perkiraan ketersediaan air dengan metode … · bapak fedian akmaluddin dan bapak hendra, konsultan...

51
PERKIRAAN KETERSEDIAAN AIR DENGAN METODE THOMAS FIERING DI KALI KRUKUT, JAKARTA SKRIPSI FRANSISCA HICCA KARUNIA F44080064 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: dinhduong

Post on 09-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERKIRAAN KETERSEDIAAN AIR DENGAN

METODE THOMAS FIERING

DI KALI KRUKUT, JAKARTA

SKRIPSI

FRANSISCA HICCA KARUNIA

F44080064

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

ESTIMATING WATER SUPPLY USING THOMAS FIERING METHOD IN

KALI KRUKUT, JAKARTA

FH Karunia, NH Pandjaitan and Sutoyo

Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology,

Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor 16002, Indonesia.

Email: [email protected]

Abstract: The population in Kali Krukut river basin increased from year to year, so water demand in

Kali Krukut increased. This research aimed to analyze the water availability in Kali Krukut using

Thomas Fiering method. Based on discharge data from 2001-2009, analyses were performed to

estimate the amount of discharge in 2010-2020. The result showed that a maximum discharge would

occur in February 2017 approximately 20,80 m3/sec, while a minimum discharge would be 0,8554

m3/sec in December 2014 and 0,0569 m3/sec in December 2015. By 2020, the Goverment planned to

increase food security, so a good water irrigation system is needed. Based on the result, the maximum

water availability in rainy and dry season could fulfill the water demand, but the minimum water

availability in rainy and dry season couldn’t fulfill the water demand. To solve this problem, the

Goverment must create a well plan in order to manage Kali Krukut.

Key words: estimating water supply, Kali Krukut river basin, Thomas Fiering Method, water demand.

FRANSISCA HICCA KARUNIA. F44080064. Perkiraan Ketersediaan Air dengan

Menggunakan metode Thomas Fiering di Kali Krukut, Jakarta. Di bawah bimbingan

Nora H. Pandjaitan dan Sutoyo. 2012

RINGKASAN

Populasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Krukut semakin meningkat dari tahun ke tahun,

demikian pula kebutuhan airnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan air di

wilayah Kali Krukut. Penelitian dilakukan di DAS Kali Krukut dan dimulai dari bulan Februari

hingga Juni 2012. Perhitungan perkiraan ketersediaan air dilakukan dengan menggunakan metode

Thomas Fiering berdasarkan data debit rata-rata bulanan tahun 2001 hingga tahun 2009. Debit

akan diperkirakan dengan metode thomas Fiering guna mengetahui ketersediaan air sampai tahun

2020.

Dari hasil analisis didapatkan bahwa debit sungai maksimum akan terjadi pada Februari

2017 yaitu sebesar 20,8043 m3/detik. Debit sungai minimum terjadi pada bulan Desember 2014

yaitu sebesar 0,8544 m3/detik dan 0,0569 m

3/detik pada bulan Desember 2015. Tahun-tahun

menuju tahun 2020 ialah tahun tahun dimana pemerintah melakukan peningkatan terhadap

ketahanan pangan. Dengan menggunakan metode ini akan membantu pemerintah dalam mengelola

sistem irigasi. Ketersediaan air yang meningkat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan air

di DAS Krukut. Total kebutuhan air peternakan, pertanian, PAM unit pejompongan, derta

domestik dan industri di Kali Krukut yaitu 5,31 m3/dt. Dengan meningkatknya ketersediaan air

setiap tahun, PAM unit pejompongan I dan II dapat meningkatkan produksi nya karena

pertambahan penduduk akan semakin tinggi dan kebutuhan akan air minum juga akan semakin

tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Thomas Fiering, dapat disimpulkan bahwa

debit perkiraan maksimum pada musim kemarau dan musim hujan dapat memenuhi kebutuhan air

di DAS Krukut, tetapi debit perkiraan minimum pada setiap musim tidak dapat memenuhi

kebutuhan air. Bila dilihat dari rata-rata debit perkiraan per tahun, ketersediaan air di Kali Krukut

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Judul Skripsi : Analisis Ketersediaan Air dengan Metode Thomas Fiering di Kali Krukut, Jakarta

Nama : Fransisca Hicca Karunia

NIM : F44080064

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA) (Sutoyo, STP, MSi)

NIP. 19580527 198103 2 001 NIP. 19770212 200701 1003

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS)

NIP. 19561025 198003 1 003

Tanggal ujian : 16 Juli 2012 Tanggal lulus :

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Perkiraan

Ketersediaan Air dengan Menggunakan Metode Thomas Fiering di Kali Krukut, Jakarta

adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing , dan belum diajukan dalam

bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Yang membuat pernyataan

Fransisca Hicca Karunia

F44080064

© Hak cipta milik Fransisca Hicca Karunia, tahun 2012

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,

baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 September 1991 sebagai anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Krisman Sirait dan Ibu

Rohani Manurung. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun

2002 di SDN Pulogebang 11 Jakarta dan kemudian penulis melanjutkan

pendidikan menengah pertama di SMP Katholik Budhaya III Santo

Agustinus hingga tahun 2005. Penulis menamatkan pendidikan menengah

atas di SMAN 21 Jakarta pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis

melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih program

studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menuntut ilmu di IPB,

penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan seperti Unit Kegiatan Mahasiswa

Basket IPB dan Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (Himatesil) sebagai anggota

internal pada tahun 2010. Penulis melakukan Praktik Lapangan (PL) pada tahun 2011 dengan

topik ”Pengoperasiaan dan Manajemen Sistem Drainase di Banjir Kanal Timur, DKI

Jakarta. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Perkiraan Ketersediaan Air dengan

Metode Thomas Fiering di Kali Krukut, Jakarta” untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di

bawah bimbingan Dr. Ir. Nora H.Pandjaitan, DEA dan Sutoyo, STP, MSi

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya sehingga

skripsi ini berhasil diselesaikan. Penyusunan skripsi berjudul “Analisis Ketersediaan Air dengan

Metode Thomas Fiering di Kali Krukut, Jakarta” merupakan salah satu syarat kelulusan dari

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FATETA – IPB.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, disampaikan

penghargaan dan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA. sebagai dosen pembimbing utama

2. Sutoyo, STP, MSi, atas saran yang diberikan selaku dosen pembimbing kedua.

3. Dr. Yudi Chadirin, STP, MAgr, atas saran yang diberikan selaku penguji luar pembimbing.

4. Bapak Krisman Sirait, Ibu Rohani Manurung atas dukungan serta doa yang diberikan.

5. Bapak Fedian Akmaluddin dan Bapak Hendra, Konsultan pada PT. Bina Karya, yang telah

membimbing dan membantu pelaksanaan penelitian

6. Hadi Muliawan dan Dicky Sinaga, yang telah memberikan dorongan moril dan membantu

pelaksanaan penelitian.

7. Joan Rossi, Sekar Dwi Rizki, Maulana I Rau, dan teman SIL 45 yang tidak dapat disebutkan

satu-persatu.

Diharapkan semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi nyata terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknik Sipil dan Lingkungan.

Bogor, Juni 2012

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... v

I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

1.2. Tujuan .................................................................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3 2.1 Neraca Air ............................................................................................................................... 3

2.2 Model Simulasi Hidrologi....................................................................................................... 3

2.3. Model Thomas Fiering ........................................................................................................... 5

III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................................... 8 3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................................................. 8

3.2. Alat dan Bahan....................................................................................................................... 8

3.3. Metode Penelitian .................................................................................................................. 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 18 4.1 . Keadaan Umum Daerah Penelitian ..................................................................................... 18

4.2. Perkiraan Ketersediaan Air dengan Metode Thomas Fiering .............................................. 19

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 26 5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 26

5.2 Saran ........................................................................................................................ ..............26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 27

LAMPIRAN........................................................................................................................ 29

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah kebutuhan air (liter/kapita/hari). ............................................................................. 1

Tabel 2. Jumlah penduduk di DAS Kali Krukut ............................................................................... 2

Tabel 3. Nilai kritis Do untuk uji Smirnov Kolmogorov .................................................................. 13

Tabel 4. Debit rata rata bulanan (m3/dt) tahun 2001-2009 .............................................................. 20

Tabel 5. Kebutuhan air domestik dan industri, peternakan,dan penggelontoran sungai

di DAS Krukut .................................................................................................................. 22

Tabel 6. Kebutuhan air pertanian di DAS Krukut ........................................................................... 23

Tabel 7. Kebutuhan air untuk produksi PAM unit Pejompongan I dan II ....................................... 24

Tabel 8. Perkiraan debit, proyeksi penduduk, dan total kebutuhan air di DAS Krukut .................. 24

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi DAS Kali Krukut ................................................................................................. 8

Gambar 2. Diagram alir perhitungan pembangkitan data dengan metode Thomas Fiering ............ 10

Gambar 3. Diagram alir uji Chi Square .......................................................................................... 15

Gambar 4. Hasil perkiraan debit tahun 2007-2010 dengan metode Thomas Fiering ...................... 19

Gambar 5. Data debit bulanan 2001-2009 dan debit perkiraan tahun 2020

dengan metode Thomas Fiering ..................................................................................... 21

Gambar 6. Kali Krukut .................................................................................................................... 25

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta DAS Krukut ........................................................................................................ 30

Lampiran 2. Peta Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane.................................................................... 31

Lampiran 3. Data debit dari tahun 2001-2009 dan debit perkiraan

dengan metode Thomas Fiering hingga tahun 2020 .................................................... 32

Lampiran 4. Faktor Frekuensi (G) untuk distribusi Log Pearson Type III,

Koefisien Asimetri (Cs) Negatif dan Positif ................................................................ 33

Lampiran 5. Harga X2 kritis untuk Uji Chi Square ......................................................................... 34

Lampiran 6. Proyeksi Jumlah Penduduk di DAS Krukut ................................................................ 35

Lampiran 7. Data curah hujan tahunan rata-rata (mm) di Kali Krukut ........................................... 36

Lampiran 8. Karakteristik tanah di lokasi penelitian ....................................................................... 37

Lampiran 9. Hasil pengolahan data debit bulanan tahun 2001-2009

untuk input perhitungan dengan metode Thomas Fiering ........................................... 39

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep neraca sumber daya air meliputi dua unsur utama, yaitu ketersediaan air dan

kebutuhan air dalam suatu daerah aliran sungai (DAS). Untuk memperkirakan besar ketersediaan

air di setiap DAS diperlukan data hujan, debit aliran dan luas DAS. Dengan tersedianya data hujan

dan debit limpasan pada tahun yang sama dapat dicari hubungan antara debit limpasan dan curah

hujan. Berdasarkan hubungan hujan-debit limpasan dan hujan rerata kawasan serta hujan andalan,

dapat diperkirakan besar debit rerata dan andalan di setiap DAS. Debit tersebut adalah yang

tersedia pada seluruh luas DAS, dengan kata lain debit yang tersedia di bagian hilir DAS.

