analisis faktor produksi industri kecil …eprints.undip.ac.id/26544/1/jurnal.pdf · produksi pada...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR PRODUKSI INDUSTRI
KECIL KERUPUK KABUPATEN KENDAL Disusun oleh : Lisnawati Iryadini
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. FX Sugiyanto, MS
ABSTRACT
Crisply that has been one of the Kendal’s special characteristics revealed less
to inflate, whether the proccess of productions or the region of the markets. This
research is purposed to analyse the stage of crisply productions in Kendal, and how
much variables that was used in this research (capital input, labour input, and
materials input) influenced the output of the crisply.
This research had done by survey towards all of crisply producers in Kendal who
made crisply from tapioca, and analysed by regression. The model that was used in
this research is production function model by Cobb Douglas. The results of
regression was tested by hypothesis test (F test and t test) and classical asumptions
deviation (multicolinearity test, heteroscadasticity test, autocorrelation test, and
normality test).
Results of this research shows that all of the independent variables that are
capital, labour, and materials input have positive influence towards the dependent
variable (output of crisply production), with each coefficient regression are 0,010 for
capital, 0,018 for labour, and 0,988 for materials input. Notwithstanding just the
materials input variable that significant towards output of crisply production. This is
because the number of materials that was used in production resulted the crisply
almost at the same number. By F test, all of variable independen influenced
significantly towards output of crisply production. And the result from classical
asumptions deviation, regression model that was used excused from that.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor industri dan perdagangan dikembangkan sebagai penggerak utama
dalam perekonomian dan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam menjawab
tantangan pemulihan perekonomian nasional. Di Provinsi Jawa Tengah, sektor
industri pengolahan selalu menyumbangkan di atas 30 persen dari perolehan total
PDRB, paling tinggi dibanding dengan sektor lain. Pada 2004-2008, rata-rata
pertumbuhan sektor industri 4,86% per tahun.
Sektor industri juga berkembang di wilayah Kabupaten di Jawa Tengah, salah
satunya Kabupaten Kendal. Data Badan Pusat Statistik tahun 2004-2008
menyebutkan bahwa sektor industri mempunyai kontribusi paling besar yaitu sebesar
39,75 persen dari perolehan PDRB Kabupaten Kendal dalam kurun waktu 2004-
2008.
Dari tahun 2004-2008 pertumbuhan PDRB dari sektor industri terus
meningkat dibanding sektor yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri di
Kabupaten Kendal sangat berpotensi untuk terus dikembangkan.
Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Kendal Tahun 2004 - 2008
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007* 2008** Pertanian 1.027.499,92 1.027.715,11 1.079.943,19 1.083.120,25 1.137.371,04 Pertambangn dan Penggalian 37.149,42 38.626,20 42.347,62 48.050,97 55.081,61 Industri Pengolahan 1.641.119,86 1.716.524,18 1.756.426,89 1.859.317,25 1.895.004,66 Listrik, Gas & Air Bersih 44.680,42 45.258,31 48.121,20 56.192,13 57.989,49 Bangunan dan Konstruksi 124.340,62 117.456,49 128.521,63 132.000,26 134.780,38 Perdagangan, Hotel, Restoran 759.013,36 787.108,37 809.708,78 846.327,58 869.201,40 Pengangkutan dan Komunikasi 98.496,78 101.510,10 106.325,91 118.060,40 128.297,93 Keuangan, Persewaan, & jasa Perusahaan 100.996,97 106.959,14 112.158,19 117.828,73 127.187,48 Jasa-jasa/Services 334.328,84 336.447,63 350.854,76 364.558,01 401.909,53
JUMLAH 4.167.626,19 4.277.605,53 4.434.408,17 4.625.455,58 4.806.823,52
Tabel 2 Distribusi Kontribusi PDRB Kabupaten Kendal Tahun 2004-2008 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Persentase)
Lapangan Usaha Persentase Pertanian 24,00 Pertambangan dan Penggalian 0,99 Industri Pengolahan 39,75 Listrik, Gas & Air Bersih 1,13 Bangunan dan Konstruksi 2,86 Perdagangan, Hotel, Restoran 18,25 Pengangkutan dan Komunikasi 2,48 Keuangan, Persewaan, & jasa Perusahaan 2,53 Jasa-jasa/Services 8,01 JUMLAH 100,00
Sumber : Kabupaten Kendal Dalam Angka, BPS, 2004-2008
Berdasarkan data Dinas Perdagangan, Perdagangan, Pertambangan dan
Energi Kabupaten Kendal tahun 2008, terdapat 36 jenis industri kecil yang
tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kendal. Industri kecil di Kabupaten Kendal
yang sebanyak 36 jenis ini terbagi dalam 74 sentra industri kecil.
