wrap up mencret
DESCRIPTION
saaaasTRANSCRIPT
BLOK KESEIMBANGAN CAIRAN
ELEKTROLIT DAN ASAM BASA
KELOMPOK A-17
Ketua : Diah Daryanti Salim (1102012063)
Sekretaris : Ayu Anggraeni Herwanto (1102012036)
Anggota : Aditya Pratama Saanin (1102012006)
Ayang Prima Lestari (1102012035)
Danny Syabilla Azhar (1102012048)
Denny Susanto (1102012054)
Desla Citra Ayu (1102012057)
Febrian Perlangga M. (1102012085)
Ika Rohaeti (1102012117)
Maya Astuti Saphira (1102012158)
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
2012-2013
SKENARIO III
MENCRET
Seorang laki-laki, 35 tahun, dibawa ke puskesmas karena mengalami mencret lebih
dari 12 kali dalam sehari sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini timbul setelah makan
malam di warung nasi dekat rumahnya. Pemeriksaan fisik: kesadaran komposmentis
lemah, TD: 85/60 mmHg, nadi: 120x/menit, pernapasan 34x/menit, cepat dalam.
Volum urin sedikit. Di Puskesmas penderita dipasang infus dan diberikan pertolongan
pertama lalu dirujuk ke RS terdekat. Dokter meminta untuk diperiksa Analisa Gas
Darah. Kesannya: terdapat gangguan keseimbangan asam basa berupa asidosis
metabolik, dengan anion gap yang normal.
SASARAN BELAJAR :
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Asam Basa
LO. 1.1 Definisi Asam Basa
LO. 1.2 Klasifikasi Asam Basa
LO. 1.3 Penentuan pH Larutan Asam Basa
LO. 1.4 Gangguan Keseimbangan Asam Basa
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Analisa Gas Darah
LO. 2.1 Definisi dan Komponen Analisa Gas Darah
LO. 2.2 Tujuan Analisa Gas Darah
LO. 2.3 Langkah-Langkah Analisa Gas Darah
LO. 2.4 Indikasi Analisa Gas Darah
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Asidosis Metabolik
LO. 3.1 Definisi Asidosis Metabolik
LO. 3.2 Etiologi Asidosis Metabolik
LO. 3.3 Diagnosis Asidosis Metabolik
LO. 3.4 Patofisiologi Asidosis Metabolik
LO. 3.5 Kompensasi Asidosis Metabolik
LO. 3.6 Penatalaksanaan Asidosis Metabolik
LI. 1 Memahami dan Menjelaskan Asam Basa
LO. 1.1 Definisi Asam Basa
Asam : sekelompok zat yang mengandung hydrogen yang mengalami disosiasi atau
terpisah dalam larutan untk menghasilkan H+
Basa : bahan yang berikatan dengan H+
ASAM BASA Menurut Teori-Teori :
Teori Arhenius
Asam : zat yang terdisosiasi dalam air membentuk ion hydrogen (H+)
Basa : zat yang terdisosiasi dalam air membentuk ion hidroksil (OH-)
Teori Bronsted Lawry
Asam : suatu zat / bahan yang cenderung memberikan sebuah proton
Basa : suatu zat / bahan yang cenderung menerima sebuah proton
Asam basa adalah proses menerimanya proton serta pembentukan ion hydrogen dan
hidrosil :
- Diperkenalkan oleh Johannes Bronsted Lowry pada tahun 1923
- Asam didenifisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan ion hydrogen
dan sebuah basa adalah suatu zat yang dapat menerima ion hydrogen
- Dalam reaksi asam basa, ion hydrogen dipindahkan dari asam ke basa
LO. 1.2 Klasifikasi Asam Basa
Berdasarkan Kekuatannya :
ASAM KUAT
- Asam kuat adalah asam yang seluruhnya terionisasi di dalam larutan air.
Contohnya HCl, HBr, H2SO4, HNO3, dan HClO4 .
- Kekuatan asam dari seluruh asam kuat sama besar (efek perataan) dalam
pelarut air, walaupun kemampuan untuk menyumbangkan hydrogen
berbeda.
- Kesetimbangan reaksi asam kuat bergerak kea rah kanan ( = 1 )
BASA KUAT
- Basa kuat yaitu basa yang bereaksi sempurna menghasilkan ion OH- bila
dilarutkan dalam air, ion amida (NH2-) dan hidrida (H-) merupakan basa
kuat.
- Kekuatan basa dari seluruh basa kuat sama besar (efek perataan) dalam
pelarut air walaupun kemampuan untuk menyumbangkan OH- berbeda.
