fraktur ankle

28
 LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR TERTUTUP PADA PERGELANGAN KAKI Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah IV DISUSUN OLEH: 1. FEBRITA LAYSA SUSANA P07120112060 2. NURUL DIAN RAHMALIA IKAWATI P07120112068 3. RISKI OKTAFIAN P07120112 075 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2014

Upload: nurul-uun-rahmalia

Post on 09-Oct-2015

617 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

kmb 3

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    1/28

    LAPORAN PENDAHULUAN

    FRAKTUR TERTUTUP PADA PERGELANGAN KAKI

    Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah IV

    DISUSUN OLEH:

    1. FEBRITA LAYSA SUSANA P07120112060

    2. NURUL DIAN RAHMALIA IKAWATI P07120112068

    3. RISKI OKTAFIAN P07120112075

    KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

    JURUSAN KEPERAWATAN

    2014

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    2/28

    FRAKTUR ANKLE

    A. Definisi

    Fraktur (patah tulang) pada ujung distal fibula dan tibia merupakan istilah

    yang digunakan untuk menyatakan fraktur pergelangan kaki (ankle fracture).

    Fraktur ini biasanya disebabkan oleh terpuntirnya tubuh ketika kaki sedang

    bertumpu di tanah atau akibat salah langkah yang menyebabkan tekanan yang

    berlebihan (overstressing) pada sendi pergelangan kaki. Fraktur yang parah

    dapat terjadi pada dislokasi pergelangan kaki. Fraktur ankle itu sendiri yang

    dimaksudkan adalah fraktur pada maleolus lateralis (fibula) dan/atau maleolusmedialis. Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks dan penopang

    badan dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis

    yang diikat dengan ligament. Dahulu, fraktur sekitar pergelangan kaki disebut

    sebagai fraktur Pott. Fraktur pada pergelangan kaki sering terjadi pada penderita

    yang mengalami kecelakaan (kecelakaan lalu lintas atau jatuh). Bidang gerak

    sendi pergelangan kaki hanya terbatas pada 1 bidang yaitu untuk pergerakan

    dorsofleksi dan plantar fleksi. Maka mudah dimengerti bila terjadi gerakan-

    gerakan di luar bidang tersebut, dapat menyebabkan fraktur atau fraktur dislokasipada daerah pergelangan kaki. Bagian-bagian yang sering menimbulkan fraktur

    dan fraktur dislokasi yaitu gaya abduksi, adduksi, endorotasi atau eksorotasi.

    B. Epidemiologi

    Insidens sering terjadi pada :

    1. Fraktur pergelangan kaki menduduki posisi kedua sebagai fraktur yang

    sering ditemukan.

    2. Fraktur pada anak-anak pada umunya melibatkan lempeng

    pertumbuhan.

    3. Fraktur pada remaja (Fraktur Tillaux) memiliki pola khusus karena

    penutupan parsial pada lempeng pertumbuhan.

    4. Angka kejadian fraktur ini lebih tinggi pada kelompok dewasa muda.

    C. Etiologi

    1. Fraktur pergelangan kaki paling sering terjadi pada trauma akut,

    seperti jatuh, salah langkah, atau cedera saat berolahraga

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    3/28

    2. Lesi patologis jarang menyebabkan fraktur pergelangan kaki

    Kondisi yang Berkaitan dengan Fraktur Pergelangan Kaki

    1. Keseleo pergelangan kaki (sprain ankle)

    2. Keseleo PTT (sprain PTT)

    D. Klasifikasi

    Lauge-Hansen (1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya

    pergeseran dari fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan

    pengobatan atau manipulasi yang dilakukan.Klasifikasi yang sering dipakai adalah klasifikasi dari DanisWeber yang

    berdasarkan pada level fraktur fibula. Klasifikasi lainnya adalah dari AO serta

    Lange-Hansen yang berdasarkan patogenesanya. Klasifikasi Danis Weber

    adalah sebagai berikut :

    1. Weber type A

    Fraktur fibula dibawah tibiofibular syndesmosis yang disebabkan

    adduksi atau abduksi. Medial maleolus dapat fraktur atau deltoid

    ligamen robek.2. Weber type B

    Fraktur oblique dari fibula yang menuju ke garis syndesmosis.

    Disebabkan cedera dengan pedis external rotasi syndesmosisnya intak

    tapi biasanya struktur dibagikan medial ruptur juga.

