studi pengambilan keputusan akan metode … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu...

17
Kolokium Jalan dan Jembatan 2014 Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 1 STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE PERKUATAN TIMBUNAN BADAN JALAN DI ATAS DEPOSISI TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN ELEMEN HINGGA DAN ASSESSMENT KEGAGALAN BERBASIS TEORI PELUANG STUDY OF SUBGRADE IMPROVEMENT METHOD ON SOFT SOIL USING FINITE ELEMENT MODEL AND FAILURE ASSESSMENT OF DECISION TREE Ardy Arsyad 1 , Lawalenna Samang 2 , Andi Yusmin 3 , Wahniar Hamid 4 , Fadly Ibrahim 5 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar 3,4,5 PT. Yodya Karya (Persero) Cabang Makassar 1 [email protected] ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengembangkan proses pengambilan keputusan yang lebih efektif dan handal dalam memilih alternatif metode perkuatan badan jalan di atas deposisi tanah lunak. Proses ini dimulai dari identifikasi lokasi, karakterisasi geomekanik, pemodelan dan simulasi berbasis metode elemen hingga, dan pemilihan alternatif metode perkuatan dengan pendekatan teori peluang kegagalan dalam bentuk decision tree.Proses ini mempertimbangkan probabilitas keberhasilan dan kegagalan alternatif metode yang akan dipilih beserta konsekuensi biayanya. Alternatif metode dengan ekspektasi biaya yang terkecil pada semua peluang keberhasilan dan peluang kegagalan menjadi pilihan yang sangat logis. Untuk menunjukkan efektifas proses pemilihan ini, maka studi kasus dilakukan pada kasus jalan bergelombang Tikke-Baras pada poros jalan nasional Makassar Palu via Mamuju Utara di Sulawesi Barat. Data stratigrafi lokasi jalan menunjukkan bahwa formasi tanah alluvial dimana lapisan atas berupa clayey sand setebal 9 m di atas lapisan peat setebal satu meter, di bawahnya terdapat 12 m tebal loose sand. Pemodelan tanah dengan menggunakan PLAXIS dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan dengan perkuatan mikropile dan geogrid, dan pile slab. Keempat skenario tersebut dievaluasi dalam hal potensi penurunan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas yang dianalisa sebagai beban dinamis dalam pemodelan ini, serta ekspektasi biaya dari masing-masing alternatif dengan mempertimbangkan peluang kegagalan akibat faktor alam. Didapatkan hasil bahwa dari ke-4 alternatif perkuatan tanah, alternatif penimbunan biasa memiliki ekspektasi biaya terendah sementara alternatif pile slab memiliki biaya tertinggi. Namun, alternatif penimbunan biasa berpeluang besar untuk meminta biaya tambahan perataan dan overlay karena potensi settlementnya cukup besar pada kondisi alam bercurah hujan sangat tinggi. Studi ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menghasilkan proses pengambilan keputusan yang lebih logis, efisien dan efektif dalam memilih skenario teknologi penanganan jalan di atas tanah lunak yang deposisinya banyak tersebar di Indonesia. Kata kunci: Tanah Lunak, cerucuk, geomembran, micropile, pile slab, PLAXIS, Decision Tree ABSTRACT This study aims to develop a decision making process which is more reliable and effective used for assessing and selecting alternative methods of subgrade improvement of a road on soft soil deposition. The process starts from identification of

Upload: haduong

Post on 26-Feb-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 1

STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE PERKUATANTIMBUNAN BADAN JALAN DI ATAS DEPOSISI TANAH LUNAK

DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN ELEMEN HINGGA DANASSESSMENT KEGAGALAN BERBASIS TEORI PELUANG

STUDY OF SUBGRADE IMPROVEMENT METHOD ON SOFT SOILUSING FINITE ELEMENT MODEL AND FAILURE ASSESSMENT OF

DECISION TREE

Ardy Arsyad1, Lawalenna Samang2, Andi Yusmin3, Wahniar Hamid4, FadlyIbrahim5

1,2Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,Makassar

3,4,5PT. Yodya Karya (Persero) Cabang Makassar

[email protected]

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengembangkan proses pengambilan keputusan yang lebihefektif dan handal dalam memilih alternatif metode perkuatan badan jalan di atasdeposisi tanah lunak. Proses ini dimulai dari identifikasi lokasi, karakterisasigeomekanik, pemodelan dan simulasi berbasis metode elemen hingga, dan pemilihanalternatif metode perkuatan dengan pendekatan teori peluang kegagalan dalam bentukdecision tree. Proses ini mempertimbangkan probabilitas keberhasilan dan kegagalanalternatif metode yang akan dipilih beserta konsekuensi biayanya. Alternatif metodedengan ekspektasi biaya yang terkecil pada semua peluang keberhasilan dan peluangkegagalan menjadi pilihan yang sangat logis. Untuk menunjukkan efektifas prosespemilihan ini, maka studi kasus dilakukan pada kasus jalan bergelombang Tikke-Baraspada poros jalan nasional Makassar – Palu via Mamuju Utara di Sulawesi Barat. Datastratigrafi lokasi jalan menunjukkan bahwa formasi tanah alluvial dimana lapisan atasberupa clayey sand setebal 9 m di atas lapisan peat setebal satu meter, di bawahnyaterdapat 12 m tebal loose sand. Pemodelan tanah dengan menggunakan PLAXISdengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase,penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan dengan perkuatanmikropile dan geogrid, dan pile slab. Keempat skenario tersebut dievaluasi dalam halpotensi penurunan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas yang dianalisa sebagaibeban dinamis dalam pemodelan ini, serta ekspektasi biaya dari masing-masingalternatif dengan mempertimbangkan peluang kegagalan akibat faktor alam.Didapatkan hasil bahwa dari ke-4 alternatif perkuatan tanah, alternatif penimbunanbiasa memiliki ekspektasi biaya terendah sementara alternatif pile slab memiliki biayatertinggi. Namun, alternatif penimbunan biasa berpeluang besar untuk meminta biayatambahan perataan dan overlay karena potensi settlementnya cukup besar padakondisi alam bercurah hujan sangat tinggi. Studi ini diharapkan dapat berkontribusidalam menghasilkan proses pengambilan keputusan yang lebih logis, efisien danefektif dalam memilih skenario teknologi penanganan jalan di atas tanah lunak yangdeposisinya banyak tersebar di Indonesia.

