analisis faktor produksi industri kecil …eprints.undip.ac.id/26544/1/jurnal.pdf · produksi pada...

21
ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL KERUPUK KABUPATEN KENDAL Disusun oleh : Lisnawati Iryadini Dosen Pembimbing : Prof. Dr. FX Sugiyanto, MS ABSTRACT Crisply that has been one of the Kendal’s special characteristics revealed less to inflate, whether the proccess of productions or the region of the markets. This research is purposed to analyse the stage of crisply productions in Kendal, and how much variables that was used in this research (capital input, labour input, and materials input) influenced the output of the crisply. This research had done by survey towards all of crisply producers in Kendal who made crisply from tapioca, and analysed by regression. The model that was used in this research is production function model by Cobb Douglas. The results of regression was tested by hypothesis test (F test and t test) and classical asumptions deviation (multicolinearity test, heteroscadasticity test, autocorrelation test, and normality test). Results of this research shows that all of the independent variables that are capital, labour, and materials input have positive influence towards the dependent variable (output of crisply production), with each coefficient regression are 0,010 for capital, 0,018 for labour, and 0,988 for materials input. Notwithstanding just the materials input variable that significant towards output of crisply production. This is because the number of materials that was used in production resulted the crisply almost at the same number. By F test, all of variable independen influenced significantly towards output of crisply production. And the result from classical asumptions deviation, regression model that was used excused from that.

Upload: vuongmien

Post on 05-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI

KECIL KERUPUK KABUPATEN KENDAL Disusun oleh : Lisnawati Iryadini

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. FX Sugiyanto, MS

ABSTRACT

Crisply that has been one of the Kendal’s special characteristics revealed less

to inflate, whether the proccess of productions or the region of the markets. This

research is purposed to analyse the stage of crisply productions in Kendal, and how

much variables that was used in this research (capital input, labour input, and

materials input) influenced the output of the crisply.

This research had done by survey towards all of crisply producers in Kendal who

made crisply from tapioca, and analysed by regression. The model that was used in

this research is production function model by Cobb Douglas. The results of

regression was tested by hypothesis test (F test and t test) and classical asumptions

deviation (multicolinearity test, heteroscadasticity test, autocorrelation test, and

normality test).

Results of this research shows that all of the independent variables that are

capital, labour, and materials input have positive influence towards the dependent

variable (output of crisply production), with each coefficient regression are 0,010 for

capital, 0,018 for labour, and 0,988 for materials input. Notwithstanding just the

materials input variable that significant towards output of crisply production. This is

because the number of materials that was used in production resulted the crisply

almost at the same number. By F test, all of variable independen influenced

significantly towards output of crisply production. And the result from classical

asumptions deviation, regression model that was used excused from that.

Page 2: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor industri dan perdagangan dikembangkan sebagai penggerak utama

dalam perekonomian dan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam menjawab

tantangan pemulihan perekonomian nasional. Di Provinsi Jawa Tengah, sektor

industri pengolahan selalu menyumbangkan di atas 30 persen dari perolehan total

PDRB, paling tinggi dibanding dengan sektor lain. Pada 2004-2008, rata-rata

pertumbuhan sektor industri 4,86% per tahun.

Sektor industri juga berkembang di wilayah Kabupaten di Jawa Tengah, salah

satunya Kabupaten Kendal. Data Badan Pusat Statistik tahun 2004-2008

menyebutkan bahwa sektor industri mempunyai kontribusi paling besar yaitu sebesar

39,75 persen dari perolehan PDRB Kabupaten Kendal dalam kurun waktu 2004-

2008.

Dari tahun 2004-2008 pertumbuhan PDRB dari sektor industri terus

meningkat dibanding sektor yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri di

Kabupaten Kendal sangat berpotensi untuk terus dikembangkan.

