pengaruh self-efficacy, positive affect, dan...

117
PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI RESIDEN NAPZA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Trya Dara Ruidahasi 11140700000001 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H / 2018 M

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT,

DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

RESILIENSI RESIDEN NAPZA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Trya Dara Ruidahasi

11140700000001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H / 2018 M

Page 2: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

ii

PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT,

DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

RESILIENSI RESIDEN NAPZA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Trya Dara Ruidahasi

11140700000001

Pembimbing

Mulia Sari Dewi, M. Psi., Psikolog

NIP. 19780502 200801 2 026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H / 2018 M

Page 3: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN

DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI RESIDEN NAPZA” telah

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 September 2018. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S. Psi) pada

Fakultas Psikologi.

Jakarta, 26 September 2018

Sidang Munaqasyah

Anggota :

Dekan/

Ketua Meragkap Anggota

Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M. Si.

NIP. 19680614 199704 1 001

Wakil Dekan/

Sekertaris Meragkap Anggota

Dr. Abdul Rahman Shaleh, M. Si

NIP. 19720823 199903 1 002

Miftahuddin, M. Si.

NIP. 19730317 200604 1 001

Nia Tresniasari, M. Si.

NIP. 19341026 200912 2 004

Mulia Sari Dewi, M. Psi., Psikolog

NIP. 19780502 200801 2 026

Page 4: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu

(S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3. Jika dikemudian hari terbukri bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta

Jakarta, 26 September 2018

Trya Dara Ruidahasi

NIM: 11140700000001

Page 5: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

v

MOTTO

Do what you love, love what you do.

Page 6: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

B) September 2018

C) Trya Dara Ruidahasi

D) Pengaruh Self-efficacy, Positive Affect dan Dukungan Sosial terhadap Resiliensi

Residen NAPZA

E) x + 84 halaman + 4 lampiran

F) Resiliensi merupakan faktor penting yang membuat seseorang mampu

menghadapi, mengatasi, bahkan menjadi lebih kuat dalam melewati keaadaan

yang sulit. Bagi seorang residen Napza, memiliki resiliensi yang baik

merupakan hal yang penting untuk mampu bertahan dan melewati seluruh

rangkaian proses rehabilitasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh self-efficacy, positive affect, dan dukungan sosial

terhadap resiliensi residen Napza.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan sampel residen

Napza berjumlah 221 orang dan melibatkan pusat rehabilitasi yang berada di

daerah Jakarta dan Bogor. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan

teknik non-probability sampling. Alat ukur yang digunakan terdiri dari

Connor-Davison Resilience Scale (CD-RISC) yang dikembangkan oleh

Connor dan Davidson (2003), Generalized Self-efficacy Scale (GSE) yang

dikembangkan oleh Schwarzer dan Jerusalem (1995), Positive and Negative

Affect Schedule (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson, Clark, &

Tellegen (1988), dan The Social Provision Scale yang dikembangkan oleh

Cutrona dan Russel (1987). CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan

untuk menguji validitas alat ukur dan teknik analisis data yang digunakan

untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan self-efficacy, positive affect, dan dukungan sosial terhadap

resiliensi residen Napza dengan proporsi varians 58,9%. Berdasarkan hasil uji

hipotesis minor terdapat tiga variabel yang signifikan, yaitu self-efficacy,

positive affect dan guidance. Ketiga variabel tersebut memberikan pengaruh

positif terhadap resiliensi residen Napza.

G) Bahan bacaan: 48; 11 Buku + 31 Jurnal + 6 Artikel

Page 7: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

vii

ABTRACT

A) Faculty of Psychology

B) September 2018

C) Trya Dara Ruidahasi

D) The Effect of Self-efficacy, Positive Affect and Social Support on the

Resilience in Resident of Drug Abuse

E) x + 84 pages + 4 attachments

F) Resilience is a factor that enables a person to produce, encourage, and even

become stronger through difficult circumstances. For a resident of drug abuse

rehabilitation, having good resilience is a very important thing to be able to

complete all rehabilitation processes. The purpose of this research is to know

the effect of self-efficacy, positive affect, and social support on the resilience

in resident of drug abuse rehabilitation.

This study uses a quantitative approach with 221 samples and applies in

Jakarta and Bogor. Sampling is done using non-probability sampling

technique. This reasearch used four measurements consisting of Connor-

Davison Resilience Scale (CD-RISC) developed by Connor and Davidson

(2003), Generalized Self-efficacy Scale (GSE) developed by Schwarzer and

Jerusalem (1995), Positive and Negative Affect Schedule (PANAS)

developed by Watson, Clark, & Tellegen (1988), and The Social Provision

Scale developed by Cutrona and Russell (1987). CFA (Confirmatory Factor

Analysis) is used to analyze the validity of measurements, and data analysis

technique used to analyze the research is multiple regression analysis.

Based on the results of major hypothesis test, the first conclusion obtained

from this study is there is a significant effect of self-efficacy, positive affect,

and social support on resident of drug abuse with 58.9% as proportion of

variant. Based on the minor hypothesis test there are three significant

variables, namely self-efficacy, positive affect, and guidance. These three

variables have a positive effect on the resilience in resident of drug abuse

rehabilitation.

G) Reading Materials: 48; 11 Books + 31 Journals + 6 Articles

Page 8: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, beserta para sahabat, keluarga, para pengikutnya, dan para penerus

perjuangan beliau hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis dibantu oleh berbagai pihak

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

2. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan banyak arahan, bimbingan, motivasi, dan masukan yang sangat

berarti dengan segenap kesabarannya.

3. Bapak Ikhwan Lutfi, M. Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membantu, mendukung, memberi motivasi dan masukan selama masa

perkuliahan.

4. Lembaga-lembaga tempat pengambilan sampel penelitian Yayasan Karisma,

Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido, RSKO Jakarta, dan Yayasan Pemulihan

Page 9: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

ix

Azalea Indonesia, terima kasih telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian di lembaga tersebut.

5. Seluruh dosen dan staff Fakutas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis Bapak Rudi Kurnia dan Mamak Tarida Tambunan

beserta Abang Andry R. dan Helvin R. dan Adik Putri Mayasi R., Qanata

Hafiza R., dan Ahmadi Nejad R., terima kasih atas semua doa restu,

dukungan, motivasi dan sumber inspirasi serta semangat luar biasa yang telah

kalian berikan kepada penulis untuk selalu meneruskan perjuangan ini agar

mencapai yang terbaik. Juga seluruh keluarga besar Tio Pin Sin dan H.

Hasnan Tambunan, terima kasih atas seluruh doa dan dukungannya selama

ini.

7. Tiara Ersha O., Sri Hartini H., Conita Lutfiyah, Hanna Maricha Z., dan Usni

Dwi A. terima kasih telah selalu ada menemani penulis dari semester satu,

hingga sekarang dalam keadaan suka maupun duka, selalu memberikan

semangat pada penulis dan mendoakan yang terbaik untuk penulis.

8. Arin Husnayain, Vega Ayu A., Jeremia Halomoan S., dan Robi Zulkarnain,

terima kasih telah memberikan banyak inspirasi, selalu ada menemani penulis

dalam suka maupun duka, selalu mendengarkan keluh kesah penulis, selalu

memberikan semangat, saran dan bantuan yang membangun sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

x

9. Sakinah Nauli S., Artia Lovirtha C. D H., Audina Nasution, Sabilla

Firdausiah, Muhammad Azhar H., Mitra Khairani R., Muhammad Fahmi S.,

Aldira S., Iza Wahdini, dan Nabilla Agintha, terima kasih sudah menjadi

sahabat yang baik, selalu ada dan mendukung serta memberi semangat

kepada penulis.

10. Teman-teman SEMA-F Psikologi 2017 R. M. Kuslandika Kusuma Aji, Sri

Suryani, Ana Mariana, Hanny Rahmawati A. Z., Abdul Hadi, Hasan Basri R.,

dan Amalia Sabrina F., terima kasih telah memberi penulis banyak

pengalaman dan ilmu baru, sehingga penulis bisa menjadi pribadi yang lebih

baik.

11. Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra

Rukmana, dan Fauzi Farhan serta seluruh teman-teman Psikologi angkatan

2014, terima kasih telah menjadi teman-teman yang baik, memberikan

inspirasi, semangat dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah berinteraksi kepada penulis dan memberikan

semangat serta inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun.

Semoga penelitian ini memberi manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Jakarta, 26 September 2018

Penulis

Page 11: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….. ii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………….. iv

MOTTO………………………………………………………………………….. v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT……………………………………………………………………..vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1-12

1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 8

1.2.1. Pembatasan Masalah.................................................................. 8

1.2.2. Perumusan Masalah ................................................................ 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 11

1.3.1. Tujuan Penelitian ..................................................................... 11

1.3.2. Manfaat Penelitian .................................................................. 11

BAB 2. LANDASAN TEORI ........................................................................ 13-38

2.1. Resiliensi ........................................................................................... 13

2.1.1. Pengertian Resiliensi ............................................................... 13

2.1.2. Aspek-aspek Resiliensi…........................................................ 14

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi ........................ 17

2.1.4.Pengukuran Resiliensi .............................................................. 20

2.2. Self-efficacy ....................................................................................... 21

2.2.1. Pengertian Self-effficacy .......................................................... 21

2.2.2. Dimensi Self-efficacy .............................................................. 22

2.2.3. Pengukuran Self-efficacy ......................................................... 23

2.3. Positive Affect .................................................................................... 24

2.3.1. Pengertian Positive Affect ....................................................... 24

2.3.2. Indikator-indikator Positive Affect .......................................... 26

2.3.3. Pengukuran Positive Affect………………………… ……......27

2.4 Dukungan Sosial…………………………………………… ……… 28

2.4.1. Pengertian Dukungan Sosial .................................................... 28

2.4.2. Dimensi Dukungan Sosial ........................................................ 29

2.4.3. Pengukuran Dukungan Sosial ................................................... 31

2.5. Kerangka Berpikir ............................................................................. 32

2.6. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 37

Page 12: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

xii

BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................. 39-58

3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 39

3.2. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel ....................... 39

3.3. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 42

3.3.1. Skala Resiliensi .................................................................... 43

3.3.2. Skala Self-efficacy ................................................................ 45

3.3.3. Skala Positive Affect ............................................................. 46

3.3.4. Skala Dukungan Sosial ........................................................ 46

3.4. Uji Validitas Konstruk ....................................................................... 47

3.4.1. Uji Validitas Item Resiliensi ................................................. 50

3.4.2. Uji Validitas Item Self-efficacy ............................................. 51

3.4.3. Uji Validitas Item Positive Affect ........................................ 53

3.4.4. Uji Validitas Item Dukungan Sosial ..................................... 54

3.5. Teknik Analisis data ........................................................................... 56

BAB 4. HASIL DAN ANALISIS DATA ....................................................... 59-71

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .................................................... 59

4.2. Analisis Deskriptif Variabel ................................................................ 60

4.3. Kategorisasi Skor Variabel .................................................................. 62

4.4. Uji Hipotesis Penelitian....................................................................... 64

4.4.1. Pengujian Proporsi Varians ........................................................ 69

BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ...................................... 72-79

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 72

5.2. Diskusi ................................................................................................ 72

5.3. Saran .................................................................................................... 76

5.3.1. Saran Teoritis............................................................................... 76

5.3.2. Saran Praktis ............................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80

Page 13: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format skoring skala likert empat pilihan jawaban……….. 43

Tabel 3.2 Format skoring skala likert lima pilihan jawaban…...…….. 43

Tabel 3.3 Blueprit skala resiliensi…………………………………… 44

Tabel 3.4 Blueprint skala self-efficacy……………………………….. 45

Tabel 3.5 Blueprint skala positive affect……………………………… 46

Tabel 3.6 Blueprint skala dukungan sosial…………...………………. 47

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item resiliensi…..…..………………………… 51

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item self-efficacy………………………....... 52

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item positive affect………………….……….. 54

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item dukungan sosial…..…………………….. 55

Tabel 4.1 Lokasi Pengambilan Data…………………………………. 59

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian ................................................ 60

Tabel 4.3 Gambaran Usia…………….…............................................. 60

Tabel 4.4 Gambaran Durasi Residen Dalam Proses Rehabilitasi……. 60

Tabel 4.5 Analisis Deskriptif………………………….…………….... 61

Tabel 4.6 Norma Skor Kategorisasi……………..…………………… 62

Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Variabel…………………………………….. 62

Tabel 4.8 R Square………………………………………………………… 65

Tabel 4.9 Anova Pengaruh seluruh IV terhadap DV…………………. 65

Tabel

Tabel

4.10

4.11

Koefisien Regresi………....……………………………......

Proporsi Varians……………………………………………

66

70

Page 14: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir………………………………. 36

Page 15: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran

1

2

Surat Izin Penelitian……………………………………...

Kuesioner Penelitian……….…………………………….

84

88

Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram…..……………………………. 97

Lampiran 4

Output Regresi………..………………………………….. 103

Page 16: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan, penyalahgunaan, dan peredaran gelap NAPZA (Narkotika,

Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) yang melanda dunia juga berimbas ke tanah

air. Sasaran peredaran Napza merambah ke berbagai lapisan masyarakat Indonesia

tanpa terkecuali. Berdasarkan pendataan dari aplikasi SIN (Sistem Informasi

Narkoba) jumlah kasus narkoba yang berhasil diungkap dalam lima tahun terakhir

dari tahun 2012-2016 per tahun sebesar 76,53%. Tahun 2016 jumlah kasus

narkoba yang berhasil diungkap adalah 868 kasus, jumlah ini meningkat 36,06%

dari tahun 2015. Hasil survei BNN (Badan Narkotika Nasional) bekerja sama

dengan Pusat Penelitian Kesehatan UI Tahun 2014 telah melahirkan angka

prevalensi penyalahgunaan narkoba secara umum sebesar 2,18% dan meningkat

pada tahun 2016 dimana proyeksi angka prevalensi penyalahgunaan narkoba

secara umum sebesar 2,21% (Kemenkes RI, 2017).

Berkaitan dengan itu, negara dan pemerintah telah memberikan respon

berupa peraturan perundang-undangan, dan program-program yang diarahkan

dalam rangka pencegahan, penindakan maupun rehabilitasi bagi pencandu dan

korban penyalahgunaan Napza. Selanjutnya, pemerintah melalui BNN

mengeluarkan kebijakan, bahwa khusus bagi pecandu narkotika atau korban

penyalahgunaan Napza tidak dipenjarakan. Pecandu narkotika atau korban

penyalahgunaan Napza diberikan pelayanan dalam bentuk rehabilitasi medis

Page 17: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

2

maupun rehabilitasi sosial. Kebijakan tersebut, yakni Peraturan Presiden RI.

Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika.

Kebijakan ini dimaksudkan untuk membangun kedasaran baru bagi pecandu

narkotika dan korban penyalahgunaan Napza maupun keluarganya, untuk

melaporkan diri kepada institusi-institusi yang sudah disediakan oleh pemerintah

sebagai Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) (Sugiyanto, 2015).

Rehabilitasi merupakan proses yang cukup panjang dan tidak mudah bagi

residen Napza. Residen Napza yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang-

orang yang menjadi pecandu dan ataupun korban penyalahgunaan NAPZA

(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) kemudian berada di dalam

rehabilitasi untuk mengikuti proses pemulihan agar lepas dari ketergantungan dan

juga agar dapat bangkit dari keterpurukan. Dalam website resmi BNN (2017),

dijelaskan bahwa terdapat empat tahap dalam pelayananan rehabilitasi, yaitu tahap

detoksifikasi, tahap stabilisasi, tahap primary, dan tahap re-entry. Tahap

detoksifikasi dilaksanakan sesuai kebutuhan residen atau paling lama 2 (dua)

minggu di tempat yang telah disiapkan sedemikian rupa dengan mengutamakan

aspek kesehatan dan keselamatan residen. Proses detoksifikasi adalah suatu

rangkaian intervensi yang bertujuan untuk menata kondisi akut dari intoksikasi

(keracunan) maupun putus zat, diikuti dengan pembersihan zat dari tubuh pecandu

atau penyalahguna narkoba. Residen kemudian diberikan beberapa kegiatan yang

meliputi terapi edukasi, terapi kelompok, terapi religi serta konseling individu

maupun kelompok.

Page 18: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

3

Masih pada laman website BNN (2017) dijelaskan bahwa tahap

selanjutnya yaitu stabilisasi, merupakan tahap pengenalan dan adaptasi terhadap

lingkungan baru ditempat rehabilitasi. Residen yang telah melewati masa

withdrawl, kemudian mengikuti proses tahapan stabilisasi. Tujuan utama tahap

stabilisasi adalah melakukan penyesuaian diri dengan program rehabilitasi

(Therapeutic Community) TC. Beberapa kegiatan seperti terapi edukasi, grup

terapi, terapi okupasi, dan psikoterapi dilakukan pada tahapan ini. Tahap primary

adalah suatu tahapan program untuk menstabilkan kondisi fisik dan psikologis

residen, serta mempersiapkan residen dengan lingkungan yang menekankan

fungsi sosial. Pada tahap ini, residen mulai bersosialisasi dan bergabung dalam

komunitas terstruktur yang memiliki hierarki, jadwal harian, terapi kelompok,

grup seminar, konseling individu, konseling kelompok dan departemen kerja

sebagai media pendukung perubahan diri.

Tahap re-entry adalah tahapan akhir dalam program (Therapeutic

Community) TC. Dalam tahap ini, residen berada dalam tahap adaptasi dan

kembali bersosialisasi dengan masyarakat luas di luar komunitas residensial yang

dipersiapkan melalui program pola hidup sehat dan produktif berbasis konservasi

alam. Tujuan dari fase ini adalah residen diharapkan mampu mandiri dalam

penetuan jadwal harian, kedewasaan dalam pemikiran, bersosialisasi dengan

lingkungan serta mengikuti kegiatan vokasional yang disediakan (BNN, 2017).