- Keserimbangan reaksi basa kuat bergerak kearah kanan ( =1 )
ASAM LEMAH
BASA LEMAH
Berdasarkan dari Proses Metabolisme :
- Asam volatile : asam yang mudah menguap, dapat berubah bentuk
menadi cair maupun gas. Ex : CO2. Aa.
- Asam non volatile : asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat
berubah bentuk menjadi gas untuk diekskresikan oleh paru-paru, tetapi
harus dieksresikan oleh ginjal Dapat berupa asam organic dan asam
anorganik.
Berdasarkan Kemampuan Ionisasinya Asam & Basa :
- Asam dan Basa Monoprotik
Dapat melepaskan suatu ion H+/OH- (ionisasi primer)
- Asam dan Basa Protipotik
Dapat melepaskan 3 atau lebih ion H+/OH- (ionisasi tersier)
- Asam dan Basa diprotic
Dapat melepaskan ion H+/OH- (ionisasi sekunder)
LO. 1.3 Cara Penentuan pH Larutan Asam Basa
Pengertian Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah senyawa khusus yang ditambahkan pada larutan, dengan
tujuan mengetahui kisaran pH dalam larutan tersebut. Indikator asam basa biasanya
adalah asam atau basa organik lemah. Senyawa indikator yang tak terdisosiasi akan
mempunyai warna berbeda dibanding dengan indikator yang terionisasi. Sebuah
indikator asam basa tidak mengubah warna dari larutan murni asam ke murni basa
pada konsentrasi ion hidrogen yang spesifik, melainkan hanya pada kisaran
konsentrasi ion hidrogen. Kisaran ini merupakan suatu interval perubahan warna,
yang menandakan kisaran pH.
Sorenson (1909) menyatakan jumlah ion hydrogen dalam bentuk pH , yaitu logaritma
negatif konsentrasi ion H+ . pH = - log [H+] . Suatu larutan yang memiliki pH 7
disebut netral karena mengandung ion hydrogen dan ion hidroksida dengan
konsentrasi setara. Suatu larutan disebut asam bila memiliki pH di bawah 7 karena
mengandung ion hydrogen lebih banyak dibanding dengan ion hidroksida. Suatu
larutan disebut basa bila pH di atas 7 karena memiliki ion hidroksida lebih banyak
dengan ion H+ . pH adalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+ yang
sangat kecil.
Penggunaan Indikator Asam Basa
Larutan yang akan dicari tingkat keasamannya diberi suatu asam basa yang sesuai,
kemudian dilakukan suatu titrasi. Perubahan pH dapat diketahui dari perubahan warna
larutan yang berisi indikator. Perubahan warna ini sesuai dengan kisaran pH yang
sesuai dengan jenis indikator.
Indikator yang Biasa Digunakan
Di bawah ini ada beberapa indikator asam basa yang sering digunakan. Indikator
dapat bekerja pada larutan, maupun alkohol sesuai dengan sifatnya. Inilah contoh
indikator yang digunakan untuk mengetahui pH.
Indikator pH berwarna pink saat basa dan tak berwarna saat asam
Daftar Indikator Asam Basa Lengkap
INDIKATORRENTANG
PH
KUANTITAS
PENGGUNAAN PER 10
ML
ASAM BASA
Timol biru 1,2-2,8 1-2 tetes 0,1% larutan merah kuning
Pentametoksi
merah1,2-2,3
1 tetes 0,1% dlm larutan 0%
alkohol
merah-
ungu
tak
berwarna
Tropeolin OO 1,3-3,2 1 tetes 1% larutan merah kuning
2,4-Dinitrofenol 2,4-4,01-2 tetes 0,1% larutan dlm
50% alkohol
tak
berwarnakuning
Metil kuning 2,9-4,01 tetes 0,1% larutan dlm 90%
alkoholmerah kuning
Metil oranye 3,1-4,4 1 tetes 0,1% larutan merah oranye
Bromfenol biru 3,0-4,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru-ungu
Tetrabromfenol
biru3,0-4,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru
Alizarin natrium
sulfonat3,7-5,2 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu
α-Naftil merah 3,7-5,01 tetes 0,1% larutan dlm 70%
alkoholmerah kuning
p-Etoksikrisoidin 3,5-5,5 1 tetes 0,1% larutan merah kuning
Bromkresol hijau 4,0-5,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru
Metil merah 4,4-6,2 1 tetes 0,1% larutan merah kuning
Bromkresol ungu 5,2-6,8 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu
Klorfenol merah 5,4-6,8 1 tetes 0,1% larutan kuning merah
Bromfenol biru 6,2-7,6 1 tetes 0,1% larutan kuning biru
p-Nitrofenol 5,0-7,0 1-5 tetes 0,1% larutantak
berwarnakuning
Azolitmin 5,0-8,0 5 tetes 0,5% larutan merah biru
Fenol merah 6,4-8,0 1 tetes 0,1% larutan kuning merah
Neutral merah 6,8-8,01 tetes 0,1% larutan dlm 70%
alkoholmerah kuning
Rosolik acid 6,8-8,01 tetes 0,1% larutan dlm 90%
alkoholkuning merah
Kresol merah 7,2-8,8 1 tetes 0,1% larutan kuning merah
α-Naftolftalein 7,3-8,71-5 tetes 0,1% larutan dlm
70% alkohol
merah
mawarhijau
Tropeolin OOO 7,6-8,9 1 tetes 0,1% larutan kuningmerah
mawar
Timol biru 8,0-9,6 1-5 tetes 0,1% larutan kuning biru
Fenolftalein (pp) 8,0-10,01-5 tetes 0,1% larutan dlm
70% alkohol
tak
berwarnamerah
α-Naftolbenzein 9,0-11,01-5 tetes 0,1% larutan dlm
90% alkoholkuning biru
Timolftalein 9,4-10,6 1 tetes 0,1% larutan dlm 90% tak biru
alkohol berwarna
Nile biru 10,1-11,1 1 tetes 0,1% larutan biru merah
Alizarin kuning 10,0-12,0 1 tetes 0,1% larutan kuning lilac
Salisil kuning 10,0-12,01-5 tetes 0,1% larutan dlm
90% alkoholkuning
oranye-
coklat
Diazo ungu 10,1-12,0 1 tetes 0,1% larutan kuning ungu
Tropeolin O 11,0-13,0 1 tetes 0,1% larutan kuningoranye-
coklat
Nitramin 11,0-13,01-2 tetes 0,1% larutan dlm
70% alkohol
tak
berwarna
oranye-
coklat
Poirrier's biru 11,0-13,0 1 tetes 0,1% larutan biru ungu-pink
Asam
trinitrobenzoat12,0-13,4 1 tetes 0,1% larutan
tak
berwarna
oranye-
merah
Indikator Asam Basa Alami
Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami. Beberapa
tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam basa alami
antara lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan bunga yang mempunyai warna
(anggrek, kamboja jepang, bunga sepatu, asoka, bunga kertas). Cara membuat
indikator asam basa alami adalah :
1. Menumbuk bagian bunga yang berwarna pada mortar.
2. Menambahkan sedikit akuades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan
ekstrak cair.
3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan dan diteteskan dalam keramik.
4. Menguji dengan meneteskan larutan asam dan basa pada ekstrak, sehingga
ekstrak dapat berubah warna.
Inilah hasil pengamatan beberapa indikator asam basa alami.
WARNA
BUNGA
NAMA
BUNGA
WARNA
AIR
BUNGA
WARNA AIR
BUNGA
KEADAAN
ASAM
WARNA AIR
BUNGA
KEADAAN
BASA
MerahKembang
sepatuUngu muda Merah Hijau tua
Kuning TerompetKuning
keemasanEmas muda Emas tua
Ungu Anggrek Ungu tua Pink tua Hijau kemerahan
Merah Asoka Coklat muda Oranye muda Coklat
Kuning Kunyit Oranye Oranye cerah Coklat kehitaman
Ungu Bougenville Pink tua Pink muda Coklat teh
Pink EuphorbiaPink keputih-
putihanPink muda Hijau lumut
Merah Kamboja Coklat tua Coklat oranye Coklat kehitaman
LO.1.4 Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Gangguan kesimbangan asma-basa dapat disebabkan oleh disfungsi pernapasan dan
gangguan metabolik.
Faktor pernapasan : disebabkan oleh perubahan H+ yang dihasilkan asam karbonat
[H2CO3] berkaitan dengan kelainan CO2.
Faktor metabolik : berkaitan dengan kelainan HCO3-karena ketidaksamaan antara
jumlah HCO3- yang ada dan jumlah H+ yang dihasilkan asam non H2CO3 yang
harus didapar oleh HCO3-.
Asidosis respiratorik
Memiliki rasio kurang dari 20/1 yang berasal dari peningkatan [CO2]. Peningkatan
[CO2] mengakibatkan hipoventilasi.
Penyebab : paru, depresi pusat pernapasan, gangguan saraf.
