cinema center.pdf
TRANSCRIPT
-
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuIldDiNg CINEMA BUILDING
(ARSITEKTUR EKSPRESIONISME)
LAPORAN PERANCANGAN
TGA 490 - TUGAS AKHIR
SEMESTER A TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
Oleh
NURUL HASANAH AM
05 0406 035
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 - 2010
-
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuIldDiNg
-
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuIldDiNg CINEMA BUILDING
(ARSITEKTUR EKSPRESIONIS)
Oleh :
NURUL HASANAH AM
05 0406 035
Medan, 21 Desember 2009
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
NIP. 132 206 820
Firman Eddy, ST., MT.
NIP: 132 258 266
Devin Defriza, ST., MT>
NIP: 132 206 818132 208 818
Pembimbing I
Pembimbing II
-
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuIldDiNg SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR
(SHP2A)
Nama : Nurul Hasanah AM
NIM : 05 0406 035
Judul Proyek Tugas Akhir : Cinema Building
Tema : Arsitektur ekspresionis
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu
Pengumpulan
Laporan
Paraf
Pembimbing I
Paraf Pembimbing
II
Koordinator
TKA-490
1. Lulus Langsung
2. Lulus Melengkapi
3. Perbaikan Tanpa
Sidang
4. Perbaikan Dengan
Sidang
5. Tidak Lulus
A B+ B C+ C D E
-
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuIldDiNg Medan, 11 Juni 2009
Ketua Departemen Arsitektur,
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
NIP : 132 206 820
Koordinator TGA-490,
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
NIP : 132 206 820
-
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuIldDiNg KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur,
Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa,
semangat, dan perhatian tiada henti dari orang tua saya yang tercinta Bapak Amrullah dan Ibu Nurhayati, kakak dan abang saya yang terkasih Nur Amelia dan Abdul Khadier , serta
keluarga besar saya; nenek, etek idar,dan sepupu tercinta.
Terimakasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :
Bapak Firman Eddy ST, MT sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang
sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.
Ibu Devin Defriza, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat berguna.
Bapak Prof.Ir. M. Nawawiy Lubis, M.Phil, Ph.D , dan Bapak Hilma Tamiami F ST, M.SC selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan
kritik.
Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT. Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas
Akhir Semester B TA. 2008/2009.
Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik
Departemen Arsitektur USU.
Terimaksih banyak-banyak terutama kepada mama aku tercinta love you ma..
Terimakasih atas dukungan, semangat dan selalu ada saat aku sedih dan susah,
terimakasih juga atas doa-doanya.. terimakasih yang amat sangat utuk mama ku
tercinta love you so much.. dan terimaksih buat kakak ku tercinta.. k.lia yang udah
banyak ngasi semangat .. doa- doanya.. dan terimakasih banyak juga buat papa ku
tercinta, atas doa doa nya semangatnya, nasehatnya, dan kasih sayangnya love
you so much toex my family aku sayang kalian semua.. gak akan pernah
melupakan atas jasa jasa kedua orang tua ku dan k.lia..
Sahabat baik saya; para Ichigo Chan, yang selalu menemani di saat suka dan duka
dari awal semester 1. Love u both. Serta teman teman 2005, senior satu studio
-
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuIldDiNg tugas akhir terimakasih juga buat kalian yang selalu semangat dan ceria yang selalu
buat aku menjadi terus maju sampai akhr TA. Gak akan terlupakan masa-masa
manis bersama teman-teman satu studio tetap semangat.
Terimaksih juga buat wak labu yang selalu dukung aku, semangatin aku, selalu
marah-marah pada saat aku lalai dalam tugas akhir, tengkyu juga udah bantuin, serta
masa lucu-lucu bersama wak labu dan teman-teman icigo chan semangat woi
love you semuanya.
TemanTeman angkatan 2005, ratih, taufik ( mael, si jahil dan gratil ), nonong, dan
semua anak 2005 . terutama juga anggota studio spukers; Jabat, Bulsem yang udah
mau buatin maket nurul, thanks so much la buat kalian berdua teman teman satu
kelompok, astri (si kecil ), heri, jepri terimakasih udah mau ngasi saran buat aku pada
saat-saat mau sidang, bg. Andi, Edward, fahri. Terimaksih buat kalian.. semangat
dan kepercayaannya serta selogan AKU PASTI BISA Abang dan kakak saya satu studio, terimakasih atas hiburannya selama tugas akhir
karna bisa selalu semangat dan ceria setiap hari.. Terimakasih juga buat bang holy idris.. makasih ya bang udah buatin 3D dan animasi
nurul.. bagus banget dan nurul seneng terimakasih juga atas saran dan
masukannya dan semuanya lah buat bang holy terimakasih banyak banyak.. Terimakasi juga buat sepupu ku ningsi dan nenek serta halimah (si adek ku yang
kecil dan imut ), terimakasih juga atas doa doanya, semangatnya, dukunganya, dan
terimakasih udah mau nemani nurul selama tugas akhir baik dalam suka dan duka Yang terakhir terimakasih sekali buat semua yang udah selalu ada di samping nurul,
baik tu keluarga maupun sahabat dan teman teman, atas dukungannya sampai
akhir dan bisa menyelasaikan semua tugas akhir ini sampai lulus.. Alhamdulillah.. Akhir Kata, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, 11 Juni 2009
Nurul Hasanah AM
-
Nurul Hasanah AM : CINEMA BUILDING (ARSITEKTUR EKSPRESIONISME), 2010.
cineMa BuIldDiNg
-
9
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar vi
Daftar Diagram xi
Daftar Tabel xii
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Maksud dan Tujuan 3
I.3. Masalah Perancangan 4
I.4. Pendekatan 4
I.5. Lingkup dan Batasan 5
I.6. Kerangka Berpikir 6
I.7. Sistematika Penulisan Laporan 7
BAB II. DESKRIPSI PROYEK
II.1. Terminologi Judul 8
II.2. Lokasi
II.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi 9
II.2.2 Pemilihan Lokasi 10
II.2.3 Penilaian Alternatif Lokasi 11
II.3 Tinjauan Fungsi 19
a.1 berdasarkan karakter 19
b.1 berdasarkan ciri cirri bioskop 20
c.1. peraturan pearancanaan bioskop 23
c.1.1 pintu dan koridaor 23
c.1.2 tangga 23
c.1.3 tempat duduk 23
c.1.4 jalan masuk ke studio 24
-
10
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
c.1.5 ruang proyektor 24
c.1.6 tata letak 27
c.1.7 sistem pencahayaan 27
c.1.8 sistem ventilasi dan pendinginan ruangan 28
c.1.9. sistem pengaturan suara 28
c.1.10 gambar proyeksi pada bioskop 28
c.1.11.besar gambar 29
c.1.12 layar proyeksi 29
c.1.13 ruang penonton 30
c.1.14 akustik 30
d.1 cineplex 30
d.2 foot court 31
d.3 restauran fast food 31
d.4 amunsement center 31
d.5 cinema lobby 31
d.6 retail 32
d.7 souvenir shop 32
II. 4 Deskripsi Kebutuhan Ruang 32
II.5 Proyek Sejenis 33
BAB III. ELABORASI TEMA
III.1. Pengertian 40
III.1.1 Alasan Pemilihan Tema 40
III.2 Tinjauan Fungsi 40
III. 2.1 pengertian ekspresionis 40
III.2.2 perkembangan aliran ekspresionis 41
III.2.3 karakteristik Ekspresionisme 44
III.2.4 karakteristik ekspresionisme melalui karya 45
III.3 interprestasi tema 47
III.4 studi banding tema sejenis 48
III.4.1 einstein tower by eric mendelson 48
III.4.2 eero Saarinen, twa building, new York_files 48
III.4.3 Guggenheim museum bilbao, bilbao, spain (frank o.gehry) 49
III.4.4 falling water 49
III.4.5 vitra design museum 50
-
11
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB IV. ANALISIS
IV.1. Analisa lokasi 52
IV. 1.1 lokasi 52
IV.2 . Tapak 54
IV.2.1 tata guna lahan 54
IV. 3. Analisis tapak 56
IV. 3.1. analisis di luar site 56
IV.3.2. analisi di dalam site 58
IV. 4. Sarana dan prasarana 59
IV.5. Skyline 60
IV.5.1 ketebalan bangunan 61
IV.5.3 pencapaian menuju site 62
IV.6. analisa potensi dan kondisi tapak 63
IV.6.1 sirkulasi 63
a. Kendaraan bermotor 63
b. Pejalan kaki 64
c. Oreintasi 64
d. Vegetasi 66
e. Matahari 67
f. Kebisingan 68
IV.7. Analisa fungsional dan kegiatan 69
IV.7.1 analisa aktifitas pemakai 69
IV.7.2 analisa sirkulasi 70
IV.7.3 analisa aktifitas dan kebutuhan ruang 73
IV.8 analisa dan program kebutuhan 74
IV.8.1 analisa aktifitas pemakai 74
IV.8.2 analisa aktifitas pengunjung 75
IV.8.3 analisa hubungan ruang 76
IV.8.4 analisa perilaku pengguna 76
IV.9 Analisa program ruang 77
BAB V. KONSEP PERANCANGAN
V.1. Konsep Perancangan Tapak 81
penzoningan 81
-
12
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
sirkulasi 82 Vegetasi 82
Pencapaian 83
V.2 konsep perancangan bangunan 83
V.3 konsep perancangan struktur 85
V.4 konsep perancangan utilitas 86
BAB VI. HASIL PERANCANGAN
VI.1. Gambar Perancangan 90
VI.2. Foto Maket Perancangan 91
Daftar Pustaka
-
13
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Pembagian WPP Kota Medan 12
Gambar 2.2 alternatif lokasi 1 14
Gambar 2.3 alternatif lokasi 2 15
Gambar 2.4 alternatif lokasi 3 16
Gambar 2.5 peta wilayah kota medan dan peta lokasi 19
Gambar 2.6 gambar perancanaan sistem akustik bioskop 21
Gambar 2.7 cinema 21 Sun plaza 34
Gamabr 2.8 cinema BFI IMAX LONDON 35
Gambar 2.9 theater imax Keong mas Jakarta 36
Gambar 2.10 einstein tower by eric mendelson 48
Gambar 2.11 eero Saarinen, twa building, new York_files 48
Gambar 2.12 Guggenheim museum bilbao, bilbao, spain (frank o.gehry) 48
Gambar 2.13 falling water 49
Gambar 2.14 vitra design museum 50
Gambar 2.15 peta lokasi tapak 52
Gambar 2.16 kondisi sekitar site 53
Gambar 2.17 tata guna lahan 54
Gambar 2.18 pruntukan lahan 55
Gambar 2.19 analisa diluar site 57
Gambar 2.20 analisa didalam site 58
-
14
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Gambar 2.21 sarana dan prasarana 59
Gambar 2.22 skyline 60
Gambar 2.23 ketebalan bangunan 61
Gambar 2.24 pencapaian menuju site 62
Gambar 2.25 sirkulasi kendaraan bermotor 63
Gambar 2.26 sirkulasi pejalan kaki 64
Gambar 2.27 orentasi 65
Gambar 2.28 vegetasi 66
Gambar 2.29 matahari 67
Gambar 2.30 kebisingan 68
Gambar 2.31 penzoningan 81
Gambar 2.32 sirkulasi 82
Gambar 2.33 vegetasi 83
Gambar 2.34 konsep perancangan bangunan 84
DAFTAR DIAGRAM
Gambar 3.1 diagram pengertian ekspresionis 43
Gambar 3.2 diagram analisis pengunjung 70
Gambar 3.3 diagram analisis pekerja 71
Gambar 3.4 diagram analisis pengelola 71
-
15
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Gambar 3.5 diagram analisis pemakai 72 Gambar 3.6 diagram struktur organisasi 72
DAFTAR TABEL
Table 1.1 gedung bioskop yang beralih fungsi
Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi
Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan
Table 2.3 penilaian lokasi
Table perbandingan proyek sejenis
Table Karateristik Ekspresionisme Melalui Karya
Table, Ruang Pengunjung
Table Ruang Pekerja
Table, Ruang Pengelola
Table, analisa aktifitas dan kebutuhan ruang pengelola
Table. Analisa aktivitas dan kebutuhan ruang pengunjung
Tabel 5. Kegiatan Rekreatif
Tabel 6. Kegiatan penunjang
Tabel 7. Kegiatan pengelola
Tabel 8. Kegiatan pelayanan
-
16
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu kota yang cukup besar di Indonesia, Medan memiliki jumlah
penduduk sekitar 1.993.602 dengan kepadatan penduduk 7.520 / km yang bersifat heterogen.
