pengaruh nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio...

133
PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia) Disusun Oleh: AKHMAD ARIF IMAM SANTOSO (204081002247) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Upload: others

Post on 12-Jul-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO,

RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

Disusun Oleh:

AKHMAD ARIF IMAM SANTOSO

(204081002247)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

i

PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO,

RETURN ON ASSET DAN BETA SAHAM TERHADAP RETURN SAHAM

(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Akhmad Arif Imam Santoso

NIM: 204081002247

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Arief Mufraini,Lc., M.Si

NIP. 195706171985031002 NIP. 19770122200312

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2012 M

Page 3: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 19 Desember 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas

Mahasiswa :

1. Nama : Akhmad Arif Imam Santoso

2. NIM : 204081002247

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio,

Return On Asset dan Beta Saham Terhadap Return

Saham” (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa

Efek Indonesia)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke

tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Desember 2011

1. Adhitya Ginanjar, SE, M.Si ( ____________________)

NIP. 197408102011011001 Ketua

2. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si ( ______ )

NIP. 19770122200312 Sekretaris

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( )

NIP. 196902032001121003 Penguji Ahli

Page 4: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 23 Desember 2011 telah dilakukan ujian skripsi atas Mahasiswa :

1. Nama : Akhmad Arif Imam Santoso

2. NIM : 204081002247

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On

Asset dan Beta Saham Terhadap Return Saham”(Studi Empiris

Pada Perusahaan LQ - 45 Di Bursa Efek Indonesia)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di

atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Desember 2011

1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( ____________________ ) NIP. 194906021978031001 Ketua

2. Suhendra, S.Ag., MM ( ______ )

NIP. 197112062003121001 Sekretaris

3. Indo Yama Nasarudin., S.E, MAB ( )

NIP. 197411272001121002 Penguji Ahli

4. Prof. Dr.Abdul Hamid, MS ( ____________________ ) NIP 195706171985031002 Pembimbing I

5. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si ( ____________________ ) NIP. 19770122200312 Pembimbing II

Page 5: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Nama Mahasiswa : Akhmad Arif Imam Santoso

NIM : 204081002247

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang

lain.

Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur

dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan

serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari

menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Desember 2011

Yang Menyatakan,

(Akhmad Arif Imam Santoso)

Page 6: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Akhmad Arif Imam Santoso

Nim : 204081002247

Universitas : Univesitas Islam Negeri Jakarta

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program studi : Manajemen

Jurusan/Konsentrasi : Keuangan dan Pasar Modal

Tempat dan Tgl.Lahir : Jakarta, 04 Oktober 1985

Alamat : Jl. Jaha No 1 Rt 05/Rw 10, Kelurahan Kalisari

Kecamatan Pasar Rebo 13790

Nama Orang Tua (Bapak) : Dr.Riza Fahlafi SE, M.Si (Alm)

(Ibu ) : Drs. Nurul Hidayati M.Si

Riwayat Pendidikan : 1. Lulus Sekolah Dasar Negeri SDN 04 Tahun

1997

2. Lulus Sekolah Menengah Pertama Tahun

2001

3. Lulus Madrasah Aliyah Negeri 2 Tahun

2004

4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Manajemen Universitas Islam Negeri Tahun

2004

Page 7: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

vi

ABSTRACT

This study has the objective to analyze simultaneously the influence of variable

exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and beta stocks

towards the return stock, to analyze the partial effects between variable exchange

rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and shares of stock return

beta, to analyze the independent variables which are the most dominant influence

the dependent variable. The company used as the object of research is a

registered company that included in IDX LQ 45 category. And the method used is

multiple linear regression analysis. Based on multiple linear regression analysis

is known that the variables that most influence on stock returns is inflation

variable that has the largest beta coefficient in comparison with other

independent variables. Test results (F) concluded that all the independent

variables jointly affect stock returns. Adjusted R Square value is 0.527 which

means 52.7%. Indicates that the exchange rate, inflation, debt to equity ratio,

return on assets and stock beta may affect stock returns. While the rest of 37.3%

influenced by other unknown factors.

Keywords: exchange rates, inflation, debt to equity ratio, return on assets and

stock beta, stock returns

Page 8: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

vii

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara

variabel nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham

terhadap return saham, untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara variabel

nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap

return saham, untuk menganalisis variabel independen mana yang paling dominan

mempengaruhi variabel dependen. Perusahaan yang digunakan sebagai objek

penelitian adalah perusahaan yang terdaftar BEI yang masuk kategori LQ 45. Dan

metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan

analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh

terhadap return saham adalah variabel inflasi yang memiliki koefisien beta paling

besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hasil Uji (F) menyimpulkan

bahwa semua variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap return

saham. Nilai Adjusted R Square adalah 0,527 yang berarti 52,7%. Menunjukkan

bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham

dapat mempengaruhi return saham. Sedangkan sisanya sebesar 37,3%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui.

