fraktur maksila dan mandibula
TRANSCRIPT
1
Referat Stase THT-KL
FRAKTUR MAKSILA dan MANDIBULA
Oleh:Angei Laura Daniel
1601-2109-0003Pembimbing:
Sinta Fitri B., dr., Mkes.,Sp.THT-KL
2
PENDAHULUAN
Trauma mengenai wajah diskontinuitas jaringan
lunak dan jaringan keras (fraktur)
Gangguan proses pengunyahan Gangguan fonetik
Wajah terlihat tidak estetis Potensi mengancam jiwa
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004
3
PENDAHULUAN
Fraktur regio maksilofasial
1/3 atas 1/3 tengah 1/3 bawah
# Regio frontal # Dentoalveolar # Mandibula
# Nasal# Komp.Orbita# Komp. Zygoma# Maksila
Dwidarto D. Pengelolaan deformitas dentofasial pasca fraktur panfasial.<http://www.pdgi.online.com> (6 Maret 2011)
4
PENDAHULUAN
Etiologi fraktur maksilofasial
Kecelakaan lalu lintas (36%)
Trauma karena perkelahian (32%)
Trauma bermain di taman (18%)
Kecelakaan saat bekerja / industri (3%)
Kecelakaan saat berolahraga
Rabi AG, Khateery SM. Maxillofacial Trauma in Al Madina Region of Saudi Arabia: A 5-Year Retrospective Study. J Oral Maxillofac Surg. 2002
5
PENDAHULUAN
59%22%
14%4%2%
# mandibula # panfasial# maksila # nasal# jenis lain
InsidensiLaki-laki : Wanita4 : 1Usia produktif (21-30th)
Fauzi M. Insidensi Fraktur Maksilofasial Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor Yang Dirawat Di RSUP. H. Adam Malik Medan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. 2010
6
PENDAHULUAN
Insidensi fraktur mandibula
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008.
7
ANATOMI
Os. Maksila
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
8
ANATOMI Os. Maksila
Anterior: kontak sup dg os frontalis dan os nasalLateral: Fossa infratemporal,vestibula pada zygoma
Superior: Dasar orbita
Medial: sutura midline, dinding lat nasal
Inferior: Palatal vault, proc. Alveolar
Posterior: os sphenoid dan sutura pterigomaksilaris
9
ANATOMIOs maksila
Bagian terlemah Sinus maksilarisPenyangga kraniofasial Buttress
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
10
ANATOMIOs mandibula
Laub D.R., Facial Trauma, Mandibular Fractures. 2009. <http://emedicine.medscape.com> (6 Maret 2011).
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL
•Identitas pasien•Kapan trauma itu terjadi?•Dimana trauma itu terjadi?•Bagaimana trauma itu terjadi?•Perawatan apa yang telah diberikan?
• Apakah ditemukan adanya gigi atau serpihan gigi ditempat kejadian trauma?• Bagaimana status kesehatan umum pasien?• Apakah pasien mengalami mual, muntah,
pingsan, amnesia, sakit kepala, gangguan penglihatan, atau kebingungan setelah kejadian?• Apakah ada gangguan oklusi?
Anamnesis
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008. 11
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL
Pemeriksaan Fisik
Marciani RD, Carlson ER, Braun TW. Oral and Maxillofacial Surgery Volume II. Ed. Ke-2. Saunders Elsevier. St. Louis. 2009.. 12
Pemeriksaan fisik baru dapat dilakukan setelah pasien dalam kondisi stabil, perdarahan dan jalan pernapasan telah ditangani.
Pemeriksaan Kepala, meliputi seluruh kerangka kraniomaksilofasial dan jaringan lunak disekitarnya:•Laserasi jaringan lunak
•Palpasi bimanual untuk memeriksa adanya step, diskontinuitas, pergesaran , dan hilangnya tonjolan pada tulang wajah fraktur
13
DIAGNOSIS FRAKTUR MAKSILA
Fraktur Le Fort I
Garis fraktur sepanjang maksila bagian bawah -bawah rongga hidung
Kerusakan yang mungkin: - Prosesus alveolaris-Bagian dari sinus maksilaris- Palatum durum- Bagian inf. lamina pterigoid
Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011)
14
DIAGNOSIS FRAKTUR MAKSILA
Pemeriksaan klinis # Le Fort IEkstra Oral
Odema, Echimosis labii sup
Lengkung RA bergerak
Intra OralOpenbite anterior
Nyeri Palpasi
Marciani RD, Carlson ER, Braun TW. Oral and Maxillofacial Surgery Volume II. Ed. Ke-2. Saunders Elsevier. St. Louis. 2009.
