prasasti raja soritaon dan latar belakang …

14
Prasasti Raja Soritaon dan Latar Belakang Penulisannya-Churmatin Nasoichah (47-60) 47 Diterima 17 Februari 2017 Direvisi 10 April 2017 Disetujui 18 April 2017 Churmatin Nasoichah PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG PENULISANNYA THE RAJA SORITAON INSCRIPTION AND ITS WRITING BACKGROUND Balai Arkeologi Sumatra Utara, Jl. Seroja Raya Gg. Arkeologi No. 1 Tanjung Selamat, Medan tuntungan, Medan, Sumatra Utara, email: [email protected] Abstrak. Banyak prasasti di Indonesia, masih harus diteliti dengan seksama karena sekalipun sudah dibaca dan diterbitkan, tetapi masih dalam bentuk alih aksara dan alih bahasa, seperti Prasasti Raja Soritaon. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Prasasti Raja Soritaon dan latar belakang penulisannya. Penelitian ini menggunakan penalaran induktif, dengan mengumpulkan fakta yang dianalisis dengan pendekatan kritik teks, hasilnya digunakan untuk membantu membuat interpretasi dan kesimpulan. Prasasti Raja Soritaon berbahan batu, dibuat dengan cara dipahat, dan bentuknya pipih persegi. Prasasti ini dituliskan menggunakan aksara dan bahasa Batak Angkola. Inskripsi berada di makam Batak kuno, makam pendiri huta/ kampung yang bernama Raja Soritaon, dan prasasti tersebut berfungsi sebagai penanda kubur. Isi prasasti menggambarkan Raja Soritaon sebagai sosok orang kaya, pendiri kampung Padang Bujur, orang yang dituakan dan dihormati, serta orang yang dapat memutuskan segala permasalahan tanpa bisa diganggu gugat. Kata kunci : Prasasti Raja Soritaon, makam Batak kuno, Padang Bujur, pendiri kampung. Abstract. Many of inscriptions in Indonesia still need to be carefully examined, though many of it have been read and published, but still in the form of transcription and translation, such as Raja Soritaon inscription. This paper purposes to describe Raja Soritaon inscription and its writing background. The study was done through inductive reasoning by fact collecting, then the data are analyzed by text-critical approach to sum up interpretation and conclusion. The inscription is from stone, made by chiseled, and has flat square shape. This inscription is written using Angkola Batak script and language, at the Bataknese ancient tomb of huta (village) founder, namely Raja Soritaon, and the inscription was served as a tomb marker. The inscription portrayed Raja Soritaon as a rich man, the founder of Padang Bujur village, respected elder person, and one who can decide all the problems without inviolable. Keywords: Raja Soritaon Inscription, ancient Bataknese tomb, Padang Bujur, village founder PENDAHULUAN Prasasti adalah sumber-sumber sejarah dari masa lampau yang tertulis di atas batu dan logam. Sebagian besar dari prasasti-prasasti tersebut dikeluarkan oleh raja-raja yang memerintah di berbagai kepulauan Indonesia sejak abad ke-5 Masehi. Sebagian dari prasasti-prasasti itu memuat naskah yang panjang, tetapi ada juga di antaranya yang hanya memuat angka tahun atau nama seorang raja atau seseorang pejabat kerajaan (de Casparis 1952: 21-23 dalam Boechari 2012: 4). Menurut Bakker prasasti yang termasuk dalam kelompok sumber tertulis sezaman dan setempat berasal dari dalam negeri mempunyai derajat kesaksian tertinggi sebagai sumber sejarah, disusul dengan sumber tertulis asing dan kemudian sumber tidak tertulis sezaman dan berasal dari dalam negeri (Soesanti 1997/1998: 172). Tampaknya sebagian dari prasasti yang ada di Indonesia, masih harus diteliti dengan seksama karena sekalipun sudah banyak yang dibaca dan diterbitkan, namun masih dalam bentuk alih aksara dan alih bahasa. Seperti temuan prasasti-prasasti

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Prasasti Raja Soritaon dan Latar Belakang Penulisannya-Churmatin Nasoichah (47-60) 47

Diterima 17 Februari 2017 Direvisi 10 April 2017 Disetujui 18 April 2017

Churmatin Nasoichah

PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG PENULISANNYA

THE RAJA SORITAON INSCRIPTION AND ITS WRITING BACKGROUND

Balai Arkeologi Sumatra Utara, Jl. Seroja Raya Gg. Arkeologi No. 1 Tanjung Selamat, Medan tuntungan, Medan, SumatraUtara, email: [email protected]

Abstrak. Banyak  prasasti di Indonesia, masih harus diteliti dengan seksama karena sekalipun sudah dibaca dan diterbitkan,tetapi masih dalam bentuk alih aksara dan alih bahasa, seperti Prasasti Raja Soritaon. Tujuan dari penulisan ini adalah untukmengetahui Prasasti Raja Soritaon dan latar belakang penulisannya. Penelitian ini menggunakan penalaran induktif, denganmengumpulkan fakta yang dianalisis dengan pendekatan kritik teks, hasilnya digunakan untuk membantu membuat interpretasidan kesimpulan. Prasasti Raja Soritaon berbahan batu, dibuat dengan cara dipahat, dan bentuknya pipih persegi. Prasastiini dituliskan menggunakan aksara dan bahasa Batak Angkola. Inskripsi berada di makam Batak kuno, makam pendiri huta/kampung yang bernama Raja Soritaon, dan prasasti tersebut berfungsi sebagai penanda kubur. Isi prasasti  menggambarkanRaja Soritaon sebagai sosok orang kaya, pendiri kampung Padang Bujur, orang yang dituakan dan dihormati, serta orangyang dapat memutuskan segala permasalahan tanpa bisa diganggu gugat.

Kata kunci: Prasasti Raja Soritaon, makam Batak kuno, Padang Bujur, pendiri kampung.

Abstract. Many of inscriptions in Indonesia still need to be carefully examined, though many of it have been read andpublished, but still in the form of transcription and translation, such as Raja Soritaon inscription. This paper purposes todescribe Raja Soritaon inscription and its writing background. The study was done through inductive reasoning by factcollecting, then the data are analyzed by text-critical approach to sum up interpretation and conclusion. The inscription isfrom stone, made by chiseled, and has flat square shape. This inscription is written using Angkola Batak script and language,at the Bataknese ancient tomb of huta (village) founder, namely Raja Soritaon, and the inscription was served as a tombmarker. The inscription portrayed Raja Soritaon as a rich man, the founder of Padang Bujur village, respected elder person,and one who can decide all the problems without inviolable.

Keywords: Raja Soritaon Inscription, ancient Bataknese tomb, Padang Bujur, village founder

PENDAHULUAN

Prasasti adalah sumber-sumber sejarah darimasa lampau yang tertulis di atas batu dan logam.Sebagian  besar  dari  prasasti-prasasti  tersebutdikeluarkan  oleh  raja-raja  yang  memerintah  diberbagai kepulauan  Indonesia sejak abad ke-5Masehi.  Sebagian  dari  prasasti-prasasti  itumemuat naskah yang panjang,  tetapi ada  jugadi antaranya yang hanya memuat angka  tahunatau nama seorang raja atau seseorang pejabatkerajaan  (de  Casparis  1952:  21-23  dalamBoechari 2012: 4).

Menurut Bakker prasasti yang termasuk dalamkelompok sumber tertulis sezaman dan setempatberasal  dari  dalam  negeri  mempunyai  derajatkesaksian  tertinggi  sebagai  sumber  sejarah,disusul  dengan  sumber  tertulis  asing  dankemudian  sumber  tidak  tertulis  sezaman  danberasal  dari  dalam  negeri  (Soesanti  1997/1998:172).

Tampaknya sebagian dari prasasti yang adadi Indonesia, masih harus diteliti dengan seksamakarena sekalipun sudah banyak yang dibaca danditerbitkan, namun masih dalam bentuk alih aksaradan alih bahasa. Seperti temuan prasasti-prasasti

Page 2: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan48

di  wilayah  kerja  Balai Arkeologi  Medan,  yangdipaparkan pada Berita Penelitian Arkeologi (BPA)No.  10  pada  tahun  2003.  Dalam  BPA  tersebuthanya mendeskripsikan beberapa prasasti terkaitlokasi ditemukannya,  tempat penyimpanan, alihaksara, dan alih bahasa (Setianingsih dkk. 2003:10-11). Oleh sebab itu, perlu adanya pendalamanmateri terkait dengan beberapa prasasti tersebut.

