guidline strok-ibho tmp68da

Upload: yayatruslan

Post on 01-Mar-2018

333 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    1/151

    VI/u i d e I i n e

    STROKET a h u n 2 0 1 7

    dr. IBRAHIM ARIFlW.SJCad (. [&0 )NV. 1979WI9 200902 1 05T

    Pokdi Stroke

    Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

    (PERDOSSI)

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    2/151

    Ketepatan

    Efek

    REKOMENDASI AHA/ASA GUIDELINE 2011

    Tabel Aplikasi Klasifikasi Rekomendasi dan Tingkat Bukti

    Ukuran Efek

    CLASS I CLASS Ila CLASS Ilb CLASS III

    Keuntungan Keuntungan Keuntungan > Risiko >>>> risiko >> risiko risiko keuntungan

    Prosedur/ Dibutuhkan Dibutuhkan Prosedur/ terapiterapi studi-studi studi-studi sebaiknyasebaiknya tambahan dengan tujuan t idakdilakukan dengan tujuan luas di lakukan

    . spesifik Data register karena tidakProsedur/ tambahan

    menguntungkanterapi akan dan bisaberalasan membantu berbahayauntuk Prosedur/ dilakukan terapi dapat

    d i pe r t im-

    bangkan

    LEVEL A Rekomendasi Rekomendasi Efikasi Rekomendasiprosedur/ prosedur/ rekomendasi prosedur/ terapi

    Evaluasi pada terapi terapi kurang tidak bergunaberbagai tergolong cenderung mantap dan dapatpopulasi efektif efektif berbahayaData didapat Buktidari beberapa Cukup bukti Beberapa bertentangan Cukup bukti dariuji klinis acak dari beberapa bukti yang lebih banyak beberapa ujiatau meta uji klinis acak bertentangan dari uji-uji klinis acak atauanalisis atau meta dari uji-uji klinis acak meta analisis

    analisis klinis acak atau metaatau meta analisisanalisis

    LEVEL B Rekomendasi Rekomendasi Efikasi Rekomendasiprosedur/ prosedur/ rekomendasi prosedur/ terapi

    Evaluasi pada terapi terapi kufciny tidak beigunapopulasi tergolong cenderung mantap dan dapatterbatas efektif efektif berbahaya

    Data Buktididapat dari Bukti dari uji Beberapa bertentengan Bukti dari ujiuji klinis acak klinis acak bukti yang lebih banyak klinis acaktunggal atau tunggal atau bertentangan dari uji klinis tunggal ataustudi tidak studi tidak dari uji klinis acak tunggal studi tidak acakacak acak acak tunggal atau studi

    atau studi tidak acaktidak acak

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    3/151

    Ketepatan

    Efek

    LEVEL C Rekomendasi ~[Rekomendasi i Efikasi

    prosedur/ prosedur/ rekomendasEvaluasi pada terapi terapi kurangpopulasi tergolong cenderung mantapsangat efektif efektifterbatas Hanya opiniHanya Hanya opini Hanya opini ahli yangkonsensus ahli, studi ahli yang bervariasi,

    pendapat ahli. kasus, atau bervariasi, studi kasus,studi kasus, standar studi kasus, atau standaatau standar pelayanan atau standar pelayanan

    pelayanan pelayanan

    Dekome'ida5

    prosedu'. terap,

    tidak be-gjnaan daPatberbahaya

    Hanya opini ahlistud' kasus-ataustandar

    pe,layanan

    X

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    4/151

    REKOMENDASI ESO GUIDELINE 2008

    Klasifikasi Evidensi untuk Terapi Intervensi

    Kelas IUji klinis acak, prospektif, dan cukup kuat dengan penilaian

    keluaran tersamar pada populasi yang representatif atau

    systematicrew'ewyang cukup kuat dari uji klinis acak porspektif

    dengan penilaian keluaran tersamar pada populasi yang

    representatif.

    Kelas II

    Studi kohort prospektif grup berpasangan pada populasi

    representatif dengan penilaian keluaran tersamar ATAU uji

    berkontrol dan acak pada populasi representatif yang kurang 1

    kriteria untuk evidens Kelas I.

    Kelas III

    Semua uji berkontrol (termasuk kontrol riwayat alamiah

    yang jelas atau pasien sebagai kontrol sendiri) pada populasi

    representatif yang penilaian keluaran bersifat independen

    terhadap perlakuan tatalaksana pasien.

    Kelas IV

    Evidens dari studi tidak berkontrol, serial kasus, laporan kasus,

    atau pendapat ahli.

    Klasifikasi Evidensi untuk Pemeriksaan DiagnostikKelas I

    Studi prospektif pada populasi spektrum luas dengan kondisi

    yang dicurigai, menggunakan baku emas untuk definisi kasus,

    pemeriksaan dilakukan secara tersamar, dan memungkinkan

    penilaian akurasi uji diagnostik

    xi

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    5/151

    Kelas II

    Studi prospektif pada populasi spektrum sempit dengan kondisiyang dicurigai, atau studi retrosoektif dengan desain bagus

    dari populasi spektrum luas dengan penggunaan baku emas

    dibandingkan dengan populasi kontrol, pemeriksaan dilakukan

    secara tersamar, dan memungkinkan penilaian akurasi ujidiagnostik

    Kelas IVEvidens dari studi tidak berkontrol, serial kasus, laporan kasus,atau pendapat ahli.

    Definisi Tingkat Evidens

    Level A

    Terbukti sebagai uji pemeriksaan diagnosis yang berguna/

    prediktif atau tidak berguna/prediktif, intervensi terapi yang

    tidak efektif atau berbahaya, memerlukan setidak-tidaknya satu

    studi Kelas I yang meyakinkan atau dua studi Kelas I I yangkonsisten dan meyakinkan

    Level B

    Terbukti sebagai uji pemeriksaan diagnosis yang berguna/

    prediktif atau tidak berguna/prediktif, intervensi terapi yang

    tidak efektif atau berbahaya, memeriukan setidak-tidaknya satustudi Kelas II atau kelas III yang mengkompensasi

    Level C

    Uji pemeriksaan diagnosis yang berguna/ prediktif atau tidak

    berguna/prediktif, intervensi terapi yang tidak efektif atau

    berbahaya, memerlukan setidak-tidaknya dua studi Kelas III

    Good Clinical Practice(GCP)

    Praktik terbaik yang direkomendasikan berbasis pengalamangrup pengembangan guideline.

    xii

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    6/151

    SIGN ( Sco t t i sh I n t erco l l eg i a t e Gu i del i ne N etw ork )

    Tingkat Bukti

    Tingkat Keterangan

    1++

    Meta analisis berkualitas tinggi, systematic reviewdan

    beberapa uji klinis acak, atau uji klinis acak dengan bias

    dengan risiko sangat rendah

    1+

    Meta analisis yang baik, systematic reviewdari beberapa

    uji klinis acak, atau uji klinis acak dengan bias dengan

    risiko sangat rendah

    1-Meta analisis, systemacic reviewdari beberapa uji klinisacak, atau uji klinis acak dengan bias dengan risiko

    sangat rendah

    2++

    Systematic reviewberkualitas baikdan studi kasus kontrol

    atau kohort. Studi kasus kontrol atau kohort dengan bias

    dengan risiko sangat rendah dan kemungkinan besar

    adanya hubungan sebab akibat

    2+

    Studi kasus kontrol atau kohort yang baik dengan bias

    dengan risiko sangat rendah dan kemungkinan sedang

    adanya hubungan sebab akibat

    2-

    Studi kasus kontrol atau kohort dengan bias dengan

    risiko sangat rendah dan risiko signifikan bahwa itubukan hubungan sebab akibat

    3 Studi nonanalitik, misalnya laporan kasus, serial kasus

    41 ^ Pendapat ahli

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    7/151

    Tingkat Rekomendasi (berhubungan d e n g a n k e k u a t a n bukti,

    tidak mencerminkan d i n i ca l i m p o r i ^ n ce)

    T' .1 T r ~Angkat

    ^-tidaknyada" beberapa uji kr ^ ana,ls,s' s/stematic review

    1++ dan dapat dit ^ atau UJI k li n 'S aC3k i

    IATAU kumpulan b u k r ^ ,a"9SUnq ke PPU'aSiI studilevel 1- dan d ^ t6rdir' uta'nanya dan Studi'I tar9et, dan m apat dlteraPkan langsungkepopulasij

    I keseluruhan encerminl

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    8/151

    Nat i ona l St r ok e Founda t i on (N SF) Gu i del i n es2010

    Tingkat Rekomendasi

    Tingkat Keterangan

    A Kumpulan bukti yang dapat dipercaya untuk membantupraktik

    BKumpulan bukti yang dapat dipercaya untuk membantu

    praktik pada kebanyakan situasi

    CKumpulan bukti yang menyajikan beberapa

    rekomendasi, tetapi pelaksanaannya harus diperhatikan

    DKumpulan bukti yang lemah dan rekomendasinya harus

    dilaksanakan dengan hati-hati

    GCPPraktik terbaik yang direkomendasikan berbasis

    pengalaman klinis dan pendapat ahli

    GCP: Good Practice Point\

    x

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    9/151

    h i l i ta t i onEv i den ce Ba sed Rev i ew o f St r ok e Reh9

    ( E B R S R )Executive Summary ( 13thEd iti^ ^

    Tingkat Bukti

    Tingkat

    la (kuat)

    lb (moderat)

    Keterangan

    2 (terbatas)

    3 (konsensus)

    4 (bertentangan)

    Temuan-temuan didukung oleh .. acakyang

    meta analisis atau >2 uji klinis 'berkualitas baik :r------------------------ 't hasil 1 uj'Temuan-temuan didukung oleh1

    klinis acak yang berkualitas bai------------------------------- L ceiTemuan-temuan didukung oleh s

    tidaknya 1 uji berkontrol

    Tanpa adanya bukti, persetujua^---- --------------------- - -n-temuanTerdapat perbedaan antara tem' k

    dari setidak-tidaknya 2 studi klif^L -----

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    10/151

    DAFTAR SINGKATAN

    ACEI Angiotensin Converting Enzvme Inhibitor

    AHA American Heart AssociationARB Angiotensin Receptor Blocker

    ASA American Stroke Association

    CVST Cerebral Venous Sinus Trombosis

    DSA Digital Si ibstraction Angiography

    DWI Diffusion Weighted Imaging

    EBRSR Evidence-based review of stroke rehabilitation

    ESO European stroke organization

    ICTUS International Citicholine Trial in Acute Stroke

    JNC Joint National Committee

    LMWH Low Molecular Weight Heparin

    NCEP National Cholesterol Education Program

    PSA Pendarahan Subarakhnoid

    rTPA recombinant Tissue Plasminogen Activator

    SIGN Scottish Intercollegiate Guidelines NetworkTIA Transient Ischaemic Attack

    xvii

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    11/151

    BAB II

    PENCEGAHAN PRIMER PADA STROKE

    Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya perbaikan

    gaya hidup dan pengendalian berbagai faktor risiko. Upaya ini

    ditujukan pada orang sehat dan kelompok risiko tinggi yangbelum pernah terserang stroke.

    A. Mengatur Pola Makan yang Sehat

    Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat

    meningkatkan risiko terkena serangan stroke. Sebaliknya,

    konsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat

    mencegah terjadinya stroke. Beberapa jenis makanan yang

    dianjurkan untuk pencegahan primer terhadap stroke adalah:1. Makanan biji-bijian yang membantu menurunkan kadar

    kolesterol:

    a. Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti

    beras merah, bulgur, jagung dan gandum

    b. Oat (beta glucan) akan menurunkan kadar kolesterol

    total dan LDL, menurunkan tekanan darah, dan menekannafsu makan bila dimakan di pagi hari (memperlambatpengosongan usus)

    c. Kacang kedele beserta produk olahannya dapat

    menurunkan lipid serum, menurunkan kolesterol total,

    kolesterol LDL, dan trigliserida tetapi tidak mempe

    ngaruhi kadar kolesterol HDLd. Kacang-kacangan, termasuk biji kenari dan kacang

    mede, menurunkan kolesterol LDL dan mencegahaterosklerosis

    Mekanisme kerja: menambah ekskresi asam empedu,

    meningkatkan aktifitasestrogen dari isoflavon, memperbaiki

    elastisitas arteri, dan meningkatkan aktivitas antioksidanyang menghalangi oksidasi LDL.

