pengembangan keterampilan vokasional di madrasah...

94
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAH The Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership (ACDP) PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAH

Upload: dinhtruc

Post on 10-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAH

The Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership (ACDP)

PENGEMBANGAN KETERAM

PILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAH

Page 2: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAH

The Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership (ACDP)

PENGEMBANGAN KETERAM

PILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAH

Page 3: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Diterbitkan oleh:

Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP)Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Kementerian Pendidikan dan KebudayaanGedung E, Lantai 19Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta 10270Tel. +62 21 5785 1100, Fax: +62 21 5785 1101Website: www.acdp-indonesia.org Email Sekretariat: [email protected]

Diterbitkan pada bulan Juni 2017

Pemerintah Republik Indonesia (yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan BAPPENAS), Australian Agency for International Development (Ausaid), Uni Eropa (EU) dan Bank Pembangunan Asia (ADB) telah membentuk Kemitraan Untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Pendidikan (ACDP) sebagai fasilitas untuk mendorong dialog kebijakan dan reformasi kelembagaan dan organisasi di sektor pendidikan dalam mendukung implementasi kebijakan dan membantu mengurangi kesenjangan dalam kinerja pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Kegiatan ini merupakan bagian integral dari Program Dukungan Sektor Pendidikan (ESSP) yang terdiri dari (i) dukungan sektor anggaran Uni Eropa dengan pengaturan yang telah disetujui terkait pencairan hibah berdasar hasil dan (ii) pendukung hibah pengembangan sektor Ausaid berdasar kebijakan yang ditetapkan dan program yang terdiri dari: program sarana-prasarana sekolah, dan sebuah program pengembangan kabupaten/kota dan pengelolaan sekolah secara nasional serta sebuah program untuk mempercepat akreditasi madrasah swasta di Indonesia. Laporan ini disiapkan dengan dukungan hibah dari Ausaid dan Uni Eropa melalui ACDP.

Institusi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan studi ini adalah Trans Intra Asia

Tim konsultan yang menyiapkan laporan adalah:

1. Rod Murray, Team Leader2. Winifred Lydia Wirkus, International Madrasah Policy Development Specialist3. Achmad Syahid, Madrasah Education Specialist 4. Gusti Ngurah Adhi Wibawa, Statistician/Data Processing Specialist-15. Iyus Hendrawan, Agricultural Education Development Specialist6. Nur Bambang Priyo Utomo, Aquaculture Education Development Specialist7. Adri BudiSulistyo, Finance Specialist

Pendapat yang disampaikan dalam publikasi ini merupakan tanggung jawab penuh dari para pengarangnya dan tidak serta merta mewakili pandangan Pemerintah Indonesia, Pemerintah Australia dan Uni Eropa.

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAH

EUROPEAN UNIONKEMENTERIAN PENDIDIKANDAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIANAGAMA

Kementerian PPN/Bappenas

Page 4: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada
Page 5: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

PENINGKATAN KETERAMPILAN DI MADRASAH ALIYAH

Page 6: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada
Page 7: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman A

Daftar Singkatan

ACDP Kemitraan untuk Pengembangan Kapasitas dan Analisis Sektor Pendidikan

Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership

ADB Bank Pembangunan Asia Asian Development Bank

AEDS Spesialis Pengembangan Pendidikan Agrikultural

Agricultural Education Development Specialist

AFTA Area Pasar Bebas ASEAN ASEAN Free Trade Area

AQEDS Spesialis Pengembangan Pendidikan Akuakultur

Aqua-culture Education Development Specialist

ASEAN Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara

Association of Southeast Asian Nations

BAN-S/M Badan Akreditasi Nasional Sekolah / Madrasah

Board for Accreditation of School and Madrasah

BLK Balai Latihan Kerja Job Training Centers

BLPTK Balai Latihan Pendidikan Tenaga Kesehatan

Training Centers for Health Apparatus Improvement

BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi National Professional Certification Institute

BOS Bantuan Operasional Sekolah School Operational Assistance

BPS Badan Pusat Statistik Indonesian Central Statistical Agency

BSNP Badan Standar Nasional Pendidikan National Education Standards Agency

CBT&A Pelatihan Berbasis Kompetensi dan Penilaian

Competency Based Training and Assessment

DGIE Direktur Jenderal Pendidikan Islam Director General of Islamic Education

DIPA Daftar Isian Penggunaan Anggaran Budget Implementation Registration Form

EUs Unit Pendidikan Education Units

FGD Kelompok Diskusi Terfokus Focus Group Discussions

IAIN Institut Agama Islam Negeri State Institute for Islamic Studies

ICR Laporan Pendahuluan Inception Report

INQF Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

Indonesian National Qualifications Framework

Kadin Kamar Dagang dan Industri Indonesia Indonesian Chamber of Commerce and Industry

KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah Principals Working Groups

LMS Spesialis Pasar Tenaga Kerja Labor Market Specialist

Page 8: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman B

LSP Lembaga Sertifikasi Profesi Profesional Certication Center

MA Madrasah Aliyah Senior Secondary Madrasah

MAK Madrasah Aliyah Kejuruan Vocational Madrasah Aliyah

MAN Madrasah Aliyah Negeri State Madrasah Aliyah

MES Spesialis Pendidikan Madrasah Madrasah Education Specialist

MoEC Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ministry of Education and Culture

MoRA Kementerian Agama Ministry of Religious Affairs

MSME Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Micro, Small and Medium Enterprises

RPL Pengakuan Hasil Belajar Sebelumnya Recognition of Prior Learning

TVET Pendidikan & Pelatihan Teknis & Kejuruan

Technical & Vocational Education & Training

VEDCA

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian/Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Pertanian

Versatile-Dedicated-Care-Training Centers for Teachers in Agricultural Skills Program

Page 9: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman C

Table of Contents Daftar Singkatan ............................................................................................................................. A

Table of Contents ............................................................................................................................ C

Daftar Tabel ................................................................................................................................... D

Daftar Gambar ............................................................................................................................... D

Ringkasan Eksekutif ........................................................................................................................ i

1. Pendahuluan ......................................................................................................................... 10

1.1. Pengorganisasian Laporan ........................................................................................................................ 10

1.2. Latar Belakang ................................................................................................................................................ 11

1.2.1. Tinjauan Sektor Ekonomi Indonesia ....................................................................................... 11

1.2.2. Ikhtisar Sistem Pendidikan Indonesia .................................................................................... 13

1.2.3. Organisasi Pelatihan Keterampilan Kejuruan ...................................................................... 14

1.2.4. Ikhtisar Kerangka Pengaturan untuk Pelatihan Keterampilan Kejuruan ................... 15

2. Tujuan, Ruang Lingkup, dan Metodologi ........................................................................... 18

2.1. Tujuan dan Ruang Lingkup ....................................................................................................................... 18

2.2. Ruang Lingkup ............................................................................................................................................... 18

2.2.1. Batasan penelitian ......................................................................................................................... 19

2.3. Metodologi ...................................................................................................................................................... 19

2.3.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................................................................ 19

2.3.2. Pertemuan dan Wawancara Pribadi ....................................................................................... 20

2.3.3. Focus Group Discussions (FGD) ............................................................................................... 20

2.3.4. Studi Lapangan Mendalam ........................................................................................................ 21

2.3.5. Kuesioner .......................................................................................................................................... 21

3. Pemetaan dan Analisa Kesenjangan Keterampilan ........................................................... 23

3.1. Permintaan terhadap Pekerja Terampil ................................................................................................ 23

3.2. Ketersediaan Pelatihan Keterampilan ................................................................................................... 32

3.3. Menemukan Kesenjangan antara Permintaan dan Ketersediaan Tenaga Terampil dan Contoh-contoh Upaya yang Dilakukan untuk Menutup Kesenjangan ..................................... 34

3.3.1. Kualitas Pelatihan Keterampilan Kejuruan ........................................................................... 34

3.3.2. Tingkat Penerimaan Kerja Lulusan MA .................................................................................. 35

3.3.3. Relevansi Pelatihan Keterampilan MA ................................................................................... 36

3.3.4. Ringkasan Penyebab Kesenjangan Permintaan dan Ketersediaan Tenaga Terampil Kejuruan ........................................................................................................................................................... 37

4. Model PembiayaanPengembangan Keterampilan MA ...................................................... 39

4.1. Pendahuluan .................................................................................................................................................. 39

Page 10: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman D

4.2. Pilihan Jenis Keterampilan untuk Pembiayaan .................................................................................. 40

4.3. Deskripsi Lima Model Pengantaran Pelatihan Keterampilan di MA ........................................... 40

4.3.1. Model Pembiayaan untuk Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan ...................... 45

4.4. Model Dana untuk Pelatihan Penyampaian Keterampilan ............................................................ 45

5. Pilihan Kebijakan dan Rekomendasi ................................................................................... 49

5.1. Pilihan Kebijakan ........................................................................................................................................... 49

5.2. Rekomendasi .................................................................................................................................................. 50

Annex 1 – Term of Reference ACDP (046) ..................................................................................... 1

Annex 2 - Studi Kasus: Agrikultur dan Akuakultur ...................................................................... 1

Annex 3 - Contoh Pelatihan untuk Guru Keterampilan ............................................................... 1

Annex 4 - Daftar Keterampilan MA yang Diakui Kemenag ......................................................... 1

Annex 5 - Model Rencana Bisnis .................................................................................................... 1

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Jumlah Madrasah Responden Berdasarkan Daerah ........................................................................ 21 Tabel 2.2 Responden dari Industri ............................................................................................................................. 22 Tabel 3.1 Perubahan dalam Struktur Ekonomi Formal Indonesia * .............................................................. 24 Tabel 3.2 Penilaian Sektor Formal atas Kepentingan Keterampilan & Tingkat Kepuasan terhadap Kompetensi Keterampilan Lulusan MA ................................................................................................................... 25 Tabel 3.3 Potensi Ekonomi Lokal Informal & Keterampilan Kejuruan MA yang Tersedia di DIstrik ... 27 Tabel 3.4 Alokasi Waktu Instruksi Keterampilan dalam MAPK-1 (dalam jam) ........................................... 34 Tabel 4.1 Pendanaan untuk Pelatihan Keterampilan Fashion ......................................................................... 47

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Ringkasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia No. 20/2003 .......... 14 Gambar 1.2 Representasi Diagram KKNI dalam Hubungan Tingkat Sekolah dan Prospek Karir ........ 17 Gambar 3.1 Kebutuhan Keterampilan Kejuruan di Sektor Ekonomi Formal .............................................. 31 Gambar 3.2 Kebutuhan Keterampilan Kejuruan di Sektor Ekonomi Formal dan Informal ................... 31 Gambar 3.3 Jumlah MA Sampel yang Menerapkan Program Keterampilan yang Diakui Kemenag (MAPK-1) ............................................................................................................................................................................. 33 Gambar 3.4 Jumlah MA Sampel yang Menerapkan Program Keterampilan yang Tidak Diakui oleh Kemenag (MAPK-0) ......................................................................................................................................................... 33 Gambar 3.5 Jalur Karir Alumni Setelah Lulus ......................................................................................................... 36 Gambar 3.6 Demonstrasi Kurangnya Relevansi Tawaran Pelatihan Keterampilan MA dan Permintaan serta Potensi Permintaan Tenaga Terampil oleh Ekonomi Lokal Informal......................... 36 Gambar 4.1 Model 1 – Ekstrakulikuler ...................................................................................................................... 41 Gambar 4.2 Model 2 – Intrakulikuler ........................................................................................................................ 41 Gambar 4.3 Model 3—Intrakulikular + BLK, BLPT, Perniagaan ....................................................................... 42

Page 11: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman E

Gambar 4.4 Model 4-Intrakulikuler + BLK + BLPTK, HE ...................................................................................... 43 Gambar 4.5 MAK-Intrakulikuler+BLK, BLPTK, Pernigaan, HE ........................................................................... 44 Gambar 4.6 Penyampaian Pelatihan untuk Tujuh Tipe Keterampilan Melalui Lima Model Penyampaian .................................................................................................................................................................... 45 Gambar 4.7 Pendanan untuk Pelatihan Keterampilan Fashion ...................................................................... 48

Page 12: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penelitian ini dilakukan selama periode antara tanggal 20 September 2016 hingga 28 April 2017. Tim peneliti ini terdiri atas Team Leader (TL) Internasional serta beberapa spesialis dan konsultan. Tim peneliti meneliti secara mendalam tentang program pelatihan keterampilan di Madrasah Aliyah (MA), yang mencakup melakukan analisis makro terkait permintaan pasar terhadap kebutuhan pekerja dalam konteks kondisi perekonomian Indonesia baik saat ini maupun perkiraan ke depan, serta menghitung jumlah biaya program pelatihan keterampilan baik pada tingkat kelembagaan maupun tingkat nasional sebagai masukan untuk Rencana Pengembangan Jangka Menengah pada Peningkatan Keterampilan di Madrasah Aliyah. Oleh karena itu, dalam menghasilkan produk ini, tim peneliti mengumpulkan dan menganalisis data kunjungan lapangan, menyelengarakan Diskusi Kelompok Terfokus atau Focus Group Discussions (FGD), dan melakukan analisis data sekunder yang relevan.

Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan pilihan strategis dalam hal pembangunan dan pengembangan program peningkatan keterampilan pada tingkat MA seperti yang tercantum dalam Kerangka Acuan. Hasil studi yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan pemetaan serta analisis kesenjangan keterampilan vokasional, sektor ekonomi, permintaan tenaga kerja, dan jenjang masuk pendidikan lanjut/tinggi, dan menyampaikan pilihan strategi pengembangan;

2. Mengembangkan pilihan kebijakan pembiayaan pada model untuk program peningkatan keterampilan vokasional di MA, kemudian menerapkannya secara tepat guna dan berkesinambungan;

3. Mengembangkan pilihan kebijakan yang diperlukan sesuai dengan regulasi dan aturan yang telah ditentukan oleh Kemenag; dan

4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada Peningkatan Program Keterampilan Vokasional di Madrasah Aliyah, termasuk sumber daya manusia, fasilitas, dan pembiayaannya.

Penelitian ini fokus pada kebutuhan program pelatihan keterampilan vokasional yang ada saat ini dan melihat kecenrungan ke depan yang nantinya dapat disediakan oleh MA sekaligus mengidentifikasi kesenjangan antara kebutuhan pekerja terlatih maupun permintaan pasar terhadap pekerja (formal dan informal) atas keterampilan vokasional khusus tertentu. Penelitian ini juga menilai kapasitas MA dalam memenuhi kebutuhan keterampilan vokasional di tingkat lokal dan mengadaptasikan program peningkatan keterampilan vokasional mereka berdasarkan permintaan tersebut.

Proses peningkatan keterampilan tersebut didasarkan pada kebutuhan untuk memberikan siswa keterampilan vokasional dan pengetahuan kognitif yang umum seperti halnya pelatihan keterampilan vokasional yang akan mereka gunakan dalam mencari pekerjaan yang lebih baik pada sektor formal atau pekerjaan yang lebih menjanjikan pada sektor informal -- serta dalam mempersiapkan siswa dan siswi untuk melanjutkan pendidikan keterampilan vokasionalnya ke jenjang yang lebih tinggi di perguruan tinggi.

Keterbatasan Penelitian

Dikarenakan banyaknya ragam keterampilan vokasional yang diizinkan untuk diselenggarakan oleh MA, bervariasinya sektor ekonomi lokal, dan perbedaan dalam hal biaya atas barang dan jasa

Page 13: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman ii

di setiap daerah di seluruh Indonesia, maka penelitian ini tidak dapat menjangkau seluruh jenis dan program keterampilan vokasional di seluruh daerah di Indonesia. Setelah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan utama, sejumlah keterampilan vokasional yang dipilih dibatasi menjadi tujuh jenis keterampilan vokasional saja. Para pemangku kepentingan memilih tujuh keterampilan vokasional tersebut karena telah disesuaikan dengan kebutuhan permintaan pekerja dalam kaitannya dengan perekonomian lokal.

Budidaya perairan (aquaculture) belum tercantum dalam daftar keterampilan yang diakui oleh Kementerian Agama, sementara itu, beberapa MA justru telah menyelenggarakan program keterampilan tersebut. Setelah melakukan berbagai konsultasi dengan beberapa pemangku kepentingan dapat disimpulkan bahwa budidaya perairan merupakan jenis keterampilan vokasional yang sangat penting untuk dipelajari. Oleh karena itu, walaupun studi khusus tentang budidaya perairan tidak termasuk dalam TOR penelitian ini, namun sebuah studi kasus mendalam termasuk diantaranya biaya untuk mengembangkan program pelatihan keterampilan budidaya perairan telah dilakukan.

Penelitian ini juga diperlukan untuk menghasilkan Rencana Pengembangan Jangka Menengah Peningkatan Program Keterampilan Vokasional di Madrasah Aliyah. Mengingat besarnya biaya yang diperlukan untuk guru (tenaga pengajar) keterampilan, peralatan, fasilitas dan bahan yang dibutuhkan untuk pelatihan keterampilan vokasional di berbagai wilayah di negara ini, maka tim peneliti membatasi pembuatan estimasi biaya satuan untuk beberapa jenis keterampilan vokasional saja. Perkiraan tersebut didasarkan pada data yang diberikan kepada Tim oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang ditelaah dan disempurnakan dalam FGD dengan pemangku kepentingan utama di 20 kabupaten. Tim peneliti kemudian menghitung rata-rata dari data dan informasi yang dianalisis di atas. Dengan demikian data biaya yang termasuk dalam rencana pengembangan jangka menengah terbatas pada estimasi berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber yang terpercaya.

Latar belakang

Hasil analisis atas perkembangan ekonomi Indonesia, sistem pendidikan pada umunya dan sub-sektor pendidikan keterampilan vokasional pada khususnya, kerangka kerja kebijakan dan organisasi, menjadi konteks dimana studi peningkatan keterampilan vokasional di MA ini dilakukan. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia telah tumbuh sekitar 5% per-tahun selama beberapa tahun terakhir dan porsi besarnya adalah pada sektor ekonomi informal. Dengan demikian, sektor ekonomi informal menjadi fokus utama program pelatihan keterampilan vokasional di MA, yang memberikan keterampilan vokasional disamping kurikulum inti nasional. Pendidikan vokasional untuk sektor formal paling baik dilakukan pada lembaga pendidikan yang dilengkapi dengan fasilitas pelatihan keterampilan vokasional yang dirancang secara khusus untuk kepentingan tersebut. Lembaga pendidikan vocasional di madrasah yang ditunjuk secara resmi untuk menyelenggarakan ini adalah Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan diharuskan mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sementara itu, progam pelatihan keterampilan vokasional di MA yang di studi ini, diatur oleh Kementerian Agama. 

Penelitian menemukan bahwa kebanyakan MA yang menyelenggarakan pelatihan keterampilan vokasional tidak mampu memberikan lulusan yang bersertifikasi. Oleh karena itu, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan pengembangan keterampilan kejuruan di MA karena BNSP secara resmi memberi wewenang kepada beberapa lembaga untuk menguji kompetensi keterampilan kejuruan tertentu melalui tempat uji kompetensi yang didirikan di berbagai lembaga. Lembaga-lembaga ini juga dapat memberikan sertifikat kompetensi kepada mereka yang lulus uji. Lembaga yang berwenang tersebut disebut

Page 14: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman iii

Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Beberapa SMK dan MA telah ditunjuk sebagai LSP. Hal ini memberi kesempatan bagi para siswa lulusan dari MA yang bukan merupakan lembaga sertifikasi resmi untuk diuji dan menerima sertifikasi kompetensi keterampilan dari LSP yang berwenang tersebut.

Kerangka peraturan saat ini juga menyediakan payung hukum bagi MA untuk berkolaborasi dengan pusat pelatihan vokasional pemerintah daerah yang dioperasikan oleh sejumlah kementerian agar mendapatkan pelatihan keterampilan vokasional yang intensif serta memperoleh sertifikasi kompetensi.

Metodologi

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan berbagai metode untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif baik berupa data primer maupun sekunder. Sebagian besar data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi oleh pihak madrasah dan siswa, perusahaan lokal, dan pejabat pemerintah daerah. Data tambahan dikumpulkan dari EMIS Kementerian Agama, Badan Pusat Statistik (BPS), dan hasil review beberapa dokumen. Data kuantitatif disusun dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sebagai dasar untuk analisis lebih lanjut mengenai pilihan kebijakan dan rekomendasi untuk pengembangan program keterampilan vokasional di MA. Data kualitatif dikumpulkan terutama FGD di tingkat nasional dan di 20 kabupaten dan empat wilayah. Data kualitatif juga dikumpulkan melalui kunjungan lapangan ke MA, wawancara dengan pihak MA dan Kementerian Agama setempat, para pengusaha lokal, serta pejabat pemerintah lainnya.

Pemetaan dan Analisis Kesenjangan Keterampilan

Para pengusaha di sektor ekonomi formal menekankan bahwa soft skill (integritas pribadi, religiusitas, etika dan moral, kreativitas, disiplin, dll.) lebih penting pada lingkup pekerjaan di sektor formal daripada pekerjaan yang menuntut keterampilan teknis. Mereka mencatat soft skill lulusan MA perlu ditingkatkan, namun, pada umumnya lulusan MA memiliki soft skills yang lebih baik daripada lulusan sekolah umum. Analisis data yang diberikan oleh pengusaha di sektor ekonomi formal dan informal menunjukkan bahwa jenis keterampilan vokasional yang diajarkan di MA hanya mencakup sebagian kebutuhan sektor ekonomi formal dan juga potensi kebutuhan pada sektor informal. Dengan demikian, kapasitas yang lebih besar perlu dikembangkan bagi madrasah dan staf Kementerian Agama untuk menyelaraskan pembelajaran keterampilan vokasional yang lebih baik di MA, disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi pada sektor ekonomi formal dan informal. Temuan dari penelitian ini memberikan dasar untuk memberikan peningkatan program pelatihan keterampilan vokasional lebih lanjut di MA. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang dilampirkan sebagai dokumen terpisah pada laporan ini, memberikan peta jalan bagi Kementerian Agama dalam melakukan kegiatan termasuk merevisi peraturan perundangan dan menyediakan pendanaan untuk meningkatkan program pelatihan keterampilan vokasional di MA berdasarkan temuan yang dihasilkan penelitian ini. Analisis permintaan akan tenaga kerja dan data penawaran yang diperoleh melalui penelitian ini menunjukkan adanya kesenjangan antara tuntutan sektor ekonomi formal dan informal dengan pasokan tenaga kerja terampil yang dihasilkan melalui program pendidikan keterampilan vokasional di MA. Analisis menunjukkan bahwa lulusan MA sangat sedikit memperoleh pekerjaan di sektor formal. Sekitar 30% lulusan MA melanjutkan ke pendidikan tinggi sementara sisanya bergelut dalam ekonomi informal atau menganggur atau setengah menganggur. Namun, penelitian ini juga menemukan bukti adanya potensi besar untuk mengembangkan ekonomi lokal

Page 15: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman iv

yang bersifat informal. Beberapa temuan utama yang berkaitan dengan kesenjangan permintaan dan penawaran keterampilan dirangkum sebagai berikut:

1. Keputusan Kementerian Agama mengatur jam belajar minimum untuk program pelatihan keterampilan vokasional, namun banyak diantara MA yang tidak memenuhi jumlah waktu pembelajaran minimum yang diperlukan.

2. Dalam penelitian ditemukan bahwa beberapa jenis keterampilan vokasional tertentu yang ditawarkan tidak dapat menghasilkan kompetensi yang dibutuhkan berdasarkan batasan waktu yang diberikan untuk program pelatihan keterampilan vokasional dalam kurikulum MA yang khas. Oleh karena itu, program keterampilan vokasional yang ditawarkan harus ditentukan oleh alokASI waktu yang cukup untuk pelatihan keterampilan vokasional sehingga tingkat kompetensi minimum yang dibutuhkan untuk pekerjaan di ekonomi lokal dapat dicapai. Keterampilan vokasional yang membutuhkan waktu tambahan, kalau perlu dapat dilakukan di lembaga pendidikan kejuruan vokasional lainnya, dari pada di MA.

3. Kurikulum yang mencakup program keterampilan voksional termasuk ke dalam kegiatan intra-kurikuler yang belum didasarkan pada standar kompetensi berbasis Kompetensi Nasional Indonesia (KKNI). Hal ini yang mengakibatkan kualitas pembelajaran yang cenderung lebih lemah.

4. Infrastruktur untuk mendukung program keterampilan vokasional tidak diperbarui dan tidak terpelihara dengan baik di banyak MA.

5. Kompetensi guru dan guru keterampilan vokasional tidak diperbarui kemampuannya. 6. Kursus pelatihan dan sertifikasi yang diselenggarakan oleh pusat pelatihan nasional

dilakukan melalui Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Perindustrian dan sebagainya (mis., BLK, BLPT), termasuk program magang; namun, banyak MA yangf disampling dalam penelitian ini tidak memiliki kerjasama dengan lembaga-lembaga tersebut.

7. Tata kelola program pelatihan keterampilan vokasional di MA oleh kantor Kementerian Agama setempat lemah dalam hal pengawasan dan pemberian dukungan kepada MA untuk memperbaiki program mereka. Ini termasuk bantuan agar MA dapat menjalin hubungan dengan pusat pelatihan dan ekonomi lokal.

