· web viewnilai ekonomi air untuk rumah tangga dan transportasi – studi kasus di...

31
JURNAL MANUSIA DAN LINGKUNGAN JOURNAL OF PEOPLE AND ENVIRONMENT Vol 21, No 2 (Juli 2014) Kajian bentuk dan sensitivitas rumus indeks pi, storet, ccme untuk penentuan status mutu perairan sungai tropis di indonesia (Assessment of the Forms and Sensitivity of the Index Formula PI, Storet, CCME for The Determination of Water Quality Status) Sri Puji Saraswati, Sunyoto Sunyoto, Bambang Agus Kironoto, Suwarno Hadisusanto 129-142 Penurunan kadar protein limbah cair tahu dengan pemanfaatan karbon bagasse teraktivasi (Protein Reduction of Tofu Wastewater Using Activated Carbon Bagasse) Candra Purnawan, Tri Martini, Shofiatul Afidah 143-148 Kandungan kadmium (cd) pada tanah dan cacing tanah di tpas piyungan, bantul, daerah istimewa yogyakarta (Cadmium (Cd) Content in Soil and Earthworms in Piyungan Controlled Landfill Municipal Waste Disposal, Bantul Yogyakarta Special District) Heny Mayasari Setyoningrum, Suwarno Hadisusanto, Tukidal Yunianto 149-155 Pengembangan energi terbarukan melalui evaluasi program konversi minyak tanah ke lpg di pulau gili raja-sumenep (Developing Renewable Energy Through An Evaluation for A Program of Kerosene Conversion to LPG in Gili Raja Island - Sumenep) Nian Riawati, Anggraeni RR. E. W. Eksi 156-161 Life cycle costing dan eksternalitas biodiesel dari minyak sawit dan minyak alga di indonesia (Life Cycle Costing and Externities of Palm and Algal Biodiesel in Indonesia) 162-169

Upload: doanthuy

Post on 10-Mar-2018

221 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

JURNAL MANUSIA DAN LINGKUNGAN

JOURNAL OF PEOPLE AND ENVIRONMENT

Vol 21, No 2 (Juli 2014)

Kajian bentuk dan sensitivitas rumus indeks pi, storet, ccme untuk penentuan status mutu perairan sungai tropis di indonesia (Assessment of the Forms and Sensitivity of the Index Formula PI, Storet, CCME for The Determination of Water Quality Status)Sri Puji Saraswati, Sunyoto Sunyoto, Bambang Agus Kironoto, Suwarno Hadisusanto

129-142

Penurunan kadar protein limbah cair tahu dengan pemanfaatan karbon bagasse

teraktivasi (Protein Reduction of Tofu Wastewater Using Activated Carbon Bagasse)

Candra Purnawan, Tri Martini, Shofiatul Afidah

143-148

Kandungan kadmium (cd) pada tanah dan cacing tanah di tpas piyungan, bantul,

daerah istimewa yogyakarta (Cadmium (Cd) Content in Soil and Earthworms in

Piyungan Controlled Landfill Municipal Waste Disposal, Bantul Yogyakarta Special

District)

Heny Mayasari Setyoningrum, Suwarno Hadisusanto, Tukidal Yunianto

149-155

Pengembangan energi terbarukan melalui evaluasi program konversi minyak tanah ke

lpg di pulau gili raja-sumenep (Developing Renewable Energy Through An

Evaluation for A Program of Kerosene Conversion to LPG in Gili Raja Island -

Sumenep)

Nian Riawati, Anggraeni RR. E. W. Eksi

156-161

Life cycle costing dan eksternalitas biodiesel dari minyak sawit dan minyak alga di

indonesia (Life Cycle Costing and Externities of Palm and Algal Biodiesel in

Indonesia)

Arif Dwi Santoso, Sudaryono Sudaryono

162-169

Hubungan kedekatan ekologis antara fauna tanah dengan karakteristik tanah gambut

yang didrainase untuk hti Acacia crassicarpa (Ecological Proximity Relationship

Between Soil Fauna and The Characteristics of Drained Peatland for Industrial

Plantation)

Yunita Lisnawati, Haryono Suprijo, Erny Poedjirahajoe, Musyafa Musyafa

170-178

Page 2: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

Peran mikroba starter dalam dekomposisi kotoran ternak dan perbaikan kualitas pupuk

kandang (The Role of Microbial Starter in Animal Dung Decomposition and Manure

Quality Improvement)

Cahyono Agus, Eny Faridah, Dewi Wulandari, Benito Heru Purwanto

179-187

Peranan mangrove sebagai biofilter pencemaran air wilayah tambak bandeng tapak,

semarang (Role of Mangrove as Water Pollution Biofilter in Milkfish Pond, Tapak,

Semarang)

Nana T.M. Kariada, Andin Irsadi

188-194

Serangan benalu pada beberapa kelas umur tanaman jati di wilayah hutan bkph begal,

kph ngawi, jawa timur (An Attact of Parasitic Plant on Several Ages of Teak

Plantation In Begal Forest Sub-District, Ngawi Forest District, East Java)

Soewarno Hasanbahri, Djoko Marsono, Suryo Hardiwinoto, Ronggo Sadono

195-201

Monitoring resistensi populasi plutella xylostella, l terhadap residu emamektin

benzoat di sentra produksi tanaman kubis propinsi jawa tengah (Monitoring the

Resistance of Plutella xylostella, L Population against Emamektin Benzoate Residues)

Udi Tarwotjo, Jesmandt Situmorang, Hidayat R.C. Soesilohadi, Edhi Martono

202-212

Kajian komunitas rayap akibat alih guna hutan menjadi agroforestri di taman nasional

lore lindu, sulawesi tengah (Termites Community Impact of Forest Conversion to

Agroforestry in Lore Lindu National Park, Central Sulawesi)

Zulkaidhah Zulkaidhah, Musyafa Musyafa, Soemardi Soemardi, Suryo

Hardiwinoto

213-219

Pemodelan sistem pengusahaan wisata alam di taman nasional gunung ciremai, jawa

barat (Modelling of Nature Tourism Management System in Gunung Ciremai National

Park, West Java)

Ai Yuniarsih, Djoko Marsono, Satyawan Pudyatmoko, Ronggo Sadono

220-231

nilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–

Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan

(Economic Value of Water for Domestric and Transportation - Case Study in Villages

Around Merang Kepayang)

Nur Arifatul Ulya, Sofyan P. Warsito, Wahyu Andayani, Totok Gunawan

232-238

Pengentasan kemiskinan yang komprehensif di bagian wilayah terluar indonesia - 239-246

Page 3: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

kasus kabupaten nunukan, provinsi kalimantan utara (Comprehensive Poverty

Reduction In Indonesian Outermost Regions - Case Study Of Nunukan Regency-North

Kalimantan Province)

Sri Rum Giyarsih

The difference in people’s response toward natural landscape between university

students of japan and indonesia (Perbedaan dalam Respon Manusia terhadap

Lanskap Alami antara Pelajar Jepang dan Indonesia)

Prita Indah Pratiwi, Katsunori Furuya, Bambang Sulistyantara

247-253

Pencegahan bencana lingkungan hidup melalui pendidikan lingkungan (Preventing

Ecological Disaster through Environmental Education)

Suharko Suharko

254-260

Page 4: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

KAJIAN BENTUK DAN SENSITIVITAS RUMUS INDEKS PI, STORET, CCME UNTUK PENENTUAN STATUS MUTU PERAIRAN SUNGAI TROPIS DI INDONESIA (Assessment of the Forms and Sensitivity of the Index Formula PI, Storet, CCME for The

Determination of Water Quality Status)Sri Puji Saraswati, Sunyoto Sunyoto, Bambang Agus Kironoto, Suwarno Hadisusanto