Page 3: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Kendal Tahun 2004 - 2008

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007* 2008** Pertanian 1.027.499,92 1.027.715,11 1.079.943,19 1.083.120,25 1.137.371,04 Pertambangn dan Penggalian 37.149,42 38.626,20 42.347,62 48.050,97 55.081,61 Industri Pengolahan 1.641.119,86 1.716.524,18 1.756.426,89 1.859.317,25 1.895.004,66 Listrik, Gas & Air Bersih 44.680,42 45.258,31 48.121,20 56.192,13 57.989,49 Bangunan dan Konstruksi 124.340,62 117.456,49 128.521,63 132.000,26 134.780,38 Perdagangan, Hotel, Restoran 759.013,36 787.108,37 809.708,78 846.327,58 869.201,40 Pengangkutan dan Komunikasi 98.496,78 101.510,10 106.325,91 118.060,40 128.297,93 Keuangan, Persewaan, & jasa Perusahaan 100.996,97 106.959,14 112.158,19 117.828,73 127.187,48 Jasa-jasa/Services 334.328,84 336.447,63 350.854,76 364.558,01 401.909,53

JUMLAH 4.167.626,19 4.277.605,53 4.434.408,17 4.625.455,58 4.806.823,52

Page 4: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Tabel 2 Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Kendal Tahun 2004-2008 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Persentase)

Lapangan Usaha Persentase Pertanian 24,00 Pertambangan dan Penggalian 0,99 Industri Pengolahan 39,75 Listrik, Gas & Air Bersih 1,13 Bangunan dan Konstruksi 2,86 Perdagangan, Hotel, Restoran 18,25 Pengangkutan dan Komunikasi 2,48 Keuangan, Persewaan, & jasa Perusahaan 2,53 Jasa-jasa/Services 8,01 JUMLAH 100,00

Sumber : Kabupaten Kendal Dalam Angka, BPS, 2004-2008

Berdasarkan data Dinas Perdagangan, Perdagangan, Pertambangan dan

Energi Kabupaten Kendal tahun 2008, terdapat 36 jenis industri kecil yang

tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kendal. Industri kecil di Kabupaten Kendal

yang sebanyak 36 jenis ini terbagi dalam 74 sentra industri kecil.

Salah satu industri kecil yang menonjol di Kabupaten Kendal adalah

industri kecil kerupuk, di mana komoditi ini merupakan komoditi unggulan

Kabupaten Kendal.

Sumber bahan baku utama industri ini didapat dari alam dan berasal dari

wilayah sekitar, sehingga industri ini tidak mengalami kesulitan dalam

mendapatkan bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai bahan baku

kerupuk adalah tepung tapioka, tepung terigu, tepung rembulung, ketela, dan dari

kulit binatang kerbau atau sapi. Industri kecil pembuatan kerupuk sebagian besar

dikelola secara tradisional/home industry. Adapun jenis produksi kerupuk yang

dihasilkan antara lain kerupuk rambak, kerupuk udang, kerupuk coklat (kerupuk

rembulung), kerupuk petis, dan kerupuk goreng pasir.

Untuk perusahaan kerupuk petis ataupun kerupuk goreng pasir, adanya

persaingan antar pengusaha kerupuk dan kenaikan harga bahan baku yaitu tepung

tapioka serta sejumlah bahan penunjang lainnya, menjadikan kegiatan produksi

Page 5: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

kerupuk tepung tapioka di Kabupaten Kendal mengalami kendala yang cukup

berarti. Terdapat 6 pengusaha kerupuk tepung tapioka yang gulung tikar akibat

kekurangan modal dan tidak mampu membeli bahan baku untuk produksi

pembuatan kerupuk mereka. Padahal dari prospek penjualannya, kerupuk

berbahan baku tepung tapioka ini masih memiliki peluang pasar yang terbuka.

Rumusan Masalah

Komoditi kerupuk yang menjadi ciri khas bagi Kabupaten Kendal ternyata

kurang berkembang, baik dari segi produksinya maupun pemasarannya, maka

perlu dilakukan suatu penelitian untuk menganalisis tingkat produksi pada

perusahaan industri kecil kerupuk di Kabupaten Kendal dan melihat seberapa

besar pengaruh variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap

output yang dihasilkan pada industri kerupuk.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi industri menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang

setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi

untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

industri.

Industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah

penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat

jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga diartikan sebagai usaha produktif

diluar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun

sampingan (Tambunan, 1999).

Fungsi Produksi

Produksi diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya

yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali

berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana, atau kapan komoditi tersebut

Page 6: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen

terhadap komoditi tersebut (Miller dan Meiners, 1997).

Dalam pengertian yang paling umum, fungsi produksi bisa ditunjukkan

dengan rumus sebagai berikut :

Y = f (X1, X2) (1)

Dimana : Y = Tingat output per unit periode

X1 = Modal per unit periode

X2 = Tenaga kerja per unit periode

Total Physical Product (TPP) adalah tingkat produksi total (Y) pada

berbagai tingkat penggunaan input variabel (input-input lain dianggap tetap), TPP

= f (X) atau Y = f(X) (Boediono, 1997).