Penelitian juga menemukan contoh di sejumlah MA yang berinisiatif untuk meningkatkan kualitas dan relevansi program pelatihan keterampilan vokasionalnya sehingga mengurangi kesenjangan antara permintaan dan penawaran keterampilan vokasional terutama di sektor informal yang bersifat lokal. Sebagai contoh, beberapa MA mengadakan kesepakatan kerjasama dengan Balai Latihan Kerja / BLK yang dioperasikan oleh Balai Latihan Pendidikan Teknik / BLPT yang dikelola oleh dinas pendidikan provinsi. Lembaga ini juga memberikan pelatihan bagi guru dan siswa untuk peningkatan keterampilan vokasionalnya. Beberapa MA juga telah melakukan kerjasama magang dengan perusahaan industri tertentu. Beberapa siswa yang pernah mengikuti BLK atau BLPT atau magang di perusahaan sektor formal telah menerima sertifikat keterampilan vokasional (vocational skills certificates). Namun, banyak alumni dari MA yang belum memperoleh pelatihan tambahan yang dijelaskan di atas, sehingga hanya diberikan sertifikat dari internal MA yang belum tentu diakui oleh Badan Sertifikasi Nasional Pendidikan (BSNP). Model Peningkatan Keterampilan MA Penelitian ini telah menghasilkan lima model untuk menerapkan pelatihan keterampilan vokasional di MA. Kelima model pelatihan keterampilan vokasional tersebut memiliki acuan yang berdasarkan pada program-program yang sudah berjalan khususnya pada program yang bertujuan pada kebutuhan ekonomi lokal. Sebagai tambahan, perlu adanya masukan dalam proses perancangan seluruh model yang direkomendasikan oleh para pemangku kepentingan utama baik pada tingkat nasional, regional, maupun kabupaten dengan melibatkan Kementerian Agama dan lembaga pemerintah lainnya, karyawan madrasah dan perwakilan dari sektor ekonomi, baik perusahaan formal maupun informal. Model tersebut berkisar mulai dari model

Page 16: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman v

pelatihan keterampilan vokasional yang dilakukan sebagai kegiatan ekstra-kurikuler yang intensitasnya rendah, yang menambahkan beberapa pelatihan tambahan vokasional sesuai dengan standar kurikulum resmi Kementerian Agama, program pelatihan keterampilan vokasional yang bersifat intra-kurikuler, hingga model pendirian madrasah kejuruan formal yang memiliki standar yang sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Masing-masing MA memiliki kekhususan tersendiri sejalan dengan 4 kaidah peraturan tentang tipologi resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama. Keempat tipologi tersebut adalah: (i) madrasah yang fokus pada pendidikan agama, (ii) madrasah yang berfokus dalam mempersiapkan siswa dan siswinya untuk pendidikan lanjut, (iii) madrasah yang menyediakan pendidikan umum, dan (iv) madrasah yang mengkhususkan diri dalam progam pelatihan keterampilan vokasional. Meskipun empat tipologi tersebut belum dinyatakan sebagai kebijakan resmi, namun MA telah mempertimbangkan untuk menjalankan salah satunya. Dengan demikian, melihat banyak terdapatnya berbagai macam jenis pendidikan yang dapat difokuskan oleh MA, sebaiknya model pelatihan yang diambil harus sesuai dengan visi dan misi MA. Kelima model tersebut dibagi kedalam beberapa hal berikut ini. (1) Ekstra-kurikuler: pelatihan keterampilan vokasional yang tidak ditambahkan kedalam

kurikulum inti, tetapi diberikan di luar kurikulum MA karena program tersebut hanya dilaksanakan selama satu atau dua jam dalam seminggu, biasanya di siang hari setelah jam sekolah atau saat akhir pekan.

(2) Intra-kurikuler: pelatihan keterampilan vokasional ditambahkan kedalam kurikulum inti MA karena regulasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan agar para siswa belajar membuat prakarya dan belajar kewirausahaan dan juga belajar melalui pelatihan keterampilan vokasional selama 6 jam dalam seminggu.

(3) Intrakurikuler + BLK, BLPT, Perusahaan: model ini mengombinasikan Model 2 dengan beberapa tambahan pelatihan keterampilan vokasional yang intensif pada pusat-pusat pelatihan keterampilan pemerintah yang terpercaya seperti BLK, BLPT yang diselenggarakan sekitar satu hingga tiga bulan dalam bentuk program magang di perusahaan yang pelatihannya diadakan selama libur semester dan selama masa libur antar tahun akademik.

(4) Intrakurikuler + BLK, BLPT, Perusahaan, PT: model ini menggunakan Model 3 sebagai dasar contohnya tetapi ditambahkan beberapa instruksi tambahan dari para dosen Perguruan Tinggi yang keseluruhan jumlahnya adalah 120 jam di kelas XII; sebagai tambahan para dosen tersebut juga memberikan waktu selama dua minggu pelatihan untuk para pengajar keterampilan MA.

(5) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK): program dasar MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan) harus mengikuti standarisasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejalan dengan Peraturan Menteri No. 60/2014 bahwa kurikulum harus berdasarkan pada berbagai keterampilan yang diatur oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada Model 5 ditambahkan tiga kondisi tambahan (pengajar keterampilan bersertifikasi, pusat uji kompetensi, dan standarisasi ISO 17025 untuk laboratorium, workshop, dll). Model 5 juga mencakup kurikulum umum yakni adanya program magang dan pelatihan khusus dari para dosen perguruan tinggi seperti tercantum dalam Model 4.

Model Pembiayaan Pelatihan Keterampilan MA

Program pelatihan keterampilan vokasional tidak terlepas dari adanya biaya. Pendidikan keterampilan vokasional membutuhkan guru yang memiliki keahlian khusus, peralatan, fasilitas seperti workshop dan hal lainnya yang memerlukan tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk menerapkannya selain kurikulum inti MA. Total biaya untuk menerapkan model tertentu untuk memberikan pelatihan keterampilan vokasional bergantung pada tingkat kedalaman pelatihan vokasional yang diberikan. MA dan Kementerian Agama – yang dalam hal ini mampu sejauh

Page 17: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman vi

kemampuan memberikan dukungan tambahan kepada MA untuk menerapkan pelatihan keterampilan vokasional, perlu memahami besaran biaya yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan salah satu model yang sesuai dengan jenis keterampilan vokasional tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini juga merancang metodologi yang digunakan untuk memperkirakan biaya masing-masing dari kelima model tersebut.

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Agama (SK) No 1023/2016, menetapkan adanya tiga kelompok keterampilan utama yang dapat diimplementasikan oleh MA. Pada masing - masing kelompok tercantum beberapa jenis keterampilan vokasional tertentu. Ada 24 jenis keterampilan vokasional khusus yang tercantum dalam peraturan tersebut. Ketiga kelompok dan beberapa contohnya masing-masing adalah sebagai berikut: Teknologi (contoh: operator komputer, mekanik mobil, keterampilan kelistrikan); Kejuruan (contoh: tata busana , tata boga); dan Pertanian dan Maritim (contoh: peternakan unggas (bebek, ayam, dll.), budidaya ikan air tawar). Dari 24 bidang keahlian yang tercantum dalam peraturan tersebut, ada beberapa yang sesuai dengan sektor ekonomi formal pada umumnya, namun ada juga yang tidak sesuai dengan perekonomian lokal. Melalui wawancara yang mendalam, kuesioner dan FGDs, diputuskan untuk memfokuskan penelitian dan penetapan biaya keterampilan yang paling sesuai dengan lowongan pekerjaan yang dibutuhkan pada sektor ekonomi lokal dan pada saat yang sama siswa yang bersangkutan dapat digunakan untuk pendidikan lanjutan. Penelitian ini telah memilih tujuh jenis keterampilan sebagai fokus awal untuk melakukan uji coba dan pengembangan terhadap lima model pembelajaran program pendidikan keterampilan vokasional selama lima tahun ke depan. Dari ketujuh jenis keahlian yang dipilih, enam secara resmi diakui oleh peraturan Kementerian Agama. Para pemangku kepentingan merekomendasikan budidaya perairan, yang tidak termasuk dalam peraturan Kementerian Agama, untuk dihitung pembiayaannya karena memiliki potensi pengembangan yang besar di beberapa wilayah di negara ini. Tujuh jenis keterampilan yang disepakati melalui konsensus pemangku kepentingan untuk dipelajari secara rinci dan untuk menentukan biaya pelaksanaan, adalah sebagai berikut:

1. Otomotif; 2. Elektronika; 3. Multimedia/Teknologi Informasi; 4. Pertanian/Pengolahan Pangan; 5. Tata Boga; 6. Tata Busana;dan 7. Budidaya Perairan.

Unsur utama metodologi untuk menghitung biaya pelaksanaan tujuh jenis keterampilan melalui kelima model pembelajaran adalah memperkirakan biaya satuan. Kalkukasi perkiraan biaya ini dilakukan dengan menggunakan pembiayaan pada SMK sebagai perkiraan yang nantinya disempurnakan dalam FGD dengan beberapa pihak pemangku kepentingan di 20 kabupaten dan enam provinsi. Metodologi penetapan biaya satuan kemudian menggunakan format kerangka penganggaran Kementerian Agama dengan menghitung biaya pelaksanaan ketujuh jenis keterampilan tersebut melalui lima modal pembelajaran selama periode lima tahun. Akhirnya, sesuai dengan peraturan penganggaran Indonesia, masing-masing biaya untuk menerapkan lima model untuk tujuh jenis keterampilan dan untuk pengelolaan program dihitung sesuai dengan delapan Standar Pendidikan Nasional. Model pembiayaan ini dilampiri dengan Rencana

Page 18: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman vii

Pembiayaan Pembangunan Jangka Menengah untuk Kementerian Agama dalam meningkatkan program pendididikan keterampilan vokasional di MA selama kurun waktu lima tahun.

Pilihan Kebijakan dan Rekomendasi

Penelitian ini mengusulkan adanya lima model pelaksanaan program pendidikan ketrampilan vokasional di MA. Model tersebut disusun berdasarkan praktik program pendidikan ketrampilan vokasional yang saat ini dilaksanakan di MA tertentu dan atas rekomendasi para pemangku kepentingan. Biaya untuk melaksanakan masing-masing model untuk tujuh jenis keterampilan yang sesuai dengan perekonomian daerah sudah diselesaikan dan disertakan pada rencana pembangunan jangka menengah untuk meningkatkan keterampilan di MA. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa banyak MA yang menjadi sampel menyelenggarakan program ini tidak sesuai dengan Surat keputusan (SK) No. 4923/2016 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. Selain itu, beberapa rekomendasi dari pemangku kepentingan yang diusulkan, tidak tidak sesuai dengan peraturan tersebut. Pilihan kebijakan yang harus dipertimbangkan oleh Kementerian Agama untuk meningkatkan program keterampilan vokasional di MA adalah sebagai berikut:

Mempertimbangkan semua atau beberapa model yang dikembangkan dan disulkan oleh penelitian ini atau memodifikasi model dan memberikan payung hukum yang memungkinkan MA untuk menerapkan model (atau beberapa model) berdasarkan permintaan lokal, visi dan misi MA, serta juga sumber daya yang tersedia.

1. Masing-masing MA harus mengusulkan model pelatihan yang diinginkan untuk menerapkan program keterampilan vokasional berdasarkan kapasitas kelembagaan mereka dan ketersediaan sistem pendukungnya. Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama bertanggung jawab dalam menilai dan menyetujui masing-masing usulan.

2. Merevisi (SK) No. 4923/2016 yang berisikan 24 jenis keterampilan yang diakui resmi agar memungkinkan MA dapat menyelenggarakan program pendidikan keterampilan vokasional yang belum termasuk dalam peraturan ini, dalam rangka memenuhi permintaan lokal serta mampu beradaptasi dan menyesuakan keterampilan yang ditawarkan dengan tuntutan perubahan ekonomi daerah. Sebagai alternatif, perlu ditegakkan peraturan jika peraturan tersebut tidak berubah, dengan cara Kementerian Agama menyediakan pemantau dan pengawas MA yang tidak memenuhi ketentuan peraturan dan kemudian memberikan sanksi jika MA tetap tidak tunduk.

3. Perlu hati-hati dalam mempertimbangkan pendirian MAK baru secara terbatas, mengingat bahwa model ini sangat mahal dan pejabat tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan percaya bahwa sudah terlalu banyak jumlah SMK dan tingkat penerimaan lulusannya di lapangan kerja buruk. Jika MAK akan didirikan, konsultasi dengan Depdikbud dan Bappenas perlu dilakukan karena Peraturan Menteri Depdikbud No. 60/2014 menunjukkan bahwa pendidikan vokasional (kejuruan) ditentukan melalui peraturan yang dikeluarkan oleh Depdikbud Direktorat Jenderal dan pendidikan menengah.

4. Jika Kementerian Agama menerima model yang dapat melengkapi program pelatihan vokasional dengan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintahan pusat atau pendidikan tinggi, kebijakan ini perlu ditampung dalam revisi peraturan sekarang ini atau memberikan payung hukum dengan peraturan baru perlu dikeluarkan.

5. Jika model yang dilaksanakan melibatkan pelatihan tambahan di luar MA dimana siswa telah terdaftar, kebijakan diperlukan untuk memberikan payung hukum untuk memungkinkan siswa dapat diuji kompetensi oleh pusat uji yang diakui dan menerima pelatihan dengan sertifikasi lembaga-lembaga di luar keterampilan MA.

Page 19: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman viii

6. Kurikulum SLTA terkini memerlukan waktu pemberlajaran 6,5 jam pelajaran per hari (07.30-14.00). Ada usulan untuk menambah jam pelajaran dengan “full-day school” yaitu memaksimalkan waktu pembelajaran menjadi jam 7.30 sampai dengan 17.00. Jika jam pelajaran penuh menjadi wajib, setidaknya untuk SLTA, ini dapate memberikan tambahan waktu yang dibutuhkan untuk program pendidikan keterampilan vokasional yang lebih intensif. Jika pembelajaran sehari penuh menjadi kewajiban, maka Kementerian Agama perlu mempertimbangkan kebijakan untuk mengijinkan madrasah tertentu diberikan wewenang untuk menerapkan model 3, 4 dan 5 dalam rangka memperpanjang waktu pembelajaran untuk program pelatihan keterampilan vokasional tambahan dan pengintegrasian pengajaran agama yang lebih baik.

Pilihan kebijakan yang dijelaskan di atas melibatkan perubahan dalam peraturan dan kesepakatan formal, serta koordinasi dengan berbagai lembaga lain. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi untuk kegiatan dan keputusan khusus yang dapat dilakukan setelah pilihan kebijakan yang dijelaskan di atas difinalkan.

Pilihan kebijakan untuk mendirikan dan mengelola program peningkatan keterampilan vokasional di MA disusun berdasarkan temuan-temuan studi ACDP 046 ini. Maksudnya, rekomendasi dibuat berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan melalui pertemuan dan FGD dengan para pimpinan MA dan staf Kementerian Agama, hasil kunjungan ke MA, survei di sejumlah program keterampilan vokasional di MA, serta review dan analisis yang terhadap peraturan pemerintah terkait dengan program keahlian dan pendidikan ketrampilan vokasional MA.

1. Penelitian ini mengembangkan lima model pengembangan ketrampilan vokasional dan disarankan tiap-tiap MA dapat memilih model yang terbaik sesuai dengan visi dan misi MA.

2. Penelitian ini juga merekomendasikan Kementerian Agama untuk menyediakan dana hibah guna membangun model pelatihan keterampilan vokasional yang intensif di MA yang dipilih sebagai model awal, memonitor dan mengevaluasi hasilnya secara menyeluruh.

3. Pemimpin MA bersama staf dari Kantor Wilayah Kementerian Agama merancang program pendidikan keterampilan vokasional berdasarkan tuntutan bursa tenaga kerja di ekonomi lokal dan membangun jaringan dengan perusahaan lokal untuk mengeksplorasi kemungkinan penyelenggaraan magang. Program pembangunan kapasitas dalam kemampuan ini perlu dilakukan untuk tujuan ini.

4. Berbagai model pendidikan ketrampilan vokasional membutuhkan kualifikasi pelatih keterampilan yang berbeda. Model yang intensitasnya rendah diperbolehkan menggunakan guru kontrak tanpa sertifikat keterampilan vokasional, sedangkan model pelatihan keterampilan vokasional yang intensitasnya tinggi memerlukan guru keterampilan bersertifikasi.

5. Penting ditekankan bahwa MA yang menyelenggarakan program pendidikan keterampilan vokasional mampu membuat Rencana Bisnis (maksudnya Rencana Strategis Pengembangan Program Pendidikan Ketrampilan Vokasional). Di dalamnya termasuk program peningkatan kapasitas khusus bagi Kepala Madrasah dan Komite madrasah.

6. Kementerian Agama perlu mendorong kerjasama MA dengan SMK dan berbagai pusat pelatihan nasional/ lokal (BLK, BLPT, dsb) untuk memanfaatkan tenaga pelatih keterampilan vokasionalserta memanfaatkan peralatan dan fasilitas bilamana memungkinkan.

7. Kementerian Agama perlu meningkatkan tata kelola yang baik untuk program pendidikan keterampilan vokasional di MA dengan melakukan pemantauan kualitas dan perekaman kemajuan untuk menjamin kualitas program. Jaminan kualitas dapat ditingkatkan dengan menjalin koordinasi dengan pusat-pusat pelatihan dan pendidikan tinggi untuk mengembangkan instrumen dalam pengawasan dan penilaian pelaksanaan pendidikan keterampilan vokasional.

Page 20: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman ix

8. Kementerian Agama perlu mempertimbangkan pemberian ijin bagi MA tertentu, termasuk MA yang melaksanakan model pendidikan keterampilan yangd intensif dan juga MAK, untuk memberlakukan pembelajaran 24 jam per hari berbasis model pesantren.

Page 21: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 10

1. Pendahuluan

Penelitian ini dilakukan atas nama Kementerian Agama (Kemenag), dan bertujuan untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan penyediaan pelatihan keterampilan di Madrasah Aliyah (MA). Penelitian ini sangat penting bagi Kementerian Agama dan bangsa karena Kementerian Agama adalah peserta utama dalam proses pengembangan keterampilan, dan juga pemimpin dalam proses ini di beberapa area penting.

Penelitian ini dilakukan selama periode 20 September 2016 - 28 April 2017. Tim peneliti terdiri dari Team Leader (TL) Internasional dan beberapa spesialis dan konsultan. Termasuk diantaranya dua konsultan telah menjalankan beberapa studi kasus yang mendalam pada keterampilan pelatihan madrasah termasuk analisis biaya untuk menjalankan program; dan konsultan lain mempersiapkan analisis makro sesuai tuntutan bidang kerjanya dalam konteks saat ini dan untuk kedepannya diperkirakan dapat melengkapi latar belakang kontekstual untuk penelitian ini sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Seorang ahli keuangan menghitung biaya pelatihan keterampilan pada tingkat kelembagaan serta di tingkat nasional sebagai masukan bagi rencana pengembangan jangka menengah pelatihan keterampilan madrasah. Para ahli Statistik dan data dikumpulkan untuk menganalisis data yang berasal dari kunjungan lapangan, Kelompok Diskusi Terfokus (FGD) dan pengulasan atas data yang relevan. Dan seorang ahli madrasah memberikan masukan atas semua aspek pendidikan madrasah termasuk deskripsi kerangka acuan peraturan mengenai pelatihan keterampilan yang diajarkan di MA. Trans Intra Asia sebagai Kontraktor mendukung penuh secara administrasi dan logistik tim peneliti. Staf ACDP menyediakan pengawasan dan bimbingan. Direktorat Pendidikan MadrasahKementerian Agama bekerja sama dengan tim peneliti.

1.1. Pengorganisasian Laporan

Bab pengantar ini berlanjutan dengan latar belakang informasi yang diperlukan untuk menggambarkan konteks penelitian. Latar belakang mencakup ringkasan dari sektor ekonomi Indonesia sebagai konteks untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja di pasar dan pasokan pekerja terampil dengan Madrasah Aliyah (MA). Gambaran dari sistem pendidikan di Indonesia dan deskripsi pendidikan kejuruan di Indonesia yang menetapkan konteks untuk menyelenggarakan pelatihan keterampilan kejuruan di MA.

Bab 2 menjelaskan tujuan, ruang lingkup dan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Bab 3 menyediakan pemetaan dan analisis kesenjangan keterampilan melalui penilaian kebutuhan tenaga kerja pasar dan pasokan lulusan MA yang terampil. Lima model untuk menyelenggaraan pelatihan keterampilan kejuruan di MA dijelaskan dalam bab 4. Bab 4 juga menjelaskan metodologi dan contoh cara pembiayaan pelaksanaan model pelatihan keterampilan untuk keperluan perencanaan. Pilihan kebijakan dan rekomendasi dijelaskan dalam Bab 5.

Bab 4 dan 5 memberikan dasar untuk pembuatan rencana jangka menengah untuk Pengembangan Peningkatan Keterampilan di MA. Rencana tersebut dilengkapi dengan penetapan biaya unit terperinci untuk tujuh jenis pelatihan keterampilan yang dianggap layak untuk MA serta memenuhi tuntutan ekonomi daerah. Biaya untuk menerapkan tujuh jenis keterampilan ini melalui lima modalitas selama periode lima tahun juga termasuk dalam tambahan bagian pembiayaanyang terlampir pada Perencanaan berupaflash disk. Akhirnya, beberapa lampiran yang memberikan informasi untuk melengkapi teks.

Page 22: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 11

1.2. Latar Belakang

1.2.1. Tinjauan Sektor Ekonomi Indonesia

Selama hampir setengah abad, pemerintah Indonesia telah memprioritaskan pertumbuhan ekonomi sebagai komponen kunci dalam pembangunan nasional. Indonesia kini telah mencapai kategori Negara berpenghasilan menengah1 dengan pendapatan per kapita sebesar US $ 3.500 (Bank Dunia, 2016)2. Struktur perekonomian memiliki tiga karakteristik yang penting dalam konteks penelitian ini, yaitu: pertumbuhan, perubahan jangka pendek yang dinamis, dan juga daya saing global.

Setelah pulih dari krisis keuangan Asia pada tahun 1999, Indonesia mengalami satu decade pertumbuhan yang pesat kisaran 6% per tahun3. Sejak melambatnya pertumbuhan global yang dipicu oleh krisis keuangan AS di tahun 2009, Indonesia juga mengalami perlambatan menjadi 5% setiap tahunnya; namun masih sesuai dengan ekonomi regional lainnya dan lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan negara maju. Selama periode 2010-2016, perekonomian menciptakan hampir 15 juta pekerjaan baru, dimana sepertiga (34%) untuk lulusan sekolah menengah atas dan 27% lainnya untuk sekolah menengah kejuruan.

Usaha mikro, kecil dan menengah UMKM telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2012 ada 56.5 juta perusahaan, mempekerjakan 107.6 juta orang dan tumbuh pada tingkat rata-rata lebih dari 2% per tahun. Namun kontribusi UMKM terhadap total penghasilan nasional (PDB) meningkat dari 5% menjadi hampir 10% selama periode 2010-2012. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan ini meningkatkan produktivitas mereka. Pada kenyataannya, nilai hasil per perusahaan meningkat sebesar 12% dan nilai hasil per pekerja meningkat sebesar 8% selama periode tersebut.

Secara internasional, usaha mikro dan kecil telah memberikan kesempatan kerja yang besar di beberapa waktu. Perkiraan bervariasi namun cukup adil untuk mengatakan bahwa itu terdiri dari tiga perempat semua pekerjaan non-pertanian di negara-negara berkembang.4 Meskipun rasio ini mungkin kurang di Indonesia, sektor ekonomi informal berperan besar dalam perekonomian secara menyeluruh. Juga adil untuk menyatakan bahwa bekerja di perusahaan mikro adalah pilihan utama untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih formal. Sementara ini merupakan kasus lulusan terampil, perusahaan mikro adalah sumber pekerjaan berbayar pekerja terampil yang tak bersertifikat.

Pola produksi yang dinamis permintaan konsumen dan ekspor tercermin di bursa lapangan kerja. Selama periode 2010-2016, pekerja di sector perdagangan meningkat 6 juta pekerja, sementara industri dan kontruksi masing-masing menambahkan 3 juta pekerja. Delapan puluh persen pekerja baru ini menjadi tenaga kerja sebagai karyawan yang bekerja untuk orang lain sisanya 20% pemilik usaha yang bekerja tanpa karyawan.

Sebagian besar pekerja saat ini bekerja di ekonomi formal tidak akan menerima pelatihan kejuruan formal atau memiliki kualifikasi untuk pekerjaan itu. Secara umum diakui bahwa ada sejumlah besar pemilik usaha/ pengusaha mikro yang membutuhkan keterampilan untuk pekerjaan mereka saat ini.

1 Pendapatan per kapita US$1,026 hingga $12,475. Dari laman Bank Dunia: http://www.worldbank.org/en/country/mic/overview. 2Perlu diingat bahwa ini tidak berarti bahwa “rata-rata” orang memiliki pendapatan sebesar ini. Pendapatan perkapita

dihitung sebagai total nilai produksi ekonomi tahunan dibagi total populasi. 3 Secara riil bersih dari inflasi 4 http://ilo.org/global/topics/employment-promotion/informal-economy/lang--en/index.htm

Page 23: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 12

Tenaga kerja tidak hanya membutuhkan pekerja cakap-ahli untuk lingkungan ekonomi saat ini, tetapi juga membutuhkan pekerja yang memiliki keterampilan lunak (softskill), seperti kemampuan untuk belajar dalam pekerjaan, memiliki komitmen terhadap organisasi mereka dan menetapkan etika kerja individual.

Bursa tenaga kerja seperti pasar lainnya memiliki tiga unsur: persediaan, permintaan dan struktur persaingan.5 Dalam hal pasar tenaga kerja, persediaan adalah ketersediaan dan kesediaan pekerja terampil yang layak. Permintaan adalah jumlah lapangan pekerjaan, persyaratan kerja dan kemauan pemberi kerja untuk membayar. Struktur kompetitif adalah kekuatan negosiasi masing-masing pihak. Teori ekonomi pasar mengasumsikan bahwa keputusan pemasok(pekerja) dan peminta (pengusaha) bersifat independen. Tapi dalam kasus bursa tenaga kerja, asumsi ini tidak berlaku. Salah satu faktor dalam keputusan untuk berinvestasi adalah ketersediaan pekerja dan kesediaan mereka untuk bekerja dengan upah yang sesuai dengan anggaran investor. Salah satu faktor yang memengaruhi keputusan pekerja untuk mencari pekerjaan daripada melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau tinggal di rumah adalah tersedianya pekerjaan dan upah yang ditawarkan. Keputusan ini tercermin dalam statistik yang disebut tingkat partisipasi angkatan kerja.

Dari uraian di atas, jelas bahwa bursa tenaga kerja sangat spesifik. Dalam situasi di Indonesia, bursa tenaga kerja terfragmentasi sepanjang dua dimensi: horisontal oleh wilayah geografis dan vertikal oleh sektor formal vs. informal. Di dalam masing-masing wilayah geografis dan kategori vertical, pasar barang pada umumnya terfragmentasi oleh produk / sektor. Bursa tenaga kerja terbagi-bagi oleh sistem keterampilan kejuruan yang menggolongkan kemampuan dengan mempertahankan kurikulum keterampilan dengan daya jual spesifik, dan secara horizontal dimana jalur dari tingkat kualifikasi bawah hingga ke tingkat atas tidak terfasilitasi dengan baik. Pengenalan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (lihat di bawah) ditujukan untuk fragmentasi vertikal.6

Berbagai provinsi7 di Indonesia sangat beragam dalam hal struktur ekonomi dan karakteristik bursa tenaga kerja. Fragmentasi vertikal pasar tenaga kerja didasarkan pada tingkat pendidikan, yang menentukan sektor ekonomi di mana orang tersebut akan bekerja dan jenis pekerjaan yang akan dimilikinya. Jika seseorang berpendidikan di bawah SD, ia diperkirakan bekerja di bidang pertanian (61% pekerja berpendidikan rendah) atau berdagang (17%). Pendidikan SD menunjukkan pola yang sama, dengan 46% di bidang pertanian dan 21% dalam perdangan, namun 11% mendapatkan pekerjaan di industri. Lulusan Sekolah Menengah Pertama, juga terkonsentrasi di tiga sektor ini: 29% di bidang pertanian, 27% di bidang perdagangan; 16% masing-masing di bidang pertanian serta industri. Dan 20% di layanan jasa. Untuk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan, 23% bekerja di industri, dengan persentase yang lebih kecil di bidang pertanian (10%). Orang-orang dengan pendidikan lebih tinggi bekerja di semua sektor, walaupun sekitar setengahnya bekerja di bidangjasa dan 10% di bidang keuangan, dan hanya 3% bekerja di pertanian.

