pengaruh debt to asset ratio, net profit margin,...
Post on 06-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGARUH DEBT TO ASSET RATIO, NET PROFIT MARGIN,
INVENTORY TURNOVER, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DAN
SEKTOR UTAMA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2014-2016
Jumiana, Jack Febriand Adel, Prima Aprilyani Rambe
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang
Email: Jumiana1728@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh debt to asset ratio, net profit margin, inventory turnover, dan return on
asset terhadap pertumbuhan laba. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur dan sektor utama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2014-2016. Metode sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
dengan total 13 perusahaan sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
debt to asset ratio, net profit margin, inventory turnover, return on asset
berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara
parsial, hanya debt to asset ratio, net profit margin, return on asset yang
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil uji koefisien
determinasi adalah 24,3 %, yang berarti hanya 24,3 % variabel independen yang
dapat menjelaskan variabel dependen, dan sisanya 75,7 % dijelaskan oleh variabel
lain.
Kata Kunci : Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin, Inventory Turnover, Return
on Asset, Pertumbuhan Laba.
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan didirikan pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan perusahaan tersebut tidak lain adalah untuk mendapatkan laba. Menurut
Stice,et al (2004) dalam Andriyani (2015) riset mendukung pernyataan FASB
(Financial Accounting Statement Board) bahwa indikator terbaik atas kinerja
suatu perusahaan adalah laba. Penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu
debt to asset ratio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total
utang dengan total asset. Net Profit Margin yang bertujuan membandingkan
antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Inventory
Turnover yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam
inventory ini berputar dalam suatu periode, dan Return on Asset yang
membandingkan antara laba bersih terhadap total asset.
Rumusan permasalahan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return on Asset
terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan manufaktur dan sektor utama baik
secara simultan maupun parsial. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin, Inventory
Turnover, dan Return on Asset terhadap Pertumbuhan Laba.
2
TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Menurut Hanafi dan Halim (2009) dalam Adi dan Triyonowati (2016)
Pertumbuhan laba adalah seberapa besar peningkatan laba yang dimiliki oleh
suatu perusahaan. Pertumbuhan laba dari tahun ke tahun dapat dijadikan patokan
atas efisiensi kerja serta dapat membantu meramalkan masa depan suatu
perusahaan. Menurut Harahap dalam Wahyuni (2017) pertumbuhan laba adalah
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih
dibanding tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba dalam penelitian ini dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
PL =
Keterangan:
PL : Pertumbuhan Laba
PLt : Laba periode sekarang
PLt-1 : Laba periode sebelumnya
Debt to Asset Ratio merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total asset. Dengan kata lain, seberapa
besar asset perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan asset (Kasmir, 2013). Rasio ini dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Debt to Asset Ratio =
Net Profit Margin merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih (Hery, 2015).
Rasio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:
Net Profit Margin =
Inventory Turnover merupakan rasio yang menunjukkan berapa cepat
perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini
semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat (Harahap,
2009). Rasio ini dihitung dengan cara sebagai berikut:
Inventory turnover =
Return on Asset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar
kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih (Hery, 2015). Atau rasio ini
digunakan untuk menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai asset ( Harahap, 2009). Rasio ini dihitung dengan cara sebagai
berikut:
Return on Asset =
3
Berdasarkan landasan teori yang dijelaskan diatas, maka dibuat kerangka
pemikiran sebagai berikut :
c
H1
H2
H3
H4
H5
1. Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Debt to asset ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi
seluruh kewajibannya. Semakin kecil debt to asset ratio maka perusahaan akan
mengalami kenaikan aset atau pemasukan yang lebih besar karena sedikitnya aset
perusahaan dibiayai oleh hutang. Sebaliknya semakin besar debt to asset ratio
maka perusahaan akan mengalami penurunan asset atau pemasukan yang lebih
kecil karena kurangnya kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan
pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu melunsi hutangnya.