Marginal Physical Product (MPP) adalah tambahan (kenaikan) dari TPP

yaitu ∆TPP atau ∆Y, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input

variabel (Boediono, 1997).

���� �∆���

∆��

∆��

���

� (2)

MPP adalah perubahan total output (nilai absolute) akibat penambahan

atau pengurangan input variabel sebanyak satu unit (Miller dan Meiners, 1997).

Average Physical Product (APP) adalah hasil rata-rata per unit input

variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut (Boediono, 1997).

���� � ,��

��

��

���

� (3)

Antara produk fisik total, produk fisik marginal dan produk fisik rata-rata

terdapat suatu hubungan yang dapat digambarkan sebagai suatu kurva yang

kemudian disebut kurva produksi.

Page 7: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Grafik 1

Hubungan Antara Produk Fisik Total, Produk Fisik Marginal dan

Produk Fisik Rata-Rata

Sumber : Teori Ekonomi Mikro Intermediate, Miller dan Meiners, 1997

Pada Grafik 1 akan terlihat tahapan I, II, dan III. Ketiga tahapan tersebut

dikenal sebagai tiga tahapan produksi (three stages of production). Pada tahapan

produksi I, produk fisik rata-rata dari input variabel terus meningkat, dan produk

fisik marginal berada lebih tinggi dari kurva produk fisik rata-rata. Pada tahapan

II, produk fisik marginal mulai menurun dan memotong kurva produk fisik rata-

rata saat mencapai tingkat maksimal, tetapi produk fisik marginal masih bernilai

positif. Sedangkan pada tahapan III, produk fisik rata-rata terus menurun,

bersamaan dengan penurunan produk fisik total dan marginal, tapi produk fisik

marginal sudah bernilai negatif.

Tahapan III Tahapan II Tahapan I

A

C

B

Titik Infleksi

(perubahan)

Total Produk FIsik

X1

Produk FIsik Marginal

Produk Fisik Rata-rata

Input Variabel

X2 X3 Input Variabel

Produk fisik dari setiap unit input

Total produk fisik

Page 8: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Fungsi Produksi Cobb Douglas

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan

persamaan sebagai berikut (Suhartati dan Fathorrozi, 2003) :

� ����� ��

�� … ���� (4)

Dimana : Y = Variabel yang dijelaskan (Output)

X = Variabel yang menjelaskan

a, b = besaran yang akan diduga

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka

persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear dengan cara melogaritmakan

persamaan 4 (Suhartati dan Fathorrozi, 2003), yaitu :

log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + … + bn log Xn + v (5)

Fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai beberapa ciri yang berguna.

Pertama, produk marginal dari modal dan tenaga kerja tergantung pada kuantitas

dua-duanya (Salvatore, 2005) :

����1 �

�1� �1��1

�1�1�2

�2 � �1 ·�1

(6)

����2 �

�2� �2��1

�1�2�2�1

� �2 ·�2

(7)

Kedua, pangkat X1 dan X2 (yaitu b1 dan b2) mencerminkan elastisitas

modal dan tenaga kerja terhadap output produksi (Salvatore, 2005) :

��1 �

�1·

�1

��1�

�1·

�1

� �1 (8)

��2 �

�2·

�2

��2�

�2·

�2

� �2 (9)

Jumlah dari pengkatnya (yaitu b1 + b2) adalah ukuran skala hasil (return to

scale). Dengan demikian, kemungkinannya ada tiga alternatif, yaitu :

a. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Artinya bahwa proporsi

penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

b. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Artinya penambahan faktor

produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

c. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Proporsi pertambahan faktor

produksi yang diperoleh akan menghasilkan pertambahan produksi yang

proporsinya lebih besar (Salvatore, 2005).

Page 9: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Efisiensi

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis

(efisiensi teknis) apabila faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi

yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif apabila nilai dari

produk marginal (Value Marginal Product atau VMP) sama dengan harga faktor

produksi yang bersangkutan, dan dikatakan efisiensi ekonomi apabila perusahaan

tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga

(Soekartawi, 1991). nilai produk marginal (VMP) faktor produksi X dapat ditulis

sebagai berikut :

��� � � !"