Banyaknya jumlah penduduk akan menentukan besar kebutuhan air baku untuk keperluan

domestik, non-domestik dan industri. Proyeksi jumlah penduduk dipengaruhi oleh banyak faktor,

seperti tingkat pendidikan, mata pencaharian, agama, keberhasilan program pemerintah untuk

mengendalikan penduduk dan tingkat kematian. Untuk menentukan jumlah penduduk suatu DAS

diperoleh berdasarkan data jumlah penduduk dari beberapa kabupaten yang berada di dalam

wilayah DAS tersebut dan mengalikan dengan suatu koefisien. Koefisien tersebut dalam hal ini

ditetapkan berdasarkan persentase luasan daerah kabupaten yang berada di dalam DAS tersebut.

Ada 13 sungai dan anak sungai yang mengalir ke Jakarta. Sungai ini sebagian besar

polanya meander atau berkelak-kelok. Mulai dari Kali Angke, Pesanggrahan, Ciliwung, dan Kali

Krukut. DAS Krukut memiliki luas ± 84,9 km2 dengan panjang sungai utama ± 40 km. Dengan

adanya perkembangan pemanfaatan lahan di bagian hulu dan tengah DAS Krukut, maka secara

langsung berpengaruh terhadap volume aliran permukaan (run off) yang mengalir ke Kali Krukut.

Sistem pengaliran Kali Krukut yang ada saat ini cukup rumit karena diperkirakan banyak

suplesi dan outlet yang mempengaruhi aliran. Suplesi yang dimaksud yaitu dari Bendung Empang

dan suplesi dari Kali Cipakancilan yang terletak di Bogor. Aliran tersebut mengalir hingga

bangunan pengatur Bojonggede. Aliran Kali Krukut dulunya adalah kali sepanjang sekitar 40 km

membentang mulai dari hulu di Situ Citayam Bogor, Cilandak, Jalan Tendean, Gatot Subroto, dan

Pejompongan, serta bergabung dengan Banjir Kanal Barat. Kali Krukut termasuk Wilayah Sungai

Ciliwung Cisadane dan merupakan bagian dari sistem drainase kota. Ketika musim hujan tiba, Kali

Krukut meluap khususnya di daerah Kemang, Jalan Kapten Tendean dan daerah lain yang rawan

banjir dapat menghentikan kegiatan ekonomi yang menimbulkan kerugian.

Tabel 1. Jumlah kebutuhan air (liter/kapita/hari).

Jumlah Penduduk Jenis Kota Jumlah Kebutuhan Air

(Jiwa) (liter/kapita/hari)

> 2.000.000 Metropolitan > 210

1.000.000-2.000.000 Metropolitan 150-210

500.000-1.000.000 Besar 120-150

100.000-500.000 Besar 100-150

20.000-100.000 Sedang 90-100

3.000-20.000 Kecil 60-100 Sumber : BAPPENAS, 2006

Tabel 1 menggambarkan jumlah kebutuhan air (liter/kapita/hari) sedangkan tabel 2

menggambarkan jumlah penduduk di DAS Kali Krukut. Dengan membandingkan keduanya maka

DKI Jakarta dan Depok merupakan daerah dengan kebutuhan air yang tinggi. Oleh karena itu,

analisis ketersediaan air di Kali Krukut perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya kapasitas

ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan penduduk sekitar Kali Krukut. Metode Thomas

Fiering merupakan salah satu cara yang baik untuk mengetahui besarnya kapasitas ketersediaan air

di Kali Krukut, dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya

2

Tabel 2. Jumlah penduduk di DAS Kali Krukut

No. Kota Kecamatan Jumlah Penduduk

Terkait DAS (Jiwa)

I Provinsi Jawa barat

1 Depok Beji 164,682

Total Provinsi Jawa Barat 164,682

II DKI Jakarta

1 Jakarta Selatan Jaya Karsa 311,484

Cilandak 189,079

Pasar Minggu 287,400

Mampang Prapatan 141,672

Kebayoran Baru 141,822

Setiabudi 123,734

2 Jakarta Pusat Tanah Abang 145,302

3 Jakarta Barat Gambir 79,982

Taman Sari 109,686

Tambora 236,393

Total DKI Jakarta 1,766,554

Total 1,931,236

Sumber : BPS, 2010a

Dengan menggunakan metode Thomas Fiering, ketersediaan air pada tahun-tahun

mendatang dapat diketahui. Output dari pehitungan dengan metode ini ialah menghasilkan debit

sintetis. Perkiraan debit ini sangat memudahkan petugas di Kali Krukut untuk mengetahui

ketersediaan air berupa debit sintetis yang didapat dari perhitungan agar selalu waspada bila bajir

datang ataupun saat kekeringan melanda.

Debit sungai sintetis telah menjadi alat penting bagi perencana di bidang sumberdaya air

karena digunakan dengan simulasi komputer. Perencana memungkinkan untuk mengevaluasi

desain sistem yang diusulkan dengan lebih teliti dan dengan cara yang lebih canggih daripada

dengan metode yang tersedia sebelumnya. Simulasi ini tentu bukan ide baru, dan keinginan untuk

mengevaluasi desain yang diusulkan juga bukan ide baru. Hidrologi dan debit sungai sintetis

menambah proses perencanaan yaitu meningkatkan kapasitas dan evaluasi sensitivitas. (Fiering

dan Jackson, 1971)

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Memperkirakan ketersediaan air di wilayah Kali Krukut dengan metode Thomas Fiering

hingga tahun 2020.

2. Menghitung kebutuhan air di wilayah Kali Krukut dan proyeksi kebutuhan air hingga

tahun 2020.

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Neraca Air

Ilmu Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari sirkulasi air. Dalam proses sirkulasi air,

penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu

daerah untuk suatu periode tertentu disebut neraca air (water balance). (Sosrodarsono dan

Takeda,2006)

P= D + E + G + M ...............................................................................................(1)

Dengan :

P : Presipitasi

D : Debit

E : Evapotranspirasi

G : Penambahan (supply) air tanah

M : Penambahan kadar kelembaban tanah (moisture content)

Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006) dalam hal- hal tertentu, beberapa parameter

dalam Persamaan 1 dapat diabaikan tergantung dari periode perhitungan neraca air atau sifat-sifat

di daerah itu. Jika perhitungan metode neraca air diambil satu tahun dan daerah yang dipelajari itu

luas, sedangkan variasi metodologi itu berulang dalam siklus satu tahun dan kadar kebasahan

tanah itu juga berulang dalam siklus satu tahun, maka harga M akan menjadi nol. Jika semua

supply air tanah itu telah keluar ke permukaan di sebelah atas tempat pengukuran dan mengalir ke

bawah, maka persamaan neraca tahunan menjadi

P = D + E

Jika perhitungan neraca air itu diadakan pada suatu daerah tertentu yang terbatas, maka

aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) dari D dan G berbeda. Persamaannya menjadi

P= (D2 - D1) + E + (G2 - G1) + H.Pa + M............................................................(2)

Dengan :

D1 : Air permukaan dari bagian hulu yang mengalir ke dalam daerah yang ditinjau

D2 :Air permukaan yang mengalir ke luar dari daerah yang ditinjau ke bagian hilir.

G1 : Aliran Tanah yang mengalir dari bagian hulu ke dalam daerah yang ditinjau.

G2 : Air tanah yang mengalir ke luar dari daerah yang ditinjau ke bagian hilir.

H : Perubahan/variasi muka air tanah rata-rata daerah yang sedang ditinjau

Pa : Laju menahan udara rata-rata (mean air holding rate) di bagian variasi air tanah

Pada persamaan 2, P, D1, D2, dan H dapat diukur. G1 dan G2 dapat dihitumg menggunakan

pengukuran variasi muka air tanah. M dan Pa adalah harga-harga yang diperoleh dari profil tanah

pada titik titik tertentu yang dipilih di daerah pengaliran. Dalam perhitungan neraca air yang

dipergunakan untuk irigasi, variasi kuantitatif berdasarkan faktor-faktor alamiah seperti presipitasi,

pembekuan, evaporasi, transpirasi, aliran keluar (outflow) air permukaan tanah, air tanah dan lain

lain.

2.2 Model Simulasi Hidrologi

Sering didapati bahwa data hidrologi, terutama data debit aliran yang sangat diperlukan

bagi perencanaan dan pengoperasian sumber daya air tidak memadai, tidak lengkap, atau tidak

tersedia pada lokasi yang diperlukan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan :

4

1. Analisis stokastik untuk memperbanyak debit aliran dengan mempertahankan sifat-sifat

statistika data historiknya.

2. Menggunakan model simulasi hidrologi yang ada untuk memperkirakan debit suatu daerah

aliran sungai dari data curah hujan yang tersedia.

Model-model simulasi dalam hidrologi yang dimaksud pada wacana diatas, dapat

diklasifikasikan dalam empat kelompok utama. (Clarke, 1973)

1. Model Stokastik Konseptual (SC), antara lain :

- Model Dawdy-O’Donnell (1965)

- Model Layers Water Balance Nash-sutcliffe (1869)

- Model SSAR oleh Rockwood (1968)

-Model The Boughton used by Murray (1970)

2. Model Stokastik Empiris (SE), antara lain:

- Model regresi oleh Guillot (1971)

- Model Thomas Fiering (1962)

- Model Bernier (1971)

- Model ARIMA

- Model Instaneous Unit Hydrograph

3. Model Deterministik Konseptual (DC), antara lain :

- Model Freeze (1971)

- Model hidraulik Wooding (1965, 1966)

- Persamaan Laplace untuk steady flow.

4. Model Deterministik Empiris (DE), antara lain :

- Model The Functional Series Amorocho dan Orlob (1961)

- Model Kulandaiswamy dan Rao (1971)

Model Stokastik adalah model yang dikhususkan untuk teori dan aplikasi dari

kemungkinan yang muncul dalam permodelan dalam ilmu alam dan teknologi. Model ini biasanya

mengkaji ulang data atau informasi terdahulu untuk menduga peluang kejadian tersebut pada

keadaan sekarang atau yang akan datang dengan asumsi terdapat relevansi pada jalur waktu.

Sedangkan model Deterministik adalah model kuantitatif yang tidak mempertimbangkan peluang

kejadian dan memusatkan penelaahannya pada faktor-faktor kritis yang diasumsikan mempunyai

nilai eksak (Eriyatno,2003). Model Stokastik Konseptual yaitu model untuk menduga peluang

kejadian berdasarkan teori sedangkan Model Stokastik Empiris berdasarkan pengalaman dan

percobaan. Model Deterministik Konseptual yaitu model yang tidak memiliki kemungkinan atau

peluang kejadian yang berdasar pada teori yang ada sedangkan Model Deterministik Empiris

berdasar kepada pengalaman atau percobaan. Proses simulasi adalah proses peniruan sebuah

sistem atau kegiatan tanpa harus mendekati kenyataan sebenarnya (Varshney, 1978).

