apakah kredit usaha rakyat (kur) berdampak pada kinerja

18
1 Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja Usaha?: Studi pada UMKM Makanan Ringan Di Kota Salatiga Rahayu Widiastuti ([email protected]) Maria Rio Rita ([email protected]) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Abstract The major main obstacle faced by small and medium sized enterprises (SMEs) is the limited amount of capital. The SMEs’ criteria, which are feasible and non bankable, make it difficult for them to acquire source of funding from a bank’s financial institution. However, government’s program of Kredit Usaha Rakyat (KUR) helps a business which is feasible but non bankable, to access funding resource from bank’s financial institution. This study examined 14 SMEs which producing snacks that use KUR as one of its funding sources. The purpose of this study was to find out the benefit acquired after using KUR by analyzing the number of production, selling omzet, and the profit gained in the business. The results showed that two out of 14 SMEs did not change in their business performance, both in the number of production and selling omzet. Generally, the number of production increased by 47%; while the selling omzet also increased up to 45% and the profit increased to 48% after using KUR. Keywords: SMEs, credit, business performance Saripati UMKM masih terkendala dengan terbatasnya modal dalam pengembangan usahanya. Kondisi UMKM yang feasible namun non bankable mengakibatkan usaha tersebut sulit untuk memperoleh sumber pendanaan dari lembaga keuangan bank. Namun dengan adanya program pemerintah yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR), diharapkan dapat membantu usaha yang feasible namun non bankable seperti UMKM ketika mengakses pendanaan dari perbankan. Dalam riset ini mengambil 14 UMKM yang memproduksi makanan ringan di kota Salatiga, dengan kriteria yang menggunakan KUR sebagai salah satu sumber pendanaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat setelah KUR dengan melihat perubahan jumlah produksi, omset penjualan, dan keuntungan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 usaha hanya dua usaha yang tidak mengalami perubahan jumlah produksi dan omzet penjualan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi meningkat sebesar 47%, omzet penjualan meningkat sebesar 45% dan keuntungan meningkat sebesar 48% setelah usaha tersebut menggunakan KUR. Kata kunci : UMKM, Kredit Usaha Rakyat (KUR), kinerja usaha

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

1

Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

Usaha?: Studi pada UMKM Makanan Ringan Di Kota Salatiga

Rahayu Widiastuti

([email protected])

Maria Rio Rita

([email protected])

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana

Abstract

The major main obstacle faced by small and medium sized enterprises (SMEs) is the limited

amount of capital. The SMEs’ criteria, which are feasible and non bankable, make it difficult for

them to acquire source of funding from a bank’s financial institution. However, government’s

program of Kredit Usaha Rakyat (KUR) helps a business which is feasible but non bankable, to

access funding resource from bank’s financial institution. This study examined 14 SMEs which

producing snacks that use KUR as one of its funding sources. The purpose of this study was to find

out the benefit acquired after using KUR by analyzing the number of production, selling omzet,

and the profit gained in the business. The results showed that two out of 14 SMEs did not change

in their business performance, both in the number of production and selling omzet. Generally, the

number of production increased by 47%; while the selling omzet also increased up to 45% and the

profit increased to 48% after using KUR.

Keywords: SMEs, credit, business performance

Saripati

UMKM masih terkendala dengan terbatasnya modal dalam pengembangan usahanya. Kondisi

UMKM yang feasible namun non bankable mengakibatkan usaha tersebut sulit untuk memperoleh

sumber pendanaan dari lembaga keuangan bank. Namun dengan adanya program pemerintah yaitu

Kredit Usaha Rakyat (KUR), diharapkan dapat membantu usaha yang feasible namun non

bankable seperti UMKM ketika mengakses pendanaan dari perbankan. Dalam riset ini mengambil

14 UMKM yang memproduksi makanan ringan di kota Salatiga, dengan kriteria yang

menggunakan KUR sebagai salah satu sumber pendanaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui manfaat setelah KUR dengan melihat perubahan jumlah produksi, omset penjualan,

dan keuntungan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 usaha hanya dua usaha yang

tidak mengalami perubahan jumlah produksi dan omzet penjualan. Secara umum dapat

disimpulkan bahwa jumlah produksi meningkat sebesar 47%, omzet penjualan meningkat sebesar

45% dan keuntungan meningkat sebesar 48% setelah usaha tersebut menggunakan KUR.

Kata kunci : UMKM, Kredit Usaha Rakyat (KUR), kinerja usaha

Page 2: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

2

1. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan pelaku bisnis yang bergerak

pada berbagai bidang usaha. UMKM menghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan

utama masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan

UMKM tahun 2013 menyatakan bahwa jumlah UMKM bertambah sebesar 2,41% dari tahun

sebelumnya tahun 2012 yaitu sebesar 56.534 juta unit usaha menjadi 57.895 juta unit usaha.

UMKM banyak memberikan kontribusi terhadap perkembangan perekonomian, dimana UMKM

mampu menyerap 114 juta tenaga kerja (Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013).

Sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada saat ini menjadi alasan utama bertambahnya

angka pengangguran. Lapangan kerja yang minim mendorong masyarakat untuk berpikir kreatif

untuk bisa menyambung hidup. Salah satunya dengan berwiraswasta dengan membuka usaha

kecil-kecilan. Industri makanan ringan memiliki peluang yang sangat menjanjikan karena makanan

ringan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan

maupun di pedesaan. Konsumsi makanan ringan diperkirakan akan terus meningkat, mengingat

makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Data BPS juga

menujukkan pertumbuhan produksi industri (year on year) triwulan 1 2013 UKM mengalami

kenaikan di industri makanan sebesar 10,76%. Ini merupakan indikator bahwa industri makanan

yang banyak dikerjakan UMKM memiliki potensi besar untuk dikembangkan (presidenri.go.id).