ABSTRAK

Metode-metode Pollution Index (USA), metode Storet (USA) dan metode CCME (Canada) adalah metode indeks kualitas air (IKA) untuk penentuan status mutu air. Dua yang pertama banyak digunakan praktisi lingkungan di Indonesia karena dirujuk dalam Keputusan Menteri  Lingkungan Hidup No. 115/2013. Ketiganya dapat menghitung IKA dengan baku mutu kualitas air lokal sungai kajian. Mengingat negara penyusun metode tersebut  berbeda kondisi lingkungannya dan masing-masing metode mempunyai faktor spesifik untuk menghitung IKA, maka perlu dikaji kesesuaian masing-masing metode untuk diterapkan di sungai tropis Indonesia. Masing-masing metode akan dikaji bentuk persamaan dan  sensitivitasnya dengan menggunakan banyak parameter kualitas air dan menggunakan jumlah parameter kualitas air tertentu mengacu pada metode IKA yang dikembangkan di negara tropis lainnya. Kajian menggunakan data pemantauan “Prokasih” di sungai Gadjah Wong Yogyakarta tahun 1996/1997 - 2011/2012. Penelitian ini dilakukan dalam rangka menyusun metode IKA sungai tropis Indonesia pada umumnya dan di sungai Gadjah Wong khususnya serta program pengelolaan kualitas air untuk pengendalian pencemaran air sungai, dengan target konservasi air sungai yang multifungsi atau overall/general use(memenuhi kriteria kesehatan  air baku, memenuhi kriteria estetika serta kriteria ekologi/aman bagi kehidupan di perairan). Hasil kajian menunjukkan bahwa dibandingkan 2 metode lainnya, metode CCME dinilai paling obyektif (secara statistik) menghitung IKA perairan sungai Gadjah Wong. CCME paling sensitif merespon dinamika indeks mutu air di setiap lokasi pemantauan,  lebih universal untuk dapat diaplikasikan di luar negara penyusunnya. Namun untuk diaplikasikan di sungai Gadjah Wong, metode CCME perlu diadaptasi terhadap beberapa hal yaitu jumlah dan jenis parameter kualitas air yang dianggap signifikan, jumlah dan kelas mutu air. Adaptasi mempertimbangkan program pengendalian pencemaran air dan strategi operasional/manajemen aliran sungai yang ekologis dan berkelanjutan. Skor batas dan makna setiap kelas mutu air dalam IKA harus diverifikasi terhadap data lingkungan lain misal hasil biotilik ataupun bioassay sehingga status indeks kualitas air tidak bertentangan dengan kondisi biologi di sungai. Pelibatan parameter bakteriologi kualitas air (Escherichia Coli dan Total Coliform) serta Electric Conductivity/EC sebagai parameter kualitas air signifikan dalam metode IKA masih perlu dikaji lebih lanjut  untuk pengembangan metode IKA khas perairan sungai di negara tropis Indonesia. 

ABSTRACT

Pollution Index method (USA), Storet method (USA)  and CCME (Canada) method  are  water quality index (WQI) methods used to determine water quality status of a river, the first two are

Page 5: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

widely used by environmental practioners in Indonesia since it is referred  by Environmental Ministry Regulation No. 115/2003.  These methods can be used based on local water quality standard. Considering that the country of WQI methods were developed have different environmental condition and each method has its own characteristics to calculate the index,  it is necessary to review a suitable WQI method for Indonesia tropical stream in general and for Gadjah Wong stream in particular. This research reviewed the form of the formula of each index, then analyze  the sensitivity of each index by  using many water quality parameters with and without bacteriology, and reducing the number of water quality parameters similar to those WQI index developed in other tropical countries. Indexes are reviewed using “Prokasih” (Clean River Program) monitoring data at Gadjah Wong stream from 1996/1997 to 2011/2012. Water quality statuses are reviewed in the contex of river water quality management for water pollution prevention, with the target of river water conservation which is “multifunction” or “overall/generall use” to meet health criteria for raw water, aesthetical criteria and ecological safety for aquatic life. Research conclusion showed that compared to the other 2 methods, CCME is considered as the most objective (statistically) to determine water quality index for river waters. It is also the most sensitive to respond to the dynamic of water quality index at each monitoring location (spatial & temporal). This method is also considered as more universally applicable outside of the country it was developed. To be applied at Gadjah Wong stream however, CCME index method needs to be adapted on the number and types of significant water quality parameters. The number of quality status classes of CCME index should be limited to simplify water quality management as well as ecological and sustainability of operational & management strategy. Score limit of  every class and significance of water quality classes need to be verified againts other environmental data such as results from biomonitoring and bioassay, the status results of the water quality index should not contradict with the stream biological condition. The use of bacteriology (Escherichia Coli and Total Coliform) and Electrical Conductivity/EC water quality parameters as criteria should be further reviewed for development of WQI method specific for Indonesia tropical stream

PENURUNAN KADAR PROTEIN LIMBAH CAIR TAHU DENGAN PEMANFAATAN KARBON BAGASSE TERAKTIVASI (Protein Reduction of Tofu Wastewater Using

Activated Carbon Bagasse)Candra Purnawan, Tri Martini, Shofiatul Afidah

ABSTRAK

Penurunan kadar protein limbah tahu telah dilakukan dengan pemanfaatan karbon Bagasse teraktivasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum dari karbon teraktivasi NaOH dan H2SO4 dalam menurunkan kadar protein limbah cair tahu dan mengetahui jenis isoterm adsorpsi dari karbon aktif yang digunakan untuk menyerap protein limbah cair tahu. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi NaOH yang optimum untuk aktivasi karbon aktif

Page 6: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

15%, massa optimum karbon bagasse teraktivasi NaOH adalah 2 g dan penurunan kadar proteinnya 71,95%, sedangkan massa optimum karbon bagasse teraktivasi H2SO4 adalah 1 g dengan penurunan kadar protein sebesar 38,19%. Waktu kontak optimum karbon bagasse teraktivasi  NaOH dan H2SO4 adalah 12 jam. Adsorpsi protein oleh karbon bagasse teraktivasi NaOH mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich sedangkan karbon bagasse teraktivasi H2SO4 dominan mengikuti isoterm Freundlich.

 

ABSTRACT

The protein reduction of tofu wastewater using activated carbon from bagasse  had been conducted. The purposes of this research were to analysis optimum condition of activated carbon bagsse using NaOH and H2SO4 for reduction protein in tofu wastewater, and analysis adsorption isotherm of activated carbon with protein. The result showed that optimum mass of carbon bagasse activated NaOH was  2 g with 71.95% protein reduction, while carbon bagasse activated H2SO4has 1 g with 38.19% protein reduction. The optimum contact time between protein and activated carbon (with NaOH and H2SO4) was happened in 12 hours. Adsorption protein with carbon bagasse activated NaOH had followed Langmuir and Freundlich adsorption isotherm, while adsorption with carbon bagasse activated H2SO4 dominantlyhad followed Freundlich adsorption isotherm

KANDUNGAN KADMIUM (Cd) PADA TANAH DAN CACING TANAH DI TPAS PIYUNGAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Cadmium (Cd) Content in Soil and Earthworms in Piyungan Controlled Landfill Municipal Waste Disposal, Bantul

Yogyakarta Special District)Heny Mayasari Setyoningrum, Suwarno Hadisusanto, Tukidal Yunianto

ABSTRAK

Analisis kandungan logam berat cadmium (Cd) pada tanah dan cacing tanah telah dilakukan di TPAS Piyungan Bantul untuk mengetahui tingkat pencemaran Cd dalam tanah. Penelitian dibagi menjadi penelitian di lapangan yang meliputi pengambilan sampel tanah-cacing tanah dan pengukuran parameter lingkungan, serta penelitian di laboratorium yang meliputi analisis kandungan kadmium, bahan organik dan tekstur tanah. Tingkat pencemaran kadmium ditentukan menggunakan Indeks Kontaminasi-Polusi. Hasil penelitian memperlihatkan kandungan kadmium pada tanah di TPAS Piyungan antara tidak terdeteksi (< 0.01) – 0.47 ppm. Kandungan kadmium di TPAS Piyungan lebih rendah dibandingkan jumlah maksimum kadmium yang diperbolehkan

Page 7: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

di tanah dan khusus untuk zona III dan zona I titik sampling 1 dan 2 lebih tinggi dari standar kandungan kadmium pada tanah yang bebas polusi, sedangkan kandungan kadmium pada tanah kontrol lebih rendah dibandingkan kandungan kadmium secara umum pada tanah bebas polusi tersebut. Kandungan kadmium dalam tanah di lokasi TPAS tidak selalu lebih tinggi bila dibanding kontrol. Cacing tanah mengandung kadmium antara 0.35 – 0.45 ppm, kandungan kadmium dalam cacing tanah di beberapa lokasi TPAS lebih rendah dibanding kontrol. Tingkat pencemaran kadmium di TPAS Piyungan berada pada tingkat kontaminasi sangat ringan hingga kontaminasi sangat berat. Lokasi TPAS yang masih aktif digunakan memiliki tingkat kontaminasi lebih tinggi bila dibanding lokasi lain. Rasio kadmium pada tanah dan cacing tanah di TPAS Piyungan adalah 0.13 : 1.75.