Proses yang melibatkan penggunaan model pembangkitan stokastik ini menghasilkan

rangkaian aliran dengan sifat sifat yang sama dengan data historik. Kata stokastik digunakan untuk

mendefenisikan ketidakteraturan dalam statistik, tetapi dalam hidrologi kata ini mengacu pada

rangkaian harga setengah acak. Maka data aliran air mereprentasikan data time series yang

melibatkan proses stokastik. Dari sudut pandang stokastik, proses aliran sungai (Xt) dianggap

terdiri dari empat komponen (McMahon, 1978) yaitu kecenderungan atau trend (Tt), periode (St),

Korelasi (Kt), dan bilangan acak (εt), yang secara singkat dapat dituliskan sebagai berikut :

Xt = Tt+ St+ Kt+ εt................................................................................................(3)

Dengan : Xt = Proses aliran sungai

5

2.3. Model Thomas Fiering

Dalam studi ini model yang akan digunakan adalah model Thomas Fiering (Stokastik

Empiris), karena data yang akan dibangkitkan berupa data debit bulanan (multiple season). Data

hidrologi yang akan diperpanjang dapat diperkirakan berdasarkan tingkat kesalahan (level of error)

dan keyakinan (level of confidence) statistika yang diinginkan.

Penerapan model Thomas Fiering pernah digunakan dalam menentukan debit aliran

Sungai Cimanuk di Bendung Rentang (Hatmoko, 2001). Secara sederhana model Thomas Fiering

menyatakan bahwa debit bulan mendatang adalah sama dengan rata-rata debit bulan mendatang;

ditambah dengan suatu faktor yang bergantung pada data debit saat ini dan ditambah dengan suatu

faktor inovasi yang besarnya adalah acak. Dengan demikian dapat dibuat satu set debit sintetis

bulanan secara berurutan. Metode ini memiliki keunggulan antara lain adalah mengawetkan rata-

rata, simpangan baku, dan korelasi antar bulan. Metode ini akan dikembangkan untuk peramalan,

dengan mengurangi komponen yang bersifat acak, dan dilakukan dalam periode tengah-bulanan.

Untuk membuat data debit sintetis, rumus Thomas-Fiering mempunyai bentuk umum aslinya

sebagai berikut (Fiering and Jackson, 1993):

qi,j = xj + r(j)sj/sj-1 (qi,j-1 - xj-1) + ti,jsj{1-r(j)2}

0.5...............................................................................(4)

Dengan :

qi,j = debit bulan j dalam tahun i (j=1,2,...,12)

xj = rata-rata debit bulan j

r(j)sj/sj-1 = koefisien regresi qi,j dari qi,j-1

r(j) = koefisien korelasi bulan j dari bulan j-1

sj = simpangan baku bulan j

sj-1 = simpangan baku bulan j-1

xj-1 = rata-rata bulan j-1

ti = variabel acak berdistribusi normal baku, dengan rata-rata 0 dan variansi 1, untuk

bulan j dengan catatan bahwa untuk j = 1 (bulan Januari), maka j-1 = 12 (bulan

Desember dari tahun yang lalu).

Secara sederhana persamaan 4 menyatakan bahwa debit bulan mendatang adalah sama

dengan rata-rata debit bulan mendatang; ditambah dengan suatu faktor yang bergantung pada data

debit saat ini dan ditambah dengan suatu faktor inovasi yang besarnya adalah acak. Dengan

demikian dapat dibuat satu set debit sintetis bulanan secara berurutan. Metode ini memiliki

keunggulan antara lain adalah mengawetkan rata-rata, simpangan baku, dan korelasi antar bulan.

Metode ini akan dikembangkan untuk peramalan, dengan mengurangi komponen yang bersifat

acak, dan dilakukan dalam periode tengah-bulanan.

Thomas-Fiering merupakan suatu metode yang telah lama dikenal untuk membangkitkan

data debit sintetis bulanan. Hampir semua buku yang membahas aplikasi statistika di dalam ilmu

hidrologi, misalnya Raudkivi (1981), Kottegoda (1980) atau Shahin (1993) mengemukakan

metode Thomas-Fiering adalah metode untuk membuat data debit sintetis, jika data debit

pengamatan masih kurang panjang (kurang dari 20 tahun) untuk digunakan sebagai masukan

dalam simulasi perencanaan wilayah sungai. Rumus asli Thomas-Fiering dapat dibaca sebagai

berikut:

- Debit bulan mendatang adalah sama dengan rata-rata debit bulan mendatang ditambah dengan

suatu faktor tetap dan faktor lainnya yang bersifat acak (dinamakan faktor inovasi).

- Faktor tetap merupakan fungsi dari data debit bulan ini dan statistik data (koefisien korelasi

serta simpangan baku).

6

- Faktor inovasi merupakan perkalian antara suatu faktor yang bergantung dari statistik data, dan

variabel acak berdistribusi normal baku (rata-rata nol dan variansi satu).

Hatmoko (2010) juga mengatakan bahwa berdasarkan rumus Thomas-Fiering, untuk

membuat debit bulan mendatang yang bersifat stokastik atau acak, dibuat modifikasi untuk

meramalkan debit tengah-bulan mendatang berdasarkan nilai harapan (ekspektasi) statistika akan

terjadinya suatu kejadian.

Dengan demikian, maka Model Thomas-Fiering yang dimodifikasi untuk peramalan

tengah-bulanan ini dapat dipandang sebagai model autoregresi yang diterapkan pada data tengah-

bulanan, dan memasukkan faktor musim, yaitu fluktuasi tengah-bulanan. Jadi terdapat 24 buah

koefisien regresi. Seperti halnya dengan model stokastik lainnya, model ini juga memerlukan data

debit bulanan pada kurun waktu yang cukup panjang.

Dari runtut waktu yang panjang ini selanjutnya akan didapatkan beberapa parameter

statistik yaitu rata-rata, simpangan-baku, dan koefisien korelasi. Data ini selanjutnya diolah

menjadi koefisien regresi untuk meramalkan debit tengah-bulan mendatang.

Jadi, pada prinsipnya, cara peramalan debit untuk tengah-bulan mendatang adalah dengan

menambahkan rata-rata debit tengah-bulan mendatang dengan perkalian antara koefisen regresi

dengan penyimpangan dari debit rata-rata yang terjadi pada tengah-bulan sebelumnya. Langkah-

langkah pengerjaan peramalan debit dengan metode Thomas-Fiering dapat dibagi atas dua tahap,

yaitu tahap perhitungan parameter koefisien regresi dan tahap peramalan.

Penerapan metode Thomas Fiering juga pernah digunakan dalam peramalan debit aliran

sungai oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (DPPW) tahun 2004. Bertambahnya

jumlah penduduk dan berkembangnya perekonomian menyebabkan semakin hari semakin

meningkat pula kebutuhan air. Di lain pihak air yang tersedia jumlahnya tetap. Bahkan, cenderung

mengalami penurunan yang disebabkan oleh perubahan tata guna lahan dan pencemaran air. Hal

ini menuntut pengelolaan alokasi air yang lebih cermat, efisien, dan efektif yaitu pengelolaan

alokasi dan distribusi air secara tepat waktu. Pengelolaan alokasi air secara tepat waktu terdiri atas

tahap pengumpulan data kebutuhan air dan ketersediaan air saat ini, peramalan ketersediaan air

pada periode mendatang, dan perencanaan alokasi air dan pelaksanaan alokasi air. Pedoman ini

disusun untuk meramal debit aliran sungai yang menggambarkan ketersediaan air pada aliran

rendah dalam pengelolaan alokasi air.

Peramalan debit aliran sungai diperlukan pada tahap perencanaan, desain, konstruksi,

operasi, dan pemeliharaan untuk memperkirakan ketersediaan air pada aliran rendah. Peramalan

pasok air (ketersediaan air) sangat diperlukan dalam pengoperasian sistem tata air untuk

penyediaan air domestik, perkotaan dan industri, irigasi, dan listrik tenaga air. Ramalan ini pada

umumnya menyangkut debit aliran untuk durasi tertentu, misalnya debit tahunan, musiman,

bulanan, tengah-bulanan, atau sepuluh-harian. Pada beberapa Balai Pengelolaan Sumber Daya Air

(PSDA) di Jawa pengelolaan alokasi air telah lazim melakukan peramalan dengan jangka waktu

tengah bulanan atau sepuluh harian (di Jawa Timur) melalui proyek Basin Water Resources

Management (BWRM). Pemilihan metode peramalan bergantung pada karakteristik DPS, data

yang tersedia, dan kebutuhan pengguna ramalan. Metode yang umum digunakan adalah model

konseptual, metode resesi, dan analisis deret-waktu. Peramalan debit aliran rendah untuk jangka

pendek dan menengah dapat dilakukan dengan menggunakan karakteristik resesi dari DPS.

Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari sifat resesi pada musim

kemarau, misalnya akibat campur tangan manusia dalam pemompaan untuk irigasi dan alih aliran

antar DPS. Peramalan jangka panjang pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode

korelasi dan regresi yang peubah bebasnya adalah lengas tanah, curah hujan dan suhu. Dalam

7

beberapa hal curah hujan dapat dibagi atas beberapa peubah musiman yang terpisah dengan bobot

yang berbeda. Teknik probabilitas matriks transisi dan Teori Rantai Markov (Markov Chain) dapat

juga digunakan untuk peramalan jangka panjang

Model Thomas-Fiering untuk peramalan debit aliran sungai merupakan modifikasi dari

bentuk aslinya yang berupa model stokastik untuk membuat debit sintetis. Model yang telah

digunakan pada beberapa balai PSDA di Jawa untuk pengelolaan alokasi air ini merupakan salah

satu bentuk model autoregresi dengan jangka-waktu peramalan satu bulan dan memiliki 12 buah

koefisien untuk masing-masing bulannya.

Untuk menghasilkan urutan nilai aliran sintetis untuk aliran tertentu, kita harus

mempertimbangkan bahwa aliran merupakan sebuah proses acak akibat proses perubahan

keseluruhan dengan cara yang melibatkan probabilitas ( Moran, 1959)

8

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di DAS Kali Krukut dan dimulai dari bulan Februari hingga

Juni 2012. Daerah Pengaliran Sungai (DAS) Krukut memiliki luas ± 84,9 km2 dengan satu sungai

utama yaitu Kali Krukut, sepanjang ± 40 km, dan tiga anak sungai yaitu Kali Mampang, Kali Bata

dan Kali Sarua. Lokasi DAS Krukut meliputi wilayah Kota Depok dan DKI Jakarta.

Gambar 1. Lokasi DAS Kali Krukut

Sumber : BBWSCC,2010b

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan program

Microsoft Excel, kamera digital, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah serangkaian

data sekunder tentang perkiraan ketersediaan air dengan menggunakan metode Thomas Fiering di

Kali Krukut, Jakarta adalah :

1. Data iklim tahun 2007 dari pos penakar hujan di sekitar DAS Kali Krukut meliputi :

- Suhu udara (t) rata-rata

- Kelembaban relatif (RH) rata-rata

- Penyinaran matahari (n/N) rata-rata

- Kecepatan angin (u) rata-rata

2. Data debit bulanan tahun 2001 hingga tahun 2010

3. Data kependudukan tahun 2010

Lokasi DAS Krukut

9

3.3. Metode Penelitian

Data debit di Kali Krukut hanya ada sembilan tahun, sedangkan untuk analisis data debit

diperlukan data debit dengan jangka waktu yang cukup panjang. Dengan demikian bila data yang

tersedia kurang panjang di lokasi rencana maka untuk memperkirakan besarnya perkiraan data

digunakan Metoda Thomas Fiering. Model Thomas Fiering lazim juga disebut model Rantai

Markov (Markov Chain Model).