Dalam pengembangan UMKM masih terdapat kendala yang dihadapi diantaranya adalah

terbatasnya permodalan (Susilo, 2007). Berkaitan dengan masalah keterbatasan modal, UMKM

membutuhkan dukungan dari lembaga pembiayaan seperti perbankan. Namun, akses UMKM

untuk mendapatkan modal dari perbankan masih terbatas. Permasalahan ini terkait dengan profil

dari debitur-debitur usaha skala mikro yang kurang atau bahkan tidak bankable atau tidak

memenuhi persyaratan teknis perbankan (Susilo, 2010). Sehingga hal ini mempersulit usaha yang

masih kecil/baru, sebab tidak banyak UMKM yang mau memperhatikan kriteria bankable.

Akibatnya usaha-usaha yang layak (feasible) sulit untuk mendapatkan tambahan modal dari

perbankan. Dalam memberikan atau menyalurkan kredit, perbankan menerapkan prinsip kehati-

hatian dengan mempersyaratkan ketentuan “The five C of credit” (5C), yaitu character, capital,

collateral, capacity of repayment, dan condition of economic (Subandi, 2007). UMKM belum

mampu memenuhi kriteria dalam memberikan agunan rendah, sehingga belum cukup untuk

menjamin sejumlah kredit yang dibutuhkan (Susilo, 2010).

Untuk mengatasi masalah tersebut maka dirancang suatu mekanisme yang dapat menjadi

solusi, yaitu melalui suatu pola penjaminan kredit. Penjaminan kredit merupakan usaha jasa untuk

menutup sebagian dari potensi kerugian kepada yang meminjamkan atas suatu pinjaman bilamana

pinjaman tersebut tidak dibayar penuh (Biro Riset LM FEUI, 2012). Kredit Usaha Rakyat (KUR)

merupakan skema kredit baru yang diluncurkan oleh pemerintah pada tanggal 5 November 2007.

Program kredit ini bertujuan untuk membantu aksesibilitas kredit bagi UMKM yang

dikembangkan melalui kerjasama dengan beberapa bank komersil yang ditunjuk oleh pemerintah

Page 3: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

3

(Damayanti dan Adam, 2015). KUR diberikan kepada UMKM yang memiliki usaha layak

(feasible), namun belum bankable. Agunan pokok KUR adalah proyek yang dibiayai, sedangkan

agunan tambahan sebagian dicover oleh program penjaminan sebesar 80% dari plafon kredit untuk

sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan dan industri, dan 70% dari plafon kredit untuk

sektor lainnya (Peraturan Menteri Keuangan, 2008).

Menurut Sri Danujo ketua FEDEP kota Salatiga, menuturkan bahwa masalah permodalan

merupakan salah satu permasalah industri makan ringan di kota Salatiga (Suara Merdeka, 2012).

Usaha makanan ringan memang tidak memerlukan modal yang sangat besar, namun untuk bisa

memenuhi permintaan pasar yang tinggi usaha makanan ringan perlu dana tambahan yang

digunakan dalam pengembangan usaha. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat menjadi alternatif

sumber pendanaan eksternal untuk membantu UMKM dalam mengembangkan usaha. Dengan

skema yang memudahkan UMKM dalam memperoleh modal perbankan, diharapkan mampu

meningkatkan minat untuk mengakses modal perbankan sehingga permasalahan terbatasnya modal

dapat diatasi dan diharapkan nantinya akan mampu meningkatkan kinerja usaha. Berdasarkan latar

belakang tersebut, dapat dirumuskan persoalan penelitian sebagai berikut: Bagaimana kinerja

UMKM makanan ringan di Kota Salatiga sesudah menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR)?

Berdasarkan temuan terdahulu, memang masih terdapat inkonsistensi hasil yang

menyatakan bahwa penggunaan hutang dapat meningkatkan kinerja, namun bisa juga justru

memperburuk kinerja usaha (Campello, 2006; Phillips, 1995). Oleh sebab itu, fenomena ini

membuat peneliti tertarik untuk mendalami kondisi yang ada di UMKM khususnya sektor

makanan ringan yang berlokasi di Kota Salatiga Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk,

mengukur kinerja usaha melalui perubahan jumlah produksi, omzet penjualan dan keuntungan

UMKM makanan ringan di kota Salatiga sebelum dan sesudah menggunakan KUR.

2. Telaah Teoritis

2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah (UU UMKM) Pasal 1 angka (1), (2), dan (3), Usaha Mikro adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro sebagaimana diatur dalam UU UMKM. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UU UMKM.

Sedangkan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

Page 4: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

4

langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU UMKM.

Penggolongan kriteria UMKM diatur dalam UU UMKM Pasal 6 ayat (1), (2) dan

(3). Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta, tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta.

Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta – Rp 500 juta, tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300

juta- Rp 2,5 miliar. Sedangkan Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

500 juta–Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki

hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar–Rp 50 miliar.

Tabel 1.

Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Keterangan Kriteria

Aset Omset

Usaha Mikro Maks. Rp 50 juta Maks. Rp 500 juta

Usaha Kecil > Rp 50 juta-Rp 500 juta >Rp 500 juta-Rp 2,5 milyar

Usaha Menengah > Rp 500 juta-Rp 10 milyar >Rp 2,5 milyar-Rp 50 milyar

Sumber: www.denkop.go.id

2.2 Sumber Pendanaan

Ketika suatu bisnis membutuhkan pendanaan untuk menunjang kegiatan operasional

sehari-hari maupun untuk mendanai investasinya, dapat diupayakan sumber pendanaan dari

internal ataupun eksternal perusahaan. Pendanaan internal adalah sumber dana yang berasal dari

pemilik usaha perusahaan maupun dari laba yang telah diperoleh pada periode sebelumnya.

Sementara dana eksternal berasal dari luar kegiatan operasional perusahaan seperti hutang kepada

kreditur. Saat ini telah banyak tersedia berbagai sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh

pengusaha untuk merintis dan mengembangkan usahanya. Sumber eksternal dapat berasal dari

lembaga keuangan formal dan pinjaman dari lembaga keuangan informal (Kusumawardhana,

2008).