Salah satu temuan prasasti tersebut adalahPrasasti  Raja  Soritaon.  Prasasti  ini  merupakanprasasti  yang  ditemukan  di  wilayah  ProvinsiSumatra Utara,  tepatnya  di Kabupaten PadangLawas Utara. Prasasti Raja Soritaon ditemukan disitus  Padang  Bujur,  Kecamatan  Padang  Bolak,Kabupaten  Tapanuli  Selatan,  Sumatra  Utara(Setianingsih dkk. 2003: 10). Situs Padang Bujurmerupakan situs makam Batak kuno yang berupatanah gundukan dengan batu-batu pipih dibagianpinggirnya. Namun, setelah dilakukan pendataanulang ternyata penamaan lokasi tersebut berubahterkait dengan pemekaran kabupaten di ProvinsiSumatra Utara. Lokasi prasasti tersebut tidak lagimasuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan,namun  kini  sudah  menjadi  wilayah  KabupatenPadang Lawas Utara. Dan masih ada beberapahal lain yang dapat ditelaah terkait Prasasti RajaSoritaon ini.

Dari  latar  belakang  tersebut,  permasalahanyang dapat diajukan adalah bagaimana isi PrasastiRaja Soritaon dan latar belakang penulisannya?Adapun  tujuan  dari  penulisan  ini  adalah  untukmengetahui gambaran menyeluruh terkait PrasastiRaja Soritaon dan latar belakang penulisannya.

Dalam  kajian  arkeologi  terdapat  beberapasub  kajian  yang  digunakan  untuk  menjelaskanobjek-objek  arkeologi.  Salah  satunya  adalahepigrafi.  Epigrafi merupakan  bagian  dari  kajianarkeologi  yang membahas  tentang data  tertulispada masa lalu, baik itu berupa prasasti, naskah,nisan, piagam, maupun data tertulis lainnya. Kajianepigrafi ini sangat penting untuk dilakukan karena1). Data tertulis penting nilainya sebagai warisanbudaya  masa  lalu  yang  dapat  memberikaninformasi  penting  terhadap  semua  aspekkehidupan,  baik  dalam  bidang  sosial,  budaya,ekonomi, religi, maupun aspek lainnya; 2). Kajian

arkeologi epigrafi masih sangat jarang dilakukan;dan 3). Keberadaannya semakin berkurang dankondisinya  semakin  lama  akan  semakin  rusakseiring dengan berjalannya waktu.

Terkait  kajian  epigrafi  di  Sumatra  Utara,terdapat prasasti dan data tertulis lainnya sepertinaskah  bambu  dan  pustaha laklak  yangmenggunakan aksara pasca-pallawa, yaitu aksaraMelayu  Kuno  dan aksara  Batak. Kedua  aksaratersebut merupakan turunan dari aksara Pallawayang  berasal  dari  India  Selatan.  Ciri  khas  dariaksara tersebut, yaitu adanya ina ni surat (aksara)dan anak ni surat (tanda diakritik) (Kozok 2009:63-64).

Aksara Pallawa merupakan  jenis abjad dariIndia  Selatan  yang  ternyata  sangat  penting  diwilayah Asia Tenggara, dikarenakan  jenis abjadtersebut telah menghasilkan spesimen-spesimentertua  yang  dikenal  di  wilayah  itu.  Jenis  abjadyang  dinamakan  Pallawa ini  diambil  dari  namaDinasti  Pallawa dari  India.  Dengan  berbagaivariannya yang kurang begitu menonjol,  tulisanPallawa terdapat juga di Fu-nan, Campa, Kamboja,Negeri Mon, Sunda (Jawa Barat), Jawa Tengahdan Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sumatra (disiniyang paling lama digunakan) dan di SemenanjungMelayu (Damais 1995: 7).

Batak  merupakan  kesatuan  suku  yang  adadi wilayah Provinsi Sumatra Utara, yang terdiri darisub-etnis Batak Toba, Batak Simalungun, BatakKaro, Batak Pakpak, Batak Dairi, Batak Angkola,dan Batak Mandailing (Sangti 1977: 25). Sub-etnisBatak Angkola mempunyai wilayah adat budayaAngkola  yang  terdiri  dari  beberapa  lingkunganluhak,  atau  lebih  popular  disebut  luat.  Dalambudaya adat Batak Angkola, terdapat juga huta/kampung  yang  di  dalam  huta  diatur  yangmengatur pemerintahan dan pelaksana upacaraAdat yang disebut (Alam 2013: 1-2):1.  Raja sebagai pemimpin2.  Orang  Kaya,  sebagai  sekretaris  dan  juru

pengantar kata3. Harajaon  sebagai  wakil/pembantu  raja  (dari

keluarga raja)4. Hatobangon,  sebagai  wakil-wakil  anggota

masyarakat

Page 3: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Prasasti Raja Soritaon dan Latar Belakang Penulisannya-Churmatin Nasoichah (47-60) 49

5. Ulu Balang,  sebagai  pengawal  dan  penjagakeamanan huta/kampungTerkait dengan makam kuno, dalam budaya

Batak juga dikenal adanya konsep penguburan.Menurut  Encyclopedi Americana,  penguburanadalah  pemikiran  tentang  bagaimana  me-lenyapkan  mayat.  Bagi  manusia  modernpemikiran  terhadap  pelenyapan  mayat  masihditentukan  oleh  beberapa  faktor  misalnyakesehatan,  etik,  dan  kemanusiaan.  Tetapi  bagimanusia masa lalu faktor-faktor tersebut adalahmasalah yang tidak penting. Pertimbangan yangutama  justru  bertumpu  pada  aspek-aspek  religiyang  secara  karakteristik  mencerminkan  unsurpemujaan, pemisahan antara yang sakral denganyang  profan,  kepercayaan  kepada  roh,  keper-cayaan  kepada  Dewa-dewa  dan  Tuhan,  sikappenerimaan terhadap rahasia supernatural, dansikap  takut  serta  usaha  mencari  perlindunganuntuk menyelamatkan diri (Encyclopedi Americana1923:  342  dalam Montana  1990:  199).  Konseppenguburan  kemudian  berkembang  menjaditradisi  penguburan  yang  menyebabkan  adanyapraktik-praktik  merawat  mayat  dengan  carainhuman, kremasi, preservasi, penguburan dalamlaut (air), dan ekspose (Britanica 1956: 97 dalamMontana 1990: 201).

METODE

Pengkajian  dilakukan  melalui  penalaraninduktif yang bergerak dari fakta-fakta di lapanganyang  kemudian  diakhiri  dengan  kesimpulansebagai  jawaban  atas  permasalahan  yangdikemukakan. Data utama yang dimaksud berupaPrasasti Raja Soritaon. Melalui data utama tersebutkemudian  dilakukan:1. Inventarisasi ulang terhadap prasasti, dilakukan

melalui  penelusuran  pustaka  dan  penelitianlapangan.

2.Pendeskripsian  ulang  prasasti  denganmenggambarkan  judul  prasasti,  asal  danpenempatan prasasti, ukuran prasasti, jumlahbaris, dan unsur fisik lainnya. Pendeskripsianini  dilakukan  untuk  memudahkan  tahappenelitian selanjutnya.

3. Transliterasi (alih aksara), yaitu pengalihan hurufdari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalamtransliterasi ada dua hal yang perlu diketahuioleh peneliti. Pertama, seorang peneliti harusmenjaga  kemurnian  bahasa  lama  dalamprasasti,  khususnya  penulisan  kata.  Kedua,seorang peneliti harus menyajikan teks sesuaidengan  ejaan  yang  berlaku  sekarang,khususnya  teks  yang  tidak  menunjukkan  ciribahasa lama.

4. Terjemahan,  yaitu melakukan  penerjemahandari bahasa asli prasasti, yaitu bahasa BatakTapanuli Selatan (Angkola) ke dalam bahasaIndonesia  dengan  menggunakan  pedomanejaan yang sudah disempurnakan.