Kata kunci: nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta

saham, return saham

.

Page 9: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT,

Tuhan Semesta Alam, yang telah memberikan segala kenikmatan-Nya kepada

penulis, baik itu nikmat iman, sehat dan waktu serta nikmat kemudahan jalan yang

diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam

penulis haturkan kepada Nabi Besar umat manusia Muhammad SAW, laki-laki

sejati gagah berani yang membawa risalah Allah SWT dan mengajarkannya

kepada manusia sehingga terhindar dari zaman kejahiliyan. Shalawat dan salam

tidak lupa penulis haturkan pula kepada para keluarga nabi, sahabat nabi, tabi’in,

tabi-tabi’in, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis melakukan penelitian ini untuk memenuhi persyaratan akan

kelulusan penulis untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Manajemen

Pemasaran. Dan alhamdulillah penelitian ini dapat penulis selesaikan. Dengan

selesainya penelitian ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya

untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari

zaman kebodohan.

2. Kedua Orang tuaku (Alm) Dr.Riza Fahlafi S.E, M.Si & Dra. Nurul Hidayati,

M,Si) dan kakak tercinta Mohammad Bahrelfi Belafiff, S.Si, M.Si adiku

tercinta, Nurhardiansyah Ikhromi, S.T terima kasih atas segala dukunganya

dan motivasinya baik dari segi moril maupun materil, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Jakarta

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Dekan FEB yang telah memberikan ilmu

dan waktunya untuk mendidik penulis dan Mahasiswa/i FEB UIN Jakarta.

Page 10: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

ix

5. Bapak Prof Dr. Abdul Hamid, MS . selaku dosen pembimbing utama. Terima

kasih atas segala bimbingan, pendapat dan waktu yang diberikan kepada

penulis.

6. Bapak Prof Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pudek I Bid Akademik yang

memberikan support dan kesempatan untuk penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak M. Arif Mufraini, Lc, M.Si. Selaku dosen pembimbing kedua, Terima

kasih atas segala bimbingan, pendapat, dan waktu yang diberikan kepada

penulis.

8. Dosen-Dosen UIN Jakarta FEB Non Reguler yang telah mengajar dan

mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FEB Non Reguler UIN

Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada

penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat

semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman.

Amin.

9. Kesekretariatan FEB Non Reguler UIN Jakarta dan Staf-Staf lain yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu disini, terima kasih atas waktu dan

pertolongannya untuk penulis.

10. Keluarga besar dari Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang tidak bisa disebutkan

satu persatu...Trimakasih doa dan motivasinya.....

11. Untuk Mahasiwa Manajemen dan Akuntansi Non Reguler (Ekstensi) angkatan

tahun 2004 FEB UIN, semangat terus dan terima kasih atas dukungan,

persahabatan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

12. Terimakasih untuk Kekasihku Tercinta Istiana Nurmaulidawanti, SS

terimakasih atas support dan doanya serta kesabarannya untuk bersama

kami…..

13. Temanku Safik Wajdilanam,SE terima kasih sudah meminjamkan Laptop

dalam menyelesaikan KATA PENGANTAR skripsi ini.

14. Kawan-kawanku Asep Lulu Rahman, Anton Gusnawan, Nurul, Nayla,

Fahrurozi Chambali menyelesaikan skripsi semangat selalu dalam meraih gelar

sarjana

Page 11: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

x

15. Kawanku yang sering main ke rumah Atep yuyu, Donih, Sabarudin, Yunus,

Mat Gunawan, Aray Terima kasih atas segala doa dan supportnya.

16. Terimakasih atas doanya untuk Omah Nungky dan Opah Hartono atas

nasehatnya selalu

17. Terima kasih atas motivasinya dan doanya dari mbak Wiena Narulita SE.

18. Terimakasih untuk Omah Winarti yang tetap selalu bersama kami...

19. Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak

kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas

motivasinya ya..!!!

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

yang dilakukan penulis. Oleh karena itu penulis akan membuka diri untuk

menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait penelitian ini sehingga penulis

dapat memperbaiki dan menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis

berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak

terkait.