# (10)

Di mana : b = Elastisitas produksi

Y = Jumlah output produksi

PY = Harga output produksi

X = Jumlah faktor produksi

Kondisi efisien harga menghendaki VMPx sama dengan harga faktor

produksi X, atau dapat dituliskan sebagai berikut :

� �

�� �� atau � �

� ��� 1 (11)

Di mana : PX = Harga faktor produksi X

Dalam praktek, nilai Y, PY, X, dan PX adalah diambil nilai rata-ratanya.

1. � �

� ��$ 1, maka dapat diartikan bahwa penggunaan faktor produksi X

tidak efisien. Untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi.

2. � �

� ��% 1, maka dapat diartikan bahwa penggunaan faktor produksi X

dianggap belum efisien. Untuk mencapai efisien maka penggunaan input X

perlu ditambah (Soekartawi, 1991).

Penelitian Terdahulu

Atin Ariyanti (2007) meneliti dengan judul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Hasil Produksi Industri Tempe di Semarang Timur”. Penelitian ini

menggunakan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya pemeliharaan

peralatan, dan biaya transportasi sebagai variabel independennya, dan hasil

Page 10: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya.

Dari hasil penelitian faktor yang dominan memberikan sumbangan terhadap hasil

produksi industri tempe di Semarang Timur adalah biaya bahan baku. Oleh

karenanya sebaiknya pengrajin tempe meningkatkan input bahan baku guna

meningkatkan hasil produksi dengan cara menambah biaya untuk bahan baku.

Syafitri Ruliana (2008) meneliti dengan judul ”Faktor Modal dan Tenaga

Kerja Terhadap Produksi Ukiran Kayu di Sentra Industri Seni Patung dan Ukir

Desa Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh modal dan tenaga kerja terhadap

produksi ukiran kayu di sentra industri seni patung dan ukit Desa Mulyoharjo,

Jepara. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa modal dan tenaga kerja

berpengaruh terhadap produksi ukiran kayu, tetapi faktor tenaga kerja proporsinya

lebih besar tenaga kerja dibandingkan faktor modal. Sebaiknya pengusaha lebih

efektif dalam memenuhi kebutuhan modal yang ada terutama dalam pemenuhan

kebutuhan modal awal, dan para tenaga kerja diberi pelatihan ketrampilan agar

hasil yang dicapai lebih maksimal.

METODE PENELITIAN

Jenis Dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif, dan berdasarkan sifatnya, penelitian ini menggunakan data diskrit.

Berdasarkan sumbernya, penelitian ini menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan adalah data populasi jumlah pengusaha

kerupuk di Kabupaten Kendal. Jumlah pengusaha kerupuk yang ada 47

responden, tetapi beberapa di antaranya sudah tidak berproduksi lagi sehingga

tersisa 41 pengusaha. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian

ini diperoleh dari beberapa sumber, yaitu :

1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal.

2. Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi

Kabupaten Kendal.

3. Lembaga dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.

Page 11: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Metode Analisis

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi

Cobb Douglas dengan empat variabel, dapat ditulis sebagai berikut :

� ����� ��

���&�'() (12)

Fungsi produksi (12) kemudian dijabarkan ke dalam model ekonometrika

yang berbentuk persamaan logaritma sebagai berikut :

log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + v (13)

Dimana : Y = Output, satuan Kg/bulan

X1 = Modal Kerja, satuan Rp/bulan

X2 = Tenaga Kerja, satuan jam kerja/bulan

X3 = Input Bahan Baku, satuan Kg/bulan

a = Intersep atau konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi yang ditaksir

v = Faktor disturbance atau variabel pengganggu

HASIL ANALISIS

Berdasarkan hasil analisis produksi pada industri kecil kerupuk di

Kabupaten Kendal dengan menggunakan model regresi menggunakan bantuan

program komputer Eviews versi 6, maka dapat ditulis dalam bentuk persamaan

sebagai berikut:

LOG Y = -0,193 + 0,010 LOG X1 + 0,018 LOG X2 + 0,988 LOG X3 (14)

Tabel 3

Hasil Regresi Faktor Produksi Industri Kecil Kerupuk di Kabupaten Kendal

Variabel Nilai Koefisien Regresi Probabilitas F Nilai R2 C -0,193

0,000 0,998 LOG X1 0,010 LOG X2 0,018 LOG X3 0,988

Sumber : Data primer diolah, 2010

• Variabel C atau intersep memiliki nilai sebesar -0,193. Nilai C merupakan

nilai LOG Y saat X sama dengan 0. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

nilai Y, variabel C harus diantilogaritmakan sehingga menjadi positif dan

Page 12: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

bernilai 0,193, artinya nilai Y saat X sama dengan 0 adalah sebesar 0,193,

atau dengan kata lain output yang dihasilkan sangat kecil.