3.3.1 Pembangkitan Data dengan Menggunakan Metode Thomas Fiering

Dengan asumsi bahwa aliran Kali Krukut terdistribusi normal, model multiple season ini

dapat dirumuskan sebagai berikut (Fiering dan Jackson, 1971)

..........(5)

Dimana :

= Data tahun ke I periode ke j+1 (m3/dt)

= Data tahun ke I periode ke j (m3/dt)

= Rerata data periode ke J+1 (m3/dt)

= Rerata data periode ke J (m3/dt)

= Standar deviasi data periode j+1

σx,j = Standar Deviasi data periode j

= Koefisien korelasi antar periode

= Bilangan acak (random)periode ke j+1

Bilangan acak (random) adalah sejumlah bilangan yang memiliki nilai rata-rata = 0 dan

varian = 1. Pembangkitan bilangan acak dari distribusi normal dapat diperoleh dengan cara sebagai

berikut, menurut Gillet (1982)

........................................................................................................(6)

Dimana :

Ri= Bilangan acak

Z = Pembangkitan bilangan acak (random number generation)

Untuk N = 12, maka persamaan 5 menjadi

...................................................................................................(7)

Dengan persamaan 6 akan didapatkan 12 bilangan acak (Ri dengan i = 1,2,.....,12) yang selanjutnya

akan digunakan pada model Thomas Fiering.

10

Mulai

Data Debit

Bulanan

Hitung Standar deviasi,

Xrerata, Koefisien

korelasi

Pengulangan Bilangan Random

Pembangkitan Data

Selesai

Gambar 2. Diagram alir perhitungan pembangkitan data dengan metode Thomas Fiering

Uji Hipotesis

Uji F

Uji T

Uji Kesesuaian

Uji Smirnov Kolmogorov

Uji Chi Square

Tidak

Ya

11

3.3.2 Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis merupakan bagian terpenting dari teori pengambilan keputusan.

Hipotesis statistika adalah suatu anggapan atau pernyataan mungkin benar atau tidak mengenai

satu populasi atau lebih. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan untuk ditolak disebut

hipotesis nol dan dinyatakan dengan H0. Penolakan H0 menjurus pada penerimaan suatu hipotesis

tandingan yang dinyatakan dengan H1 (Walpole dan Myers, 1972). Data Historis dan data hasil

pembangkitan akan diuji menggunakan dua jenis uji hipotesis yaitu uji T (student’s t test) dan uji F

(Fisher test).

3.3.2.1 Uji F

Uji F sering juga disebut uji Z dan biasa juga disebut analisis varians. Analisis varians

yang mula-mula dikembangkan oleh Ronald A. Fisher pada tahun 1923, dan penamaan bilangan

(hasil perhitungan dan nilai tabel F dimaksudkan sebagai penghargaan terhadap dirinya. Analisis

varians merupakan sebuah teknik statistik yang diakui banyak orang cukup solid, kuat, dan dapat

dipertanggungjawabkan. Analisis varians digunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian,

baik hipotesis kerja ataupun hipotesis nihil, tentang ada atau tidak adanya perbedaan rata-rata

hitung yang signifikan di antara kelompok-kelompok sampel yang diteliti. Untuk menguji

perbedaan-perbedaan itu, teknik analisis varians menganalisis sumber-sumber variasi dan

menggolong-golongkannya berdasarkan sumber-sumber data yang menyebabkan adanya

variabilitas tersebut. (Nurgiyantoro et al, 2009)

Terdapat 2 sampel yang masing-masing berukuran n1 dan n2. Rerata masing-masing

sampel dinotasikan sebagai m1 dan m2. Untuk menguji apakah kedua rerata kelompok data

tersebut tidak berbeda secara nyata (significant) digunakan uji Z dengan menghitung Zm

berdasarkan rumus berikut (Montarcih dan Soetopo, 2009) :

Zm =

....................................................................................................................................(8)

Sd =

.......................................................................................................(9)

Dengan : μ1 = rerata sampel 1

μ2 = rerata sampel 2

S1= simpangan baku sampel 1

S2 = simpangan baku sampel 2

n1 = ukuran sampel 1

n2 = ukuran sampel 2

Hipotesa : H0 = perbedaan rerata tidak nyata ( not significant )

H1 = rerata berbeda secara nyata ( significant )

Kemudian hasil perhitungan Zm dibandingkan dengan Z dari tabel Distribusi Normal

dengan probabilitas tertentu, misalnya α = 5% (α = Level of Significance). Karena dalam hal ini uji

bersifat dua sisi (two-tailed), untuk Level of Significance α=5%, Z (tabel Distribusi Normal) =

1,96. Apabila Zscore < Ztabel, maka H0 diterima dan jika sebaliknya maka H0 ditolak.

12

3.3.2.2 Uji T

Menurut Nurgiyantoro et al. (2009). Rata rata hitung yang ingin diuji perbedaannya, yaitu

apakah berbeda secara signifikan atau tidak, dapat berasal dari distribusi sampel yang berbeda,

dapat pula dari sampel yang berhubungan. Distribusi sampel yang berbeda dimaksudkan sebagai

sampel-sampel yang berasal dari dua populasi yang berbeda dengan kata lain kelompok yang

subjeknya berbeda disebut sebagai sampel bebas (independent sample). Sebaliknya, distribusi

sampel berhubungan dimaksudkan sebagai sampel yang sama, atau kelompok subjek yang sama

(correlated samples or paired samples). Untuk memastikan ada atau tidaknya perbedaan yang

mungkin hanya bersifat kebetulan atau memang signifikan secara statistik tersebut haru dilakukan

uji statistik. Teknik statistik yang bisa dipergunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung dari

dua kelompok sampel adalah t test.

Uji t termasuk jenis uji untuk sampel kecil. Ukuran sampel kecil adalah n < 30. Untuk

mengetahui apakah 2 sampel berasal dari populasi yang sama, maka dihitung tscore dengan rumus

(Montarcih dan Soetopo, 2009) :

t=

......................................................................................................................................(10)

σ =

..................................................................................................................(11)

dengan : m1 = rerata dari sampel 1

m2 = rerata dari sampel 2

s1 = simpangan baku dari sampel 1

s2 = simpangan baku dari sampel 2

N1 = ukuran dari sampel 1

N2 = ukuran dari sampel 2

Hipotesa : H0 : sampel 1 dan sampel 2 berasal dari populasi yang sama

H1 : sampel 1 dan sampel 2 tidak berasal dari populasi yang sama

Harga tcr dicari pada tabel Distribusi Student’s untuk derajat Bebas n = N1+N2-2 dan α (

Level of Significance) misalnya sama dengan 5 %. Apabila t score < tcr, maka H0 diterima, dan jika

sebaliknya maka H0 ditolak.

3.3.3. Uji Kecocokan

Diperlukan penguji parameter untuk menguji kecocokan ( the goodness of fittest test)

distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang diperkirakan dapat

menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut. Pengujian parameter yang sering

dipakai adalah Chi Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov. (Suripin, 2004)

13

3.3.3.1 Uji Smirnov-Kolmogorov

Sebagai alternatif untuk menguji kesesuaian distribusi ( goodness of fit), dapat digunakan

uji Smirnov Kolmogorov (Montarcih dan Soetopo, 2009). Uji kecocokan smirnov kolmogorov

sering disebut juga uji kecocokan non parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi

distribusi tertentu. Menurut Suripin, 2004, prosedur pelaksanaan uji Smirnov Kolmogorov adalah

sebagai berikut

1) Data diurutkan (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan ditentukan besarnya peluang dari

masing-masing data tersebut

X1 = P(X1)

X2 = P(X2)

X3 = P(X3), dan seterusnya

Tabel 3. Nilai kritis Do untuk uji Smirnov Kolmogorov

n 0,200 0,100 0,050 0,010

5

10 0,450 0,510 0,560 0,670

15 0,320 0,370 0,410 0,490

20 0,270 0,300 0,340 0,400

25 0,230 0,260 0,290 0,360

30 0,210 0,240 0,270 0,320

35 0,190 0,220 0,240 0,290

40 0,180 0,200 0,230 0,270

45 0,170 0,190 0,210 0,250

50 0,160 0,180 0,200 0,240

0,150 0,170 0,190 0,230

n > 50 1,07 1,22 1,36 1,63

n0,5

n0,5

n0,5

n0,5

Sumber : Bonnier, 1980

2) Nilai diurutkan masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data (persamaan

distribusinya)

X1 = P’(X1)

X2= P’(X2)

X3 = P’(X3), dan seterusnya.

3) Dari kedua nilai peluang tersebut, selisih terbesarnya ditentukan dari antar peluang pengamatan

dengan peluang teoritis.

D = maksimum (P(Xn)-P’(Xn) ................................................................................................(12)

14

3.3.3.2 Uji Chi Square

Menurut Suripin (2004) uji Chi kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah

persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang

dianalisis. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter χ2 , yang dapat dihitung dengan

rumus berikut

Χh2=

.........................................................................................................................(13)

Dengan :

G = Jumlah sub kelompok

Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i,

Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i.

Prosedur Uji chi kuadrat adalah sebagai berikut :

1) Urutkan data pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya)

2) Kelompokkan data menjadi G sub- grup yang masing-masing beranggotakan minimal 4 data

pengamatan.

3) Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub –grup,

4) Jumlahkan data dari persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei,

5) Pada tiap sub-grup hitung nilai

6) Jumlah seluruh G sub-grup nilai

untuk menentukan nilai chi kuadrat hitung.

7) Tentukan derajat kebebasan dk = G-R-1 (nilai R=2 untuk distribusi normal dan binomial).

Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut :

1) Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi yang digunakan dapat diterima.

2) Apabila peluang kurang dari 1% maka persamaan distribusi yang digunakan tidak dapat

diterima,

3) Apabila peluang berada di antara 1-5%, maka tidak mungkin mengambil keputusan, misal perlu

data tambahan.