Salah satu industri kecil yang menonjol di Kabupaten Kendal adalah
industri kecil kerupuk, di mana komoditi ini merupakan komoditi unggulan
Kabupaten Kendal.
Sumber bahan baku utama industri ini didapat dari alam dan berasal dari
wilayah sekitar, sehingga industri ini tidak mengalami kesulitan dalam
mendapatkan bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai bahan baku
kerupuk adalah tepung tapioka, tepung terigu, tepung rembulung, ketela, dan dari
kulit binatang kerbau atau sapi. Industri kecil pembuatan kerupuk sebagian besar
dikelola secara tradisional/home industry. Adapun jenis produksi kerupuk yang
dihasilkan antara lain kerupuk rambak, kerupuk udang, kerupuk coklat (kerupuk
rembulung), kerupuk petis, dan kerupuk goreng pasir.
Untuk perusahaan kerupuk petis ataupun kerupuk goreng pasir, adanya
persaingan antar pengusaha kerupuk dan kenaikan harga bahan baku yaitu tepung
tapioka serta sejumlah bahan penunjang lainnya, menjadikan kegiatan produksi
kerupuk tepung tapioka di Kabupaten Kendal mengalami kendala yang cukup
berarti. Terdapat 6 pengusaha kerupuk tepung tapioka yang gulung tikar akibat
kekurangan modal dan tidak mampu membeli bahan baku untuk produksi
pembuatan kerupuk mereka. Padahal dari prospek penjualannya, kerupuk
berbahan baku tepung tapioka ini masih memiliki peluang pasar yang terbuka.
Rumusan Masalah
Komoditi kerupuk yang menjadi ciri khas bagi Kabupaten Kendal ternyata
kurang berkembang, baik dari segi produksinya maupun pemasarannya, maka
perlu dilakukan suatu penelitian untuk menganalisis tingkat produksi pada
perusahaan industri kecil kerupuk di Kabupaten Kendal dan melihat seberapa
besar pengaruh variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap
output yang dihasilkan pada industri kerupuk.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi industri menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri.
Industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah
penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat
jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga diartikan sebagai usaha produktif
diluar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun
sampingan (Tambunan, 1999).
Fungsi Produksi
Produksi diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya
yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali
berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana, atau kapan komoditi tersebut
dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen
terhadap komoditi tersebut (Miller dan Meiners, 1997).
Dalam pengertian yang paling umum, fungsi produksi bisa ditunjukkan
dengan rumus sebagai berikut :
Y = f (X1, X2) (1)
Dimana : Y = Tingat output per unit periode
X1 = Modal per unit periode
X2 = Tenaga kerja per unit periode
Total Physical Product (TPP) adalah tingkat produksi total (Y) pada
berbagai tingkat penggunaan input variabel (input-input lain dianggap tetap), TPP
= f (X) atau Y = f(X) (Boediono, 1997).
Marginal Physical Product (MPP) adalah tambahan (kenaikan) dari TPP
yaitu ∆TPP atau ∆Y, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan satu unit input
variabel (Boediono, 1997).
���� �∆���
∆��
∆
∆��
���
� (2)
MPP adalah perubahan total output (nilai absolute) akibat penambahan
atau pengurangan input variabel sebanyak satu unit (Miller dan Meiners, 1997).
Average Physical Product (APP) adalah hasil rata-rata per unit input
variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut (Boediono, 1997).
���� � ,��
��
��
���
� (3)
Antara produk fisik total, produk fisik marginal dan produk fisik rata-rata
terdapat suatu hubungan yang dapat digambarkan sebagai suatu kurva yang
kemudian disebut kurva produksi.