Kota Medan yang sedang berkembang menjadi suatu kota Medan Metropolitan membuat
aktifitas dan mobalitas kota dan masyarakatnya menjadi tinggi. Kegiatan masyarakat menjadi
semakain padat dan beragam.1
Sehingga dengan aktifitas yang cukup padat dan melelahkan tersebut, kebanyakan
masyarakat kota medan banyak yang merasa jenuh, letih, lesu, dan stress. Maka dari itu perlu
diperbanyak sarana-sarana hiburan suatu kota yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk
melepaskan dan menuangkan rasa lelah, jenuh, dan stress yang dikarenakan suatu aktifitas
yang padat tersebut. Salah satu contoh bentuk sarana hiburan yang dapat membantu
masyarakat termasuk kota medan ini bisa bermacam- macam seperti halnya cinema atau
cineplex yang lebih dikenal sebagai bioskop.
Beberapa tahun belakang ini percinemaan Indonesia banyak mengalami kemajuan dan
peningkatan yang pesat, diikuti pula dengan adanya minat masyarakat Indonesia termasuk
kota Medan terhadap perfilm-an pun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari begitu
padatnya bioskop-bioskop saat munculnya film-film baru, baik film dalam negeri maupun
luar negeri.
Industry film layar lebar didunia ini akhir akhir ini begitu semarak, dari Hollywood,
Bollywood, Hongkong, Jepang, Korea dan bahkan Indonesia sendiri semakin pesat. Gedung
bioskop merupakan salah satu media untuk mengenalkan, mempromosikan film film
terbaru.
Menonton film di bioskop merupakan kegemaran bagi segala kalangan umum baik
kawula muda, remaja, maupun dewasa sampai orang tua. Dikota Medan ini ada banyak
gedung gedung biokop dari yang kelas bawah sampai yang kelas menengah, dari yang lama
sampai yang baru. Ada juga yang terletak di dalam Mall, Plasa, dan ada yang berdiri sendiri
sebagai gedung bioskop. Akan tetapi sejauh ini banyak juga gedung gedung bioskop di
Kota Medan yang berdiri sendiri kebanyakan sudah tidak difungsikan lagi.
1 BPS
-
17
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Table 1.1 gedung bioskop yang beralih fungsi
Nama Bioskop Fungsi Baru Alamat
Bioskop Remaja Bank BRI Jl. Sisingamangaraja
Bioskop Bahagia Supermarket Mandiri Simpang Jalan Bahagia
Bioskop Irama Supermarket Suzuya Jl. Brigjen Katamso
Bioskop King Supermarket Macan Yaohan Pulo Brayan
Sumber : Hasil olah data
Pada masa sekarang ini seiring dengan kemajuan teknologi dan dengan perubahan
zaman yang sangat pesat tantangan yang sangat berat yang harus dihadapi para pengusaha
film ini adalah ; meraka harus berhadapan dengan para pengusaha perfilman yang menjual
filmnya tidak hanya dalam bentuk pita seluloid saja, akan tetapi juga dalam bentuk VCD dan
DVD, dan ada juga yang bersifat original maupun bajakan yang kian diburu oleh masyarakat
yang haus akan hiburan perfilman di tanah air Indonesia. Yang dapat di pakai secara personal
di rumah atau sengaja menonton sendiri, tanpa harus berdesak desakan membeli karcis.
Seperti halnya ketika ia ingin menonton sebuah film di bioskop.
Apalagi di tambah dengan adanya fasilitas fasilitas yang mendukung yang belum
pernah ada di Medan khususnya yaitu fasilitas yang dilengkapi dengan adanya Home
Theatres dan fasilitas menonton secara 3 Demension maka tantangan bioskop untuk tetap
bersaing di dunia hiburan khususnya perfilman semakin besar. Dimana mereka dapat
menikmati film dengan santai dan kursi yang nyaman serta suasana rumah yang santai. Dan
dapat menonton secara 3D yang cukup memukau.
Untuk membuat home theaters itu sendiri perlu banyak pengeluaran biaya yang tinggi
oleh karna itu hanya orang orang tertentu saja yang punya alat dan gedung biskop yang
seperti itu. Tapi bila perangkat pemutar film VCD dan DVD kian murah saja bila dibeli
orang, dan juga gampangnya orang membeli film film bermutu maupun muarahan dalam
bentuk VCD dan DVD. Adakah hal ini benar benar menjadi ancaman bagi bioskop.
Jika pengusaha bioskop di negeri ini tidak mampu membaca gerak zaman yang begitu
pesat maka bioskop akan kehilangan penonton.
Meskipun begitu keberadaan gedung bioskop tetap yang menjadi pilihan orang untuk
dinikmati sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah dan kepenatan yang dihasilkan dari
tekanan kerja dan pendidikan, karena bagaimanapun ada beberapa hal yang orang tidak bisa
dapatkan di Home Theaters selain datang ke bioskop.
-
18
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Semua masalah pasti selalu ada pemecahannya maka tantangannya yang harus
dihadapi adalah mewujudkan sebuah Cineplex yang mampu mengimbangi kemajuan dan
baru sehingga dicari masyarakat.
1.2 PERUMUSAN MASALAH Bagaimana merancang sebuah Cineplex yang dapat bersaing dengan kemajuan jaman
dan baru sehingga meningkatkan anemo penonton.
Bagaimana mewujudkan rancangan bentuk bentuk bangunan yang sesuai dengan
judul yang di angkat dan tujuan yang hendak dicapai untuk menunjang keberadaan
proyek bangunan.
Bagaimana menciptakan konsep cinema yang berbeda dan menarik dari konsep
cinema yang tealah ada, sehingga bangunan ini nantinya benar benar dapt menarik
minat masyarakat dan memuaskan para penontonnya.
Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang digunakan dan mewujudkannya
kedalam bangunan melalui tahapan perancangan.
Bagaimana menentukan fungsi fungsi kegiatan dan fasilitas fasilitas yang akan
ada didalam bangunan dan mewujudkannya kedalam suatu rancangan bangunan
sehingga terwujudnya suatu gedung yang di inginkan.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Adapun Maksud dan tujuan dari pembangunan Cinema Entertainment ini adalah:
Maksud dari proyek ini :
Mampu menghadirkan fasilitas hiburan untuk keluarga, dan penonton merasa nyaman
dan santai dalam menikmati film.
Bukan hanya pemutaran perfilman dalam dan luar negeri saja akan tetapi pemutaran
film perdana ( premiere ).
Mengingat didalamnya juga terdapat fasilitas penunjang akan tetapi bangunan
utamanya adalah Home Theaters.
Tujuan dari proyek ini :
Menambah wawasan bagi mahasiswa terhadap berbagai hal yang berkaitan erat
dengan perkembangan desain interior dan eksterior, khususnya yang berkaitan
-
19
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
dengan bioskop.
Merancang pembagian dan penataan ruang untuk bioskop yang dapat memenuhi
harapan dan kepuasan pengguna dari segi estetika ruang dan fungsinya.
Mampu menarik minat masyarakat untuk keinginannya dalam menonton film.
Bangunan yang ramah lingkungan.
1.4 MANFAAT PERANCANGAN
Dengan melihat kembali pada latar belakang masalah yang ada keberadaan bioskop
yang menawarkan fasilitas yang nyaman dan lengkap berhubungan dengan film, dimana
fasilitas yang di tawarkan merupakan kenyamanan, informasi tentang film, penyediaan film,
interior dan exterior yang indah dan enak di lihat, kepuasan jasmani sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi para penggemar film yang menyukai menonton di layar lebar dari
pada menonton hanya dirumah melalui VCD / DVD serta dapat memancing penggemar film
yang menyukai atau yang puas hanya menonton dari televise dirumah untuk menikmati
fasilitas dan kelebihan yang disajaikan oleh bioskop ini yang tidak didapatkan mereka di
rumah maupun ditempat lain. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah suasana, kenyamanan,
dan pelayanannya.
1.5 METODE PENDEKATAN
Pendekatan pendekatan yang dilakukan dalam proses pengembangan konsep dan
perancangan antara lain :
Studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang digunakan untuk
mendapatkan informasi dan bahan literature yang sesuai dengan materi laporan untuk
memperkuat fakata secara ilmiah.
Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis yang mendukung proses perencanaan
dan perancangan yang diperoleh dari buku, majalah, internet, ataupun survey
lapangan.
Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan studi perpustakaan untuk mendapatkan data
sebagai landasan teori dengan membaca literature, buku, tabloid, internet, dan media
lain yang berhubungan dengan perancangan interior Cineplex ( bioskop )
Observasi, dengan melakukan pengamatan terhadap ruang bioskop dan fasilitas yang
-
20
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
tersedia utuk melihat keadaan dan permasalahan umum yang ada serta memperoleh
data data. Contohnya : mengamati pola sirkulasi dan aktifitas yang dilakukan
pengunjung, pemilik, dan karyawan.
Survey, dengan meninjau bioskop secara langsung serta mengadakan pengamatan dan
pengukuran obyek dalam bioskop dan fasilitasnya. Contohnya : mengamati proses
kerja, mengukur alat alat yang dipakai untuk proses pemutaran film, akustik, dan
sebagainya.
1.6 LINGKUP
Dalam tugas akhir ini yang akan dibahas seluruh aspek fisik da perancangankasus proyek
bangunan, yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan, pembentukan ruang dan
arus sirkulasi dalam dan liar bangunan pada lokasi tapak perancangan.
1.7 BATASAN
Pada kasus proyek gedung cinema yang dilengkapi dengan home theaters dan fasilitas
pendukung lainya hanya sebagai wadah untuk pemutaran film film dalam dan luar negeri
dan film perdana dan sebagai temapat hiburan untuk keluarga dan tempat rekreasi.
1.8 ASUMSI ASUMSI
Dengan pertimbangan bahwa kasus proyek bersifat fiktif, maka dibutuhkan asumsi asumsi
sebagai dasar penerapan dan perancangan proyek, di antaranya.
Kepemilikana bangunan diasumsikan sebagai milik swasta dengan penekanan sebagai
fungsi bangunan komersil.
Kondisi tapak diasumsikan beruapa lahan kosong dan layak untuk didirikan bangunan
dengan peruntukan lahan sesuai dengan RUTRK Kotamadya Medan.
Perkembangan perfilman di Indonesia semakin meningkat.
-
21
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
1.9 KERANGKA BERFIKIR CINEMA ENTERTAINMENT
Latar Belakang: Percinemaan di Indonesia sedang berkembang Butuh sarana hiburan yang ringan dan menyenangkan di kota Medan Belum adanya home theatre dimedan
Tujuan: Menciptakan suatu pusat hiburan berupa Cinema Entertainment yang bertemakan
Arsitektur ekspresionis Menambah sarana hiburan masyarakat dalam bentuk tontotan film terutama hiburan
untuk keluarga.
Pengumpulan data
Data Primer
Data penduduk
Survey Data sekunder
Studi banding : Cineplex sun 21 sun plaza
Theatre IMAX Keong emas
www. Bfi London Imax
Literatur Neufert, Data Arsitek
Analisa
Fisik: Non Fisik:
- Site - Pengguna
Konsep
Fisik: Non Fisik:
- Site - Ruang dalam
Skematik Design Final Design
Lokasi
Sasaran: Masyarakat kota Medan dari semua kalangan dan rentang usia 15-54 atau namun tidak menutup kemungkinan diluar rentang usia tersebut
-
22
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
1.10 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan : berisi kajian tentang latar belakang pembangunan cinema entertainment,
maksus dan tujuan, masalah perancangan, manfaat perancangan, lingkup dan batasan dan
metode pendekatan.
Bab II Deskripsi Proyek : berisi tentang pembahasan mengenai terminology judul, pemilihan
lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan
fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
Bab III Elaborasi Tema : menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interprestasi tema,
keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.
Bab VI Analisa Perancangan : menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa
fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema, serta kesimpulan.
Bab V Konsep Perancangan : menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang
digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.
Lampiran : merupakan hasil keluaran berupa Gambar hasil Perancangan Arsitektur dan
Dokumentasi dan Maket.
Daftar Pustaka : berisi daftar pustaka yang dugunakan sebagai literature selama proses
perencanaan dan perancangan kasus proyek.
-
23
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 JUDUL DAN PENGERTIAN JUDUL
Judul proyek yang direncanakan adalah Cinema Building .
Bioskop : ( Belanda ; bioscoop dari bahasa yunani dan berarti gambar
hidup adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar
lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor.2
: Wadah bagi masyarakat untuk menikmati pertunjukan film,
dimana mereka mencurahkan segenap perhatiannya dan seluruh perasaannya kepada
gambar hidup yang disaksikan, seolah-olah mereka menyaksikan sesuatu cerita yang
benar benar terjadi dihadapanya.
3
Cinema : Bioskop sebagai gedung tempat orang menonton film secara
Missal.4
a. Cinema, yaitu bioskop yang lebih dari satu dan terdapat kelas kelas yang berbeda
sesuai dengan keinginan penonton.
Cinema Building merupakan bangunan yang menyediakan fasilitas nonton secara massal
dan juga menyediakan fasilita hiburan keluarga.
Gedung ini memiliki fungsi utama sebagai pemutaran film ( cinema, home theaters ), selain
itu juga terdapat fungsi fungsi penunjang lainnya yang dapat saling mendukung satu sama
lain, seperti restaurant, book cinema, retail, souvenir shop, dan lain sebagainya.
Fasilitas yang ada didalamnya meliputi :
b. Home theaters, fasilitas sama dengan bioskop biasa akan tetapi di dalamnya hanya
memuat antara 8 10 orang.
c. Studio film, merupakan fasilitas yang digunakan untuk perfilman, didekorasi
sedemikian rupa sesuai dengan yang dibutuhkan untuk suatu film.
d. Restaurant, merupakan fasilitas bangunan yang menyediakan aneka makanan dan
minuman.
2 Sutjadi, jhon. H, kamus lengkap inggris-indonesia, penerbit indah, jakarta 3 www.google.com 4 Ahmad, hamzah dan ananda santoso, 1993, kamus pintara bahasa Indonesia, balai pustaka, jakarta
-
24
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
e. Retail shop, souvenie shop, yang menyajikan barang barang yang berhubungan
dengan dunia perfilman dan perbioskopan.
f. Loket, berada dalam area public yang berfungsi sebagai tempat pembelian tiket
sebagai akses masuk ruang auditorium.
g. Papan box office, dimana pada area ini poster atau gambar film yang akan, belum,
sudah diputar dipamerkan untuk menjadi pilihan dan keputusan para pengunjung
untuk ditonton.
h. Ruang service, ruang service dapat digolongkan didalamnya adalah toilet, ruang
perawatan, dan kebersihan.
i. Amusement Center, merupakan fasilitas yang menawarkan beberapa permainan yang
berhubungan dengan ketangkasan dan hiburan
Disamping itu perancangan ini tetap berfokus pada perancangan dan perencanaan
penggunaan bahan, material serta warna yang tepat untuk dinding, plafond, lantai, perabot,
dan aksesorisnya. Dan harus tetep memperhatikan organisasi ruang, hubungan antar ruang,
aktivitas pengguna, pencahayaan ruang, penghawaan, utilitas, antropometri, ergonomic ruang
dan perabot.
2.2 LOKASI 2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Dengan pertimbangan segi fungsi, maka diperlukan yang dapat mendukung tujuan dari
bangunan dan membantu kelancaran aktifitas yang berlangsung didalamnya. Didalam table
berikut terdapat beberapa factor yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi bangunan.
a. Kriteria Pemilihan Lokasi
Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan lokasi mengingat fungsi bangunan yang
dirancang merupakan bangunan fasilitas hiburan yang bersifat public dan berskala kota.
Berikut ini table kriteria pemilihan lokasi ;
Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi5
5 Sumber: Neufert Data Arsitek, RUTRK Medan
-
25
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
No. Kriteria Lokasi
1. Tinjauan terhadap struktur kota Berada di kawasan sub urban yang
merupakan daerah pengembangan
perdagangan dan rekreasi.
Berada di dekat jalan besar
2. Pencapaian Dapat diakses dari seluruh penjuru kota,
baik angkutan umum maupun pribadi.
3. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-
fungsi yang dapat saling mendukung
dengan bangunan yang direncanakan atau
di sekitar pemukiman yang belum ada
fasilitas hiburannya.
4. Peraturan Tanah milik pemerintah atau pribadi Nilai
lahan cukup tinggi untuk daerah komersil.
Untuk pengembangan kawasan
permukiman, perdagangan dan rekreasi ,
WPP D atau WPP E
KDB bangunan 60%
KLB bangunan 4-6 lantai
2.2.2 Pemilihan Lokasi Untuk mencapai target yang diharapkan, maka acuan yang hendak dipakai dalam
menentukan lokasi site adalah WPP yang terdapat dalam RUTRK pemerintah kota Medan.
Berikut merupakan table Wilayah Pengembangan Pembangunan beserta peruntukan
wilayahnya.
-
26
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Tabel 2.2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan
WPP Cakupan
Kecamatan
Pusat
Pengembangan
Peruntukan Lahan Program Pembangunan
A M. Belawan
M. Marelan
M. Labuhan
BELAWAN Pelabuhan, Industri,
Permukiman,
Rekreasi, Maritim
Jalan baru, jaringan air
minum, septic tank,
sarana pendidikan dan
permukiman.
B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran,
Perdagangan,
Rekreasi Indoor,
Permukiman
Jalan baru, jaringan air
minum, pembuangan
sampah, sarana
pendidikan.
C M. Timur
M. Perjuangan
M. Tembung
M. Area
M. Denai
M. Amplas
AKSARA Permukiman,
Perdagangan,
Rekreasi
Sambungan air minum,
septic tank, jalan baru,
rumah permanen, sarana
pendidikan dan
kesehatan.
D M. Johor
M. Baru
M. Kota
M. Maimoon
M Polonia
INTI KOTA CBD, Pusat
Pemerintahan,
Hutan Kota, Pusat
Pendidikan,
Perkantoran,
Rekreasi Indoor,
Permukiman
Perumahan permanen,
pembuangan sampah,
sarana pendidikan.
-
27
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
E M. Barat
M. Helvetia
M. Petisah
M. Sunggal
M. Selayang
M. Tuntungan
SEI
SEKAMBING
Permukiman,
Perkantoran,
Perdagangan,
Konservasi,
Rekreasi, Lapangan
Golf, Hutan Kota
Sambungan air minum,
septic tank, jalan baru,
rumah permanen, sarana
pendidikan dan
kesehatan.