Jakarta, Desember 2011

Akhmad Arif Imam Santoso

Page 12: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

xi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................ i

Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................ ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .............................................. iv

Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v

Abstact ............................................................................................................ vi

Abstrak ........................................................................................................... vii

Kata Pengantar ............................................................................................. viii

Daftar Isi ........................................................................................................ xi

Daftar Tabel ................................................................................................... xiv

Daftar Gambar .............................................................................................. xv

Daftar Lampiran ........................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

1. Tujuan Penelitian .................................................................. 8

2. Manfaat Penelitian ................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10

A. Investasi ..................................................................................... 10

B. Pasar Modal ............................................................................... 11

C. Fundamental ............................................................................... 18

D. Harga Saham .............................................................................. 21

E. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham ............................... 24

F. Return Saham ............................................................................. 28

G. Nilai Tukar ................................................................................. 30

H. Inflasi ......................................................................................... 34

Page 13: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

xii

I. Debt To Equity Ratio (DER) ...................................................... 38

J. Return On Asset ......................................................................... 40

K. Beta Saham ................................................................................ 41

L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset

Pricing Model ............................................................................ 44

M. Penelitian Sebelumnya ............................................................... 50

N. Kerangka Pemikiran .................................................................. 52

O. Hipotesis Penelitian ................................................................... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 54

A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 56

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 57

D. Metode Analisis Data ................................................................. 58

1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58

2. Perhitungan Analisis Regresi ................................................ 62

3. Uji t Parsial ............................................................................ 63

4. Uji F Simultan ....................................................................... 64

5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square) ......................... 65

E. Operasional Variabel ................................................................. 65

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 69

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 69

1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia ......................................... 69

2. Struktur Pasar Modal Indonesia ............................................ 70

3. Lembaga-Lembaga Yang Terlibat Di Bursa Efek

Indonesia ............................................................................... 71

4. Mekanisme Perdagangan ...................................................... 74

B. Sejarah Objek Penelitian ............................................................ 79

C. Hasil Dan Pembahasan .............................................................. 81

1. Deskriptif Data ...................................................................... 81

2. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................... 88

Page 14: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

xiii

a. Uji Normalitas Data .......................................................... 88

b. Uji Multikolinieritas ......................................................... 91

c. Uji Autokolerasi ............................................................... 92

d. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 93

3. Uji Signifikansi ..................................................................... 94

a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) .......................................... 94

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..................................... 95

c. Koefisien Determinasi (Adj R Square) ............................. 96

4. Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 97

D. Interpretasi ................................................................................. 98

BAB V Kesimpulan Dan Implikasi .......................................................... 101

A. Kesimpulan ................................................................................ 101

B. Saran Dan Implikasi ................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104

LAMPIRAN ................................................................................................... 106

Page 15: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 52

3.1 Pengukuran Uji Autokolerasi ....................................................... 61

4.1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian .................................. 81

4.2 Perhitungan Nilai Tukar ............................................................... 82

4.3 Perhitungan Inflasi ....................................................................... 83

4.4 Perhitungan Debt To Equity Ratio ............................................... 84

4.5 Perhitungan Return On Asset ....................................................... 86

4.6 Perhitungan Beta Saham ............................................................. 81

4.7 Perhitungan Return Saham ........................................................... 88

4.8 Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas) ..... 91

4.9 Hasil Pengujian Multikolinieritas ................................................. 92

4.10 Hasil Pengujian Autokolerasi ........................................................ 93

4.11 Hasil Pengujian Uji t ..................................................................... 94

4.12 Hasil Pewngujian Uji F ................................................................. 95

4.13 Hasil Pengujian Adjusted R Square ............................................... 96

4.14 Hasil Analisis Regresi ................................................................... 97

Page 16: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 53

4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia .................................................... 70

4.2 Uji Normalitas Data (PP-Plot) ...................................................... 89

4.3 Uji Heteroskedastisitas (Scaterplot) ............................................. 93

Page 17: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ................................. 106

2 Perhitungan Data Mentah Variabel Penelitian ............................ 107

3 Hasil Perhitungan SPSS .............................................................. 113

Page 18: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan sektor ekonomi sangatlah dominan ditunjang baik dari segi

sektor Riil dan sektor Non Riil, melihat krisis ekonomi global yang

mengguncang negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa

menarik untuk dicermati bagaimana dampaknya terhadap perekonomian dalam

negeri, khususnya sektor Non riil.

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia berdampak besar terhadap

perekonomian di Indonesia, terjadinya krisis bermula dari kasus subprime

mortgage yang terjadi di Amerika Serikat. Subprime mortgage merupakan

instrumen kredit untuk sektor properti, kesalahan yang terjadi adalah

pemberian subprime mortgage lebih banyak kepada penduduk yang sebenarnya

tidak layak mendapatkan bantuan kredit perumahan. Dikatakan tidak layak

karena penduduk tersebut tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk

menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka pinjam. Hal ini memicu terjadi

kredit macet di sektor properti. Kemudian kredit macet di sektor ini

menyebabkan kolaps perusahaan-perusahaan besar di Amerika serikat.

Kolapsnya perusahaan pembiayaan ini juga mempengaruhi lembaga

keuangan di Amerika Serikat. Karena perusahaan pembiayaan pada umumnya

meminjam dana jangka pendek dari pihak lain, termasuk lembaga keuangan.

Page 19: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

2

Selain itu, dampak kolapsnya lembaga keuangan di Amerika Serikat juga

mempengaruhi lembaga investasi dan investor diberbagai penjuru dunia.