Lembaga keuangan formal meliputi lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan

bukan bank. Lembaga keuangan bank menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan selain

bank yang dalam kegiatannya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari

masyarakat dalam bentuk simpanan, yang meliputi perusahaan asuransi, dana pensiun, pasar

modal, leasing, modal ventura, pegadaian, serta perusahaan pembiayaan lainnya. Lembaga

keuangan informal adalah lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuangan namun tidak

berlandaskan kekuatan hukum. Lembaga-lembaga ini beroperasi di pedesaan atau masyarakat

kelompok bawah. Lazimnya lembaga keuangan informal ini menjembatani kebutuhan individu

yang susah mengakses lembaga pendanaan formal, akibat keterbatasan sumber daya yang

Page 5: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

5

dimilikinya. Sebagai contoh, kendala dalam kolateral yang umumnya disyaratkan oleh perbankan,

ketrampilan manajerial maupun persyaratan administrasi lainnya. Karakteristiknya meliputi

prosedur dan perjanjian peminjaman yang relatif lebih cepat, sederhana, dan berdasarkan

perjanjian lisan atau tertulis sederhana (Kusumawardhana, 2008).

2.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil

Menengah (UMKM) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas

penjaminan untuk usaha produktif dan layak (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam

pemenuhan persyaratan yang ditetapkan perbankan (non bankable) (Komite Kebijakan KUR,

2010). Dana yang disalurkan dalam program KUR sepenuhnya merupakan dana pihak ketiga milik

perbankan. Pemerintah hanya memberikan insentif dengan menjamin sebagian risiko kredit (70-80

persen) melalui lembaga penjaminan. Perusahaan penjaminan milik pemerintah seperti Jaminan

Kredit Indonesia (Jamkrindo), Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), berperan sebagai lembaga

penjamin KUR. Karena dana KUR merupakan dana milik perbankan, maka mekanisme dan

ketentuan penyaluran KUR ditentukan oleh bank pelaksana itu sendiri dengan prinsip-prinsip

kredit komersial. Bila terjadi kemacetan, bank dapat mengajukan klaim ke usaha penjamin yang

bersangkutan untuk kemudian digantikan sebesar 70-80 persen, sesuai sektor usaha debitur.

Tujuan Program KUR adalah untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor primer

dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap kredit dan

lembaga-lembaga keuangan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja.

Pada dasarnya, KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus

untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Perseorangan, kelompok atau

koperasi dapat mengakses program ini dengan kredit maksimum Rp 500 juta. Sumber dana berasal

dari bank yang ditunjuk dengan tingkat bunga maksimum 12 persen per tahun. Persentase kredit

yang dijamin adalah 70 persen dari alokasi total kredit yang disedikan oleh bank tersebut. Masa

pinjam kredit untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun untuk investasi (Komite

Kebijakan KUR, 2010).

Persyaratan yang dibutuhkan dalam pengajuan kredit usaha rakyat berdasarkan wawancara dengan

account officer (mantri) bank BRI unit Tingkir adalah sebagai berikut :

1. Fotocopy KTP dan KK

2. Fotocopy surat nikah (bagi yang sudah menikah)

3. Surat ijin usaha (SIUP, TDP, SITU, HO) atau keterangan usaha dari

keluarahan/kecamatan.

4. Fotocopy dokumen jaminan (sertifikat, BPKB kendaraan).

Setelah persyaratan administrasi terpenuhi, selanjutnya dilakukan BI cheking, untuk memastikan

debitur tidak sedang memiliki kredit produktif.

Page 6: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

6

Ketentuan umum mengajukan KUR dikutip dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah, terdiri dari tiga kriteria yaitu:

1. Mempunyai usaha yang produktif yang sudah berjalan minimal 6 bulan-2 tahun. Usaha

produktif adalah usaha untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memberikan nilai

tambah dan meningkatkan pendapatan pelaku usaha.

2. Usaha layak. Usaha layak adalah usaha calon debitur yang menguntungkan/memberikan

laba sehingga mampu membayar seluruh hutang bunga dan mengembalikan seluruh

hutang/kewajiban pokok kredit/pembiayaan dalam jangka waktu yang disepakati antara

bank pelaksana dengan debitur KUR.

3. Belum bankable, artinya UMKM yang belum dapat memenuhi persyaratan

perkreditan/pembiayaan dari bank pelaksana antara lain dalam hal penyediaan agunan dan

pemenuhan persyaratan perkreditan/pembiayaan yang sesuai dengan ketentuan bank

pelaksana.

2.4 Kinerja Usaha

Ketika pihak ekstrenal perusahaan hendak mengetahui bahkan menilai performa suatu

organisasi, maka dibutuhkan proksi untuk itu. Kinerja usaha secara umum merupakan tolak ukur

tingkat keberhasilan dan perkembangan usaha (Jeening dan Beaver, 1997). Ada berbagai aspek

yang bisa dipakai untuk menunjukkan kinerja suatu bisnis. Keberhasilan tersebut dapat diukur

melalui pengembalian investasi, pertumbuhan volume penjualan, laba dan tenaga kerja yang

dilakukan untuk mengetahui kinerja usaha. Alasadi dan Abdelrahim (2007) menyatakan kinerja

pada UKM dapat dilihat dari kepuasan pemilik/manajer atas profit, omzet, titik balik modal (Break

Event Point), dan pengembangan usaha. Sementara Balboa, et al (2011) melihat keberhasilan

usaha dari nilai tambah (value added) yang dihasilkan perusahaan. Mallick & Yang (2011)

memproksikan kinerja usaha melalui peningkatan profitabilitas dan produktivitas usaha.

