prediksi ukuran ( panjang dan diameter) tendon...
TRANSCRIPT
PREDIKSI UKURAN ( PANJANG DAN DIAMETER) TENDONSEMITENDINOSUS DAN GRACILIS DENGAN
MENGGUNAKAN ANTROPOMETRI SEDERHANA ( TINGGIBADAN) UNTUK GRAFT PADA REKONSTRUKSI
ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT (ACL) DI MAKASSAR
PREDICTION SIZE (LENGTH & DIAMETER) OFSEMITENDINOSUS AND GRACILIS TENDON BY USINGSIMPLE ANTHROPOMETRIC (HEIGHT) FOR GRAFT OFANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT RECONSTRUCTION
(ACL) IN MAKASSAR
SYARIF HIDAYATULLAH
KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU
PROGRAM STUDI BIOMEDIK SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
1
PREDIKSI UKURAN ( PANJANG DAN DIAMETER) TENDONSEMITENDINOSUS DAN GRACILIS DENGAN
MENGGUNAKAN ANTROPOMETRI SEDERHANA ( TINGGIBADAN) UNTUK GRAFT PADA REKONSTRUKSI
ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT (ACL) DI MAKASSAR
Tesis
Sebagai salah satu Syarat mencapai Gelar Magister
Program Studi Biomedik
Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu
Disusun diajukan oleh
SYARIF HIDAYATULLAH
Kepada
KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU
PROGRAM STUDI BIOMEDIK SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
2
3
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SYARIF HIDAYATULLAH
NIM : P 1507211163
Program Studi : Biomedik
Konsentrasi : Program Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu
FK.UNHAS
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis inibenar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakanpengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudianhari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhantesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atasperbuatan tersebut.
Makassar, April 2018
Yang menyatakan
SYARIF HIDAYATULLAH
4
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala
berkat dan limpahan karunia kepada penulis mulai dari awal timbulnya
ide pemikiran, pelaksanaan sampai penyelesaian karya akhir ini penulis
tidak kekurangan sesuatu apapun. Pada kesempatan ini saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
berperan dalam penyusunan karya akhir ini sehingga saya dapat
menyelesaikan pendidikan di Program Pendidikan Dokter Spesialis I
Ortopedi dan Traumatologi Universitas Hasanuddin.
Terima kasih saya ucapkan kepada Rektor Universitas
Hasanuddin, Dekan Fakultas Kedokteran, Ketua Bagian Ilmu Anestesi,
Ketua Program studi Ortopedi dan Traumatologi, Ketua Program
Pendidikan Dokter Spesialis Fakultas Kedokteran dan Ketua Konsentrasi
program pendidikan dokter spesialis dan combine degree Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin atas kesempatan yang telah
diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
PPDS dan Combine Degree Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Terimakasih saya ucapkan para Guru Besar dan seluruh staf
pengajar bagian Ortopedi dan Traumatologi atas segala bimbingan dan
arahannya selama saya mengikuti program pendidikan dokter spesialis
Ortopedi dan Traumatologi. Semoga ilmu yang saya dapatkan selama
pendidikan ini dapat saya amalkan dan manfaatkan sebaik baiknya untuk
kepentingan masyarakat luas.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pembimbing
saya, kepada dr. Henry Yurianto, M.Phil, Ph.D, Sp.OT(K), Dr. dr. Muh.
5
Sakti SpOT(K) dan Prof. Dr. dr. Burhanuddin, MPH atas bimbingannya
dalam menyelesaikan karya akhir ini. Tak lupa saya mengucapkan
banyak terimakasih kepada rekan rekan residen anestesi yang telah
membantu dalam menyelesaikan karya akhir ini hingga selesai tepat
pada waktunya.
Terimakasih yang tak terhingga saya ucapkan kepada orang tua,
istri dan anak anak tercinta, telah mendukung selama saya menjalani
proses pendidikan ini. Semoga saya dapat menebus semua waktu yang
hilang selama saya menjalani pendidikan spesialis dan combine degree
ini.
Terimakasih juga kepada seluruh staf pegawai bagian Ortopedi
dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang
selalu siap sedia menolong, semoga kalian selalu mendapat lindungan
Yang Maha Kuasa dan memperoleh rejeki dan kebahagian yang penuh
berkah. Rekan-rekan sejawat, perawat serta staf kamar operasi yang
telah banyak membantu selama proses pendidikan ini.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
karya akhir ini dan tidak menutup kemungkinan penulis mempunyai
khilaf dan salah terhadap saudara saudara yang turut serta dalam
penyusunan karya akhir ini, untuk itu saya mengucapkan permohonan
maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih banyak kepada semua
pihak yang turut berperan serta dalam penyelesaian karya akhir ini yang
tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Semoga Tuhan
memberikan rahmat, kesehatan dan berkat yang melimpah serta semoga
kita dapat dipertemukan kembali dalam suasana bahagia dan semoga
karya akhir ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
6
Makassar, April 2018
SYARIF HIDAYATULLAH
7
8
9
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
DAFTAR TABEL DAN ......................................................................... v
DAFTAR GRAFIK ................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
1.3.1. Tujuan Umum................................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................................. 4
1.4. Kegunaan Penelitian......................................................................... 4
1.4.1. Kegunaan Teoritis.............................................................. 4
1.4.2. Kegunaan Praktis............................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS.................................................................................... 6
2.1. KAJIAN PUSTAKA........................................................... 6
2.1.1.Anatomi dan Histologi Tendon.......................................... 6
2.1.1.1. Semitendinosus................................................... 7
2.1.1.2. Gracilis............................................................... 7
2.1.1.3 Anatomi Lutut..................................................... 7
2.1.1.4 Anatomi dan Histologi Ligamentum Cruciatum
Anterior........................................................................... 9
10
2.1.2. Definisi dan Epidemiologi Cedera ACL........................... 12
2.1.3 Klasifikasi Cedera ACL..................................................... 13
2.1.4. Penatalaksanaan Cedera ACL........................................... 14
2.1.4. 1. Penatalaksanaan Non-operatif........................... 14
2.1.4.2. Penatalaksanaan Operatif................................... 14
2.1.7. Rehabilitasi Pasca Operasi............................................. 20
2.2. KERANGKA PEMIKIRAN............................................................ 22
2.3. HIPOTESIS...................................................................................... 22
BAB III BAHAN / OBJEK DAN METODE PENELITIAN................. 23
3.1. BAHAN / OBJEK PENELITIAN.................................................... 23
3.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian............................................ 23
3.1.2 Populasi ........................................................................... 23
3.1.3. Sampel Penelitian dan Cara Pengambilan Sampel............ 23
3.1.4. Besaran Sampel................................................................. 24
3.1.5 Kriteria Inklusi, Ekslusi dan Withdrawal.......................... 24
3.1.6. Alat dan Bahan.................................................................. 24
3.2 METODE PENELITIAN................................................................. 25
3.2.1 Desain Penelitian................................................................ 25
3.2.2 Cara Kerja Penelitian......................................................... 25
3.2.3 Alur Penelitian................................................................... 26
3.2.4 Alokasi Subyek.................................................................. 27
3.2.5 Definisi Operasional........................................................... 27
11
3.2.6. Klasifikasi Variabel............................................................ 29
3.2.7. Analisis Statistik................................................................ 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ 30
4.1 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 30
4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif pasien sesuai Tinggi Badan (TB), Panjang Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG)....... 30
