4118-5809-1-pb
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
1/14
Hubungan Obesitas dengan Hiperurisemia
The Relation between Obesity with Hyperuricemia
Kery Bayu Santoso Katjong1, Ikhlas M. Jenie2
1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstract
Human transform nukleosida main purin, adenosine, and guanine into
uric acid. Because uric acid is a compound that difficult to dissolve in water, so,
to change a compound that is easily dissolved in water required an enzyme
urikase. Hyperuricemia is a condition where the blood uric acid level is above
normal. Hyperuricemia is known that can be harmful because it can cause gout
disease, nefrolithiasis. One of risk factor of hyperuricemia is obesity. Obesity
circumstances, may be increasing prevalence of disease such as kardiovaskular
disease, which are associated with metabolic syndrome that one of them is
hiperurisemia.
The objective of this research is to understand the correlation between
body mass index and the increase of uric acid in blood.
Type of research is descriptive research non-experimental research design
with "cross-sectional study". Data analysis will be done with an SPSS 15 program
with Spearman non-parametric correlation method. Research is the subject of
men in the area of Golo with IMT> 29 kg/m2 aged 22-48 years. The amount of
sample is taken as 20 people. Subjects are asked to fill the inform consent, and in
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
2/14
2
measuring body weight and higher body, blood pressure and the last measure is
the uric acid content in blood using tools that have been provided.
From the 20 subjects examined, 10 person (50%) are obesity and 10
person (50%) are non obesity, while the number of hyperuricemia, of which 20
subjects examined, there were 9 people (45%). From hyperurisemia of 9 people, 6
people (30%) are obesity, and 3 people (15%) are non obesity. Analysis of test
results using Spearman non-parametric correlation and Sugiyono correlation
strength table showed closeness correlation between obesity and hyperuricemia
(sig 0.025, correlation coefficient 0.500).
Conclusion of this research there is closeness correlation between obesity
and hyperuricemia.
Keyword: obesity, hyperuricemia
Abstrak
Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosine, dan guaninemenjadi asam urat. Dikarenakan asam urat merupakan senyawa yang sukar larut
dalam air, sehingga untuk bisa mengubahnya menjadi senyawa yang mudah larut
dalam air dibutuhkan suatu enzim urikase. Hiperurisemia merupakan keadaan
dimana kadar asam urat darah berada diatas normal. Diketahui bahwa
hiperurisemia sangat dapat merugikan karena dapat menyebabkan penyakit gout,
nefrolithiasis, dan mungkin berperan pada hipertensi dan penyakit kardiovaskular.
Salah satu faktor resiko hiperurisemia adalah obesitas. Keadaan obesitas,
diketahui dapat meningkatan prevalensi penyakit seperti penyakit kardiovaskular,
yang mana dikaitkan dengan sindroma metabolik yang salah satunya adalah
hiperurisemia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi indeks masa
tubuh dengan peningkatan kadar asam urat dalam darah.
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
3/14
3
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif non-eksperimental dengan
rancangan penelitian cross sectional study. Analisis data akan dilakukan dengan
alat bantu program SPSS 15 dengan metode Spearman non-parametric
correlation test. Subyek penelitian adalah laki-laki di kawasan Golo dengan IMT
> 29 kg/m2 berusia 22-48 tahun. Jumlah sample yang diambil sebanyak 20 orang.
Subyek diminta untuk mengisi inform consent, kemudian di ukur berat badan dan
tinggi badan, tekanan darah dan yang terakhir di ukur kadar asam urat dalam
darah menggunakan instrumen yang sudah disediakan.