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    12/151

    2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke:

    a. Makanan/ zat yang membantu mencegah peningkatan

    homosistein seperti asam folac, vitamin B6, B12, dan

    riboflavin

    b. Susu yang mengandung protein, kalsium, seng (Zn),

    dan Bu mempunyai efek proteksi terhadap stroke

    c. Beberapa jenis seperti ikan tuna dan ikan salmon

    mengandung omega-3, eicosapentenoic acid (EPA),

    dan docosahexonoic acid (DHA) yang merupakan

    pelindung jantung mencegah risiko kematian

    mendadak, mengurangi risiko aritmia, menurunkan

    kadar trigliserida, menurunkan kecenderungan adesi

    platelet, sebagai prekursor prostaglandin, inhibisi

    sitokin, anti inflamasi dan stimulasi Nitric Oxide (NO)

    endothelial. Makanan jenis ini sebaiknya dikonsumsi

    dua kali seminggud. Makanan yang kaya vitamin dan antioksidan (vitamin

    C, E, betakaroten) seperti yang banyak terdapat pada

    sayur-sayuran, buah-buahan dan biji-bijian

    e. Buah-buahan dan sayur-sayuran

    Kebiasaan/membudaya diit kaya buah-buahan dansayuran bervariasi minimal 5 porsi setiap hari

    Sayuran hijau dan jeruk yang menurunkan risiko

    stroke

    Sumber kalium yang merupakan prediktor yang kuat

    untuk mencegah mortalitas akibat stroke, terutama

    buah pisang

    t Apel yang mengandung quercetindanphytonutrient

    dapat menurunkan risiko stroke

    f. Teh hitam dan teh hijau yang mengandung

    antioksidan

    5

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    13/151

    3- Anjuran lain tentang makanan:

    a. Menambah asupan kalium dan mengurangi asupari

    natrium (< 6 gram/hari). Bahan-bahan yang mengandung

    natrium, seperti monosodium glutamat dan sodium

    nitrat, sebaiknya dikurangi. Makanan sebaiknya harus

    segar. Pada penderita hipertensi, asupan natrium yang

    dianjurkan adalah 4,7 gram/hari

    b. Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan

    mengurangi asupan trans fatty acids seperti kue-kue,

    crackers, telur, makanan yang digoreng, danmentega

    c. Mengutamakan makanan yang mengandung

    polyunsaturated fatty acids, monounsaturated fattyacids,makanan berserat, dan protein nabati

    d. Nutrien harus diperoleh dari makanan, bukan suplemen

    e. Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu

    seimbang

    fMakanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggsl

    g. Hindari makanan dengan densitas kalori tinggi dan

    kualitasnutrisi rendah

    h. Sumber lemak sebaiknya berasal dari sayuran, ikan,

    buah polong, dan kacang-kacangan

    i- Utamakan makan yang mengandung polisakarida

    seperti nasi, rcti, pasta, sereal, dan kentang. Hindarimakanan yang mengandung gula (monosakarida dan

    disakarida)

    B. Penanganan Stres dan Beristirahat yang Cukup

    Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari.

    Mengendalikan stres dengan cara berpikir positif sesuai

    dengan jiwa sehat menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan

    satu demi satu, bersikap ramah dan mendekatkan diri

    6

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    14/151

    pada Tuhan Yang Maha Esa, dan mensyukuri hidup yang

    ada. Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah.

    Penanganan stres menghasilkan respon relaksasi yang

    menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.

    C. Pemeriksaan Kesehatan Secara Teratur dan Taat

    Anjuran Dokter dalam Hal Diet dan Obat

    1. Faktor-faktor risiko, seperti penyakit jantung, hipertensi,

    dislipidemia, Diabetes Melitus (DM), harus dipantau secara

    teratur.

    2. Faktor-faktor risiko ini dapat dikoreksi dengan pengobatanteratur, diit, dan gaya hidup sehat.

    3. Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan

    darah

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    15/151

    individu yang mungkin mendapat manfaat dan intervensi

    terapi berdasarkan faktor risiko yang ada (AHA/ASA, ClassHa, Level of evidence B).

    2. Penyebab Stroke Secara Genetik1

    Anamnesis riwayat keluarga dapat bermanfaat untuk

    skrining seseorang mempunyai faktor risiko stroke genetik

    (AHA/ASA, Llass Ila, Level of evidence A). Rujukan untuk

    konseling genetik dapat dipertimbangkan pada pasienstroke yang disebabkan oleh faktor genetik (AHA/ASA,Class IIb, Level of evidence Q.

    i. Penyakit Kardiovaskular

    Risiko terkena stroke serangan pertama meningkat

    pada orang dengan penyakit vaskular aterosklerctik non

    serebrovaskular (penyakit jantung koroner, gagal jantung,atau klaudikasio intermiten). Terapi /ang digunakan untuk

    penatalaksanaan kondisi tersebut, misalnya antiagregasi

    platelet seperti yang direkomendasikan pada bagian lain

    dari panduan ini, dapat menurunkan risiko stroke.Hipertensi2

    a. Panduan The Joint National Commitee Seventh (JNC

    7) merekomendasikan skrining tekanan darah secara

    teratur dan penanganan yang sesuai, termasuk

    modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologik.

    b. Tekanan darah sistolik harus dikelola mencapai

    target

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    16/151

    farmakologi secara individua! (ESO, Class I. Level o f

    evidence A).

    5. Merokok1

    a. Merokok tidak direkomendasikan. Perokok aktif

    disarankan untuk berhenti rnerokok karena studiepidemiologi menunjukkan hubungan yanq konsisten

    antara merokok dengan stroke iskemik maupun

    perdarahan subarakhnoid (AHA/ASA, Class I, Level o f

    evidence B).

    b. Walaupun belum cukup bukti bahwa menghindari

    lingkungan asap rokok dapat mengurangi insidensistroke, tetapi data epidemiologi menunjukkan

    peningkatan risiko stroke pada mereka yang terpapar

    asap rokok dan manfaat menghindari asap rokok pada

    risiko kardiovaskuler lain. Oleh karena itu, anjuran

    untuk menghindari paparan dengan lingkungan asaprokok cukup beralasan (AHA/ASA, Class Ila, Level of

    evidenceQ.

    c. Berbagai cara seperti konseling, pengguncan pengganti

    nikotin, pemakaian obat-obat oral untuk berhenti

    merokok, dapat dipakai sebagai strategi penghentian

    merokok secara keseluruhan. Status rokok perlu selaludibicarakan dan didiskusikan setiap pertemuan dengan

    penderita (AHA/ASA , Class 1, Level of evidence B).

    Keterangan:

    4 Merokok menyebabkan peninggian koagulabilitas,

    viskositas darah, meninggikan kadar fibrinogen,mendorong agregasi platelet, meninggikan tekanan

    darah, meningkatkan hemaiokrit, menurunkan

    kolesterol HDL dan meningkatkan kolesterol l_DL.

    Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi

    endotel.

    Perokok pasif, risiko sama dengan perokok aktif.

    9

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    17/151

    6. Diabetes

    a. Penderita diabetes direkomendasikan untuk mengontro

    hipertensi secara ketat (rekomendasi 7 a 3 0

    130/80 mmHg untuk pasien diabetes) sebagai bagian

    dari program pengurangan risiko yan9 men/

    (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)-

    b. Pemakaian ACEI atau ARB pada penderita diabet^

    dewasa dengan hipertensi terbukti berman aatASA, Class I, Level of evidence A).

    c. Pada penderita diabetes dewasa, khususnya me,e a

    yang memiliki faktor risiko tambahan, pemberian statin

    direkomendasikan untuk menurunkan risiko ter ena

    stroke serangan pertama (AHA/ASA, 0d5S *~eve 0

    evidence/4).

    d. Gula darah harus diperiksa secara teratur- Gula 013 .

    direkomendasikan agar dikelola dengan m ..i . . aS!pola hidup dan terapi farmakologi secara in ivi ua

    (ESO, Class IV, Level of evidence Q .

    Fibrilasi Atrium (Atrial Fibrilation,AF)1

    a. Skrining aktif adanya AF pada penderita >65 tahun 1, . , -i/ca nadi diikutiunit perawatan primer dengan memeriksa

    EKG terbukti bermanfaat ( AHA/ASA, Gd$5 a' Leve evidence B).

    b. Adjusted-dose warfarin (target 1NR

    direkomendasikan pada semua penderita dengan nonvalvular atrial fibrillation yang dinilai beris^ ^99'

    dan beberapa penderita yang dinilai berisiko se ang,

    selama pemberian obat ini aman. (AHA/a^A, Cass x,

    Level o f evidence A). risikoc. Aspirin direkomendasikan untuk penderita AF risi o

    rendah dan beberapa penderita risiko sedang denganpertimbangan berdasarkan pilihan penderita, risi o

    kemungkinan terjadinya perdarahan, serta tersedianya

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    18/151

    fasilitas pemantauan antikoagulan yang baik (AHA/ASA,

    Class I, Level of evidenceA).

    d. Penanganan tekanan darah secara agresif bersama

    pemberian anutrombotik profilaksis pada penderita AF

    usia lanjut bisa bermanfaat (AHA/ASA , Class Ila, Leveof evidence B).

    e. Penderita AF yang tidak dapat menerima antikoagulan

    oral dapat diberikan aspirin (ESO, Class I, L evel ol

    evidence A).

    f. Penderita AF yang menggunakan katup jantung prostetik

    perlu mendapat antikoagulan jangka panjang dengan

    target INR berdasarkan tipe katup prostetiknya, tetapi

    tidak kurang dari INR 2,0 - 3,0 (ESO, Class II, Level ol

    evidence B).

    8. Penyakit Jantung Lain1

    Pemberian warfarin cukup beralasan pada penderitapascainfark miokard dengan elevasi segmen ST (S T Elevation

    Myocardial Infarct,STEMI) dengan trombus mural ventrikel

    kiri atau kelainan akinetik segmen ventrikel kiri untuk

    mencegah terjadinya stroke (AHA/ASA, Class Ha, Level of

    evidence A).9. Dislipidemia1

    o. Penderita penyakit jantung koroner atau penderita

    dengan risiko tinggi seperti penderita diabetes dianjurkan

    mendapat tambahan terapi pemberian statin, di samping

    modifikasi gaya hidup, untuk mencapai kadar kolesterol

    LDL sesuai pedoman The National Cholesterol Education

    Program (NCEP) (AHA/ASA, Class I, Level of evidence

    A).

    b. Kolesterol darah harus diperiksa secara teratur. Penderita

    dengan kolesterol darah tinggi (LDL >150 mg/dl)

    sebaiknya dikelola dengan modifikasi pola hidup danpemberian statin (ESO, Class I, Level of evidence A).