Kata kunci: Tanah Lunak, cerucuk, geomembran, micropile, pile slab, PLAXIS,Decision Tree

ABSTRACT

This study aims to develop a decision making process which is more reliable andeffective used for assessing and selecting alternative methods of subgradeimprovement of a road on soft soil deposition. The process starts from identification of

Page 2: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 2

site, geomechanic characterization, finite element modeling and simulation, andselecting alternative methods by using a decision tree with a single stage decisionprocess. Decision was established based on the quantification of probability ofsuccessful and probability of failure of each alternative method. The method with highprobability of successful and low cost would become more preferable rather than thatwith high probability of successful with high cost, and that with high probability of failurewith low cost. To show the effectiveness of the process, it implements in the case ofroad embankment on soft soil in Tikke – Baras Road, a section in a national road ofMakassar – Palu via North Mamuju, located in West Sulawesi. Stratigraphy based onlog bore data shows that the embankment overlays a clayey sand with a 9 m thick and1 m of peat soil. Below those layers, it was found loose sand with a 12 m thick. Finiteelement model was conducted in which four alternative methods simulated includingembankment with improved drainage, wooden pile, geogrid, micropile and geogrid, andpile slab. The performance of each alternative method related to cost, settlement,probability of failure and additional cost was evaluated. It was found that alternative ofembankment without any reinforcement would lead to high additional cost due to highprobability of failure, while alternative pile slab would have consequence of high cost ofconstruction with low probability of failure. While future research is still recommendedin investigating spatial variability effect on the decision making, this study wouldcontribute in enhancing infrastructure development on soft soil deposits.

Keywords : soft soil, wooden pile, geomembran, micropile, pile slab, PLAXIS, Decision

Tree

PENDAHULUAN

Tanah lunak merupakan masalah yang sering dihadapi dalam pembangunanjalan di Indonesia. Tanah lunak ini berupa tanah gambut, atau soft clay terdistribusisebagian besar di pesisir timur Sumatera, Kalimantan Selatan dan Barat, Pesisir baratSulawesi, Pantai Utara Jawa, dan Papua bagian Selatan (Gambar 1). Pada daerah ini,desain struktur jalan pada memerlukan desain non-standar dimana aspekpemahaman geoteknik akan tanah lunak sangat dibutuhkan. Akan tetapi, seringkalidijumpai banya desain berakhir pada kegagalan karena masih bertumpu pada desainstandar atau konvensional dan rendahnya pemahaman geoteknik, apalagi datageoteknik yang disediakan sangat minim.

Gambar 1. Distribusi tanah lunak di Indonesia.

Page 3: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 3

Selain keterbatasan data geoteknik, kegagalan desain juga dihadapkan padakurangnya alternatif penanganan yang diusulkan, atau kalaupun ada banyak alternatifpilihan, masih sangat sulit mengevaluasi dan mengambil keputusan akan alternatifmana yang dipilih. Proses pemilihan masih didasari oleh ketersediaan pagu anggaran,kecenderungan akan metode konvensional apalagi jika lokasi penanganan berada dijauh di daerah. Kesalahan dalam pemilihan alternatif penanganan akan berakibatkonstruksi jalan yang dibangun tidak sesuai dengan umur fungsi dan umurekonomisnya. Oleh sebab itu, studi ini menyelidiki proses pengambilan keputusanyang lebih akurat, , dan logis dalam memilih alternatif perkuatan badan jalan di atastanah lunak. Proses kerja dari desain dapat dijelaskan dalam Gambar 2, meliputi:identifikasi lokasi, karakterisasi deposit tanah lunak, modeling dan simulasi, evaluasialternatif dan pengambilan keputusan.

Identifikasi Lokasi

Dalam pelaksanaan desain, identifikasi lokasi deposisi tanah lunak merupakanlangkah awal. Dalam tahap ini, kita diharuskan untuk mendapatkan gambaran umumlokasi terutama tingkat remoteness (keterpencilan) dikaitkan dengan akses peralatandan pekerja. Alternatif penanganan tanah lunak yang akan dipilih juga dipengaruhi olehketersediaan alat dan tingkat keterampilan pekerja. Gambaran umum bisa juga berupafoto satelit yang sekarang mudah didapatkan dengan informasi dari Google Earth. Darifoto satelit, proses pembentukan deposit tanah lunak dapat diketahui. Apalagi lokasisungai sebagai transport material tanah dan pegunungan yang merupakan materialasal sedimen dapat diidentifikasi. Vegetasi pada foto satelit juga memberikan informasiawal apakah ada tanah gambut atau hanya tanah lunak biasa. Data hidrologi sangatmembantu apakah peluang curah hujan ekstrim sangat besar. Curah hujanmempengaruhi tingkat infiltrasi yang akan meningkatkan tekanan air pori tanah. Dayadukung tanah sedimen pada tekanan air pori yang tinggi akan mudah drop. Identifikasidijelaskan pada Gambar 3.