Dari 20 subyek yang diteliti, 10 orang (50%) merupakan obesitas dan 10
orang (50%) merupakan non obesitas, sedangkan jumlah penderita hiperurisemia,
dari 20 subyek yang diteliti, terdapat 9 orang (45%). Dari penderita 9 orang
hiperurisemia, 6 orang (30%) obesitas dan 3 orang (15%) non obesitas. Hasil
analisis menggunakan tes korelasi non-parametric Spearman dan table kekuatan
hubungan Sugiyono menunjukkan hubungan yang sedang antara obesitas dengan
hiperurisemia (sig 0,025; koefisien korelasi 0,500).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi atau hubungan
dengan tingkat keeratan sedang antara obesitas dengan peningkatan asam urat
dalam darah (hiperurisemia).
Kata kunci: obesitas, hiperurisemia
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
4/14
4
Pendahuluan
Manusia mengubah nukleosida purin utama, adenosine, dan guanine
menjadi asam urat. Dikarenakan asam urat merupakan senyawa yang sukar larut
dalam air, sehingga untuk bisa mengubahnya menjadi senyawa yang mudah larut
dalam air dibutuhkan suatu enzim urikase. Meskipun demikian, manusia hanya
memiliki sedikit sekali enzim urikase, sehingga produk akhir katabolisme purin
pada manusia yang berupa asam urat tidak dapat diubah menjadi senyawa yang
mudah diekskresi yaitu alantoin. Hal ini bisa mengakibatkan resiko terjadinya
hiperurisemia3,12
Hiperurisemia merupakan keadaan dimana kadar asam urat darah diatas
normal. Berdasarkan populasi, umumnya rata-rata kadar asam urat darah normal
tertinggi adalah 7 mg/dl pada laki-laki dewasa dan 6 mg/dl pada wanita
premenopause. Data penelitian populasi di DKI Jakarta pada penduduk usia 26-64
tahun (2006), didapatkan kadar asam urat darah normal adalah 6,067 + 1,533
mg/dl pada laki-laki dewasa dan 4,616 + 1,240 mg/dl pada wanita. Diketahui
bahwa hiperurisemia sangat dapat merugikan karena dapat menyebabkan penyakit
gout, nefrolithiasis, dan mungkin berperan pada hipertensi dan penyakit
kardiovaskular8
Obesitas merupakan keadaan klinis akumulasi jaringan lemak berlebihan,
dimana antara masukan energy (energy intake) lebih besar dari pengeluaran
energy (energy expenditure). Keadaan obesitas, diketahui dapat meningkatan
prevalensi penyakit seperti penyakit kardiovaskular, yang mana dikaitkan dengan
sindroma metabolik atau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari
hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/ diabetes mellitus, dislipidemia,
hiperurisemia, gangguan fibrinolisis, hipertensi, hiperfibrinogemia9.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
hubungan antara obesitas dengan hiperurisemia. Tujuan dari penelitian ini adalah
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
5/14
5
untuk mengetahui adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan
peningkatan kadar asam urat darah. Diharapkan penelitian ini akan memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu kedokteran khususnya di bidang kesehatan
tentang hubungan antara obesitas dengan hiperurisemia.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif non-eksperimental dengan
rancangan penlitian cross sectional study. Sample yang diambil adalah sebanyak
20 orang dengan teknik pengambilan sample menggunakan random sampling.
Sample yang diambil adalah penderita obesitas yang berusia 22-48 tahun.
Variable bebas (independent) dalam penelitian ini adalah obesitas, sedangkan
variable tergantung (dependent) adalah kadar asam urat darah.
Hasil
Jalannya penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei 2009. Tempat penelitian dilakukan di
Kediaman Bapak Rahimin Katjong jalan Golo Gg. Bakung, Kelurahan Pandeyan,
Yogyakarta. Sebelum memulai penelitian, subyek dipersilahkan untuk mengisi
surat persetujuan penelitian (Inform Consent). Setelah mendapat persetujuan,
subyek kami ukur tinggi badan dan berat badannya. Kemudian kami mengukur
tekanan darah subyek dan istirahat 5-10 menit. Setelah istirahat, kami mulai
mengukur asam urat darah subyek dengan menggunakan instrument (Easy Touch
GU) yang sudah di sediakan. Sebagai tanda terima kasih kami memberikan gift
berupa kaos dan gantungan kunci.