Khususnya bagi lembaga investasi di Indonesia memiliki dampak yang

cukup besar, kuatnya pengaruh sentimen negatif krisis ekonomi global

menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi di akhir

triwulan ketiga yang menurun tajam sebesar 22,0% menjadi level 1.883,

dibanding posisi IHSG akhir Triwulan kedua-2008.

Krisis keuangan global terbukti memporakporandakan pasar modal dan

valas. IHSG anjlok dari level 2.830 menjadi 1.111 atau turun 60 %. Nilai kurs

rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi cukup dramatis dari Rp 9.076 sampai

hampir menembus level Rp 13.000, atau mengalami depresiasi lebih dari 30

%.(Bank Indonesia dan BEI,2008).

Tekanan yang terjadi pada pasar modal Indonesia menyebabkan

terjadinya penurunan likuiditas di sektor perbankan dan institusi keuangan

nonbank yang disertai berkurangnya transaksi keuangan. Hal ini dikarenakan

banyaknya investor dari institusi keuangan Amerika Serikat yang melepas

kepemilikan saham mereka di pasar modal Indonesia untuk menyelamatkan

perusahaan mereka sendiri yang terkena krisis keuangan.

Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi,

sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

uangnya. Setiap investor dalam mengambil keputusan investasi akan selalu

dihadapkan pada sejumlah pilihan, apakah ia menginvestasikan dananya dalam

bentuk aset riil atau memilih melakukan investasi dalam bentuk aset finansial.

Page 20: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

3

Investor melihat pergerakan yang baik dari suatu nilai saham, beradasarkan

aturan yang jelas dalam setiap penghitungan dan ketetapan yang telah

disepakati bersama.

Untuk penentuan harga saham dapat ditentukan dengan dua metode

analisa yang ada, yaitu analisa fundamental dan pendekatan teknikal.

Pendekatan teknikal menggunakan data pasar untuk menganalisis harga saham

secara keseluruhan ataupun harga individu dari saham tersebut (Jones, 2000).

Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa

mendatang melalui dua cara, pertama melakukan estimasi nilai fundamental

yang mempengaruhi harga saham di waktu mendatang, kedua menerapkan

hubungan tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Suad husnan,

1996). Karena itu, untuk melakukan evaluasi terhadap harga saham, diperlukan

informasi tentang kinerja fundamental keuangan perusahaan (Yugo Purnomo,

1998).

Analisa fundamental bertujuan untuk menentukan apakah nilai saham

berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue

bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga wajar atau nilai

intrinsiknya, sehingga layak dibeli. Telah diketahui bahwa analisis fundamental

mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan

data keuangan perusahaan (sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan).

Pendekatan teknikal adalah pendekatan yang menggunakan data pasar

yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume perdagangan, indeks harga

saham individual maupun gabungan untuk berusaha mengakses permintaan dan

Page 21: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

4

penawaran saham tertentu maupun secara keseluruhan. Dalam hal ini

perkembangan harga saham lebih mudah kita melihatnya dengan pendekatan

analisis fundamental.

Selain faktor internal perusahaan, kita juga perlu melihat faktor

eksternal yang lainya, seperti kita dapat melihat kondisi Makroekonomi yang

mempengaruhi harga saham suatu perusahaan yang Go Public, misalnya : kurs

valuta asing (Valas), cadangan devisa, inflasi, tingkat suku bunga deposito

(Djoko :54). Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian

(pengujian) pengaruh antara variabel ekonomi makro terhadap perubahan

indeks harga saham.

Indonesia memiliki sistem nilai kurs yang mengalami perubahan setiap

waktu, sebagian besar mata uang berada di antara sistem tetap dan

mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar mata uang dibiarkan mengambang

dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini sama dengan

sistem tetap, dalam pemerintahan sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi

untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya.

Hubungan atau pengaruh nilai tukar (kurs) terhadap indeks harga saham

itu sendiri sangat berkaitan erat. Hal ini dikarenakan kurs adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi indeks harga saham, sehingga indeks sebagai

indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. Dalam

perekonomian suatu negara biasanya dilihat berdasarkan kurs mata uang

negara itu sendiri terhadap kurs valas (valuta asing). Apabila kurs menguat,

maka secara tidak langsung indeks harga saham juga akan naik, tetapi bila kurs

Page 22: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

5

mata uang melemah, maka indeks harga saham juga akan turun. Naik turunya

harga saham akan terjadi karena apresiasi rupiah terhadap mata uang asing

menyebabkan naik turunya permintaan saham di pasar modal oleh investor.

Hubungan antara tingkat suku bunga dengan indeks harga saham,

terjadi di saat apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan. Investor akan

cenderung segera menempatkan uangnya pada deposito berjangka, obligasi

pemerintah yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi serta memiliki

resiko yang kecil dibandingkan menginvestasikan pada saham dengan resiko

yang tinggi. Efek psikologis dan kecenderungan menghindari resiko untuk

memperoleh hasil yang besar sebagai daya tarik investor untuk memilihnya.