Karakterisasi Tanah Lunak

Penyelidikan tanah bertujuan untuk mendapatkan parameter tanah lunak yangakan dimasukkan dalam pemodelan dan simulasi (Gambar 4). Pelaksanaan DCPuntuk memperkirakan nilai CBR belumlah cukup dalam desain jalan pada tanah lunak.Olehnya itu perlu dilakukan bor inti dan SPT untuk mendapatkan stratigrafi tanah danmuka air tanah berikut parameter tanah dari uji laboratorium seperti kuat geser,permeabilitas,dan tingkat ekspansif tanah. Bahkan jika dari hasil uji saringan danatterbergh diketahui apakah tanah lunak merupakan tanah ekspansif, maka perludilakukan uji scanning electron microscope (SEM) untuk mengetahui struktur mineraldari tanah tersebut.

Gambar 2. Bagan alir desain.

IdentifkasiLokasi

KarakterisasiTanah Lunak

Modelingdan Simulasi

pemilihanAlternatif

Konstruksidan

Monitoring

Evaluasi

Page 4: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 4

Gambar 3. Proses Identifikasi Lokasi

Gambar 4. Penyelidikan tanah pada kasus tanah lunak.

Modeling dan Simulasi

Berbasis data dari karakterisasi tanah lunak, maka model stratigrafi tanah dapat dibuat.Pemodelan ini dapat dilakukan dengan menggunakan commercial software berbasisfinite element seperti PLAXIS atau MIDAS, atau berbasis finite difference seperti FLAC(Gambar 5). Dalam model tanah, simulasi alternatif penanganan dapat dilakukansehingga tingkat kehandalan alternatif penanganan diketahui terkait dengan tingkatsettlement yang dihasilkan dalam periode waktu sesuai umur teknis konstruksi jalanyang direncanakan.

Identifikasi Lokasi

Data Regional

Existinginfrastruktur

Jarak lokasi kekota, bandara dan

pelabuhan

Foto Satelit/FotoUdara

Zonasi sebarantanah endapan

Zonasi sungai,drainase, pantai

Zonasi vegetasi

Data Geologi

Tipikal formasibatuan

Prosessedimentasi

tanah endapan

Data Hidrologi

Curah Hujan

Frekuensi banjir

Data Topografi

Karakterisasi Tanah

DCP atauCBR

Bor -SPTdan CPT

Stratigrafitanah

Muka airtanah

Uji Laboratorium

Analisasaringan

Atterbergtest

SEMOedometer

test

Triaxial atauKuat GeserLangsung

Page 5: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 5

Gambar 5. Bagan Alir Pemodelan dan Simulasi.

Pemilihan Alternatif Metode Perkuatan Tanah Lunak

Proses pemilihan alternatif perkuatan pada kasus jalan di atas tanah lunak dapatdijelaskan pada Gambar 6. Pada proses ini sebaiknya kita memilih single-stagedecision process, dari multi-stage decision process karena tingkat kerumitan dankompleksitas dimana setiap tahapan bisa saling mempengaruhi masih kurang dijumpaipada desain rekayasa sipil khususnya jalan raya. Selain itu, single-stage decisiondipilih untuk memudahkan proses logika yang digunakan. Teori penggunaan single-stage decision dijelaskan oleh Dandy dan Warner (1989).

Pemilihan alternatif perkuatan tanah lunak lebih mempertimbangkan hasil danresiko yang akan didapatkan. Dalam hal ini, biaya konstruksi dari alternatif yang dipilihmenjadi variabel utama, termasuk peluang kegagalan konstruksi yang diindikasikandengan adanya excessive settlement. Biaya konstruksi dikalikan dengan peluangkeberhasilan dan biaya konstruksi beserta biaya tambahan dikalikan dengan peluangkegagalan (Gambar 6). Semua alternatif memiliki konsekuensi biaya dan peluangkegagalan/keberhasilan. Pengambilan keputusan akan alternatif yang dipilih dapatdidasarkan akan alternatif yang memiliki konsekuensi biaya terendah baik jika berhasilmaupun jika gagal. Yang menjadi masalah adalah bagaimana menghitung peluangakan keberhasilan dan kegagalan konstruksi. Pendekatan dan asumsi dapatdigunakan, namun yang terbaik adalah penggunaan data statistik. Kegagalankonstruksi karena faktor alam misalnya curah hujan tinggi dapat dihitung peluangnyadari data statistik yang ada.

Modeling dan Simulasi

Model tanah

Model stratigrafi tanahberdasarkan data bor

Input parameter untuktiap lapisan tanah

berdasarkan data lab

dimensi rencanaembankment dan

badan jalan

Simulasi dengan finiteelement simulator

(PLAXIS, MIDAS) ataufinite difference (FLAC)

alternatif 1

evaluasi performance,biaya dan metode

pelaksanaan

alternatif 2

evaluasi performance,biaya dan metode

pelaksanaan

alternatif 3

evaluasi performance,biaya dan metode

pelaksanaan

Page 6: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 6

Gambar 6. Decision Tree Proses Pemilihan Alternatif.

STUDI KASUS

Proses pemilihan alternatif perkuatan tanah lunak dilakukan pada kasus jalandengan permukaan bergelombang yang terdapat di pada jalan nomor ruas 002 terletakdi poros Tikke-Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara berjarak 641,5 Km dariMakassar Sulawesi Selatan (Gambar 7). Tata guna lahan disekitar jalan adalahperkebunan sawit dan tidak terdapat permukiman. Panjang jalan yang mengalamideformasi gelombang ini sejauh kurang lebih 3.35 km. Jalan mengalami deformasitidak seragam pada sisi kiri jalan dari median ke arah Pasangkayu (Gambar 7).Kadang pula yang deformed berada sisi kanan median. Deformasi muka jalantermasuk cukup parah sehingga menciptakan retak rambut bahkan crack. Kondisi inimenyebabkan lalu lintas kendaraan mesti berhati-hati melintasi jalan ini. Berdasarkanpengamatan pada saat melakukan survai, volume lalu lintas yang melintas jalan inicukup tinggi dikarenakan jalan ini termasuk dalam dalam jalan negara Poros MamujuSulbar – Palu Sulteng. Jenis kendaran yang lewat bervariasi mulai dari tronton, truckbarang, bus umum, mikrolet, kendaraan pribadi dan sepeda motor.