Grafik 1
Hubungan Antara Produk Fisik Total, Produk Fisik Marginal dan
Produk Fisik Rata-Rata
Sumber : Teori Ekonomi Mikro Intermediate, Miller dan Meiners, 1997
Pada Grafik 1 akan terlihat tahapan I, II, dan III. Ketiga tahapan tersebut
dikenal sebagai tiga tahapan produksi (three stages of production). Pada tahapan
produksi I, produk fisik rata-rata dari input variabel terus meningkat, dan produk
fisik marginal berada lebih tinggi dari kurva produk fisik rata-rata. Pada tahapan
II, produk fisik marginal mulai menurun dan memotong kurva produk fisik rata-
rata saat mencapai tingkat maksimal, tetapi produk fisik marginal masih bernilai
positif. Sedangkan pada tahapan III, produk fisik rata-rata terus menurun,
bersamaan dengan penurunan produk fisik total dan marginal, tapi produk fisik
marginal sudah bernilai negatif.
Tahapan III Tahapan II Tahapan I
A
C
B
Titik Infleksi
(perubahan)
Total Produk FIsik
X1
Produk FIsik Marginal
Produk Fisik Rata-rata
Input Variabel
X2 X3 Input Variabel
Produk fisik dari setiap unit input
Total produk fisik
Fungsi Produksi Cobb Douglas
Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan
persamaan sebagai berikut (Suhartati dan Fathorrozi, 2003) :
� ����� ��
�� … ���� (4)
Dimana : Y = Variabel yang dijelaskan (Output)
X = Variabel yang menjelaskan
a, b = besaran yang akan diduga
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka
persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear dengan cara melogaritmakan
persamaan 4 (Suhartati dan Fathorrozi, 2003), yaitu :
log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + … + bn log Xn + v (5)
Fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai beberapa ciri yang berguna.
Pertama, produk marginal dari modal dan tenaga kerja tergantung pada kuantitas
dua-duanya (Salvatore, 2005) :
����1 �
�1� �1��1
�1�1�2
�2 � �1 ·�1
(6)
����2 �
�2� �2��1
�1�2�2�1
� �2 ·�2
(7)
Kedua, pangkat X1 dan X2 (yaitu b1 dan b2) mencerminkan elastisitas
modal dan tenaga kerja terhadap output produksi (Salvatore, 2005) :
��1 �
�1·
�1
�
��1�
�1·
�1
� �1 (8)
��2 �
�2·
�2
�
��2�
�2·
�2
� �2 (9)
Jumlah dari pengkatnya (yaitu b1 + b2) adalah ukuran skala hasil (return to
scale). Dengan demikian, kemungkinannya ada tiga alternatif, yaitu :
a. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Artinya bahwa proporsi
penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
b. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Artinya penambahan faktor
produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.
c. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Proporsi pertambahan faktor
produksi yang diperoleh akan menghasilkan pertambahan produksi yang
proporsinya lebih besar (Salvatore, 2005).
Efisiensi
Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis
(efisiensi teknis) apabila faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi
yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif apabila nilai dari
produk marginal (Value Marginal Product atau VMP) sama dengan harga faktor
produksi yang bersangkutan, dan dikatakan efisiensi ekonomi apabila perusahaan
tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga
(Soekartawi, 1991). nilai produk marginal (VMP) faktor produksi X dapat ditulis
sebagai berikut :
��� � � !"
# (10)
Di mana : b = Elastisitas produksi
Y = Jumlah output produksi
PY = Harga output produksi
X = Jumlah faktor produksi
Kondisi efisien harga menghendaki VMPx sama dengan harga faktor
produksi X, atau dapat dituliskan sebagai berikut :
� �
�� �� atau � �
� ��� 1 (11)
Di mana : PX = Harga faktor produksi X
Dalam praktek, nilai Y, PY, X, dan PX adalah diambil nilai rata-ratanya.
1. � �
� ��$ 1, maka dapat diartikan bahwa penggunaan faktor produksi X
tidak efisien. Untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi.
2. � �
� ��% 1, maka dapat diartikan bahwa penggunaan faktor produksi X
dianggap belum efisien. Untuk mencapai efisien maka penggunaan input X
perlu ditambah (Soekartawi, 1991).