WPP D
Pusat Bisnis(CBD), pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan
WPP E
Perumahan, perkantoran, konservasi, la
WPP A
Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pergudangan dan permukiman
WPP B
Merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan
WPP C
Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan,rekreasi, dan perdagangan
-
28
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
a) Alternatif Lokasi
Berdasarkan kriteria kriteria tersebut didapat 3 alternatif site yaitu :
Lokasi 1 : Jl. Putrid Hijau, kecamatan Medan Barat Lokasi 1 : Jl. Perintis Kemerdekaan Lokasi 3 : Jl. Gatot Subroto simpang Jl. Asrama Lokasi 1 :
Kasus Proyek : Family Entertainment Cinema Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pihak Swasta Lokasi Tapak : Jln. Putri Hijau, Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Batas-batas site
o Batas Utara : JL.Putri Hijau II, Kantor BTPN, Pemukiman penduduk.
o Batas Timur : JL.Putri Merak Jingga, bangunan komersil, swalayan o Batas Selatan : Jalan kecil dan kantor polisi o Batas Barat : JL.Putri Hijau, RS Tembakau Deli
Luas Lahan : + 2,0 Ha (+ 20.000 m2) Kontur : Datar KDB : 60 % KLB : 3-5 lantai GSB
o Jln. Putri Hijau : 12 meter o Jln. Putri Merak Jingga : 8 meter o Jln. Putri Hijau II : 5 meter o Jln. kecil : 4 meter
Bangunan Eksisting : lahan kosong dan rumah tua Potensi Lahan :
o Terletak dipusat kota o Berada pada kawasan komersil dan pariwisata o Transportasi lancar dan baik o Luas site mendukung + 2,0Ha o Memiliki jalur utilitas yang baik.
-
29
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Lokasi 2 :
Lokasi Site :Persimpangan Jl Putri Hijau dan Jl. Perintis
Kemerdekaan
Eksisting Site : Lahan Kosong yang ditumbuhi oleh semak belukar
Kecamatan : Medan Barat
Luas Lahan : 25.000 m2
Luas Bangunan : 20.772 m2
Lebar Jalan :
- Jl. Perintis Kemerdekaan = 20 m
- Jl. Gaharu = 12 m
- Jl. Timor = 10 m
GSB :
- Jl. Perintis Kemerdekaan = 11 m
- Jl. Gaharu = 9 m
- Jl. Timor = 6 m
KDB : 60 % x 17.000 m2 = 10.200 m2
KLB : 1-5
Ketinggian Bangunan :3Lantai
Alternatif 3
Lokasi ini berada di JL.Putri Hijau
Kec. Medan Barat dan berada di WPP E
Luas Site 2,0 Ha
Batas-batas site :
Utara :JL.Putri Hijau II, kantor BTPN, bangunan komersil & pemukiman.
Selatan : Jalan Kecil, Kantor Polisi, pemukiman
Timur : JL.Putri Merak Jingga, bangunan komersil
Barat : JL.Putri Hijau, RSU Tembakau Deli.
-
30
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kondisi lingkungan
Lokasi tapak terpilih berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, kecamatan Medan Timur,
Kodyamadya Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Dengan spesifikasi lahan yaitu 4,2 Ha (
42.000 m ). Kontur lahan diasumsikan datar. KDB sekitar 80 %. LKB berkisar 3-6 lantai.
GSB pada jlan Perintis Kemerdekaan yaitu 10 meter, jalan Gaharu yaitu 10 meter, jalan
Kemuning yaitu 5 meter, jalan Timor yaitu 8 meter.
Lokasi 3 :
Lokasi : Jl. Asrama simpang
Jl. Gatot Subroto
U
BATAS BARAT SITE
PT. CATUR MADA SENTOSA
BANK MANDIRI RUMAH PENDUDUK
BANK EKONOMI
BATAS
SELATAN
BEBERAPA USAHA SABLON,REKLAME
BATAS UTARA
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
BATAS TIMUR SITE
-
31
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kelurahan : Sei Sikambing
Kecamatan : Medan Helvetia
Luas Lahan : 1,7 Ha
GSB : 10 meter
KLB : 6 lantai
KDB : 60%
Luas dan ketinggian bangunan:
5000 m2,
3-5 lantai
Pemilik : swasta
Sifat : fiktif
Kondisi lingkungan:
Letak geografis kota Medan berada pada 227-247 lintang utara dan 9835-9844
bujur timur. Berada 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. Topografi site datar (tidak
berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum berkisar 23,3C 24,4 C dan suhu
maksimum berkisar 30,7C 33,2C.
Batas utara :permukiman dan tanah kosong
Batas timur perkantoran dan PRSU
Batas selatan pertokoan
Batas barat berbatasan dengan tanah kosong dan pom bensin
-
32
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
2.2.3 Penilaian Alternatif Lokasi a) penilaian lokasi
Table 2.3 penilaian lokasi
No Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Jl. Perintis Kemerdekaan
JL. Gatot Subroto
JL. Putri Hijau
1. Berada di kawasan sub urban yang merupakan daerah pengembangan perdagangan dan rekreasi.
++ ++ +++
2. Daerah komersil dan pendidikan +++ ++ +++
3. Aksesbilitas
Kenderaan pribadi +++ +++ +++
Kenderaan umum +++ +++ +++
Pejalan kaki +++ ++ +++
4. Fasilitas pendukung
Pusat perbelanjaan (radius 500 m) + ++ +++
Hotel (radius 500 m) ++ +++ +++
Permukiman +++ ++ +++
Rumah makan (radius 500 m) ++ +++ +++
Sarana dan prasarana (radius 500 m) ++ +++ +++
5. Kesesuaian dengan RUTRK Medan +++ +++ +++
Jumlah 29 + 28+ 33+
Keterangan :
+ : kurang
++ : cukup
+++ : baik
-
33
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
b) penempatan Lokasi
Berdasarkan penilaian secara umum untuk lokasi site ternyata yang memiliki nilai
plus ( + ) paling banyak yaitu lokasi 3 yaitu Jl. Putri Hijau.
Keistimewaan site :
Posisi site pada saat ini tidak jauh dari pusat kota, namun berdasarkan RUTRK
Medan, untuk pengembangan ke depan, daerah ini akan menjadi daerah komersil, dan tempat
hiburan keluarga. Bangunan penunjang di sekitar site adalah kawasan komersil dan hotel
uang merupakan kawasan yang begitu banyak kesibukan.
Untuk transportasi dari dan ke site ( khususnya kendaraan umum ) sangat banyak, hal
ini membuat pengunjung tetap merasa aman untuk datang dan pulang ke bangunan sampai
malam hari.
Deskripsi kondisi eksisting lokasi sebagai tapak rancangan
Kasus Proyek : Family Entertainment Cinema Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pihak Swasta Lokasi Tapak : Jln. Putri Hijau, Kecamatan Medan Barat Kotamadya Medan Batas-batas site
o Batas Utara : JL.Putri Hijau II, Kantor BTPN, Pemukiman penduduk.
o Batas Timur : JL.Putri Merak Jingga, bangunan komersil, swalayan o Batas Selatan : Jalan kecil dan kantor polisi o Batas Barat : JL.Putri Hijau, RS Tembakau Deli
Luas Lahan : + 2,0 Ha (+ 20.000 m2) Kontur : Datar KDB : 60 % KLB : 3-5 lantai GSB
o Jln. Putri Hijau : 12 meter o Jln. Putri Merak Jingga : 8 meter o Jln. Putri Hijau II : 5 meter o Jln. kecil : 4 meter
Bangunan Eksisting : lahan kosong dan rumah tua
-
34
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Potensi Lahan : o Terletak dipusat kota o Berada pada kawasan komersil dan pariwisata o Transportasi lancar dan baik o Luas site mendukung + 2,0Ha o Memiliki jalur utilitas yang baik.
2.3 TINJAUAN FUNGSI
2.3.1 Klasifikasi Bioskop
Berdasarkan Ernst Neufert dalam Data Arsitek edisi 2 hal 129-134 klasifikasi bioskop dapat
dibagi menjadi:
a. 1. Berdasarkan karakter:
a. Bioskop tertutup6
a. Bioskop komesial
Jenis bioskop ini menyajikan media tontonan berupa film di dalam ruangan tertutup,
sehingga penonton terlindung dari gangguan cuaca. Ruangannya sangat terikat pada
persyaratan teknis akustik, cinematografi, dan keamanan umum yang berada dalam ruangan
tersebut.
b. Bioskop terbuka
Penonton bioskop terbuka menikmati pertunjukan di arena / lapangan terbuka,
sehingga keadaan bioskop ini tidak menuntut kondisi dengan persyaratan teknis bangunan.
a. 2. Berdasarkan sifatnya
6 Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133
site
-
35
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Kegiatannya berdasarkan pada bisnis yang bersifat komersial, sehingga
penyelenggara selalu menyediakan film-film yang sesuai dengan selera masyarakat.
b. Bioskop Art dan Dokumenter
Biasanya bioskop ini memutar film-film yang berisi tentang apresiasi seni dan budaya.
a..3. Berdasarkan kapaitasnya:
a. Bioskop sangat besar : kapasitas diatas 1500 kursi
b. Bioskop besar : kapasitas 900 1500 kursi
c. Bioskop sedang : kapasitas 400 - 900 kursi
d. Bioskop kecil : kapasitas di bawah 400 kursi
a. 4. Secara umum bioskop dapatdibedakan atas 3 (tiga) golongan/ kelas yaitu:
a. Kelas A
a. Kapasitas tempat duduk berkisar 400-900 seat.
b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang pertama
c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian
bahan yang memenuhi syarat sangat baik ditambah penghawaan AC sentral.
d. Electrical power biasanya terdapat generator disamping tenaga listrik dari PLN.
e. Jumlah ruang studio minimal 4 buah.
b. Kelas B
a. Kapasitas tempat duduk berkisar 200-400 seat.
b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang pertama ataupun kedua.
c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian
bahan memenuhi syarat dengan cukup ditambah penghawaan AC sentral atau AC
unit.
d. Electrical power biasanya terdapat generator disamping tenaga listrik dari PLN.
e. Jumlah ruang studio minimal 2 buah.
c. Kelas C
a. Kapasitas tempat duduk umumnya kecil berkisar 100 - 200 seat.
b. Jenis film yang diputar merupakan periode putaran yang kedua dan ketiga.
c. Kualitas ruang diukur dari kualitas pandang visual, sound system, dan pemakaian
bahan yang memenuhi syarat minimal.
-
36
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
d. Sistem penghawaan umumnya menggunakan blower dan exhauter.
e. Electrical power hanya menggantungkan pada PLN, sehingga kemungkinan
terganggu bila aliran listrik terputus.
f. Jumlah ruang studio minimal 2 buah.
Kriteria cinema::
1. Ruang
Maksudnya adalah dimensi ruang studio film. Ruang penonton yang efisien adalah
12x 20m. Dimensi panjang disesuaikan dengan kemakmpuan proyektor yang di pakai.
Penonton yang dapat ditamping adalah sekitar 200 org. Penataan lantai dibuat meninggi dari
arah belakang sehingga dapat dicapai keleluasaan pandang dan daya tangkap bunyi langsung
dengan baik serta dapat diperoleh kemampuan akustik yang baik.