Harga saham sulit untuk diprediksi karena dipengaruhi dan sering

berubah meliputi; nilai tukar (kurs), inflasi dan tingkat suku bunga yang

merupakan sebagai indikator kondisi makroekonomi. Dalam hal ini

memberikan penetapan pada variabel makroekonomi yaitu, inflasi, nilai tukar

dan tingkat suku bunga.

Pengujian ini dilakukan terhadap variabel perubahan tersebut, apakah

faktor-faktor makroekonomi (inflasi dan nilai tukar) berpengaruh signifikan

terhadap harga saham yang terjadi pada keadaan sebelum dan sesudah krisis

ekonomi tahun 2008.

Mempertimbangkan antara penelitian terdahulu tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi harga saham, hubungan antara variabel ekonomi makro

(nilai tukar, inflasi dan tingkat suku bunga) terhadap indeks harga saham

dengan menggunakan model OLS (ordinary least square bivariate)

Page 23: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

6

sebagaimana yang dinyatakan (Rao,1994) bahwa data ekonomi makro

memiliki sifat nonstationery dan mempunyai hubungan imbal balik (causality).

Model multi faktor mengasumsikan bahwa proses penetuan harga saham

melibatkan beberapa faktor, terdapat beberapa kemungkinan bahwa lebih dari

satu faktor penyebab (pervasive factor) dalam perekonomian yang

mempengaruhi indeks harga saham (Alexander,Bailey,1999).

Situasi ekonomi mempengaruhi hampir semua perusahaan, sehingga

perubahan dari perekonomian yang diramalkan memiliki dampak yang besar

terhadap harga sebagian saham. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Vera Yuniarti (2004) di Bursa Efek Indonesia menjelaskan adanya faktor-

faktor makroekonomi (nilai tukar (kurs); suku bunga; inflasi; EPS; PER dan

frekuensi perdagangan) yang mempengaruhi perubahan harga saham

perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia.

Menurut Arseptin Ari Nur Anggraeni (2009) analisa pengaruh inflasi,

nilai tukar dan tingkat suku bunga pada saham perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini

adalah untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh faktor makroekonomi

(Nilai tukar dan Inflasi). Keberadaan faktor makroekonomi sebagai faktor

eksternal suatu perusahaan ini membuat penulis merasa tertarik dalam hal

penelitian yang berkaitan dengan pasar modal serta harga saham yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

Page 24: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

7

Penulis mengambil variabel makroekonomi yang diuji dan diteliti oleh

para pendahulu. Oleh karena itu cakupan faktor makroekonomi begitu general

dan luas, untuk itulah mengambil batasan masalah.

Dalam penelitian ini juga diperlukan tujuan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh besar inflasi dan nilai tukar terhadap harga saham di Busa

efek Indonesia atau apakah faktor inflasi dan nilai tukar yang sangat

berpengaruh besar terhadap harga saham.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini juga sesuai

dengan variabel yang digunakan peneliti-peneliti terdahulu yaitu Rao (1994),

Alexander and Bailey (1999), Vera Yuniarti (2004), Arseptin Ari Nur

Anggraeni (2009). Begitu pula dengan informasi yang penulis dapat,

berdasarkan faktor makroekonomi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia, menjadikan peneliti semakin menambah pengetahuan

dan ilmu di dalam kajian manajemen keuangan dan pasar modal.

Dengan segala upaya dan usaha yang penulis lakukan, tidak terlepas

dari segala kekurangan dan kelemahan. Untuk itu diperlukan saran dan kritik

demi menyempurnakan hasil proposal skripsi ini. Untuk itulah kami ingin

mengajukan penelitian ini untuk memenuhi prasyarat untuk membuat skripsi

dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, SBI, Return On Asset Dan Beta

Saham Terhadap Return Saham”.

Page 25: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian

sebelumnya, maka penelitian yang kami lakukan untuk mengidentifikasi

masalah:

1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar,

Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return

saham.

2. Apakah ada pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar, Inflasi, debt

to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham.

3. Manakah variabel independen yang paling dominan mempengaruhi return

saham.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka kami selaku

yang akan meneliti bertujuan sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan antara variabel nilai tukar,

Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap

return saham.

b. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial antara variabel nilai tukar,

Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap

return saham.

c. Untuk menganalisis variabel independen mana yang paling dominan

mempengaruhi variabel dependen.

Page 26: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

9

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi Peneliti

Diharapkan menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan manajemen keuangan dan pasar modal khususnya pada kajian

mengenai harga saham, sehingga bukan hanya mengenal secara teori

tetapi juga secara praktek langsung.

