olehCenter for International Forestry ResearchCenter for International Forestry ResearchCenter for International Forestry ResearchCenter for International Forestry ResearchCenter for International Forestry ResearchAlamat pos: P.O. Box 6596 JKPWB, Jakarta 10065, IndonesiaAlamat kantor: Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang BarangBogor Barat 16680, IndonesiaTel. : +62 (251) 622622Fax. : +62 (251) 622100E-mail: [email protected]: http://www.cifor.cgiar.org
Foto sampul oleh Edmond Dounias dan Patrice Levang© 2004 by Center for International Forestry ResearchHak cipta dilindungi. Diterbitkan tahun 2004Dicetak oleh Rediprint
ISBN 979-3361-50-6
iii
Daftar isi
AbstrakAbstrakAbstrakAbstrakAbstrak iv
1.1.1.1.1. PPPPPeeeeendahndahndahndahndahulululululuanuanuanuanuan 1
2.2.2.2.2. Metodologi penelitianMetodologi penelitianMetodologi penelitianMetodologi penelitianMetodologi penelitian 3
3.3.3.3.3. KKKKKeaeaeaeaeadaan umdaan umdaan umdaan umdaan umum pum pum pum pum peeeeenenenenenelitlitlitlitlitianianianianian 5
4.4.4.4.4. Hasil penelitian dan pembahasanHasil penelitian dan pembahasanHasil penelitian dan pembahasanHasil penelitian dan pembahasanHasil penelitian dan pembahasan 7A. Kependudukan 7B. Akses pada fasilitas 9C. Tingkat kematian anak 10D. Pendidikan 12E. Kondisi tempat tinggal 16F. Kepemilikan aset 17
5.5.5.5.5. KKKKKesimpulanesimpulanesimpulanesimpulanesimpulan 20
6.6.6.6.6. Saran-saranSaran-saranSaran-saranSaran-saranSaran-saran 22
7.7.7.7.7. ReferensiReferensiReferensiReferensiReferensi 23
8. Lampiran8. Lampiran8. Lampiran8. Lampiran8. Lampiran 24
Ucapan terima kasihUcapan terima kasihUcapan terima kasihUcapan terima kasihUcapan terima kasih 32
Daftar tabel
TTTTTabababababeeeeel 1.l 1.l 1.l 1.l 1. Penduduk Punan Kalimantan Timur 8
TTTTTabababababeeeeel 2.l 2.l 2.l 2.l 2. Akses pada fasilitas 9
TTTTTabababababeeeeel 3.l 3.l 3.l 3.l 3. Angka kematian anak usia muda 10
TTTTTabababababeeeeel 4.l 4.l 4.l 4.l 4. Tingkat buta huruf 12
TTTTTabababababeeeeel 5.l 5.l 5.l 5.l 5. Tingkat pendidikan 14
TTTTTabababababeeeeel 6.l 6.l 6.l 6.l 6. Tingkat pemilikan rumah tempat tinggal 16
TTTTTabababababeeeeel 7.l 7.l 7.l 7.l 7. Tingkat hunian masing-masing kategori rumah 16
TTTTTabababababeeeeel 8.l 8.l 8.l 8.l 8. Tingkat pemilikan aset 18
Daftar gambar
Gambar 1Gambar 1Gambar 1Gambar 1Gambar 1. Piramida umur Suku Punan 7
Gambar 2Gambar 2Gambar 2Gambar 2Gambar 2. Boxplot tingkat kematian anak per rumah tangga (kiri) dan per desa (kanan) 10
Gambar 3.Gambar 3.Gambar 3.Gambar 3.Gambar 3. Boxplot penyebaran tingkat buta huruf per desa 12
Gambar 4Gambar 4Gambar 4Gambar 4Gambar 4. Tingkat buta huruf per kelompok umur 13
Gambar 5Gambar 5Gambar 5Gambar 5Gambar 5. Boxplot penyebaran pendidikan masyarakat 14
iv
Punan adalah salah satu kelompok masyarakat aslipenghuni hutan Borneo di Kalimantan Timur. Punanmempunyai ketergantungan hidup yang sangat tinggipada hutan, baik subsisten maupun sumberpendapatan tunai. Di sisi lain, arus modernisasi dandinamika sosial budaya secara lambat laun telahmenggeser tatanan hidupnya dan menjadi bagian darimodernisasi. Mereka terus beradaptasi terhadapperubahan untuk meningkatkan kesejahteraannyadengan memanfaatkan sumberdaya alam di sekitarnya.Kelompok suku Punan sebagian besar tinggal di dalamhutan yang terpencil. Keterpencilan tersebut bahkanberdampak luas pada ekonomi rumah tangga,kesehatan dan pendidikan yang sangat rendah dan
Abstrak
mereka terus termarjinalkan. Lebih dari itu, komposisipenduduk kelompok suku Punan pun di KalimantanTimur bahkan semakin kecil. Menjadi ironis karenasuku Punan menyebar dalam cakupan wilayah hutanyang sangat luas. Akankah suku Punan selamanyatermarjinalkan hingga identitasnya punah?Jawabannya tergantung pilihannya sendiri. Setidaknyadari sisi pendidikan, kesehatan dan ekonomi,komunitas suku Punan yang telah tinggal di dekat kotajauh lebih baik dibandingkan mereka yang masihterpencar di tengah hutan, sekalipun terdekat dengansumberdaya alam tersebut. Analisa akan berkembanguntuk melihat dinamikanya.
1
Pendahuluan 1
Hutan tropis di Kalimantan sudah sejak lama dikenaldunia dengan nama hutan Borneo. Hutan Borneoterkenal sangat kaya sumberdaya alam. Dalam beberapadekade terakhir, berbagai perusahaan skalainternasional telah mengeksploitasi sumberdaya alamtersebut untuk meningkatkan kesejahteraan segelintirumat manusia.
Lalu bagaimana dengan masyarakat asli yang sudahberabad-abad tinggal di tengah-tengah sumberdayaalam berlimpah tersebut? Hutan Borneo, khususnyaKalimantan Timur dihuni berbagai macam kelompoksuku. Kelompok suku Punan adalah satu diantarapenghuni hutan Borneo yang pantas disebut sebagaimasyarakat asli. Dengan berbagai tekanan eksploitasisumberdaya alam, hutan tempat hidup suku Punandan suku asli lainnya telah menyusut drastis danmempengaruhi kehidupan mereka. Punan telahmenunjukkan kemampuannya beradaptasi. Tetapi
akankah mereka memperoleh manfaat dari pesatnyapembangunan atau menemukan sendiri jalan pintasmemanfaatkan sumberdaya hutan adalah pertanyaanpenting yang harus dijawab.
Istilah “Punan” lebih dipandang sebagai sebutanumum untuk kelompok masyarakat pemburu-peramuyang dulu hidup secara berpindah-pindah di hutanKalimantan Timur, lalu Dayak menjadi sebutan untukmasyarakat petani ladang. Kelompok Suku Punanhingga sekarang banyak tinggal di bagian hulu sungaibahkan di tengah hutan yang sangat terpencil. Padamasa lalu, pemerintah telah melabelkan mereka sebagaisuku terasing yang hidup berpindah-pindah di dalamhutan dan tidak punya tempat tinggal menetap, samahalnya dengan beberapa suku lain seperti suku Kubudi Sumatera. Namun seiring dengan perkembanganpembangunan dan arus modernisasi telah terjadidinamika sosial budaya suku Punan (Dounias dkk.
© P
atri
ce L
evan
g
Sumpit: alat tradisional Punan untuk berburu
2
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
2004; Levang dkk. 2004). Program pemukiman sukuterasing dari departemen sosial sejak tahun 1970-an,yang memukimkan sebagian kecil orang Punan disekitar kota (Sellato 2001; Kaskija 2002), setidaknyamenjadi pelajaran berharga.
Punan tinggal di dalam hutan yang dulu masih utuhdan kaya sumberdaya alam. Kuhn dkk. (2000) telahmemvisualisasikan potret kehidupan Punan di Metut,Kalimantan Timur. Sistem budaya suku Punan yangbersifat terbuka sebagaimana umumnya masyarakatsekitar hutan lainnya di Kalimantan secara lambat-launtelah mengalami pergeseran yang berdampak padaperubahan pola hidup. Mereka yang dulu hidupberpindah-pindah di tengah hutan sebagaipengumpul dan peramu, sejak akhir abad XIX mulaibermukim di dusun-dusun kecil, dan awal abad XXmulai melakukan perladangan sebagaimana sukuDayak di sekitarnya dengan budidaya tanaman panganseperti padi dan ubi-ubian. Namun disampingberladang, aktifitas berburu, menangkap ikan, danmengumpulkan hasil hutan masih tetap sebagaiaktifitas utama dalam kehidupan sehari-hari.
Suku Punan yang tinggal di sekitar hutan mempunyaiketergantungan hidup pada sumberdaya hutan, kayudan bukan kayu sebagai sumber kehidupan, baik untukkebutuhan subsisten seperti sumber makanan, obat-
obatan, tempat tinggal (bahan rumah), ritual budaya(Uluk dkk. 2001). Lebih dari subsisten, hasil hutanmenjadi andalan utama kebutuhan komersial sebagaisumber uang untuk kebutuhan yang terus meningkat.Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik,mereka juga banyak merantau ke “Negeri Jiran”Malaysia mencari kerja sebagai buruh di perusahaanperkebunan sawit atau penebang pohon.Penelitian ini dirancang untuk mendapatkangambaran mengenai situasi riil suku Punan khususnya:
1. Potret demogafi suku Punan.2. Potret sumberdaya masyarakat suku Punan seperti
aspek kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dankepemilikan aset serta dinamikanya.
Sensus sebagaimana dijelaskan dalam bab metodologi,hanya bagian awal dari seluruh rangkaian penelitian.Beberapa pertanyaan penelitian yang dibangun dalamtahap sensus adalah sebagai berikut:
1. Apakah kehidupan penduduk suku Punan yanglebih dekat dengan sumberdaya alam (hutan) lebihbaik dibandingkan mereka yang tinggal di dekatkota?
2. Bagaimana dinamika kesejahteraan suku Punanantar wilayah yang berbeda?
3
2Metodologi penelitian
Penelitian ini telah dimulai sejak tahun 2002 hinggatahun 2003. Untuk mendapatkan gambaran mengenaisituasi riil suku Punan, telah dilakukan sensus sukuPunan pada banyak desa yang tersebar di pinggirankota sampai ke perkampungan yang sangat terpencil.Sensus bertujuan untuk mengumpulkan data dasarrumah tangga seluruh masyarakat Punan diKalimantan Timur. Sensus bukan saja untuk tujuanilmiah, tetapi juga atas permintaan Yayasan Adat Punanuntuk membantu Yayasan mendapatkan datamenyeluruh atas suku Punan di Kalimantan Timur.Untuk mencapai sebuah perkampungan Punan ditengah hutan Borneo, kadang membutuhkanperjalanan menelusuri sungai selama empat hinggaenam hari atau harus menyewa pesawat. Peneliti terusberupaya mengumpulkan data masyarakat Punansebanyak mungkin dengan mencari berbagai informasiuntuk menemukan desa-desa dimana ada komunitasPunan. Melalui kerjasama yang baik dengan YayasanAdat Punan (YAP), sensus dapat dilakukan denganpencapaian yang memuaskan.
Selama lebih dari setahun, sensus telah mencapai 2.096rumah tangga yang terdiri dari 8.956 jiwa, tersebar di77 lokasi pemukiman atau desa dan 6 kabupaten.Walaupun belum seluruhnya, kami anggap sensusPunan di Kalimantan Tumur sudah mencapai lebihdari 90%. Artinya tidak tertutup kemungkinan masihada desa Punan yang karena keterbatasan sehinggabelum sempat diteliti, seperti Punan Basap/Batu diBerau. Pemukiman Punan di Kalimantan Timur tidakselalu mencakup satu wilayah desa, tetapi kadang kalahanya sebagian dari wilayah desa yang lebih seringdisebut pemukiman. Desa terdiri dari satu ataubeberapa lokasi pemukiman. Tidak jarang pemukiman
Punan mempunyai jarak yang sangat jauh dari pusatdesa sehingga fasilitas di pusat desa sulit dijangkau olehpenduduk Punan. Maka dalam hal ini ketersediaanfasiltias yang menjadi pusat amatan hanya padapemukiman Punan tersebut.
Dalam melakukan sensus, kami mengumpulkan datatingkat desa, yaitu: jumlah rumah, jumlah KepalaKeluaraga (KK), ketersediaan penerangan listrik,fasilitas ibadah, penggilingan padi, kios, sekolah,puskesmas, dan pasar. Jika fasilitas tersebut tidak ada,maka dicatat jarak atau waktu yang dibutuhkanuntuk dapat mengaksesnya. Pada tingkat rumahtangga, dikumpulkan data anggota rumah tanggaseperti: umur, hubungan keluarga, jenis kelamindan tingkat pendidikan. Pada masing-masingkeluarga, juga dicatat berapa anak yang lahir danmeninggal pada umur muda. Tidak jarangditemukan dalam keluarga Punan adanya lebih darisatu keluarga tinggal dalam serumah. Biasanya yangterjadi adalah anak yang telah menikah masihserumah dengan orang tuanya, sebelum diamemiliki rumah sendiri. Jika hal itu terjadi atau adalebih dari satu keluarga dalam satu rumah, makaditanyakan ketergantungan satu sama lainnya untukmemastikan apakah rumah tangga dianggap satu atauterpisah. Rumah tangga yang dicatat adalah rumahtangga mandiri terutama dari aspek ekonominya.
Data rumah tangga mencakup kualitas tempat tinggalatau sanitasi dan aset rumah tangga seperti: perahumesin (ketinting dan mesin tempel), chainsaw,genset, TV, Parabola, VCD, kulkas, dan peralatantradisional seperti tempayan, gong, sumpit, manikdan cerapa. Namun dengan beberapa pertimbangan,
© P
atri
ce L
evan
g
Tokoh adat dan pengurus Yayasan Adat Punan
4
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
terutama keterbatasan data, tidak dilakukan analisapada pemilikan aset tradisional. Peralatan tradisionaltersebut sesungguhnya bernilai sangat tinggi, tetapisangat sulit untuk mengumpulkan data yang benar.Masyarakat sering kurang terbuka, menaruh curiga dankuatir, bahkan merasa tidak senang jika ditanyakan asetperalatan tradisional tersebut. Masyarakat selaluberusaha menyembunyikan informasi kepemilikanaset tersebut yang berdampak pada keterbatasan data.