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
6/14
6
Karakteristik dasar subyek penelitian
Tabel 1. Karakteristik dasar subyek penelitian (n=20)
Variable Mean Std. Deviasi
Usia
22-28
31-37
40-48
25.86
34.37
44.80
+ 2.85
+ 1.92
+ 4.38
Berat badan (kg)
Tinggi badan (cm)
IMT (kg/m2)
72,15
157,4
26,38
+ 3.56
+ 15.48
+ 5.68
Tabel 2. Karakteristik dasar subyek penelitian (n=20)
Variable Jumlah Persen (%)
Usia
22-28
31-37
40-48
7
8
5
35%
40%
25%
Pekerjaan
Sudah bekerja
Tidak bekerja
13
7
65%
35%
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
7/14
7
Kadar asam urat
Normal
Tinggi (> 7 mg/dl2)
11
9
55%
45%
Subyek penelitian berjumlah 20 orang. Jika dilihat dari umur, subyek
berumur 28 tahun adalah yang terbanyak, yakni 4 orang (20%), disusul dengan
yang berusia 35 tahun (3 orang).
Mayoritas subyek yang diteliti sudah bekerja, yaitu berjumlah 13 orang
(65%), sedangkan sisanya yaitu 7 orang (35%) dimana, 4 orang (20%) Pensiunan
dan sisanya 3 orang (15%) Mahasiswa. Data tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas probandus yang diteliti sudah bekerja (65%).
Subyek dengan IMT > 29 kg/m2 (obesitas)
Tabel 3. Frekuensi subyek dengan IMT > 29 kg/m2 (obesitas)
Variabel Jumlah (orang) Persen (%)
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
8/14
8
Usia
22-28
31-37
40-48
5
3
2
(25%)
(15%)
(10%)
Tabel 4. Frekuensi Indeks Masa Tubuh
Indeks Massa Tubuh
Normal Gemuk
Jumlah 10(50%) 10(50%)
Penderita hiperurisemia
Table 5. Perbandingan penderita hiperurisemia dan normosemia
Variabel Normal Hiperurisemia
Usia
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
9/14
9
22-28
31-37
40-48
4 (20%)
5 (25%)
2 (10%)
3 (15%)
3 (15%)
3 (15%)
Table 6. Gambaran hubungan antara kadar asam urat dan berat badan
Berat Badan
Asam Urat
Normal Tinggi Nilai p
Normal
7
(35%)
3
(15%)0,025
Obesitas
4
(20%)
6
(30%)
Hasil analisis data
Hasil analisis korelasi antara obesitas dengan hiperurisemia menggunakan tes
korelasi non-parametric Spearman menunjukkan signifikansi 0,025.
Keterangan:
1. Jika Sig > 0,05, H0 diterima, ini berarti tidak ada korelasi antara obesitas
dengan hiperurisemia
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
10/14
10
2. Jika Sig < 0,05, H0 ditolak, H1 diterima, ini berarti ada hubungan antara
obesitas dengan hiperurisemia
Pada tabel, diketahui bahwa angka signifikansi adalah 0,025. Berarti sig < 0,05,
maka ini berarti ada korelasi yang signifikan antara obesitas dengan
hiperurisemia.
Hasil analisis data menunjukkan kekuatan korelasinya antara obesitas dan
hiperurisemia adalah 0,500. Berdasarkan table kekuatan hubungan dari Sugiyono,
maka kekuatan korelasi 0,500 dinyatakan memiliki korelasi yang sedang.
Diskusi
Hipeurisemia adalah hasil dari peningkatan produksi atau penurunan
pengeluaran dari asam urat atau merupakan gabungan dari kedua kedua proses
tersebut, yang dimana konsentrasi serum urat > 420 mol/L (7.0 mg/dl) 6.