    3. Weber type C

    Fibulanya patah diatas syndesmosis disebut C1 bila 1/3 distal dan C2

    bila lebih tinggi lagi. Disebabkan abduksi saja atau kombinasi abduksi

    dan external rotasi. Syndsmosis & membrana interosseus robek juga.

    E. Patofisiologi

    Penyelidikan-penyelidikan mekanisme trauma pada sendi talocrural ini

    telah dilakukan sejak lama sekali. Tapi baru setelah tahun 1942 oleh penemuan-

    penemuan berdasarkan penyelidikan eksperimentil pada preparat-preparat

    anatomik, Lauge Hansen dari Denmark berhasil melakukan pembagian dari

    jenis-jenis trauma serta berdasarkan pembagian ini hampir semua fraktur serta

    trauma dapat dibagi dalam 5 dasar mekanismenya.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    4/28

    1. Trauma supinasi/Eversi

    Dalam jenis ini termasuk lebih dari 60% dari fraktur sekitar sendi

    talocrural.

    2. Trauma Pronasi/Eversi

    Tidak begitu sering, hanya kurang lebih 7 -- 8% fraktur sekitar sendi

    talocrural.

    3. Trauma Supinasi/Adduksi

    Antara 9 -- 15% dari fraktur sendir talocrural termasuk golongan ini.

    4. Trauma Pronasi/Abduksi

    Sekitar 6 -- 17% fraktur sendi talocrural.5. Trauma Pronasi/Dorsifleksi

    Sangat jarang terjadi tapi perlu disebutkan.

    Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi

    dalam beberapa macam trauma:

    1. Trauma abduksi

    Tauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis

    yang bersifat oblik, fraktur pada maleolus medialis yang bersifat avulsiatau robekan pada ligamen bagian medial.

    2. Trauma adduksi

    Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang

    bersifat oblik atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma

    adduksi juga bisa hanya menyebabkan strain atau robekan pada

    ligamen lateral, tergantung dari beratnya trauma.

    3. Trauma rotasi eksterna

    Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan

    terjadi fraktur pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan

    robekan ligamen medial atau fraktur avulsi pada maleolus medialis.

    Apabila trauma lebih hebat dapat disertai dengan dislokasi talus.

    4. Trauma kompresi vertikal

    Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan

    disertai dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur komunitif

    disertai dengan robekan diastasis.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    5/28

    F. Manifestasi Klinis

    Pada fraktur pergelangan kaki penderita akan mengeluh sakit sekali dan

    tak dapat berjalan. Ditemukan adanya pembengkakan pada pergelangan kaki,

    kebiruan atau deformitas. Yang penting diperhatikan adalah lokalisasi dari nyeri

    tekan apakah pada daerah tulang atau pada ligamen.

    Nyeri pada pergelangan kaki dan ketidakmampuan menahan berat tubuh.

    Deformitas dapat timbul bersama dengan fraktur/dislokasi. Sering juga

    ditemukan pembengkakan dan ekimosis.

    G. Komplikasi1. Vaskuler

    Apabila terjadi fraktur subluksasi yang hebat maka dapat terjadi

    gangguan pembuluh darah yang segera, sehingga harus dilakukan

    reposisi secepatnya.

    2. Malunion

    Reduksi yang tidak komplit akan menyebabkan posisi persendian yang

    tidak akurat yang akan menimbulkan osteoarthritis.

    3. Osteoartritis4. Algodistrofi

    Algodistrofi adalah komplikasi dimana penderita mengeluh nyeri,

    terdapat pembengkakan dan nyeri tekan di sekitar pergelangan kaki.

    Dapat terjadi perubahan trofik dan osteoporosis yang hebat.

    5. Kekakuan yang hebat pada sendi

    H. Pemeriksaan Radiologik

    Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah

    tulang atau disangka adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari

    dua sudut, anteroposterior dan lateral sudah akan memberikan jawaban adanya

    hal-hal tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan

    lain. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan sendi

    talocrural, suatu pandangan anteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat

    dilakukan. Suatu stress X-ray dapat dibuat untuk melihat berapa luas robekan

    dari ligamen, hal ini terutama berguna untuk ligamenta lateral. Diastasis sendi

    (syndesmosis) tibiofibular distal penting sekali untuk dikenali. Tapi tidak ada

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    6/28

    suatu cara khusus untuk melihat luasnya diastasis ini. Suatu fraktur fibula diatas

    permukaan sendi talocrural (dapat sampai setinggi 1/3 proksimal fibula) secara

    tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian yang sama), selalu harus

    diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis. Diastasis juga jelas bila

    ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis. Tapi bila tidak terdapat

    subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu diastasis.