Hasil dari penelitian Safitri (2016) menyatakan bahwa adanya pengaruh
debt to asset ratio terhadap pertumbuhan laba.
H1 : Diduga Debt to Asset Ratio berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba
2. Pengaruh Net Profit Margin terhadap Pertumbuhan Laba
Net profit margin mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi net profit margin
menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien, dan tentunya hal ini akan
menarik minat para investasi untuk menanamkan modalnya,sehingga laba
perusahaan akan meningkat.
Hasil dari penelitian Sulistyowati dan Suryono (2017) dan Susanti dan Siti
(2014), menyatakan bahwa adanya pengaruh net profit margin terhadap
pertumbuhan laba.
H2 : Diduga Net Profit Margin berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba
3. Pengaruh Inventory turnover terhadap Pertumbuhan Laba
Inventory turnover mengukur seberapa kali dana yang tertanam dalam
persediaan dapat berputar dalam suatu periode. Semakin cepat Inventory turnover
berarti semakin baik karena perusahaan telah bekerja secara efektif dan efisien
Debt to Asset Ratio (X1)
Net Profit Margin (X2)
Inventory turnover (X3)
Return on Asset (X4)
Pertumbuhan Laba
(Y)
4
dalam kegiatan penjualan sehingga mengakibatkan bertambahnya pendapatan atau
memperoleh laba.
Hasil dari penelitian Gunawan dan Wahyuni (2013) menyatakan bahwa
adanya pengaruh Inventory turnover terhadap pertumbuhan laba.
H3 : Diduga Inventory turnover berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba
4. Pengaruh Return on Asset terhadap Pertumbuhan Laba
Return on asset menunjukkan seberapa besar kontribusi asset dalam
menciptakan laba bersih. Semakin tinggi retun on asset menunjukkan bahwa
perusahaan berusaha meningkatkan penjualan atau pendapatan sehingga
pertumbuhan laba juga ikut meningkat yang diperoleh selama tahun berjalan.
Hasil dari penelitian Andriyani (2015) dan Meilyanti (2017), menyatakan bahwa
adanya pengaruh return on asset terhadap pertumbuhan laba.
H4 : Diduga Return on Asset berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba
5. Pengaruh Debt to Asset Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin,
Inventory turnover, dan Return on Asset berpengaruh secara simultan
terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan uraian hipotesis diatas Debt to Asset Ratio (H1), Net Profit
Margin (H2), Inventory turnover (H3), dan Return on Asset (H4) berpengaruh
secara simultan terhadap Pertumbuhan Laba, maka hipotesis dalam penelitian ini
dapat dikembangkan menjadi :
H5 :Diduga Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin, Inventory turnover, dan
Return on Asset berpengaruh secara simultan terhadap Pertumbuhan Laba.
METODOLOGI PENELITIAN
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
deskriptif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada
pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan
angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Sedangkan statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).
Penelitian ini menggunakan variabel Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin,
Inventory Turnover, dan Return on Asset terhadap Pertumbuhan Laba. Ukuran
dari rasio-rasio tersebut digunakan untuk memprediksi pengaruhnya terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Manufaktur dan Sektor Utama yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI).
JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
perusahaan manufaktur dan sektor utama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2014-2016. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan
perusahaan manufaktur dan sektor utama periode 2014 sampai dengan 2016. Data
diambil dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang dipublikasikan di
www.idx.co.id serta sumber-sumber lainnya.
5
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur dan sektor
utama yang terdaftar (go public) dan menerbitkan laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-
2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 198 perusahaan
manufaktur dan sektor utama. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Adapun kriterianya yaitu, 1) Perusahaan manufaktur
dan sektor utama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-
2016. 2) Perusahaan yang mempublikasikan secara lengkap laporan keuangannya
periode 2014-2016. 3) Perusahaan menggunakan satuan mata uang rupiah dalam
laporan keuangan periode 2014-2016. 4) Perusahaan yang mengalami
peningkatan laba selama periode 2014-2016
Berdasarkan kriteria sampel yang digunakan, maka sampel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 13 perusahaan.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Variabel dalam penelitian ini terbagi 2 yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen terdiri dari :
1. Debt to Asset Ratio, yaitu rasio yang didapat dengan membagi total hutang
dengan total asset.