3.3.4. Perhitungan Proyeksi Penduduk

Metode yang biasa digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk pada tahun

tertentu di masa yang akan datang adalah metode polinomial seperti dirumuskan sebagai berikut

(Muliakusuma, 2000)

Pn = Po (1 + r)n.........................................................................(14)

Dengan :

Pn = jumlah penduduk pada tahun n (jiwa)

Po = jumlah penduduk pada tahun awal DAS (jiwa)

r = angka pertumbuhan penduduk (%)

n = periode waktu (tahun)

15

Gambar 3. Diagram alir uji Chi Square

Mulai

Pengumpulan data

Data cukup

Pengolahan Data :

- Menentukan H0 dan H1

- Menentukan kriteria penolakan

Ho

- Menghitung nilai rata-rata(λ),

peluang, dan Chi Square (X2)

- Uji Statistik

Hasil Optimal

Penyajian Data : Perbandingan dengan

taraf signifikansi 1% 5% dan 10%

Analisis

Kesimpulan

Ya

Selesai

Ya

Tidak

Tidak

16

3.3.5 Perhitungan Kebutuhan Air di Kali Krukut

Kebutuhan Air Domestik dan Industri

Total kebutuhan air domestik dan industri (DMI) diestimasi dengan mengalikan populasi

hasil proyeksi dengan laju konsumsi air per kapita, sebagaimana ditunjukkan dalam rumus berikut

(BSN, 2002)

r

r

u

u

DMI P1000

qP

1000

q365Q

......................................................................(15)

Dengan :

Q(DMI) = kebutuhan air DMI (m³/tahun)

q(u) = konsumsi air untuk daerah perkotaan (lt/kapita/hari)

q(r) = konsumsi air untuk daerah pedesaan (lt/kapita/hari)

P(u) = populasi perkotaan (jiwa)

P(r) = populasi pedesaan (jiwa)

Kebutuhan Air Peternakan

Bidang peternakan juga membutuhkan air untuk minum ternak,. Jenis ternak yang

berbeda memiliki kebutuhan air yang berbeda pula. Standar yang digunakan untuk menghitung

kebutuhan setiap ternak adalah dari SNI 2002 yang didasarkan pada hasil penelitian tentang

sumberdaya air nasional tahun 1992. Jenis ternak juga memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan

air. Kebutuhan air ternak diperkirakan dengan mengalikan jumlah ternak dengan laju konsumsi air,

sebagaimana ditunjukkan dalam rumus berikut : (sumber : BSN, 2002)

po poptpt sg sgcb cbL PqPqPqPq

1000

365Q

...................................(16)

Dengan:

Q(L) = kebutuhan air untuk ternak (m³/tahun)

q(cb) = kebutuhan air untuk sapi/kerbau (lt/ekor/hari)

P(cb) = populasi sapi/kerbau (ekor)

q(sg) = kebutuhan air untuk kambing/domba (lt/ekor/hari)

P(sg) = populasi kambing/domba (ekor)

q(pt) = kebutuhan air untuk babi (lt/ekor/hari)

P(pt) = populasi babi (ekor)

q(po) = kebutuhan air untuk unggas (lt/ekor/hari)

P(po) = populasi unggas (ekor)

Kebutuhan Air Untuk Penggelontoran Sungai

Kebutuhan air penggelontoran pada tahun 2000 per kapita di daerah perkotaan diperkirakan

360 lt/hari dan pada tahun 2015 diperkirakan berkurang menjadi 300 lt/hari karena pada saat itu

diharapkan lebih banyak orang terhubung pada sistem penyaluran limbah. (BAPPENAS, 2006).

Dengan demikian kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai ditunjukkan dalam rumus:

u

f

RM P1000

q365Q

...........................................................................................(17)

Dengan:

Q(RM) = kebutuhan air penggelontoran sungai (m³/tahun)

q(f) = kebutuhan air penggelontoran (lt/kapita/hari)

P(u) = populasi perkotaan (jiwa)

17

Kebutuhan air untuk pertanian

Penggunaan air untuk irigasi yang dipergunakan dalam waktu satu tahun sehingga

pengaruh lama tanaman dan persentase (%) intensitas tanaman harus diperhitungkan. Rumus

perhitungan penggunaan air untuk tanaman per tahun sebagai berikut (BSN, 2002) :

A = L x Itx a........................................................................................................................(18)

Dengan :

A= Penggunaan air irigasi

L = Luas daerah irigasi (ha)

It = Intensitas tanaman dalam persen (%)

A = Standar penggunaan air ( 1 lt/dt/ha)

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 . Keadaan Umum Daerah Penelitian

Secara administrasi daerah penelitian mencakup wilayah Kodya Depok, Bogor dan DKI

Jakarta.. DAS Krukut memiliki luas ± 84,9 km2 dengan panjang sungai utama ± 40 km. Di

Indonesia terdapat dua musim setiap tahun, yaitu musim penghujan (November-April ) dan musim

kemarau (Mei-Oktober). Suhu udara tahunan rata-rata 26,57 0C, kelembaban tahunan rata-rata

78,35 %, penyinaran matahari tahunan rata-rata 67,85 %, dan kecepatan angin (u) rata-rata 1,52

m/dtk. Data curah hujan tahunan rata-rata di Kali Krukut dapat dilihat pada Lampiran 8.

Hasil pengamatan lapangan di daerah penelitian memperlihatkan hampir seluruh daerah

ini telah diusahakan oleh manusia untuk budidaya pertanian dan non-pertanian. Di daerah dataran

landai umumnya lahan-lahan pertanian produktif beralih fungsi menjadi pemukiman, industri,

sarana dan prasarana umum seperti rumah sakit, sekolah, perkantoran, hotel, super market dan

lain-lain. Kondisi ini menyebabkan lahan-Iahan pertanian produktif menjadi sempit dan cenderung

terdesak ke arah perbukitan dan pegunungan. Kecenderungan ini menyebabkan hutan beralih

fungsi menjadi lahan pertanian dan pemukiman tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi

tanah dan air.

Kebutuhan mendesak akan pangan juga telah banyak merubah usaha tanaman tahunan

menjadi tegalan di daerah perbukitan dan pegunungan. Kebun karet yang tadinya banyak tersebar

di daerah Jakarta - Bogor, sekarang telah berubah menjadi daerah pemukiman, tegalan, atau telah

dikaveling-kaveling serta pembangunan sarana prasarana umum lainnya. Kondisi ini menyebabkan

luas hutan semakin kecil dan sebaliknya makin meluas lahan-lahan kritis, yang akhirnya

berdampak pada kekeringan di musim kemarau dan banjir disertai erosi tanah yang besar di musim

hujan. Pola tegalan yang ditemukan di lapangan umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah

konservasi tanah dan air, seperti sistem terasering, penanaman menurut kontur, penggunaan strip,

dan sebagainya.

Pengelolaan lahan-lahan tegalan umumnya dengan pola pertanian yang lebih didominasi

oleh tanaman singkong dan sebagian besar lahannya terbuka. Kondisi inilah yang mendorong

peningkatan erosi tanah di waktu musim hujan. Hasil pengamatan lapangan di daerah hulu DAS

Krukut menunjukkan terjadi konversi lahan secara besar-besaran, dimana hutan alam telah beralih

fungsi menjadi lahan pertanian yang sebagian besar berupa tegalan. persawahan dan pemukiman

yang dimulai dari daerah datar sampai ke perbukitan. Umummya persentase penutupan lahannya

kurang dari 50%, kondisi ini turut memberi andil dalam besarnya erosi yang disebabkan oleh

aliran permukaan. Penggunaan lahan sangat besar pengaruhnya terhadap karakteristik hidrologi

suatu DAS karena dapat mempengaruhi proses-proses yang terlibat di dalam siklus hidrologi

seperti intersepsi, evapotranspirasi, infiltrasi dan aliran permukaan.

Berdasarkan peta skala 1:50000 untuk wilayah Jabodetabek yang dihasilkan oleh Pusat

Penelitian Tanah (1981) ditemukan jenis-jenis tanah : aluvial, rensina dan litosol, glei humus

rendah, hidromorf kelabu, grumosol, laterit air tanah, latosol, dan podsolik. Berdasarkan sifat-sifat

tanah tertentu seperti tekstur, drainase, bentuk wilayah/fisiografi, dan bahan induk pembentuk

tanah tersebut maka duiurunkan sebanyak 20 satuan peta tanah dengan kurang lebih 20 macam

tanah (Lampiran 9) dengan tekstur halus sampai kasar, drainase cepat sempat terhambat.

Penyebaran macam tanah ini dan karakteristik fisiknya adalah seperti disajikan pada Lampiran 9.

19

4.2. Perkiraan Ketersediaan Air dengan Metode Thomas Fiering

4.2.1. Simulasi Uji Coba Peramalan

Input pada Metode Thomas Fiering dalam simulasi uji coba permalan adalah data debit

rata-rata bulanan (m3/detik) selama enam tahun. Debit rata-rata bulanan dari tahun 2001 sampai

2006 tersebut akan diperpanjang hingga hingga tahun 2010. Hasil perkiraan debit selama empat

tahun tersebut akan dibandingkan dengan data debit rata-rata yang sebenarnya yaitu data debit

rata-rata tahun 2007-2010.

Untuk memperpanjang debit hingga sepuluh tahun diperlukan parameter seperti

simpangan baku, koefisien korelasi dan koefisien regresi. Baik simpangan baku, koefisien korelasi

dan koefisien regresi dicari dari debit setiap bulannya. Misalnya, simpangan baku dari bulan

januari tahun 2001 sampai 2006 adalah sebesar 2,80. Nilai tersebut didapat dari pehitungan

menggunakan program perhitungan simpangan baku di microsoft excel. Parameter seperti

simpangan baku, koefisien korelasi dan koefisien regresi dapat dilihat pada Lampiran 10.

Setelah mengetahui simpangan baku, koefisien korelasi dan koefisien regresi, maka

perhitungan perkiraan data debit dengan metode Thomas Fiering dapat dilakukan. Untuk

memperpanjang data debit tersebut dibutuhkan satu parameter lagi yaitu bilangan acak. Bilangan

acak atau bilangan random dapat juga diperoleh dengan menggunakan program data analysis pada

microsoft excel.

Gambar 4. Hasil perkiraan debit tahun 2007-2010 dengan metode Thomas Fiering

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200 0

5

10

15

20

25

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

Deb

it (

m³/

dt)

Waktu (Tahunan)

Curah Hujan Perkiraan debit dengan metode Thomas Fiering Data debit bulanan

20

Perkiraan debit dengan menggunakan metode Thomas Fiering selama empat tahun diuji

hipotesisnya dengan menggunakan uji T dan uji F. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui suatu

pertanyaan atau anggapan mungkin benar atau tidak. Dari perhitungan uji F untuk tingkat

signifikan 5% yang dihitung dengan menggunakan Persamaan 9 jika diperoleh hasil bahwa

F1>F1tabel , maka data debit tidak homogen dari bulan ke bulan. Jika F2 < F2 tabel, maka data debit

homogen dari tahun ke tahun. Dari perhitungan uji T untuk tingkat signifikan 5% yang dihitung

menggunakan Persamaan 11 didapatkan hasil yaitu nilai thitung Januari sampai Desember lebih kecil

dari ttabel, sehingga hipotesis diterima. Data debit tahunan berasal dari populasi yang sama.

Diperlukan pengujian parameter yaitu uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi-Kuadrat

untuk menguji kecocokan distribusi sampel data dan distribusi lainnya. Dari Perhitungan uji

Smirnov-Kolmogorov dengan menggunakan Persamaan 12 diperloeh hasil yaitu Dmaksimum >

Dkritis , maka distribusi dinyatakan sesuai. Lalu dari perhitungan uji Chi-Kuadrat untuk tingkat

signifikan 5% dengan menggunakan Persamaan 13 maka diperoleh hasil yaitu X2hitung < X

2tabel

artinya distribusi sesuai atau diterima.

Dengan membandingkan hasil perhitungan debit perkiraan dan debit aktual, dapat

diketahui penyimpangan atau selisih dari debit perkiraan dengan debit aktual. Pada debit rata-rata

tahun 2007 selisih debit perkiraan dan debit aktual yaitu sebesar 0,8 m3/dt, sedangkan pada tahun

2008 perbedaan debit nya yaitu sebesar 1,31 m3/dt. Pada tahun 2009 selisih debit perkiraan dengan

debit sebenarnya yaitu sebesar 1,73 m3/dt, sedangkan pada debit rata-rata tahun 2010 terdapat

perbedaan sebesar 1,24 m3/dt. Selisih tersebut menunjukkan bahwa perbedaan antara debit

perkiraan dengan metode Thomas Fiering dengan debit aktual tidak terjadi penyimpangan yang

signifikan. Garis grafik berwarna hijau menunjukkan curah hujan yang terjadi dari tahun 2007-

2010. Walaupun garis grafik perkiraan debit pada tahun 2009 agak berbeda dengan data aktual

akan tetapi garis grafik curah hujan mengikuti laju grafik debit perkiraan. Hal ini berarti hasil

simulasi uji coba perkiraan debit dengan tidak menyimpang.