    Gambar 6. Rotgen Fraktur Ankle

    I. Penatalaksanaan Fraktur Ankle

    1. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup

    Tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat

    mungkin untuk kembali seperti letak semula.

    2. Imobilisasi fraktur

    Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna

    3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi

    Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan,

    pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri, status neurovaskuler

    (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau, latihan

    isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi

    disuse dan meningkatkan peredaran darah

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    7/28

    4. Langkah Umum

    a. Analgesik dan elevasi adalah terapi yang harus dilakukan.

    b. Semua fraktur pergelangan kaki harus dipasangi splint dalam

    posisi netral.

    c. Fraktur fibula yang terisolasi atau fraktur malleolus media yang tak

    bergeser harus dipasangi casting below-the-knee.

    d. Fraktur stabil harus diterapi secara fungsional dengan splint udara

    dan peningkatan fungsi weightbearing secara bertahap.

    e. Kesesuaian sendi pergelangan kaki penting untuk dipikirkan ketika

    melakukan reduksi pada arthritis post-trauma.f. Dislokasi harus secepatnya di reduksi dengan menggunakan

    sedasi yang sesuai.

    g. Pasien yang mengalami fraktur terbuka harus dimasukan ke ruang

    operasi untuk dilakukan irigasi, debridement, dan fiksasi dalam

    jangka waktu 8 jam.

    h. Pasien dilarang bertumpu pada pergelangan kaki yang mengalami

    fraktur hingga tidak ada lagi nyeri dan tanda-tanda penyembuhan

    fraktur telah tampak pada gambaran radiologis.i. Fraktur bimalleolar atau fraktur fibula dengan cedera ligament

    media atau cedera syndesmosis hanya dapat diterapi dengan

    melakukan operasi.

    5. Aktivitas

    a. Pergelangan kaki harus diangkat untuk mengurangi

    pembengkakan.

    b. Weightbearing dan ROM yang lebih dini sangat penting dilakukan

    untuk mencegah kekakuan.

    6. Perawatan

    Penggosokan pada splint atau cast sebaiknya tidak dilakukan.

    7. Terapi Fisik

    ROM pada sendi MTP dan, kemudian, pada pergelangan kaki dan

    pertengahan kaki penting dilakukan untuk mencegah kontraktur dan

    mengurangi parut jaringan lunak.

    8. Medikamentosa

    a. Lini Pertama : Analgesik

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    8/28

    b. Operasi

    Selain persoalan yang terdapat mengenai tindakan operatip pada

    fraktur yang tidak stabil ada beberapa trauma pada sendi talocrural

    yang memang merupakan indikasi untuk tindakan operatip, seperti :

    1) Fraktur Malleolus medialis dengan interposisi jaringan lunak.

    2) Diastasis syndesmosis Tibiofibular inferior (distal).

    3) Fraktur Posterior marginal (VOLKMAN Striangle) daritibia,

    bilamana lebih dari 1/3 permukaan sendi.

    4) Fraktur Anterior marginal dari Tibia (Pronation/dorsiflexion injury).

    9. Follow Upa. Gambaran radiografi pasien harus di-follow up tiap 1-2 minggu

    b. Setelah splint awal dilepaskan, pasien sebaiknya dipasangi cast

    below-the-knee atau moon boot selama 4 minggu.

    c. Setelah itu gambaran radiografi di-follow up lagi tiap 6 minggu

    hingga fraktur sembuh.

    10. Disposisi

    11. Rujukan

    Fraktur tidak stabil atau yang bergeser harus segera dirujuk ke dokterspesialis ortopedi.

    J. Prognosis

    Pada umumnya fraktur pergelangan kaki dapat sembuh tanpa komplikasi

    dan pasien dapat kembali beraktivitas sebagaimana biasanya.

    1. Pada fraktur yang parah, lepuhan dapat timbul dan menyebabkan

    gangguan pada integritas kulit.

    2. Lesi tendon peroneal dapat disebabkan oleh plat posterior antiglide.

    3. Piranti keras yang menyakitkan harus dilepaskan segera setelah

    fraktur sembuh.