5WLW Subandi, Ekonomi Persaingan, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Surabaya.2012 6Fragmentasi tenaga kerja di Eropa menghasilkan peningkatan dalam bentuk pembukaan dan penyerapan lapangan

kerja yang berbeda dari “hubungan standar penempatan kerja” permanen, penuh waktu, penempatan kerja menjamin keamanan sosial. Melengkapi bentuk standar penempatan kerja adalah perkembangan pada pekerjaan paruh waktu, kontrak PKWTT, agensi kerja kontrak PKWT, pekerja rumahan, pekerja mandiri, pekerja tidak tetap, musiman dan penempatan kerja dengan bentuk “tidak standard”.

EuWORK.https://www.eurofound.europa.eu/observatories/eurwork/industrial-relations-dictionary/fragmentation-of-the-labour-force.

7Analisis ini terbatas pada tingkat provinsi karena adanya keterbatasan data. Analisis statistik (F test) menunjukkan bila berbagai kabupaten di dalam sebuah provinsi lebih beragam ketimbang bermacam propinsi, dengan total keragaman kabupaten hingga 2/3-3/4.

Page 24: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 13

Distribusi jenis pekerjaan untuk orang-orang dari tingkat pendidikan yang berbeda level juga serupa, dengan perbedaan tajam antara menegah pertama dan menengah atas. Setengah dari orang dengan pendidikan dasar atau kurang adalah wiraswasta. Sisanya bekerja sebagai pekerja yang tidak dibayar di perusahaan keluarga (27% di antaranya kurang dari SD dan 18% dari lulusan sekolah dasar) atau sebagai tenaga kerja pertanian (masing-masing 11% dan 9%). Empat puluh persen lulusan SMP adalah wiraswasta dengan 16% lainnya sebagai tenaga kerja yang tidak dibayar di perusahaan keluarga. Dua puluh persen lulusan sekolah mengah pertama bekerja sebagai pegawai perusahaan di sektor formal. Lulusan sekolah menegah atas telah berpindah dari wiraswasta ke sektor formal sebagai pegawai (33%) dengan setengah dari lulusan sekolah menengah kejuruan di bidang perkerjaan sektor formal. Hanya sekitar 10% lulusan SMK bekerja sebagai pekerja yang tidak dibayar di perusahaan keluarga dibandingkan dengan 18% lulusan SMA. Sebagian besar lulusan pendidikan lanjut adalah pegawai sektor formal (80%).

1.2.2. Ikhtisar Sistem Pendidikan Indonesia

Sistem Pendidikan Nasional mencakup pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal pra-lanjutmemiliki dua tingkatan: dasar (SD dan SMP) dan sekolah menengah.Pendidikan nonformal mencakup anak usia dini yang ditawarkan oleh lembaga non-sekolah dan pendidikan kesetaraan (dikenal dengan Paket A, B, dan C). Pendidikan informal dapat diajarkan dalam lingkup lingkungan keluarga maupun dalam kelompok masyarakat, termasuk pengajaran agama yang bersifat informal.

Sistem pendidikan nasional mengakui tiga kategori pendidikan, yaitu: akademik, pendidikan profesional dan kejuruan. Semua jenis dan kategori pendidikan dijalankan oleh pemerintah dan swasta. Secara keseluruhan pengelolaan dan pengawasan pendidikan formal dan nonformal dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag).

Program sembilan tahun pendidikan dasar bersifat wajib; Namun, pendidikan 12 tahun kemungkinan akan diamanatkan dalam waktu dekat. Pendidikan saat ini berfokus pada pendidikan kejuruan menengah yang terutama diberikan untuk periode tiga tahun (Kelas X, XI, dan XII). Pada tahun akademik 2013/2014 ada sekitar 12.000 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan jumlah pendaftar sekitar 4 juta siswa.8 Kemenag tidak menerbitkan data terpisah untuk Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK); namun, penelitian tersebut menemukan bahwa Kemenag saat ini mengakui enam MAK dan bermaksud untuk membuka lebih banyak di masa mendatang. Saat ini sebagian besar pelatihan keterampilan di MA dilakukan di non-MAK.

Pendidikan kejuruan tersier dilakukan oleh politeknik, sekolah tinggi, dan akademi yang menawarkan Program Diploma di tingkat D2, D3, dan D4, (angka setelah "D" menunjukkan rentang tahun pembelajaran). Program Diploma juga ditawarkan oleh beberapa universitas. Selain itu ada program spesialisasi profesi yang ditawarkan oleh universitas untuk pelatihan lebih lanjut, biasanya untuk pemegang setidaknya gelar Sarjana.

Gambar 1.1 di bawah ini adalah gambaran tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana didefinisikan dalam UU No. 20/2003.

Di Indonesia terdapat banyak institusi dan lembaga lain yang memberikan pelatihan keterampilan kejuruan. Beberapa contohnya adalah: Balai Latihan Kerja (BLK) di bawah Kementerian Tenaga Kerja; Pelatihan pertanian dan pusat demonstrasi di bawah Kementerian Pertanian; Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di bawah Kementerian Kesehatan.

8Biro Pusat Statistik (BPS)

Page 25: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 14

Banyak pelaku sektor swasta yang menyediakan program pelatihan keterampilan seperti: bank, yang menawarkan program literasi keuangan dan manajemen bisnis untuk klien usaha kecil dan menengah (UKM); Kursus pelatihan keterampilan swasta skala kecil yang diatur oleh Direktorat Pendidikan Non-formal Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah; Perusahaan kendaraan bermotor, yang menawarkan pelatihan dalam layanan perawatan dan perbaikan kendaraan, kemudian memberikan mensertifikasi lulusan yang berhasil dari kursus tersebut dengan bengkel perawaran dan perbaikan resmi.

Gambar 1.1 Ringkasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia No. 20/2003

1.2.3. Organisasi Pelatihan Keterampilan Kejuruan

Institusi pendidikan SMK tunduk pada kerangka peraturan yang sama dengan institusi pendidikan menengah atas umum. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Standar Nasional Pendidikan melalui Keputusan Menteri, dan Badan Akreditasi Nasional untuk Sekolah/Madrasah (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah/BAN-S/M)berdasarkan pencapaian standar. Akreditasi ulang diperlukan setiap 5 tahun. BAN-S/M memiliki paket laporan data akreditasi untuk SMK dan MAK.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menetapkan kurikulum untuk institusi menengah kejuruan, seperti halnya untuk semua jenis dan tingkat pendidikan pra-lanjutan, melalui Peraturan Menteri. Dasar kurikulum adalah daftar kompetensi yang harus dicapai oleh para lulusan. Dalam hal pendidikan menengah kejuruan, kompetensi ini didasarkan pada standar kompetensi yang dibutuhkan didunia kerja. Kurikulum berubah setiap 10 tahun. Keputusan Menteri Pendidikan yang terakhir untuk Kurikulum di lembaga pendidikan menengah kejuruan adalah Peraturan Menteri (Permen) No. 60/2014.

Page 26: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 15

Berdasarkan peraturan ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat keputusan (SK) dasar dengan daftar “spektrum”9 dari bidang keahlian yang diajukan sebagai program di tingkat SMK.Spesialisasi disusun secara hirarki ke dalam beberapa bidang, program dan paket yang dapat dibagi kedalam beberapa konsentrasi. Paket adalah unit dasar kurikulum dan didasarkan pada keterampilan yang dibutuhkan untuk jabatan tertentu10dengan pemusatan perhatian pada produksi produk tertentu. Program adalah kelompok paket dengan karakteristik serupa, dan bidang adalah kelompok program dengan dasar kajian serupa.

Keputusan terbaru adalah SK DirjenKemendikdasmen 7013 / D / KP / 2013.11 Spektrum terdiri dari 9 bidang, 46 program dan 128 paket. Sembilan bidang studi kejuruan yang diizinkan oleh Spektrum tercantum di bawah ini. Simbol * menunjukkan bahwa beberapa MA saat ini menawarkan pelatihan keterampilan di bidang ini.

1. Teknologi dan Teknik * 2. Teknologi Informasi dan Komunikasi * 3. Kesehatan 4. Agribisnis dan Agroekonomi * 5. Sumberdaya Perikanan dan Kelautan * 6. Manajemen Bisnis * 7. Pariwisata 8. Seni dan Kerajinan * 9. Pertunjukan Seni *

1.2.4. Ikhtisar Kerangka Pengaturan untuk Pelatihan Keterampilan Kejuruan

Baru-baru ini tiga peraturan telah dikeluarkan yang mempengaruhi pelaksanaan pelatihan keterampilan kejuruan di MA.Pertama, Peta Jalan Revitalisasi SMK yang dikeluarkan oleh Direktorat sebagai Pandauan untuk SMK yang diterbitkan pada bulan Agustus 2016 penting untuk penelitian ini karena, di antara banyak kebijakan lainnya, kebijakan tersebut memasukkan peran "Penjembatanan Pelatihan " pada SMA/MA untuk meningkatkan kemampuan kerja lulusan. Kedua, Instruksi Presiden No. 9/2016 yang dikeluarkan pada bulan September 2016 penting untuk penelitian ini karena dua alasan: ini menciptakan hubungan formal antara kompetensi yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk pelatihan kerja dan penilaian keterampilan dan kompetensi keterampilan dalam kurikulum SMK; juga menginstruksikan Kemendikbud untuk membentuk Kelompok Kerja Revitalisasi SMK. Ketiga, Keputusan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag yang diterbitkan pada bulan Desember 2016 merupakan hal penting penting karena menetapkan mata pelajaran keterampilan intrakurikuler sebagai pendekatan peningkatan keterampilan di MA. Peraturan-peraturan ini dan yang lainnya dibahas di bawah ini dipertimbangkan dalam pengembangan lima model pelatihan keterampilan MA yang dijelaskan pada Bab 4.

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dibentuk melalui Undang-Undang 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi dan selanjutnya ditetapkan melalui Keputusan Presiden (PP) 8/2012 yang membahas peran KKNI dalam mengimplementasikan TVET di sekolah menengah dan atas. KKNI memberikan dasar untuk menilai hasil belajar atau kompetensi keterampilan siswa

9Dalam bahasa Inggris adalah decree 10Dalam bahasa Inggris adalah decree, yang menyatakan khusus untuk membedakan pendidikan kejuruan dari disiplin

akademik/ilmiah. 11Keputusan ini menggantikan SK Dirjen Kemendikdasmen No.251/C/KEP/MN/2008

Page 27: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 16

Menurut Kemendikbud, KKNI adalah salah satu standar nasional di sektor pendidikan dimana lulusan lembaga pendidikan dan pelatihan yang berada di bawah wewenang Kemendikbuddapat memperoleh hasil belajar mereka dan mendapatkan sertifikat kemampuan berdasarkan salah satu tingkat kualifikasi yang ditentukan dalam KKNI.

Pemerintah Indonesia melihat persetujuan hukum KKNI dalam konteks peraturan perundang-undangan lainnya: misalnya UU 13/2003 tentang Pengembangan Tenaga Kerja, Peraturan Pemerintah 31/2006 tentang Sistem Kerja Praktek Nasional, dan UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. KKNI juga sejalan dengan peraturan yang berlaku yang disahkan oleh kementerian lain dan lembaga pelatihan kejuruan yang berwenang. Kualifikasi tenaga kerja Indonesia menurut standar KKNI dapat dicapai dengan gelar akademis (pendidikan), prestasi kerja, keterampilan mandiri, dan juga melalui sertifikasi profesional.

Penilaian formal kompetensi keterampilan siswa penting untuk:

1. Pengakuan atas keberhasilan menyelesaikan pelatihan

2. Pengakuan atas keterampilan yang didapat melalui pembelajaran informal dan pekerjaan

3. Pengakuan keterampilan secara nasional dan internasional

4. Akses terhadap kesempatan pekerjaan

5. Persiapan untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan.

KKNI terdiri dari sembilan tingkat kualifikasi, dimulai dengan Kualifikasi - 1 sebagai yang terendah dan Kualifikasi - 9 sebagai yang tertinggi. Gambar 1.2 menggambarkan cara KKNI digunakan untuk mengidentifikasi kompetensi keterampilan pada tingkat pendidikan dan pasar kerja.

Page 28: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 17

Gambar 1.2Representasi Diagram KKNI dalam Hubungan Tingkat Sekolah dan Prospek Karir

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan pengembangan keterampilan kejuruan MA karena BNSP secara resmi memberi wewenang kepada beberapa institusi untuk menilai kompetensi keterampilan kejuruan tertentu melalui Tempat Uji Kompetensi di institusi tersebut. Lembaga-lembaga ini juga bisa memberikan sertifikat kompetensi kepada para siswa yang berhasil lulus uji. Instansi yang berwenang tersebut disebut Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Beberapa SMK dan beberapa MA telah ditunjuk sebagai LSP. BNSP memainkan peran penting dalam menerapkan beberapa model pelatihan keterampilan kejuruan MA yang dijelaskan pada Bab 4.

Page 29: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 18

2. Tujuan, Ruang Lingkup, dan Metodologi

2.1. Tujuan dan Ruang Lingkup

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan pilihan-pilihan strategis untuk mengembangkan atau memperluas program pengembangan keterampilan di madrasah tingkat atas (Madrasah Aliyah (MA)). Tujuan utama penelitian ini berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (TOR) (Annex 1) adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pemetaan dan analisa yang luas terkait kesenjangan keahlian, sector ekonomi,

permintaan pasar tenaga kerja, dan jalur menuju pendidikan yang lebih tinggi, untuk memberi informasi mengenai pengembangan pilihan-pilihan strategis;

2. Mengembangkan pilihan kebijakan pembiayaan pada model program pengembangan keterampilan untuk MA, dengan mempertimbangkan keterjangkauan dan kesinambungan;

3. Mengembangkan pilihan-pilihan kebijakan yang sesuai untuk digunakan dalam merancang peraturan dan pedoman yang sesuai (oleh Kementerian Agama (Kemenag));

4. Merancang rencana jangka menengah berbiaya untuk pengembangan/pembentukan program pengembangan keterampilan di MA, termasuk sumber daya manusia, fasilitas, dan pembiayaan.

2.2. Ruang Lingkup

Penelitian ini memfokuskan pada keterampilan kejuruan yang dibutuhkan saat ini dan akan dibutuhkan di masa depan yang dapat disediakan lewat pelatihan formal oleh MA dan untuk mengetahui kesenjangan antara ketersediaan tenaga kerja berketerampilan dan permintaan pasar tenaga kerja (baik formal dan informal) untuk keterampilan tertentu. Penelitian ini juga menilai kemampuan MA untuk tetap mengikuti kebutuhan keterampilan local dan menyesuaikan program pengembangan keterampilan mereka.

Program pengembangan keterampilan didasarkan pada kebutuhan untuk memberi siswa bukan hanya keterampilan kejuruan, melainkan juga keterampilan dan pengetahuan kognitif secara umum yang akan member mereka kesempatan lebih baik untuk mendapat pekerjaan di sektor formal atau pekerjaan yang lebih menjanjikan di sektor informal serta untuk mempersiapkan siswa-siswa tertentu untuk melanjutkan pelatihan keterampilan di tingkat yang lebih tinggi.

Filosofi yang mendukung adanya kebutuhan untuk pelatihan keterampilan yang lebih baik di MA yang membantu dalam cakupan penelitian dirancang pada tahap awal penelitian oleh pemegang kepentingan kunci. Prinsip-prinsip tuntunan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Muslim, dalam hal pakaian, perumahan, makanan dan tempat tinggal, serta kebutuhan ekonomi lokal secara umum

2. Mengembangkan program keterampilan madrasah yang selain akan menyediakan pelatihan bagi para siswa, juga akan menghasilkan surplus barang atau jasa yang bisa diperdagangkan di pasar lokal

3. Mengembangkan keterampilan siswa yang bisa mendapatkan pengakuan atau kualifikasi tertentu untuk memperlihatkan kompetensi siswa ketika melamar pekerjaan di bisnis atau industri lokal formal maupun informal.

Prinsip-prinsip ini dirancang saat kelompok penelitian, yang bekerjasama dengan Kemenag, memilih lokasi dan madrasah tertentu untuk studi lapangan dan pemilihan peserta untuk kelompok diskusi terfokus (Focus Group Discussions (FGD)).

Page 30: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 19

2.2.1. Batasan penelitian

Salah satu kebijakan Kemenag adalah untuk merubah sekitar 250 Madrasah Aliyah menjadi institusi kejuruan (Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)). MAK bukanlah bagian dari KAK penelitian sejak awal. Penelitian ini tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk menilai potensi MA yang sudah ada untuk diubah menjadi MAK; meski begitu, penelitian ini bisa menemukan kriteria untuk membentuk MAK berdasarkan studi lapangan yang dilakukan.

Karena banyaknya keterampilan yang sesuai untuk MA, banyaknya variasi di sektor ekonomi lokal dan perbedaan biaya barang dan jasa di setiap wilayah dalam satu negara, penelitian ini tidak mampu menghasilkan model-model yang spesifik untuk mencakup semua jenis program keterampilan dan semua wilayah dalam negara. Sampel yang sudah dipilih digunakan sebagai dasar untuk menentukan pilihan biaya dan kebijakan untuk berbagai model pengembangan keterampilan.

Akuakultur tidak dimasukkan dalam daftar keterampilan kejuruan yang secara resmi diakui oleh Kemenag; namun, sejumlah MA mengajarkan keterampilan ini. Pembicaraan awal dengan pemangku kepentingan menghasilkan pemahaman bahwa hal tersebut adalah wilayah kejuruan yang penting untuk dipelajari. Karenanya, meskipun penelitian khusus tentang akuakultur tidak dimasukkan dalam TOR untuk penelitian ini, studi kasus yang mendalam terkait biaya pengembangan program pelatihan keterampilan akuakultur (serta studi kasus pelatihan keterampilan agrikultur) telah ditambahkan sebagai studi kasus (Annex 2).

Studi ini diperlukan untuk menghasilkan Rencana Jangka Menengah yang Berharga untuk Pengembangan Keterampilan Peningkatan di MA. Karena ada banyak unit biaya untuk keterampilan guru, peralatan, fasilitas dan bahan yang dibutuhkan untuk pelatihan keterampilan di berbagai wilayah di negara ini, tim membatasi untuk membuat estimasi biaya unit untuk berbagai jenis keterampilan. Perkiraan tersebut didasarkan pada data yang diberikan kepada tim oleh sekolah kejuruan menengah di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi (SMKN) yang ditinjau dan disempurnakan dalam FGD dengan pemangku kepentingan utama di 20 kabupaten. Tim peneliti kemudian menghitung rata-rata dari data dan informasi yang diuraikan di atas. Dengan demikian data biaya yang termasuk dalam rencana pengembangan jangka menengah terbatas pada estimasi berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya.

2.3. Metodologi

Penelitian dilakukan menggunakan metode yang dijelaskan di bawah untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif primer dan sekunder. Mayoritas data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi oleh personil dan siswa madrasah, perusahaan lokal dan pejabat pemerintahan lokal serta data yang diperoleh melalui Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (EMIS) milik Kemenag dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data kualitatif diperoleh utamanya dari FGD dan kunjungan langsung ke madrasah, bisnis lokal dan pejabat pemerintahan.

2.3.1. Tinjauan Pustaka

Sebelum turun ke lapangan, kelompok penelitian mengumpukan informasi sebagai berikut:

1. Semua peraturan yang berlaku dan terkait dengan pengembangan keterampilan dan sistem pendidikan nasional

2. Data mengenai madrasah dan keterampilan kejuruan yang diajarkan di madrasah 3. Analisa makro ekonomi sebagai latar belakang untuk menjelaskan posisi ekonomi lokal

daerah dalam struktur ekonomi nasional 4. Data mengenai jumlah dan lokasi pengusaha Muslim

Page 31: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 20

5. Penelitian terdahulu mengenai pengembangan keterampilan yang dilakukan di Indonesia.

2.3.2. Pertemuan dan Wawancara Pribadi

Pada tingkatan nasional, tim melakukan sejumlah pertemuan dengan staf Direktorat Pendidikan Madrasah, juga bertemu dengan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, untuk mencari masukan terkait pelaksanaan penelitian dan memastikanbahwa kebutuhan-kebutuhan Kemenag dapat terpenuhi. Staf Kemenag juga menyediakan informasi dan saran mengenai lokasi yang dapat dipilih untuk studi lapangan, dan juga memberikan banyak informasi yang disampaikan di atas. Selain itu, tim juga bertemu dengan Deputi Direktur Bappenas yang menyarankan dengan kuat agar madrasah tidak meniu SMK dan berfokus pada keterampilan kejuruan untuk ekonomi lokal. Direktur Pendidikan Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga diwawancarai untuk memperoleh informasi mengenai kurikulum yang digunakan, proses akreditasi dan kualifikasi keterampilan, dan rencana ke depan untuk mengembangkan SMK. Tim juga mengunjungi BPS untuk mengumpulkan informasi mengenai pengusaha Muslim.

2.3.3. Focus Group Discussions (FGD)

FGD dilaksanakan di tingkatan nasional, regional, dan distrik. Tujuan, lokasi, dan jenis peserta dijelaskan di bawah. Peserta FGD serta lokasi FGD regional dipilih dengan kerjasama staf Direktorat Pendidikan Madrasah.

Tingkat Nasional

FGD tingkat nasional digelar pada awal proyek untuk memperoleh informasi mengenai kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pendidikan kejuruan secara umum, kebijakan spesifik Kemenag untuk meningkatkan pelatihan keterampilan kejuruan di MA, pemahaman prosedur akreditasi dan penilaian keterampilan serta pengalaman melaksanakan pelatihan keterampilan kejuruan. Pesertanya mencakup staf Kemenag di pusat dan daerah, staf kantor pusat Kemendikbud, perwakilan dari Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), dan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BANS/M), dan perwakilan dari sejumlah madrasah. FGD ini sangat berguna untuk memfokuskan riset penelitian dan memberikan data dan informasi yang berguna, yang digunakan untuk memilih responden untuk wawancara dan diskusi nantinya, serta untuk membantu membingkai pilihan-pilihan kebijakan di masa depan untuk meningkatkan pelatihan keterampilan kejuruan di MA.

Tingkat Distrik

FGD dilaksanakan di 20 distrik yang tersebar di 6 provinsi. FGD memfokuskan untuk menemukan kesenjangan permintaan pekerja berketerampilan dan ketersediaan tenaga kerja berketerampilan untuk menutup kesenjangan tersebut. Peserta FGD mencakup personil madrasah (kepala sekolah, guru, siswa, alumni), bisnis dan pengusaha lokal, serta pejabat Kemenag lokal. Hasil dari FGD ini adalah berhasilnya pemetaan dan analisa kesenjangan tahap awal (yang makin didukung dengan data dan informasi yang diperoleh melalui metode-metode lain). Selain itu, sifat dan karakter sektor ekonomi lokal dan jalur menuju pendidikan lanjut yang berpotensi juga berhasil ditemukan. Proses ini menginformasikan perkembangan berbagai model untuk memperkenalkan atau meningkatkan integrasi pelatihan keterampilan di MA.

Tingkat Regional

Peserta-peserta FGD tingkat distrikmenghadiri FGD tingkat regional di empat provinsi: Jawa Timur, Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta. Perwakilan dari satu atau dua provinsi menghadiri FGD ini. Tujuan FGD ini adalah untuk menganalisa hasil dari FGD tingkat distrik dan menyatukan

Page 32: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 21

berbagai model untuk memperkenalkan atau mengintegrasikan pengembangan keterampilan di MA.

2.3.4. Studi Lapangan Mendalam

Studi lapangan mencakup wawancara mendalam interaktif dengan informan di madrasah-madrasah yang sudah dipilih di 20 distrik di enam provinsi. Di masing-masing madrasah terpilih, permasalahan pengembangan keterampilan dan minat industri di masing-masing sektor ekonomi distrik lokal juga menjadi pertimbangan. Penelitian ini mengikutsertakan sekitar 2-5 madrasah (baik swasta maupun negeri) di tiap distrik/kota.Diskusi formal dengan bisnis lokal, alumni, pekerja, penduduk, dan staf Kemenag lokal juga dilakukan. Wawancara dan diskusi juga didukung dengan pengamatan di madrasah dan bisnis lokal, serta ulasan informasi yang terkait dengan pengembangan keterampilan dan permintaan yang dimuat di surat kabar lokal. Selain itu, kunjungan-kunjungan tersebut juga digunaka untuk memverifikasi data yang dikumpulkan lewat kuesioner (yang dijelaskan di bagian selanjutnya). Data kuantitatif yang dikumpulkan melalui kunjungan lapangan mendalam kemudian disimpulkan dan dilaporkan dalam format “laporan kembali ke kantor” (back to office report (BOTR)). Data-data tersebut mendukung hasil FGD; data tersebut pada akhirnya digunakan dalam merancang model-model yang paling sesuai untuk pelatihan keterampilan kejuruan MA dan untuk pilihan-pilihan kebijakan yang dibuat sebagai hasil penelitian.

2.3.5. Kuesioner

Di awal penelitian, diputuskan untuk tidak menggunakan sampel acak bertingkat yang biasa; melainkan, tim penelitian akan menggunakan studi lapangan mendalam dan sampel responden akan dipilih untuk melengkapi kuesioner12. Tim penelitian ACDP 046 merancang kuesioner yang detail (dilampirkan dalam flasdisk ). Mayoritas kuesioner dikirimkan lewat email ke responden lebih awal. Dosen direkrut untuk membantu responden mengisi kuesioner jika bantuan tersebut diperlukan, menilai dokumen dari segi kelengkapan dan validitas, dan mengumpulkan dan menyerahkan dokumen yang sudah lengkap ke tim.