2. Net Profit Margin, yaitu rasio yang didapat dengan membagi laba bersih
dengan penjualan bersih.
3. Inventory Turnover, yaitu rasio yang didapat dengan membagi penjualan
dengan rata-rata persediaan.
4. Return on Asset, yaitu rasio yang didapat dengan membagi laba bersih
dengan total asset.
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Pertumbuhan Laba.
Pertumbuhan Laba yaitu perbandingan antara laba periode sekarang dikurang
dengan laba periode sebelumnya dibagi dengan laba periode sebelumnya.
METODE ANALISIS DATA Dalam analisis ini, terdiri dari uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji
normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas), analisis
regresi linear berganda, koefisien determinasi dan uji hipotesis (uji t, dan uji F).
Metode ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel terikat dengan
variabel-variabel bebas. Dalam penelitian ini, analisis linier berganda digunakan
untuk mengetahui pengaruh Debt to Asset Ratio, Net Profit Margin, Inventory
Turnover dan Return on Asset terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
manufaktur dan sektor utama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2014-2016. Hasil dan pembahasan dalam pengujian statistik penelitian ini
adalah sebagai berikut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
DATA OUTLIER DAN LN
Setelah data-data yang masuk dalam kategori outlier dikeluarkan maka data-data
yang tersisa adalah 38 dari 39 data yang diamati.
6
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2013:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
maksimum, minimum.
Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAR 38 ,066 ,837 ,43780 ,213719 NPM 38 ,005 ,197 ,09874 ,060695 ITO 38 1,022 53,706 10,97889 12,747922 ROA 38 ,003 ,402 ,12239 ,094908 LN_Y 38 -3,93 1,22 -1,7904 1,18997 Valid N (listwise) 38
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data Debt to Asset Ratio (DAR)
memiliki nilai minimum 0,066, nilai maksimum 0,837 dan nilai rata-rata (mean)
0,43780 serta memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,213719. Net Profit Margin
(NPM) memiliki nilai minimum 0,005, nilai maksimum 0,197, dan nilai rata-rata
(mean) 0,09874 serta memiliki nilai standar deviasi sebesar 0,060695. Inventory
turnover (ITO) memiliki nilai minimum 1,022, nilai maksimum 53,706, dan nilai
rata-rata (mean) 10,97889 serta memiliki nilai standar deviasi sebesar 12,747922.
Return on Asset (ROA) memiliki nilai minimum 0,003, nilai maksimum 0,402,
dan nilai rata-rata (mean) 0,12239 serta memiliki nilai standar deviasi sebesar
0,094908. pertumbuhan laba (setelah di Ln) memiliki nilai minimum -3,93, nilai
maksimum 1,22, dan nilai rata-rata (mean) -1,7904 serta memiliki nilai standar
deviasi sebesar 1,18997.
Hasil Uji Normalitas
Menurut (Ghozali, 2013) untuk menguji apakah distribusi dari data
residualnya normal atau tidak, dapat dilakukan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov Smirnov (K-S). Uji Kolmogorov Smirnov (K-S) dibuat dngan melihat
signifikansi diatas 0,05 berarti data berdistribusi normal.
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 38
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7 Std. Deviation ,97789421
Most Extreme Differences
Absolute ,123 Positive ,105 Negative -,123
Kolmogorov-Smirnov Z ,757
Asymp. Sig. (2-tailed) ,615
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
adalah 0,757 dan nilai Asymp. Sig 0,615 > 0,05, maka Ho dapat diterima, yang
berarti data residual berdistribusi normal.
