techno livestock

78
Techno Livestock Home Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI JARINGAN TUMBUHAN BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama dan terikat oleh bahan-bahan antar sel membentuk satu kesatuan. Jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Tumbuhan ada dua macam yaitu tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Tumbuhan biji tertutup berkeping satu atau disebut monokotil dan tumbuhan biji berkeping dua disebut dikotil. Perbedaan dari struktur luar yaitu struktur bunga, sistem pengukuran, struktur daun dan perkecambahan. Struktur dalam perbedaannya yaitu terdiri dari pembuluh akut pada batang, akar dan daun. Search

Upload: marhamah-amah

Post on 01-Jan-2016

135 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Techno Livestock

Techno Livestock

Home

Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan

 

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI JARINGAN TUMBUHAN BISA DI DOWNLOAD DISINI  

BAB I

PENDAHULUAN

Jaringan adalah sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama dan

terikat oleh bahan-bahan antar sel membentuk satu kesatuan. Jaringan penyusun tubuh

tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.

Tumbuhan ada dua macam yaitu tumbuhan biji terbuka dan biji tertutup. Tumbuhan biji

tertutup berkeping satu atau disebut monokotil dan tumbuhan biji berkeping dua disebut

dikotil. Perbedaan dari struktur luar yaitu struktur bunga, sistem pengukuran, struktur daun

dan perkecambahan. Struktur dalam perbedaannya yaitu terdiri dari pembuluh akut pada

batang, akar dan daun.

Tujuan dari praktikum ini yaitu pengenalan jaringan untuk mengetahui perbedaan

struktur organ dikotil dan monokotil melalui penampang melintang pada akar dan Batang

organ tanaman jagung dan kaacang tanah. Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui

perbedaan-perbedaan struktur organ pada dikotil dan monokotil yang dapat dilihat dari

penampang melintang akar dan batang dari tanaman jagung sebagai monokotil dan kacang

tanah sebagai dikotil.

Search

Page 2: Techno Livestock

 

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Pengertian Jaringan

Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama serta

mengadakan hubungan dan koordinasi satu dengan yang lainya yang mendukun pertumbuhan

pada tumbuhan (Mukhtar, 1992). Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang berhubungan erat

satu sama lain dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Tumbuhan berpembuluh

matang dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yang semua dikelompokkan menjadi jaringan

(Kimball, 1992). Jaringan adalah kumpulan struktur, fungsi, cara pertumbuhan, dan cara

perkembangan (Brotowidjoyo, 1989).

2.2.  Macam–Macam Jaringan Tumbuhan

         Jaringan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu jaringan muda atau meristem

dan jaringan dewasa atau permanen (Kimball,1992). Jaringan terdiri dari jaringan muda atau

meristem, jaringan dasar atau parenkim, sklerenkim, xilem, dan floem (Brotowidjoyo, 1989).

            Jaringan meristem dibagi menjadi tiga yaitu meristem apikal yang terletak di ujung

batang dan akar, meristem lateral yang terletak di kambium gabus dan meristem interkalar

yang terletak diantara satu dan lainnya (Kimball,1992). Jaringan meristem adalah jaringan

muda yang terdiri atas sel-sel yang mempunyai sifat membelah diri. Fungsinya untuk mitosis,

dimana sel-selnya kecil, berdinding tipis tanpa vakuola tengah di dalamnya (Yartim, 1987).

Jaringan muda yang sel-selnya selalu membelah atau bersifat meristematik. Fungsi sel

meristematik adalah mitosis. Bentuk dan ukuran sama relatif, kaya protoplasma, umumnya

rongga sel yang kecil (Prawiro, 1997).

Page 3: Techno Livestock

            Jaringan permanen dibagi menjadi dua yaitu jaringan epidermis dan jaringan

parenkim (Yartim, 1987). Jaringan permanen merupakan jaringan yang telah mengalami

deferensiasi. Umumnya jaringan dewasa tidak membelah diri, bentuknya pun relatif

permanen serta rongga selnya besar (Mulyani, 1980). Sel perenkim terdapat di berbagai

sebagian tumbuhan, bentuknya besar-besar dan berdinding tipis (Kimball, 1991). Fungsi

utama sel parenkim sebagai tempat cadangan makanan serta sebagai jaringan penyokong

(Prawiro, 1997).

            Jaringan penyokong merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyokong agar

tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Jaringan penyokong dibagi menjadi dua yaitu

jaringan kolenkim dan sklerenkim (Mulyani, 1980). Jaringan kolenkim adalah jaringan

penyokong yang masih muda, jaringan yang berdinding tebal terutama pada sudut-sudutnya.

Jaringan sklerenkim adalah jaringan yang terdiri dari sel-sel yang sudah mati, dinding sel

yang tidak elastis tetapi kuat. Dinding-dinding sel ini sangat tebal dan dibagun dalam lapis

yang sama di sekitar batas sel (Mukhtar, 1992). Jaringan sklerenkim merupakan sel

penunjang yang lebih umum, dinding sel sangat tebal. Sklerenkim merupakan komponen

yang sangat penting pada penutup luar biji dan buah keras (Kimball, 1991).

            Jaringan pengangkut adalah jaringan yang berguna untuk transportasi hasil asimilasi

dari daun ke seuruh bagian tumbuhan dan pengangkutan air serta garam-garam mineral

(Kimball, 1992). Jaringan pengangkut dibagi menjadi dua yaitu xilem dan floem, xilem

merupakan jaringan kompleks yang terdiri dari sel mati maupun hidup. Floem merupakan

jaringan kompleks yang tediri dari berbagai unsur dengan tipe berbeda yaitu pembuluh

lapisan, parenkim serabut, dan kloroid. Sel-sel terpenting di dalam floem adalah tabung tapis

(Mulyani, 1980). Xilem merupakan jaringan campuran yang terdiri atas beberapa sel yang

mempunyai tipe tertentu yang paling khas. Xilem mempunyai dinding sel yang tebal.

Dindingnya menebal dalam pola-pola berkas (Kimball, 1991). Xilem dan floem merupakan

Page 4: Techno Livestock

alat transportasi zat-zat pada tumbuhan berpembuluh. Floem berfungsi sebagai alat

transportasi bagi zat-zat hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan (Kimball,

1991). Jaringan floem dibangun oleh beberapa jenis sel yaitu pembuluh tapis, parenkim, dan

serabut floem. Selnya berbentuk tabung dan bagian ujung berlubang (Wilson, 1966).

2.3.  Tumbuhan Dikotil

Kacang tanah merupakan tumbuhan dikotil (berordo rotales) dan dari famili

papilionaceae. Arachis hypogeae atau kacang tanah merupakan tumbuhan berkeping dua

yang memiliki lembaga dengan dua daun lembaga serta pucuk lembaga yang tidak memiliki

pelindung yang khusus (Mukhtar, 1992). Tumbuhan dikotil yaitu tumbuhan yang memiliki

biji berkeping dua yang merupakan cabang dari tumbuhan Angiospermae. Ciri tumbuhan

dikotil adalah bercabang-cabang, berkambium, akar tunggang, pertulangan daun menyirip

dan mempunyai ikatan pembuluh kolateral terbuka (Kimball, 1992). Tumbuhan dikotil

merupakn tumbuhan berkeping dua yang memiliki lembaga, dua daaun lembaga dan akar

serta pucuk lembaga yang tidak memiliki pelindung khusus. Batang bagian bawah tanaman

dikotil lebih besar daripada ujungnya, hal ini dikarenakan tumbuhan dikotil mempunyai

kambium (Suprapto, 1994). Tumbuhan dikotil mempunyai cabang ikatan pembuluh kolateral

berkambium, mempunyai akar tunggang dan pembuluh akut tersusun dalam lingkaran

(Saktiyono, 1989). 

2.4.  Tumbuhan Monokotil

Tumbuhan monokotil memiliki ciri-ciri batang tidak bercabang, tidak berkambium, akar

serabut, pertulangan daun sejajar dan mempunyai ikatan pembuluh koklea (Mukhtar, 1992).

Tumbuhan monokotil tidak memiliki cabang, ikatan pembuluh tertutup, tidak berkambium,

Page 5: Techno Livestock

mempunyai akar serabut, biji berkeping satu, dan jumlah biji tiga atau berkelipatan tiga

(Saktiyono, 1989).