4.1.2 Hasil korelasi antara Tinggi Badan (TB) dengan Panjang Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG) sesuai Pearson Correlation test (P<0.05)................................................. 31
4.1.3 Hasil Regresi linear antara Tinggi Badan (TB) dengan Panjang Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG)...... 35
4.1.4 Hasil Statistik Deskriptif antara hasil sebenarnya dari Panjang Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG) dengan penggunaan Persamaan Prediksi Panjang Semitendinosus (PPS), Prediksi Panjang Gracilis (PPG), Prediksi Diameter Semitendinosus (PDS) dan Prediksi Diameter Gracilis (PDG). . 36
4.2. PEMBAHASAN.............................................................................. 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 41
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 41
5.2 Saran...................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 42
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi Insersio Semitendinosus, Gracilis dan struktur di sekitar lutut......................................................................... 8
Gambar 2 Anatomiligamen kruciatum, tampak Anterior...................................... 11
Gambar 3 Anatomiligamen kruciatum, tampak Posterior...................................... 12
Gambar 4 Cara Pengambilan tendon hamstring pada pes anserinous....... 17
Gambar 5 Pengukuran Panjang Tendon Semitendinosus dan Gracilis. . . 28
Gambar 6 Pengukuran Diameter Tendon Semitendinosus dan Gracilis. 28
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Statistik Deskriptif pasien sesuai Tinggi Badan
(TB), Panjang Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG),
Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG)....….. 31
Tabel 2 Hasil korelasi antara Tinggi Badan (TB) dengan Panjang
Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter
Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG) sesuai
Pearson Correlation test (P<0.05)..............................................….. 34
Tabel 3 Hasil Regresi linear antara Tinggi Badan (TB) dengan
Panjang Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG),
Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG)....….. 35
Tabel 4 Hasil Statistik Deskriptif antara hasil sebenarnya dari
Panjang Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG),
Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG)
dengan penggunaan Persamaan Prediksi Panjang Semitendinosus
(PPS), Prediksi Panjang Gracilis (PPG), Prediksi Diameter
Semitendinosus (PDS) dan Prediksi Diameter Gracilis (PDG) ……. 36
14
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Scatter plots menunjukkan hubungan antara tinggi badan dan panjang tendon Semitendinosus............................................. 31
Grafik 2. Scatter plots menunjukkan hubungan antara tinggi badan dan panjang tendon Gracilis......................................................... 32
Grafik 3. Scatter plots menunjukkan hubungan antara tinggi badan dandiameter tendon Semitendinosus............................................. 33
Grafik 4. Scatter plots menunjukkan hubungan antara tinggi badan dandiameter tendon Gracilis........................................................ 33
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabulasi Data Sampel. ........................................................... 44
Lampiran 1. Tabulasi Data Antropometrik yang Dievaluasi.................... 45
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
The Anterior Cruciate Ligament (ACL) merupakan ligamen lutut yang
paling sering direkontruksi. Cedera pada ACL dapat menyebabkan gangguan
fungsional yang signifikan. Kekuatan dan kekakuan graft merupakan
komponen penting untuk mengambil keputusan graft dan tehnik apakah yang
akan digunakan untuk penggantian tendon. (1)
ACL adalah ligament yang paling sering mengalami cedera
padalutut.Penyebab utamanya terjadinya ACL adalah aktifitas olah raga
berat.Olah raga yang seringmenyebabkan cedera adalah olah raga
dengan fisis foot terfiksir dan badan berubah arah dengancepat, misalnya
pada pemain sepak bola atau basket.(2)
Penanganan cedera ACL berdasarkan individual pasien. Tidak semua
robekan ACL membutuhkan perbaikan secara operasi. Atlet professional
membutuhkan rekonstruksi sedangkan pasien yang secara fisik tidak aktif,
tidak membutuhkan rekonstruksi. Beberapa faktor untuk mengambil
keputusan operasi, menurut Shelbourne adalah usia,kronisitas, tingkat
aktifitas, dan cedera yang berhubungan dengan meniscus dan articular
surface.(2)
Beberapa macam autograft,allograft dan ligamen sintesis tersedia untuk
rekonstruksi anterior cruciate ligament (ACL).Autograft meliputi bone-
1
patellar tendon-bone, tendon quadrcep, dan tendon hamstring. Pilihan
allograft meliputi tendon dengan jenis yang sama yang diambil dari
pendonornya, disamping achilles dan anterior dan posterior tendon tibialis,
dan juga fascia lata.[1] Semua pilihan ini memiliki keuntungan dan kerugian.
Bone-patellar bone-tendon autograft merupakan sumber graft yang
paling sering digunakan dan banyak laporan dan literatur yang melaporkan
mengenai hasil dari graft tersebut. Namun, penggunaan autograft quadraple
hamstring makin banyak digunakan karena kesempurnaan kekakuan dan
ketegangan, morbiditas donor berkurang, dan kemajuan dalam tehnik fiksasi
dan implan, nyeri setelah operasi berkurang, tampilan yang lebih baik dan
kesempurnaan hasil klinis.(3)
Secara umum, four-strand hamstring autograft merupakan pilihan
penting untuk keberhasilan rekonstruksi ACL. Komplikasi yang mungkin
terjadi dari penggunaan kedua graft tendon semitendinosus dan gracilis
adalah kurangnya kekuatan hamstring pada saat fleksi dan internal rotasi.
Keuntungan penentuan panjang graft berfungsi pada kasus revisi
rekonstruksi ACL dimana biasanya graft dengan diameter yang lebih besar
diperlukan atau pada kasus aktif dan atau pasien yang banyak
permintaanatau atlet profesional dimana graft dengan diameter yang lebih
besar sangatlah ideal.(1)
Rata-rata diameter normal ACL adalah 11 mm dan graft dengan
ketebalan minimum 7 mm sangat direkomendasikan. Salah satu kerugian
penggunaan quadraple hamstring autograft adalah kemungkinan
2
carapengambilan graft dengan diameter yang lebih kecil dari ukuran yang
optimal. Ahli bedah harus memikirkan sumber alternatif dan tehnik fiksasi
saat situasi seperti ini terjadi. Oleh karena itu, perkiraan ketebalan graft
hamstring saat preoperatif sangatlahberguna untuk merencanakan alternatif
metode fiksasi atau pilihan graft yang siap digunakan saat di ruang operasi.(3)
Beberapa penelitian telah meneliti beberapa karakteristik pasien secara
anthropometri dan klinisuntuk memperkirakan ketebalan autograft quadruple
hamstring.(3)Saat ini tidak terdapat standar dokumentasi yang baik untuk
dapat memperkirakan ketepatan diameter dari autograft quadruple
hamstringpadarekonstruksi ACL dan penelitian yang ada masih menemukan
kontroversi.
Beberapa penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan apakah
pengukuran anthropometrik, seperti tinggi badan, berat badan, usia, lingkar
paha dan jenis kelamin dapat digunakan untuk memperkirakan secara tepat
diameter dari tendon hamstring pada pembedahan rekonstruksi ACL.(3)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka timbul pertanyaan
bagaimana memperkirakan ukuran (panjang dan diameter) tendon
semitendinosus dan gracilis dengan menggunakan anthropometric sederhana
(tinggi badan) untuk graft rekonstruksi anterior cruciate ligamentdi
Makassar?
3
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Menemukan hubungan antara anthropometrik sederhana (tinggi badan)
dengan ukuran (panjang dan diameter) tendon semitendinosus dan gracilis
untuk graft rekonstruksi anterior cruciate ligament di Makassar.
1.3.2. Tujuan Khusus
Memperoleh persamaan perkiraanukuran (panjang dan diameter) tendon
semitendinosus dan gracilisuntuk graft rekonstruksi anterior cruciate
ligament di Makassar dengan menggunakan anthropometrik sederhana
(tinggi badan) sebagai variabel
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Memberikan informasi ilmiah pada aspek teori tentang bagaimana
memperkirakan ukuran (panjang dan diameter) tendon semitendinosus dan
gracilis untuk graft rekonstruksi anterior cruciate ligament di Makassar
dengan menggunakan anthropometric sederhana (tinggi badan)
1.4.2. Kegunaan Praktis
1) Dapat diterapkan secara klinis untuk mempertimbangkan bagaimana
memperkirakan ukuran (panjang dan diameter) tendon semitendinosus
dan gracilis untuk graft rekonstruksi anterior cruciate ligament di
4
Makassar dengan menggunakan anthropometric sederhana (tinggi
badan)
2) Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut
