2/3/2020 Vol 7 No 2 (2019): Volume 7 No. 2 Tahun 2019; Mei - Agustus | Peternakan Tropika
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/issue/view/3122 1/5
Cari
##home.homes## Terkini ##navigation.archives## Tentang Kami
Daftar Login
##common.homepageNavigationLabel## ##navigation.breadcrumbSeparator####navigation.archives## ##navigation.breadcrumbSeparator##
Vol 7 No 2 (2019): Volume 7 No. 2 Tahun 2019; Mei - Agustus
Diterbitkan: 2019-05-03
Standarisasi Sapi Bali Pejantan Berdasarkan SNI di Unit Pelaksana Teknis (UPT) BalaiInseminasi Buatan Daerah Provinsi Bali
1. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_ yudha et al
Analisis Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan Penjualan Telur Ayam Ras (Studi Kasus UDPrapta, Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem)
2. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Astrini et al
Pengaruh Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Keong Mas Dalam Ransum TerhadapPotongan Karkas Komersial Itik Bali Jantan
3. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Resla et al
Pengaruh Penggunaan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Terfermentasi DalamRansum Terhadap External Offal Broiler
4. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Suartiniyanti et al
Pengaruh Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Keong Mas Dalam Ransum TerhadapOrgan Dalam Itik Bali Jantan
5. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Oktaviantoro et al
Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Itik
6. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Warmana et al
Kualitas Telur Itik Dengan Lama Penyimpanan Selama 21 Hari Pada Dataran Rendah Di DaerahJimbaran
7. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_ Indrayoga et al
Artikel
Hendriana P. P. Y., N. L. G Sumardani, N. P. Mariani 356 - 363
Astrini N. K. M. S, G. L. O. Cakra, N. N. Suryani 364 - 375
Resla M. S., A. W. Puger, I M. Nuriyasa 376 - 391
Suartiniyanti N. L. A., G. A. M. K. Dewi, M. Dewantari 392 - 402
Oktaviantoro D, A. W. Puger, E. Puspani 403 - 414
Warmana I W. G. T., G. A. M. K. Dewi, I W. Wijana 415 - 429
Indrayoga I. B. A., I W. Wijana, M. Wirapartha 430 - 444
2/3/2020 Vol 7 No 2 (2019): Volume 7 No. 2 Tahun 2019; Mei - Agustus | Peternakan Tropika
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/issue/view/3122 2/5
Pengaruh Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Keong Mas Dalam Ransum TerhadapKomposisi Fisik Karkas Dan Lemak Abdominal Itik Bali Jantan
8. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Gulita et al
Produktivitas Rumput Panicum maximum Cv. Trichoglume sebagai Dampak Substitusi PupukOrganik terhadap Pupuk Urea pada Pemotongan Kedua
9. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Vino et al
Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Sente (Homalomena cordata scoot ) terhadapPenampilan Babi Peranakan Duroc
10. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Yusadana et al
Pengaruh Pemberian Jus Kulit Buah Naga Dalam Air Minum Terhadap Karkas dan RacahanKarkas Ayam Lohmann Brown Umur 52 Minggu
11. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Sitepu et al
Pengaruh Ekstrak Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) Dalam Air Minum Terhadap KualitasTelur Ayam Isa Brown umur 25-30 Minggu
12. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Andriyani et al
Produksi Telur Ayam Isa Brown Pasca Vaksinasi dengan Kandidat Vaksin Egg Drop Syndrome(EDS) Diberi Jumlah Ransum yang Berbeda
13. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Heppi et al
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Secara Intensif (Studi Kasusdi UD. Prapta, Karangasem, Bali)
14. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Pratama et al
Profil Kesehatan Kambing Peranakan Etawah yang Diberi Probiotik pada Peternakan Rakyat diKampung Bugis, Desa Serangan, Bali
15. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Bambar et al
Pengaruh Pemberian Probiotik Effective Microorganism-4 Melalui Air Minum terhadap BeratOrgan Dalam Itik Bali Jantan
16. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Dewi et al
Konsumsi Nutrien, Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Ransum Sapi Bali Di PoskoPenampungan Ternak Desa Nongan Kabupaten Karangasem
17. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Dwipayana et al
Analisis Jiwa Wirausaha Mahasiswa di Universitas Udayana
18. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Rofiah et al
Gulita S. S., A. W. Puger, I M. Nuriyasa 445 - 454
Vino A, N. M. Witariadi, N. N. Candraasih 456 -467
Yusadana P., K. Budaarsa, I G. Mahardika 468 -480
Sitepu M., G. A. M. K. Dewi, M. Wirapartha 481 - 492
Andriyani N. M. Y., G. A. M. K. Dewi, M. Wirapartha 493 - 506
Heppi N. M. A. L., G. A. M. K. Dewi, I K. A. Wiyana 507 -521
Pratama I. B. B., I W. Sukanata, B. R. T. Putri 522 - 533
Bambar M. M., L. Doloksaribu, I G. A. A. Putra 534 - 543
Dewi N. M. A. W., N W. Siti, N. M. S. Sukmawati 544 - 558
Dwipayana I K. B, N. N. Suryani, Mahardika I G. 559 - 569
Rofiah A. C., B. R. T. Putri, N. W. T. Inggriati 570-586
2/3/2020 Vol 7 No 2 (2019): Volume 7 No. 2 Tahun 2019; Mei - Agustus | Peternakan Tropika
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/issue/view/3122 3/5
Kualitas Kimia Daging Babi Landrace Persilangan yang Dilayukan Secara Tradisional dalamWaktu yang Berbeda
19. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Armini et al
Pengaruh Pemberian Probiotik Effecktive Microorganism-4pada Air Minum terhadap PotonganKarkas Komersial Itik Bali Jantan Umur 8 Minggu
20. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Suprianto et al
Persentase Motilitas Spermatozoa Babi dalam Pengencer BTS (Beltsville Thawing Solution) iiUnit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Inseminasi Buatan Daerah Baturiti
21. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Ranggadana et al
Pemanfaatan Probiotik Microorganism Effective melalui Air Minum Untuk Meningkatkan BeratPotong dan Komposisi Fisik Karkas Itik Bali Jantan
22. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Budiyatmika et al
Pengaruh Pemberian Tepung Kulit Buah Naga Terfermentasi pada Ransum terhadap OrganDalam Ayam Petelur (Lohmann Brown) Umur 21 Minggu
23. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Diana et al
Kecernaan In Vitro dan Produk Fermentasi dari Silase Jerami Padi yang Dibuat denganPenambahan Cairan Rumen
24. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Saputra et al
Kualitas Fisik dan Kimia Silase Jerami Padi yang Dibuat Dengan Penambahan Cairan RumenSapi Bali
25. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Suadnyana et al
Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler dengan Sistem Kandang ClosedHouse (Studi Kasus di Pt.Ciomas Adisatwa, Desa Tuwed, Jembrana, Bali)
26. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Vikananda et al
Pengaruh Waktu Penyimpanan hingga 28 Hari terhadap Kualitas Telur Itik di Daerah Jimbaran
27. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Setiawan et al
Kualitas Fisik Daging Babi Landrace Persilangan yang Dilayukan Secara Tradisional
28. Artikel eJPT Vol. 7 (2)_Kristiawan et al
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)TERFERMENTASIDALAM RANSUM TERHADAP KUALITASEKSTERNAL DAN INTERNAL TELUR AYAM LOHMANNBROWN UMUR 18 – 22 MINGGU
29. Artikel eJPT 7(2)_Kurniawan et al
cover-B.depan eJPT 7(2) 2019
Armini N. M. A., N. L. P. Sriyani, T. I. Putri 587-598
Suprianto I K. E., N W. Siti, N. M. S. Sukmawati 599-611
Ranggadana I P. S., N. L. G. Sumardani, N. P. Mariani 612-618
Budiyatmika K. B., N W. Siti, I N. Ardika 619-632
I P. R. S. Diana, M. Wirapartha, G. A. M. K. Dewi 633-649
Saputra I K. T. A., A. A. A. S Trisnadewi, I G. L. O. Cakra 647-660
Suadnyana I M., I G. L. O. Cakra, I W. Wirawan 661-675
Widana I P. V. H., I W. Sukanata, I G. N. Kayana 676-694
Setiawan I K. A., G. A. M. K. Dewi, M. Wirapartha 695-710
Kristiawan I M., N. L. P. Sriyani, I N. T. Ariana 711-722
Kurniawan A., G. A. M. K. Dewi, I K. A. Wiyana 723-737
2/3/2020 Vol 7 No 2 (2019): Volume 7 No. 2 Tahun 2019; Mei - Agustus | Peternakan Tropika
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/issue/view/3122 4/5
cover-B.depan eJPT 7(2) 2019
Pengaruh Tepung Kulit Kecambah Kacang Hijau Terhadap Komposisi Fisik Karkas Itik BaliJantan Umur 8 Minggu
35 Artikel eJPT 7(2)_Putra, R. P., et al
Pengaruh Penggunaan Tepung Kulit Kecambah Kacang Hijau terhadap Potongan KarkasKomersial Itik Bali Jantan Umur 8 Minggu
36 Artikel eJPT 7(2)_Setyawa, I P. H., et al
Strategi Pemulihan Usaha Peternakan Sapi Bali pada Wilayah Terdampak Erupsi Gunung Agungdi Kabupaten Karangasem
37 Artikel eJPT 7(2)_Liga Lingga., et al
Kualitas Eksternal dan Internal Telur Itik yang Disimpan Selama 0-14 Hari di Dataran TinggiBedugul
38 Artikel eJPT 7(2)_Rika, R., et al
Pertumbuhan dan Produksi Rumput Axonopus Compressus, Stenotaphrum Secundatum, danPaspalum Conjugatum pada Berbagai Level Biourin
39 Artikel eJPT Vol. 7(2)_Mertaningsih, N. P. L., et al
Pengaruh Pemberian Bubuk Kunyit (Curcumalonga ) pada Air Minum terhadap Performa AyamBroiler
40.Artikel eJPT Vol. 7(2) Yoga Andika Pranata et al
Identifikasi Panjang Badan, Tinggi Gumba, Dan Tinggi Panggul, Kambing Peranakan EtawahPada Peternakan Rakyat Di Kampung Bugis, Desa Serangan, Bali
41.Artikel eJPT Vol. 7(2) Ramadhani et al
Evaluasi Kemampuan Ekstrak Daun Bidara (Zizipus mauritiana Lam.) sebagai Pengawet Alamipada Daging Ayam Broiler
42.Artikel eJPT Vol. 7(2) Komaruddin, M., et al
Pengaruh Penggantian Ransum Komersial dengan Tepung Kulit Kecambah Kacang Hijauterhadap Penampilan Itik Bali Jantan Umur 0-8 Minggu
43.Artikel eJPT Vol. 7(2) Laksamana, K. Y. P., et al
Pengaruh Ekstrak Air Daun Kelor (Moringa Oleifera) Fermentasi Melalui Air Minum terhadapKualitas Fisik Telur Ayam Lohmann Brown Umur 80 Minggu
44. Artikel eJPT Vol. 7(2) Tarigan, Y. K. P., et al
Persentase Potongan Karkas Broiler Umur 5 Minggu yang Diberi Bubuk Kunyit dalam AirMinum
Tim Redaksi eJPT i-vi
Putra R. P., I M. Suasta, N. M. S. Sukmawati 812 - 822
Setyawan I P. H., N W. Siti, N. M. S. Sukmawati 823 - 835
Lingga Liga, B. R. T Putri, N. L. G. Sumardani 836 - 850
Rika R., I W. Wijana, G. A. M. K. Dewi 851 - 863
Mertaningsih N. P. L., N. N. Suryani, M. A. P. Duarsa 864 - 880
Pranata I P. Y. A., I P. A. Astawa, I G. Mahardika 881 - 890
Ramadhani I. F., L. Doloksaribu, G. A. M. K. Dewi 891 - 898
Komaruddin M, I N.S. Miwada, S. A Lindawati 899 - 910
Laksamana K. Y. P., N W. Siti, E. Puspani 911 - 921
Tarigan Y. K. P., I G. N. G. Bidura, D. P. M. A. Candrawati 922 - 933
2/3/2020 Vol 7 No 2 (2019): Volume 7 No. 2 Tahun 2019; Mei - Agustus | Peternakan Tropika
https://ojs.unud.ac.id/index.php/tropika/issue/view/3122 5/5
Tim Editor
Panduan Penulisan
Artikel Template
Pembayaran
45. Artikel eJPT Vol. 7(2) Widnyana, B. A., et al
Analisis Finansial Penggunaan Tepung Kulit Kecambah Kacang Hijau Pada Ransum TerhadapPendapatan Peternakan Itik Bali
46. Artikel eJPT Vol. 7(2) Wyandhana, D., et al
Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Petelur Afkir dalam Larutan Daun Kelor (Moringaoleifera Lamk.) terhadap Kualitas Organoleptik
30. Artikel eJPT 7(2)_Marwansyah et al
Motivasi Peternak dalam Mengolah Limbah Ternak Sapi menjadi Pupuk Kompos padaKelompok Tani Ternak Simantri di Kabupaten Gianyar
31. Artikel eJPT 7(2)_Devi Dasy S.V., et al
Tingkat Penerapan Sapta Usaha Ternak Kambing di Desa Sungai Nibung Kecamatan GedungMeneng Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung
32. Artikel eJPT 7(2)_Jaya Santika., et al