4.2.2. Analisis Ketersediaan Air di Kali Krukut Hingga Tahun 2020 dengan

Metode Thomas Fiering

Perhitungan analisis ketersediaan air dengan metode Thomas Fiering menggunakan data

debit rata-rata bulanan dari tahun 2001 sampai tahun 2009. Debit tersebut dapat dilihat pada Tabel

4.

Tabel 4. Debit rata rata bulanan (m3/dt) tahun 2001-2009

Sumber : BBWS Ciliwung Cisadane, 2010

Tahun Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.

2001 5,10 5,49 6,63 8,04 6,35 8,32 5,55 4,41 5,64 5,64 5,08 4,11

2002 10,68 19,93 9,57 10,89 5,42 5,31 5,35 3,50 2,21 2,01 3,17 4,82

2003 3,10 7,93 7,59 5,78 5,08 3,23 2,06 1,47 2,23 3,53 6,34 6,38

2004 8,71 11,09 7,52 9,38 8,90 3,19 3,91 2,06 1,61 2,50 4,65 5,65

2005 9,08 8,86 9,31 4,50 5,91 6,68 4,15 4,39 4,70 5,17 4,18 4,67

2006 7,42 10,24 10,53 10,40 8,32 4,54 3,81 3,45 3,01 2,81 3,55 6,34

2007 7,88 12,95 7,8 12,75 7,19 6,65 6,24 4,22 4,79 6,06 8,89 13,16

2008 9,74 15,26 13,257 13,94 10,02 7,85 5,82 6,25 5,86 5,55 9,31 6,62

2009 8,62 5,61 4,38 3,92 3,98 1,89 0,8 0,37 0,28 1,79 2,43 1,52

21

Setelah mengetahui data debit rata-rata sembilan tahun, maka perkiraan debit dapat

dilakukan. Debit akan diperpanjang dengan metode thomas Fiering sampai tahun 2020 guna

mengetahui ketersediaan air pada tahun mendatang. Tahun-tahun menuju tahun 2020 ialah tahun

tahun dimana pemerintah melakukan peningkatan terhadap ketahanan pangan. Dengan

menggunakan metode ini akan membantu pemerintah dalam mengelola sistem irigasi. Sistem

irigasi merupakan salah satu pendukung ketahanan pangan. Sistem irigasi yang dimaksud meliputi

prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumberdaya

manusia.

Dengan menggunakan Persamaan 5 didapat debit sampai tahun 2020. Debit dari tahun

2010-2020 disajikan dalam Gambar 5. Gambar 5 menggambarkan bahwa terjadi penurunan dan

peningkatan ketersediaan air setiap tahunnya. Hal itu diakibatkan oleh rusaknya sungai, sehingga

dikala musim hujan debit sangat tinggi, hal ini memungkinkan terjadinya banjir. Debit yang sangat

tinggi akan terjadi pada tahun 2017 pada bulan februari. Tahun ini juga termasuk dalam banjir

lima tahunan yg terjadi di wilayah Jakarta setiap lima tahun sekali. Debit yang sangat tinggi pada

Oktober, November, dan Desember tahun 2018 dan 2019 kemungkinan dikarenakan tanah tidak

mendukung untuk melakukan infiltrasi karena sungai tersebut telah rusak. Gambar 5 juga

menggambarkan ketika tahun desember 2014 dan 2015 ketersediaan air sangat sedikit. Hal itu bisa

dilihat dari nilai debit yang sangat kecil. Di tahun tahun sebelumnya juga terdapat debit yang kecil

seperti ini yaitu pada akhir tahun 2009.

Gambar 5. Data debit bulanan 2001-2009 dan debit perkiraan tahun 2020 dengan metode Thomas

Fiering

22

Hasil perkiraan metode thomas Fiering ini diuji menggunakan uji hipotesis dan uji

kecocokan. Uji hipotesis yang dimaksud sama seperti sewaktu melakukan simulasi percobaan

perkiraan debit menggunakan metode Thomas Fiering yaitu menggunakan uji F dan Uji T. Hasil

perhitungan uji F terdapat untuk tingkat signifikan 5% yang dihitung diperoleh hasil bahwa

F1>F1tabel , maka data debit tidak homogen dari bulan ke bulan. Lalu F2 < F2 tabel, maka data debit

homogen dari tahun ke tahun. Dari perhitungan uji T untuk tingkat signifikan 5% yang dihitung,

didapatkan hasil yaitu nilai thitung Januari sampai Desember lebih kecil dari ttabel, sehingga hipotesis

diterima. Data debit tahunan berasal dari populasi yang sama.

Lalu dengan menggunakan uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi-Kuadrat, kecocokan

distribusi sampel data dan distribusi lainnya dapat dihitung. Dari Perhitungan uji Smirnov-

Kolmogorov maka diperloeh hasil yaitu Dmaksimum > Dkritis , maka distribusi dinyatakan

sesuai. Lalu dari perhitungan uji Chi-Kuadrat untuk tingkat signifikan 5% maka diperoleh hasil

yaitu X2

hitung < X2

tabel artinya distribusi sesuai atau diterima.

Ketersediaan air yang diperkirakan sampai tahun 2020 mengalami peningkatan seperti

yang tertera pada Gambar 5. Ketersediaan air yang meningkat diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan akan air di DAS Krukut. Kebutuhan air yang dimaksud ialah kebutuhan air domestik

dan industri, kebutuhan air untuk peternakan, penggelontoran sungai, pertanian dan perusahaan air

minum. Kebutuhan air di DAS Krukut tertera pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Kebutuhan air domestik dan industri, peternakan, dan penggelontoran sungai di DAS

Krukut

No. Kabupaten/Kota Kecamatan

Kebutuhan air (m3/dt)

Domestik dan

Industri Peternakan

Penggelontoran

Sungai

I Jawa Barat

1 Depok Beiji 0,19 0,02 0,25

II Jakarta

1 Jakarta Selatan Jaya Karsa 0,37 0,33 0,47

Cilandak 0,22 0,29

Pasar Minggu 0,34 0,44

Mampang Prapatan 0,17 0,22

Kebayoran Baru 0,17 0,22

Setiabudi 0,15 0,19

2 Jakarta Pusat Tanah Abang 0,17 0,02 0,22

3 Jakarta Barat Gambir 0,09 0,06 0,12

Taman Sari 0,13 0,17

Tambora 0,28 0,36

Total 2,28 0,43 2,94

23

Tabel 6. Kebutuhan air pertanian di DAS Krukut

No.

Kabupaten/

Kota Kecamatan

Luas Panen (Ha)

Ba-

yam

Kang-

kung

Kacang

Panjang

Ke-

timun

Te-

rung

Sa-

wi

Jum-

lah

I Jawa Barat

1 Depok Beiji - 438 341 351 1.130

II Jakarta

1

Jakarta

Selatan Jaya Karsa - - - - - - 0

Cilandak - - - - - - 0

Pasar

Minggu 10 17 - 3 5 - 43

Mampang

Prapatan - - - - - - 0

Kebayoran

Baru - - - - - - 0

Setiabudi - - - - - - 0

2

Jakarta

Pusat

Tanah

Abang 3 3 - - - 3 9

3

Jakarta

Barat Gambir - - - - - - 0

Taman

Sari 250 304 2 4 2 562

Tambora 339 330 4 5 3 681

Total

2.425

Kebutuhan

Air (m3/dt)

0,01

Tabel 5 menggambarkan total kebutuhan air domestik dan industri di Kali Krukut yang

dihitung menggunakan Persamaan 15. Total Kebutuhan air domestik dan Industri yaitu sebesar

2,28 m3/dt. Kebutuhan air domestik dan industri yang cukup besar ini disebabkan oleh tingginya

jumlah penduduk di DAS Krukut yang dapat dilihat pada Tabel 2. Di sisi lain pada sektor

peternakan dibutuhkan sejumlah air guna mencukupi konsumsi air untuk ternak. Total Kebutuhan

air pada sektor peternakan yaitu 0,43 m3/dt. Kebutuhan air untuk peternakan tidak terlalu besar

karena jumlah ternak seperti kambing, sapi, ayam, itik, kuda, kerbau, dan babi tidak terlalu banyak

pada wilayah DAS Krukut. Kebutuhan air untuk penggelontoran sungai di Kali Krukut cukup

besar, yaitu 2,94 m3/dt. Hal ini dikarenakan Kali Krukut yang sering meluap dan juga seringkali

terjadi banjir, maka salah satu penanggulangannya yaitu dengan menggunakan air untuk

menggelontorkan sampah-sampah yang ada di Kali Krukut. Tabel 6 menggambarkan kebutuhan

air pada sektor pertanian. Tanaman pertanian yang terdapat di DAS Krukut yaitu bayam,

kangkung, kacang panjang, ketimun, terung, dan sawi. Total kebutuhan air untuk sektor pertanian

yaitu 0,01 m3/dt.

24

Tabel 7. Kebutuhan air untuk produksi PAM unit Pejompongan I dan II

No. Bulan Produksi Pejompongan I (m3) Produksi Pejompongan II (m

3)

1 Januari 4.831.037 8.000.360

2 Februari 4.219.406 7.509.206

3 Maret 4.806.337 8.190.330

4 April 4.487.589 7.644.400

5 Mei 4.614.279 7.695.090

6 Juni 4.657.370 7.743.960

7 Juli 4.759.332 7.786.650

8 Agustus 4.714.040 8.176.550

9 September 4.703.047 6.524.880

10 Oktober 5.143.961 7.820.969

11 November 4.688.653 8.320.409

12 Desember 4.789.697 8.499.400

Jumlah 56.414.748 93.912.204

Kebutuhan Air 0,0018 (m3/dt) 0,003 (m

3/dt)

PAM unit pejompongan I dan II mengambil sebagian air bakunya di Kali Krukut.

Kebutuhan air untuk PAM unit pejompongan I yaitu sebesar 0,0018 m3/dt sedangkan pada unit

pejompongan II yaitu sebesar 0,003 m3/dt (Tabel 7). Angka kebutuhan air didapat dengan

menambahkan produksi air dari bulan Januari hingga Desember lalu dikonversi dari satuan

m3/tahun menjadi m

3/detik. Dengan meningkatknya ketersediaan air setiap tahun, PAM unit

pejompongan I dan II dapat meningkatkan produksi nya karena pertambahan penduduk akan

semakin tinggi dan kebutuhan akan air minum juga akan semakin tinggi.