Selanjutnya,  pada  tahap  teknik  analisismenggunakan 2 pendekatan, yaitu kritik eksterndan kritik intern. Kritik ekstern, yaitu unsur-unsuryang ada dalam prasasti, meliputi bahan prasasti,bentuk prasasti, bentuk aksara, dan penggunaanbahasa.  Kritik  intern  berupa  makna  yangterkandung  dalam  prasasti.  Kemudian  tahapterakhir, yaitu interpretasi dan historiografi. Padatahap  interpretasi  ini  dilakukan  dengan  meng-gunakan  beberapa  data  pembanding  terkaitPrasasti Raja Soritaon dan pada tahap historiografidapat dilakukan penempatannya dalam sejarahkuno  Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Di Desa Padang Bujur, Kecamatan PadangBolak  Julu,  Kabupaten  Padang  Lawas  Utara,Sumatra Utara terdapat satu makam kuno yangterdapat batu bertulis beraksara dan berbahasaBatak Angkola yang disebut dengan Prasasti RajaSoritaon.  Makam  kuno  ini  memiliki  koordinat01°25’34.15"LU 99°30’26.78"BT. Makam kuno initelah  dipagar  dan  diberi  cungkup,  serta  areasekitar  makam  tersebut  juga  telah dipagar  besioleh  keturunannya.  Di  sekitarnya  merupakanlahan-lahan  perkebunan  rakyat  serta  terdapatSungai Sirumambe di timur laut.  Makam kuno iniberdenah oval atau lonjong dengan bagian tengahmenggunduk  dan di  bagian  pinggirnya  dibatasidengan papan-papan batu yang memiliki ukuran

Page 4: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan50

bervariasi. Sebagian papan-papan batunya sudahhilang terutama yang berada di bagian utara danbarat (lihat gambar 1) (Nasoichah dkk. 2016: 20-21).

Prasasti Raja Soritaon terletak di salah satupapan batu tepatnya di sisi timur makam. Prasastitersebut  berbahan  batu,  dipahatkan  tulisanberaksara Batak dan juga gambar cicak (kadal?)yang mengapit prasasti tersebut. Adapun ukuranpapan batu tersebut 100 cm x 90 cm dengan tebal10 cm. Dilihat dari posisi penempatannya, prasastiini  kemungkinan  pernah  dicabut  lalu  diletakkankembali,  namun  dalam  posisi  yang  salah.  Bisadikatakan bahwa dalam penempatannya kembali,orang  tersebut  kurang  begitu  mengerti  aksaraBatak  sehingga diletakkan  dalam  posisi  miring.Seharusnya posisi gambar cicak  (kadal?) bukanutara-selatan  namun  atas  bawah.  Pertulisanprasasti tersebut dibuat di antara gambar dua cicak(kadal?) (lihat gambar 2).

Prasasti  Raja  Soritaon  dituliskan  denganmenggunakan aksara dan bahasa Batak Angkola1.Prasasti ini dituliskan dari arah kiri ke kanan danberjumlah  9  baris.  Sudah  pernah  dilakukanpembacaan  prasasti  dengan hasil  (Setianingsihdkk. 2003: 10-11) sebagai berikut:

1. raja sori2. taaon ma3. n pang na taon4. i sahalah na5. di padang bujur ha6. gangug pamahu panapa7. padi ha da rura8. ange ya ya9. gang naya

sumber: dok. Balai Arkeologi Sumatra Utara 2016

Gambar 1. Makam Batak kuno di Desa Padang Bujur

sumber: dok. Balai Arkeologi Sumatra Utara 2016

Gambar 2. Prasasti Raja Soritaon

1 Bahasa Batak Angkola, Batak  Mandailing  dan  Batak Toba  merupakan  bahasa  Batak yang  membentuk  rumpun  selatan,  sedangkan  bahasa

Batak  Karo  dan  Batak  Pakpak  Dairi  termasuk  dalam  rumpun  utara. Bahasa  Batak  Simalungun  digolongkan  sebagai  kelompok  ketiga  yangberdiri  di  antara  rumpun  utara  dan  selatan.  Semua  dialek  bahasa  Batak  berasal  dari  satu  bahasa  purba  (proto language)  yang  sebagiankosakatanya  dapat  direkonstruksikan  (Kozok  2009:  13).

Page 5: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Prasasti Raja Soritaon dan Latar Belakang Penulisannya-Churmatin Nasoichah (47-60) 51

Terjemahan:1. raja sori

2. taaon dewasa3. pemberani, kuat dan dewasa4. mempunyai kemuliaan (kesaktian,

wibawa)5. di daerah padang bujur6.  .....7.  ....8.  ....9.  ....

Setelah dilakukan pembacaan ulang, terdapatadanya  perbedaan  dalam  alih  aksara  dan  alihbahasa,  adapun hasil  pembacaan ulang  adalahsebagai  berikut:

1. raja sori2. taon ma3. n pung na ton4. i ma halak namora na5. di padang bujur ha to(?)2

6. bang ho _3 _ mo pa na pa7. pa ngi gad da nga ra8. a nge a ma9. _ na ma

Terjemahan:1. raja sori2. taaon inilah3. yang pertama kali datang4. dialah orang kaya5. di padang bujur6.  raja  kampung/yang  dituakan  dialah  yang

dapat berbicara7. memutuskan/menetapkan segala persoalan8. _ _ _ _ _ _9. _ _ _

Dalam penelitian ulang  terkait Prasasti RajaSoritaon, dilakukan analisis untuk mengetahui isiyang  terkandung  dalam  penulisan  prasastitersebut.  Dalam  melakukan  analisis  terhadapprasasti  dilakukan  dengan  menggunakan  kritik

teks. Kritik  teks merupakan  tahapan  terpentingdalam  analisis  prasasti,  karena  evaluasi  daritahapan  kritik  inilah  yang  menentukan  apakahteks  atau  prasasti  yang  bersangkutan  dapatdianggap  layak diangkat  sebagai  data  sejarah(Soesanti 1997/1998: 178).

Di  dalam  kajian  filologi,  proses  kritik  teksbertujuan  memberikan  evaluasi  terhadap  teksdan  mendapatkan  teks  pada  tempatnya  yangtepat  serta  menerbitkan  teks  yang  sedekat-dekatnya dengan teks asli. Bagi arkeologi, kritikteks  yang  dilakukan  bertujuan  mengevaluasiapakah naskah/teks/prasasti dapat dipergunakanuntuk keperluan tertentu atau tidak dalam prosespenulisan  sejarah.  Dasarnya  adalah  setiapprasasti  atau naskah  harus  dianggap  sebagaidirinya sendiri (Soesanti 1997/1998: 178).

Dalam  tahap  kritik  ini  terdapat  duapendekatan berupa kritik ekstern dan kritik intern.Kritik ekstern, yaitu aspek yang berasal dari luardan  bukan  merupakan  bagian  yang  tidakterpisahkan dari sesuatu, atau untuk mengetahuitingkat keaslian sumber data guna memperolehkeyakinan bahwa data tersebut telah digunakandengan  tepat.  Kritik  ekstern  digunakan  untukmempermasalahkan  otentisitas  data  utama,sehingga perlu adanya pengujian terhadap datatersebut.  Hal  ini  dilakukan  untuk  mewaspadaikemungkinan adanya anakronisme, yaitu ketidak-sesuaian  antara  data  dengan  zamannya(Gottschalk 1969: 95-117).

Adapun unsur-unsur yang ada dalam aspekkritik ekstern berupa bahan pembuatan prasasti,bentuk prasasti, bentuk aksara (paleografi), danbahasa  yang  digunakan  dalam  penulisannya.Pencatatan keterangan bahan prasasti dilakukanberdasarkan  jenis  materialnya  karena  ber-dasarkan  bahan  bisa  memberikan  petunjukterhadap isinya. Jenis bahan prasasti dapat ber-pengaruh terhadap bentuk tulisan, semakin lunakdan semakin tipis bahan tersebut akan semakinkurang jelas huruf yang dipahatkan atau digores.