Pengaruh Pemberian Kulit Buah Naga Terfermentasi Pada Ransum Terhadap Karkas DanPotongan Karkas Komersial Ayam Lohmann Brown Umur 22 Minggu
33. Artikel eJPT 7(2)_Jaya, I M. B., et al
Penampilam Ayam Broiler yang Diberi Air Minum Mengandung Air Kelapa Muda, Gula Aren,atau Molases
34. Artikel eJPT 7(2)_Susila, I M. D. A., et al
Widnyana B. A., I P. A. Astawa, N. M. S. Sukmawati 934 - 945
Wyandhana D, I G. N. Kayana, I M. Suasta 946 - 957
Marwansyah A. J., I. A. Okarini, I N.S Miwada 738 - 749
Devi Dasy S. V., N W. Tatik Inggriati, G. Suarta 750 - 761
Jaya Santika, N W. Tatik Inggriati, G. Suarta 762 -784
Jaya I M. B., G. A. M. K. Dewi, I W. Wijana 785 - 799
Susila I M. D. A., N. W. Siti, I D. G. A. Udayana 800 - 811
eJurnal Peternakan Tropika
PS. Peternakan Universitas Udayana, Denpasar- Bali
Email. [email protected]
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
e-journal
FAPET UNUD email: [email protected]
Elektronik Jurnal Peternakan Tropika dipublikasikan oleh:
Fakultas Peternakan Universitas Udayana Jl. P. B. Sudirman, Denpasar. Gedung Agrokompleks Lantai 1
Telp. 0361-235231/222096
email: [email protected]
Volume Nomor Tahun
VII 2 2019
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
E-JOURNAL PETERNAKAN TROPIKA
REDAKTUR / KETUA EDITOR
Dr. I Made Mudita, S.Pt., MP
EDITOR
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS
Prof. Dr. I Komang Budaarsa, MS
Prof. Dr. I Gusti Nyoman Bidura, MS
Ir. Desak Putu Mas Ari Candrawati, MSi
Eny Puspani, SPt., MSi
I Wayan Wirawan, SPt., MP
Anak Agung Putu Putra Wibawa, SPt., MSi
Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi
Dr. Ir. Ni Putu Mariani, MSi
Ir. Ni Putu Sarini, MSc
Dr. Budi Rahayu Tanama Putri, SPt, MM
I Wayan Sukanata, SPt., MSi
ALAMAT REDAKSI:
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA Jl. P.B. Sudirman Denpasar. GedungAgrokompleks Lantai 1
Telp. 0361- 222096 / 235231 /087784792574
Email: [email protected]
507
e-journal
FAPET UNUD
e-Journal
Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
Submitted Date: April 29, 2019 Accepted Date: May,27, 2019 Editor-Reviewer Article;: I M. Mudita & P. M. A. Candrawati
Produksi Telur Ayam Isa Brown Pasca Vaksinasi dengan Kandidat Vaksin
Egg Drop Syndrome (EDS) Diberi Jumlah Ransum yang Berbeda
Heppi. N. W. A. L., G. A. M. K. Dewi, dan I. K. A. Wiyana PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali
E-mail: [email protected] Telp: 087761449872
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi telur ayam Isa Brown umur 18-22
minggu pasca vaksinasi dengan kandidat vaksin egg drop syndrome (EDS) dan diberi ransum
komersial dalam jumlah berbeda. Penelitian dilaksanakan di Farm Fakultas Peternakan,
Universitas Udayana Bukit Jimbaran selama 4 minggu. Materi penelitian yang digunakan
ayam petelur Isa Brown umur 18 minggu. Rancangan penelitian yang digunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu tanpa divaksinasi dengan kandidat
vaksin dan diberi ransum komersial 80 g (R0), tanpa divaksinasi dengan kandidat vaksin dan
diberi ransum komersial 84 g (R1), pasca vaksinasi dengan kandidat vaksin dan diberi ransum
komersial 80 g (R2), dan pasca vaksinasi dengan kandidat vaksin dan diberi ransum komersial
84 g (R3), masing-masing perlakuan menggunakan 5 ulangan setiap ulangan terdiri dari 3 ekor
ayam. Variabel yang diamati adalah produksi telur harian, berat telur, indeks bentuk telur,
konsumsi ransum, konversi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi telur
harian perlakuan R3 meningkat dan konsumsi ransum perlakuan R2 menurun (P<0,05)
dibandingkan perlakuan R0 dan R1, tetapi berat telur, indeks bentuk telur, dan konversi
ransum pada perlakuan R0, R1, R2, R3 tidak berbeda nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa ayam Isa Brown pasca vaksinasi kandidat vaksin EDS
mampu meningkatkan produksi telur harian dan menurunkan konsumsi ransum tetapi tidak
mempengaruhi berat telur, indeks bentuk telur, dan konversi ransum.
Kata kunci : kandidat vaksin egg drop syndrome (EDS), Isa Brown, produksi telur, ransum
komersial
Production of Isa Brown Chicken Post-Vacination with Candidate of Egg
Drop Syndrome (EDS) Vaccine Given Different Amount of Ration
ABSTRACT
This study aims to determine the production of Isa Brown chicken eggs aged 18-22
weeks after vaccination with egg drop syndrome (EDS) vaccine candidates and given
different amounts of commercial rations. The research was conducted at the Faculty of
Animal Husbandry Teaching Farm Cage, University of Udayana Bukit Jimbaran for 4 weeks.
The research material used by Isa Brown laying hens aged 18 weeks. The research design
used Completely Randomized Design (CRD) consisting of 4 treatments, namely without
vaccination with vaccine candidates and given 80 g (R0) commercial ration, without being
vaccinated with vaccine candidates and given commercial ration 84 g (R1), after vaccination
with candidates vaccine and given 80 g of commercial ration (R2), and after vaccination with
vaccine candidates and given commercial rations 84 g (R3), each treatment used 5
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 508
replications each replication consisting of 3 chickens. The variables observed were hen day
production, egg weight, egg shape index, feed consumption, feed convertion ration. The
results showed that the daily treatment of R3 egg production increased and the treatment feed
consumption R2 decreased (P<0,05) compared to treatments R0 and R1, but egg weight, egg
shape index, and feed convertion ratio of treatments R0, R1, R2, R3 did not significantly
different (P>0,05). Based on results of the study it can be concluded that Isa Brown's chicken
after vaccination of EDS vaccine candidates was able to increase hen day production and
reduce feed consumption but did not affect egg weight, egg shape index, and feed convertion
ration.