    4. Sindrom kompartemen.

    5. Fraktur terbuka dapat mengalami infeksi dan membutuhkan irigasi dan

    deridemen

    6. Nonunion,sering membtuhkan operasi fusi.

    7. Malunion, kadang-kadang membutuhkan osteotomy korektif

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    9/28

    8. Pada pasien tua memiliki tulang osteoporotik, yang menyulitkan proses

    operasi.

    9. Lebih rentan mengalami kerusakan kulit atau luka, dan membutuhkan

    terapi khusus untuk memastikan asupan darah tetap lancar.

    10. Artritis pasca-trauma:

    a. Terjadi pada 25% pasien yang mengalami fraktur pergelangan kaki

    dan membutuhkan fusi pergelangan kaki untuk mengatasinya.

    b. Terjadi peningkatan jumlah pasien yang mengalami nyeri

    pergelangan kaki dan arthritis yang berbanding lurus dengan

    panjangnya masa follow up setelah fraktur.11. Pengawasan Pasien

    Pemeriksaan radiografi harus dilakukan tiap 2-6 minggu, tergantung

    pada pola fraktur dan tanda-tanda penyembuhan.

    K. Pemeriksaan Fisik

    1. Pengkajian primer

    a. Airway : Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh

    adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.b. Breathing : Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan

    napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur,

    suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.

    c. Circulation : Tekanan darah dapat normal atau meningkat ,

    hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal

    pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat,

    dingin, sianosis pada tahap lanjut.

    2. Pengkajian sekunder

    a. Aktivitas/istiraha : Kehilangan fungsi pada bagian yang

    terkena dan Keterbatasan mobilitas.

    b. Sirkulasi : Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon

    nyeri/ansietas), hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah),

    tachikardi, penurunan nadi pada bagian distal yang cidera, cailary

    refil melambat, pucat pada bagian yang terkena, dan masa

    hematoma pada sisi cedera.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    10/28

    c. Neurosensori : Kesemutan, deformitas, krepitasi,

    pemendekan, dan kelemahan

    d. Kenyamanan :Nyeri tiba-tiba saat cidera dan spasme/

    kram otot

    e. Keamanan :Laserasi kulit, perdarahan. perubahan

    warna dan pembengkakan lokal

    Palpasi pada daerah yang terpengaruh dan menginspeksi tiap patahan

    pada kulit atau tenting. Memeriksa pulsasi arteri dorsalis pedis dan tibia posterior

    dan semua saraf sensoris maupun motoris pada kaki. Cederan inverse pada

    pergelangan kaki dapat menyebabkan palsy nervus peroneus. Memeriksa adatidaknya pembengkakan yang parah dan kemungkinan terjadinya sindrom

    kompartemen pada kaki.

    L. ASUHAN KEPERAWATAN

    1. Anamnesa

    a. Identitas Klien

    Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

    dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

    b. Keluhan Utama

    Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa

    nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya

    serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang

    rasa nyeri klien digunakan:

    1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang

    menjadi faktor presipitasi nyeri.

    2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

    digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

    menusuk.

    3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah

    rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit

    terjadi.

    4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang

    dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    11/28

    menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi

    kemampuan fungsinya.

    5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

    bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

    c. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

    fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana

    tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya

    penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan

    yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu,dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa

    diketahui luka kecelakaan yang lain

    d. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

    memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan

    menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang

    dan penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang

    sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetesdengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut

    maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses

    penyembuhan tulang

    e. Riwayat Penyakit Keluarga

    Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

    merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

    diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa

    keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara

    genetic

    f. Riwayat Psikososial

    Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang

    dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta

    respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik

    dalam keluarga ataupun dalam masyarakat

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    12/28

    g. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

    1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

    Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya

    kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan

    kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain

    itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti

    penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu

    metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa

    mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan

    olahraga atau tidak2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

    Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi

    kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit.

    C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

    Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu

    menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan

    mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat

    terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yangkurang merupakan faktor predisposisi masalah muskuloskeletal

    terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga

    menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

    3) Pola Eliminasi

    Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola

    eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,

    konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi

    alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,

    kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini

    juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

    4) Pola Tidur dan Istirahat

    Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,

    sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur

    klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya

    tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur

    serta penggunaan obat tidur.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    13/28

    5) Pola Aktivitas

    Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua

    bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien

    perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji

    adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena

    ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya

    fraktur dibanding pekerjaan yang lain

    6) Pola Hubungan dan Peran

    Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

    masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

    Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan

    akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa

    ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,

    dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body

    image)

    8) Pola Sensori dan Kognitif

    Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama padabagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul

    gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami

    gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur

    9) Pola Reproduksi Seksual

    Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan

    hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan

    keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain

    itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah

    anak, lama perkawinannya

    10) Pola Penanggulangan Stress

    Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,

    yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi

    tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak

    efektif.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    14/28

    11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan

    Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan

    beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi.

    Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak

    klien

    b. Pemeriksaan Fisik

    Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)

    untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat

    (lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada

    kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerahyang lebih sempit tetapi lebih mendalam.

    1) Gambaran Umum

    Perlu menyebutkan:

    a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah

    tanda-tanda, seperti:

    (1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,

    komposmentis tergantung pada keadaan klien.

    (2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.

    (3) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan

    baik fungsi maupun bentuk.

    b) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

    (1) Sistem Integumen

    Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma

    meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

    (2) Kepala

    Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,

    tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

    (3) Leher

    Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada

    penonjolan, reflek menelan ada.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    15/28

    (4) Muka

    Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi

    maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

    (5) Mata

    Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi

    perdarahan)

    (6) Telinga

    Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi

    atau nyeri tekan.

    (7) HidungTidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

    (8) Mulut dan Faring

    Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa

    mulut tidak pucat.

    (9) Thoraks

    Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

    (10) Paru

    (a) InspeksiPernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada

    riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.

    (b) Palpasi

    Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

    (c) Perkusi

    Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.

    (d) Auskultasi

    Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan

    lainnya seperti stridor dan ronchi.

    (11) Jantung

    (a) Inspeksi

    Tidak tampak iktus jantung.

    (b) Palpasi

    Nadi meningkat, iktus tidak teraba.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    16/28

    (c) Auskultasi

    Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

    (12) Abdomen

    (a) Inspeksi

    Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

    (b) Palpasi

    Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

    (c) Perkusi

    Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

    (d) AuskultasiPeristaltik usus normal 20 kali/menit.

    (13) Inguinal-Genetalia-Anus

    Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada

    kesulitan BAB.

    2) Keadaan Lokal

    Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama

    mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu

    Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistemmuskuloskeletal adalah:

    a) Look (inspeksi)

    Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

    (1) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan

    seperti bekas operasi).

    (2) Cape au lait spot (birth mark).

    (3) Fistulae.

    (4) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau

    hyperpigmentasi.

    (5) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal

    yang tidak biasa (abnormal).

    (6) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    17/28

    (7) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

    b) Feel (palpasi)

    Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari

    posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang

    memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.

    Yang perlu dicatat adalah:

    (1) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary

    refill time Normal > 3 detik

    (2) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema

    terutama disekitar persendian.

    (3) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal,

    tengah, atau distal).

    Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di

    permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status

    neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan

    permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya,

    nyeri atau tidak, dan ukurannya.

    c) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)

    Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan

    menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada

    pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasikeadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran

    derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam

    ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak

    (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.

    2. Pemeriksaan Diagnostik

    a. Pemeriksaan Radiologi

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    18/28

    Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan

    menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi

    keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP

    atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan

    (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya

    superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi

    kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan

    permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:

    1) Bayangan jaringan lunak.

    2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik

    atau juga rotasi.

    3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

    4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

    Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:

    1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain

    tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur

    yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga

    mengalaminya.

    2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh

    darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.

    3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda

    paksa.

    4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara

    transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

    b. Pemeriksaan Laboratorium

    1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan

    tulang.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    19/28

    2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan

    kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

    3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),

    Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap

    penyembuhan tulang.

    c. Pemeriksaan lain-lain

    1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan

    mikroorganisme penyebab infeksi.

    2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan

    pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

    3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan

    fraktur.

    4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena

    trauma yang berlebihan.

    5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada

    tulang.

    6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

    DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

    1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cederajaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas, luka operasi.

    2. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan

    membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

    3. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri,

    terapi restriktif (imobilisasi)

    4. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen,

    kawat, sekrup)

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    20/28

    5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit,

    taruma jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)

    6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

    pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap

    informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang

    ada

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    21/28

    RENCANA KEPERAWATAN

    NODX

    DIANGOSAKEPERAWATAN DAN

    KOLABORASI

    TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

    1 Nyeri akut b/d spasme otot,gerakan fragmen tulang,edema, cedera jaringanlunak, pemasangan traksi,stress/ansietas, lukaoperasi.

