prestâsi interaktif before 100
DESCRIPTION
ÂTRANSCRIPT
Masisir
AnehTeras
Wawancaradengan Sdr. Ramadien Akbar
Virus Fahrinisme:Dis-orientasi yang Dilematis
Sekjen PPMI periode 2013/2014
RESTâSIRESTâSIRESTâSIRESTâSIPPPPMedia Silaturahmi, Informasi dan Analisa
(?)
Gandrung GondrongRealitas Masisir
Opini
Oase
Kepasrahan dan pasrah Edisi InteraktifOktober 2014
* Kairo - Mesir *
مقررمقرر
مقرر
02
Dari Redaksi
Edisi Interaktif, Oktober 2014
Pelindung: Ketua KSW | Dewan Redaksi: M. Fardan Satrio Wibowo, Landy T. Abdurrahman, Muhammad Fadhilah Rizqi, Iis Isti'anah | Pimpinan Umum: Zulfah Nur Alimah | Pimppinan Redaksi: Wais Al Qorny | Pimppinan Usaha: Mahfud Washim |
Sekretaris Redaksi: Zuhal Qobili | Redaktur Pelaksa: Rizqi Fitrianto, Muhammad Samsul Arifin, Muhammad Al Chudlori, Fathimatuz Zahro, Lailatuz Zakiyah, Zakiyah Muniarti, Aminatuz Zahroh, Izzatun Nafsiyah | Reporter: Muhammad Khoirul Anas, Saiful Umam, Indira Rizqi Ardiani, Izzatu Dzhiny, Laila Nur Hidayati | Distributor: Hisyam Zainul Musthafa,Muhammad Mahfudz | Layouter: Muhammad Amna MushoffaAhmad Muflikhul Muna | Editor: Nanang Fahlevi, Nashifudin Luthfi, Choiriya Dina Safina
RESTâSIRESTâSIRESTâSIRESTâSIPPPPMedia Silaturahmi, Informasi dan Analisa
RESTâSIRESTâSIRESTâSIRESTâSIPPPPMedia Silaturahmi, Informasi dan Analisa
Alhamdulillah. Segala puji syukur bagi Allah. Salawat
serta salam pun, senantiasa tercurahkan bagi
banginda Nabi. Sesuatu berharga yang tak boleh
lenyap demi dinamika dan progresivitas generasi baru
adalah pilihan dan kesempatan. Senada dengan yang
dikatakan oleh Jor El dalam Man of Steel. Seperti itulah
kiranya, edisi Prestasi kali ini, edisi pilihan dan
kesempatan. Mengingat edisi ini adalah edisi pertama
bagi kru-kru baru Prestasi 2014-2015, yang baru saja
dilantik tepat tanggal 19 september, dan mayoritas
adalah anak daur lugah. Para kru baru diberi
kebebasan untuk memilih buah ide sesuka mereka
dan diberi kesempatan untuk menuangkannya
melalui tulisan. Karenanya, kami menamakan edisi ini
dengan edisi interaktif, dengan tema “Masisir Aneh
(?)”
Berkaitan dengan tema, Prestasi sengaja memotret
beberapa realitas Masisir yang secara rabaan polos,
tak dianggap mencerminkan seorang pribadi pelajar
dan seorang Azhari. Sebagai ilustrasi, kenapa banyak
Masisir yang justru rajin bekerja dari pada belajar?
kenapa banyak dari Masisir yang gondrong? Dan
kenapa-kenapa lainnya. Sesuai dengan karakternya,
Prestasi tidak hanya akan memotret kemudian
mengkritik, namun juga menganalisa kemudian
menghadirkan hasil se-obyektif mungkin ke
permukaan.
Namun lagi-lagi, kami sangat yakin, pasti akan ditemui
lubang-lubang kesalahan dan kekeliruan di sana-sini
yang perlu ditambal dan dipermak. Karenanya kami
meminta maaf dan senantiasa menunggu kritikan dan
masukan yang konstruktif dari pembaca.
Akhir kata, selamat membaca!
Redaksi menerima tulisan dan artikel yang sesuai dengan visi-
misi buletin. Saran dan kritik kirim
ke facebook kami: Prestâsi KSW.
02Dari Redaksi
03Editorial
Teras 04
Opini 06
Timur Tengah 08
Opini 10
Wawancara 12
Resensi 14
Oase 16
Sastra 18
Serba-Serbi 20
Catatan Pojok 23
Daftar Isi
03
Editorial
Edisi Interaktif, Oktober 2014
Menjadi mahasiswa Al-Azhar Mesir bisa dikatakan impian bagi sebagian orang penimba ilmu agama. Apalagi karena Al-Azhar dikenal luas sebagai menara pendidikan ilmu Islam. Bisa dilihat alumninya seper� Syeikh Nawawi al-Bantani, Ahmad Kha�b al-Minangkabawi dll hingga Dr. Muhammad Quraish Shihab, tampaknya turut menarik minat orang-orang Indones ia untuk mengenyam pendidikan di Al-Azhar. Akan tetapi , menjadi mahasiswa Al-Azhar statusnya sebanding dengan konsekuensinya. Yakni, memiliki tanggung jawab terhadap masa depan, orang tua, bangsa dan agamanya. Untuk itulah seorang mahasiswa harus sadar terhadap diri akan statusnya. Mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir (baca; Masisir), mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yang mana mereka mempunyai berbagai watak, bahasa dan kebiasaan. Jumlah mereka saat ini mencapai kurang lebih 4000 mahasiswa, jumlah yang �dak bisa dibilang sedikit untuk ukuran pelajar Indonesia di luar negeri. Ada yang mengatakan bahwa banyaknya jumlah Masisir -dengan sistem perkuliahan Al-Azhar seper� saat ini- berpotensi mempengaruhi keilmuan dan integritas mereka kalah dengan alumni dari non-Azhar, terutama alumni dari Universitas Indonesia sendiri. Dilihat dengan sistem perkuliahan yang longgar, yaitu �dak adanya kewajiban untuk membuat tugas, makalah, riset, dll, seper� sistem perkuliahan di Indonesia. Hal ini membuat beragam kecendrungan pikiran dan hobi yang akan menjadi fokus utama untuk belajar buyar �ada jelas arahnya. Dan di zaman modern ini, Masisir dengan r a g a m a k � fi t a s n y a d i t u n t u t u n t u k meningkatkan skill baik pada lingkungan sosialnya maupun Intelektualnya, agar bisa selaras antara ilmu agama dan spirit modern. Sehingga bisa tetap menjaga nilai agama Islam dan kebutuhan manusia. Akan tetapi jika kita renungkan, dinamika Masisir akhir-akhir ini selain sibuk dalam kegiatan perkuliahan, juga disibukkan dengan
banyaknya kegiatan seper� keorganisasian, travelling, bisnis, dll. Hal ini membuat pergeseran kesadaran dalam jiwa Masisir u nt u k m e m a h a m i t u ga s nya s e b a ga i mahasiswa. Mungkin benar, disatu sisi, dinamika tersebut adalah bentuk cerminan krea�vitas Masisir. Disisi lain, dengan banyaknya jumlah organisasi dan penikmat tempat wisata yang menarik banyak simpa� untuk didatangi hingga hegemoni dunia bisnis yang semakin berkembang, menjadikan Masisir lupa untuk menyeimbangkan orientasi tujuannya di Mesir. Sehingga kerapkali terjadi dis-orientasi pendidikan.Dari dinamika ini, berbagai s�gma nega�f tentang masisir pun muncul. Seper� tentang rendahnya kualitas jebolannya Masisir dsb. Namun jika kita melihat lebih dalam ke realita, entah itu dilihat dari alumni atau pada Masisir saat ini. Disadari atau �dak, s�gma ini menemukan pembenarannya.Contoh kecilnya; penggunaan Internet yang �dak produk�f. Hampir semua rumah Masisir yang kita temui merupakan pengguna internet. Akses internet yang begitu mudah membuat sebagian Masisir terlena, sehingga mengesampingkan ak�vitas ilmiah yang seharusnya digelu� seper� kuliah, membaca, diskusi dan menulis.Untuk mengatasi permasalahan realitas yang buruk di atas, solusinya adalah kemampuan me-manage diri dan waktu dari se�ap individu Masisir. Hal ini, karena hanya dengan kemampuan me-manage diri, berfungsi untuk menghapus semua s�gma nega�f yang ada dan membentuk kualitas pribadi yang kuat. Seper� halnya sebagian masisir yang dapat menyeimbangkan antara kegiatan organisasi dan akademiknya. ini berar� kegiatan organisasi �dak sepenuhnya bisa disalahkan karena menurunnya sebagian akademis Masisir. Jika semacam itu, masihkan kita ingin tetap bertahan pada kebiasaan buruk atau membuat kebiasaan baru untuk kehidupan baru?!Izzah Nafsiyah, Kru Prestâsi
Ada Apa Dengan Masisir??