Keywords: egg drop syndrome (EDS) vaccine candidate, Isa Brown, egg production,
commercial rations
PENDAHULUAN
Ayam petelur saat ini banyak dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia baik
sebagai peternakan industri maupun peternakan rakyat, salah satunya adalah strain Isa Brown.
Perkembangan penduduk yang pesat serta diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan telur
mendorong peternak untuk terus membudidayakan ayam petelur. Pada saat ini ayam petelur
yang banyak dibudidayakan umumnya adalah breed unggul yang memiliki tingkat produksi
telur tinggi (Kencana et al., 2017). Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017
menunjukkan terjadi peningkatan populasi ternak ayam ras petelur setiap tahunnya dari total
111.417 juta ekor pada tahun 2009 hingga mencapai 166.722 juta ekor pada tahun 2017.
Manajemen pemeliharaan dan manajemen kesehatan pada ayam petelur di Indonesia
yang baik mutlak diperlukan untuk optimalisasi produksi ayam petelur. Berbagai gangguan
kesehatan pada ayam petelur dapat mengakibatkan penurunan produksi telur. Salah satu
penyakit yang dapat mengakibatkan penurunan produksi pada ayam petelur adalah penyakit
egg drop syndrome (EDS) (Kencana, 2012). Penyakit Egg drop syndrome (EDS) disebabkan
oleh Adenovirus dari familia Adenoviridae. Virus EDS termasuk ke dalam goup III Avian
Adenovirus (Dhinakar et al., 2001). Penyakit EDS menyerang ayam petelur umur 25-32
minggu dengan gejala klinis yang menonjol berupa penurunan produksi telur yang bervariasi
mulai 5% sampai 50% yang berlangsung selama 6-7 minggu (Murtidjo, 1992). Penyakit EDS
pada ayam broiler ditemukan pada umur lima sampai enam minggu, tetapi bersifat subklinis
(Kencana, 2012).
Menurut Suresh et al. (2013) penyakit EDS adalah penyakit pada ayam petelur dapat
menyebabkan penurunan produksi telur hingga mencapai 40%. Selanjutnya penyakit EDS
dapat berlangsung selama 4 sampai 10 minggu yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang
cukup tinggi pada peternakan unggas. Virus EDS menular lewat droplet dan feses ayam
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 509
terinfeksi (Kencana, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan Kencana et al. (2017) telah
berhasil mengkarakterisasi enam isolat lapang EDS dari ayam petelur yang dicurigai terkena
EDS berasal dari Bogor, Medan, dan Surabaya. Tidak ada pengobatan yang efektif untuk
penyakit EDS. Salah satu cara untuk mencegah penyakit EDS adalah dengan melakukan
vaksinasi ayam sebelum masa bertelur (umur 14-16 minggu) dengan menggunakan vaksin
inaktif (Kencana, 2012). Vaksin inaktif konvensional EDS pertama kali dikembangkan pada
tahun 1977 (Baxendale et al., 1980). Vaksinasi bertujuan untuk membentuk antibodi spesifik
terhadap virus EDS.
Disisi lain ransum juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan produksi telur.
Harmayanda et al. (2016) menyatakan bahwa ransum komersial merupakan gabungan dari
beberapa bahan yang disusun dengan formulasi tertentu yang sudah dihitung berdasarkan
kebutuhan industri dan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Ransum
komersial mengandung zat-zat makanan seperti: protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin, yang dibutuhkan oleh ayam petelur. Kebutuhan protein ayam petelur fase layer
adalah lebih dari 14% pada umur lebih dari 16 minggu dengan energi metabolis 2900 kkal/kg
(SNI, 2008). Isa Brown Commercial Layers (2011) menyatakan bahwa kebutuhan konsumsi
ransum pada masa kritis awal bertelur yaitu umur 18 sampai 26 minggu membutuhkan
konsumsi ransum sebanyak 80 gram sampai 112 gram. Kartadisastra (1994) menyatakan
bahwa apabila ransum yang diberikan kurang dari kebutuhannya, ayam akan mudah terserang
penyakit, terjadi penurunan berat badan, serta dapat menimbulkan sifat kanibal, sebaliknya
apabila ransum yang diberikan melebihi kebutuhannya, ayam cenderung menjadi gemuk dan
berlemak, akhirnya produksi telur menurun dan pemberian ransum menjadi tidak efisien.
Berdasarkan hal diatas maka akan dilakukan penelitian produksi telur ayam Isa Brown
pasca vaksinasi dengan kandidat vaksin egg drop syndrome (EDS) diberi jumlah ransum yang
berbeda.
MATERI DAN METODE
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Farm Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Kampus
Bukit Jimbaran. Penelitian ini berlangsung selama 4 minggu mulai dari 19 November-17
Desember 2018. Produksi telur Ayam Isa Brown dihitung pada umur ayam 18-22 minggu.
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 510
Materi Penelitian
Ayam petelur
Penelitian ini menggunakan ayam petelur Isa Brown dengan umur 18 minggu dengan
berat badan 1.554,80±2,28 gram. Ayam petelur Isa Brown yang digunakan dalam penelitian
dibeli dari peternak di Kota Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali.
Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang battery tiap unit berukuran
56 x 60 cm. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum serta lampu untuk
penerangan pada malam hari. Dinding dan alas kandang terbuat dari bahan bambu dan atap
menggunakan asbes dan pada bagian bawah kandang diberi alas plastik sebagai tempat
menampung kotoran ayam agar nantinya mudah untuk dibersihkan.
Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan digital kapasitas 210 g
dengan tingkat ketelitian 0,001 g untuk menimbang ransum dan berat telur, spuit injeksi
digunakan untuk menampung cairan vaksin yang diinjeksikan, egg tray dengan kapasitas 30
butir yang digunakan sebagai tempat untuk menaruh telur sesuai dengan kode perlakuan,
jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm yang digunakan untuk mengukur panjang dan lebar
telur, dan peralatan tulis dan label digunakan untuk menulis data yang didapatkan, dan label
digunakan untuk menandai telur ayam Isa Brown.