7
Hasil Uji Multikolonieritas
Menurut (Ghozali,2013) uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (variabel
independen). Jika nilai tolerance menunjukkan > 0,10 atau sama dengan VIF
(Variance Iflation Factor) < 10, maka berarti menunjukkan tidak adanya
multikolonieritas.
Hasil Uji Multikolonierita Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) DAR ,261 3,832
NPM ,137 7,280
ITO ,776 1,289
ROA ,243 4,122
a. Dependent Variable: LN_Y
Dari tabel diatas, hasil uji multikolonieritas menunjukkan hasil variabel
Debt to Asset Ratio (DAR), variabel Net Profit Margin (NPM), variabel Inventory
Turnover (ITO), dan variabel Return on Asset (ROA) memiliki nilai tolerance >
0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolonieritas.
Hasil Uji Autokorelasi
Menurut (Ghozali, 2013) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau
sebelumnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Uji
autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW).
Hasil Uji Autokorelasi Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,570a ,325 ,243 1,03547 2,140
a. Predictors: (Constant), ROA, DAR, ITO, NPM b. Dependent Variable: LN_Y
Berdasarkan tabel Durbin-Watson diatas diketahui bahwa nilai Durbin-
Watson dihitung sebesar 2,140. Apabila dibandingkan dengan nilai Durbin-
Watson tabel pada tingkat signifikansi 5% dengan k=4 dan n=38 maka diperoleh
sdL = 1,2614 dan dU = 1,7223, maka nilai 4-dU = 2,2777 dan nilai 4-dL =
2,7386. Hasil dari Durbin Watson hitung sebesar 2,140 dan nilai ini berada
diposisi antara dU dengan 4-dU, yaitu antara 1,7223 dan 2,2777, yang artinya
bahwa tidak adanya gejala autokorelasi dalam model regresi ini.
Hasil Uji Heterokedastisitas
Menurut (Ghozali, 2013) uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Untuk melihat heterokedastisitas, maka dilakukan uji
Rank-Spearman dengan melihat nilai signifikansi jika > 0,05 maka model regresi
tidak mengandung adanya Heterokedastisistas (Ghozali, 2013: 139).
8
Hasil Uji Rank Spearman (Uji Heteroskedastisitas) Correlations
DAR NPM ITO ROA Unstandardized
Residual
Spearman's rho DAR Correlation Coefficient
1,000 -,614** ,364
* -,490
** ,082
Sig. (2-tailed) . ,000 ,025 ,002 ,624
N 38 38 38 38 38
NPM Correlation Coefficient
-,614** 1,000 ,103 ,891
** -,036
Sig. (2-tailed) ,000 . ,537 ,000 ,829
N 38 38 38 38 38
ITO Correlation Coefficient
,364* ,103 1,000 ,178 ,015
Sig. (2-tailed) ,025 ,537 . ,286 ,928
N 38 38 38 38 38
ROA Correlation Coefficient
-,490** ,891
** ,178 1,000 ,025
Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,286 . ,882
N 38 38 38 38 38
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient
,082 -,036 ,015 ,025 1,000
Sig. (2-tailed) ,624 ,829 ,928 ,882 .
N 38 38 38 38 38
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Data hasil uji statistik diatas, dapat dilihat bahwa Debt to Asset Ratio (DAR)
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,624. Net Profit Margin (NPM) memiliki
nilai signifikansi sebesar 0,829. Inventory Turnover (ITO) memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,928 dan Return on Asset (ROA) memiliki nilai signifikansi
0,882. Karena korelasi nilai signifikansi dari absolut residual masing-masing
variabel independen > 0,05 maka dapat disimpulkan pada model regresi tidak
ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas.