Dalam riset ini hanya menggunakan tiga variabel yang digunakan untuk mengukur

kinerja UMKM, karena usaha yang diteliti berskala mikro dan tidak memiliki catatan keuangan

sehingga sulit untuk mengukur kinerja dilihat dari pengembalian investasi. Variabel jumlah tenaga

kerja tidak digunakan untuk mengukur kinerja usaha karena dalam usaha mikro pengusaha

berperan langsung menjadi tenaga kerja, selain itu hanya mempekerjakan kerabat/keluarga.

Dalam penelitian ini hanya digunakan tiga variabel untuk mengukur kinerja usaha

UMKM, yaitu:

1. Jumlah produksi, dimana proses produksi merupakan kegiatan yang saling berkaitan untuk

menambah nilai kegunaan sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia

(Sukanto, 2004;3).

2. Omzet penjualan menurut KBBI adalah jumlah uang yang diterima dari aktifitas usaha

yang dijalankan selama suatu masa jual. Chaniago (2002) mendefinisikan omzet penjualan

adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjualan barang/jasa dalam

kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh.

Page 7: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

7

3. Keuntungan, keuntungan dapat diketahui dengan cara menghitung total penjualan dikurangi

total biaya produksi. Satuan untuk mengukur keuntungan tersebut ditetapkan dalam bentuk

nominal rupiah dalam setiap bulannya (Retnadi, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2006), menyatakan bahwa pemberian

kredit bagi UMKM berpengaruh positif terhadap volume usaha, kredit yang diterima UMKM

sebagian besar digunakan untuk pembelian bahan baku dan peralatan. Dengan meningkatnya

volume usaha akan berpengaruh pada meningkatnya produksi barang dan jasa yang berarti

meningkatkan kinerja usaha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inayah et al. (2014) yaitu

kredit yang diterima oleh UKM berpengaruh positif terhadap pendapatan UKM. Penelitian

lainnya yang dilakukan oleh Anggraini (2013) dan Purnamayanti et al. (2014) memperoleh

hasil bahwa pemberian modal KUR berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha. Kredit

modal kerja akan menambah modal yang dimiliki oleh UMKM. Dengan tambahan modal

yang diberikan untuk UMKM maka pendapatan yang diperoleh akan semakin bertambah,

karena dapat memproduksi barang dan menyerap tenaga kerja lebih banyak. Penelitian Widyaresti

dan Setiawan (2012) meneliti tentang peranan KUR yang diukur dengan variabel modal, produksi,

omzet penjualan, keuntungan menyatakan bahwa kur yang diberikan berpengaruh terhadap

peningkatan produksi, omzet dan keuntungan.

3.Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian yaitu seluruh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

yang memproduksi makanan ringan yang berada di kota Salatiga. Data yang diperoleh dari

Cemsed (2013), menunjukkan UMKM kelompok tersebut berjumlah 273 usaha. Metode penetapan

sampel yaitu non-probabilitas sampling yang tergolong jenis purposive sampling. Adapun kriteria

yang digunakan peneliti yaitu UMKM makanan ringan di kota Salatiga yang pernah atau yang

masih menggunakan dana KUR ketika penelitian ini dilaksanakan. Berdasarkan kriteria tersebut,

maka diperoleh sampel sebanyak 14 UMKM makanan ringan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

makanan ringan di Salatiga. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan tentang profil responden,

besar KUR, pengunaan KUR, serta perubahan jumlah produksi, omzet penjualan, dan keuntungan

sebelum dan setelah menggunakan KUR. Data sekunder yaitu jumlah data UMKM makanan

ringan di Salatiga serta alamat tempat usaha. (CEMSED, 2013).

3.3 Pengukuran Variabel

Page 8: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

8

Kuesioner mengenai penggunaan sumber dana eksternal berupa Kredit Usaha Rakyat

(KUR). Serta kinerja usaha Sesudah menggunakan sumber dana Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Kinerja usaha diukur dengan perubahan jumlah produksi, omzet penjualan, dan keuntungan.

Jumlah produksi dalam penelitian ini adalah produksi makanan ringan yang dihitung berdasarkan

jumlah makanan ringan yang dihasilkan dalam satu bulan dengan satuan kilogram (kg). Omzet

penjualan adalah hasil produksi makanan ringan yang terjual dikali dengan harga makanan ringan

dalam satu bulan dengan satuan rupiah (Rp). Keuntungan adalah selisih dari penjualan dikurangi

dengan biaya dalam satu bulan dengan satuan rupiah (Rp). Responden diminta untuk mengisi

jumlah produksi, omzet penjualan, dan keuntungan sebelum dan setelah menggunakan sumber

dana dari KUR.

3.4 Prosedur Penelitian

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pengusaha

makanan ringan di kota Salatiga. Pengumpulan data dilakukan selama empat minggu yaitu pada

tanggal 2-30 Mei 2016. Peneliti mengunjungi sebanyak 35 usaha makanan ringan yang berada di

kota Salatiga, jumlah 35 usaha makanan berdasarkan data yang diperoleh dari CEMSED sebanyak

16 usaha, rekomendasi teman dan saudara peneliti sebanyak 11 usaha, dan on the spot saat di

lapangan sebanyak 8 usaha.

Dalam pengisian kuesioner penelitian, peneliti melakukan wawancara kepada responden,

dikarenakan responden tidak bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian secara mandiri. Peneliti

menemui kendala dalam mengumpulkan data karena belum adanya data UMKM makanan ringan

yang menggunakan KUR sebagai salah satu sumber pendanaan, sehingga peneliti harus

menanyakan langsung kepada responden. Dalam proses pengumpulan data, sebagian responden

ramah dan terbuka untuk memberikan data yang diperlukan peneliti.

Setelah data diperoleh, peneliti mengolah dan menganalisis data. Dari 35 usaha hanya 14

usaha yang dianalisis oleh peneliti, yaitu usaha yang salah satu sumber pendanaan berupa KUR.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif,

dimana peneliti menjelaskan fakta riil di lapangan berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh.