2. Faktor pendukung akustik.
Beberapa faktor kriteria yang mendukung sistem cineplex adalah:
a. Bentuk lantai berbentuk kipas dan cukup dimiringkan paling cocok dengan persyaratan untuk melihat dan kebutuhan akustik.
b. Pemantulan bunyi harus digunakan diatas layar, seluruh langit-langit atau sedikitnya sebagian besar daerah tengah harus dibuat reflektif.
c. Layar proyeksi dan pengeras suara dibelakangnya harus cukup tinggi bagi seluruh penonton agar terliputi dengan baik oleh berkas bunyi.
d. Lantai penonton harus dimiringkan dengan warm pada bagian belakang untuk menyediakan garis pandang yang jelas untuk seluruh penonton, dengan demikian
menyediakan pengadaan bunyi langsung yang banyak.
Sistem layar pertunjukan
Dahulu, layar bioskop dipasang dan disesuaikan
dengan bentuk-bentuk gedung pertunjukan, sedangkan
sekarang desain interiornya lebih ditentukan oleh ukuran
gambar yang diproyeksikan (cinemascope, cinerama, Todd
AO, Circerama, IMAX dan untuk bioskop yang lebih kecil
yang menggunakan sirkuit TV tertutup). Bioskop tradisional
memiliki gambar yang kecil sedangkan sistem cinerama
-
37
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
dimana 3 proyektor utamanya memproyeksikan gambar pada layar selebar 30,5 m (lihat
gambar. 13). Sistem ini kemudian di kembangkan lagi dengan hanya menggunakan 1
proyektor saja (sistem IMAX) dimana film 70 mm diproyeksikan horizontal dengan
perbesaran kerangkanya dan mengahsilkan gambar berukuran 36,5 m, tempat duduknya
disusun dekat layar agar penonton dapat melihat seluruh bagian gambar tanpa harus
menggerak-gerakkan kepalanya ke samping, ke atas, ataupun kebawah; untuk itu dibutuhkan
proyektor dan auditorium khusus.
Gambar 4. Gedung bioskop tradisional (a) dan gedung dgn sistem cinerama yg asli (b) Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133
Sistem circarama yang menggunakan 11 proyektor
menghasilkan suasana keterlibatan penuh pada penonton
walaupun tidak dilengkapi tempat duduk, karenanya perlu
dilengkapi pagar pegangan agar penonton tidak terjungkal.
Gambar.5. Contoh gedung bioskop circarama; layar
melingkar (370) 11 proyektor terpadu menghasilkan
gambar yang saling menyambung. (Expo, Brussel-Belgia)
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 133
Perkembangan lebih lanjut yang digunakan pada taman-tamana hiburan tertentu dan
saat inipun terus dicoba di berbagai penjuru dunia yakni teknik audio-visual yang
menggunakan beberapa proyektor otomatis untuk memproyeksikan gambar-gambar tetap
dengan efek-efek auditorium dan sistem suara jalur-ganda magnetis (multi-track magnetic
sound system) (lihat gambar.15). Sistem proyeksi TV saluran tertutup dimungkinkan melalui
pengembangan dan peningkatan saluran elektronika; dapat menghasilkan gambar dengan
ukuran 2430 x 1830. Dengan menggunakan layar Eidophor berukuran lebih dari 9 m x 12
m, juga memungkinkan gambar-gambar dapat diproyeksikan di atas layar tersebut.
Gambar 6. Ketentuan
dasar ketingian auditorium Sumber: Neufert Data
Arsitek 2, Hal. 133
-
38
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
a. Deskripsi pengguna dan kegiatan
Bangunan Medan Cinema Building ini merupakan suatu gedung yang merupakan wadah
suatu kegiatan menonton film dan kegiatan hiburan lainnya yang bernuansa cinema/ film.
Pelaku aktifitasnya terdiri atas 3 kelompok yaitu pengunjung, pengelola dan service, sasaran
pengunjung adalah masyarakat yang berasal dari seluruh penjuru kota Medan, baik
masyarakat kota, maupun turis domestic atau mancanegara dalam rentang usia muda sampai
tua. Kegiatan yang dilakukan dalam bangunan ini antara lain menonton, jalan-jalan, makan,
dan kumpul-kumpul (bersosialisasi).
c. Deskripsi persyaratan ruang dan kriteria ruang
c.1. Peraturan perencanaan bioskop:
c. 1.1. Pintu dan koridor
Lebarnya memenuhi persyaratan untuk pintu darurat sebesar
100cm. Pintu-pintu membuka ke luar kearah aliran udara pada saat
darurat.(lihat gambar. 4) Pintu-pintunya merupakan pintu bebas
serta dapat menutup sendiri.
Gambar 7. pintu dan koridor
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 130
c. 1.2. Tangga
Bila lebar tangga lebih dari 1800 maka harus dirancang
menjadi 2 jalur tangga dengan 1 pagar pegangan ditengahnya.
Jumlah anak tangga yang diperkenankan tidak kurang dari 3
dan tidak lebih dari 16 anak tangga pada tangga langsung.
Maksimum dua jalur tangga tangga tanpa belokan diperkenankan tetapi jumlah anak
tangga dikurangi menjadi 12. Borders bagian atas, bawah, dan diantara dua jalur tangga harus
memiliki lebar yang disyaratkan.
c. 1.3. Tempat Duduk
Ukuran tempat duduk bergantung
pada jenis kursi dan jarak tempat duduk
Gambar 8. Tangga
Sumber: Neufert Data Arsitek 2,
Gambar 9. urutan tempat duduk Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal. 146
-
39
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
yang disyaratkan. Kursi bergaya tradisional membutuhkan jarak minimum 840 dan lebar
500. Kursi bergaya modern mempunyai ukuran
yang bermacam-macam dapat membutuhkan jarak 1400 dan lebar 750. Tempat duduk
biasanya disusun dalam deretan lurus atau
melengkung. Jalan masuk ke auditorium, tempat
duduk dapat berjenjang dari bawah ke atas melalui
gang-gang (lihat gambar. 6). Blok deretan biasanya
tidak lebih dari 14 kursi. Jarak dari layar ke deretan
kursi terdepan ditentukan oleh sudut maximal yang
diinginkan antara garis pandang deret tersebut
dengan ujung atas layar dan tegak lurus dari layar ke
titik tersebut. Sudut maximal yang disarankan adalah
30 - 35 (lihat gambar. 7). Batas sudut pandang 35 diatas garis horizontal akan
menghasilkan jarak ke layar pada garis 1,43 x tinggi dari ketinggian mata deretan terdepan ke
ujung atas layar.
c. 1.4. Jalan masuk ke auditorium
Pada tempat duduk berjenjang dapat dari bawah ke atas
melalui gang ke atas atau dari belakang, masing-masing akan
melalui persilangan gang-gang.(lihat gambar.8). Gang samping
atau belakang perlu diperlebar untuk memudahkan jalan keluar
dan untuk mengawasi penonton.
c. 1.5. Ruang Proyektor
Biasanya dipisahkan menjadi kamar untuk menggulung dan memproyeksikan film
yang dilengkapi ruang pengatur cahaya, ruang baterei, ruang tempat distribusi, listrik, ruang
lampu sorot, bengkel, ruang pegawai, dan gudang, masing-masing cukup mempunyai luas
antara 6-10 m. Bila yang digunakan hanya film tahan api (untuk keamanan), pintu keluar
dapat dari dalam saja. Sedangkan bila yang digunakan film tidak tahan api, dibuat satu pintu
Gambar 10. Ruang penonton Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal 146
Gambar 11. Jarak kursi Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal 147
-
40
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
keluar menuju ke ruang terbuka dan harus dibuat menara kaca dengan bukaan 0,19 m untuk
setiap 640m dari film yang digunakan dan disimpan dalam ruang tersebut. Pintu keluar yang
menuju ke tempat umum melalui lobby berventilasi yang terlindung. Ruang sirkulasi untuk
pelayanan dan pintu keluar masuknya harus disediakan disekitar peralatan; panjang dinding
depan sebesar 5500 x kedalaman ruang 3500 merupakan ukuran rata-rata. Lebar tangga dan
pintu dapat dialalui peralatan; tinggi anak tangga tidak boleh lebih 190 dan lebar minimum
250 (lihat gambar 9).
Ukuran gambar pada layar bervariasi sesuai dengan sistem film yang dipakai,
karenanya operator harus dapat menentukan ukuran yang diperlukan. Berkat kemajuan
teknologi mengakibatkan munculnya berbagai ukuran tinggi maupun lebar gambar, dimana
ukuran lampu yang digunakan ditentukan oleh efek maksimum luas gambar yang diperoleh
dengan menggunakan rasio luas setara yang berbeda.
Bila menggunakan film 70 mungkin membutuhkan layar yang lebih lebar. Lebar layar
maksimal yang biasa dipakai adalah 20 m untuk film 70 dan 13 m untuk film 35. Ukuran
layar harus sebesar mungkin sesuai ukuran maksimumnya atau hingga mencapai lebar tempat
duduk, pilih yang lebih kecil; dan rasio (nisbah) lebar layar terhadap jarak pandang maksimal
sebaiknya dari 1:2 sampai 1:3. Disarankan memungkinkan penggunaan panjang lensa
standart dari menghindari gambar yang terlalu kecil. Gambar yang lebih lebar akan
memerlukan lensa-lensa khusus (lihat gambar 12).
Gambar 12. Diagram ruang proyektor Sumber : Neufert Data Arsitek 2, Hal. 131
Gambar 13. Rasio film yang umum
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 131
-
41
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Untuk menghitung lebar gambar yang diperoleh dari lensa tertentu dapat menggunakan
rumus:
Lebar = lebar kerangka alat mempertajam film x panjang sorotan
Panjang titik api lensa
Untuk proyektor anamorphis (cinemascope) layar lebar, perhitungannya:
Lebar = lebar kerangka alat mempertajam film x panjang sorotan x 2
Panjang titik api lensa
Layar lengkung mulanya dikembangkan untuk mengatasi pecahnya cahaya yang
terpantul dari layar datar. Bioskop modern dengan bahan layar yang baik dapat
memanfaatkan lengkungan layar tersebut untuk mengurangi sejumlah distorsi yang tajam
pada garis pandang di sisi layar. Kenaikan tinggi lantai yang terlalu besar dapat menimbulkan
masalah pada penajaman (fokus) gambar diseluruh bagian layar. Jari-jari untuk layar
lengkung biasanya 75% - 100% dari jarak sorotan gambar, sedangkan kenaikan lantai tidak
lebih dari 10 12% dari lebar kenaikan tersebut (lihat gambar 10).