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -3,641 ,985 -3,695 ,001
DAR 4,353 1,559 ,782 2,792 ,009
NPM 17,079 7,567 ,871 2,257 ,031
ITO -,028 ,015 -,302 -1,861 ,072
ROA -11,697 3,642 -,933 -3,212 ,003
a. Dependent Variable: LN_Y
Berdasarkan tabel dapat dianalisis model regresi linier berganda sebagai
berikut:
Ln PL = -3,641+ 4,353 DAR + 17,079 NPM – 0,028 ITO – 11,697 ROA + e
Dari persamaan model regresi linear tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konstanta ( α )
Nilai konstanta sebesar -3,641 menyatakan bahwa jika DAR, NPM, ITO,
dan ROA dianggap konstan, maka nilai pertumbuhan laba sebesar -3,641.
9
2. Koefisien Regresi (β1) Variabel Debt to Asset Ratio (X1)
Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar 4,353. Nilai (β1) yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara pertumbuhan laba
dengan debt to asse ratio yang artinya jika variabel Debt to Asset Ratio naik
sebesar 1% dengan asumsi variabel independen lain tetap maka akan
menaikkan pertumbuhan laba sebesar 4,353.
3. Koefisisen Regresi (β2) Variabel Net Profit Margin (X2)
Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar 17,079. Nilai (β2) yang positif
menunjukkan adanya hubungan yang searah antara pertumbuhan laba
dengan variabel Net Profit Margin yang artinya jika variabel net profit
margin naik sebesar 1% dengan asumsi variabel independen lain tetap
maka akan menaikkan pertumbuhan laba sebesar 17,079.
4. Koefisien Regresi (β3) Variabel Inventory Turnover (X3)
Besarnya nilai koefisien regresi (β3) sebesar -0,028. Nilai β3 yang negatif
menunjukkan adanya hubungan yang tidak searah antara pertumbuhan laba
dengan variabel inventory turnover yang artinya jika variabel inventory
turnover naik sebesar 1% dengan asumsi variabel independen lain tetap
maka akan menurunkan pertumbuhan laba sebesar sebesar -0,028.
5. Koefisien Regresi (β4) Variabel Return on Asset (X4)
Besarnya nilai koefisien regresi (β4) sebesar -11,698. Nilai β3 yang negatif
menunjukkan adanya hubungan yang tidak searah antara pertumbuhan laba
dengan variabel Return on Asset yang artinya jika variabel return on asset
naik sebesar 1% maka akan menurunkan pertumbuhan laba sebesar -
11,698.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut (Ghozali, 2013) koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen
Adjusted R Square yang telah disesuaikan. Untuk regresi dengan lebih dari dua
variabel independen digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.
Standard error of the estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model
regresi dalam memprediksikan nilai Y. Berikut hasil uji Adjusted R Square:
Hasil Uji Adjusted R Square Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,570a ,325 ,243 1,03547
a. Predictors: (Constant), ROA, DAR, ITO, NPM b. Dependent Variable: LN_Y
Berdasarkan tabel diatas nilai Adjusted R Square, diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,243. Hal ini berarti bahwa variabel independen (DAR,
NPM, ITO dan ROA), mampu menjelaskan pertumbuhan laba sebesar 24,3 %.
Sedangkan sisanya 75.7 %, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk
dalam penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji signifikansi simultan (uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel
10
dependen. Jika nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan < 0,05, H0 ditolak, jika
nilai Fhitung < Ftabel dan nilai signifikan > 0,05, H0 diterima (Ghozali, 2013 : 98 ).