Pemilihan Alternatif

Alternatif 1 Biaya konstruksi 1

Peluang terjadinyaminor settlement

Biaya kons. 1 × peluangmin stllmt

Peluang terjadinyaexcessive settlement

(Biaya kons. 1 + biayatambahan) × peluang

excessive stllmt

Alternatif 2 Biaya Konstruksi 2

Peluang terjadinyaminor settlement

Biaya kons. 2 × peluangmin stllmt

Peluang terjadinyaexcessive settlement

(Biaya kons. 2 + biayatambahan) × peluang

excessive stllmt

Alternatif 3 Biaya Konstruksi 3

Peluang terjadinyaminor settlement

Biaya kons. 3 × peluangmin stllmt

Peluang terjadinyaexcessive settlement

(Biaya kons.3+ biayatambahan) × peluang

excessive stllmt

Page 7: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 7

Gambar 7. Kasus Jalan Bergelombang Tikke-Pasangkayu Mamuju Utara.

Kondisi Geologi

Tanah Sedimen di Tikke merupakan lapisan atas dari Formasi mudstone dankonglomerat Pasangkayu. Sedimen ini merupakan deposisi halus hasil dari proseserosi yang berlangsung era quartenary pada plutonic rock Molengraaff. Sedimen didaerah ini merupakan sedimen transport S ungai Lariang yang berhulu di PegununganMolengraaff dan bermuara di Selat Makassar. Formasi Pasangkayu memiliki tebal2000 hingga 3500 meter (Calvert dan Hall, 2003). P ada permukaan tanah sedimenterdapat lapisan gambut setebal kurang dari satu meter. P roses pembentukangambut ini umumnya terjadi pada dataran rendah cekungan dimana sisa tumbuhanmengalami pembusukan oleh drainase air yang melambat menuju ke pantai.Gambaran umum lokasi dari sisi geologi dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 8: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 8

Gambar 8. Peta Geologi Mamuju Utara(Calvert dan Hall, 2003).

Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah dilakukan berupa dynamic cone penetrometer (DCP) per 100meter, dan Bor inti-standar penetration test (SPT) pada lokasi dengan posisi koordinatX=0763995 ; Y=9844551. SPT dilakukan pada interval 2,00 m. Sementara conepenetration test (CPT) dilaksanan pada 2 titik (Gambar 9). CPT S-01,pada posisi X =0763713 ; Y = 9845510; sementara CPT S-02, X = 0763750 ; Y = 9845910. Darihasil pengeboran inti dilakukan interpretasi terhadap jenis tanah dan batuan secaravisual yang kemudian dilakukan pengujian sampel laboratorium untuk mengetahuikarakteristik jenis sample secara pasti. Soil log dari bor dapat dilihat pada Gambar 10.Hasil pengeboran inti dideskripsikan sebagai berikut: Lapisan pertama pada elevasi0,00 m hingga -0,60 m merupakan sand dengan gravel, non-plastic Pada lapisanberikutnya, elevasi -0,60 m hingga -3,00 m adalah clayey sand, low plastic dengankonsistensi medium. Pada elevasi -3,00 hingga -9,00 m terdapat clayey sand denganlime stone, low plastic dengan konsistensi medium. Terdapat pula lapisan tanahgambut pada elevasi -9,00 m hingga -10,00 m. Di bawah lapisan gambut, terdapatsand dengan silt, non-plastic dengan konsistensi very loose sampai very Dense. Padakedalaman 0,60 m hingga 9,00 m diperkirakan sebagai material bekas urugan.

Page 9: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 9

Dari hasil pengujian CPT (Gambar 11) sebanyak dua titik didapatkan posisikedalaman tanah keras yang berbeda antara titik S-01 dengan titik S-02. Pada titiksondir S-01, letak tanah keras berada pada kedalaman -10,00 meter dari elevasipermukaan. Akan tetapi, berdasarkan hasi diskusi kami, sangat diduga bahwa padakedalaman tersebut dimungkinkan konus CPT menembus material sisa tumbuhanyang belum lapuk sehingga pembacaan manometer mengindikasikan tanah keras.Pada CPT S-02 didapatkan letak tanah keras pada kedalaman -16,00 m dari elevasipermukaan.

Dari analisa data BH-01, S-01 S-02, maka dapat diindikasikan bahwa stratigrafitanah yang paling buruk terdapat pada lokasi BH-01 dimana ketebalan lapisan tanahlunaknya mencapai 22 meter. Dapat diperkirakan pula kronologis penimbunan tanahlunak ini yang dimulai dari tahun 2008. Tanah gambut pada kedalaman 9.00 metermerupakan tanah asli dan dibawahnya adalah lapisan tanah pasir lunak hinggakedalaman 22 meter. Proses perintisan jalan pada lokasi ini telah menimbun tanahhingga 9 meter secara bertahap. Tanah timbunan diambil dari bukit yang tidak jauhdari lokasi, dimana tanah timbunan ini merupakan jenis pasir dengan kandunganlempung cukup tinggi. Tanah jenis ini juga digunakan penduduk sekitar untuk membuatbatu bata. Tanah ini memiliki daya dukung yang rendah terutama dalam keadaan jenuhair. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses penurunan permukaan eksisting badan jalansecara tidak beraturan (differential settlement) terjadi karena penimbunan tanah lunakmenggunakan material tanah berdaya dukung rendah dengan kedalaman muka airtanah yang sangat dangkal.