Normalnya asam urat dilarutkan dalam darah kemudian masuk melewati
ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Jika tubuh meningkatkan produksi asam urat
atau jika ginjal tidak dapat mengeluarkan cukup asam urat dari tubuh, maka kadar
asam urat dalam darah meningkat atau disebut juga hiperurisemia3,5.
Secara garis besar, hiperurisemia terjadi karena produksi asam urat berlebih
(overproduction), pengeluaran yang berkurang (underexcretion) atau gabungan
kedua mekanisme diatas
2
.
Hasil penelitian ini memberikan data deskriptif mengenai prevalensi
penderita obesitas yang cenderung hiperurisemia. Dari data yang diperoleh
diketahui bahwa 30% dari sampel penderita obesitas yang diambil dari kawasan
Golo menderita hiperurisemia. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
11/14
11
menyatakan bahwa kemungkinan adanya hubungan antara obesitas dan kadar
asam urat darah. Dimana peningkatan BMI, waist to hip ratio dan peningkatan
berat badan, berkaitan dengan peningkatan asam urat yang meningkatkan resiko
gout pada laki-laki1. Sebaliknya penelitian openlabel intervention menunjukkan,
penurunan berat badan diikuti penurunan asam urat dan kejadian gout8. Serta
Boston Veterans Administration Normative Aging Studi pada penelitiannya
menunjukkan bahwa BMI menjadi salah satu faktor predileksi yang independent
dalam peningkatan kadar asam urat darah dalam perkembangannya menjadi
gout15.
Penelitian ini juga memperlihatkan data bahwa 45% dari sampel yang
berusia 22-48 tahun terkena hiperurisemia. Jika dilihat lebih rinci, subjek dengan
obesitas yang memiliki hiperurisemia adalah yang terbanyak, yakni 6 orang (60%)
sedangkan yang tidak memiliki hiperurisemia hanya 4 orang (40%). Hal ini cukup
sesuai dengan Framingham study yang didapatkan korelasi antara berat badan dan
kadar asam urat, terutama pada kelompok umur 35-44 tahun8. Selain itu hal
tersebut juga sesuai dengan pernyataan yang dikutip dari penjelasan tentang
hiperurisemia oleh Yasir Qazi yang tertulis bahwa prevalensi hiperurisemia
meningkat pada kelompok umur dibawah 65 tahun dimana, pria memiliki
prevalensi 4 kali lebih tinggi2.
Banyak penelitian yang telah dilakukan di berbagai negara yang
menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat antara obesitas dengan
hiperurisemia. Pada penelitian populasi di Cina, kadar asam urat dalam darah
berhubungan dengan keadaan syndroma metabolic. Selain itu pada penelitian
yang dilakukan oleh Li-Ying Chen menunjukkan adanya korelasi antara
hiperurisemia dengan sindrom metabolic, yang dimana terkait erat dengan serum
trigliserid15. Yoo et al. (2005) dan Becker dan Jolly (2006) melaporkan bahwa
hyperglycemia merupakan faktor risiko yang bermakna untuk hyperuricemia.
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
12/14
12
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa memang ada hubungan atau
korelasi antara obesitas dengan hiperurisemia dengan korelasi sedang. Lemahnya
penelitian bisa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama karena kurangnya jumlah
subyek yang ada dalam penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian lain yang
sudah dilakukan oleh para ahli, sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Selain dari kurangnnya jumlah subyek, adanya variabel pengganggu juga menjadi
faktor penting yang tidak bisa disingkirkan, mengingat metode penelitian ini
adalah cross sectional, misalnya seperti yang telah disebutkan dalam tinjauan
pustaka, bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan perkembangan
hiperurisemia, yang dimana beberapa diantaranya dapat dikontrol dan beberapa
diantaranya tidak dapat. Obesitas dan hipertensi hanyalah salah satu factor yang
dapat meningkatkan resiko hiperurisemia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dengan Spearman non-parametric
correlation test, pada penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa ada korelasi
yang signifikan antara obesitas dengan hiperurisemia (sig 0,025). Dari penelitian
ini juga diperoleh koefisien korelasi 0,500. Berdasarkan table kekuatan hubungan
dari Sugiyono, diperoleh kesimpulan bahwa korelasinya tergolong sedang.