 

ABSTRACT

Cadmium (Cd) analysis has been done at Piyungan TPAS (Piyungan TPAS, stands for Tempat Pembuangan Akhir Sampah) for knowing the level of Cd contamination insoil. The research was divided into in-sites study, which consisted of soil and earthworms sampling, and soil environmental factors measurement, and laboratory analysis, which consisted of cadmium content, organic compounds and soil textures analysis. Cadmium pollution level analyzed with Contamination-Pollution Index. The results showed that cadmium content in soil were undetected (<0.01) – 0.47 ppm, it had lower content than maximum cadmium content allowed in soil. Especially for zone III and zone I sampling point 1 and 2, they had higher soil cadmium content than cadmium content standard for unpolluted soil, and for control areas, they had lower cadmium content than maximum cadmium content allowed in soil. The cadmium content inPiyungan TPASsoilwere not alwayshigher than control sites. Earthworms contained 0.35 – 0.45 ppm of cadmium and in several Piyungan TPAS’s zones contained less cadmium thancontrol sites. Cadmium pollution level were ranged from very slight contamination to very severe contamination. The active area of Piyungan TPAS had a worse cadmium contamination than other area. Cadmium ratio in soil and in earthworms were 0.13 : 1.75.

PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN MELALUI EVALUASI PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI PULAU GILI RAJA-SUMENEP (Developing Renewable Energy Through An Evaluation for A Program of Kerosene Conversion to LPG

in Gili Raja Island - Sumenep)Nian Riawati, Anggraeni RR. E. W. Eksi

ABSTRAK

Penelitian ini mengevaluasi program konversi minyak tanah ke Liquefied Petroleum Gas (LPG) pada kelompok sasaran di pulau Gili Raja kabupaten Sumenep Jawa Timur. Kajian sebelumnya terhadap program ini masih bersifat formatif dengan fokus efisiensi dan efektivitas implementasi.

Page 8: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

Dengan menggunakan metode Minimum Evaluation Procedure (MEP) penelitian ini mempertanyakan implementasi program secara runtut, mulai output, outcome sampai impact. Melalui pendekatan kualitatif penelitian ini dapat mendeskripsikan konteks dan setting secara alamiah. Hasil penelitian menunjukkan adanya pungutan dalam proses distribusi paket program, rendahnya akses atau penggunaan paket program serta tidak adanya dampak program. Selain itu, ditemukan adanya potensi lokal berupa kotoran ternak yang dapat dikembangkan menjadi sumber daya energi terbarukan. Berdasarkan hal itu, disarankan sebuah program dapat dikembangkan secara asimetris sesuai dengan kondisi lokasi dan kelompok sasaran, terjadinya komunikasi intensif antara pelaksana program dengan kelompok sasaran serta stakeholders lainnya. Berdasarkan potensi kelompok sasaran di pulau Gili Raja, hendaknya dikembangkan kebijakan energi alternatif biogas untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat serta mendukung pencapaian tujuan kebijakan energi nasional.

 

ABSTRACT

The purpose of this research is to evaluate the conversion programfrom kerosene to Liquefied Petroleum Gas (LPG) on a target group in Gili Raja island of SumenepMunicipal, East Java. Previous study on this program was quite formative one and focusing on the efficiency and the effectiveness of the program implementation. In addition, by applying Minimum Evaluation Procedure’s (MEP) method, this research questioned the implementation of the program consecutively from the output, the outcome as well as the impact. Furthermore, through a qualitative approach, this research will be able to describe context and setting naturally. Result of the research shows that there is illegal fees (levies) in the process of distributing the program package, also the limited access or the low utilization of the program package, as well as the non-existing evidence of the program’s impact. Furthermore, it is found a local potential in the form of renewable energy that is generated from livestock’s feces. Hence, it is recommended to establish a program, asymmetrically, in accordance with the local condition and the target group that ensures the occurrence of an intensive communication amongst program implementer, target group, and other stakeholders. Moreover, based on the potency of the target group of Gili Raja, an alternative policy on renewable energy should be developed in order to fulfill the need of energy for Gili Raja’s people, as well as to support the achievement of the National energy policy.

LIFE CYCLE COSTING DAN EKSTERNALITAS BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT DAN MINYAK ALGA DI INDONESIA (Life Cycle Costing and Externities of Palm and

Algal Biodiesel in Indonesia)Arif Dwi Santoso, Sudaryono Sudaryono

ABSTRAK

Page 9: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

Biaya produksi biodiesel menjadi salah satu hambatan program konversi bahan bakar minyak ke biodiesel negara-negara termasuk Indonesia dalam upaya mengantipasi terjadinya krisis energi. Salah satu penyebab biaya produksi yang tinggi adalah karena variabel biaya produksi yang diperbandingkan selama ini belum sepenuhnya mencerminkan keseluruhan potensi yang terkandung dalam biodiesel. Potensi biodiesel yang tergolong ke dalam komoditas lingkungan seperti sifat terbarukan, rendah dalam penggunaan lahan, dan ramah lingkungan perlu dimasukkan dalam perhitungan agar mendapatkan perbandingan perhitungan yang obyektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan komoditas lingkungan pada stuktur biaya produksi biodiesel dari minyak sawit dan minyak alga. Nilai komoditas lingkungan diperkirakan dengan metode metode benefit transfer dan untuk memperlihatkan nilai keuntungan digunakan pendekatan willing to pay (WTP). Nilai-nilai komoditas lingkungan diacu dari hasil perhitungan perangkat lunak Environmental Priority Strategy (EPS) versi 2000. Untuk kasus Indonesia, nilai komoditas lingkungan EPS diinferensi dengan elastisitas berdasarkan dari perbandingan nilai pendapatan per kapita negara Swedia dan Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa analisis life cycle costing (LCC) yang diaplikasikan dengan menambahkan variabel eksternalitas dapat memberikan informasi yang detil tentang komposisi biaya produksi biodiesel dan dapat digunakan sebagai metode untuk mendapatkan gambaran total biaya produksi yang paling kompetitif dari beberapa sumber.  Analisis juga menyimpulkan bahwa variabel eksternalitas turut mempengaruhi kenaikan total biaya produksi biodiesel hingga 14%. Hasil analisis profitabilitas menyatakan bahwa pasokan biomasa alga untuk produksi biodiesel lebih terjamin dan berkelanjutan dibandingkan biomasa sawit karena kendala teknis dan non teknis pada produksi biomasa alga lebih mudah diatasi selain itu juga keunggulan perannya dalam mitigasi GRK yang turut memperbesar peluang sebagai bahan utama biodiesel di masa depan.