Page 9: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

9

4. Analisis Data

Dari 35 usaha makanan ringan yang dikunjungi oleh peneliti terdapat 30 usaha yang

menggunakan sumber dana eksternal, dan sisanya sebanyak lima (5) usaha tidak menggunakan

sumber dana eksternal karena sumber pendanaan seluruhnya dari sumber dana internal. Gambaran

sumber dana eksternal yang digunakan oleh 30 UMKM makanan ringan di Salatiga dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 2

Sumber Dana Eksternal yang Digunakan

Ket. Bank

Koperasi BPR Kerabat Rentenir Total

KUR Bukan KUR

Jumlah 14 5 4 4 2 1 30

Presentase 47% 17% 13% 13% 7% 3% 100%

Sumber: Data Primer diolah, 2016

Sebanyak 19 usaha yang menggunakan sumber dana eksternal yang berasal dari bank.

Sebanyak 14 usaha menggunakan sumber dana berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan lima

sisanya meminjam di bank selain KUR berupa Kredit Modal Kerja. Penggunaan bank sebagai

sumber pendanaan eksternal menunjukkan bahwa aksesibilitas sumber pendanaan ke lembaga

formal sudah tidak serumit dulu, sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan Kredit Usaha Rakyat

(KUR) yang membantu UMKM untuk memperoleh sumber pendanaan dengan persyaratan yang

lebih mudah dan bunga yang lebih rendah.

Kemudian pengusaha yang memilih sumber dana eksternal koperasi dan BPR sebanyak

empat usaha. Sumber dana eksternal tersebut dipilih karena jumlah pinjaman yang tidak begitu

besar serta prosedur yang cepat.Terdapat dua usaha atau (7%) yang memperoleh sumber dana

eksternal dari pinjaman kerabat, pinjaman kerabat dipilih karena jumlah pinjaman yang tidak

terlalu besar, dan digunakan untuk menutupi biaya produksi. Masih terdapat satu usaha (3%) yang

menggunakan sumber dana dari bank “titil” atau rentenir, sebagai salah satu sumber

pendanaannya. Meskipun dibebankan bunga yang lebih tinggi, rentenir dipilih karena cepat dan

mudah, serta praktis. Selain itu pengusaha tersebut beranggapan bahwa melakukan pinjaman

melalui sumber pendanaan formal seperti bank itu rumit dan sulit.

4.1 Karakteristik Usaha

Gambaran umum usaha terdiri dari skala usaha, lama usaha, dan jenis usaha. Analisis

karakteristik responden digunakan sebagai informasi untuk menunjang hasil penelitian dan

selengkapnya dapat dipaparkan padal tabel 3 berikut

Tabel 3

Karakteristik Usaha Industri Makanan Ringan Salatiga Pengguna KUR

Karakteristik Jumlah Presentase

Page 10: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

10

Skala Usaha

Mikro 14 100%

Kecil - -

Menengah - -

Lama Usaha

0-5 tahun 5 36%

>6-15 tahun 7 50%

>15 tahun 2 14%

Total 14 100%

Jenis Usaha

Krupuk 3 21%

Roti dan Kue 5 36%

Aneka Snack 6 43%

Total 14 100%

Sumber: Data primer diolah, 2016

Keseluruhan usaha makanan ringan yang diteliti adalah berskala mikro, dilihat dari

jumlah omzet/tahun yang tidak lebih dari Rp. 500 juta. Usaha dengan lama usaha antara 6-15

tahun merupakan yang paling banyak menggunakan KUR yaitu sebanyak tujuh pengusaha (50%).

Lama usaha antara 6-15 tahun masih baru berkembang sehingga memerlukan modal untuk

pengembanan usaha, memperluas pasar, dan aktualisasi produk. Dari jenis usaha makanan ringan

yang dijalankan didominasi dengan usaha roti dan kue sebanyak aneka snack (43%).

Besaran jumlah kredit yang diambil oleh responden dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4

Besar Kredit Usaha Rakyat

Jumlah Pinjaman Jumlah Presentase

1,000,000-10,000,000 3 21%

>10,000,000-20,000,000 4 29%

≥20,000,000 7 50%

Total 14 100%

Sumber: Data primer diolah, 2016

Besar kredit Rp. 20.000.000 keatas paling banyak diambil oleh responden yaitu sebesar

50% hal ini disebabkan karena para responden memaksimalkan plafon KUR yang tersedia yaitu

sebesar Rp. 25.000.000 untuk kredit mikro. Dengan lama pinjaman berkisar antara 1-3 tahun, serta

dalam melakukan pinjaman digunakan agunan tambahan berupa BPKB kendaraan, dan sertifikat

tanah.

Sumber dana KUR yang diperoleh dapat digunakan untuk kegiatan usaha dalam satu

siklus usaha seperti modal kerja atau investasi jangka panjang untuk pembelian aset. Berikut

uraian alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Alokasi Penggunaan KUR

Penggunaan KUR Jumlah Presentase

Membeli Peralatan 8 57%

Page 11: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

11

Renovasi 4 29%

Membeli bahan baku 2 14%

Total 14 100%

Sumber: Data primer diolah, 2016

Penggunaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) mayoritas digunakan untuk membeli peralatan

untuk mempermudah proses produksi serta menunjang kegiatan produksi sebanyak 57%.

Penggunaan lainnya sebanyak 29% untuk merenovasi tempat produksi. Renovasi tempat produksi

diperlukan karena tempat produksi yang sebelumnya kurang luas untuk melakukan kegiatan

produksi. Sisanya sebanyak 14% menggunakan KUR untuk membeli bahan baku, karena

memerlukan dana lebih untuk membeli bahan baku yang memiliki kualitas baik. Alokasi

penggunaan KUR digunakan untuk kegiatan produktif yaitu untuk pengembangan usaha. Hal

serupa juga diungkap oleh Felna dan Pratomo (2013) serta Sofwan (2012).