Bahan Penelitian
Ransum yang Digunakan
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum komersial PAR-L1 produksi
PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Susunan bahan baku yang digunakan adalah jagung
kuning, soy bean meal (SBM), meat bone meal (MBM), corn gluten meal (CGM), palm olein,
Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum komersial PAR-L1 untuk ayam petelur produksi dari
PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk
Parameter Standar (%)
Energi metabolis (kkal/kg) 2900
Protein 17-19
Lemak 3-11
Serat kasar 5-6
Kalsium 3,5
Fosfor 0,45
Sumber: PT.Japfa Comfeed Indonesia Tbk
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 511
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan setiap ulangan terdiri dari 3 ekor ayam petelur Isa
Brown sehingga total ayam yang akan digunakan sebanyak 60 ekor. Keempat perlakuan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu: R0: Ayam Isa Brown tanpa divaksinasi dengan kandidat
vaksin EDS dan diberi ransum 80 g/hari, R1: Ayam Isa Brown tanpa divaksinasi dengan
kandidat vaksin EDS dan diberi ransum 84 g/hari, R2: Ayam Isa Brown pasca vaksinasi
dengan kandidat vaksin EDS dan diberi ransum 80 g/hari, dan R3: Ayam Isa Brown pasca
vaksinasi dengan kandidat vaksin EDS dan diberi ransum 84 g/hari
Prosedur Penelitian
Penempatan ayam petelur Isa Brown dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengacakan lengkap. Langkah awal dengan melakukan penimbangan berat badan awal ayam
Isa Brown kemudian dicari rata-rata berat awal dan standar deviasinya, ayam yang digunakan
adalah ayam dengan berat badan yang masuk dalam kisaran berat badan rata-rata.
Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga terdapat 20 unit
kandang perlakuan. Setiap unit kandang diisi 3 ekor ayam petelur Isa Brown sehingga
penelitian ini menggunakan ayam petelur Isa Brown sebanyak 60 ekor, dan setiap unit
kandang diberi kode sesuai perlakuan pada setiap ulangan serta diberi sekat untuk
memastikan ketiga ekor ayam mendapat ransum dengan jumlah yang sama. Penempatan ayam
disetiap kandang dilakukan dengan pengacakan sehingga di setiap unit kandang penelitian
tidak ada perbedaan yang nyata. Pengambilan telur dilakukan setiap hari sesuai kode
perlakuan selama penelitian berlangsung, kemudian dicari produksi telur hariannya (hen day
production), telur ditimbang menggunakan timbangan digital untuk mencari berat telur
selama penelitian serta diukur panjang dan lebar telur menggunakan jangka sorong untuk
mendapatkan indeks bentuk telur selama penelitian, konsumsi ransum dihitung dari jumlah
ransum yang diberikan dikurangi ransum sisa yang dihitung selama penelitin dan FCR
dihitung dengan perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi dengan berat telur selama
penelitian.
Pemberian Ransum dan Air Minum
Pemberian ransum pada penelitian ini akan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi
hari pukul 08.00 wita dan pada sore hari pukul 16.00 wita, sedangkan untuk pemberian air
minum diberikan secara ad-libitum. Sebelum ransum diberikan terlebih dahulu ditimbang
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 512
untuk memudahkan pencatatan jumlah ransum dikonsumsi selama penelitian. Ransum
komersial diberikan selama berlangsungnya penelitian berdasarkan perlakuan R0, R1, R2 dan
R3. Jumlah ransum yang diberikan dibagi menjadi dua yaitu setengah dipagi hari dan setengah
disore hari.
Variabel Penelitian
1. Pengukuran produksi telur harian/hen day production (%)
Produksi telur harian adalah produksi telur dalam suatu kelompok ayam petelur yang
didasarkan atas persentase produksi telur dengan jumlah ayam petelur yang hidup selama
pencatatan. Produksi telur harian dihitung setiap hari dengan membagi jumlah telur yang
dihasilkan dengan jumlah ayam dikalikan 100%.
2. Berat telur (g/butir)
Berat telur dihitung dengan menimbang setiap telur yang dihasilkan selama penelitian.
3. Pengukuran indeks bentuk telur
Indeks bentuk telur diperoleh dari pembagian antara lebar telur yang diukur dengan
panjang telur dikalikan 100 yang dihasilkan selama penelitian.
4. Konsumsi ransum
Konsumsi ransum diperoleh dari jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan jumlah
ransum sisa yang dihitung selama penelitian.
5. Feed Convertion Ratio (FCR)
FCR dihitung dengan perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi dengan jumlah berat
telur selama penelitian.
Analisis Data
Pada penelitian ini data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis sidik
ragam (Anova), apabila diantara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) maka
analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi telur harian (hen day production)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi telur harian (hen day) perlakuan R0,
R1, R2, R3 sebesar 28,16%, 29,90%, 27,65%, 35,43% (Tabel 2). Rataan Hen day perlakuan
R1 lebih tinggi 5,87% dari R0, secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05) , R2 lebih rendah
1,84% dari R0 dan 7,53% dari R1, secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 513
perlakuan R3 lebih tinggi 20,52% dibandingkan R0 secara statistik berbeda nyata (P<0,05),
perlakuan R3 lebih tinggi 15,61% dibandingkan R1 secara statistik berbeda nyata (P<0,05),
dan R3 lebih tinggi 21,96% dibandingkan R2 secara statistik berbeda nyata (P<0,05).
Berat telur
Berat telur ayam Isa Brown perlakuan R0 sebesar 49,38 g dan R1, R2, R3 masing-
masing 49,90 g, 49,56 g, 50,62 g (Tabel 2). Berat telur ayam Isa Brown pada perlakuan R1,
R2, dan R3 memiliki rataan lebih tinggi masing-masing 1,04%, 0,36%, dan 2,45%
dibandingkan R0, secara statistik menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan
perlakuan R1 lebih tinggi 0,68% dibandingkan R2 tidak berbeda nyata (P>0,05), perlakuan
R1 lebih rendah 1,42% dibandingkan R2 tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan perlakuan
R2 lebih rendah 2,09% dibandingkan R3 secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).
Indeks bentuk telur
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks bentuk telur ayam Isa Brown (R0)
sebesar 78,31 (Tabel 2). Ayam Isa Brown pada perlakuan R1, R2, dan R3 menghasilkan
rataan indeks bentuk telur lebih tinggi masing-masing 1,94%, 0,71%, dan 1,67%
dibandingkan R0, secara statistik menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan
perlakuan R1 lebih tinggi 1,24% dibandingkan R2 tidak berbeda nyata (P>0,05), perlakuan
R1 lebih rendah 0,28% dibandingkan R3 tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan perlakuan
R2 lebih rendah 0,97% dibandingkan R3 secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).