 

ABSTRACT

The high cost of biodiesel production was to be an obstacle conversion to biodiesel fuel including Indonesia due to anticipate the energy crisis. The high cost of production due to the variable cost of production has not fully comparable reflect the overall potential contained in biodiesel. Potential biodiesel belonging to the commodity nature of the environment such as renewable biomass, low in land use, and environmentally friendly should be included in the calculation in order to obtain an objective comparison of the calculations.This study aimed to evaluate the effect of adding commodities to the structure of the production cost of biodiesel between palm oil and algal oil. Estimated value of the commodity by the method of benefit transfer method shows the value used is the approach gains willingness to pay (WTP). Environmental commodity values referenced from the calculation software Environmental Priority Strategy (EPS) version 2000. For the case of Indonesia, the commodity value of the elasticity was infered EPS basis of comparison of income per capita of Sweden and Indonesia.The results stated that the analysis of life cycle costing (LCC) applied by adding variable externalities can provide detailed information about the composition of biodiesel production costs and can be used as a method to get a total picture of the most competitive production costs from several sources. The analysis also concluded that the externality variables also affect the total cost of biodiesel production by up to 14%. Profitability analysis stated that

Page 10: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

the algal biomass for biodiesel production more secure and sustainable than palm biomass due to technical and non-technical constraints on the production of algal biomass more easier to treat but it also advantages role in GHG mitigation that helped widen the opportunities as the main ingredient of biodiesel in the futur 

HUBUNGAN KEDEKATAN EKOLOGIS ANTARA FAUNA TANAH DENGAN KARAKTERISTIK TANAH GAMBUT YANG DIDRAINASE UNTUK HTI Acacia

crassicarpa (Ecological Proximity Relationship Between Soil Fauna and The Characteristics of Drained Peatland for Industrial Plantation)

Yunita Lisnawati, Haryono Suprijo, Erny Poedjirahajoe, Musyafa Musyafa

ABSTRAK

Pengelolaan lahan gambut untuk pengembangan HTI Acacia crassicarpa diawali dengan pembuatan saluran drainase dan pembukaan lahan (land clearing) yang kemudian dilanjutkan dengan penyiapan lahan untuk penanaman, sedangkan kegiatan pemeliharaan meliputi pemberantasan gulma dengan menggunakan herbisida dan pemupukan. Kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan tentunya mempunyai dampak bagi kondisi ekologis lahan gambut. Perubahan kondisi ekologis terjadi karena perubahan lahan yang selanjutnya berpengaruh terhadap kelimpahan dan keragaman fauna tanah.Kelimpahan dan keragaman fauna tanah serta fungsi ekosistem menunjukkan hubungan yang sangat kompleks dan belum banyak diketahui dengan pasti. Kecenderungan fauna tanah untuk memilih suatu habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kedekatan ekologis antara karakteristik tanah gambut yang didrainase untuk HTI A. crassicarpa dengan kelimpahan fauna tanahnya. Penelitian dilakukan di HTI lahan gambut  PT. Arara Abadi, Distrik Rasau Kuning, Kabupaten Siak, Riau.  Pengambilan sampel fauna tanah dengan metode pencuplikan contoh tanah yang berukuran 25 x 25 x 25 cm3, pemisahan fauna tanah dengan tanah dilakukan dengan menggunakan modifikasi corong barlese.  Parameter yang diamati adalah kelimpahan dan keragaman fauna tanah, kematangan gambut (C/N), kadar air gambut, dan kedalaman muka air tanah gambut. Untuk menilai kedekatan ekologis digunakan analisis hirarki.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan fauna tanah tertinggi terdapat pada tegakan A. crassicarpa umur 2 tahun. Keragaman jenis fauna tanah di lokasi penelitian termasuk melimpah sedang dengan nilai H’ 1,2. Formicidae berpotensi sebagai bioindikator kelembaban tanah gambut yang rendah yang dicirikan dengan kandungan kadar air yang rendah dan mempunyai tingkat kematangan gambut yang lebih tinggi. Entomobryidae berpotensi sebagai bioindikator kadar air yang tinggi dan mempunyai tingkat kematangan yang masih rendah.

 

ABSTRACT

Page 11: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

Management of peatlands for HTI cultivation of Acacia crassicarpa begins by making drainage ditches and land clearing, followed by the preparation of land for planting. As for the maintenance activity, it includes weed control using herbicides and fertilizer. Management and maintenance activities certainly have implications for the ecological condition of peatlands, where the changes in ecological conditions due to land conversion will impact the abundance and diversity of soil fauna. Abundance and diversity of soil fauna and ecosystem function showed a very complex relationship not widely known this far.  Soil fauna tendency to select certain habitat is affected by several ecological factors, both biotic and abiotic. The study aims to assess the ecological proximity between the characteristics of peatland drained for HTI cultivation of A. crassicarpa and the abundance of soil fauna. The study was conducted in HTI peatlands of PT. Arara Abadi, Rasau Kuning District, Siak Regency, Riau. Soil fauna sampling was conducted by taking soil sample of 25 x 25 x 25 cm in size.  Separation of soil fauna from the soil was performed by a modification to a barlese funnel. Observed variables were the abundance and the diversity of soil fauna, peat maturity (C/N), water contentof peatand ground water table.  For observing ecological proximity, hierarchical analysis was used.  Result showed that the highest of soil fauna abundance was found in A. crassicarpa stand, 2 year’s old of age. The species diversity of soil fauna in research location included as medium abundant by H’ value 1,2. Formicidae was potential become a low level-humidity bioindicators of peatsoil, which described by those pattern : low water content and higher level of peat maturity. Entomobryidae was potential become a high water content  bioindicator and low level of peat maturity.

PERAN MIKROBA STARTER DALAM DEKOMPOSISI KOTORAN TERNAK DAN PERBAIKAN KUALITAS PUPUK KANDANG (The Role of Microbial Starter in Animal

Dung Decomposition and Manure Quality Improvement)Cahyono Agus, Eny Faridah, Dewi Wulandari, Benito Heru Purwanto

ABSTRAK

Pupuk organik perlu didekomposisi oleh mikroba dan memerlukan lingkungan yang sesuai agar cepat matang sempurna dan tidak memberikan dampak negatif pada aspek sosial, estetika maupun kesehatan pada makluk hidup dan lingkungan. Dekomposisi bahan pupuk organik dilakukan dengan menggunakan kotoran sapi, dengan 2 perlakuan mikroba (tanpa dan dengan mikroba starter) dan 3 variasi waktu, yaitu 0, 6 dan 24 jam setelah diberi mikroba starter. Analisis meliputi  uji fisik bahan pupuk yang meliputi pH, warna, aroma, lengas, dan DHL,  uji mikroba patogen (Eschericia. coli dan Salmonella) pada pupuk, pengujian kandungan hara pupuk total (C, N, P, K, Ca, Mg, Na, S, Cd, Cr, B, Fe, Cu, Zn)  dan Ntersedia (NH4 dan NO3),  serta analisis emisi gas amonia (NH3), oksigen (O2), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), NOx, NO, dan SO2. Mikroba starter mengandung mikrobia dan unsur hara yang sangat diperlukan dalam proses dekomposisi bahan organik. Pupuk kandang sapi setelah aplikasi  mikroba starter masih mengandung E. coli dan Salmonella sp. yang cenderung menurun seiring dengan lama waktu inkubasi. Terjadi dinamika kandungan unsur-unsur hara seperti P, K,

Page 12: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

Mg, Fe dan Cu serta logam berat Cr selama proses inkubasi baik pada pupuk kandang ayam maupun sapi. Dengan perlakuan mikroba starter, bagian senyawa sulfur dari bahan organik banyak yang terombak menjadi gas SO2 yang relatif tidak berbau, dan sebaliknya H2S serta senyawa reduktif sulfida lainnya menjadi terhambat pembentukannya. Perombakan dengan  mikroba starter sebaiknya diupayakan dalam suasana aerobik atau dengan suasana lembab tetapi tidak sampai anaerobik sehingga kehadiran senyawa H2S dan senyawa sulfur reduktif lainnya dapat dikurangi atau tidak terbentuk. Hasil penelitian ini menunjukkkan pentingnya penggunaan mikroba starter optimal dan benar untuk memperbaiki kandungan nutrisi dan kualitas pupuk kandang.