Umur setiap anggota rumah tangga juga dicatat. Satuhal yang menjadi catatan adalah sulitnya mendapatkanangka umur secara pasti. Data umur yang terkumpulsebagian besar adalah berdasarkan ingatan masyarakat.Hal ini disebabkan karena jarang ditemukan dokumenpencatatan yang baik tentang kelahiran setiappenduduk, terutama orang tua, baik dalam dokumenkantor desa maupun pada masing-masing rumahtangga, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP).Beberapa masyarakat Punan tidak mengetahuiusianya, bahkan tanggal kelahirannya. Dalam haldemikian, tentulah dibutuhkan beberapapendekatan untuk mengetahui umur yangsebenarnya. Beberapa pendekatan yang bisadilakukan adalah menanyakan kepada anggota laindalam rumah tangga seperti anak dan saudara, ataumenghubungkannya dengan kejadian-kejadianbersejarah yang mudah diingat. Beberapa kendaladalam pengumpulan data umur tersebut menjadisalah satu penyebab sehingga beberapa respondentidak tersedia data umur.
Desa-desa pemukiman Punan di Kalimantan Timurterletak menyebar di dalam dan sekitar hutan.Keterpencilan desa atau pemukiman satu denganlainnya mempunyai perbedaan terutama dilihat darilokasi dan aksessibilitasnya. Selain lokasi danaksessibilitas, keterpencilan yang lebih penting dapatdilihat dari ketersediaan fasilitas pasar, fasilitas kios,fasilitas kesehatan, dan fasilitas pendidikan.Pemukiman Punan dikelompokkan dalam tiga tingkatketerpencilan sebagai berikut:
Sangat terpencilSangat terpencilSangat terpencilSangat terpencilSangat terpencilPemukiman atau desa-desa yang mempunyaiakses sangat buruk, dimana tidak ada pasar,
kios, fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan,terletak sangat jauh dari kota dan sulitdijangkau.
Akses sedangAkses sedangAkses sedangAkses sedangAkses sedangPemukiman atau desa-desa terpencar yangmempunyai akses sedang, dimana terdapatsedikitnya satu diantara fasilitas pasar, kios,fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan.Umumnya desa ini terletak agak jauh dari kotatetapi masih dapat dijangkau transportasi airatau darat.
Akses baikAkses baikAkses baikAkses baikAkses baikPemukiman atau desa-desa terbuka yangmempunyai akses baik, dimana terdapatkeseluruhan fasilitas pasar, kios, fasilitaskesehatan dan fasilitas pendidikan, dekatdengan pusat kota dan transportasi lancar.
Berdasarkan ketiga kategori keterpencilan diatas, akandianalisa bagaimana kualitas sumberdaya masyarakatPunan pada masing-masing kelompok populasi.Sungguhkah terjadi perbedaan yang tajam? Bagaimanakualitas sumberdaya manusia ketika mereka menjadikomunitas terdekat dengan sumberdaya alam yangsangat kaya di hutan tropis Kalimantan Timur?Analisis data sensus akan memberikan jawabannya.
Selain metode sensus, juga dilakukan penelitianlanjutan dengan metode survei ekonomi rumahtangga, dan jajak pendapat. Observasi dan wawancarainformal juga dilakukan selama penelitian berlangsung.Namun secara khusus yang akan dibahas dalam tulisanini hanya data hasil-hasil sensus. Hasil survei dan jajakpendapat akan dibahas pada bagian yang terpisah.
Pemasukan dan pengolahan data dengan programkomputer dilakukan dengan menggunakan beberapasoftware seperti Microsoft Excel, Access dan paketsoftware untuk penelitian sosial (SPSS).
Hasil olahan data secara rinci pada masing-masingdesa, kecamatan dan kabupaten dapat dilihat padaLampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3.
5
3Keadaan umum penelitian
Belum ada data tentang jumlah penduduk suku Punanyang tinggal di Propinsi Kalimantan Timur menjadisalah satu alasan penting Yayasan Adat Punan untukmelakukan sensus Punan. Mereka menyebar di dusun-dusun kecil di pedalaman hutan Borneo. Penelitiankhusus suku Punan merupakan tantangan yang sangatberat. Data awal tentang penyebaran kampung Punandi Kalimantan Timur sangat terbatas. Di sisi lain, sukuPunan yang belum lama mengenal pola hidup menetapdan bertani ladang, masih sering melakukanperpindahan baik secara individu, keluarga maupun
kelompok dari satu kampung ke kampung lain ataumembentuk pemukiman baru dengan berbagai alasanseperti: kesuburan lahan, wabah penyakit mematikan,konflik (dengan ketua kelompok, antar keluargamaupun antar kelompok), atau mencari lapangan kerjabaru. Peta penyebaran wilayah pemukiman Punan diKalimantan Timur menjadi sangat dinamis. Denganpenelitian yang telah dilakukan selama lebih setahundigambarkan penyebaran suku Punan sebagaimanadalam Peta 1.
Pemukiman Suku Punan
© E
dm
ond
Do
unia
s
6
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
Peta 1. Penyebaran suku Punan di Kalimantan Timur
7
A. Kependudukan
Dalam sub-bab ini akan secara khusus membahaspola-pola sebaran umur penduduk Punan.
Penduduk suku Punan yang telah dilakukan sensusmencapai 8.956 jiwa dalam 2.096 rumah tangga, atauhanya 0,35% dari total penduduk KalimantanTimur yang berjumlah 2,55 juta jiwa (BPS 2002).Mereka tersebar pada 16 kecamatan dalam 6kabupaten. Sebanyak 55% Suku Punan tinggal diKabupaten Malinau. Terbanyak kedua terdapat diKabupaten Berau (15%), dan ketiga di Bulungan(13%). Komposisi Suku Punan di KabupatenMalinau hanya 12,8%, Berau 1% dan Bulungan1,3% (Lampiran 1).
Komposisi penduduk Punan usia dibawah 15 tahunhanya 36,8%, dan hanya 1,6% bertahan hidup sampai65 tahun atau lebih (Tabel 1). Bahkan masyarakatSuku Punan pada kategori sangat terpencil hanya 1%yang berusia diatas 60 tahun. Komposisi laki-laki dan
perempuan usia muda (dibawah 15 tahun) relatifseimbang (36,3% laki-laki dan 37,2% perempuan).Namun pada usia diatas 30 tahun, komposisiperempuan jauh lebih kecil daripada laki-laki. Usiadiatas 65 tahun hanya 1% perempuan, sedangkan laki-laki 2%. Struktur umur Suku Punan mencerminkantingkat kematian anak yang tinggi dan usia harapanhidup yang rendah. Usia harapan hidup perempuanbahkan lebih rendah daripada laki-laki.
Piramida Gambar 1 berbentuk kerucut, serupadengan bentuk piramida negara berkembang padaumumnya, yang mencerminkan tingginya angkakematian balita. Piramida umur di atas jugamencerminkan pola kehidupan Suku Punan diKalimantan Timur. Laki-laki pada usia 15-25 tahunsudah mulai banyak merantau ke luar desanya.Sebaliknya, perempuan tetap tinggal di desa dan padausia 15 tahun justru sudah banyak yang menikah dikampung sendiri atau kampung sekitarnya. Laki-laki
Laki-laki Perempuan
Umur
600 500 400 300 200 100 0 0 100 200 300 400 500 600
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75-79
80-84
85-89
90-94
>95
Gambar 1. Piramida umur Suku Punan
Hasil penelitian dan pembahasan 4
8
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
Tabel 1. Penduduk Punan Kalimantan Timur.
© E
dm
ond
Do
unia
s
Pengumpulan data dilakukan pada setiap kesempatan
Sumber: Sensus Punan 2002-3 (CIFOR-YAP)
0- 4 551 534 1.085 12,2 12,5 12,4 5- 9 554 545 1.099 24,6 25,3 24,910-14 530 511 1.041 36,3 37,2 36,815-19 432 476 908 20-24 347 471 818 25-29 466 440 906 30-34 337 294 631 35-39 376 314 690 40-44 240 210 450 45-49 213 177 390 50-54 168 90 258 55-59 120 98 218 60-64 82 59 141 65-atas 85 53 138 1,9 1,2 1,6Jumlah 4.501 4.272 8.773 Tak menjawab (not stated) 183 Total 8.956
Kelas Jumlah Persentase kumulatif
Umur Laki Perempuan Jiwa Laki Perempuan Jiwa
9
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
Tabel 2. Akses pada fasilitas.
Kios 52 67,5 1.467 70,0Pendidikan 60 77,9 1.778 84,8Kesehatan 28 36,4 865 41,3Pasar 10 13,0 245 11,7Keempat fasilitas 8 10,4 171 8,2Tidak ada fasilitas 12 15,6 204 9,7N (total) 77 2.096
FasilitasJumlah
pemukimanPersentasepemukiman
Jumlahkeluarga
Persentasekeluarga
pada usia lebih 25 tahun banyak yang memilih kembalike kampung, berumah tangga dan mulai berladang.Namun banyak juga diantaranya yang baru memulaitinggal menetap di desa dan membuat ladang sendiri(pisah dari orang tua) setelah umur 35 tahun.
Bagaimana pengaruh keragaman aksesibilitas padakesejahteraan suku Punan?
B. Akses pada fasilitas
Pemukiman Punan kadang-kala mencakup satu desa,tetapi tidak jarang juga hanya berupa kampung ataubagian dari desa. Kadang-kala kampung tempatpemukiman Punan terletak sangat jauh dari pusat desa,sehingga kurang memungkinkan untuk menjangkaufasilitas yang ada di pusat desa. Maka ketersediaanfasilitas dicatat bukan hanya semata berdasarkanketersediaannya di pusat desa, tetapi lebih padaketerjangkauan masyarakat Punan dari tempatpemukimannya. Cakupan penelitian ini sebanyak 77pemukiman/desa terbagi menjadi 3 kategoriberdasakan ketersediaan fasilitas, sebagaimanadisebutkan pada bagian awal metodologi penelitian.Sebanyak 16% pemukiman atau desa-desa Punan,mencakup 10% masyarakatnya masih belummendapatkan satupun diantara keempat fasilitaspenting berikut: fasilitas pendidikan, kesehatan, kiosdan pasar. Pemukiman atau desa tersebut selanjutnyatermasuk dalam kategori “sangsangsangsangsangat tat tat tat tat teeeeerrrrrpppppeeeeencilncilncilncilncil”. Sebanyak74% pemukiman, mencakup 82% masyarakatnyatermasuk dalam kategori “akses seakses seakses seakses seakses sedangdangdangdangdang”. Hanya 10%pemukiman, mencakup 8% masyarakatnya yangtermasuk dalam kategori “akses baikakses baikakses baikakses baikakses baik”, dimana telahtersedia keempat fasilitas1 (Tabel 2).
Perlu dicatat bahwa tingginya persentase pemukimandan keluarga Punan yang mendapatkan akses padafasilitas pendidikan, kios dan kesehatan tidaksepenuhnya dapat menjadi cerminan yang baik darisegi penggunaannya. Misalnya, walaupun tersediafasilitas pendidikan, tetapi sarana dan prasarananyasering kurang memadai, seperti bangunan sekolahyang kurang layak atau jumlah guru yang belumcukup. Demikian juga kios dapat diharapkan sebagaitempat menjual berbagai kebutuhan seperti makanandan obat-obatan tertentu, kadang-kala sangat terbataskarena sulitnya transportasi mendatangkan suplai darikota atau keterbatasan modal.
Rendahnya tingkat ketersediaan fasilitas memberikangambaran awal bahwa, sebagian besar masyarakatSuku Punan belum mendapatkan fasilitas yangmemadai dalam menunjang perekonomian danpeningkatan kualitas SDM-nya. Dalam Tabel 2,tingkat ketersediaan fasilitas pasar adalah yangterendah (12%). Bahkan khusus dalam kategori“akses sedang” hanya 4% masyarakat yangmempunyai akses ke pasar yang tidak terlalu jauhdari desa. Kedua terendah adalah akses ke fasilitaskesehatan. Hanya 41% rumah tangga Punanmempunyai akses pada fasilitas kesehatan. Bahkanitupun masih banyak belum didukung denganfasilitas pengobatan yang memadai.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwapada usia balita, terutama umur dibawah 1 tahun,masyarakat Punan sangat rentan pada penyakit yangberakhir pada kematian. Rendahnya pengetahuan danakses pada kesehatan menjadi masalah penting dalamrangka penyelamatan Suku Punan. Mereka yang
1 Lebih rinci data masing-masing desa tersedia pada tabel Lampiran 1.
10
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
terjangkit penyakit di desa terpencil banyak yangmeninggal karena tidak sempat ditangani oleh timmedis. Aksesnya yang sulit dan jauh dari desamerupakan penghambat utama dalam pelayanankesehatan Suku Punan yang tinggal di desa di tengahhutan. Sekalipun ada kunjungan rutin tim medis daripuskesmas kecamatan hanya sekali dalam sebulan,itupun sering tidak dilakukan.
Seorang dokter puskesmas di Segah mengeluhkanbahwa hanya karena ketidaktersediaan obat danperalatan medis, pasien dari desa-desa yang cukup jauhdi pedalaman sering terpaksa dikirim ke puskesmas dipusat kecamatan, walaupun tenaga medis sudah adaditempatkan di desa-desa tersebut2. Dalam tiga bulanterakhir tahun 2002, di dua pemukiman kecil yangberdekatan, Long Tami dan Long Titi, sebanyak 26anak-anak dan 2 pemuda meninggal dan diduga karenasakit malaria. Puskesmas terdekat dari dua pemukimantersebut membutuhkan perjalanan darat dua hariditambah satu hari lewat sungai. Rendahnya akses padafasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor
pendorong tingginya angka kematian anak usia muda,sebagaimana dijelaskan pada sub-bab berikut.