Penelitian Terdahulu
Atin Ariyanti (2007) meneliti dengan judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Hasil Produksi Industri Tempe di Semarang Timur”. Penelitian ini
menggunakan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya pemeliharaan
peralatan, dan biaya transportasi sebagai variabel independennya, dan hasil
produksi pada industri tempe di Semarang Timur sebagai variabel dependennya.
Dari hasil penelitian faktor yang dominan memberikan sumbangan terhadap hasil
produksi industri tempe di Semarang Timur adalah biaya bahan baku. Oleh
karenanya sebaiknya pengrajin tempe meningkatkan input bahan baku guna
meningkatkan hasil produksi dengan cara menambah biaya untuk bahan baku.
Syafitri Ruliana (2008) meneliti dengan judul ”Faktor Modal dan Tenaga
Kerja Terhadap Produksi Ukiran Kayu di Sentra Industri Seni Patung dan Ukir
Desa Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh modal dan tenaga kerja terhadap
produksi ukiran kayu di sentra industri seni patung dan ukit Desa Mulyoharjo,
Jepara. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa modal dan tenaga kerja
berpengaruh terhadap produksi ukiran kayu, tetapi faktor tenaga kerja proporsinya
lebih besar tenaga kerja dibandingkan faktor modal. Sebaiknya pengusaha lebih
efektif dalam memenuhi kebutuhan modal yang ada terutama dalam pemenuhan
kebutuhan modal awal, dan para tenaga kerja diberi pelatihan ketrampilan agar
hasil yang dicapai lebih maksimal.
METODE PENELITIAN
Jenis Dan Sumber Data
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif, dan berdasarkan sifatnya, penelitian ini menggunakan data diskrit.
Berdasarkan sumbernya, penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan adalah data populasi jumlah pengusaha
kerupuk di Kabupaten Kendal. Jumlah pengusaha kerupuk yang ada 47
responden, tetapi beberapa di antaranya sudah tidak berproduksi lagi sehingga
tersisa 41 pengusaha. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari beberapa sumber, yaitu :
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal.
2. Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi
Kabupaten Kendal.
3. Lembaga dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.
Metode Analisis
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi
Cobb Douglas dengan empat variabel, dapat ditulis sebagai berikut :
� ����� ��
���&�'() (12)
Fungsi produksi (12) kemudian dijabarkan ke dalam model ekonometrika
yang berbentuk persamaan logaritma sebagai berikut :
log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + v (13)
Dimana : Y = Output, satuan Kg/bulan
X1 = Modal Kerja, satuan Rp/bulan
X2 = Tenaga Kerja, satuan jam kerja/bulan
X3 = Input Bahan Baku, satuan Kg/bulan
a = Intersep atau konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi yang ditaksir
v = Faktor disturbance atau variabel pengganggu
HASIL ANALISIS
Berdasarkan hasil analisis produksi pada industri kecil kerupuk di
Kabupaten Kendal dengan menggunakan model regresi menggunakan bantuan
program komputer Eviews versi 6, maka dapat ditulis dalam bentuk persamaan
sebagai berikut:
LOG Y = -0,193 + 0,010 LOG X1 + 0,018 LOG X2 + 0,988 LOG X3 (14)
Tabel 3
Hasil Regresi Faktor Produksi Industri Kecil Kerupuk di Kabupaten Kendal
Variabel Nilai Koefisien Regresi Probabilitas F Nilai R2 C -0,193
0,000 0,998 LOG X1 0,010 LOG X2 0,018 LOG X3 0,988
Sumber : Data primer diolah, 2010
• Variabel C atau intersep memiliki nilai sebesar -0,193. Nilai C merupakan
nilai LOG Y saat X sama dengan 0. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
nilai Y, variabel C harus diantilogaritmakan sehingga menjadi positif dan
bernilai 0,193, artinya nilai Y saat X sama dengan 0 adalah sebesar 0,193,
atau dengan kata lain output yang dihasilkan sangat kecil.
• Variabel modal kerja (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,010,
hal ini menyatakan terdapat hubungan positif antara modal kerja terhadap
output produksi kerupuk mentah di Kabupaten Kendal. Artinya kenaikan
modal kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan terjadinya kenaikan
output produksi kerupuk mentah sebesar 0,010 persen.