 

ABSTRACT

Process of decomposition of organic fertilizer relies on the microbial decomposer population and requires a condusive environment. Those two factors influence on the  rate of organic material decomposition and limites the negative impact of this organic fertilizer on the aspect of social, ethic, and health of living organism. Cow dung was used as the material for decomposition of organic fertilizer. Two treatments were applied: with or without microbial decomposer (microbial starter) followed by incubation in the dark condition under room temperature. The cow dung was sampled in 0, 6, and 24 hours after microbial starter application.The cow dung pH, color, smell, water content, and electrical conductivity were analyzed.  Furthermore, microbial pathogen (Eschericia coli and Salmonella), cow dung total nutrition (C,N,P,K,Ca,Mg,Na,S,Cd,Cr,B,Fe,Cu,Zn), and available N (NH4 dan NO3) were also determined. Amonia emision (NH3), oxygen (O2), carbon monoxide (CO), carbon dioxide (CO2), methane (CH4), NOx, NO, and SO2were analyzed as well. The result showed that microbial starter contained of important microbial for the process of cow dung decomposition. Application of microbial starter in cow dung reduced E. coli dan Salmonella sp. by the length of incubation time.Variation of nutrition, i.a. P, K, Mg, Fe, Cu, and heavy metal, i.a. Cr was found during incubation, both in chicken and cow manure.Application of microbial starter reduced sulfur in organic matter to be SO2 without smell, and inhibited H2S production. Decomposition by application of microbial starter should be conducted in aerob condition to reduce H2S production.  This research implied that application of microbial starter is crucially important in improving manure nutrition and quality.

PERANAN MANGROVE SEBAGAI BIOFILTER PENCEMARAN AIR WILAYAH TAMBAK BANDENG TAPAK, SEMARANG (Role of Mangrove as Water Pollution

Biofilter in Milkfish Pond, Tapak, Semarang)Nana T.M. Kariada, Andin Irsadi

ABSTRAK

Page 13: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

Mangrove yang tumbuh di ujung sungai besar berperan sebagai penampung terakhir bagi limbah dari industri di perkotaan dan perkampungan hulu yang terbawa aliran sungai. Area hutan mangrove mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat yang terdapat dalam ekosistem tempat tumbuhnya. Tujuan yang hendak dicapai dari  penelitian ini adalah mengkaji peranan mangrove sebagai biofilter pencemaran air dan  mengetahui jenis mangrove yang terbaik berperan sebagai biofilter pencemaran air di di lingkungan tambak bandeng Tapak Kota Semarang. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Berdasarkan hasil penelitian tentang akumulasi logam berat Cu antara air dan sedimen tambak, diperoleh hasil telah terjadi akumulasi Cu dengan Faktor Konsentrasi antara 43-400.  Pada stasiun 3 dan 4 terdapat akumulasi Cu dengan nilai Faktor Konsentrasi 3 dan 0,3. Hal ini menunjukkan akumulasi Cu dari sedimen ke akar mangrove relatif masih kecil. Perbedaan akumulasi dari tiap stasiun penelitian yang diamati menunjukkan adanya perbedaan jenis mangrove yang tumbuh pada masing-masing stasiun penelitian. Mangrove yang berada di lingkungan tambak bandeng wilayah Tapak Kota Semarang disimpulkan dapat berperan sebagai biofilter pencemaran air yang ada di perairan tersebut. Mangrove dari jenis Avicennia marina mempunyai peranan yang lebih baik dari jenis Rhizophora sp sebagai biofilter pencemaran air di lingkungan tambak bandeng Tapak Kota Semarang.

 

ABSTRACT

Mangroves,  that is growing at the end of a great river, has a role as the last place for the waste water from urban and domestic industry at the upstream that were carried by the flow of river. Mangrove area  has  ability to accumulate a heavy metals  which is contained in it. The  goals  from this research is to assess role of mangrove as biofilter of water pollution and to find out the best species of mangrove as biofilter of water pollution in milkifish pond in Tapak, Semarang. This research used exploratory descriptive  design. The result showed that the accumulation of  Cu in the location has concentration factor of 43-400.  Whereas at station 3 and 4 there is accumulation of Cu with concentration factor value 3 and 0.3. It was  showed that accumulation of  Cu  from sediment to mangrove roots relatively small. The big difference in the accumulation from each station is due to differences of mangrove species that is growing at each research station. The conclution of this research  is; mangrove are located in milkfish pond can be role as biofilter of existing water pollution in these teritory. The mangrove species of Avicennia marina having a better role as biofilter of water pollution in milkfish pond in Tapak Semarang than Rhizophora sp.

SERANGAN BENALU PADA BEBERAPA KELAS UMUR TANAMAN JATI DI WILAYAH HUTAN BKPH BEGAL, KPH NGAWI, JAWA TIMUR (An Attact of

Parasitic Plant on Several Ages of Teak Plantation In Begal Forest Sub-District, Ngawi Forest District, East Java)

Soewarno Hasanbahri, Djoko Marsono, Suryo Hardiwinoto, Ronggo Sadono

Page 14: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelas umur tanaman jati dengan frekuensi dan tingkat kerusakan pohon jati akibat serangan benalu, serta pola sebaran tumbuhan benalu secara horizontal. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Multistage Sampling dengan penempatan plot contoh pada setiap kelompok kelas umur tanaman jati (KU I s.d. KU VII). Pada setiap kelompok kelas umur diwakili satu petak/anak petak, dan setiap petak/anak dibuat contoh pohon individu sebanyak 10% untuk KU V ke atas (kelas umur tua), 5% untuk KU III dan KU IV (kelas umur sedang), dan 1% untuk KU I dan KU II (kelas umur muda) terhadap total populasi pohon penyusun petak/anak petak tersebut. Hubungan kelas umur dengan frekuensi dan tingkat kerusakan pohon akibat serangan benalu dianalisis dengan rumus uji korelasi, sedangkan sebaran serangan benalu dengan rumus distribusi Poisson dan uji statitik binomial terbalik. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis tumbuhan benalu yang dijumpai yaitu Dendrophthoe pentandra dan Scurula parasitiaca, anggota famili Loranthaceae, sub-famili Viscoidae. Frekuensi pohon jati yang terserang tumbuhan benalu berkisar antara 12,88% untuk KU II diikuti 15,55% untuk KU I, 15,72% untuk KU V, 18,06% untuk KU IV dan KU VI, serta 19,73% untuk KU III. Hubungan tingkat serangan benalu dengan kelas umur hutan jati terbukti bahwa kelas umur memiliki hubungan secara signifikan terhadap tingkat kesehatan bagian cabang antara batang dan benalu (proksimal). Di bagian lain, terbukti bahwa kelas umur tidak memiliki hubungan secara signifikan terhadap tingkat kerusakan pada bagian cabang setelah benalu (distal). Walaupun demikian, kerusakan pohon jati yang mengalami serangan tumbuhan benalu lebih banyak terjadi pada pohon-pohon di kelas umur muda. Hal ini ditunjukkan oleh perbandingan bagian cabang proksimal dan distal pada setiap kelas umur, yaitu:   -23,81 cm untuk KU I, -1,56 cm untuk KU II, 14,66 cm untuk KU III, 24,13 cm untuk KU IV, 22,40 cm untuk KU V, dan 54,59 cm untuk KU VI. Dengan hilangnya masa pertumbuhan yang dihadapi oleh pohon-pohon jati di kelas umur muda menjadi sangat rawan dengan adanya tumbuhan benalu tersebut. Pola sebaran benalu adalah mengelompok untuk tanaman jati kelas umur muda, kelas umur sedang dan kelas umur tua.