04
Teras
Edisi Interaktif, Oktober 2014
Novel 'Ayat-ayat Cinta' sedikit banyak mempengaruhi cara pandang kebanyakan orang tentang lika-liku kehidupan mahasiswa Al-Azhar Kairo. Terlebih dengan sosok tokoh utamanya bernama Fahri yang disajikan oleh sang penulis seolah-olah tanpa cela dan tanpa dosa. Damhuri Mohamad menyi�r ini dengan ungkapan yang menghadirkan diskursus: “Idealisme yang utopia dan sukar ditemukan dalam realitas yang sesungguhnya.”Kiranya benar dan barangkali memang benar. Utopia idealisme itu menyihir calon-calon mahasiswa untuk menimba ilmu di belantara Negeri Musa ini. Mereka berduyun-duyun menda�arkan diri agar masuk ke dalam da�ar list calon mahasiswa AL-Azhar Kairo Mesir. Membayangkan Kairo, ruas-ruas tulang mereka seper� menggigil. Mereka datang membawa visi dan rancangan misi yang matang. Dalam taraf ini, sosok Fahri masih menyihir sampai pada akhirnya mereka menginjakkan kaki di tandusnya tanah Kinanah dan mulai meragukan beberapa hal dan menyangsikannya.Beberapa bulan kemudian, duduk perkara jadi lain. Orientasi awal mereka terbentur kenyataan-kenyataan yang tak seindah bayangan semula. Faktor ekonomis, sosial, dan lingkungan membentur-bentur ideologi mereka dan menerobos masuk merobek-robek orientasi yang telah ditulis indah jauh di sanubari. Negeri Musa mulai mengelupas menampakkan sosok aslinya yang beringas, buas, dan �ri. Mereka dibuat tak berdaya
dihadapkan dengan realitas yang tak sesuai dengan keinginan mereka. Pada taraf ini, mereka mulai mengamini ke�dak-berdayaan dan mengabungkan beberapa visi.Inilah Kairo. Kota yang menjadi jantung sejarah ini bisa jadi mengatur siapa saja. Musim-musim bergerak dan mengatur jadwal makan, �dur, kuliah, dan bahkan buang �nja. Mereka yang tak siap mengatur Kairo, harus rela diatur olehnya. Maka orientasi bergerak dari ranah sta�s dan ajeg, ke pusaran pu�ng-beliung yang memporak-porandakan. Bagaimana demikian?Sebutlah Masisir (Mahasiswa Indonesia Mesir) yang masih dalam bayang-bayang kebesaran Fahri pada akhirnya kecewa dan menyalahkan keadaan. Kehidupan Masisir bukan hanya berkutat pada 'Kampus' dan 'Rumah'. Bukan hanya soal bagaimana meraih predikat terbaik dalam bangku kuliah lalu merayakannya dengan sedikit rihlah. Bukan hanya soal menghambur dengan masyarakat Mesir dan mengambil beberapa sikap kasar mereka untuk menghadapi mereka sendiri. Masisir lebih dari itu semua, lebih dari sekedar catatan di luar dugaan; Mesir adalah ruang kejutan raksasa.Bagi mereka yang ekonominya rendah, tak mendapat sokongan uang saku dari rumah, terpaksa mengabdikan diri untuk bekerja mencukupi kehidupan sehari-hari yang kian kesini, kian mencekik. Banyak dari mereka yang terjebak dalam 'kelainan' bergaul. Dunia kerja yang keras mencetak jiwa yang haus
Virus Fahrinisme:Dis-orientasi yang Dilema�s
05
Teras
Edisi Interaktif, Oktober 2014
akan materi. Jika tak cukup dengan upah kerja dua atau �ga hari dalam seminggu, mereka menjalin komunikasi dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk memasukkan mereka ke dalam pekerjaan yang menyita waktu dan t e n a g a t a p i d e n g a n b a y a r a n y a n g menggiurkan: bekerja untuk orang mesir.Bagi mereka yang disilaukan oleh bisnis, melihat se�ap sendi Masisir sebagai ruang bisnis yang menjanjikan. Mulai dari sektor math'am, tempe, tahu, sablon, sewa mobil, travel, �ket, dll. Masing-masing sama-sama memiliki potensi untuk berkembang pesat terlebih semakin banyaknya nominal Masisir �ap tahunnya. Mesir menjadi semacam ladang bisnis ala Indonesia. Bedanya, ia berasa dan berada di negeri orang. Dalam kemelut semacam ini, geliat bangku kuliah jadi loyo; pilihan mengharuskan orang berlaku bijak. Tapi adakah yang lebih bijak dari tak adanya pilihan?Bagi mereka yang terjebak gemerlap organ isas i , menghamburkan banyak waktunya untuk organisasi yang diembannya dengan membabi-buta. Hampir-hampir mereka tak punya waktu untuk diri sendiri, memikirkan kelangsungan kuliah. Meski dalih mereka masuk akal, tapi tak banyak dari mereka yang sukses di bangku kuliah sekaligus sukses mengemban amanat di organisasi. Akhirnya mereka terjebak pada persoalan yang dilema�s; kuliah akademis dan kuliah kehidupan sama tak terimanya jika diabaikan. Memeluk satu tak bisa sambil merangkul yang lainnya. Mereka yang demikian, masih menemui labirin yang tak berujung.Bagi mereka yang 'entah', orientasi sama sekali tumbang di meja-meja komputer; menempel di layar-layar laptop; dan bergerak di s�ck game. Mereka yang entah ini alpa terhadap tujuan, dan terjebak di dunianya sendiri yang pasif dan tanpa kejutan. Mereka lebih akrab kepada cursor daripada alamat orang-orang munafik dalam muqorror. Mereka jarang terlilit pilihan yang dilema�s sebab se�ap yang membuat mereka
dilema�s, mereka lemparkan ke dalam jar ingan internet yang menyediakan kemewahan yang membius. Mereka lalai (atau barangkali sengaja lalai) akan besarnya t a n g g u n g - j a w a b m e m i k u l p r e d i k a t mahasiswa Al-Azhar.Dalam pada itu, Fahri bukan lagi jadi malaikat. Ia menjadi kebenaran yang disingkirkan oleh kenyataan. Memang begitulah realitas menjawab �ap-�ap yang idealis; �ap-�ap yang bergerak dalam galaksi kesempurnaan. Kairo, seper� kota lain, pada akhirnya akan jadi kota scene dan ob-scene, kata Goenawan Mohamad: ada yang dipertontonkan, ada yang disingkirkan seper� najis. Kota ini pandai sekali menyingkirkan orang. Seper� sebuah ungkapan yang lazim didengar tapi menyiksa kuping: Qahirah, jika kau tak memaksanya, ia akan memaksamu. Akan ada yang kalah di kota ini, seper� Fir'aun yang ditenggelamkan oleh takdir.Apakah semua—pada akhirnya—mau mengakui penyakit yang membelit Masisir itu?Tak semuanya. Masisir memang tak dililit penyakit, atau mungkin mereka lupa apa itu penyakit, sehingga mereka pun tak tahu apa yang perlu dioba�? Dilema�s. Ke�ka kita hendak mengatakan bahwa kenyataan di muka adalah sebuah penyakit (atau dalam kata yang lebih umum, dis-orientasi), atau jangan-jangan itu bukanlah sebuah penyakit. Maka akan ada dua jawaban: Pertama, bukan penyakit, bukan dis-orientasi. Bagaimana kau akan menyama-ratakan orientasi �ap orang jika ternyata mereka berbeda satu sama lain dalam hal orientasi? Bisnis, bisa jadi menjadi orientasi awal mereka. Organisasi, barangkali jadi tombol utama dalam kehidupan kemahasiswaan mereka. Dalam hal ini, kau tak bisa berlaku tak adil dengan meletakkan standar orientasimu di atas standar orang lain. Dengan kata lain, kau tak ada bedanya dengan Fahri yang idealis dan melupakan realitas.
Selengkapnya... 20
06
Opini
Edisi Interaktif, Oktober 2014
anyak hal yang sering dirasakan oleh Bmahasiswa di sini. Beragam suku, bahasa dan budaya, namun bisa
mencerminkan suasana yang harmonis. Pe r b e d a a n � d a k m e n g h a l a n g i p a ra m a h a s i s w a I n d o n e s i a u n t u k s a l i n g mempererat tali persaudaraan. Hanya saja minoritas dari kalangan yang kurang sepaham dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, barangkali mereka belum bisa mengayomi makna keharmonisan. Polemik sering bermunculan di bumi Kinanah ini. Bergeming satu persatu bermunculan d i ranah Mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir). Berawal dari serba-serbi kuliah di Al-Azhar, kemudian organisasi dan kajian para intelektual muda, kesibukkan dalam pembuatan makalah, dari aksi perampokan sampai kejahatan, dan lain sebagainya. Lantas polemik apa yang akan kita bicarakan dalam hal ini? Satu ciri kebebasan yang diyakini oleh Masisir saat ini adalah memiliki rambut gondrong. Ya, sebagian mahasiswa yang memiliki rambut gondrong merupakan cermin akan kebebasan. Mereka mahasiswa pecinta seni-budaya, mereka yang ingin bergaya, mereka yang ingin mencari kepuasan, dan mereka yang ingin meluapkan emosi. Barangkali gondrong bukan sekedar 'asal coba' namun simbol bagian dari iden�tas kepribadian. Tindakan ini ada yang menilai kurang baik bagi mahasiswa. Banyak sebagian o ra n g o ra n g m e m b i c a ra k a n b a h w a 'gondrong' iden�k dengan orang-orang nakal, �dak sopan, salah kaprah, yang kerap melakukan kekerasan dan lain sebagainya yang memang �dak ada kebaikkan dibalik kegondrongannya. Tapi seper� pepatah Inggris yang berbunyi “don't judge book from