Kompensasi :
1. Dapar kimiawi menyerap H+
2. Ginjal : menahan HCO3- yang difiltrasi dan menambahkan HCO3-
baru keplasma dan mengekskresi lebih banyak H+
Alkalosis repiratorik
Memiliki rasio leboh dari 20/1 yang berasal dari penurunan [CO2].
Penyebab : demam , rasa cemas, keracunan aspirin.
Penurunan [CO2] mengakibatkan hiperventilasi.
Kompensasi :
1. Dapar kimiawi menbebaskan H+
2. Ginjal : mengekskresikan lebih banyak HCO3- dan menahan H+
Asidosis metabolik
Memiliki rasio kurang dari 20/1 yang berkaitan dengan penurunan [HCO3]
Penyebab : diare berat, diabetes militus, olahraga berat, asidosis uremik.
Kompensasi :
1. Dapar kimiawi menyerap kelebihan H+
2. Paru : mengeluarkan lebih banyak CO2 penghasil H+
3. Ginjal : menahan HCO3- dan mengekskresi lebih banyak H+
Alkalosis metabolik
Memiliki rasio leboh dari 20/1 yang berkaitan dengan peningkatan [HCO3].
Penyebab : muntah, ingesti obat alkali.
Kompensasi :
1. Dapar kimiawi : membebaskan H+
2. Paru : ventilasi berkurang sehingga CO2 penghasil H+ tertahan
dicairan tubuh.
3. Ginjal : mengekskresikan lebih banyak HCO3- dan menahan H+
LI. 2 Memahami dan Menjelaskan Analisa Gas Darah
LO. 2.1 Definisi dan Komponen Analisa Gas Darah
Definisi :
Analisa Gas Darah adalah tes untuk mengukur pH , tegangan karbon dioksida (CO2) ,
dan tegangan oksigen (O2) dari darah artenal, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan asam basa dari hemoglobin. Anion Gap : Mengukur keseimbangan antara
ion positif (kation) dan ion negatif (anion) . Pemeriksaan gas darah arteri dan pH
sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat
menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak
dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Komponen :
- PH
PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan atau
penuruna ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari PH cairan tubuh. Bila ion H+
meningkat PH akan rendah dan bila ion H+ menurun PH akan meningkat.
- PaCO2
PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut. PaCO2 ini
merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan menentukan cukup
tidaknya ventilasi alveolar. Bila PaCO2 rendah menunjukkan adanya hyperventilasi
karena rangsangan pernafasan dan bila PaCO2 tinggi (hypoventilasi) menunjukkan
adanya kegagalan ventilasi alveolis. Pada PaCO2 rendah konsentrasi ion H+ akan
rendah dan PH meningkat, sedangkan bila terjadi peningkatan PaCO2 konsentrasi ion
H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah
- PaO2
PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam darah. PaO2
akan memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri
- Base Ekses
Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam tetap atau
kekurangan basa / kelebihan asam.
Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif menunjukkan
kelebihan asam
- TCO2
Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat, bikarbonat dan
senyawa karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk klinik gangguan
keseimbangan asam untuk memperkirakan kelebihan atau kekurangan basa karena
perbandingan bikarbonat dan asm bikarbonat 20 : 1
- Saturasi O2
Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk menghitung
kandungan oksigen dalam darah.
Rentang nilai normal :
pH : 7, 35-7, 45 TCO2 : 23-27 mmol/L
PCO2 : 35-45 mmHg Basa Ekses (BE): 0 ± 2 mEq/L
PO2 : 80-100 mmHg Saturasi O2 : 95 % atau lebih
HCO3 : 22-26 mEq/L
Batas normal anion gap adalah 10 – 12 mmol/l. Rentang normal ini harus disesuaikan
pada pasien dengan hipoalbumin atau hipofosfatemi untuk mencegah terjadinya
asidosis dengan anion gap yang lebih.
LO. 2.2 Tujuan Analisa Gas Darah
Pengukuran analisa gas darah adalah cara terbaik untuk evaluasi keseimbangan asam-
basa.
1. Sebagai penggambaran hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan
2. Pegangan dalam penanganan pasien-pasien yang memiliki penyakit berat yang
akut dan menahun
3. pH : mengukur konsentrasi H+ untuk menunjukan status asam-basa darah.
Nilai menunjukan apakah pH arteri normal (7,40), asam (<7,40), atau alkalotik
(>7,40). Karena kemampuan mekanisme kompensasi untuk “menormalkan”
pH, nilai hampir-normal tidak meniadakan kemungkinan dari gangguan asam-
basa.
4. PaCO2 : tekanan parsial karbon dioksida pada arteri. PaCO2 merupakan
komponen pernapasan dari pengaturan asam-basa dan diatur oleh perubahan
frekuensi dan kedalaman ventilasi pulmoner.