sehubungan dengan hasil klinis pada pasienrekonstruksi ACL.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. KAJIAN PUSTAKA
2.1.1.Anatomi dan Histologi Tendon
Secara morfologi, tendon merupakan kompleks material yang terdiri atas
kolagen fibril yang tertanam dalam matriks proteoglycan. Fibroblast, sel
predominan yang terdapat didalam tendon, tersusun secara parallel diantara
ikatan kolagen. Badan sel berbentuk batang atau spindle- shaped dan tersusun
berbaris jika dilihat dengan mikroskop secara longitudinal.(4)
Unsur utama dari tendon adalah kolagen tipe 1. Kolagen terdiri dari
glycin (33%), proline (15%0 dan hydroxyprolin (15%). Pada kolagen tipe 1,
terdapat dua macam rantai polypeptide yang disebut α1(I) dan rantai yang
sedikit berbeda yang disebut α2(I) atau simple α2. Tiga rantai melingkar
menjadi tiga helix yang diikat oleh hydrogen dan ikatan kovalen.(4)
Tendon memiliki kekuatan tarikan paling tinggi dibandingkan dengan
jaringan lunak yang lainnya, keduanya disebabkan karena unsur utamanya
adalah kolagen, salah satu protein fibrin terkuat, dan juga karena kolagen fiber
ini tersusun secara parallel terhadap arah gaya tarikan. Sifat tarikan tendon
dapat digambarkan dengan sifat material dari tendon tersebut seperti halnya
pada sifat strukturdari tulang-tendon-otot.(4)
6
2.1.1.1. Semitendinosus
Semitendinosus merupakan otot yang berorigo di ischial tuberocity dan
berinsersi pada bagian permukaan tibia. Semitendinosus dipersarafi oleh saraf
sciatic. Otot ini berfungsi untuk merentangkan paha pada hip, memfleksikan
lutut dan merotasikannya kearah medial. Biasanya tendon ini digunakan pada
rekonstruksi ligamen.(4)
2.1.1.2. Gracilis
Gracilis merupakan otot yang berorigo badan dan inferior ramus pubis
dan berinsersi pada bagian proksimal medial tibia(pes anserinus). Gracilis
dipersarafi oleh saraf obturator. Otot ini berfungsi untuk adduksi paha, fleksi
atau internal rotasi kaki. Otot ini juga biasa digunakan untuk rekonstruksi
ligamen.(4)
2.1.1.3.Lutut
Lutut merupakan sendi engsel synovial yang memiliki sedikit gerakan
rotasi.Kestabilan sendi dipengaruhi oleh ligamen kolateral dan ligament
krusiate. Garis mekanikal digambarkan dari tengah kepala femur hingga
bagian tengah sendi tibiotalar, yang membentuk garis lurus, dan garis anatomi
merupakan garis femorotibial, yang dibentuk oleh pertemuan antara garis
panjang femur dan tibia (gambar 1A) pertemuan dari dua garis ini membentuk
sudut valgus 60 . Sudut lutut valgus 60 ditentukan oleh anatomi tulang femur
bagian distal dan tulang tibia bagian proksimal. Permukaan tulang rawan
bagian proksimal tibia biasanya sedikit varus 30.Posisi varus ini, dan dengan
adanya rotasi pada bagian tengah hip, menyebabkan permukaan beban tibia
7
menjadi sejajar dengan tanah saat sikap single-leg.Akibat tibia yang sedikit
varus, sebenarnya bagian distal femur dalam posisi valgus 90, yang
menyebabkan garis femorotibial 60 saat lutut berekstensi.(5)
Gambar1. Anatomi Insersio Semitendinosus, Gracilis dan struktur di sekitar lutut(6)
Ligamen yang terdapat pada lutut terdiri dari 2 macam, yaitu ligamen
intrakapsular dan ligamen extrakapsular.Ligamen intra kapsular terdiri dari
ligamen kruciatum anterior dan ligamen kruciatum posterior, sedangkan
ligamen extra kapsular terdiri dari ligamen kolateral medial dan ligamen
kolateral lateral. (7)
8
Perdarahan pada lutut didapatkan dari percabangan arteri femoral, yaitu
arteri genikularis superior dan inferior.Kedua cabang arteri ini terbagi menjadi
2 bagian, yaitu bagian medial dan bagian lateral. (7)
2.1.1.4. Anterior Cruciate Ligament (ACL)
ACL terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian Anteromedial dan bagian
posterolateral. Kedua bagian ACL ini menghubungkan bagian posteromedial dari
kondilus lateral femur ke bagian tibia anterior. Fungsi dari ACL adalah sebagai
penahan primer untuk translasi anterior tibia, dan penahan sekunder pada posisi
varus dan rotasi interna.(2) Area origo dan insersi dari ACL adalah 113 mm2 dan
136 mm2. Panjang dari aspek anterior dan posterior ligamen bervariasi antara 22
mm dan 41 mm.(8)
ACL mengontrol pergerakan anterior dari tibia dan menghambat rotasi
tibia yang berlebihan. Para ahli berpendapat bahwa ACL terdiri dari 2 berkas
serat . bagian serat posterolateral ( PL) dan bagian serat anteromedial (AM).
Komponen serat ACL dinamakan berdasarkan tempat insersinya di tibia.
Kedua serat berasal dari bagian kondilus femoralis lateral pada bagian
posteromedial dan berinsersio pada daerah depan tibial intercondilaris. Insersi
dari ACL di tibia membuat tidak terjadinya tubrukan di antara sudut
intercondilaris pada ekstensi maksimal. Penempatan insersi dari transplantasi
ACLdi tibia harus mengikuti prinsip ini agar tidak terjadi tubrukan diantara
kedua nya. Panjang dari serat AM kira kira 33mm dan 18 mm untuk serat PL.
Secara keseluruhan lebar dari ligament kruciatum di kadaver berkisar dari 7
9
sampai 17mm dengan rata rata 11 mm . rata rata luas penampang nya 36 dan
47 mm untuk wanita dan pria .
ACL terdiri dari 1 serat kolagen. Pendarahan utama untuk ligamennya
berasal dari arteri genicular bagian tengah . dengan tambahan suplai darah
berasar dari inferomedial dan inferolateral arteri genicular. Terdapat beberapa
juga tipe dari mekanoreseptor yang terdapat di ligament kruciatum ; sel darah
ruffini . sel pacinian , badan golgi dan saraf Tahanan di transmisikan melewati
serat ACL berdasarkan posisi sendi lutut. Untuk meniru secara in siu
ketegangan yang berhubungan dengan ACL, Gabriel 23 di test beban
menggunakan tibialis anterior dan dikombinasi dengan beban sambil berputar
yang di tekankan pada sudut medial dari dari lutut pada sudut valgus dan gaya
putaran tibialis di test menggunakan kekuatan di antara PL dan serat AM
menggunakan sistem robot yang di ambil dari 10 lutut kadaaver . kekuatan
terbesar yang di transmisikan melalui serat AM adalah di sudut 60 dan 90
derajat pada keadaan flexi . kekuatan terbesar dari serat PL adalalh saat
ekstensi maksimal. pada flexi di sudut 15 derajat , tidak ada perbedaan yang
signifikan di antara ke 2 serat. Pada sudut flexi yang besar , serat AM
mempunyai kekuatan yang lebih di bandingkan serat PL. Pada penilitian yang
lain didapatkan bahwwa serat AM memiliki kekuatan yang lebih baik di
bandingkan PL saat menahan tahanan di bagian tibialis anterior . serat PL
lebih kuat di seluruh ACL saat flexi , sehingga ini sangat disarankan
diperhatikan saat pengoperasian. Karena banyak cedera pada ACL terjadi
ketika lutut sedang fleksi maksimal, serat PL di utamaakan untuk semua
10
biomekanika karena kekuatan tahanan saat fleksi maksimal berdasarkan pada
serat PL.
Berdasarkan penjelasan di atas, ini terlihat serat AM dan PL mempunyai
kontribusi yang unik dalam menahan beban terhadap sendi lutut. Bedah
rekonstruksi ACL cenderung untuk mengembalikan keterbatasan tibialis
anterior untuk lebih dekat dengan sendi lutut. Bagaimanapun, pergerakan
rotasi yang lebih kompleks, seperti pergerakan kedalam dari tibialis dan rotasi
valgus, kurang berhasil dalam rekonstruksi ACL. Rekonstruksi serat AM dan
fungsinya sangat tidak bisa mengembalikan ke fungsi dan stabilitas
sebelumnya. Karena serat PL menahan lebih banyak saat ekstensi penuh
sekitar 15%, terutama dalam menahan putaran, dan serat AM menahanan lutut
yang terfleksi, teknik operasi di sarankan untuk kedua fungsi seratnya.(5)
Gambar 2. Anatomi ligamen kruciatum, tampak Anterior(6)
11
Gambar 3. Anatomi ligamen kruciatum, tampak Posterior(6)
2.1.2. Definisi dan Epidemiologi Cedera ACL
Di United States, cedera ACL berkisar 100.000 dan 200.000 setiap
tahunnya, menyebabkan ini merupakan cedera ligamen terbanyak. Jumlah
ini meningkat di beberapa populasi dan individual yang berolahrga. Pemain
bola mengalami cedera ACL yang paling banyak ( 53 % dari jumlah total )
dengan peluncur dan pesenam yang mengalami risiko yang tinggi. (2)
ACL (Anterior Cruciate Ligament) injury adalah sebutan untuk trauma
yang terjadi pada ligament krusiatum anterior. Trauma ini dapat terjadi hanya
pada ligament Krusiatum anterior saja ataupun dengan adanya perlukaan
pada struktur lain. ACL adalah struktur ligament yang paling sering terluka
yang mengakibatkan terjadinya instabilitas pada daerah lutut.Tipe instabilitas
yang terjadi adalah instabilitas anterior posterior. Sedangkan bila ada struktur
ligament lain yang terkena juga maka akan menyebabkan instabilitas
rotasional.(5)
ACL injury dapat terjadi akibat 2 sebab. Trauma non kontak dan tauma
kontak. Penyebab tersering Trauma pada ACL disebabkan oleh trauma non
12
kontak, misalnya pada atlet yang berlari dan secara tiba-tiba berputar arah
(pivot rotational injury), yaitu sebanyak 80% dari total kasus trauma ACL.