the cover”, jangan menilai buku dari sampulnya. Ini menunjukkan bahwa apapun alasannya kita �dak berhak mengklaim dengan image nega�f.Rambut hanyalah tentang penampilan, terutama bagi wanita. Namun untuk sebagian kaum pria, rambut lebih dari sekedar mode. Apalagi menurut pandangan salah satu tokoh seni-budaya Masisir; rambut adalah salah satu bentuk untuk menunjukkan karakter seseorang dalam penampilan. Contohnya, pria yang berambut gondrong dipandang ingin memperlihatkan bahwa mereka bisa m e n e g a k k a n h a k m e r e k a d a l a m berpenampilan, meskipun orang yang berada di sekeli l ing mereka kontra terhadap penampilannya. Di sisi lain, dari kalangan masyarakat yang kurang memahami alasan pemaknaan mengenai rambut gondrong, pas� akan beranggapan bahwa mereka adalah; anak urak-urakan, berandalan, �dak ingin diatur, dan seenaknya sendiri. Tapi persepsi se�ap orang akan suatu hal pas� berbeda. Dan ke�ka kita melihat seorang mahasiswa dengan rambut gondrongnya, a p a k a h m e r e k a t e r l i h a t s a d i s d a n menakutkan?image nega�f tentang rambut gondrong bagi kaum pria sudah menyebar luas di kalangan masyarakat. Entah, dari mana asal-usulnya, paradigma itu muncul dan berkembang sampai sekarang. Lelaki yang berambut gondrong di masa sekarang, �dak semarak seper� zaman duluBarangkali, merebaknya trend rambut gondrong di Masisir terjadi akibat pengaruh dari kebudayaan Indonesia. Bahwa tren tersebut terjadi karena meniru gaya adaptasi di Indonesia, di sana berambut gondrong dan
Gandrung Gondrong Realitas Masisir
07
Opini
Edisi Interaktif, Oktober 2014
di sini pun berambut gondrong. Sebut saja Sujiwo Tejo, seorang seniman yang saat ini terkenal dengan rambut gondrongnya. Melihat dari perubahan kultur dan zaman, rambut gondrong seper�nya �dak hanya sekedar gaya hidup, ataupun mengiku� kebudayaan sekitar, mugkin baginya merupakan keunikan sendiri. Dan pertanyaannya adalah; bagaimana cara kita melihat lelaki yang berambut gondrong? ke�ka kita melihat mahasiswa berambut gondrong, sebagian kalangan masyarakat beranggapan kalau itu kurang baik. Mengapa? Bahwasanya apa yang kita katakan itu belum t e n t u b e n a r. C o b a b e r l a� h u nt u k � d a k mengklaim semua yang berambut gondrong dengan pandangan b u r u k . K a r e n a seseorang itu pas� m e m i l i k i a l a s a n tertentu sehingga ia b e r a m b u t gondrong.K e m u d i a n bagaimana cara kita melihat lelaki yang berambut gondrong?A n g ga p a n - a n g ga p a n buruk itu muncul dikarenakan kita �dak pernah berinteraksi langsung bersama mereka. Pada d a sarnya mereka juga sama dengan kita. Sama-sama memiliki alasan tertentu untuk meluapkan emosi, hasrat kebahagiaan, dan demi kepuasan. Bisa jadi mereka meluapkan emosi dengan; gondrong. Menemukan hasrat kebahagiaan dengan; gondrong. Dan mendapatkan kepuasan dengan; gondrong. Selagi �dak meresahkan orang banyak, bahwa rambut gondrong itu �dak perlu dipersoalkan.Dan rambut gandrong bukan berar� brutal, selama ini masyarakat menganggap bahwa
mahasiswa yang penampilan rambut gondrong mereka adalah mahasiswa brutal. H a l s e m a c a m i n i p e r l u d i l u r u s k a n kebenarannya. Agar anggapan-anggapan buruk itu �dak menyebar luas di kalangan masyarakat.Salah seorang pecinta seni-budaya Masisir; ke�ka ditanya alasan tentang dirinya yang memiliki rambut gondrong, ia mengatakan baginya berambut gondrong �dak ada masalah; karena saya memaknai rambut
g o n d r o n g i t u m e l a m b a n g k a n kebebasan, meluapkan ekspresi
j i w a s e n i s a y a , d e m i mendapatkan kebebasan dan
kepuasan. N a h , j u s t r u o r a n g
gondrong itu adalah salah satu orang yang mampu memperlihatkan ja� diri mereka melalui p e n a m p i l a n n y a ,
meskipun mereka harus m e n e r i m a p e n i l a i a n nega�f dari kalangan
masyarakat. Terlebih k a r a k t e r i s � k d a r i
ra m b u t go n d ro n g adalah; mempunyai
g a y a hidup jiwa yang b e b a s u n t u k mengek s p r e s i k a n j a � dirinya. Pemikiran seseorang y a n g n e g a � f t e r h a d a p mahasisw a mengenai rambut g o n d ro n g b a i k n y a h a r u s d i l u r u s k a n dan diberi ��k temu. Sebelum mereka menilai sesorang harusnya mengetahui faktanya terlebih dahulu. Apakah orang yang berambut gondrong i tu menakutkan, sangar, bahkan �dak sopan? Janganlah pernah menilai buku hanya dari sampulnya saja. Meskipun pada akhirnya penafsiran itu kembali kepada pribadi m a s i n g - m a s i n g d a l a m m e m a h a m i pemaknaan berambut gondrong.Mahfudz P. At-Taufiqi, Kru Prestâsi
08
Timur Tengah
Edisi Interaktif, Oktober 2014
Proses menuju Universitas Al-Azhar �daklah semudah yang kita bayangkan. Kebanyakan publik, khususnya Masisir sendiri, mengakui bahwa untuk masuk menjadi mahasiswa Al-Azhar, mau �dak mau harus menghadapi proses panjang. Karena kenyataannya memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Pas�nya kita mendapa� berbagai kesulitan dan kendala, baik itu dimulai dari pengurusan berkas-berkas atau bahkan meghadapi syu'un (baca: tata usaha –red) kampus yang notabene agak berbeda dengan sistem pegawai TU di tanah air. Wajar, kita bermukim di negeri orang, bukan hal asing ke�ka kita menjumpai hal-hal semacam itu. Tentunya kita harus bisa menyesuaikan dan adaptasi kebiasaan orang Mesir terlebih 'penduduk asli �mur tengah'.Di tahun ajaran 2014 ini, merupakan tahun spesial, karena berbeda dengan tahun-tahun sebelumya. Di tahun ini pula calon mahasiswa asing yang berasal dari berbagai negara, seper� Indonesia, Thailand, Malaysia, Kamboja, Turkey, Afghanistan, Nigeria, Banghlades dan lain-lain. harus menempuh pendidikannya terlebih dahulu melalui markaz dauroh lughoh (baca: kelas bahasa arab –red). Tata aturan ini menuai banyak perha�an dari beberapa kalangan. Dauroh lughoh send i r i merupakan lembaga pendidikan formal sekaligus resmi di bawah naungan Al-Azhar sebagai tahapan atau jenjang penentuan untuk masuk Universitas Al-Azhar.Markaz dauroh lughoh sebelumnya sudah
ada pada tahun 2010 silam, tetapi agaknya �dak begitu diperha�kan dan belum berjalan efek�f. Kebijakan-kebijakan baru saat ini, mampu menyulap dauroh lughoh semakin menonjol. Terbuk� ke�ka menyelenggarakan Haflah Akh i r Mustawa (baca : acara penutupan �ngkatan kelas –red), lembaga ini berhasil mendatangkan langsung pimpinan ter�nggi Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Tayyib. Kehadiran beliau ini, tersiarlah nama dauroh lughoh di berbagai media Mesir yang meliput momen langka tersebut. Menjadikan lembaga yang fokus terhadap pengembangan bahasa Arab ini semakin masyhur di bawah lembaga Al-Azhar lainnya. Di mata Masisir sendiri banyak ragam anggapan, menganggap nama dauroh lughoh masih asing di dunia pendidikan Al-Azhar, namun tak jarang yang mengetahui keberadaannya. Mungkin berbeda dengan ma'had Al-Azhar yang sudah terkenal sedari dulu. Memang tahun ini saja, anak baru ak�f menaruh perha�an memperkenalkan nama dauroh lughoh kepada seniornya tentang apa i tu markaz dauroh lughoh . Tentang bagaimana sistem pengajarannya, jajaran pengajarnya atau bahkan budaya komunikasi dalam berbahasa Arab di kelas. Efek��ah? Seper� kuliahkah? Dan masih banyak lagi. Terlepas dari itu mayoritas anak baru beruntung dengan program-program yang baru muncul kali ini. Meskipun ada yang kurang sepihak dengan kebijakan serta aturan di dalamnya. Sebagian dari mereka menilai masih ada kejanggalan-kejanggalan, kurang
Dauroh Lughoh;Langkah Jitu menuju Al-Azhar
09
Timur Tengah
Edisi Interaktif, Oktober 2014
sepakat dengan kekangan aturannya, atau bahkan kurang sependapat dengan biaya administrasi pembayarannya. Toh pada akhirnya dapat sejalan dengan aturan yang ada. Akan tetapi, markaz dauroh lughoh sukses menyuguhkan pendidikan terbaiknya, di samping i tu ia merupakan lembaga pendidikan yang berbasis pendidikan Al-Azhar. Hampir dari semua sektor sistem pengajarannya berkiblat pada Universitas Al-Azhar. Di sisi lain, lembaga ini mempunyai nilai lebih yang �dak dimiliki kampus Al-Azhar. Terbuk� dari pengajaran se�ap harinya m e n e r a p k a n s i s t e m a b s e n s i d a n menempatkan nilai kedisiplinan. Selain itu kebersihan ruang kelas yang masih sangat terjaga, mampu menciptakan suasana belajar terasa nyaman dan kondusif. Lembaga yang bernaung di bawah Al-Azhar ini memiliki visi dan misi jelas untuk mendidik dan mengantarkan semua murid-muridnya menuju jenjang mahasiswa. Terapan kurikulum untuk ak�f berbahasa Arab seper�; muhadatsah (percakapan bahasa Arab), is�ma' (mendengar percakapan Arab), qiro'ah (membaca tulisan Arab), insya' (menulis kalimat Arab) sangat efek�f bagi pelajar asing. Ditambah tuntunan jajaran guru yang komunika�f dan ak�f, mampu membantu seorang murid untuk turut ak�f dalam proses belajar mengajar. Markaz dauroh lughoh, secara �dak langsung turut memperkenalkan budaya bahasa Arab fushah-nya (baca: struktur bahasa sesuai EYD arab –red) untuk dijadikan dasar utama pengembangan ilmu berbasis bahasa arab. Saking mengutamakan bahasa Arab fushah, hampir semua guru menekankan wajib hukumnya berbahasa arab fushah di lembaga tersebut . Beg i tu pu la membiasakan komunikasi berbahasa Arab fushah antar murid, guru, bahkan ke syu'un idaroh. Peran terpen�ng lembaga ini, di antaranya berhas i l mentransfer berbaga i i lmu pengetahuan kepada para murid, lantaran ketajaman pengalaman para pengampunya.