5. PaO2 tekanan oksigen parsial dalam arteri. PaO2 tidak mempunyai peran
pengaturan asam-basa bila terdapat dalam rentang normal.
6. Saturasi : mengukur derajat hemoglobin tersaturasi oleh oksigen. Saturasi ini
dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu, pH, dan PaCO2.
7. Kelebihan atau kekurangan basa : menunjukkan, dalam istilah umum,
terdapatnya jumlah buffer darah (hemoglobin dan bikarbonat plasa).
8. HCO3- : bikarbonat serum merupakan komponen ginjal mayor dari
pengaturan asam-basa. HCO3- diekskresikan atau dihasilkan oleh ginjal untuk
mempertahankan lingkungan asam-basa normal.
Tujuan Umumnya yaitu :
- Untuk mengetahui keseimbangan asam & basa dalam tubuh
- Untuk mengetahui kadar O2 dalam tubuh
- Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
LO. 2.3 Langkah-Langkah Analisa Gas Darah
a. Langkah satu : Tentukan apakah pH normal. Bila pH menyimpang dari 7,40,
perhatikan seberapa besar pH menyimpang dan kemana arahnya.
b. Langkah dua : Periksa PaCO2. Bila menyimpang dari 40 mmHg, seberapa
banyak PaCO2 menyimpang dan ke mana arahnya.
c. Langkah tiga : Tentukan nilai HCO3- , tentukan nilai HCO3- (mungkin
menunjukan kandungan CO2 total, CO2 serum, atau HCO3- serum). Bila
HCO3- menyimpang dari 24/ mEq/L, perhatikan derajat dan arah
penyimpangan.
d. Langkah empat : Bila baik PaCO2 dan HCO3- abnormal, tetapkan nilai mana
yang berhubungan lebih erat dengan nilai pH.
e. Langkah lima : Periksa PaCO2 dan saturasi oksigen untuk menentukan apakah
PaCO2 turun, normal, atau meningkat.
LO. 2.4 Indikasi Analisa Gas Darah
1 Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2 Pasien deangan edema pulmo
3 Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4 Infark miokard
5 Pneumonia
6 Klien syok
7 Post pembedahan coronary arteri baypass
8 Resusitasi cardiac arrest
9 Klien dengan perubahan status respiratori
10 Anestesi yang terlalu lama.
11 Gangguan pernafasan dan gangguan metabolisme, saat darah terlalu banyak
mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa)
LI. 3 Memahami dan Menjelaskan Asidosis Metabolik
LO. 3.1 Definisi Asidosis Metabolik
Turunnya kadar ion HCO3 di ikuti dengan penurunan tekanan parsial CO2 di
dalam arteri. Kompensasi umumnya terdiri dari kombinasi mekanisme respiratorik
dan ginjal, ion hydrogen berinteraksi dengan ion bikarbonat membentuk molekul CO2
yang di eleminasi paru, ginjal mengupayakan ekresi ion hydrogen ke urin dan
memproduksi ion bikarbonat yang di lepaskan ke cairan ekstraseluler. Kadar ion
HCO3 normal adalah sebesar 24 meq/L dan kadar normal PCO2 adalah 40 mmhg
dengan kadar ion H sebesar 40 nanomol/L. penurunan kadar ion HCO3 sebesar 1
meq/L akan di ikuti oleh penurunan pco2 sebesar 1,2 mmHg.
Peran ginjal , dalam keadaan asidosis metabolic, kompensasi tubuh melalui ginajal
adalah meningkatkan sekresi dan eksresi ion-H (asidifikasi urin, pH urin turun)
sebanyak 50-100 meq/hari serta reabsorbsi ion HCO3 yang terdapat dalam cairan
filtrate glomelurus.sekresi ion H+ terjadi di tubulus proximal dan di intercalated
duktus kolingents. Sekresi ion H di tubulus proximal terjadi melalui penukar Na-H
dan pompa H-ATPase. Ion H+ disekresi di tubulus proximal akan bergabung dengan
ion HCO3 di filtrasi glomelurus membentuk H2CO3.di tubulus distal khususnya pada
duktus kolingentes, asidifikasi urin terjadi dengan disekresikannya ion H oleh pompa
HATPase dan pompa H-K-ATPase pada bagian apical.