Gambar 14. Rancangan proyeksi film: titik pandang pada layar: garis deformasi-sama (iso-
deformasi)= batas arah tempat duduk dimana penonton akan melihat distorsi yang sama;
bentuk hiperbola didefinisikan pada rancangan tersebut oleh garis asymtot dari satu titik pada
layar; pada zona I ada distorsi tetapi tidak terasa dari tempat duduk yang berada dalam daerah
hiperbola: jarak horizontal minimum dari titik puncak ke layar ditentukan oleh batasan sudut
vertikal dari mata penonton di baris terdepan ke arah puncak layar yang maksimum 30-35:
pada zona II distorsi terasa tetapi masih dapat diterima dari deretan kursi-kursi yang berada di
luar zona I; zona III (deretan kursi terletak diluar bagian zona II) distorsi tidak dapat diterima
dan biasanya penonton akan menolak diletakkan di tempat tersebut.
Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 131
-
42
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
c. 1.6. Tata Letak
Selain ruangan umum, auditorium dan
panggung, diperlukan juga ruang penunjang
lainnya:
Ruang untuk mesin 25 30 m2
Gardu listrik 28 38 m2
R. pegawai 45 m2
R. Proyektor 19 25 m2
K. mesin ventilasi 20m2
Gudang untuk kios 10 15 m2
R. pengelola 38 m2
3 ruang penyimpanan 28 m2
R. untuk bengkel kerja, dll 40 m2
(Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 132)
c. 1.7. Sistem Pencahayaan
Pencahayaan hiasan dan setiap lampu sorot ruang auditorium harus dapat dipadamkan
selama berlangsungnya pertunjukan film, sedangkan bagian-bagian umum lainnya tetap
menyala selama diperlukan.
Pencahayaan untuk membersihkan ruang auditorium dan serambi: dimana sistem
auditorium digunakan sebagai pencahayaan darurat dengan pengawasan pihak pengelola.
Pengaturan pencahayaan auditorium dan ruang-ruang penyelamatan darurat seluruh
bangunan, dengan cara merancang jumlah cahaya yang dibutuhkan untuk gang dan tempat
duduk selama berlangsungnya pemutaran film (cahaya tersebut tidak terpantul ke layar
maupun dinding-dinding). Cahaya minimum pada persilangan gang adalah 5,35 lux secara
terus-menerus.
Pencahayaan darurat untuk seluruh tempat-tempat umum, ruang-ruang utama untuk
pegawai dan ruang-ruang penyelamat darurat; harus menjadi bagian dari sistem yang diatur
secara terpadu. Seandainya aliran listrik utama terputus, maka sistem tersebut harus dapat
memberikan cukup cahaya sehingga memungkinkan para pengunjung dan semua pegawai
dapat meninggalkan gedung dengan aman.
Gambar 15. Diagram sirkulasi Sumber: Neufert Data Arsitek 2, Hal. 132
-
43
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
c. 1.8. Sistem ventilasi dan pendingin ruangan
Kebutuhan sirkulasi udara bersih dan segar diperhitungkan berdasarkan jumlah orang
yang memanfaatkannya dan bervariasi dari 70 sampai 93m3/ jam per orang di ruang
auditorium dan sistem penyaringan udara dapat menyaring 75 % dari udara yang masuk. Bila
dipasang peralatan atau mesin pendingin, maka setidak-tidaknya jumlah udara yang ada harus
berupa udara segar, dimana lebih dari 50% udara dapat tersaring dan dialirkan kembali.
Udara yang masuk ke dalam ruang haruslah dipanaskan terlebih dahulu; sistem
pendorong udara umumnya menggunakan saluran pembagi udara pada bagian dinding layar
dan penyaring di ruang auditorium di pancarkan pada pojok-pojok belakang ruangan agar
berkas cahaya dariproyektor tidak menyinari udara yang sudah tersaring tersebut.
c. 1.9. Sistem Pengaturan Suara
Dengan ditemukannya sistem peneraan optis Dolby untuk mengatasi permasalahan
perekam suara magnetis pada film. Suara stereo di sepanjang bagian layar dan ke depan
maupun ke belakang layar dan jalur ke-6 untuk pengeras suara auditorium. Layar lebar dan
sumber suara samping dapat menimbulkan masalah akustik; umumnya utuk gedung-gedung
bioskop yang memantulkan suara, garis pantul bunyinya tidak boleh melebihi garis bunyi
langsung lebih dari 15 m.
c. 1.10.Gambar Proyeksi pada bioskop
Keamanan film lebih perlu untuk ruang proyektor tanpa penyekat kebakaran.
Peragaan film melayani banyak proyektor, letak ruang proyektor adalah ruang kecil (bukan
persinggahan penonton), proyektor di belakang dan disisi. Tinggi ruang proyektor 2,80 m,
ventilasi, dan peredam suara untuk ruang penonton. Ruang proyeksi disesuaikan dengan
banyaknya ruang penonton. Lebar film 16 mm, 35 mm, dan 70 mm. Tengah sinar proyeksi
harus tidak membias lebih dari 5 horizontal dan pembias (lihat gambar.15). Secara
konvensional dipertunjukkan mempunyai dua proyektor dalam pengaturan pergantian dua
adegan secara perlahan. Seluruh dunia melaksanakan (usaha) otomatis satu proyektor dengan
piringan film horizontal untuk pertunjukan yang tak pernah berhenti dari 4000m kumparan,
pada ruangan pertunjukan yang banyak dikendalikan secara jarak jauh, dari titik proyeksi
secara otomatis ada sinyal kendali dari film untuk proyektor, perubahan objek, lampu
bangsal, lampu panggung, tirai dan perlindungan gambar.
-
44
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
c. 1.11. Besar Gambar
Tergantung pada jarak proyektor
dengan layar proyektor dan perbedaan
tinggi sisi 1: 2,34 (cinemascope) atau 1:
1,66 (layar gambar) pada ruang terkecil.
Sudut pandang untuk kursi terakhir sisi
luar gambar pada cinemascope harusnya
tidak melewati 30 = jarak kursi terakhir
dinding gambar = 3:2 (lihat gambar
16&17).
Layar proyeksi : jarak layar proyeksi dari dinding
THX minimal 120 cm pada setiap theatre besar
dan sistem tidak kurang sampai 50 cm ke susunan
sistem suara.
c. 1.12. Layar Proyeksi:
Jarak layar bioskop dari dinding THX setidaknya sebesar 120cm tergantung besar
theatre dan sistem kedap suara sampai 50 cm digantung ke sistem pengait. Layar proyeksi
berlubang (dapat ditembus suara). Penyorotan film bergerak atau layar terbatas pada layar
proyeksi pada ketinggian layar yang sama. Layar proyeksi besar diatur dengan radius ke
Gambar 17. Bentuk layar pada ketinggian yg sama Sumber: Neufert Data Arsitek 1, Hal. 146
Gambar. 18. Bentuk layar lebar yang sama Sumber: Neufert Data Arstitek 1, Hal. 146
Gambar. 16. Ruang penonton optimal Sumber : Neufert Data Arsitek 1, Hal.
146
-
45
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
urutan kursi terakhir. Sisi bawah layar proyeksi seharusnya terletak minimal 1,20 m di atas
lantai.
c. 1.13. Ruang Penonton:
Ruang penonton mendapat penerangan darurat tanpa terkecuali. Dinding langit-langit
terbuat dari material bebas refleksi, tidak membentuk warna terang. Pengunjung duduk di
pertengahan sisi luar layar. Dari urutan kursi pertama ke tengah layar seharusnya tidak
melebihi sudut pandang 30. Kemiringan lantai dengan kecondongan 10%, atau melalui
sebuah tangga maksimum. 16 cm tinggi dari tangga pada koridor yang lebarnya 1,20 m. Pada
tiap koridorboleh diatur sampai 16 tempat duduk
c. 1.14. Akustik:
Ruang penonton yang berdekatan dipisahkan dengan dinding pemisah kira-kira 85dB
18-20.000 Hz. Sedangkan penghantar bunyi dilangit-langit memiliki sedikit perbedaan waktu
putar bunyi. Waktu gema bisa meningkat dengan bertambahnya volume ruang dan berkurang
dari frekuensi rendah ke tinggi, dari 0,8 - 0,2 /detik. Dianggung layar belakang dari kursi
terakhir seharusnya dipasang peredam gema. Pengeras suara dibagi atas ruang, perbedaan
berat suara antara urutan kursi tidak lebih pertama dan terakhir 4dB.
d.1. Cineplex
Yaitu suatu kompleks bioskop dimana dalam satu bangunan terdapat beberapa ruang yang
dapat memutar beberapa film sekaligus. Berasal dari dua kata bahasa Inggris yiatu Cinema
dan Plexus. Cinema berarti geedung bioskop sedangkan plexus berari jaringan, rangkaian,
gabungan (John. M Echois, 1975).
Kebutuhan ruang pada Cineplex adalah:
1. Lobby/ Ruang tunggu
2. Loket
3. R. Penonton/ R. Studio
4. R. Pegawai
5. R. Proyektor
6. Gudang
7. R. Keamanan
-
46
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
d.2. Food Court
Yaitu fasilitas penunjang gedung cinema, tempat duduk dan menyajikan makanan yang
beragam.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Ruang makan/ minum
2. Dapur
3. Kasir
4. Ruang cuci tangan
5. Ruang pengelola/ pegawai
d.3. Restaurant Fast Food
Memiliki fungsi yang hampier sama dengan food court hanya saja menyediakan makanan
siap saji.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Ruang makan/ minum
2. Dapur
3. Kasir
4. Ruang cuci tangan
5. Ruang pengelola/ pegawai
d.4. Amusement centre
Yaitu pusat hiburan yang berkaitan dengan ketangkasan elektonik.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Ruang penukar koin dan hadiah
2. Arena permainan
3. Gudang
4. R. pengelola
d.5. Cinema Lobby
Berfungsi sebagai ruang untuk ajang promosi, pameran, pertunjukan musik, pers conference,
dan sebagainya.
Ruang yang dibutuhkan adalah atrium besar yang merupakan ruang pamer
-
47
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
d.6. Retail
Merupakan fasilitas penunjang yang menjual VCD, Laser Disc, cassette atau CD soundtrack
film dan merchandise yang berhubungan dengan film atau cinema.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Display/ ruang pamer
2. Kasir
d.7. Souvenir Shop
Merupakan fasilitas penunjang yang menjual barang-barang souvenir yang berkaitan dengan
Medan Cinema Building, seperti accecories, key holder, dan semacamnya.