Berdasarkan penjelasan proses rehabilitasi tersebut, dapat diketahui bahwa

proses rehabilitasi merupakan suatu kondisi yang sulit dan cukup panjang untuk

dilalui. Kondisi sulit yang dilalui salah satunya adalah tahap awal ketika residen

Page 19: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

4

harus melepaskan ketergantungannya terhadap NAPZA dan meninggalkan

lingkungan lamanya, sementara harus beradaptasi ke dalam lingkungan baru yang

asing untuk menjalani proses rehabilitasi. Jangka waktu proses rehabilitasi

berbeda di setiap institusi, terdapat program jangka waktu tiga bulan, enam bulan

dan bahkan lebih. Hal ini memberikan tekananan kepada para residen, sehingga

sering kali masalah muncul dalam rehabilitasi. Beberapa masalah yang sering kali

muncul di rehabilitasi adalah residen yang melarikan diri hingga melakukan

bunuh diri karena tidak tahan menjalani proses rehabilitasi. Hal ini terbukti

dengan banyaknya media massa (liputan6.com 2014, detikNews 2014,

Tribunnews 2016, dan Kabar24.com 2015) yang memberitakan tentang kaburnya

residen dan bunuh diri yang dilakukan oleh residen. Demikian pula dengan hasil

wawancara penulis dengan salah seorang petugas yang ada di Balai Besar

Rehabilitasi BNN Lido pada tanggal 16 Mei 2018, menyatakan bahwa tidak

sedikit residen yang berusaha melarikan diri bahkan sudah berhasil melarikan diri

dari pusat rehabilitasi. Beliau juga menyatakan bahwa residen yang melakukan hal

tersebut biasanya adalah residen yang baru masuk dan mengikuti program

rehabilitasi.

Berdasarkan beberapa data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

permasalahan pada resiliensi residen Napza. Padahal, dalam upaya untuk

melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkoba dengan menjalani proses

rehabilitasi, maka seseorang membutuhkan kemampuan untuk bertahan,

beradaptasi dan bangkit dari keadaan sulit, yaitu resiliensi. Grotberg (2001)

menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan manusia untuk menghadapi,

Page 20: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

5

mengatasi, menjadi lebih kuat, dan bahkan berubah oleh karena pengalaman masa

sulit. Resiliensi merupakan faktor penting yang membuat seseorang mampu

menghadapi, mengatasi, bahkan menjadi lebih kuat dalam melewati keaadaan

yang sulit. Oleh karena itu, residen harus memiliki resiliensi yang baik untuk

mampu bertahan dan melewati seluruh rangkaian proses rehabilitasi.

Resiliensi disebut sebagai kualitas dan kemampuan pribadi yang

memungkinkan seseorang berfungsi dengan baik atau beradaptasi dalam suatu

keadaan yang sulit atau peristiwa kehidupan yang mengganggu (Connor &

Davidson, 2003). Bagi para pecandu dan korban penyalahgunaan Napza,

memasuki proses rehabilitasi merupakan kondisi yang sulit. Selain harus

meninggalkan dunia kelamnya, mereka harus mampu beradaptasi di lingkungan

baru dengan berbagai kegiatan yang harus dijalani untuk lepas dari kecanduan.

Dalam jurnal karya Hee Lee et. al. (2012), dinyatakan bahwa terdapat dua faktor

psikologis yang terkait dengan resiliensi yaitu faktor risiko (risk factor) dan faktor

pelindung (protective factor). Faktor resiko merupakan faktor-faktor yang

meningkatkan kemungkinan maladaptasi, sedangkan faktor pelindung merupakan

faktor-faktor dengan karakteristik yang mampu meningkatkan kemampuan

beradaptasi. Faktor pelindung diantaranya adalah life satisfaction, optimisme,

positive affect, self-efficacy, self-esteem, dan dukungan sosial. Dengan demikian,

dapat diambil hipotesis bahwa terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat

mempengaruhi kemampuan resiliensi seseorang.

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi resiliensi yaitu self-efficacy.

Self-efficacy adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi resiliensi,

Page 21: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

6

karena apabila seseorang memiliki keyakinan dalam dirinya mengenai

kemampuannya untuk mengorganisir tugas untuk mencapai suatu tujuan tertentu,

maka akan membantu individu tersebut untuk dapat beradaptasi dengan baik

dalam suatu kondisi sulit. Hasil penelitian Sagone dan Caroli (2013) menunjukkan

hasil bahwa terdapat pengaruh positif dariself-efficacy terhadap resiliensi. Bandura

(1986) menyatakan bahwa self-efficacy mengacu pada persepsi tentang

kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan

untuk menampilkan kecakapan tertentu. Di samping itu, Schultz (2005)

mendefinisikan self-efficacy sebagai perasaan seseorang terhadap kecukupan,

efisiensi, dan kemampuan individu dalam mengatasi kehidupan. Sebuah studi

penelitian yang dilakukan oleh Gillespie et. al. (2007), menghasilkan temuan yang

menunjukkan adanya hubungan antara self-efficacy dan resiliensi. Seperti yang

juga telah dibahas oleh penelitian sebelumnya, bahwa resiliensi timbul dari

keyakinan akan self-efficacy seseorang, kemampuan untuk mengatasi perubahan,

dan penggunaan repertoar keterampilan pemecahan masalah (Tusaie &Dyer,

2004).

Selain self-efficacy, faktor internal lainnya yang juga mempengaruhi

resiliensi adalah positive affect. Positive Affect (PA) mencerminkan sejauh mana

seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada. PA tinggi adalah keadaan energi

tinggi, konsentrasi penuh, dan hubungan yang menyenangkan dengan individu

lain, sedangkan PA rendah ditandai oleh kesedihan dan kelesuan (Watson, Clark

& Tellegen, 1988). Penulis memilih positive affect sebagai salah satu faktor

internal yang mempengaruhi resiliensi karena apabila seseorang memiliki rasa

Page 22: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

7

antusias, aktif, dan waspada yang baik dalam dirinya, akan membantu individu

tersebut untuk mampu bangkit kembali dan menghadapi situasi sulit yang

dihadapi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Smith et. al. (2008) menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara positive affect dan resiliensi. Zautra et. al. (2005),

menghasilkan temuan yang konsisten bahwa individu dengan positive affect yang

tinggi, mencirikan individu dengan resiliensi yang tinggi pula.

Selain faktor internal yang mempengaruhi resiliensi seseorang, juga

terdapat faktor eksternal yaitu dukungan sosial. Uchino (dalam Sarafino & Smith,

2011) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian,

penghargaan, atau bantuan yang tersedia bagi orang dari orang atau kelompok

lain. Hasil penelitian Hee Lee et. al (2012) menyatakan salah satu faktor eksternal

yang berperan penting dalam resiliensi adalah dukungan sosial. Dukungan sosial

dapat mempengaruhi resiliensi individu berkaitan erat dengan hubungan dengan

teman, keluarga dan lingkungan. Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987)

memberikan hipotesa tentang beberapa jenis hubungan yang biasanya

memberikan dukungan sosial dari masing-masing aspek. Attachment merupakan

bentuk dukungan yang diperoleh dari teman karib atau hubungan romantis, social

integration merupakan bentuk dukungan yang diperoleh dari pertemanan,

reassurance of worth merupakan bentuk dukungan yang diperoleh dari hubungan

kerja, reliable alliance merupakan bentuk dukungan yang diperoleh dari famili,

guidance merupakan bentuk dukungan yang diperoleh dari hubungan dengan

penasehat atau mentor, opportunity for nurturance merupakan bentuk dukungan

sosial yang diperoleh dari anak, suami/istri, atau orang lain yang terikat dengan

Page 23: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

8

individu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Russel et.al. (dalam Cutrona &

Russell, 1987) menunjukkan kekonsistenan dari enam komponen Weiss.

Dukungan yang sesuai akan sangat membantu individu untuk memenuhi

kebutuhan saat mengalami kondisi yang dirasa sulit, individu dapat menemukan

cara efektif untuk keluar dari masalah, merasa dirinya dihargai dan dicintai yang

akan meningkatkan kepercayaan pada dirinya untuk mampu menjalani kehidupan

dengan lebih baik. Akan tetapi ketika individu tidak melihat bantuan sebagai

bentuk dukungan, dan dukungan yang diberikan tidak sesuai, maka kecil

kemungkinan individu dapat mengurangi stres (Sarafino & Smith, 2011).

Demikian pula dengan hasil penelitian Schultz et. al. (2009) yang menyatakan

bahwa dukungan sosial berhubungan positif dengan tingkat resiliensi seseorang.

Dalam hasil penelitiannya juga menjelaskan bahwa jenis dukungan sosial

mempengaruhi tingkatresiliensi yang lebih tinggi. Dukungan sosial dipilih oleh

penulis karena memiliki pengaruh yang kuat bagi individu untuk mampu bertahan

dalam kondisi sulit dan bangkit kembali dari suatu kondisi terpuruk.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti resiliensi para

residen Napza yang sedang menjalani proses rehabilitasi, dan seberapa besar

pengaruh dari self-efficacy, positive affect, dan dukungan sosial terhadap resiliensi

para residen Napza.

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1. Pembatasan Masalah

Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh self-

efficacy, pemecahan masalah, dan dukungan sosial terhadap resiliensi residen

Page 24: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

9

Napza. Oleh karena itu penulis memberikan batasan pada masalah yang akan

dibahas, adapun yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Resiliensi

Resiliensi adalah kualitas kemampuan seseorang dalam bertahan serta

menyesuaikan diri dalam kondisi sulit, dan mampu melanjutkan hidup setelah

mengalami hal yang tidak menyenangkan atau situasi dengan tekanan yang

berat (Connor & Davidson 2003).

2. Self-efficacy

Self-efficacy adalah kepercayaan individu tentang kemampuannya untuk

mengendalikan kejadian yang mempengaruhi kehidupannya (Bandura, 1989).

3. Positive Affect

Positive affect adalah afeksi yang mencerminkan sejauh mana seseorang

merasa antusias, aktif, dan waspada (Watson, Clark dan Tellegen, 1988).

4. Dukungan sosial

Dukungan sosial menurut Weiss adalah suatu dukungan yang diperoleh dari

hubungan dengan orang lain, keadaan seseorang yang merasa cukup

didukung,dan terhindar dari kesendirian. Diukur dari enam aspek, yaitu

attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance,

guidance, dan opportunity for nurturance (Cutrona & Russel, 1987).

5. Residen Napza

Residen Napza yang dimaksud dalam peneltian ini adalah orang-orang yang

menjadi pecandu dan ataupun korban penyalahgunaan NAPZA (Narkotika,

Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) kemudian berada di dalam rehabilitasi untuk

Page 25: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

10

mengikuti proses pemulihan agar lepas dari ketergantungan dan juga agar dapat

bangkit dari keterpurukan.

1.2.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang, penulis

mengajukan rumusan masalah yang akan dijadikan sebagai dasar dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan self-efficacy, positive affect, dan

dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan self-efficacy terhadap resiliensi

residen Napza?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan positive affect terhadap resiliensi

residen Napza?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi attachment pada variabel

dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi social integration pada

variabel dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi reassurance of woth pada

variabel dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi reliable alliance pada

variabel dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza?

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi guidance pada variabel

dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza?

Page 26: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

11

9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi opportunity of nurturance

pada variabel dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self-efficacy,

positive affect, dan dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza. Selain itu,

penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui variabel atau dimensi mana yang

memiliki pengaruh paling besar terhadap variabel resiliensi.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi mafaat berupa:

1. Secara teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap ilmu dan

pengembangan pendidikan, khususnya mengenai pengaruh self-efficacy,

positive affect, dan dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza. Selain

itu, diharapkan juga dapat memperkaya hasil-hasil penelitian yang sudah

dilakukan sebelumnya dan menjadi bahan masukan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

2. Secara praktis:

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi wawasan kepada

masyarakat dan juga kepada institusi rehabilitasi dalam memberikan dukungan

sosial dan pembinaan psikologis kepada korban penyalahgunaan Napza, agar

para korban penyalahgunaan Napza menjadi individu yang resilien. Sehingga

Page 27: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

12

dapat menjalani proses rehabilitasi dengan baik dan bebas dari penyalahgunaan

Napza, tidak relapse dan melanjutkan kehidupan bermasyarakat dengan baik.

Page 28: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

13

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Resiliensi

2.1.1. Pengertian Resiliensi

Wagnild dan Young (1993) menyatakan bahwa karakteristik personal dan

kemampuan individu untuk mengatasi perubahan atau kemalangan dengan sukses

disebut dengan resiliensi. Menurut Fraser, Richman, dan Galinsky (1999) istilah

resiliesi diartikan sebagai adaptasi yang tidak terduga atau sangat sukses terhadap

kejadian kehidupan negatif, trauma, stres dan bentuk risiko lainnya. Resiliensi

adalah kemampuan manusia untuk menghadapi, mengatasi, belajar dari, dan

diperkuat oleh pengalaman kesengsaraan (Grotberg, 2001).

Dalam bukunya yang berjudul The Resilience Factor, Reivich dan Shatte

(2002) mengungkapkan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk dapat bertahan

dengan teguh dan beradaptasi dalam keadaan yang sulit. Connor dan Davidson

(2003) berpendapat bahwa resiliensi adalah kualitas kemampuan seseorang dalam

bertahan, menyesuaikan diri dengan kondisi sulit, dan mampu melanjutkan hidup

setelah mengalami hal yang tidak menyenangkan atau situasi dengan tekanan

yang berat. Tugade dan Fredrickson (2004) menyebutkan bahwa dalam

menghadapi kehilangan, kesulitan atau kesengsaraan, kemampuan untuk

mengatasi dan beradaptasi yang efektif adalah resiliensi.

Resiliensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk pulih atau

bangkit kembali, sebagaimana secara etimologi, resiliensi berasal dari kata Latin

Page 29: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

14

salire: “melompat”, dan resilire: “untuk melompat kembali” (Davidson et. al.,

2005).Tugade & Fredrickson (dalam Singh & Yu, 2010) berpendapat bahwa

resiliensi adalah ketahanan psikologis yang mengacu pada kemampuan dalam

mengatasi dan beradaptasi meskipun dihadapkan dengan kerugian dan kesulitan.

Santrock (dalam Raisa, 2016) menyatakan resiliensi adalah kemampuan individu

dalam melakukan adaptasi positif untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam hal

perilaku, prestasi dan hubungan sosial dan tingkat ketahanan individu pada saat

menghadapi keadaan yang merugikan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merujuk kepada satu teori yang

dikemukakan oleh Connor dan Davidson (2003) bahwa resiliensi merupakan

kualitas kemampuan seseorang dalam bertahan, menyesuaikan dengan kondisi

sulit, dan mampu melanjutkan hidup setelah mengalami hal yang tidak

menyenangkan atau situasi dengan tekanan yang berat. Hal ini karena teori dan

praktik oleh Connor dan Davidson dikembangkan dalam praktik klinis, dimana

hal ini sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan saat ini.

2.1.2. Aspek Resiliensi

Reivich dan Shatte (2002) menjelaskan bahwa kemampuan resiliensi terdiri dari:

1. Regulasi Emosi

Regulasi emosi merupakan suatu kemampuan dimana individu dapat tetap

tenang meskipun sedang berada dalam situasi tertekan. Individu dengan

regulasi emosi yang baik dapat mengontrol emosi, perhatian dan perilaku

mereka, sehingga individu tersebut dapat mengekspresikan emosi dengan tepat

sesuai situasi dan lokasinya. Tidak semua emosi perlu diperbaiki dan dikontrol.

Page 30: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

15

Emosi yang dirasakan oleh individu harus diekspresikan, namun cara

mengekspresikannya haruslah tepat.

2. Pengendalian Impuls

Individu yang memiliki regulasi rendah juga memiliki pengendalian impuls

yang rendah. Sehingga apabila individu memiliki kontrol impuls yang rendah,

maka individu tersebut akan percaya pada dorongan impulsifnya yang pertama

dan menganggap situasi merupakan kenyataan dan melakukan perbuatan yang

sesuai dengan kenyataan tersebut. Hal ini dapat membuat resiliensi individu

menjadi rendah.

3. Optimisme

Individu yang resilien adalah individu yang optimis. Individu yang optimis

adalah individu yang percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk

menangani kesengsaraan yang akan muncul di masa yang akan datang. Optimis

juga menggambarkan kemampuan self-efficacy, yakni kemampuan untuk

mempercayai kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri untuk menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi dan siapa yang mengkontrol kehidupan diri

sendiri.

4. Analisis Penyebab Masalah

Analisis kausal adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan

yang dimiliki oleh individu dalam mengidentifikasi dengan teliti penyebab dari

masalah yang dihadapinya. Individu yang resilien adalah individu yang

memiliki kefleksibelan kognitif dan bisa mengidentifikasi semua penyebab dari

kesulitan yang dihadapinya. Individu juga tidak menyalahkan individu lain

Page 31: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

16

terhadap kesalahan yang dilakukannya dalam rangka untuk membebaskan diri

dari perasaan bersalah. Mereka juga berusaha mengontrol faktor yang bisa

dikontrol dan mengatasi masalah yang akan datang.

5. Empati

Empati merupakan kemampuan individu dalam menangkap isyarat yang

diberikan individu lain untuk menunjukkan keadaan psikologis dan emosi

mereka. Tidak semua individu memiliki kemampuan empati yang baik, ada

juga yang tidak dapat mengembangkan kemampuan ini. Akan tetapi skor

empati bisa meningkat.

6. Efikasi Diri

Efikasi diri adalah sebuah pemahaman yang menganggap bahwa dirinya adalah

individu yang mengesankan dalam dunia. Ini menggambarkan kepercayaan

individu bahwa dirinya bisa memecahkan sendiri masalahnya, memiliki

pengalaman dan kepercayaan bahwa dirinya mampu meraih sukses. Individu

yang memiliki efikasi diri yang tinggi dapat mengatasi masalahnya dan tidak

mudah menyerah.

7. Peningkatan Aspek Positif

Resiliensi memungkinkan individu untuk menigkatkan aspek positif dalam

hidup. Resiliensi adalah sumber dari kemampuan individu untuk dapat

mengangkat aspek positif dan memberikan kejutan mengapa beberapa individu

dapat melakukannya.

Selain itu, Connor danDavidson (dalam Singh & Yu, 2010) menyatakan

bahwa yang menjadi aspek-aspek resiliensi adalah sebagai berikut:

Page 32: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

17

1. Kompetensi personal, standar yang tinggi dan keuletan. Hal ini mendukung

seseorang untuk merasa sebagai orang yang mampu mencapai tujuan dalam

situasi kemunduran atau kegagalan.