 

BAB IIIMETODOLOGI

Praktikum Biologi dengan materi Jaringan Tumbuhan dilaksanakan pada hari kamis

tanggal 15 Oktober 2009 pukul 11.00-13.00 WIB di laboratorium Fisiologi dan Biokimia

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi

Bahan yang digunakan adalah akar dan batang jagung (Zea mays) sebagai tumbuhan

monokotil. Akar dan batang kacang tanah (Arachis hipogaea) sebagai tumbuhan dikotil. Alat

yang digunakan, silet untuk menyayat batang tumbuhan, kaca objek dan kaca penutup

sebagai wadah meletakkan objek yang akan diamati, mikroskop untuk mengamati objek dari

jaringan tumbuhan yang telah disayat untuk diamati, serta alat tulis untuk menggambarkan

hasil pengamatan.

3.2.      Metode

Dalam praktikum ini kita mengamati bentuk akar tanaman maupun batang dari bahan

tanaman yang telah disediakan. Setelah itu menyayat melintang dengan menggunakan silet

dari batang muda jagung dan kacang tanah. Metakkan sayatan pada kaca objek yang sudah

bersih yang telah ditetesi air, tutup dengan kaca penutup. Usahakan jangan ada gelembung

udara di dalamnya. Amatilah preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x.

Page 6: Techno Livestock

Setelah itu gambarkan struktur jaringan tersebut dan jelaskan perbedaan tanaman monokotil

dan dikotil.

 

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh hasil pengamatan

sebagai berikut:

                                            

Sumber: Data Primer Praktikum           Sumber: Saktiyono (1989)   Biologi, 2009

Ilustrasi 3. Akar Jagung (Monokotil)

Keterangan  :                                            

1. Epidermis                                                    2. Korteks                                                                   3. Endodermis             4. Xilem5. Floem6. Empulur

                                                                 

Sumber: Data Primer Praktikum        Sumber: Wilson (1966)  Biologi, 2009                                                                       

Ilustrasi 4. Batang Jagung (Monokotil)

Page 7: Techno Livestock

Keterangan :

1. Epidermis                                                                                                    2. Korteks                                                                                                       3. Jaringan Penyongkong                    4. Xilem5. Floem

                                                                       

Sumber: Data Primer Praktikum           Sumber: Prawiro(1997)  Biologi, 2009

Ilustrasi 5. Akar Kacang Tanah (Dikotil)

Keterangan :

1. Epidermis                                                                                                    2. Korteks                   3. Endodermis 4. Xilem5. Floem

                                                                       

Sumber: Data Primer Praktikum         Sumber: Brotowidjoyo (1989)  Biologi, 2009

Ilustrasi 6. Batang Kacang Tanah (Dikotil)

Keterangan :

1. Epidermis                2. Korteks                   3. Floem4. Xilem5. Kambium

Page 8: Techno Livestock

4.2.      Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan tampak adanya jaringan-jaringan pada akar, antara lain

epidermis yang biasa disebut kulit luar, floem atau pembuluh tapis, xilem atau pembuluh

kayu dan epidermis, ini menunjukkan bahwa pada akar, batang, dan daun pada tumbuhan

memiliki jaringan didalamnya. Xilem dan floem disebut jaringan pengangkut yang terdapat

pada berkas ikatan pembuluh. Berkas pembuluh yang bentuknya khas menghadap ke dalam

disebut xilem. Tumbuhan diantara xilem dan floem terdapat kambium. Hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Soeprapto (1994) bahwa tumbuhan memiliki kambium.

Jaringan-jaringan yaang terdapaat pada tumbuhan dikotil dan monokotil berbeda.

Batang tanaman monokotil terdiri atas tepi eksternal dan di tengah penuh empulur. Batang

pada tanaman dikotil terdiri atas tiga daerah yaitu kulit, kayu, dan empulur. Hal ini sesuai

dengan pendapat Yartim (1987) berkas pengangkut dibungkus dengan berkas pengangkut dan

tidak terdapat empulur dan kambium.

Perbedaan tumbuhan dikotil dan monokotil yaitu tumbuhan dikotil berakar tunggang

bercabang, berkambium, batang bercabang, kolateral terbuka, pembuluh angkut teratur di

dalam lingkaran. Tumbuhan monokotil berakar serabut, tidak berkambium, batang tidak

bercabang, pembuluh angkut kolateral tertutup, pada akar pembuluh angkut tersebar. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Kimball (1992).

Xilem dan floem disebut jaringan pengangkut yang terdapat pada berkas ikatan

pembuluh. Berkas pembuluh yang bentuknya khas menghadap ke dalam disebut xilem.

Tumbuhan diantara xilem dan floem terdapat kambium. Hal ini sesuai dengan pendapat

Soeprapto (1994) bahwa tumbuhan memiliki kambium.

Page 9: Techno Livestock

 BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa akar,

batang, dan daun tumbuhan memiliki jaringan yaitu jaringan meristem, kolenkim, dan

parenkim. Di dalam akar terdapat xilem dan floem sebagai alat transportasi zat-zat pada

tumbuhan berpembuluh. Tanaman monokotil dan tanaman dikotil semuanya memiliki xilem

dan floem berfungsi sebagai jaringan pengangkut.

 

DAFTAR PUSTAKABrotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta

Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta

Kimball, J.W. 1998. Biologi. Erlangga. Jakarta

Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta

Radiopoetra. 1997. Zoologi. Erlangga. Jakarta

Saktiyono. 1989. Biologi 2. Bumi Aksara. Jakarta

Soeprapto. 1994. Biologi Jilid 1. Universitas Diponegoro Press. Semarang

Wilson. 1966. Biology. Botang Rhinchar and Wington. Amerika, USA

Penulis : Bagus Fitriansyah ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan ini dipublish oleh Bagus Fitriansyah pada hari Friday, July 22, 2011. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan  

Page 10: Techno Livestock

Reaksi: 

0 komentar:

Post a Comment

Comment Me

Link ke posting ini

< Next Prev > Subscribe to: Post Comments (Atom)

Popular Posts

Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan

  LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI JARINGAN TUMBUHAN BISA DI DOWNLOAD DISINI  BAB I PENDAHULUAN Jar...

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF) BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN                 Analisa volumetri merup...

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KARBOHIDRAT)

LAPORAN KIMIA DASAR (KARBOHIDRAT) BISA DI DOWNLOAD DISINI   BAB I PENDAHULUAN             Dalam perkembangan ilmu pengetahuan sekaran...

Proses Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)

                Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem ...

Praktikum Biologi Pengenalan Sel

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGENALAN SEL BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Secara struktural makhluk hidup baik makhluk...

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KESEHATAN TERNAK PADA SAPI PERAH (ANAMNESA DAN IDENTIFIKASI PARASIT)

Page 11: Techno Livestock

 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KESEHATAN TERNAK PADA SAPI PERAH  DAPAT DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Bagi negara yang beriklim tro...

Tanaman C3,C4, dan CAM

Pengantar Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabo...

Praktikum Biologi Anatomi Hewan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ANATOMI HEWAN BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Katak adalah satu anggota dari classic Amphi...

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS (PTU)

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS (PTU) DAPAT DI DOWNLOAD DISINI PASSWORD FILE 1720  BAB I PENDAHULUAN Ternak unggas meru...

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP FISIOLOGIS TERNAK

PENDAHULUAN Faktor lingkungan yang berpengaruh langsung pada kehidupan ternak adalah iklim. Iklim merupakan faktor yang menentukan ciri ...