Tabel 8. Perkiraan debit, proyeksi penduduk, dan total kebutuhan air di DAS Krukut

tahun 2010 sampai 2020

Tahun

Debit Perkiraan

Musim Kemarau

Debit Perkiraan

Musim

Penghujan

Debit

Perkiraan

Rata-Rata

Proyeksi

Penduduk

Total

Kebutuhan

Air

(m3/dt) (m

3/dt) (m

3/dt) (Jiwa) (m

3/dt)

max min max min

2010 8,09 2,08 10,79 2,23 5,12 1.931.236 5,3078

2011 16,47 0,83 11,50 1,08 6,32 1.940.374 5,4078

2012 14,20 2,62 13,66 1,34 6,98 1.949.810 5,5078

2013 11,05 1,13 11,65 1,42 6,72 1.959.556 5,6178

2014 11,44 5,64 10,59 0,85 6,62 1.969.626 5,7278

2015 10,86 2,82 15,95 0,06 6,08 1.980.032 5,8378

2016 10,16 0,91 12,87 0,72 6,04 1.990.790 5,9578

2017 14,30 1,00 20.51 1,96 6,75 2.001.914 6,0778

2018 16,71 0,23 19,18 0,12 6,56 2.013.418 6,2078

2019 14,19 0,08 20,80 0,38 7,02 2.025.320 6,3478

2020 15,08 0,02 17,66 1,30 6,81 2.037.636 6,4878

25

Dengan menggunakan Persamaan 14 dihasilkan proyeksi penduduk hingga tahun 2020.

Perhitungan proyeksi penduduk dapat dilihat pada Lampiran 7. Pada Tabel 8 terlihat debit

perkiraan hingga tahun 2020 meningkat dan diharapkan

Debit perkiraan dengan metode Thomas Fiering yang disajikan dalam Tabel 8 dibedakan

menjadi debit perkiraan minimum dan maksimum pada musim kemarau serta musim penghujan.

Pada musim kemarau (Mei–Oktober) dan musim hujan (November-April), debit perkiraan

minimum tidak memenuhi total kebutuhan air di Kali Krukut. Akan tetapi debit perkiraan

maksimum setiap musim memenuhi kebutuhan air. Bila ditinjau dari rata-rata debit perkiraan

pertahun, maka kebutuhan air dapat tercukupi hingga tahun 2020.

Gambar 6 adalah gambar hulu Kali Krukut. Di bagian hulu dipasang Automatic Water

Level Recorder (AWLR) (Gambar 6) untuk mengukur ketinggian muka air. Masyarakat dapat

memantau ketinggian muka air pada Kali Krukut melalui penggaris yang terpasang di samping

AWLR. Lokasi AWLR pada DAS Krukut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 6. Kali Krukut

26

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan debit tahun 2001-2009 dilakukan perkiraan debit untuk tahun 2010-2020 dan

diperoleh debit maksimum sebesar 20,8 m3/dt pada Desember 2019 dan debit minimum

sebesar 0,02 m3/dt pada Agustus 2020 serta rata-rata debit perkiraan tahun 2010-2020 yaitu

sebesar 6,46 m3/dt.

2. Proyeksi penduduk pada tahun 2020 sebesar 2.037.636 jiwa dan proyeksi kebutuhan air pada

tahun 2020 adalah sebesar 6,49 m3/dt.

3. Perkiraan ketersediaan air di DAS Krukut dilakukan dengan metode Thomas Fiering terhadap

data 2001-2006 dan kemudian dilakukan perkirakan debit hingga tahun 2010 yang hasilnya

dibandingkan dengan debit aktual dan terdapat selisih yang tidak signifikan yaitu pada tahun

2007 sebesar 0,8 m3/dt , pada tahun 2008 sebesar 1,31m

3/dt, pada tahun 2009 sebesar 1,73

m3/dt dan pada tahun 2010 sebesar 1,24 m

3/dt.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan normalisasi Kali Krukut guna mencegah terjadinya banjir saat jumlah

limpasan permukaan meningkat.

2. Perlu dibuat danau atau situ untuk menampung dan menyimpan kelebihan air sehingga dapat

digunakan di musim kering atau pada saat terjadi kekeringan.

27

DAFTAR PUSTAKA

[BBWSCC] Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. 2010a. Debit Rata-Rata Bulanan

Tahun 2001-2009. Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Departemen

Pekerjaan Umum : Jakarta.

[BBWSCC] Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. 2010b. Peta Lokasi DAS Krukut.

Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Departemen Pekerjaan Umum : Jakarta.

[BBWSCC] Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. 2010c. Peta Wilayah Sungai

Ciliwung Cisadane. Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Departemen

Pekerjaan Umum : Jakarta.

[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2006. Identifikasi Masalah

Pengelolaan Sumber Daya Air di Pulau Jawa .2006 Air.Bappenas.go.id [1 Februari

2012]

[BMG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2010. Data Curah Hujan Harian Maksimum DAS

Krukut (2001-2010). BMG Jakarta.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 19-6728.1-2002 : Penyusunan neraca sumber daya

– Bagian 1 : Sumber daya air spasial. Badan Standarisasi Nasional : Jakarta

Bonnier. 1980. Probability Distribution and Probability Analysis. DPMA : Bandung

[BPS]Badan Pusat Statistik. 2010a. Kota Depok Dalam Angka 2010. www.depok.go.id [1 Februari

2012]

[BPS]Badan Pusat Statistik. 2010b. Kota Jakarta Dalam Angka 2010. Jakarta.bps.go.id 1 Februari

2012)

Clarke RT. 1973. Mathematical Models in Hydrology. Food And Agriculture Organization Of the

United Nation : Rome

[DPPW] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Peramalan Debit Sungai.

www.pip2bdiy.org/nspm/data/Pd%20T-06-2004-A.pdf [ 19 Februari 2012]

Fiering MB dan Jackson BB. 1971. Synthetic Streamflows. American Geosphisical Union :

Washington D.C

Gillet BE, 1982. Introduction to Operations Research. Tata McGrawhill Publishing Co Ltd : New

Delhi

Hatmoko W. 2001. Penerapan Metode Thomas-Fiering untuk Peramalan Debit Aliran Sungai

Cimanuk di Bendung Rentang. Prosiding Kongres VII & Pertemuan Ilmiah Tahunan

(PIT) XII HATHI, Volume III : Malang.

McMahon TA. 1978. Reservoir Capacity and Yield. Elsevier Scientific Publishing Co : New York.

Montarcih L, Soetopo W. 2009. Statistika Terapan Untuk Teknik Pengairan. Penerbit Percetakan

CV. Citra Malang : Malang.

Muliakusuma S. 2000. Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia : Jakarta

28

Nurgiyantoro B, Gunawan, Marzuki. 2009. Statistika Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial.

Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Shahin Mamdouh. 1993. Statistical Analysis in Water Resources. A.A. Balkema : Rotterdam

Soemarto C D.1987. Hidrologi Teknik. Penerbit Usaha Nasional : Surabaya

Sosrodarsono S dan Takeda K . 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita : Jakarta

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.Penerbit Andi : Yogyakarta.

Varshney RS. 1978. Engineering Hydrology. Nem Chand And Bros : Roorkee Uttar Pradesh

Walpole ER, Myers HR. 1972. Probability and Statistic for Engineers and Scientists. Mcmilan

Publishing Co. Inc : New York.

29

LAMPIRAN

30

Lampiran 1. Peta DAS Krukut

Sumber: BBWSCC, 2010b

Letak AWLR

PAM Unit Pejompongan

Skala 1: 300.000

Sta Kemayoran

Sta Ciledug

Sta Depok

Sta Halim

Sta Pakubuwono

Sta Jakarta Pusat

Stasiun Hujan

Stasiun Klimatologi

31

Lampiran 2. Peta Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane

Sumber : BBWSCC, 2010c

32

Lampiran 3. Data debit dari tahun 2001-2009 dan debit perkiraan dengan metode Thomas Fiering hingga tahun 2020

Tahun Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nop. Des. Rerata

Tahunan

2001 5,10 5,49 6,63 8,04 6,35 8,32 5,55 4,41 5,64 5,64 5,08 4,11 5,86

2002 10,68 19,93 9,57 10,89 5,42 5,31 5,35 3,50 2,21 2,01 3,17 4,82 6,91

2003 3,10 7,93 7,59 5,78 5,08 3,23 2,06 1,47 2,23 3,53 6,34 6,38 4,56

2004 8,71 11,09 7,52 9,38 8,90 3,19 3,91 2,06 1,61 2,50 4,65 5,65 5,76

2005 9,08 8,86 9,31 4,50 5,91 6,68 4,15 4,39 4,70 5,17 4,18 4,67 5,96

2006 7,42 10,24 10,53 10,40 8,32 4,54 3,81 3,45 3,01 2,81 3,55 6,34 6,20

2007 7,88 12,95 7,80 12,75 7,19 6,65 6,24 4,22 4,79 6,06 8,89 13,16 8,22

2008 9,74 15,26 13,26 13,94 10,02 7,85 5,82 6,25 5,86 5,55 9,31 6,62 9,12

2009 8,62 5,61 4,38 3,92 3,98 1,89 0,80 0,37 0,28 1,79 2,43 1,52 2,97

2010 2,23 10,79 5,12 4,95 5,33 2,08 4,15 4,51 2,82 8,09 5,03 6,38 5,12

2011 1,32 1,83 11,50 10,75 9,00 16,47 0,83 4,49 6,03 1,14 11,41 1,08 6,32

2012 2,01 2,28 9,32 13,66 9,17 8,49 14,20 2,62 3,73 4,48 1,34 12,43 6,98

2013 1,60 1,42 9,47 11,65 9,91 10,44 7,19 11,05 2,68 1,13 2,88 11,19 6,72

2014 10,08 1,68 2,40 10,59 10,48 10,65 8,13 5,64 11,44 5,69 1,78 0,85 6,62

2015 2,20 15,95 2,66 0,51 4,80 2,82 9,37 7,69 10,86 10,76 5,27 0,06 6,08

2016 12,87 2,64 7,46 0,72 0,91 0,92 5,02 9,64 10,16 2,81 9,20 10,13 6,04

2017 3,07 20,51 3,76 1,96 1,65 1,00 1,15 6,64 13,15 14,30 5,72 8,12 6,75

2018 3,09 0,12 16,43 1,78 6,11 1,70 0,23 1,93 8,72 16,71 19,18 2,69 6,56

2019 2,42 0,38 1,63 17,51 3,67 0,16 2,51 0,08 1,70 14,19 19,20 20,80 7,02

2020 10,09 2,26 2,83 1,30 12,34 15,08 2,38 0,02 0,52 0,83 16,37 17,66 6,81

Rata-rata 6,06 7,86 7,46 7,75 6,73 5,87 4,64 4,22 5,11 5,76 7,25 7,23 6,33

33

Cs

Kala Ulang (tahun)

1,0101 1,0526 1,1111 1,25 2 5 10 25 50 100 200 1000

Peluang (%)

99 95 90 80 50 20 10 4 2 1 0,5 0,1

0 -2,326 -1,645 -1,282 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576 3,090

-0,1 -2,400 -1,673 -1,292 -0,836 0,017 0,846 1,270 1,716 2,000 2,252 2,482 2,950

-0,2 -2,472 -1,700 -1,301 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178 2,308 2,810

-0,3 -2,544 -1,762 -1,309 -0,824 0,050 0,853 1,245 1,643 1,890 2,104 2,294 2,670

-0,4 -2,615 -1,750 -1,317 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029 2,201 2,530