4.2 Kinerja Usaha Sesudah Menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Pemanfaatan sumber dana eksternal berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk

pengembangan usaha, berdampak pada perubahan jumlah produksi, omzet dan keuntungan.

Perubahan jumlah produksi, omzet penjualan dan keuntungan dapat diuraikan pada tabel 6 berikut.

Tabel 6

Kinerja Usaha Sebelum dan Sesudah Menggunakan KUR

Ket. Produksi (kg) Omzet (Rp) Keuntungan (Rp)

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Min 120 192 4.200.000 4.800.000 960.000 1.200.000

Max 720 960 19.200.000 28.800.000 5.760.000 8.640.000

Average 330 501 9.340.000 13.569.286 2.599.286 3.852.750

Sumber: Data Primer diolah, 2016

Sebelum menggunakan KUR kemampuan produksi UMKM makanan ringan hanya

mampu memproduksi paling sedikit 120kg per/bulan dan paling banyak 720kg/bulan, dengan rata-

rata jumlah produksi keseluruhan sebesar 330kg/bulan. Terjadi perubahan jumlah produksi

Sesudah menggunakan KUR dimana produksi paling sedikit meningkat menjadi 192kg/bulan dan

jumlah produksi paling banyak meningkat menjadi 960kg/bulan, dengan rata-rata jumlah produksi

keseluruhan meningkat menjadi 501kg/bulan atau meningkat 47%.

Sebelum menggunakan KUR omzet penjualan UMKM makanan ringan hanya mampu

memperoleh penjualan paling sedikit Rp 4.200.000 /bulan dan paling banyak Rp

19.200.000/bulan, dengan rata-rata keseluruhan sebesar Rp 9.340.000/bulan. Terjadi perubahan

omzet penjualan Sesudah menggunakan KUR dimana penjualan paling sedikit meningkat menjadi

Rp 4.800.000/bulan dan paling banyak meningkat menjadi Rp 28.800.000/bulan, dengan rata-rata

keseluruhan meningkat menjadi Rp 13.569.286/bulan atau meningkat 45%.

Page 12: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

12

Sebelum menggunakan KUR keuntungan UMKM makanan ringan hanya mampu

memperoleh keuntungan paling sedikit Rp 960.000/bulan dan paling banyak Rp 5.760.000/bulan,

dengan rata-rata keseluruhan sebesar Rp 2.599.286/bulan. Terjadi perubahan keuntungan Sesudah

menggunakan KUR dimana keuntungan paling sedikit meningkat menjadi Rp 1.200.000/bulan dan

yang paling banyak meningkat menjadi Rp 8.640.000/bulan, dengan rata-rata keseluruhan

meningkat menjadi Rp 3.852.750 /bulan atau meningkat 48%.

4.3 Analisis Perubahan Jumlah Produksi, Omzet penjualan, dan Keuntungan

Gambar 1

Perubahan Jumlah Produksi Sesudah KUR

Gambar 1 secara umum menunjukkan terjadi peningkatan jumlah produksi sesudah

menggunakan KUR. Sebanyak 84% (12 usaha) mengalami peningkatan jumlah produksi

dikarenakan penggunaan KUR yang efektif oleh pengusaha. Dana KUR yang diperoleh digunakan

maksimal untuk pengembangan usaha dengan membeli peralatan pokok usaha seperti alat adonan

kue, kompor, oven maupun peralatan penujang aktivitas produksi seperti timbangan, sealing.

Selain digunakan untuk membeli peralatan produksi dana KUR juga digunakan untuk merenovasi

tempat usaha, karena dengan bertambahnya jumlah produksi diperlukan juga tempat yang lebih

luas dan sesuai standar agar dapat memperoleh ijin P-IRT.

Terdapat 16% (2 usaha) yang tidak mengalami perubahan jumlah produksi dengan

adanya KUR. Responden pertama tidak mengalami perubahan dikarenakan melakukan produksi

ketika menerima pesanan dari pelanggan, dan cenderung jumlah produksi sama. Sedangkan

responden kelima membatasi kegiatan produksi dalam satu bulannya, dikarenakan terbatasnya

tenaga kerja yang dimiliki. Pengusaha hanya mempekerjakan kerabat atau keluarga dan belum

mau untuk mempekerjakan tenaga kerja dari luar dengan alasan belum siap untuk memberi

kepercayaan terhadap orang luar.

0

1000

2000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Ju

mla

h

Pro

du

ksi

UMKM Makanan Ringan Salatiga

Jumlah Produksi

Sebelum

Sesudah

Page 13: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

13

Gambar 2

Perubahan Omzet Penjualan Setelah Menggunakan KUR

Gambar 2 secara umum menunjukkan terjadi peningkatan omzet penjualan Sesudah

menggunakan KUR. Terdapat 12 usaha atau 84% usaha yang mengalami peningkatan omzet

penjualan, rata-rata peningkatan omzet penjualan sebesar Rp sebesar 45%. Peningkatan omzet

penjualan disebabkan karena jumlah produksi yang meningkat, selain itu pengusaha berani

menerima order dari pelanggan baru karena jumlah produksi yang mencukupi, karena sebelumnya

beberapa pengusaha membatasi pesanan karena kemampuan produksi yang terbatas.

Terdapat dua usaha (16%) yaitu responden pertama dan kelima yang tidak mengalami

perubahan omzet penjualan Sesudah KUR, hal ini disebabkan karena jumlah produksi yang tidak

meningkat sehingga tidak mempengaruhi omzet penjualan.

Gambar 3

Perubahan Keuntungan Sesudah KUR

Gambar 3 diatas menunjukkan kecenderungan UMKM mengalami perubahan keuntungan

Sesudah menggunakan KUR. Sebanyak 13 usaha (92%) mengalami peningkatan keuntungan, rata-

rata peningkatan keuntungan sebesar 48% dari sebelumnya ±Rp 2.599.286 menjadi ±Rp 3.852.750

tiap bulannya. Tiap pengusaha mengambil keuntungan berkisar 20%-30% dari penjualan.