    11

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    19/151

    Asymptomatic Carotid Stenosis'

    a. Skrining pada penderita stenosis arteri karoti'

    asimptomatik direkomendasikan untuk mencari fakto

    risiko lain dari stroke yang masih dapat diterapi dengar

    modifikasi gaya hidup dan terapi medis yang sesua

    (AHA/ASA, Class I, Level o f evidence Q-b. Pemilihan penderita asimptomatik untuk dilakukar

    revaskularisasi karotis harus melihat kondisi komorbid

    harapan hidupnya, dan juga faktor-faktor individua

    lain termasuk hasil diskusi tentang manfaat dan nsikc

    dari prosedur yang akan dijalankan. Dokterjuga haru;

    menghargai pilihan penderita (AHA/ASA , Class I, Leve

    of evidenceQ.c. Sepanjang tidak ada kontraindikasi, penggunaan aspirir

    direkomendasikan pada Carotid Endarterectomy(CEA(AHA/ASA, Class I , Level o f evidence O-

    d. CEA profilaksis dapat dilakukan Pada Penderit;

    stenosis arteri karotis asimptomatik dengan seleks

    ketat (minimum 60% dengan angiografi, 70% dengar

    Doppler ultrasound) (AHA/ASA, Class Ha, Level o

    evidence Aj.

    e Stenting arteri karotis profilaksis Pada penderfcasymptomatic carotid stenosisdipertimbangkan denga r

    seleksi ketat (>60% pada angiografi, >70% pada USC

    Doppler atau >80% oada Computed Tomograph/90% menjadi

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    21/151

    sesuai dengan panduan umum (AHA/ASA, &a ss ^ 'e v e '

    o f evidence A).12. Terapi sulih hormon'

    a. terapi sulih hormon (estrogen dengan atau tanpa

    progestin) tidak dibenarkan sebagai pencegahan _tro e

    primer pada penderita pascamenopause (A / ,

    Class I II , Level of evidence A).

    b. ESO juga menyebutkan bahwa terapi sulih hormon ti adirekomendasikan (ESO, Class I , Level o f evidence

    13. Kontrasepsi oral1

    a. Kontrasepsi oral dapat berbahaya pada pen e ric

    dengan faktor risiko tambahan seperti merokok ar

    riwayat kejadian tromboemboli (AHA/ASA, C/ass

    Level of evidence Q .b. Mereka yang tetap memilih menggunakan kontraseps

    oral meskipun menambah risiko, perlu dilakukan teraP

    agresif terhadap faktor risiko stroke yang sudah a c

    (AHA/ASA, Class Ilb , Level o f evidence O-

    Keterangan:

    Pemakaian kontrasepsi oral terutama pada wanita peroi

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    22/151

    produk susu rendah lemak dapat menurunkan tekanan

    darah serta merupakan diit yang direkomendasikan

    (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A).

    15. Aktivitas Fisik

    a. Peningkatan aktifitas fisik direkomendasikan karenaberhubungan dengan penurunan risiko stroke (AHA/

    ASA, Class I, Level o f evidence B).

    b. Pada orang dewasa, direkomendasikan untuk melakukan

    aktivitas fisik aerobik minimal selama 150 menit (2 jam

    30 menit) setiap minggu dengan intensitas sedang,

    atau 75 menit (1 jam 15 menit) setiap minggu dengan

    intensitas lebih berat (AHA/ASA, Class I, Level of

    evidence B).

    Keterangan:

    Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai

    aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang dan lain-lain) secara teratur akan dapat menurunkan tekanan

    darah, memperbaiki kontrol diabetes, memperbaiki

    kebiasaan makan, menurunkan berat badan dan

    meningkatkan kadar kolesterol HDL.

    Efek biologis: penurunan aktivitas platelet, reduksifibrinogen plasma, dan meningkatnya aktivitas

    tissue plasminogen activator.

    Pola makan sehat dan olah raga teratur adalah

    pengobatan utama bagi penderita obesitas dan

    mencegah stroke.

    16. Obesitas dan Lemak Tubuh

    a. Pada individu overweight dan obesitas, penurunan BB

    (berat badan) direkomendasikan untuk menurunkan

    tekanan darah (AHA/ASA, Class I, Level of evidence

    A).

    15

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    23/151

    b. Pada individu overweightdan obesitas, penurunan B

    dipandang cukup beralasan dapat menurunkan risikstroke (AHA/ASA, Class Ua, Level of evidence B).

    Keterangan:

    Obesitas memudahkan terjadinya penyakit jantunt

    stroke dan DM. Angka obesitas pada anak-anak da

    dewasa muda pada dekade terakhir ini mengalan

    peningkatan. Dengan demikian, angka kejadian stroke da

    penyakit jantung pada usia muda meningkat. Obesita

    dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan sehf

    dan melakukan olah raga teratur.

    Penurunan berat badan sebaiknya dilakukan denga

    target Body Mass Index (BMI)

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    24/151

    dan morbiditas kardiovaskuler lain, evaluasi adanya SDB

    dengan anamnesis yang teliti dan bila perlu dengan tes

    khusus direkomendasikan untuk dilakukan, terutama pada

    individu dengan obesitas abdomen, hipertensi, penyakit

    jantung, atau hipertensi yang resisten terhadap obat (AHA/

    ASA, Class I, Level of evidence A).

    20. Migren

    Mengingat adanya hubungan antara frekuensi migren yang

    sering dengan risiko stroke, pengobatan untuk menurunkan

    frekuensi migren cukup beralasan, meskipun belum cukup

    data yang menunjukkan bahwa pendekatan ini akan

    menurunkan risiko terjadinya stroke pertama (AHA/ASA,

    Class Ilb , Level of evidence Q .

    21. Hiperhomosisteinemia

    Pemberian vitamin B komplek, piridoksin (B6), kobalamin

    (B12) dan asam folat dapat dipertimbangkan untukpencegahan stroke iskemik pada penderita dengan

    hiperhomosisteinemia, tetapi manfaatnya belum jelas

    (AHA/ASA, Class Ilb, Level of evidence B).

    Asupan folat harian (400 pg/hr), B6 (1,7 mg/hr), dan

    B12 (2,4 pg/hr) melalui konsumsi sayur, buah, kacangpolong, daging, ikan, padi, dan sereal untuk individu

    yang tidak hamil dan menyusui mungkin berguna dalam

    menurunkan risiko stroke (AHA/ASA, Class Ilb, Level of

    evidenceC).

    22. Peningkatan Lipoprotem(a)

    Pemberian niacin cukup beralasan untuk pencegahan

    stroke iskemik pada penderita dengan Lp(a) yang tinggi,

    tetapi manfaatnya belum jelas (AHA/ASA, Class Ilb, Level

    of evidence B).

    23. Hiperkoagulabilitas

    a. Manfaat skrining genetik untuk mendeteksi

    17

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    25/151

    24.

    d.

    e.

    h'perkoagulabilitas heriditer pada pencegahan strok

    belum jelas (AHA/ASA, Class lib Level o f evidence B Manfaat terapi spesifik untuk p e n ce g ah stroke prirn

    Pada penderita trombofilia heriditer ata u didapat yar

    asimptomatik belum jelas (AHA/ASA C/*5Sevidence Q.

    C Aspir n dosis rendah (81 mg/han) tidak diindikasik;

    untuk pencegahan primer stroke pada seorang dengantiphospholipid antibodies (a p i) oositif persist

    mriama^i dan Infeksi

    a- Penanda inflamasi seperti hsCRP atau Lp-P^2 pac

    penderita tanpa CVD mungkin dapat mengidentifika

    penderita dengan peningkatan r i s i k o stroke, meskipiman aatnya dalam praktek klinis rutin belum jelas (AH>

    d PpnH f 5i 76' e"e/ f ewtence fl).dengan Penyakit inflamasi kronik, sepe-

    Kneumatoid Arthritis ( ra ) a tau S * " *

    S K / e m a t o s ^ ( S L E ) , p e rlu d iw a s p * * ' ^ e m p u n /

    r is iko s troke yang meningkat (AHA/ASA, Class I, Levof evidence B).

    Pengobatan denganantibiotik untuk infeksi kronissebag.

    ^ Pencegahan stroke, tidak rekomendasika

    Penplif * C/3SS UI' Level o f evidence A)-Penelitian pasien dengan peningkatan *sCRP denga

    pemberian statin dapat menurunkan risiko stroke (AH/ASA, C/ass 7/, Level o f evidence B).

    vaksinasi mfluensa setahun sekali dapat bermanfaf

    pada penderita dengan risiko stroke (AHA/ASA, C/ai

    //a, eve/ o/7evidence B)pirin

    Pemakaian aspirin untuk p^nce^3" keJadiakardiovaskuler, termasuk stroke, drekomendasika

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    26/151

    pada seseorang dengan risiko cukup tinggi dibanding

    dengan risiko pengobatan, dengan nilai risiko kejadian

    dalam 10 tahun ke depan sebesar 6% sampai 10%

    (AHA/ASA, Class I, Level o f evidence A).

    Aspirin (81 rng sehari atau 100 mg setiap 2 hari sekali)bermanfaat untuk mencegah stroke pertama pada

    wanita dengan faktor risiko yang cukup tinggi dibanding

    dengan risiko pengobatan (AHA/ASA, Class Ila , Level o f

    evidence B).

    Aspirin tidak bermanfaat untuk mencegah strokepertama pada individu dengan risiko rendah (AHA/ASA,

    Class I I I , Level of evidence A).

    Antiplatelet selain aspirin tidak direkomendasikan untuk

    pencegahan primer stroke (ESO, Class IV, GCP).

    19

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    27/151

    LAMPIRAN

    Tabel II. 1. Profil Risiko Stroke Framingham

    modifikasi DAgostino dkk

    Nilai

    0 + 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 *8 + 9 + 1

    Pr'3

    Umur, th 5456

    5 7-59

    6 0 -62

    63 -65

    6 668

    6972

    7 3 -75

    7678

    79 -81

    8 2 -84

    85

    TD sistol tdk terapi,oirHg

    97-105

    106-115

    116-125

    126-135

    136-145

    146-155

    156-165

    166175

    176-185

    186-195

    196205

    TD sistol di terapi,mmHg

    97-105

    106-112

    113-117

    118-123

    124-129

    n o u s

    136142

    143150

    151161

    162-176

    1772C5

    Rivyt diabetes Tdl. Ya

    Merokok Tdk Yt

    Pnykt jantung Tdk YaAtral fibrilasi Tdk Ya

    LVH di EKG Tdk Ya

    Wanita

    Umur,Th 54-56

    57-59

    6 0 -62

    63 -64

    6 5 -67

    6 6 -70

    7 1 -73

    74-76

    '7 7 -78

    7 9 -01

    3284

    TD sistol tdk terapi,rn,,iHg

    95-106

    107-113

    119-130

    131-143

    144-155

    156-167

    168-180

    181-192

    193-204

    205216

    TD sisrol di terapi,mmHg

    95-10b

    107-113

    114-119

    120- 25

    126-131

    132-139

    140-148

    149-160

    161-204

    205-216

    Riwayat diabetes Tdk Ya

    Merokok Tdk Ya

    Penyakit jantung Tdk Ya

    Fibrilasi atrial Tdk Ya

    LVH dielectrocardiogram

    Tdk Ya

    20

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    28/151

    TABEL I I .2. Lanjutan Profil Risiko Stroke Framingham

    modifikasi DAgostino dkk

    10 tahun probabilitas, %Nilai Pria Wanita1 3 12 3 13 4 24 4 25 5 26 5 37 6 48 7 49 8 510 10 611 11 812 13 913 15 11

    14 17 1315 20 1616 22 1917 26 2318 29 2719 33 3220 37 37

    21 42 4322 47 5023 52 5724 57 6425 63 7126 68 7827 74 84

    28 7929 8430 88

    Tabel diatas menjelaskan probabilitas kejadian stroke dalam 10 tahun padalaki-laki dan perempuan usia 55-85 tahun dan tidak ada riwayat stroke padaFramingharm Heart Study. Modifikasi dari D'Agostino dkk. Riwayat infarkmiokard mengindikasikan angina pectoris, insufisiensi koroner, klaudikasiointermiten, dan gagal jantung kongestif.