Gambar 9. Posisi Bor-SPT dan CPT

Page 10: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 10

Gambar 10. Soil Log dan N-SPT.

Gambar 11. Data CPT S-01 dan S-02.

PEMODELAN DAN SIMULASI

Pemodelan stratigrafi tanah pada posisi BH-01 dilakukan untuk memodelan poladeformasi yang terjadi jika ada pembebanan dan perkuatan. Parameter tanah dari hasilSPT dan uji lab dimasukkan ke dalam model (Tabel 1). Modulus elastisitas tanah

DATE : AUGUST 2013 LOGGED BY : AHMAD, ST

0.00

1.00

2.00 3 /15 1.00

2.45 4 /15 2.00

6 /15

2.00

3.00

4.00 3 /15 3.00

4.45 3 /15 4.00

4 /15

4.00

5.00

6.00 3 /15 5.00

6.45 4 /15 6.00

4 /15

6.00

7.00

8.00 3 /15 7.00

8.45 4 /15 8.00

5 /15

8.00

9.00

10.00 0 /15 9.00

10.45 1 /15 10.00

1 /15

10.00

11.00

12.00 1 /15 11.00

12.45 1 /15 12.00

2 /15

12.00

13.00

14.00 2 /15 13.00

14.45 3 /15 14.00

3 /15

14.00

15.00

-3.0

(3,00 - 9,00) m

Sandy Clay with lime stone,

Dark Brown,

Low Plasticity,

Consistency is medium

3

6

15.0

(0,60 - 3,00) mSandy Clay,

Weak Brown to Dark Brown,

Low Plasticity,

Consistency is medium

3.5

(9,00 - 10,00) mPeat, Dark Brown to Black,

Spongy Consistency,

Texture ranging from

Fibrous to Amorphous

8.5

9.0

9.5

10.0

10.5

11.0

11.5

12.0

18.50

18.00

17.50

17.00

16.50

16.00

15.50

15.00

2

9

(10,00 - 30,00) m

Sand with silt,

Blackish Brown,

Non Plasticity,

Relative Density is Very

loose until Very Dense

21.50

21.00

20.50

20.00

19.50

19.00

12.5

13.0

13.5

14.0

14.5

25.00

23.50 6.5

23.00 7.0

25.50 4.5

5.0

24.50 5.5

24.00 6.08

26.00 4.07

22.50 7.5

22.00 8.0

29.50 0.5

29.00 1.0

28.50

30.00 0.0

(0,00 - 0,60) m

Sand with Gravel,

Weak Brown, Non Plasticity,

Relative density is medium

27.50 2.5

27.00 3.0

26.50

Dep

th

(m)

Nu

mb

ero

fB

low

s

(blo

w/

cm)

N-V

alu

e

(N/

foot)

Dep

th

(m)

RQ

D-

Val

ue

(%)

N - Value

0 10 20 30 40 50 60

1.5

28.00 2.010

Ele

vat

ion

(m)

GW

L

(m)

Dep

th

(m)

Sam

ple

Bo

rin

gL

og

Description

Standard Penetration Test RQD

DATE : AUGUST 2013 LOGGED BY : AHMAD, ST

16.00 3/15 15.00

16.45 5/15 16.00

8/15

16.00

17.00

18.00 5/15 17.00

18.45 8/15 18.00

12/15

18.00

19.00

20.00 8/15 19.00

20.45 10/15 20.00

12/15

20.00

21.00

22.00 10/15 21.00

22.45 12/15 22.00

15/15

22.00

23.00

24.00 14/15 23.00

24.45 16/15 24.00

21/15

24.00

25.00

26.00 20/15 25.00

26.45 23/15 26.00

30/15

26.00

27.00

28.00 20/15 27.00

28.45 25/15 28.00

36/15

28.00

29.00

30.00 21/15 29.00

26/15 30.00

30.45 36/15

53

>60

>60

(10,00 - 30,00) m

Sand with silt,

Blackish Brown,Non Plasticity,

Relative Density is Very

loose until Very Dense

0.50 29.5

0.00 30.0

End of Boring

2.00 28.0

1.50 28.5

1.00 29.0

3.50 26.5

3.00 27.0

2.50 27.5

4.50 25.5

4.00 26.0

5.50 24.5

5.00 25.0

6.50 23.5

6.00 24.0

7.50 22.5

7.00 23.0

37

10.50 19.5

10.00

8.50 21.5

8.00 22.0

20.0

9.50 20.5

9.00 21.0

13

20

22

27

14.50 15.5

14.00 16.0

13.50

15.00 15.0

12.50 17.5

12.00 18.0

11.50 18.5

Dep

th

(m)

Nu

mb

ero

fB

low

s

(blo

w/

cm)

N-

Val

ue

(N/

foo

t)

Dep

th

(m)

RQ

D-

Val

ue

(%)

N - Value

0 10 20 30 40 50 60

Ele

vat

ion

(m)

GW

L

(m)

Dep

th

(m)

Sam

ple

Bo

rin

gL

og

Description

Standard Penetration Test RQD

16.5

13.00 17.0

11.00 19.0

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

8.0

8.5

9.0

9.5

10.0

10.5

11.0

11.5

12.0

12.5

13.0

13.5

14.0

14.5

15.0

15.5

16.0

16.5

17.0

17.5

18.0

18.5

19.0

19.5

20.0

0 50 100 150 200

0 200 400 600 800 1,000

Conus Resistance, qc(kg/cm²)