Bermacam latar belakang guru pernah belajar dan ditugaskan ke amerika, bahkan ada sebagian guru yang menjabat sekaligus sebagai dosen di kampus Universitas Al-Azhar. Maklum, mayoritas pengampu lembaga ini m e r u p a ka n a l u m n i s e ka l i g u s to ko h intelektual Al-Azhar. Tak jarang pertanyaan murid perihal bagaimana nan�nya ke�ka sudah masuk berstatus mahasiswa. Pada babakan selanjutnya, terkait proses wajib menyelesaikan dauroh lughoh ini, dikarenakan �dak diadakannya tes ujian masuk kuliah dari Depag RI. Saat itu, tes yang seharusnya diadakan di tanah air se�ap tahunnya di�adakan. Dari situlah, tercetus gagasan dari pihak PPMI Mesir dengan mencoba jalur lobi kepada pimpinan ter�nggi Al-Azhar guna memohon per�mbangan dan persetujuan untuk diadakan tes di Mesir. Langkah PPMI ini terbilang �dak sia-sia, calon mahasiswa baru yang seharusnya dapat mengenyam kuliah di kampus Al-Azhar pada tahun itu juga, dialihkan untuk ikut proses persiapan di dauroh lughoh sebagai modal awal. Lembaga pendidikan ini tampaknya akan terus bersinergi secara kon�nu, s e h i n g g a t a h u n d e p a n a k a n t e t a p diberlakukan.Berbagai perangai yang ada pada tubuh markaz dauroh lughoh ini se�daknya memberikan gambaran jelas, bahwa proses bela jar d i A l -Azhar �daklah mudah. Se�daknya ada tujuh �ngkatan yang harus ditamatkan oleh se�ap murid. Sehingga menjadi modal ke�ka nan� masuk ranah perkuliahan, diharapkan �dak canggung karena bekal pengetahuan sebelumnya. Dari situ dapat ditarik benang merah, bahwa kelas khusus bahasa arab ini adalah mendidik calon mahasiswa Al-Azhar untuk paham ilmu struktur bahasa arab yang benar dan ilmu agama islam secara luas. Serta berperan ak�f dan komunika�f berbahasa arab dengan baik d a n b e n a r. B e r h a r a p m o z a i k i l m u pengetahuan dari para intelektual Al-Azhar dapat dipahami secara bijak dan moderat.Agus Saiful Umam, Kru Prestâsi
10
Opini
Edisi Interaktif, Oktober 2014
Entah dari mana
dan mulai kapan
m a y o r i t a s
M a s i s i r m u l a i
“gandrung ” dengan
kata-kata yang menurut
kebanyakan dari kita
a d a l a h k a t a - k a t a
u m p a t a n , y a n g
s e h a r u s n y a � d a k
m e n j a d i k o n s u m s i
harian Masisir pada
umumnya. Yaitu kata
j a n c u k . Y a n g
m e n ga n e h ka n j u ga
adalah hal ini �dak hanya menjadi alat
komunikasi masyarakat Jawa Timur ataupun
Jawa Tengah -dari dua daerah inilah kata yang
dianggap sebagai kata “persahabatan” ini
muncul- akan tetapi banyak juga dari
mahasis iwa yang berasal dar i Pulau
Sumatera, Kalimantan, ataupun Sulawesi
menggunakan kata-kata ini dalam komunikasi
sehari-hari mereka.
Apakah sudah terjadi pergeseran bahasa dan
budaya antar daerah pada mayoritas Masisir?
Sehingga �dak hanya mahasiswa yang berasal
dari dua daerah itu yang menggunakan kata-
kata umpatan tersebut. Apakah kebanyakan
dari Masisir sudah kehilangan tata krama
dalam bertutur kata dan berucap? Sampai-
s a m p a i h a r u s
m e n g g u n a ka n ka ta
jancuk untuk menjalin
p e r s a h a b a t a n d a n
enggan mengindahkan
norma dan e�ka yang
a d a d i m a s y a r a k a t
Indonesia di Mesir ini.
Kata “ jancuk” pada
a w a l n y a s e r i n g
diasosiasikan dengan
u m p a t a n - u m p a t a n
jorok, dan �dak sopan.
Walaupun sebenarnya
makna dari kalimat ini
�dak ada dalam Kamus Besar Bahasa
I n d o n e s i a ( K B B I ) . D a n p a d a
perkembangannya kata “jancuk” bukan lagi
diasosiasikan dengan kata-kata umpatan yang
kasar. Akan tetapi, malah sering digunakan
untuk imbuhan suatu kalimat seper�
ungkapan “Raimu nandi cuk, gak tau ketok!”.
Masisir pada umumnya adalah anak muda
yang selalu haus akan hal baru. Kemudian
menemukan bahasa yang jarang ia temui di
daerahnya, lalu mencoba mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya
dia merasa nyaman dengan bahasa itu.
Walaupun ia �dak menguasai dengan baik
secara keseluruhan bahasa itu. Di dalam
masyarakat Masisir sendiri kata ini telah
Komunikasi Masisir Yang Membudaya
11
Opini
Edisi Interaktif, Oktober 2014
mengalami perluasan makna. Yang pada
awalnya sangat dianggap tabu oleh beberapa
kalangan tertentu dan pas�nya dianggap
sangat �dak sopan digunakan dalam
percakapan sehari-hari, kemudian meluas
maknanya menjadi kata sapaan yang
digunakan untuk menyapa kawan akrab.
Selain itu, kata jancuk yang meluas maknanya
ini –dalam beberapa periode akhir ini- telah
c u k u p d i t e r i m a d a l a m b e b e r a p a
kalangan/komunitas di Maisisir.
Sudah menjadi kebiasaan beberapa orang
Masisir ke�ka bertemu dengan kawan-
kawannya akan mengatakan “Cok, gimana
kabarnya?”. Untuk masyarakat Jawa memang
kedengarannya kurang pas, yaitu ke�ka kata
umpatan ini dicampur dengan bahasa
Indonesia. Tetapi itulah yang terjadi di
tengah-tengah kehidupan kemahasiswaan
Indonesia di Mesir ini. Tidak hanya mahasiswa
Jawa, bahkan mahasiswa yang berasal dari
luar Jawa. Boso Suroboyoan, begitulah
bahasa itu sering disebut, yang memang dari
daerah Surabaya dan sekitarnya, seper�
Malang, bahasa itu berasal. Dan pada awal
penyebarannya di kalangan Masisir, memang
dimulai oleh orang-orang yang berasal dari
daerah Jawa Timur, hingga diiku� oleh hampir
seluruh mahasiswa dari Indonesia.
Mengu�p perkataan Sujiwo Tedjo, seorang
budayawan yang juga telah menjuluki dirinya
dengan sebutan “Presiden Jancukers”:
“Jancuk merupakan simbol keakraban.
Simbol kehangatan. Simbol kesantaian.
Lebih-lebih di tengah khalayak ramai yang
kian munafik, keakraban dan kehangatan
serta santainya “jancuk” kian diperlukan
untuk menggeledah sekaligus membongkar
kemunafikan itu”. (Sujiwo Tejo, 2012 : 397)
“Jancuk” itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau
sangat tergantung dari user-nya dan suasana
psikologis si user. Kalau digunakan oleh
penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau
digunakan oleh seorang istri yang berbak�
pada keluarganya, bisa jadi alat memasak.
Kalau dipegang oleh orang yang sedang
dipenuhi dendam, bisa jadi alat penghilang
nyawa manusia. Kalau dipegang orang yang
dipenuhi rasa cinta pada keluarganya bisa
d i p a k a i m e n j a d i p e r k a k a s u n t u k
menghasilkan penghilang lapar manusia.
Begitupun “jancuk”, bila diucapkan dengan
niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh
dendam maka akan dapat menyaki�. Tetapi
bila diucapkan dengan kehendak untuk akrab,
kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam
menggalang pergaulan, “jancuk” laksana
pisau bagi orang yang sedang memasak.
“Jancuk” dapat mengolah bahan-bahan
menjadi jamuan pengantar perbincangan
dan tawa-�wi di meja makan. (Sujiwo Tedjo,
2012, halaman x)
Dan itulah yang sedang terjadi di tengah-
tengah kita saat ini. Kata yang menjadi
iden�tas pertemanan antara satu dengan
yang lain. Entah mereka mengiku� pemikiran
Sujiwo Tedjo di atas ataupun �dak, kita �dak
bisa memungkiri bahwa memang, mereka
yang sering menyapa teman-teman mereka
dengan kata-kata umpatan tersebut malah
sering terlihat sangat akrab, daripada mereka
yang �dak terbiasa dengan kata-kata
tersebut. Terlepas bahwa kata-kata tersebut
adalah kata-kata umpatan yang sebenarnya
�dak pantas untuk diucapkan di tengah-
tengah khalayak umum. Nilai nyaman,
mungkin telah menjadi ukuran pantas atau
�daknya kata itu diucapkan.
Yang menjadi catatan di sini adalah mereka
para pengguna kata “persahabatan” ini,
hanya menggunakan kata ini di dalam
kalangan mereka sendiri. Sedangkan mereka
�dak pernah menggunakan kata-kata ini
kepada orang yang lebih tua usianya ataupun
orang yang lebih �nggi statusnya dalam suatu
lembaga.
Selengkapnya... 21
12
Wawancara
Edisi Interaktif, Oktober 2014
Realita kehidupan mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) harus diakui terasa sangat beragam dan majemuk. Sehingga dilihat dari arah tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa pun terdapat berwarna-warni orientasi atau tujuanya hidup di Mesir ini. S e p e r � a d a y a n g m e m e n � n g k a n akademiknya, ada juga yang mengedepankan organisasinya dan tak jarang pula yang mencurahkan sebagian besar waktunya untuk bisnis. Kerap kali kita menemui banyak mahasiswa yang �dak lulus-lulus bertahun-tahun, dengan berbagai variasi alasanya. Apabila kita menengok ke belakang, ke�ka awal kita menjadi mahasiswa yang baru menginjakkan kaki di negeri kinanah ini membuncah semangat untuk belajar, belajar dan belajar. Akan tetapi semakin lama di sini sebagian dari mahasiswa mengalami apa yang itu disebut disorientasi. Disorientasi sendiri secara garis besarnya yaitu kehilangan tujuan, yang dapat di�mbulkan oleh berbagai aspek di antaranya adalah lingkungan yang tak dapat dipungkiri secara halus membentuk karakter dan cara pikir kita. Selanjutnya jika berpikir lebih jauh tentang hal itu, kita akan bertanya-tanya tentang apakah lingkungan Masisir ini memang “�dak sehat”? Apakah ada kesalahan pada pergaulan Masisir? Bagaimana langah yang ditempuh untuk menanggulangi fenomena seper� ini? Berikut adalah wawancara oleh kru magang prestâsi
dengan salah seorang akademisi dan organisatoris yang bisa dianggap sukses yaitu Sdr. Ramadien Akbar, mantan SekJen PPMI 2013/2014.