    21

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    29/151

    Tabel I I .3. Rekomendasi Penatalaksanaan Hipertensi

    Berdasarkan Klasifikasi dan Terapi Tekanan Darah (JIMC 7)

    KlasifikasiTD Sistolik(mmHg)

    TDDiastolik(mmHg)

    Tidak ada indikasipenyakit penyeita

    Dengan indik;

    penyakit

    penyerta

    Normal - 120 Dan < 80

    Prehipertensi 120-139 Atau 80-90

    Hipertensi St. 1 140-159 Atau 90-99

    Hipertensi St. 2 > 160 Atau >100

    Jangan beri ouat

    anti hipertensi

    Jangan beri obat

    antihipertensi

    Kebanyakan

    diuretik gol tiazidPertimbanganACE1, ARB,BB, CCB, ataukombinasi

    Kebanyakankombinasi duaobat (diuretik goltiazid dg ACEI/ARB/BB/CCB)

    Jangan beri ol

    anti hipertens

    Obat untuk

    indikasi penyapenyerta

    Obat untuk

    indikasi penyepenyerta.Obat lain bila

    diperlukan

    (diuretik, ACEI

    ARB, BB, CCB)

    Obat untukindikasi penyalpenyerta.Obat lain biladiperlukan(diuretik, ACEIARB, BB, CCB)

    * Modifikasi gaya hidup dianjurkan untuk semuanya dan meliputipenurunan berat badan bila kelebihan berat badan, (2) mengurangi asupetil alkohol, (3) peningkatan aktifitas fisik aerobik (30-45 menit tiap ha(4) pengurangan asupan natrium (120 mmol/hr), (6) berhemerokok, dan (7) diit DASH (kaya sayuran, buah, produk susu renclemak serta mengurangi lemak jenuh dan lemak total. Indikasi yernemaksa meliputi: ( I ) gagal jantung kongestif, (2) infark miokard,diabetes, (4) gagal ginjal kronik, dan (5) stroke sebelumnya.

    # Pada awal terapi, kombinasi harus berhati-hati pada mereka yang memirisiko hipotensi ortostatik

    22

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    30/151

    Tabel II.4. Rekomendasi Untuk Faktor Risiko Lain Yang Dapat

    Dimodifikasi Menurut AHA/ASA

    Faktor Tujuan RekomendasiMerokok Berhenti

    Menghindari daerahberasap rokok

    Dukung pasien dan keluarganya dengan kuatuntuk berhent'.. Sediakan program konseling,pengganti nikotin, dan program resmi yangtersedia

    Diabetes Memperbaiki kontro! guladarahTerapi hipertensiPertimbangkan statin

    Memperbaiki kontrol glukosa melalui diit, obathipoglikemi oral, dan insulin. Lihat kebijakanpanduan lebih lanjut

    Stenosis karotisasimptomatik

    Endaiterectomydapat cipertin.bangKan padapasien yang teiah dipilih dengan stenosis - 60%

    dan < 100% ., dilakukan oleh ahli bedah denganangka morbiditas/mortalitas 30 menit setiap hari cepat, joging, bersepeda, atau aktifitas aerobiklain)

    Untuk pasien risiko tinggi harus mengikutiprogram dengan pengawasan medis (mis :penyakti jantung) dan program adaptif sesuaidefisit fisik/neurologis

    Diet seimbang Diet mengandung > 5 pemberian buah dansayur perhari dapat mengurangi risiko stroke

    Alkohol Pengurangar sedang Laki-laki sebaiknya mengkonsumsi tidak lebihdari 2 gelas/hari, dan wanita tidak hamilmengkonsumsi tidak lebih dari 1 gelas/hari

    Penyalahaunaarobat.

    penghentian P.iwayat penyalahgunaan obat yang mendalamharus dimasukkan sebagai bagian dari evaluasikesehatan untuki seluruh pasien

    Kontrasepsi oral Hindari bagi yang berisiko

    tinggi

    Informasikan pada pasien mengenai risiko

    stroke dan berikan bentuk kontrol kelahiranalternatif untuk wanita yang merokok, memilikimigrain (terutama usia tua atau merokok),usia > 35 th , atau pernah mengalami stroketromboembolik sebelumnya

    Sleep-disorderedbreathing

    Terapi SDB yang berhasil Pertimbangkan evaluasi laboratorium tidurpada pasien yang mendengkur, mengantukberlebihan, dan faktor risiko vaskulark, terutamabila BMI > 30 dan resisten terhadap obat antihipertensi

    23

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    31/151

    Tabel 11.5. Rekomendasi lerapi dan Stratifikasi Risiko Atria

    Fibrilasi Nonvalvular: Stratifikasi Risiko Berdasarkan CHADS;

    Skor CHADS2 Level risiko Score rate Rekomendasiterapi berdasarkar

    stratifikasi risiko

    0 Low 1.0% /tahun Aspirin(75-325 mg/heri)

    1 Low-moderate 1.5%/tahun Warfarin INR 2atauaspirin (75-325 mehari >+

    2* Moderate 2.5%/tahun Warfarir INR 2-3 -+

    3 High 5.0%/tahun Warfarin INR 2-++

    >=4 Very high >7% /' tahun -

    Gagal jantung kongestif, hipertensi, usia >75 tahun, atau diabetes 1 poin

    Stroke atau TIA * =2 point.Untuk validasi CHADS2 lihat Gage et al.dan Go ei al."Semua penderita fibrilasi atrialnonvalvular dengan riwayat stroke sebelumny

    atau TIA harus diperhitungkan sebagai risiko tertinggi dan mendapat terapantikoagulan. Stratifikasi CHADS2 harus diterapkan pada prevensi primer.+pertimbangkan preferensi/ pilihan penderita, risiko terjadinya perdarahandan kemudahan akses monitoring INR yang baik. Pada penderita dengan s k oCHADS2 = 1 , jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya strokdalam waktu 1 tahun dengan wa^arin adalah - 100, control penggunaa rantikoagulan yang baik adalah dasar untuk mendapat hasil yang baik pula.++bila penderita berusia >75 tahun, target INR adalah 1,6-2,5 y a n c

    direkomendasikan oleh beberapa ahli-

    24

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    32/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    33/151

    BAB IV

    PENATALAKSANAAN UMUM STROKE AK

    A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat

    1. Evaluasi Cepat dan Diagnosis

    Oleh karena jendela terapi dalam perg^al:an

    akut sangat pendek, maka evaluasi dan diag|10SIS

    harus dilakukan dengan cepat, sistematik, dan

    seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa

    kejang, cegukan (hiccup),gangguan visual penuruna

    kesadaran, serta faktor risiko stroke (h'Pe ens

    diabetes, dan lain-lain).1 rkulasb. Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian re5piraSI'

    oksimetri, dan suhu tubuh. Pemeriksaan kep

    leher (misalnya cedera kepala akibatjatuh saat kejang

    bruit karotis, dan tanda-tanda distensi vena jugular po 20

    menit, diulangi setiap 4 - 6 jam dengan target

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    37/151

    batuk, suction, bucking ventilator (AHA/ASA, Oas

    III-V, Level of evidence Q. Agen nonclepolarzd

    seperti vencuronium atau pancuronium ya n

    sedikit berefek pada histamin dan blok pao

    ganglion lebih baik digunakan (AHA/ASA, Cas

    III-V, Level o f evidence Q . Pasien elenga

    kenaikan kritis TIK sebaiknya diberikan relaksaotot sebelum suetioning atau lidokain sebag;

    alternatif.3

    ix. Kortikosteroid tidak direkomendasi unu

    mengatasi edema otak dan tekanan tinjc

    intrakranial pada stroke iskemik, tetapi dapaldiberikan kalau diyakini tidak ada kontraindiksi.

    (AHA/ASA, Class II I, Level of evidenceA).1

    x. Drainase ventrikulr dianjurkan pada hidrosefaus

    akut akibat stroke iskemik serebelar (AHA/AIA,

    Class I, Level of evidenceB).1

    xi. Tindakan bedah dekompresif pada keadan

    iskemik serebelar yang menimbulkan t:!

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    38/151

    dose 15 - 20 mg/kg bolus dengan kecepate

    maksimum 50 mg/menit.

    Bila kejang belum teratasi, maka periu dirawat i

    ICU.

    Pemberian antikonvulsan profilaksis pada penderit

    stroke iskemik tanpa kejang tidak dianjurkan (AH/

    ASA, C/ass III, Level o f evidence Q .'

    Pada stroke perdarahan intraserebral, oba

    antikonvulsan profilaksis dapat diberikan selama

    bulan, kemudian diturunkan, dan dihentikan bil.

    tidak ada kejang selama pengobatan (AHA/ASAC/ass V, Level of evidence Q . :

    g. Pengendalian Suhu Tubuh

    Setiap penderita stroke yang disertai demam haru;

    diobati dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya

    (AHA/ASA, Class I, Level o f evidence Q .[

    Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari38,5C (AHA/ASA Guideline)1 atau 37,5C (ESO

    Guideline).2

    Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi,

    harus dilakukan kultur dan hapusan (trakea, darah,

    dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai

    kateter ventrikuler, analisa cairan serebrospinal harus

    dilakukan untuk mendeteksi meningitis.

    Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti

    terapi antibiotik (AHA/ASA Guideline).3

    h Pemeriksaan Penunjang

    EKG Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi,

    faal hemostasis, kadar gula darah, analisis urin,

    analisa gas darah, dan elektrolit)

    Bila perlu pada kecurigaan perdarahan subaraknoid,

    37

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    39/151

    lakukan punksi lumbal untukpemeriksaan cairan

    serebrospinal

    Pemeriksaan radiologi

    i. Foto rontgen dada

    ii. CT Scan

    B. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat1. Cairan

    a . Berikan cairan isotonis seperti 0,9 % salin cengan

    tujuan menjaga euvolemi. Tekanan vena senral di

    pertahankan antara 5 - 1 2 mmHg.

    b. Pada umumnya, kebutunan cairan 30 ml/kgEB/hari(parenteral maupun enteral).

    c. Balanscairandiperhitungkandenganmengukurpnduksi

    urin sehari ditambah dengan pengeluaran cairar yang

    tidak dirasakan (produksi urin sehari di tambai 500 -

    ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak ian di

    tambah lagi 300 ml per derajat Celcius pada perierita

    panas).

    d. Elektrolit (natrium, kalium, kalsium, dan magn6iurr0

    harus selalu diperiksa dan diganti bila terjadi kekunngan

    sampai tercapai nilai normal.

    e. Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dnganhasi! analisa gas darah.

    f. Cairan yang hipotonik atau mengandung glk^sa

    hendaklah dihindari kecuali pada keadaan hipoglikenia.

    2. Nutrisi

    a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus dibrikan

    dalam 48 jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan 9telah

    hasil tes fungsi menelan baik.

    b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran meuru n

    makanan, nutrisi diberikan melalui pipa nasogastril

    38

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    40/151

    c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/nan

    dengan komposisi:

    Karbohidrat 30-40 % dan total kalori;

    Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih

    tinggi 35-55%);

    Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan

    protein 1.4-2.0 g/kgBB/hari (pada gangguan fungsi

    ginjal 6 minggu, pertimbangkan untuk gastrostomi.

    e. Pada keadaan tertentu, yaitu pemberian nutrisi enteraltidak memungkinkan, dukungan nutrisi boleh diberikan

    secara parenteral.

    f. Perhatikan diit pasien yang tidak bertentangan dengan

    obat-obatan yang diberikan. Contohnya, hindarkan

    makanan yang banyak mengandung vitamin K pada

    pasien yang mendapat warfarin.4

    3. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi

    a. Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi

    subakut (aspirasi, malnutrisi, pneumonia, trombosis

    vena dalam, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedi

    dan kontraktur) perlu dilakukan. (AHA/ASA, Level of

    eviaence B andC) .1 .

    b. Berikan antibiotika atas indikasi dan usahakan sesuai

    dengan tes kultur dan sensitivitas kuman atau minim?!

    terapi empiris sesuai dengan pola kuman (AHA/ASA,

    Level ofevidence A).1c. Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan/

    atau memakai kasur anti dekubitus.

    d. Pfencegahan trombosis vena dalam dan emboli paru.

    e. Pada pasien tertentu yang berisiko menderita trombosis

    vena dalam, heparin subkutan 5000IU dua kali sehari atau

    39

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    41/151

    LMWHatau heparinoid perlu diberikan (AHA/ASA, Leveic

    evidence A). Risiko perdarahan sistemik dan perdarahaiintraserebral perlu diperhatikan." Pada pasien imobilisas

    yang tidak bisa menerima antikoagulan, penggunaai

    stocking eksternal atau aspirin direkomendasikan untu

    mencegah trombosis vena dalam. {AHA/ASA, Level c

    evidence Aand B).b

    Penatalaksanaan Medis Lain

    a. Pemantauan kadar glukosa darah sangat diperlukar

    Hiperglikemia (kadar glukosa darah >J 8 0 mg/dl) pad

    stroke akut harus diobati dengan titraci insulin (AHA

    ASA, Class I, Level of evidence C).1 Target yang haru

    dicapai adalah normoglikemia. Hipoglikemia berat (

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    42/151

    j. Edukasi keluarga.

    k. Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar

    rumah sakit).