Blog Archive

►   2012 (9)

▼   2011 (68) o ►   December (1) o ►   October (28) o ►   September (2) o ►   August (2) o ▼   July (5)

Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA

KUANTITATIF... LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (PROTEIN DAN

LEMAK) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KARBOHIDRAT) Lomba Karya Tulis Ilmiah Bidang Peternakan Tingkat...

o ►   June (1) o ►   May (18) o ►   March (6) o ►   February (5)

►   2010 (7)

Page 12: Techno Livestock

Label

Ayam (5) Babi (2) Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (BPFR) (2) Bahasa Indonesia (2) Bakteri (2) bibit (2) Biologi (5) Computer (1) DNA (1) Ekonomi Preusahaan Peternakan (EPP) (1) Fisiologi Ternak (1) Genetika (1) Hewan (2) Ilmu Kesehatan Ternak (IKT) (5) Ilmu Nutrisi Ternak (INT) (1) Ilmu Pemuliaan Ternak (IPT) (1) Ilmu Reproduksi Ternak (IRT) (4) Ilmu Tanaman Pakan (ITP) (1) Internet (1) Itik (1) Kambing (1) Kandang (1) Kesehatan (3) Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) (3) Kewirausahaan (2) Kimia Dasar (3) Klimatologi dan Lingkungan Ternak (3) Komputer (5) konsentrat (1) Laporan (14) Lemak (1) Limbah (2) Lomba (2) manajemen (4) Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia (NUNR) (2) pakan (8) Pangan (1) Pedet (1) Pendidikan Agama Islam (1) Pengantar Ilmu Industri Peternakan (PIIP) (4) Pengetahuan Hasil Ternak (PHT) (1) penyakit (3) Penyuluh Pertanian (1) Penyuluhan dan Komunikasi (1) Praktikum (14) Produksi Ternak Perah (PTP) (2) Produksi Ternak Potong dan Kerja (PTPK) (4) Produksi Ternak Unggas (PTU) (1)

Page 13: Techno Livestock

Protein (1) Ransum (1) sapi (14) Statistika (1) Stres (1) Susu (6) Tanaman (1) Teknik Pengolahan Limbah Peternakan (TPLP) (1) Teknologi Pengolahan Pakan (TPP) (1) ternak (16)

About Me

Bagus Fitriansyah I am a college students Faculty of Animal Husbandry and Agriculture Diponegoro University. I liked about Agriculture, Livestock, Agribusiness, Food Technology, and Computer

View my complete profile

Followers

Follow by Email

Total Pageviews

52,100

Twitter Updates

Share It

Copyright © 2012 Techno Livestock / Template by : Urangkurai

=

Page 14: Techno Livestock

laporan praktikum kimia analisa

situs ini uraian tetntang laporan praktikum di labopratorium kimia analisa, departemen teknik kimia, fakultas teknik, universitas sumatera utara,

Rabu, 11 November 2009

ASIDI ALKALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ANALISA

Semester : IIIKelompok : II ( Dua )Judul percobaan : Penentuan Asam Asetat Dengan Titrasi Asidi – AlkalimetriTanggal percobaan : 21 Agustus 2009

DEDY ANWAR080405009

LABORATORIUM KIMIA ANALISADEPARTEMEN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN 2009

LABORATORIUM KIMIA ANALISADEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

Page 15: Techno Livestock

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA / NIM : Dedy AnwarKELOMPOK : II (dua)MODUL : Penentuan Kadar Asam Asetat dengan Titrasi Asidi - AlkalimetriTGL. PERCOBAAN : 21 Agustus 2009

Medan, 2009 Asisten,

(Wulan Pratiwi)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iABSTRAK iiDAFTAR ISI iiiDAFTAR GAMBAR vDAFTAR TABEL . viBAB I PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.2 Perumusan Masalah 11.3 Tujuan Percobaan 11.4 Manfaat Percobaan 11.5 Ruang Lingkup Percobaan 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA 32.1 Prinsip Dasar Titrasi 32.2 Asidi-Alkalimetri 52.3 Asam Cuka 8

Page 16: Techno Livestock

2.4 Aplikasi ..9BAB III BAHAN DAN PERALATAN 113.1. Alat Bahan dan Fungsi 113.1.1. Sampel (Cika) 113.1.2. Natrium Hidroksida 113.1.3. Indikator Phenolphtalein (PP) 123.1.4. Aquades (Air) 123.2. Alat dan Fungsi 133.3. Rangkaian Peralatan 14BAB IV PROSEDUR PERCOBAAN 164.1. Prosedur 164.1.1. Penyiapan Larutan NaOH (0,6 N) 164.1.2. Menentukan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 164.2. Flowchart 174.2.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 174.2.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 195.1. Hasil Percobaan 195.2. Pembahasan 20BAB VI KESIMPULAN 236.1. Kesimpulan 23DAFTAR PUSTAKA 24LAMPIRAN A LA-1LAMPIRAN B LB-1

Page 17: Techno Livestock

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Flowsheet Pembuatan Asam Nitrat 10 Gambar 3.1. Beaker Glass + Batang Pengaduk 14Gambar 3.2. Pipet Tetes + Corong + Erlemmeyer 14Gambar 3.3. Statif dan Klem + Buret + Erlenmeyer 15Gambar 4.1. Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 17Gambar 4.2. Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka 18Gambar 5.1. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Asam Asetat 20Gambar 5.2. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel I 21Gambar 5.3. Kurva Titrasi NaOH 0,6 N terhadap Sampel II 21

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N 19Tabel 5.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat 19Tabel 5.3. Perhitungan Kadar Sampel I 19Tabel 5.4. Perhitungan Kadar Sampel II 20Tabel LA.1. Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N LA-1Tabel LA.2. Perhitungan Kadar Asam Asetat LA-2Tabel LA.3. Perhitungan Kadar Sampel I LA-3Tabel LA.4. Perhitungan Kadar Sampel II LA-4

Page 18: Techno Livestock

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Modul Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang ada di Departemen Teknik Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa.Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.2. Kepala Laboratorium Kimia Analisa, Ibu Maulida, ST, MSc.3. Asisten-asisten Laboratorium Kimia Analisa, terutama asisten yang menangani modul ini.4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, secara istimewa Kelompok II yang membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.Medan, 6 September 2009Penulis,

Dedy AnwarABSTRAK

Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada

Page 19: Techno Livestock

prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir dari titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi Asidi-Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk ditentukan kadarnya. Hasil percobaan Asidi Alkalimetri yang diperoleh adalah kadar CH3COOH praktek yang diperoleh masing-masing sebesar 7,2 %, 6,08% dan 7,7%. Dan pH sesudah titrasi adalah masing-masing sebesar 9.17, 9.16 dan 9.18

Kata Kunci : As.Asetat, Titrasi

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Kesetimbangan asam-basa merupakan topik yang luar biasa pentingnya dalam seluruh ilmu kimia dan bidang lain, yang mamanfaatkan kimia. Contohnya Titrasi asam basa sangat berguna dalam dunia kefarmasian terutama untuk reaksi-reaksi dalam pembuatan obat. Oleh karena itu asidi alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari. Metode analisis dengan volumetri ataupun titrimetri menggunakan prinsip asam basa adalah asidi alkalimetri. Proses ini digunakan dalam perhitungan untuk menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar yang telah diketahui kadarnya dengan tepat. Dalam percobaan ini yang dilakukan adalah titrasi asam yaitu menentukan konsentrasi asam cuka dengan menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH).

1.2Perumusan MasalahBagaimana cara menstandarisasi suatu larutan, dan menentukan kadar asam asetat Bagaimana tahapan tahapan yang terjadi pada proses titrasi.

Page 20: Techno Livestock

1.3 Tujuan PercobaanMempelajari dan Menentukan kadar asam cuka (CH3COOH) dengan cara titrasi asidi-alkalimetri.

1.4 ManfaatManfaat yang dapat diambil dari percobaan Asidi Alkalimetri ini antara lain :1.Dapat mengetahui dan memahami prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.2.Dapat melaksanakan percobaan Asidi Alkalimetri dengan tepat dan benar.3.Dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.4.Serta nantinya dapat diaplikasikan kebidang lain, dalam kehidupan sehari - hari1.5 Ruang Lingkup PercobaanPraktikum Kimia Analisa Kuantitatif (Kelompok II) dengan modul percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Dengan kondisi ruangan :1.Temperatur : 30oC.2.Tekanan udara : 760 mmHgDilakukan dalam ruangan dengan menggunakan bahan–bahan antara lain sampel asam cuka, natrium hidroksida (NaOH) dan indikator phenolphtalein. Sedangkan untuk peralatan digunakan alat-alat seperti statif dan klem, buret, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, corong dan batang pengaduk.

Page 21: Techno Livestock

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Prinsip Dasar TitrasiReaksi penetralan dalam analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa. Reaksi ini menghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut produkaA + tT dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalen mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula mol equivalennya juga berlaku sama.ntitran = nanalitneq titran = neq analitdengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan ke dua. (anonim, 2009)Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:1. reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak adanya reaksi sampingan2. reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekivalensi. Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar besar. Maka dari itu dapat terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekivalensi.3. diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indikator atau metode instrumental agar analis dapat menghentikan penambahan titran4. diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan hanya beberapa menit. (anonim, 2009)Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Day, dkk, 1986).Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator baik titrat maupun titran biasanya berupa larutan. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).Syarat zat yang bisa dijadikan standar primer:

Page 22: Techno Livestock

1.Zat harus 100% murni.2.Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standar primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang. 3.Mudah diperoleh.4.Biasanya zat standar primer memiliki massa molar (Mr) yang besar hal ini untuk memperkecil kesalahan pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relatif yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil. 5.Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi (Anonim, 2009).Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran. Lengkapnya titrasi, harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat disalah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Anonim, 2009).