• Variabel tenaga kerja (X2) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,018,
hal ini menyatakan terdapat hubungan positif antara tenaga kerja terhadap
output produksi kerupuk mentah di Kabupaten Kendal. Artinya kenaikan
curahan jam kerja tenaga kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan output produksi industri kerupuk sebesar 0,018
persen.
• Variabel bahan baku (X3) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,988,
hal ini menyatakan terdapat hubungan positif antara input bahan baku
terhadap output produksi kerupuk mentah di Kabupaten Kendal. Artinya
kenaikan bahan baku sebesar satu persen akan mengakibatkan terjadinya
kenaikan output produksi industri kerupuk sebesar 0,988 persen.
Uji Normalitas
Dari perhitungan regresi, diperoleh nilai Jarque-Bera sebesar 18,17, dan
nilai Chi-Square 24,09. Oleh karena nilai Chi-Square lebih besar dari nilai
Jarque-Bera, maka model berdistribusi dengan normal.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat diketahui dengan menggunakan metode Auxilary
Regression . Jika nilai R2 model regresi antar variabel independen lebih kecil dari
nilai R2 model regresi utama (variabel dependen), maka terbebas dari
multikolinearitas. Perbandingan nilai R2 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4
Nilai R2 Dari Metode Auxilary Regression
Variabel Dependen Variabel Independen Nilai R2 LOG Y LOG X1, LOG X2, LOG X3 0,998 LOG X1 LOG X2, LOG X3 0,973 LOG X2 LOG X1, LOG X3 0,071 LOG X3 LOG X1, LOG X2 0,973
Sumber : Data primer diolah, 2010
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai R2 model regresi dengan variabel
dependen X1, X2, X3 masing-masing lebih kecil dari nilai R2 model regresi
variabel dependen utama (Y) yaitu 0,998, maka model terbebas dari masalah
multikolinearitas. Hasil regresi variable independen dapat dilihat dalam Lampiran
D.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa model regresi tidak
mengalami gangguan heteroskedastisitas. Hal ini dapat diketahui dari uji White
dengan melihat nilai probabilitas Chi-Square dari observation *R-Squared.
Apabila nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari 0,05 maka model terbebas
dari gangguan heteroskedastisitas. Nilai probabilitas Chi-Square adalah 0,870,
lebih besar dari 0,05 maka model tidak terkena heteroskedastisitas.
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Dengan tingkat signifikansi 95 persen (α = 5 %) dan nilai probabilitas F-
Statistic pada hasil regresi 0,000 (kurang dari 0,05) maka ketiga variabel
independen yaitu modal kerja (X1), tenaga kerja (X2), dan bahan baku (X3)
berpengaruh terhadap hasil produksi kerupuk mentah (Y).
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
1. Hasil output regresi pada variabel modal kerja menunjukkan nilai sebesar
0,300 (0,300 kurang dari t tabel) dan angka signifikansi 0,765 (0,765 lebih
dari 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja berpengaruh secara
tidak signifikan terhadap hasil produksi kerupuk.
2. Untuk variabel tenaga kerja menunjukkan nilai sebesar 0,926 (0,926
kurang dari t tabel) dan angka signifikansi sebesar 0,360 (0,360 lebih dari
0,05), maka variabel tenaga kerja berpengaruh secara tidak signifikan
terhadap hasil produksi kerupuk.
3. Variabel bahan baku menunjukkan nilai sebesar 30,663 (30,663 lebih dari
t tabel) dan angka signifikansi 0,000 (0,000 kurang dari 0.05), maka dapat
disimpulkan bahwa input bahan baku secara signifikan berpengaruh
terhadap hasil produksi kerupuk. Artinya bahwa semakin meningkatnya
penggunaan bahan baku akan berdampak pada semakin meningkatnya
output produksi industri kecil kerupuk.
Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil regresi, pada kolom R2 diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0.998, yang berarti hasil produksi kerupuk secara bersama-
sama dijelaskan oleh modal kerja (X1), tenaga kerja (X2), dan input bahan baku
(X3). Sedangkan sisanya 0,002 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
Interpretasi Ekonomi Terhadap Hasil Regresi
Interpretasi ekonomi hasil regresi linear berganda pada variabel-variabel
yang mempengaruhi produksi pada industri kecil kerupuk di Kabupaten Kendal
akan dilakukan dengan menggunakan konsep elastisitas produksi. Nilai elastisitas
produksi diperoleh dari besarnya koefisien regresi dari analisis regresi pada
persamaan faktor produksi Cobb Douglas yang ditransformasikan ke dalam
bentuk log natural. Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diperoleh elastisitas
masing-masing input variabel terhadap output produksi kerupuk mentah yang
identik dengan besarnya koefisien regresi masing-masing variabel bebas.
Tabel 4.9
Elastisitas Produksi Industri Kecil Kerupuk di Kabupaten Kendal
Variabel Koefisien
Regresi Nilai Elastisitas
Modal kerja b1 = 0,010 0,010 Tenaga kerja b2 = 0,018 0,018 Bahan baku b3 = 0,988 0,988
Sumber : Data primer diolah, 2010
1. Angka koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas modal kerja (b1)
adalah sebesar 0,010, artinya jika modal kerja dinaikkan sebesar satu
persen dan faktor lain dianggap konstan, maka hasil output kerupuk
mentah akan meningkat sebesar 0,010 persen.
2. Angka koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas tenaga kerja (b2)
adalah sebesar 0,018, artinya jika curahan jam kerja tenaga kerja dinaikkan
sebesar satu persen dan faktor lain dianggap konstan, maka hasil output
kerupuk mentah akan meningkat sebesar 0,018 persen.
3. Angka koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas bahan baku (b3)
adalah sebesar 0,988, artinya jika bahan baku dinaikkan sebesar satu
persen dan faktor lain dianggap konstan, maka hasil output kerupuk
mentah akan meningkat sebesar 0,988 persen.
Return To Scale
Dalam fungsi produksi Cobb Douglas, tambahan atas skala produksi ini
ditentukan dari penjumlahan koefisien regresi masing-masing variabel (b1, b2, b3).
Berdasarkan hasil regresi analisis produksi yang menghasilkan koefisien-
koefisien input : nilai b1 = 0,010 ; nilai b2 = 0,018 ; nilai b3 = 0,988, maka
penjumlahan dari ketiga koefisien regresi menghasilkan 1,016. Hal ini berarti
sama dengan 1 sehingga menunjukkan keadaan Constant Returns to Scale
(CRTS). Atau dengan kata lain, apabila semua input produksi dinaikkan sebesar
satu persen maka akan menghasilkan peningkatan output sebesar satu persen atau
dengan jumlah proporsi yang sama.
Produk Fisik Rata-rata / Average Physical Product (APP)
Berdasarkan hasil perhitungan APP yang dilakukan diperoleh hasil :
1. APP dari modal kerja 0,00018, berarti dari setiap satu satuan input modal
kerja dapat menghasilkan rata-rata 0,00018 Kg kerupuk mentah per bulan
dengan asumsi faktor lain konstan.
2. APP dari tenaga kerja 19,42, berarti dari setiap satu satuan input curahan
jam kerja tenaga kerja dapat menghasilkan rata-rata 19,42 Kg kerupuk
mentah per bulan dengan asumsi faktor lain konstan.
3. APP dari bahan baku 0,99, berarti dari setiap satu satuan input bahan baku
dapat menghasilkan rata-rata 0,99 Kg kerupuk mentah per bulan dengan
asumsi faktor lain konstan.
Produk Marginal / Marginal Physical Product (MPP)
Berdasarkan hasil perhitungan MPP yang dilakukan diperoleh hasil:
1. MPP dari modal kerja 1,801, berarti dari setiap satu tambahan satuan input
modal kerja dapat menghasilkan tambahan 1,801 Kg kerupuk mentah per
bulan dengan asumsi faktor lain tetap.
2. MPP dari tenaga kerja 0,349, berarti dari setiap satu tambahan satuan input
curahan jam kerja tenaga kerja dapat menghasilkan tambahan sebesar
0,349 Kg kerupuk mentah per bulan dengan asumsi faktor lain tetap.
3. MPP dari bahan baku 0,980, berarti dari setiap satu tambahan satuan input
bahan baku dapat menghasilkan tambahan 0,980 Kg kerupuk mentah per
bulan dengan asumsi faktor lain tetap.