• Variabel modal kerja (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,010,

hal ini menyatakan terdapat hubungan positif antara modal kerja terhadap

output produksi kerupuk mentah di Kabupaten Kendal. Artinya kenaikan

modal kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan terjadinya kenaikan

output produksi kerupuk mentah sebesar 0,010 persen.

• Variabel tenaga kerja (X2) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,018,

hal ini menyatakan terdapat hubungan positif antara tenaga kerja terhadap

output produksi kerupuk mentah di Kabupaten Kendal. Artinya kenaikan

curahan jam kerja tenaga kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan

terjadinya peningkatan output produksi industri kerupuk sebesar 0,018

persen.

• Variabel bahan baku (X3) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,988,

hal ini menyatakan terdapat hubungan positif antara input bahan baku

terhadap output produksi kerupuk mentah di Kabupaten Kendal. Artinya

kenaikan bahan baku sebesar satu persen akan mengakibatkan terjadinya

kenaikan output produksi industri kerupuk sebesar 0,988 persen.

Uji Normalitas

Dari perhitungan regresi, diperoleh nilai Jarque-Bera sebesar 18,17, dan

nilai Chi-Square 24,09. Oleh karena nilai Chi-Square lebih besar dari nilai

Jarque-Bera, maka model berdistribusi dengan normal.

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat diketahui dengan menggunakan metode Auxilary

Regression . Jika nilai R2 model regresi antar variabel independen lebih kecil dari

nilai R2 model regresi utama (variabel dependen), maka terbebas dari

multikolinearitas. Perbandingan nilai R2 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 13: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Tabel 4

Nilai R2 Dari Metode Auxilary Regression

Variabel Dependen Variabel Independen Nilai R2 LOG Y LOG X1, LOG X2, LOG X3 0,998 LOG X1 LOG X2, LOG X3 0,973 LOG X2 LOG X1, LOG X3 0,071 LOG X3 LOG X1, LOG X2 0,973

Sumber : Data primer diolah, 2010

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai R2 model regresi dengan variabel

dependen X1, X2, X3 masing-masing lebih kecil dari nilai R2 model regresi

variabel dependen utama (Y) yaitu 0,998, maka model terbebas dari masalah

multikolinearitas. Hasil regresi variable independen dapat dilihat dalam Lampiran

D.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa model regresi tidak

mengalami gangguan heteroskedastisitas. Hal ini dapat diketahui dari uji White

dengan melihat nilai probabilitas Chi-Square dari observation *R-Squared.

Apabila nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari 0,05 maka model terbebas

dari gangguan heteroskedastisitas. Nilai probabilitas Chi-Square adalah 0,870,

lebih besar dari 0,05 maka model tidak terkena heteroskedastisitas.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Dengan tingkat signifikansi 95 persen (α = 5 %) dan nilai probabilitas F-

Statistic pada hasil regresi 0,000 (kurang dari 0,05) maka ketiga variabel

independen yaitu modal kerja (X1), tenaga kerja (X2), dan bahan baku (X3)

berpengaruh terhadap hasil produksi kerupuk mentah (Y).

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

1. Hasil output regresi pada variabel modal kerja menunjukkan nilai sebesar

0,300 (0,300 kurang dari t tabel) dan angka signifikansi 0,765 (0,765 lebih

dari 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja berpengaruh secara

tidak signifikan terhadap hasil produksi kerupuk.

Page 14: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

2. Untuk variabel tenaga kerja menunjukkan nilai sebesar 0,926 (0,926

kurang dari t tabel) dan angka signifikansi sebesar 0,360 (0,360 lebih dari

0,05), maka variabel tenaga kerja berpengaruh secara tidak signifikan

terhadap hasil produksi kerupuk.

3. Variabel bahan baku menunjukkan nilai sebesar 30,663 (30,663 lebih dari

t tabel) dan angka signifikansi 0,000 (0,000 kurang dari 0.05), maka dapat

disimpulkan bahwa input bahan baku secara signifikan berpengaruh

terhadap hasil produksi kerupuk. Artinya bahwa semakin meningkatnya

penggunaan bahan baku akan berdampak pada semakin meningkatnya

output produksi industri kecil kerupuk.

Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil regresi, pada kolom R2 diperoleh nilai koefisien

determinasi sebesar 0.998, yang berarti hasil produksi kerupuk secara bersama-

sama dijelaskan oleh modal kerja (X1), tenaga kerja (X2), dan input bahan baku

(X3). Sedangkan sisanya 0,002 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini.

Interpretasi Ekonomi Terhadap Hasil Regresi

Interpretasi ekonomi hasil regresi linear berganda pada variabel-variabel

yang mempengaruhi produksi pada industri kecil kerupuk di Kabupaten Kendal

akan dilakukan dengan menggunakan konsep elastisitas produksi. Nilai elastisitas

produksi diperoleh dari besarnya koefisien regresi dari analisis regresi pada

persamaan faktor produksi Cobb Douglas yang ditransformasikan ke dalam

bentuk log natural. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diperoleh elastisitas

masing-masing input variabel terhadap output produksi kerupuk mentah yang

identik dengan besarnya koefisien regresi masing-masing variabel bebas.

Page 15: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Tabel 4.9

Elastisitas Produksi Industri Kecil Kerupuk di Kabupaten Kendal

Variabel Koefisien

Regresi Nilai Elastisitas

Modal kerja b1 = 0,010 0,010 Tenaga kerja b2 = 0,018 0,018 Bahan baku b3 = 0,988 0,988

Sumber : Data primer diolah, 2010

1. Angka koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas modal kerja (b1)

adalah sebesar 0,010, artinya jika modal kerja dinaikkan sebesar satu

persen dan faktor lain dianggap konstan, maka hasil output kerupuk

mentah akan meningkat sebesar 0,010 persen.

2. Angka koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas tenaga kerja (b2)

adalah sebesar 0,018, artinya jika curahan jam kerja tenaga kerja dinaikkan

sebesar satu persen dan faktor lain dianggap konstan, maka hasil output

kerupuk mentah akan meningkat sebesar 0,018 persen.

3. Angka koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas bahan baku (b3)

adalah sebesar 0,988, artinya jika bahan baku dinaikkan sebesar satu

persen dan faktor lain dianggap konstan, maka hasil output kerupuk

mentah akan meningkat sebesar 0,988 persen.

Return To Scale

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas, tambahan atas skala produksi ini

ditentukan dari penjumlahan koefisien regresi masing-masing variabel (b1, b2, b3).

Berdasarkan hasil regresi analisis produksi yang menghasilkan koefisien-

koefisien input : nilai b1 = 0,010 ; nilai b2 = 0,018 ; nilai b3 = 0,988, maka

penjumlahan dari ketiga koefisien regresi menghasilkan 1,016. Hal ini berarti

sama dengan 1 sehingga menunjukkan keadaan Constant Returns to Scale

(CRTS). Atau dengan kata lain, apabila semua input produksi dinaikkan sebesar

satu persen maka akan menghasilkan peningkatan output sebesar satu persen atau

dengan jumlah proporsi yang sama.

Page 16: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Produk Fisik Rata-rata / Average Physical Product (APP)

Berdasarkan hasil perhitungan APP yang dilakukan diperoleh hasil :

1. APP dari modal kerja 0,00018, berarti dari setiap satu satuan input modal

kerja dapat menghasilkan rata-rata 0,00018 Kg kerupuk mentah per bulan

dengan asumsi faktor lain konstan.

2. APP dari tenaga kerja 19,42, berarti dari setiap satu satuan input curahan

jam kerja tenaga kerja dapat menghasilkan rata-rata 19,42 Kg kerupuk

mentah per bulan dengan asumsi faktor lain konstan.

3. APP dari bahan baku 0,99, berarti dari setiap satu satuan input bahan baku

dapat menghasilkan rata-rata 0,99 Kg kerupuk mentah per bulan dengan

asumsi faktor lain konstan.

Produk Marginal / Marginal Physical Product (MPP)

Berdasarkan hasil perhitungan MPP yang dilakukan diperoleh hasil:

1. MPP dari modal kerja 1,801, berarti dari setiap satu tambahan satuan input

modal kerja dapat menghasilkan tambahan 1,801 Kg kerupuk mentah per

bulan dengan asumsi faktor lain tetap.

2. MPP dari tenaga kerja 0,349, berarti dari setiap satu tambahan satuan input

curahan jam kerja tenaga kerja dapat menghasilkan tambahan sebesar

0,349 Kg kerupuk mentah per bulan dengan asumsi faktor lain tetap.