2.2Asidi – alkalimetriAsidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa). H+ + OH- H2O Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam, sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Untuk menetapkan titik akhir pada proses netralisasi ini digunakan indikator. Menurut W. Ostwald, indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu. Jalannya proses titrasi netralisasi dapat diikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan di sekitar titik ekuivalen karena hal ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya. Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen. Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi adalah cara

Page 23: Techno Livestock

penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut.Prinsip Titrasi Asam basaTitrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”.Pada saat titik ekivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.Cara Mengetahui Titik EkivalenAda dua cara umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, yaitu:1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indiator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indiator disebut sebagai titik akhir titrasi (Anonim, 2009).Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sesedikit mungkin, sehingga indikator tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin. Umumnya dua atau tiga tetes larutan indikator 0,1% ( b/v ) diperlukan untuk keperluan titrasi. Dua tetes ( 0,1 ml ) indikator ( 0,1% dengan berat formula 100 ) adalah sama dengan 0,01 ml larutan titran dengan konsentrasi 0,1 M.

Page 24: Techno Livestock

Indikator asam basa akan memiliki warna yang berbeda dalam keadaan tak terionisasi dengan keadaan terionisasi. Sebagai contoh untuk indikator phenolphthalein ( pp ) seperti di atas dalam keadaan tidak terionisasi ( dalam larutan asam ) tidak akan berwarna ( colorless ) dan akan berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi ( dalam larutan basa ).Warna yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator dalam keadaan transisinya. Untuk indikator phenolphthalein karena indikator ini bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keungguan maka yang teramati untuk titik akhir titrasi adalah warna merah muda. Contoh lain adalah metil merah. Oleh karena metil merah bertransisi dari merah ke kuning, maka bila indikator metil merah dipakai dalam titrasi maka pada titik akhir titrasi warna yang teramati adalah campuran merah dengan kuning yaitu menghasilkan warna orange (Anonim, 2009).2.3Asam CukaAsam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.Asam cuka merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam cuka dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam cuka merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.(anonim, 2009)

2.4AplikasiPembuatan Asam Nitrat (HNO3) dalam IndustriPembuatan asam nitrat skala industri memakai proses yang dinamakan “proses tekanan tunggal”. Dalam proses ini sebuah kompresor putar bertahap banyak, yang mempunyai pendingin di antara tahap-tahapnya, digerakkan oleh turbin uap dan turbin pemulih tenaga yang disebutkan alat ekspansi gas sisa (tail gas expander). Pendingin antara tahap diatur sedemikian rupa agar suhu keluar adalah sekitar 230oC pada 1MPa.Udara keluar dibelah, 85% masuk ke dalam konverter dan 15% ke dalam penukar kalor dan kolom putih. Udara tekan yang panas itu dicampur dengan amonia lewat panas dan dikirim ke konverter yang beroperasi pada tekanan 800 sampai 950 kPa. Campuran udara dan amonia yang mengandung kira-kira 10% amonia, dilewatkan melalui 30 lapisan kaca 80 mesh yang terbuat dari platina kurang lebih 10% rhodium. Pembakaran berlangsung cepat dengan suhu keluar mencapai 940oC. Konversi menjadi NO adalah 94-95% dan diperlukan 62 gram paduan platina per ton metrik kapasitas harian asam. Suhu gas dan konsentrasi amonia yang masuk reaktor merupakan dua parameter yang sangat menentukan. Pada konsentrasi amonia 11,5% sampai 12% bisa terjadi ledakan. Gas masuk harus mempunyai suhu sedikitnya 205oC dan sebaiknya 230oC agar lapisan pertama kaca itu tetap berada pada suhu reaksi. Pada konsentrasi amonia 10% kenaikan suhu adiabatik adalah 710oC, sehingga konsentrasi amonia dibatasi pada 10%. Umur katalis biasanya 6-10 minggu; hal ini terutama adalah akibat erosi. Dengan demikian, biaya katalis mencapai $5 per ton metrik HNO3 100% yang dihasilkan. Pelet yang mengandung Kobalt Trioksida juga digunakan sebagai katalis, tetapi konversinya agak rendah.

Page 25: Techno Livestock

Gas keluar dari konverter dilewatkan melalui pemanas, lanjut uap, ketel uap kalor limbah dan pemanas gas sisa dan keluar pada suhu 2000C. Gas itu kemudian dilewatkan melalui pendingin kondensor yang menghasilkan HNO3 40% sampai 45% sebagai produk yang mengandung 40% nitrogen terikat. Baik gas keluar yang sudah diinginkan maupun asam nitrat encer, keduanya dilewatkan melalui absorber, masih pada tekanan penuh sebesar 980 kPa. Absorber-absorber itu adalah suatu kolom piring tudung-gelembung atau piring tapis dengan gelungan pendingin diatas setiap 20-50 piring. Gas masuk dari bawah asam nitrat encer agak ke atas pada kolom dan air dingin masuk dari atas. Suhu gas yang keluar bersuhu sekitar 10oC. Pada kolom ini terdapat dua titik cekik (pinch point) yang diakibatkan oleh masalah kinetiknya. Di dekat dasar, laju reoksidasi NO cukup lambat karena asam pekat yang terdapat disitu menghalangi absorbsi NO2 sehingga tidak dapat berlangsung lambat. Di dekat puncak kolom, konsentrasi NOx dan oksigen menjadi sangat rendah, sehingga gaya dorong untuk absorbsi itu kecil saja.Asam yang keluar dari dasar kolom mengandung sedikit NOx terutama N2O4 (tak berwarna) tetapi ada juga NO2 yang berwarna merah. Gas ini diputihkan (bleach) dengan melewatkannya melalui kolom, berlawanan arah dengan udara primer sebanyak 15% (yang diperlukan untuk oksidasi NO menjadi NO2) yang dibocorkan dari kompresor udara. Beberapa pabrik ada yang mempunyai bagian pemutih dibawah kolom absorber utama.

Gambar 2.1 Flowsheet Pembuatan Asam NitratAnonim, 2009BAB IIIBAHAN DAN PERALATAN

3.1Alat Bahan dan fungsi3.1.1 Sampel ( Cuka )Fungsi : Sebagai zat yang akan diidentifikasi kadar asam asetatnya.Sifat fisika :1.Rumus molekul : CH3COOH2.Massa molar : 60.05 g/mol3.Densitas dan fase : 1.049 g cm−3, cairan1.266 g cm−3, padatan4.Titik lebur : 16.5 °C (289.6 ± 0.5 K) (61.6 °F)[1]5.Titik didih : 118.1 °C (391.2 ± 0.6 K) (244.5 °F)[1]6.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.Sifat kimia :1.Melarut dengan mudah dalam air 2.Bersifat higroskopik dan korosif3.Asam asetat merupakan asam lemah.4.Asam asetat merupakan monobasic.5.Asam asetat merubah latmus biru menjadi merah.6.Asam asetat membebaskan CO2 dari karbonat.7.Asam asetat menyerang logam yang melibatkan hidrogen.(anonim, 2009)3.1.2Natrium Hidroksida