Penyebab trauma kontak terutama terjadi akibat adanya hantaman pada
bagian luar lutut, pada saat lutut berada pada posisi fleksi dan rotasi. Pada
kondisi ini akan terjadi trauma pada MCL (Medial Collateral Ligament) dan
ACL.(5)
Teknik operasi dalam penanganan ACL pun telah berkembang pesat, dari
yang pada awalnya berupa teknik operasi terbuka berubah menjadi teknik
arthroskopi.(3)Arthroskopi adalah suatu teknik operasi yang dilakukan dengan
beberapa sayatan kecil pada kulit dan dilanjutkan dengan memasukan scope
dan trochar.(5)Teknik rekonstruksi arthroskopi pada ACL dilakukan untuk
mempercepat waktu pemulihan atlet dan diharapkan dapat mencegah
terjadinya perubahan degenerative lanjut. Penggunaan arthroskopi pun telah
memungkinan pasien untuk dirawat secara outpatient.(3),(5)
2.1.3. Klasifikasi Cedera ACL
Klasifikasi Cedera ACL sebagai berikut :
Derajat I : peregangan ligament dengan minimal gangguan pada ligament
Derajat II : robekan hingga 50% dari ligament, sedikit hematoma.
Kemungkinan terdapat hemarthrosis
Derajat III : robekan ligament komplit, hematom dan hemarthrosis.(6)
13
2.1.4. Penatalaksanaan Cedera ACL
2.1.4.1. Penatalaksanaan Non-operatif
Beberapa pasien dengan cedera ACL tidak perlu dilakukan tindakan
operatif karena keadaan medis yang serius sperti penyakit jantung, penyakit
ginjal, penyakit hati, atau mereka yang tidak berkeinginan lagi untuk
mengikuti kegiatan aktivitas fisik. Bagi pasien yang memilih pilihan
penanganan konservatif, fisioterapi dengan fisioterapis yang berpengalaman
atau pelatih atletik bertujuan untuk melatih kekuatan otot-otot disekitar lutut,
terutama otot quadrisep femoris dan otot hamstring. Namun, tanpa
pembedahan, lutut pada umumnya tetap akan tidak stabil dan cenderung
mengalami cedera yang lebih parah. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan yang signifikan pada kerusakan meniscus dan articular cartilage
karena penundaan rekonstruksi ACL.Penyembuhan pada robekan meniscus
lebih cepat jika dilakukan bersamaan dengan rekonstruksi ACL
dibandingkan tanpa rekonstruksi ACL.(7)
2.1.4.2. Penatalaksanaan Operatif
Seringnya kegagalan pada penanganan non-operatif pada cedera ACL,
pembedahan tetap merupakan pilihan pada atlet yang ingin tetap
aktif.Sayangnya, pembedahan tidak selalu berhasil. Beberapa masalah
karena kegagalan pembedahan ACL diantaranya adalah terjepitnya graft
pada atap intercondylar, ketegangan graft, penempatan tunnel femoral dan
tibial non-anatomik ( tidak memiliki sifat histologi dan biomekanik yang
14
sama dengan ligament yang asli), dan replikasi yang inkomplit pada ACL
yang intak. Ada 2 jaringan yang paling sering digunakan untuk rekontruksi
ACl adalah Tendon Patella (PT) dan 4 lembar tendon harmstring (HS) yang
terbuat dari grasilis dan tendon semitendonosus. Lebih dari 95% operasi
autograft PT dan HS menghasilkan lutut stabil yang fungsional dengan 3%
perbedaan absolut kegagalan graft: 1.9% dengan PT dan 4.9 dengan graft
tendon HS. Manfaat dari graft PT termasuk bahwa mereka mudah diakses,
memiliki sifat structural yang baik, dan memiliki potensi untuk
penyembuhan tendon-tulang. Kerugian yang didapat termasuk nyeri lutut
anterior, hilangnya sensasi, fraktur patella, dan inferior patela kontraktur,
meskipun nyeri lutut pada patella telah dikaitkan dengan metode rehabilitasi
yang kurang agresif dan penggunaan dari latihan ekstensi terbuka rantai
kinetic. (8)
Graft tendon HS dengan semua 4 lembarnya dikencangkan dapat
menahan ketegangan tendon jauh lebih besar daripada10 mm PT graft.
Beberapa peneliti telah menemukan bahwa pengambilan HS graft dapat
mengurangi kekuatan HS dan daya tahannya hingga 9 bulan setelah operasi.
Graft hamstring juga bisa sulit untuk diambil karena diameter graft dan
panjang adalah variable. Review pasien menentukan bahwa diameter graft
HS berkaitan dengan tinggi tetapi tidak dengan indeks massa tubuh. Ketika
tinggi menurun di bawah 147 cm dan diameter graft menurun di bawah
7mm, ada hubungan antara kekuatan graft dan diameter penampangnya.
15
Graft tendon Quadriceps digunakan untuk rekonstruksi ACL telah dikaitkan
dengan berkurangnya nyeri lutut anterior yang signifikan dan morbiditas
graft-site dibandingkan dengan PT grafts. Graft ini diambil dari ketiga pusat
dari tendon quadriceps dan terdiri dari vastus medialus, vastus intermedius,
dan rektus femoris, menghasilkan sebuah bilaminar graft. luas penampang
rata-rata untuk paha depan dengan lebar tendon graft 10-mm adalah 64
mm2, lebih besar dari 37 mm2 untuk PT; karenanya, graft tendon quadriceps
menghasilkan penyisipan anatomi yang lebih luas dari rekonstruksi ACL
untuk tibia. Hal ini dapat menurunkan pelampiasan physiko-logika pada
kedudukan interkondilaris saat lutut ekstensi penuh. kekuatan otot Quadricep
tidak terganggu, meskipun mengorbankan bagian daripada tendon tersebut.
secara keseluruhan, graft tendon Quadricep memiliki keuntungan dari
kemudahan eksisinya dan sebanding terhadap ukuran graft dan kekuatan
dengan kedua grafts PT dan HS.(8)
Keuntungan utama dari allograft vs autografts adalah menghindari
morbisitas dari donor-site. Keuntungan lainnya termasuk penghematan
waktu operasi pengambilan graft, ketersediaan graft yang lebih besar,
cosmesis superior, dan kemungkinan untuk rekonstruksi beberapa ligamen.
Potensi kerugian termasuk tertundanya penggabungan graft, penularan
penyakit, reaksi kekebalan yang potensial, perubahan sifat mekanik
disebabkan oleh sterilisasi, dan biaya dari allograft. perhatian utama adalah
apakah allografts kurang stabil daripada autografts. sebuah meta-analisis
terbaru menemukan bahwa allografts gagal 3 kali lebih sering dari
16
autografts. Namun, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa autografts
dan nonirradiated (vs terpancar atau kimia pro olahan) allografts memiliki
perbedaan side-to-side yang sama <3 mm sesuai dengan arthrometer KT-
2000.
Gambar 4. Cara pengambilan tendon hamstring pada pes anserinous(1)
Single-Bundle Versus Rekonstruksi dua Bundle
Antara 10% dan 30% dari pasien melaporkan ketidakstabilan yang
terus-menerus di lutut mereka yang dikosntruksi setelah operasi single-
bundle. single-bundel ini menghasilkan tingkat return-to-sport hanya 60%
sampai 70% untuk rekonstruksi single-bundel. rekonstruksi single-bundel
dapat mengembalikan stabilitas lutut anterior-posterior tetapi menghasilkan
lutut yang tidak mampu untuk menahan kombinasi beban berputar dan tidak
memiliki rotasi kinematics yang normal. Double bundle memulihkan lutut
lebih baik dalam menahan gaya ekstrinsik yang ditempatkan pada lutut .
Meskipun teknik double-bundel lebih baik untuk memulihkan kinematika
17
normal lutut, tetapi ada beberapa kelemahan. Hal ini lebih sulit untuk
dilakukan pembedahan dan bisa menjadi penyebab kegagalan rekonstruksi
karena posisi yang tidak tepat terowongan di tulang.(8)
Penempatan graft
Penempatan graft dapat memiliki dampak besar pada hasil klinis
rekonstruksi ACL. Kegagalan untuk mendapatkan kembali fleksi penuh pasca
operasi dapat disebabkan oleh ketegangan graft yang tinggi selama
perpanjangan lutut, yang pada gilirannya dapat menyebabkan graft untuk
merenggang. Hal ini dapat terjadi ketika graft ACL ditempatkan secara
vertikal di puncak notch, dengan terowongan tibialis yang berada di orientasi
vertikal pada sudut >70 derajat dari garis medial dari tibia dan terowongan
femoral dan kemudian dibor melalui terowongan tibialis. Pencegahan
tubrukan PCL dapat dicapai dengan 3 teknik yang berbeda: melebarkan notch
sehingga ruang antara PCL dan kondilus femoralis lateralis melebihi diameter
graft oleh 1 mm, membangun terowongan tibialis pada sudut 60 sampai 65
derajat sehubungan dengan garis medial tibia, yang menggerakkan
terowongan femoralis lebih jauh ke bawah dinding samping dan menurunkan
risiko impingement PCL , dan memastikan bahwa tepi lateral terowongan
tibialis ditempatkan melalui ujung tibialis tulang belakang lateral. Tidak ada
konsensus pada jumlah ligamen penegang atau sudut fleksi lutut yang
optimal. Beberapa ahli bedah lebih suka untuk mengatur ketegangan bundel
AM fleksi moderat dan PL bundel dekat extension penuh. preferensi untuk
18
sudut tensioning mencerminkan posisi bundel untuk memberikan kekuatan
terbesar ketika ambang ketegangan di lutut utuh.(7)
Teknik femoral Tunnel Drilling
Ada beberapa teknik yang berbeda untuk menciptakan tunnel femoralis.