2. Bagi Perusahaan

Hal-hal yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan yang berguna bagi perusahaan melihat keterkaitan

pengaruh harga saham terhadap faktor lain yang mempengaruhinya.

3. Bagi Akademisi

Menjadi acuan peneliti selanjutnya dan diharapkan memperoleh suatu

model yang dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

bidang keuangan dan pasar modal dan digunakan sebagai bahan

pembanding untuk penelitian-penelitian yang lain, serta dapat menambah

pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam mempraktekan berbagai

teori yang pernah diterima selama kuliah terutama yang berhubungan

dengan manajemen keuangan.

Page 27: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Investasi

1. Pengertian Investasi

Investasi dapat didefinisikan sebagai suatu komitmen atas sejumlah

dana dalam suatu periode mendapatkan pembayaran masa depan yang akan

mengkompensasikan investor untuk ; waktu dimana dana tersebut

dikomitmenkan, tingkat inflasi yang diekspektasikan, ketidakpastian dari

pembayaran dimasa depan. Investasi pada dasarnya merupakan sarana untuk

menempatkan dana dengan ekspektasi akan menghasilkan pendapatan yang

positif dan nilainya yang meningkat.

Dunia investasi khususnya pada sekuritas atau surat berharga pada

saat ini menunjukan perkembangan yang amat pesat. Hal ini disebabkan

antara lain karena minat masyarakat yang semakin besar untuk menanamkan

dana yang dimiliki ke dalam bentuk sekuritas selain ke dalam tabungan atau

deposito berjangka di Bank

Menurut Yuliati (1996); investasi dapat diartikan sebagai cara

penanaman modal baik secara langsung maupun tidak langsung yang

bertujuan untuk mendapatkan manfaat (keuntungan) tertentu sebagai hasil

penanaman modal tersebut.

Page 28: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

11

Menurut Reilly (2004) mendefinisikan investasi secara lebih spesifik

yaitu sebagai pengalokasian saat ini atas sejumlah uang selama periode

waktu tertentu untuk memperoleh pembayaran dimasa depan yang akan

memberikan imbalan kepada investor atas ; waktu selama dana

dialokasikan, tingkat inflasi yang diharapkan, ketidakpastian pembayaran

masa depan.

Untuk mengelola investasi yang baik, diperlukan suatu ilmu yang

disebut dengan manajemen investasi. Secara sederhana, manajemen

investasi adalah proses untuk mengelola uang atau dana. Lebih lanjut,

Fabozzi (1995) mengungkapkan bahwa terdapat lima langkah manajemen

investasi :

1. Menentukan tujuan investasi

2. Menetapakan kebijakan investasi

3. Memilih strategi portofolio

4. Memilih asset, mengukur dan mengevaluasi kinerja asset.

B. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal

Menurut Suad Husnan (2004:3) mendefinisikan bahwa pasar modal

adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka

panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun

modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public aothorities, maupun

perusahaan swasta. “Pasar modal adalah pertemuan antara penawaran

dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu

Page 29: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

12

individu-individu atau badan usaha yang kelebihan dana (surplus fund)

melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.

Sebaliknya di tempat ini pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana

menawarkan surat berharga dengan cara listing dahulu pada badan otoritas

dipasar modal yang terdaftar sebagai emiten (Sunariyah, 1997: 3).

Pada undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995, pengertian

pasar modal dijelaskan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan

dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

berkaitan dengan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek. Sedangkan menurut David L.Scott (1998), pasar

modal adalah pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham

preferen dan obligasi diperdagangkan.

Menurut Jogiyanto Hartono (2008:3) Pasar adalah suatu situasi

dimana para pelakunya (penjual dan pembeli) dapat menegosiasikan

pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas. Modal adalah suatu

yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber dana untuk melaksanakan

kegiatan perusahaan. Sedangkan pasar modal merupakan suatu situasi

dimana para pemjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap

pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas dan komoditas yang

dipertukarkan disini adalah modal”.

Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian

fisik yang terorganisasi dengan efek-efek yang diperdagangkan yang disebut

bursa efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem terorganisasi

Page 30: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

13

yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung (Ahmad Rodoni, 2006). Efek adalah setiap

surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, misalnya : surat pengakuan

hutang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi,

tanda bukti hutang, bukti right (right issue) dan waran (warrant).

Pengertian efek adalah suatu sistem yang terorganisir dengan

mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual efek (pihak yang defisit

dana) dengan pihak pembeli efek (pihak yang surplus dana) secara langsung

atau melalui wakil-wakilnya (Agus Sartono, 1996). Melalui pasar modal

masyarakat diperkenankan memiliki saham perusahaan, dengan harapan

untuk ikut menikmati penghasilan perusahaan melalui sarana pembagian

deviden maupun peningkatan harga saham. Keikutsertaan masyarakat

didalam pemilikan modal memberikan dampak yang positif terhadap

pengelolaan perusahaan, yaitu melalui mekanisme pengawasan langsung

oleh masyarakat, sehingga mendorong pihak manajemen perusahaan untuk

mengelola perusahaan secara lebih profesional dan transparan menuju

terciptanya aktifitas usaha yang efisien.