Rendahnya ketersediaan fasilitas kesehatan bahkantelah dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu dibeberapa desa di Kecamatan Segah, Kabupaten Berauuntuk mendapatkan keuntungan. Mereka melakukantindakan pengobatan (termasuk penyuntikan) secarailegal tanpa latar belakang pendidikan medis3.
C. Tingkat kematian anak
Tingkat kematian anak sebagaimana dalam Tabel 3merupakan hasil bagi total kematian anak usia mudadengan total kelahiran dari seluruh desa dalam satukategori desa.
Angka kematian anak Punan sebesar 26, artinya bahwatiap 100 anak yang lahir, sebanyak 26 orang meninggalpada usia balita atau usia muda. Tingkat kematiantertinggi pada masyarakat Suku Punan yang tinggal ditengah hutan dalam kategori sangat terpencil. Persentase
Gambar 2. Boxplot tingkat kematian anak per rumah tangga (kiri) dan per desa (kanan).
(%) (%
)
Keterangan:dan
= Median (ukuran pemusatan data rata-rata)= Data pencilan
Tabel 3. Angka kematian anak usia muda.
Angka kematian anak* 36 27 7 26*anak meninggal pada balita atau usia muda (belum kawin)
Sangat terpencil Akses sedang Akses baik Seluruh desa
Kategori desa
2 Wawancara dengan dokter Leni di Puskesmas Segah, 18/08/2003: pasien yang mengalami luka robek di lengan karena kecelakaan kerja terpaksaharus mengalami pendarahan berat dalam 4 jam perjalanan naik ketinting dari desa menuju puskesmas.
3 Wawancara dengan kepala desa, tokoh masyarakat dan beberapa masyarakat di Segah.
11
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
anak meninggal pada desa-desa dengan kategori sangatterpencil adalah lima kali lebih besar daripada desa yangmempunyai akses baik. Kategori akses sedang tetapmempunyai angka kematian yang cukup besar,walaupun didalamnya 50% masyarakatnya telahmendapatkan fasilitas kesehatan. Hal ini membuktikanbahwa walaupun telah ada fasilitas kesehatan di desa-desa yang jauh dari kota, hal itu belum berfungsi efektifsehingga tingkat kematian tetap tinggi. Tingkatkematian anak terendah adalah pada komunitasmasyarakat Suku Punan yang tinggal di desa-desa dekatkota dalam kategori akses baik yang hanya mempunyaiangka kematian anak sebesar 7. Namun belum secarapasti apakah hal ini disebabkan oleh berfungsinyadengan baik fasilitas kesehatan pada kategori akses baiksehingga mampu menekan angka kematian anak.Tingginya angka kematian anak usia muda menjadisalah satu cerminan rendahnya kualitas hidup SukuPunan terutama tingkat kesehatannya.
Pola sebaran tingkat kematian anak dapat dilihat padaGambar 2. Dalam gambar kanan menunjukkan cukupbanyak desa pada kategori sangat terpencil dengantingkat kematian anak mencapai 50%. Artinyasetengah dari seluruh kelahiran anak di desa tersebutmeninggal pada usia bayi, balita atau usia muda.Gambar kiri menunjukkan bahwa pada kategori sangatterpencil masih banyak terdapat rumah tangga dimanatingkat kematian anak mendekati 100%. Artinya,banyak terdapat rumah tangga dimana hampir seluruhanak yang lahir meninggal pada usia bayi, balita atauusia muda.
Pada akses sedang dalam gambar kiri, tampak adanyalingkaran bulat pada tingkat 100%. Artinya bahwa padaakses sedang pun masih terdapat rumah tanggadimana seluruh anak yang lahir meninggal pada usiamuda, tetapi sudah jarang terjadi. Pada tingkat desadalam akses sedang juga terdapat tingkat kematiananak melebihi 50%, tetapi juga jarang terjadi.Sebaliknya pada akses baik dalam gambar kiri hanyamembentuk garis pada tingkat nol dan lainnyatermasuk pencilan luar. Artinya, sudah jarang anakmeninggal pada usia balita atau usia muda. Pada aksesbaik dalam gambar kanan menunjukkan bahwakematian anak pada seluruh pemukiman atau desaPunan dekat kota adalah rendah.
Berdasarkan hasil uji statistik, tingkat kematian anakpada pemukiman yang sangat terpencil dan kategori
akses sedang sangat tinggi dan tidak berbeda nyata.Namun ada kecenderungan bahwa tingkat kematiananak masih tertinggi pada pemukiman sangatterpencil. Berdasarkan data yang ada, ketersediaanfasilitas kesehatan yang dapat diakses oleh setengahmasyarakat pada kategori akses sedang tidakmemberikan pengaruh yang berbeda nyata padatingkat kematian anak usia muda jika dibandingkandengan desa-desa sangat terpencil yang sama sekalitidak ada fasilitas.
Tingkat kematian anak pada akses baik adalah berbedanyata dengan kedua kategori lainnya. Dalam kategoriakses baik dimana tersedia fasilitas pendidikan,kesehatan, toko dan pasar secara memadai, tingkatkematian anak sangat rendah dibandingkan duakategori lain. Apakah hal ini menunjukkan bahwafasilitas yang memadai tersebut telah memberikanpengaruh yang cukup besar untuk meminimalkantingkat kematian anak? Walaupun belum adajawaban pasti, karena tergantung dari tingkatpenggunaannya oleh masyarakat Punan, setidaknyapenelitian ini telah menunjukkan hal yang sedangterjadi.
Apakah ada perbedaan tingkat kematian anak waktusekarang dengan sebelumnya? Hasil analisa statistiktelah membuktikan adanya perbaikan yang sangatlamban, dimana pada kategori sangat terpencil danakses sedang, tingkat kematian anak rumah tanggamuda cenderung lebih rendah daripada rumah tanggayang lebih tua. Berbeda pada akses baik dimana tidakada kecenderungan tersebut. Hal ini diduga karenatingkat kematian anak yang rendah telah terjadi sejakawal rumah tangga Punan tinggal di dekat kota,sehingga tidak tampak lagi perubahan nyata masasekarang dengan sebelumnya.
Penelitian ini setidaknya telah menjawab bahwaketersediaan fasilitas memberikan pengaruh berbeda.Namun keempat fasilitas yang dimaksud: fasilitaspendidikan, kesehatan, toko dan pasar belum secarakhusus diuji pengaruhnya satu-persatu. Setidaknyadibutuhkan penelitian untuk menjawab sejauh manamasyarakat di “akses baik” menggunakan fasilitaskesehatan. Fasilitas pendidikan dan kesehatan tentunyasulit dipisahkan karena perbedaan tingkat pendidikandapat merubah persepsi dan perilaku masyarakat padakesehatan. Bahkan tingkat kemampuan ekonomi yangberbeda juga memberikan kesempatan yang berbeda
12
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
Gambar 3. Boxplot penyebaran tingkat buta huruf per desa.
(%) (%
)
pada fasilitas kesehatan. Walaupun ada pengobatangratis sebagai jaminan sosial, realisasinya di lapanganpatut dipertanyakan. Lebih dari itu, faktor kesehatanlingkungan sebagaimana diduga juga berpengaruhpada tingkat kematian anak dan usia harapan hidup.
Bagaimana dengan pendidikan? D. Pendidikan
Dalam sub-bab ini akan dikaji bagaimana perbedaantingkat pendidikan antar kelompok desa dan gender.
Tingkat buta huruf akan dibahas lebih mendalam.Tingkat buta huruf tidak saja dibedakan antarkelompok desa, tetapi juga bagaimana perbedaannyaantara laki-laki dan perempuan. Lebih jauh akandianalisa bagaimana perbedaan sebaran umur gender,khususnya yang buta huruf. Berikutnya adalahanalisa terhadap keseluruhan tingkat pendidikanuntuk mengkaji geo-antropologi juga persoalangender.
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat buta hurufmasih sangat tinggi, dan menjadi cerminan bahwa
tingkat pendidikan Suku Punan masih sangatrendah. Tingkat buta huruf total penduduk Punansebesar 41%, sangat jauh diatas angka buta hurufnasional yang hanya 9,3% (BPS 2002). Bahkan didaerah yang sangat terpencil, tingkat buta hurufperempuan mencapai 77%. Padahal di lain sisi,akses pada fasilitas pendidikan (sekolah) sudahcukup tinggi. Sebanyak 78% pemukiman sukuPunan “telah tersedia” fasilitas pendidikan, dansebanyak 85% masyarakat Punan telah dapatmengakses fasilitas pendidikan tersebut (lihat Tabel2).
Persentase buta huruf, baik laki-laki maupunperempuan pada kategori akses sedang dua kali lebihtinggi daripada akses baik, bahkan pada kategori sangatterpencil tiga kali lebih besar. Lebih rinci polapenyebaran tingkat buta huruf per desa, baik laki-lakimaupun perempuan pada masing-masing kategoridesa, dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada kategori sangat terpencil masih umum ditemukanpemukiman Punan dimana tingkat buta huruf laki-lakimaupun perempuan mencapai 100%. Bahkan adabeberapa pemukiman pada kategori sangat terpencil
Tabel 4. Tingkat buta huruf.
Laki-laki 55 34 17 34Perempuan 77 49 30 49Total penduduk 66 41 23 41
*penduduk usia diatas 10 tahun
Sangat terpencil Akses sedang Akses baik Seluruh desa
Persentase penduduk buta huruf (%)*
13
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
Gambar 4. Tingkat buta huruf per kelompok umur.
22,2
25,7
7,0
10,3
13,0
10,3
6,33,27,3
3,9
28,4
44,4
9,8
20,8
18,4
5,8
16,7
7,4
dimana seluruh penduduknya yang berusia diatas 10tahun masih buta huruf. Bahkan hal yang sama jugaterjadi pada perempuan dalam kategori akses sedang,tetapi tidak pada laki-lakinya. Sebaliknya dalamkategori akses baik, persentase buta huruf laki-lakimaupun perempuan sudah sangat rendah.
Sebagaimana dalam Tabel 4, tingkat buta huruf lebihbesar pada akses yang lebih buruk. Pada masing-masing kategori desa, tingkat buta huruf perempuanselalu lebih tinggi daripada laki-laki buta huruf.Seberapa besar perbedaan tingkat buta huruf laki-lakidan perempuan? Tingkat buta huruf perempuansemakin jauh lebih besar dibandingkan laki-laki padakategori akses yang lebih buruk. Hal ini merupakansatu indikasi terjadinya masalah kesenjangan gender,dimana baik pada desa yang dekat kota, terlebih padadesa yang sangat terpencil, laki-laki lebih diutamakanbersekolah daripada perempuan.
Umur rata-rata penduduk buta huruf lebih rendahpada desa yang sangat terpencil dan tertinggi padaakses baik. Dari aspek gender, umur rata-rata laki-lakibuta huruf umumnya lebih tua daripada perempuan.Umur penduduk buta huruf antar kelompok desaadalah berbeda secara signifikan, dimana umurmasyarakat buta huruf pada akses sangat terpencillebih muda, dan akses baik adalah yang tertua.Sesungguhnya secara nyata telah terjadi ketertinggalanpendidikan (khususnya pada tingkat buta huruf) yangsangat jauh, bukan saja dari besarnya persentase butahuruf, tetapi juga dengan umur penduduk buta huruflebih muda pada desa-desa dengan kategori akses yang
lebih buruk dibandingkan akses yang lebih baik.Kecuali pada akses baik, umur rata-rata perempuanbuta huruf lebih muda daripada laki-laki buta huruf,sehingga beban sosial dari ketertinggalan dimaksudpada masing-masing kategori desa bahkan lebih besarpada perempuan.
Dari aspek gender, analisa tingkat buta huruf dan umurpenduduk buta huruf disimpulkan bahwa padakategori “sangat terpencil” dan “akses sedang” tampakkesenjangan antara laki-laki dengan perempuandimana selain persentase yang lebih tinggi, perempuanbuta huruf juga lebih muda daripada laki-laki. Namunmenjadi sangat penting, bahwa fenomenanya berbedapada “akses baik”, walaupun persentase buta hurufperempuan lebih besar dari laki-laki, tetapi rata-ratausia perempuan buta huruf justru lebih muda.
Laki-laki buta huruf didominasi usia muda 10 sampai29 tahun (43%), sedangkan perempuan buta hurufdidominasi usia 30 sampai 49 tahun (56%). Hanya18% perempuan buta huruf kategori usia muda.Walaupun persentase dan jumlah perempuan butahuruf jauh lebih besar dibandingkan laki-laki, tetapisetidaknya dari sisi usia telah tampak perbaikan besarpada perempuan usia muda.
Berdasarkan analisa data buta huruf di atas, aksesfasilitas menggambarkan perbedaan nyata padakemajuan pendidikan. Analisa buta huruf hanyasebagian dari analisis pendidikan. Namun analisatingkat buta huruf dan umur buta huruf telah cukupkuat menunjukkan ketertinggalan pendidikan Punan
14
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
Gambar 5. Boxplot penyebaran pendidikan masyarakat.
Keterangan: 0 = buta huruf; 1-6 = Sekolah Dasar (1-6); 7-9 = SMP (1-3); 10-12 = SMU (1-3); 13-14 = Akademi – Perguruan Tinggi.
di pedalaman dibandingkan mereka yang tinggal didekat kota dengan akses baik. Apakah fenomena inijuga terjadi pada pendidikan yang lebih tinggi?
Sebagaimana ditampilkan lebih rinci dalam Tabel5, pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, kecualipada akses baik, persentase perempuan yang sekolahsemakin jauh lebih sedikit daripada laki-laki. Analisamenyeluruh tentang pendidikan hanya akan lebihmemperjelas temuan-temuan dari analisa tingkat butahuruf. Akankah sebuah desa dengan tingkat buta huruflebih tinggi mutlak akan lebih tertinggal dibandingkandesa lain dengan tingkat buta huruf lebih rendah?Berikut adalah analisa terhadap tingkat pendidikansecara menyeluruh.