LO. 3.2 Etiologi Asidosis Metabolik
Penyebab Asidosis Metabolik:
1. Pembentukan asam yang berlebihan didalam tubuh
2. Berkurangnya kadar ion HCO3 didalam tubuh
3. Adanya retensi ion H didalam tubuh.
Etiologi Alasan
Abnormalitas saluran pencernaan
Kelaparan dan malnutrisi berat
Diare kronis
Terbentuknya asam nonvolatil seperti
asam laktat dan piruvatsebagai hasil dari
akumulasi produk asam dari reaksi
katabolisme karena kelaparan dam
malnutrisi berat
Hilangnya ion bikarbonat pada usus halus
yang berlebihan.
Abnormalitas sistem renal
Gagal ginjal Ketidakmampuan ginjal guna
menjalankan mekanisme ginjal unutk
mempertahan kadar bikarbonat dan
mengekskresi H+
Pengaruh hormonal
Diabetes ketoasidosis Kegagalan memetabolisme glukosa
Hypertiroidisme dan tirotoxicosis
meningkatkan metabolisme asam lemak
di hati. Oksidasi asam lemak
menghasilkan badan keton yang membuat
cairan ekstraseluler menjadi lebih asam.
Keton membutuhkan basa untuk dapat
diekskresi
Kerja berlebihan kelenjar tiroid memicu
katabolisme seluler
Lainnya
Trauma, syok
Olahraga berat, Infeksi, demam
Trauma dan syok dapat menyebabkan
reaksi katabolisme dan pelepasan asam
non volatil
Menyebabkan reaksi katabolisme dan
akumulasi asam
LO. 3.3 Diagnosis Asidosis Metabolik
Manifestasi asidosis metabolik sangat tergantung pada penyebab dan
kecepatan perkembangan prosesnya. Suatu asidosis metabolik akut menyebabkan
depresi miokardial disertai reduksi cardiac output (curah jantung) , penurunan tekanan
darah, penurunan aliran ke sirkulasi hepatic, dan renal. Aritmia dan fibrillasi
ventrikular mungkin terjadi. Metabolisme otak menurun secara progresif. Pada pH
lebih dari 7,1 terjadi fatigue (rasa lelah) , sesak nafas (pernafasan kussmaull), nyeri
perut, nyeri tulang, dan mual/muntah. Pada pH kurang dari atau sama dengan 7,1 akan
tampak gejala seperti pada pH > 7,1 , efek inotropic negative, aritmia, konstriksi vena
perifer , dilatasi arteri perifer (penurunan resistensi perifer), penurunan tekanan darah,
penurunan aliran darah ke hati, konstriksi pembuluh darah paru (pertukaran O2
terganggu).
LO. 3.4 Patofisiologi Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik dicirikan dengan turunnya kadar bikarbonat atau kelebihan asam.
Anion gap adalah indikator yang berguna untuk mendeteksi ada tidaknya asidosis
metabolik. Jika anion gap > 16 mEq/L maka perlu dicurigai adanya asidosis
metabolik. Penyakit lain yang terasosiasi dengan nilai anion gap yang lebih dari 16
mEq/L adalah diabetes ketoasidosis, asidosis laktat, keracunan, dan gagal ginjal
Penurunan bikarbonat serum disebabkan oleh suatu mekanisme berikut ini:
1. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen dalam bentuk asam yang tidak mudah
menguap (misalnya: ketoasidosis yang berkaitan dengan diabetes dan
kecanduan alkohol; asidosis laktat)
2. Kehilangan alkali (misalnya: diare berat, malaabsorpsi usus)
3. Penurunan ekskresi asam oleh ginjal (misalnya: gagal ginjal akut dan kronik)
Penurunan pH merangsang pernapasan. Usaha tubuh untuk mengkompensasi terjadi
dengan cepat.
LO. 3.5 Kompensasi Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik dikompensasi oleh mekanisme pernafasan dan ginjal serta dapar
kimiawi.
Penyangga menyerap kelebihan H+
Paru mengeluarkan lebih banyak CO2 penghasil H+
Ginjal mengekskresikan H+ lebih banyak dan menahan HCO3- lebih
banyak.
Tindakan-tindakan kompensasi ini memulihkan rasio ke normal dengan mengurangi
[CO2- ] menjadi 75% dari normal dan dengan meningkatkan [HCO3-] separuh jalan
menuju ke normal. Perhatikan bahwa dalam mengompensasi asidosis metabolik, paru
secara sengaja menggeser [CO2] dari normal dalam upaya memulihkan H+ ke arah
normal. Sementara pada gangguan asam-basa yang disebabkan oleh faktor kelainan
pernapasan [CO2] adalah penyebab ketidakseimbangan [H+] , pada gangguan asam-
basa metabolik [CO2] secara sengaja di geser dari normal sebagai kompensasi penting
untuk ketidakseimbangan [H+].