Konsumsi ransum
Konsumsi ransum ayam Isa Brown perlakuan R0, R1, R2, R3 berturut-turut yaitu
2.253,44, 2.352,00, 2.230,23, 2.350,15 g/ekor (Tabel 2). Rataan konsumsi ransum perlakuan
R1 lebih tinggi 4,19% dibandingkan R0, R2 lebih rendah 1,03% dibandingkan R0, R3 lebih
tinggi 4,12% dibandingkan R0 secara statistik berbeda nyata (P<0,05), perlakuan R2 lebih
rendah 5,18% dibandingkan R1, R3 lebih tinggi 5,10% dibandingkan R2 secara statistik
menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), sedangkan rataan konsumsi ransum R3 lebih
rendah 0,08% dibandingkan R1, tetapi secara statistik menunjukkan hasil tidak berbeda nyata
(P>0,05).
FCR (Feed Convertion Ratio)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai FCR ayam Isa Brown perlakuan R0
sebesar 3,08 (Tabel 2). Rataan FCR ayam Isa Brown pada perlakuan R1, R2, dan R3 memiliki
rataan lebih rendah masing-masing 12,30%, 1,59%, dan 13,89% dibandingkan R0, secara
statistik menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan perlakuan R1 lebih rendah
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 514
10,87% dibandingkan R2 tidak berbeda nyata (P>0,05), rataan perlakuan R1 lebih tinggi
1,81% lebih tinggi dibandingkan R3 tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan rataan
perlakuan R2 lebih tinggi 12,50% lebih tinggi dibandingkan R3 secara statistik tidak berbeda
nyata (P>0,05).
Tabel 2. Produksi telur harian (hen day production), berat telur, indeks bentuk telur, konsumsi
ransum, FCR ayam Isa Brown pasca vaksinasi egg drop syndrome dan diberi
ransum komersial
Perlakuan1)
3) Variabel R0 R1 R2 R3
SEM
Produksi telur harian/Hen day
28,16a
29,90a
27,65a
35,43b2)
0,77
production (%) Berat telur (g/butir)
49,38
a
49,90
a
49,56
a
50,62
a
0,75
Indeks bentuk telur 78,31a 79,86
a 78,87
a 79,64
a 0,58
Konsumsi ransum (g/ekor)
2.253,44b 2.352,00
c 2.230,23
a 2.350,15
c 5,39
Feed convertion
ratio/FCR 2,52
a 2,21
a 2,48
a 2,17
a` 0,13
Keterangan : 1) R0 : Ayam Isa Brown tanpa divaksinasi dengan kandidat vaksin EDS dan diberi ransum komersial 80 g
R1 : Ayam Isa Brown tanpa divaksinasi dengan kandidat vaksin EDS dan diberi ransum komersial 84 g R2 : Ayam Isa Brown pasca vaksinasi dengan kandidat vaksin EDS dan diberi ransum komersial 80 g
R3 : Ayam Isa Brown pasca vaksinasi dengan kandidat vaksin EDS dan diberi ransum komersial 84 g
2) Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05), dan superskrip pada baris
yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05)
3) SEM (Standard eror of the treatment means)
Rataan produksi telur harian (hen day production) pada perlakuan R0, R1, R2, secara
statistik menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05), sedangkan perlakuan R3
meningkatkan produksi telur harian (hen day production) sebesar 20,52% dari R0, 15,16%
dari R1, dan 21,96% dari R2 (P<0,05) (Gambar 1). Hal ini disebabkan oleh pemberian jumlah
ransum yang berbeda dan kondisi fisiologis ternak lebih baik dengan vaksinasi EDS karena
didalam vaksin inaktif EDS mengandung oil adjuvant yang secara perlahan-lahan mampu
meningkatkan titer antibodi dalam tubuh ayam untuk melindungi antigen dari perusakan oleh
respon imun sehingga saluran reproduksi dan saluran pencernaan ayam menjadi lebih sehat
dan dapat bekerja dengan baik. Kondisi ayam yang sehat menyebabkan nutrisi pada ransum
dapat dicerna dengan efisien selain untuk pertumbuhan badan dan bulu tetapi juga dalam
memproduksi telur. Hal ini terlihat bahwa R3 memberikan produksi telur yang lebih tinggi
dibandingkan R0, R1, R2 dalam hal ini jumlah ransum yang diberikan dan vaksinasi EDS
sangat mempengaruhi produksi telur. Sejalan dengan penelitian Setiawati et al. (2016) bahwa
hen day production yang tinggi umumnya diiringi dengan pemberian pakan yang mencukupi
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 515
kebutuhan hidup pokok dan produksi telur. Utomo (2017) menambahkan bahwa perbedaan
tinggi rendahnya produksi telur ayam ras dipengaruhi beberapa faktor, antara lain; genetik,
kualitas dan kuantitas ransum yang diberikan, dan kesehatan ternak. Sultoni et al. (2006)
menyatakan bahwa kondisi kesehatan ayam dan tingkat stress pada ayam juga berpengaruh
pada hasil produksi. Apabila ayam pada kondisi sakit atau mendapat cekaman stress dapat
menyebabkan produksi telur menurun begitupun sebaliknya apabila ayam dalam kondisi sehat
maka produksi telur juga meningkat. Penurunan maupun peningkatan produksi telur juga
tergantung dari lingkungan, kualitas ransum, pemberian ransum, strain, dan faktor
manajemen (Charoen Pockpand, 2005).
Gambar 1. Grafik Produksi telur harian (hen day production), berat telur, dan indeks bentuk telur ayam Isa
Brown pasca vaksinasi egg drop syndrome dan diberi ransum komersial dalam jumlah yang berbeda
selama penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan R1, R2 dan R3 memiliki rataan berat
telur lebih tinggi dibandingkan R0, tetapi secara statistik menunjukkan hasil tidak berbeda
nyata (P>0,05) (Gambar 1). Berat telur yang tidak berbeda disebabkan oleh jenis dan umur
ayam sama, selain itu ayam Isa Brown yang digunakan mempunyai berat badan homogen
sehingga berat telur yang dihasilkan tidak jauh berbeda serta jenis ransum komersial yang
digunakan sama dan didukung dengan adanya nilai FCR yang sama sehingga pasokan nutrisi
yang didapatkan ternak relatif sama mengakibatkan berat telur yang dihasilkan tidak jauh
berbeda. Hal ini sejalan dengan penelitian Utomo (2017) Berat telur selain dipengaruhi oleh
sifat genetik juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, ransum, umur dan berat ayam,
jenis ransum dan berat ayam yang relatif sama menyebabkan hasil berat telur tidak berbeda
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 516
nyata. Hartono dan Kurtini (2015) bahwa berat ayam dan berat telur mempunyai korelasi
positif, ayam dengan bobot yang lebih berat memproduksi telur yang lebih berat dibandingkan
ayam dengan bobot tubuh yang ringan. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa telur
dihasilkan dari induk ayam muda lebih kecil dibandingkan dengan telur yang dihasilkan dari
induk yang lebih tua. Anggorodi (1995) menambahkan bahwa besarnya telur dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk sifat genetik, tingkat dewasa kelamin, umur, dan ransum sehari-hari.