    KEPUS TA KA A N

    1 . AHA/ASA Guideline. Guidelines for the early management of adults

    with ischemic stroke. Stroke 2007; 38:1655-1711.

    2. Ringleb PA et al. Guidelines for Management of Ischemic Stroke

    and Transient Ischemic Attack 2008. The European StrokeOrganization (ESO) Executive Committee and the ESO Writing

    Committee.

    3. Broderick j et al. Guidelines for the Management of Spontaneous

    intracerebral Hemorrhage in Adults: 2007 Update. Stroke 2007,

    38:2001-2023

    4 . Hart RG, Palcio S. Cardioembolic Stroke. http://www.emedicine.

    com/ neuro/ topic45.htm

    5. Coull B.M, et al. Anticoagulants and Antiplatelet Agents in Acute

    Ischemic Stroke. Report of the loint Stroke Guideline Development

    Committee of the American Academy of Neurologyand the American

    Stroke Association (a Division of the American Heart Association).

    Stroke. 2002-33; 1934-1942.

    6. Adams, HP. et al. Emergent Use of Anticoagulation for Treatment of

    Patients With Ischemic Stroke. Stroke. 2002; 33:856-861.

    41

    http://www.emedicine/http://www.emedicine/
  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    43/151

    BAB V

    K E D A R U R A T A N MEDIK STROKE AKUT

    A. P e n a ta laksan aan T e kan an D arah P a d a S t ro ke Akut

    t Penatalaksanaan Hipertensi

    Sebagian besar (70-94%) pasien stroke akut

    mengalami peningkatan tekanan darah sistolik >140mmHg Penelitian di Indonesia didapatkan kejadian

    hipertensi pada pasien stroke akut sekitar 73,9%. sebesar

    22 5 -27 6% di antaranya mengalami peningkatan tekanan

    darah sistolik >180 mmHg (BASC: Blood Pressure in Acute

    Stroke Collaboration 2001 ; IST: International Stroke Trial

    2002Banyakstudi menunjukkan adanya hubungan berbentuk

    kurva U ( U-shaped relationship) antara hipertensi pada

    stroke akut (iskemik maupun hemoragik) dengan kematian

    dan kecacatan. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa

    tingginya tekanan darah pada level tertentu berkaitan

    dengan tingginya kematian dan kecacatan.

    Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke

    akut sebagai tindakan rutin tidak dianjurkan, karena

    kemungkinan daDat memperburuk keluaran neurologis.

    Pada sebaaian besar pasien, tekanan darah akan turun

    dennan sendirinya daiam 24 jam pertama setelah awitan

    serangan stroke. Berbagai Guidelines (AHA/ASA 2007 dan

    ESO 009) merekomendasikan penurunan tekanan darah

    yang tinggi pada stroke akut agar dilakukan secara hati hati

    dengan memperhatikan beberap^kond^i dibawah ini.

    a Pada pasien stroke (iskemik akut) tekanan darah

    diturunkan sekitar 15%; (sistolik maupun diastolik)dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan

    42

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    44/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    45/151

    e. Pada pasien stroke perdarahan mtraserebral dengan

    TDS 150-220 mmHg, penurunan tekanan darah dengancepat hingga TDS 140 mm cukup aman (AHA/ASA,

    Class Ila, Level of evidence B). Setelah kraniotomi,

    target MAP adalah 100 mmHg.

    f. Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam

    penurunan tekanan darah pada penderita stroke

    perdarahan intraserebral.g. Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan

    penyekat beta (labetaiol dan esmolol), penyekat kanal

    kalsium (nikardipin dan diltiazem) intravena, digunakan

    dalam upaya diatas.

    h. Hidralasin dan nitroprusid sebaiknya tidak digunakan

    karena mengakibatkan peningkatan tekanan intrakraniai,

    meskipun bukan kontra indikasi mutlak.

    i. Pada perdarahan subaraknoid (PSA) aneurismal,

    tekanan darah harus dipantau dan dikendalikan

    bersama pemantauan tekanan perfusi serebral untuk

    mencegah risiko terjadinya stroke iskemik sesudah PSAserta perdarahan ulang (AHA/ASA, Class I, Level of

    evidence B). Untuk mencegah terjadinya perdarahan

    subaraknoid berulang, pada pasien stroke perdarahan

    subaraknoid akut, tekanan darah diiurunkan hingga

    TDS 140 - 160 mm Hg. Sedangkan TDS 160-180

    mm Hg sering digunakan sebagai target TDS dalammencegah risiko terjadinya vasospasme, namun h a l ini

    bersifat individual, tergantung pada usia pasien, berat

    ringannya kemungkinan vasospasme, dan komorbiditas

    kardiovaskular.

    j . Calcium Channel Blocker (nimodipin) telah diakui

    dalam berbagai panduan penatalaksanaan PSA ka rena

    dapat memperbaiki keluaran fungsional pasien apabila

    44

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    46/151

    vasospasme serebral telah terjadi. Pandangan akhir

    akhir ini menyatakan bahwa ha! ini terkait dengan efek

    neuroprotektif dari nimodipin.

    k. Terapi hiperdinamikdengan ekspansi volume, dan induksi

    hipertensi dapat dilakukan dalam penatalaksanaan

    vasospasme serebral pada PSA aneurismal (AHA/ASA,

    Class Ha, Level o f evidence B), tetapi target rentang

    tekanan darah belum jelas.

    I. Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat

    dipertimbangkan hingga lebih rendah dari target

    diatas pada kondisi tertentu yang mengancam targetorgan lainnya, misalnya diseksi aorta, infark miokard

    akut, edema paru, gagal ginjal akut, dan ensefalopati

    hipertensif. Target penurunan tersebut adalah 15-25%

    pada jam pertama, dan TDS 160/90 mmHg dalam 6

    jam pertama.

    45

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    47/151

    Tabel IV.l. Obat antihipertensi pada stroke akut

    Golongan/ MekanismeO b a t__________________

    Tiazid

    Diazoksid'

    ACEI

    Enalaprilat*

    AktivasiATP-sensitive

    K-channels

    ACE inhibitor

    Calc ium Cha nn el Blocker

    Nikart'ipin Penyekat kanalClevidipin*Verapamil*Diltiazem'

    kalsium

    Beta Blocker

    Labetalol* Antagonisreseptor o l,

    l , 2

    Esmolol* Antagonisselektif reseptor

    l

    Alfa Blocker

    Fentolamin* Antagonisreseptor a l, a2

    Dosis Keuntungan Ker t9 i an

    IV bolus: 50-100 Awitan

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    48/151

    Vasodilator langsung

    Hidralasin NO terkait 2,5-10 mg IV Serum-sicknessdengan bolus (sarrnai like, drug-mobilisasi 40 mg ) induced lupus,kalsium dalam durasi lam (3-4otot polos jam), awitan

    lambat (15 30

    menit)TiopentaH Aktivasi

    reseptor GABA30-60 mg IV Awitan cepat (2

    menit), durasisingkat (5-10menit)

    Depresimiokardial

    Trimetafan* Blokadeganglionik

    1-5 mg/menit IV Awitan segera,durasi singkat(5-10 menit)

    Bronkospasne,retensi urin,siklopegia,

    midriasisFenoldipam* Agonis DA-1

    dan reseptor a20,001-1,6 pg/kg/merut IV;tanpa bolus

    Awitan

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    49/151

    1 ; 10

    akan ditimbulkan seperti takikardia. Obat-obat vasopressor

    yang dapat digunakan antara lain, fenilephrin, dopamine,dan norepinefrin. Pemberian obat-obat tersebut diawali

    dengan dosis kecil dan dipertahankan pada tekanan darah

    optimal, yaitu TDS berkisar 140 mmHg pada kondisi akut

    stroke.

    Tabel IV.2. Obat intravena untuk meningkatkan tekanan darah

    pada stroke akut

    Golongan/Obat

    Mekanisme Dosis Keuntungan Kerugian

    Norepinefrin Agonis reseptor

    al, a2, pi

    4 pg/ml, dimulai

    1 pg/menit,titrasi

    Refleks

    bradikardia,vasokonstriksisistemik dapatmemperburukfungsi end-organ

    Dopamin Agonis reseptora t pada dosis

    tinggi

    >10 py/kg/menit

    Takiaritmia,nekrosis

    ekstremitaskarena iskemiadenganekstravasasi,peningkatantekananintraokular

    Fenilefrin* Agonis reseptora l dan a2

    fek minimalpada reseptor (3(tidakmempengaruhikontraktilitasdan irama

    jantung

    Refleksbradikardia

    *belum tersedia di Indonesia

    48

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    50/151

    29. Adam HP et at. Guidelines for the Early Management of AdultsWith Ischemic Stroke. Stroke 2007, 38:1655-1711

    30 . Broderick J et al. Guidelines for the Management of SpontaneousIntracerebral Hemorrhage in Adults: 2007 Update. Stroke 2007,38:2001-2023

    31 . Bederson JB et al. Guidelines for the Management of Aneurysmal

    Subarachnoid Hemorrhage. Stroke 2009, 40:994-102532. Ringleb PA et al. Guidelines for Management of Ischemic Stroke

    and Transient Ischemic Attack 2008. The European StrokeOrganization (ESO) Executive Committee and the ESO WritingCommittee.

    33. Hocker S, Morales-Vidal S, Schneck MJ. Management of ArterialBlood Pressure in Acute Ischemic and Hemorrhagic Stroke. InBiller J, Evans RW. Neurologic Clinics. Advances in NeurlogicTherapy. WB Saunders Company, Philadelphia, 2010, pp 863

    886 .

    B. Penatalaksanaan Gula Darah pada Stroke Akut

    1. Latar BelakangHiperglikemia terjadi pada hampir 60% pasien stroke

    akut nondiabetes. Hiperglikemia setelah stroke akut

    berhubungan dengan luasnya volume infark dan gangguan

    kortikal dan berhubungan dengan buruknya keluaran.

    Tidak banyak data penelitian yang menyebutkan bahwa

    dengan menurunkan kadar gula darah secara aktif akan

    memperbaiki keluaran.1'2'3

    Salah satu penelitian yang terbesar adalah penurunan

    kadar gula darah dengan infus glukosa-insulin-kalium

    dibandingkan dengan infus salin standar yang menunjukkan

    tidak ditemukan perbaikan keluaran dan turunnya tingkatkematian pada pasien dengan berhasil diturunkan sampai

    tingkat ringan dan sedang (median 137 mg/dl).4

    Hindari kadar gula darah melebihi 180 mg/dl,

    , disarankan dengan infus salin dan menghindari larutan

    glukosa dalam 24 jam pertama setelah serangan stroke

    akan berperan dalam mengendalikan kadar gula darah.1

    51

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    51/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    52/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    53/151

    c. Peralihan dari insulin intravena ke subkutan*

    Untuk mencapai glukosa darah pada tingkat

    sasaran, berilah dosis short-acting atau rapid-acting

    insulin subkutan 1-2 jam sebelum menghentikan infus

    insulin intravena. Dosis insulin basal dan prandial

    harus disesuaikan dengan tiap kebutuhan penderita.