    NOCv Pain Level,v Pain control,v Comfort levelKriteria Hasil :

    1. Mampu mengontrol nyeri (tahupenyebab nyeri, mampumenggunakan tehniknonfarmakologi untuk menguranginyeri, mencari bantuan)

    2. Melaporkan bahwa nyeri berkurangdengan menggunakan manajemennyeri

    3. Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan tanda

    nyeri)4. Menyatakan rasa nyaman setelah

    nyeri berkurang5. Tanda vital dalam rentang normal

    NICPain Management

    1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensiftermasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor presipitasi

    2. Observasi reaksi nonverbal dariketidaknyamanan

    3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untukmengetahui pengalaman nyeri pasien

    4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain

    tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masalampau

    6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari danmenemukan dukungan

    7. Kurangi faktor presipitasi nyeri8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi9. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri10. Tingkatkan istirahat11. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan

    dan tindakan nyeri tidak berhasil12. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen

    nyeri

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    22/28

    2 Gangguan pertukaran gasb/d perubahan alirandarah, emboli, perubahanmembran alveolar/kapiler(interstisial, edema paru,kongesti)

    NOC :v Respiratory Status : Gas exchangev Respiratory Status : ventilationv Vital Sign StatusKriteria Hasil :

    1. Mendemonstrasikan peningkatanventilasi dan oksigenasi yang

    adekuat2. Memelihara kebersihan paru paru

    dan bebas dari tanda tandadistress pernafasan

    3. Mendemonstrasikan batuk efektifdan suara nafas yang bersih, tidakada sianosis dan dyspneu (mampumengeluarkan sputum, mampubernafas dengan mudah, tidak adapursed lips)

    4. Tanda tanda vital dalam rentangnormal

    NIC :Airway Management

    1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift ataujaw thrust bila perlu

    2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

    jalan nafas buatan

    4. Pasang mayo bila perlu5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

    tambahan8. Lakukan suction pada mayo9. Berika bronkodilator bial perlu10. Barikan pelembab udara11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

    keseimbangan.12. Monitor respirasi dan status O2

    Respiratory Monitoring1. Monitor ratarata, kedalaman, irama dan usaha

    respirasi2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,

    penggunaan otot tambahan, retraksi otot

    supraclavicular dan intercostal3. Monitor suara nafas, seperti dengkur4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,

    kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot5. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan

    paradoksis)6. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /

    tidak adanya ventilasi dan suara tambahan

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    23/28

    7. Tentukan kebutuhan suction denganmengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalannapas utama

    8. auskultasi suara paru setelah tindakan untukmengetahui hasilnya

    3 Gangguan mobilitas fisikb/d kerusakan rangkaneuromuskuler, nyeri,terapi restriktif (imobilisasi).

    NOC :v Joint Movement : Activev Mobility Levelv Self care : ADLsv Transfer performanceKriteria Hasil :

    1. Klien meningkat dalam aktivitasfisik

    2. Mengerti tujuan dari peningkatanmobilitas

    3. Memverbalisasikan perasaandalam meningkatkan kekuatan dankemampuan berpindah

    4. Memperagakan penggunaan alatBantu untuk mobilisasi (walker)

    Latihan KekuatanAjarkan dan berikan dorongan pada klien untukmelakukan program latihan secara rutinLatihan untuk ambulasi

    1. Ajarkan teknik Ambulasi & perpindahan yangaman kepada klien dan keluarga.

    2. Sediakan alat bantu untuk klien seperti kruk, kursiroda, dan walker

    3. Beri penguatan positif untuk berlatih mandiridalam batasan yang aman.

    Latihan mobilisasi dengan kursi roda1. Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara

    pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kursiroda ke tempat tidur atau sebaliknya.

    2. Dorong klien melakukan latihan untukmemperkuat anggota tubuh

    3. Ajarkan pada klien/ keluarga tentang carapenggunaan kursi roda

    Latihan KeseimbanganAjarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengaturposisi secara mandiri dan menjaga keseimbanganselama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar

    1. Ajarkan pada klien/ keluarga untuk memperhatikan postur tubuh yg benar untukmenghindari kelelahan, keram & cedera.

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    24/28

    2. Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk programlatihan.