Tingkat Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, untuk industri kecil kerupuk di
Kabupaten Kendal diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10 Efisiensi Penggunaan Input Produksi Industri Kecil Kerupuk di Kabupaten
Kendal Jenis Input VMPx / Px Keterangan Modal Kerja 6,76 x 10-10 belum efisien Tenaga Kerja 0,0047 belum efisien Bahan Baku 1,722 tidak efisien
Sumber : Data primer diolah, 2010
1. VMP modal kerja sebesar 0,0158 dengan P modal kerja sebesar
23.468.757, sehingga diperoleh hasil VMPx / Px sebesar 6,76 x 10-10,
berarti penggunaan input modal kerja belum efisien. Supaya penggunaan
input modal menjadi efisien maka penggunaan input modal harus
ditambah.
2. VMP tenaga kerja sebesar 3.078,34 dengan P tenaga kerja sebesar
654.256, sehingga diperoleh hasil VMPx / Px sebesar 0,0047, berarti
penggunaan input tenaga kerja belum efisien. Supaya penggunaan input
tenaga kerja menjadi efisien maka penggunaan input tenaga kerja harus
ditambah.
3. VMP bahan baku sebesar 8.646,65 dengan P bahan baku sebesar 5.020,
sehingga diperoleh hasil VMPx / Px sebesar 1,722, berarti penggunaan
input bahan baku tidak efisien. Supaya penggunaan input bahan baku
menjadi efisien maka penggunaan input bahan baku harus dikurangi.
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi output atau hasil produksi kerupuk di
Kabupaten Kendal adalah modal kerja, tenaga kerja, dan bahan baku. Hal
ini ditunjukkan dengan besarnya angka koefisien determinasi (R2) yang
cukup baik yaitu sebesar 0,998. Berarti variasi perubahan produksi
kerupuk di Kabupaten Kendal sebesar 0,998 persen dijelaskan oleh
perubahan variabel-variabel. Sedangkan yang disebabakan oleh faktor-
faktor lain di luar model hanya sebesar 0,002 persen.
2. Modal kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap output
produksi industri kerupuk di Kabupaten Kendal, hal ini ditunjukkan oleh
nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,010 dan angka signifikansi
0,765 (lebih besar dari 0,05). Angka elastisitas input modal kerja terhadap
output produksi industri kerupuk menunjukkan angka inelastis sebesar
0,010, artinya apabila penggunaan input modal kerja dinaikkan sebesar
satu persen maka akan mengakibatkan peningkatan output produksi
sebesar 0,010 persen.
3. Variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
output produksi industri kerupuk di Kabupaten Kendal, hal ini ditunjukkan
oleh nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,018 dan angka
signifikansi 0,360 (lebih besar dari 0,05). Angka elastisitas input tenaga
kerja terhadap output produksi industri kerupuk menunjukkan angka
inelastis sebesar 0,018, artinya apabila curahan jam kerja tenaga kerja
dinaikkan sebesar satu persen maka akan mengakibatkan peningkatan
output produksi sebesar 0,018 persen.
4. Input bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap output
produksi industri kerupuk di Kabupaten Kendal, hal ini ditunjukkan oleh
nilai koefisien regresi yang positif sebesar 0,988 dan angka signifikansi
0,000 (lebih kecil dari 0,05). Angka elastisitas input bahan baku terhadap
output produksi industri kerupuk menunjukkan angka inelastis sebesar
0,988, artinya apabila penggunaan input bahan baku dinaikkan sebesar
satu persen maka akan mengakibatkan peningkatan output produksi
sebesar 0,988 persen.
5. Tambahan hasil atas skala produksi (Return to Scale) menunjukkan
Constan Returns to Scale (CRTS) sebesar 1,016. Hal ini berarti setiap
penambahan semua faktor produksi (modal kerja, curahan jam tenaga
kerja, dan input bahan baku) sebesar satu persen, maka akan
mengakibatkan peningkatan output dalam jumlah atau proporsi yang sama.