    Contohnya, bila dosis rata-rata dari IV insulin i.O Ufjam selama 8 jam sebelumnya dan stabil, maka oosis

    total per hari adalah 24 U. Dari jumlah ini, sebesar 50/o

    (12 U) adalah basal sekali sehari atau 6 U 2X/haridan

    50% selebihnya adalah prandial, misalnya short-a(ting

    (regular) atau rapid aeting insulin 4 U sebelum tiapmakan.(tabel 3)

    Tabel IV.3. Pemberian insulin subkutan8

    Gula Darah sebelum

    makan (mg/dL) Algoritmadosis rendah

    Dosis insulin (Unit)

    Algoritmadosis sedang Algoritnadosis tin;gi

    150 - 199 1 1 2

    200 - 249 2 3 4

    250 - 299 3 5 7

    300 - 349 4 7 ,1 0> 349 5 8 12

    Catatan:i. Algoritma dosis rendah dipakai untuk pasien yang membutul ikanc 40

    U insulin/hari.ii. Algoritma dosis sedang dipakai untuk pasien yang membutuhkar40 -

    80 U insulin/hari.iii. Algoritma dosis tinggi dipakai untuk pasien yang membutuhka n 80U

    insulin/hari.

    54

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    54/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    55/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    56/151

    Pemberian antibiotika spektrum luas atau se uai

    hasil laboratorium yang didapat.

    Pemberian ant.hioi.ik tidak boleh lebih dari / hari.

    Pilihan antibiotika meliputi:

    i. ISK bagian bawah

    Cefixime, cotrimoxazoie atau ofloxacin

    (SIGN, Level of evidence 1+)atau Cefixime,

    Cotrimoxazoie (Sulfamethoxazole 800mg,

    Trimethoprim 160 mg), Ofloxasin.

    Nitrofurantoin (SIGN, Level of evidence

    1++)ii. ISK bagian atas

    Ciprofloxacin (SIGN, Level of evidence 4)

    o Pivmecillinam (SIGN, Level of evidence 1+)

    o Nitrofurantoin tidak efektif (SIGN, Level of

    evidence4)

    KEPUSTAKAAN

    1. Adams HP, Management of Patiens with Recent Stroke, in principles

    Cerebrovaskular Disease-, edited by McGraw Hill Medical, New. York, 2007: 525-526.

    2. . Scottish Intercollegiate Guidelines Network, Management ofsuspected bacterial urinary tract infection in adult. A nationalclinical guideline, online www.sign. AC.UK, July 2006' 12-16.

    3. Harm H, Halle E, Meisel A. Post-stroke Infections - Diagnosis,Prediction, Prevention and Treatment to Improve PatientOutcomes,Brain Trauma Stroke, Touch briefings 2010:39:43.

    4. Beyer I, Mergam A, Benoit F, Theunissen C and Pepersack T,Management of urinary tract infection in the elder, SpringerLink-

    Journal Article vol 34, Number 2/April 2001.

    57

    http://www.sign/http://www.sign/
  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    57/151

    Bronkopneumonia

    a. Pencegahan dan Deteksi

    Pemberian antibiotik profilaks tidak dianjurkan

    karena dapat memperburuk kondisi saat fase akut

    stroke.

    Pneumonia akibat disfagia atau gangguan refleks

    menelan, erat hubungannya dengan aspirasipneumonia. Oleh karena itu, tes refleks batuk

    perlu dilakukan untuk mengidentifikasi risiko

    pneumonia.23

    Pemberian pipa nasogastrik segera (dalam 48

    jam) dianjurkan pada pasien dengan gangguan

    menelan.1

    Pencegahan aspirasi pneumonia dapat dilakukan

    dengan:

    i. Elevasi kepala 30-45

    ii. Menghindari sedasi berlebihan

    iii. Mempertahankan tekanan endotracheal cuffyang tepat pada pasien dengan intubasi dan

    trakeostomi

    iv. Memonitor volume residual lambung selama

    pemberian makanan secara enteral

    v. Menghindari pemakaian pipa nasogastrik yang

    lama '.

    vi. Seleksi diit yang tepat untuk pasien dengan

    disfagia

    vii. Mengaspirasi sekresi subglotis secara teratur

    viii.Rehabilitasi fungsi menelan

    ix. Merubah posisi pasien saat berbaring dfisik.3

    x. Terapi farmakologis seperti pemberian ACE

    inhibitor, amantadine dan cilostazol, diduga dapat

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    58/151

    mengurangi risiko aspirasi pneumonia pada

    pasien stroke melalui mekanisme peningkatan

    kadar dopamin dan substansi P.'1

    xi. Oleh karena disfagi dapat berisiko terjadi

    pneumonia aspirasi, maka untuk mencegahkomplikasi pneumonia dan memperbaiki fungsi

    menelan dilakukan modifikasi diit serta latihan

    otot-otot menelan dan stimulasi struktur mulut

    dan faring.15'678

    b. Penataiaksanaan

    Fisioterapi (chest therapy) dengan spirometri,

    inhalasi ritmik, dan menepuk-nepuk dada

    Pemberian antibiotik sesuai indikasi (kalau perlu tes

    resistensi kuman) antara lain:

    i. Tanpa komorbiditas9

    o Macrolide (azithromycin, clarithromycin,atau erythromycin (evidence Based Review

    of Stroke Rehalibitation; EBRSR, Level Of

    evidence I)

    o Doxycycline (EBRSR, Level Of evidence III)

    ii. Disertai penyakit lain seperti diabetes mellitus,alkoholisme, keganasan, penyakit jantung,

    paru, liver, dan ginjal kronik, serta penyakit

    irnunosupresi:*

    o Fluoroquinolone (moxifloxacin, gemifioxacin,

    atau levofloxacin (EBRSR, Level Of evidence

    I)o (3-lactam dengan macrolide (EBRSR, Level of

    evidence I) amoxicillin dosis tinggi 3 x 1 g/

    hari atau amoxidllin-davulanate, alternatif

    lainnya adalah ceftriaxone, cefpodoxime

    atau cefuroxime, dan doxycycline sebagai

    59

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    59/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    60/151

    4. Kedlaya, Divakara s. , illown NuMtinn and Hydration DuringAcute Stroke Cate, Loma Linda University Medical CenterCal!forn:a, Top Strok;, Rehabilitation. 2002;9(2):23-38

    5. Davenport R1, Dennis MS Wellwood I. Complications Aftei AcuteStroke. Stroke 1996; 27: 415-420

    6. Martino, Rosemary. Dysphagia After Stroke, University of TorontoCanada, Stroke.2005;36:2756-27637. Duncan PW, Zorowitz R, Bates B, Choi JY, Glasberg JJ, Glenn D.

    Graham. Management of Adult Stroke Rehabilitation Care, in: AClinical Practice Guideline, Stroke 2005;36;el0G-el43.

    8. National Stroke Foundation Clinical Guidelines for StrokeManagement 2010

    9. Teasel RW, Foley NC, Bhogal SK et al. An evidence Based Reviewof Stroke Rehabilitation. Available at : Top Stroke Rehabi! 2003;10 (1) : 29-58. www.thomasland.com

    10. Dottenkofer M, Ebner W, Hans FJ. Nosocomial Infections in ANeurosurgery Intensive Care Unit. Acta Neuroclinic ( Wien ).1999; 141: 1303-1308

    3. Stress Ulcer

    a. Prevensi' -

    Untuk mencegah timbuinya perdarahan lambung

    pada stroke, sitoprotektor atau penghambat

    reseptor H2 perlu diberikan.

    Tidak ada perbedaan hasi! antara pemberian

    penghambat reseptor H2, sitoprotektor agen

    ataupun inhibitor pompa proton(SIGN, Level Of

    evidence I).

    Antasida tidak perlu diberikan pada profilaksis stressulcer(SIGN, Level Of evidence I)2

    Untuk semua penderita stroke, pemberian obat-

    obatan seperti NSAID dan kortikosteroid, serta

    makanan/ rninuman yang bersifat iritatif terhadap

    lambung (alkohol, rokok,, cuka) perlu dihindari.

    61

    http://www.thomasland.com/http://www.thomasland.com/
  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    61/151

    Tatalaksana4

    Pasien dipuasakan Pasien dengan stress ulcer harus dilakukan

    penatalaksanaan ABC yang adekuat. Petugas yang

    terlatih diperlukan dalam mengenali tanda gagal

    nafas dan mampu melakukan bantuan dasar untuk

    jalan nafas. Pada perdarahan yang banyak (lebih dari 30% dari

    volume sirkulasi), penggantian dengan transfusi

    darah perlu dilakukan ( Class IV, Level of evidence

    D). Untuk mengganti kehilangan volume sirkulasi,

    cairan pengganti berupa koloid atau kristaloid

    dapat diberikan sebelum transfusi. ( Class I, Level olevidence B). Infusion line: Infus NaCI 0,9%, RL atau

    plasma expander. Pasang pipa nasogastrik dan lakukan irigasi dengan

    air es tiap 6 jam sampai darah berhenti.

    Pemberian penghambat pompa proton seperti

    omeprazole atau pantoprazole diberikan secara

    intravena dengan dosis 80 mg bolus, kemudian

    diikuti pemberian infus 8 mg/jam se'ama 72 jam

    berikutnya ( class I,Level of evidence A).

    Hentikan pemakaian aspirin atau klopidogre!.

    Pemakaian aspirin dapat diteruskan bila terdapatindikasi yang jelas .{Class I, Level of evidence A).

    Pemberian nutrisi makanan cair jernih diit pasca

    hematemesis sangat membantu percepatan proses

    penyembuhan stress ulcer.Pemberian nutrisi harus

    dengan kadar serat yang tinggi dan dihindarkan

    dari makanan yang merangsang atau mengiritasi

    lambung.

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    62/151

    1. Valle JD. Peptic Ulcer Disease and Related Disorder. In:Kasper DL(editor) Harrison's Principles of Internal Medicine . 16 ed. NewYork;Mc Graw Hill; 2005:1746-1762

    2. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management ofacute upper and lower gastrointestinal bleeding, www.sign.ac.ukdownloaded 3-6-2010

    3. Laine L. Gastrointestinal Bleeding. In:Kasper DL (editor).Harrison's Principles of Internal Medicine . 16lh ed. New York;McGraw Hill; 2005:235-237.

    4. EAST Practice Management Guidelines Committee. PracticeManagement Guidelines For Stress Ulcer Prophylaxis. Eastern

    Association for che Surgery of Trauma.2008

    5. Ulkus Dekubitus

    a. Prevensi1 Memposisikan dan mereposisi tubuh bertujuan

    untuk menghindari tekanan langsung pada tonjolan

    tulang dan permukaan tubuh (SIGN, Grade B).

    Penilaian risiko dengan protokol yang valid pada

    awal masuk rumah sakit dan diulangi setiap haritermasuk juga penilaian gizi. (SIGN, Grade B).

    Pemberian dua suplemen nutrisi oral tiap hari pada

    pasien yang lebih tua melindungi dari Denyakit akut

    dan mengurangi terjadinya ulkus dekubitus (SIGN,

    Grade 3).

    Skala Braden digunakan untuk menilai risiko ulkus

    dekubitus (SIGN, Grade B).

    Kasur busa dapat mengurangi terjadinya ulkus

    dekubitus dibandingkan dengan kasur standar

    rumah sakit (SIGN, Grade B).

    KEPUSTAKAAN

    63

    http://www.sign.ac.uk/http://www.sign.ac.uk/
  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    63/151

    Manajemen optimal yang komprehensif dan akuradalam menentukan riwayat luka, penyebab lokasi

    derajat, ukuran, dasar, eksudat dan kondisi kuli

    sekitar ulkus. (SIGN, Grade B).Periksa semua pasier

    apakah mereka mempunyai faktor risiko terjadinya

    ulkus dekubitus. Pada pasien dengan faktor risikc

    dipertimbangkan pemakaian tempat tidur tekanarrendah. (EBRSR, Level of evidence I) .

    Membuat jadwal reposisi dan menghindari pasier

    dari posisi ulkus. (EBRSR, Level of evidence II ) .

    Pasien dengan ulkus derajat 1-2 (eritema dar

    kehilangan kulit parsial) harus diposisikan padc

    matras atau bantalan dengan menurunkan tekanan.

    (SIGN, Grade B).

    Pasien dengan ulkus derajat 3-4 ( full-thickness

    skin loss dan extensive destruction) diposisikan

    pada keadaan dengan tekanan rendah yang

    konstan (Constant Low Pressure) (SIGN, Grade B).Disarankan memakai tempat' low-air-loss atau air-

    fluidized bed(EBRSR, Level of evidence I).