2. Percaya pada diri sendiri, memiliki toleransi terhadap efek negatif dan kuat

atau tegar dalam menghadapi stress. Hal ini berhubungan dengan ketenangan

dalam menghadapi stres.

3. Menerima perubahan secara positif dan dapat membuat hubungan yang aman

dengan orang lain. Hal ini berhubungan dengan kemampuan beradaptasi dalam

menghadapi perubahan.

4. Kontrol atau pengendalian diri dalam mencapai tujuan dan bagaimana meminta

atau mendapatkan bantuan orang lain.

5. Pengaruh spiritual, yaitu keyakinan kepada Tuhan dan takdir.

Berdasarkan uraian mengenai aspek-aspek resiliensi di atas, penelitian ini

akan merujuk kepada aspek yang diungkapkan oleh Connor dan Davidson (2003),

yaitu kompetensi personal, percaya pada diri sendiri, menerima perubahan secara

positif, kontrol atau pengendalian diri, dan pengaruh spiritual. Aspek ini dipilih

karena teori yang dikemukakan oleh Connor dan Davidson dikembangkan dalam

praktik klinis, dimana hal ini cocok dan sesuai dengan penelitian yang sedang

dilakukan.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi

Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi antara lain adalah self-efficacy,

positive affect, dukungan sosial, self-esteem dan optimisme.

1. Self-efficacy

Page 33: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

18

Self-efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam

mengendalikan kejadian yang mempengaruhi kehidupanya. Dengan memiliki

self-efficacy yang baik akan membuat individu lebih mudah beradaptasi dalam

berbagai kondisi, sehingga resiliensinya juga akan baik. Berdasarkan penelitian

karya Hee Lee et. al. (2012) menunjukkan hasil bahwa self-efficacy merupakan

salah satu dari faktor pelindung internal yang mempengaruhi resiliensi.

Garmezy, Greef & Ritman, Rutter, Shiner (dalam Reich et. al. 2010) juga

menjelaskan bahwa kepribadian resilien adalah karateristik dari trait yang

mencerminkan kekuatan, dan kekuatan rasa dari diri individu ditunjukkan oleh

self-efficacy.

2. Positive Affect

Positive affect merupakan salah satu faktor internal selain self-efficacy yang

mempengaruhi resiliensi. Berdasarkan penelitian Zautra et. al. (2005)

menghasilkan temuan bahwa individu dengan positive affect yang tinggi,

mencirikan individu yang lebih tangguh dalam menghadapi kondisi sulit atau

disebut juga dengan individu yang resilien. Selain itu, Hee Lee et. al. (2012)

jugamenyatakan dalam hasil penelitiannya, bahwa positive affect merupakan

salah satu protective factor yang mempengaruhi resiliensi.

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang didapat individu dari individu atau kelompok lain

memiliki hubungan tengan resiliensi. Ketika individu merasa didukung, maka

akan meningkatkan kemampuannya dalam beradaptasi dan menghadapi

masalah yang sedang dihadapi. Menurut Ballenger, Browning, dan Johnson

Page 34: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

19

(2010), salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi resiliensi adalah

social support. Konsisten dengan sebuah penelitian yang membahas dukungan

sosial sebagai faktor dari resiliensi, dan menunjukkan bahwa resiliensi

berhubungan positif dengan dukungan sosial yang dirasakan individu (Brown,

2008).

4. Self-esteem

Penilaian individu terhadap dirinya berdasarkan perlakuan yang diterima dari

lingkungan berhubungan dengan resiliensi. Garmezy, Greef & Ritman, Rutter,

Shiner (dalam Reich et. al. 2010) menjelaskan bahwa kepribadian resilien

adalah karateristik dari trait yang mencerminkan kekuatan, dan kekuatan rasa

dari diri individu ditunjukkan oleh self-esteeem. Werner dan Smith (dalam

Reich et. al. 2010) dalam sebuah penelitian panjang menemukan beberapa

faktor penting yang mempengaruhi resiliensi, dalah satu diantaranya adalah

self-esteem.

5. Optimisme

Individu dengan tingkat optimisme yang baik akan memiliki resiliensi yang

baik. Individu yang meyakini adanya kehidupan lebih baik setelah mengalami

kegagalan akan dapat melalui kondisi sulit dengan baik. Synder dan Lopez

(dalam Souri dan Hasanirad, 2011)menyatakan bahwa optimisme memiliki

peran utama untuk bermain dalam adaptasi terhadap kondisi sulit atau

resiliensi. Ketika menghadapi tantangan, individu yang optimis menunjukkan

lebih banyak ketahanan, bahkan jika kemajuan itu sulit dan lambat.

Page 35: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

20

Berdasarkan penjelasan mengenai berbagai faktor dari beberapa tokoh

diatas, penelitian ini merujuk pada penelitian Hee Lee et. al. (2012), yang

menunjukkan hasil bahwa terdapat enam faktor pelindung yang meliputi eksternal

dan internal (life satisfaction, optimisme, positive affect, self-efficacy, self-esteem,

dan dukungan sosial), dan lima faktor resiko (kecemasan, depresi, negative affect,

perceived stress, dan PTSD) yang dapat mempengaruhi resiliensi. Pada beberapa

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa self-efficacy, positive affect dan

dukungan sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap resiliensi, penulis tertarik

untuk melihat pengaruh faktor-faktor tersebut pada resiliensi residen Napza.

2.1.4. Pengukuran Resiliensi

Berdasarkan teori mengenai aspek-aspek resiliensi yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka terdapat dua skala pengukuran resiliensi. Pertama, skala

pengukuran resiliensi yang dikembangkan oleh Reivich dan Shatte yang bernama

Resilience Quotient (RQ). Berdasarkan 7 aspek resiliensi yang dikemukakan

Reivich dan Shatte, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, empati,

optimisme, analisis penyebab masalah, efikasi diri dan penignkata aspek positif,

skala ini terdiri dari 57 item.

Selain itu, juga terdapat skala pengukuran resiliensi oleh Connor &

Davidson (2003), yaitu CD-RISC (Connor-Davidson Resilience Scale). Pada

skala pengukuran ini, terdapat 25 item berdasarkan 5 aspek resiliensi menurut

Connor & Davidson, yaitu kompetensi personal, percaya pada diri sendiri,

menerima perubahan secara positif, pengendalian diri, dan pengaruh spiritual

(dalam Singh & Yu, 2010).

Page 36: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

21

Pengukuran resiliensi dalam penelitiaan ini akan menggunakan alat ukur

resiliensi yang dikembangkan oleh Connor & Davidson (2003), hal ini

dikarenakan menurut penulis alat ukur ini cocok untuk digunakan dalam

penelitian ini karena alat ini dikembangkan dalam praktik klinis. Selain itu,

menurut penelitian Windle et. al., (2011) CD-RISC merupakan salah satu dari tiga

alat ukur yang memperoleh rating tertiggi dalam nilai validitas dan reliabilitas

dari 15 alat ukur resiliensi yang diuji.

2.2. Self-efficacy

2.2.1. Pengertian Self-efficacy

Menurut Bandura, teori self-efficacy menegakkan bahwa segala bentuk proses

perubahan psikologis dan perilaku melalui perubahan persepsi individu tentang

penguasaan diri disebut self-efficacy (dalam Maddux, 1995). Self-efficacy pada

awalnya didefinisikan sebagai jenis harapan yang hampir spesifik dan berkaitan

dengan kepercayaan individu terhadap kemampuannya untuk melakukan perilaku

atau rangkaian perilaku tertentu yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil

tertentu (Bandura, 1977).

Definisi self-efficacy tentunya telah diperluas, namun tetap mengacu pada

definisi bahwa self-efficacyadalah kepercayaan individu tentang kemampuannya

untuk mengendalikan kejadian yang mempengaruhi kehidupannya (Bandura,

1989). Bandura (dalam Maddux, 1995) juga menyatakan bahwa self-efficacy

merupakan keyakinan individu tentang kemampuannya untuk memobilisasi

motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk

mengendalikan tuntutan tugas. Dengan demikian,self-efficacy mengacu pada

Page 37: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

22

"bukan penilaian terhadap keterampilan yang dimiliki individu, tetapi penilaian

dari apa yang dapat dilakukan individu dengan keterampilan yang dimilikinya"

(Bandura, 1986).

Berdasarkan uraian diatas, penulis merujuk kepada satu teori yang

dikemukakan oleh Bandura (1989) bahwa self-efficacyadalah kepercayaan

individu tentang kemampuannya untuk mengendalikan kejadian yang

mempengaruhi kehidupannya. Hal ini karena definisi yang dikemukakan oleh

Bandura tersebut sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan.

2.2.2. Dimensi Self-efficacy

Menurut Bandura keberhasilan self-efficacy dilihat dari variasi tiga dimensi, yaitu

magnitude, strength, dan generality (dalam Maddux, 1995).

1. Magnitude

Dimensi ini berkaitan tengan tingkat kesulitan tugas, karena self-efficacy

individu berbeda-beda dalam mengerjakan suatu tugas. Apabila individu

dihadapkan dengan tugas berdasarkan tingkat kesulitannya, maka individu

dengan self-efficacy tinggi akan cenderung memilih untuk mengerjakan tugas

yang tingkat kesukarannya sesuai kemampuannya.

2. Strength

Dimensi ini lebih berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan individu

bahwa ia dapat melakukan perilaku yang bersangkutan. Self-efficacy

menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan individu akan memberikan hasil

yang sesuai dengan yang diharapkan individu dan menjadi dasar individu

melakukan usaha yang keras.

Page 38: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

23

3. Generality

Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pengalaman sukses atau kegagalan

mempengaruhi self-efficacy individu. Hal ini berkaitan dengan keyakinan

individu dengan kemampuan pemecahan masalahnya, dan ketahanan serta

keuletan individu dalam penyelesaian tugasnya.

2.2.3. Pengukuran Self-efficacy

Terdapat beberapa alat ukur yang telah digunakan dalam pengukuran self-efficacy

dalam penelitian, diantaranya:

1. Generalized Self-efficacy Scale

Alat ukur yang dikembangkan oleh Schwarzer dan Jerusalem (1995) ini

mengacu pada teori Bandura. Alat ukur ini terdiri dari 10 item dengan

koefisien realibilitas berkisar antara 0,79 sampai 0,90 sehingga dapat dikatakan

reliabel.

2. Self-efficacy for Rehabilitation Outcome Scale (SER)

Alat ukur yang terdiri dari 12 item yang dikembangkan oleh Drenna dan Owen

mengikuti Bandura. SER mengukur keyakinan individu mengenai kemampuan

mereka untuk menampilkan perilaku terkait dengan rehabilitasi fisik.

3. Self-efficacy Scale

Alat ukur ini terdiri dari 17 item yang mengukur keyakinan seseorang akan

kemampuannya dalam mengatasi hambatan untuk sukses, oleh Sherer et. al.

(1982). Alat ukur ini memiliki alpha cronbach 0,86 dan 0,71.

Pengukuran self-efficacydalam penelitian ini akan menggunakan GSE

(Generalized Self-efficacy Scale) yang dirancang oleh Schwarzer dan Jerusalem

Page 39: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

24

(1995). GSE berasal dari Jerman dan telah disesuaikan dengan budaya yang

berbeda-beda. Pada mulanya skala pengukuran ini berjumlah 20 item dan

unidimensional, kemudian di revisi pada tahun 1981 berkurang menjadi 10 item

dan berkembang hingga sekarang telah diterjemahkan dalam 33 bahasa dan telah

dilakukan studi validasi di 23 negara.

Skala pengukuran ini dipilih karena CFA (Confirmatory Factor Analysis)

telah menunjukkan variabel unidimensi ini dengan koefisien alfacronbach yang

memuaskan berkisar antara 0,75 dan 0,90. Selain itu, skala ini bisa diaplikasikan,

misalnya kepada pasien sebelum dan sesudah operasi untuk menilai perubahan

kualitas hidupnya. Selain itu juga dapat digunakan pada pasien dengan penyakit

kronis atau yang berada dalam program rehabilitasi.

2.3. Positive Affect

2.3.1. Pengertian Positive Affect

Dua dimensi dominan secara konsisten muncul dalam studi struktur afektif, baik

di Amerika Serikat maupun di sejumlah budaya lain. Dimensi ini muncul sebagai

dua faktor pertama dalam analisis faktor tentang mood dengan self-rated dan

sebagai dua dimensi pertama dalam skala multidimensional dari mood (Watson,

Clark, & Tellegen, 1988; Zevon & Tellegen, 1982).

Watson dan Tellegen (1988) telah meringkas bukti yang relevan dan

mempresentasikan model dua faktor konsensual dasar yang disebut positive affect

dan negative affect dan telah digunakan secara lebih luas dalam literatur mood

dengan self-report. Istilah positive affect dan negative affect mungkin

menunjukkan bahwa kedua faktor mood ini berlawanan (berkorelasi sangat

Page 40: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

25

negatif). Positive dan negative affect sebenarnya muncul sebagai dimensi yang

sangat khas yang dapat digambarkan secara bermakna sebagai dimensi berbeda

dalam analisis faktor pengaruh.

Mood merupakan kondisi yang memiliki afek positif dan afek negatif

(Zevon &Tellegen, 1982 serta Watson & Tellegen, 1988). Positive Affect (PA)

mencerminkan sejauh mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada. PA

tinggi adalah keadaan energi tinggi, konsentrasi penuh, dan hubungan yang

menyenangkan dengan individu lain, sedangkan PA rendah ditandai oleh

kesedihan dan kelesuan. Sebaliknya, Negative Affect (NA) adalah dimensi umum

dari tekanan subjektif dan keterlibatan yang tidak menyenangkan yang mencakup

beragam keadaan mood yang tidak menyenangkan, termasuk kemarahan,

penghinaan, jijik, rasa bersalah, ketakutan, dan kegugupan, dengan NA rendah

menjadi keadaan yang tenang (Watson, Clark & Tellegen, 1988).

Diener (2005) menjelaskan bahwa secara umum dimensi afektif terbagi

menjadi dua kategori yaitu penilaian mengenai keberadaan afek negatif dan afek

positif, yaitu afek positif, menunjukkan suasana hati dan emosi yang

menyenangkan, seperti sukacita dan kasih sayang. Afek positif merupakan

kombinasi dari hal-hal yang bersifat membangkitkan (arousal) seperti kepuasan,

kesenangan dan euforia dan hal-hal yang bersifat menyenangkan (pleasantness).

Selanjutnya, afek negatif yang menunjukan suasana hati dan emosi yang tidak

menyenangkan. Individu akan memiliki penilaian yang negatif terhadap

kehidupannya. Bentuk utama dari perasaan negatif ini meliputi stres, frustasi, iri

hati, rasa malu, rasa bersalah, kemarahan, kesedihan, kecemasan dan

Page 41: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

26

kekhawatiran. Afek negatif membuat individu merasa hidupnya dengan buruk

atau tidak sesuai dengan yang dia harapkan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merujuk kepada satu teori oleh Watson,

Clark dan Tellegen (1988) yang menyatakan bahwa positive affect adalah afeksi

yang mencerminkan sejauh mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada.

Hal ini karena definisi yang dikemukakan oleh Watson, Clark dan Tellegen sesuai

dengan penelitian yang sedang dilakukan. Selain itu teori ini menjelaskan bahwa

positive affect dan negative affect merupakan dua dimensi yang berbeda, sesuai

dengan penelitian ini yang hanya akan menggunakan variabel positive affect. Alat

ukur berdasarkan teori yang dikemukakan juga menjadi alat ukur yang akan

digunakan dalam penellitian ini.

2.3.2. Indikator-indikator Positive Affect

Diener (2005) menjelaskan afek positif menunjukkan suasana hati dan emosi yang

menyenangkan, seperti sukacita dan kasih sayang. Afek positif termasuk juga

reaksi positif dengan orang lain (mis: kasih sayang) dan reaksi positif terhadap

aktivitas yang dijalani (minat dan keterlibatan). Afek positif merupakan

kombinasi dari hal-hal yang bersifat membangkitkan (arousal) seperti kepuasan,

kesenangan dan euforia dan hal-hal yang bersifat menyenangkan (pleasantness).

Watson, Clark & Tellegen (1988) menyatakan bahwa positive affect

mencerminkan sejauh mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada.

Positive affect tinggi adalah keadaan energi tinggi, konsentrasi penuh, dan

hubungan yang menyenangkan dengan individu lain, sedangkan positive affect

rendah ditandai oleh kesedihan dan kelesuan.

Page 42: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

27

2.3.3. Pengukuran Positive Affect

Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur positive affect

diantaranya:

1. JAS (Job Affect Scale) dikembangkan oleh Burke et. al. (dalam Huelsman et.

al., 2003) terdiri dari 20 item yang dirancang untuk mengukur energi (PA, 6

item), kelelahan (NA, 4 item), gugup (NA, 6 item), dan relaksasi (PA, 4 item).

Alat ukur ini menggunakan menggunakan skala rating 5 poin mulai dari 1

(sedikit atau tidak sama sekali) sampai 5 (pasti).

2. Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) yang dikembangkan oleh

Watson, Clark, & Tellegen (1988). Skala pengukuran ini terdiri dari 20 item

self-report measure yang mempengaruhi positif dan negatif (10 item per

konstruk).

Pengukuran positive affect dalam penelitian ini adalah dengan

mengadaptasi Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) yang

dikembangkan oleh Watson, Clark, & Tellegen (1988). Skala pengukuran ini

terdiri dari 20 item self-report measure yang mempengaruhi positif dan negatif

(10 item per konstruk). Skala pengukuran ini dipilih karena penulis ingin lebih

fokus kepada positive affect dimana pada skala pengukuran ini telah disebutkan

oleh Watson dan Clark bahwa positive affect adalah relatif independen dari

pengaruh negative affect (dalam Zautra et. al., 2005). Selain itu memiliki koefisien

alfacronbach yang memuaskan berkisar antara 0,86 sampai 0,90. Maka sesuai

dengan kebutuhan dalam penelitian ini, penulis hanya akan menggunakan

pengukuran konstruk postitive affect.