Pasar modal merupakan suatu lembaga yang dalam kegiatan

operasionalnya memberikan kesempatan kepada perusahaan yang telah

berkembang dengan baik untuk menerbitkan surat berharga dalam bentuk

saham, obligasi dan sekuritas sehingga perusahaan tersebut akan

mendapatkan tambahan dana. Diharapkan dengan menerbitkan saham

Page 31: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

14

ataupun obligasi dipasar modal, akan dapat menarik investor dalam

menanamkan modalnya kedalam perusahaan.

Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal

merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi

dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana

dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang

produktif. Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu

negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi

dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi,

karena pasar modal menyediakan fasilitas atau sarana yang mempertemukan

dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang

memerlukan dana.

Sedangkan pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena

pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal

hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas pasar modal, secara

umum faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi

aktifitas pasar modal yang berasal dari kinerja mikroekonomi, yaitu kinerja

yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang mencatatkan diri dipasar

modal tersebut. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

aktifitas pasar modal yang berasal dari kinerja makroekonomi maupun

faktor-faktor lain di luar permasalahan ekonomi, seperti kondisi politik,

keamanan, kebijakan pemerintah dan lain-lain.

Page 32: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

15

2. Pasar Modal yang Efisien

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) ingin memastikan

bahwa harus terdapat transparansi dalam pengungkapan berbagai informasi

yang berhubungan dengan fundamental atau kinerja dari emiten.

Transparansi ini dilakukan dengan mewajibkan para emiten untuk secara

periodik melaporkan hasil laporan keuanganya kepada publik. Pasar modal

dikatakan efisien ketika terjadi keadaan dimana harga dari seluruh sekuritas

secara cepat dan menyeluruh merefleksikan seluruh informasi yang tersedia

tentang sekuritas tersebut.

Tandelilin (2001:114) menyatakan bahwa pasar modal yang efisien

adalah sangat erat kaitanya dengan informasi yang berhubungan dengan

kinerja perusahaan karena menyangkut bagaimana pasar dapat merespon

informasi-informasi tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga

sekuritas menuju keseimbangan baru. Sedangkan Sharpe (2006) lebih

menekankan pengertian efisiensi pasar pada ketidakmampuan investor

untuk mendapatkan keuntungan yang berlebihan atau imbalan abnormal.

Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersedian

informasinya saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi,

tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan

keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia

(Jogiyanto,2003).

Page 33: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

16

Hal yang sama dikemukakan Tandelilin (2001) bahwa efisiensi

dapat diartikan tidak seorang investor dapat mengambil untung dari pasar.

Artinya, jika pasar efisien dan semua informasi dapat diakses secara mudah

dan dengan biaya murah oleh semua pihak di pasar, maka harga yang

terbentuk adalah harga keseimbangan, sehingga tidak seorang investor dapat

memperoleh keuntungan abnormal dengan memanfaatkan informasi yang

dimilikinya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa pasar

modal dikatakan efisien bila harga-harga sekuritas telah mencerminkan

semua informasi yang tersedia. Harga-harga dengan cepat menyesuaikan

bila ada informasi baru dan setelah penyesuaian oleh investor, tidak akan

mampu mendapatkan keuntungan abnormal dari setiap tindakannya.

Sehubungan dengan pengukuran pasar yang efisien maka yang perlu

untuk diperhatikan adalah hubungan antara harga sekuritas dengan

informasi yang baru. Keane. S (2008:56) dalam bukunya “The Efficient

Market Hyphothesis an The Implication for Financial Reporting”

menyatakan bahwa harga yang dihasilkan dalam pasar modal merupakan

estimator yang baik. Fama (1998:84) mengklasifikasikan bentuk pasar yang

efisien kedalam tiga bentuk efficiency market hyphotesis yaitu :

a. Efisiensi pasar dalam bentuk lemah (weak form). Pasar dikatakan efisien

dalam bentuk lemah berarti harga-harga dari sekuritas yang terbentuk

sekarang akan secara penuh mencerminkan informasi masa lalu.

Page 34: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

17

b. Efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat (semistrong form). Pasar

dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritas

secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan,

termasuk informasi yang ada dalam laporan keuangan perusahaan

emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada

investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk

mendapatkan keuntungan abnormal dalam jangka waktu yang lama.

c. Efisiensi pasar dalam bentuk kuat. Pasar dikatakan efisiensi dalam

bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully

reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat.