Page 26: Techno Livestock

Fungsi : Sebagai larutan standar untuk mentritrasi asam cuka. (titran)Sifat Fisika :1.Rumus molekul : NaOH2.Densitas dan fase : 2.100 g cm−3, cairan3.Titik lebur : 318 °C 4.Titik didih : 1390 °C 5.Penampilan : Cairan higroskopis tak berwarna.Sifat kimia :1.NaOH sangat mudah menyerap gas CO22.Senyawa ini sangat mudah larut dalam air3.Merupakan larutan basa kuat4.Sangat korosif terhadap jaringan Organik5.Tidak Berbau(mulyono, 2008)3.1.3 Indikator Phenolphtalein (PP)Fungsi : Sebagai indikator yang menunjukkan titik akhir titrasi (titik ekivalen)Sifat Fisika :1.Rumus molekul : C20H14O42.Penampilan : Padatan Kristal tak berwarna3.Massa jenis : 1,2274.Berbentuk larutan5.Merupakan asam lemah6.Larut dalam airSifat kimia :1.Trayek pH 8,2 – 102.Merupakan indikator dalam analisa kimia3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan, hanya sebagai indikator4.Larut dalam 95% etil alkohol5.Asam dwiprotik6.Tidak berwarna saat asam7.Berwarna merah rosa saat basa(mulyono, 2009)3.1.4 Aquades (air)Fungsi Aquades : Sebagai pelarut kristal NaOHSifat fisika Air : 1.Rumus molekul : H2O2.Massa molar : 18.0153 g/mol3.Densitas dan fase : 0.998 g/cm³, cairana.0.92 g/cm³, padatan4.Titik lebur : 0 °C (273.15 K) (32 ºF) 5.Titik didih : 100 °C (373.15 K) (212 ºF) 6.Penampilan : Cairan tak Berwarna, Tidak berbau(mulyono, 2009)Sifat Kimia Air :1.Pelarut yang baik

Page 27: Techno Livestock

2.Memiliki pH 7 (netral) 3.Bukan merupakan zat pengoksidasi kuat.4.Lebih bersifat reduktor daripada oksidator.5.Reaksi oksidasi dari air sendiri dapat terjadi jika direaksikan dengan logam alkali atau alkali tanah.Ca + 2 H2O Ca2+ + 2 OH- + H2 (anonim, 2009)

3.2Alat dan fungsi1. Pipet tetesFungsi : Untuk mengambil indikator dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer2. ErlenmeyerFungsi : Sebagai wadah zat yang akan dititrasi.3. Statif dan klemFungsi : Sebagai penyanggah berdirinya buret.4. BuretFungsi : Sebagai wadah pentiter.5. Beaker GlassFungsi : Sebagai tempat / wadah campuran zat diaduk.6. CorongFungsi : Untuk memasukkan larutan standar ke dalam buret. Maupun kedalam Erlenmeyer7.Batang PengadukFungsi : Untuk mengaduk dua zat yang dicampur agar terjadi larutan yang homogen.

3.3Rangkaian Peralatan

Gambar 3.1 Beaker Glass + Batang pengaduk untuk tempat melarutkan pentiter yaitu NaOH

Gambar 3.2 Pipet tetes + corong + Erlenmeyer sebagai tempat sampel dan pencampurn indikator

Gambar 3.3 Statif dan klem + Buret + Erlen meyer yaitu peralatan untuk melakukan titirasi

Page 28: Techno Livestock

BAB IVPROSEDUR PERCOBAAN

4.1Prosedur4.1.1 Penyiapan Larutan NaOH 0.6 NCuci dan bilas botol 500 mlBila larutan ini akan disimpan dalam waktu yang lama, sediakan botol plastik, sebab larutan NaOH pasti akan bereaksi dengan wadah kaca, walaupun perlahan.Timbang 2,0 gram NaOH, larutkan kedalam beaker glass 500 ml yang berisi aquades, kocok sampai larut.4.1.2 Menentukan Kadar Asam Asetat dalam CukaSampel dimasukkan sebanyak 25 ml kedalam ErlenmeyerTambahkan 4 tetes Phenolpthalein kedalam sampel tersebutTitrasi dengan menggunakan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan warna indikator menjadi Merah Rosa yang stabil. Catat volume NaOH yang terpakai.Lakukan prosedur diatas secara duplo, hitung kadar asam asetat yang diperoleh.Lakukan prosedur diatas terhadap sampel I dan sampel II

Page 29: Techno Livestock

4.2Flowchart4.2.1 Flowchart Penyiapan Larutan NaOH 0,6 N

Gambar 4.1 Flowchart Persiapan Larutan NaOH 0,6 N

4.2.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka

Page 30: Techno Livestock

Tidak

Ya

Gambar 4.2 Flowchart Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil PercobaanTabel 4.1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 NBerat kristal NaOH9,6 grVolume pelarut400 mlKonsentrasi As. Oksalat0.6 N

Tabel 4.2 Perhitungan Kadar Asam AsetatNoV CH3COOHV NaOH

Page 31: Techno Livestock

Konsentrasi CH3COOHKadar CH3COOHpH125 ml53,5 ml1,27 M7,2 %9,17225 ml52,5 mlRata-rata25 ml53 ml1,27 M7,2 %9,17

Tabel 4.3 Perhitungan Kadar Sampel INoV sampel IV NaOHKonsentrasi Sampel IKadar Sampel IpH125 ml43 ml1,074 M6,08 %9,16225 ml46,5 mlRata-rata25 ml44,75 ml1,074 M6,08 %9,16

Page 32: Techno Livestock

Tabel 4.4 Perhitungan Kadar Asam AsetatNoV sampel IIV NaOHKonsentrasi sampel IIKadar sampel IIpH125 ml56,3 ml1,36M7,7%9,18225 ml57,2 mlRata-rata25 ml53 ml1,36M7,7%9,18

4.2 PembahasanPrinsip titrasi asidi alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap suatu senyawa dengan cara mereaksikannya dengan suatu larutan baku yang sudah diketahui konsentrasinya dengan tepat. Dalam percobaan ini, sampel yang dianalisis adalah asam cuka CH3COOH yang kadarnya dapat ditentukan melalui metode titrasi dengan larutan baku NaOH. Cuka dapur yang digunakan sebagai sampel dengan merek: Cap bintangKurva perubahan pH asam Asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOh

.

Volume NaOHGambar 4.1 Grafik perubahan pH asam Asetat

Page 33: Techno Livestock

Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH

Volume NaOH

Gambar 4.2 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel I

Kurva perubahan pH asam asetat terhadap tiap penambahan 10 ml larutan NaOH

Volume NaOH

Gambar 4.3 Kurva Titrasi NaOH 0,6N terhadap sampel II

Pada percobaan, dari hasil titrasi didapat kadar cuka yang terdapat dalam sampel adalah sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 % sedangkan dalam label cuka sampel tertulis kadar cuka tersebut sebesar 5 %. Hal ini terjadi disebabkan beberapa faktor diantaranya:1.Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.2.Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan NaOH, seperti pada saat penimbangan.3.Terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan.4.Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator

Page 34: Techno Livestock

BAB VKESIMPULAN

5.1KesimpulanSetelah melakukan percobaan Penentuan Asam Asetat dengan Titrasi Asidi-Alkalimetri maka praktikan dapat menarik kesimpulan yaitu :1. Dari percobaan didapat kadar asam cuka sebesar 7,2 %, 6,8 % dan 7,7 %. Sedangkan dalam teori kadar asam cuka sebesar 5 %.2. Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara asam dengan basa untuk mencapai titik ekivalen.3. Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat indikator yang sesuai adalah phenolphthalein.4. Metode titrasi asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam ataupun basa dalam sampel.5. Larutan baku yang digunakan dalam titrasi asidi-alkalimetri adalah asam kuat ataupun basa kuat yang telah diketahui konsentrasinya secara tepat.6. Pada titrasi asam lemah dan basa kuat, pH larutan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya volume larutan dari basa kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009 a. Asam Asetat. http://id.wikipedia.org26 agustus 2009Anonim.2009 b. Air. http://id.wikipedia.org26 agustus 2009Anonim.2009 c. Titrasi Asam Basa. http://belajarkimia.com26 agustus 2009Anonim.2009d. Analisis Volumetri atau Titrimetri. http://belajarkimia.com26 agustus 2009Anonim.2009 e. Kumpulan laporan praktikum. http://sulae.blogspot.com

Page 35: Techno Livestock

26 agustus 2009Day, RA dan Underwood. 1986. Analisis Kimia kuantitatif. Edisi Kelima: Erlangga. Jakarta HAM, Mulyono. 2006. Kamus Kimia . Edisi Pertama. Bumi Aksara : Jakarta

LAMPIRANA

LAMPIRAN ADATA PERCOBAAN

LA. 1 Penyiapan Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,6 NBerat kristal NaOH9,6 grVolume pelarut

Page 36: Techno Livestock

400 mlKonsentrasi As. Oksalat0.6 N

LA.2 Perhitungan Kadar Asam AsetatNoV CH3COOHV NaOHKonsentrasi CH3COOHKadar CH3COOHpH125 ml53,5 ml1,27 M7,2 %9,17225 ml52,5 mlRata-rata25 ml53 ml1,27 M7,2 %9,17