2 terdapat  indikasi  adanya  bentuk  huruf  ta  dan  tanda diakritik o3 tidak  terlihat  bentuk  aksaranya

Page 6: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan52

Dilihat  dari  unsur  bahan,  Prasasti  RajaSoritaon  dituliskan  pada  media  batu.  Bahanbatunya cukup keras dan hasil penulisan prasastiini  masih  cukup  jelas  untuk  dibaca.  Namundemikian, karena adanya beberapa bagian yangaus  dan  terdapatnya  goresan-goresan  tipis,membuat  kesulitan  dalam  mengidentifikasibeberapa aksaranya. Dalam penulisan data tertulisberaksara Batak pada umumnya dituliskan padatiga  jenis bahan, yaitu kulit kayu (laklak),  tulangkerbau,  dan  bambu  (Kozok  2009:  29).  Namunselain  itu,  data  tertulis  beraksara  Batak  lainnyaada juga yang dituliskan pada media lain sepertikayu dan batu.

Umumnya,  penulisan  aksara  Batak  padamedia kayu difungsikan untuk pendirian bangunanmisalnya sopo godang di Sipirok, Tapanuli Selatan,Sumatra Utara atau tiang bangunan yang ada diSimalugun, Sumatra Utara. Penulisan aksara Batakpada  media  batu  difungsikan  untuk  menandaisuatu  tempat,  misalnya  pada  makam  kuno.Penulisan aksara Batak pada media batu, selainPrasasti  Raja Soritaon  yang menandai  makamkuno, juga terdapat prasasti lain seperti PrasastiBatu Gana 2 dan Prasasti Sutan Nasinok yangjuga menandai makam kuno yang ada di wilayahPadang Lawas Utara.

Dalam pemilihan bahan batu, tentunya dipilihjenis batuan yang mudah didapatkan di daerahitu.  Jenis  batuan yang berupa  batuan  andesitikini  banyak  dijumpai  di  wilayah  perbukitan  diwilayah  tersebut  baik  itu  di  sungai  maupun  diperbukitan. Makam-makam  Batak  kuno  lainnyaseperti makam kuno Sutan Nasinok dan makamkuno Lobu Dolok juga dibuat dengan bahan yangsama.

Selain  bahan,  aspek  fisik  lain  yang  dapatdilihat  dari  prasasti  adalah  bentuk  media  yangdigunakan. Bentuk prasasti sangat terkait denganbahannya.  Prasasti  yang  terbuat  dari  batu,bentuknya bervariasi, diantaranya bentuk lingga,yupa, stele, akulade, blok, atau batu alam yangbentuknya tidak beraturan (Nasoichah 2007: 11).Prasasti  Raja  Soritaon  ini  memiliki  bentuk  batualam  yang  bentuknya  pipih  persegi  panjang

dengan motif  cicak  atas  bawah  dengan  posisikepala  yang  berlawanan.  Bentuk  pipih-pipih  initidak hanya dijumpai pada Prasasti Raja Soritaonsaja,  namun  batu-batu  lain  yang  mengelilingigundukan makam kuno tersebut juga berbentukpipih. Ciri-ciri yang sama juga dijumpai di makam-makam Batak kuno lain di daerah Padang LawasUtara seperti makam kuno Sutan Nasinok, makamkuno Tuat Sohatembalon  Siregar, makam kunoLobu Dolok, dan beberapa makam kuno lainnya.Hal  ini  menjadikan  bentuk  tersebut  sebagai  cirikhas bentuk makam-makam Batak kuno yang adadi wilayah Padang Lawas Utara.

Terkait dengan kritik ekstern, terdapat analisisyang berupa metode teknik pembuatan prasasti.Dalam  teknik  pembuatan  prasasti  ini  dilakukandengan cara  dipahat,  baik  itu  dalam  penulisanaksara maupun saat membuat motif cicak (kadal?).Dalam  pengerjaannya  tersebut masih  dijumpaibeberapa  bekas  goresan  sehingga  hampirmenyerupai  bentuk  aksara.  Dalam  teknikpembuatan  prasasti  tersebut,  terlihat  bahwa  ‘sipembuat’ prasasti terkesan kurang rapi dan kuranghati-hati. Sepertinya tidak ada aturan baku dalampembuatan dan penulisan prasasti. Besaran huruftidak sama, ada yang besar namun ada juga yangberukuran  kecil  dan  ketidak  simetrisan  dalampembuatannya.

Unsur  lain  yang  dapat  dilihat  dalam  kritikekstern adalah bentuk aksara (paleografi). Istilahpaleografi berasal dari kata palaos yang artinyakuno dan graphein yang artinya menulis. Paleografiadalah studi yang mempelajari jenis, bentuk, danperkembangan  tulisan/aksara  kuno  yangdituliskan baik di atas bahan-bahan yang  lunakatau  lentur  seperti  kain,  kulit  kayu,  dan  lontar,maupun yang dipahatkan diatas bahan yang kerasseperti batu, logam, kayu, dan tanah liat (Prasodjo1993/1994: 47-48).

Dalam  penulisan  Prasasti  Raja  Soritaon,menggunakan  aksara  Batak Angkola. AksaraBatak Angkola merupakan satu di antara sekianbanyak  aksara  yang  ada  di  Nusantara  yangmenginduk pada aksara Pallawa4. Aksara BatakAngkola seperti juga aksara Batak lainnya terdiri

4 Pada  awal  masa  sejarah  kuno  Indonesia,  prasasti-prasasti  yang  ada  menggunakan  aksara  Pallawa  dan  Siddhamatrka  (pre-nagari)  denganBahasa  Sanskerta  (Soesanti  1997/1998:  174)

Page 7: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Prasasti Raja Soritaon dan Latar Belakang Penulisannya-Churmatin Nasoichah (47-60) 53

dari  dua  perangkat  huruf  yang  masing-masingdisebut  ina ni surat  (aksara)  dan  anak ni surat(tanda diakritik). Adapun bentuk-bentuk  aksarayang digunakan  dalam penulisan  Prasasti  RajaSoritaon dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Dari  tabel  1  dan  tabel  2  di  atas  diketahuibeberapa bentuk aksara yang digunakan dalampenulisan  Prasasti  Raja  Soritaon.  Tidak  jauhberbeda  dengan  bentuk  aksara  Batak  padaumumnya, hanya saja terdapat beberapa aksara

Tabel 1. Bentuk-bentuk Aksara Ina Ni Surat

No.  Huruf  Makam Kuno Ra ja  Soritaon 1.  a    2.  ha     

3.  ka   4.  ba   5.  pa   6.  na 

   7.  wa  - 8.  ga   9.   ja    10.  da   11.  ra   12.  ma        

13.  ta   14.  sa   15.  ya  - 16.  nga   17.  la    18.  nya  - 19.  nda  - 

20.  ca  - 21.  i   22.  u   - 

sumber: dok. Pribadi 2017

Tabel 2. Bentuk-bentuk Aksara Anak Ni Surat

No.  Huruf  Makam Kuno Raja  Soritaon 

1.  -e    2.  -i   3.  -o    4.  -u    5.  -ou  - 6.  -ng   7.  -h   - 

8.  tanda mati   sumber: dok. Pribadi 2017

yang  dituliskan  dalam  bentuk  berbeda  sepertipada  aksara  (ma). Aksara  (ma)  ini  dituliskandengan  3  bentuk  yang  berbeda,  begitu  jugadengan  penggunaan  aksara  (na). Aksara  (na)dituliskan  dengan  2  bentuk  yang  berbeda.Penulisan  aksara  (ha)  dibuat  dengan  2  bentukyang berbeda, yang satu bentuknya sama denganaksara (a) dan satunya lagi sama dengan aksara(ka).  Dalam  menentukan  bunyi  (ha)  ditentukansesuai  dengan  konteks  kalimatnya.  Sepertimisalnya pada kata halak. Aksara (ha) dan aksara(ka)  dituliskan  sama  persis,  namun  dibacaberbeda.  Ketiadaaan  aksara  (wa),  (ya),  (nya),(nda),  (ca),  (u),  diakritik  (ou),  dan  diakritik  (h)bukannya tidak dikenal dalam penulisan aksaraBatak  Angkola.  Namun  dikarenakan  tidakditemukannya  bentuk  aksara  tersebut  dalampenulisan  Prasasti  Raja  Soritaon  ini. Kemiripanbentuk (nga) dan (la) membuat adanya kendaladalam proses  pengalihaksarakan.