 

ABSTRACT

The objectives of the study were to determine the relationship of teak plantation age class with the frequency and severity of teak trees due to an attack of parasitic plant (mistletoe), and parasitic plant distribution patterns horizontally. The sampling method in this study was the Multistage Sampling, i.e. at each age group classe (KU) represented one compartment and each compartment made an individual sampling tree as much as 10 % for KU V and up (old age classes), 5 % for KU III – IV (middle age classes) and 1 % for KU I - II (young age classes) to the total trees populations. Age class relationship with the frequency and degree of tree damage due to an attack of parasitic plant were analyzed by correlation test formula and for the parasitic plant distribution were analysed by the Poisson distribution formula and the Binomial Test Statistically Reversed. The conclusions of this study that were found two species of parasitic plants of Dendrophthoe pentandra and Scurula parasitiaca of the Loranthaceae family members, sub-family Viscoidae. The frequency of teak trees that were attacted by parasitic

Page 15: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

plants ranged from 12.88 % for KU II and  followed by 15.55 % for KU I, 15.72 % for KU V, 18.06 % for KU IV and VI, up  to 19.73 % for KU III. The correlation between an attack of parasitic plants and the teak forest age classes have proven that significant relationship to the level of the proximal health. In another part, proved that age class does not have a significant relationship to the distal extent of damage. Nevertheless , the teak tree damage suffered an attack of parasitic plants were more prevalent on trees in the younger age classes. It was shown by a comparison of proximal and distal branches in each age class, namely: -23.81 cm for KU I, -1.56 cm for KU II, 14.66 cm for KU III, 24.13 cm for KU IV, 22.40 cm for KU V and 54.94 cm for KU VI. With the loss of future growth faced by teak trees in the young age classes become very vulnerable in the presence of the parasitic plants. The distribution pattern of parasitic plants were clumped in all age classes of teak plantations .

MONITORING RESISTENSI POPULASI Plutella xylostella, L TERHADAP RESIDU EMAMEKTIN BENZOAT DI SENTRA PRODUKSI TANAMAN KUBIS PROPINSI

JAWA TENGAH (Monitoring the Resistance of Plutella xylostella, L Population against Emamektin Benzoate Residues)

Udi Tarwotjo, Jesmandt Situmorang, Hidayat R.C. Soesilohadi, Edhi Martono

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepekaan populasi lapangan Plutella xylostella terhadap residu dari insektisida emamektin benzoat, menetapkan konsentrasi diagnostik untuk memonitor perkembangan resistensi populasi P. xylostella terhadap insektisida emamektin benzoat, dan untuk menentukan mekanisme resistensi P. xylostella terhadap insektisida tersebut. P. xylostella dikoleksi dari sepuluh Kecamatan Provinsi Jawa Tengah sejak Agustus 2010 sampai September 2012. Data dari uji bioassay dianalisis dengan probit analisis untuk mendapatkan nilai LC50. Hasil uji kepekaan menunjukkan, bahwapopulasi Puasan (Ngablak) nilai Faktor resistensi (FR) 3,97 kali merupakan populasi dengan nilai FR paling tinggi, dan nilai FR yang paling rendah adalah populasi Selo (Boyolali) dan merupakan populasi yang paling peka. Hasil pengujian validasi konsentrasi diagnostik menunjukkan, bahwa nilai c2 hitung semua populasi yang diuji lebih kecil dari nilai c2 tabel, maka konsentrasi diagnostik yang ditetapkan (2443,99 ppb) sesuai untuk monitoring kepekaan populasi P. xylostella. Resistensi P. xylostella terhadap insektisida emamektin benzoat disebabkan oleh laju peningkatan detoksifikasi di dalam tubuh serangga oleh enzim MFO, tetapi aktivitas enzim esterase non spesifik tidak mencerminkan aktitas esterase.

 

ABSTRACT

Page 16: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

The objectives of this research to know the susceptible of P. xylostella population against emamectin benzoate insecticide, to monitor the resistance development of  P. xylostella against insecticides by determine of a diagnostic concentration, to determine the resistance mechanism of P. xylostella population. P. xylostella  was collected from central of Java areas from August 2011 up to September 2012.  The data from bioassay test was analized using Probit analysis to obtain LC50 value. The suseptibility test of the insect resulted show that Puasan population (Ngablak) FR value was 3.97 and it was higher than  the Selo population (Cepogo). The concentration of 2443.99 ppb as selected diagnostic consentration. The test result of diagnostic concentration validation indicated that the value of calculated c2 of all the tested population was lower than the value of c2table. Therefore the diagnostic concentration of 2443.99 ppb can be used monitoring device of susceptible P, xylostella population. The resistance mechanism of the P. xylostella to the insecticide resulted from the increase in the detoxification rate in the insect body by MFO enzyme, but non-specific esterase enzyme activity did not reflect the esterase activity.

 

KAJIAN KOMUNITAS RAYAP AKIBAT ALIH GUNA HUTAN MENJADI AGROFORESTRI DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU, SULAWESI TENGAH (Termites Community Impact of Forest Conversion to Agroforestry in Lore Lindu

National Park, Central Sulawesi)Zulkaidhah Zulkaidhah, Musyafa Musyafa, Soemardi Soemardi, Suryo Hardiwinoto

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komunitas rayap akibat alih guna hutan dan hubungannya dengan faktor lingkungan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai Juni 2013. Dilaksanakan di wilayah Taman Nasional Lore Lindu di sekitar Desa Rahmat, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Pengamatan rayap dilakukan dengan menggunakan metode transek. Parameter yang diamati adalah parameter lingkungan, iklim mikro, sifat fisik dan kimia tanah. Total diversitas rayap yang ditemukan adalah 20 spesies, yang terdiri dari 15 spesies pada hutan primer, 15 spesies pada hutan sekunder dan 8 spesies pada agroforestri. Biomassa pohon tertinggi pada hutan primer (620,91 Mg/ha), nekromas dan jumlah seresah tertinggi pada hutan sekunder yaitu masing-masing 8,22 Mg/ha dan 19 Mg/ha. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa alih guna hutan menjadi agroforestri diikuti oleh perubahan komunitas rayap. Suhu tanah dan suhu udara meningkat setelah alih guna hutan.

 

ABSTRACT

This study was conducted to evaluate the termines community impact forest conversion  and its relation with the environmental factors.  It was conducted from December 2011 to June 2013 and implemented in Lore Lindu National Park located in around of Rahmat village, subdistrict

Page 17: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

of Palolo, district of Sigi.  The observation of termites community was performed using method of transect.  The measured parameters were environmental parameters, microclimate, and physic and chemical characteristics of the soil.  There were 20 species found totally, consisted of 15 species in primary forest, 15 species in secondary forest, and 8 species in agroforestry.   The highest biomass of tree in primary forest was 620.90 Mg/ha, whereas the necromass and highest amount of litter in secondary forest were respectively 8.22 Mg/ha and 19 Mg/ha.  Land use change in TN.Lore Lindu was alearly followed by the change of termites diversity. The soil and water temperatures were increased.

PEMODELAN SISTEM PENGUSAHAAN WISATA ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, JAWA BARAT (Modelling of Nature Tourism Management System

in Gunung Ciremai National Park, West Java)Ai Yuniarsih, Djoko Marsono, Satyawan Pudyatmoko, Ronggo Sadono

ABSTRAK

Pemanfaatan sumber daya alam taman nasional yang terbatas untuk wisata alam dan jasa lingkungan memerlukan perencanaan yang cermat sehingga tujuan konservasi dan tujuan sosial ekonomi dapat tercapai. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk membangun model pemanfaatan sumber daya alam TNGC yang dapat memenuhi tujuan ekologi dan tujuan sosial-ekonomi. Metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Sistem Dinamik dengan perangkat lunak STELLA 9.02.  Berdasarkan kajian sebelumnya pengusahaan wisata alam merupakan program pemanfaatan pilihan masyarakat dengan prioritas tertinggi.  Hasil simulasi sesuai kondisi saat ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada perubahan pada variabel kunci pada sepuluh tahun yang akan datang maka terjadi peningkatan dalam hal jumlah wisatawan, pendapatan masyarakat dan pendapatan pemerintah, dengan luas tutupan hutan hanya sampai sebesar 46,63 % dari luas TNGC. Pada simulasi dengan skenario pengembangan terjadi peningkatan secara signifikan dalam hal jumlah wisatawan, pendapatan masyarakat dan pendapatan pemerintah, dengan  tutupan hutan mencapai 68,64 % dari luas TNGC. Model pengusahaan wisata alam ini sangat dipengaruhi oleh peran stakeholders dalam pengelolaan promosi wisata alam, kegiatan restorasi,  pengamanan TNGC untuk menekan gangguan hutan, peningkatan kualitas objek-objek wisata alam, dan sarana jalan akses menuju objek wisata alam, peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia taman nasional, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengusahaan wisata alam.