Indeks bentuk telur yang didapatkan pada perlakuan R0, R1, R2, dan R3, secara statistik
menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05) (Gambar 1). Hal ini disebabkan umur ayam
dan jenis ternak yang digunakan sama selain itu ransum yang diberikan sama sehingga nutrisi
yang didapatkan ayam sama dalam pembentukkan telur, dalam penelitian ini indeks bentuk
telur yang dihasilkan yaitu berkisar antara 78,31-79,86. Indeks telur yang dihasikan selama
penelitian baik. Dirgahayu et al. (2016) menyatakan telur yang dihasilkan ayam ras strain Isa
Brown dominan berbentuk conical atau lonjong dengan indeks telur kurang dari 80. Menurut
Soeparno et al. (2011), bentuk telur tergantung pada umur ayam, musim dalam setahun, dan
ransum. Elvira et al. (1994) menambahkan bahwa bentuk telur dipengaruhi oleh sifat genetik,
bangsa, juga dapat disebabkan oleh proses-proses yang tejadi selama pembentukan telur,
terutama pada saat telur melalui magnum dan isthmus.
Hasil penelitian menunjukkan konsumsi ransum perlakuan R2 lebih rendah 1,03%
dibandingkan R0, secara statistik berbeda nyata (P<0,05), sedangkan R1 dan R3 didapatkan
hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) (Gambar 2). Hasil yang berbeda nyata pada perlakuan
R2 ini disebabkan oleh kondisi fisiologis ternak yang lebih baik terutama pada bagian saluran
pencernaan dan saluran reproduksi nya dapat berfungsi dengan baik setelah divaksinasi
dengan kandidat vaksin EDS sehingga kebutuhan nutrisi ternak dapat terpenuhi untuk
kebutuhan pokok (maintenance) dan memproduksi telur. Meskipun konsumsi ransum pada
perlakuan R2 rendah tetapi mampu memberikan produksi telur yang sama dengan R0, dalam
hal ini erat kaitannya dengan pemberian vaksinasi EDS karena dengan vaksinasi ayam
menjadi lebih sehat. Ayam yang sehat meskipun dengan konsumsi yang rendah nyatanya
mampu memanfaatkan nutrisi yang terkandung dalam ransum selain untuk pertumbuhan
badan dan bulu tetapi juga untuk memproduksi telur. Pada perlakuan R1 dan R3 menunjukkan
hasil tidak berbeda nyata hal ini disebabkan oleh pemberian jumlah ransum yang sama
mampu memberikan kesehatan pada ternak sehingga ransum yang diberikan dapat digunakan
ayam secara efisien untuk kebutuhan pokok dan memproduksi sejumlah telur, pada perlakuan
R3 memberikan produksi telur yang tinggi dibandingkan R1, dikarenakan perlakuan R3
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 517
2400 2300
2200
2100
Konsumsi Ransum
R0 R1 R2 R3
mendapatkan vaksinasi yang mengakibatkan saluran reproduksi dan saluran pencernaan ayam
dapat bekerja dengan baik untuk memproduksi telur. Konsumsi ransum menjadi salah satu hal
terpenting yang dapat mempengaruhi produksi telur. Didukung dengan pernyataan
Kartadisastra (1994) bahwa jumlah pemberian ransum pada ternak dapat mempengaruhi
kesehatan ternak dan produksi telur, jika ransum yang diberikan kurang dari kebutuhan ternak
maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya jika ransum yang diberikan
melebihi kebutuhannya maka ayam cenderung menjadi gemuk yang nantinya akan
mempengaruhi produksi telurnya. Tilman et al. (1998) menyatakan jumlah ransum yang
dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi ternak
tersebut. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara lain besar tubuh ayam, aktifitas
sehari-hari, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum (NRC, 1994). Nuraini et al.
(2015) bahwa konsumsi yang tinggi harus diimbangi dengan produksi yang tinggi, apabila
konsumsi tinggi tetapi produksi rendah maka akan diperoleh nilai konversi yang buruk,
sehingga akan menimbulkan kerugian pada peternak. Tinggi rendahnya tingkat konsumsi
ransum juga disebabkan adanya perbedaaan kondisi lingkungan, status kesehatan ayam dan
ransum (Utomo, 2017).
Gambar 2. Grafik konsumsi ransum ayam Isa Brown pasca vaksinasi egg drop syndrome dan diberi ransum
komersial dalam jumlah yang berbeda selama penelitian
FCR perlakuan R1, R2, dan R3 memiliki rataan nilai FCR lebih rendah dibandingkan
R0, tetapi secara statistik menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05) (Gambar 3). Hasil
FCR yang tidak berbeda disebabkan oleh berat telur yang dihasilkan selama penelitian relatif
sama, selain itu umur dan jenis ternak serta ransum komersial yang digunakan sama sehingga
nilai FCR yang didapat tidak jauh berbeda. Nilai FCR yang didapatkan pada penelitian ini
berkisar antara 2,17-2,52. Nilai FCR ini menandakan efisiensi penggunaan ransum yang
tinggi, sehingga ransum yang didapatkan oleh ayam telah mampu memenuhi kebutuhan
nutrisinya selain untuk pertumbuhan tetapi juga dalam memproduksi sejumlah telur. Nilai
konversi ransum yang didapatkan pada penelitian ini masih berada pada standar konversi
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 518
2,6
2,4
2,2
2
1,8
FCR R0 R1 R2 R3
ransum yaitu 2,4-2,5 (Hendrix, 2007). Rasyaf (1994) berpendapat bahwa semakin kecil
konversi ransum berarti pemberian ransum semakin efisien, namun jika konversi ransum
tersebut membesar, maka telah terjadi pemborosan. Menurut Anggorodi (1995) konversi
ransum dipengaruhi beberapa faktor seperti umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum,
keadaan temperatur dan keadaan ternak, tatalaksana dan penggunaan bibit yang baik. Lacy
dan Vest (2000), menyatakan beberapa faktor utama yang mempengaruhi konversi ransum
adalah genetik, kualitas ransum, penyakit, temperatur, sanitasi kandang, ventilasi, pengobatan,
dan manajemen kandang, bentuk fisik ransum dan komposisi nutrisi ransum.