Staf Kemenag merekomendasikan madrasah tertentu yang saat ini menerapkan pelatihan keterampilan sesuai dengan peraturan kemenag dimasukkan dalam sampel. Setelah MA ini teridentifikasi, tim studi kemudian memilih madrasah tambahan yang tidak menjalankan pelatihan keterampilan resmi Kemenag namun berada relatif dekat dengan MA yang direkomendasikan oleh Kemenag untuk membandingkan dan membedakan kedua jenis madrasah tersebut terutama dalam hal hubungannya dengan ekonomi lokal. Begitu lokasi madrasah ditentukan, tim studi dengan bantuan kantor Kemenag setempat mengidentifikasi perusahaan untuk menyelesaikan pertanyaan. Sebanyak 65 MA dan 48 bisnis dipilih untuk melengkapi kuesioner untuk menyediakan data kuantitatif terutama yang diperlukan untuk analisis penelitian dan juga beberapa informasi kualitatif. Madrasah dan perusahaan yang dipilih untuk sampel diidentifikasi pada Tabel 2.1 dan 2.2.Responden madrasah mencakup kepala sekolah, guru, murid, dan dalam beberapa kasus tertentu, alumni. Responden dari sisi bisnis adalah pemilik atau, jika perusahaannya cukup besar, kepala bagian Sumber Daya Manusia.

Data kuantitatif diproses menggunakan komputer; hasilnya kemudian dilaporkan dalam bentuk table dan grafik yang terdapat di Bab 3 dan 4. Data kualitatif semakin mendukung data kualitatif yang dibahas di atas.

Tabel 2.1Jumlah Madrasah Responden Berdasarkan Daerah

12 Keputusan untuk menggunakan metode ini ditentukan bersama oleh Kemenag, ACDP, dan tim penelitian sebagai

metode yang paling berguna untuk mengumpulkan tipe data yang khusus untuk penelitian ini..

Page 33: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 22

Daerah/Provinsi Status Madrasah

MA dengan

Program Keterampilan * Total

Ya Tidak Jawa Barat & Banten Negeri 4 3 7

Swasta 1 5 6 Negeri + Swasta 5 8 13

Jawa Tengah & Yogyakarta

Negeri 8 4 12 Swasta 3 13 16 Negeri + Swasta 11 17 28

Jawa Timur Negeri 4 1 5 Swasta 0 5 5 Negeri + Swasta 4 6 10

Sulawesi Selatan & Kalimantan Timur

Negeri 2 2 4 Swasta 2 8 10 Negeri + Swasta 4 10 14

Total 24 41 65 (*) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (SK Dirjen Pendidikan Islam) No. 4924/2016

Tabel 2.2Respondendari Industri

Jenis Industri/Bisnis

Daerah/Provinsi

Total Jawa Barat & Banten

Jawa Tengah & Yogyakarta

Jawa Timur

Sulawesi Selatan&Kalimantan

Timur Garmen 1 1 1 3 Industri metal 1 1 Transportasi darat 1 1 Otomotif 1 2 2 5 Event Organizer 1 1 Konveksi 3 1 1 1 6 Pendidikan 1 1 1 3 Makanan tradisional 1 2 2 1 6 Pemrosesan ikan 1 1 Percetakan 2 2 Pelatihan & industri batik 1 1 1 1 4 Servis komputer 1 2 2 5 Pembuatan songkok 1 1 Penyuplai makanan 1 1 Kuliner (katering, pembuatan roti & kue 2 2 2 2 8

Total 10 15 15 8 48

Page 34: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 23

3. Pemetaan dan Analisa Kesenjangan Keterampilan

Di kebanyakan negara, identifikasi kesenjangan antara permintaan dan persediaan sulit untuk diukur. Persyaratan yang sebenarnya diinginkan oleh pemberi kerja secara umum sulit untuk diidentifikasi secara akurat, hanya sebatas permintaan yang tidak terperinci untuk “meningkatkan kualitas”mereka yang sudah berada dalam angkatan kerja dan mereka yang akan masuk di masa depan. Di distrik yang dijadikan tempat untuk riset mendalam, juga sulit untuk menentukan persediaan keterampilan yang ada. Ini dikarenakan banyaknya badan pemerintah dan non-pemerintah yang terlibat dalam pelatihan keterampilan. Dalam kebanyakan wilayah, nyaris tidak ada koordinasi antarapemerintah dan badanyang memberikan pelatihan keterampilan.

Sektor-sektor ekonomi yang diteliti mencakup pemberi kerja penuh waktu, perusahaan kecil/menengah, bisnis mikro, dan sector ekonomi informal. Tidak mengejutkan apabila ekonomi informal dan bisnis mikro memiliki potensi penyerap tenaga kerja terbesar dalam komunitas. Bisnis formal juga terwakili dengan baik oleh asosiasi industri dalam FGD dan wawancara. Mayoritas alumni MA menyatakan keinginan mereka untuk bekerja di sektor formal, namun mereka juga memiliki harapan yang realistis.

Jalur yang tersedia menuju pendidikan tinggi juga menarik perhatian siswa MA. Lulusan dengan keterampilan teknik seperti teknik mesin, komputer, dsb. tampaknya memiliki persentase sukses yang tinggi untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Lulusan MA dengan keterampilan lain seperti menjahit dan memasak cenderung langsung masuk ke angkatan kerja setelah lulus.

3.1. Permintaan terhadap Pekerja Terampil

Permintaan keterampilan yang nyata berbeda dengan Permintaan Pasar Tenaga Kerja (Labour Market Demdan (LMD)) tradisional, karena LMD seringkali dikaitkan dengan keterampilan yang diakui dan kualifikasi. Permintaan keterampilan lebih fokus pada permintaan lokal terhadap keterampilan tersebut yang memungkinkan pekerja untuk ikut serta dalam ekonomi formal atau informal.

Penelitian ini menilai permintaan terhadap berbagai jenis keterampilan di sektor ekonomi formal dan informal di sejumlah lokasi spesifik dalam negeri yang digunakan sebagai lokasi penelitian. Tim peneliti tidak mampu menemukan definisi sektor formal dan informal yang diakui secara luas. Untuk kepentingan penelitian, sektor ekonomi “formal” didefinisikan sebagai perusahaan yang terdaftar sebagai pembayar pajak (data diambil dari BPS) (lihat Tabel 3.1) dan/atau pihak yang terdaftar sebagai perusahaan atau perseroan terbatas (P.T.). (Perlu diperhatikan bahwa perusahaan yang terdaftar secara formal mungkin hanya membayar pajak lokal dan tidak membayar pajak nasional sehingga tidak dimasukkan dalam data BPS.) Tabel 3.1 juga menunjukkan perubahan dalam pertumbuhan dan penurunan sektor ekonomi lokal dalam jangka waktu lima tahun. Industri adalah jenis perusahaan formal terbesar diikuti oleh agrikultur. Ada pula peningkatan besar di sektor transportasi seiring infrastruktur yang perlahan mengalami peningkatan.

Page 35: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 24

Tabel 3.1Perubahan dalam Struktur Ekonomi Formal Indonesia *

SEKTOR EKONOMI PERSENTASE KONTRIBUSI SEKTOR TERHADAP GDP

2000 2010 2014

Agrikultur 16 13 12

Pertambangan 12 8 7

Industri 28 26 25

Utilitias 1 1 1

Konstruksi 6 6 7

Perdagangan 16 17 18

Transportasi 5 9 11

Keuangan 8 10 10

Jasa 9 9 9

TOTAL 100 100 100

*Sumber data: BPS

Semua responden dari sektor formal menyatakan bahwa soft skill lulusan MA (integritas pribadi, religiusitas, etika dan moral, kreatifitas, disiplin, dsb.) lebih penting untuk dapat bekerja di sektor formal disbdaning keterampilan teknis (Tabel 3.2). Tabel 3.2juga menganalisa tingkat kepuasan pemberi kerja sektor formal terkait kemampuan lulusan MA untuk memenuhi tingkat keterampilan kerja yang diharapkan oleh pemberi kerja. Data menunjukkan bahwa secara umum, pemberi kerja sektor formal menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi atas keterampilan lulusan MA dibdaningkan ketidakpuasan. Namun, data juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan, tidak ada keterampilan lulusan MA yang dianggap 100% memuaskan. Karenanya, secara keseluruhan, kualitas pendidikan MA masih butuh peningkatan untuk pekerjaan di sektor formal.

Pemberi kerja sektor formal menyatakan kepada tim penelitian bahwa jika calon pekerja memiliki keahlian soft skills yang tinggi, akan relatif mudah untuk melatih mereka untuk pekerjaan semi-teknis dalam waktu yang relatif singkat. (Dalam hal ini, jenis keterampilan kerja yang dimaksud adalah yang sesuai dengan perbdaningan antara lulusan sekolah menengah dengan lulusan politeknik atau universitas.) Mereka menyatakan bahwa soft skills lulusan MA cenderung lebih baik dari lulusan SMA.

Page 36: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 25

Tabel 3.2 Penilaian Sektor Formal atas Kepentingan Keterampilan & Tingkat Kepuasan terhadap Kompetensi Keterampilan Lulusan MA

No. Jenis Keterampilan

Penilaian Pemberi Kerja Sektor Formal atas Kepentingan Berbagai Keterampilan untuk Pekerjaan di Sektor Formal

Kesenjangan antara Tingkat Ketertarikan dan Kepuasan Pengguna

Ya Tidak

I Soft Skills

1 Integritas pribadi (etika dan moral) 83% 54% 46%

2 Religiusitas 79% 63% 38%

3

Kemampuan karyawan untuk berbagi, menolong, peduli, ramah, berbelas kasih, sabar, dan cepat menyelesaikan perselisihan 71% 54% 46%

4 Perkembangan pribadiuntuk belajar dan bekerja 71% 54% 46%

5 Kegigihan dan keuletan 83% 58% 42%

6 Kreativitas 75% 71% 29%

7 Disiplin 88% 63% 38%

II Hard skills

1 Keahlian berdasarkan pengetahuan 54% 63% 38%

2 Keterampilan melakukan tugas dan kewajiban dasar 67% 54% 46%

3 Pengetahuan bahasa Inggris 25% 58% 42%

4 Keterampilan komputer/ kemampuan mengoperasikan komputer 42% 67% 33%

5

Keterampilan teknologi informasi/kemampuan untuk mengoperasikan teknologi informasi 38% 54% 46%

6 Kelancaran komunikasi 75% 50% 50%

III Keterampilan sosial

1 Kerjasama tim 75% 46% 54%

2 Kemampuan berempati, toleransi, sosial,

63% 50% 50%

Page 37: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 26

No. Jenis Keterampilan

Penilaian Pemberi Kerja Sektor Formal atas Kepentingan Berbagai Keterampilan untuk Pekerjaan di Sektor Formal

Kesenjangan antara Tingkat Ketertarikan dan Kepuasan Pengguna

Ya Tidak

dan saling pengertian

Sektor pendidikan “informal” dalam penelitian ini didefinisikan sebagai perusahaan yang tidak terdaftar secara formal sebagai sebuah perusahaan dan tidak terdaftar dalam daftar pajak nasional. Perusahaan informal dapat mencakup satu orang yang memiliki usaha jahit di rumahnya sampai bengkel motor yang mempekerjakan 3-5 orang (baik yang berketerampilan (misalnya, dapat memperbaiki mesin) dan tidak berketerampilan (misalnya, pencuci motor) hingga ke perkebunan yang hanya mempekerjakan karyawan sesuai kebutuhan (misalnya, dipekerjakan musiman untuk memanen hasil tanam). Ekonomi lokal di kebanyakan tempat di Indonesia didominasi oleh sektor ekonomi informal, meskipun sektor informal di tempat-tempat yang sektor formalnya kuat mungkin terhubung secara langsung dengan sektor formal (misalnya, layanan katering untuk pegawai pabrik).

Tim penelitian menyelidiki perusahaan informal yang sudah ada dan potensi untuk mengembangkan sektor ekonomi informal lokal melalui wawancara dan kunjungan ke lokasi dengan personil madrasah dan pengusaha lokal untuk mengumpulkan data kualitatif. (Tidak ada data kuantitatif; dan waktu serta sumber daya yang dialokasikan untuk penelitian tidak memungkinkan dilakukannya analisa kuantitatif). Tabel 3.3 memberikan detail pengambilan sampel dari jenis perusahaan sektor informal yang ada atau berpotensi untuk dikembangkan di 20 distrik/kota yang dipilih sebagai lokasi penelitian mendalam.

Tabel 3.3 juga menunjukkan bagaimana MA merespon permintaan lokal terhadap tenaga kerja berketerampilan dengan mendeskripsikan jenis-jenis keterampilan teknis yang ditawarkan oleh MA yang dijadikan sampel di masing-masing distrik. Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bawah. Pada titik ini, perlu diperhatikan bahwa pemegang kepentingan menyarankan agar pelatihan keterampilan di madrasah disesuaikan dengan permintaan sektor informal di ekonomi lokal.

Page 38: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 27

Tabel 3.3 Potensi Ekonomi Lokal Informal & Keterampilan Kejuruan MA yang Tersedia di DIstrik

Wilayah/Provinsi Distrik Program Keterampilan di MA Potensi Sektor Informal

Jawa Barat& Banten

Cirebon � Teknologi � Agrikultur � Ternak � Tata busana � Kuliner � Otomotif

Hospitality dan pariwisata, ekonomi kreatif (batik, rotan), makanan/makanan ringan, kuliner/roti dan kue, perdagangan, jasa, pemrosesan makanan laut, pemrosesan produk agrikultur, dan industri

Cianjur � Teknologi � Agrikultur � Ternak � Tata busana � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Pariwisata, pembibitan hewan ternak (ayam pelung dan sapi susu), agrikultur (beras, palawija, karet, kelapa, dan kakao), perikanan (akuakultur udang dan budidaya ikan), perkebunan (tanaman hias dan teh, kuliner/roti dan kue

Kota Bdanung

� Teknologi � Agrikultur � Ternak � Tata busana � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Industri tata busana, perancangan busana, teknologi informasi (IT), kuliner/roti dan kue, hospitallitydan pariwisata, jasa

Kota Serang � Teknologi � Agrikultur � Ternak � Tata busana � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Pariwisata, kuliner/roti dan kue, perdagangan, keuangan, transportasi, elektronik, jasa, dan konstruksi

Jawa Tengah & DI Yogyakarta

Kota Surakarta

� Teknologi � DesaindanKomuni

kasi � Agrikultur � Hewan ternak � Tata busana � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Industri dan produk tekstil, batik, mebel, rotan dan metal, kerajinan kayu dan rotan, kuliner/roti dan kue, hospitality, pariwisata dan jasa

Boyolali � Teknologi � Agrikultur � Ternak � Tata busana � Kuliner

Industri garmen, hewan ternak, produk makanan dan roti

Page 39: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 28

Wilayah/Provinsi Distrik Program Keterampilan di MA Potensi Sektor Informal

� Perdagangan � Otomotif

Kendal � Teknologi � Agrikultur � Perikanan � Hewan ternak � Tata busana, � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Agrikultur, perikanan, industrielektronik, dankelautan

Brebes � Teknologi � Agrikultur � Hewan ternak � Tata busana � Perikanan � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Hewan ternak, industri kreatif(kuliner, telur dan batik), agrikultur (bawang merah) danperikanan

Tegal � Teknologi � Agrikultur � Industri � Hewan ternak � Tata busana � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Industri metal, otomotif, agrikultur

Kulonprogo � Teknologi � Elektronik � Agrikultur � Hewan ternak � Tata busana � Perikanan � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Agrikultur, Perkebunan/pertanian, perikanan, ekonomikreatif (batik, kuliner)

Sleman � Teknologi � Agrikultur � Ternak � Tata busana � Kuliner � Perdagangan � Otomotif

Ekonomikreatif (kuliner, batik, animasi), pariwisata, jasa

Jawa Timur Jember � Teknologi � Agrikultur � Elektronik � Hewan ternak � Tata busana

Industrikreatif (kuliner, batik), hospitalitydanpariwisata, jasa, agrikultur, hewan ternak, pusat belanja Islam

Page 40: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 29

Wilayah/Provinsi Distrik Program Keterampilan di MA Potensi Sektor Informal

� Kuliner � Otomotif

Pasuruan � Teknologi � Elektronik � Agrikultur � Hewan ternak � Tata busana � Kuliner � Otomotif

Industri kerajinan (bordir, sendok, perak, kulit, kayu), konveksitata busana, perikanan (akuakultur udang (windu/vaname), akuakulturkandang), agrikultur (anggrekdansedap malam), perkebunan/pertanian/penanaman (tebu, kopi, kelapa), danwilayah industri (Pasuruan, Perkebunan Industrial Rembang)

Gresik � Teknologi � Elektronik � Agrikultur � Hewan ternak � Tata busana � Kuliner � Otomotif

Agrikultur, Perikanan, IndustriElektronik, Kelautan

Lamongan � Teknologi � Elektronik � Agrikultur � Hewan ternak � Tata busana � Kuliner � Otomotif

Hewan ternak, Indusri Kreatif(Kuliner, batik), Agrikultur (Bawang merah) danperikanan (air lautdantawar)

Bangkalan � Elektronik � Tata busana � Kuliner � Otomotif

Otomotif, agrikultur, pariwisata, batik dankuliner/roti dan kue.

Sulawesi Selatan & Borneo Timur

Sinjai � Agrikultur � Hewan ternak � Tata busana

Kelautan, Perkebunan, Pariwisata, Kuliner/Roti dan kue, industry air minum

Wajo � Tata busana Agrikultur, Perkebunan, Perikanan, Ekonomi kreatif (kulinerdantenun), pariwisatadanjasa

Kota Samarinda

� Elektronik � Tata busana � Kuliner � Otomotif

Industri kreatif (tenun), hospitality, pariwisata, jasa, penambangan dan kayu

Kutai Kartanegara

� Elektronik � Tata busana

Sumber daya alam, kayu, minyak dan gas), arung jeram,

Page 41: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 30

Wilayah/Provinsi Distrik Program Keterampilan di MA Potensi Sektor Informal

� Kuliner � Otomotif

perikanandankuliner/roti dan kue

Tim penelitian juga mengumpulkan dan menganalisa data untuk menentukan kebutuhan atau permintaan atas keahlian kejuruan di saat ini dan masa depan, baik untuk sektor ekonomi formal dan informal. Data tersebut kemudian dikumpulkan melalui kuesioner dan FGD.

Gambar 3.1 menunjukkan variasi dan ruang lingkup kebutuhan akan keterampilan kejuruan untuk sektor formal seperti yang diungkapkan oleh pengusaha sektor formal. Angka tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan terbesar di sektor formal adalah keterampilan dalam kategori yang disebut "fashion", yang sebenarnya berarti keterampilan menjahit untuk berbagai jenis pakaian untuk berbagai kesempatan dan aktivitas. Kategori terbesar dalam kebutuhan keterampilan adalah “Lainnya”, yang artinya kebutuhan tersebut hanya dijawab oleh sedikit responden; jumlahnya tidak mencukupi untuk menghasilkan analisa data. Keterampilan yang menjadi jawaban untuk kategori ini antara lain: desain grafis, pembuatan mebel, pembuatan songkok, otomotif, pengelasan, studi computer, pemrosesan ikan, perawatan kendaraan, daur ulang, perbaikan mesin, teknik bangunan, teknik elektro, dan videografi.

Kebutuhan akan keterampilan fashion berkorelasi positif dengan jenis pelatihan keterampilan yang ditawarkan oleh sampel MA yang dijelaskan pada Tabel 3.3. Semua MA yang disurvei menawarkan pelatihan keterampilan fashion. Aspek negatif dari korelasi ini adalah bahwa pasokan keterampilan fashion bisa menjenuhkan pasar tenaga kerja; Dengan kata lain, mungkin tidak ada cukup permintaan untuk menyerap semua lulusan MA yang memiliki keterampilan fashion.

Page 42: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Analisa kebutuhkuesion

Gam

P

Pemro

Teknik k

Pem

Hos

Gambar

akhir atas phan yang der dan FGD.

mbar 3.2Keb

Tata bu

Teknik komp

Seni ku

Teknik ele

Teknik m

Pengemasan pr

sesan makanan

Lai

Tata

O

Seni

Ko

komputer dan j

Ele

Ag

mrosesan makan

Ag

Pe

Hewan

spitality dan pa

Desa

Kerajinan

Pen

Ko

3.1Kebutuh

permintaan disampaikan Hasilnya dit

butuhan Ket

0

usana

puter

uliner

ektro

mesin

roduk

n laut

innya

2

2

2

2

0

busana

Otomotif

i kuliner

omputer

jaringan

ektronik

grikultur

nan laut

grikultur

erikanan

Mebel

n ternak

riwisata

in grafis

n tangan

Batik

ngelasan

osmetik

Lainnya

4

4

4

3

3

3

3

2

2

2

2

han Keteram

terhadap ken oleh resptampilkan pa

terampilan

2 4

3

3

5

1

12

11

7

7

4

4

4

mpilan Keju

eterampilanponden sekada Gamba

Kejuruan d

6

10

1

10

22

17

26

uruan di Sek

n kejuruan dktor ekonomr 3.2.

di Sektor Eko

8 10

15

15 20

32

ktor Ekonom

didasarkan pmi formal d

onomi Form

12

25

H

mi Formal

pada kombidan inform

mal dan Info

14 16n=2

30

Halaman 31

nasi dari al lewat

ormal

27

35

Page 43: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 32

Keterampilan lain yang disampaikan oleh responden sektor ekonomi formal dan informal mencakup: kerajinan tangan, rotan, sablon, budidaya ikan, budidaya tanaman hias, grafis, perakitan (robot), desain mebel, berbicara di depan umum, agribisnis, industri elektro, video, kaligrafi, akuntansi computer/akuntansi syariah, penyiaran, pertukangan kayu, jurnalisme, multimedia, kelistrikan, manufaktur elekctro, jasa/layanan barang, hidroponik, kantor administrasi, pemeliharaan dan perbaikan computer, dan pemrosesan limbah kayu.

Analisa data yang ditambilkan di atas menunjukkan bahwa jenis keterampilan kejuruan yang diajarkan di MA tidak seluruhnya sesuai dengan kebutuhan sektor ekonomi formal dan kebutuhan serta potensi sektor informal. Karenanya, lebih banyak kemampuan yang perlu dikembangkan oleh staf madrasah dan Kemenag agar lebih bisa menyesuaikan instruksi keterampilan kejuruan di MA dengan kebutuhan dan potensi sektor ekonomi formal dan informal. Temuan dari studi Peningkatan Keterampilan dalam Madrasah Aliyah memberikan informasi dan data untuk Kemenagdalam membantu MA mengembangkan atau memperkuat pelatihan keterampilan. Rencana Pengembangan Jangka Menengah untuk Peningkatan Keterampilan di MA yang dilampirkan sebagai dokumen terpisah pada laporan ini, menyediakan peta jalan bagi Kemenag untuk melakukan sejumlah aktivitas yang mencakup pembaruan regulasi dan menyediakan pendanaan untuk meningkatkan pelatihan keterampilan kejuruan di MA berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini.

3.2. Ketersediaan Pelatihan Keterampilan

Dalam penelitian ini, program keterampilan di MA dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah jumlah program keterampilan yang terdaftar secara resmi di Surat Keputusan DIrektorat Jenderal Pendidikan Islam (SK Dit. Jen. Pendis)No. 4924/2016. Kategori ini disebut sebagai MAPK-1 (Madrasah Aliyah Program Keterampilan-1). Keputusan tersebut secara resmi memberi wewenang kepada 24 jenis keterampilan yang dapat dimasukkan dalam kurikulum MA sebagai mata pelajaran intra kurikuler. (Keterampilan tercantum dalam Annex 4).Kategori kedua adalah sejumlah keterampilan kejuruan yang diajarkan di madrasah sampel yang dimasukkan dalam penelitian namun tidak diakui secara resmi dalam SK Kemenag. Kategori ini disebut sebagaiMAPK-0.

Sampel dari 64 MA dimasukkan dalam studi lapangan mendalam yang dilakukan di 20 kabupaten yang dipilih untuk penelitian ini. Sampel MA didistribusikan sebagai berikut: 23 MA hanya mengoperasikan program yang disetujui Kemenag dan 41 MA yang menerapkan program yang tidak terkait dengan Kemanag. (Namun, kategori MA yang terakhir mungkin juga menawarkan keterampilan yang termasuk dalam keputusan tersebut). Angka di bawah ini menggambarkan jenis pelatihan keterampilan kejuruan yang dilakukan di kedua kategori MA yang disurvei untuk penelitian ini. Gambar 3.3 menunjukkan jumlah keterampilan program keterampilan yang diakui Kemenag secara resmi yang dilaksanakan oleh 23 MA, dan Gambar. 3.4 menunjukkan jumlah pelatihan keterampilan yang diakui secara resmi dan tidak diakui oleh Kemenag yang dilakukan oleh 41 MA dalam sampel.

Perbandingan data dalam dua gambar tersebut menunjukkan variasi yang besar dalam jenis keterampilan kejuruan yang diajarkan - baik Kemenag secara resmi mengakui keterampilan kejuruan yang tercantum dalam Keputusan (SK) No. 4924/2016 dan keterampilan yang tidak diakui secara resmi. Data menunjukkan bahwa walaupun program keterampilan "fashion" mendominasi kedua kategori, banyak keterampilan yang tercantum dalam kategori kedua yang tidak termasuk dalam SK Kemenag memang sangat berharga bagi perekonomian lokal. Beberapa contoh termasuk pertukangan, kaligrafi (sangat berharga di komunitas Muslim tertentu), kerajinan daur ulang, dan barang elektronik. Perlu dicatat bahwa sebagian besar madrasah menawarkan lebih dari satu jenis pelatihan keterampilan.

Page 44: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Gam

Gamba

Keteramkewiraudan filmketeram

T

mbar 3.3 Jum

ar 3.4 Jumla

mpilan “lainusahaan dalam, budidaya tmpilan yang b

Teknik komp

KoPemrosesan 

KTeknik pe

Teknik komputeKe

Karya s

mlah MA Sa

ah MA Samp

nya” yang am hal sepetanaman hiaberpotensi r

Tata busaOtomElektro

puter dan jaringSeni kuliMultimeDesain gr

MR KompuPengela

Desain meMekatron

mputer akuntaproduk agriku

Lainn

Tata busanaSeni kuliner

OtomotifKomputer

Kewirausahaanncetakan layar

Kaligrafier dan jaringanrajinan tanganPertukangan

Elektronikseni daur ulang

Lainnya

ampel yang Kem

pel yang Meoleh K

diajarkan drti membua as, dan kewirelevan deng

0

anaotifonikgannerediaafisutersanebelnikaansilturnya

6

4

3

3

3

2

2

2

2

0 2

rfr

r

kg

533

222222

Menerapkamenag (MAP

enerapkan PKemenag (M

di sejumlah telur asin drausahaan s

gan ekonom

5

11

7

7

6

14

4

98

5

an ProgramPK-1)

Program KeMAPK-0)

h kecil MA dan jamur tirsyariah(lihat

mi lokal.