Dilihat dari keseluruhan bentuk-bentuk aksarayang digunakan dalam penulisan  Prasasti  RajaSoritaon  ini  tidak  jauh  berbeda dengan bentuk-bentuk  aksara  Batak  lainnya  terutama  BatakAngkola.  Hal  ini  dapat  dibandingkan  denganbentuk  aksara-aksara  yang  digunakan  padapenulisan  Prasasti  Sutan  Nasinok  dan  PrasastiBatu Gana 2 yang merupakan prasasti semasa.Bahkan  bentuk  aksara  tersebut  masih  terusdigunakan sampai awal abad 20 Masehi yang bisadilihat  pada bangunan  sopo godang  di  daerahSipirok,  Tapanuli  Selatan.  Adapun  adanyaperbedaan bentuk pada beberapa aksara, hal inidikarenakan  perbedaan  yang  bersifat  individu(karakter  masing-masing  penulis)  dan  tidakmerubah  makna/arti  yang  terkandung  dalamaksara tersebut.

Unsur terakhir yang ada dalam kritik eksternadalah  bahasa.  Dari  Prasasti  Raja  Soritaondiketahui menggunakan bahasa Batak Angkola.Bahasa Batak Angkola adalah salah satu bahasadi daerah Tapanuli bagian Selatan. Bahasa BatakAngkola termasuk bahasa yang mudah dipelajari.Susunan kalimatnya tidak mempersoalkan waktu,langsung  diucapkan  atau  ditulis  sesuai  dengan

Page 8: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan54

saat  sesuatu  perbuatan  itu  dilakukan.  BahasaAngkola digunakan sehari-hari oleh masyarakatyang  umumnya  tinggal  di  wilayah  Marancar,Angkola  Sipirok,  Padangbolak/  Padanglawas,dan  Barumun-Sosa.  Bahasa Angkola  dapatdimengerti oleh penduduk di daerah KabupatenMandailing  Natal  (yang  menggunakan  bahasaBatak Mandailing), hanya dialek atau logatnya sajayang  berbeda.  Gaya  bahasa  dipengaruhilingkungan  yang  berdekatan  dengan  daerahmasing-masing. Ragam  bahasa Batak Angkolatermasuk banyak, sesuai dengan saat dan waktudimana bahasa  itu  dipergunakan  (Tinggibarani2008: 1-2).

Unsur  lain  yang  digunakan  dalammenganalisis  prasasti  adalah  kritik  intern.  Kritikintern adalah sesuatu yang ada di dalamnya atauyang bertujuan untuk meneliti tingkat kebenaranisi dari sumber data yang dipergunakan. Cakupankritik  intern  ini  meliputi  hal-hal  yang  berkaitandengan  isi  dari  naskah  itu  sendiri.  Dilihat  dariisinya, terdapat beberapa hal yang dapat dilihatsebagai berikut  :1. raja soritaon man pung na ton (raja soritaon

inilah yang pertama kali datang)Dari  prasasti  tersebut,  disebutkan  adanyanama  seorang  raja  yang  bernama  RajaSoritaon. Penyebutan nama raja dalam hal iniberbeda dengan artian  raja-raja yang ada diJawa, yang mana memiliki kekuasaan absolutdengan  wilayah  yang  cukup  luas  sertabeberapa  wilayah  jajahannya.  Pada  etnisBatak,  raja  diartikan  sebagai  sebutankehormatan  kepada  setiap  orang  yangdisegani  (Situmorang  2004:  488).  Dariketerangan  prasasti  di  atas,  menjelaskanbahwa Raja Soritaon merupakan orang yangpertama  kali  datang  dan  membuka  huta/kampung  di  tempat  tersebut.  Oleh  karenabeliau  yang  pertama  kali  membuka  hutatersebut maka kemudian dia disebut sebagaiseorang raja.

2. i ma halak namora na di padang bujur (dialahorang kaya di padang bujur)Dari keterangan isi prasasti, diketahui adanyapenyebutan  sebuah  lokasi,  yaitu  Padang

Bujur.  Berkaitan  dengan  penyebutan  lokasitersebut diketahui bahwa lokasi Prasasti RajaSoritaon terletak di makam Batak kuno di DesaPadang Bujur, Kecamatan Padang Bolak Julu,Kabupaten  Padang  Lawas  Utara,  SumatraUtara dan masih  insitu. Nama Desa PadangBujur  sama  dengan  nama  lokasi  yangdisebutkan  dan  kemungkinan  penamaantersebut diambil dari isi prasasti tersebut.

3. ha to bang ho __ mo pa na pa pa ngi gad danga ra (raja  kampung/yang  dituakan  dialahyang dapat berbicara memutuskan/ menetap-kan segala persoalan)Dari kalimat tersebut dapat dijelaskan bahwaRaja  Soritaon  merupakan  orang  tua  yangdihormati dan yang dapat memutuskan segalapersoalan  dan  keputusannya  tidak  dapatdiganggu  gugat.

4.   Pada baris ke 8 dan 9 belum diketahui artinyaSetelah  tahap kritik ekstern dan kritik  intern

dilalui,  maka  dapatlah  dikatakan  bahwa  telahmemperoleh data yang lebih lengkap dan dapatdipercaya  dari  suatu  sumber  prasasti.  Namunmasih ada tahapan berikutnya sebelum tahapanhistoriografi,  yaitu  interpretasi.  Pada  tahapinterpretasi  prasasti,  diharapkan  telah  munculsuatu bentuk  yang  cukup  lengkap  dari  analisisprasasti, yaitu prasasti yang telah dialih aksarakanbeserta  catatannya  kemudian  dialih  bahasakanserta penjelasan terkait isi prasasti. Dalam prosesalih  bahasa  sendiri  memiliki  dua metode,  yaitumetode harfiah  (mengalih bahasakan apa yangtertulis) dan metode bebas  (apabila perlu untukmenjaga kemurnian teks dalam bahasa aslinya)(Soesanti 1997/1998: 180).

Pada  tahap  interpretasi,  unsur-unsur  atauformula yang ada pada  Prasasti Raja  Soritaon,diharapkan  dapat  memberikan  informasimengenai  kronologi  (waktu),  geografi  (tempat),biografi (tokoh), dan aspek fungsional (peristiwa)sehingga menghasilkan interpretasi dalam bentuksuatu  penjelasan  latar  belakang  sejarah  yangberkaitan dengan prasasti itu.  Tahap interpretasiini bertujuan untuk menempatkan Prasasti RajaSoritaon ke dalam kronologi sejarah kuno sesuai

Page 9: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Prasasti Raja Soritaon dan Latar Belakang Penulisannya-Churmatin Nasoichah (47-60) 55

dengan masa, tempat,  tokoh, dan peristiwa yangdisebutkan.

Terkait dengan kronologi (waktu), Prasasti RajaSoritaon  tidak  menyebutkan  adanya  unsurpenanggalan,  baik  itu  nama  hari,  tanggal,  bulanmaupun  tahun  seperti  halnya  prasasti-prasastiberaksara Jawa Kuno maupun Melayu Kuno. Padaumumnya,  data  tertulis  baik  itu  prasasti  maupunnaskah beraksara Batak jarang atau bahkan belumditemukan  sama  sekali  yang  dituliskan  lengkapdengan  penyebutan  unsur  penanggalan.Sebenarnya  masyarakat  etnis  Batak  juga  telahmengenal  adanya  unsur  penanggalan  sepertihalnya di Jawa kuno dan Melayu kuno. MasyarakatBatak  mengenal  nama-nama  7  hari,  tanggal  1sampai  tanggal  30  yang  masing-masing  harinyajuga  memiliki  nama,  bahkan  nama  paruh  terangdan mati terkait dengan peredaran bulan. Umumnya,penggunaan unsur penanggalan tersebut banyakdisebutkan pada pustaha laklak5 untuk melihat danmenjelaskan hari baik, buruk, dan pantangannyaserta porhalaan6 (naskah berbahan bambu) untukpenghitungan harinya.