LA.3 Perhitungan Kadar Sampel INoV sampel IV NaOHKonsentrasi Sampel IKadar Sampel IpH125 ml43 ml1,074 M6,08 %9,16225 ml46,5 ml

Page 37: Techno Livestock

Rata-rata25 ml44,75 ml1,074 M6,08 %9,16

LA. 4 Perhitungan Kadar Asam AsetatNoV sampel IIV NaOHKonsentrasi sampel IIKadar sampel IIpH125 ml56,3 ml1,36M7,7%9,18225 ml57,2 mlRata-rata25 ml53 ml1,36M7,7%9,18

Page 38: Techno Livestock

LAMPIRANB

LAMPIRAN BPERHITUNGAN

LB. 1 . Perhitungan Pembuatan Larutan NaOH 0,6 N

M = M = 9600= 1000. massaMassa = 9,6 gram

Page 39: Techno Livestock

LB. 2. Perhitungan kadar Asam Asetat

Volume astetat : 25 mlVolume NaOH rataan : 53 mlM NaOH : 0,6 NM asetat x V asetat = M NaOH x V NaOHM asetat x 25 ml = 0.6 N x 53 mlM asetat = M asetat = 1.27 M

Kadar Asam Asetat = = = 7,2 %

LB. 3. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH

a.Pada penambahan 0 ml NaOH

[H+] = [H+] = = 4,78 x 10-3pH = -log [H+]= -log [4,78 x 10-3]= 3 – log 4,78= 2,32b.Pada penambahan 10 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmolmol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 6 31.8 -r : 6 6 6 s : 0 25.8 6

[H+] = = = 7,74 x 10-5pH = -log [H+]= -log [7,74 x 10-5]= 5 – log 7,74= 4,11c.Pada penambahan 20 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmolmol NaOH = 20 ml x 0,6 = 12 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 12 31.8 -

Page 40: Techno Livestock

r : 12 12 12 s : 0 19,8 12

[H+] = = = 2,97 x 10-5pH = -log [H+]= -log [2,97 x 10-5]= 5 – log 2,97= 4,53d.Pada penambahan 30 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmolmol NaOH = 30 ml x 0,6 = 18 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 18 31.8 -r : 18 18 18 s : 0 13,8 18

[H+] = = = 1,386 x 10-5pH = -log [H+]= -log [1,386 x 10-5]= 5 – log 1,386= 4,86e.Pada penambahan 40 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmolmol NaOH = 40 ml x 0,6 = 24 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 24 31.8 -r : 24 24 24 s : 0 7,8 24

[H+] = = = 0,58 x 10-5pH = -log [H+]= -log [0,58 x 10-3]= 3 – log 0,58= 5,24f.Pada penambahan 50 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,27 = 31,8 mmolmol NaOH = 50 ml x 0,6 = 30 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 30 31.8 -

Page 41: Techno Livestock

r : 30 30 30 s : 0 1,8 30

[H+] = = = 0,108 x 10-5pH = -log [H+]= -log [0,108 x 10-3]= 3 – log 0,108= 5,97g.Pada penambahan 53 ml NaOHmol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH31,8 mol = M CH3COOH x 78 mlM CH3COOH = 0,4 MNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 31,8 31.8 -r : 31,8 31,8 31,8 s : 0 0 31,8

[OH-] = = = 1,48 x 10-5pOH = -log [OH+]= -log [1,48 x 10-3]= 5 – log 1,48= 4,83pH = 14 – pOH= 14 – 4,83= 9,17

LB. 4. Perhitungan kadar Asam Asetat (Sampel I)

Volume astetat : 25 mlVolume NaOH rataan : 44,75 mlM NaOH : 0,6 NM asetat x V asetat = M NaOH x V NaOHM asetat x 25 ml = 0.6 N x 44,75 mlM asetat = M asetat = 1.074 M

Kadar Asam Asetat = = = 6,08 %

Page 42: Techno Livestock

LB. 5. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH

a.Pada penambahan 0 ml NaOH

[H+] = [H+] = = 4,39 x 10-3pH = -log [H+]= -log [4,39 x 10-3]= 3 – log 4,39= 2,36b.Pada penambahan 10 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmolmol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 6 26,85 -r : 6 6 6 s : 0 20.85 6

[H+] = = = 6,25 x 10-5pH = -log [H+]= -log [6,25 x 10-5]= 5 – log 6,25= 4,21

c.Pada penambahan 20 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmolmol NaOH = 20 ml x 0,6 = 12 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 12 26,85 -r : 12 12 12 s : 0 14.85 12

[H+] = = = 2,23 x 10-5pH = -log [H+]= -log [2,23 x 10-5]= 5 – log 2,23= 4,65d.Pada penambahan 30 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmol

Page 43: Techno Livestock

mol NaOH = 30 ml x 0,6 = 18 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 18 26,85 -r : 18 18 18 s : 0 8.85 18

[H+] = = = 0,88 x 10-5pH = -log [H+]= -log [0,88 x 10-5]= 5 – log 0,88= 5,05e.Pada penambahan 40 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,074 = 26,85 mmolmol NaOH = 40 ml x 0,6 = 24 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 24 26,85 -r : 24 24 24 s : 0 2.85 24

[H+] = = = 0,216 x 10-5pH = -log [H+]= -log [0,216 x 10-5]= 5 – log 0,216= 5,66f.Pada penambahan 44,75 ml NaOHmol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH26,85 mol = M CH3COOH x 69,75 mlM CH3COOH = 0,38 MNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 26,85 26,85 -r : 26,85 26,85 26,85 s : 0 0 26,85

[OH-] = = = 1,45 x 10-5pOH = -log [OH+]= -log [1,45 x 10-3]= 5 – log 1,45= 4,84pH = 14 – pOH

Page 44: Techno Livestock

= 14 – 4,84= 9,16

LB. 6. Perhitungan kadar Asam Asetat (sample II)

Volume astetat : 25 mlVolume NaOH rataan : 56,75 mlM NaOH : 0,6 NM asetat x V asetat = M NaOH x V NaOHM asetat x 25 ml = 0.6 N x 56,75 mlM asetat = M asetat = 1.362 M

Kadar Asam Asetat =

=

= 7,7 %

LB. 7. Perhitungan pH Larutan untuk reaksi 25 ml CH3COOH dengan NaOH

a.Pada penambahan 0 ml NaOH

[H+] = [H+] = = 4,74 x 10-3pH = -log [H+]= -log [4,74 x 10-3]= 3 – log 4,74= 2,33b.Pada penambahan 10 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmolmol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 6 34,05 -r : 6 6 6 s : 0 28,05 6

[H+] = = = 8,4 x 10-5pH = -log [H+]= -log [8,4 x 10-5]= 5 – log 8,4= 4,08

Page 45: Techno Livestock

c.Pada penambahan 20 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmolmol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 12 34.05 -r : 12 12 12 s : 0 22,05 12

[H+] = = = 3,3 x 10-5pH = -log [H+]= -log [3,3 x 10-5]= 5 – log 3,3= 4,48

d.Pada penambahan 30 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmolmol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 18 34,05 -r : 18 18 18 s : 0 16,05 18

[H+] = = = 1,6 x 10-5pH = -log [H+]= -log [1,6 x 10-5]= 5 – log 1,6= 4,8e.Pada penambahan 40 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmolmol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmolNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 24 34,05 -r : 24 24 24 s : 0 10,05 24

[H+] = = = 0,756 x 10-5pH = -log [H+]= -log [0,756 x 10-3]= 3 – log 0,756

Page 46: Techno Livestock

= 5,12

f.Pada penambahan 50 ml NaOHmol CH3COOH = 25 ml x 1,362 = 34,05mmolmol NaOH = 10 ml x 0,6 = 6 mmol

NaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 30 34.05 -r : 30 30 30 s : 0 4,05 30

[H+] = = = 0,243 x 10-5pH = -log [H+]= -log [0,243 x 10-3]= 3 – log 0,243= 5,61g.Pada penambahan 53 ml NaOHmol CH3COOHNa = M CH3COOH x VCH3COOH34,05 mol = M CH3COOH x 81,75 mlM CH3COOH = 0,42 MNaOH + CH3COOH → CH3COONa + H2Om : 34,05 34,05 -r : 34,05 34,05 34,05 s : 0 0 34,05

[OH-] = = = 1,51 x 10-5pOH = -log [OH+]= -log [1,51 x 10-3]= 5 – log 1,51= 4,82pH = 14 – pOH= 14 – 4,82= 9,18

Diposkan oleh laporan permanganometri di 02:58

4 komentar:

1.

akung widiyatmaka Dec 1, 2009 07:19 AM

Page 47: Techno Livestock

ada laporan praktikum argentometri gak?aku butuh buat perbandingan.