 

ABSTRACT

The utilization of national park’s natural resources which is limited on nature tourism and environmental services needs proper management plan that can meet the ecological goal and socio-economical goal. Therefore this research aimed to build the model of Gunung Ciremai National Park (TNGC) natural resources utility development which could reach the ecological’s

Page 18: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

goal and socio-economical’s goal. Method used in this research was Dynamic Sistem Analysis with STELLA 9.02 software. Based on the previous study, nature tourism management was the prioritized activity chosen by the community.  Result of the simulation based on the recent condition showed that if there was not change in key variables for  the next ten years, there was    increase in tourist number, community income and government income, but decrease in forest cover which only reached 46.63 % of the TNGC area. Simulation with development scenario showed the significant increase in tourist number, community income and government income and the forest cover reached 68.64 % of TNGC area. The nature tourism management model was very influenced by stakeholders’ role, especially in managing promotion, restoration, forest protection, tourism site quality improvement and accesibilities, improving TNGC’s human resources capacity and competency, and  increasing community participation in the management. 

NILAI EKONOMI AIR UNTUK RUMAH TANGGA DAN TRANSPORTASI – STUDI KASUS DI DESA–DESA SEKITAR HUTAN RAWA GAMBUT MERANG KEPAYANG,

PROVINSI SUMATERA SELATAN (Economic Value of Water for Domestric and Transportation - Case Study in Villages Around Merang Kepayang

Nur Arifatul Ulya, Sofyan P. Warsito, Wahyu Andayani, Totok Gunawan

ABSTRAK

Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang (HRGMK) memiliki fungsi hidrologis yang bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya.  HRGMK menjaga ketersediaan air bagi masyarakat  baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun sarana transportasi.  Peran HRGMK sebagai sumber air yang penitng belum disadari oleh masyarakat, sehingga dukungan untuk pelestarian ekosistem HRGMK masih rendah.  Penelitian ini bertujuan untuk menaksir nilai ekonomi air dari HRGMK, baik sebagai sumber air rumah tangga maupun sarana transportasi. Dengan diketahuinya nilai ekonomi air, diharapkan masyarakat dapat mendukung kelestarian ekosistem HRGMK.  Nilai ekonomi air didekati dengan penaksiran kesediaan membayar (Willingness to Pay/WTP) masyarakat di dua desa yang berbatasan langsung dengan HRGMK.  Responden merupakan masyarakat dari kedua desa yang sumber airnya berasal dari HRGMK,  Nilai kesediaan membayar responden diperoleh dari wawancara dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total nilai ekonomi air kawasan HRGMK yang berasal dari nilai air untuk  rumah tangga dan air untuk transportasi adalah Rp. 888.834.365.275,25 per tahun atau Rp. 6.431.507,71 per hektar per tahun.  Hal ini menunjukkan bahwa dalam kaitannya dengan ketersediaan air bagi masyarakat di sekitarnya, HRGMK memberikan manfaat yang penting dan dapat dinilai secara moneter.  Sehingga kelestarian ekosistem HRGMK harus didukung untuk menjaga kualitas lingkungan dan kelestarian perekonomian.

Page 19: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

 

ABSTRACT

Merang Kepayang Peat Swamp Forest (MKPSF) has a hydrological function that benefit for the surrounding community. MKPSF maintain availability of water for the community to meet the needs of water for households and transportation. The role of MKPSF as important water source  has  not been recognized by community, so that the  support for the preservation of MKPSF ecosystems still low.  This research aims to estimate the economic value of water from MKPSF both households and transportation.  By knowing the economic value of water, the community is expected to support the preservation of MKPSF ecosystems. Economic value of water was aproached by estimating the willingness to pay (WTP) of community in two villages directly adjacent to MKPSF. Respondents are the people of the two villages which are the source of water comes from MKPSF. Respondents' willingness to pay values obtained from interviews using open-ended questions. The results showed that the total economic value of water MKPSF  region derived from the value of water for household and water for transportation was Rp. 888,834,365,275.25 per year or Rp. 6,431,507.71 per hectare per year. This suggests that in relation to the availability of water for surrounding communities, MKPSF  provide significant benefits that can be monetary  assessed. So that  the sustainability of MKPSF ecosystem should be supported to maintain environmental quality and economic sustainability.

PENGENTASAN KEMISKINAN YANG KOMPREHENSIF DI BAGIAN WILAYAH TERLUAR INDONESIA - KASUS KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI

KALIMANTAN UTARA (Comprehensive Poverty Reduction in Indonesian Outermost Regions - Case Study of Nunukan Regency-North Kalimantan Province)

Sri Rum Giyarsih

ABSTRAK

Kabupaten Nunukan terletak di Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan salah satu kabupaten terluar di Indonesia. Kondisi pemilikan aset sumberdaya yang bervariasi antar kecamatan di Kabupaten Nunukan menyebabkan variasi kondisi kemiskinan di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui kondisi kemiskinan di Kabupaten Nunukan dan merumuskan program pengentasan kemiskinan yang komprehensif di Kabupaten Nunukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan pengumpulan data berupa observasi lapangan, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terfokus. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kemiskinan di Kabupaten Nunukan bervariasi antar kecamatan. Kondisi ini disebabkan oleh bervariasinya pemilikan aset sumberdaya antar kecamatan. Penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat dua pola pengentasan kemiskinan yang komprehensif di Kabupaten Nunukan. Pola pengentasan kemiskinan yang dimaksud adalah pola pengentasan kemskinan untuk kelompok anak-anak

Page 20: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

berupa pendidikan ekstra kurikuler ekonomi kreatif produktif dan pola pengentasan kemiskinan untuk kelompok dewasa adalah program pelatihan, bantuan modal, pendampingan, monitoring, dan pemasaran hasil melalui wadah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

 

ABSTRACT

Nunukan Regency, located in the North Borneo Province, is one of Indonesia's outer regions. The variation of resources ownership among districts inside Nunukan Regency causing different poverty level in this region. This study aims to determine the poverty condition in Nunukan Regency and to formulate a comprehensive poverty reduction program in this regency. The method used in this study is based on survey method, consists of data collection from field observations, in-depth interviews, and focus group discussions. Data processing and analysis were analyzed using descriptive-qualitative analysis. The results showed that there was a variation of poverty conditions for each district in Nunukan Regency. This condition was caused by the variation of resource ownership among the districts. This study also reveal that there were two patterns of comprehensive poverty reduction in Nunukan Regency. The patterns of poverty reduction consist of  the reduction for groups of children by conducting extra-curricular education and creative economy productive program, while poverty reduction for adult groups consists of training programs, financial aids, mentoring, monitoring, and products marketing through micro, small, and medium scale corporation. value of water, the community is expected to support the preservation of MKPSF ecosystems. Economic value of water was aproached by estimating the willingness to pay (WTP) of community in two villages directly adjacent to MKPSF. Respondents are the people of the two villages which are the source of water comes from MKPSF. Respondents' willingness to pay values obtained from interviews using open-ended questions. The results showed that the total economic value of water MKPSF  region derived from the value of water for household and water for transportation was Rp. 888,834,365,275.25 per year or Rp. 6,431,507.71 per hectare per year. This suggests that in relation to the availability of water for surrounding communities, MKPSF  provide significant benefits that can be monetary  assessed. So that  the sustainability of MKPSF ecosystem should be supported to maintain environmental quality and economic sustainability.