Gambar 3. Grafik feed consumtion ratio (FCR) ayam Isa Brown pasca vaksinasi egg drop syndrome dan diberi ransum komersial dalam jumlah yang berbeda selama penelitian
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ayam Isa Brown pasca divaksinasi
dengan kandidat vaksin egg drop syndrome (EDS) dan diberi ransum komersial 84 g dapat
meningkatkan produksi telur harian (hen day production) dan ayam Isa Brown pasca
divaksinasi dengan kandidat vaksin egg drop syndrome (EDS) dan diberi ransum komersial
80 g dapat menurunkan konsumsi ransum, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat telur,
indeks bentuk telur, dan konversi ransum (FCR).
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai dosis vaksin yang diberikan untuk
memberikan kesehatan pada ternak terutama saluran reproduksi terhadap pembentukan telur
ayam Isa Brown untuk meningkatkan produksi telur dan untuk peternak agar memberikan
ransum komersial sebanyak 84 g dan vaksin egg drop syndrome (EDS) dalam meningkatkan
produksi telur ayam Isa Brown.
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 519
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS atas pelayanan administrasi dan fasilitas
pendidikan yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta.
Badan Pusat Statistk (BPS). 2017. Populasi ayam ras petelur menurut provinsi. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan.
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1031 (diunduh 11 November 2018).
Charoen Pockpand, 2005. Manual Manajemen Layer CP 909R . PT. Charond Pockpand
Indonesia, Surabaya.
Baxendale W, Lutticken D, Hein R, Mc Pherson I. 1980. The results of field trials conducted
with an inactivated vaccine against the egg drop syndrome 76 (EDS 76). J.Avian
Pathology 9:77-91.
Dhinakar R, Sivakumar GS, Sudharsan S, Mohan AC, Nachimuthu K. 2001.Genomic
characterization of indian isolates of egg drop syndrome 1976 Virus. J Avian Pathology
30:21-26.
Dirgahayu, F.I, D. Septinova, dan K. Nova. 2016. Perbandingan kualitas eksternal telur ayam
ras strain isa brown dan lohmann brownn. JIPT Vol. 4(1): 1-5, Februari 2016.
Elvira S., Soewarno T. Soelcarto dan SS. Mansjoer. 1994. Studi komparatif sifat mutu dan
fungsional telur puyuh dan telur ayam ras. Hasil penelitian. Bul. T& dan 1ndwb.l P m ,
Vd. V no. 3. Tir.
Harmayanda, P.O.A., Rosyidi, D. dan Sjofjan, O.2016. Evaluasi kualitas telur dari hasil
pemberian beberapa jenis pakan komersial ayam petelur. Jurnal Pembangunan dan
Alam Lestari. 7 (1): 25-32.
Hartono. M. Dan T., Kurtini. 2015. Pengaruh Probiotik terhadap Performa Ayam Petelur.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol 15 (3) : 214-219.
Hendrix. 2007. Product performance. Isa-hendrix genetics company. http://www.hendrix-
genetics.com (diunduh pada tanggal 14 September 2018).
Isa Brown Commercial Layers. 2011. General Management Guide Commercial Isa Brown.
Pondoras
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 520
Kartadisastra, H.R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam Kiat Meningkatkan Keuntungan
Agribisnis Unggas. Kanisius.Yogyakarta.
Kencana. G.A.Y. 2012. Penyakit Virus Unggas. Udayana University Press. Denpasar. ISBN.
978-602-7776-01- 2. Cetakan pertama Pp: 110-118.
Kencana. G.A.Y., Suartha. I.N., Nurhandayani. A., Syamsidar. 2017. The characteristic of egg
drop syndrome virus of medan isolate. J Vet Med Anim Science 1(1): 15-19.
Lacy, M. dan Vest, L.R. 2000. Improving feed conversion in broiler: a guide for
growers.http://www.ces.uga.edu/pubed/c:793-W.html. diakses pada tanggal 24 Maret
2019.
Murtidjo, B. A. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius: Yogyakarta.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9.
Washington DC: Academy Pr.
North, M.O. dan D.D Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition.
Published By Van Nostrand Reinhald. New York.
Nuraini, A., Djulardi dan M. E. Mahata. 2015. Pakan non konvensional fermentasi dengan
Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa untuk memproduksi telur rendah
kolesterol. Laporan Penelitian. Hibah Kompetensi Dikti. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Andalas. Padang.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Itik Komersial. Kanisus: Yogyakarta.
Setiawati. T, Afnan. R, Ulupi. N. 2016. Performa produksi dan kualitas telur ayam petelur
pada sistem litter dan cage dengan suhu kandang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan .ISSN 2303-2227. Vol. 04 No. 1 Januari 2016 Hlm: 197-
203.
Soeparno, R.A. Rihastuti, Indratiningsih, Suharjono Triatmojo. 2011. Dasar teknologi hasil
ternak. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Talukder S, T Islam, S Sarker and
MM Islam. 2010. Effects of environment on layer performance. J. Bangladesh Agril.
Univ. 8(2): 253–258.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Pakan ayam ras petelur (Layer). Badan Standardisasi
Nasional: Jakarta.
Steel, C.J. and J.H. Torrie.1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. PT. Gramedia: Jakarta.
Sultoni A., A. Malik Dan W. Widodo. 2006. Pengaruh penggunaan berbagai konsentrat
pabrikan terhadap optimalisasi konsumsi pakan, hen day production dan konversi
pakan. Jurnal Protein. Vol.14 No.2 (103-107).
Suresh, P., Shoba, K., Rajeswar, J.J. 2013. Incidence of egg drop syndrome- 1976 in
Namakkal district, Tamil Nadu, India. Vet. World 6(6):350-353.
Heppi et al., Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2 Th. 2019: 507- 521 Page 521
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Utomo, D.M. 2017. Performa ayam ras petelur coklat dengan frekuensi pemberian ransum
yang berbeda. Jurnal Aves Vol 11 (2): 23-37, Desember 2017, Jurusan Ilmu Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas Islam Balitar