Tabel 5 menunjukkan persentase jumlah pendudukpada setiap tingkatan pendidikan. Ada banyak halyang menarik untuk diamati dari sajian di atas. Padakategori desa sangat terpencil, laki-laki dan perempuanmempunyai persentase buta huruf terbesar dan terus
menurun pada setiap tingkatan pendidikan yang lebihtinggi. Jumlah laki-laki buta huruf lebih kecil danberpendidikan SD ke atas lebih besar dari perempuan.Hal ini menunjukkan bahwa pada seluruh tingkatpendidikan dalam kategori sangat terpencil, tingkatpendidikan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
Namun pada akses sedang hanya perempuan yangmempunyai fenomena yang sama dengan kategorisangat terpencil, dimana persentase buta huruf adalahtertinggi dan semakin kecil pada tingkat pendidikanyang lebih tinggi. Laki-laki justru lebih banyakberpendidikan SD dibandingkan buta huruf.Persentase laki-laki berpendidikan SD ke atas punselalu lebih tinggi daripada perempuan. Disampingitu, persentase laki-laki buta huruf lebih kecil danberpendidikan SD juga lebih banyak daripadaperempuan. Maka kesenjangan pendidikan antaralaki-laki dengan perempuan pada kategori aksessedang lebih besar daripada dalam kategori sangatterpencil.
Tabel 5. Tingkat pendidikan.
Persentase penduduk umur 10 tahun ke atas (%) Sangat terpencil Akses sedang Akses baik Seluruh desa L P L P L P L P
Buta huruf 54,9 76,7 33,5 48,9 16,8 29,9 33,6 49,3SD 44,4 23,0 54,5 43,8 61,7 49,5 54,4 42,7SMP 0,4 0,4 7,5 5,8 13,3 14,8 7,5 6,2SMU 0,4 0,0 4,1 1,4 6,3 4,5 4,0 1,6Akademi/PT 0,0 0,0 0,4 0,1 1,9 1,3 0,5 0,2
15
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
Bagaimana dengan kategori akses baik?
Berbeda dengan dua kategori sebelumnya, walaupunhal yang sama terjadi pada kategori akses baik dimanapersentase laki-laki buta huruf lebih kecil danpersentase SD lebih besar daripada perempuan.Namun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi,perempuan lebih dapat mengejar ketertinggalannyadibandingkan laki-laki. Artinya walaupun kesenjanganpendidikan tetap terjadi terutama pada tingkat butahuruf dan SD, tetapi tidak terjadi pada tingkat yanglebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada tatananmasyarakat Punan yang lebih maju, kesenjanganpendidikan antara laki-laki dengan perempuan dapatdiperkecil.
Untuk lebih rinci, pola sebaran kategori pendidikandisajikan dalam Gambar 5.
Hasil analisa statistik terhadap seluruh tingkatanpendidikan menunjukkan pendidikan masyarakatPunan secara nyata lebih besar pada kategori akses yanglebih baik. Penduduk di desa-desa yang sangat terpencilmempunyai pendidikan yang secara nyata, jauh lebihrendah daripada akses sedang. Penduduk pada kategoriakses baik mempunyai pendidikan yang jauh lebihtinggi dibandingkan dua kategori lainnya. Pada kategoriakses yang lebih baik, masyarakat bukan saja berupayasekedar tidak buta huruf, tetapi semakin banyak yangmencapai pendidikan yang lebih baik hingga perguruantinggi. Sebagaimana ditemukan dalam analisa butahuruf, persoalan pendidikan gender bukan saja terjadipada tingkat buta huruf, tetapi juga muncul dalamseluruh tingkatan pendidikan dalam setiap kategoridesa. Pendidikan laki-laki lebih tinggi secara signifikandibandingkan perempuan pada setiap kategori desa.
Pola kesenjangan juga temuan penting dalam analisisgender ini. Tingkat kesenjangan pendidikan genderterbesar terjadi pada desa-desa kategori sangatterpencil, sedangkan terkecil adalah pada desa-desaakses baik. Pada akses baik, walaupun tingkat butahuruf perempuan masih tetap lebih besar, tetapi dalamtingkatan pendidikan yang lebih tinggi, persentaseperempuan lebih bisa bertahan, sebaliknya laki-lakimenurun tajam. Ini bukan saja menunjukkan bahwakesenjangan gender lebih kecil pada akses baik. Lebihdari itu, hal ini telah membuktikan bahwaperempuan Suku Punan mampu mengunggulilaki-laki Punan dalam hal pendidikan.
Pada bab sebelumnya telah dianalisa dinamika tingkatkematian anak antar waktu. Dinamika pendidikan,khususnya tingkat buta huruf berdasarkan usia butahuruf juga telah dibahas dalam bagian atas. Berikutnyaadalah analisa terhadap dinamika pendidikan secaramenyeluruh berdasarkan usia.
Tingkat pendidikan masyarakat Punan cenderungmengalami peningkatan. Hasil uji statistik pada setiapkelompok desa didapat bahwa secara signifikan, baikdata laki-laki maupun perempuan, pendidikanberkorelasi negatif terhadap usia. Koefisien korelasikategori sangat terpencil, akses sedang, dan akses baikberturut-turut laki-laki sebesar -0,18; -0,23; -0,02 (tidaksignifikan), dan perempuan sebesar –0,29; -0,35; -0,35.Artinya, pada setiap kelompok desa, pendidikan generasiyang lebih muda, baik laki-laki maupun perempuan,relatif lebih tinggi daripada pendidikan generasi yanglebih tua. Hal ini dapat menjadi cerminan bahwa darisisi waktu terjadi perbaikan tingkat pendidikanmasyarakat. Namun koefisien korelasi pada masing-masing kelompok desa, baik laki maupun perempuansangat rendah. Ini juga dapat menjadi cerminanlambannya perbaikan tingkat pendidikan yang terjadi.
Apakah hubungan usia dengan pendidikan juga dapatmengungkap persoalan gender? Sampai tingkat manaperbaikan pendidikan antar generasi terjadi?
Jumlah pengamatan antara laki-laki dan perempuanrelatif sama pada masing-masing kelompok desa.Koefisien korelasi (kedekatan hubungan) usia denganpendidikan pada masing-masing kelompok desa, lebihrendah laki-laki daripada perempuan. Bahkan padakelompok desa akses baik, usia laki-laki denganpendidikan tidak lagi berhubungan secara nyata,sedangkan pada perempuan masih tetap berhubungansecara nyata. Namun demikian, dalam analisasebelumnya telah ditemukan bahwa tingkatpendidikan laki-laki lebih tinggi secara nyata daripadaperempuan. Hal ini membuktikan bahwa pendidikanantar generasi laki-laki telah lebih dulu maju daripadaperempuan. Laki-laki lebih dulu sekolah daripadaperempuan. Di sisi lain, hubungan ini jugamendukung temuan sebelumnya bahwa perempuanmengalami kemajuan yang lebih baik dibandingkanlaki-laki, terutama pada akses baik.
Hubungan usia dengan tingkat pendidikan bukan sajamenjawab persoalan gender, tetapi juga aspek geo-
16
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
antropologi yang membedakan kelompok desaberdasarkan ketersediaan fasilitas. Koefisien korelasiusia perempuan dengan pendidikan, dalam kelompokdesa akses sedang relatif lebih tinggi daripada yangsangat terpencil, dan tertinggi pada akses baik. Halyang sama juga terjadi pada laki-laki, kecuali pada aksesbaik, dimana koefisien korelasi pada akses sedangcenderung lebih tinggi daripada yang sangat terpencil.Terbukti bahwa transisi pendidikan dengan usiacenderung lebih besar pada akses yang lebih baik.
E. Kondisi tempat tinggal
Tingkat kepemilikan rumah bukan saja dipengaruhikemampuan ekonomi semata, tetapi juga faktor alamdan budaya atau pola hidup suku Punan. Setidaknyaketiga faktor tersebut akan mempengaruhi pilihan-pilihan suku Punan dalam membangun rumah.Masyarakat biasanya akan mencari bahan bangunanyang disediakan alam disekitarnya. Misalnya rumahbambu akan lebih mudah ditemukan pada wilayahtertentu yang banyak tumbuh bambu. Sekalipun kaya,sangat jarang ditemukan suku Punan ditengah hutanmembangun rumah dari beton dan cor dengan lantaikeramik.
Tingkat kepemilikan rumah terendah ternyata adalahPunan yang tinggal di dekat kota (43%) (Tabel 6). Halini dapat menjadi salah satu cerminan bahwa lebihsulit membangun rumah di dekat kota karena biayayang sangat mahal untuk beli tanah, bahan bangunandan tenaga kerja. Ketidakpastian status pemilikan tanahdiduga menjadi salah satu sebab rendahnya pemilikanrumah Suku Punan, khususnya di Respen Sembuak.
Desa-desa yang sangat terpencil juga mempunyaitingkat pemilikan rumah yang relatif lebih rendah(65%) dibandingkan akses sedang (85%). Pola hidup“ngumpul” menjadi salah satu faktor pendorongsehingga rumah tangga Punan di pedalaman yangsangat terpencil lebih banyak memilih tinggal bersamaorangtua dan saudaranya. Mereka juga seringberpindah tempat sehingga tidak ingin menanammodal lebih besar dalam membangun rumah.
Kepemilikan rumah tertinggi adalah pada desa-desaakses sedang, dimana harga tanah belum terlalu mahaldan pola hidup “ngumpul” sudah ditinggalkan. Totaltingkat kepemilikan rumah Suku Punan sebesar 80%sudah cukup tinggi, walaupun mereka tinggal di tengahhutan.
Namun bagaimana layaknya rumah tinggal merekaadalah jauh lebih penting daripada tingkatkepemilikannya.
Persepsi terhadap kelayakan rumah hunian tidak selalusama antara penghuninya dengan orang luar. Ukurandan jenis bahan bangunan merupakan indikator dalampenilaian kelayakan rumah. Berdasarkan bahan-bahanutama lantai, dinding dan atap, rumah hunianmasyarakat Punan dikelompokkan dalam tiga kategorisebagai berikut:••••• KKKKKatatatatateeeeegggggororororori atasi atasi atasi atasi atas
Ketiga komponen lantai, dinding dan atap terbuatdari semen, batu, ubin, batu, cor, papan, sirap atauseng.
••••• KKKKKatatatatateeeeegggggororororori si si si si seeeeedangdangdangdangdangSedikitnya satu dari komponen lantai, dinding
Tabel 7. Tingkat hunian masing-masing kategori rumah.
Kategori atas 52 89 96 87Kategori sedang 10 9 4 9Kategori bawah 38 2 0 4
Sangat terpencil Akses sedang Akses baik Seluruh desa
Persentase rumah tangga penghuni
Tabel 6. Tingkat pemilikan rumah tempat tinggal.
Kepemilikan rumah 65 85 43 80N (rumah tangga) 101 1476 171 1748*
* 16 desa (348 rumah tangga dari total 2096) tidak ada data jumlah rumah.
Sangat terpencil Akses sedang Akses baik Seluruh desa
Persentase pemilikan rumah
17
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
dan atap terbuat dari tanah, kulit, bambu, dandaun.
••••• KKKKKatatatatateeeeegggggororororori bi bi bi bi baaaaawwwwwahahahahahKetiga komponen lantai, dinding dan atapterbuat dari tanah, kulit, bambu dan daun.
Analisis kelayakan rumah hunian dilakukanberdasarkan jumlah rumah tangga yang telah dicatatkondisi rumah yang dihuni setiap rumah tangga.Sebanyak 13% rumah tangga suku Punan diKalimantan Timur tinggal di rumah kategori sedangdan bawah. Pada akses baik, hanya 4% rumah tanggatinggal dalam rumah kategori sedang dan tidak adadalam kategori bawah. Sebaliknya di desa-desa yangsangat terpencil, 10% keluarga Punan tinggal dirumah kategori sedang dan 38% dalam kategoribawah. Setengah dari rumah hunian suku Punan dipemukiman yang sangat terpencil hanya berupagubuk kecil yang sangat sederhana. Tingkatkepemilikan rumah boleh dibanggakan, tetapisebaliknya kualitas rumah tinggal Punan terutama padakategori sangat terpencil sangat memprihatinkan.Kualitas rumah sangat berbeda pada akses yangberbeda (Tabel 7).
Sebuah rumah tidak selalu hanya dihuni satu rumahtangga. Tidak jarang ditemukan sebuah rumah dihunibeberapa keluarga yang secara ekonomi, rumah tanggamereka terpisah. Namun umumnya mereka masihmempunyai hubungan kekerabatan yang dekat. Anakbaru menikah yang membentuk rumah tangga barutidak jarang juga tinggal bersama orang tuanya selamabeberapa waktu, sampai mereka mempunyai rumahsendiri. Biasanya rumah tangga baru tersebut akantinggal lebih lama jika kualitas rumahnya lebih baikdengan ukuran yang lebih besar, dan sebaliknya terjadipada rumah yang sangat sempit dengan kualitas lebihburuk. Untuk membangun rumah yang lebih baiktidak terlepas dari modal uang yang lebih besar, karenaada bahan material yang harus dibeli disamping biayatenaga kerja, atau setidaknya biaya konsumsi jika pundibangun dengan gotong-royong.
F. Kepemilikan aset
Aset merupakan salah satu indikator kesejahteraanrumah tangga. Keputusan untuk membeli sebuah asetrumah tangga tidak hanya terkait dengan kemampuanekonomi. Namun kepemilikan aset sangat terkait juga
© P
atri
ce L
evan
g
Pemukiman Punan di Long Tuben, Desa Rian Tubu
18
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
Tabel 8. Tingkat pemilikan aset.