Page 43: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

28

2.4. Dukungan Sosial

2.4.1. Pengertian Dukungan Sosial

Cobb (1976) mendefinisikan dukungan sosial sebagai informasi yang menuntut

seseorang meyakini bahwa dirinya diurus dan disayang. Selain itu, dukungan

sosial juga menerima dorongan atau pengorbanan, semangat dan nasihat dari

orang lain. Dukungan sosial menurut Sarafino & Smith (2011) adalah suatu

kenyamanan, kepedulian, penghargaan, atau bantuan yang didapatkan individu

dari individu lain atau kelompok. Menurut Reitschlin, et. al. (dalam Taylor, 2015),

dukungan sosial dapat berasal dari orang tua, pasangan atau kekasih, saudara,

kontak sosial atau masyarakat atau bahkan dari hewan peliharaan setia.

Sarason, et. al. (dalam Ogden, 2004) menyatakan bahwa dukungan sosial

adalah adanya sejumlah orang yang dapat diandalkan oleh individu pada saat

individu tersebut membutuhkan bantuan dan terdapat derajat kepuasan akan

dukungan yang diterima. Menurut Cutrona (1987) dukungan sosial dapat

didefinisikan dan diterapkan dalam banyak bentuk, yang bisa dirasakan sebagai

sumber pelindung dalam melawan hal-hal yang merugikan baik bagi kesehatan

fisik maupun psikis. Dukungan sosial merupakan pemberian informasi yang akan

membuat seseorang merasa dirinya diperhatikan, dicintai, terhormat, dan dihargai

(Cohen, 1983).

Dalam penelitian ini, penulis merujuk pada pengertian menurut Weiss

bahwa dukungan sosial, diperoleh dari hubungan dengan orang lain, keadaan

seseorang yang merasa cukup didukung, dan terhindar dari kesendirian (Cutrona

Page 44: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

29

& Russel, 1987). Penulis merujuk pada pengertian ini karena teori yang menjadi

dasar dari definisinya sesuai dengan kebutuhan penelitan.

2.4.2. Dimensi Dukungan Sosial

Terdapat enam dimensi dukungan sosial menurut Weiss (dalam Cutrona &

Russel, 1987), antara lain:

1. Attachment (kelekatan)

Jenis dukungan sosial ini adalah dimana adanya perasaan kedekatan yang lekat

secara emosional kepada individu lain yang memberikan rasa aman bagi yang

menerima. Individu yang menerima dukungan sosial jenis ini merasa tentram,

aman, dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber

dukungan sosial jenis ini paling sering dan umum adalah diperoleh dari

pasangan, teman dekat, atau anggota keluarga.

2. Social integration (integrasi sosial)

Pada dukungan sosial jenis ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh

perasaan memiliki terhadap suatu kelompok. Dimana terdapat perasaan

memiliki minat, kepedulian, dan aktivitas rekreasional yang sama. Biasanya

didapatkan dari teman dan dukungan jenis ini dapat memberikan kenyamanan,

rasa aman, kepuasan, dan identitas.

3. Reassurance of worth (adanya pengakuan)

Pada dukungan sosial jenis ini seseorang mendapat pengakuan atas

kemampuan keahliannya. Dimana individu juga mendapat penghargaan dari

orang lain atau suatu lembaga. Sumber dukungan sosial jenis ini dapat berasal

dari keluarga, sekolah atau oganisasi dan lembaga atau instansi.

Page 45: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

30

4. Reliable alliance (ketergantungan untuk dapat diandalkan)

Dalam dukungan sosial jenis ini individu merasa yakin bahwa ada orang lain

yang dapat diandalkan untuk membantu penyesuaian masalah yang bersifat

tampak. Pemenuhan aspek dukungan ini dapat bersumber dari anggota

keluarga atau teman sebaya.

5. Guidance (bimbingan)

Dukungan jenis ini berupa adanya hubungan kerja ataupun hubungan sosial.

Dimana dalam hubungan tersebut memungkinkan individu mendapatkan

informasi, saran dan nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan

mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dukungan jenis ini dapat bersumber

dari guru, mentor, figur yang dituakan, ataupun orangtua.

6. Opportunity for nurturance (kesempatan untuk merasa dibutuhkan)

Dukungan jenis ini berupa adanya perasaan bahwa orang lain bergantung

pada dirinya untuk mendapatkan kesejahteraan diri. Pemenuhan aspek ini

biasanya didapatkan dari anak dan juga pasangan. Walaupun dalam kebutuhan

ini seseorang memberikan dukungan sosial dan bukannya menerima dukungan

sosial, memberikan dukungan sosial kepada orang lain juga dikaitkan dengan

kesehatan yang lebih baik. Selain itu, memberikan dan mendapatkan bantuan

juga melewati mekanisme kognisi yang sama.

Sarason et. al., (1983), menyatakan bahwa terdapat dua dimensi yang

terlibat dalam pengukuran dukungan sosial, yaitu:

Page 46: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

31

1. Persepsi bahwa ada sejumlah orang yang cukup bisa diandalkan individu saat

ia sedang membutuhkan. Dimensi ini terkait dengan kuantitas dukungan yang

diterima individu.

2. Derajat kepuasan terhadap dukungan yang didapatkan. Hal ini berhubungan

dengan kualitas dukungan yang dirasakan oleh individu.

Berdasarkan penjelasan dimensi-dimensi dukungan sosial di atas, maka

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dari Weiss

(dalam Cutrona & Russel, 1987), yaitu: Attachment (kelekatan), Social

Integration (integrasi sosial), Reassurance of Worth (adanya pengakuan), Reliable

Alliance (ketergantungan untuk dapat diandalkan), Guidance (bimbingan), dan

Opportunity for Nurturance (kesempatan untuk merasa dibutuhkan). Penulis

memilih untuk menggunakan dimensi ini karena belum ada penelitian sebelumnya

yang menguji pengaruh enam dimensi dari Weiss terhadap resiliensi.

2.4.3 Pengukuran Dukungan Sosial

Terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur dukungan

sosial,diantaranya:

1. Perceived Social Support Scale (PSSS) dikembangkan oleh Procidano dan

Heller (dalam Lopez & Cooper, 2011) terdiri dari 20 item per subskala, dengan

total 40 item. Alat ukur ini menilai dukungan sosial dari teman (subskala PSS-

Fr) dan keluarga (subskala PSS-Fa). Bentuk self-report dengan tiga

kemungkinan jawaban, yaitu “ya”, “tidak”, dan “tidak tahu”.

Page 47: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

32

2. The Social Provision Scale yang dikembangkan oleh Cutrona dan Russel

(1987) terdiri dari 24 item dengan skala likert 1 sampai 4 dengan internal

consistency berkisar dari 0,83 sampai 0,92.

3. Social Support Questionnare (SSQ) yang terdiri dari 9 item dengan 5 poin

skala likert. 7 item pertama mengukur tipe kebutuhan dukungan sosial

(emotional, interpersonal dan material), sedangkan 2 sisanya mengevaluasi

kepuasan dukungan sosial yang diterima.

Pengukuran dukungan sosial dalam penelitian ini akan menggunakan

skala pengukuran The Social Provision Scale (Cutrona & Russel, 1987) yang

terdiri dari enam komponen yang membentuk dukungan sosial, yaitu: Attachment,

Social Integration, Reassurance of Worth, Reliable Alliance, Guidance, dan

Opportunity for Nurturance. Skala pengukuran ini terdiri dari 24 item dengan

model likert skala 1 sampai 4. Penulis memilih untuk menggunakan alat ukur ini

karena sudah terbukti reliabel.

2.5. Kerangka Berpikir

Untuk melepaskan diri dari Napza, bukanlah hal yang mudah bagi individu yang

mengalami ketergantungan terhadap zat tersebut. Salah satu cara agar dapat

terlepas dari jeratan ketergantungan Napza, yaitu dengan mengikuti proses

rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan program dari pemerintah, bahwa khusus bagi

pecandu narkotika atau korban penyalahgunaan Napza tidak dipenjarakan,

melainkan diberikan pelayanan dalam bentuk rehabilitasi. Rehabilitasi sendiri

merupakan sebuah proses yang sulit dan cukup panjang untuk dilalui oleh para

penyalahguna Napza yang disebut residen dalam tempat rehabilitasi. Dalam upaya

Page 48: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

33

untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkoba dengan menjalani

proses rehabilitasi, maka residen membutuhkan kemampuan untuk bertahan,

beradaptasi dan bangkit dari keadaan sulit, yaitu resiliensi

Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui pengaruh self-efficacy, positive

affect, dan dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza. Hee Lee et. al.

(2012) telah melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

resiliensi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa praktek

meningkatkan faktor pelindung (misalnya, self-efficacy, positive affect, dan self-

esteem) lebih efektif daripada mengurangi faktor risiko (misalnya depresi dan

kecemasan) untuk meningkatkan resiliensi. Selain itu, dukungan sosial sebagai

sumber eksternal dari faktor pelindung juga memberi pengaruh positif dalam

menigkatkan resiliensi.

Self-efficacy memiliki hubungan yang positif dengan resiliensi dan

dilaporkan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan

resiliensi. Studi penelitian dilakukan oleh Gillespie et. al. (2007), menghasilkan

temuan yang menunjukkan adanya hubungan statistik yang kuat antara self-

efficacy dan resiliensi. Seperti yang telah dibahas penelitian sebelumnya, resiliensi

timbul dari keyakinan akan self-efficacy seseorang, kemampuan untuk mengatasi

perubahan, dan penggunaan repertoar keterampilan pemecahan masalah (Tusaie &

Dyer 2004).

Selain self-efficacy, terdapat faktor-faktor penting lain yang juga

berpengaruh yaitu positive affect. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Smith et. al. (2008) mengenai penilaian kemampuan untuk bangkit kembali,

Page 49: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

34

menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara positive affect dan

resiliensi. Zautra et. al. (2005), menghasilkan temuan yang konsisten bahwa

individu dengan positive affect yang tinggi, mencirikan individu yang lebih

tangguh dalam menghadapi kondisi sulit atau disebut dengan individu yang

resilient.

Uchino (dalam Sarafino & Smith, 2011) menyatakan dukungan sosial

merupakan faktor eksternal yang mengacu pada kenyamanan, perhatian,

penghargaan atau bantuan yang tersedia bagi individu dari individu lain atau

kelompok lain. Sebuah penelitian yang membahas tentang dukungan sosial

sebagai faktor dari resiliensi menunjukkan bahwa resiliensi berhubungan positif

dengan dukungan sosial yang dirasakan individu (Brown, 2008). Dukungan sosial

di tempat rehabilitasi, akan meningkatkan kemampuan lebih baik dalam

beradaptasi dalam menghadapi konsidi sulit. Semakin tinggi dukungan sosial yang

diterima semakin tinggi resiliensi individu dan sebaliknya semakin rendah

dukungan sosial yang diterima, maka semakin rendah resiliensinya (Raisa, 2016).

Dukungan sosial dapat diperoleh individu dari teman ataupun kelompok

dengan minat yang sama (Cutrona dan Russel, 1987). Menurut Cutrona dan

Russel (1987), terdapat enam aspek yang harus dipenuhi agar individu merasa

didukung secara penuh. Aspek yang dimaksud antara lain: kelekatan (attachment),

integrasi sosial (social integration), adanya pengakuan atau penghargaan

(reassurance of worth), ketergantungan yang dapat diandalkan (reliable reliance),

bimbingan (guidance), kesempatan untuk membantu (opportunity for nurturance)

merupakan perasaan dibutuhkan oleh orang lain.

Page 50: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

35

Attachment, merupakan jenis dukungan yang memungkinkan seseorang

memperoleh kedekatan secara emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi

yang menerima. Individu yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa

tentram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia.

Menurut Weiss (dalam Cutrona dan Russel, 1987), sumber dukungan ini biasanya

didapatkan dari pasangan, teman dekat, atau hubungan keluarga. Ketika individu

merasakan kedekatan yang memberikan rasa aman dan menunjukkan sikap yang

tenang dan bahagia, maka kemampuannya dalam beradaptasi dan menghadapi

kondisi sulit juga akan meningkat.

Social integration, jenis dukungan ini memungkinkan individu memiliki

perasaan terlibat pada kelompok yang memungkinkan untuk berbagi minat,

perhatian, serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama.

Hubungan tersebut dapat memberikan kenyamanan, keamanan, dan kesenangan.

Ketika individu terlibat dalam kelompok dengan minat yang sama sehingga

merasakan keamanan serta kenyamanan, maka resiliensi individu tersebut pun

akan meningkat.

Reasssurance of worth, dukungan sosial jenis ini dimana individu

mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat

penghargaan. Sumber dukungan ini dapat berasal dari keluarga atau instansi

dimana individu bekerja. Selanjutnya, reliable alliance merupakan bentuk

dukungan yakin bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan, biasanya akan

menciptakan rasa aman dan dukungan jenis ini bersumber dari anggota keluarga.

Page 51: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

36

Guidance, dukungan sosial jenis ini adalah memungkinkan mendapatkan

informasi, saran atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan

mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari

guru, mentor, atau sosok orang tua. Residen Napza membutuhkan seseorang

untuk berbagi apa yang dialami oleh dirinya sehari-hari di tempat rehabilitasi agar

tercipta ketenangan diri, rasa aman dan nyaman yang bisa berpengaruh terhadap

resiliensinya.

Kerangka hubungan antara self-efficacy, positive affect, dan dukungan

sosial melalui dimensi-dimensinya sebagai faktor-faktor bagi resiliensi

digambarkan dalam bagan gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Self efficacy

Positive Affect

Dukungan Sosial

Attachment

Social Integration

Reassurance of worth

Reliable Alliance

Guidance

Opportunity for

nurturance

Resiliensi

Page 52: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

37

Aspek terakhir dari dukungan sosial yaitu opportunity for nurturance,

memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap kepuasan hidup individu dari

hubungan romantis dan selanjutnya dari keluarga (Cutrona & Russell, 1987).

Dalam hal ini, individu merasa senang jika dapat membantu orang lain dan merasa

senang ketika ada yang bergantung pada dirinya. Dari hati yang senang tersebut

dapat meningkatkan kualitas individu dalam beradaptasi dan menghadapi kondisi

sulit. Sejalan yang telah dibahas penelitian sebelumnya oleh Schultz et. al. (2009),

menyatakan bahwa dukungan sosial berhubungan positif dengan tingkat resiliensi

seseorang, dan dalam hasil penelitiannya juga menjelaskan bahwa jenis dukungan

sosial mempengaruhi tingkatresiliensi yang lebih tinggi.

2.6. Hipotesis

Hipotesis mayor:

Ha: Ada pengaruh yang signifikan dari self-efficacy, positive affect, dan dukungan

sosial (attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance,

guidance, dan opportunity for nurturance) terhadap resiliensi residen Napza.

Hipotesis minor:

H1 : Ada pengaruh yang signifikan self-efficacy terhadap resiliensi residen

Napza.

H2 : Ada pengaruh yang signifikan positive affect terhadap resiliensi residen

Napza.

H3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi attachment pada variabel dukungan

sosial terhadap resiliensi residen Napza.

Page 53: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

38

H4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi social integration pada variabel

dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza.

H5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi reassurance of worth pada variabel

dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza.

H6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi reliable alliance pada variabel

dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza.

H7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi guidance pada variabel dukungan

sosial terhadap resiliensi residen Napza.

H8 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi opportunity of nurturance pada

variabel dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza.

Seluruh hipotesis penelitian di atas akan dijadikan H0 untuk kajian pengujian

statistik.

Page 54: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

39

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah residen Napza yang sedang mengikuti

program rehabilitasi di daerah Jakarta dan Bogor, yaitu Yayasan KARISMA,

BNN Lido Bogor, RSKO Jakarta, dan Yayasan Pemulihan Azalea. Sampel dalam

penelitian ini berjumlah 221 orang, dimana jumlah tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan dalam penelitian serta waktu, tenaga dan dana penelitian. Adapun

karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah pecandu ataupun korban

penyalahgunaan Napza yang sedang menjalani program di pusat rehabilitasi, yang

disebut sebagai residen Napza. Residen Napza yang berpartisipasi dalam mengisi

kuesioner penelitian ini merupakan residen pada tahap primary. Tahap dimana

residen mulai bersosialisasi dan bergabung dalam komunitas terstruktur yang

memiliki hierarki, jadwal harian, terapi kelompok, konseling individu, dan

konseling kelompok sebagai media pendukung perubahan diri. Pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan pengisian kuesioner yang dilakukan secara

klasikal. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability

sampling dengan teknik convenience sampling.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah resiliensi, self-efficacy, positive

affect, attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance,

guidance, dan opportunity for nurturance. Variabel dependen (outcome variable)

Page 55: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

40

dalam penelitian ini adalah resiliensi sedangkan variabel lainnya merupakan

variabel independen (predictor variable).

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Resiliensi adalah kualitas kemampuan seseorang dalam bertahan,

menyesuaikan diri dengan kondisi sulit, dan mampu melanjutkan hidup setelah

mengalami hal yang tidak menyenangkan atau situasi dengan tekanan yang

berat. Resiliensi mencakup aspek-aspek, yaitu; kompetensi personal yang hal

ini mendukung seseorang mampu mencapai tujuannya ketika dalam situasi

kemunduran atau kegagalan; percaya pada diri sendiri, serta memiliki toleransi

terhadap efek negatif dan kuat dalam menghadapi stress; menerima perubahan

secara positif dan dapat membuat hubungan yang aman dengan orang lain;

kontrol atau pengendalian diri dalam mencapai tujuan dan bagaimana meminta

atau mendapatkan bantuan orang lain; dan pengaruh spiritual, yaitu keyakinan

kepada Tuhan dan takdir.

2. Self-efficacy adalah kepercayaan individu tentang kemampuannya untuk

mengendalikan kejadian yang mempengaruhi kehidupannya, mencakup aspek

magnitude, strength, dan generality.

3. Positive Affect (PA) adalah tingkat seseorang merasa antusias, aktif, dan

waspada. PA tinggi adalah keadaan energi tinggi, konsentrasi penuh, dan

hubungan yang menyenangkan dengan individu lain.

4. Dukungan sosial adalah suatu diperoleh dari hubungan dengan orang lain,

keadaan seseorang yang merasa cukup didukung, dan terhindar dari

Page 56: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

41

kesendirian. Dukungan sosial dalam penelitian ini mencakup enam aspek,

yaitu:

1. Kelekatan (attachment), dimana adanya perasaan kedekatan yang lekat

secara emosional kepada individu lain yang memberikan rasa aman

bagi yang menerima. Sumber dukungan sosial jenis ini paling sering

dan umum adalah diperoleh dari pasangan, teman dekat, atau anggota

keluarga.