Apa penger�an disorientasi terhadap
Masisir menurut pandangan anda?Secara harfiah disorientasi sendiri dapat diar�kan hilangnya tujuan utama, samarnya tujuan dan lain halnya. Dalam lingkup Masisir bisa diibaratkan seorang mahasiswa yang dari rumah pergi ke Mesir dengan niat ingin belajar sungguh-sungguh. Tetapi dalam prosesnya mengalami berbagai tantangan yang bisa menggugurkan niat awalnya tadi. Ke�ka dia �dak kuat dengan tantangan belajar itu, ia akan berbelok atau berpaling dari niatan awal. Pada keadaan inilah �mbul apa yang disebut fenomena hilangnya atau terkikisnya tujuan utama yang sering kita sebut disorientasi. Adapun faktor dominan penyebabnya adalah lingkungan sekitarnya seper� lingkungan almamater, kekeluargaan, afilia�f atau lingkungan yang lain.
Dari pandangan kacamata anda, yang hampir 4 tahun belajar di Mesir, hal apa yang melatar belakangi fenomena disorientasi itu sendiri?Pertama, seper� halnya yang sudah saya sedikit singgung tadi yaitu lingkungan, dan dari lingkungan ini menimbulkan �ga jenis
Wawancara dengan
Mantan Sekjen PPMI Mesir 2013-2014,
Sdr. Ramadien Akbar
13
Wawancara
Edisi Interaktif, Oktober 2014
orang di Masisir yaitu:
1. Akademisi, yaitu sebagian besar waktunya
digunakan untuk belajar, talaqi, kajian dan
h a l - h a l l a i n y a n g m e n u n j a n g
akademiknya. Kalau mahasiswa di jenis ini
s a y a r a s a � d a k a k a n m e n d e k a �
disorientasi itu sendiri, akan tetapi
menurut saya alangkah baiknya mereka
�dak menutup diri dari aspek yang lainya
yaitu organisasi dan entrepreneurship.
2. Organisatoris, yaitu mahasiswa yang
sebagian besar waktunya dicurahkan
untuk organisasi, is�lah saya adalah “di
mana ada kepani�aan pas� ada dia”. Jujur,
di organisasi sendiri ada celah disorientasi
ke�ka mahasiswa yang ak�f di organisasi
�dak bisa memanajemen waktunya
d e n g a n b a i k a t a u � d a k d a p a t
memposisikan keadaan atau kemampuan
dirinya dengan tepat, maka yang terjadi
adalah terkikisnya orientasi mahasiswa itu
sendiri, misalnya : menanggung rosib.
3. Entrepreunership, yaitu mahasiswa yang
sebagian besar waktunya digunakan
untuk berbisnis. Saya rasa faktor ini �mbul
di antaranya mungkin karena hobi atau
memang adanya sebagian dari Masisir
yang sudah dituntut untuk mandiri karena
keterbatasan biaya. Sehingga orientasi
yang awalnya untuk belajar tersamarkan
dengan bisnis.Kedua, adanya kenyataan lingkup Masisir ya n g m a j e m u k . S e h i n g ga m e n u nt u t �mbulnya keadaan saling membutuhkan antar mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir. Tanpa dibarengi efisiensi penggunaan waktu, dan pada saat seper� ini tak terasa membuka pintu disorientasi bagi mereka.Ke�ga, kejenuhan psikis Masisir yang m e n i m b u l k a n h a l - h a l y a n g k u r a n g bermanfaat bagi kehidupanya. Semisal dengan nonton film berhari-hari, dan lain-lain.Walaupun banyak latar belakang atas terjadinya disorientasi tapi saya yakin jika
mereka faham atas dasar berharganya pendidikan dan betapa berar�nya waktu, mereka akan menjadi orang-orang sukses yang seja�.
Bagaimana gambaran idealnya mahasiswa yang sukses itu sendiri?Mahasiswa yang idealnya sukses menurut saya pribadi dan mungkin semua orang sepakat untuk sependapat, yaitu mahasiswa yang banyak belajar dari ulama dan kitab sehingga akademiknya pun lancar. Tapi �dak itu saja ditambah mahasiswa tersebut �dak menutup mata dengan apa yang ada di sekitarnya. Terlebih aspek organisasi dan bisnis karena dua hal tersebut juga mengasah kepribadian dirinya untuk nan� terjun di masyarakat saat kita kembali ke Indonesia.
Sebagai mahasiswa yang bisa dikatakan sukses atau lebih tepatnya lancar organisasi dan akademiknya, bagaimana usaha yang anda lakukan untuk menjauhkan diri dari disorientasi?Dari pengalaman pribadi, saya membuat acuan ada beberapa hal yang harus diperha�kan :Pertama manajemen waktu :Sangat pen�ng bagi seorang mahasiswa bisa membagi waktu dan menggunakanya seefek�f dan semaksimal mungkin. Misalnya; ke�ka berorganisasi maka semua tenaga dan pikiran dicurahkan semaksimal mungkin untuk itu dan ke�ka saatnya waktu belajar sudah �ba, maka saya pun juga begitu, is�lahnya jungkir-balik untuk belajar.Kedua aspek rohani :Aspek ini melipu� ibadah dan doa, saya rasa ke�ka kita beribadah dan berdoa sesulit apapun tantangan atau masalah yang kita hadapi sebagai seorang mahasiswa akan ditunjukkan jalan keluar oleh Allah SWT. Pokok dari segala sesuatu dalam hidup ini adalah ibadah, saya mempunyai prinsip “ h a b l u m m i n a l l o h a h a m m u m i n hablumminannas”, ...Selengkapnya ... 21
14
Resensi
Edisi Interaktif, Oktober 2014
The Physician, film yang baru setahun rilis ini agaknya patut ditonton oleh para pemuda-pemudi sekarang. Agak jarang, karena sekarang ini banyak film yang menyajikan aksi hiburan semata. Sehingga cocok jika pemuda-pemudi sesekali menikma� film yang bisa memberi dampak selain hiburan bagi mereka. Salah satu yang cocok seper� film yang disutradarai oleh Philipp Stolzl. Film yang mengisahkan tentang perjuangan seorang pemuda Inggris bernama Robert Cole -selanjutnya akan disebut Rob- dalam mencari ilmu kedokteran ke Timur, tepatnya di Isfahan, Iran (Persia kala itu). Film yang diaplikasikan dari novel yang berjudul Der Medicus karya Noah Gordon ini menjadi sangat menarik, karena se�ng film yang diambil dari abad 11. Dimana pada saat itu Eropa masih dalam masa kegelapan, sementara dunia Timur sudah menjadi sebuah peradaban keilmuan, khususnya kedokteran. Terlebih film ini juga menyorot salah satu ulama Islam, ahli kodekteran, dan filosof Ibnu Sina.Kisah ini bermula ke�ka suatu malam ibu Rob menderita penyakit misterius di bagian perut, penyakit yang belum diketahui oleh orang barat ke�ka itu. Seke�ka itu juga Rob meminta bantuan kepada Barber, seorang seper� tukang cukur (belum mengenal is�lah dokter) dengan peda� kuda. Namun ibu Rob �dak mendapatkan pengobatan yang layak, sehingga meninggal. Sebelum meninggal Rob m e n d a p a t p e n ga l a m a n a n e h ke � ka
tangannya menyentuh dada ibunya, dia merasakan hal aneh, seakan waktu berhen� dua de�k. Setelah merasakan hal aneh itu ibunya meninggal. Pengalaman aneh inilah yang selalu dilakukan ke�ka dia menemui orang yang sakit, jika hal aneh itu terjadi, orang yang sakit meninggal atau sebaliknya. Pasca meninggalnya sang ibu, Rob hidup sebatang kara setelah adiknya diambil oleh orang untuk dijadikan budak. Kemudian Rob mencari Barber agar bisa hidup bersamanya. Dalam asuhan Barber dia membantu menjajakan obat-obat milik Barber. Dari satu daerah ke daerah lain Rob yang mulai menginjak dewasa malah menjadi asisten bahkan sudah dianggap seper� anak Barber sendiri. Rob juga sudah berani melakukan �ndakan pengobatan di dalam kamar peda�. Sehingga lama-kelamaan minatnya dalam bidang pengobatan bertambah.Suatu saat dalam perjalanan Rob menemukan patung yang disalib, dia bertanya kepada Barber “apa sebenarnya yang ada di dalam dada manusia?”, Barber mengabaikan pertanyaan itu. Karena waktu itu tak pernah terpikirkan oleh orang Barat apa yang ada di dalam dada manusia, menandakan betapa ter�nggalnya hal-hal yang berbau kedokteran kala itu. Bahkan kepercayaan mereka �dak membolehkan untuk membedah mayat. Keter�nggalan Barat di dunia medis d i g a m b a r k a n j u g a k e � k a B a r b e r mengamputasi pasien, tanpa peralatan medis
Judul Film : The PhysicianSutradara : Philipp StolzlPemain : Tom Payne, Emma Rigby, Ben Kingsley, Stellan Skarsgard, Olivier Mar�nez, Elyas M'Barek, Fahri Yardim.Tahun Rilis : 2013Durasi : 150 Menit
Pergeseran Ilmu MedisTimur ke Barat
15
Resensi
Edisi Interaktif, Oktober 2014