15
DIAGNOSIS FRAKTUR MAKSILA
Fraktur Le Fort II
Garis fraktur melalui os nasal os lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita dan menyeberang ke bagian atas dari sinus maksilaris kearah lamina pterigoid - fossa pterigo palatine fraktur “pyramid”
Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011)
16
DIAGNOSIS FRAKTUR MAKSILA
Pemeriksaan klinis # Le Fort IIEkstra Oral
Odema periorbital,Echimosis
Os Nasal bgerak bersama midfasial, baal
Intra OralMaloklusi
RA bergerak
Marciani RD, Carlson ER, Braun TW. Oral and Maxillofacial Surgery Volume II. Ed. Ke-2. Saunders Elsevier. St. Louis. 2009.
17
DIAGNOSIS FRAKTUR MAKSILA
Fraktur Le Fort II
Garis Fraktur melalui sutura nasofrontal sepanjang ethmoid junction melalui fissure orbitalis superior melintang kearah dinding lateral ke orbita, sutura zigomatikum frontal dan sutura temporo-zigomatikum. cranio-facial disjunction
Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011)
18
DIAGNOSIS FRAKTUR MAKSILA
Pemeriksaan klinis # Le Fort III
Ekstra Oral
Odema periorbital
Marciani RD, Carlson ER, Braun TW. Oral and Maxillofacial Surgery Volume II. Ed. Ke-2. Saunders Elsevier. St. Louis. 2009.
19
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008.Laub D.R., Facial Trauma, Mandibular Fractures. 2009. <http://emedicine.medscape.com> (6 Maret 2011).
20
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA
Klasifikasi berdasarkan tipe fraktur
A. Greenstick, B. Simple, C. Kominuted, D. Kompon
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008.
21
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA
Pemeriksaan Mandibula
Lokasi
mandibula
- maksila
(tetap di midline,
pergeseran lateral/
inferior)
Evaluasi
pergerakan
mandibula
Palpasi
tepi inf dan postmandibul
a (proc kondilus - simphisis mandibul
a)
Nyeri
tekan
atau rasa baal, diskontinuitas, dan displacemen
t.Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011)
22
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA
Pemeriksaan klinis # MandibulaEkstra Oral
Hematoma, Odema, bleeding IO
Step deformity
Intra OralMaloklusi, dataran oklusal
terputus
Nyeri Palpasi, pergeseran #
23
DIAGNOSIS FRAKTUR MAKSILA
Pemeriksaan Radiografis
Proyeksi Waters Proyeksi wajah Lateral
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008.
24
DIAGNOSIS FRAKTUR MANDIBULA
A. Proyeksi posterior-anterior B. Proyeksi oblik lateral C. Proyeksi Towne D. Foto panoramik
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Ed. Ke-5. Mosby Elsevier. St. Louis. 2008.
CT scan
3D imaging
25
DIAGNOSIS TRAUMA MAKSILOFASIAL
Tawfilis A.R. Facial Trauma, Panfacial Fractures. eMedicine Journal. 2006. In: http://emedicine.medscape.com. (9 Maret 2011)
PERAWATAN TRAUMA MAKSILOFASIAL
Perawatan Gawat darurat
26
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
Airway, menjaga kelancaran jalan nafas:• Bersihkan bekuan darah, fragmen tulang dan gigi, benda asing• Lakukan chin lift, headtilt , jaw trust• Pasien dengan GCS < 8, dibutuhkan airway definitif (intubasi)•Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus dipakai alat imobilisasi (collar neck)
Perawatan Gawat Darurat
27
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
Breathing dan VentilasiVentilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma:• Periksa bentuk dan gerak daerah thoraks kiri dan kanan • Auskultasi untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru-paru, bunyi nafas yang abnormal• Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura
Perawatan Gawat Darurat
28
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
Circulation dan kontrol perdarahan:•Temukan dan hentikan sumber perdarahan• Pemeriksaan hemodinamik: tekanan
darah, nadi, Hb• Jika terdapat tanda – tanda Hipovolemik
syok segera lakukan resusitasi cairan dan persiapan transfusi
Perawatan Gawat Darurat
29
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
Disability ( Neurologic Evaluation), dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat dengan GCS (Glasgow Coma Scale)• Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau/ dan penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan trauma langsung pada otak.• Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi. Bila diperlukan konsul ke ahli bedah syaraf.
PERAWATAN TRAUMA MAKSILOFASIAL
Perawatan Definitif
30
• Setelah keadaan umum pasien lebih baik, terkontrol dan telah melewati masa kritis melalui perawatan gawat darurat.