Ketinting 28 48 26 44Mesin tempel 1 5 1 5Chainsaw 6 16 9 15Genset 0 8 0 6Televisi 1 11 23 11VCD Player 3 11 4 9Kulkas 0 2 1 2
Sangat terpencil Akses sedang Akses baik Seluruh desaPersentase pemilikan aset
dengan faktor kebutuhan dan faktor gengsi/nilaiprestise (harga diri). Di Indonesia tidak jarang terjadifaktor gengsi bisa mengalahkan kemampuan ekonomi.Tingkat kepemilikan suatu aset yang lebih tinggi tidakmutlak memberikan gambaran tingkat kesejahteraanyang lebih baik. Nilai aset yang sama juga bisa berbedaantar daerah. Punan yang tinggal di desa yang sangatterpencil harus membayar jauh lebih mahal terhadapsebuah aset yang sama dibandingkan dengan Punanyang tinggal di dekat kota. Misalnya desa yang sangatterpencil, jika membeli barang harus mengeluarkanongkos yang lebih besar dibandingkan orang di kota.Masih di desa yang sangat terpencil, televisiberkomplementer dengan parabola atau setidaknyaVCD. Sebaliknya Punan dekat kota yang membelitelevisi tidak harus beli parabola karena umumnya adapemancar lokal.
Budaya Punan yang sejak lama mengenal purut,keberadaan anggota rumah tangga juga mempengaruhipemilikan aset. Purut sebagaimana sebutan maharpada umumnya adalah permintaan pihak perempuanketika putrinya dilamar laki-laki. Biasanya jumlahnyasangat besar, tetapi pembayarannya dapat bertahaptanpa harus menunda prosesi pernikahan. Rumahtangga yang mempunyai anak laki-laki lebih banyakcenderung akan membayar purut lebih banyak padasaat menikahkan anak. Sebaliknya rumah tangga yangmempunyai banyak anak perempuan berpeluangmendapatkan purut yang lebih banyak pula ketikaanaknya dilamar lelaki lain.
Dalam tulisan ini ada 7 macam aset yang akandianalisis, yaitu; ketinting, mesin tempel, chainsaw,genset, televisi, VCD, dan kulkas (Tabel 8). Asetketinting adalah alat transportasi utama bahkan satu-satunya bagi sebagian besar suku Punan danumumnya masyarakat di Kalimantan. Ketinting
umumnya digunakan untuk transportasi sehari-hari,terutama ke ladang dan ke pasar. Bahkan sama halnyabagi masyarakat Punan yang sudah tinggal di sekitarkota dengan akses baik, ketinting masih tetapmerupakan aset penting. Hal ini tampak pada tingkatkepemilikannya. Pada desa-desa dekat kota, ketintingdan televisi mempunyai tingkat kepemilikan tertinggi.Berbeda dengan desa-desa pada akses sedang dimanachainsaw menjadi kebutuhan terpenting kedua setelahketinting. Chainsaw selain digunakan untuk membukaladang, juga banyak digunakan untuk mengambil kayubaik untuk kebutuhan sendiri atau dijual. Dengantingkat kepemilikan yang lebih rendah, pada desa-desayang sangat terpencil, chainsaw juga merupakan asettertinggi kedua (6%). Secara umum pada desa-desaPunan, ketinting, chainsaw dan televisi merupakan asetterpenting. Hal ini tampak pada tingkat kepemilikanketiganya yang cukup tinggi. Sejauh mana perbedaankepemilikan aset antar masing-masing akses yangberbeda?
Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa persentasekepemilikan aset ketinting, mesin tempel, chainsaw,VCD dan kulkas, antar kelompok desa tidak berbedasecara nyata, sedangkan kepemilikan aset televisi dangenset berbeda secara nyata. Tingkat kepemilikanketinting dan chainsaw sama-sama tinggi antara ketigakategori desa. Sedangkan kepemilikan mesin tempel,VCD dan kulkas sama-sama rendah antara ketigakategori desa. Ketinting, mesin tempel dan chainsawmerupakan barang produksi, sedangkan lainnya dapatdikategorikan sebagai barang mewah. Lalu bagaimanamaknanya dalam memandang suku Punan? Persentasekepemilikan aset barang produksi tidak berbeda nyata,sedangkan kepemilikan aset barang mewah cenderungberbeda secara nyata antara kelompok desa akses baik,akses sedang dan sangat terpencil. Persentase pemilikanaset barang mewah relatif rendah kecuali televisi dan
19
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
VCD. Desa-desa dengan akses yang lebih baikmempunyai tingkat kepemilikan aset barang mewahyang lebih tinggi pula.
Namun bagaimana persisnya kepemilikan barang-barang tradisional yang tergolong barang mewah dancukup mahal? Banyak rumah tangga suku Punan yangwalaupun dengan rumah yang sangat sederhana,tetapi menyimpan aset barang mewah sepertitempayan, gong, manik, sumpit dan cerapa’ yangbernilai cukup tinggi. Hal ini tampak dalampengamatan langsung di lapangan.
Tuntutan ekonomi sebagai dampak dari arusmodernisasi telah mendorong terjadinya pergeserantatanan sosial kelompok suku Punan, dan kebutuhanuang tunai yang semakin tinggi. Keberadaansumberdaya alam di sekitarnya telah semakinmenyusut bahkan sebagian telah habis sehingga tidaklagi sepenuhnya dapat menjadi andalan sumber
© N
ico
las
Cés
ard
pendapatan. Sayangnya ketertinggalan SDM telahmenjadi masalah penting yang sering dihadapi disaatharus berkompetisi mendapatkan kehidupan danpekerjaan yang lebih baik. Lebih dari itu, mereka sejaklama telah termarjinalkan.
Keluar dari keterpencilan atau sekedar mencaripekerjaan buruh di negeri orang (merantau keMalaysia) menjadi salah satu pilihan mereka.Bahkan dengan masuknya berbagai perusahaankomersial, banyak masyarakat lokal telahmenawarkan dan menjual lahannya untukmendapatkan uang tunai (Levang dkk. 2004).
Maka secara umum analisa di atas menunjukkan bahwakehidupan suku Punan pada akses baik jauh lebih baikdibandingkan sesamanya yang masih tetap tinggal dipemukiman asal mereka, setidaknya dalam hal ekonomi,pendidikan dan kematian anak (Levang dkk. 2004).
Ragam rupa aset sebagai mahar atau purut
20
Kesimpulan5
1. Populasi kelompok Suku Punan di KalimantanTimur sangat kecil (0,35%). Untukmemenangkan berbagai persaingan dalammenuju hidup yang lebih baik, masyarakatSuku Punan harus kerja lebih keras dan terusmeningkatkan SDM-nya, atau mereka akantersingkir selamanya. Namun pola penyebaranSuku Punan yang terpusat di KabupatenMalinau memberikan arti penting di KabupatenMalinau yang patut dipertimbangkan sebagaikekuatan politik dalam memperjuangkanaspirasi atau kepentingannya.
Di satu sisi, sudah menjadi kenyataan diKalimantan Timur, bahwa Suku Punan sulitmendapatkan hak-haknya karena berbagaiketerbatasan terutama SDM. Lebih dari itu,mereka tidak jarang menerima perlakuandiskriminasi. Salah satu tujuan Yayasan AdatPunan adalah untuk mengatasi persoalah tersebutdan melindungi kepentingan Punan.
Disisi lain, tingginya tingkat pengangguranintelektual semakin memperketat persaingan.Dalam era otonomi daerah, persainganmendapatkan pekerjaan akan terus semakin ketatkarena dalam upaya membangun daerahnya,masing-masing pemerintah daerah akanmerekrut para pekerja dengan SDM yang dapatdiandalkan. Label “putra daerah” tidaklah jaminanuntuk memenangkan persaingan.
2. Sebagian besar pemukiman atau desa-desa SukuPunan belum mendapatkan fasilitas yangmemadai untuk menunjang perekonomiandan peningkatan kualitas SDM. Diantarapemukiman Suku Punan di Kalimantan Timurhanya 10% yang masuk kategori akses baik,dimana fasilitas pendidikan, kesehatan, kios danpasar telah tersedia karena dekat dengan kota.Masih banyak pemukiman Suku Punan yangsangat terpencil dimana tidak satupun terdapatfasilitas tersebut. Adapun fasilitas pada beberapa
desa lainnya belum mampu berfungsisebagaimana diharapkan. Tingkat ketersediaanfasilitas pasar adalah yang terendah, dan keduaterendah adalah akses ke fasilitas kesehatan.
3. Masyarakat suku Punan mempunyai tingkatkematian anak yang sangat tinggi dan usia harapanhidup yang rendah. Sebagian besar fasilitaskesehatan yang tersebar dalam pemukimanSuku Punan belum berfungsi efektif terutamakarena tidak didukung dengan sarana danprasarana pengobatan yang memadai.
Tingkat kematian anak balita dan usia mudapada pemukiman yang sangat terpencil, yangtidak tersedia fasilitas kesehatan, tidak berbedatingginya dengan tingkat kematian anak padapemukiman akses sedang dimana setengahnyasudah tersedia fasilitas kesehatan di desa.Rendahnya akses pada fasilitas kesehatan yangmemadai adalah salah satu faktor pendorongtingginya angka kematian. Tingginya angkakematian anak usia muda menjadi salah satucerminan rendahnya kualitas hidup SukuPunan terutama aspek kesehatannya. Hanyamasyarakat Punan yang tinggal di dekat kota,pada kategori akses baik, tingkat kematian anakmenjadi relatif sangat kecil dibandingkankomunitas Punan lainnya di sekitar hutanBorneo.
4. Tingkat pendidikan Suku Punan masih sangatrendah dengan angka buta huruf yang sangattinggi (41%). Fasilitas pendidikan menyangkutsarana dan prasarana yang ada di pemukimanSuku Punan sebagian besar belum berfungsisebagaimana diharapkan, walaupun tingkatketersediaan fasilitas pendidikan telah mencapai85%. Bahkan masih banyak ditemukanpemukiman Suku Punan dalam kategori aksessedang, terlebih sangat terpencil dimana seluruhpenduduknya masih buta huruf.
21
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
5. Aksesibilitas yang cukup memadai seperti padaakses baik bukan saja mendorong minat SukuPunan pada pendidikan yang lebih tinggi,bahkan tingkat kesenjangan pendidikan genderdapat diperkecil. Sekalipun dalam banyakpenelitian ditemukan kesenjangan pendidikangender, temuan ini memberikan gambaranlebih rinci dan dinamika dari kesenjangangender pada Suku Punan. Pada kategori aksesbaik, terutama pada tingkat pendidikan yanglebih tinggi (di atas SD), perempuan Punanmenunjukkan kemajuan luar biasa sehinggakesenjangan pendidikan gender justru tidakterjadi.
6. Tingkat pemilikan rumah keluarga Punancukup tinggi, tetapi rumah bukan ukurankemewahan bagi Suku Punan. Sebagian besarkomponennya terbuat dari kayu papan dengan
atap seng atau sirap. Bahkan dalam kategori sangatterpencil, 38% rumah hunian dimana komponenlantai, dinding dan atap terbuat dari kulit, bambudan daun. Membeli barang mewah kadang lebihdiutamakan daripada membangun ataumemperbaiki rumah. Bahkan mereka lebih banggamemiliki aset tertentu seperti televisi, VCD danparabola dibandingkan rumah yang lebih baik.Pemilikan aset barang tradisional seperti gong,tempayan, manik dan lain-lain yang termasukbarang mewah dalam beberapa pengamatanlapangan tampak cukup tinggi, bahkan didalambangunan rumah yang sangat sederhana (kategoribawah). Tingkat pemilikan aset produksi relatifsama antar semua pemukiman Suku Punan,sedangkan aset yang tergolong barang mewahtertinggi pada kategori akses baik dan terkecil padakategori sangat terpencil.
22
6 Saran-saran
1. Dalam rangka penyelamatan Suku Punan, kepadaPemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Timur,terutama Kabupaten Malinau disarankan untukmemprioritaskan pengadaan fasilitas kesehatandan pendidikan dengan lebih memperhatikankualitas pelayanan yang memadai.
Komunitas Suku Punan sebagai salah satukelompok suku penghuni asli Kalimantanmemiliki hak-hak atas kelimpahan sumberdayaalam Indonesia khususnya Kalimantan Timur.Mereka juga menyimpan banyak pengetahuanlokal yang dapat menjadi aset yang sangatbernilai dalam pembangunan bangsa. NamunSuku Punan masih termarjinalisasi, sehinggamempunyai kualitas SDM yang sangat rendah,dengan tingkat kematian yang sangat tinggi danpendidikan yang sangat rendah bahkan hampirsetengahnya masih buta huruf. Mereka yangtermarjinalisasi pada akhirnya terperangkapdalam kemiskinan.
Rendahnya pendidikan menjadi salah satumasalah penghambat kemajuan Punan.Pendidikan pantas menjadi prioritas utamadalam membangun masa depan Suku Punan,sebelum mereka termarjinalisasi selamanya.
Rendahnya tingkat kesehatan Suku Punan yangtercermin dari tingkat kematian anak balitayang tinggi serta usia harapan hidup yang rendahadalah masalah penting yang harus menjadiprioritas penanganan sebelum Suku Punanpunah.
2. Masih dalam rangka penyelamatan Suku Punanterkait dengan saran pertama, dua alternatif
berikut bisa menjadi pilihan bagi pemerintahdaerah yang perlu dipertimbangkan secaramatang:
• Membuka jalan dan membangun fasilitasyang memadai di tengah hutan. Penyediaanfasilitas pendidikan dan kesehatan dipemukiman terpencil tidak menjadijaminan efektifitas penggunaannya, jikatidak didukung dengan akses transportasiyang lancar. Akses transportasi yang sulitsetidaknya telah menjadi faktor penghambatefektifitas penggunaan fasilitas pendidikandan kesehatan. Tidak ketinggalan aksesinformasi juga menjadi bagian pentingdalam menunjang efektifitas penggunaankedua fasilitas tersebut. Kedua saranatransportasi dan informasi selain sangatdibutuhkan masyarakat di dalam hutan, jugasangat penting bagi para tenaga pengajar dantenaga medis yang sebagian besardidatangkan dari luar daerah (kota).
• Memfasilitasi masyarakat Punan yang inginpindah ke sekitar kota untuk mendapatkanberbagai fasilitas yang ada. MasyarakatPunan telah berupaya beradaptasi untukmeningkatkan kesejahteraannya, tetapiselalu tersingkirkan oleh ketatnyapersaingan di kota yang menuntut SDMyang lebih baik dengan segala “kriteria”lainnya.
3. Yayasan Adat Punan disarankan untukmelakukan penelitian secara berkala untukmendapatkan data dan informasiperkembangan Suku Punan.