6. Perhitungan produkstivitas rata-rata (APP) pada industri kecil kerupuk,
masing-masing variabel dengan jumlah output rata-rata yang dihasilkan
dalam satu bulan sebesar 4.227 Kg kerupuk mentah, diperoleh dengan
mengasumsikan variabel selain yang disebutkan konstan, maka untuk
modal sebesar Rp 1,- dapat menghasilkan 0,00018 Kg kerupuk mentah,
untuk satu jam kerja tenaga kerja menghasilkan 19,42 Kg kerupuk mentah,
untuk satu kilogram bahan baku menghasilkan 0,99 Kg kerupuk mentah.
7. Perhitungan produktivitas marginal (MPP) pada industri kecil kerupuk,
masing-masing variabel diperoleh hasil untuk input tenaga kerja, setiap
penambahan satu jam tenaga kerja akan mengakibatkan peningkatan
output produksi sebanyak 0,349 Kg kerupuk mentah. Untuk input bahan
baku setiap penambahan satu kilogram bahan baku akan menghasilkan
penambahan output sebesar 0,980 Kg kerupuk.
8. Perhitungan efisiensi pada industri kecil kerupuk Kabupaten Kendal
menunjukkan bahwa penggunaan input modal kerja dan tenaga kerja
belum efisien, maka perlu ditambah. Hal ini dikarenakan nilai marginal
produk input modal kerja dan tenaga kerja lebih kecil dari harga rata-rata
masing-masing input tersebut. Sedangkan penggunaan input bahan baku
perlu dikurangi karena tidak efisien. Hal ini dikarenakan nilai marginal
produk input bahan baku lebih besar dari harga rata-rata masing-masing
input tersebut.
Saran
1. Dalam pencapaian tingkat produksi yang optimal, maka modal kerja dan
tenaga kerja perlu ditingkatkan agar tercapai efisiensi. Sedangkan input
bahan baku perlu dikurangi untuk mencapai produksi yang optimal.
2. Tidak adanya kekompakan dan persatuan antar pengusaha kerupuk
membuat harga jual kerupuk tidak seragam. Hal ini menjadikan adanya
persaingan yang tidak sehat di kalangan pengusaha kerupuk itu sendiri.
Oleh karenanya diperlukan suatu wadah atau komunitas bagi seluruh
produsen kerupuk agar tercipta persatuan dan standarisasi harga.
3. Naiknya harga-harga bahan pokok menyebabkan kebutuhan modal kerja
selalu meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan produsen yang bermodal
kecil tidak bisa menjalankan kegiatan produksinya, atau bahkan
menghentikan usahanya. Dalam menanggapi situasi seperti ini, para
pengusaha membutuhkan adanya koperasi untuk menyediakan bahan-
bahan produksi dan menyediakan modal kerja bagi para produsen yang
kesulitan dalam mendapatkan modal.
4. Kebijakan masing-masing perusahaan kerupuk yaitu dengan meningkatkan
efisiensi penggunaan input produksi, pencarian inovasi baru (misal untuk
pengemasan), serta penggunaan teknologi yang lebih baik dalam proses
produksi sehingga dapat meningkatkan output produksi industri kecil
kerupuk di Kabupaten Kendal.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, Atin. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Industri
Tempe di Semarang Timur. Semarang.
Badan Pusat Statistik, 2008, Kabupaten Kendal Dalam Angka 2004-2008. BPS
Provinsi Jawa Tengah.
Boediono. 1997. Seri Sinopsis : Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro No.1. 2 ed.
Yogyakarta : BPFE.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP
UNDIP.
Joerson, Tati Suhartati dan Fathorrozi, M. 2003. Teori Ekonomi Mikro :
Dilengkapi Beberapa Bentuk Fungsi Produksi. Jakarta : Salemba Empat.
Miller dan Meiners. 1997. Teori Ekonomi Mikro Intermediate. 3 ed. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Salvatore, Dominick. 2005. Managerial Economics : Dalam Perekonomian
Global. 5 ed. Jakarta : Salemba Empat.
Soekartawi. 1991. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rajawali Pers.
Syafitri, Ruliana. 2008. Pengaruh Modal dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi
Ukiran Kayu di Sentra Industri Seni dan Ukir Desa Mulyoharjo Kecamatan
Jepara Kabupaten Jepara. Semarang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 Tentang
Perindustrian. Jakarta.
Tambunan, Tulus. 1999. Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta
: Salemba Empat.