3. MPP dari bahan baku 0,980, berarti dari setiap satu tambahan satuan input

bahan baku dapat menghasilkan tambahan 0,980 Kg kerupuk mentah per

bulan dengan asumsi faktor lain tetap.

Tingkat Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, untuk industri kecil kerupuk di

Kabupaten Kendal diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 17: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Tabel 4.10 Efisiensi Penggunaan Input Produksi Industri Kecil Kerupuk di Kabupaten

Kendal Jenis Input VMPx / Px Keterangan Modal Kerja 6,76 x 10-10 belum efisien Tenaga Kerja 0,0047 belum efisien Bahan Baku 1,722 tidak efisien

Sumber : Data primer diolah, 2010

1. VMP modal kerja sebesar 0,0158 dengan P modal kerja sebesar

23.468.757, sehingga diperoleh hasil VMPx / Px sebesar 6,76 x 10-10,

berarti penggunaan input modal kerja belum efisien. Supaya penggunaan

input modal menjadi efisien maka penggunaan input modal harus

ditambah.

2. VMP tenaga kerja sebesar 3.078,34 dengan P tenaga kerja sebesar

654.256, sehingga diperoleh hasil VMPx / Px sebesar 0,0047, berarti

penggunaan input tenaga kerja belum efisien. Supaya penggunaan input

tenaga kerja menjadi efisien maka penggunaan input tenaga kerja harus

ditambah.

3. VMP bahan baku sebesar 8.646,65 dengan P bahan baku sebesar 5.020,

sehingga diperoleh hasil VMPx / Px sebesar 1,722, berarti penggunaan

input bahan baku tidak efisien. Supaya penggunaan input bahan baku

menjadi efisien maka penggunaan input bahan baku harus dikurangi.

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi output atau hasil produksi kerupuk di

Kabupaten Kendal adalah modal kerja, tenaga kerja, dan bahan baku. Hal

ini ditunjukkan dengan besarnya angka koefisien determinasi (R2) yang

cukup baik yaitu sebesar 0,998. Berarti variasi perubahan produksi

kerupuk di Kabupaten Kendal sebesar 0,998 persen dijelaskan oleh

perubahan variabel-variabel. Sedangkan yang disebabakan oleh faktor-

faktor lain di luar model hanya sebesar 0,002 persen.

Page 18: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

2. Modal kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap output

produksi industri kerupuk di Kabupaten Kendal, hal ini ditunjukkan oleh

nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,010 dan angka signifikansi

0,765 (lebih besar dari 0,05). Angka elastisitas input modal kerja terhadap

output produksi industri kerupuk menunjukkan angka inelastis sebesar

0,010, artinya apabila penggunaan input modal kerja dinaikkan sebesar

satu persen maka akan mengakibatkan peningkatan output produksi

sebesar 0,010 persen.

3. Variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

output produksi industri kerupuk di Kabupaten Kendal, hal ini ditunjukkan

oleh nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,018 dan angka

signifikansi 0,360 (lebih besar dari 0,05). Angka elastisitas input tenaga

kerja terhadap output produksi industri kerupuk menunjukkan angka

inelastis sebesar 0,018, artinya apabila curahan jam kerja tenaga kerja

dinaikkan sebesar satu persen maka akan mengakibatkan peningkatan

output produksi sebesar 0,018 persen.

4. Input bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap output

produksi industri kerupuk di Kabupaten Kendal, hal ini ditunjukkan oleh

nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,988 dan angka signifikansi

0,000 (lebih kecil dari 0,05). Angka elastisitas input bahan baku terhadap

output produksi industri kerupuk menunjukkan angka inelastis sebesar

0,988, artinya apabila penggunaan input bahan baku dinaikkan sebesar

satu persen maka akan mengakibatkan peningkatan output produksi

sebesar 0,988 persen.

5. Tambahan hasil atas skala produksi (Return to Scale) menunjukkan

Constan Returns to Scale (CRTS) sebesar 1,016. Hal ini berarti setiap

penambahan semua faktor produksi (modal kerja, curahan jam tenaga

kerja, dan input bahan baku) sebesar satu persen, maka akan

mengakibatkan peningkatan output dalam jumlah atau proporsi yang sama.