10

21

6 8

12

13

Keterampi

terampilan

mencakupram, industrdiatas). Ini a

15

10

H

ilan yang Di

n yang Tidak

: kerajinan ri rumahan, adalah conto

20

12 14n=4

Halaman 33

iakui

k Diakui

tangan, fotografi

oh bagus

25

41

Page 45: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 34

3.3. Menemukan Kesenjangan antara Permintaan dan Ketersediaan Tenaga Terampil dan Contoh-contoh Upaya yang Dilakukan untuk Menutup Kesenjangan

Data dan analisa yang disampaikan di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara permintaan dari sektor ekonomi formal dan informal dengan ketersediaan tenaga terampil yang dihasilkan melalui pelatihan keterampilan kejuruan MA. Bagian ini akan menganalisa sejumlah faktor yang melemahkan kemampuan MA untuk memenuhi mayoritas permintaan atas pekerja terampil di sektor formal dan informal. Penelitian ini telah menemukan faktor-faktor berikut yang menyebabkan kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan tenaga dengan keterampilan kejuruan: kualitas pelatihan keterampilan kejuruan, analisa jalur karir lulusan, dan relevansi pelatihan keterampilan yang ditawarkan untuk berbagai macam pekerjaan atau melanjutkan ke pendidikan tinggi.

3.3.1. Kualitas Pelatihan Keterampilan Kejuruan

Kualitas adalah elemen yang sulit untuk diukur; hal ini biasanya diukur secara umum dari penerimaan pengguna. Penilaian kepuasan pengguna atas tingkat keterampilan lulusan MA diukur dalam penelitian ini menggunakan sampel tingkat kepuasan bisnis lokal dan pemberi kerja atas kompetensi keterampilan yang diperlihatkan oleh lulusan MA (lihat Tabel 3.2). Penilaian ini menujukkan adanya kesenjangan antara harapan pemberi kerja dengan tingkat keterampilan lulusan MA. Salah satu alasan utama kurangnya kepuasan atas kompetensi keterampilan lulusan MA adalah kurangnya pelatihan keterampilan kejuruan yang berkualitas baik.

Salah satu alasan kurangnya kualitas ada kaitannya dengan kurikulum yang diterapkan di MA, dimana pelatihan keterampilan digolongkan sebagai mata pelajaran intrakurikuler. UU No. 12/2012 menciptakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI adalah seperangkat standar untuk berbagai jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum MA saat ini, yang mencakup pelatihan keterampilan, belum disesuaikan agar bisa memenuhi standar KKNI. Kurikulum yang tidak memadai, yang tidak didasarkan pada standar yang diakui, sangat mungkin menjadi sa;ah satu penyebab standar kualitas pelatihan keterampilan kejuruan yang rendah di MA.

Sebagai cara untuk menentukan kualitas program pengembangan keterampilan yang diajarkan di 23 MA yang menjalankan program keterampilan yang diakui Kemenag, tim memilih untuk menganalisa perbedaan dalam jumlah jam mengajar yang dialokasikan untuk pelatihan keterampilan kejuruan di masing-masing daerah. SK Kemenag tentang pelatihan keterampilan kejuruan mencantumkan kondisi dan persyaratan yang harus diikuti oleh MA pelaksana. Antara lain, keterampilan kejuruan dimasukkan dalam kurikulum resmi (dengan kata lain, keterampilan kejuruan bersifat intrakurikuler (dimana di sejumlah MA, sifatnya ekstrakurikuler) dan harus diajarkan minimal enam jam per pekan. Tabel 3.4 menunjukkan bahwa jumlah jam pelatihan keterampilan di 23 MA sampel sangat bervariasi, dan table juga menunjukkan bahwa secara rata-rata, dua wilayah berhasil memenuhi jam pelatihan minimal yang ditetapkan dalam SK, sementara di dua wilayah lainnya, jumlah rata-rata jam pengajarannya masih dibawah jumlah yang ditetapkan.

Tabel 3.4 Alokasi Waktu Instruksi Keterampilan dalam MAPK-1 (dalam jam)

Daerah/Provinsi

Jumlah MA

MAPK-1

Waktu minimum

Waktu rata-rata

Waktu maksimum

Page 46: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 35

Jawa Barat & Banten 5 2 5.2 8

Jawa Tengah& Yogyakarta 11 2 7.1 18

Jawa Timur 4 6 6.5 8

Sulawesi Selatan & Kalimantan TImur 3 2 3.7 6

Total 23 2 6.1 18

Selain analisa sederhana atas jam mengajar yang dialokasikan untuk pelatihan keterampilan seperti yang dibahas di atas, penelitian ini juga telah menemukan sejumlah aspek dalam pelatihan di MA yang mempengaruhi kualitas ketersediaan pengajaran melalui FGD, wawancara, pengamatan langsung, dan pengisian kuesioner. Pertama, penelitian ini menemukan bahwa waktu untuk instruksi keterampilan seperti yang tercantum dalam peraturan Kemenag untuk instruksi keterampilan MA (dan digambarkan di Tabel 3.4), tidak memadai untuk mengembangkan kompetensi tingkat tinggi pada siswa. Beragam model untuk menjalankan pelatihan keterampilan di MA ditunjukkan di Bab 4, dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu pengajaran dalam kurikulum.

Penelitian juga menemukan bahwa kualifikasi para pengajar keterampilan kejuruan masih kurang memadai. Banyak pengajar keterampilan kejuruan menerima pelatihan keterampilan dari proyek STEP, yang didukung Bank Dunia, yang dilaksanakan pada 1998. (Contoh latihan yang diterima para pengajar bisa dilihat pada Annex 3.) Sejak itu, pembaruan kompetensi pengajar keterampilan kejuruan sangat jarang dilakukan. Kurangnya pengajar berkualitas membatasi kualitas pelatihan yang diberikan dan membatasi penawaran pelatihan keterampilan kejuruan yang meungkin dibutuhkan pada ekonomi lokal.

Penelitian juga menemukan bahwa mayoritas MA memiliki sejenis laboratorium, bengkel, atau fasilitas lain untuk melatih keterampilan tertentu, namun fasilitas tersebut dianggap tidak memadai (misalnya, peralatan yang sudah kuno, serta peralatan dan fasilitas yang kurang terawatt). Terakhir, dana yang tersedia untuk pelatihan keterampilan sangat tidak mencukupi. Rencana Pengembangan Jangka Menengah Peningkatan Keterampilan di MA, yang dilampirkan secara terpisah dalam laporan ini, menyediakan petunjuk dan informasi untuk membantu Kemenag dalam menemukan bagian-bagian dalam pelatihan keterampilan yang perlu diperkuat atau dikembangkan dan perkiraan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan peningkatan pelatihan keterampilan di MA.

3.3.2. Tingkat Penerimaan Kerja Lulusan MA

Penelitian memeriksa jumlah lulusan yang menjadi pekerja formal, melanjutkan ke pendidikan tinggi atau melakukan hal lain setelah lulus. Penelitian ini menemukan bahwa hanya 20% dari total lulusan mendapat pekerjaan di sektor formal. Mereka mendapatkan pekerjaan tersebut dalam rentang waktu 0-6 bulan setelah kelulusan. Namun, hanya sekitar 10% dari mereka yang mampu mempertahankan pekerjaan mereka karena sulitnya beradaptasi dengan kultur tempat kerja yang berdisiplin tinggi, cepat dalam bekerja dan ketidaknyamanan fisik. Contohnya, pekerja yang bertugas memotong kain, menyetrika, menyulam atau bertugas sebagai pengawas dalam industri garmen, harus berdiri selama rata-rata 8 jam secara terus-menerus setiap harinya.

Page 47: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Data paekonompengemSebagiaIndonesNegeri Jakarta, Hasanud

Jalur kamadrasabelum mpenelitiaekonomkopiah, diteliti, ptinggi d

3.3.3. Re

Data dimenganinformadan 3.2ekonomketeramotomotirendah

Gambapenitikb

GamPer

ada grafik dmi formal, mbangan ketan sudah disia di BanduSemarang, UIN Sunan

ddin di Maka

rir dari kuraah percaya bmemiliki pekan secara t

mi informal sarung, mu

permintaan an terus me

elevansiPel

atas menginnggur.Tabell yang ada a

2 jenis pelatimi informal (mpilan yang

if, IT, dsb. Seseperti agrik

r 3.6dibawberatan pela

bar 3.6Demrmintaan se

Gamb

diatas menusekitar 30

terampilan yiterima di uung, UniversUniversitas Ampel Surassar.

ang lebih 50bahwa merekerjaan. Madidak sengajlokal sepertkena, sajadadi sektor ta

eningkat.

latihan Kete

ndikasikan b 3.3 di atas atau berpothan keteram(dimana sek

g ditawarkaedangkan, pkultur, hortik

wah menggtihan ketera

monstrasi Kuerta Potensi

50%

bar 3.5 Jalu

unjukkan ba0% alumni yang dimulauniversitas psitas NegeriNegeri Ma

rabaya, UIN

0% lulusan Meka saat ini drasah tidak a memberi

ti industri ruah, dan perata busana, k

erampilan M

bahwa sekitamerupakan

ensi dikembmpilan yang kitar 50% lun di MA motensi ekono

kultur, agribi

ambarkan ampilan pada

urangnya Re Permintaa

20%

30

P

r Karir Alum

ahwa, selainmelanjutk

ai di MA seppapan atas i Yogyakartakassar, UnivSunan Kalij

MA sampel kemungkinamelakukan informasi b

umahan di alatan ibadakuliner, dan

MA

ar 50% lulusan daftar yangbangkan. Na

ditawarkanlusan MA bmengarah pomi lokal ceisnis, perikan

perbedaan a ekonomi m

elevansi Tan Tenaga T

%

0%

Peta Alumn

mni Setelah

n dari 20% kan ke peperti tata bu

Indonesia a, Universitaversitas Brawjaga Yogyak

tidak dapatan bekerja dpelacakan a

bahwa sejuGresik dan h lainnya. Dperumahan

an MA masug komprehe

amun, sepert di MA tidakerkecimpunpada ekono

enderung lebnan/hewan t

antara pemodern.

waran Pelaerampil ole

ni

Bekerj

Jalur p

Tidak

Lulus

alumni yanndidikan tsana, kulineseperti Uni

as Negeri Suwijaya, UIN karta, ITS, U

t dilacak. Medi sektor ekoatas lulusan mlah lulusaLamongan

Di setiap lokauntuk kaum

uk ke sektor ensif tentangti bisa diliha

k terlalu releng). Nampakomi moderbih tradisionternak, danp

ermintaan e

tihan Ketereh Ekonomi

ja di sektor f

pendidikan ti

dapat dilaca

H

ng bekerja dinggi, mela

er, komputeriversitas Peurabaya, Un

Syarif HidaUGM, danUn

eski begitu, onomi informmereka. Res

an bekerja dyang mem

asi permintam Muslim tin

informal atag perusahaaat pada Gamevan denganknya, jenis pn:Teknologi

nal dan teknpariwisata

ekonomi lo

rampilan MALokal Infor

formal

inggi

ak

Halaman 36

di sektor anjutkan r, IT, dsb. ndidikan

niversitas ayatullah niversitas

personil mal atau sponden di sektor produksi

aan yang ngkatnya

au masih an sektor mbar 3.1 n potensi pelatihan , mesin, ologinya

okal dan

A dan rmal

Page 48: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Fokus p

3.3.4. RiKe

Data dia30% lullokal inmenemSejumlaterampi

1.

2.

3.

4.

5. 6.

7.

elatihan ket

ingkasan Pejuruan

atas menunjusan MA meformal atauukan bukti

ah temuan ul dirangkum

Jumlah jamKemendag bPenelitian mtidak mampyang dialokKarenanya, yang dialokyang dibutuKeterampilainstitusi khuKurikulum sintrakurikulekualitas penInfrastruktukebanyakanKemampuaPelatihan, pdanpenyediserta dalamPengawasanpengawasanmasih lemapelatihan da

Tatabusanotomot

arsitektur; Imakanan

mekatronik

erampilan sa

Penyebab K

jukkan bahwelanjutkan k

u masih meadanya p

utama terkaitm sebagai be

m minimal ubelum dipenmenemukanpu menghakasikan untuprogram ke

kasikan untuuhkan untuan yang meusus. saat ini, yaner, tidak did

ngajaran lebir program k

n MA. n pengajar kprogram mia program m penelitian. n pelatihann dan penawah. Hal ini an ekonomi

na;electroniktif; desainT, pengelasanand kuliner;

ka, akuakultu

aat ini

Kesenjanga

wa sangat seke pendidikaenganggur aotensi besat dengan kerikut:

ntuk pelatihnuhi oleh ban bahwa jensilkan komp

uk pelatihaneterampilan uk pelatihank memperombutuhkan

g menggolodasarkan paih rendah daketerampila

keterampilanagang, danmagang (liha

keterampiwaran dukumencakup blokal..

k; n, r

Keb

n Perminta

edikit lulusaan tinggi seatau setengar untuk mesenjangan a

han keteramanyak MA. nis pelatihapetensi yangn keterampi

yang ditawn keterampioleh pekerja waktu pen

ongkan keteada standarari yang dibun tidak mut

n kejuruan tn kursus seat di bawah)

lan di MA ungan pada bantuan un

utuhan ekon

aan dan Ke

n MA yang ementara sisgah menganmengembanantara perm

mpilan kejur

an keterampg dibutuhkalan dalam karkan harusilan sehinggan di sektogajaran yan

erampilan ker berbasis kutuhkan takhir, juga

idak mutakhrtifikasi yan) tidak dimin

oleh cabanMA untuk m

ntuk membe

Agrikultur, agribisnis,

Hewan terna

nomi lokal

etersediaan

bekerja di sesanya masuknggur. Namgkan ekonointaan dan

uan yang d

pilan tertentan dalam wkurikulum Ms ditentukanga tingkat mr ekonomi g lebih lam

ejuruan sebompetensi

tidak teraw

hir. ng ditawarknati oleh may

ng Kemenameningkatkaentung jarin

hortikultur, perikanan / ak, Pariwisata

H

n Tenaga T

ektor formak ke sektor e

mun, penelitomi lokal iketersediaan

ditetapkan d

tu yang ditwaktu yang MA pada umn berdasarkaminimal komlokal dapat

ma perlu diaj

bagai mata pdari KKNI. H

watt dengan

kan oleh BLyoritas MA y

ag lokal, daan program ngan denga

Halaman 37

Terampil

l. Sekitar ekonomi ian juga informal. n tenaga

dalam SK

tawarkan terbatas

mumnya. an waktu mpetensi

dicapai. jarkan di

pelajaran Hasilnya,

n baik di

LK, BLPT yang ikut

alam hal mereka,

an pusat

Page 49: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 38

3.3.5 Praktek baik Upaya untuk Menutup Kesenjangan antara Permintaan dan Ketersediaan

Berikut adalah sejumlah contoh upaya yang dilakukan oleh sejumlah MA untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pelatihan keterampilan kejuruan mereka untuk mengurangi kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan tenaga terampil kejuruan, terkhusus pada sektor ekonomi informal lokal. Banyak contoh ini menjadi dasar untuk pengembangan dan formulasi model-model pengembangan keterampilan berbiaya MA yang ditampilkan pada Bab 4.

1. Madrasah Aliyah di Kulonprogo dan Sleman telah bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) tingkat distrik yang dijalankan oleh Kementerian Ketenagakerjaan dan Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) tingkat provinsi yang dijalankan oleh kantor pendidikan pemerintah tingkat provinsi, keduanya menyediakan pelatihan bagi pengajar dan siswa untuk mengembangkan keterampilan. Mereka juga telah membentuk program magang dengan perusahaan industri tertentu.

2. Program magang juga telah dibentuk bekerjasama dengan sektor formal oleh MA di Kulonprogo, Jember, Bangkalan, Brebes, Serang, Kendal, Tegal, dan Cirebon.

Sebagian siswa yang telah mengikuti BLK atau BLPT atau program magang di perusahaan sektor formal telah menerima sertifikat keterampilan kejuruan. Alumni dari MA yang tidak menyediakan pelatihan tambahan seperti yang telah dijelaskan diatas hanya memperoleh sertifikat internal dari MA mereka sendiri yang tidak diakui oleh Badan Sertifikasi Nasional Pendidikan (BSNP).

Page 50: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 39

4. Model Pembiayaan Pengembangan Keterampilan di MA

4.1. Pendahuluan

Bab ini menjelaskan secara rinci berbagai model implentasi keterampilan kejuruan di Madrasah Aliyah (MA). Berbagai model tersebutberasal dari hasil penelitian beberapa model yang ditemukan dari kajian mendalam pada lebih dari 60MA dan berdasarkan informasi serta rekomendasi dari pemangku kepentingan utama termasuk Kementerian Agama dan lembaga resmi pemerintah lainnya, pegawai madrasah, pengusahadi sektor ekonomi formal dan non-formal di tingkat pusat, provinsi,daerah, dan madrasah/komunitas. Setiap MA terdapat kekhususan yang sejalur dengan empat tipologi madrasah yang digalakkan oleh Kementerian Agama. Tipologi tersebut antara lain madrasah yang dikhususkan untuk pengajaran agama, madrasah yang difokuskan untuk mempersiapakan pendidikan khusus, madrasah yang mengajarkan pendidikan umum, dan madrasah yang fokus melatih keterampilan kejuruan. Meskipun tipologi ini belum resmi, MAcenderung berpusat hanya pada satu dari empat tipologi tersebut. Oleh karena itu, dengan demikian banyak jenis pendidikan yang dapat dipilih MA sebagai pengkhususan, terdapat ketersediaan berbagai macam model pelatihan keterampilan yang sesuai dengan visi dan misi MA. Model pelatihan dikembangkan oleh kelompok penelitian yangdimulai dari peningkatan keterampilan pada kegiatan informal seperti ekstrakurikuler hinggapada pengembangan keterampilan menyeluruh madrasah kejuruan yang serupa dengan Sekolah Menengah Kejuruan. Perlu dicatat bahwa kebanyakan MA memilih untuk menyediakan bermacam bentuk pelatihan keterampilan kejuruan untuk peserta didiknya, sedangkan beberapa MA memilih untuk tidak menyediakan pelatihan keterampilan sama sekali.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, kelima model pelatihan keterampilan yang diajukandalam hasil kajian didasari pada program yang sudah berjalan. Program tersebut berfokus pada pelatihan keterampilan ekonomi lokal. Dua kasus penelitian yang menggambarkan pelatihan tersebutterdapat di Annex 2. Kasus tersebut menjabarkan pelatihan keterampilan oleh MA dalam bidang pertanian dan budidaya perairan. Kasus tersebut menjelaskan kurikulum dan biaya operasional program pelatihan keterampilan.

Pelatihan keterampilan kejuruan tidak terlepas dari adanya biaya. Pelatihan keterampilan kejuruan membutuhkan guru yang memiliki keahlian khusus, peralatan, fasilitas seperti workshop dan hal lainnya yang merupakan tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk menerapkan kurikulum inti MA. Total biaya untuk menerapkan modalitas tertentu untuk memberikan pelatihan keterampilan bergantung pada tingkat pelatihan yang diberikan. MA dan Kementerian Agama – yang dalam hal ini mampu memberikan dukungan tambahan kepada MA untuk menerapkan pelatihan keterampilan kejuruan mengingat perlu diketahui tentang besaran biaya yang dibutuhkan dalam menerapkan suatu modelyang sesuai dengan jenis keterampilan khusus tertentu. Karenanya, bab ini menyediakan metodologi untuk memperkirakan biaya dari setiap usulan model. Satu contoh pembiayaan untuk penerapansatu keterampilan kejuruan khususmenggunakan lima penguraian berbeda dijelaskan dalam bab ini.

Tujuan utama bab ini adalah untuk menyediakan dasar produksi Pembiayaan Jangka Menengah (5 Tahun) Rencana Pengembangan Peningkatan Keterampilan MA. Perencanaan pengembangan terlampir dalam laporan ini dalam berkas yang berbeda. Rencana dilengkapi dengan: (i) Rincian unit biaya untuk tujuh area keterampilan (termasuk biaya implementasi setiap keterampilan melalui lima model yang diusulkan oleh penelitian); dan (ii) biaya tahunan untuk jangka waktu lima tahun penerapan setiap jenis keterampilan menggunakan lima model penguraian.

Page 51: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 40

4.2. Pilihan Jenis Keterampilan untuk Pembiayaan

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Agama (SK) No 1023/2016, mengidentifikasi tiga kelompok keterampilan utama yang dapat diimplementasikan oleh MA. Dalam masing - masing kelompok tercantum beberapa jenis keterampilan tertentu. Ada 24 tipe keterampilan khusus yang tercantum dalam peraturan tersebut. Tiga kelompok dan beberapa contohnya masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Teknologi (contoh: Operator komputer, mekanik mobil, keterampilan kelistrikan) 2. Kejuruan (Contoh: tata busana , jasa boga) 3. Pertanian dan Maritim (contoh: peternakan unggas (bebek, ayam, dll.), budidaya ikan air

tawar)

Daftar lengkap keterampilan yang diakui secara resmi terdapat di Annex 4.

Dari 24 area keterampilan yang terdaftar dalam regulasi, beberapa sesuai untuk sektor ekonomi formal tetapi tidak sesuai untuk ekonomi lokal. Melalui wawancara mendalam, kuesioner dan FGS, dibuat keputusan untuk memfokuskan investigasi dan pembiayaan untuk keterampilan yang paling sesuai dengan lapangan pekerjaan di sektor ekonomi lokal dan pada saat yang bersamaan mungkin akan diteliti lebih jauh dalam pendidikan tersier. Penelitian memilih tujuh tipe keterampilan sebagai fokus awal untuk mengembangkan dan mengarahkan lima model pengantar pelatihan keterampilan dalam rentang waktu lima tahun. Dari tujuh jenis tipe yang dipilih, enam secara resmi diakui oleh peraturan Kementerian Agama; pemangku kepentingan merekomendasikanbudidaya perairan, yang tidak termasuk dalam peraturan Kementerian Agama, untuk dibiayai karena berpotensi baik untuk dikembangkan di beberapa wilayahIndonesia. Adapun tujuh tipe keterampilan yang disetujui konsensus pemangku kepentingan yang akan dipelajari lebih rinci dan untuk menentukan biaya pelaksanaan, adalah :

1. Elektronika 2. Otomotif 3. Multimedia/Informasi Teknologi 4. Agrobisnis/Proses Pangan 5. Jasa Boga 6. Tata Busana 7. Budidaya perairan

4.3. Deskripsi Lima Model Pengantaran Pelatihan Keterampilan di MA

Seperti yang dibahas di bab 3.2, penelitian menemukan dua kategori MA yang menerapkan pelatihan keterampilan. Salah satu kategori termasuk MA yang menerapkan pelatihan keterampilan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam (SK Dit.Jen. Pendis) No 4924/2016. Kategori kedua termasuk implementasi pelatihan keterampilan MA yang tidak secara resmi diakui oleh Surat Keputusan Kementerian Agama. Analisis dari tipe keterampilan dan pelaksanaan untuk pengajarannya diimplementasikan oleh MA dalam kedua kategori sebagai dasar pengembangan lima model penyampaian pelatihan keterampilan akan dideskripsikan lebih lanjut. Berbagai temuan dari riset lapangan diperkuat oleh masukan pemangku kepentingan melalui FGD, wawancara dan kuesioner.

Setiap bagian dari lima model akan dideskripsikan lebih lanjut. Ketikamembahas setiap model diberikan ringkasan singkat mengenaikeutamaan tiap model. Hal ini lebih lanjut diiringi dengan pembahasan model secara mendalam termasuk analisis mengenai kekuatan dan kelemahan dari setiap model.

Page 52: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Model 1ditawarkper minGambaoleh Kem

Peran gperalatatarget hkepeme

Kelebiha

Sisi posidiajarkayang tekembaliPelajar ekstraku

Model 2KementprakaryaMayoritaketeramketeramditujukamemilihpembel4.2.

Programcukup; pmencap

1 – Ekstrakkan di luar kggu, umumr 4.1. Perlu menterian P

guru sangatan laboratorhasil pendiderintahan ata

an dan Keku

itif dari modn di lokasi mrsedia. Adapi dan sering menerima s

ulikuler, teta

2—Intrakulterian Agama dan kewias MA dalam

mpilan menmpilan ke dan sebagai h bidang ruajaran Keag

m keterampiperalatan la

pai standar t

kulikuler. Pekurikulum MA

nya dilaksan dicatat bah

Pendidikan d

Ga

t penting dium, tanpa j

dikan; tidak au luar kepe

urangan

del ini adalahmana saja (pun kerugian

kali pelatih suratketeranpi bukan da

likuler. Pelama menginst

rausahaan dm sampel pengikuti ketalam kurikulintas mina

umpun Ilmugamaan seba

G

ilan intrakulboratorium,ingkat komp

elatihan keteA; program inakan setelahwa satu-sa

dan Kebuday

ambar 4.1 M

dalam modejadwal yangada kolabo

merintahan,

h keterampikota atau dn model ini keterampila

ngan dari Mlam bentuk

atihan keteraruksikan syadan pelatiha

enelitian melentuan Ke

ulum. Porsi at minor. Istu Pengetahagai bidang

Gambar 4.2M

likuler harus, pendanaanpetensi terte

erampilan tiini biasanya

ah jam sekoltunya kegia

yaan dan Kem

Model 1 – Ek

el ini kareng pasti, tanporasi pelatih, juga tidak a

ilan bisa diajesa), dan Madalah kom

an adalah gMA bahwa p

sertifikat.

ampilan dikaarat pelatihaan keteramplakukan mod

ementerian pelatihan k

tilah minor uan Alam

g rumpun m

Model 2 – In

s didukung n yang mementu seperti

dak diterapberjalan haah atau akh

atan ekstrakmenterian A

kstrakuliku

a program a dana alok

han tambahaada pemaga

jarkan dengMA dapat mempetensi ket

uru yang ditpelajar telah

aitkan dengan selama 2pilan kejurudel pelatihan

Agama uketerampilan

digunakan (IPA), Ilmu

mayor. Mode

ntrakulikule

dengan alomadai, dan ja

yang telah

kan dalam knya selama sir pekan. Moulikuler yan

Agama hanya

ler

dilaksanakaasi tertentu,an dengan

angan yang t

gan minim bemanfaatkanerampilan titunjuk untu

h berpartisip

an dasar ku jam per m

uan hingga n ini. Dalam ntuk memn dalam ku

karena pePengetahua

el ini dijelas

er

okasi waktu adwal yang ditentukan o

H

kurikulim dasatu sampaiodel digambng diatur daalah pramuk

an tanpa du, serta tanpapenyedia p

tersedia.

biaya tambahn sumber daidak dapat dk mengisi p

pasi dalam

urikulum MAinggu dalam6 jam per model ini, p

masukkan purikulum selajar MA uman Sosial (I

skan dalam

pembelajarpadat. Pelajoleh tes kom

Halaman 41

asar, tapi dua jam

barkan di an diakui ka.

ukungan a adanya pelatihan

han, bisa aya lokal diajarkan elatihan. kegiatan

A;regulasi m materi minggu.

pelatihan pelatihan ring kali mumnya IPS) dan Gambar

ran yang jar harus

mpetensi

Page 53: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 42

yang diakui oleh Lembaga Sertifikasi. Porsi keterampilan kurikulum harus sesuai dengan standar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Kelebihan dan Kekurangan

Sisi positif dari model ini adalah pelatihan keterampilan lebih intensif dari pelatihan yang disediakan oleh model ekstrakulikuler. Model ini menuntut pelajar untuk menghasilkan produk atau hasil akhir dan pelajar diuji tingkat kompetensinya. Terlebih, model ini sesuai dengan peraturan Kementerian Agama. Adapun kekurangan model ini antara lain ketergantungan terhadap pengajar yang bisa jadi memang tidak begitu terampil atas materi yang diajarkan karena model ini memang tidak melakukan kolaborasi dengan institusi pelatihan keterampilan lain. Model ini juga tidak memberikan kesempatan bagi pelajar untuk pembelajaran lapangan guna mendapat pengalaman lapangan.