Sebelumnya responden pertama tidak mengalami perubahan jumlah produksi serta omzet

penjualan, namun pada keuntungan mengalami peningkatan dikarenakan dana KUR digunakan

untuk membeli bahan baku dalam jumlah besar, sehingga dapat mengurangi biaya serta menambah

margin keuntungan. Sedangkan responden kelima tetap tidak mengalami perubahan karena jumlah

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

1 3 5 7 9 11 13Om

zet

Pen

jua

lan

(Rp

)

UMKM Makanan Ringan Salatiga

Omzet Penjualan

Sebelum

Sesudah

-

5,000,000

10,000,000

1 3 5 7 9 11 13Keu

ntu

ng

an

(Rp

)

UMKM Makanan Ringan Salatiga

Keuntungan

Sebelum

Sesudah

Page 14: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

14

produksi yang dibatasi, dana KUR yang diperoleh digunakan untuk membeli peralatan produksi

untuk mempermudah proses produksi.

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai komparasi kinerja UMKM makanan ringan di kota

Salatiga sebelum dan setelah menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat disimpulkan bahwa

penggunaan KUR digunakan untuk tujuan pengembangan usaha, serta meningkatkan pendapatan

bersih usaha. Secara rinci akan dipaparkan ringkasan hasil riset ini:

1. Kinerja usaha yang diukur dari perubahan jumlah produksi mengalami peningkatan

sebesar 47% Sesudah menggunakan KUR. Peningkatan terjadi karena penggunaan dana

KUR untuk pengembangan usaha seperti membeli peralatan produksi, perluasan tempat

usaha dan membeli bahan baku.

2. Kinerja usaha yang diukur dari perubahan omzet penjualan mengalami peningkatan

sebesar 45% Sesudah menggunakan KUR. Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya

jumlah produksi mengakibatkan omzet penjualan mengalami kenaikan, selain itu

pengusaha mulai berani untuk menerima order dari pelanggan baru dikarenakan jumlah

produksi yang mencukupi.

3. Kinerja usaha yang diukur dari perubahan keuntungan mengalami peningkatan sebesar

48% Sesudah menggunakan KUR. Peningkatan ini terjadi karena omzet penjualan yang

meningkat mengakibatkan meningkatnya keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha.

5.2 Implikasi Terapan

Program KUR yang dikucurkan dari pemerintah ini bisa menjadi pertimbangan bagi

pengusaha UMKM ketika hendak mengakses sumber pendanaan bagi usahanya. Program KUR ini

memiliki kemudahan dalam hal persyaratan dan bunga yang relatif rendah bagi pengusaha kecil.

Pengusaha mampu menentukan jenis kredit yang tepat, sehingga dana yang diperoleh dapat

digunakan sesuai kebutuhan. Saran untuk bank selaku lembaga yang memberikan dana adalah,

melakukan monitoring penyaluran KUR, serta penggunaan KUR dengan tepat, sehingga KUR

tidak digunakan di luar kegiatan usaha.

5.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran

Penelitian ini masih ditemukan keterbatasan yaitu banyaknya responden pengusaha

UMKM yang belum memiliki catatan keuangan yaitu sebanyak 11 usaha atau sebesar 78%,

sehingga dalam mengisi kuesioner cenderung menggunakan taksiran atau self assessment. Selain

itu penelitian ini berfokus pada perubahan kinerja usaha sebelum dan sesudah menggunakan KUR,

tanpa memberikan batasan waktu dalam pengukuran kinerja sehingga kemungkinan kenaikan

kinerja tidak hanya dipengaruhi KUR saja. Saran untuk penelitian mendatang, untuk

menambahkan batasan waktu dalam pengukuran kinerja usaha, serta menambahkan kriteria

Page 15: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

15

UMKM yang memiliki catatan keuangan sehingga jawaban yang diberikan bukan taksiran atau

estimasi.

Daftar Pustaka

Alasadi, R., & Abdelrahim, A. 2007. Critical Analysis And Modeling of Small Business

Performance (Case Study: Syria). Journal of ASIA Entrepreneurship and Sustainability.

Vol.2 No.2: 1-22

Anggraini, D., & Nasution, S. H. 2013. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Pengembangan

UMKM di Kota Medan (Studi Kasus BRI). Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol.1 No.3:

105-116.

Balboaa, M., Martı, J., Zieling, N. 2011. Impact of funding and value added on Spanish venture

capital-backed firm. Innovation-The European Journal of Social Science Research Vol.

24, No. 4, December:449-466.

Biro Riset LM FEUI. 2012. Analisis Bisnis Penjaminan Kredit: Sekilas Tinjauan Pasar

Internasional BUMN JAMKRINDO. Available at http://www.lmfeui.com/.

Campello, M. 2006. Debt financing: Does it boost or hurt firm performance in product markets?.

Journal of Financial Economics 82: 135–172.

CEMSED. 2013. Pendataan dan Profil Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Salatiga.

Chaniago. 2002. Strategi Memajukan Usaha Kecil dan Menegah. Jakarta: Balai Pustaka.

Damayanti, M., dan Adam, L. 2015. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai Alat Pendorong

Pengembangan UMKM di Indonesia. Working Paper. TNP2K.

Felna, T. A., dan Pratomo, W. A. 2013. Analisis Permintaan Kredit Pada Usaha Mikro dan Kecil

Medan Johor. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol.1 No.2: 30-40.

Inayah, N., Kirya, I. K., & Suwendra, I. W. 2014. Pengaruh Kredit Modal Kerja Terhadap

Pendapatan Bersih Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Sektor Formal. e-Journal Bisma

Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2 No.1: 1-8.