2. Integrasi sosial (social integration), dukungan sosial jenis ini

memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki

terhadap suatu kelompok dengan minat yang sama. Sumber dukungan

sosial jenis ini biasanya didapatkan dari teman.

3. Adanya pengakuan (reassurance of worth), pada dukungan sosial jenis

ini seseorang mendapat pengakuan atas kemampuan keahliannya.

Sumber dukungan sosial jenis ini dapat berasal dari keluarga, sekolah

atau oganisasi dan lembaga atau instansi.

4. Ketergantungan untuk dapat diandalkan (reliable alliance), dimana

individu merasa yakin bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan

untuk membantu penyesuaian masalah yang bersifat tampak.

Pemenuhan aspek ini dapat bersumber dari anggota keluarga atau teman

sebaya.

5. Bimbingan (guidance), berupa adanya hubungan kerja ataupun

hubungan sosial. Dimana dalam hubungan tersebut memungkinkan

Page 57: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

42

individu mendapatkan informasi, saran dan nasehat. Dukungan ini

bersumber dari guru, mentor, figur yang dituakan, ataupun orangtua.

6. Kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance),

dukungan jenis ini berupa adanya perasaan bahwa orang lain

bergantung pada dirinya untuk mendapatkan kesejahteraan diri.

Pemenuhan aspek ini biasanya didapatkan dari anak dan juga

pasangan.

3.3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dengan bentuk skala likert. Instrumen pengumpulan data dalam

penelitian ini terdiri dari empat alat ukur, yaitu alat ukur resiliensi, alat ukur self-

efficacy, alat ukur positive affect, dan alat ukur dukungan sosial. Alat ukur

resiliensi menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu Tidak Setuju dengan nilai 1

sampai Sangat Setuju dengan nilai 5. Alat ukur self-efficacy menggunakan empat

pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1 sampai Sangat

Setuju (SS) dengan nilai 4. Alat ukur positive affect menggunakan lima pilihan

jawaban, yaitu Sangat Sedikit dengan nilai 1 sampai Sangat Kuat dengan nilai 5.

Alat ukur dukungan sosial menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat

Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1 sampai Sangat Setuju (SS) dengan nilai 4.

Penilaian terhadap butir pernyataan unfavorable dinilai melalui Sangat Tidak

Setuju (STS) dengan nilai 4 sampai Sangat Setuju (SS) dengan nilai 1. Nilai untuk

empat pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Page 58: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

43

Tabel 3.1

Format skoring skala likert empat pilihan jawaban

Sangat Tidak

Setuju

Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju

Favorable 1 2 3 4

Unfavorable 4 3 2 1

Tabel 3.2

Format skoring skala likert lima pilihan jawaban

Tidak

Setuju

Kurang

Setuju

Agak Setuju Setuju Sangat

Setuju

Favorable 1 2 3 4 5

Unfavorable 5 4 3 2 1

Pada penelitian ini, skala dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu skala

resiliensi, self-efficacy, skala positive affect, dan skala dukungan sosial, sebagai

berikut:

3.3.1. Skala Resiliensi

Pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur The Connor-Davidson Resilience

Scale (CD-RISC) yang berjumlah 25 item dengan model likert skala 1 sampai 5

(Tidak Setuju, Kurang Setuju, Agak Setuju, Setuju, Sangat Setuju) dan

berdasarkan 5 aspek resiliensi menurut Connor & Davidson, yaitu kompetensi

personal, percaya pada diri sendiri, menerima perubahan secara positif,

pengendalian diri, dan pengaruh spiritual (dalam Singh & Yu, 2010). CD-RISC

cocok untuk digunakan dalam penelitian ini karena alat ukur ini dikembangkan

dalam praktik klinis sejalan dengan penelitian ini yang akan memberikan alat ukur

ini kepada residen Napza yang sedang mengikuti program rehabilitasi. Selain itu,

menurut penelitian Windle et. al., (2011) CD-RISC merupakan salah satu dari tiga

alat ukur yang memperoleh rating tertinggi dalam nilai validitas dan reliabilitas

dari 15 alat ukur resiliensi yang diuji. Adapun blue print dari skala resiliensiini

dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 59: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

44

Tabel 3.3

Blue Print Skala Resiliensi Aspek Indikator Item Jumlah

Kompetensi

personal, standar

yang tinggi dan

keuletan.

1. Individu bekerja keras untuk mencapai

tujuan walaupun banyak rintangan.

2. Individu tidak mudah menyerah.

3. Individu yakin akan mencapai tujuan

meskipun banyak rintangan.

4. Individu bangga atas pencapaiannya.

5. Individu selalu berusaha melakukan yang

terbaik apapun hasil yang diperoleh

6. Individu menyukai tantangan

7. Individu menganggap dirinya kuat dalam

menghadapi tangtangan dan kesulitan hidup

8. Individu tidak mudah putus asa terhadap

kegagalan yang dialami

24

12

11

25

10

23

17

16

8

Percaya pada diri

sendiri, memiliki

toleransi terhadap

efek negatif, dan

kuat dalam

menghadapi

stress.

1. Individu terkadang bertindak berdasarkan

firasat

2. Individu dapat membuat sebuah keputusan

yang sulit bahkan tidak disukai orang lain

apabila diperlukan

3. Individu lebih suka untuk memimpin dan

memecahkan masalah sendiri

4. Individu berusaha memandang sisi humor

dalam sebuah masalah yang dihadapi.

5. Individu merasa kuat berdasarkan

pengalaman menangani stress

6. Individu dapat mengatasi pikiran buruk

7. Individu tetap fokus dan berpikir jernih saat

dalam kesulitan

20

18

15

6

7

19

14

7

Menerima

perubahan secara

positif dan

hubungan yang

baik dengan

orang lain.

1. Individu mampu beradaptasi terhadap

perubahan

2. Individu dapat menghadapi apapun yang

terjadi dalam hidup

3. Individu mendapatkan rasa percaya diri

terhadap tantangan dan kesulitan baru

berdasarkan keberhasilan terdahulu

4. Individu memiliki hubungan yang dekat dan

aman dengan individu lain

5. Individu cenderung bangkit kembali setelah

mengalami masa sulit

1

4

5

2

8

5

Pengendalian diri

atau kontrol.

1. Individu dapat mengontrol kehidupan sendiri

2. Individu mengetahui dimana untuk

mendapatkan pertolongan ketika sedang

menghadapi stress

3. Individu memiliki keyakinan pada tujuan

hidupnya

22

13

21

3

Pengaruh

spiritual.

1. Individu yakin akan bantuan dari Tuhan

ketika tidak dapat memecahkan suatu

masalah

2. Individu menerima setiap hal baik atau

buruk yang terjadi

3

9

2

Total 25

Page 60: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

45

3.3.2. Skala Self-efficacy

Pengukuran self-efficacydalam penelitian ini akan menggunakan GSE

(Generaized Self-efficacy Scale) yang dirancang oleh Schwarzer dan Jerusalem

(1995). GSE berasal dari Jerman dan telah disesuaikan dengan budaya yang

berbeda-beda. Skala ini terdiri dari 10 itemdengan model likert skala 1 sampai 4

dan telah diterjemahkan dalam 30 bahasa dan telah tervalidasi di 25 negara.

Selain itu, skala pengukuran ini dipilih karena CFA (Confirmatory Factor

Analysis) telah menunjukkan variabel unidimensi ini dengan koefisien

alfacronbach berkisar antara 0,75 sampai 0,90.Adapun blue print dari skala self-

efficacyini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Blue Print Skala Self-efficacy Aspek Indikator Item Jumlah

Keyakinan individu

terhadap

kemampuannya

dalam menyelesaikan

tugas dengan tingkat

kesulitan tertentu

dalam berbagai

situasi.

1. Individu yakin dapat memecahkan

soal-soal yang sulit dengan berhasil

jika berusaha

2. Individu yakin dalam pencapaian

tujuan walau ada hambatan

3. Individu yakin dan memiliki

kemantapan dalam pencapaian niat

dan tujuan yang direncanakan

4. Individu dapat berperilaku yang tepat

ketika dihadapkan situasi yang tidak

terduga

5. Individu dapat menanggulangi situasi

baru dengan sukses

6. Individu mampu merumuskan

pemecahan masalah yang tepat dalam

setiap persoalan

7. Individu mampu memposisikan diri

dengan tenang ketika berhadapan

dengan situasi sulit

8. Individu mampu untuk berpikir

kreatif untuk mengatasi situasi sulit

9. Individu mampu mengatasi segala

kecemasan dengan baik ketika

dihadapkan pada situasi tidak

terduga.

10. Individu yakin dapat mengatasi

segala permasalahan dalam berbagai

situasi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

10

Total 10

Page 61: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

46

3.3.3. Skala Positive Affect

Pengukuran positive affect menggunakan alat ukur Positive and Negative Affect

Schedule (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson, Clark, & Tellegen (1988).

Skala pengukuran ini terdiri dari 20 item self-report measure yang mempengaruhi

positif dan negatif (10 item per konstruk). Penulis mengubah rentangan skala 5

menjadi skala 4 yaitu “sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju” dan “sangat

setuju” agar tidak ada kecenderungan jawaban pada skala di tengah-tengah atau

ragu-ragu. Skala pengukuran ini memiliki koefisien alfacronbach yang

memuaskan berkisar antara 0,86 sampai 0,90. Adapun blue print dari skala

positive affectini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Blue Print Skala Positive Affect

Indikator Item Jumlah

Merasa tertarik 1 1

Gembira 3 1

Tangguh 5 1

Antusias 9 1

Bangga 10 1

Waspada 12 1

Terinspirasi 14 1

Bertekad 16 1

Penuh Perhatian 17 1

Aktif 19 1

Total 10

3.3.4. Skala Dukungan Sosial

Pengukuran dukungan sosial dalam penelitian ini akan menggunakan skala

pengukuran The Social Provision Scale (Cutrona & Russel, 1987) skala

pengukuran ini berdasarkan enam komponen yang membentuk dukungan sosial,

yaitu: Attachment, Social Integration, Reassurance of Worth, Reliable Alliance,

Guidance, dan Opportunity for Nurturance. Skala ini terdiri dari 24 item dengan

Page 62: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

47

model likert skala 1 sampai 4. Terdiri dari 4 item untuk mengukur komponen

attachment, 4 item untuk mengukur komponen social integration, 4 item untuk

mengukur komponen reassurance of worth, 4 item untuk mengukur komponen

reliable alliance, 4 item untuk mengukur komponen guidance, dan 4 item untuk

mengukur komponen opportunity for nurturance. Adapun blue print dari skala

dukungan sosial ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Blue Print Skala Dukungan Sosial

Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah

Attachment 1. Merasakan kedekatan

emosional

2. Merasa aman dengan orang

lain

11, 17 2, 21 4

Social

integration

1. Mempunyai kesempatan

berbagi minat

2. Merasa senang dengan

orang lain

5, 8 14, 22 4

Reassurance of

worth

1. Mendapatkan pengakuan

atas kemampuannya

2. Diakui keahliannya dalam

suatu hal

13, 20 6, 9 4

Reliable

alliance

1. Memiliki hubungan yang

dapat diandalkan

2. Memiliki orang yang

membantu saat dibutuhkan

1, 23 10, 18 4

Guidance 1. Mendapat nasehat atau

saran dari orang lain

2. Mendapatkan bimbingan

dari orang lain

12, 16 3, 19 4

Opportunity for

nurturance

1. Perasaan dibutuhkan oleh

orang lain

2. Bertanggungjawab bagi

orang lain

4, 7 15, 24 4

Total 24

3.4. Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini penulis

menggunakan Confirmatory Faktor Analysis (CFA). CFA adalah suatu bagian

Page 63: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

48

dari analisis faktor yang digunakan untuk menguji apakah masing-masing item

valid dalam mengukur konstruk yang hendak diukur. Prosedur uji validitas

konstruk dengan CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012):

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran

terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-

itemnya.

2. Disusun hipotesa/teori bahwa seluruh item yang disusun adalah valid

mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan

(hipotesis) bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur yaitu konstruk yang

didefiniskan (teori unidimensional).

3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar

item, yang disebut dengan matriks S.

4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi

yang seharusnya terjadi menurut teori/model yang ditetapkan. Jika

teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya item hanya

mengukur satu faktor saja (unidimensional).

5. Adapun langkah-langkahnya adalah :

1. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji yang dalam

halini terdiri dari dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan

pengukuran (residual).

Page 64: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

49

2. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian diestimasi (dihitung) korelasi

antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item

berdasarkan hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut sigma).

6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S=∑ atau

dapat dituliskan Ho : S - ∑ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan

menggunakan uji chi square, dimana jika chi square tidak signifikan (p>0.05)

maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho) tidak ditolak. Artinya,

teori yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu konstruk saja

terbukti sesuai (fit) dengan data.

7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka

yang dapat dilakukan seleksi terhadap item menggunakan 3 kriteria, yaitu:

1. Item yang muatan faktornya tidak signifikan di drop karena tidak

memberikan informasi yang secara statistik bermakna.

2. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga di drop karena

mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan. Namun

demikian, harus diperiksa dahulu apakah item yang pernyataannya

unfavorable atau negatif sudah sesuai (di reverse) skornya sehingga

menjadi positif. Hal ini berlaku khusus untuk item dimana tidak ada

jawaban benar ataupun salah.

3. Item juga dapat di drop jika residual (kesalahan pengukuran) berkorelasi

dengan banyak residual item yang lainnya, karena ini berarti bahwa item

tersebut mengukur juga hal selain konstruk yang hendak diukur.

Page 65: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

50

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software LISREL

8.70. Uji validitas tiap alat ukur akan dipaparkan dalam subab berikut:

3.4.1. Uji Validitas Item Resiliensi

Penulis menguji apakah 25 item dari skala resiliensi yang bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur resiliensi saja. Dari hasil Confirmatory Factor

analysis (CFA) yang dilakukan dengan model first order, ternyata didapatkan

hasil analisis bahwa model tidak fit, oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=232,71, df=203, P-value=0.07480, RMSEA=0.026.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran

resiliensi disajikan pada tabel 3.7 berikut:

Page 66: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

51

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Resiliensi

No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

1 0.65 0.06 10.861 √

2 0.51 0.06 7.96 √

3 0.60 0.06 9.39 √

4 0.53 0.06 8.24 √

5 0.62 0.06 10.03 √

6 0.37 0.07 5.57 √

7 0.49 0.06 7.51 √

8 0.52 0.06 8.10 √

9 0.41 0.07 6.14 √

10 0.67 0.06 10.98 √

11 0.68 0.06 10.98 √

12 0.60 0.06 9.47 √

13 0.56 0.06 8.72 √

14 0.69 0.06 11.30 √

15

16

17

18

19

20

0.64

0.66

0.65

0.35

0.58

0.29

0.06

0.06

0.06

0.07

0.06

0.07

10.27

10.77

10.59

5.16

9.16

4.21

21 0.70 0.06 11.65 √

22 0.68 0.06 11.33 √

23 0.58 0.06 9.20 √

24 0.68 0.06 11.42 √

25 0.69 0.06 11.32 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.7, setelah dilakukan pengujian CFA, nilai t bagi koefisien

muatan faktor semua item signifikan karena t > 1,96 atau t < 1,96. Berdasarkan

kriteria, seluruh 25 item resiliensi merupakan item yang valid berdasarkan dua

kriteria yang dijelaskan sebelumnya yaitu muatan faktor tidak boleh memiliki

nilai negatif, t value memiliki nilai t > 1,96 atau t < 1,96. Dengan demikian, item-

item tersebut tidak ada yang di-drop.

3.4.2. Uji Validitas Item Self-Efficacy

Penulis menguji apakah 10 item dari skala self-efficacy yang bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur self-efficacy saja. Dari hasil

Page 67: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

52

Confirmatory Factor analysis (CFA) yang dilakukan dengan model first order,

ternyata didapatkan hasil analisis bahwa model tidak fit, oleh sebab itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-Square=33,14, df=24, P-value=0.10124, RMSEA=0.042.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran self-

efficacy disajikan pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Muatan Faktor Self-Efficacy

No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

1 0.45 0.07 6.71 √

2 0.47 0.07 6.73 √

3 0.64 0.06 10.16 √

4 0.78 0.06 12.53 √

5 0.61 0.06 9.53 √

6 0.55 0.07 8.42 √

7 0.64 0.06 9.95 √

8 0.61 0.06 8.34 √

9 0.80 0.06 13.11 √

10 0.64 0.06 10.08 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan table 3.8, setelah dilakukan pengujian CFA, nilai t bagi koefisien

muatan faktor semua item signifikan karena t > 1,96 atau t < 1,96. Berdasarkan

kriteria, seluruh item self-efficacy merupakan item yang valid berdasarkan dua

kriteria yang dijelaskan sebelumnya yaitu muatan faktor tidak boleh memiliki

Page 68: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

53

nilai negatif, t value memiliki nilai t >1,96 atau t < 1,96. Dengan demikian, item-

item tersebut tidak ada yang di-drop.

3.4.3. Uji Validitas Item Positive Affect

Penulis menguji apakah 10 item dari skala positive affect yang bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur positive affect saja. Dari hasil

Confirmatory Factor analysis (CFA) yang dilakukan dengan model first order,

ternyata didapatkan hasil analisis bahwa model tidak fit, oleh sebab itu, penulis

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-Square=40,19, df=28, P-value=0.06359, RMSEA=0.044.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran

positive affect disajikan pada tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9

Muatan Faktor Positive Affect No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

1 0.62 0.06 9.62 √

2 0.73 0.06 11.81 √

3 0.62 0.06 9.66 √

4 0.38 0.07 5.43 √

5 0.81 0.06 13.82 √

6 0.41 0.07 5.92 √

7 0.47 0.07 6.92 √

8 0.47 0.07 7.01 √

9 0.57 0.07 8.61 √

10 0.72 0.06 11.76 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Page 69: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

54

Berdasarkan table 3.9, setelah dilakukan pengujian CFA, nilai t bagi koefisien

muatan faktor semua item signifikan karena t >1,96 atau t <1,96. Berdasarkan

kriteria, seluruh item positive affect merupakan item yang valid berdasarkan dua

kriteria yang dijelaskan sebelumnya yaitu muatan faktor tidak boleh memiliki

nilai negatif, t value memiliki nilai t >1,96 atau t < 1,96. Dengan demikian, item-

item tersebut tidak ada yang di-drop.