Jika penyakit ginjal menjadi penyebab asidosis metabolik maka kompensasi tidak
mungkin tuntas karena tidak tersedia mekanisme ginjal untuk mengatur pH. Sistem
pernapasan hanya dapat mengkompensasi hingga 75 % jalan menuju normal. Asidosis
uremik adalah hal yang sangat serius karena ginjal tidak dapat membantu memulihkan
pH hingga ke normal.
Perbedaan antara asidosis metabolik terkompensasi dan tak terkompensasi :
- Asidosis metabolik tak terkompensasi : pH turun, CO2 Normal, HCO3-
menurun
- Asidosis metabolik terkompensasi : pH normal, CO2 menurun, HCO3-
menurun
LO. 3.6 Penatalaksanaan Asidosis Metabolik
Penanganan asidosis metabolik tergantung pada penyebab dan keparahan asidosis
tersebut. Pada gagal ginjal kronik, asidosis metabolik ringan atau sedang tidak
memerlukan pengobatan. Bila kadar bikarbonat plasma turun hingga dibawah 15
mmol/L, logis untuk melakukan pengobatan dengan pemberian basa per oral, seperti
natrium bikarbonat atau natrium sitrat. Dosis ditingkatkan bertahap hingga kadar
bikarbonat plasma meningkat menjadi sekitar 18-20 mmol/L. sebagian pasien
tampaknya mengalami perbaikan gejala dengan peningkatan kadar bikarbonat ke
tingkat ini, dan kelesuan, anoreksia, dan kelelahan cenderung teratasi. Perlu
ditentukan untuk tidak melakukan alkalinisasi plasma secara cepat dan berlebihan,
karena dapat mencetuskan tetani. Natrium berlebihan yang diberikan bersama basa
dapat memperberat hipertensi atau edema. Asidosis perlu dikoreksi selengkap
mungkin pada pasien asidosis tuber ginjal tipe satu (distal). Tindakan ini akan
menghindari terjadinya hiperkalsiuria, osteomalasia, nefrokalsinosis, dan litiasis. Pada
asidosis tubuler ginjal tipe II (proksimal), terapi biasanya tidak diperlukan. Pasien
gagal ginjal akut juga biasanya tidak memerlukan terpai spesifik untuk mengatasi
asidosis. Dialisis diperlukan pada penatalaksanaan gagal ginjal guna mempertahankan
kadar bikarbonat plasma yang adekuat.
Asidosis karena diare atau kehilangan basa akibat sekresi saluran makanan
bagian atas, biasanya disertai kehilangan volume dan defisiensi kalium. Pada
gangguan elektrolit seperti ini, mungkin diperlukan pemberian infus intravena
yang sesuai dengan kelainan pasien yang spesifik. Pada kasus asidosis
hiperkloremik dapat tidak terjadi regenerasi endogen bikarbonat karena yang
berlangsung pada keadaan tersebut adalah kehilangan bikarbonat bukan
aktivasi sistem buffer. Oleh karena itu, walaupun asidosis metabolik bersifat
reversible pemberian bikarbonat eksogen hanya diperlukan bila pH > 7,2.
Keadaan tersebut dapat terjadi pada diare berat, fistula high-output, atau RTA.
Beberapa butir umum tentang terapi dengan alkali perlu ditekankan. Terapi oral
dengan natrium bikarbonat biasanya harus dimulai dengan 1 g tiga kali sehari dan
ditingkatkan untuk mempertahankan kadar bikarbonat plasma yang diinginkan.
Beberapa pasien mengalami bahwa bikarbonat kelium menimbulkan
ketidaknyamanan gastrointestinal bagian atas; larutan natrium sitrat 10% mungkin
lebih enak. Pada terapi intravena dari asidosis metabolik akut, natrium bikarbonat
adalah agen terpilih. Jumlah bikarbonat yang diberikan tergantung pada asidosis dan
setiap gangguan yang berkaitan dengan konsentrasi natrium serum. Secara khas,
konsentrasi bikarbonat antara 50-150 mmol/L dapat dicapai dengan menambahkan 1-
3 vial natrium bikarbonat pada satu liter doktrose dalam air. Konsentrasi bikarbonat
dalam vial-vial ini adalah 1000 mmol/L (50 mmol dalam 50 mL); larutan bikarbonat
ini tidak boleh diberikan tanpa diencerkan pada pengobatan asidosis, karena infuse
cepat dapat menginduksi aritmia jantung yang serius atau bahkan fatal, khususnya jika
diberikan sebagai bolus melalui kateter vena sentralis.