Analysis of Variance (ANOVA) merupakan metode untuk menguji
hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel
independen (Ghozali, 2013:68 ). Hasil uji statistik F dilihat tabel ANOVA dalam
kolom sig. Jika probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dan
model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat atau jika nilai
signifikansi > 0,05 maka idak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-
sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji-F dengan
menggunakan program SPSS 20 dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Hasil Uji F atau Uji Simultan (Setelah di Ln) ANOVA
a
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 17,011 4 4,253 3,966 ,010b
Residual 35,382 33 1,072
Total 52,393 37 a. Dependent Variable: LN_Y b. Predictors: (Constant), ROA, DAR, ITO, NPM
Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (uji-F) pada tabel diatas dapat
diketahui bahwa tingkat signifikansi yaitu: 0,010 < 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Sementara itu dapat juga dilihat dari Fhitung
dibanding dengan nilai Ftabel. Fhitung memiliki nilai sebesar 3,966. Nilai Ftabel pada
tingkat kesalahan α = 5% dengan derajat kebebasan (df) = df pembilang (k-1) ; df
penyebut (n-k). Jumlah variabel penelitian (k) berjumlah 5, dan jumlah data (n)
sebanyak 38. Jadi df pembilang (5-1) = 4 dan df penyebut (38-5) = 33, sehingga
Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5% ) adalah 2,66. Jadi Fhitung > Ftabel
(3,966 > 2,66) dan tingkat signifikansi sebesar 0,010 < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak artinya debt to asset ratio, net
peofit margin, inventory turnover,dan return on asset secara simultan berpengaruh
secara signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Manufaktur dan
Sektor Utama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016.
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Dengan
menentukan taraf signifikan adalah 0,05. Apabila Thitung > Ttabel atau –Thitung < -
Ttabel dan nilai sig < 0,05, maka hipotesis akan diterima sedangkan jika Thitung <
Ttabel atau -Thitung > -Ttabel dan nilai sig >0,05 maka hipotesis akan ditolak atau tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:99). Hasil uji signifikansi
parameter individual (uji-t) dengan menggunakan program SPSS 20 dapat dilihat
pada tabel berikut:
11
Hasil Uji t atau Uji Parsial Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -3,641 ,985 -3,695 ,001
DAR 4,353 1,559 ,782 2,792 ,009
NPM 17,079 7,567 ,871 2,257 ,031
ITO -,028 ,015 -,302 -1,861 ,072
ROA -11,697 3,642 -,933 -3,212 ,003
a. Dependent Variable: LN_Y
Berdasarkan hasil uji t pada tabel diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen sebagai berikut:
1. Variabel Debt to Asset Ratio memiliki tingkat signifikansi 0,009 < 0,05,
memiliki nilai thitung sebesar 2,792 > 2,03693 ( ttabel α = 0,05, df = (38-5-1) =
32 ). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang
berarti variabel Debt to Asset Ratio secara parsial berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
2. Variabel Net Profit Margin memiliki tingkat signifikansi 0,031 < 0,05,
memiliki nilai thitung sebesar 2,257 > 2,03693 ( ttabel α = 0,05, df = (38-5-1) =
32 ). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H2 diterima dan H0 ditolak, yang
berarti variabel Net Profit Margin secara parsial berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
3. Variabel Inventory Turnover memiliki tingkat signifikansi 0,072 > 0,05,
memiliki nilai thitung sebesar -1,861 > -2,03693 (ttabel α = 0,05, df = (38-5-1)
= 32 ). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak dan H0 diterima, yang
berarti variabel Inventory Turnover secara parsial tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
4. Variabel Return on Asset memiliki tingkat signifikansi 0,003 < 0,05,
memiliki nilai thitung sebesar -3,212 < -2,03693 (ttabel α = 0,05, df = (38-5-1)
= 32 ). Hal ini dapat disimpulkan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak, yang
berarti variabel Return on Asset secara parsial berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan uji signifikansi parameter individual (uji-t) variabel debt to
asset ratio berpengaruh dan berarah positif terhadap pertumbuhan laba. Debt to
asset ratio memiliki nilai signifikansi 0,009 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
Nilai Thitung sebesar 2,792 sedangkan nilai Ttabel 2,03693 sehingga Thitung > Ttabel,
maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sari dan Endang (2015) yang
menyebutkan bahwa debt to asset ratio berpengaruh dan berarah positif terhadap