-0,5 -2,686 -1,774 -1,323 -0,808 0,083 0,856 1,216 1,567 1,777 1,955 2,108 2,400

-0,6 -2,755 -1,797 -1,328 -0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880 2,016 2,270

-0,7 -2,824 -1,819 -1,333 -0,790 0,116 0,857 1,183 1,488 1,663 1,800 1,936 2,140

-0,8 -2,891 -1,839 -1,336 -0,780 0,132 0,856 1,166 1,484 1,608 1,733 1,837 2,020

-0,9 -2,957 -1,858 -1,339 -0,769 0,148 0,854 1,147 1,407 1,549 1,660 1,749 1,900

-1,0 -3,022 -1,877 -1,340 -0,758 0,164 0,852 1,108 1,366 1,492 1,508 1,664 1,790

-1,1 -3,087 -1,894 -1,341 -0,745 0,180 0,848 1,107 1,324 1,435 1,518 1,581

Cs

Kala Ulang (tahun)

1,0101 1,0526 1,1111 1,25 2 5 10 25 50 100 200 1000

Peluang (%)

99 95 90 80 50 20 10 4 2 1 0,5 0,1

0,0 -2,326 -1,645 -1,282 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,064 2,064 2,576 3,090

0,1 -2,252 -1,616 -1,270 -0,846 -0,017 0,836 1,292 1,785 2,107 2,400 2,670 3,230

0,2 -2,175 -1,586 -1,258 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472 2,763 3,380

0,3 -2,104 -1,555 -1,245 -0,853 -0,050 0,824 1,309 1,849 2,211 2,544 2,856 3,520

0,4 -2,029 -1,524 -1,231 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615 2,949 3,670

0,5 -1,965 -1,491 -1,216 -0,856 -0,083 0,808 1,323 1,910 2,311 2,686 3,041 3,810

0,6 -1,880 -1,458 -1,200 -0,857 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755 3,132 3,960

0,7 -1,806 -1,423 -1,183 -0,857 -0,116 0,790 1,333 1,967 2,407 2,824 3,223 4,100

0,8 -1,733 -1,388 -1,166 -0,856 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891 3,312 4,240

0,9 -1,660 -1,353 -1,147 -0,854 -0,148 0,769 1,339 2,018 2,498 2,967 3,401 4,390

1,0 -1,588 -1,317 -1,128 -0,852 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022 3,489 4,530

1,1 -1,518 -1,280 -1,107 -0,018 -0,180 0,745 1,341 2,066 2,585 3,087 3,575 4,670

Sumber : Soemarto, 1987

Lampiran 4. Faktor Frekuensi (G) untuk distribusi Log Pearson Type III, Koefisien Asimetri (Cs) Negatif dan Positif

34

Lampiran 5. Harga X2 kritis untuk Uji Chi Square

Derajat

Bebas 0,200 0,100 0,050 0,010 0,001

(g)

1 1,642 2,706 3,841 6,635 10,827

2 3,219 4,605 5,991 9,210 13,815

3 4,642 6,251 7,815 11,345 16,268

4 5,989 7,779 9,488 13,277 18,465

5 7,289 9,236 11,070 15,086 20,517

6 8,558 10,645 12,592 16,812 22,457

7 9,803 12,017 14,067 18,475 24,322

8 11,030 13,362 15,507 20,090 26,125

9 12,242 14,987 16,919 21,666 27,877

10 13,442 15,987 18,307 23,209 29,588

11 14,631 17,275 19,675 24,725 31,264

12 15,812 18,549 21,026 26,217 32,909

13 16,985 19,812 22,362 27,688 34,528

14 18,151 21,064 23,685 29,141 36,123

15 19,311 22,307 24,996 30,578 37,697

16 20,465 23,542 26,296 32,000 39,252

17 21,615 24,769 27,587 33,409 40,790

18 22,760 25,989 28,869 34,805 42,312

19 23,900 27,204 30,144 36,191 43,820

20 25,038 28,412 31,410 37,566 45,315 Sumber : Montarcih dan Soetopo, 2009

35

Lampiran 6. Proyeksi Jumlah Penduduk di DAS Krukut

No. Kota Kecamatan

Proyeksi Penduduk (Jiwa)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

I Provinsi Jawa barat

1

Depok

(r = 4,23%) Beji 164.682 171.648 178.909 186.477 194.365 202.586 211.156 220.087 229.397 239.101 249.215

Total Provinsi Jawa Barat 164.682 171.648 178.909 186.477 194.365 202.586 211.156 220.087 229.397 239.101 249.215

II DKI Jakarta

1

Jakarta

Selatan Jaya Karsa 311.484 311.982 312.482 312.982 313.482 313.984 314.486 314.989 315.493 315.998 316.504

( r = 0,16%) Cilandak 189.079 189.382 189.685 189.988 190.292 190.596 190.901 191.207 191.513 191.819 192.126

Pasar

Minggu 287.400 287.860 288.320 288.782 289.244 289.707 290.170 290.634 291.099 291.565 292.032

Mampang

Prapatan 141.672 141.899 142.126 142.353 142.581 142.809 143.038 143.266 143.496 143.725 143.955

Kebayoran

Baru 141.822 142.049 142.276 142.504 142.732 142.960 143.189 143.418 143.648 143.877 144.108

Setiabudi 123.734 123.932 124.130 124.329 124.528 124.727 124.927 125.126 125.327 125.527 125.728

2

Jakarta Pusat

( r = 0,12%)

Tanah

Abang 145.302 145.476 145.651 145.826 146.001 146.176 146.351 146.527 146.703 146.879 147.055

3

Jakarta Barat

( r = 0,02%) Gambir 79.982 79.998 80.014 80.030 80.046 80.062 80.078 80.094 80.110 80.126 80.142

Taman Sari 109.686 109.708 109.730 109.752 109.774 109.796 109.818 109.840 109.862 109.884 109.906

Tambora 236.393 236.440 236.488 236.535 236.582 236.629 236.677 236.724 236.771 236.819 236.866

Total DKI Jakarta 1.766.554 1.768.726 1.770.901 1.773.080 1.775.261 1.777.446 1.779.635 1.781.826 1.784.021 1.786.220 1.788.421

Total 1.931.236 1.940.374 1.949.810 1.959.556 1.969.626 1.980.032 1.990.790 2.001.914 2.013.418 2.025.320 2.037.636

36

Lampiran 7. Data curah hujan tahunan rata-rata (mm) di Kali Krukut

No. Tahun Stasiun Halim Perdana Kusuma Stasiun Depok Stasiun Pakubuwono Stasiun Jakarta Pusat 1 2000 114 107 80 94,8

2 2001 92,8 208 124 82,2

3 2002 104 148 90 168,5

4 2003 98,8 224 95 199,7

5 2004 72 249 122 129,3

6 2005 157 106 100 124,1

7 2006 88,5 240 72 71,1

8 2007 259 204 178 234,7

9 2008 136 116 168 192,7

10 2009 140 134 87 76,5

11 2010 110 139 101 55,5

Sumber : BMG, 2010

37

Lampiran 8. Karakteristik tanah di lokasi penelitian

No. Macam Tanah Tekstur Drainase Topografi/Bentuk Wilayah Bahan Induk

1. Asosiasi Aluvial hidromorf dan aluvial kelabu Halus Terhambat Dataran perlembahan / datar Endapan liat

2. Aluvial kelabu Halus Terhambat Dataran perlembahan / datar Endapan liat

3. Aluvial kelabu Halus Terhambat Jalur aliran / datar Endapan liat

4. Aluvial coklat kekelabuan Halus Agak terhambat Dataran sungai (tua) / datar Endapan liat

5. Aluvial coklat Halus Sedang Jalur aliran / datar Endapan liat dan pasir

6. Aluvial coklat Sedang-Kasar Cepat Jalur aliran / datar Endapan pasir

7. Glei humus rendah Halus Terhambat Dataran perlembahan / datar Endapan liat

8. Hidromorf kelabu Halus Terhambat Dataran aluvial / datar Batu liat dan pasir

9. Kompleks Rensina dan Litosol Halus Cepat Perbukitan kapur (karet) / bergelombang sampai berbukit Batu kapur

10. Grumosol kelabu Halus Terhambat Dataran koluvial / datar Aluvium / koluvium

11. Podsolik coklat kekuningan Halus Agak terhambat Punggung lipatan / berombak sampai bergelombang Batu liat, batu pasir

12. Podsolik coklat kekuningan Halus Sedang Perbukitan lipatan / bergelombang sampai berbukit Batu liat, batu pasir

13. Asosiasi podsolik dan hidromorf kelabu Halus Agak terhambat Dataran fluvial / datar sampai agak berombak Batu liat, batu pasir

14. Litosol coklat kemerahan Halus Sedang Kipas vulkan (bagian atas) / bergelombang sampai berbukit Tuf vulkan intermedier

15. Latosol merah Halus Sedang Kipas vulkan / bergelombang Tuf vulkan intermedier

38

No. Macam Tanah Tekstur Drainase Topografi/Bentuk Wilayah Bahan Induk

16. Latosol merah Halus Sedang Kipas / berombak punggung cembung Tuf vulkan intermedier

17. Latosol merah Halus Sedang Kipas / berombak punggung cembung Tuf vulkan intermedier

18. Latosol merah Halus Sedang Kipas vulkan / datar sampai berombak dengan punggung mendatar Tuf vulkan intermedier

19. Asosiasi Latosol merah dan Latosol coklat

kemerahan

Halus Sedang Kipas vulkan / datar agak berombak dengan lereng melandai Tuf vulkan intermedier

20. Asosiasi Latosol merah dengan Laterit air tanah Halus Sedang sampai terhambat Kipas vulkan / datar agak berombak Tuf vulkan intermedier

Lampiran 8. Lanjutan

39

Lampiran 9. Hasil pengolahan data debit bulanan tahun 2001-2009 untuk input perhitungan dengan metode Thomas Fiering

Tahun 2001-2006 Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nop. Des.

Rerata (m3/dt) 7,8134 10,8162 8,5091 8,8450 6,7973 5,2952 4,1869 3,3467 3,3696 3,8947 5,2880 5,9173

Simp. Baku 2,3647 4,6835 2,5320 3,5576 1,9705 2,2429 1,8125 1,7848 1,9544 1,7081 2,4403 3,1380

Koef. Korelasi -0,0685 0,6403 0,6373 0,6579 0,7489 0,3892 0,8552 0,8695 0,9193 0,9286 0,7523 0,7427

Koef. Regresi -0,0516 1,2682 0,3445 0,9244 0,4148 0,4430 0,6911 0,8562 1,0067 0,8115 1,0748 0,9550

Tahun 2001-2009 Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nop. Des.

Rerata (m3/dt) 7,3468 10,5877 8,5242 8,1658 6,6643 5,2112 4,1370 3,2133 3,2327 3,6087 4,4937 5,3260

Simp. Baku 2,7950 4,9751 1,4960 2,5700 1,5799 2,0121 1,2580 1,2103 1,5925 1,4826 1,1434 0,9372

Koef. Korelasi -0,3064 0,7420 0,5212 0,2973 0,4745 -0,2935 0,7349 0,7678 0,8173 0,9202 0,3836 0,2239

Koef. Regresi -0,9138 1,3207 0,1567 0,5108 0,2917 -0,3737 0,4595 0,7387 1,0754 0,8567 0,2958 0,1835