Saran
Bagi penderita obesitas dan hiperurisemia untuk bisa memilih makananyang baik dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Selain itu
disarankan pula melakukan exercise dengan prinsip FIT (frequency, intensity and
time), mengingat pola hidup sehat itu penting untuk mengatasi obesitas,
hiperurisemia dan penyakit yang di timbulkannya. Dan juga disarankan untuk
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
13/14
13
banyak minum air putih, minimal 2.5 liter/hari. Konsumsi cairan yang tinggi dapat
membantu mengeluarkan asam urat melalui urin.
Selain itu, peran dari keluarga dan orang-orang terdekat sangat penting
dalam hal ini, agar bisa memberi support dalam pengaturan diet dan olah raga
bagi penderita obesitas dan hiperurisemia agar bisa menjalankan pola hidup sehat
yang cukup sulit dilaksanakan.
Daftar Pustaka
1. Choi HK, Mount DB, Reginato AM. Pathogenesis of gout. Ann Intern Med.
2005; 143 : 499-516.
2. Yasir Qazi, MD. Hyperuricemia [Online]. 2007 Sep 21.
3. Tjokorda Raka Putra. Hiperurisemia. Pada Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadidrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 4. 2006:
1213-1217.
4. Li-Ying Chen, Wen-Hua Zhu, Zhou-Wen Chen, Hung-Lei Dai, Jing-Jing
Ren, Jian-Huo Chan, Lei-Gian Chen, and Li-Zheng Fang. Relationship
between metabolic syndrome and hyperuricemia. 2005. PMCID:
PMC1934956.
5. Carol & Richard Eustice. Women and men with gout share certain
risk factors research shows gout does not sexually discriminate [Online].
2007 May 7.
6. Robert L. Wortmann. Disorder of purine and pirimidin metabolism. Pada
Dennis L. K, Anthony S. F, Don L. Longo, Eugene BW, Stephen C. H, J.
Larry J. Principles of Internal Medicine. 16 Edition. 338: 2308-2313.
-
7/28/2019 4118-5809-1-PB
14/14
14
7. Melvin R Hayden and Suresh C Tyagi. Uric acid a new look at an old risk
marker for cardiovaskular, metabolic syndrom and type 2 diabetes melitus.
Nutrition & Metabolism 2004, 1:10doi:10.1186/1743-7075-1-10.
8. Sumariyono, Isbagio H, Setyohadi B. Kasjmir Yl, Wijaya LK. Profil kadar
asam urat pada berbagai kelompok usia. 2007.
9. Sugondo S. Obesitas. Pada: Sudoyo AW, Setiyohadi B. Alwi I. Simadidrata
M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 4. 2006: 1941-1947.
10. Wikipedi Indonesia. Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia: obesitas
[Online]. [2008] [cited 2008 Apr 16]. Available from: URL:
http://id.wikipedi.org/
11. Arif M, Suprohaita, Wahyu IW, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
ke 3. 2000: 522-524.
12. Victor W. Rodwell. Metabolisme nukleotida purin dan pirimidin. Pada:
Robert K. Murray, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W. Rodwell.
Biokimia Harper. Edisi ke 25. 2003: 366-380.
13. Herni K, Hariawati H, Ivo NS, Lyana S, Valleria, Wanny S. KamusKedokteran Dorlan. Edisi ke 29. Jakarat: EGC. 2002.
14. Sudigdo S & Sofyan Ismael. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.1995.
15. Susan J Lee, Robert A Terkeltaub, Arthur Kavanaugh. Recent Developments
in Diet and Gout. 2006 Maret 15.
http://id.wikipedi.org/http://id.wikipedi.org/