Teknik transtibial (pengeboran melalui terowongan tibia) dan teknik Portal
jauh anteromedial (pengeboran melalui terowongan jauh anteromedial) yang
sering digunakan dalam operasi ACL untuk membuat terowongan tulang
femur untuk AM dan PL graft dalam rekonstruksi double-bundel.(8)
Meskipun kedunya umum digunakan, pendekatan Portal jauh
anteromedial membuatnya lebih mudah untuk mengakses jejak femoral dari
AM dan PL bundel. Hal ini karena tidak seperti dalam teknik transtibial,
penempatan terowongan femoralis tidak dibatasi oleh situs atau angulasi
terowongan tibialis. Untuk prosedur Portal jauh anteromedial, PL bundel
terowongan harus dibor pada posisi lutut dari 110 derajat dari ekstensi untuk
menghindari kerusakan pada tulang subchondral, tulang rawan kondilus
femoralis lateral, dan saraf peroneal. Untuk teknik transtibial, lutut harus
difleksikan pada 90 derajat untuk pengeboran dari terowongan tulang femur
untuk teknik transtibial, sudut lentur graft AM dan PL bundel dibutuhkan jauh
lebih besar dari teknik Portal jauh anteromedial di sudut fleksi rendah ketika
graft sepenuhnya merenggang. Nishimoto et al percaya bahwa teknik portal
jauh anteromedial dapat menghasilkan sudut lengkung yang lebih tumpul di
terowongan femoralis dibandingkan dengan teknik transtibial dan bekas
19
pendekatan mungkin dapat mengurangi stres abrasif dalam posisi ini pada
rekonstruksi anatomi ACL double-bundel.(8)
Baru-baru ini, peneliti dari Duke telah menekankan pentingnya
menempatkan graft ACL dalam jejak ACL pada tulang paha untuk
mengembalikan kinematik sendi yang normal. Dalam teknik terowongan-
independen tibialis, graft ditempatkan lebih dekat ke pusat ACL
dibandingkan dengan teknik transtibial. Menggunakan MRI pada 8 pasien di
masing-masing kelompok, teknik transtibial menempatkan pusat terowongan
rata-rata dari 9 mm dari pusat lampiran ACL, dibandingkan dengan 3 mm
untuk teknik tibialis terowongan-independen. Dalam studi lain, kelompok
yang sama yang digunakan MRI dan fluoroscopy biplanar untuk
membandingkan 12 pasien dimana graft ditempatkan dekat anteroproximal
yang perbatasan ACL dan 10 pasien dimana graft itu ditempatkan di dekat
pusat graft ACL. Graft Ditempatkan anteroproximally pada tulang femur
yang lebih panjang dan lebih vertikal daripada ACL asli, sedangkan
penempatan anatomi graft lebih dekat ditiru gerak ACL dan panjang di
kontralateral lutut.(8)
2.1.7. Rehabilitasi Pasca Operasi
Tujuan rehabilitasi pasca operasi adalah untuk mengembalikan gerak
sendi yang normal dan kekuatan lutut yang direkonstruksi sekaligus
melindungi graft. Sebagai konsekuensi dari peningkatan dalam teknik bedah,
pilihan graft, dan metode fiksasi, program rehabilitasi telah berubah dalam
20
beberapa tahun terakhir untuk memulai immidiate weight bearing, awal
rentang gerak (rang of motion) (dalam waktu 1-2 minggu setelah operasi),
dan kembali ke olahraga (biasanya tidak sebelum 6 bulan atau sampai ada
pengembalian minimal 80% dari kekuatan paha dan kemampuan untuk
melakukan kelincahan tertentu). Namun, terlalu dini kembali ke kegiatan
olahraga dapat mengakibatkan kegagalan graft dan keputusan mengenai
kapan untuk kembali ke kegiatan olahraga harus didasarkan pada penilaian
fungsional daripada waktu dari rekonstruksi ACL. Umumnya, di awal
program rehabilitasi, latihan tertutup rantai kinematik, untuk memperkuat
hamstring dan quadrisep dimulai. latihan tertutup rantai kinematik adalah
kaki bersentuhan dengan permukaan padat seperti dengan squats dan kaki
menekan. latihan terbuka rantai kinematik, di mana kaki tidak bersentuhan
dengan permukaan padat, seperti yang menggunakan ekstensi kaki, dianggap
kurang aman pada periode pasca operasi dan harus ditambahkan lebih cepat
dari 6 minggu setelah operasi. Pascaoperasi rehabilitasi juga harus mencakup
latihan untuk meningkatkan kekuatan inti, keseimbangan, dan proprioception.
(8)
21
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN
Dependent Variable
Independent Variable
2.3 HIPOTESIS
Ukuran panjang dan diameter dari tendon semitendinosus dan gracilis
untuk kebutuhan graft pada operasi rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
(ACL) dapat diprediksi dengan menggunakan hasil pemeriksaan antropometrik
yang sederhana yaitu tinggi badan
22
ACLTEAR/RUPTUR
E
Height Weight
Body mass indexThigh Length
ThighCircumference
SIZE (LENTGH &DIAMETER) OF
SEMITENDINOSUS &GRACILIS TENDONSHeight as
simplepredictor
ACL GRAFT
BAB III
BAHAN / OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. BAHAN / OBJEK PENELITIAN
3.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas
Hasanuddin, Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan Rumah Sakit Siloam,
Makassar. Penelitian berlangsung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan April
2016.
3.1.2 Populasi
Populasi yang termasuk dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan
ACL rupture yang dirawat di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin,
Rumah Sakit Awal Bros Makassar dan Rumah Sakit Siloam, Makassar.
3.1.3. Sampel Penelitian dan Cara Pengambilan Sampel
Sampel penelitian ini menggunakan semua pasien dengan ACL rupture
yang dirawat dan diseleksi memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Cara pengambilan sampel penelitian ini yaitu dengan melakukan
pengumpulan data medik pasien sebagai data sekunder dan melakukan
wawancara dan pemeriksaan klinis dan anthropometrik sebagai data primer.
23
3.1.4. Besaran Sampel
Besaran sampel yang digunakan adalah semua pasien dengan ACL
rupture sebanyak 30 sample.
3.1.5 Kriteria Inklusi, Ekslusi dan Withdrawal
a. Kriteria Inklusi
1. Pasien yang dirawat dengan ACLrupture di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Siloam, Rumah Sakit Awal Bros
sejak Januari 2015 hingga April 2016.
2. Pasien berumur 18 – 45 tahun
3. Pasien setuju menjadi objek pemeriksaan / penelitian
b. Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan fraktur daerah sekitar lutut
2. Pasien dengan gangguan patologi sekitar lutut
3. Pasien dengan gait abnormal
3.1.6. Alat dan Bahan
1. Medical Record
2. Alat tulis menulis
3. Kamera digital
4. Gauge
5. Papan persiapan graft
6. Benang Ethibone 2
24
7. Laptop
8. Software SPSS versi 22
3.2 METODE PENELITIAN
3.2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian berupa crossectional study.
3.2.2 Cara Kerja Penelitian
1. Seleksi Rekam Medis dan periode registrasi pasien
2. Seleksi pasien terhadap kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
3. Identifikasi antropometrik sederhana (tinggi badan)
4. Mengumpulkan data hasil pengukuran panjang dan diameter tendon
semitendinosus dan tendon gracilis
5. Identifikasi korelasi antara pengukuran tinggi badan dan panjang dan
diameter tendon semitendinosus dan gracilis
6. Hasil dikumpulkan, dicatat dan dianalisa dengan metode regresi SPSS
kemudian dilakukan diskusi
7. Menghasilkan petunjuk sederhana untuk dapat memprediksi ukuran
(panjang dan diameter) tendon semitendinosus dan gracilis sebagai graft
pada operasi rekonstruksi anterior cruciate ligament
25
3.2.3 Alur Penelitian
26
Seleksi rekam medik danregistrasi pasien periode Januari
2015 – April 2016
Pasien seleksi berdasarkamkriteria inklusi dan eksklusi
Identifikasi antropemetriksederhana (tinggi badan)
Mengumpulkan data hasilpengukuran panjang dan diameter
tendon semitendinosus dan gracilis
Identifikasi korelasi antara tinggibadan dan panjang dan diameter
tendon semitendinosus dangracilis
Hasil dikumpulkan, dianalisa dandilakukan diskusi
Menghasilkan petunjuk sederhanauntuk memprediksi ukuran
(panjang dan diameter) tendonsemitendinosus dan gracilis
3.2.4 Alokasi Subyek
1) Kriteria Subyek
Pasien dengan ACL rupture yang dirawat di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hasanuddin Makassar, Rumah Sakit Awal Bros, Makassar
dan Rumah Sakit Siloam, Makassar sejak periode Januari 2015
hingga April 2016.