yang mendukung, pasien diikat seluruh tubuhnya atau dipegang tangan dan kakinya, lalu Barber memberikan kayu untuk digigit pasien sebagai obat biusnya, kemudian memotong jempol pasien lalu diamputasi.Waktu terus berjalan, Barber yang sudah tua terkena katarak yang membuatnya �dak bisa melihat. Rob mencoba mencari bantuan agar Barber dioba�, dia mendapat saran dari seseorang tak dikenal untuk pergi ke suatu tempat orang Yahudi yang di sana terdapat seorang tabib yang bisa menyembuhkan katarak. Sesampainya di tempat tujuan, Rob begitu terpukau dengan cara pengobatan orang Yahudi, cara yang sangat jauh berbeda ke�ka dia dan Barber menyembuhkan pasiennya sendiri. Selang beberapa hari pun Barber sembuh. Rob kemudian bertanya ke salah satu tabib, “bagaimana anda bisa mengoba� penyakit seper� itu dan dari mana anda belajar?”. Tabib menjawab “kita belajar jauh di negeri Timur sana, di sana peradaban keilmuan sangat maju, orang muslim sangat hebat di sana, datangilah sang maha guru Ibnu Sina, dialah yang mengajari kita ilmu medis”. Setelah mendengar hal itu, �dak lama kemudian Rob membulatkan tekad untuk pergi ke �mur demi mencari pengetahuan i l m u t e n t a n g k e d o k t e r a n . Setelah setahun lebih mengarungi samudera, Rob akhirnya sampai di Mesir, perjalananpun masih panjang. Berbagai macam persyaratan harus dipenuhinya termasuk melakukan khitan dan menggan� nama. Kaum Yahudi kala itu memang selek�f ke�ka harus menerima pendatang baru dari belahan lain. Di tengah perjalanan Rob melakukan khitan (sunat) agar bisa diterima oleh kelompok Yahudi, dia juga berpura-pura menggan� namanya dengan Jesse Benjamin. Nama dari dua kata yang didapat saat bertemu dua anak kecil di kampung Yahudi eropa. Setelah bergabung dengan kelompok Yahudi dia melanjutkkan perjalannya ke Isfahan lewat gurun pasir. Dalam perjalannya dia bertemu Rebecca, seorang wanita can�k yang nan�nya mau dinikahkan dengan saudagar kaya Yahudi
di Isfahan. Namun hal itu belum diketahui Rob, justru sejak bertemu, Rob sudah mulai merasakan ada benih-benih cinta padanya. Di perjalanan gurun pasir, sekelompok Yahudi dan Muslim mendapatkan cobaan badai pasir, banyak yang terpisah, hilang dan ma� karena badai itu. Tapi Rob bisa selamat dan beberapa hari setelah kejadian itu Rob sampai di Isfahan. Dia bersyukur, terkejut, dan terpukau melihat sebuah kota yang sangat maju waktu itu.Saat sampai di Isfahan, Rob melihat perbedaan sangat jauh dengan daerahnya yang masih ter�nggal. Terdapat khalifah Shah yang terkenal dengan kegagahannya, keberaniannya, dan toleransinya yang �nggi t e r h a d a p p e r b e d a a n a g a m a s e r t a menjunjung �nggi keilmuan. Digambarkan juga nan� Rob berteman dengan khalifah Shah bahkan nan�nya dia dan Ibnu Sina mengoperasinya saat terkena penyakit. Pertemuan Rob dengan Ibnu Sina juga di luar dugaan. Saat Rob bertanya kepada petugas madrasah Ibnu Sina tentang bagaimana agar dia bisa bertemu dan menjadi murid Ibnu Sina, dia malah dibalik tanya oleh petugas, “kamu punya harta dan modal apa untuk belajar kepada Ibnu Sina?”, “saya datang jauh dari Barat hanya untuk belajar kepada Ibnu Sina dan saya �dak mempunyai modal apa-apa.” Jawab Rob kepada petugas. Sesaat setelah itu Rob dipukuli dan diusir dari madrasah. Namun setelah itu dia malah ditolong dan dioba� bekas lukanya oleh seseorang pr ia setengah baya , pr ia berwibawa yang tak lain ternyata Ibnu Sina sendiri. Rob sempat kaget saat sadar, �ba-�ba lukanya sudah ada yang mengoba� dan dia �dak merasakan kesakitan saat dioba�, dia bertanya pada seseorang tadi, “bagaimana hal ini bisa terjadi, aku �dak merasakan sakit saat kamu mengoba�nya?” Ibnu Sina menjawab “ini efek salep getah poppy, hal ini sudah digunakan berabad-abad di dunia medis Timur.”...
Selengkapnya... 22
16
Oase
Edisi Interaktif, Oktober 2014
Kepasrahan dan Pasrah!
alam pertama di bulan Oktober, Mlangit tampak begitu polos. Mungkin Sang pencipta �dak
menenun gemintang malam ini. Hanya membubuhi bercak biru gelap di sudut mata memandang. Dan beberapa pesawat yang melangkahi ramainya kota. Gerak pandangku menurun, terlihat kerlip bangunan di kejauhan yang membuatku iri pada lentera. Indah! Terang dan dibutukan oleh semua orang. Begitulah cahaya. Seper� para malaikat yang sengaja diciptakanNya dari cahaya. Bagiku, negeri ini sungguh menggoda jiwa, menggoda jiwaku bahkan sejak pertama kali mengenalnya lewat karya fenomenal H a b i b u r r a h m a n e l S h i r a z y . D i a menggambarkan betapa eloknya liku sungai Nil, roman�snya kota Alexandria yang tak kalah saing dengan kota Venesia, dan berbagai penggoda lainya. Ah! Membahas keindahan memang akan sulit menemui ��k jemunya, tapi sungguh, keindahan tak akan sempurna jika �dak diberi sedikit campuran kecarut-marutan. Baik dari segi lokal maupun nasional, masyarakat ataupun kolongmerat, yang berharta atau yang tak punya apa-apa, yang bertahta atau bukan siapa-siapa. Semuanya akan diuj i dengan sedikit kekacauan. Ah! Jadi teringat negriku sendiri. Sang zamrud khatulis�wa itu pun kini sedang diuji dengan sedikit kekacauan.
Senja tadi, aku sempatkan diri menjelajahi negriku lewat jejaring sosial facebook. Tak sengaja ada sebuah komentar yang menarik pikiranku untuk membacanya. Sebuah komentar dari salah satu karibku asal blora –yang tak perlu ku sebut namanya- ia mengomentari sebuah pos�ngan yang membahas tentang isu hangat pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Kurang lebih tulisannya seper� ini, “Hak asasi kita sudah dikebiri. Itu adalah sebuah kejahatan karena sudah menyangkut kemanusian!”. Memang benar, kejahatan bisa dilakukan oleh siapa pun, tak pandang yang berdasi ataupun yang bertopi. Sedangkan ha� tersembunyi, siapa bisa menerka sang penjahat asli yang itu atau yang ini? Sungguh hebat peranan kejahatan di muka bumi, karena apa? Karena mereka punya banyak opsi. Salah satu yang menarik dari opsi tersebut adalah kata “pencuri” atau biasa disapa akrab “maling”. Lalu siapa “maling” itu? Adalah orang yang mengambil hak orang lain tanpa seizin. Semisal, orang yang mengambil sandal jepit teman sekamar, merenggut istri tetangga, bahkan menghilangkan hak suara masyrakat. Tapi tunggu dulu kawan! Di sini saya �dak akan mengkri�si maling-maling yang kencing di toilet beraroma terapi di senayan sana, saya hanya akan bercerita perihal maling yang kencing di toilet apek beraroma pesing di sini,
17
Oase
Edisi Interaktif, Oktober 2014
di Mesir.Seper� yang sudah tertulis di atas, bahwa Mesir tak akan sempurna bila hanya memiliki keindahan. Maka, marilah kita buka sedikit �rai kecarut marutan tentangnya. Dimulai dari cerita tentang pencurian di rumah temanku.� � � �
� � � � � �***
Beberapa waktu silam, rumah karibku mengalami pencurian. Sungguh malang nasibnya, karena mereka harus kehilangan barang- barang kesayanganya. Pun dengan uang saku mereka yang habis tak tersisa d i b a w a l a r i p a r a maling. Padahal pintu rumah telah dijaga k e a m a n a n n y a dengan sebuah kunci meyakinkan. Namun si maling juga pandai mengintai. Hingga a k h i r n y a m e r e k a berhasil menurunkan nilai sang kunci dari meyakinkan menjadi tak bisa diandalkan. Dan dengan sigap, tanggap dan cekatan mereka mengambil benda-benda sesuai t a r g e t r e n c a n a . seper� k i lat yang menyambar batang pohon renta tanpa ampun.Kejadian tersebut terjadi tepat pada siang jumat. Di saat para penghuni rumah sedang khusyuk melaksanakan kewajiban sholat jumat atas komando Tuhan-nya. Namun sang maling, mereka rela menunggu atas sebuah tujuan, bersabar agar bisa mencuri. Seper� seorang gadis yang menunggu pinangan sang pujaan, bersabar untuk dicuri ha�nya dengan pinangan. Hal ini dilakukan, demi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.Akan tetapi, membahas �ngkah dan polah para maling pun susah menemukan habisnya.