Model 3-Intrakulikuler + BLK, BLPT, Perniagaan. Model ini menggabungkan Model 2 dengan pelatihan keterampilan yang intensif yang diakui oleh pusat pelatihan keterampilan pemerintah seperti Balai Latihan Kerja (BLK) yang dioperasikan oleh Menteri Ketenagakerjaan dan Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) yang dioperasikan oleh kantor pendidikan kepemerintahan daerah, baik untuk melatih perkembangan keterampilan guru maupun perkembangan keterampilan murid. Model ini juga menyaratkan pemagangan selama tiga bulan di lokasi industri. Kepelatihan dilakukan pada libur semester dan pada masa libur semester akademik. Model ini dijabarkan di Gambar 4.3.

Gambar 4.3Model 3—Intrakulikular + BLK, BLPT, Perniagaan

Model pelatihan ketiga pada prinsipnya sama dengan model kedua (dikaitkan dengan kurikulum MA). Perbedaan antara kedua model hanyalah keterkaitan BLK, BLT dan pusat pelatihan yang lain dalam proses pendidikan dan pelatihan di MA. Model ketiga membutuhkan kolaborasi intensif antara MA dan pusat pelatihan. Pusat pelatihan juga menyediakan uji keterampilan dan sertifikasi. Sebagai tambahan, pemagangan juga disediakan baik dalam perniagaan ekonomi sektor lokal maupun informal. Penambahan pelatihan di pusat pelatihan dan pemagangan dilaksanakan setelah jam sekolah, pada ahir pekan dan pada hari libur, dsb.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari model ini adalah kerjasama dengan pusat pelatihan yang menyediakan bermacam variasi keterampilan yang berkualitas. Pelajar diuji dan juga menerima sertifikat. Pemagangan memberikan pengalaman dunia kerja sehingga para lulusanlebih siap memasuki dunia kerja. Pada saat yang bersamaan, model juga sesuai dengan standar pendidikan nasional karena kunci dasar kurikulum MA tetap berjalan. Terlebih, sertifikasi keterampilan/kompetensi oleh institusi pelatihan kepemerintahan juga diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesional (BNSP). Hal ini akan menghasilkan level status yang lebih tinggi bagi MA yang belum memiliki sertifikasi terkait.

Kekurangan dalam pelaksanaan model ini adalah kebutuhan kolaborasi yang baik antara MA dan pusat pelatihan dan perusahaan lokal. Pengajar yang melatih keterampilan kejuruan di MA harus

Page 54: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 43

disertifikasi, khususnyaa pelatihan di MA terintegrasi dengan pelatihan di pusat pelatihan. MA harus memiliki tenaga ahli, memiliki kecukupan dalam peralatan, fasilitas, materi untuk pengajaran di MA. Terakhir, penambahan biaya untuk memenuhi kebutuhan pengajar dan peralatan, dll. Seperti yang dijelaskan di atas, MA (lebih tepatnya pelajarnya sendiri) harus membayar biaya pelatihan di pusat pelatihan.

Model 4-Intrakurikuler + BLK, BLPT, Perniagaan, Pendidikan TinggiModel ini didasari oleh model 3 tetapi ditambahkan dengandosen dari Pendidikan Tinggi tinggi selama 120 jam untuk kelas 12; sebagai tambahan, dosen menyediakan pelatihan untuk keterampilan guru MA selama 2 minggu. Model ini adalah prototip yang ideal untuk MAK selama 4 tahun, sesuai dengan keputusan Kementerian Agama 60/2013. Model ini diilustrasikan di Gambar 4.4.

Gambar 4.4Model 4-Intrakulikuler + BLK + BLPTK, HE

28 MA sudah memiliki bermacam bentuk kolaborasi dengan Pendidikan Tinggi lainnya guna menyempurnakan pelatihan keterampilan untuk pelajar MA di berbagai bidang seperti teknologi informasi dan desain komunikasi. Institut Negeri Surabaya (ITS) telah menjalankan program gabungan dengan MA tertentu yang menghasilkan sertifikasi program khusus (oleh ITS) yang setingkat dengan sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang mendapat izin dari Badan Nasional Sertifikasi Profesional (BNSP).

Tujuan utama kolaborasi antara 28 MA dan ITS adalah untuk pengembangan kualitas pengajaran MA, terutama di area terpencil. Seluruh MA berada di pulau Jawa, kecuali MAN Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Setiap MA diharuskan memiliki peralatan laboratorium dan fasilitas sendiri, tetapi kekurangan pengajar yang memenuhi standar. Dengan kolaborasi, ITS menyediakan pelatihan keterampilan guru MA melalui pelatihan workshop, Dosen Tamu, dan lainnya. Jika MA ingin mengadakan pelatihan di bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) melalui kolaborasi dengan ITS, sebuah MA diharuskan mendapat rekomendasi dari MA yang sudah terlebih duluberkolaborasi formal dengan ITS. Hal ini diperlukan agar bisa membentuk kerjasama antar pengajar MA. MA juga harus menyediakan perkiraan anggaran biaya tetap dan variabel.

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan model ini adalah pelatihan keterampilan melalui pusat keterampilan dan pemagangan yang disempurnakan oleh pelatihan keterampilan untuk pelajar dan pengajar MA oleh institusi pendidikan yang lebih tinggi. Model ini menyertakan kolaborasi 28 MA dan ITS seperti yang dijabarkan di atas, menyediakan kesempatan bagi MA untuk mendapat sertifikasi pelatihan. Pelatihan bisa dilaksanakan setelah mata pelajaran umum dan diselesaikan dalam rentang masa ujian akhir hingga kelulusan. Kekurangan yang sangat jelas dari model ini adalah memakan biaya tinggi, karena pada umumnya MA yang berkolaborasi harus membayar kompensasi kepada lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan MA harus menyediakan fasilitas dan peralatan khusus yang terbaru. Terlebih, kepala sekolah bukan hanya harus memiliki sertifikasi sebagai kepala

Page 55: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 44

sekolah (seperti yang diharuskan oleh regulasi Permendikbud no 13/2007), tetapi juga harus kompeten untuk melakukan keterampilan yang diajarkan di MA.

Model 5- Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) : Intrakulikuler + BLK, BLPTK, Perniagaan, Pendidikan Tinggi. Program dasar untuk MAK harus mengikuti standar yang sudah ditentukan oleh Permendikbud untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sesuai dengan keputusan Permendikbud No.60.2014. Kurikulum harus didasari oleh paket keterampilan yang ditentukan Permendikbud dan harus memenuhi 3 persyaratan tambahan lainnya (pengajar pelatihan keterampilan yang tersertifikasi, pusat uji kompetensi, dan peralatan laboratorium terstandarisasi ISO 17205, dsb). Model 5 juga menambahkan kurikulum umum terhadap MAK/SMK untuk pemagangan dan pelatihan khusus dari pengajar lembaga Pendidikan yang lebih tinggi seperti di Model 4. Model ini dideskripsikan di Gambar 4.5.

Gambar 4.5MAK-Intrakulikuler+BLK, BLPTK, Pernigaan, HE

Kementerian Agama membatasi jumlah MAK sehingga hanya ada enam MAK di Indonesia133. Akan tetapi, beberapa MA telah melaksanakan kolaborasi dengan pusat pelatihan dan lembaga pendidikan lebih tinggi seperti yang dideskripsikan di model 3 dan 4. Karenanya, dikarenakan MAK belum terorganisasi dengan baik, penambahan fitur di model 4 tidak harus ditambahkan dalam model MAK.

Kelebihan dan Kekurangan

Salah satu kelebihan dari model ini adalah kurikulum dasar yang terstandarisasi untuk institusi pendidikan kejuruan sekunder (contoh : SMA dan MAK) dan karenanya sesuai dengan pengaturan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Selama kurikulum dasar untuk pendidikan kejuruan sekunder terlaksana – termasuk kualifikasi guru, pelajaran yang disediakan, peralatan dan fasilitas memenuhi standar yang disyaratkan – tidak ada halangan untuk berkolaborasi dengan pusat pelatihan, dan lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan pengadaan pemagangan. Model ini juga bisa disesuaikan agar memenuhi kebutuhan ekonomi lokal dan untuk difokuskan dengan kebutuhan pada komunitas Muslim lokal (kontras dengan SMK yang lebih menekankan ke sektor formal yang sayangnya tidak begitu berhasil mencetak lulusan SMK yang mendapat pekerjaan di sektor formal). Pengadaptasian model ini memaksa MA untuk mendapat sertifikasi ISO 17025 untuk laboratorium dan workshop dalam pelatihan keterampilan, yang akan meningkatkan status

13Bintuhan - Provinsi Bengkulu, Attambu - Provinsi NTT, Bolang Mangandow - Provinsi Sulawesi Utara; Samarinda -

Provinsi Kalimantan Timur; Seram Bagian Timur - Profinsi Maluku; dan Rokan Hulu, Provinsi Riau.

Page 56: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 45

institusi tersebut. Melalui model ini, MAK bisa menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan bisa mendapat tawaran tes kompetensi dan sertifikasi keterampilan untuk komunitas lain termasuk pelajar dari non-MAK/MA.

Kekurangannya model ini adalah MAK harus mengikuti dan memenuhi persyaratan dan standar yang ditentukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Karenanya, otonomi Kementerian Agama hilang. Biaya untuk merekrut dan melatih ulang pengajar keterampilan yang sudah disertifikasi dan pembiayaan perawatan peralatan serta infrastrukstur akan lebih tinggi dibandingkan model lain yang telah dijabarkan studi ini. Karena MAK bermaksud menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap memasuki bursa kerja, level keterampilan yang dicapai melalui dasar kurikulum harus disempurnakan melalui kolaborasi dengan institusi lain dan melalui pemagangan yang akan menghabiskan banyak waktu. (Karenanya, perubahan MAK menjadi sekolah asrama yang didasari model pesantren yang diawasi 24 jam per hari bisa dipertimbangkan dalam model ini).

4.3.1. Model Pembiayaan untuk Penyelenggaraan Pelatihan Keterampilan

Gambar 4.6. mengilustrasikan bagaimana pelatihan untuk tujuh tipe keterampilan bisa disampaikan melalui lima model yang dideskripsikan di atas.

Gambar 4.6Penyampaian Pelatihan untuk Tujuh Tipe Keterampilan Melalui Lima Model Penyampaian

4.4. Model Dana untuk Pelatihan Penyampaian Keterampilan

Bagian laporan ini mendeskripsikan metodologi dan contoh perhitungan biaya untuk implementasi tujuh tipe keterampilan kejuruan melalui lima model pengantar yang dideskripsikan di atas. Pembiayaan untuk tujuh area keterampilan dan pengantaran melalui lima model disediakan lebih rinci dalam Rencana Jangka Menengah untuk Pengembangan Keterampilan Kejuruan di MA yang dilampirkan sebagai dokumen terpisah dari laporan ini. Terdapat dua tipe pendanaan yang dideskripsikan dalam Rencana Pengembangan : Biaya Unituntuk setiap jenis tipe keterampilan, dan Total Biayauntuk implementasi setiap model dari setiap tujuh tipe keterampilan selama jangka waktu lima tahun.

Page 57: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 46

Pelatihan pengembangan keterampilan akan memakan biaya yang lebih tinggi dan melampaui pengeluaran wajar operasional MA. Biaya unit yang dideskripsikan di bagian ini dan yang dijelaskan di Rencana Pengembangan hanya membahasbiaya langsung yang diperuntukkan untuk tenaga khusus (contoh : guru keterampilan), barang dan jasa dan pengeluaran pokok.Belanja rutin seperti gaji pengajar regular dan staf MA dan dana kas, biaya operasional rutin untuk madrasah, dsb. tidak disertakan dalam pembiayaan pelatihan implementasi keterampilan yang disampaikan oleh lima model.

Biaya untuk aktifitas yang dideskripsikan dalam Rencana Pengembangan Jangka Medium didasari oleh dua asumsi oleh staf tinggi Kementerian Agama, pemangku kepentingan lainnya dan tim peneliti. Karena terdapat variasi luas dalam tipe pelatihan keterampilan yang dimplementasikan, varietas jumlah peserta didik yang mengikuti setiap tipe pelatihan keterampilan, dan beberapa faktor lainnya, persetujuan dicapai dalam standar yang akan digunakan untuk menjabarkan pembiayaan model untuk pelatihan keterampilan.

Asumsi set pertama disepakati melalui perhitungan dasar biaya untuk implementasi pelatihan keterampilan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah rombongan belajar (rombel) setiap MA = 6 rombongan (rombel) atau 2 rombongan per kelas (X,XI, XII)

2. Dalam setiap rombongan (rombel) terdapat 25 pelajar 3. Satu progam keterampilan dalam setiap MA akan menjadi standar (meskipun banyak MA

melaksanakan lebih dari satu tipe pelatihan keterampilan).

Asumsi set kedua didasari oleh dana yang berulang. Asumsi set kedua untuk perhitungan dana yang berulang untuk implementasi pelatihan keterampilan antara lain :

1. Dana operasional untuk pengembangan keterampilan : a. Peningkatan biaya operasional sebesar 4% per tahun b. Biaya implementasi aktivitas (honorarium) yang selalu tetap selama lima tahun c. Biaya untuk tes kompentesi selalu tetap selama lima tahun d. Tunjangan uang dikalkulasi untuk guru program keterampilan terstandarisasi untuk

pegawai non-sipil (yang mana berlaku secara primer untuk guru pelatihan kejuruan MA)

2. Dana investasi untuk pengembangan keterampilan : a. Penyediaan peralatan akan dilaksanakan setiap lima tahun sekali (contoh : peralatan

yang disediakan diharapkan bertahan sampai lima tahun) b. Pembangunan ruang workshop atau ruang praktek yang hanya satu kali. c. Pengembangan keterampilan pengajar akan dilaksanakan dalam lima tahun sekali

Setelah diputuskannya tipe pengeluaran yang akan dianggarkan dan asumsi yang diperhitungkan untuk biaya unit, tim peneliti membutuhkan data finansial untuk menghitung dana pengembangan keterampilan. Tim peneliti mendapatkan informasi dengan cara mengumpulkan data pembiayaan yang didapatkan dari SMKdengan pelatihan keterampilan terpilih. Data ini diulas oleh pemangku kepentingan di distrik dan wilayah FGD untuk menentukan tipe pengeluaran yang dibutuhkan oleh keterampilan tertentu dan untuk menggambarkan biaya aktual di setiap daerah dengan membandingkan denganbiaya SMK.

Karena beberapa biayasangat bervariasi di setiap daerah sedangkandi beberapa lainnya konstan, untuk mencapai gambaran besar pengeluaran untuk pengembangan keterampilan, tim peneliti menghitung rata-rata variasi lokal untuk menentukan menentukan jumlah biaya unit. Karenanya, data pendanaan yang dipresentasikan di bagian laporan ini termasuk dana pembiayaan yang dijabarkan dengan detail dalam Rencana Pengembangan adalah berdasarkan perkiraan. Akan

Page 58: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 47

tetapi, perkiraan ini didasarkan oleh banyaknya data aktual yang tersedia, dan hasil olahan merupakan estimasi dari besarnya pengeluaran sebagai dasar kuat untuk perencanaan dan pengembangan kebijakan penyempurnaan keterampilan MA oleh Kementerian Agama.

Dengan menggunakan format pendanaan Kementerian Agama, bagian laporan ini menyediakan sebuah contoh pembiayaanan lima model untuk mengantarkan satu jenis tipe keterampilan-tata busana;tata busana ditemukan sebagai tipe keterampilan paling populer yang diajarkan oleh MA untuk sampel penelitian. (Seperti yang dijabarkan dalam bagian 4.2 di atas, tujuh tipe keterampilan dipilih untuk pembiayaan yang terperinci). Tabel 4.1 dan Gambar 4.7 disajikan sebagai contoh analisa pembiayaan untuk menjalankan lima model dalam penyampaian pelatihan keterampilan tata busana di MA menggunakan format pendanaan Kementerian Agama. Contoh ini menyediakan model untuk pembiayaan rinci untuk enam tipe keterampilan lainnya. Seperti yang disebut di atas, pembiayaan untuk seluruh tujuh tipe keterampilan dijelaskan secara detail di Rencana Jangka Medium untuk Pengembangan Keterampilan Kejuruan di MA.

Tabel 4.1Pendanaan untuk Pelatihan Keterampilan Fashion

NO MODEL

TIPE PENGELUARAN

TOTAL

PENGELUARAN

SETIAP SISWA

PERSONELBARANG &

SERVIS KAPITAL

PER

TAHUN

PER

BULAN

1 EKSTRAKULIKULER 576.533 2.212.580 77.333 2.866.447 238.871

2 INTRAKULIKULER 654.133 2.913.462 2.891.467 6.459.062 538.255

3

INTRAKULIKULER +

SERTIFIKASI

PELATIHAN 654.133 3.502.968 2.891.467 7.048.568 587.381

4

INTRACURRICULAR +

PELATIHAN LPTK 671.133 4.517.893 3.091.467 8.280.493 690.041

5 MAK 671.133 5.517.893 3.126.133 9.315.159 776.263

Page 59: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 48

Gambar 4.7Pendanan untuk Pelatihan Keterampilan Fashion

Tabel dan gambar di atas secara jelas mengindikasi ragam variasi dalam pembiayaan model pengantaran pelatihan keterampilan. Seperti yang diperkirakan, model ekstrakulikuler adalah model yang memakan biaya paling sedikit, sedangkan pelaksanaan model MAK memakan biaya paling tinggi. Tipe pengantaran bergantung pada kualitas dan kemahiran pelatihan keterampilan. Informasi seperti ini akan sangat bermanfaat untuk Kementerian Agama dan perencaan nasional untuk menghasilkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan di MA.

EKSTRAKURIKULER

INTRAKURI KULER

INTRAKURIKULER + BLK

INTRAKURIKULER + BLK

MAK

PERSONIL

BARANG & JASA

MODAL/INVESTASI

Page 60: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 49

5. Pilihan Kebijakan dan Rekomendasi

5.1. Pilihan Kebijakan

Studi ini mengusulkan lima model untuk menerapkan pelatihan keterampilan di Madrasah Aliyah (MA). berbagai model tersebut didasarkan pada beragam model yang saat ini diterapkan di MA tertentu dan atas rekomendasi berbagai pemangku kepentingan utama. Biaya untuk menerapkan masing-masing model dari tujuh jenis keterampilan yang sesuai bagi ekonomi lokal telah selesai dan dilampirkan pada Rencana Pengembangan Jangka Menengah dalam rangka Meningkatkan Pelatihan Keterampilan di MA. Studi tersebut menemukan bahwa banyak sampel MA dalam penelitian ini menerapkan keterampilan yang tidak sesuai dengan SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama No. 4923/2016. Beberapa rekomendasi dari pemangku kepentingan utama juga tidak sesuai dengan peraturan.

Pilihan kebijakan yang perlu dipertimbangkan oleh Kemenag untuk peningkatan keterampilan di MA adalah sebagai berikut:

1. Menerima semua atau beberapa model yang dikembangkan dan diusulkan dalam studi atau revisi model dan menyediakan payung hukum yang memungkinkan MA menerapkan suatu model atau berbagai model berdasarkan kebutuhan lokal, visi dan misi MA, dan sumber daya yang tersedia

2. Setiap MA harus mengajukan model pelatihan keterampilan yang ingin diterapkan berdasarkan kapasitas dan ketersediaan sistem pendukung yang tersedia. Kantor Kemenag Provinsi harus menilai dan menyetujui setiap usulan tersebut

3. Merivisi Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. 4923/2016 yang memuat daftar 24 pilihan jenis keterampilan yang diakui untuk memungkinkan MA menerapkan pelatihan keterampilan yang tidak termasuk di dalam daftar tersebut dalam rangka memenuhi permintaan lokal serta dapat menyesuaikan dan mengubah keterampilan yang ditawarkan sebagaimana tuntutan perubahan ekonomi lokal. Atau jika peraturan tersebut tidak diubah, maka dalam rangka penegakan pelaksanaan peraturan tersebut Kemenag harus memberikan supervisi kepada MA yang tidak menerapkan pelatihan keterampilan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kemudian memberikan sanksi jika MA tetap tidak mematuhinya.

4. Pertimbangkan secara hati-hati pilihan untuk membatasi pembentukan MAK baru mengingat model ini sangat mahal, dan mengingat pernyataan pejabat tingkat tinggi Kemdikbud yang menyatakan bahwa sudah terlalu banyak jumlah SMK dan rata-rata daya serap lulusannya untuk bekerja relatif sangat kecil. Jika MAK harus dibentuk, perlu melakukan konsultasi yang intensif dengan Kemdikbud dan Bappenas karena Peraturan Mendikbud No. 60/2014 menjelaskan bahwa pelatihan keterampilan kejuruan tingkat menegah harus mengikuti peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud)

5. Jika Kemenag menerima berbagai model penambahan pelatihan keterampilan yang dikombinasikan dengan pelatihan yang dilaksanakan oleh pusat pelatihan pemerintah atau pendidikan tinggi, hal ini harus diakomodasi dengan merevisi peraturan yang berlaku atau membuat peraturan baru sebagai payung hukumnya).

6. Jika beragam model yang melibatkan pelatihan tambahan di luar MA di mana siswa terdaftar yang akan diimplementasikan, maka sebuah kebijakan diperlukan sebagai payung hukum agar siswa tersebut dapat diuji kompetensinya di pusat pengujian yang diakui secara resmi dan mendapatkan sertifikasi pelatihan keterampilan dari intuisi di luar MA tersebut)

Page 61: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 50

7. Kurikulum yang berlaku bagi sekolah menengah atas membutuhkan 6 ½ jam proses belajar dan mengajar per hari (07.30-14.00). Ada usulan untuk pelaksanaan proses belajar mengajar sehari penuh (07.30-17.00). Jika proses belajar mengajar sehari penuh tersebut menjadi wajib, setidaknya untuk sekolah menengah atas, ini akan memberi tambahan waktu yang diperlukan untuk pelasanaan pelatihan keterampilan yang lebih intensif. Jika atau sampai proses belajar mengajar sehari penuh menjadi wajib, Kemenag harus mempertimbangkan sebuah kebijakan yang mengizinkan madrasah tertentu yang berwenang menerapkan Model 3, 4 dan 5 untuk memperpanjang waktu proses belajar mengajarnya agar memungkinkan pelaksanaan pelatihan keterampilan tambahan dan pengintegrasian pengajaran agama yang lebih baik).

5.2. Rekomendasi

Pilihan kebijakan yang diuraikan di atas mencakup perubahan peraturan dan kesepakatan formal serta koordinasi dengan berbagai institusi lainnya. Berikut adalah berbagai rekomendasi khusus untuk kegiatan dan keputusan khusus yang dapat dilakukan setelah opsi kebijakan yang dijelaskan di atas selesai).

Pilihan kebijakan untuk mendirikan dan mengelola program peningkatan keterampilan di MA diambil dari temuan studi ACDP 046. Artinya, berbagai rekomendasi di bawah ini didasarkan pada data dan informasi yang dikumpulkan melalui pertemuan dan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion / FGD) dengan para pemimpin MA dan staf Kemenag, kunjungan lapangan yang mendalam ke MA, sebuah survei terhadap sejumlah MA yang melaksanakan program keterampilan serta kajian dan analisis peraturan pemerintah yang berlaku terkait dengan MA program keterampilan dan Pendidikan Kejuruan).

Pilihan kebijakan dan rekomendasi yang akan dijelaskan berikut ini disajikan dalam rangka membangun dan mengelola program peningkatan keterampilan di MA. Dalam rangka membangun momentum untuk membangun dan mengelola MA program keterampilan, studi ini telah menghasilkan Rencana Jangka Menengah Pengembangan Keterampilan di MA sebagai peta jalan bagi Kemenag untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam meningkatkan pelatihan keterampilan di MA. (Rencana tersebut mencakup pembiayaan secara rinci penerapan tujuh jenis keterampilan yang relevan dengan ekonomi lokal selama kurun waktu lima tahun.)

Rekomendasi khusus untuk peningkatan keterampilan MA digambarkan sebagai berikut

1. Studi ini menemukan berbagai jenis dan model pelatihan kejuruan yang saat ini dilaksanakan di MA. Sebagai hasilnya, studi ini telah mengidentifikasi lima model peningkatan keterampilan kejuruan yang dapat diterapkan di masa depan berdasarkan keterjangkauan, efisiensi, fleksibilitas serta visi dan misi MA. Tim studi merekomendasikan

a. Model 1 dan 2 mungkin sesuai untuk MA yang tidak memiliki pelatihan keterampilan secara intensif sebagai fokus utamanya.

b. Model 3 dan 4 direkomendasikan untuk MA yang berniat memberikan pelatihan peningkatan keterampilan melalui koordinasi dengan pusat-pusat pelatihan lain yang diakui dan atau pendidikan tinggi. Ini akan memungkinkan lebih fleksibel dibandingkan dengan MAK yang memiliki kurikulum yang tetap dan akan jauh lebih murah untuk menerapkan model tersebut)

c. Keuntungan utama dari model MAK adalah harus memenuhi berbagai standar tinggi seperti standar ISO dan MAK mungkin dapat menjadi pusat pengujian kompetensi bagi siswa dari MA lain atau untuk masyarakat umum. Namun, karena kurikulumnya

Page 62: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 51

sudah tetap dan oleh karena itu lebih sulit untuk beradaptasi dengan tuntutan lokal dan karena MAK sangat mahal untuk didirikan serta dioperasikan, maka disarankan agar jumlah MAK baru perlu dibatasi dalam priode lima tahun ke depan dan ditempatkan di lokasi yang tidak memiliki sejumlah besar SMK)

2. Tim Studi merekomendasikan agar Kemenag memberikan hibah (block grant), pengembangan kapasitas dan suprvisi kepada MA yang terpilih untuk menerapkan Model 3 dan 4 sebagai sebuah percontohan. Percontohan tersebut harus dipantau dan diawasi secara intensif dalam rangka merespon berbagai standar penerimaan pasar tenaga kerja lokal dan pendidikan tinggi, dan sejauh mana lulusannya mendapatkan pekerjaan yang diminati atau diterima di pendidikan tinggi serta memantau kinerjanya dalam pekerjaan melalui studi longitudinal/jangka panjang.