• Tujuan dari perawatan fraktur maksilofasial adalah - merehabilitasi jaringan yang terlibat
- mengurangi rasa sakit- penyembuhan tulang- perbaikan oklusi gigi
Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier Saunders. 2005.
Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier Saunders. 2005
31
PERAWATAN FRAKTUR MAKSILA
Fraktur Le Fort I
Menggunakan arch bar, fiksasi maksilomandibular, dan suspensi kraniomandibular yang didapatkan dari pengawatan sirkumzigomatik.
Apabila segmen fraktur mengalami impaksi, maka dilakukan pengungkitan dengan menggunakan tang pengungkit, atau secara tidak langsung dengan menggunakan tekanan pada splint/arch bar
Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier Saunders. 2005
32
PERAWATAN FRAKTUR MAKSILA
Fraktur Le Fort II
Sama dengan pada # Le Fort II Perlu dilakukan perawatan fraktur nasal
dan dasar orbita juga
Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier Saunders. 2005
33
PERAWATAN FRAKTUR MAKSILA
Fraktur Le Fort III
Arch bar, fiksasi maksilomandibular, pengawatan langsung bilateral, atau pemasangan pelat pada sutura zigomatikofrontalis dan suspensi kraniomandibular pada prosessus zigomatikus ossis frontalis
Fonseca R.J. Oral and Maxillofacial Trauma. 3rd ed. St Louis: Elsevier Saunders. 2005
34
PERAWATAN FRAKTUR MAKSILA
Plat yang digunakan harus cukup rigid namun tidak memberatkan dikarenakan gaya gravitasi.
Grafting tulang dapat dilakukan untuk kasus yang melibatkan antrum maksilaris dengan tujuan mencegah prolaps jaringan lunak wajah ke dalam sinus maksilaris sehingga terjadi deformitas wajah.
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
35
PERAWATAN FRAKTUR MAKSILA
A,B, Antrum maksilaris kanan intak dan fraktur kominuted maksila kiri. C,D, Mobilisasi maksila dan reduksi serta fiksasi fraktur
36
PERAWATAN FRAKTUR MANDIBULA
Perawatan # Mandibula
Metode Tertutup/Konservatif
Reduksi – immobilisasidg fiksasi MX-MD
Metode TerbukaReduksi FiksasiDg kawat/ plate
37
Indikasi Metode Reduksi Tertutup
Fraktur menguntungkan tanpa adanya pergeseran tempat (nondisplaced favorable fracture)
Fraktur kominuted yang luas
Fraktur pada mandibula oedentolous
Fraktur mandibula pada anak
Fraktur processus koronoid dan kondilus
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
38
Indikasi Metode Reduksi Terbuka
Fraktur yang tidak menguntungkan pada sudut mandibula
Fraktur yang tidak menguntungkan pada bodi mandibula atau daerah parasymphisis mandibula
Terjadinya kegagalan pada metode tertutup
Fraktur yang membutuhkan tindakan osteotomy
Fraktur yang membutuhkan grafting tulang
39
Reduksi Tertutup dan Terbuka
A. Tertutup dengan erich bar, B. Terbuka dengan ORIF
Michael Miloro. Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Sugery. BC Decker Inc. Hamilton. London. 2004.
40
KOMPLIKASI
1. Delayed union dan non union, disebabkan karena :- reduksi dan imobilisasi yang tidak adekuat- infeksi- kurangnya suplai darah- defisiensi metabolik dan alkoholisme
2. Infeksi, disebabkan karena : - reduksi dan imobilisasi yang tidak adekuat - kurangnya suplai darah - defisiensi metabolik dan alkoholisme - fraktur gigi digaris fraktur - fraktur kominuted - pemberian antibiotik yang tidak tepat - fraktur kompound
3. AnkilosisJarang, lebih banyak terjadi pada anak-anak dan dihubungkan dengan fraktur intrakapsular dan imobilisasi
4. Nerve injury, Gangguan sensori permanen dari nervus alveolar inferior
41
KESIMPULAN
Trauma yang mengenai wajah dapat menyebabkan diskontinuitas dari jaringan lunak wajah maupun jaringan kerasnya.
Fraktur yang terjadi pada daerah wajah atau maksilofasial meliputi fraktur pada sepertiga atas, fraktur sepertiga tengah serta fraktur sepertiga bawah
42
KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien dengan trauma pada tulang wajah memerlukan diagnosa yang cermat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam penatalaksanaan fraktur.
Kunci keberhasilan pengelolaan pasien fraktur maksila maupun mandibula adalah dengan mendapatkan lapang pandang yang cukup luas, reduksi yang cermat dan fiksasi dari fraktur sehingga meminimalkan komplikasi yang mungkin terjadi
43
TERIMAKASIH