2) Kriteria Objektif
Kriteria inklusi dan eksklusi
3.2.5 Definisi Operasional
1) Anthropometrik sederhana ialah data yang diperoleh dari hasil
pengukuran badan dengan menggunakan alat sederhana, murah, mudah
dilakukan dan mudah diukur (pada penelitin ini menggunakan tinggi
badan)
2) ukuran tendon semitendinosus dan gracilis adalah sebutan untuk panjang
dan diameter dari tendon semitendinosus dan gracilis yang diukur setelah
dilakukan striping dari insersio hingga bagian paling proximal dari
tendon dan bukan yang terpotong oleh striping
3) Panjang tendon semitendinosus dan gracilis adalah sebutan untuk ukuran
dari jarak antar ujung tendon semitendinosus dan gracilis yang diukur
pada papan persiapan graft
27
Gambar 5 Pengukuran Panjang Tendon Semitendinosus dan Gracilis
4) Diameter tendon semitendinosus dan gracilis adalah sebutan untuk
ukuran lebar terbesar dari tendon semitendinosus dan gracilis yang
diukur pada papan persiapan graft
Gambar 6 Pengukuran Diameter Tendon Semitendinosus dan Gracilis
5) Arthroskopi adalah suatu teknik operasi yang dilakukan dengan beberapa
sayatan kecil pada kulit dan dilanjutkan dengan memasukan scope dan
trochar
6) ACL (Anterior Cruciate Ligament) rupture adalah sebutan untuk
terputusnya ligament krusiatum anteriorpada lutut.
7) Harvest adalah teknik untuk pengambilan graft yang dilakukan dengan
menggunakan insisi oblik pada kulit sepanjang distal insersi dari
semitendinosus dan gracilis pada proximal tibia. Tendon diambil dengan
menggunakan alat pengambil hamstring (stripper) dan disiapkan dengan
28
menggunakan tekhnik single-bundle, 4- Strand dengan setiap ujung dari
tendon dijahit dengan benang nonabsorbable polyester no 2.
3.2.6. Klasifikasi Variabel
1) Variabel Bebas : tinggi badan
2) Variabel Tergantung :ukuran panjang dan diameter tendon
semitendinosus dan gracilis
3) Variabel kontrol :rupture ACL (Anterior Cruciate Ligament)
3.2.7. Analisis Statistik
Data yang diperoleh, diolah dengan bantuan piranti lunak dengan
metode statistik dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan
grafikPearson’s Correlation Hasil uji statistik signifikan jika nilai p<0,05.
o Metode diskriptif, bertujuan memberikan gambaran umum tentang
variabel penelitian. Metode statistik yang digunakan adalah
perhitungan nilai statistik diskriptif (minimum, maksimum, mean,
standar deviasi) dan sebaran frekuensio Metode analitik, bertujuan menilai korelasi antara nilai anthropometri
dengan ukuran tendon semitendinosus dan gracilis serta mampu
memprediksi ukuran tendon tersebut.
BAB IV
29
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif pasien sesuai Tinggi Badan (TB), Panjang
Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS)
dan Diameter Gracilis (DG)
Pada penelitian ini, pemeriksaan dilakukan kepada 30 pasien dengan
hasil penelitian menunjukan tinggi badan rata-rata sampel 168.62± 7.99 cm,
terdapat 3 sampel dengan tinggi badan yang lebih dari 176,5 cm dan ada 4
sampel dengan tinggi kurang dari 160.6 cm. Panjang rata-rata dari tendon
semitendinosus sebesar 26.03 ± 2.74 cm, terdapat 5 sampel dengan panjang
yang lebih dari 28.7 cm dan ada 3 sampel dengan panjang kurang dari 23.3 cm.
Panjang rata-rata dari tendon gracilis sebesar 24.53 ± 2.57 cm, terdapat 5 sampel
dengan panjang yang lebih dari 27.1 cm dan ada 1 sampel dengan panjang
kurang dari 21.96 cm. Diameter rata-rata dari tendon semitendinosus sebesar
4.43 ± 1.07 mm, terdapat 4 sampel dengan diameter yang lebih dari 5.51 mm
dan ada 2 sampel dengan diameter kurang dari 3.37 mm. Diameter rata-rata dari
tendon gracilis sebesar 4.0 ± 1.1 mm, terdapat 3 sampel dengan diameter yang
lebih dari 5.1 mm dan ada 3 sampel dengan diameter kurang dari 2.9 mm.
30
N=30TB cm PS cm PG cm DS mm DG mm
Minimum 150,00 21,00 20,00 2,50 2,00Maximum 189,00 35,00 30,00 6,50 6,50
Mean 168,62 26,03 24,53 4,44 4,01Std Deviation 7,99 2,75 2,57 1,06 1,11
Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif pasien sesuai Tinggi Badan (TB), Panjang Semitendinosus (PS), Panjang
Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG)
4.1.2 Hasil korelasi antara Tinggi Badan (TB) dengan Panjang
Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS)
dan Diameter Gracilis (DG) sesuai Pearson Correlation test (P<0.05)
31
165 170 175 180 185 190 19515
20
25
30
35
40
Tinggi Badan vs Panjang Semiti
Tinggi Badan (cm)
Panjang Semiti (cm)
Grafik 1. Scatter plots menunjukkan hubungan antara tinggi badan danpanjang tendon Semitendinosus
Terdapat korelasi antara Tinggi Badan (TB) denganPanjang tendon
Semitendinosus (PS) dengan koefisien korelasi P=0.014, dimana
semakin tinggi nilai TB maka semakin panjang nilai PS. Besar kekuatan
korelasi diantara keduanya adalah sedang (R = 0.445)
32
140 150 160 170 180 190 20015
17
19
21
23
25
27
29
31
Tinggi Badan vs Panjang Gracillis
Tinggi Badan (cm)
Panjang Gracillis (cm)
Grafik 2. Scatter plots menunjukkan hubungan antara tinggi badan danpanjang tendon Gracilis
Terdapat korelasi antara Tinggi Badan (TB) denganPanjang tendon
Gracilis (PG) dengan koefisien korelasi P= 0.003, dimana semakin tinggi
nilai TB maka semakin panjang nilai PG. Besar kekuatan korelasi
diantara keduanya adalah kuat (R = 0.519)
140 150 160 170 180 190 2001
2
3
4
5
6
7
Tinggi Badan vs Diameter Semiti
Tinggi Badan (cm)
Diamter Semiti (mm)
Grafik 3. Scatter plots menunjukkan hubungan antara tinggi badan dandiameter tendonSemitendinosus
33
Terdapat korelasi antara Tinggi Badan (TB) denganDiametertendon
Semitendinosus (DS) dengan koefisien korelasi P = 0.006, dimana
semakin tinggi nilai TB maka semakin besar nilai DS. Besar kekuatan
korelasi diantara keduanya adalah sedang (R = 0.488)
140 150 160 170 180 190 2001
2
3
4
5
6
7
Tinggi Badan vs Diameter Gracillis
Tinggi Badan (cm)
Diameter Gracillis (mm)
Grafik 4. Scatter plots menunjukkan hubungan antara tinggi badandan diameter tendonGracilis
Terdapat korelasi antara Tinggi Badan (TB) denganDiametertendon
Gracilis (DG) dengan koefisien korelasi P = 0.024, dimana semakin
tinggi nilai TB maka semakin besar nilai DG. Besar kekuatan korelasi
diantara keduanya adalah sedang (R = 0.410)
Panjang tendonSemitendinosus
(PS)
Panjangtendon Gracilis
(PG)
Diameter tendonSemitendinosus
(DS)
DiametertendonGracilis
(DG)Pearson
Correlation
,445* ,519** ,488** ,410*
Sig. (2- ,014 ,003 ,006 ,024
34
tailed)
Tabel 2. Hasil korelasi antara Tinggi Badan (TB) dengan Panjang Semitendinosus (PS),Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG) sesuaiPearson Correlation test (P<0.05)
Catatan:
Besar kekuatan korelasi ditentukan oleh nilai R (koefisien korelasi), sebagai berikut:
0,010 = 0,250 : korelasi lemah 0,251 – 0,500 : korelasi sedang 0,501 – 0,750 : korelasi kuat 0,751 – 1,000 : korelasi sangat kuat
4.1.3 Hasil Regresi linear antara Tinggi Badan (TB) dengan Panjang
Semitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS)
dan Diameter Gracilis (DG)
Secara statistik, tinggi badan merupakan hal yang penting sebagai
predictor untuk mengetahui panjang semitendinosus (R2 = 0,198), panjang
gracilis (R2 = 0,269), diameter semitendinosus (R2 = 0,239) dan diameter
gracilis (R2 = 0,168). Selanjutnya dilakukan analisa dengan metode regresi