3. Studi tersebut menemukan bahwa pengusaha menghargai soft skill lulusan MA seperti kejujuran, loyalitas, dan kemampuan komunikasi sosial, kegigihan dan konsistensi, semangat kerja tim, tanggung jawab serta nilai-nilai agama; Oleh karena itu, beragam bagian dari kurikulum dan atmosfir umum MA tidak boleh diabaikan (dan sebaliknya harus diperkuat) dengan memberikan penekanan yang terlalu banyak pada pelatihan keterampilan dengan mengorbankan soft skillnya)

4. Jenis berbagai keterampilan yang dipilih MA harus didasarkan pada penilaian permintaan dan potensi pasar tenaga kerja. Ini termasuk penilaian terhadap institusi terdekat lainnya yang menawarkan pelatihan berbagai keterampilan dalam rangka untuk memastikan bahwa para lulusan tidak siap untuk hanya memasuki pasar tenaga kerja yang sudah berlebihan (over supply)

5. Pelatih berbagai keterampilan yang direkrut untuk Model 3, 4, dan 5 harus memiliki sertifikasi

kompetensi yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi Profesi Nasional (BNSP). Pelatih keterampilan bersertifikat tersebut mungkin tidak dibutuhkan untuk model 1 dan 2; Individu yang tidak bersertifikat tetapi berpengalaman di bidang keterampilan tertentu mungkin dapat direkrut berdasarkan kontrak. Sebagai alternatif, beberapa guru MA dapat menerima pelatihan dasar sehingga mereka dapat mengajarkan keterampilan tingkat rendah

6. Pelatih keterampilan bersertifikat harus diberi pelatihan in-service untuk meningkatkan

keterampilan mereka dalam rangka mengimbangi kemajuan teknologi dan berbagai material setidaknya setiap lima tahun sekali

7. Satu hal yang penting bahwa MA yang melaksanakan pelatihan keterampilan mampu

mengembangkan suatu rencana bisnis. Ini termasuk pengembangan kapasitas khusus untuk komite dan kepala madrasah (Model Rencana Bisnis dilampirkan sebagai Lampiran xxx).

8. Kapasitas staf Kemenag setempat perlu diperkuat agar dapat memebrikan supervisi dan

pendampingan yang lebih baik terhadap MA untuk kedua mata pelajaran umum maupun pelatihan keterampilan; dan mereka harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membantu melakukan penilaian terhadap permintaan lokal akan pekerja terampil dan membantu pengembangan hubungan kerjasama antara MA dengan sektor ekonomi formal dan informal local, untuk tidak hanya menilai permintaan akan keterampilan tetapi juga menciptakan kesempatan untuk pemagangan di berbagai perusahaan lokal dan menfasilitasi

Page 63: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Halaman 52

kerjasama antara MA dengan pusat-pusat pelatihan lokal atau institusi pendidikan tinggi yang dapat memberikan tambahan pelatihan keterampilan dan pengujian kompetensi

9. Kemenag harus mendorong kerjasama antara MA dengan SMK sebagaimana halnya juga

dengan berbagai pusat pelatihan nasional setempat (BLK, BLPT, dll.) agar dapat memanfaatkan personil pelatihan keterampilan yang dimiliki lembaga tersebut serta menggunakan peralatan dan fasilitas jika memungkinkan

10. Kemenag harus mempromosikan tata kelola yang baik bagi program peningkatan

keterampilan di MA dengan memantau kualitas dan rekaman kemajuan dalam rangka memastikan mutu berbagai program tersebut. Penjaminan mutu dapat ditingkatkan dengan membangun koordinasi dengan pusat-pusat pelatihan dan pendidikan tinggi dalam rangka mengembangkan instrumen untuk suprvisi dan menilai pelaksanaan pelatihan keterampilan. Lembaga-lembaga ini juga harus direkrut untuk memberikan pelatihan tentang penjaminan mutu bagi staf Kemenag setempat

11. Kemenag harus mempertimbangkan untuk mengizinkan MA tertentu, termasuk MA yang

menjalankan model 3 dan 4 serta MAK, untuk mengoperasikan proses belajar mengajar 24 jam per hari berdasarkan model pesantren. Ini akan membutuhkan bangunan atau menyediakan fasilitas penginapan. Standar untuk penginapan, sanitasi, dan lain-lain harus ditetapkan sebagai tambahan terhadap standar terkait dengan fasilitas dan infrasturktur jika hal tersebut diperkenankan

Page 64: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran1

ACDP - 046 Terms of Reference

Page 65: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 1 – Halaman1

Lampiran 1 – Term of Reference ACDP (046)

Terms of Reference14

Skills Enhancement in Senior Secondary Madrasah (ACDP — 046)

I. Development Objectives 1. The development objective of the study on Skills Enhancement in Senior Secondary.

Madrasah is to contribute towards the development of effective policies and strategies forthe provision of skills programs through senior secondary madrasah which better match theneeds of the labour market and further/higher education.

II. Strategic Background

2. With the increasing importance of knowledge-based economic development, a well-

educated and skilled pool of human resources plays a key role in supporting sustainable economic growth. In particular, the need for technical and vocational skills is increasing, and changing quickly, as a result of international competition, fast changing technologies and globalization. If countries are to meet these challenges, improving the skills and productivity of the labour force will be critical. Within this context it is increasingly important that countries plan and facilitate vocational education development specific to, and in support of, its economic development context and strategy, and its labour market demand.

3. Consistent with these global trends, the demand for high quality technical and vocational skills is increasing in Indonesia as it has developed into a middle-income country and as it continues to experience strong economic growth. Overall, there has been a significant shift in employment from the agriculture to the manufacturing and service sectors over the last 30 years. In order to maintain growth, create employment, diversify economic activity and strengthen links with global markets, the Government gives high priority to the improvement of skills development. Vocational education and training in Indonesia has seen significant expansion over the past decade, particularly in vocational senior secondary schools (SMK). The Strategic Plans of the Ministry of Education & Culture (MoEC) 200509, 2010-14 and 2015-19 have prioritised expansion of access to vocational secondary education.

4. Provision of vocational education in madrasahs has been much more limited. Strategies to equip senior secondary madrasah (MA) graduates with skills were developed in 1985 through support from UNDP/UNESCO in introducing and piloting skills programs at public MA's. With support of Islamic Development Bank (IDB) projects a national program was standardized under the Decree of the Directorate General of Islamic Religious Institution No. E/248.A/1997 on October 27.

5. The Vocational Program Curriculum at Madrasah Aliyah and the guidelines included types of vocational program, curriculum content, and a detailed implementation manual. The manual included: teaching and learning time allocation, instructor teaching plan, classroom management, remedial program, internship, certification, promoting graduates,

14 The original ACDP TOR combines O47, Study on Skills Enhancement in Senior Secondary Madrasah (046), and Study

on Developing Capacity of Pesantren (047). The TOR cited herein is taken from the Trans Intra Asia Contract.

Page 66: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 1 – Halaman2

cooperation with industry, and production unit, but was lacking in guidelines on management, governance and financing. Up to fifteen specific types of skill program in three areas (technology, vocational, and agriculture) were introduced, as shown below.

Table 1: Types of Vocational Program at Madrasah Aliyah15

No. Vocational Group/Program I

Technology

1. Computer Operator

2. TV and Radio Maintenance and Repair

3. Air Condition and Refrigerator Maintenance and Repair

4. Computer Maintenance and Repair

5. Automotive Maintenance and Repair

6. Motorbike Maintenance and Re air

7. Outboard boats Maintenance and Repair

8. Welding and Electricity

II Vocational

9. Cookery

10. Fashion

11. Secretary

III Agriculture

12. PoultryFarming

13. Freshwater Fish Farming

14. Cultivation of Mammalian Livestock

15. Agriculture Product Management

6. The program was elective; each program requiring a total of 1,080 hours in addition to MA standard teaching hours, implemented after standard school hours in grades eleven and twelve, and including 160 hours internships during semester breaks for most of the programs. It was intended to prepare MA students for self-employment or working in industry, in addition to prepare them for tertiary education. MA graduates would receive a certificate jointly signed by Madrasah principal and either Vocational Training Center or Head of Regional Office of the Ministry of Manpower. With this certification the program became attractive for junior secondary students, offering opportunities for employment, particularly for those from poor families.16

7. When the Ministry of National Education encouraged the expansion of senior secondary vocational schools the ministry initiated a model of small vocational schools at MA affiliated to neighboring senior secondary vocational schools. This was designed partly to pioneer the 15 Based on the Decree of the Directorate General of Islamic Religious Institution, No. E/248.A/1997 on October 27, 1997.

General Guidelines of Vocational Program at Madrasah Aliyah, Jakarta, pp.7. 16 As reported by some MA principals on the September I FGD at Sofyan Hotel Jakarta and in Adviser field visit on

September 2014 at West Nusa Tenggara Province

Page 67: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 1 – Halaman3

development of Vocational Madrasah Aliyah as mandated by Education Law No. 20/2003 . Some MAs took part in this scheme but overall take-up was limited and many participating madrasahs later terminated the program.

8. Whilst at the beginning there was some success, demand for vocational programs in MA declined and programs became unworkable and inefficient. Some of the reasons for this included 7, (i) lack of supporting systems, expertise and resources for certain programs, (ii) declining labour market demand in certain areas, (iii) rising labor market demand for soft and prescribed skills, (iv) some programs requiring higher level qualifications due to technological and job skills developments, and (v) increasing demand for tertiary education partly due to introduction/ expansion of BOS and BSM programs towards compulsory 12 years education.

9. Within this context MoRA has requested a study to assist with developing strategic options for the development of skills enhancement program senior secondary madrasahs.

Ill. Scope of Work

10. The study will be undertaken over a period of six months from September 2016.

A. Technical Focus

11. The study on Skills Enhancement in Senior Secondary Madrasahs will focus on the following areas:

5. Broad mapping and analysis of skills gaps, economic sectors, labour market demand, and paths into further/tertiary education, to inform development of strategic options;

6. Development of costed policy options for models for Skills Enhancement programs for Madrasah Aliyah, taking into account considerations of affordability and sustainability;

7. Development of policy options and a draft costed medium term plan for the development/ establishment of Skills Enhancement in Madrasah Aliyah, including human resources, facilities and financing. Policy options will be developed to be appropriate for use in drafting appropriate regulations and guidelines (by MoRA);

12. It is envisaged that the study would include the following approaches/methodology. This is not exhaustive and will be fully developed and agreed, and outlined in the inception report:

� Document review (secondary analysis) including national education policy/strategy, relevant laws and regulations, labour market information, relevant analytical work particularly on vocational schools and skills development

� Analysis of existing provision and models of senior secondary schools in Indonesia, including financing analysis, and relevant projects and programs, and international good practice

� Consultation with relevant stakeholders at central and selected regional locations � Field visits to four regional locations (to be identified/agreed with MoRA),

incorporating visits to relevant education institutions, MoRA and MoEC offices and other relevant institutions/organizations

� Stakeholder analysis including workshops and focus group discussions � A total of up to eight workshops/FGD's will be held (including an inception workshop

and a final workshop)

B. Deliverable Outputs

Page 68: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 1 – Halaman4

13. The deliverable outputs will be as follows: i. Inception Report B, 10-15 Halamans excluding annexes, maximum one month after start-

up; ii. Progress Report Study B, 10-15 Halamans excluding annexes, maximum three months

after start-up; iii. Draft Study B addressing the areas in Ill A, above, and other specific areas that may be

agreed in the Inception Report. 50-70 Halamans excluding annexes, at least one month before end of study.

iv. Final Study B, incorporating revisions/improvements in response to feedback from MoRA, ACDP Secretariat and other stakeholders.

IV. Management, Consultation and Reporting Arrangements

14. The consultant team will be report to the Director General of Islamic Education, and the Director of Madrasah. The Director General will establish a small counterpart technical team, with designated staff, to assist and guide the consultancy team. The counterpart team will be responsible for providing relevant data and information, facilitating meetings, advising on planning of workshops and field visits, and will provide overall technical guidance. The ACDP MoRA Adviser will assist with this process.

15. As part of capacity building in policy research MoRA will designate staff from the Centre for Research and Development, MoRA, and other relevant departments, to work with the consultant teams.

16. Extensive consultations will be undertaken to develop the study. This will include the Director General of Islamic Education, Director of Madrasah, other relevant departments in MORA, the Board of National Education Standards (BSNP), the Board for Accreditation of School and Madrasahs (BAN-SM), relevant departments in the Ministry of Education &Culture including the Directorate for Senior Secondary Vocational Education, the Ministry of Manpower, Bappenas, and other relevant stakeholders at central and selected regional locations including representatives from enterprises, business, industry and chambers of commerce.

17. All reports should be submitted to the ACDP Secretariat in soft copy and 10 hard copies, in both Bahasa Indonesian and English.

18. All final reports will be widely distributed to stakeholders as required following approval by the Director General of Islamic Education, MoRA.

Key Expertise Required 1. Proposing firms will determine the number and the nature of experts they will require to achieve the objectives of the contract, in accordance with their proposed approach and methodology. ADS requires four key experts as follows: Developing Capacity of Pesantren 2. Education Policy &Management Specialist (International/Team Leader):

• Masters Degree in Education or other relevant field; • At least 10 years experience in development cooperation; • Experience as a Team Leader in development consultancy assignments, including

research/ policy studies; • Substantial experience in school level education systems, including education

standards, quality assurance, management and capacity assessment;

Page 69: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 1 – Halaman5

• Experience of the Indonesian education system is desirable; • Excellent analytical and report writing skills; and • Fluent in English language, Bahasa Indonesia is desirable.

3. Islamic Education and Pesantren Specialist (National):

• Masters Degree in Education, Islamic Studies or other relevant field; • Experience of the Indonesian education system and policies; • Specific experience and understanding of Islamic religious education in Indonesia; • Specific experience and understanding of the various types of Pesantren and their

specific characteristics; • Good report writing skills; • Fluent in Bahasa Indonesian, English language proficiency is essential.

Skills Enhancement in Senior Secondary Madrasah 4. Vocational Education &Skills Development Specialist (International/Team Leader):

• Masters Degree in Education or other relevant field; • At least 10 years experience in development cooperation; • Experience as a Team Leader in development consultancy assignments, including

research/ policy studies; • Substantial experience in vocational education and skills development, at both policy and

operational levels; • Experience of the Indonesian education system is desirable; • Excellent analytical and report writing skills; and • Fluent in English language, Bahasa Indonesia is desirable.

5. Madrasah Education Specialist (National):

• Masters Degree in Education or other relevant field; • Experience of the Indonesian education system and policies; • Specific experience and understanding of the madrasah education system in Indonesia,

preferably including Madrasah Aliyah; • Experience of working with senior Government officials in Indonesia, ideally including

MoRA; • Good report writing skills; • Fluent in Bahasa Indonesian, English language proficiency is essential.

6. In addition to the four key experts, the proposing firms may include other experts that are considered essential to achieve the best outputs and results from the study, as stipulated in the firm's technical proposal. 7. All experts engaged under the contract, whether key or non-key experts, must be citizens of one of the ADB member countries.

8. The firm's proposed Approach and Methodology in the Technical Proposal for delivering the outputs of the contract shall be referred to, as deemed necessary, by ADB during contract implementation.

Page 70: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2

STUDI KASUS:

AGRIKULTUR DAN AKUAKULTUR

Page 71: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman1

Lampiran2 - Studi Kasus: Agrikultur dan Akuakultur

1. Program Ketrampilan Vokasional di Bidang Teknologi Pertanian di MA Negeri Pacet, Jawa Barat.

Pengantar

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pacet terletak di Jalan Raya Sidanglaya No. 29 Pacet, Cianjur, Jawa Barat 43253. MAN Pacet adalah Madrasah yang merupakan Madrasah program Keterampilan, program ketrampilan vokasional yang diselenggarakan oleh madrasah ini terdiri dari Keterampilan TKJ, Tata Busana dan Teknologi Hasil Pertanian (THP). Jumlah siswa pada tahun 2016 sebanyak 1024 siswa. Fasilitas yang dimiliki oleh madrasah ini terdiri dari Laboratorium Jaringan Internet dan Komputer, laboratorium bahasa, Laboratorium Audio Visual, Laboratorium Elektronika, Laboratorium Ilmu Pengetahuan, Laboratorium Keagamaan, Laboratorium Teknologi Pengolahan, Laboratorium Pembuatan Lemari, Fasilitas Bidang Olah Raga, Pusat Studi berkapasitas 1000 orang, Pendidikan Radio FM, Masjid Akhwat, Masjid Jama At-Ta'dibiyah dan Asrama Asrama yang dapat menampung 140 siswa. Deskripsi ekonomi lokal dan demografi

Berdasarkan data BPS Kabupaten Cianjur (2016), Cianjur, Jawa Barat, memiliki luas wilayah 3613,45 km yang terdiri dari 32 kecamatan yang terdiri dari 354 desa dan 6 kecamatan. Pengggunaan lahan di Cianjur terdiri dari 14.07 persen sawah, tegal / kebun sebesar 11 persen, 11,3 persen pertanian / perkebunan dan 7,5 persen lainya. Populasi Kabupaten Cianjur pada tahun 2015 adalah 2.224.904 orang, terdiri dari 1.155.177 laki-laki dan 1.088.727 perempuanSurvei Angkatan Kerja Nasional(Sakernas), populasi 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja yaitu 960.166 orang, terdiri dari 863.592 jiwa yang bekerja dan 96.594 penduduk dengan status pengangguran. Sebagian besar angkatan kerja yang dipekerjakan di sektor pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, yang mencapai 35,97 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, ritel, restoran dan hotel sebesar 27,95 persen. Bila dilihat dari status kepegawaian utama penduduk Kabupaten Cianjur yang berwirausaha berjumlah 167.544 orang, mencari tenaga kerja sementara berjumlah 146.480 orang, berusaha membantu pekerja yang masih berjumlah 39.545 orang, karena pegawai / pekerja berjumlah 251 139 orang, serta pekerja di Pertanian 81.057 orang, pekerja non-pertanian bebas 85.768 orang dan pekerja tidak dibayar 92.059 orang. Jika dilihat dari lapangan pekerjaan utama maka di Cianjur dipekerjakan di bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan mencapai 262.901 orang, industri pengolahan mencapai 21.107 orang, bidang perdagangan, ritel, hotel, restoran mencapai 153.135 orang dan lapangan pekerjaan lainnya 81.207 orang-orang. Kabupaten Cianjur memiliki potensi pertanian yang meliputi tanaman pangan, terutama padi, yang mencapai 144.561 ha, hasil hutan selain kayu, juga menghasilkan jamur kayu, yang mencapai 341,50 ton dan tiram jamur mencapai 97,20 ton, di sektor perkebunan memiliki luas Dari 51.718, 20 ha, komoditas teh 50 persen. Ternak potensial terdiri dari sapi potong, sapi perah dan kerbau. Potensi perikanan memiliki potensi ikan air tawar yang mampu menghasilkan 131.442 ton (BPS 2016).

Program Ketrampilan Vokasional di bidang Teknologi Pertanian

Page 72: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman2

Program Keterampilan Pertanian (Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian) di MAN Pacet Cianjur bertujuan untuk menghasilkan keterampilan lulusan PPHP di Madrasah Aliyah dapat menampilkan diri sebagai orang yang setia dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, karakter mulia, kesehatan fisik dan spiritual, kepribadian yang Mantap dan mandiri serta memiliki nasionasinalisme dan tanggung jawab sosial. Kemampuan khusus yang dimiliki oleh lulusan keterampilan PPHP (juga dikenal sebagai THP, Technology Processing Results) memiliki tiga kemampuan yaitu dasar-dasar PPHP (untuk mengoperasikan peralatan / mesin PPHP, membedakan karakteristik berbagai kelompok komoditas pertanian, menerapkan PPHP dasar dalam proses PPHP, menerapakan Sanitasi dan keselamatan dalam proses PPHP, Menerapkan konsep quality control), Paket Keterampilan PPHP (Melakukan penanganan produk pertanian, pilihan pengolahan agro) dan Manajemen Bisnis Pertanian (usaha perencanaan, pengelolaan usaha, pemasaran dan kewirausahaan). Jumlah guru pada Hasil Program Ketrampilan Teknologi Pengolahan tahun 2017 adalah 1 orang guru dan 1 orang asisten dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa yang terdiri dari siswa kelas X berjumlah 14 siswa jurusan sains dan studi sosial 14 siswa. Fasilitas yang ada untuk pelaksanaan Program Keterampilan THP adalah ruangan Workshop Perikanan yang terdiri dari ruang kerja guru, ruang pertemuan, gudang peralatan laboratorium. Program Keterampilan THP dilengkapi dengan berbagai kapasitas pengolahan mesin / peralatan untuk melakukan proses pembuatan berbagai olahan seperti Skills baking bread, pembuatan instant jahe, pembuatan saus, pembuatan yoghurt, pengolahan sereal, pembuatan kue kering / cheestick, manufaktur tahu. / Pie / Tempe / kecap, pembuatan presto, keripik buah, pengolahan daging. Dalam pelaksanaan program ketrampilan vokasional madrasah THP bekerjasama dengan pihak lain (partner) antara industri kue CV Ramadan (untuk kepentingan magang) dan Pedca (untuk pelatihan). Hasil pelatihan yang diharapkan seperti yang diungkapkan oleh MA

Hasil pelatihan diharapkan bisa menghasilkan lulusan MA yang telah memenuhi syarat sesuai dengan kompetensi (orang yang berkualifikasi) dan dapat memperoleh fokus pada jenis okupasi yang tepat mengingat keragaman dan ruang lingkup di bidang teknologi pengolahannya sangat luas. Sertifikasi sesuai dengan jurusan yang diambil (orang yang terakreditasi). Diharapkan hasil pelatihan juga dapat mengurangi kesenjangan keterampilan hard skill dan soft skill lulusan dengan meningkatkan kualitas dan daya saing dan relevansi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia industri dan bisnis.

Potensi industri lokal dan ekonomi informal

Ada dua potensi utama potensi lokal di Cianjur yaitu dari sisi potensi lokal di sektor pertanian pada umumnya (tanaman pangan, peternakan, peternakan, perikanan), dan juga pengembangan sektor pariwisata (pengembangan industri perhotelan, kuliner dan Industri pendukung). Kedua potensi tersebut membuat masyarakat terus meningkatkan pengembangan pertanian serta teknologi hasil pertanian (sebagai upaya untuk mendapatkan nilai tambah), secara tidak langsung akan membutuhkan sumber daya manusia untuk menjawab tantangan potensi ekonomi di kabupaten tersebut.

Page 73: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman3

Kurikulum

1. Proses pengembangan kurikulum

Proses pengembangan kurikulum dalam Program Ketrampilan Teknologi Proses dan Pengolahan Hasil Pertanian sebagai berikut:

a. Menyiapkan kurikulum yang lebih spesifik yang disusun sesuai dengan kebutuhan bisnis untuk melakukan penyesuaian terhadap KKNI dan sertifikasi berdasarkan kebutuhan industri. Menyediakan bahan pembuatan produk dalam pemanfaatan produk sereal, lebih menekankan pada pembuatan roti yang mengikuti standar kompetensi sehingga peserta didik dapat memperoleh sertifikasi keterampilan.

b. Restrukturisasi isi kurikulum sesuai kompetensi sertifikasi yang ingin dicapai. c. Menambah kemampuan guru dan asisten Teknologi Pengolahan Produk dalam

rangka mengembangkan dan memperkuat proses transformasi pembelajaran. d. Membuat kriteria seleksi dan pemilihan calon siswa Program Teknologi

Pengolahan Hasil, khususnya bagi siswa yang cenderung terjun langsung ke angkatan kerja.

e. Praktik Pelaksanaan Pembelajaran dioptimalkan agar memenuhi standar KKNI dan juga program keterampilan infrastruktur mutakhir / kelas kalibrasi; Kerjasama dengan pihak ketiga: BLK, BLPTK, Industri, serta monitoring dan terstruktur sehingga pelaksanaanmagang bisa dioptimalkan.

f. Mengupgrade peralatan dan mesin sesuai dengan kemajuan teknologi dan tuntutan DUDI

2. Struktur kurikulum yang disarankan

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, struktur kurikulum yang disarankan adalah sbb.:

Tabel 1. Struktur kurikulum program Program Ketrampilan Teknologi Proses dan Pengolahan Hasil Pertanian

Mata Pelajaran

Kelas/ semester

Jumlah Jam

X XI XII

I II I II I II Materi ilmu Produk Pertanian

12 12 Pengolahan Sereal

18 18 18 18 18 90 Pengolahan kacang

12 12 12 12 12 60 Pengolahan umbi-umbian

12 12 12 12 12 60 Pengolahan Buah dan Sayuran

12 12 12 12 12 60 Pengolahan Produk Hewan

24 24 24 24 24 120 Pengolahan rempah-rempah

12 12 12 12 48

Page 74: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman4

Mata Pelajaran

Kelas/ semester

Jumlah Jam

X XI XII

I II I II I II Manajemen bisnis

48 48 Kunjungan industri

18 Magang

160* Jumlah

90 90 90 228 90 48 636

3. Distribusi mata pelajaran

Proses pembelajaran dimulai dari Program Keterampilan THP Semester 1 sampai semester 6, secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Distribusi mata pelajaran dalam enam semester

Semester 1 Semester 2 Semester 3 Semester 4 Semester 5 Semester 6 Materi Ilmu Produk Pertanian

Pengolahan Sereal

Pengolahan Sereal

Pengolahan Sereal

Pengolahan Sereal

Manajemen bisnis

Pengolahan Sereal

Pengolahan kacang

Pengolahan kacang

Pengolahan kacang

Pengolahan kacang

Pengolahan kacang

Pengolahan umbi-umbian

Pengolahan umbi-umbian

Pengolahan umbi-umbian

Pengolahan umbi-umbian

Pengolahan umbi-umbian

Pengolahan Buah dan Sayuran

Pengolahan Buah dan Sayuran

Pengolahan Buah dan Sayuran

Pengolahan Buah dan Sayuran

Pengolahan Buah dan Sayuran

Pengolahan Produk Hewan

Pengolahan Produk Hewan

Pengolahan Produk Hewan

Pengolahan Produk Hewan

Pengolahan Produk Hewan

Pengolahan rempah-rempah

Pengolahan rempah-rempah

Pengolahan rempah-rempah

Pengolahan rempah-rempah

Kunjungan Industri

Magang

Hambatan yang dihadapi

Page 75: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman5

Hambatan dalam pelaksanaan program keterampilan meliputi:

a) Tidak ada pemahaman dan persepsi yang seragam pada apparat kementerian Agama dari tingkat pusat sampai dengan Kabupaten / Kota dalam penyampaian / penetapan program keterampilan MA.

b) Kurikulum Keterampilan Disponsori oleh Kurikulum Nasional c) Sistem SIMPATIKA tidak sepenuhnya mengakomodasi program ketrampilan d) Gap Alat / mesin latihan yang ada dengan DUDI e) Menemukan Dudi yang menerima magang sesuai dengan target kompetensi yang ingin

dicapai Garis besar biaya untuk meningkatkan program ini Perhitungan analisis biaya satuan untuk meningkatkan Program Ketrampilan Teknologi Proses dan Pengolahan Hasil Pertanian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Biaya untuk meningkatkan mutu program yang ada

No Item Biaya saat ini (Rp.) Biaya Baru(Rp.)