Pada asidosis metabolik, sekitar sejumlah asam dengan jumlah yang sebanding
tampaknya didapat dengan bikarbonat ekstraseluler dan dengan dapar intraseluler.
(pada asidosis berat, fraksi beban asam yang lebih besar dapat didapar di dalam sel).
Oleh karena itu, adalah tetap untuk mengitung jumlah bikarbonat yang dibutuhkan
untuk meningkatkan bikarbonat plasma dengan menganggap bahwa sekitar
setengahnya akan menerima proton dari dapar intraseluler dan dihancurkan; separuh
yang lain akan meningkatkan konsentrasi bikarbonat plasma jadi perhitungan adalah
milimol bikarbonat yang sebanding dengan peningkatan konsentrasi plasma yang
diinginkan (milimol per liter) dikali 40% dari berat badan.40% gambaran
memperlihatkan dua kali volume ekstraseluler. Jarang sampai dibutuhkan untuk
menginfus alkali dalam jumlah cukup untuk meningkatkan bikarbonat plasma sampai
normal. Kemungkinan efek meliputi toksisitas jantung hipokalemik pada pasien
dengan gagal ginjal atau hipokalemia, dan gagal jantung kongestif yang disebabkan
oleh kelebihan natrium. Disamping itu, alkalosis dapat muncul. Bikarbonat cairan
serebrospinalis tidak mengalami keseimbangan secara cepat dengan plasma. Di sini
pusat pernapasan, yang berespons terhadap keasaman darah dan cairan
serebsorpsipinalis, mempertahankan beberapa derajat hiperventilasi bila bikarbonat
plasma meningkat. Jenis alakalosis respiratorius seperti ini kadang-kadang menetap
selama beberapa hari setelah koreksi metabolik asidosis. Pada asidosis akut akibat
produksi asam metabolic yang berlebihan, terapi yang berhasil dari rangguan primer
akan menybabkan konversi metabolic cepat dari laktat dan badan keton terhadap
bikarbonat. Jadi pemberian bikarbonat secara kelebihan pada awal terapi juga dapat
membawa alkalosis metabolik pada terapi tahap lanjut, jika bikarbonat endogen telah
diganti melalui perbaikan dalam metabolisme.
Berikut ini perlu buat diketahui penatalaksanaan terhadap gangguan
keseimbangan asam basa yang lainnya :
Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolic ringan sampai sedang jarang memerlukan pengobatan spesifik.
Pada pasien-pasien dengan alkalosis lambung, maka infuse larutan garam biasanya
cukup untuk meningkatkan ekskresi bikarbonat dan memperbaiki alkalosis melalui
mekanisme yang telah dibicarakan diatas. Pemberian kalium klorida juga membantu
dalam mengobati atau mencegah alkalosis pada pasien-pasien ini dan pada kasus-
kasus alkalosis yang diinduksi di uresis. Pada pasien-pasien dengan hiperfungsi
adrenal,dan alkalosis pada sindroma bartter dapat sebagaian di koreksi dengan
pemberian penghambatan prostaglandin-sintetase seperti indometasi. Maka
kehilangan kalium perlu ditangan dengan pemberian kalium klorida.
Asidosis Respiratorik
Satu-satunya pendekatan terapi yang pantas dicoba pada asidosis respiratorik adalah
koreksi gangguan yang mendasarinya. Infuse basa secara cepat dapat dibenarkan henti
kardiopulmoner. Pada keadaan lain, infuse basa tidak berparan dalam penatalaksanaan
asidosis respiratorik.
Alkalosis Respiratorik
Satu-satunya pengobatan yang berhasil pada alkalosis respiratorik adalah mengatasi
gangguan yang mendasarinya. Pada sindroma hiperventilasi akut, maka pemberian
sedatif, usaha-usaha menenangkan penderita, dan jika gejala-gejala cukup berat, juga
bernafas memakai suatu kantong biasanya yang mengakhiri serangan.
DAFTAR PUSTAKA
- Asidieh Ahmad H. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 1.
1995
- Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta:
EGC
- Lefever, Joyce. 2000. Handbook of fluid, electrolyte and acid-bace
imbalances. Canada: Delmar publisher
- FKUI. 2008. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa edisi ke-
2
- Indikator Asam Basa. http://www.ilmukimia.org/2013/01/indikator-asam-
basa.html 4 Maret 2013 11:59
- Horne, mirna M dan Swearingen, Pamela L.2001.Keseimbangan Cairan
Elektrolit & Asam Basa.Ed.2.Jakarta: Buku Kedokteran ECG
- Siregar, P. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I edisi kelima. (2009). Sudoyo dkk (eds).