Dep

th(m

)

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

8.0

8.5

9.0

9.5

10.0

10.5

11.0

11.5

12.0

12.5

13.0

13.5

14.0

14.5

15.0

15.5

16.0

16.5

17.0

17.5

18.0

18.5

19.0

19.5

20.0

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Friction Ratio, Rf (%)

Local Resistance Total, Tf (kg/cm)

qc (kg/cm²)

Tf (kg/cm)

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

8.0

8.5

9.0

9.5

10.0

10.5

11.0

11.5

12.0

12.5

13.0

13.5

14.0

14.5

15.0

15.5

16.0

16.5

17.0

17.5

18.0

18.5

19.0

19.5

20.0

0 50 100 150 200

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500

Conus Resistance, qc(kg/cm²)

Dep

th(m

)

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

8.0

8.5

9.0

9.5

10.0

10.5

11.0

11.5

12.0

12.5

13.0

13.5

14.0

14.5

15.0

15.5

16.0

16.5

17.0

17.5

18.0

18.5

19.0

19.5

20.0

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Friction Ratio, Rf (%)

Local Resistance Total, Tf (kg/cm)

qc (kg/cm²)

Tf (kg/cm)

Page 11: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 11

dihitung dari korelasi nilai N pada SPT dengan E (Bowles, 1996), dan permeabilitasdiestimasi dari tipikal tanah (Look, 2009). Program komersial berbasis finite element,PLAXIS, digunakan dalam pemodelan ini, seperti diperlihatkan pada Gambar 12.Sementara struktur penanganan tanah lunak disimulasikan pada model meliputimicropile, cerucuk, geogrid, dan pile slab. Parameter mekanik dari struktur ini dapatdilihat pada Tabel 2.

Gambar 12. Model Geometri dari tanah pada lokasi BH-01.

Tabel 1. Parameter geomekanik lapisan tanah pada model.

Tabel 2. Parameter mekanik dari struktur perkuatan tanah.

Model tanah diberi pembebanan dinamis sesuai tekanan gandar kendaraan.Pembebanan dinamis dilakukan karena getaran lalu lintas kendaraan memberikanbeban getar kepada perkerasan jalan dengan frekuensi antara 10 Hz sampai 15 Hz.Sementara kendaraan truk bertonase besar memberikan frekuensi 50 Hz – 200 Hz(Gullu, 2013). Pada studi ini, pembebanan dinamis sebesar 3 ton/m dengan frekuensi100 Hz dan periode 0,1 detik. Simulasi dilakukan pada beberapa skenario penangananyang berbeda (Tabel 3).

x

y

0

1 2

3

4 56 7

8 9

10 11

12 13

14 1516

1718 19

Depth 1

(m)

Depth 2

(m)

thickness

(m) Type

UnSat

Density Sat Density

Hor

Permeability

(1 m /day)

Ver

Permeability

(1 m /day)

E

(kN/m2) c (kPa) v Model Type

0 0.6 0.6 Embankment 18.1 20 1 1 31200 2 35 0.3 Mohr-Coulomb drained

0.6 3 2.4 clayey sand 16 19 0.0001 0.0001 8000 50 20 0.33 Mohr-Coulomb drained

3 9 6 clayey sand with limestone 16 18 0.0001 0.0001 7200 45 21 0.33 Mohr-Coulomb drained

9 10 1 Peat 11.9 14.9 0.002 0.001 350 5 16 0.35 Mohr-Coulomb undrained

10 15 5 silty sand loose 16 19.1 1 1 2400 1 34 0.3 Mohr-Coulomb drained

15 22 7 Silty sand medium dense 16 19.1 1 1 5400 0 35 0.3 Mohr-Coulomb drained

22 30 8 Sand very dense 16 19.1 1 1 26000 0 50 0.3 Mohr-Coulomb drained

Material EA (kN/m) EI (kN/m2/m) Model

Micropile 6000000 20000 elastic

Cerucuk 62800 157 elastic

geogrid 100000 - elastic

Pile slab 6000000 80000 elastic

Page 12: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 12

Tabel 3. Skenario Perkuatan Tanah.

SkenarioJenisPenanganan

Tujuan Konsekuensi

Alternatif 1

Penimbunanbadan jalansetinggi 1 metertanpa perkuatanapapun. Drainasejalan dilengkapidengangeomembran.

Memberikankesempatanuntuk tanahberkonsolidasialami

Penimbunankembali akandilakukan jikaterjadipenurunan yangbesar. Badanjalan belumperlu diberiperkerasanaspal sampaisettlementsekunder sudahmengecil.

Alternatif 2

Penimbunandenganperkuatancerucuk 4 meterdan geogrid

Memperkecilsettlement

Penyediaancerucuk darikayu galamharus dalamvolume besarkarena tanahlunak yangditanganihingga 3.5 km.

Alternatif 3

Penimbunandenganperkuatanmicropile 12meter dangeogrid

Memperkecilsettlement

Biayakonstruksisangat besardanmemerlukanalat berat.

Alternatif 4Pile slabdengan pile22 meter

Menghilangkanpotensisettlement

Biaya konstruksi sangat mahal danmemerlukan banyak alat berat.