THE DIFFERENCE IN PEOPLE’S RESPONSE TOWARD NATURAL LANDSCAPE BETWEEN UNIVERSITY STUDENTS OF JAPAN AND INDONESIA (Perbedaan dalam

Respon Manusia terhadap Lanskap Alami antara Pelajar Jepang dan Indonesia)Prita Indah Pratiwi, Katsunori Furuya, Bambang Sulistyantara

ABSTRACT

People in different culture distinguish in their response to the environment, especially in interpretation and understanding of the perceived landscape. In order to plan and manage the

Page 21: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

environment for the selection of landscape with the aim of special care, protection, and amenity, it is crucial that people effectively participate and measure the existing values which nature represents to local residents. The purpose of this study was to clarify the differences of landscape recognition of Japan and Indonesia and to find the landscape element which is highly valued. The study was conducted with the following six steps, namely, photos collection, photo grouping, preference evaluation, exoticism evaluation, analysis, and recommendation. Cluster analysis (Ward’s method, squared Euclidean distance) was applied for the analysis of photo categories, and Mann-Whitney U Test was applied to examine the significant differences. In photo grouping, seven natural landscape photos of Japan and Indonesia were categorized in different groups. Forest photos were categorized as wetland by Japanese students. Two rivers, lake, and forest photos were categorized by Indonesian students, but Japanese students categorized it as forest and mountain in distant view. Japanese students also distinguished the wetland as wetland in distant view and wetland in close-up view. The results of preference evaluation show that significant differences were detected in 25 photos of 68 photos. The exoticism evaluation detected significant differences in 48 photos of 68 photos. Neither Japanese nor Indonesian students recognized forest and wetland. However, either the Japanese or Indonesian students preferred waterfall or coast than the others. Based on exoticism evaluation, river and wetland were not recognized, but coast and waterfall were recognized by both of countries. Both of countries shared commonality in landscape photographs evaluation of preference and exoticism, but differences had been found in landscape recognition based on the way of seeing landscape.

 

ABSTRAK

Manusia dalam budaya yang berbeda membedakan respon mereka terhadap lingkungan, khususnya dalam interpretasi dan pemahaman lanskap yang dilihat atau dirasakan. Dalam rangka merencanakan dan mengelola lingkungan untuk pemilihan lanskap dengan tujuan perawatan khusus, perlindungan, dan kenyamanan, sangat penting bahwa manusia berpartisipasi secara efektif dan mengukur nilai-nilai eksisting yang alam berikan bagi penduduk lokal. Preferensi lanskap alami penting dalam perencanaan lanskap dari sudut pandang wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengklarifikasi perbedaan dalam pengenalan lanskap di Jepang dan Indonesia dan menemukans elemen lanskap yang dinilai tinggi. Penelitian ini dilaksanakan dengan enam tahapan, yaitu pengumpulan foto, pengelompokkan foto, evaluasi preferensi, evaluasi eksotisme, analisis dan rekomendasi. Analisis klaster (metode Ward, jarak Euclidian kuadrat) digunakan untuk analisis kelompok foto dan uji Mann-Whitney U digunakan untuk menguji perbedaan nyata. Dalam pengelompokan foto, tujuh foto lanskap alami di Jepang dan Indonesia dikelompokkan ke dalam grup yang berbeda. Foto hutan dikelompokkan sebagai lahan basah oleh pelajar Jepang. Dua foto sungai, danau, dan hutan dikelompokkan oleh pelajar Indonesia, tetapi pelajar Jepang mengelompokkannya sebagai hutan dan gunung pada jarak jauh. Pelajar Jepang juga membedakan lahan basah sebagai lahan basah pada jarak jauh dan lahan basah pada jarak dekat. Hasil evaluasi preferensi menunjukkan bahwa perbedaan nyata ditemukan pada 25 foto dari 68 foto. Evaluasi eksotisme menemukan perbedaan nyata dalam 48 foto dari 68 foto. Pelajar Jepang dan Indonesia tidak memilih hutan dan lahan basah. Namun, keduanya lebih

Page 22: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

memilih air terjun dan pesisir daripada jenis lanskap lainnya. Berdasarkan evaluasi eksotisme, sungai dan lahan basah tidak dipilih, sedangkan pesisir dan air terjun lebih dipilih oleh kedua negara. Kedua negara tersebut memiliki persamaan dalam evaluasi preferensi dan eksotisme foto lanskap, tetapi perbedaan pun ditemukan dalam pengenalan lanskap yang didasarkan pada cara melihat lanskap.

PENCEGAHAN BENCANA LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PENDIDIKAN LINGKUNGAN (Preventing Ecological Disaster through Environmental Education)

Suharko Suharko

ABSTRAK

Kejadian bencana terus meningkat di Indonesia. Sebagian  besar dari kejadian bencana tersebut merupakan bencana lingkungan hidup seperti angin puting beliung, banjir dan tanah longsor, yang sangat dipengaruhi oleh gejala perubahan iklim. Tulisan ini berkaitan dengan tindakan menghadapi bencana lingkungan hidup terutama pada kondisi normal atau prabencana. Bencana lingkungan hidup disebabkan oleh intervensi manusia terhadap alam terutama melalui aktivitas industri seperti produksi, konsumsi dan pemanfaatan sumberdaya alam lainnya. Karena itu, bencana lingkungan hidup adalah bagian inheren dari modernisasi dan bencana lingkungan hidup adalah konsekuensi modernisasi. Dalam alur perpektif tersebut, pendidikan lingkungan memiliki peran strategis dalam mencegah dan mengurangi resiko bencana lingkungan hidup. Praktik pendidikan lingkungan perlu memfasilitasi berbagai proses belajar pada ranah kognitif dan kesadaran, sikap dan perilaku, dan tindakan kolektif untuk melembagakan perilaku ramah lingkungan dan sensitif-bencana. 

 

ABSTRACT

Disaster incidents have been recently increased in Indonesia. Most of them can be categorized as a environmental/ecological disaster such as cyclone, floods, landslides, and other disaster caused by climate change. This article is on how to dealing with ecological disaster especially during pre-disaster period. The article argues that ecological disasters are mainly caused by human intervention to the nature mainly through industrial-related activities, such as production, consumption and other natural resource utilizations.  Based on this argument, ecological disaster is an inherent part of modernization (industrialization) and ecological disaster is consequense of modernization. In line with this perspective, environmental education

Page 23: · Web viewnilai Ekonomi Air Untuk Rumah Tangga Dan Transportasi – Studi Kasus Di Desa–Desa Sekitar Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang, Provinsi Sumatera Selatan (Economic Value

have a strategic role in preventing and reducing ecological disasters. It is worth for the practices of environmental education to facilitate various learning process in the areas of  cognitive and conscience, attitude and behavior, and collective actions to establish a sensitive-disaster and friendly environmental behavior. hutan dikelompokkan oleh pelajar Indonesia, tetapi pelajar Jepang mengelompokkannya sebagai hutan dan gunung pada jarak jauh. Pelajar Jepang juga membedakan lahan basah sebagai lahan basah pada jarak jauh dan lahan basah pada jarak dekat. Hasil evaluasi preferensi menunjukkan bahwa perbedaan nyata ditemukan pada 25 foto dari 68 foto. Evaluasi eksotisme menemukan perbedaan nyata dalam 48 foto dari 68 foto. Pelajar Jepang dan Indonesia tidak memilih hutan dan lahan basah. Namun, keduanya lebih memilih air terjun dan pesisir daripada jenis lanskap lainnya. Berdasarkan evaluasi eksotisme, sungai dan lahan basah tidak dipilih, sedangkan pesisir dan air terjun lebih dipilih oleh kedua negara. Kedua negara tersebut memiliki persamaan dalam evaluasi preferensi dan eksotisme foto lanskap, tetapi perbedaan pun ditemukan dalam pengenalan lanskap yang didasarkan pada cara melihat lanskap.