Balas

2.

faizah May 10, 2010 11:10 PM

dari mana cari sifat fisika dan sifat kimia suatu bahan? kalo ada bukunya apa? selain buku Mulyono

Balas

3.

Asian Fanatics Dec 7, 2011 08:04 PM

terima kasih infonyaa:)

Balas

4.

m@ulid@ Dec 13, 2011 05:08 AM

kok endnote dasar teorinya kebanyakan anonim,,

Balas

Muat yang lain...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

▼ 2009 (5) o ▼ November (3)

▼ Nov 11 (3) KIMIA ANALISA KUALITATIF GRAVIMETRI

Page 49: Techno Livestock

Techno Livestock

Home

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF) BISA DI DOWNLOAD DISINI

BAB I

PENDAHULUAN Analisa volumetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang dilakukan dengan jalan mengukur volume larutan yang telah diketahui dengan teliti. Larutan tersebut harus dapat bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan diukur dengan volumenya tertentu.

Tujuan dari pratikum kali ini dengan materi pengenalan analisa kuantitatif standarisasi

larutan 0,1 NaOH dan penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka adalah untuk mengenal

metode analisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka, serta mampu menerapkan reaksi

asam-basa untuk menetapkan reaksi asam atau basa.

Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mempraktekkan secara langsung dan mengenal

analisa kuantitatif, serta mengenal jenis dan cara kerja beberapa analisa kuantitatif.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Analisa Kuantitatif

Search

Page 50: Techno Livestock

Analisa Kuantitatif adalah analisa yang berkaitan dengan berapa banyaksuatu zat tertentu

yang terkandung dalam suatu sample. Zat yang ditetapkan tersebutyang sering kali dinyatakan

sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau besar sample

yang dianalisis (Underwood, 1999). Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang khusus

mempelajari atau menyelidiki jumlah atom, ion, atau molekul penyusun suatu persenyawaan.

Biasanya analisis kuantitatif sering disebut juga analisis jumlah (Zulkarnaen, 1991). Analisa kuantitatif

merupakan pemisahan suatu materi menjadi partikel-partikel. Fungsinya yaitu untuk menetapkan

berapa banyak unsur atau zat yang ada dalam senyawa campuran. Analisa kuantitatif berkaitan

dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel, zat yang

ditetapkan tersebut dinyatakan sebagai konstituen. Jika zat yang dianalisa tersebut menyusun lebih

dari sekitar 1% dari sampel maka analisis ini dianggap konstituen utama zat itu. Hal itu dapat

dikatakan konstituen minor suatu zat jumlah berkisar 0,01% sampai 1% dari sampel terakhir, serta

apabila dikatakan konstituen trace jika suatu zat ada yang kurang dari 0,01% (Irfan,

2000 ).

2.2 Macam-

macam

Analisa

Kuantitatif

2.2.1 Volumetri

Volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrsainya (Irfan, 2000). Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volum terentu. Analisa kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau

Page 51: Techno Livestock

memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukan sehingga data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut (Haryadi, 1990).

Reaksi-reaksi dalam volumetri terdiri dari 1) Reaksi netralisasi contoh : HC1 + NaOH →NaCl + H2O, 2) Reaksi pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks contoh : AgNO3 + NaC →AgCl + NaNO3, 3) Reaksi redoks contoh : 2FeCl3 + SnCl2 →2FeCl2 + SnCl4. Suatu analisis kimia terdiri daru empat tahapan yaitu : 1) Pengambilan atau pencuplikan smaple, 2) Mengubah analit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran, 3) Pengukuran, 4) Perhitungan dan penafsiran pengukuran (Underwood, 1994).

2.2.2 Gafimetri

Gafimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam – garam klorida. Dapat dilakukan dengan cara evaluasi, dengan memasangkan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi sehingga yang dicari adalah banyaknya gas yang dicari. Cara pengendapan bahan direaksikan , sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itu akan ditimbang (Rosenberg , 1994). Gavimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam-garam klorida (Underwood, 2002).

2.2.3 Asidimetri dan Alkalimetri

Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam (Underwood, 1990). Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam (Haryadi, 1990).

2.2.4 Presipitrimetri

Presipitrimetri adalah cara tirasi dimana terjadi endapan (presipilat) sebagai contoh yang mudah adalah :

AgNO3 + NaCL AgCL + NaNO3

Makin larut garam yang terbentuk makin sempurna reaksin yang dihasilkannya (Underwood, 1990). Presipitrimetri adalah cara titrasi di mana terjadi endapan (presipilat) (Haryadi, 1990).

2.2.5 Idiometrri

Idiometri ialah salah satu bentuk pengukuran dari suatu oksidator dengan mempergunakan

larutan kalium iodo yang berlebihan dimana I2 yang dibebabskan dengan titrasi kembali dengan

mempergunakan kalium kosulfat. Iodo termasuk tirasi reduksi dan oksidasi. Senyawa iodide

Page 52: Techno Livestock

merupakan suatu pereaksi dan reaksi yang cukup kuat , lebih kuat dari iodemetrik. (Rosenberg ,

1994).

2.2.6 Spektometri

Adalah penentuan kadar suatu zat berdasarkan hasil analisa spektrum zat atau dengan berdasarkan transmitasi larytan terhadap cahaya pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan instrumen spektometri (Rosenberg , 1994).

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum kimia Analisa Kuantitatif dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 11 Oktober 2009

pada pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Diponegoro Semarang.

3.1.Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisa kuantitatif adalah Erlenmeyer 100ml untuk

tempat zat yang ditirasi, corong untuk membantu memasukkan larutan yang sempit mulutnya, labu

ukur 250 ml dan 100 ml untuk tempat melakukan pengenceran dengan volume tertentu, buret

untuk tempat zat yang akan menitrasi, pipet tetes untuk mengambil larutan dengan jumlah sedikit,

gelas beker sebagai tempat larutan dan pipet volume 10 ml dan 5 ml untuk mengambil larutan

dalam jumlah yang cukup banyak.

Page 53: Techno Livestock

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat(H2C2O4) sebagai pengencer

ataupun pentitrasi larutan NaOH, sedangkan NaOH 0,1 M sebagai larutan untuk menitrasi asam cuka

yang akan dihitung kadarnya yang dicampur dengan aquades, fenolftalein(PP) 1% sebagai indikator

penunjuk.

3.2 Metode

3.2.1 Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat yaitu menimbang dengan tepat 0,63 gram

oksalat (H2C2O4.2H2O), melarutkan asam oksalat yang sudah ditimbang kedalam aquades kemudian

diencerkan menjadi 100ml dengan labu ukur, memasukkan larutan asam oksalat kedalam buret,

mengambil 15 ml NaOH dan memasukkan kedalam Erlenmeyer 100ml, kemudian menambahkan 3

tetes indikator PP, larutan dititrasi dengan asam oksalat standart sampai warna merah indikator

hilang. Mencatat voleme asam oksalat yang diperlukan. Melakukakn titrasi sebanyak 3 kali,

menghitung konsentrasi.