3.4.4. Uji Validitas Item Dukungan Sosial

Penulis menggunakan CFA model multifakor dengan enam faktor dalam menguji

validitas alat ukur dukungan sosial beserta keenam dimensinya. Artinya, seluruh

item dari dukungan sosial diuji secara stimulant beserta enam dimensinya. Penulis

menguji apakah 24 item dari dukungan sosial bersifat unidimensional atau semua

item mengukur sesuai dengan dimensinya masing-masing.

Berdasarkan hasil awal CFA yang dilakukan ternyata menghasilkan model

yang tidak fit dengan perolehan nilai Chi-Square=1965,19, df=237, P-

value=0.00000, RMSEA=0.182. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-

Square=150,57, df=126, P-value=0.06699, RMSEA=0.030.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang

perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut

Page 70: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

55

signifikan dan sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran

dukungan sosial disajikan pada tabel 3.10.berikut:

Tabel 3.10

Muatan Faktor Dukungan Sosial No Item Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

Attachment

11

0.16

0.05

3.06

17 0.22 0.06 3.79 √

2 0.69 0.06 10.79 √

21

Social Integration

0.67 0.06 10.82 √

5 0.41 0.06 6.54 √

8 0.14 0.06 2.22 √

14 0.73 0.06 12.34 √

22

Reassurance Of

Worth

0.75 0.06 13.01 √

13 0.27 0.07 4.03 √

20 0.23 0.07 3.28 √

6 0.71 0.07 10.21 √

9

Reliable Allieance

0.45 0.07 6.47 √

1 0.23 0.06 3.71 √

23 0.23 0.07 3.26 √

10

18

Guidance

12

16

3

19

Opportunity For

Nurturance

0.87

0.72

0.26

0.38

0.82

0.55

0.05

0.06

0.06

0.06

0.06

0.06

15.85

12.26

4.07

6.16

12.95

8.52

4 0.07 0.06 1.22 X

7 0.17 0.07 2.50 √

15 0.51 0.06 7.87 √

24 0.79 0.06 12.56 √

Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Berdasarkan table 3.10, setelah dilakukan pengujian CFA, nilai t bagi

koefisien muatan faktor seluruh item bermuatan positif, artinya seluruh muatan

faktor dari item sesuai dengan sifat item. Akan tetapi, muatan faktor pada item

nomor 4 pada dimensi opportunity for nurturance tidak signifikan karena nilai t <

1.96, yaitu 1.22. Dengan demikian item 4 di-drop dan tidak akan diikutkan pada

analisis berikutnya.

Page 71: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

56

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai hubungan antara self-efficacy,

positive affect, dan dukungan sosial yang mempengaruhi resiliensi, maka teknik

analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda

(Multiple Regression Analysis).

Dalam penelitian ini, variabel independen sebanyak 8 buah, sedangkan

variabel dependen sebanyak 1 buah sehingga susunan persamaan regresi

penelitian adalah:

Y= a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+ b8X8+e

Jika dituliskan variabelnya maka:

Y = resiliensi

a = intercept (konstan)

b = koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = self-efficacy

X2 = positive affect

X3 = attachment

X4 = social integration

X5 = reassurance of worth

X6 = reliable alliance

X7 = guidance

X8 = opportunity for nurturance

e = residu

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien

korelasi berganda antara resiliensi (DV) dengan self-efficacy, positive affect, dan

dukungan sosial (IV). R2menunjukan variasi atau perubahan dependent variable

(Y) yang disebabkan oleh independent variable (X) atau yang digunakan untuk

mengetahui besarnya perngaruh independent variable (X) terhadap dependent

variable (Y) atau merupakan perkiraan proporsi varians dari resiliensi yang

Page 72: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

57

dijelaskan oleh self-efficacy, positive affect, dan dukungan sosial. Untuk

mendapatkan nilai R2

digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

R2

= Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV

SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dihitung setelah koefisien regresi diperoleh.

SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)

Selanjutnya R2

dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi F-test.

Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah

pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu

sendiri dengan df-nya, yaitu sejumlah IV yang dianalisis sedangkan penyebutnya

(1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N adalah total sampel untuk df dari

pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut sebagai denumerator. Adapun

rumus untuk uji F terhadap R2

adalah:

( ) ( )⁄

Keterangan :

R2

= proporsi varians

k = banyaknya independent variable

N = ukuran sampel

Di mana K adalah banyaknya IV dan N adalah besarnya sampel. Apabila

nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara bersama-sama

Page 73: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

58

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV. Adapun langkah berikutnya

menguji signifikansi pengaruh masing-masing IV terhadap DV. Hal ini dilakukan

melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t > 1,96 maka

berarti IV yang bersangkutan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV,

dan sebaliknya. Adapun rumus t-test yang digunakan adalah:

Di mana bi adalah koefisien regresi untuk IV(i)dan Sbiadalah standar error

sampling dari .

Page 74: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

59

BAB 4

HASIL DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif dan

pengujian hipotesis penelitian.

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Total sampel dalam penelitian ini adalah 221 orang residen Napza yang sedang

dalam proses rehabilitasi di daerah Jakarta dan Bogor.

Tabel 4.1

Lokasi Pengambilan Data

No Lokasi Jumlah

1 Yayasan KARISMA 12

2

3

4

BNN Lido Bogor

RSKO Cibubur

Yayasan Pemulihan Azalea

147

40

22

Jumlah 221

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa dari total 221 sampel

terdapat 12 orang residen Napza dari Yayasan KARISMA, 147 orang residen

Napza dari BNN Lido Bogor, 40 orang residen Napza dari RSKO Cibubur, dan 22

orang residen Napza dari Yayasan Pemulihan Azalea.

Tabel 4.2

Gambaran Subjek Penelitian

No Jenis Kelamin Jumlah Presentasi

1 Laki-laki 204 92.3

2 Perempuan 17 7.7

Jumlah 221 100

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah sampel

sebanyak 221 orang, terdapat 92.3% merupakan laki-laki dan 7.7% merupakan

perempuan.

Page 75: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

60

Tabel 4.3

Gambaran Usia

No Usia Jumlah Presentasi

1 ≤17 4 1.8

2

3

4

5

18-22

23-30

31-40

≥41

40

77

76

24

18.1

34.8

34.4

10.9

Jumlah 221 100

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah sampel

sebanyak 221 orang, terdapat 4 orang atau 1.8% yang berusia ≤ 17 tahun, 40

orang atau 18.1% yang berusia 18-22 tahun, 77 orang atau 34.8% yang berusia

23-30 tahun, 76 orang atau 34.4% yang berusia 31-40 tahun, dan 24 orang atau

10.9% yang berusia ≥ 41tahun.

Tabel 4.4

Gambaran Durasi Residen Dalam Proses Rehabilitasi

No Durasi Jumlah Presentasi

1 <3 bulan 129 58.4

2 3-6 bulan 77 34.8

3 >6 bulan 15 6.8

Jumlah 221 100

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah sampel

sebanyak 221 orang, terdapat 129 orang atau 58.4% yang sudah berada dalam

proses rehabilitasi selama kurang dari 3 bulan, 77 orang atau 34.8% yang sudah

berada dalam proses rehabilitasi selama 3-6 bulan, dan 15orang atau 6.8% yang

sudah berada dalam proses rehabilitasi selama lebih dari 6 bulan.

4.2 Analisis Deskriptif Variabel

Sebelum dilakukan uji hipotesis, penulis akan melakukan analisis deskriptif. Hasil

analisis deskriptif adalah hasil gambaran mengenai data dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini, hasil analisis deskriptif akan menyajikan nilai minimum,

maksimum, mean, dan standard deviasi serta kategorisasi tinggi dan rendahnya

Page 76: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

61

skor variabel penelitian. Gambaran mengenai hasil deskriptif akan disajikan

dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Analisis Deskriptif

N Minimum Maximum Std. Deviation

Resiliensi 221 2.57 71.20 9.58311

Self-efficacy 221 14.22 72.31 9.14079

Positive affect 221 15.43 65.21 9.14010

Attachment 221 30.80 65.48 8.14623

Social integration 221 29.60 66.66 9.99500

Reassurance of worth 221 17.11 67.24 9.99500

Reliable Alliance 221 31.33 64.54 8.44497

Guidance 221 18.86 65.92 8.02342

Opportunity for nurturance 221 37.27 68.30 7.67874

Valid N (listwise) 221

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 4.5, dapat diketahui bahwa nilai

mean dari seluruh variabel adalah 50. Selain itu, nilai minimum dari resiliensi

adalah 2.57 dengan nilai maksimum = 71.20, dan SD = 9.58311. Kedua, self-

efficacy dengan nilai minimum = 14.22, nilai maksimum 72.31, dan SD =

9.14079. Ketiga, positive affect dengan nilai minimum = 15.43, nilai maksimum =

65.21, dan SD = 9.14010. Keempat, attachment dengan nilai minimum = 30.80,

nilai maksimum = 65.48, dan SD = 8.14623. Kelima, social integration dengan

nilai minimum = 29.60, nilai maksimum = 66.66, dan SD = 9.99500. Keenam,

reassurance of worth dengan nilai minimum = 17.11, nilai maksimum = 67.24,

dan SD = 9.99500. Ketujuh, reliable alliance dengan nilai minimum = 31.33, nilai

maksimum = 64.54, dan SD = 8.44497. Kedelapan, guidance dengan nilai

minimum = 18.86, nilai maksimum = 65.92, dan SD = 8.02342. Kesembilan,

opportunity for nurturance dengan nilai minimum = 37.27, nilai maksimal =

68.30, dan SD = 7.67874

Page 77: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

62

4.3. Kategori Skor Variabel

Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian,

maka hal yang perlu dilakukan adalah kategorisasi terhadap data penelitian

dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Dalam hal ini,

ditetapkan norma pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Norma Skor Kategorisasi

Norma Intepretasi

X < Mean – 1Standar Deviasi Rendah

Mean – 1Standar Deviasi ≤ X ≤ Mean + 1Standar Deviasi Sedang

X > Mean +1Standar Deviasi Tinggi

Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi

kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan

dikategorikan sebagai rendah, sedang, dan tinggi. Selanjutnya akan dijelaskan

perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel resiliensi, self-

efficacy,positive affect, attachment, social integration, reassurance of worth,

reliable alliance, guidance, dan opportunity for nurturance pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Kategorisasi Skor Variabel Frekuensi

Variabel Rendah Sedang Tinggi

Resiliensi 29 (13,1%) 162 (73,3%) 30 (13,6%)

Self-efficacy 27 (12,2%) 170 (76,9%) 24 (10,9%)

Positive affect 29 (13,1%) 155 (70,2%) 37 (16,7%)

Attachment 20 (9,1%) 164 (74,2%) 37 (16,7%)

Social integration 17 (7,7%) 174 (78,7%) 30 (13,6%)

Reassurance of worth 41 (18,6%) 145 (65,6%) 35 (15,8%)

Reliable alliance 22 (10%) 164 (74,2%) 35 (15,8%)

Guidance 21 (9,5%) 174 (78,7%) 26 (11,8%)

Opportuity for nurturance 19 (8,6%) 173 (78,3%) 29 (13,1%)

Berdasarkan tabel 4.7 ditemukan bahwa pada variabel resiliensi, 13,1% dari total

responden memiliki tingkat resiliensi tinggi, sementara 73,3% responden memiliki

Page 78: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

63

tingkat resiliensi sedang, dan 13,6% responden memiliki tingkat resiliensi rendah.

Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, resiliensi yang

paling dominan berada pada kategori sedang. Pada variabel self-efficacy, 12,2%

dari total responden memiliki tingkat self-efficacy tinggi, sementara 76,9%

responden memiliki tingkat self-efficacy sedang, dan 10,9% responden memiliki

tingkat self-efficacy rendah. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden

yang diteliti, tingkat self-efficacy yang paling dominan berada pada kategori

sedang. Pada variabel positive affect, 13,1% dari total responden memiliki tingkat

positive affect tinggi, sementara 70,2% responden memiliki tingkat positive affect

sedang, dan 16,7% responden memiliki tingkat positive affect rendah. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat positive

affect yang paling dominan berada pada kategori sedang.

Pada variabel attachment, 9,1% dari total responden memiliki tingkat

attachment tinggi, sementara 74,2% responden memiliki tingkat attachment

sedang, dan 16,7% responden memiliki tingkat attachment rendah. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat attachment

yang paling dominan berada pada kategori sedang. Pada variabel social

integration, 7,7% dari total responden memiliki tingkat social integration tinggi,

sementara 78,7% responden memiliki tingkat social integration sedang, dan

13,6% responden memiliki tingkat social integration rendah. Dapat disimpulkan

bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat social integration yang

paling dominan berada pada kategori sedang. Pada variabel reassurance of worth,

18,6% dari total responden memiliki tingkat reassurance of worth tinggi,

Page 79: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

64

sementara 65,6% responden memiliki tingkat reassurance of worth sedang, dan

15,8% responden memiliki tingkat reassurance of worth rendah. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat reassurance

of worth yang paling dominan berada pada kategori sedang.

Pada variabel reliable alliance, 10% dari total responden memiliki tingkat

reliable alliance tinggi, sementara 74,2% responden memiliki tingkat reliable

alliance sedang, dan 15,8% responden memiliki tingkat reliable alliance rendah.

Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat

reliable alliance yang paling dominan berada pada kategori sedang. Pada variabel

guidance, 9,5% dari total responden memiliki tingkat guidance tinggi, sementara

78,7% responden memiliki tingkat guidance sedang, dan 11,8% responden

memiliki tingkat guidance rendah. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

responden yang diteliti, tingkat guidance yang paling dominan berada pada

kategori sedang. Pada variabel opportunity for nurturance, 8,6% dari total

responden memiliki tingkat opportunity for nurturance tinggi, sementara 78,3%

responden memiliki tingkat opportunity for nurturance sedang, dan 13,1%

responden memiliki tingkat opportunity for nurturancer endah. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat opportunity

for nurturance yang paling dominan berada pada kategori sedang.

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi

dengan software SPSS 20 seperti yang sudah dijelaskan pada bab tiga. Dalam

regresi ada tiga hal yang dilihat, pertama melihat R Square untuk mengetahui

Page 80: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

65

presentase (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent

variable, kedua apakah keseluruhan independent variable berpengaruh secara

signifikan terhadap dependent variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau

tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent variable. Langkah

pertama penulis melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%)

varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable.

Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

R square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .767a .589 .573 6.26176

a. Predictors: (Constant), self-efficacy, positive affect, attachment, social integration, reassurance

of worth, reliable alliance, guidance, opportunity for nurturance.

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa diperoleh R Square sebesar 0.589 atau 58.9%.

Artinya, proporsi varian dari resiliensi yang dijelaskan oleh self-efficacy, positive

affect, attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance,

guidance,dan opportunity for nurturance adalah sebesar 58.9%, sedangkan 41.1%

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Langkah kedua penulis menguji apakah seluruh independen memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada

tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9

Anova Pengaruh seluruh IV terhadap DV

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 11891.470 8 1486.434 37.910 .000b

Residual 8312.439 212 39.210

Total 20203.909 220

a. Predictors: (Constant), self-efficacy, positive affect, attachment, social integration, reassurance

of worth, reliable alliance, guidance, opportunity for nurturance

b. Dependent Variable: R

Page 81: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

66

Berdasarkan uji F pada tabel 4.9, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada

kolom paling kanan adalah p = 0.000 dengan nilai p < 0.05. Jadi, dengan demikian

hipotesis nihil yang berbunyi “tidak ada pengaruh self-efficacy, positive affect, dan

dukungan sosial (attachment, social integration, reassurance of worth, reliable

alliance, guidance, opportunity for nurturance) terhadap resiliensi” ditolak.

Artinya, ada pengaruh positif yang signifikan self-efficacy, positive affect, dan

dukungan sosial (attachment, social integration, reassurance of worth, reliable

alliance, guidance, opportunity for nurturance) terhadap resiliensi.

Langkah selanjutnya, penulis melihat koefisien regresi dari masing-masing

IV. Jika sig < 0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti variabel

independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi.

Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel independen

terhadap resiliensi dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -4.581 5.192 -.882 .379

Self-efficacy .581 .056 .494 9.272 .000*

Positive Affect .193 .052 .184 3.716 .000*

Attachment .041 .067 .035 .609 .543

Social Integration -.041 .057 -.042 -.719 .473

Reassurance Of Worth .098 .051 .102 1.932 .055

Reliable Alliance .041 .072 .036 .574 .567

Guidance .228 .070 .191 3.249 .001*

Opportunity for

Nurturance

.317 1.033 .015 .307 .759

a. Dependent Variable: R

Page 82: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

67

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.18, maka persamaan regresinya

sebagai berikut: (*signifikan)

Resiliensi’ = -4.581 + 0.581 *self-efficacy + 0.193 *positive affect + 0.041

attachment - 0.041 social integration + 0.098 reassurance of worth + 0.041

reliable alliance + 0.228 *guidance + 0.317 opportunity for nurturance.

Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat tiga

varibel yang nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu: (1) self-efficacy, (2)

positive affect, (3) guidance. Sementara lima variabel lain tidak signifikan.

Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independen

variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel self-efficacy

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .581 dengan taraf signifikansi .000 (sig <

0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh self-

efficacy terhadap resiliensi ditolak. Artinya variabel self-efficacy pengaruhnya

signifikan terhadap resiliensi. Arah dari koefisien positif menjelaskan bahwa

semakin tinggi variabel self-efficacy, maka semakin tinggi pula resiliensi.

2. Variabel positive affect

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .193 dengan taraf signifikansi .000 (sig <

0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh positive

affect terhadap resiliensi ditolak. Artinya variabel positive affect pengaruhnya

signifikan terhadap resiliensi. Arah dari koefisien positif menjelaskan bahwa

semakin tinggi variabel positive affect, maka semakin tinggi pula resiliensi.

Page 83: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

68

3. Variabel attachment

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .041 dengan taraf signifikansi .543 (sig >

0.05). Dengan demikian hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh

attachment terhadap resiliensi diterima. Artinya variabel attachment pengaruhnya

tidak signifikan secara positif terhadap resiliensi.