    Mempertahankan posisi kepala tempat tidur tetap

    elevasi serendah mungkin dengan memperhatikan

    kebutuhan medis dan pembatasan lain. Baiasi

    sesingkat mungkin bahwa elevasi kepala hanyadilakukan apabila ada kebutuhan medis (EBRSR,

    Level o f evidence I II).

    Permukaan dukungan statis cocok untuk pasien

    dengan ulkus dekubitus yang dapat diasumsikan

    berbagai posisi tanpa adanya tekanan pada ulkus.

    Tidak ada perbedaan ulkus dekubitus pada alat

    dukungan statis (EBRSR, Level of evidence I).

    Penatalaksanaan

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    64/151

    Permukaan dukungan dinamis mungkin cocok untuk

    pasien dengan ulkus dekubitus yang tidak dapat

    dimanipulasikan berbagai posisi di tempat tidur.

    (EBRSR, Level of evidence I).

    Pasien yang berisiko untuk mendapat ulkusdekubitus harus menghindari posisi duduk yang

    berkepanjangan. Postural alignment, distribusi

    bobot, keseimbangan, stabilitas, dan pengurangan

    tekanan harus dipertimbangkan pada orang duduk

    (EBRSR, Level of evidence I II ) .

    Gunakan bantalan kursi berdasarkan kebutuhan

    individu yang memerlukan penurunan tekanan

    dalam posisi duduk. Hindari menggunakan alat

    doughnut-type.(EBRSR, Level o f evidence II I) .

    Membalut luka seperti dengan cairan hidrokoloid

    dan membuat lingkungan yang optimal untuk

    penyembuhan luka. (SIGN, Grade B).

    Mobilisasi aktif dan perubahan posisi secara mandiri

    atau reposisi dengan indikasi klinis. (SIGN, Grade

    Penilaian gizf harus dilakukan pada saat pasienmasuk ke pusat kesehatan dan kapan pun ada

    perubahan kondisi yang meningkatkan risiko ulkus

    akibat gangguan gizi. (EBRSR, Level of evidence

    II)- .

    Meningkatkan asupan makanan atau suplemenpada pasien kurang gizi yang berisiko mendapatkan

    ulkus dekubitus (EBRSR, Level o f evidence II I) .

    Pastikan asupan makanan yang cukup untuk

    mencegah kekurangan gizi yang sesuai dengan

    keadaan individu. (EBRSR, Level of evidence II I) .

    Jika asupan makanan terus menjadi tidak memadai,

    65

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    65/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    66/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    67/151

    7. Trombosis Vena Dalam'

    a. Pemakaian stoking dilakukan pada pasien dengarkelemahan tungkai (Grade B, National Stroke Foundatioi

    2010, SIGN 2010, ESO 2009).

    b. Mobilisasi dan hidrasi optimal harus dipertahankai

    sesering mungkin ( Grade D, National Stroke Foundatioi

    2010, SIGN 2010, ESO 2009).c. Pemberian LMWH atau heparin diberikan sebags

    profilaksis pada pasien stroke iskemik akut yarn

    berisiko tinggi mengalami trombosis vena dalam (Levc

    of evidence I, grade A, National Stroke Foundatioi

    2010, SIGN 2010, ESO 2009).

    d. Pemakaian stoking ketat sampai di atas lutut tidalbanyak bermanfaat dan risikonya pada pasien stroki

    iskemik akut. Tidak dianjurkan pemakaian stokini

    ketat secara rutin untuk pencegahan trombosis ven,

    dalam pada pasien stroke ( Level of evidence I , grad

    A, National Stroke Foundation 2010, SIGN 2010, ESC2009). Pada keadaan tertentu, pemakaian stoking bis,

    bermanfaat (National Stroke Foundation, SIGN, ESO

    Grade C, Level of evidence IV).

    e. Mobilisasi segera dapat membantu mencegah terjadiny,

    trombosis vena dalam (National Stroke Foundation

    SIGN, ESO, Grade B, Level of evidence I).

    KEPUSTAKAAN

    1. National Stroke Foundation. Clinical guidelines for acutestrok

    management 2010.2. European Stroke Organization. ESO-Guidelines for managemenof ischemic stroke 2008. Update Jan 2009.

    3. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Manage rrent cpatients with stroke: rehabilitation, prevention, and managemenof complications, and discharge planning 2010

    68

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    68/151

    8. Spastisitas

    a. Terapi Spastisitas pada Ekstremitas Atas

    Pemakaian splinting secara rutin untuk mengurangi

    spastisitas tidak direkomendasikan (SIGN, Grade A,

    Level of evidence 1+).' Splintingsecara serial (tidak

    dipasang terus menerus) dapat dilakukan untuk

    mengurangi spastisitas (SIGN, Grade B).1

    Program regangan yang dibimbing oleh fisioterapis

    dapat meningkatkan range of motion (ROM) pada

    ekstremitas atas dan mengurangi nyeri pada stroke

    lama {National Stroke Foundation, Level of evidence

    1+V

    Pada pasien gangguan fungsi motor yang berat serta

    spastisitas hebat, pemberian toksin botulinum yang

    dikombinasikan dengan fisioterapi dapat dilakukan

    untuk mengurangi tonus dan meningkatkan rangeof joint motion (ROM) (SIGN, Grade B).' Toksin

    botulinum mengurangi spastisitas dan meningkatkan

    range of motion (ROM), tetapi tidak mempunyai

    efek terapetik kekuatan motorik pada ektramitas

    atas. (SIGN, Level of evidence It ) .1

    Penyuntikan toksin botulinum di rekomendasikan

    untuk mengatasi spastisitas pasca stroke, namun

    manfaatnya masih diperdebatkan (ESO, class III

    level B).

    Pemberian obat anti spastisitas oral (tizanidine,

    dantrolene, baclofen, diazepam) tidak

    direkomendasikan untuk pemakaian rutin dalam

    mengurangi spastisitas paska stroke {SIGN, Level of

    evidence 1).Tolperison mengurangi spastisitas yang

    menyertai stroke. (SIGN, Level of evidence 1+).1

    Bila diperlukan, pemberian obat antispastisitas oral

    69

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    69/151

    disertai pemantauan efek samping dan penghentian

    pengobatan bila tidak efektif.1 Shock wave therapy dapat mengurangi tonus pada

    ekstremitas atas. (SIGN, Level o f evidence 2+). '

    Terapi Spastisitas pada Ekstremitas Bawah

    Tilt table dan night splint mencegah kontraktur

    pergelangan kaki (SIGN, Level of evidence lb ) .1 Botulinum toxin mengurangi spastisitas tubuh

    bagian bawah. (SIGN, Level of evidence la ).'

    Botulinum tidak meningkatkan fungsi motorik anggota

    gerak bawah (SIGN, Level o f evidence IV).'

    Deinervasi otot pada hemiparesis ekstremitas tavvah

    mengurangi spastisitas, tetapi tidak meningkatkan

    fungsi (SIGN, Intercollegiate Stroke Working Party,

    Level o f evidence lb)1'2

    Ketazolam, diazepam, dan tolperison lebih efektif

    dibanding plasebo dalam terapi spastisitas

    pascastroke (SIGN, Intercollegiate Stioke WorkingParty, Level of evidence lb ) .12

    Tolperison mengurangi spastisitas (SIGN,

    Intercollegiate Stroke Working Party, Level of

    evidence lb).1

    Baclofen inixatekal mengurangi spastisitas pada

    tahap stroke kronik. (SIGN, Intercollegiate Stroke

    Working Party, Level of evidence Ib)M

    Stimulasi elektrik mengurangi spastisitas plantar

    fleksi kaki pascastroke. (SIGN, Intercollegiate Stroke

    Working Party, National Stroke Foundation, Level of

    evidencela).1-2-3 Terapi ultrasonografi mengurangi eksitabilitas alpha

    motorneuron yang berkaitan dengan spastisitas

    plantar fleksi kaki. (SIGN, Intercollegiate Stroke

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    70/151

    Working Party, National Stroke Foundation, Level or

    evidence lb).

    Sesi tunggal dan peregangan isokinetik dan

    isotonik tidak meningkatkan ukuran langkah (SIGN..

    Intercollegiate Stroke Working Party, National Stroke

    Foundation, Level of evidence lb ).' 1

    KEPUSTAKAAN

    1. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of

    patients with stroke: rehabilitation, prevention and managementof complications, and discharge planning. June 2010

    2. Intercollegiate Stroke Working Party. National clinical guidelinesfor stroke. 2nd ed. June 2004

    3. Stroke Foundation. Clinical guidelines for stroke management

    2010. National Stroke Foundation.

    9. Disfagia

    a. Penatalksanaan

    Tujuan1 terapi meliputi mengurangi komplikasi

    aspirasi, memperbaiki kemampuan makan danmenelan, dan mengoptimalkan status nutrisi. Strategi

    terapi adalah sebagai berikut.

    Terapi Menelan

    i. Com0ensatoryfec/in/ques:teknikinimengaiarkan

    pasien merubah posisi (postural maneuver)

    untuk mengimbangi kesulitan menelan. Dengan

    teknik yang intensif akan memberikan hasil lebih

    baik (SIGN, Level o f evidence 1+).

    ii. Indirect swallow therapy.teknik ini mengajarkan

    pasien untuk latihan memperkuat otot yang

    lemah (otot suprahyoid) (SIGN Level of evidence

    71

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    71/151

    1+) dan otot lingual (SIGN, Level of evidence2+).

    iii. Direct swaliow therapy: teknik ini mengajarkan

    pasien untuk melakukan latihan menelan secara

    langsung.

    Modifikasi Diit

    i. Modifikasi diit merupakan standar manajemen

    pada pasien stroke dengan disfagia dan memilikiefek yang menguntungkan (SIGN, Level ofevidence 2+).

    ii. Teknik ini digunakan jika pasien hanya

    mengalami aspirasi ketika menelan. Tes ini aka^

    mcnuujukkan konsistensi makanan apa saja

    yang ditoleransi dengan baik.

    iii. Pada kasus disfagia yang berat, ketika pasien

    stroke mengalami kurang gizi atau dehidrasi akan

    digunakan pipa nasogastrik atau gastrostoni

    endoskopi perkutan (PEG), yang dimasukkan

    melalui kulit secara langsung. Risiko P E G lebhsedikit dari pada pipa nasogastrik karena bersifat

    invasif, dapat terjadi infeksi lokal dan peritonits.

    Pasien yang mendapat terapi enteral leb ih dcT1

    4 minggu dianjurkan memakai PEG d a n harts

    dilakukan follow up berkala (SIGN, G r a d e B).

    Penatalaksanaan Disfagia

    Semua pasien stroke harus dilakukan skrinirg

    disfagia sebelum diberikan diit melalui m u lu t (SIGN,

    GradeC).1

    Identifikasi faktor risiko dan komorbiditas terhadap

    pneumonia aspirasi berupa kebiasaan m eroKok dmpenyakit pernafasan (SIGN, Grade C).1

    Pasien dengan disfagia harus dimonitor t i a p hri

    dalam 1 minggu pertama (SIGN, Grade D )1

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    72/151

    Skrining awal gangguan menelan berupa: penilaian

    derajat kesadaran pasien dan kontrol postural

    (SIGN, Grade B).

    Pasien dengan disfagia persisten harus dievaluasi

    teratur (SIGN, Grade D).'

    Kebersihan mulut harus diperhatikan pada pasien

    dengan disfagia, terutama pada pasien dengan PEG

    atau pipa nasogastrik (SIGN, Grade D).'

    KEPUSTAKAAN

    1. Scottish Intercollegiate Guidelines Network, Management of

    patients with stroke: identification and management of dysphagia,

    A national clinical guideline, Juni 2010.

    10. Disfungsi Kandung Kemih dan Pencernaan

    a. Inkontinesia urin

    Pengobatan tergantung dari penyebab permasalahan

    dan gejala yang muncul. Beberapa pasien ada

    keinginan untuk miksi namun sudah keluar sebelumsampai ke kamar mandi. Ada yang miksi sedikit-

    sedikit tapi sering tanpa bisa ditahan.