Oleh karena itu, saya jadi teringat kisah sulthon al-auliya' syeikh 'Abdul Qodir al-Jailani yang terpapar pada manaqibnya beliau. Diceritakan, bahwa kala itu syeikh Abdul Qodir menaklukan kebiadaban sang maling karena kejujurannya. Kejujuran yang diamana� oleh ibunya, kejujuran yang mampu menyentuh kalbu sang pencuri, k e j u j u r a n y a n g m e n j a d i b e n t e n g penyelamatnya dari bala. Kejujuran yang membuatnya menjawab, “aku membawa empat puluh dinar di kantung baju di ke�akku yang di jahit oleh ibuku sendiri”. Kejujuran yang meluluhlantakan gertakan kasar “ apa
yang kau punya?” K e j u j u r a n y a n g menyiram gersang m e n j a d i s u b u r . Hingga pencuri itu takluk dan menjadi muridnya.Kembali lagi kepada m a l i n g y a n g mengerogo� harta temanku. Sungguh tak akan ada perlunya saling menyalahkan dalam problema ini. A p a l a g i s a m p a i berbunga dilema, dan n a h a s n y a , j i k a berbuah putus asa. 'Mengun�t' sedikit betapa lapangnya
syeikh 'Abdul Qodir atas hartanya yang ingin di rampas. Betapa murninya sebuah kepasrahan. Kepasrahan seorang hamba yang �dak memiliki apa-apa. Justru akan sangat seronok jika kita manjadikan qudroh-Nya sebagai tersangka. Kita manusia, diciptakan untuk memiliki aspek basyariyyah. Maka dari itu, marilah bersama kita tajamkan mata, runcingkan semangat di dada, kolaborasikan antara akal dan ha�, mencari hakikat sempurna, yang tak lain adalah untuk menggapai ridha-Nya. Amna Musthafa, Kru Prestâsi
18
Sastra
Edisi Interaktif, Oktober 2014
idup adalah kertas
Hkosong yang masih polos tanpa tinta, awal
kehidupan adalah ibarat telur di ujung tanduk, dan kehidupan adalah lukisan di atas kanvas yang hanya imaji seorang pelukis, yang menjadi sempurna dengan ilusi mimpi.Aku terhanyut dalam lukisan di depanku, lukisan da lam kanvas berukuran 40 X 50 lukisan yang menjadi sempurna saat aku memahami filosofi dari setiap detail apa yang ada dalam lukisanku. Ya, lukisan yang berlatarkan hutan, dengan pohon serta selak belukar, juga kehidupan binatang.Aku memandang ke ujung atas lukisan, langit biru yang indah, dengan burung rajawali mengepakkan sayap, terbang melawan arah angin. Semakin besar angin akan membuat mereka terbang semakin tinggi, mereka sung guh paham ca r a mer ubah tantangan menjadi berkat. Luar biasa!!Aku tersenyum puas, mengambil nafas d a l a m - d a l a m d a n p e l a n - p e l a n ,“tanamkan”
Aku gambarkan singa yang mengaung, sejenak terdiam, melihat singa itu aku merasa geram, apakah mereka hanya menginginkan kekuasaan yang abadi?. Ta n y a k u d e n g a n a m a r a h y a n g mendalam. “Akulah Raja dari segala Raja, barangsiapa yang ingin bersaing deng anku maka be r s i ap un tuk m e r a s a k a n k e p a h i t a n ” , a k u membayangkan kata Raja Singa itu mengaum keras seperti halilintar yang menyambar. Dia pikir tahta Raja yang dia miliki adalah surganya yang abadi, aku tersenyum kecut.Aku terkejut melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum jam di dinding kamarku, aku berdamai dengan keadaan. Waktu menunjukkan pukul 8 malam, tak terasa sudah hampir 6 jam aku terhanyut dalam dunia yang dipenuhi warna, kanvas dan imajinasi. Hari ini aku harus mengantarkan lukisanku ke rumah seorang nenek tua di kota sebelah, aku menjanjikan padanya untuk sampai di rumahnya pukul 7 petang, seorang nenek tua yang tengah mengarungi bahtera warna ketika pertama kali kujumpa di pameran
Lukisan Ibu
19
Sastra
Edisi Interaktif, Oktober 2014
lukisanku. Dia memintaku melukiskan hutan dan kehidupannya, entah apa yang dia inginkan dengan lukisan itu.Aku bergegas dan menuju ke alamat yang pernah nenek tua itu berikan. Sesampainya di alamat yang ia tulis di secarik kertas, aku dipersilahkan masuk oleh pembantu rumah itu. Aku terhenti sejenak, saat retinaku menangkap hal yang mungkin cukup menarik. Sebuah lukisan cantik di ujung koridor. Selembar gambar seorang ibu tengah memapah anak mungilnya, wajahnya kusut namun tidak pada senyumnya yang penuh harap. Tangannya menadah mengharap berkah, telapak yang lemas mencoba merayu pada sesosok tubuh bertopi koboy.Pengemis, jantungku berdesir ketika aku tahu makna dari lukisan itu. Tak seburuk Tom Isaac dalam Pirates of Caribean. Namun ukuran sebenarnya dari wujud orang tua dimanapun dan bentuk apa pun tidak pernah jelek. Sejelek-jelek penilaian adalah orang yang berhenti belajar.Dalam hitungan detik, khayalku berada pada hamparan taman nirwana. Mataku sayu dan dadaku sesak saat kuingat sosok ibu yang jauh di seberang samudra. Angin tak mampu membawa kerinduan ini, bahkan daun hanya akan melukiskan betapa rapuh dan rindunya diri.Pada malam-malam yang panjang, pada secarik doa yang disaksikan Jibril di ufuk barat. Laungan fajar memanggil pada bilik-bilik jendela. Laut, udara, pohon, dan nyanyian sepoi fajar menghidup. Dalam desingannya, kudenga rselirih doa ibu mengalir dari dentuman ombak yang dihempaskan ke atas 'Arsy.Entah sampai di mana muara kerinduan,
batas hanya antara aku dan nafasnya. Suaranya hidup di nadiku, doanya hidup dalam helaku, serta senyumnya abadi selamanya. Dalam malam-malam yang panjang aku tetap menanti, pada seonggok kertas bertulis puisi. Cinta, rindu dan asmara adalah nyata, bukan laungan dongeng dari ujung istana d o n g e n g . A b a d i b e r a r t i a k u menganggapnya pernah ada, yang akan ada hanyalah harapan.“Pergilah, temukan siapa dirimu!”, kalimat itu adalah ucapan yang tak pernah sekalipun aku lupa. Lebih indah dari pelangi, lebih tegas dari ombak, dan lebih dalam dari palung. Aku percaya hidup adalah pilihan, tapi aku lebih percaya bahwa hidupku adalah untuk mengenang. Mengenang ibu.“Nak, duduklah” aku terperanjat mendengar suara nenek tua itu.“Terima kasih nek, maaf saya terlambat mengantarkan lukisan ini”, balasku dengan kepala menunduk.“Oh tak apa… yang terpenting kau sudah kemari”.Aku hanya membalasnya dengan senyuman, “ nenek suka melukis?”. Tanyaku.“Tidak nak, tapi…”, jawab dia sayu.Aku menatapnya curiga, kenapa dia rutin mengunjungi pameran lukisan, bahkan membeli lukisan dengan setia, tapi dia sendiri tak suka melukis? Sudah lupakan, aku membatasi khayalku. Ah, hidup ini seperti lukisan yang membuat cerita pada setiap yang digambarkan. Bahkan seperti teka teki, jika aku salah menebak, aku mendapati jalan fatal. Seperti jalan fatal kutuk menemukan jalan kebenaran, iya, jalan kebenaran bersama kehangatan ibu.Indira Rizqi Ardiani, Kru Prestâsi
20
Serba-Serbi
Edisi Interaktif, Oktober 2014
Virus Fahrinisme: Dis-orientasi... 05Kedua, sebuah penyakit, sebuah disorientasi yang tak disadari. Ini adalah jawaban segelin�r
orang yang mau mengembalikan tujuan kepada khi�ah awal. Tidak hanya itu, mereka
berkeyakinan bahwa tak hanya tujuan yang harus direkonstruksi, tapi juga proses. Proses yang
baik menentukan sebuah hasil. Memang terkesan idealis, tapi idealis yang dikembalikan kepada
redamnya realitas akan menghasilkan kelindan orientasi yang lebih �nggi tujuannya. Atau
mereka ingin mewartakan bahwa: “Boleh lupa, asalkan jangan alpa”.
Masisir dipertemukan dengan pilihan. Tak punya pilihan bukanlah sebuah pilihan, atau mungkin
juga sebuah pilihan tapi mandul. Hanya yang berani memilih yang tahu rasanya menjadi terpilih.
Dengan melihat disorientasi dari kacamata yang lebih bening, kita jadi mempunyai dua pilihan
(yang berlaku berdasarkan baik-sangkanya kita): antara menjadi sosok Fahri yang hanya idealis
atau menjadi sosok Fahri yang idealis sekaligus realis�s. []
M.S. Arifin, kru Bule�n Prestasi
Komunikasi Masisir Yang Membudaya... 11Mereka hanya akan menggunakan kata ini pada orang yang mereka anggap pantas dan hanya
digunakan untuk menambah keakraban diantara mereka.
Apakah penggunaan kata-kata ini salah? Itu kembali kepada diri kita masing-masing. Dan yang
menjadi ��k permasalahannya adalah penempatan dimana seharusnya kata ini diucapkan dan
siapakah pendengar yang pantas untuk diperdengarkan dengan kata ini. Apabila kita ucapkan di
tempat kita sering nongkrong, kita ucapkan kepada teman yang sudah sangat akrab, diucapkan
dengan maksud mempererat hubungan persahabatan dan �dak akan menyaki� ha� orang lain,
maka silahkan ucapkan kata tersebut.
Muflikhul Muna, Kru Prestâsi
Wawancara dengan Mantan Sekjen PPMI... 13...dari ibadah ini kita dapat ingat tujuan kita sebagai manusia, tanggung jawab kita dan
seterusnya. Selain itu, dalam doa hendaknya jangan lupa memanjatkanya untuk orang tua kita.
Sehingga memori otak kita me-refresh bagaimana jerih-payah perjuangan orang tua untuk
membiayai sekolah kita.
Ke�ga aspek mo�vasi diri:
Memo�vasi diri sendiri sangat pen�ng agar kita tetap semangat dalam menjalankan ak�vitas kita
sehari-hari dan menjauhkan diri dari sikap malas. Selain itu juga untuk mo�vasi belajar lebih giat
agar terhindar dari hal-hal yang �dak berguna yang malah mengarah kepada disorientasi.
Bagaimana pandangan anda untuk KBRI dan instansi di bawahnya agar bisa menanggulangi
fenomena disorientasi yang terjadi pada sebagian mahasiswanya?
Saya rasa progam-progam yang dilakukan KBRI selama ini sudah bagus seper� mengadakan
acara-acara yang bersifat keilmuan, kebudayaan dan lain sebagainya. Tapi mungkin baru
sebagian mahasiswa yang merespon atau mengiku�nya. Kendalanya di sini adalah kemajemukan
Masisir dan juga tempat �nggal yang saling berjauhan sehingga menyulitkan sosialisasi. Selain itu
kita juga tak sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada KBRI, karena hal ini juga menuntut
21
Serba-Serbi
Edisi Interaktif, Oktober 2014
kesadaran yang �nggi dari Masisir itu sendiri. Is�lahnya adalah KBRI sebagai orang tua kita di sini
yang mengingatkan, membantu, memfasilitasi dan sebagainya. Akan tetapi keputusan mutlak itu
dari kita sendiri berdasarkan apa yang kita inginkan. Saran saya, agar KBRI dalam konteks ini
dapat memanfaatkan maksimal asrama Indonesia yang akan jadi di Hay Sadis untuk lebih
mengembangkan intelektualitas Masisir dan memudahkan sosialisasi penyuluhannya. Berharap
nan�nya akan mengurangi �ngkat disorientasi Masisir. Contohnya dalam implementasi; dalam
asrama itu nan�nya 70% penghuninya orang Indonesia dan 30% dari luar negeri dan sebagainya.