4. Variabel social integration

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -.041 dengan taraf signifikansi .473 (sig

> 0.05). Dengan demikian hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh social

integration terhadap resiliensi diterima. Artinya variabel social integration

pengaruhnya tidak signifikan secara negatif terhadap resiliensi.

5. Variabel reassurance of worth

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .098 dengan taraf signifikansi .055 (sig >

0.05). Dengan demikian hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh

reassurance of worth terhadap resiliensi diterima. Artinya variabel reassurance of

worth pengaruhnya tidak signifikan secara positif terhadap resiliensi.

6. Variabel reliable alliance

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .041 dengan taraf signifikansi .567 (sig >

0.05). Dengan demikian hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh reliable

alliance terhadap resiliensi diterima. Artinya variabel reliable alliance

pengaruhnya tidak signifikan secara positif terhadap resiliensi.

7. Variabel guidance

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .228 dengan taraf signifikansi .001 (sig <

0.05). Dengan demikian, hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada

Page 84: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

69

pengaruhguidance terhadap resiliensi ditolak. Artinya variabel guidance

pengaruhnya signifikan terhadap resiliensi. Arah dari koefisien positif

menjelaskan bahwa semakin tinggi variabel guidance, maka semakin tinggi pula

resiliensi.

8. Variabel opportunity for nurturance

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar .317 dengan taraf signifikansi .759 (sig >

0.05). Dengan demikian hipotesis nihil yang berbunyi tidak ada pengaruh

opportunity for nurturance terhadap resiliensi diterima. Artinya variabel

opportunity for nurturance pengaruhnya tidak signifikan secara positif terhadap

resiliensi.

Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui koefisien regresi mana yang lebih

kuat. Dalam hal ini, penulis menggunakan koefisien regresi yang terstandarisasi

(standardized coefficient) atau beta (β) untuk melihat angka koefisien regresi

mana yang menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap variabel dependen.

Variabel self-efficacy memiliki pengaruh yang paling kuat dengan nilai β= .494.

4.4.1 Pengujian Proporsi Varians Pada Setiap Variabel Independen

Selanjutnya penelitian ini ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari

masing-masing independent variable (IV) terhadap resiliensi. Besarnya proporsi

varian pada resiliensi dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:

Page 85: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

70

Tabel 4.11

Proporsi Varians

Berdasarkan data pada tabel 4.11 proporsi varians masing-masing independent

variable dan signifikansi dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel self-efficacy memberikan sumbangan sebesar 48% dalam varians

resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F= 202.418

dan df2= 219.

2. Variabel positive affect memberikan sumbangan sebesar 5.5% dalam varians

resiliensi. Sumbangan tersebutsignifikan secara statistik dengan F= 25.591 dan

df2= 218.

3. Variabel attachment memberikan sumbangan sebesar 1.3% dalam varians

resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F= 6.131 dan

df2= 217.

Model R R Square

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig.F Change

1 .693a .480 .480 202.418 1 219 .000*

2 .731b .535 .055 25.591 1 218 .000*

3 .740c .548 .013 6.131 1 217 .014*

4 .740d .548 .000 .024 1 216 .876

5 .752e .565 .017 8.573 1 215 .004*

6 .754f .568 .003 1.444 1 214 .231

7 .767g

.588 .020 10.547 1 213 .001*

8 .767h

.589 .001 .094 1 212 .759

Predictors: (Constant), self-efficacy, positive affect, attachment, social integration,

reassurance of worth, reliable alliance, guidance, opportunity for nurturance

Page 86: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

71

4. Variabel social integration memberikan sumbangan sebesar 0% dalam

resiliensi. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F= .024

dan df2= 216.

5. Variabel reassurance of worth memberikan sumbangan sebesar 1.7% dalam

varians resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F=

8.573 dan df2= 215.

6. Variabel reliable alliance memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam

varians resiliensi. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan

F= 1.444 dan df2= 214.

7. Variabel guidance memberikan sumbangan sebesar 2% dalam varians

resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F= 001 dan

df2= 213.

8. Variabel opportunity for nurturance memberikan sumbangan sebesar 0.1%

dalam varians resiliensi. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik

dengan F= .094 dan df2= 212.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 variabel independen,

yaitu self-efficacy, positive affect, attachment, reassurance of worth, dan guidance

yang signifikan sumbangannya terhadap resiliensi, jika dilihat dari besarnya

pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel

independen (sumbangan proporsi varian yang diberikan).

Page 87: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

72

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan memaparkan lebih lanjut terkait hasil dari penelitian

yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi

dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan pertama yang diperoleh dari penelitian

ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari self-

efficacy, positive affect, dan dukungan sosial terhadap resiliensi residen Napza.

Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi

masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh ada tiga

variabel yang signifikan mempengaruhi resiliensi yaitu (1)self-efficacy,(2) positive

affect, dan (3) dukungan sosial. Pada variabel dukungan sosial, hanya ada satu

dimensi yang memberi pengaruh secara signifikan, yaitu guidance, dan lima

dimensi lainnnya tidak signifikan mempengaruhi resiliensi, yaitu attachment,

social integration, reassurance of worth, reliable alliance, dan opportunity for

nurturance.

5.2 Diskusi

Fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi resiliensi residen Napza. Berdasarkan data yang diperoleh

menunjukkan R square sebesar 0.589 atau 58.9%. Hal ini berarti bahwa variabel

self-efficacy, positive affect, dan dukungan sosial memberikan pengaruh terhadap

perubahan variabel resiliensi sebesar 58.9%. Dengan demikian perubahan variabel

Page 88: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

73

resiliensi sebesar 41,1% sisanya dapat dijelaskan oleh variabel selain self-efficacy,

positive affect, dan dukungan sosial.

Self-efficacy memberikan pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi

residen Napza yang sedang berada dalam proses rehabilitasi. Tingkat keyakinan

individu mengenai kemampuannya untuk mengendalikan kejadian dalam

kehidupan individu tersebut mempengaruhi resiliensi. Hal ini sesuai dengan

diskusi pada penelitian sebelumnya (Tusaie dan Dyer, 2004) menyatakan bahwa

resiliensi muncul atau tumbuh dari keyakinan pada diri sendiri dalam kemampuan

individu untuk mengendalikan kejadian dalam hidupnya, kemampuan untuk

mengatasi perubahan, dan keterampilan pemecahan masalah. Keyakinan individu

terhadap kemampuannya dalam mengendalikan kejadian dalam hidupnya

tergantung kepada kepribadian dan keterampilan dalam pemecahan masalah

dalam diri individu.

Pada penelitian ini, penulis melihat keyakinan terhadap kemampuan

responden didapat dari berbagai kegiatan yang diadakan oleh tempat rehabilitasi.

Kegiatan yang diadakan oleh tempat rehabilitasi seperti konseling perorangan

ataupun konseling kelompok, sehingga dari kegiatan tersebut responden

mendapatkan motivasi dalam dirinya untuk keyakinan terhadap kemampuannya.

Kemudian kegiatan keagamaan, dimana responden mendapatkan pencerahan

spiritual sehingga dapat meningkatkan motivasi pada diri responden dalam

meyakini kemampuannya dalam mengendalikan kejadian dalam kehidupannya.

Positive affect juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

resiliensi residen Napza yang sedang mengikuti proses rehabilitasi. Afeksi yang

Page 89: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

74

mencerminkan sejauh mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada

tersebut mempengaruhi resiliensi. Hal ini sesuai dengan hasil pada penelitian

sebelumnya oleh Smith et. al. (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan

positif antara positive affect dan resiliensi. Selain itu, Zautra et. al. (2005), juga

menghasilkan temuan yang konsisten bahwa individu dengan positive affect yang

tinggi, mencirikan individu yang lebih tangguh dalam menghadapi kondisi sulit.

Rasa antusias, aktif, dan waspada pada responden dalam penelitian juga

didapatkan dari tempat rehabilitasi, dimana para residen memang dibina untuk

menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

Bagi setiap residen yang aktif, antusias dan waspada akan dinilai oleh

seseorang yang disebut mayor didalam rehabilitasi, apabila residen menunjukkan

rasa antusias, aktif dan waspada akanada reward yang didapat. Hal ini

meningkatkan motivasi residen dalam membangun rasa antusias, aktif dan

waspada selama mengikuti proses rehabilitasi. Selain itu afeksi positif pada

responden juga tumbuh dari kegiatan-kegiatan dalam rehabilitasi yang dilakukan

secara teratur, disiplin, dan bersama-sama. Seperti diantaranya ada kegiatan

morning meeting dan function yang dilakukan setiap hari oleh para residen.

Dalam penelitian ini ada dimensi dari dukungan sosial yang

mempengaruhi resiliensi, yaituguidance. Bimbingan atau guidance merupakan

salah satu bentuk dukungan yang memungkinkan individu mendapatkan

informasi, saran, atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan

mengatasi permasalahan yang dihadapi. Bahwa jenis dukungan ini bersumber dari

guru, mentor, atau sosok orang tua. Responden dalam penelitian ini, yaitu para

Page 90: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

75

residen mendapatkan bimbingan yang baik di tempat rehabilitasi. Bimbingan di

tempat rehabilitasi sudah diberikan sejak hari pertama residen mengikuti program

rehabilitasi. Dukungan ini bersumber dari mayor dan atau konselor yang bertugas

di tempat rehabilitasi. Berdasarkan penelitian sebelumya, menunjukkan bahwa

dukungan sosial berpengaruh positif terhadap resiliensi (Schultz et. al., 2009).

Dalam penelitian ini, attachment tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap resiliensi. Attachment atau kelekatan yang dimaksud adalah

dimana individu memperoleh kedekatan secara emosional sehingga menimbulkan

rasa aman bagi individu tersebut. Social integration yaitu adanya perasaan

memiliki minat, dan aktivitas yang samajuga tidak memberi pengaruh signifikan

terhadap resiliensi. Reassurance of worth yaitu adanya pengakuan dari lingkungan

bahwa individu merupakan seorang yang berharga dan memiliki kemampuan

dalam suatu hal juga tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap resiliensi.

Reliable alliance yaitu keyakinan bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan

untuk membantu penyesuaian masalah juga tidak berpengaruh signifikan terhadap

resiliensi. Opportunity for nurturance yaitu adanya perasaan bahwa orang lain

bergantung pada dirinya untuk mendapatkan kesejahteraan tidak berpengaruh

signifikan terhadap resiliensi.

Sumber dari dukungan diatas yang tidak memberikan pengaruh signifikan

terhadap resiliensi, biasanya didapatkan dari pasangan, sahabat, atau keluarga.

Penulis melihat para residen sebagai responden kurang kelekatannya dengan

residen lain, hal ini dapat disebabkan oleh durasi residen dalam rehabilitasi yang

Page 91: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

76

berbeda-beda sehinggakurang menciptakan rasa saling percaya terhadap residen

lain akibat para residen terbilang baru saling mengenal di dalam rehabilitasi.

Kelebihan dari penelitian ini adalah menggunakan responden residen

Napza dengan ruang lingkup yang cukup besar yaitu residen Napza pada beberapa

instansi yang ada di daerah Jakarta dan Bogor. Keterbatasan dalam melakukan

penelitian ini adalah dalam menghadapi residen, karena terdapat beberapa residen

yang tidak mengisi kuesioner dengan baik. Perlu kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi dengan residen agar memberikan informasi yang dibutuhkan, juga

ketelitian yang untuk memeriksa kuesioner yang telah diisi residen untuk

dipastikan telah mengisi seluruh informasi yang dibutuhkan.

5.3 Saran

Pada penelitian ini, penulis membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis

dan saran praktis. Penulis memberikan saran secara metodologis sebagai bahan

pertimbangan untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu, penulis juga

menguraikan saran secara praktis sebagai bahan kesimpulan dan masukan bagi

pembaca sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini. Saran yang

penulis berikan akan berdasarkan dengan temuan dalam penelitian yang

dilakukan.

5.3.1 Saran Metodologis

Adapun saran metodologis berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner baku yang terdiri dari

empat skala dengan total 79 item, akan tetapi penulis menyadari bahwa akan

memberikan kuesioner ini kepada residen Napza, sehingga banyak dari

Page 92: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

77

responden yang merasa terlalu banyak pernyataan yang harus diisi. Maka dari

itu, untuk penelitian selanjutnya agar memilih kuesioner yang sesuai dengan

kriteria responden agar lebih mudah untuk dipahami dan dikerjakan.

2. Pada penelitian ini masih banyak variabel yang terkait secara teoritis dengan

resiliensi namun tidak ikut dianalisis, seperti faktor demografi, frekuensi

keluar dan masuk rehabilitasi, jenis napza yang dikonsumsi, dsb. Padahal

variabel-variabel tersebut menjadi sangat penting sekali khususnya pada

resiliensi residen Napza, untuk pengolahan data yang lebih lengkap lagi.

3. Penulis selanjutnya juga diharapkan bisa langsung turun lapangan dan

melakukan penyebaran dengan metode lebih baik selain klasikal untuk

memastikan tidak ada responden yang kebingungan dan agar seluruh item

diisi dengan baik oleh responden.

5.3.2. Saran Praktis

Adapun saran praktis berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi institusi

rehabilitasi untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi resiliensi residen, khususnya self-efficacy, positive affect dan

dukungan sosial. Berdasarkan hasil analisis kategorisasi, tingkat self-efficacy,

positive affect, dukungan sosial dan resiliensi residen termasuk dalam

kategori sedang. Resiliensi yang tinggi merupakan faktor internal yang

penting dan dibutuhkan residen untuk berhasil melepaskan diri dari

ketergantungan terhadap narkoba dengan menjalani proses rehabilitasi.

Page 93: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

78

Dimana resiliensi yang tinggi dipengaruhi secara positif oleh tingkat self-

efficacy, positive affect, dandukungan sosial.

2. Pada dimensi self-efficacy yang dihasilkan penelitian menunjukkan bahwa

dimensi ini memiliki pengaruh yang signifikan dengan sumbangan paling

besar terhadap resiliensi. Untuk itu instansi/tempat rehabilitasi hendaknya

juga memberikan kegiatan positif untuk semakin mendorong meningkatnya

self-efficacy residen yang sedang menjalani proses rehabilitasi. Pada dasarnya

setiap instansi sudah memiliki banyak kegiatan untuk para residen, dalam hal

ini agar lebih difokuskan misalnya dalam memberikan pelatihan dan umpan

balik untuk meningkatkan kepercayaan diri para residen.

3. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi positive affect berpengaruh

signifikan terhadap resiliensi residen. Institusi/tempat rehabilitasi pada

dasarnya sudah memiliki banyak kegiatan positif untuk para residen, dalam

hal ini untuk semakin meningkatkan positive affect, hendaknya lebih fokus

juga dalam memberikan kegiatan yang menyenangkan seperti kegiatan

rekreasi atau olahraga dan bermain musik bersama untuk mempertahankan

serta mendorong afek positif para residen. Ketika residen merasa antusias,

aktif, dan waspada maka akan semakin baik pula resiliensinya.

4. Dalam penelitian ini guidance juga merupakan dimensi yang memberikan

pengaruh signifikan terhadap resiliensi residen. Guidance merupakan

hubungan yang memungkinkan individu mendapatkan informasi, saran dan

nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah

yang sedang dihadapi. Instansi hendaknya meningkatkan kegiatan konseling

Page 94: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

79

dan lebih teratur dan konsisten dalam melakukan kegiatan ini agar residen

selalu merasa dibimbing.Hal ini bertujuan untuk meningkatkan dukungan

jenis guidance, sehingga juga meningkatkan resiliensi residen. Selain itu,

institusi juga hendaknya memberikan pelatihan mentor atau konselor untuk

membantu membangun serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan

dalam membimbing residen.

Page 95: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

80

DAFTAR PUSTAKA

Ballenger-Browning, K., Johnson, D. C. (2010). Key Facts on Resilience. Naval

Center for Combat & Operational Stress Control.

Bandura, A., Nancy, E. A. (1977). Analysis f self-efficacy theory of behavioral of

behavioral change. Cognitive Therapy and Research.

Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive

theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Bandura, A. (1989). Human agency in social cognitive theory. American

Psychologist, 44, 1175-1184.

Brown, D. L. (2008). African American resiliency: Examining racialsocialization

and social support as protective factors. Journal of Black Psychology.

Cobb, S. (1976). Social support as a moderator of life stress. American

Psychosomatic Society, Inc.

Cohen, S., & Hoberman, H. (1983). Positive events and social supports as buffers

of life change stress. Journal of Applied Social Psychology.

Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new resilience

scale: the connor-davidson resilience scale (CD-RISC). Wiley-Liss, Inc

Research Acticle.

Cutrona, C. E., & Russel, D. W. (1987). The Provisions of social relationships

and adaptation to stress. In Jones W. H. & Perlman D. (EDS), Advances

in Personal Relationships. Greenwich CT: JAI Press Inc.

Davidson, J. R. T., Payne, V. M., Connor, K. M., Foa, E. B., Rothbaum,B. O.,

Hertzberg, M. A., & Weisler, R. H. (2005). Trauma, resilienceand

saliostasis: Effects of treatment in post-traumatic stressdisorder.

International Clinical Psychopharmacology.

Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2005). Subjective well-being: the science of

happiness and life satisfaction. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.),

Handbook of Positive Psychology 63- 73. Oxford, UK: Oxford

University Press.

Ediati, R. A. (2016). Hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada

narapidana di lembaga permasyarakatan kelas IIA wanita Semarang.

Jurnal Empati, 5, 537-542.

Fraser, M, Richman, J, &Galinsky, M. (1999). Risk, protection, and resilience:

Towards a conceptual framework for social work practice. Social Work

Research, 23, 131-143.

Page 96: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

81

Gillespie, B. M., Chaboyer, W., Wallis, M., & Grimbeek, P. (2007).Resilience in

the operating room: Developing and testing of aresilience model.

Journal of Advanced Nursing, 59, 427–438.

Grotberg, E., H. (2001). Resilience programs for children in disaster. Ambulatory

Child Health, Blackwell Science Ltd.

Huelsman, T.J., Furr R.M., & Nemanick, R.C.Jr. (2003). Measurement of

Dispositional Affect : construct validity and convergence with a

circumplex model of affect. Educational and Psychological

Measurement, 63, 655-673.