Pengeluaran

1 Pembelian 98 329 000

294960000 2 Upgrade peralatan 9 832 900

0 3 Alat perawatan 20 015 000

60 045 000 4 Pengadaan bahan 13 500 000

240 000 000 5 biaya Instruktur 102 240 000

306 720 000 6 Praktek / Magang 8 800 000 142 500 000

7 Expo / promosi 0

10 000 000 8 Sertifikat Fasilitasi 0

240 000 000 9 Lainnya: 9 0000 000

84 000 000

Jumlah Siswa

261 716 900 1 112 761 000

Biaya / Pelajar (Rp.) 28

120

Jumlah Siswa

9 347 032 9 273 008

Pendapatan (Rp.) Pendapatan yang

didapat (Rp.)Pendapatan baru yang

didapat (Rp.)

Page 76: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman6

No Item Biaya saat ini (Rp.) Biaya Baru(Rp.)

SPP

3. 360 .000 16 .800. 000

Biaya masuk

30. 000. 000 420. 000. 000

Hasil produksi

9. 700. 000 42. 000. 000

Sumber lainnya

15. 400. 000 12. 440. 000

Total Diterima (Rp.)

58. 460. 000 491. 240. 000

Hasil evaluasi diri dari guru ketrampilan vokasional

Studi kasus ini dilengkapi dengan evaluasi diri terhadap program ini berdasarkan persepsi guru ketrampilan vokasional yang hasilnya sbb.:

a) Memenuhi kebutuhan siswa menyatakan kebutuhannya 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. b) Memenuhi permintaan lokal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. c) Tingginya kontribusi dari sumber daya MA (dana / usaha / peralatan) 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. d) Memenuhi rencana strategis 5 tahun dan Rencana Strategis prioritas

Kemenag 1.2,3,4,5,6,7,8,9,10. e) Nilai Uang (bandingkan biaya / siswa) dibandingkan hasil 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.

Total skor prioritas dari 50 poin yang mungkin 38

Catatan: Skore berkisar 1-10, dimana 1 adalah skore terenda dan 10 adalah skore tertinggi.

Page 77: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman7

2. Program Ketrampilan Vokasional Akuakultur di Madrasah swasta Al-Hikmah, Benda, Sirampog, Brebes, Jawa Tengah

Pengantar MA Al-Hikmah 2 berada di Benda, Sirampog, Brebes, Provinsi Jawa Tengah. MA Al-Hikmah 2 adalah Madrasah penyelenggara Program Ilmu Pengetahuan dan Madrasah Program Ketrampilan (Vokasional). Jumlah siswa pada tahun 2016 adalah 1.238 siswa yang terdiri dari 410 siswa laki-laki dan 828 siswa perempuan. Program Keterampilan yang diselenggarakan oleh MA Al-Hikmah 2 saat ini adalah Program Budidaya, Pengelasan, Tata busana dan Komputer. Fasilitas yang ada di MA Al-Hikmah 2 termasuk gedung sekolah terdiri dari 35 ruangan, Lab. IPA dan perpustakaan 2 unit, asrama, kolam ikan, bengkel komputer, gedung bengkel, bengkel budidaya dan bengkel pengelasan, dan Lab. Gedung Ava (Audio Visual), serta Studio Radio Tsania Fm. Deskripsi ekonomi lokal dan demografi Berdasarkan data BPS Brebes (2016), Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, memiliki luas 1.662,96 km2 yang terdiri dari 17 kecamatan dan 297 desa. Populasi Brebes pada akhir tahun 2015 adalah 1.781,379 orang dimana populasi laki-laki lebih banyak daripada jumlah populasi wanita. Secara absolut, jumlah masing-masing yaitu 895.209 jiwa laki-laki dan 886.170 perempuan. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Brebes adalah 821.102 orang yang terdiri dari orang-orang yang bekerja (767.841 orang) dan pengangguran (53.261 orang). Pekerjaan utama di Brebes terdiri dari pekerja milik sendiri (162.914 orang), pekerja sementara (118.790 orang), pekerja tetap (37.869 orang), pekerja / buruh (164.862 orang), dan pekerja lepas (180.948 orang). Pada tahun 2015, jumlah industri kecil di Brebes adalah 5.799 usaha yang terdiri dari 1.813 industri kecil industri kecil formal dan non formal 3.986. Industri kecil memiliki lapangan kerja untuk 14.875 orang, 5.0008 orang terserap industri kecil formal dan 9.867 orang terserap industri kecil nonformal. Sebagai persimpangan antara jalur selatan, barat dan timur membuat posisi Brebes sangat penting di sektor perdagangan. Pasar sebagai sarana perdagangan tersebar di seluruh kabupaten, pada tahun 2015 jumlahnya mencapai 26 pasar, meningkat 4 persen dibanding 2014. Jumlah usaha di pasar tradisional Brebes adalah 7.020 pengusaha. 758 adalah pedagang grosir, 4.206 pedagang menengah dan 2.056 pedagang kecil. Perikanan terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan darat. Perikanan darat terdiri dari budaya laut (kolam air payau, kolam sawah, kolam air tawar, dan kandang) dan perikanan darat (kolam air waduk, kolam air sungai dan kolam air danau). Kabupaten Brebes memiliki potensi ekonomi tinggi di bidang perikanan. Jumlah rumah tangkap ikan pada 20 13 adalah 3,418 perikanan laut dan 879 perikanan darat. Luas kolam air tawar di Brebes adalah 54.018 ha dengan total produksi sebesar 2.429.231 kg, sedangkan luas kolam payau di Brebes adalah 11.435 ha dengan jumlah produksi 69.856.969 kg. Penilaian terhadap progam ketrampilan vokasional di bidang akuakultur Program Keterampilan Perikanan di MA Al-Hikmah 2 Brebes memiliki kompetensi di bidang perikanan air tawar dengan okupasi adalah Operator / Teknisi Pembenihan Ikan. Kurikulum yang digunakan adalah hasil lokakarya yang mengacu pada Kurikulum Nasional. Sertifikat yang diperoleh siswa MA Al-Hikmah 2 Brebes adalah sertifikat BNSP dengan sertifikasi pemeriksa dari Kementerian Perikanan dan Kelautan. Jumlah guru Program Keahlian Perikanan (tahun 2016) adalah satu guru dan dua asisten dengan jumlah siswa sebanyak 63 siswa, yang terdiri dari 20 siswa (kelas X), 28 siswa (kelas XI) dan 15 siswa (kelas XI ).

Page 78: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman8

Fasilitas yang ada untuk melaksanakan program keterampilan akuakultur di MA Al-Hikmah 2 adalah fasilitas pembenihan dan bengkel akuakultur (kantor guru, ruang kelas, gudang laboratorium), dan kolam ikan (1 ha). Jenis ikan itulah bahan praktiknya yaitu pangasius, clarias / lele, bawal, ikan mas, tawes dan nilem. Dalam pelaksanaan keterampilan praktis, sekolah memiliki mitra seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Brebes, Balai Pembenihan Ikan Air Tawar Kab. Muntilan dan Ngrajek, Balai Pemuliaan Ikan Air Tawar Subang Jawa Barat, Balai Pembenihan Ikan Air Tawar Cijengkol, Subang. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Brebes, CV. Seva Fish Boyolali, Jawa Tengah, Balai Pelatihan Perikanan Tegal, P2MKP Adisana Bumiayu, Yayasan Nasima Semarang, dan PT. Koba Mirai Jepang. Hasil pelatihan yang diharapkan Hasil dari pelatihan ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memenuhi syarat sesuai dengan kompetensi (orang yang berkualifikasi) dan dapat memperoleh sertifikasi sesuai dengan okupasi yang diambil (orang yang terakreditasi). Diharapkan pelatihan dapat mengurangi kesenjangan antara keterampilan keras dan soft skill lulusan dengan meningkatkan kualitas dan daya saing dan relevansi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia industri dan bisnis.

Potensi kebutuhan bisnis lokal dan ekonomi informal

Sebagian besar kebutuhan benih ikan masih harus diimpor dari luar daerah sehingga operator penetasan dibutuhkan di Brebes. Usaha perikanan sebagai CV Seva Fish (Jawa Tengah), PBIAT Sukamandi Subang (Jawa Barat) dan lain-lain juga membutuhkan pembenihan ikan operator / teknisi.

Kurikulum

1. Proses pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum dilakukan melalui tahapan sbb.:

a) Persiapan kurikulum harus dirancang untuk mengakomodasi kurikulum berbasis KKNI / kompetensi - serta sinkronisasi kurikulum yang diperlukan dengan kebutuhan DUDI setempat sehingga diharapkan lulusan benar-benar dapat menguasai lapangan dan siap bekerja sesuai dengan kebutuhan DUDI setempat.

b) Restrukturisasi subyek "cross interest / lintas minat" untuk pemenuhan beban kerja guru

c) Lakukan perekrutan guru bersertifikasi d) Tentukan kriteria seleksi calon siswa e) Update / grade / kalibrasi infrastruktur untuk program ketrampilan vokasional dan

kerjasama dengan pihak ketiga ke program magang seperti BLK, BLPTK, Industri, serta pusat pelatihan lainnya.

2. Struktur kurikulum

Agar seleras dengan standar kurikulum nasional, struktur kurikulum dari program ini direkomendasilkan sbb.:

Table 1. Struktur kurikulum program ketrampilan akuakutur

Mata pelajaran Jam

Page 79: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman9

Kelas / X Kelas / XI Kelas / XII SMT 1 SMT 2 SMT 3 SMT 4 SMT 5 SMT 6

1. Prinsip Budidaya Perikanan Air Tawar

84

2. Pengelolaan Kualitas Air 24

3. Hama dan Penyakit Ikan 24

4. Produksi Pakan Alami / Live Fish Feed

36

5. Produksi Pakan Ikan 34

6. Produksi Ikan Tumbuh (I, II, III) 70 70 70 70

7. Pemijahan / hatcheri alami 1 70 70 70

8. Pemijahan / Pembenihan Semi-Buatan 2

48 48 48

9. Pemijahan / penetasan buatan 3 32 32

10. Budaya Tanaman Perairan 26 26

11. Pengelolaan Bisnis Akuakultur 96

TOTAL 246 246 246 246 96

TOTAL Jam Kelas X + XI + XII = 1.080 Jam

3. Distribusi mata pelajaran

Proses pembelajaran dimulai dari semester 1 sampai semester 6, proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Proses pembelajaran mulai semester 1 sampai semester 6

Semester 1 Semester 2 Semester 3 Semester 4 Semester 5 Semester 6 Prinsip Budidaya Perikanan Air Tawar

Produksi Pakan Ikan

Produksi Ikan Tumbuh

Produksi Ikan Tumbuh

Manajemen Bisnis Akuakultur

Sertifikasi

Manajemen Kualitas Air

Produksi Ikan Tumbuh

Pemijahan / hatcheri alami 1

Pemijahan / hatcheri alami 1

Evaluasi Magang

Hama dan Pemijahan / Pemijahan / Pemijahan /

Page 80: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman10

Penyakit Ikan

hatcheri alami 1

Pembenihan Semi-Buatan 2

Pembenihan Semi-Buatan 2

Produksi Pakan Alam / Produksi Ikan Langsung

Pemijahan / Pembenihan Semi-Buatan 2

Pemijahan / penetasan buatan 3

Pemijahan / penetasan buatan 3

Produksi Ikan Tumbuh

Budaya Tanaman Perairan

Budaya Tanaman Perairan

Kunjungan Lapangan Industri

Magang

Hambatan yang dihadapi

a) Tidak ada kesamaan pengertian dan persepsi antara pejabat Kementerian Agama dari tingkat pusat sampai kabupaten / kota dalam pelaksanaan program

b) Kurikulum tidak terkait dengan Kurikulum Nasional c) Sistem pada simpatika tidak sepenuhnya mengakomodasi program ketrampilan

vokasional.

Garis besar biaya untuk meningkatkan program keterampilan akuakultur dan program keterampilan akuakultur pelatihan baru

Hasil analisi biaya satuan untuk meningkatkan program keterampilan akuakultur di MA Al Hikmah 2 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Garis besar biaya untuk meningkatkan tingkat dan kualitas pelatihan

No Item Biaya saat ini (Rp.) Biaya Baru (Rp.)

Pengeluaran

1 Pembelian (peralatan) 124.700.000

150.000.000 2 Kalibrasi Peralatan

50.000.000 3 Biaya perawatan 20.000.000

50.000.000 4 Pembelian (material) 10.000.000

25.000.000 5 Biaya infrastruktur 3.780.000

7.500.000

Page 81: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman11

No Item Biaya saat ini (Rp.) Biaya Baru (Rp.)

6 Biaya magang 56.000.00075.000.000

7 Branding dan promosi 10.000.00010.000.000

8 Biaya sertifikasi 1.820.00015.000.000

9 Lainnya: 5.000.000

Total biaya (Rp.)

226.300.000 387.500.000

Jumlah Siswa (orang) 63

90

Biaya / Pelajar (Rp.)

3.592.063 4.305.556

Pendapatan (Rp.) Pendapatan yang

didapatan (Rp.) Pendapatan baru yang didapat (Rp.)

Uang sekolah / SPP

5.355.000 7.650.000

Biaya kuliah masuk / uang pangkal

55.125.000 78.750.000

Penjualan Praktik Produksi

8.457.000 25.000.000

Sumber lainnya

157.363.000 276.100.000

Total Diterima (Rp.)

226.300.000 387.500.000

Hasil analisis biaya satuan Madrasah Aliyah meningkatkan program keterampilan akuakultur pelatihan baru dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Biaya termasuk biaya modal (bangunan dan peralatan baru)

No

Jenis Madrasah Aliyah dengan Pengkatan Keterampilan

Biaya Pengeluaran Biaya Per Murid

Modal Operational Rutin

Operasional dengan Meningkatkan Keterampilan

Per bulan Per Tahun

1 Ekstrakurikuler

66.667 2.152.917 258.000 2.477.584 206.465

2 Intrakurkuler

1.854.139 2.152.917 1.440.320 5.447.376 453.948

3 Pelatihan dan sertifikasi antar cabang dengan 1.854.139 2.152.917 1.595.450 5.602.506

466.875

Page 82: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 2 – Halaman12

instansi atau LSP

4

Interaktif dan latihan bersama LPTK

2.020.806 2.152.917 1.995.450 6.169.173

514.098

Tabel 5. Biaya tidak termasuk biaya modal

No

Jenis Madrasah Aliyah dengan Enhanced Skill

Biaya Pengeluaran Biaya Per Murid

Modal Operational Rutin

Modal Operational Rutin

Modal

1 Ekstrakurikuler

0 2.152.917 258.000 2.410.917 200.910

2 Intrakurikuler

0 2.152.917 1.440.320 3.593.237 299.436

3

Intervensi perumusan dan sertifikasi dengan instansi atau LSP

0 2.152.917 1.595.450 3.748.367

312.364

4

Interaktif dan latihan bersama LPTK

0 2.152.917 1.995.450 4.148.367 345.697

Hasil evaluasi diri dari guru ketrampilan vokasional

Studi kasus ini dilengkapi dengan evaluasi diri terhadap program ini berdasarkan persepsi guru ketrampilan vokasional yang hasilnya sbb.:

a) Memenuhi kebutuhan siswa menyatakan kebutuhannya 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. b) Memenuhi permintaan lokal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. c) Tingginya kontribusi dari sumber daya MA (dana / usaha / peralatan) 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. d) Memenuhi rencana strategis 5 tahun dan Rencana Strategis prioritas

Kemenag 1.2,3,4,5,6,7,8,9,10. e) Nilai Uang (bandingkan biaya / siswa) dibandingkan hasil 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.

Total skor prioritas dari 50 poin yang mungkin 39

Catatan: Skore berkisar 1-10, dimana 1 adalah skore terenda dan 10 adalah skore tertinggi.

Page 83: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 3

CONTOH PELATIHAN UNTUK GURU KETERAMPILAN

Page 84: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 3 – Halaman1

Lampiran 3 - Contoh Pelatihan untuk Guru Keterampilan

Sejak proyek STEP yang didukung Bank Dunia dilaksanakan pada tahun 1998, beberapa guru di Indonesia telah menerima berbagai jenis pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan. Berikut ini adalah daftar contoh jenis pelatihan guru yang telah dilakukan.

1. Pelatihan keterampilan dan materi pelajaran

A. Guru yang melatih TKJ, keterampilan dan kemampuan TIK sebagai guru keterampilan B. Guru mengikuti pelatihan mekanik mobil injeksi konvensional A. Guru telah terlatih dalam pelatihan mode B. Guru telah dilatih dalam sistem injeksi bahan bakar listrik (EFI) otomotif C. Pelatihan kosmetik dan facial, dan kursus Desain Mode Islami di tahun 2015 D. Keterampilan pengelasan di P3GT Bandung (Cimahi) E. Pelatihan mebel

2. Pelatihan peningkatan keterampilan dalam pengajaran dan pembelajaran

A. Guru telah ditingkatkan sebagai guru keterampilan dan meningkatkan keterampilan mereka di PPPGK Jakarta.

B. Guru telah melatih perbaikan otomotif dan penyusunan silabus otomotif. C. Guru telah melatih keterampilan dasar (TC 600 jam) sebagai guru keterampilan di PPGT

Bandung dan mengikuti pola pelatihan unit produksi dalam 60 jam. D. Guru telah dilatih di P3GT Cimahi Bandung pada tahun 1998 selama 2 bulan dan dilatih

dalam keterampilan pengembangan materi. E. Guru telah melatih perbaikan dan pemeliharaan radio dan TV, serta pembuatan materi ajar

dan lokakarya kurikulum. F. Guru telah mengikuti pelatihan teknologi pengolahan pertanian dan mengikuti sosialisasi

guru keterampilan. G. Pelatihan Kepala Laboratorium dan Workshop di Yogyakarta, Pelatihan ketrampilan guru

di PPTK Surabaya. H. Pelatihan di teknisi handphone, pemasaran online, kepala bengkel, dan workshop

pembelajaran berbasis IC. I. Lokakarya sistem informasi dan prakarsa berinternet untuk kerjasama antar madrasah dan

Kementerian Komunikasi dan Informasi. J. Mengatur modul keterampilan. K. Pelatihan ketrampilan guru selama 4 bulan di PPPG Cianjur dan pelatihan pembelajaran

keterampilan materi pembelajaran. L. Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Guru Profesional (PLPG). M. Mengupgrade untuk guru keterampilan dan membuat materi pengajaran, MGMP guru

keterampilan, dan pelatihan kepala bengkel.

3. Pelatihan sertifikasi dan magang

A. Pelatihan Cisco Certified Network Associate (CCNA).

Page 85: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 3 – Halaman2

B. Pelatihan kejuruan dan peningkatan kemampuan guru untuk menguasai magister (S2). C. Uji kompetensi busana (Garment Indo Semarang). D. Pendidikan dasar keterampilan selama 6 bulan, upgrade kemampuan elektronik selama 1

tahun, pelatihan trainer baterai Li-ion selama 1 bulan. E. Upgrade skill untuk maintenance handphone selama 1 bulan. F. Meningkatkan kompetensi / keahlian yang dilakukan dengan mengikuti pelatihan batik di

Surabaya P3K. G. Dasar latihan fashion dan kosmetik. H. Seorang guru telah bekerja sebagai koki di industri roti pribadi, dan terus bekerja sebagai

koki dan asisten administrasi kapal internasional.

Page 86: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 4

DAFTAR KETERAMPILAN di MA

YANG DIAKUI KEMENAG

Page 87: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 4 – Halaman1

Lampiran 4 - Daftar Keterampilan di MA yang Diakui Kemenag

Menurut Dirjen Dikti Pendis (SK Dirjen Pendis) No 1023/2016, ada tiga kelompok utama yang bisa

diimplementasikan oleh MA. Dalam masing-masing kelompok jenis keterampilan tertentu

tercantum.

1. Teknologi:

a. Operator Komputer

b. Perbaikan dan Perawatan Komputer

c. Teknik Komputer dan Jaringan

d. Teknik Elektronika Komunikasi

e. Teknik Pendingin

f. Teknik Otomotif

g. Teknik Perbaikan dan Perawatan Sepeda Motor

h. Teknik Perbaikan dan Perawatan Motor Perahu Tempel

i. Teknik Elektro/Listrik

j. Teknik Pengelasan

k. Teknik Desain dan Produk Furniture

l. Teknik Mekatronika

m. Teknik Desain Arsitektur

n. Teknik Multimedia

2. Kelompok Kejuruan

a. Tata Busana

b. Tata Boga

c. Kesekretariatan

d. Akuntansi Komputer

e. Tata Rias

f. Kriya Tekstil/Batik (Tenun)

3. Pertanian/Kelautan

a. Budidaya Ternak Unggas

b. Budidaya Ternak Ikan Air Tawar

c. Budidaya Hasil Laut

d. Budidaya Ternal Mamalia

e. Penanganan dan Pengelolaan hasil Pertanin

Page 88: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 5

Model Rencana Bisnis

Page 89: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 5 – Halaman1

Lampiran5 - Model Rencana Bisnis

………………………………. Madrasah Ayliah

Proposal untuk meningkatkan Pelatihan Keterampilan

1. Deskripsi

1.1 Proposal untuk meningkatkan pelatihan keterampilan di ................................................................... (Keterampilan) ini;

Sebuah Peningkatan jumlah kursus yang ada

B. Peningkatan kualitas - ke tingkat kualifikasi y/n

C. Keterampilan baru yang harus diajarkan

Jumlah siswa yang akan dilatih ................................. ..

Biaya per siswa .................................. (Ambil total biaya operasional dan bagi dengan jumlah siswa)

1.2 Catatan atas permintaan pelatihan ini (Komentar tentang permintaan lokal untuk keterampilan ini) - Permintaan

1.3 Permintaan siswa / kebutuhan yang diungkapkan.

1.4 Pernyataan Permintaan industri / ekonomi lokal

1.5 Penyedia atau kesempatan lain bagi siswa untuk mempelajari keterampilan ini (jelaskan)

..................................... Proposal Madrasah Aliyah untuk Meningkatkan Keterampilan Pelatihan di

..........................................................

Menjalankan biaya selama masa program untuk ............. Tahun

Page 90: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 5 – Halaman2

Biaya yang berjalan persatuan pogram

Item Biaya 1 Gaji guru Anggaran

guru saat ini

Anggaran guru baru

% Peningkatan diperlukan (guru baru atau meningkat ke yang ada

2 Gaji staf administrasi Anggaran staf baru

3

Materi pembelajaran Anggaran staf saat ini

Anggaran baru

4

Menyewa peralatan / yang sedang berjalan

Arus Anggaran baru

% Peningkatan diperlukan (staf baru atau meningkat ke yang ada

5 Biaya penilaian Arus Anggaran baru

6 Barang habis pakai (bahan)

Arus Anggaran baru

7 Administrasi (utilitas / transportasi)

Arus Anggaran baru

% meningkat

Arus

Total anggaran biaya baru

Total anggaran biaya yang ada

8 Item pendapatan pendapatan

Dana siswa baru dibutuhkan dana

Anggaran baru

Dana diterima dari biaya mahasiswa sekarang

Dana yang dibutuhkan

Anggaran baru

Dana yang dibutuhkan

Total dana tambahan yang dibutuhkan

Total anggaran yang dibutuhkan untuk semua

Page 91: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 5 – Halaman3

pendapatan

Misalnya. Gaji dan Insentif Guru, Gaji dan insentif pegawai administrasi, kegiatan belajar, kegiatan kemahasiswaan, persediaan alat tulis / perlengkapan, peralatan, transportasi, kertas penilaian / ujian dan tes penilaian, investasi pemeliharaan dan pengembangan program, biaya administrasi, dll.

Page 92: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 5 – Halaman4

Pengaturan Biaya

Item 1 Peralatan yang

dibutuhkan untuk melakukan pelatihan

*misalnya. Mesin jahit 12 X. Meja tulis

Peralatan yang ada, atau ketersediaan di luar kampus

Kuantitas peralatan baru yang dibutuhkan

Biaya Pembelian

Masa pakai barang yang diharapkan dalam Tahun

Biaya amortisasi.

2 * Bagi biaya pembelian dengan perkiraan umur barang

3 * 4 * 5 * 6 * 7 * 8 * 9 * 10 * 11 * Total biaya

persiapan peralatan

Pelatihan staf / guru diperlukan untuk persiapan

Total biaya diamortisasi **

12 Staf pengajar 13 Staf administrasi Akreditasi guru

dan institusi jika diperlukan

Total

biaya staf

14 Total biaya

persiapan staf

Alasan untuk memilih prioritas untuk pendanaan memberikan prioritas untuk alokasi dana Kemenag yang terbatas untuk mendukung pelatihan keterampilan.

Skor 1-10 untuk 1 terendah dan 10 tertinggi

A. Memenuhi kebutuhan siswa menyatakan kebutuhannya 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. B. Memenuhi permintaan lokal 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. C. Tingginya kontribusi dari sumber daya MA (dana / usaha / peralatan) 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. D. Memenuhi rencana strategis 5 tahun dan Rencana Strategis prioritas Kemenag

1.2,3,4,5,6,7,8,9,10.

Page 93: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

Lampiran 5 – Halaman5

E. Nilai Uang (bandingkan biaya / siswa) dibandingkan hasil 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.

Total skor prioritas dari 50 poin yang mungkin ..................................

Page 94: PENGEMBANGAN KETERAMPILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 4. Membuat draf Rencana Pembiayaan Pengembangan Jangka Menengah pada

PENGEMBANGAN KETERAM

PILAN VOKASIONAL DI MADRASAH ALIYAH