Ruang yang dibutuhkan:
1. Ruang display
2. Kasir
2.4 DESKRIPSI KEBUTUHAN RUANG
Fasilitas dalam Family Entertainment Cinema ini antara lain :
a. Cineplex Yaitu suatu complex bioskop dimana dalam satu bangunan terdapat beberapa ruang yang
dapat memutar beberapa film sekaligus. Cineplex berasal dari suku kata Bahasa inggris yaitu
Cinema dan Plexus. Cinema berarti gedung bioskop dan plexus berarti jaringan, rangkaian,
gabungan7
Merupakan bioskop kecil atau bioskop hanya untuk keluarga yang didalamnya memuat 8-10
orang. Ruang yang dibutuhkan untuk home theaters ini antara lain, lobby, loket, ruang
tunggu, ruang antrian, ruang penonton / ruang studio, ruang pegawai / ruang pengelola,
ruang simpan film, took makanan.
( john, m. echois, 1975 ). Kebutuhan ruang cineplex ini antara lain, lobby / hall,
loket, ruang tunggu, ruang antrian, ruang penonton / ruang studio, ruang pegawai, ruang
simpan film, ruang gulung film, ruang tata suara, ruang tata cahaya, panggung, ruang
proyektor, took makanan, gudang, ruang keamanan, toilet.
b. Home Theaters
8
7 john, m. echois, 1975 8
c. Amusement Center
-
48
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Merupakan fasilitas hiburan yang berkaitan dengan ketangkasan elektronik. Ruang yang
dibutuhkan untuk amusement center ini antara lain, ruang penukar koin dan hadiah, arena
permainan, ruang antrian, gudang, ruang pengelola / ruang pegawai, toilet.
d. Retail dan Souvenir Shop
yaitu fasilitas yang menyediakan barang barang yang berhubungan dengan per-cinema-an
dan per-film-an dan barang barang yang berhubungan dengan Family Entertainment
Cinema. Yang menyediakan VCD, DVD, accecories, dan lain sebagainya. Ruang yang
dibutuhkan yaitu retail shop, display, ruang pamer, kasir dan gudang.
e. Restauran Yaitu fasilitas yang menyediakan aneka jenis makanan dan minuman. Ruang yang
dibutuhkan yaitu entancehall, pantry, ruang makan / minum, dapur, ruang makan private,
gudang kering / basah, kasir, ruang cuci, ruang ganti / locker, toilet, ruang pegawai /
pengelola.
2.5 PROYEK SEJENIS
A. Cineplex Sun 21 ini berlokasi di Sun Plaza Medan dengan luas total 1490 m2. Dalam
kegiatan pemutaran film, cineplex ini termasuk kategori kelas B, waktu pemutaran 4 (empat)
show setiap hari dan 5 (lima) show pada hari sabtu dan minggu.
Kapasitas studio 1 adalah 244 org, studio 2 sebanyak 195 org, studio 3 dan 4 sebanyak 132
org. Fasilitas yang disediakan di cineplex ini antara lain kantin jajanan dan game centre.
Menggunakan kursi jenis lux, dapat menampilkan berbagai jenis film dalam satu studio, baik
film normal, cinemascope dan widescreen. Menggunakan sound system SRD EX (Surround
Digital EX).
-
49
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Tanggapan : dari hasil studi banding terhadap sun 21 dapat ditarik kespulan bahwa perlunya
sarana penunjang fasilitas utama seperti kantin dan game centre untuk tempat para
pengunjung menunggu jam tayang film. Yang mungkin dapat diterapkan pada bangunan
Medan Cinema Building yang akan dirancang adalah fungsi fungsi lain yang menunjang
kegiatan di dalam. Susunan ruang yang persegi digunakan untuk efiseinsi ruang dengan
kapasitas yang tidak begitu banyak.
B. bfi imax, London
BFI didirikan pada tahun 1993 untuk mempromosikan, mengapresiasikan dan
memasuki dunia kebudayaan film dan televise. Mereka merupakan pemeliharaan terbesar
arsip arsip film didunia dan pemimpin dunia restorasi dan preservasi film. Dimulai pada
tahun 1935, koleksi termasuk lebih dari 275.000 film, 210.000 program TV, 7 juta fotografi,
dan 15.000 poster. Pada penambahan arsip mereka, mereka memajukan kembali secara
internasional Nationala Film Theatre dan London film Festival, BFI IMAX Cinema, dan
sumber pustaka dan pendidikan film terbesar dunia. Mereka juga masih sebagai perigkoleksi
film dan poster film terbesar didunia. Material arsip arsip dapat dilihat melalui eksibisi dan
layar cinema.
Gambar. 26. Sun 21 Sumber : Observasi
Game centre sebagai fasilitas penunjang
-
50
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BFI IMAX berada di kota London, United Kingdom,
didirikan pada tahun 1999 oleh arsitek Bryan Avery of Avery
Associates. Bfi IMAX Cinema merupakan gedung cinema 3
dimensi , yang memiliki 477 kursi.
Merupakan layer cinema terbesar di UK dengan tinggi layar 20m
dan lebar layar 26 meter, dilengkapi de-
ngan digital surround-sound system sebesar 11,600-watt.
Menggunakan sistem proyeksi IMAX (sistem proyeksi film ternama
di dunia), gambar yang lebih nyata dan ultra realistic digital sound
membuat pengunjung serasa berada di dalam film. Auditoriumnya
terdiri atas 14 baris kursi yang dapat melihat ke layar dari sisi mana saja, bahkan nyaman
untuk anak-anak.
Terdapat juga buffets, coffe atau refreshments sebagai penunjang cinema ini. Lobby nya
dipenuhi dengan lightbox untuk iklan dan signage. Cinema ini
juga ditunjang dengan efek lighting yang memukau. Langit-
langit yang tinggi membeikan kesan jarak dan suasana sekeliling
yang cerah.
Gedung cinema ini menggunakan kecanggihan teknologi pada
bangunannya. Sudah terdapat jalur-jalur untuk orang cacat
yang menggunakan kursi roda untuk beraktifitas di dalam bangunan.
Denah bfi imax:
Gambar 19. bfi imax
Gambar 20.Bfi imax Sumber : www.Bfi_imax.com
Gambar 21. Interior theatre
Gambar 22. Denah Bfi IMAX Sumber : www.Bfi_imax.com
-
51
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Tanggapan: dari hasil studi banding terhadap Bfi IMAX London ini, didapat kesimpulan
bahwa gedung Cinema Bfi IMAx london mengolah ruang dalam dengan ketentuan standart
ruang cimena , memkasimalkan jumlah baris kursi yaitu 14baris. Ruang dalam theatre
menggunakan langit-langit yang tinggi untuk memberikan kesan keterlibatan dalam suasana
yang dilihat. Bentukan bulat didapat dari site bulat yang dkelilingi jalan sehingga bentukan
bulat diambil untuk menyusaikan dengan sitenya. Denah theatre berbentuk persegi untuk
memaksimalakn jumlah kursi penonton. Ruang dalam theatre menggunakan langit-langit
yang tinggi untuk memberikan kesan keterlibatan dalam suasana yang dilihat.
C. TheatER IMAX Keong Emas
Diresmikan oleh Presiden RI pada 20 April 1984
berada di Taman Mini Indonesia Indah. Bentuk
bangunan yang berarsitektur unik dengan bentuk cangkang
keong (shell-structure) yang dilatar belakangi oleh cerita
rakyat (pulau Jawa) yang melegenda Keong Emas.
Sebagai sarana rekreasi yang mengetengahkan nuansa seni dan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun pelestarian lingkungan yang dikemas ke dalam bentuk
hiburan dengan media audio-visual (film). Hanya satu-satunya di Indonesia.
Menggunakan teknologi proyektor
IMAX. Kecanggihan dari proyektor IMAX
adalah kualitas gambar yang dihasilkan
dimana penonton diajak atau seolah-olah
penonton berada dalam adegan tayang.
Hasil gambar sempurna itu, karena
didukung oleh:
Diresmikan oleh Presiden RI pada
20 April 1984 berada di Taman Mini Indonesia Indah.
Bentuk bangunan yang berarsitektur unik dengan bentuk
cangkang keong (shell-structure) yang dilatar belakangi
oleh cerita rakyat (pulau Jawa) yang melegenda Keong
Emas. Sebagai sarana rekreasi yang mengetengahkan
nuansa seni dan budaya, ilmu
Gambar 23. Keong Emas Sumber : www.Keong Emas.com
Gambar 23. Keong Emas Sumber : www.Keong Emas.com
Gambar 24. Proyektor IMAX
-
52
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
pengetahuan dan teknologi maupun pelestarian lingkungan yang dikemas ke dalam bentuk
hiburan dengan media audio-visual (film).
Hanya satu-satunya di Indonesia.
Menggunakan teknologi proyektor
IMAX. Kecanggihan dari proyektor IMAX
adalah kualitas gambar yang dihasilkan
dimana penonton diajak atau seolah-olah
penonton berada dalam adegan tayang.
Hasil gambar sempurna itu, karena
didukung oleh:
1. Format film 70 mm- system proyektor horizontal, rooling loop, Xenon 15 Kw
2. Layar raksasa yang berukuran 21,5 m x 29,3 m (flat pasif screen), pernah tercatat dalam
The Guiness Book of Records 1984 - 1994.
3. Sound system atau tata suara digital (sonics) Ruang Theatre yang nyaman ber-AC dengan daya tampung 920
kursi kelas ekonomi dan 36 kursi kelas VIP/ balkon. Tempat
duduk yang diatur bertingkat dengan sudut kemiringan 20.
Rentang pandang ke layar tidak kurang dari 50 dan tidak
kurang dari 135.
Fasilitas indoor:
1. Show case koleksi cangkang keong yang berasal dari beberapa pantai di perairan wilayah
Indonesia
2. Souvenir Shop
3. Soft drink corner
4. Toilet
Fasilitas outdoor:
1. Halaman parkir kendaraan yang luas
2. Taman yang rindang
3. Dekat dengan lokasi pusat jajanan- makanan
Gambar 24. Proyektor IMAX
Gambar 25. Interior theater
-
53
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Sistem Akustik:
1. Lebar layar (21,5 x 29,3 m)
2. Tempat duduk dengan kemiringan 20 25
3. Kapasitas tempat duduk 880 orang lebih
4. Lebar film 70mm
5. Daya suara berkekuatan 6.200 Watt
6. Dinding terbuat dari lapisan wallflex / gypsum glasswoll dan kain karung berwarna hitam
dengan ketebalan 15 cm.