    4 Gangguan integritas kulitb/d fraktur terbuka,pemasangan traksi (pen,kawat, sekrup)

    NOC :v Tissue Integrity : Skin and MucousMembranesKriteria Hasil :

    1. Integritas kulit yang baik bisadipertahankan

    2. Melaporkan adanya gangguansensasi atau nyeri pada daerahkulit yang mengalami gangguan

    3. Menunjukkan pemahaman dalamproses perbaikan kulit danmencegah terjadinya sederaberulang

    4. Mampumelindungi kulit danmempertahankan kelembaban kulitdan perawatan alami

    NIC : Pressure Management1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian

    yang longgar2. Hindari kerutan padaa tempat tidur3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua

    jam sekali5. Monitor kulit akan adanya kemerahan6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah

    yang tertekan7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien8. Monitor status nutrisi pasien9. Memandikan pasien dengan sabun dan air

    hangat

    5 Risiko infeksi b/dketidakadekuatanpertahanan primer(kerusakan kulit, taruma

    jaringan lunak, prosedurinvasif/traksi tulang)

    NOC :v Immune Statusv Risk control

    Kriteria Hasil :1. Klien bebas dari tanda dan gejala

    infeksi2. Menunjukkan kemampuan untuk

    mencegah timbulnya infeksi3. Jumlah leukosit dalam batas

    normal4. Menunjukkan perilaku hidup sehat

    NIC :Infection Control (Kontrol infeksi)

    1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain2. Pertahankan teknik isolasi

    3. Batasi pengunjung bila perlu4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci

    tangan saat berkunjung dan setelah berkunjungmeninggalkan pasien

    5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah

    tindakan kperawtan7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    25/28

    pelindung8. Pertahankan lingkungan aseptik selama

    pemasangan alat9. Ganti letak IV perifer dan line central dan

    dressing sesuai dengan petunjuk umum10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan

    infeksi kandung kencing11. Tingktkan intake nutrisi12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

    Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

    lokal2. Monitor hitung granulosit, WBC3. Monitor kerentanan terhadap infeksi4. Batasi pengunjung5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular6. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang

    beresiko7. Pertahankan teknik isolasi k/p8. Berikan perawatan kuliat pada area epidema9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

    kemerahan, panas, drainase10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

    11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup12. Dorong masukan cairan13. Dorong istirahat14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai

    resep15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala

    infeksi16. Ajarkan cara menghindari infeksi

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    26/28

    17. Laporkan kecurigaan infeksi18. Laporkan kultur positif

    6 Kurang pengetahuantentang kondisi, prognosisdan kebutuhan pengobatan

    b/d kurang terpajan atausalah interpretasi terhadapinformasi, keterbatasankognitif, kurangakurat/lengkapnyainformasi yang ada

    NOC :v Kowlwdge : disease processv Kowledge : health Behavior

    Kriteria Hasil :v Pasien dan keluarga menyatakanpemahaman tentang penyakit, kondisi,prognosis dan program pengobatanv Pasien dan keluarga mampumelaksanakan prosedur yang dijelaskansecara benarv Pasien dan keluarga mampumenjelaskan kembali apa yang dijelaskanperawat/tim kesehatan lainnya

    NIC :Teaching : disease Process

    1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan

    pasien tentang proses penyakit yang spesifik2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit danbagaimana hal ini berhubungan dengan anatomidan fisiologi, dengan cara yang tepat.

    3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa munculpada penyakit, dengan cara yang tepat

    4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yangtepat

    5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna carayang tepat

    6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,dengan cara yang tepat

    7. Hindari harapan yang kosong8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi

    tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

    diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa

    yang akan datang dan atau proses pengontrolanpenyakit

    10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

    mendapatkan second opinion dengan cara yangtepat atau diindikasikan

    12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,dengan cara yang tepat

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    27/28

    13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitaslokal, dengan cara yang tepat

    14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejalauntuk melaporkan pada pemberi perawatankesehatan, dengan cara yang tepat

  • 5/19/2018 Fraktur Ankle

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.

    EGC. Jakarta

    Carpenito, LJ. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 .Jakarta: EGC

    Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

    Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau

    di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya

    Johnson, M., et all.2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second

    Edition. New Jersey: Upper Saddle River

    Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

    Aesculapius

    Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second

    Edition. New Jersey: Upper Saddle River

    Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

    Jakarta: Prima Medika

    Smeltzer, S.C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.