23
Referensi 7
BPS. 2002. Statistik Indonesia 2002. Jakarta.BPS Kalimantan Timur. 2002. Kalimantan Timur
dalam angka. Badan Pusat Statistik PropinsiKalimantan Timur. Samarinda.
Dounias, E., Kishi, M., Selzner, A., Kurniawan, I. danLevang, P. 2004. No longer nomadic: changingPunan Tubu lifestyle requires new health strategies.Cultural Survival Quarterly: Issue 28.2 [serialonline]. http://www.cs.org/publications/csg/[4 Juli2004]
Kaskija, L. 2002. Claiming the forest: Punan localhistories and recent developments in Bulungan,East- Kalimantan. CIFOR, Bogor.
Kuhn, C., Katz, E. dan Levang, P. 2000. At home in theforest: the Punan people of the Malinau river.CIFOR and IRD, Bogor.
Levang, P., Dounias, E. dan Sitorus, S. 2004. Out offorest, out of poverty? In Proceedings of theInternational Conference “Rural Livelihoods,Forests and Biodiversity”, Bonn, 19-23 May 2003.
Uluk, A., Sudana, M. dan Wollenberg, E. 2001.Ketergantungan masyarakat Dayak terhadaphutan: di sekitar Taman Nasional KayanMentarang. CIFOR, Bogor.
24
8 LampiranLa
mp
iran
1.
Dem
og
rafi
kom
unit
as s
uku
Pun
an d
i K
alim
anta
n Ti
mur
1La
mci
nK
elay
Ber
auSa
ngat
terp
enci
l23
893,
871,
0733
,8 2
Long
Bel
iu/R
T I L
. Bel
iu a
tau
Long
Gie
Kel
ayB
erau
Aks
es s
edan
g32
125
3,91
1,12
15,6
3Lo
ng D
uhun
g/L
amla
iK
elay
Ber
auA
kses
sed
ang
2293
4,23
1,25
30,0
4Lo
ng K
eluh
/Lo
ng B
uyK
elay
Ber
auA
kses
sed
ang
3514
54,
141,
2030
,1 5
Long
Pel
ay/L
amja
nK
elay
Ber
auA
kses
sed
ang
1670
4,38
0,89
25,0
6Lo
ng S
ului
/Nah
as B
anun
gK
elay
Ber
auA
kses
sed
ang
9138
24,
201,
2436
,4 7
Long
La’
ai (
Ga’
ai)
Seg
ahB
erau
Aks
es s
edan
g14
684,
861,
0032
,9 8
Pun
an L
ong
Aya
p/J
o’ J
akan
Seg
ahB
erau
Aks
es s
edan
g19
955,
001,
2423
,3 9
Pun
an M
ahka
mSe
gah
Ber
auA
kses
sed
ang
3615
84,
390,
9617
,210
Pun
an M
alin
au/R
esp
en P
unan
Mal
inau
Seg
ahB
erau
Aks
es s
edan
g19
924,
840,
7830
,811
Pun
an S
egah
/Lo
ng O
keng
Seg
ahB
erau
Aks
es s
edan
g16
684,
251,
0629
,912
Leju
h (K
ayan
/Ken
yah)
Pes
oB
ulun
gan
Aks
es s
edan
g11
454,
091,
3211
,513
Long
Ban
g (K
enya
h)P
eso
Bul
ung
anA
kses
sed
ang
723
3,29
1,30
10,0
14Lo
ng L
asan
(Ken
yah)
Pes
oB
ulun
gan
Aks
es s
edan
g13
453,
461,
5030
,015
Long
Tun
gu
(Ken
yah)
/Keb
urau
Pes
oB
ulun
gan
Sang
at te
rpen
cil
949
5,44
1,23
20,5
16Lo
ng Y
inP
eso
Bul
ung
anA
kses
sed
ang
2192
4,38
1,14
32,1
17N
aha
Aya
(Kay
an)/
S. B
enya
ung
Pes
oB
ulun
gan
Aks
es s
edan
g13
564,
311,
673,
018
Tele
njau
(Kay
an)/
Ber
un &
Get
awan
Pes
oB
ulun
gan
Aks
es s
edan
g37
128
3,46
1,06
33,7
19B
amb
ang
/Res
pen
Tan
gap
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
Aks
es s
edan
g27
108
4,00
0,86
31,0
20D
ulau
/Mua
ra S
ekat
ak B
uji
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
Aks
es s
edan
g60
231
3,85
0,87
25,7
21K
elem
bun
an (B
erus
u)Se
kata
k B
uji
Bul
ung
anA
kses
sed
ang
1474
5,29
1,09
22,2
22P
unan
Sem
ber
iot/
Hul
u S.
Sem
ber
iot
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
Sang
at te
rpen
cil
1772
4,24
0,80
22,9
23Te
rind
ak (B
erus
u)Se
kata
k B
uji
Bul
ung
anA
kses
sed
ang
1034
3,40
1,27
30,0
24U
jang
(Ber
usu)
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
Aks
es s
edan
g11
393,
550,
7733
,325
Saja
u/Si
do
mul
yo R
T-7
& B
inai
Tanj
ung
Pal
asB
ulun
gan
Aks
es s
edan
g36
154
4,28
1,03
31,1
26P
unan
Lo
ng M
erah
/Mua
ra M
erah
Long
Bag
unK
utai
Bar
atA
kses
sed
ang
6927
33,
960,
9641
,627
Pun
an D
anum
Par
oi/
Loka
si K
ayu
Mas
(M
uara
Rat
ah)
Long
Hub
ung
Kut
ai B
arat
Aks
es s
edan
g96
447
4,66
1,15
13,6
28B
elin
auTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
aA
kses
sed
ang
2912
54,
310,
9217
,129
Ma.
Keb
agTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
aA
kses
sed
ang
3413
43,
941,
0915
,530
Mua
ra T
ikTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
aA
kses
sed
ang
2712
54,
631,
2316
,531
Salu
ngTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
aA
kses
sed
ang
2277
3,50
0,75
23,8
32Tu
boq
Tab
ang
Kut
ai K
erta
neg
ara
Aks
es s
edan
g56
237
4,23
1,13
27,1
33Lo
ng P
ipa/
Sule
Kay
an H
ilir
Mal
inau
Aks
es s
edan
g66
324
4,91
1,12
18,0
34Lo
ng S
ule/
Sule
Kay
an H
ilir
Mal
inau
Aks
es s
edan
g86
388
4,51
1,05
8,3
35P
unan
Ben
gal
un/M
uara
Man
gku
asar
Mal
inau
Bar
atM
alin
auA
kses
sed
ang
4115
93,
880,
9742
,236
Go
ng S
olo
k/B
eng
awan
gM
alin
au S
elat
anM
alin
auSa
ngat
terp
enci
l12
514,
250,
899,
737
Long
Jal
an/L
. Jal
an &
Tan
jung
Nan
ga
(Ken
yah)
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g53
207
3,91
1,38
36,7
38H
alan
ga/
Ng
gah
Lip
i (Su
ngai
Ran
)M
alin
au S
elat
anM
alin
auSa
ngat
terp
enci
l40
132
3,30
1,11
51,6
39Lo
ng R
at/L
oka
si K
uala
Ran
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g26
103
3,96
0,81
33,0
40N
unuk
Tan
ah K
iban
g/L
oka
si K
uala
Ran
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g13
503,
851,
3843
,2
No
.Pem
ukim
an S
uku
Puna
nK
ecam
atan
Kab
upat
enK
ateg
ori
pem
ukim
anRT (K
K)
Pend
uduk
(ora
ng)
Fam
ilysi
ze(o
rang
)
Sex
rati
o(L
/P)
Kem
atia
nan
ak(%
)
25
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
Lam
pir
an 1
. La
njut
an
41B
ila B
ekay
uk/L
oka
si L
ore
hM
alin
au S
elat
anM
alin
auA
kses
sed
ang
4415
03,
411,
1043
,142
Pel
anca
u/Lo
kasi
Lo
reh
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g42
166
3,95
0,99
28,4
43P
unan
Ad
iu/A
diu
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g15
815,
400,
8419
,044
Pun
an M
irau/
Lab
an N
yarit
& K
uala
Mira
uM
alin
au S
elat
anM
alin
auA
kses
sed
ang
2085
4,25
0,85
28,1
45Lo
ng L
ake/
Loka
si S
etur
anM
alin
au S
elat
anM
alin
auA
kses
sed
ang
6428
44,
441,
1530
,946
Pun
an R
ian/
Setu
ran
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g8
354,
381,
0627
,347
Seta
rap
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g34
164
4,82
0,95
16,5
48Lo
ng A
gis
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es b
aik
4620
14,
370,
951,
749
Long
Lih
i/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
auA
kses
bai
k5
275,
400,
718,
750
Long
Mab
ung
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es b
aik
2010
45,
201,
2510
,551
Long
Pan
gin
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es b
aik
2713
24,
890,
945,
052
Long
Pay
ang
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es b
aik
1472
5,14
1,33
15,1
53Lo
ng T
arau
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es b
aik
2411
44,
750,
886,
154
Men
abur
Bes
ar/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
auA
kses
bai
k17
875,
121,
4112
,555
Men
abur
Kec
il/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
auA
kses
bai
k18
935,
171,
143,
356
Lep
aga/
Lub
uk M
anis
Mal
inau
Uta
raM
alin
auA
kses
sed
ang
1661
3,81
0,91
3,3
57M
enab
ur S
enid
o/L
ubuk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es s
edan
g12
433,
581,
7135
,558
Seb
enua
ng/L
ubuk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es s
edan
g25
933,
720,
804,
359
Sem
olo
n/Lu
buk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es s
edan
g12
473,
920,
8125
,760
Teb
unya
u/Lu
buk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
Aks
es s
edan
g10
474,
700,
9620
,661
Bin
tuan
/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
en
tara
ng
Mal
inau
Sang
at t
erp
enci
l17
744,
350,
7238
,162
Bir
un/L
oka
si P
akin
g B
aru
Me
nta
ran
gM
alin
auA
kses
sed
ang
2613
55,
191,
1318
,863
Long
Im
an/L
oka
si P
akin
g B
aru
Me
nta
ran
gM
alin
auA
kses
sed
ang
2410
44,
331,
2125
,964
Seb
eng
/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
en
tara
ng
Mal
inau
Aks
es s
edan
g24
110
4,58
1,24
21,8
65Lo
ng L
ihi/
Long
Tam
iM
en
tara
ng
Mal
inau
Sang
at t
erp
enci
l17
684,
001,
0017
,466
Long
Nya
uM
en
tara
ng
Mal
inau
Sang
at t
erp
enci
l16
835,
191,
1124
,567
Lon
g P
ada
Me
nta
ran
gM
alin
auSa
ngat
ter
pen
cil
2312
55,
430,
8646
,768
Long
Ran
au/L
ong
Lem
unju
ngM
en
tara
ng
Mal
inau
Sang
at t
erp
enci
l17
714,
181,
2230
,069
Long
Tit
i/Lo
ng B
elan
ikM
en
tara
ng
Mal
inau
Aks
es s
edan
g23
105
4,57
1,02
31,3
70M
enab
ur K
ecil/
Long
Bel
ang
a’M
en
tara
ng
Mal
inau
Sang
at t
erp
enci
l6
223,
670,
6946
,471
Ria
n Tu
bu/
Long
Tub
en/T
epuh
Me
nta
ran
gM
alin
auA
kses
sed
ang
1670
4,38
1,06
38,2
72R
ian
Tub
u/M
uara
Ria
nM
en
tara
ng
Mal
inau
Sang
at t
erp
enci
l7
273,
860,
8050
,073
Long
Bel
aka’
Pu
jun
gan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g31
106
3,42
1,12
42,3
74Lo
ng L
ame/
Mua
ra A
ran
Pu
jun
gan
Mal
inau
Aks
es s
edan
g48
190
3,96
1,04
24,0
75Lo
ng S
ebaw
ang
/Lo
ng B
elak
a’P
uju
ng
anM
alin
auA
kses
sed
ang
1970
3,68
1,26
56,1
76Lo
ng T
op
Sung
ai B
oh
Mal
inau
Aks
es s
edan
g10
434,
300,
917,
177
Tang
La’
an (
Put
uk)/
Pa’
Am
aiK
raya
nN
un
uka
nA
kses
sed
ang
2010
05,
000,
8920
,0To
tal
2.09
68.
956
4,27
1,06
25,9
No
.Pem
ukim
an S
uku
Pun
anK
ecam
atan
Kab
upat
enK
ateg
ori
pem
ukim
anRT (K
K)
Pend
uduk
(ora
ng)
Fam
ilysi
ze(o
rang
)
Sex
rati
o(L
/P)
Kem
atia
nan
ak(%
)
26
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
Lam
pir
an 1
. La
njut
an
Ber
au3
23
1.3
85
4,3
1,1
29
,2K
elay
219
904
4,1
1,2
31,3
Sega
h10
448
14,
61,
025
,4
Bul
unga
n2
86
1.1
50
4,0
1,0
26
,9P
eso
111
438
3,9
1,2
25,4
Seka
tak
Buj
i13
955
84,
00,
926
,8Ta
njun
g P
alas
3615
44,
31,
031
,1
Kut
ai B
arat
16
57
20
4,4
1,1
25
,2Lo
ng B
agun
6927
34,
01,
041
,6Lo
ng H
ubun
g96
447
4,7
1,1
13,6
Kut
ai K
erta
neg
ara
16
86
98
4,2
1,1
21
,4Ta
ban
g16
869
84,
21,
121
,4
Mal
inau
1.1
34
4.9
03
4,3
1,0
25
,5K
ayan
Hili
r15
271
24,
71,
113
,3M
alin
au B
arat
4115
93,
91,
042
,2M
alin
au S
elat
an37
11.
508
4,1
1,1
32,9
Mal
inau
Uta
ra24
61.