Namun demikian, meskipun masyarakat etnisBatak sudah memiliki unsur penanggalan, merekatidak  pernah menyebutkan  adanya angka  tahunseperti halnya data tertulis yang ada di Jawa kunoatau  Melayu  kuno,  sehingga  memiliki  kendaladalam menempatkan kronologi dan sejarah kunoIndonesia.

Meskipun  tidak  dijumpai  angka  tahun  padaprasasti dan naskah beraksara Batak termasuk jugaPrasasti  Raja  Soritaon, masih  dapat  dilihat  dariadanya penggunaan aksaranya. Pada awal masasejarah kuno Indonesia, prasasti-prasasti yang adamenggunakan aksara Pallawa dan Siddhamatrka(pre-nagari)  dengan  bahasa Sansekerta. AksaraPallawa pada perkembangan selanjutnya di dalamprasasti-prasasti  yang  ditemukan  akan  menjadiaksara Kawi,  Jawa Kuno, Bali Kuno,  dan Sunda

Kuno.  Bahasa  yang  dipergunakan  prasasti-prasasti sampai dengan awal abad 10 Masehiadalah Melayu Kuno, Jawa Kuno, Bali Kuno, danSunda  Kuno.  Aksara-aksara  lokal  yangmerupakan perkembangan dari aksara pasca-pallawa  yang  muncul  kemudian  bersamaandengan  munculnya  kebudayaan  Islam  (sejakabad 11 Masehi) dipergunakan untuk menuliskanketerangan  dengan bahasa  daerahnya  sesuaidengan  daerah  kekuasaan  para  raja  (sultan)(Soesanti 1997/1998: 174).

Di Sumatra Utara, aksara Batak mulai dikenalsetelah  Hindu-Buddha  berkembang  di wilayahSumatra Utara pada sekitar abad 11-14 Masehi.Aksara Batak berkembang pesat pada abad 17- awal 20 Masehi, sehingga dapat dimungkinkanbahwa Prasasti Raja Soritaon dibuat pada kisaranabad  17  Masehi.  Namun  hal  ini  masih  perluadanya  penelitian  lebih  dalam  lanjut  terkaitpenggunaan  aksara  Batak  untuk  mengetahuisecara pasti kronologi waktu tersebut.

Faktor berikutnya dalam tahap interpretasi,adalah  geografi  wilayah.  Dalam  isi  prasastidisebutkan adanya nama tempat yaitu PadangBujur. Sudah disebutkan pada tahap kritik internterkait  lokasi  tersebut.  Desa  Padang  Bujurmerupakan huta/kampung lama dimana makamkuno  tersebut  sebagai  bukti  adanya  pendirianhuta/kampung  tersebut.

Dalam perpindahan/ persebaran masyarakatBatak,  dari  pusat  pada umumnya  disebabkanadanya  perselisihan  di  antara  keluarga/margayang  bersangkutan,  misalnya  masalahpembagian  harta  warisan  (tanah)  ataupunmasalah utang piutang. Maka, apabila ditempatbaru  dapat  diperolehnya  sebidang  tanahpertanian yang baik terutama untuk persawahandan perkampungan (huta), barulah orang yangbersangkutan  berangkat  melakukan  perpin-dahan bersama-sama dengan beberapa orang

5 merupakan  perlengkapan  terpenting  dari  seorang  datu,  berupa  buku  dari  lembaran  kulit  kayu  yang  panjang  (laklak,  dalam  bahasa  Batakberarti  kulit  kayu)  dilipat  seperti  wiru dan  diapit  dua  lempengan kayu  yang diikat  dengan  sepotong  tali,  atau  tali  kulit  halus  (Hasibuan  1985:262)

6 kalender  dalam  etnis  Batak

Page 10: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan56

kerabatnya  dalam perikatan  keluarga  DalihanNatolu7 (Sangti 1977: 41). Makna yang tersiratdari Dalihan Natolu adalah dasar dari hubungansosial di kalangan etnis Batak yang merupakansimbol  hubungan  kekerabatan  dari  kahanggi,anakboru,  dan  mora.  Demikian  juga  hal  nyaapabila salah satu dari hubungan ini tidak hadirdalam sidang adat, mustahil bisa diselesaikanacara  adat  yang  dibicarakan  dalam  persi-dangan.  Hubungan  kekerabatan  ini  terjadikarena  adanya  hubungan  perkawinan.Munculnya  Dalihan Natolu  ini  adalah  akibathubungan  kekerabatan  yang  terjadi  karenaperkawinan antarmarga (Alam 2013: 11).

Dalam  kaitannya  dengan  Raja  Soritaon,sebagai pendiri dari huta Padang Bujur tentunyadalam menempati  lokasi  tersebut tidak sendirinamun dengan ikatan keluarga Dalihan Natolunya sebagaimana adat Batak. Dari mana asalRaja  Soritaon  tersebut  berasal? Masih  harusditelit i  lebih  dalam  lagi,  namun  menurutketerangan penduduk setempat, Raja Soritaonlah yang menurunkan marga-marga Siregar diDesa Padang Bujur tersebut.

Terkait dengan lokasi makam yang beradadi  tempat  yang  lebih  tinggi  dari  permukimanpenduduk, masyarakat  Batak percaya  bahwasebelum Islam dan Kristen masuk dan menjadiagama masyarakat Batak, alam ini terbagi atastiga  bagian  (banua),  yaitu:  Banua  Parginjang(dunia atas), Banua Tonga (dunia tengah) danBanua  Partoru  (dunia  bawah).  Ketiga  duniatersebut dapat dilihat dalam setting kehidupanmasyarakat  Batak  baik  dalam  skala  mikro(rumah) maupun dalam skala makro (lingkungansosial).  Begitu  juga  dengan  letak  elemen-elemen  lain  yang  terdapat  di  huta-huta  indukjuga sesuai dengan kepercayaan dan konsepbanua.  Sungai  berada  dalam  zona  banuaparginjang atau dunia atas. Letak bagas godangatau rumah raja pada lingkungan alaman bolakselalu  diupayakan  berdekatan  dengan  zonaparginjang.  Letak  alaman  bolak  terhadapkampung  secara  keseluruhan  terdapat  di

daerah  tonga.  Makam  sebagai  tempatbersemayamnya  orang-orang  yang  sudahmeninggal selalu diletakkan di lokasi yang jauh darisungai,  karena  sungai  dianggap  sebagai  tempatyang suci dan sumber  kehidupan yang berada dibanua  parginjang.  Walaupun  dianggap  sebagaisesuatu  yang  harus  dijauhkan  dari  sumberkehidupan,  tetapi  letak  makam  selalu  berada  didaerah yang tinggi (dolok) dan berada dalam zonabanua partoru atau dunia bawah (Nuraini 2004: 26-83 dalam Susilowati 2012: 121-122). Dari konseptersebut,  diketahui  bahwa  lokasi  makam  yangberada di bukit yang lokasinya lebih tinggi daripadapemukiman penduduk tetap menunjukkan adanyakonsep  kehidupan  yang berada  di  banua  partoru(dunia bawah).

Terkait dengan keberadaan makam Batak kunotersebut, batu-batu pipih persegi yang mengelilingitanah gundukan  (makam) termasuk  juga PrasastiRaja  Soritaon,  menunjukkan  bahwa  batu-batutersebut berfungsi sebagai  tanda atau peringatanyang  menjelaskan  tokoh  yang  disemayamkan  dimakam kuno tersebut. Orientasi makam yang tidakmenunjukkan  arah  utara-selatan  menunjukkanbahwa Raja Soritaon belum mengenal atau belummemeluk agama Islam. Kemungkinan masyarakatpada  masa  itu  masih  mengenal  kepercayaansipalabegu (animisme). Mereka memposisikan datusebagai  seorang  yang  mumpuni  untuk  dapatmenentukan  beberapa  hal  terkait  hal-hal  yangbersifat  kemasyarakatan (huta/kampung) tentunyadengan bantuan pustaha laklak dan porhalaan, danseorang raja dapat merangkap sebagai datu.