linear dan menghasilkan suatu persamaan sebagai berikut :
Prediksi Panjang Semitendinosus (PPS) = (Tinggi Badan x 0.153) + 0.240, Prediksi Panjang Gracilis (PPG)= (Tinggi Badan x 0.167) 3.599 Prediksi Diameter Semitendinosus(PDS) = (Tinggi Badan x 0.066) 6.637 Prediksi Diameter Gracilis (PDG)= (Tinggi Badan x 0.057) 5.563
35
Tabel 3Hasil Regresi linear antara Tinggi Badan (TB) dengan Panjang Semitendinosus(PS), Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS) dan DiameterGracilis (DG)
4.1.4 Hasil Statistik Deskriptif antara hasil sebenarnya dari PanjangSemitendinosus (PS), Panjang Gracilis (PG), DiameterSemitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG) denganpenggunaan Persamaan Prediksi Panjang Semitendinosus (PPS),Prediksi Panjang Gracilis (PPG), Prediksi Diameter Semitendinosus(PDS) dan Prediksi Diameter Gracilis (PDG)
Nilai minimum dari hasil prediksi tidak jauh berbeda dengan nilai
sebenarnya, meskipun nilai maximum pada panjang semitendinosus antara nilai
sebenarnya dan hasil prediksi cukup jauh berbeda. (PS max 35 cm & PPS max
29). Adapun nilai rata-rata antara nilai sebenarnya maupun nilai prediksi baik
panjang maupun diameter tendon semitendinosus dan gracilis tidak jauh berbeda
(PS/PPS 0.8, PG/PPG 0.4, DS/PDS 0.05, DG/PDG 0.04)
Tabel 4. Hasil Statistik Deskriptif antara hasil sebenarnya dari Panjang Semitendinosus (PS),Panjang Gracilis (PG), Diameter Semitendinosus (DS) dan Diameter Gracilis (DG) denganpenggunaan Persamaan Prediksi Panjang Semitendinosus (PPS), Prediksi Panjang Gracilis(PPG), Prediksi Diameter Semitendinosus (PDS) dan Prediksi Diameter Gracilis (PDG)
4.2. PEMBAHASAN
36
Berbagai penelitian menghasilkan bahwa tinggi badan mempunyai
korelasi kuat maupun sedang terhadap panjang dan diameter semitendinosus
dan gracilis sebagai graft.Ma et al. (9) (2010) mendapatkan bahwa tinggi badan
memiliki hubungan kuat dengan diameter graft.Pinheiro et al. (10)
(2011)mendapatkan bahwa tinggi tubuh adalah variabel terpenting yang
berhubungan dengan diameter graft.
Begitu juga Reboonlap et al(11 (2012)mendapatkan bahwa tinggi badan
memiliki hubungan kuat dengan panjang tendon semitendinosus dan gracilis
pada pria Thailand. Papastergiou dkk et al(1)(2012).pada sebuah studi
menyimpulkan bahwa tinggi badan pasien juga dapat digunakan untuk
memprediksi panjang tendon semitendinosus dan gracilis. Celiktas et al(3)
(2013) menyimpulkan bahwa tinggi tubuh juga merupakan variabel
terpenting untuk memprediksi diameter hamstring tendon.Challa dkk(12)
(2013) mendapatkan bahwa tinggi badan memiliki hubungan kuat dengan
panjang tendon hamstring dan memiliki hubungan sedang dengan diameter
hamstring. Schwatzberg (13) (2014) menyimpulkan hubungan yang sedang
antara tinggi badan dengan panjang dan diameter dari tendon semitendinosus
dan gracilis, sedangkan berat badan & IMT memiliki hubungan yang kurang.
37
Parameters Antropometrik yangDievaluasi
Parameter Prediksi yangDitemukan
Ma et al. (2010) Tinggi badan, berat badan, jeniskelamin, usia dan Index Massa
Tubuh (IMT)
Diameter : Tinggi badan(kuat), jenis kelamin
Pinheiro et al(2011)
Tinggi badan, berat badan, jeniskelamin, usia dan Index MassaTubuh (IMT), panjang cruris,
panjang paha, lingkar paha, sisidominan, aktivitas olah raga
Diameter : Tinggi badan(kuat), jenis kelamin,
panjang cruris, panjangpaha, lingkar paha
Reboonlap dkk(2012)
Tinggi badan, berat badan, jeniskelamin, usia dan Index MassaTubuh (IMT), panjang cruris,
panjang paha, lingkar paha
Panjang : Tinggi badan(kuat) panjang cruris (kuat)
Diameter : tidak ada
Papastergiou dkk(2012)
Tinggi badan, berat badan, jeniskelamin dan Index Massa Tubuh
(IMT)
Panjang : Tinggi badan&berat badan (sedang)
Diameter : Tinggi badan &berat badan (sedang)
Celiktas et al(2013)
Tinggi badan, berat badan, usia danIndex Massa Tubuh (IMT), lingkar
paha
Diameter : Tinggi badan(kuat)
Challa dkk(2013)
Tinggi badan, berat badan, jeniskelamin, usia dan Index Massa
Tubuh (IMT), aktivitas olah raga
Panjang : Tinggi badan(kuat)
Diameter : Tinggi badan(sedang)
Schwartzberg etal.(2014)
Tinggi badan, berat badan dan IndexMassa Tubuh (IMT)
Panjang : Tinggi badan(sedang), berat badan & IMT
(kurang)Diameter : Tinggi badan
(sedang) berat badan & IMT(kurang)
Penelitian ini Tinggi badan, Index Massa Tubuh(IMT), berat badan, panjang paha,
lingkar paha
Panjang : Tinggi badan(kuat)
Diameter : Tinggi badan(sedang)
Table 5. Hasi penelitian yang sudah dipublis yang Parameters Antropometrik yang Dievaluasidan Parameter Prediksi yang Ditemukan untuk menentukan ukuran hamstring & gracilistendon
38
Pada penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 30 memiliki tinggi badan
minimum 150 cm dan maximum 189 cm, dengan ratarata 168.62 cm tanpa
membedakan jenis kelamin sampel. Panjang minimum tendon semitendinosus
yang diperoleh adalah 21 cm dan panjang minimum gracilis adalah 20 cm,
sehingga diperoleh panjang graft kurang lebih 10 cm jika menggunakan
quadruple graft.
Adapun diameter minimum tendon semitendinosus yang
diperoleh adalah 2,5 cm dan panjang minimum gracilis adalah 2,0 cm,
sehingga diperoleh diameter graft kurang lebih 9 mm jika
menggunakan quadruple graft, dengan minimum diameter yang
direkomendasikan adalah 7 mm. Semakin besar diameter maka semakin
kuat pula graft tersebut, pertimbangan biomekanik menjadi hal yang penting
akan pengaruh besarnya diameter graft tersebut.
Oleh karena itu, sesuai dengan berbagai penelitian diatas yang
mengukur nilai antropometrik secara statistik dan begitu juga hasil pada
penelitian ini, maka tinggi badan dapat menjadi predictor penting untuk
mengetahui panjang semitendinosus (R2 = 0,198), panjang gracilis (R2 =
0,269), diameter semitendinosus (R2 = 0,239) dan diameter gracilis (R2 =
0,168). Dan Selanjutnya menghasilkan suatu persamaan sebagai berikut:
Prediksi Panjang Semitendinosus (PPS)= (Tinggi Badan/TB x
39
0.153) + 0.240 Prediksi Panjang Gracilis (PPG)= (Tinggi Badan/TB x 0.167)
3.599 Prediksi Diameter Semitendinosus(PDS) = (Tinggi Badan /TB x
0.066) 6.637 Prediksi DiameterGracilis (PDG)= (Tinggi Badan/TB x 0.057)
5.563
Namun pada penelitian ini juga memiliki kekurangan yang dapat
menyebabkan hasil yang kurang sempurna, yaitu jenis penelitian ini
berupa crossectional yang menggunakan data rekam medik sebagai
sumber data. Pengukuran tinggi badan maupun pengukuran panjang
dan diameter tendon semitendinosus dan gracilis dilakukan oleh orang
yang berbeda, meskipun dengan cara dan prosedur yang sama
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan1. Identifikasi preoperatif terhadap tendon semitendinosus dan gracilis
membolehkan ahli ortopedi untuk menyusun strategi yang lebih baik dalam
menentukan kebutuhan sumbergraft sebelum dilakukan operasi.2. Pengambilan tendon semitendinosus dan gracilis dapat memenuhi
kebutuhan minimal sebagai quadruplet graft untuk rekonstruksi
anterior cruciate ligament 3. Beberapa parameter antropometrik seperti berat badan, Index Massa Tubuh
(IMT), lingkar paha, usia dan lain-lain yang mempengaruhi panjang dan
diameter tendon semitendinosus dan gracilis, tetapi tinggi badan
merupakan parameter penting dan mudah dilakukan sebagai factor prediksi
dalam menentukan kebutuhan graft.