pertumbuhan laba. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar debt to asset ratio
maka semakin besar pula hutang yang digunakan perusahaan. Dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa kenaikan penggunaan hutang menyebabkan pertumbuhan
laba meningkat, dimana semakin besar hutang maka semakin besar pula
pertumbuhan laba yang dihasilkan. Karena hutang yang besar dapat digunakan
untuk menambah modal operasional perusahaan dan jika penggunaannya
12
dioptimalkan oleh perusahaan seperti mendanai kegiatan operasional, maka
perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan penjualan. Karena
peningkatan penjualan yang tinggi mengakibatkan laba perusahaan juga ikut
meningkat.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriyani
(2015) yang menyebutkan bahwa debt to asset ratio tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
Pengaruh Net Profit Margin ( NPM) terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan uji signifikansi parameter individual (uji-t) variabel net profit
margin berpengaruh dan berarah positif terhadap pertumbuhan laba. Net profit
margin memiliki nilai signifikansi 0,031 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
Nilai Thitung sebesar 2,257 sedangkan nilai Ttabel 2,03693 sehingga Thitung > Ttabel,
maka dapat disimpulkan bahwa H2 diterima dan H0 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Susanti dan Siti (2014) yang menyatakan
bahwa net profit margin berpengaruh dan berarah positif terhadap pertumbuhan
laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi net profit margin
berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal
ini disebabkan karena perusahaan semakin efisiensi dalam produksi, personalia,
pemasaran dan keuangannya sehingga meningkatkan daya tarik para investor
untuk menginvestasikan modalnya (Hanafi dan Halim, 2009 dalam Wahyuni dkk,
2017). Selain itu dengan laba bersih yang besar, juga bertambah luas kemampuan
bagi perusahaan untuk memperbesar modal usahanya tanpa melalui hutang-hutang
baru, sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi meningkat.
Namun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar
dan Hade Chandra Batubara (2017) yang menyebutkan bahwa net profit margin
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Pengaruh Inventory Turnover (ITO) terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan uji signifikansi parameter individual (uji-t) variabel inventory
turnover tidak berpengaruh dan berarah negatif terhadap pertumbuhan laba.
Inventory turnover memiliki nilai signifikansi 0,072 lebih besar dari taraf
signifikansi 0,05. Nilai Thitung sebesar -1,861 sedangkan nilai Ttabel -2,03693
sehingga –Thitung > -Ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak dan H0
diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Rice (2016) yang menyatakan bahwa
inventory turnover tidak berpengaruh dan berarah negatif terhadap pertumbuhan
laba. Hal ini bisa saja disebabkan karena perusahaan kurang mampu dalam
mengoptimalkan persediaan yang ada ditangan sehingga terjadi penumpukan
persediaan digudang karena lambannya proses penjualan. Akibatnya laba yang
dihasilkan juga akan menurun karena ketidakmampuan penjualan dalam
mempengaruhi pertumbuhan laba. Namun hasil ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Safitri dan Siti (2016) yang menyebutkan bahwa inventory
turnover berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan uji signifikansi parameter individual (uji-t) variabel return on
asset berpengaruh dan berarah negatif terhadap pertumbuhan laba. Return on
13
asset memiliki signifikansi 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Nilai
Thitung sebesar -3,212 sedangkan nilai Ttabel -2,03693 sehingga –Thitung < Ttabel,
maka dapat disimpulkan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meilyanti
(2017) yang menyatakan bahwa semakin tinggi return on asset menunjukkan
bahwa semakin besar kemampuan perusahaan mengelola aktiva yang dimilki
secara efektif dan efisien, sehingga dapat mendukung petumbuhan laba. Return on
Asset diukur dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan dibagi dengan total
asset perusahaan. Secara umum dijelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan
ROA maka akan meningkatkan aktivitas pertumbuhan laba, akan tetapi hasil
penelitian menjelaskan bahwa return on asset berpengaruh negatif, yang artinya
bahwa semakin rendah return on asset maka akan meningkatkan pertumbuhan
laba. Hal ini dikarenakan pertumbuhan total asset yang dimiliki perusahaan lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan laba bersih yang dimiliki perusahaan.