Dari hasil simulasi, didapatkan bahwa Alternatif 1 berupa penimbunan badanjalan akan mengakibatkan tambahan settlement mencapai 24.8 cm dalam 5 tahun kedepan (Gambar 13a). Penurunan pada tahun pertama sudah mencapai 22.95 cm,kemudian pada empat tahun berikutnya pertambahan penurunan hanya 2 cm.Sementara itu, alternatif 2 penggunaan cerucuk dan geogrid tetap menimbulkanpenurunan 12.55 cm pada tahun pertama, dan 14.13 cm pada tahun kelima (Gambar13b). Ini berarti cerucuk dan geogrid tidak banyak membantu dalam perkuatan tanah.Jika dilihat dari vertical displacement yang terjadi, maka cerucuk hanya mengurangimagnitude penurunan dan tidak berfungsi dalam mengurangi sebaran penurunan.Displacement yang significant masih terjadi hingga pada kedalaman 22 meter.

Alternatif 3 micropile dan geogrid mampu mengurangi penurunan hingga 60%dari penurunan akibat penimbunan biasa yakni hanya 7.9 cm pada tahun pertama danpada tahun kelima turun lagi 8 mm (Gambar 14a). Selain itu, micropile menyebabkanpenurunan terjadi seragam, berbeda dengan cerucuk dan penimbunan biasa. Micropilenampak efektif menstabilkan penurunan pada tahun kedua setelah penimbunan.Alternatif 4 sebagaimana bisa diduga, paling efektif karena tidak bergantung padaperkuatan namun sudah berfungsi struktur murni. Penurunan yang terjadi hanya 3.79cm pada tahun pertama, dan hanya bertambah turun 2 mm saja hingga tahun kelima

Page 13: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 13

(Gambar 14b). Jika semua alternatif tersebut dibandingkan (Gambar 15), maka bisadiindikasikan bahwa mikropile dan pile slab sudah menstabilkan tanah lunak lebih awal,sementara perkuatan dengan cerucuk, apalagi dengan penimbunan biasa, masih akandapat menyisakan potensi penurunan. Hal ini dikarenakan mikropile memberikan dayadukung karena panjang pile yang cukup untuk perkuatan friction pada selimut pile,meskipun end-toe pile masih berpijak pada lapisan pasir yang loose. Sementara itu,pile slab dengan panjang mencapai tanah pasir yang padat, memaksimalkan end-bearingnya. Yang menarik, penurunan yang diakibatkan micropile dan pile slabtidaklah jauh berbeda. Hal ini akan menjadi menarik untuk dikaji dalam pemilihanalternatif penanganan yang diuraikan pada bagian akhir paper ini.

(a) (b)

Gambar 13. Total Displacement yang dihasilkan pada Alternatif 1 (a) dan Alternatif 2

(b).

(a) (b)

Gambar 14. Total Displacement yang dihasilkan pada Alternatif 3 (a) dan Alternatif 4(b).

Page 14: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 14

Gambar 15. Komparasi settlement pada 4 skenario dalam periode 5 tahun.

Pemilihan Alternatif

Dalam memilih keempat skenario penanganan yang sudah dimodel dandisimulasikan maka perlu. Olehnya itu, kami mengestimasi biaya skenario penanganantersebut seperti dijelaskan pada Tabel 4. Estimasi ini berdasarkan standar biaya lokaldan aturan Bina Marga Kementrian PU. Peluang kegagalan dari skenario alternatifpenanganan tanah lunak dihitung dengan pendekatan curah hujan bulanan. Untukkasus tanah lunak, semakin tingginya curah hujan maka semakin besar pula peluangmenurunnya daya dukung tanah. Berbasis data curah hujan (Mamuju Utara dalamAngka, 2009), maka peluang hujan dapat dihitung sebagaimana ditampilkan padaTabel 5.

Dari gambar 16, dapat diperkirakan bahwa biaya yang diharapkan dari Alternatif1 merupakan biaya terendah. Alternatif 1 berupa penimbunan dengan perbaikandrainase memiliki perkiraan biaya pada semua peluang keberhasilan maupunkegagalan penanganan sebesar 38.26 milyar rupiah. Biaya konstruksi Alternatif 1hanya sebesar 26,5 milyar rupiah.Namun, pada peluang curah hujan tinggi dan ekstrimsebesar total 0,84 maka Alternatif 1 harus mempertimbangkan biaya overlay akibatpenurunan pada tahun ke-2 setelah konstruksi sebesar 14 milyar rupiah. PadaAlternatif 2, biaya konstruksi sebesar 34,2 milyar rupiah. Pada peluang curah hujantinggi, menyebabkan Alternatif 2 memasukkan biaya overlay pada tahun ke-2 setelahkonstruksi sebesar 12 milyar rupiah. Olenya itu, ekspektasi biaya pada semua peluangkeberhasilan maupun kegagalan adalah 44,28 milyar rupiah.

Sementara itu, Alternatif 3 berupa penimbunan dengan perkuatan mikropile dangeogrid memiliki biaya sekitar 53,6 milyar rupiah. Alternatif 3 hanya memiliki peluangkegagalan pada kondisi curah hujan ekstrim yang berpeluang 0,5. Pada kondisi ini,maka biaya overlay yang pada tahun kedua setelah konstruksi hanya 6 milyar rupiahsaja. Total ekspektasi biaya pada semua peluang keberhasilan dan kegagalan adalah56,59 milyar rupiah. Pada Alternatif 4 berupa pile slab, tidak memiliki ketergantungandengan faktor alam. Konstruksi ini sangat efektif dalam penanganan tanah lunak padalokasi namun ekspektasi biayanya mencapai 57.7 milyar rupiah, tidak berbeda jauhdengan Alternatif 3.