121
4,6
1,0
9,3
Men
tara
ng21
699
44,
61,
031
,4Pu
jung
an98
366
3,7
1,1
38,1
Sung
ai B
oh10
434,
30,
97,
1
Nun
ukan
20
10
05
,00
,92
0,0
Kra
yan
2010
05,
00,
920
,0
Tota
l2
.09
68
.95
6
4
,27
1,0
6
2
5,9
Kab
upat
enK
ecam
atan
Rum
ahta
ngg
a(K
K)
Pend
uduk
(ora
ng)
Fam
ilysi
ze(o
rang
)
Sex
rati
o(L
/P)
Kem
atia
nan
ak(%
)
27
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif AbotLa
mp
iran
2.
Ko
mp
osi
si p
end
idik
an k
om
unit
as s
uku
Pun
an d
i K
alim
anta
n Ti
mur
1La
mci
nK
elay
Ber
au30
,060
,070
,040
,00,
00,
00,
00,
00,
00,
0 2
Long
Bel
iu/R
T I L
. Bel
iu a
tau
Long
Gie
Kel
ayB
erau
23,6
33,3
61,8
64,6
10,9
2,1
3,6
0,0
0,0
0,0
3Lo
ng D
uhun
g/L
amla
iK
elay
Ber
au19
,436
,769
,456
,75,
66,
75,
60,
00,
00,
0 4
Long
Kel
uh/L
ong
Buy
Kel
ayB
erau
20,3
36,7
74,6
61,2
3,4
2,0
0,0
0,0
1,7
0,0
5Lo
ng P
elay
/Lam
jan
Kel
ayB
erau
25,0
40,0
50,0
52,0
15,0
8,0
10,0
0,0
0,0
0,0
6Lo
ng S
ului
/Nah
as B
anun
gK
elay
Ber
au63
,668
,335
,231
,71,
20,
00,
00,
00,
00,
0 7
Long
La’
ai (
Ga’
ai)
Seg
ahB
erau
35,5
37,9
61,3
55,2
3,2
3,4
0,0
3,4
0,0
0,0
8P
unan
Lo
ng A
yap
/Jo
’ Jak
anSe
gah
Ber
au28
,627
,867
,366
,74,
12,
80,
02,
80,
00,
0 9
Pun
an M
ahka
mSe
gah
Ber
au25
,031
,975
,063
,80,
01,
40,
02,
90,
00,
010
Pun
an M
alin
au/R
esp
en P
unan
Mal
inau
Seg
ahB
erau
44,1
41,3
47,1
50,0
8,8
8,7
0,0
0,0
0,0
0,0
11P
unan
Seg
ah/L
ong
Oke
ngSe
gah
Ber
au33
,360
,063
,340
,03,
30,
00,
00,
00,
00,
012
Leju
h (K
ayan
/Ken
yah)
Pes
oB
ulun
gan
21,4
40,0
71,4
60,0
7,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
13Lo
ng B
ang
(Ken
yah)
Pes
oB
ulun
gan
75,0
87,5
25,0
12,5
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
14Lo
ng L
asan
(Ken
yah)
Pes
oB
ulun
gan
18,2
40,0
68,2
53,3
0,0
0,0
9,1
6,7
4,5
0,0
15Lo
ng T
ung
u (K
enya
h)/K
ebur
auP
eso
Bul
ung
an37
,042
,163
,057
,90,
00,
00,
00,
00,
00,
016
Long
Yin
Pes
oB
ulun
gan
23,5
41,4
67,6
48,3
8,8
6,9
0,0
3,4
0,0
0,0
17N
aha
Aya
(Kay
an)/
S. B
enya
ung
Pes
oB
ulun
gan
31,0
60,0
69,0
40,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
18Te
lenj
au (K
ayan
)/B
erun
& G
etaw
anP
eso
Bul
ung
an51
,058
,146
,939
,52,
02,
30,
00,
00,
00,
019
Bam
ban
g/R
esp
en T
ang
apSe
kata
k B
uji
Bul
ung
an31
,448
,848
,641
,511
,49,
88,
60,
00,
00,
020
Dul
au/M
uara
Sek
atak
Buj
iSe
kata
k B
uji
Bul
ung
an62
,588
,430
,011
,65,
00,
01,
30,
01,
30,
021
Kel
emb
unan
(Ber
usu)
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
16,0
81,8
80,0
13,6
4,0
4,5
0,0
0,0
0,0
0,0
22P
unan
Sem
ber
iot/
Hul
u S.
Sem
ber
iot
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
82,1
100,
017
,90,
00,
00,
00,
00,
00,
00,
023
Terin
dak
(Ber
usu)
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
72,7
100,
027
,30,
00,
00,
00,
00,
00,
00,
024
Uja
ng (B
erus
u)Se
kata
k B
uji
Bul
ung
an10
0,0
100,
00,
00,
00,
00,
00,
00,
00,
00,
025
Saja
u/Si
do
mul
yo R
T-7
& B
inai
Tanj
ung
Pal
asB
ulun
gan
70,4
70,2
29,6
29,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
26P
unan
Lo
ng M
erah
/Mua
ra M
erah
Long
Bag
unK
utai
Bar
at8,
214
,462
,765
,816
,415
,311
,84,
50,
90,
027
Pun
an D
anum
Par
oi/
Loka
si K
ayu
Mas
(M
uara
Rat
ah)
Long
Hub
ung
Kut
ai B
arat
35,2
48,7
50,0
37,2
11,1
12,2
2,5
1,3
1,2
0,6
28B
elin
auTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
a26
,537
,563
,350
,08,
212
,52,
00,
00,
00,
029
Ma.
Keb
agTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
a23
,553
,158
,834
,77,
88,
29,
84,
10,
00,
030
Mua
ra T
ikTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
a17
,039
,057
,443
,917
,012
,28,
54,
90,
00,
031
Salu
ngTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
a14
,820
,674
,179
,411
,10,
00,
00,
00,
00,
032
Tub
oqTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
a23
,036
,358
,653
,88,
010
,010
,30,
00,
00,
033
Long
Pip
a/Su
leK
ayan
Hili
rM
alin
au17
,135
,052
,751
,315
,59,
414
,04,
30,
80,
034
Long
Sul
e/Su
leK
ayan
Hili
rM
alin
au10
,224
,167
,561
,715
,311
,35,
72,
81,
30,
035
Pun
an B
eng
alun
/Mua
ra M
ang
kuas
arM
alin
au B
arat
Mal
inau
66,0
92,2
32,1
7,8
0,0
0,0
1,9
0,0
0,0
0,0
36G
ong
So
lok/
Ben
gaw
ang
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
100,
010
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
37Lo
ng J
alan
/L. J
alan
& T
anju
ng N
ang
a (K
enya
h)M
alin
au S
elat
anM
alin
au69
,182
,527
,217
,53,
70,
00,
00,
00,
00,
038
Hal
ang
a/N
gg
ah L
ipi (
Sung
ai R
an)
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
57,1
81,0
38,1
19,0
2,4
0,0
2,4
0,0
0,0
0,0
39Lo
ng R
at/L
oka
si K
uala
Ran
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
36,4
70,6
60,6
26,5
0,0
2,9
3,0
0,0
0,0
0,0
40N
unuk
Tan
ah K
iban
g/L
oka
si K
uala
Ran
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
42,1
71,4
52,6
21,4
5,3
7,1
0,0
0,0
0,0
0,
0
P
erse
ntas
e p
end
uduk
ber
das
arka
n p
end
idik
an (%
)*N
oP
emuk
iman
Suk
u P
unan
Kec
amat
anK
abup
aten
But
a hu
ruf
Seko
lah
Das
ar
SM
P
SM
U A
kad
emi/
PT
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
28
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
Lam
pir
an 2
. La
njut
an
41B
ila B
ekay
uk/L
oka
si L
ore
hM
alin
au S
elat
anM
alin
au28
,641
,746
,952
,18,
22,
114
,34,
22,
00,
042
Pel
anca
u/Lo
kasi
Lo
reh
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
41,4
43,5
53,4
50,0
5,2
6,5
0,0
0,0
0,0
0,0
43P
unan
Ad
iu/A
diu
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
7,1
29,6
78,6
51,9
10,7
14,8
3,6
3,7
0,0
0,0
44P
unan
Mira
u/La
ban
Nya
rit &
Kua
la M
irau
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
70,4
78,1
18,5
15,6
11,1
6,3
0,0
0,0
0,0
0,0
45Lo
ng L
ake/
Loka
si S
etur
anM
alin
au S
elat
anM
alin
au43
,068
,946
,525
,66,
15,
64,
40,
00,
00,
046
Pun
an R
ian/
Setu
ran
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
73,3
72,7
26,7
18,2
0,0
9,1
0,0
0,0
0,0
0,0
47Se
tara
pM
alin
au S
elat
anM
alin
au26
,143
,953
,645
,515
,94,
54,
34,
50,
01,
548
Long
Ag
is/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
au8,
026
,358
,750
,021
,315
,08,
05,
04,
03,
849
Long
Lih
i/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
au0,
010
,071
,460
,014
,330
,014
,30,
00,
00,
050
Long
Mab
ung
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
25,0
36,8
50,0
39,5
17,5
15,8
7,5
7,9
0,0
0,0
51Lo
ng P
ang
in/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
au12
,030
,662
,040
,814
,018
,410
,08,
22,
02,
052
Long
Pay
ang
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
22,2
30,0
66,7
55,0
3,7
15,0
3,7
0,0
3,7
0,0
53Lo
ng T
arau
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
22,7
35,8
68,2
54,7
4,5
7,5
4,5
1,9
0,0
0,0
54M
enab
ur B
esar
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
23,5
21,4
67,6
53,6
2,9
17,9
5,9
7,1
0,0
0,0
55M
enab
ur K
ecil/
Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
17,9
33,3
61,5
54,5
17,9
12,1
0,0
0,0
2,6
0,0
56Le
pag
a/Lu
buk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
26,1
50,0
65,2
46,2
0,0
3,8
8,7
0,0
0,0
0,0
57M
enab
ur S
enid
o/L
ubuk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
9,5
56,3
85,7
43,8
0,0
0,0
4,8
0,0
0,0
0,0
58Se
ben
uang
/Lub
uk M
anis
Mal
inau
Uta
raM
alin
au25
,030
,367
,963
,60,
06,
17,
10,
00,
00,
059
Sem
olo
n/Lu
buk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
11,1
36,8
88,9
63,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
60Te
bun
yau/
Lub
uk M
anis
Mal
inau
Uta
raM
alin
au52
,933
,341
,261
,90,
04,
85,
90,
00,
00,
061
Bin
tuan
/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
en
tara
ng
Mal
inau
34,8
51,5
65,2
48,5
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
62B
irun
/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
en
tara
ng
Mal
inau
52,3
51,2
38,6
36,6
2,3
7,3
6,8
4,9
0,0
0,0
63Lo
ng I
man
/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
en
tara
ng
Mal
inau
18,2
23,1
63,6
66,7
9,1
5,1
9,1
5,1
0,0
0,0
64Se
ben
g/L
oka
si P
akin
g B
aru
Me
nta
ran
gM
alin
au27
,534
,154
,961
,411
,84,
53,
90,
02,
00,
065
Long
Lih
i/Lo
ng T
ami
Me
nta
ran
gM
alin
au5,
645
,094
,450
,00,
05,
00,
00,
00,
00,
066
Long
Nya
uM
en
tara
ng
Mal
inau
76,5
100,
023
,50,
00,
00,
00,
00,
00,
00,
067
Lon
g P
ada
Me
nta
ran
gM
alin
au60
,995
,539
,14,
50,
00,
00,
00,
00,
00,
068
Long
Ran
au/L
ong
Lem
unju
ngM
en
tara
ng
Mal
inau
83,3
100,
016
,70,
00,
00,
00,
00,
00,
00,
069
Long
Tit
i/Lo
ng B
elan
ikM
en
tara
ng
Mal
inau
28,1
45,2
68,8
54,8
3,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
70M
enab
ur K
ecil/
Long
Bel
ang
a’M
en
tara
ng
Mal
inau
28,6
100,
071
,40,
00,
00,
00,
00,
00,
00,
071
Ria
n Tu
bu/
Long
Tub
en/T
epuh
Me
nta
ran
gM
alin
au20
,054
,573
,345
,56,
70,
00,
00,
00,
00,
072
Ria
n Tu
bu/
Mua
ra R
ian
Me
nta
ran
gM
alin
au71
,485
,728
,614
,30,
00,
00,
00,
00,
00,
073
Long
Bel
aka’
Pu
jun
gan
Mal
inau
20,5
63,3
68,2
36,7
11,4
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
74Lo
ng L
ame/
Mua
ra A
ran
Pu
jun
gan
Mal
inau
34,9
72,9
54,0
27,1
11,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
75Lo
ng S
ebaw
ang
/Lo
ng B
elak
a’P
uju
ng
anM
alin
au28
,652
,967
,947
,13,
60,
00,
00,
00,
00,
076
Long
To
pSu
ngai
Bo
hM
alin
au31
,382
,450
,011
,812
,55,
96,
30,
00,
00,
077
Tang
La’
an (
Put
uk)/
Pa’
Am
aiK
raya
nN
un
uka
n6,
934
,572
,444
,83,
420
,713
,80,
03,
40,
0To
tal
33,6
49,3
54,4
42,7
7,5
6,2
4,0
1,6
0,5
0,2
P
erse
ntas
e p
end
uduk
ber
das
arka
n p
end
idik
an (%
)*N
oP
emuk
iman
Suk
u P
unan
Kec
amat
anK
abup
aten
But
a hu
ruf
Seko
lah
Das
ar
SM
P
SM
U A
kad
emi/
PT
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
29
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
Lam
pir
an 2
. La
njut
an
Ber
au3
7,6
45
,75
7,3
50
,93
,82
,61
,00
,80
,20
,0K
elay
41,2
51,5
52,8
46,6
4,1
2,0
1,7
0,0
0,3
0,0
Sega
h31
,637
,065
,157
,53,
33,
50,
02,
00,
00,
0
Bul
unga
n4
9,4
70
,44
5,5
27
,13
,32
,01
,40
,50
,50
,0P
eso
35,5
51,1
60,1
45,3
2,7
2,2
1,1
1,4
0,5
0,0
Seka
tak
Buj
i56
,883
,135
,914