Jenning, P., dan Beaver, G. 1997. The Performance and Competitive Advantage of Small Firms: A

Management Perspective. International Small Business Journal. Vol. 15 No. 2: 63-75.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013. Statistik Usaha Kecil dan Menengah

Tahun 2012-2013. Available at http://www.depkop.go.id.

Komite Kebijakan KUR. 2010. Kumpulan Peraturan Terbaru Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Kusumawardhana. Edi S. 2008. Pengaruh Karakteristik Pengusaha UKM Terhadap Pengambilan

Keputusan Sumber Pendanaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen

Satya Wacana.

Mallick, S., Yang, Y. 2011. Sources of Financing, Profitability and Productivity: First Evidence

from Matched Firms. Financial Markets, Institutions and Instruments Vol 20 No 5: 221-

252

Page 16: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

16

Mulyono. 2006. Kajian Dampak Program Perkreditan dan Perkuatan Permodalan Usaha Kecil

Menengah Terhadap Perekonomian Daerah. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM. No.

1: 59-71.

Nugroho, A. A., 2010. Analisis Pengaruh Karakteristik Demografi dan Faktor Ekonomi Terhadap

Pemilihan Sumber Pendanaan Usaha Angkutan Kota Salatiga. Skripsi. Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

Peraturan Menteri Keuangan. 2008. Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. Jakarta.

Presidenri.go.id. Potensi Besar UKM Indutri Makanan-Minuman. http://presidenri.go.id/topik-

aktual/potensi-besar-ukm-industri-makanan-minuman.html (diakses pada 11 Juni 2016).

Retnadi, D. 2008. Kredit Usaha Rakyat, Harapan dan Tantangan. Economics Review. No. 212: 1-

10.

Peraturan Menteri Keuangan. 2008. Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. Jakarta.

Phillips, G., 1995. Increased debt and industry product markets: an empirical analysis. Journal

of Financial Economics 37: 189–238.

Purnamayanti, N. W., Suwendra, I. W., dan Yuliathini, N. N. 2014. Pengaruh Pemberian

Kredit dan Modal Kerja Terhadap Pendapatan UKM. E-Journal Bisma Universitas

Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen. Vol. 2 No.1 : 1-9.

Subandi, S. 2007. Potensi Pengembangan Permodalan UMKM dari Pinjaman Perbankan. Infokop,

Vol. 15 No. 2: 1-12.

Sukanto, R. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.

Susilo, Y. S. 2007. Masalah dan Dinamika Usaha Kecil: Studi Empiris Pedagang “Klithikan” di

Alun-alun Selatan. Jurnal Ekonomi.Vol.12 No.1: 64-77.

Susilo, Y. S. 2010. Peran Perbankan Dalam Pembiayaan UMKM di Provinsi DIY. Jurnal

Keuangan dan Perbankan. Vol.14 No.3: 467-478

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas undang-undang Nomor 7 tahun 1992

Tentang Perbankan. Jakarta. Available at http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_10_98.htm.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Jakarta.

Available at http://www.bi.go.id/tentang-bi/uu-

bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf

Wijayanto, W. 2012. Pesanan Snack Salatiga “Saga” Mulai Meningkat.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/02/12/109347/Pesanan-

Snack-Saga-Mulai-Meningkat (diakses 28 Juli 2016).

Widyaresti, E. P., dan Setiawan, A. H. 2012. Analisis Peran BRI Unit Ketandan dalam Pemberian

Kredit Usaha Rakyat bagi Pengusaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Ngawen Kabupaten

Klaten. Diponegoro Journal of Economics. Vol.1 No.2: 1-11.

Page 17: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

17

Lampiran 1: Kuesioner

A. Bagian Pertama

Profil Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Lama Usaha :

6. Jenis Usaha :

B. Bagian Kedua

Karakteristik Usaha

Petunjuk :

Pertanyaan ini berkaitan dengan usaha saudara. Saudara dimohon untuk mengungkapkan

sejauh mana kesetujuan dan ketidak setujuan saudara terhadap masing-masing pertanyaan tersebut

dengan cara memberikan tanda (√) pada salah satu pilihan jawaban yang telah disediakan di bawah

dari setiap pertanyaan.

Berikut pertanyaan yang diajukan kepada saudara:

I. Modal

1. Dari mana sumber modal usaha diperoleh?

(dapat dipilih lebih dari satu)

Internal Eksternal

a. Modal sendiri ( ) a. Kredit Usaha Rakyat ( )

b. Bank ( )

c. Pinjam kerabat ( )

d. Koperasi Simpan Pinjam ( )

e. BPR ( )

Alasan Menggunakan Dana Eksternal

a. Prosedur mudah

b. Tingkat suku bunga

c. Jaminan

d. Kecepatan uang “cair”

2. Berapa proporsi/jumlah dana yang digunakan selama usaha?

Internal %.........

Eksternal %.........

Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Page 18: Apakah Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berdampak pada Kinerja

18

3. Besarnya kredit yang diambil

Rp. 1.000.000 - Rp 10.000.000 ( )

Rp 11.000.000 - Rp 20.000.000 ( )

Rp 20.000.000 keatas ( )

4. Dalam mengajukan pinjaman agunan yang digunakan berupa :

(dapat dipilih lebih dari satu)

a. Aset Produksi ( )

b. Sertifikat Tanah ( )

c. BPKB Kendaraan ( )

d. Tanpa Jaminan ( )

e. Lain - lain (sebutkan)……

II. Produksi

Bagaimana perubahan jumlah produksi sesudah menggunakan KUR?

a. Meningkat b. Sama c. Turun

Sebelum Sesudah

Produksi

Alasan …….

III. Omzet Penjualan

Bagaimana perubahan omzet penjualan sesudah menggunakan KUR?

a. Meningkat b. Sama c. Turun

Sebelum Sesudah

Omzet Penjualan

…….

IV. Keuntungan

Bagaimana perubahan omzet penjualan sesudah menggunakan KUR?

a. Meningkat b. Sama c. Turun

Sebelum Sesudah

Keuntungan

Alasan ……..