    Manajemen yang dilakukan, antara lain:

    i. Intervensi perilaku, (mengatur waktu miksi dan

    pelvic floor training)

    ii. Asupan cairan kira-kira 1500-1800 ml dalam 24

    jam

    , iii. Bladder Training

    iv. Pasien disuruh miksi setiap 2-4 jam atau kurang

    dari 2 jam bila pasien merasa ingin kencing. Hal

    ini dilakukan karena pasien pascastroke cortical

    73

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    73/151

    awarenessterhadap bladder yang penuh menjadi

    berkurang. Terapi farmakologi hanya diberikan apabila intervensi

    perilaku dan Bladder traininggagal dilakukan.1

    i. Obat antikolinergik

    ii. Flavoxate

    iii. Oxybutinin

    iv. Propantheline

    v. Tolterodine (detrusitol)

    vi. Antikolinergik yang tidak menyebabkan

    hipersalivasi dan mempunyai efek samping lebih

    sedikit dibandingkan oxybutinin.

    vii. Bethanechcl, untuk pasien yang mengalamikelemahan kontraktilitas detrusor.

    viii.Obat Anti depresan trisiklik (amitriptilin,

    imipramin).2

    Pemberian amitriptilin telah terbukti efektif secara

    klinis mengurangi bladder instability. Efektivitas

    itu terkait dengan aktifitas antimuskarinik,

    antagonis reseptor alfa adrenergik, dan

    mempengaruhi sistem saraf otonom di susunan

    saraf pusat. Efeksamping penggunaan amitriotilin

    yang mungkin membahayakan adalah hipotensi

    ortostatik.2Retensi Urin

    Penggunaan kateter jika dibutuhkan

    Terapi farmakologi berupa Hyosiamin sebagai

    antispasmodik1

    Konstipasi dan Inkontinensia Alvi Mengkonsumsi makanan berserat tinggi dan asupan

    cairan vang cukup.1-3

    Terapi farmakologi

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    74/151

    i. Senna 2-3 tablet pada malam hari ditambah

    Laktulosa 15 ml/hari

    ii. Polyethilenglichol 1 sachet dalam 5 hari

    ni. Sebagian besar dalam bentuk laksativ, seperti

    Bisacodyl suppositoria. agen osmotik.'

    d. Terapi Inkontinen

    Jika penyebabnya adalah kelemahan otot spinkter

    maka dilakukan pelvic streghtening exercise.

    KEPUSTAKAAN

    1. Teasel R, Foley N, Salter K, Bhogal S. Medical Complication Poststroke;evidence Based Review of Stroke Rehabilitation. 2009 :5-16

    2. Kus Harianto U, Amar jeosoef A, Alif S. Perbandingan efektivitastolteridine dengan amitriptilin pad a penderita stroke akut dengan

    inkontinensia urin.3. Harari D, Norton C, Lockwood L, Swift C. Treatmen of constipation

    and Fecal Incontinence in stroke patient: Randomized ControlledTrial.Journalof American Heart Association. Stroke 2G04;35; 2549-2555

    U . Depresi

    a. Prevensi dan Deteksi

    *' Terdapat bukti kuat tentang pencegahan depresi

    pascastroke dengan antidepresan pada stroke yang

    nondepresi (EERSR, Level ofevidence Ia).

    Deteksi dan diagnosisnya sering inkonsisten.

    Kepatuhan terhadapguidelineskrining masih rendah

    dan ditemukan banyak hambatan untuk skrining

    rutin termasuk dalam hal waktu dan kepedulian

    akan alat skrining yang ada.

    75

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    75/151

    b. Penatalaksanaan

    . Terapi Farmakologik

    i. Antidepresan heterosiklik, misalnya Nortriptilin,

    Amitriptilin, Imipramin, dan Mianserin. (EBRSR,

    Level o f evidence Ia)'

    ii. Selective Serotonin reuptake inhibitor (SSRI),

    misalnya Citalopram, Fluoxetine, Maprotilin, danSertraline (EBRSR, Level o f evidence Level la )

    iii. Preparat GABA, seperti nefiracetam (EBRSR,

    Level o f evidence lb)'

    iv. Psikostimulan, seperti methylphenidate, (EBRSR,

    Level of evidence lb )1

    v. Serotonin Noreepinefrin Reuptake Inhibitor

    (SNRI), seperti Veniafaxine HCI (EBRSR, Level

    of evidence I I ) .1

    Terapi Non Farmakologik

    i. Latihan Fisik (EBRSR, I evel of evidence la)'

    ii. Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation(RTMS) (EBRSR, Level of evidence lb)'

    iii. Speech therapy(EBRSR, Level of evidence lb ) 1

    iv. Terapi perilaku kognitif (EBRSR, Level of evidence

    lb)1

    v. Electroconvulsive Therapy (ECT) (EBRSR, Level

    of evidence I I )1

    vi TeraDi musik (EBRSR, Level of evidence II) '

    KEPUSTAKAAN

    1. Teasel RW, Foley NC, Bhogal SK et al. An evidence Based Reviewof Stroke Rehabilitation. Available at : Top Stroke Rehabil 2003;10 (1) : 29-58. www.thomasland.com

    76

    http://www.thomasland.com/http://www.thomasland.com/
  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    76/151

    2. Tessel MDet all. Medical complication post stioke in The evidenceBased Review of Stroke Rehalibitation. diunduh dan www.ebrsr.com. Juli 2010

    12. Hidrosefalusa. Hidrosefalus akut (obstruksi)'

    Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih

    sering dalam 7 hari pertama. Dengan insidensi kira-kira

    20% dari kasus. Dianjurkan untuk ventrikulostomi (atau

    drainase eksternal ventrikel), walaupun kemungkinan

    risikonya dapat terjadi perdarahan ulang dari infeksi.

    (AHA/ASA, Class IV-V, Level of evidenceQ.

    b. Hidrosefalus kronik (komunikan).

    Sering terjadi setelah PSA, untuk ini perlu dilakukan

    pengaliran cairan cerbrospinalis secara temporer atau

    permanen seperti pemasangan ventrikulo peritonealshunt(AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).2

    KEPUSTAKAAN

    1. Adams HP Jr; Del Zoppo GJ, Vori Kummer R Manangement ofStroke. A Practice Guide for the Prevention, Evaluation of AcuteStroke, 2-"1ed.West Islip..N.Y. Profesional Communications inc.2002 : 147: 167

    2. Goldstein LB, A Primer on Stroke Prevention Treatment: AnOverview Based on AHA/ASA Guidelines, Wiley-Blackwell,Dallas.2009: 68 - 69.

    77

    http://www.ebrsr/http://www.ebrsr/
  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    77/151

    BAB VI

    PENATALAKSANAAN KHUSUS STROKE AKUT

    A. Penatalaksanaan Stroke Iskemik

    1. Pengobatan terhadap hipertensi pada stroke akut (lihat Bab

    V.A Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Stroke Akut).1

    2. Pemberian obat yang dapat menyebabkan hipertensi tidak

    direkomendasikan diberikan pada kebanyakan pasien

    stroke iskemik (AHA/ASA, Level of evidence A).2

    3. Pengobatan terhadap hipoglikernia atau hiperglikemia (lihat

    bab VLB Penatalaksanaan Gula Darah pada Stroke Akut).1

    4. Strategi untuk memperbaiki aliran darah dengan mengubahreologik darah secara karakteristik dengan meningkatkan

    tekanan perfusi tidak direkomendasikan (gradeA).2

    5. Pemberian terapi trombolisis pada stroke akut (lihat bab

    VII.A Prosedur Aplikasi Pemberian Terapi Trombolisis rTPA

    pada Stroke Iskemik Akut).

    6. Pemberian antikoagulan

    a. Antikoagulasi yang urgent dengan tujuan mencegah

    bmbulnya stroke ulang awal, menghentikan perburukan

    defisit neurologi, atau memperbaiki keluaran setelah

    stroke iskemik akut tidak direkomendasikan sebagai

    pengobatan untuk pasien dengan slroke iskemik akut(AHA/ASA, Class II I , Level of evidenceA).3

    h, Antikoagulasi urgent tidak direkomendasikan pada

    penderita dengan stroke akut sedang sampai berat

    karena meningkatnya risiko komplikasi perdarahan

    intrakranial (AHA/ASA, Class II I, Level of evidence k).3

    c. Inisiasi pemberian terapi antikoagulan dalam jangkawaktu 24 jam bersamaan dengan pemberian intravena

    rtPA tidak direkomendasikan (AHA/ASA, Class III , Level

    o f evidenceB ) .3

    78

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    78/151

    d. Secara umum, pemberian heparin, LMWH atau

    heparinoid setelah stroke iskemik akut tidak bermanfaat.

    Namun, beberapa ahli masih merekomendasikan heparin

    dosis penuh pada penderita stroke iskemik akut dengan

    risiko tinggi terjadi reembolisasi, diseksi arteri atau stenosis

    berat arteri karotis sebelum pembedahan. Kontraindikasi

    pemberian heparin juga termasuk infark besar >50%,

    hipertensi yang tidak dapat terkontrol, dan perubahan

    mikrovaskuler otak yang luas.'1

    7. Pemberian Antiplatelet

    a. Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24sampai 48 jam setelah awitan stroke dianjurkan untuk

    setiap stroke iskemik akut (AHA/ASA, Class I, Level of

    evidenceA) . 13

    b. Aspirin tidak boleh digunakan sebagai pengganti

    tindakan intervensi akut pada stroke, seperti pemberianrtPA intravena (AHA/ASA, Class III, Level of evidence

    B).3

    c. Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan

    diberikan (AHA/ASA, Class III, Level of evidenceA).5

    d. Penggunaan aspirin sebagai adjunctive therapy dalam

    24 jam setelah pemberian obat trombolitik tidak

    direkomendasikan (AHA/ASA, Class III, Level of

    evidence A).5

    e. Pemberian klopidogre! saja, atau kombinasi dengan

    aspirin, pada stroke iskemik akut, tidak dianjurkan

    (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C), kecualipada pasien dengan indikasi spesifik, misalnya angina

    pektoris tidak stabil, non-Q-wave Ml, atau recent

    stenting, pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan

    setelah kejadian (AHA/ASA, Class I, Level of evidence

    Ay

    79

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    79/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    80/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    81/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    82/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    83/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    84/151

  • 7/25/2019 Guidline Strok-ibho Tmp68da

    85/151

    pemantauan tekanan intrakranial. Tekanan perfusi

    otak 50-70 mmHg dapat dipertahankan tergantungpada status otoregulasi otak (AHA/ASA, Class Ilb,

    Level o f evidenceC).1

    Drainase ventrikuler sebagai tata laksana

    hidrosefalus dapat dipertimbangkan pada pasien

    dengan penurunan tingkat kesadaran (AHA/ASA,

    Class Ha, Level of evidenceB).1Perdarahan Intraventrikuler

    Walaupun pemberian intraventrikuler recombinant

    tissue-type plasminogen activator (rTPA) untuk

    melisiskan bekuan darah intraventrikuler memiliki

    tingkat komplikasi yang cukup rendah, efikasi dankeamanan dari tata laksana ini masih belum pasti dan

    dalam tahap penelitian (AHA/ASA, Class Ilb, Level o f

    evidenceB).1

    Evakuasi Hematom

    Pada sebagian besar pasien dengan perdarahanintrakranial, kegunaan tindakan operasi masih belum

    pasti (AHA/ASA, Class Ilb , Level of evidence C).1

    Pasien dengan perdarahan serebelar yang mengalami

    perburukan neurologis, atau yang terdapat kompresi

    batang otak, dan atau hidrosefalus akibat obstruksi

    ventrikel sebaiknya menjalani operasi evakuasi

    bekuan darah secepatnya (AHA/ASA, Class I, Level

    of evidence B). Tata laksana awal pada pasien

    tersebut dengan drainase ventriku