6. Perhitungan produkstivitas rata-rata (APP) pada industri kecil kerupuk,

masing-masing variabel dengan jumlah output rata-rata yang dihasilkan

Page 19: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

dalam satu bulan sebesar 4.227 Kg kerupuk mentah, diperoleh dengan

mengasumsikan variabel selain yang disebutkan konstan, maka untuk

modal sebesar Rp 1,- dapat menghasilkan 0,00018 Kg kerupuk mentah,

untuk satu jam kerja tenaga kerja menghasilkan 19,42 Kg kerupuk mentah,

untuk satu kilogram bahan baku menghasilkan 0,99 Kg kerupuk mentah.

7. Perhitungan produktivitas marginal (MPP) pada industri kecil kerupuk,

masing-masing variabel diperoleh hasil untuk input tenaga kerja, setiap

penambahan satu jam tenaga kerja akan mengakibatkan peningkatan

output produksi sebanyak 0,349 Kg kerupuk mentah. Untuk input bahan

baku setiap penambahan satu kilogram bahan baku akan menghasilkan

penambahan output sebesar 0,980 Kg kerupuk.

8. Perhitungan efisiensi pada industri kecil kerupuk Kabupaten Kendal

menunjukkan bahwa penggunaan input modal kerja dan tenaga kerja

belum efisien, maka perlu ditambah. Hal ini dikarenakan nilai marginal

produk input modal kerja dan tenaga kerja lebih kecil dari harga rata-rata

masing-masing input tersebut. Sedangkan penggunaan input bahan baku

perlu dikurangi karena tidak efisien. Hal ini dikarenakan nilai marginal

produk input bahan baku lebih besar dari harga rata-rata masing-masing

input tersebut.

Saran

1. Dalam pencapaian tingkat produksi yang optimal, maka modal kerja dan

tenaga kerja perlu ditingkatkan agar tercapai efisiensi. Sedangkan input

bahan baku perlu dikurangi untuk mencapai produksi yang optimal.

2. Tidak adanya kekompakan dan persatuan antar pengusaha kerupuk

membuat harga jual kerupuk tidak seragam. Hal ini menjadikan adanya

persaingan yang tidak sehat di kalangan pengusaha kerupuk itu sendiri.

Oleh karenanya diperlukan suatu wadah atau komunitas bagi seluruh

produsen kerupuk agar tercipta persatuan dan standarisasi harga.

3. Naiknya harga-harga bahan pokok menyebabkan kebutuhan modal kerja

selalu meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan produsen yang bermodal

Page 20: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

kecil tidak bisa menjalankan kegiatan produksinya, atau bahkan

menghentikan usahanya. Dalam menanggapi situasi seperti ini, para

pengusaha membutuhkan adanya koperasi untuk menyediakan bahan-

bahan produksi dan menyediakan modal kerja bagi para produsen yang

kesulitan dalam mendapatkan modal.

4. Kebijakan masing-masing perusahaan kerupuk yaitu dengan meningkatkan

efisiensi penggunaan input produksi, pencarian inovasi baru (misal untuk

pengemasan), serta penggunaan teknologi yang lebih baik dalam proses

produksi sehingga dapat meningkatkan output produksi industri kecil

kerupuk di Kabupaten Kendal.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Atin. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Industri

Tempe di Semarang Timur. Semarang.

Badan Pusat Statistik, 2008, Kabupaten Kendal Dalam Angka 2004-2008. BPS

Provinsi Jawa Tengah.

Boediono. 1997. Seri Sinopsis : Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro No.1. 2 ed.

Yogyakarta : BPFE.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP

UNDIP.

Joerson, Tati Suhartati dan Fathorrozi, M. 2003. Teori Ekonomi Mikro :

Dilengkapi Beberapa Bentuk Fungsi Produksi. Jakarta : Salemba Empat.

Miller dan Meiners. 1997. Teori Ekonomi Mikro Intermediate. 3 ed. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada.

Salvatore, Dominick. 2005. Managerial Economics : Dalam Perekonomian

Global. 5 ed. Jakarta : Salemba Empat.

Soekartawi. 1991. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rajawali Pers.

Syafitri, Ruliana. 2008. Pengaruh Modal dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi

Ukiran Kayu di Sentra Industri Seni dan Ukir Desa Mulyoharjo Kecamatan

Jepara Kabupaten Jepara. Semarang.

Page 21: ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI KECIL …eprints.undip.ac.id/26544/1/JURNAL.pdf · produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya. Dari hasil penelitian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 Tentang

Perindustrian. Jakarta.

Tambunan, Tulus. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta

: Salemba Empat.