Pada media penulisan Prasasti Raja Soritaonjuga diketahui adanya motif cicak (kadal?) denganposisi  kepala  yang  berlawanan.  Dalam  budayaBatak,  cicak/kadal  dikenal  dengan  sebutanBoraspati ni Tano.  Boraspati ni Tano  merupakansalah satu unsur kayangan Batak yang sekaligusmelambangkan kemakmuran, kesuburan tanah, dandunia bawah. Ia hampir selalu digambarkan dengankepala yang seolah-olah muncul dari dunia bawahuntuk  bergabung dalam  dunia  tengah.  Namanyasendiri  diambil  dari  bahasa  Sanskerta,  yaitu

7 tiga  tungku/kedudukan  fungsional  sebagai  suatu  konstruksi  sosial  yang  terdiri  dari  3  hal:  Pertama,  Somba Marhulahula/semba/hormatkepada  keluarga  pihak istri.  Kedua,  Elek Marboru  (sikap  membujuk/mengayomi  wanita).  Ketiga,  Manat Mardongan Tubu  (bersikaphati-hati  kepada  teman  semarga)

Page 11: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Prasasti Raja Soritaon dan Latar Belakang Penulisannya-Churmatin Nasoichah (47-60) 57

brihaspati yang menunjukkan sifat kedewaannya,karena nama  itu dipakai oleh orang India untukmenyebut bintang Yupiter. Boraspati ni Tano jugamerupakan  salah  satu  dari  tiga  dewa  yangbersama dengan Boru Saniang Naga (dewa ularair) dan Debata Idup (dewa rumah) (Hasibuan 1985:243). Hal ini menunjukkan bahwa Raja Soritaondigambarkan sebagai orang yang makmur, danmemiliki  kredibilitas di  lingkungan  tersebut.  Halini sesuai dengan isi prasasti yang menyebutkanbahwa Raja Soritaon adalah orang yang kaya danorang  tua  yang  dihormati  serta  yang  dapatmemutuskan  segala  persoalan,  dankeputusannya  itu  tidak  dapat  diganggu  gugatorang lain.

Faktor  berikutnya  dalam  tahap  interpretasiadalah  biografi  (tokoh).  Dalam  Prasasti  RajaSoritaon disebutkan adanya nama seorang tokohyang  bernama  Raja  Soritaon.  Gelar  raja  yangdisebutkan  dalam  prasasti  tersebut,  dalambudaya Batak adalah pemimpin persidangan adatdi  dalam  suatu  huta/kampung/desa  atau  luat/wilayah. Dalam budaya Batak Angkola  terdapatnama Raja  Luat dan Raja Pamusuk. Raja Luatadalah raja yang menguasai dan memimpin suatuluat  atau  wilayah  yang  luas.  Kepada  saudara-saudaranya atau kahanggi nya (saudara sepupu)dan  atau  kepada  anakboru  nya  (yangmempersunting saudara perempuannya atau yangsejajar)  diberinya  hak  tanah  dalam  wilayahkekuasaannya  untuk  dibuka  dan  dirikan  suatuhuta/desa  baru,  kepada  mereka  inidianugerahkannya  kekuasaan  untuk  memimpinhuta tersebut dan diberi predikat Raja Pamusuk.Raja-raja Pamusuk dalam wilayah tersebut beradadibawah koordinasi Raja Luat. Apabila ada suatusidang yang menyangkut keadatan dalam suatuhuta dan Raja Luat diundang hadir, maka RajaLuat  berfungsi  dan  bertindak  dalam  kapasitassebagai Raja Panusunan Bulung (Alam 2013: 15).

Dari  keterangan  tersebut,  terdapat  duakemungkinan  adanya  posisi  Raja  Soritaon,sebagai Raja Luat ataukah Raja Pamusuk. Namunkonteks adanya Raja Luat dan Raja Pamusuk inikental digunakan pada masa Kolonial pada sekitarabad 19 Masehi dan sampai sekarang. Kemung-

kinan Raja Soritaon datang dan menetap di DesaPadang  Bujur  jauh  sebelum  masa  Kolonial,sehingga  penyebutan adanya  nama  Raja  Luatataupun  Raja  Pamusuk  kurang  diketahui.Informasi  yang  ada  hanya  penyebutan  adanyaseseorang yang membuka suatu huta/kampungyang memiliki gelar raja. Dalam isi prasasti, RajaSoritaon  digambarkan  sebagai  orang  tua  yangdihormati  dan  dapat  memutuskan  segalapersoalan  serta  keputusannya  itu  tidak  dapatdiganggu  gugat  oleh  orang  lain.  Karakter  inilahyang harus dimiliki oleh seorang raja (adat) dalametnis Batak Angkola.

Dalam isi prasasti juga disebutkan bahwa RajaSoritaon  adalah  ‘orang  kaya’  di  Padang  Bujur.Penyebutan ‘orang kaya’ dalam konteks budayaBatak Angkola  diartikan  sebagai  anakboru  daripihak raja dari satu huta yang mengetahui adatistiadat  dan  juga  sebagai  pembawa acara  adatdan sekaligus dapat bertindak sebagai sekretarisdalam  sidang  adat  (Alam  2013:  17).  Dalamkonsep  Dalihan Natolu  dalam  adat  Batak  bisakemungkinan  posisi  tersebut  terjadi  pada  RajaSoritaon. Namun apabila dilihat  dari  konteks  isiprasasti,  Soritaon  dalam  hal  ini  berkedudukansebagai  raja,  bukan  ‘orang  kaya’.  ‘Orang  kaya’dalam  hal  ini  bisa  dimaksudkan  sebagai  orangyang  memiliki  banyak  tanah  atau  wilayah  dandisebut  sebagai  orang  yang  memiliki  banyakkekayaan.

Faktor  berikutnya  dalam  tahap  interpretasiadalah  aspek  fungsional  (peristiwa).  Dalammelihat aspek fungsional ini dapat dilihat dari isiprasasti  tersebut.  Dalam  isi  prasasti  hanyadiketahui  adanya  gambaran  ‘legitimasi’  dariseorang  tokoh  bernama  Raja  Soritaon.  Hanyasatu  informasi  yang  terkait  fungsional,  yaitupendirian huta/kampung yang dilakukan oleh RajaSoritaon  yang bernama  Padang  Bujur.  Namunkapan peristiwa  itu berlangsung dan apa sebabsehingga  muncul  adanya  huta/kampung  barutersebut  tidak  diketahui.  Meskipun  dalamperpindahan/persebaran masyarakat Batak, daripusat ke sekitarnya umumnya terjadi disebabkanadanya  perselisihan  di  antara  keluarga/margayang bersangkutan, namun keterangan tersebutbelum diketahui secara pasti.

Page 12: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan58

Tahap  historiografi  dilakukan  setelahinterpretasi  terhadap  Prasasti  Raja  Soritaonselesai.  Pada  tahap  ini  yang  dilakukan  adalahdengan cara melengkapi data utama dengan databantu lainnya dan melakukan kajian pembandingdengan data-data yang ada, seperti prasasti dannaskah  yang  sezaman,  kemudian  digunakanuntuk  menyusun  suatu  kerangka  sejarah  kunoIndonesia  (Soesanti  1997/19978:  172).  Padatahap  ini  Prasasti  Raja  Soritaon  yang  sudahditafsirkan  maknanya,  diintegrasikan  dengansumber-sumber  tertulis  yang  sezaman  danditempatkan dalam kerangka sejarah Indonesia.

Prasasti Raja  Soritaon  merupakan  prasastiyang  berfungsi  sebagai  penanda  makam  ataudalam  Islam disebut  batu  nisan.  Sama  hal  nyadengan Prasasti Sutan Nasinok  yang  lokasinyatidak jauh dari lokasi Prasasti Raja Soritaon (masihdalam  satu  kecamatan)  juga berfungsi  sebagaipenanda  makam.  Bentuk-bentuk  makam  kunoyang berupa tanah gundukan yang pinggirannyadiapit batu-batu pipih ini menjadi ciri khas bentukmakam  Batak  kuno  yang  ada  di  wilayahKabupaten Padang Lawas Utara (Batak Angkola).Berbeda hal nya dengan bentuk-bentuk makamBatak kuno yang ada di Batak Toba. Umumnyamakam  kuno  di Batak  Toba berupa  sarkofagus(peti kubur). Di Batak Angkola (Sipirok) dijumpaijuga model  kubur kuno  yang berupa peti  kuburyang diletakkan di atas tanah. Di wilayah BatakMandailing, makam Batak kuno berupa gundukanjuga  (sama  dengan  Batak  Angkola)  namundibatasi dengan batu-batu alam berukuran sedangdan  kecil.