Tanggapan : dari hasil kesimpulan terhadap theatre IMAX Keong Emas, didapat kesimpulan
bahwa theatre ini mengunaka teknologi tingkat tinggi pada bagian theatrenya yang
menggunakan kecanggihan proyektor IMAX yang dapatmembuat gambar terlihat nyata.
Susunan ruang dalamnya berbuntuk melingkar terhadap proyektor. Hal ini dimaksudkan
untuk efisiensi akustik. Yang mungkin dapat diterapkan pada banguna Medan Cinema
Building adalah penerapan susunan ruang (tempat duduk ) pada theatre IMAX yang
melingkar pada layer. Bentukan bangunan yang elips melingkar dimaksudkan untuk dapat
memenuhi kapasitas yang banyak dalam 14 baris maksimal.
Table perbandingan proyek sejenis
No Unsur yang
dibandingkan
Proyek 1 Proyek 2 Proyek 3 Kesimpulan
1. Ruang dalam Kapasitas 477 seat
Selain theatre terdapat juga caf, buffet dan cofee shop
Bentuk ruang persegi
Kapasitas 920 seat
Terdapat souvenir shop, soft drink corner
Bentuk ruang eliips
Kapasitas total 700 seat terbagi atas 4 studio
Terdapat game corner dan kantin
Bentuk ruang persegi
Untuk theatre IMAX kapasitas seat 300-400 kursi
Untuk theatre konvensional berkapasitas 100-200 seat
Bentuk ruang persegi untuk efisiensi ruang
-
54
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
2. Ruang luar Berada ditengah jalan kota seperti ditengah bundaran
Parkir kendaraan di lapangan parkir dan gedung parkir
Merupakan kompleks Taman Mini Indonesia Indah
Parkir kendaraan di lapangan parkir
Merupakan bagian dari Sun Plaza
Parkir kendaraan di bangunan parker Sun Plaza
Parkir kendaraan sebagian pada lapangan parkir dan sebagian menggunakan bangunan parkir
3. Style
bangunan
Modern dengan penggunaan material kaca dan baca di sekeliling bangunan
Modern metafora dari bentuk keong yang merupakan cerita legenda rakyat Jawa
Modern Modern-neo vernacular
4. Struktur Truss frame Cangkang Truss frame Truss beam
5. Utilitas Sistem mekanikal elektrikal dan akustik menggunakan teknologi canggih,Tangga kebakaran, fire hydrant,jalur penyandang cacat
Sistem mekanikal elektrikal dan akustik menggunakan teknologi modern, jalur evakuasi kebakaran
Sistem mekanikal elektrikal dan akustik menggunakan teknologi modern, jalur evakuasi kebakaran
Menggunakan sistem mekanikal elektrikal dan akustik yang modern dan penggunaan jalur-jalur darurat untuk keselamatan pengunjung
-
55
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
BAB III
ELABORASI TEMA
III.1 ELABORASI TEMA III.1.1 Alasan Pemilihan Tema
Bentuk bangunan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yang disesuaikan
dengan fungsi bangunan. Hal ini penting karena dalam bangunan komersial bentukdan
estetika bangunan lebih berperan untuk kemudahan dalam memberikan kesan dan daya tarik,
disamping tetap memperhatikan fungsi ruang dan sistem struktur yang ada dalam bangunan
tersebut.
Pengambilan tema Ekspresionisme Disain dalam Arsitektur pada Cinema
Entertainment adalah untuk menampilkan bentuk bangunan yang dapat mengkomunikasikan
perasaan dan emosi yang tercipta pada fungsi tersebut sehingga bentukan bangunan dapat
lebih bervariasi dan memiliki daya tarik yang kuat.
III.2 TINJAUAN UMUM III.2.1 Pengertian Ekspresionis
Ekspresionis berasal dari kata ekspresi. bebrapa pengertian ekspresi :
maksud reaksi dari interpretasi terhadap suatu objek hasil perpaduan / kombinasi dari unsur, garis, bidang tekstur dan warna dari bentuk-
bentuk arsitektur yang menghasilkan suatu pengungkapan maksud dan tujuan
bangunan secara meyeluruh
pernyataan atau pengungkapan perasaan
Beberapa pengertian Ekspresionisme : Melukiskan dasar-dasar emosi paling dalam dari diri seorang seniman, sedih, marah,
takut, dsb
Aliran yang dominan di Eropa Utara sekitar tahun 1905-1925. Dalam arsitektur, merupakan kelanjutan dari Art Nouveau dan berlanjut setelah perang dunia kedua
sebagai Brutalisme. Bangunan tidak harus fungsional tetapi menciptakan sensasi dari
bentuk-bentuk abstrak.
-
56
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Aliran dalam seni pada awal abad 20 yang menekankan pada ekspresi subjektif dari pembuatannya
Aliran yang menyatakan perasaannya melalui gubahannya, rasa benci, rasa cinta Suatu gaya sekitar Perang dunia I yang sangat pribadi, dan sering dieksekusi dengan
kegairahan yang kejam
III.2.2 Perkembangan Aliran Ekspresionisme
A. Tinjauan umum Perkembangan arsitektur pada awal abad 20 sangat dipengaruhi oleh keadaan dan
suasan politik pada saat itu. Di Eropa terjadi suatu keadaan yang bertentangan dengan
kenyataan pada saat itu. Kemandekan ekonomi yang hanya menguntungkan orang-orang
kaya, rezim politik yang berkuasa dengan otoriter, suasana yang hancur-hancuran akibat
perang mengakibatkan kemelaratan dan kemiskinan rakyat. Namun hal ini semua tertutupi
oleh bangunan-bangunan baroque yang megah. karya-karya sastra yang gemilang lukisan-
lukisan dan sclupture yang sama sekali tidak mengisyaratkan kebobrokan keadaan pada saat
itu.
Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya reaksi dari kalangan seniman.
Mereka dengan tegas menyatakan perang terhadap seni dari masa lalu: Medieval, Classical,
Gothic, Art Nouveau, Romanticism, Impresionist. Berbagai penemuan baru dan inovasi
teknologi pada saat itu turut mendorong munculnya usaha-usaha untuk menggantikan seni
masa lalu dengan pencarian terhadap paradigma seni yang baru yang berdasarkan pada
tingkah laku dan perubahan zaman.
Pendiri Deutsche Werkbund pada tahun 1907 oleh arsitek Jerman, Hermann
Muthesius, memberikan kontribusi yang penting bagi konsep baru dalam desain industri,
yang sebenarnya berupaya meningkatkan kualitas fabrikasi industri Jerman dengan
memadukan Seni dan Industri.
Seiring dengan semangat Werkbund ini, muncul aliran-aliran baru yang berperan
penting dalam usaha mendefenisikan Arsitektur Baru yang melengkapi pendekatan yang
didefenisikan oleh Walter Gropius dan Bruno Taut.
Aliran-aliran tersebut diantarnya:
Cubisme, yang berkembang di Prancis pada tahun 1907
-
57
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
Merupakan gerakan artistik sebagai reaksi terhadap penggunaan seni bargambar oleh kaum
borjuis yang mengandung maksud - maksud politik. Aliran ini meningkatkan penggunaan
bentuk - bentuk abstrak yang bermaksud memurnikan seni, yang berpengaruh terhadap
sclupture, seni graphis, lukisan dan arsitektur
Futurism, berkembang di Italia pada tahun 1909 Merupakan gerakan dalam sastra yang mempengaruhi kelukisan, sclupture dan arsitektur.
Manifesto futuris ini secara puitis berusaha menggebrak dan melepaskan diri dari konsep-
konsep statis kuno demi dinamisme yang modern
Ekspresionisme, berkembang di Jerman pada tahun 1914 Merupakan usaha penarikan diri ke minat artistik yang bersifat emosional dan sangat
pribadi. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap keadaan Jerman yang hancur-hancuran
akibat perang. Merupakan gerakan dalam seni lukis, seni musik, sastra dan arsitektur.
B. Ekspresionisme secara umum
Seni dimana emosi merupakan pertimbangan yang dominan diklasifikasikan kedalam
ekspresionisme. Ekspresionisme memandang sesuatu kepada dunia yang mengungkapkan
emosi dan pernyataan-pernyataan secara psikologi dari pada memandang dunia sebagai
refleksi dari warna.
Para ekspresionis sadar sepenuhnya terhadap dunia nyata, tetapi menolak ide klasik
yang menganggap seni sebagai imitasi dari alam, mereka menggali kedalam alam pikiran,
spirit dan imajinasi. Mereka setuju dengan diktum Goethe bahwa perasaan adalah
segalannya.
Lukisan ekspresionisme lebih fokus kepada psikologi dari pada alam, melukiskan
dunia yang sukar dipahami dengan tehnik baru dan simbol-simbol baru, penggunaan warna -
warna yang bertentangan dan bentuk-bentuk yang tidak lazim. Dissonansi yang berdentum
pada musik ekspresionisme bermaksud untuk membangukan dari pada melenakan
pendengarnya dan sastra ekspresionisme bermaksud mengejutkan pembacanya dengan
pengungkapan pernyataan yang subjektif secara fisik maupun psikologi.
Untuk mengungkapkan reaksinya terhadap hal-hal fisik, psikologi dan spritual, para
ekspresionis mengubah dan memberi warna pada imajinasinya menurut perasaannya.
-
58
cineMa BuIldDiNg
E kspresionisme Disain dalam Arsitektur Nurul Hasanah ( 050406035 )
C. Sejarah
Bruno taut , pencetus teori Eksprsionisme berpendapat bahwa masyarakat yang baru
hanya akan dapat dicapai melalui kebangkitan kembali arsitektur dan seni bangunan yang
menawarkan sintesis kebudayaan dari setiap ilmu yang terlibat didalamnya.
Visi taut tentang reunifikasi seni dan arsitektur ini dilatar belakangi oleh Deutscher
Werkbund pada tahun 1907 yang dibawah komando pendirinya Herman Muthesius, berupaya
untuk mendekatkan seni di Jerman dengan industri yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas desain dan fabrikasi Jerman.
Visi Taut ini diwujudkan melalui sebuah kelompok yang disebut Arbeitsratfur Kunst
(or soviet for art). Ide-ide kelompok ini diwujudkan melalui sebuah jaringan surat menyurat
diantara anggota-anggotanya yang disebut Dieglaserne Kette atau Glass Chain. Diantaranya
termasuk Bruno taut, Walter Gpropius dan Han Scharoun.
Arsitek lainnya seperti Hans Poelzig melalui Grosse Schauspielhaus di Berlin, 1919,
dan Erich Mendelsohn melalui Einstein Tower di Postdam 1917-1921 secara tepat
mewujudkan ide ini ke prakteknya.