,64,
72,
32,
10,
00,
50,
0Ta
njun
g P
alas
70,4
70,2
29,6
29,8
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
Kut
ai B
arat
24
,33
4,5
55
,14
9,1
13
,21
3,5
6,3
2,6
1,1
0,4
Long
Bag
un8,
214
,462
,765
,816
,415
,311
,84,
50,
90,
0Lo
ng H
ubun
g35
,248
,750
,037
,211
,112
,22,
51,
31,
20,
6
Kut
ai K
erta
neg
ara
21
,83
8,1
60
,95
1,2
10
,09
,17
,31
,60
,00
,0Ta
ban
g21
,838
,160
,951
,210
,09,
17,
31,
60,
00,
0
Mal
inau
32
,04
9,5
54
,24
1,7
8,5
6,5
4,6
2,0
0,6
0,3
Kay
an H
ilir
13,3
29,1
60,8
57,0
15,4
10,5
9,4
3,5
1,0
0,0
Mal
inau
Bar
at66
,092
,232
,17,
80,
00,
01,
90,
00,
00,
0M
alin
au S
elat
an46
,062
,344
,031
,96,
54,
43,
31,
20,
20,
2M
alin
au U
tara
18,7
32,6
63,8
51,4
9,9
11,7
6,1
3,3
1,4
0,9
Men
tara
ng38
,554
,553
,841
,44,
32,
73,
01,
30,
30,
0Pu
jung
an28
,967
,061
,533
,09,
60,
00,
00,
00,
00,
0Su
ngai
Boh
31,3
82,4
50,0
11,8
12,5
5,9
6,3
0,0
0,0
0,0
Nun
ukan
6,9
34
,57
2,4
44
,83
,42
0,7
13
,80
,03
,40
,0K
raya
n6,
934
,572
,444
,83,
420
,713
,80,
03,
40,
0
Tota
l3
3,6
49
,35
4,4
42
,77
,56
,24
,01
,60
,50
,2
Per
sent
ase
pen
dud
uk b
erd
asar
kan
pen
did
ikan
(%)*
Kab
upat
enK
ecam
atan
But
a hu
ruf
Seko
lah
Das
arSM
PSM
UA
kad
emi/P
T
LP
L
P
L
P
L
P
L
P
30
Potret Punan Kalimantan Timur: Sensus Punan 2002-2003
Lam
pir
an 3
. Ti
ngka
t p
emili
kan
aset
ko
mun
itas
suk
u P
unan
Kal
iman
tan
Tim
ur
1La
mci
nK
elay
Ber
au52
00
00
00
2Lo
ng B
eliu
/RT
I L. B
eliu
ata
u Lo
ng G
ieK
elay
Ber
au91
928
1316
133
3Lo
ng D
uhun
g/L
amla
iK
elay
Ber
au10
00
90
00
04
Long
Kel
uh/L
ong
Buy
Kel
ayB
erau
976
30
33
35
Long
Pel
ay/L
amja
nK
elay
Ber
au10
00
196
66
06
Long
Sul
ui/N
ahas
Ban
ung
Kel
ayB
erau
2527
10
00
07
Long
La’
ai (
Ga’
ai)
Seg
ahB
erau
717
70
00
08
Pun
an L
ong
Aya
p/J
o’ J
akan
Seg
ahB
erau
100
032
05
50
9P
unan
Mah
kam
Seg
ahB
erau
690
173
66
010
Pun
an M
alin
au/R
esp
en P
unan
Mal
inau
Seg
ahB
erau
100
526
165
50
11P
unan
Seg
ah/L
ong
Oke
ngSe
gah
Ber
au75
06
130
00
12Le
juh
(Kay
an/K
enya
h)P
eso
Bul
ung
an73
027
00
00
13Lo
ng B
ang
(Ken
yah)
Pes
oB
ulun
gan
290
140
00
014
Long
Las
an (K
enya
h)P
eso
Bul
ung
an46
00
00
00
15Lo
ng T
ung
u (K
enya
h)/K
ebur
auP
eso
Bul
ung
an89
011
00
00
16Lo
ng Y
inP
eso
Bul
ung
an81
014
00
00
17N
aha
Aya
(Kay
an)/
S. B
enya
ung
Pes
oB
ulun
gan
850
80
00
018
Tele
njau
(Kay
an)/
Ber
un &
Get
awan
Pes
oB
ulun
gan
680
50
00
019
Bam
ban
g/R
esp
en T
ang
apSe
kata
k B
uji
Bul
ung
an48
1526
015
150
20D
ulau
/Mua
ra S
ekat
ak B
uji
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
573
300
88
021
Kel
emb
unan
(Ber
usu)
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
4314
640
1414
022
Pun
an S
emb
erio
t/H
ulu
S. S
emb
erio
tSe
kata
k B
uji
Bul
ung
an6
00
00
00
23Te
rind
ak (B
erus
u)Se
kata
k B
uji
Bul
ung
an60
00
00
00
24U
jang
(Ber
usu)
Seka
tak
Buj
iB
ulun
gan
180
00
00
025
Saja
u/Si
do
mul
yo R
T-7
& B
inai
Tanj
ung
Pal
asB
ulun
gan
7517
613
6156
026
Pun
an L
ong
Mer
ah/M
uara
Mer
ahLo
ng B
agun
Kut
ai B
arat
00
00
00
027
Pun
an D
anum
Par
oi/
Loka
si K
ayu
Mas
(M
uara
Rat
ah)
Long
Hub
ung
Kut
ai B
arat
5727
4627
3231
728
Bel
inau
Tab
ang
Kut
ai K
erta
neg
ara
627
3110
3431
1429
Ma.
Keb
agTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
a53
321
2121
213
30M
uara
Tik
Tab
ang
Kut
ai K
erta
neg
ara
787
4848
7063
2231
Salu
ngTa
ban
gK
utai
Ker
tane
gar
a45
923
2332
329
32Tu
boq
Tab
ang
Kut
ai K
erta
neg
ara
809
2943
3441
733
Long
Pip
a/Su
leK
ayan
Hili
rM
alin
au68
027
179
82
34Lo
ng S
ule/
Sule
Kay
an H
ilir
Mal
inau
710
1610
1914
235
Pun
an B
eng
alun
/Mua
ra M
ang
kuas
arM
alin
au B
arat
Mal
inau
370
00
20
036
Go
ng S
olo
k/B
eng
awan
gM
alin
au S
elat
anM
alin
au17
00
08
00
37Lo
ng J
alan
/L. J
alan
& T
anju
ng N
ang
a (K
enya
h)M
alin
au S
elat
anM
alin
au23
00
00
00
38H
alan
ga/
Ng
gah
Lip
i (Su
ngai
Ran
)M
alin
au S
elat
anM
alin
au33
00
00
00
39Lo
ng R
at/L
oka
si K
uala
Ran
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
00
00
00
040
Nun
uk T
anah
Kib
ang
/Lo
kasi
Kua
la R
anM
alin
au S
elat
anM
alin
au0
00
00
00
P
erse
ntas
e p
emili
kan
aset
(%)
Ket
intin
gM
.Tem
pel
Cha
insa
wG
ense
tTV
VC
D
K
ulka
sN
o.
Pem
ukim
an S
uku
Pun
anK
ecam
atan
Kab
upat
en
31
Soaduon Sitorus, Patrice Levang, Edmond Dounias, Dollop Mamung and Darif Abot
Lam
pir
an 3
. La
njut
an
41B
ila B
ekay
uk/L
oka
si L
ore
hM
alin
au S
elat
anM
alin
au2
00
00
00
42P
elan
cau/
Loka
si L
ore
hM
alin
au S
elat
anM
alin
au36
22
05
00
43P
unan
Ad
iu/A
diu
Mal
inau
Sel
atan
Mal
inau
730
207
1313
044
Pun
an M
irau/
Lab
an N
yarit
& K
uala
Mira
uM
alin
au S
elat
anM
alin
au5
05
00
00
45Lo
ng L
ake/
Loka
si S
etur
anM
alin
au S
elat
anM
alin
au8
02
29
80
46P
unan
Ria
n/Se
tura
nM
alin
au S
elat
anM
alin
au0
00
013
00
47Se
tara
pM
alin
au S
elat
anM
alin
au71
015
96
180
48Lo
ng A
gis
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
150
130
202
049
Long
Lih
i/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
au10
020
400
400
050
Long
Mab
ung
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
200
50
2015
051
Long
Pan
gin
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
410
190
4111
452
Long
Pay
ang
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
290
00
140
053
Long
Tar
au/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
au21
44
08
00
54M
enab
ur B
esar
/Res
pen
Sem
bua
kM
alin
au U
tara
Mal
inau
290
00
180
055
Men
abur
Kec
il/R
esp
en S
emb
uak
Mal
inau
Uta
raM
alin
au17
06
033
00
56Le
pag
a/Lu
buk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
690
60
310
057
Men
abur
Sen
ido
h/Lu
buk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
170
00
170
058
Seb
enua
ng/L
ubuk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
280
40
84
459
Sem
olo
n/Lu
buk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
420
170
258
060
Teb
unya
u/Lu
buk
Man
isM
alin
au U
tara
Mal
inau
100
00
00
061
Bin
tuan
/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
enta
rang
Mal
inau
826
240
041
062
Biru
n/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
enta
rang
Mal
inau
588
278
44
063
Long
Iman
/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
enta
rang
Mal
inau
7513
258
88
064
Seb
eng
/Lo
kasi
Pak
ing
Bar
uM
enta
rang
Mal
inau
794
3325
425
065
Long
Lih
i/Lo
ng T
ami
Men
tara
ngM
alin
au6
024
00
00
66Lo
ng N
yau
Men
tara
ngM
alin
au6
013
00
00
67Lo
ng P
ada
Men
tara
ngM
alin
au17
00
00
00
68Lo
ng R
anau
/Lo
ng L
emun
jung
Men
tara
ngM
alin
au0
66
00
00
69Lo
ng T
iti/L
ong
Bel
anik
Men
tara
ngM
alin
au9
017
00
00
70M
enab
ur K
ecil/
Long
Bel
ang
a’M
enta
rang
Mal
inau
00
00
00
071
Ria
n Tu
bu/
Long
Tub
en/T
epuh
Men
tara
ngM
alin
au0
00
00
00
72R
ian
Tub
u/M
uara
Ria
nM
enta
rang
Mal
inau
140
00
00
073
Long
Bel
aka’
Puju
ngan
Mal
inau
163
30
03
074
Long
Lam
e/M
uara
Ara
nPu
jung
anM
alin
au4
00
00
00
75Lo
ng S
ebaw
ang
/Lo
ng B
elak
a’Pu
jung
anM
alin
au11
00
50
00
76Lo
ng T
opSu
ngai
Bo
hM
alin
au50
050
040
4010
77Ta
ng L
a’an
(P
utuk
)/P
a’ A
mai
Kra
yan
Nun
ukan
05
4015
50
0To
tal
43,
8
4,6
14
,7
6,2
11,
2
9,3
1
,5
P
erse
ntas
e p
emili
kan
aset
(%)
Ket
intin
gM
.Tem
pel
Cha
insa
wG
ense
tTV
VC
D
K
ulka
sN
o.
Pem
ukim
an S
uku
Pun
anK
ecam
atan
Kab
upat
en
32
Buku ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak. Penulis berterima kasihpada lembaga CIFOR dan IRD yang telah memberikan dukungan dana danfasilitasnya, dan YAP atas kerjasamanya. Secara khusus, penulis mengucapkanterima kasih banyak kepada seluruh staf CIFOR, terutama Pak Petrus Gunarso,Paian Sianturi, Iwan Kurniawan, Gideon Suharyanto dan Catur Wahyu atassaran dan kritiknya untuk sentuhan penyempurnaan. Penulis juga berterimakasih banyak kepada seluruh masyarakat kelompok Suku Punan yang telahmemberikan dukungan data dan informasinya selama penelitian.
Ucapan terima kasih
Center for International Forestry Research (CIFOR) didirikan pada tahun 1993 sebagai bagian darisistem CGIAR, sebagai tanggapan atas keprihatinan dunia akan konsekuensi sosial, lingkungan danekonomi yang disebabkan oleh kerusakan dan kehilangan hutan. Penelitian CIFOR menghasilkanpengetahuan dan berbagai metode yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatyang hidupnya mengandalkan hutan, dan untuk membantu negara-negara di kawasan tropis dalammengelola hutannya secara bijaksana demi manfaat yang berkelanjutan. Berbagai penelitian inidilakukan di lebih dari 24 negara, melalui kerja sama dengan banyak mitra. Sejak didirikan, CIFORtelah memberikan dampak positif dalam penyusunan kebijakan kehutanan nasional dan global.
ISBN 979-3361-50-6
Dalam dekade terakhir telah menjadi anggapan umum bahwa kelompok masyarakat asli yang tinggal di tengah hutan “taman eden” harus tetap dipertahankan. Sayangnya, tinggal di tengah hutan tropika yang sangat kaya sumberdaya alam tidaklah seindah yang dibayangkan oleh banyak orang. Kehidupan masyarakat di tengah hutan tropika, khususnya di Indonesia adalah identik dengan keterpencilan terhadap fasilitas pendidikan, kesehatan, pasar, kios serta berbagai fasilitas penting lainnya, yang pada akhirnya membuat mereka termarjinalkan. Memindahkan mereka ke tengah kota juga akan termarjinalkan karena sulitnya menghadapi persaingan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Begitulah dilema yang sedang dihadapi masyarakat sekitar hutan, seperti kelompok Suku Punan, salah satu penghuni asli di Kalimantan Timur.
Yayasan Adat Punan bekerja sama dengan CIFOR dan IRD telah melakukan penelitian sosio-antropologi khususnya pada kelompok Suku Punan di Kalimantan Timur. Buku ini secara khusus menyajikan informasi demografi kelompok Suku Punan dari tingkat keterpencilan yang berbeda-beda. Pada bagian akhir disajikan data demografi setiap pemukiman atau desa-desa kelompok Suku Punan di Kalimantan Timur, sebagai data dan informasi yang sangat berguna untuk lebih memahami potret Punan dalam rangka mewujudkan tujuan pengelolaan hutan “masyarakat sejahtera, hutan lestari”.