Terkait isi prasasti, umumnya prasasti-prasastiberaksara Batak tidak menyebutkan angka tahunsehingga mengalami kesulitan dalam penempatansejarah  kuno  Indonesia.  Dari  segi  isinya,  baikprasasti yang beraksara Batak maupun prasastiyang beraksara Melayu Kuno (mirip dengan JawaKuno)  sangat  jauh  berbeda  dengan  penulisanprasasti-prasasti  yang  ada  di  Jawa  Kuno.Umumnya prasasti-prasasti di Sumatra Utara berisimantra,  tetapi  umumnya  penyebutan  adanyanama tokoh. Meskipun disebutkan adanya namatokoh,  tetapi  bukan  merupakan  tokoh  besarseperti nama-nama raja yang ada di Jawa. Tokoh-

tokoh  tersebut  memang  memiliki  peranan  yangpenting di suatu wilayah, misalnya sebagai  rajahuta, datu, tokoh penting dalam pendirian candiataupun  lainnya.  Namun  demikian,  dapatmenunjukkan  bahwa  dalam  sejarah  kunoIndonesia, tidak hanya berupa raja-raja besar danmemiliki wilayah luas saja yang ada, terdapat raja-raja  yang  bersifat  adat  dan  kewilayahan  jugamemunculkan  adanya  keberagaman  budayaIndonesia.  Pengaruh-pengaruh  asing  misalnyaIndia  juga  tidak  hanya  diketahui  dari  kerajaan-kerajaan besar saja namun juga didapatkan daribeberapa wilayah/kampung di tanah Batak.

PENUTUP

Dari  hasil  analisis  yang  dilakukan  adapungambaran  dari  Prasasti  Raja  Soritaon  adalahsebagai  berikut:1.  Prasasti  ini dituliskan pada media batu yang

berfungsi  untuk  menandai  suatu  tempat,misalnya makam kuno.

2.  Prasasti  ini  memiliki  bentuk  pipih  persegipanjang  yang  mana  bentuk  tersebut  jugadijumpai pada makam-makam kuno lainnya diwilayah Padang Lawas Utara.

3. Teknik pembuatan prasasti dilakukan dengandipahat. Dalam pengerjaannya, terlihat bahwa‘si  pembuat’  prasasti  kurang  rapi,  kurangberhati-hati, dan tidak memiliki aturan baku.

4.   Prasasti  ini dituliskan dengan menggunakanaksara Batak Angkola yang merupakan turunandari aksara Pallawa.

5.  Prasasti  ini  ditulis  dengan  bahasa  BatakAngkola yang merupakan bahasa dari rumpunselatan selain juga bahasa Batak Mandailingdan Batak Toba.

6.  Dilihat dari isi prasasti, terdapat beberapa halyang dapat diketahui, yaitu adanya nama tokohbernama Raja Soritaon, adanya penyebutannama  tempat,  yaitu  Padang  Bujur,  danlegitimasi dari tokoh Raja Soritaon tersebut.Adapun  yang  melatar  belakangi  penulisan

Prasasti  Raja  Soritaon  adalah  adanya  makamBatak kuno yang merupakan makam dari seorangpendiri  huta/kampung  yang  bernama  RajaSoritaon.  Prasasti  tersebut  dibuat  sebagai

Page 13: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Prasasti Raja Soritaon dan Latar Belakang Penulisannya-Churmatin Nasoichah (47-60) 59

penanda makam dari seorang yang bernama RajaSoritaon.  Raja  Soritaon  digambarkan  sebagaisosok  orang  kaya,  pendiri  kampung  PadangBujur, orang yang dituakan dan dihormati, sertaorang  yang  dapat  memutuskan  segalapermasalahan tanpa bisa diganggu gugat.

Akhirnya,  ucapan  terima  kasih  sayasampaikan  kepada  pihak-pihak  yang  telah

DAFTAR PUSTAKA

Alam,  Sutan  Tinggibarani  Perkasa  dan  ZainalEfendi Hasibuan. 2013. Adat Budaya BatakAngkola. Menyelusuri Perjalanan Masa.Padangsidimpuan:  -

Boechari. 2012. Melacak Sejarah Kuno IndonesiaLewat Prasasti. Jakarta:  KepustakaanPopuler  Gramedia.

Damais, Louis-Charles. 1995. Epigrafi dan SejarahNusantara. Pilihan Karangan Louis-CharlesDamais. Jakarta: Pusat Penelitian ArkeologiNasional dan Ecole Francaise d’Extreme-Orient.

Gottschalk,  Louis.  1969.  Mengerti Sejarah:Pengantar Metode Sejarah NugrohoNotosusanto  (penerjemah).  Jakarta:Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Hasibuan, Hamaludin S. 1985. Art Et Culture/SeniBudaya Batak. Jakarta:  PT.  JayakartaAgung Offset.

Kozok,  Uli.  2009.  Surat Batak. SejarahPerkembangan Tulisan Batak BerikutPedoman Menulis Aksara Batak dan CapSi Singamangaraja XII. Jakarta: EFEO danKepustakaan Populer Gramedia.

Montana, Suwedi. 1990. “Tradisi Kematian SetelahAgama Islam di Indonesia”. Hlm. 197-221dalam Proceedings Analisis Hasil PenelitianArkeologi I. Religi Dalam Kaitannya DenganKematian Jilid II. Jakarta:  DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.

Nasoichah,  Churmatin.  2007.  “Prasasti  Mruwak1108 Saka (1186 Masehi)”. Skripsi. Depok:Fakultas  Ilmu  Pengetahuan  Budaya,Universitas  Indonesia.

Nasoichah,  Churmatin,  Nenggih  Susilowati,Repelita  W.  Oetomo.  2016.”PenelitianPrasasti  dan  Naskah  Beraksara  BatakBeserta Budaya Pendukungnya (Sub-etnisBatak Angkola-Mandailing  di  KabupatenPadang  Lawas  Utara,  Sumatra  Utara)”.Laporan Penelitian Arkeologi. Medan: BalaiArkeologi Sumatra Utara.

Prasojo, Tjahyono. 1993/1994. “Kecenderungan,Arah dan Prospek Studi Paleografi Klasikdi Indonesia”. Hlm. 47-65 dalam PertemuanIlmiah Arkeologi VI.  Jakarta:  PusatPenelitian Arkeologi  Nasional.

Sangti,  Batara  (Ompu  Buntilan).  1977.  SejarahBatak. Bona Pasogit: -

Setianingsih, Rita Margaretha, Ery Soedewo, DeniSutrisna, Suruhen Purba. 2003.  “Prasastidan Bentuk Pertulisan Lain di Wilayah KerjaBalai Arkeologi  Medan”. Berita PenelitianArkeologi Balai Arkeologi Medan 10: 1-63.

Situmorang, Sitor. 2004. Toba Na Sae (SejarahLembaga Sosial Politik Abad XIII-XX).Jakarta: Komunitas Bambu.

Soesanti, Ninie.  1997/1998.  “Analisis  Prasasti”Hlm.  171-182  dalam  Pertemuan IlmiahArkeologi VII, Jilid  I.  Jakarta:  Proyek

membantu  menyelesaikan  penulisan artikel  ini.Tim  penelitian  Prasasti  dan  Naskah  besertabudaya pendukungnya tahun 2016 Balai ArkeologiSumatra Utara, serta saudara Briska Sitanggang,Bapak Nasution dan Bapak Simanungkalit yangtelah  membantu  dalam  proses  penterjemahandan penafsiran kalimatnya.

Page 14: PRASASTI RAJA SORITAON DAN LATAR BELAKANG …

Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan60

Penelitian  Arkeologi  Indonesia,  PusatPenelitian Arkeologi  Indonesia.

Susilowati, Nenggih. 2012. “Sisa Tradisi MegalitikPada  Budaya  Materiil  Masyarakat

Mandailing”. Berkala Arkeologi SangkhakalaXV (1 ): 119-143

Tinggibarani,  Sutan.  2008.  Bahasa Angkola.Padangsidimpuan:  (belum  diterbitkan).