Apa pesan anda untuk mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir saat ini?
Tidak salah seseorang berorganisasi, �dak salah pula orang yang berbisnis, �dak ada salahnya
orang akademisi. Yang salah adalah mereka yang �dak bisa membagi waktu sebaik-baiknya,
uusiikum wanafsii bi�aqalloh.
Keluarlah dari sarang kenikmatan! Apa itu sarang kenikmatan? Misalnya; nonton film di depan
komputer berhari-hari, keluarlah dari rumah dan bergaulah dengan orang-orang entah itu
talaqqi, berorganisai, bisnis dan lain sebagainya. Temukanlah hal-hal yang baru, tapi tetap ingat
satu, belajar!.
M. Khoirul Anas, Kru Prestâsi
Pergeseran Ilmu Medis Timur ke Barat... 15Tak lama setelah itu, Ibnu Sina mengaku bahwa dirinyalah yang selama ini dicari Rob. Rob juga
diterima menjadi muridnya. Betapa gembiranya Rob saat itu, dia pun mempersiapkan dirinya
untuk belajar dengan giat dan serius kepada sang maha guru Ibnu Sina.
Siklus selalu berjalan, di madrasah Rob mempunyai banyak teman dari mancanegara. Madrasah
yang layaknya sebuah universitas ini mempunyai sederet fasilitas yang lengkap, mulai dari
perpustakaan, ruang perawatan, tempat obat-obatan dan alat-alat medis serta pendingin untuk
membuat es. Hari demi hari Rob menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk belajar ilmu
medis dengan gurunya. Rob dan teman-temannya juga diajari cara pengobatan ilmiah, seper�
mendiagnosa nadi, pemeriksaan penyakit, cara membius bahkan sampai diajari juga ilmu
Astronomi dan Filsafat.
Suatu saat konflik menyerang Isfahan dan khalifah Shah, penguasa Seljuk dan sekutunya para
Mullah melakukan penyerangan ke kota Isfahan, mulai dari menyerang dengan memasukkan
seorang penderita Black Death. Namun hal ini bisa teratasi oleh Ibnu Sina dan murid-muridnya.
Setelah itu baru bangsa Seljuk dan sekutunya melancarkan aksi perang sampai memasuki kota
Isfahan. Di situ, madrasah Ibnu Sina dibakar kemudian digambarkan Ibnu Sina sedih dan merapa�
akhir dari madrasahnya. Ke�ka itu pula Rob mengajak gurunya untuk keluar dari Isfahan, namun
sang guru menolak bahkan memberikan sebuah kitab besar miliknya agar dikoreksi dan
mengumumkan kepada seluruh dunia tentang perkembangan terbaru dunia medis terutama
ilmu Anatomi yang ia dapatkan saat membedah salah satu mayat saat terjadi Black Death. Di saat
itu mulailah dunia Barat mulai berkembang pesat dalam dunia keilmuan terutama bidang medis.
Namun dibalik suksesnya film ini juga mempunyai beberapa kekurangan, di antaranya adanya
sedikit perbedaan dengan sejarah Ibnu Sina yang asli, contoh saat meninggalnya Ibnu Sina yang
berbeda dengan sejarah aslinya. Juga sedikit dominasi karakter kebaratan, adegan roman�s yang
selalu menjadi bumbu pelengkap film Barat. Dari sedikit pemaparan di atas masih banyak lagi hal-
22
Serba-Serbi
Edisi Interaktif, Oktober 2014
hal menarik yang �dak bisa ditulis di sini, sehingga patut bagi kita semuanya untuk
menyempurnakan dengan menontonnya. Film yang bagus ini juga memberikan kita pelajaran
serta cambukan kepada kita yang selalu membanggakan pendahulu kita, mengapa dulu
pendahulu kita sangat-sangat begitu hebat, tapi hal itu malah jarang memberikan dampak yang
posi�f bagi kita sendiri? Justru dunia Barat yang dulu sangat suram sekarang menjadi dunia yang
sangat maju, semua itu karena kerja keras dan ketekunan dari mereka yang mau merubah masa
lalu mereka. Seakan kita sekarang bertukar tempat dengan peradaban mereka terdahulu
menjadi sebaliknya.
Mahfud Washim, Kru Prestâsi
Hilang... 23Dua kemungkinan ini menempatkan pada posisi yang membingungkan dan menghadirkan
dilema tersendiri yang pen�ng untuk dipahami. Satu sisi memberikan potret penegasan atas
pen�ngnya mendalami 'bahasa agama'; dengan kata lain ia harus mengasingkan diri dari hiruk-
pikuk 'dunia luar'. Karena bagaimanapun, 'dunia luar' tetap akan bergerak dan mengarah pada
sesuatu yang melenakannya, sehingga besar kemungkinan akan terjadi 'kehilangan arah', di sisi
lain, memberikan pembenaran terhadap kegiatan yang bersifat non-kampus (berorganisasi).
Namun demikian, walaupun yang terjadi seper� itu -sambil menghela nafas setelah berbicara
panjang lebar, beliaupun melanjutkan- Masisir �dak ada yang 'kehilangan arah' ataupun
'kehilangan ja� diri', seseorang yang kehilangan arah dan ja� diri seja�nya, adalah ia yang �dak
pernah bertalaqi atau pun berorganisasi. Dan setelah itu kami pun 'menghilang' dari dunia nyata
menuju dunia lain.
Wais Al-Qorni, Kru Prestâsi
For Reservation+201158890081
e-Mail: [email protected]
23
Catatan Pojok
Edisi Interaktif, Oktober 2014
eberapa hari yang lalu, setelah Bmemenuhi hajat undangan PCINU
M e s i r , y a n g b e r i n i s i a � f
menyelenggarakan acara bedah riset yang
tergolong unik –sesuatu yang menarik dan
(mungkin) baru pertama kalinya diangkat
dalam realitas Masisir- tentunya dengan para
pembicara yang unik pula– pemikiran yang
non-mainstream - , sa lah satu senior
mengajak-ku untuk membincang ulang
tentang hasil riset tersebut. Entalah,
menurutnya ada semacam konsekuensi
prak�s yang perlahan namun pas�, dalam
jagad Masisir. Pembacaan ulang atas riset
“dunia mahas iswa” tersebut seakan
menjadikan malam hanya milik kita berdua.
Obrolan panjang yang disajikan beliau secara
runtut, tajam dan sedikit elusif disampaikan
dengan nyaris tanpa ekspresi itu, serentak
membuatku kebingungan dalam membaca
dan mendialek�kakan realitas yang terjadi di
Masisir; sebuah konsekuensi yang dalam
p e n u t u r a n n y a m e r u p a k a n b e n t u k
kemewaktuan dari kedewasaan zaman.
Peralihan “budaya” dari masa ke masa adalah
sebuah keniscayaan yang pas� akan terjadi
dan itu yang nampak pada Masisir sekarang,
khususnya dalam bidang akademis. Dari luar,
� d a k s e d i k i t s u a r a - s u a r a y a n g
mendengungkan kalau Masisir kehilangan ja�
dirinya dan melupakan ru�nitas wajibnya;
pergi kuliah dan mangkat ngaji (talaqi), atau
sebagian dari mereka yang mengeluhkan
sepinya pergerakan mahasiswa dari berbagai
organisasi, karena terpesona dengan dunia
bisnis.
Memahami kondisi Masisir yang –sebutlah-
heterogen memang �dak mudah dan selalu
membingungkan, kala dilihat dalam satu
wujud tanpa melihat wujudnya yang lain.
Dalam hal ini se�daknya ada beberapa
kemungkinan jika memandang Masisir dalam
bentuk akademisnya. Pertama, ia akan
menjalani kegiatan kuliah dan mengiku�
ru�nitas mengaji di masjid-masjid, sebagai
suatu bentuk perwujudan tanggung jawab
ya n g m e s� d i l a ku ka n nya d i m a n a i a
menyandang predikat mahasiswa sekaligus
sebagai santri Al-Azhar. Dengan mekanisme,
ia harus meninggalkan segala bentuk kegiatan
yang menghambat ak�vitas pokoknya. Ini
berar� secara otoma�s ia sudah siap untuk
mengeluarkan dirinya, secara perlahan
namun pas�, dari ru�nitas kebanyakan orang
dengan prinsip �dak berorganisasi atau
berbisnis.
Atau bisa dengan kemungkinan kedua, ia
dapat mendamaikan keduanya, dengan
mengiku� kegiatan kuliah dan non-kuliah
(berorganisasi) sebagai mahasiswa serta
menjalani ru�nitasnya sebagai seorang santri
dengan mengiku� dauroh atau kegiatan-
kegiatan yang bernuansa keagamaan. Ia akan
menganggap bahwa keduanya sangatlah
berperan, dan mempunyai posisi yang sangat
pen�ng dalam menunjang sisi akademisnya.
Ke�ka dalam wilayah keagamaan, dipilihnya
sebagai jalan untuk lebih memahami agama
yang ia yakini dengan berusaha menumbuh-
mekarkan pemahamannya agar lebih
berkembang, dimana saat ini Islam hadir
dengan bentuknya yang sangat beragam.
Sedang dunia kampus, lebih diterimanya
sebagai suatu proses pencapaian kogni�f
terkait bidang yang ia tekuni, bersamaan
dengan upaya mematangankan pemahaman
ata s a p a ya n g i a p e l a j a r i d a r i s e g i
keagamaannya, dalam mencari solusi atas
problem-problem yang bersifat sosial
maupun kultural di negerinya.
Selengkapnya... 22
Hilang
Aneh itu, bicara memajukan pendidikan tapi update fbnya cuma foto selfi . :D mas bro, Aneh itu apa sih ???
#masisir_aneh
gitu ya bro ??
biasanya yangdisono-sono sih gitu
#pejabat_selfi
KBRIATDIK
RESTâSIRESTâSIRESTâSIRESTâSIPPPPMedia Silaturahmi, Informasi dan Analisa
7/1 Ahmed El Zumr St. Block 21 tenth DistrictNasr City Cairo Egypt
kswmesir(dot)orgbuletinprestasi(at)yahoo(dot)com
Kru Prestâsi