Atau pertumbuhan total asset tidak sebanding dengan pertumbuhan laba bersih
yang ada. Return on asset yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan berusaha
meningkatkan nilai asset, sehingga pertumbuhan laba juga ikut meningkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh dan berarah positif terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Manufaktur dan Sektor Utama yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
2. Net Profit Margin (NPM) berpengaruh dan berarah positif terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Manufaktur dan Sektor Utama yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
3. Inventory Turnover (ITO) tidak berpengaruh dan berarah negatif terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Manufaktur dan Sektor Utama yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
4. Return on Asset (ROA) berpengaruh dan bearah negatif terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Manufaktur dan Sektor Utama yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
5. Secara simultan variabel Debt to asset ratio (DAR), Net profit margin
(NPM), Inventory turnover (ITO), dan Return on asset (ROA)
berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur
dan Sektor Utama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-
2016.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis
memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah atau mengganti
variabel independen dalam penelitian ini dengan variabel lain yang
dianggap dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat.
2. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya juga diharapkan agar dapat
menambah periode penelitian agar hasil yang diperoleh memiliki pengaruh
yang lebih dominan terhadap pertumbuhan laba.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Ima. 2015. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba
pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia..
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol. 13 No. 3 September 2015.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDI.
Gunawan, Ade dan Sri Fitri Wahyuni. 2013. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perdagangan di Indonesia. Jurnal
Manajemen & Bisnis Vol 13 No 01. 2013 ISSN: 1693-7619.
Harahap Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: caps.
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Meilyanti. 2017. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba
pada Sub Sektor Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2012-2016. Jurnal administrasi bisnis, 2017 5 (4) : 1000-1013 ISSN
2355-5408.
Prastowo, Dwi. 2011. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Rice, Agustina. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Laba dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Wira Ekonomi Mikroskil. Volume 6 Nomor 01, April 2016.
Safitri. 2016. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Konsumsi yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Perusahaan Kalbe Farma tbk Periode
2007-2014). Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Volume 2 Nomor 2 Nopember
2016.
Sari, Linda Purnama dan Endang Tri Widyarti. 2015. Analisis Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Kasus: Perusahaan ifood
and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009- 2013).
Volume 4, Nomor 4,Tahun 2015. ISSN: 2337-3792.
Siregar, Qahfi Romula dan Hade Chandra Batubara. 2017. Analisis Determinan
Pertumbuhan Laba di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Finansial Bisnis.
Volume 1 Nomor 1 2007. ISSN: 2597-3991.
Sugiono dan Edi Untung. 2016. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan
Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.
15
Sujarweni V. Wiratna. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Sujarweni V. Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sulistyowati dan Bambang Suryono. 2017. Analisis TATO, NPM, dan ROA
terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Food & Beverage. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi. Volume 6. Nomor 4. April 2017. ISSN: 2460-
0585. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Susanti, Nita Hari dan Siti Rokhmi Fuadati. Analisis Rasio Keuangan untuk
Memprediksi Pertumbuhan Laba Perusahaan Otomotif di BEI. Jurnal Ilmu
dan Riset Manajemen . Volume 3 Nomor 5 Tahun 2014.
Wahyuni, dkk. 2017.Pengaruh Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory
Turnover, dan Net Profit Margin terhadap Pertumbuhan Laba pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2011-2015. Akuntansi Dewantara Vol.1 No.2 Oktober 2017. p- ISSN:
2550-0376 |e-ISSN: 2549-9637.
Wibisono dan Triyonowati. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Otomotif di BEI. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen. Volume 5. Nomor 12. Desember 2016.
top related