Kabar24.com. (2015). Pasien Rehabilitasi Narkoba Ini Tewas Diduga Gantung

Diri. Diakses pada Oktober 2017 dari

http://kabar24.bisnis.com/read/20151209/367/500102/pasien-rehabilitasi-

narkoba-ini-tewas-diduga-gantung-diri

Kemenkes RI. (2017). INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI: Anti Narkoba Sedunia. Jakarta.

Liputan6.com. (2014). Ini Penyebab Pasien Rehabilitasi Narkoba BNN di Lido

Kabur. Diakses pada Oktober 2017 dari

http://news.liputan6.com/read/2100426/ini-penyebab-35-pasien-

rehabilitasi-narkoba-bnn-di-lido-kabur

Lee, J. H., Nam, S. K., Kim, A. R., Kim, B., Lee M. Y., & Lee, S. M. (2012).

Resilience: a meta-analytic approach. Journal of Counseling and

Development, 91, 269-279.

Lopez, L. M., Cooper, L. (2011). Social Support Measures Review. Los Angeles:

First 5 LA.

Maddux, J. E. (1995). Self-efficacy, Adaptation, and Adjustmen: Theory,

Research, and Application. New York: Plenum Press.

News, Detik. (2014). Pasien Rehabilitasi Kabur, BNN: Mereka Residen Baru.

Diakses pada bulan Oktober 2017 dari

https://news.detik.com/berita/2679620/pasien-rehabilitasi-narkoba-

kabur-bnn-mereka-residen-baru

Ogden, J. (2004). Health psychology textbook third edition. Berkshire: Mc Graw

Hill Pers.

Rehabilitasi BNN Batam. Diakses pada bulan Oktober 2017 dari

http://lokarehabbatam.bnn.go.id/

Reich, J.W., Alex J.Z., & John.S. H. (2010). Handbook of Adult Resilience. The

Guilford Press.

Page 97: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

82

Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The resilience factor. New York: Random

House, Inc.

Sagone, E., & Caroli, M. E. D. (2013). Relationship between resilience, self-

efficacy, and thinking styles in Italian middle adolescents. Journal of

Social and Behavioral Science.

Sarafino, E. P. & Smith, T. W. (2011). Health psychology: biopsychosocial

interaction. United States: John Wiley & Sons, Inc.

Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R, B., & Sarason, B., R, (1983). Assessing

social support: The social support questionnaire. Journal of Social and

Personal Relationship.

Schwarzer, R., & Jerusalem, M. (1995). Generalized Self-Efficacy scale. In J.

Weinman, S. Wright, & M. Johnston, Measures in health psychology: A

user’s portfolio. Causal and control beliefs (pp. 35-37). Windsor, UK:

NFER-NELSON.

Schultz, P., Roditti, M., Gillette, M. (2009). Resilience, Social Support, and

Psychological Disturbance in Hispanic Women Residing in a Battered

Women’s Shelter on the U.S./Mexico Border. New York: Springer.

Schultz, D., and Schultz, E.S. (2005). Theory of Personality Ninth Edition. USA:

Wadsworth Cengage Learning.

Sherer, M., Maddux, J. E., Blaise, M., Steven, P., Beth, J., & Ronald, W. R.

(1982). The self-efficacy scale construction and validation.

Psychological Reports.

Singh, K & Nan Yu, X. (2010). Psychometric evaluation of the connor-davidson

resilience scale (CD-RISC) in a sample of Indian student. J Psychology,

1, 23-30.

Smith, B. W., Dalen, J., Wiggins, K., Tooley, E., Christopher, P., & Bernard, J.

(2008). The Brief Resilience Scale: Assessing the ability to bounce back.

International Journal of Behavioral Medicine.

Souri, H., & Hasanirad, T. (2011). Relationship between resilience, optimism,

and psychological well-being in students of medicine. Jounal of Social

and Behavioral Science.

Sugiyanto. (2015). Peran Lembaga Rehabilitasi Kunci dalam Penanganan Korban

Penyalahgunaan Napza di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian

Sosial RI.

Taylor, S. E. (2015). Health Psychology: 9th

Ed. New York: McGraw Hill.

Page 98: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

83

Tribunnews. (2016). Pasien Melarikan Diri Pertama Terjadi di Loka Rehabilitasi

Narkoba Kalianda. Diakses pada bulan Oktber 2017 dari

http://lampung.tribunnews.com/2016/08/16/edwin-pasien-melarikan-diri-

pertama-terjadi-di-loka-rehabilitasi-narkoba-kalianda

Tugade, M., M. and Fredrickson, B., L. (2004). Resilient individuals use positive

emotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal

of Personal and Social Psychology, 86, 320–333.

Umar J. (2012). Confirmatory Factor Analysis. Bahan Ajar Perkuliahan.Fakultas

Psikologi UIN Jakarta.

Tusaie, K., & Dyer, J. (2004). Resilience: A historical review of theconstruct.

Holistic Nursing Practice, 18, 3–10.

Windle, G., Bennett, K. M., & Noyes, J. (2011). Methodological, review of

resilience scales. Health and Quality of Life Outcomes.

Wagnild, G., & Young, H. (1993). Development and psychometricevaluation of

the Resilience Scale. Journal of Nursing Measurement.

Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. (1988). Development andvalidation of

brief measures of positive and negative affect: ThePANAS scales.

Journal of Personality and Social Psychology, 54, 1063–1070.

Zevon, M., A. & Tellegen, A. (1982). The structure of mood changes: an

idiographic/nomotethic analysis.Journal of Personality and Social

Psychology.

Zautra, A. J., Johnson, L. M., & Davis, M. C. (2005). Positiveaffect as a source

for resilience for women in chronicpain. Journal of Consulting and

Clinical Psychology, 73, 212–220.

Page 99: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

84

LAMPIRAN 1 SURAT IZIN PENELITIAN

Page 100: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

85

Page 101: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

86

Page 102: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

87

Page 103: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

88

LAMPIRAN 2 KUESIONER

Kuesioner Penelitian

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Selamat Pagi/ Siang/ Sore.

Salam sejahtera, semoga Bapak/Ibu/Sdr selalu berada dalam lindungan Tuhan

Yang Maha Esa. Saya Trya Dara Ruidahasi, mahasiswi Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada saat ini sedang

melakukan penelitian skripsi mengenai Resiliensi Residen Napza.

Bersama dengan hal ini, saya mohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi

kuisioner penelitian ini. Kuisioner penelitian ini berisikan sekumpulan pernyataan

yang harus dijawab sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu/Sdr rasakan atau alami.

Tidak ada jawaban benar maupun salah dalam setiap pernyataan. Data yang

Bapak/Ibu/Sdr berikan dijamin kerahasiaannya karena kuesioner ini bersifat

anonim dan akan dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan Bapak/Ibu/Sdr menjadi partisipan penelitian ini, saya ucapkan

terima kasih.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Hormat saya,

Trya Dara Ruidahasi

No. : Tgl. Pengisian :

Page 104: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

89

DATA RESPONDEN

Nama/Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin :

Zat Utama yang Digunakan :

Tanggal Masuk Rehabilitasi :

Sedang mengonsumsi obat dari dokter* :

a. Ya

b. Tidak

Jika ya, resep obat diperoleh dari* :

a. Dokter Umum

b. Dokter Spesialis…

Menyatakan bersedia untuk mengisi kuesioner ini.

TTD

Responden

*Pilihlah jawaban dengan melingkari salah satu

Page 105: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

92

Skala 2

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang sesuai dengan

pengalaman terhadap pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian

Bapak/Ibu/Sdr, dengan pilihan jawaban sebagai berikut :

1. Sangat Tidak Setuju (STS)

2. Tidak Setuju (TS)

3. Setuju (S)

4. Sangat Setuju (SS)

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya merasa bersemangat dalam melakukan pekerjaan. √

Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya Anda setuju bahwa

Bapak/Ibu/Sdrbersemangat dalam melakukan pekerjaan.

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Pemecahan soal-soal yang sulit selalu berhasil bagi saya,

kalau saya berusaha.

2. Jika seseorang menghambat tujuan saya, saya akan

mencari cara dan jalan untuk meneruskannya.

3. Saya tidak mempunyai kesulitan untuk melaksanakan niat

dan tujuan saya.

4. Dalam situasi yang tidak terduga saya selalu tahu

bagaimana saya harus bertingkah laku.

5. Kalau saya akan berkonfrontasi dengan sesuatu yang baru,

saya tahu bagaimana saya dapat menanggulanginya.

6. Untuk setiap problem saya mempunyai pemecahan.

7. Saya dapat menghadapi kesulitan dengan tenang, karena

saya selalu dapat mengandalkan kemampuan saya.

8. Kalau saya menghadapi kesulitan, biasanya saya

mempunyai banyak ide untuk mengatasinya.

9. Juga dalam kejadian yang tidak terduga saya kira, bahwa

saya akan dapat menanganinya dengan baik.

10. Apapun yang terjadi, saya akan siap menanganinya.

Page 106: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

93

Skala 3

Petunjuk Pengisian

Pada setiap pernyataan berikut, terdiri dari sejumlah kata yang menggambarkan

perasaan dan emosi yang berbeda. Lingkarilah jawaban berdasarkan seberapa

kuat emosi tersebut Anda rasakan selama beberapa minggu terakhir ini. Dengan

pilihan jawaban sebagai berikut :

Sedih

Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya Anda sedang merasakan sedih

yang sangat kuat.

No.

Pernyataan

Jawaban

1.

Merasa tertarik

2.

Tertekan

3.

Gembira

4.

Kecewa

5.

Tangguh

6.

Bersalah

7.

Takut

8.

Bermusuhan

9.

Antusias

1 2 3 4 5

Sangat Sedikit Sangat Kuat

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

Page 107: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

94

10.

Bangga

11.

Mudah marah

12.

Waspada

13.

Malu

14.

Terinspirasi

15.

Gugup

16.

Bertekad

17.

Penuh perhatian

18.

Gelisah

19.

Aktif

20.

Khawatir

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

Page 108: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

95

Skala 4

Petunjuk Pengisian

Dalam menjawab pernyataan berikut, pikirkan tentang hubungan Anda saat ini

dengan teman, anggota keluarga, rekan kerja, anggota masyarakat, dan

sebagainya. Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang

menggambarkan hubungan Anda saat ini dengan orang lain. Dengan pilihan

jawaban sebagai berikut:

1. Sangat Tidak Setuju (STS)

2. Tidak Setuju (TS)

3. Setuju (S)

4. Sangat Setuju (SS)

Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya Anda setuju bahwa

Bapak/Ibu/Sdrmerasa malas dalam melakukan pekerjaan.

No. Pernyataan STS TS S SS

1 Ada orang yang dapat saya andalkan ketika saya sedang

membutuhkan bantuan.

2 Saya merasa bahwa saya tidak memiliki hubungan

pribadi yang erat dengan orang lain.

3 Tidak ada orang yang dapat saya mintai bimbingan pada

saat stres.

4 Ada orang-orang yang bergantung pada saya untuk

meminta bantuan.

5 Ada orang yang menyukai kegiatan sosial yang sama

dengan yang saya lakukan.

6 Orang lain tidak menganggap saya kompeten.

7 Saya merasa memiliki tanggung jawab pribadi terhadap

seseorang.

8 Saya merasa menjadi bagian dari sekelompok orang

yang memiliki sikap dan keyakinan seperti saya.

9 Saya tidak berpikir orang lain menghargai keterampilan

dan kemampuan saya.

10 Jika ada masalah, tidak ada yang mau membantu saya.

11 Saya memiliki hubungan dekat yang memberi saya rasa

aman dan sejahtera secara emosional.

12 Ada seseorang yang bisa saya ajak bicara tentang

keputusan penting dalam hidup saya.

13 Saya memiliki hubungan dimana kompetensi dan

keterampilan saya diakui.

14 Saya tidak memiliki seseorang untuk berbagi minat dan

keprihatinan saya.

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya merasa malas dalam melakukan pekerjaan. √

Page 109: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

96

15 Tidak ada orang yang kebahagiaannya benar-benar

bergantung pada saya.

16 Ada orang yang dapat saya percaya dan hubungi untuk

meminta saran jika saya mengalami masalah.

17 Saya merasakan hubungan emosional yang kuat

setidaknya dengan satu orang.

18 Tidak ada yang bisa membantu saya saat saya benar-

benar membutuhkan bantuan.

19 Saya merasa tidak nyaman berbicara tentang masalah

kepada siapapun.

20 Ada orang yang mengagumi bakat dan kemampuan

saya.

21 Saya kurang merasakan keintiman dengan orang lain.

22 Tidak ada orang yang suka melakukan hal-hal yang saya

lakukan.

23 Ada orang yang bisa saya andalkan dalam keadaan

darurat.

24 Tidak ada seorangpun yang membutuhkan perhatian

saya.

Page 110: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

97

LAMPIRAN 3 SYNTAX DAN PATH DIAGRAM

a. Resiliensi

UJI VALIDITAS KONSTRUK RESILIENSI

DA NI=25 NO=221 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19

X20 X21 X22 X23 X24 X25

PM SY FI=RESILIENSI.COR

MO NX=25 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

RESILIENSI

FR TD 22 21 TD 24 23 TD 9 7 TD 9 4 TD 21 11 TD 12 11 TD 19 10 TD 7 6

FR TD 20 18 TD 15 2 TD 12 2 TD 13 12 TD 23 8 TD 16 14 TD 14 4 TD 14 10

FR TD 4 1 TD 17 4 TD 8 1 TD 9 8 TD 21 14 TD 9 2 TD 23 15 TD 8 7 TD 24 11

FR TD 13 8 TD 18 17 TD 18 5 TD 17 6 TD 13 11 TD 23 17 TD 19 1 TD 19 11

FR TD 16 11 TD 25 1 TD 5 2 TD 25 16 TD 19 3 TD 5 3 TD 9 3 TD 10 9 TD 25

12

FR TD 6 5 TD 17 13 TD 22 6 TD 21 6 TD 10 6 TD 19 18 TD 18 15 TD 4 3 TD

11 4

FR TD 16 1 TD 9 1 TD 15 7 TD 13 2 TD 8 2 TD 23 22 TD 20 1 TD 17 3 TD 14 3

FR TD 14 9 TD 22 11 TD 23 9 TD 23 4 TD 25 9 TD 25 7 TD 19 14 TD 12 8 TD

24 16

FR TD 24 18 TD 21 17 TD 17 2

PD

OU MI SS TV

Page 111: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

98

Page 112: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

99

b. Self-efficacy

UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF-EFFICACY

DA NI=10 NO=221 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10X10

PM SY FI=SE.COR

MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

SELF-EFFFICACY

FR TD 8 7 TD 9 2 TD 8 2 TD 5 1 TD 7 4 TD 8 3 TD 10 8 TD 6 5

FR TD 6 1 TD 9 4 TD 7 6

PD

OU MI SS TV

Page 113: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

100

c. Positive Affect

UJI VALIDITAS KONSTRUK POSITIVE AFFECT

DA NI=10 NO=221 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X10

PM SY FI=PA.COR

MO NX=10 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

POSITIVEAFFECT

FR TD 9 8 TD 7 4 TD 8 7 TD 4 2 TD 8 3 TD 8 6 TD 7 6

PD

OU MI SS TV

Page 114: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

101

d. Dukungan Sosial

UJI VALIDITAS CFA DUKSOS

DA NI=24 NO=221 MA=KM

LA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10

ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19

ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24

KM SY FI=DUKSOS1.COR

MO NX=24 NK=6 PH=ST TD=SY

LK

ATTACHMENT SI ROW RA GUIDANCE OFN

FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 2 LX 6 2 LX 7 2 LX 8 2 LX 9 3 LX 10 3

LX 11 3 LX 12 3 LX 13 4 LX 14 4 LX 15 4 LX 16 4 LX 17 5 LX 18 5 LX 19 5

LX 20 5 LX 21 6 LX 22 6 LX 23 6 LX 24 6

FR TD 11 6 TD 13 1 TD 22 6 TD 21 2 TD 13 5 TD 17 12 TD 19 3 TD 22 1 TD

18 17 TD 9 5 TD 10 9 TD 24 3 TD 10 1 TD 2 1 TD 21 5 TD 22 4 TD 17 9 TD 17

10 TD 12 9 TD 18 10 TD 18 11 TD 9 2 TD 20 2

FR TD 19 4 TD 12 7 TD 18 14 TD 16 2 TD 20 16 TD 15 14 TD 6 1 TD 13 6 TD

6 5 TD 14 13 TD 14 1 TD 24 5 TD 5 2 TD 24 15 TD 21 13 TD 20 14 TD 18 9 TD

21 11 TD 5 4 TD 11 1 TD 7 5 TD 22 12

FR TD 22 17 TD 17 7 TD 15 11 TD 12 5 TD 24 9 TD 10 3 TD 12 3 TD 19 12 TD

14 2 TD 13 11 TD 13 2 TD 18 13 TD 22 14 TD 21 17 TD 23 9 TD 12 6 TD 8 1

TD 7 6 TD 8 6 TD 20 9 TD 22 7 TD 22 16

FR TD 9 8 TD 24 17 TD 6 3 TD 13 3 TD 5 3 TD 15 10 TD 21 19 TD 10 6 TD 4 1

TD 23 5 TD 8 3 TD 23 3 TD 24 12 TD 18 12 TD 18 5 TD 17 5 TD 10 5

FR TD 18 2 TD 17 2 TD 18 1 TD 21 18 TD 21 9 TD 21 10 TD 17 1 TD 17 13 TD

17 6 TD 18 6 TD 22 18 TD 13 10 TD 13 9 TD 9 6 TD 8 2 TD 9 1 TD 20 5 TD 16

6 TD 22 8 TD 22 3 TD 22 10

FR TD 12 10 TD 13 12 TD 16 12 TD 23 12 TD 22 21 TD 21 1

PD

OU TV SS MI ADD=OFF

Page 115: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

102

Page 116: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

103

LAMPIRAN 4 OUTPUT REGRESI

Lampiran Hasil Uji Regresi

Page 117: PENGARUH SELF-EFFICACY, POSITIVE AFFECT, DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45843...Mazaya Ghalia A., Syifa Nadia, Hanina Maulidha, Diah Lestari, Indra Rukmana,

104

Proporsi Varians