5.2 Saran1. Variasi jumlah sampel tinggi badan perlu diperbanyak agar dapat
diperoleh hasil yang lebih akurat untuk dianalisis.2. Pengambilan sumber data dengan cara pengukuran tinggi badan,
pengukuran panjang dan diameter tendon semitendinosus dan gracilis
dilakukan oleh orang yang sama, dan tidak menggunakan data rekam
medik sehingga terhindar dari bias yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA
1. Papastergion G. Stergios,”Adequacy of Semitendinous Tendon Alone for
Anterior Crutiate Ligament Reconstruction Graft and Prediction of
Hamstring Graft Size by Evaluating Simple Anthropometric Parameters.
41
Volume 2012, Article ID 4241582. Johnson D. ACL Made Easy.New York : Springer – Verlag New York,
Inc. ; 20043. Mustafa Celiktas, Prediction of The Quadruple Hamstring Autograft
Thickness in ACL Reconstruction Using Anthropometric Measures. Acta
Orthop Traumatol Turc 2013;47(1):14-18.4. Savo L-Y, Orthopaedic Basic Science: Anatomy, Biology,
Biomechanics of Tendon & Ligament. Chapter 24, page 582, 2014.
5. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics
and Fractures, 9thEdition. Great Britain, Hodder Arnold; 2010.
6. Thompson JC. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2nd ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier ; 2010.7. Javad Parvizi. Operative Techniques in Adults
Reconstruction.Philadelphia: Two Commerce Square 2001 Market Street
Philaddphia, PA 191038. Leon Siegel, Anterior Cruciate Ligament Injuries: Anatomy, Physiology,
Biomechanics, and Management.Clin J Sport Med .Volume 22, Number
4, July 2012.
9. C. B. Ma, E. Keifa, W. Dunn, F. H. Fu, and C. D. Harner, “Can preoperative measures predict quadruple hamstring graft diameter?” Knee, vol. 17, no. 1, pp. 81–83, 2010.
10. B. Pinheiro, A. Percope, M. Teixeira et al., “Intraoperative fourstranded hamstring tendon graft diameter evaluation,” Knee Surgery, Sports Traumatology, Arthroscopy, vol. 19, no. 5, pp. 811–815, 2011.
11. N Reboonlap MD, et al, “Correlation between the length of Gracilis and
Semitendinosus Tendon and Physical Parameters in Thai Males”, J Med
Assoc Thai vol 95 Suppl. 10 2012.12. S Challa, et al, “Hamstring Graft Size and Anthropometry in South
Indian Population,” Journal of clinical Orthopaedic and Trauma 4, 135–
138, 201313. Schwartzberg R.S. “Prediction of Semitendinosus and Gracilis Tendon
Length and Diameter for Double Bundle Anterior Cruciate Ligament
Reconstruction.”Am J Orthop (Belle Mead NJ).20013;43(1):E1E6.
42
LAMPIRAN 1. TABULASI DATA SAMPEL
No NamaPekerjaan /
HobbyL/P
Usia(Thn
)
TB(Cm
)
PScm
PGcm
DSmm
DGmm
PPScm
PPGcm
PDSmm
PDGmm
1M. Luqman
H.karyawan L 23 172 26 26 5,5 5,5
26,556
25,125
4,715 4,241
2 Tazkiosen, Nn karyawan P 20 150 21 20 2,5 2 23,1921,45
13,263 2,987
3 Tn. Hajir M. karyawan L 24 173 26 24 5 426,70
925,29
24,781 4,298
4Tn. AndiOddong
Futsal L 37 168 27 23 3,5 2,525,94
424,45
74,451 4,013
5Tn. Ihwan
Latifkaryawan L 30 180 29 27 6,5 6
27,7035
26,3775
5,21 4,6685
6Tn. M. Zainal
AbidinKaryawan/
futsal L 30 170 30 26,5 3 2,25 26,25
24,791
4,583 4,127
7 Tn. RahmatPolisi/
SepakbolaL 30 164 28 30 5 6,5
25,332
23,789
4,187 3,785
8Tn.
RamadoniFutsal/
PegawaiL 29 177 35 30 6 4,5
27,321
25,96 5,045 4,526
9Tn. ReySaputra
Futsal/karyawan
L 35 170 26 22 4 3 26,2524,79
14,583 4,127
10Tn.StevenMaurice
futsal L 27 171 26 22 3,5 426,40
324,95
84,649 4,184
11 Tn. Rifaiwiraswasta
/ futsalL 27 175 22 26 4,5 3
27,015
25,626
4,913 4,412
12Tn.
DirgantaraSyah Bara
karyawan L 20 163 24,5 22 4,5 325,17
923,62
2 4,121 3,728
13 Tn. MardhyAnden
futsal/Sepakbola
L 37 156 26 22 4 3 24,108
22,453
3,659 3,329
14 Nn. ViviRiyanti F.S
volleyball P 38 167 27 23 4 3,5 25,791
24,29 4,385 3,956
15 Tn.IshakPannu
Sepalbola,Tenis
L 45 171 26 22 3,3 4 26,403
24,958
4,649 4,184
16 Nur maliaRahma
Fitness P 28 164 24 24 5 4 25,332
23,789
4,187 3,785
17 Tn.AbdillaSafar
PemainBola
L 20 165 25 24 3,5 4,5 25,485
23,956
4,253 3,842
18 Tn. Arifuddin Perawat,futsal
L 28 165 25 24 3,5 4,5 25,485
23,956
4,253 3,842
19 Tn.JabranTambun
kayawanswasta
L 28 189 27 28 6,5 5,5 29,157
27,964
5,837 5,21
20 Nn. Juniarsihsinaga
Basket P 26 151 22 23 5 4 23,343
21,618
3,329 3,044
43
21 Tn. Munadir kayawan L 39 167 24 25 5,5 525,79
124,29 4,385 3,956
22Tn. Hilman
malikBasket L 31 168 24,5 25 5,5 5
25,944
24,457
4,451 4,013
23Tn.
HasruddinGalu
Futsal L 38 175 25,5 26 6 527,01
525,62
6 4,913 4,412
24 Tn.Muh.Sikransyah
Futsal L 32 172 24,5 25,5 5,5 4 26,556
25,125
4,715 4,241
25 Tn. Umar futsal L 26 175 29 23 3,5 3,5 27,015
25,626
4,913 4,412
26Tn.HelmiHusainAffardi
Karyawan L 30 166 25 22 4 325,63
824,12
34,319 3,899
27Tn. SyaridGunawan
karyawan L 35 176 27 22 4 3,527,16
825,79
34,979 4,469
28 Tn. Arvir karyawan L 21 160 28 23 3,5 3 24,7223,12
13,923 3,557
29Tn. Zahid
Busran Putrabasket L 18 167 24 28 3,5 4
25,791
24,29 4,385 3,956
30 Tn. Idul Fitri Sepakbola L 25 172 25 30 4 5 26,556
25,125
4,715 4,241
44
Lampiran 2. Tabulasi Data Antropometrik Yang Dievaluasi
Correlations
Panjang_GracilisPanjang_Semi
T Diameter_Gracilis Diameter_SemiTUsia Pearson
Correlation-,129 ,175 ,043 ,140
Sig. (2-tailed) ,496 ,355 ,821 ,460
N 30 30 30 30
BB Pearson Correlation
,276 ,236 ,330 ,631
Sig. (2-tailed) ,140 ,209 ,075 ,000
N 30 30 30 30
TB Pearson Correlation
,519 ,445 ,410 ,488
Sig. (2-tailed) ,003 ,014 ,024 ,006
N 30 30 30 30
BMI Pearson Correlation
,045 ,054 ,166 ,493
Sig. (2-tailed) ,813 ,779 ,382 ,006
N 30 30 30 30
Panjang_femur
Pearson Correlation
,554 ,546 ,250 ,297
Sig. (2-tailed) ,001 ,002 ,183 ,111
N 30 30 30 30
Lingkar_paha Pearson Correlation
,018 ,219 ,164 ,170
Sig. (2-tailed) ,927 ,245 ,387 ,370
N 30 30 30 30
45