3.2.2 Penetapan Kadar Asam Cuka

Penetapan kadar asam cuka adalah dengan langkah antara lain mengisi larutan NaOH yang

telah diketahui konsentrasinya kedalam buret, mengambil 5 ml asam cuka dan mengencerkannya

menjadi 250 ml dengan labu ukur, mengambil 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dan

memasukkan kedalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator PP, menitrasi larutan dengan

Page 54: Techno Livestock

NaOH sampai timbul warna merah muda yang tepat. Mengulangi titrasi 3 kali lagi untuk Erlenmeyer

yang lain, mencatat volume NaOH yang diperlukan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Standartisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat

Tabel 1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat

Keterangan Volume Asam Oksalat (ml)

Titrasi I 14 ml

Titrasi II 16 ml

Titrasi III 14 ml

Rata-rata 14,6 ml

Sumber Data Praktikum Kimia Dasar, 2009

Perhitungan Normalitas NaOH

N1 x V1 = N2 x V2

0,1 x 14,6 = N2 x 15

1,46 = 15 N2

Page 55: Techno Livestock

N2 = 0,097 N

Pada percobaan pertama larutan NaOH diberi 3 tetes PP lalu dihitung dengan larutan asam

oksalat kemudian menghitung volum asam oksalat yang diperlukan untuk menitrasi larutan NaOH

menjadi tidak berwarna NaOH yang diberi indikator PP menjadi berwarna merah. Ini mencirikan

bahwa NaOH bersifat basa dan setelah dititrasi larutan NaOH menjadi tidak berwarna jadi larutan

asam reaksinya yaitu 2NaOH + N2C2O4 . 2H2O Na2C2O4 + 4H2O

Hal ini sesuai dengan pengertian volumetri yaitu merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya, telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya ( Irfan , 2000 ). Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan pada praktikum standarisasi NaOH titrasi I menghasilkan volume asam oksalat 14,0 mL sedangkan pada titrasi II mengalami kenaikan menjadi 16 mL faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi sehingga memerlukan asam oksalat lebih banyak dari titrasi I. Sesuai dengan pendapat Underwood (1994) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi.

4.2 Penetapan Kadar Asam Cuka

Tabel 2. Pengukuran Kadar Asam Cuka

Keterangan Volume NaOH (ml)

Titrasi I 6 ml

Titrasi II 5,5 ml

Titrasi III 7,5 ml

Rata-rata 6,3 ml

Data Praktikum Kimia Dasar, 2009

Page 56: Techno Livestock

Perhitungan Asam Cuka

=

=

= 9,167%

Analisa volumetri merupakan alat kuantitatif yang juga bertujuan menentukan kadar suatu zat

dalam larutan dengan cara pengukuran volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui

dengan menggunakan rumus :

N1 . V1 = N2 . V2

Dalam hal ini konsentrasi larutan dinyatakan dengan normalitas. Dalam titrasi ini

digunakakn indikator PP karena merupakan indikator yang dapat menunjukkan warna yaitu

berwarna merah muda dalam keadaan basa dan tidak berwarna dalam keadaan asam. Fenolftalein

berubah warna pada titik ekuivalen dan memilih suatu indikator yang berubah pada sekitar pusat

pada ekuivalen terjadi. Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan pada praktikum standarisasi

NaOH titrasi I menghasilkan volume asam oksalat 14,0 mL sedangkan pada titrasi II mengalami

kenaikan menjadi 16,0 mL faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya

reaksi titrasi yang terjadi, sehingga memerlukan asam oksalat lebih banyak dari titrasi I. Sesuai

dengan pendapat Underwood (1994) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan

volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi.

Page 57: Techno Livestock

BAB V

KESIMPULAN

Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif yang digunakan

untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya

larutan volume standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan diketahui.

Dalam percobaan tersebut tingkat ketelitiaannya biasanya kurang. Hal ini dipengaruhi oleh

faktor-faktor antara lain adanya kelebihan dan kekurangan air dalam pengenceran, penetesan

indicator PP yang tepat 3 tetes atau indikator PP yang telah terkontaminasi dengan zat lain, kurang

lebihnya waktu dalam penghentian proses titrasi, larutan standar masih terus mengalir, walau sudah

saatnya berhenti. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada waktu praktikum ini dapat mengakibatkan

hasil perhitungan yang tidak sama dengan sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Day, Underwood.1999.Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. Erlangga. Jakarta.

Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.

Irfan, Anshory.2000. Ilmu Kimia. Erlangga : Jakarta.

Khoppar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Organik. Universitas Indonesia Press,

Jakarta.

Rosenberg, Jerome.1994. Kimia Dasar. Edisi IV. Erlangga : Jakarta.

Page 58: Techno Livestock

Underwood, A.L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Zulkarnaen, A. K. Kimia Analisa Kuantitatif. 1991. Departemen Perindustrian

SMTI, Yogyakarta.

Penulis : Bagus Fitriansyah ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF) ini dipublish oleh Bagus Fitriansyah pada hari Sunday, July 10, 2011. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF)

Reaksi:

0 komentar:

Post a Comment

Comment Me

Link ke posting ini

< Next Prev >

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Popular Posts

Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI JARINGAN TUMBUHAN BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Jar...

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF) BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Analisa volumetri merup...

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KARBOHIDRAT)

Page 59: Techno Livestock

LAPORAN KIMIA DASAR (KARBOHIDRAT) BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Dalam perkembangan ilmu pengetahuan sekaran...

Proses Pencernaan pada Hewan Mamah Biak (Ruminansia)

Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem ...

Praktikum Biologi Pengenalan Sel

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGENALAN SEL BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Secara struktural makhluk hidup baik makhluk...

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KESEHATAN TERNAK PADA SAPI PERAH (ANAMNESA DAN IDENTIFIKASI PARASIT)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KESEHATAN TERNAK PADA SAPI PERAH DAPAT DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Bagi negara yang beriklim tro...

Tanaman C3,C4, dan CAM

Pengantar Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabo...

Praktikum Biologi Anatomi Hewan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ANATOMI HEWAN BISA DI DOWNLOAD DISINI BAB I PENDAHULUAN Katak adalah satu anggota dari classic Amphi...

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS (PTU)

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS (PTU) DAPAT DI DOWNLOAD DISINI PASSWORD FILE 1720 BAB I PENDAHULUAN Ternak unggas meru...

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP FISIOLOGIS TERNAK

PENDAHULUAN Faktor lingkungan yang berpengaruh langsung pada kehidupan ternak adalah iklim. Iklim merupakan faktor yang menentukan ciri ...

Blog Archive

► 2012 (9)

Page 60: Techno Livestock

▼ 2011 (68) o ► December (1) o ► October (28) o ► September (2) o ► August (2) o ▼ July (5)

Laporan Praktikum Biologi Jaringan Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF... LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (PROTEIN DAN LEMAK) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KARBOHIDRAT) Lomba Karya Tulis Ilmiah Bidang Peternakan Tingkat...

o ► June (1) o ► May (18) o ► March (6) o ► February (5)

► 2010 (7)

Label

Ayam (5) Babi (2) Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (BPFR) (2) Bahasa Indonesia (2) Bakteri (2) bibit (2) Biologi (5) Computer (1) DNA (1) Ekonomi Preusahaan Peternakan (EPP) (1) Fisiologi Ternak (1) Genetika (1) Hewan (2) Ilmu Kesehatan Ternak (IKT) (5) Ilmu Nutrisi Ternak (INT) (1) Ilmu Pemuliaan Ternak (IPT) (1) Ilmu Reproduksi Ternak (IRT) (4) Ilmu Tanaman Pakan (ITP) (1) Internet (1) Itik (1) Kambing (1) Kandang (1) Kesehatan (3) Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) (3) Kewirausahaan (2) Kimia Dasar (3) Klimatologi dan Lingkungan Ternak (3) Komputer (5) konsentrat (1) Laporan (14) Lemak (1)

Page 61: Techno Livestock

Limbah (2) Lomba (2) manajemen (4) Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia (NUNR) (2) pakan (8) Pangan (1) Pedet (1) Pendidikan Agama Islam (1) Pengantar Ilmu Industri Peternakan (PIIP) (4) Pengetahuan Hasil Ternak (PHT) (1) penyakit (3) Penyuluh Pertanian (1) Penyuluhan dan Komunikasi (1) Praktikum (14) Produksi Ternak Perah (PTP) (2) Produksi Ternak Potong dan Kerja (PTPK) (4) Produksi Ternak Unggas (PTU) (1) Protein (1) Ransum (1) sapi (14) Statistika (1) Stres (1) Susu (6) Tanaman (1) Teknik Pengolahan Limbah Peternakan (TPLP) (1) Teknologi Pengolahan Pakan (TPP) (1) ternak (16)

About Me

Bagus Fitriansyah

I am a college students Faculty of Animal Husbandry and Agriculture Diponegoro University. I liked about Agriculture, Livestock, Agribusiness, Food Technology, and Computer

View my complete profile

Followers

Follow by Email

Page 62: Techno Livestock

Total Pageviews

52,111

Twitter Updates

Share It

Copyright © 2012 Techno Livestock / Template by : Urangkurai

V