Dalam evaluasi kesemua altenatif tersebut, sangat jelas bahwa Alternatif 1memiliki resiko biaya terkecil, dan Alternatif 4 yang terbesar. Namun patutdiperhitungkan bahwa akan dimungkinkan adanya Alternatif 1, 2, dan 3 berpeluangmemiliki tahapan lanjutan pekerjaan pada tahun kedua pasca konstruksi yangberimplikasi pada tambahan alokasi dana dan waktu pekerjaan. Ekspektasi biayabukanlah biaya sebenarnya, namun parameter biaya yang membantu kita dalam

0

5

10

15

20

25

30

0 1 2 3 4 5 6

sett

lem

en

t(c

m)

Periode (tahun)

Embankment Micropile + geogrid

cerucuk + geogrid Pile slab

Page 15: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 15

mengambil keputusan alternatif mana yang sangat reasonable dan feasible. Dalamproses ini yang diperhitungkan adalah peluang kegagalan akibat faktor alam. Faktorketersediaan material yang bermutu rendah, dan kesiapan kontraktor lokal dalampenguasaan teknologi belum ditinjau dalam studi ini.

Tabel 4. Estimasi biaya dari masing-masing Skenario Penanganan

Skenario Jenis penangananBiaya (MilyarRupiah)

Alternatif 1 Penimbunan + talud + drainase 26.5Alternatif 2 Penimbunan + cerucuk + geogrid 34.2Alternatif 3 Penimbunan + micropile + geogrid 53.59Alternatif 4 Pile Slab 57.718

Tabel 5. Peluang hujan di Mamuju Utara.

Curah hujanbulanan

Jenis hujan Jumlah bulan Peluang

Curah hujan < 100mm

Ringan 0 0

100 mm < Curahhujan < 300 mm

Menengah 4 0.34

300 mm < curahhujan < 400 mm

Tinggi 2 0.16

Curah hujan > 500mm

Ekstrim 6 0.5

KESIMPULAN

1. Proses pemilihan alternatif perkuatan tanah lunak mempertimbangkanekspektasi biaya biaya konstruksi dalam semua peluang kegagalan dankeberhasilan.

2. Perhitungan peluang kegagalan karena faktor alam dapat dihitung dari datastatistik.

3. Dari hasil simulasi, metode penimbunan dan perbaikan drainase masih akanmenyebabkan penurunan 23 cm pada tahun pertama pasca konstruksi dan 25cm pada akhir tahun ke-5. Sementara alternatif perkuatan dengan cerucuk dangeogrid meminimalisir penurunan menjadi 12,5 cm pada tahun pertama dan 14cm pada tahun ke-5.

4. Alternatif perkuatan dengan mikropile dan geogrid mampu mengurangipenurunan menjadi 7,9 cm pada tahun pertama dan menjadi 8 cm pada tahunke-5. Sementara alternatif penggunaan pile slab, penurunan yang terjadi hanya3,79 cm dan pada tahun ke-5 mencapai 4 cm.

5. Penanganan berupa penimbunan dan drainase memiliki ekspektasi biayapaling kecil dari semua alternatif metode sementara alternatif pile slab memilikiekspektasi biaya paling besar.

Page 16: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim

Gambar 16.kasus Tikke Mamuju Utara

Pemilihan skenario

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim

Decision tree pemilihan alternatif perkuatan tanah padakasus Tikke Mamuju Utara

Penimbunan +talud + drainase

P = 0.34 38.5 Milyar 0.34

P = 0.16 26.5 Milyar 0

P = 0.538.5

Milyar0

penimbunan +cerucuk + geogrid

P = 0.34 46.2 Milyar

P = 0.16 34.2 Milyar

P = 0.5 46.2 Milyar

Penimbunan +micopile + geogrid

P = 0..34 53.6 Milyar 0

P = 0.16 53.6 Milyar

P = 0.5 59.59 Milyar

Pile Slab

P = 0.34 57.7 Milyar

P = 0.16 57.7 Milyar

P = 0.5 57.7 Milyar

16

Decision tree pemilihan alternatif perkuatan tanah pada

34×38.5 = 18.0.2 Milyar

0.16×26.5= 4.24 Milyar

0.5×38.5 = 26.5 Milyar

0.34 × 46.2 = 15.7 Milyar

0.16 × 34.2 = 5.472 Milyar

0.5 × 46.2 = 23.1 Milyar

0.34 × 53.6 = 18.2 Milyar

0.16 × 53.6 = 8.6 Milyar

0.5 × 59.59 = 19.62 Milyar

0.34 × 57.7 = 19.6 Milyar

0.16 × 57.7 = 9.23 Milyar

0.5 × 57.7 = 28.9 Milyar

36.58. Milyar

44.28 Milyar

56.59 Milyar

57.7 Milyar

Page 17: STUDI PENGAMBILAN KEPUTUSAN AKAN METODE … · dengan empat alternatif metode perkuatan yaitu penimbunan biasa dengan drainase, penimbunan dengan perkuatan cerucuk dan geogrid, penimbunan

Kolokium Jalan dan Jembatan 2014

Ardy Arsyad, Lawalenna Samang, Andi Yusmin, Wahniar Hamid, Fadly Ibrahim 17

DAFTAR PUSTAKA

Bowles, J.E., 1996. Foundation Analysis and Design, McGraw-Hill, 1175p.

Calvert, S. J., Hall. R., 2003. The cenozoic geology of the Lariang and KaramaRegions, Western Sulawesi: new insight into the evolution of the Makassar Straitregion, Proceedings Indonesian Petroleum Association, Twenty-Ninth AnnualConvention & Exhibition.

Dandy, G.C., Warner, R.F., 1989. Planning and Design of Engineering Systems, Allen& Unwin Ltd, Australia.

Gullu, H., 2013. Numerical study on geotextile stabilized hightway embankment undervibration loading, 2nd International Balkans Conference on Challenges of CivilEngineering, BCCCE, 23 – 25 May 2013, Albania.

Look, B.G., 2007. Handbook of Geotechnical Investigation and Design Tables, Taylor &Francis, London UK.