3. Indeks Saham Pada Pasar Modal

Dalam rangka memberikan informasi yang lebih lengkap kepada

publik, Bursa Efek Indonesia telah menyebarkan data pergerakan saham

melalui media cetak maupun media elektronik. Salah satu indeks pergerakan

saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini terdapat lima macam

Indeks saham, yaitu :

a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham

yang tercatat (listing) di BEI sebagai komponen perhitungan indeks.

b. Indeks LQ 45, Indeks ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tertinggi

dan kapitalisasi pasar terbesar.

c. Indeks Sektoral, menggunakan seluruh saham yang dikelompokan

kedalam masing-masing sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI

diklasifikasikan kedalam sembilan sektor berdasarkan klasifikasi industri

yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange

Industrial Clasification).

Page 35: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

18

d. Indeks Individual, indeks harga masing-masing saham terhadap harga

dasarnya.

e. Jakarta Islamic Index (JII), indeks dengan jumlah 30 saham yang masuk

dalam kriteria syariah dan likuid.

C. Fundamental

1. Analisis Fundamental

Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis

untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis

teknikal. Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai

saham berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan

undervalue bilamana harga saham di pasar saham lebih rendah dari harga

wajar atau nilai intrinsik, sehingga layak dibeli, serta saham dikatakan

overvalue apabila saham yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai

intrinsiknya, sehingga menguntungkan untuk dijual. Pendekatan teknikal

menggunakan data pasar yang dipublikasikan yaitu harga saham, volume

perdagangan, indeks harga saham individual maupun gabungan untuk

berusaha mengakses permintaan dan penawaran saham tertentu maupun

secara keseluruhan.

Suad Husnan (1998) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah

salah satu jenis yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan

keuangan dan indikator fundamental lainya, seperti pertumbuhan,

pembayaran deviden dan kualitas manajemen perusahaan daripada

memperhatikan perkembangan-perkembangan harga saham tersebut dari

Page 36: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

19

hari ke hari. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di

masa datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang

mempengaruhi harga saham di masa datang dan menerapkan hubungan

variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga.

Ahmad Rodoni (2005) menyatakan bahwa analisis fundamental

adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang

berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh

keuntungan yang meliputi tiga tahap analisis:

a. Ekonomi Makro: analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang

menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan

perusahaan itu sendiri.

b. Industri: analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melihat kaitan

industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing,

standar industri dan pertumbuhan pasar.

c. Perusahaan : analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan

yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan

perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen.

Ahmad Rodoni (2005), di dalam analisis fundamental terdapat dua

pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu :

a. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro

ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan itu sendiri.

Page 37: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

20

b. Pendekatan buttom up. Pendekatan yang dimulai dari tingkat mikro

(perusahaan) yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan

pendekatan akhir pada analisis makroekonomi.

Analisa fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa

yang akan datang dengan:

a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga

saham di masa yang akan datang.

b. Menerapkan hubungan variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran

harga saham.

Menurut Anatasia, et al (2003:24), analisis fundamental merupakan

suatu analisa mengenai kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang

menerbitkan saham. Analisanya dapat meliputi trend penjualan dan

keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di

pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan para karyawan, sumber

bahan mentah, peraturan-peraturan perusahaan dan beberapa faktor lain

yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan tersebut.

Jogiyanto (2005:34), analisis fundamental juga biasa disebut analisis

perusahaan, yang merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk

menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan

perusahaan.

Sedangkan menurut Corrado dan Jordan (2000:46) menyatakan

bahwa analisis fundamental merupakan analisis yang digunakan untuk

menguji informasi pada laporan akuntansi dan informasi finansial lainya

untuk menghitung nilai ekonomi suatu saham perusahaan.

Page 38: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

21

2. Kerangka analisis Fundamental

Investasi dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung

maupun investasi tidak langsung. Investasi aktiva langsung dapat dilakukan

dengan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan. Sedangkan

investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham (surat-surat

berharga) dari perusahaan investasi yang diperdagangkan di pasar modal.

Beberapa penulis memberikan sumbangan pemikiran terhadap model dalam

menganalisis dan menilai saham dengan istilah yang beragam; Karen

(1971) menyebut dengan istilah a flow diagram of stock price

determination; Husnan (1998) menyebut dengan analisis teknikal;

sedangkan Sharpe, Alexander dan Bailey (1999) menyebut dengan istilah

the big picture. Dari ketiga analisis tersebut, untuk menganalisis dan menilai

perilaku harga saham dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi

ekonomi atau kondisi pasar yang terdiri dari variabel makroekonomi

maupun kondisi spesifik perusahaan.

D. Harga Saham

Harga saham dapat dijadikan indikasi untuk melihat perkembangan atau

perubahan harga saham, dimana perubahan, volume dan frekuensi perdagangan

saham menjadi patokan seberapa besar saham dinilai memiliki kinerja yang

baik. Volume perdagangan merupakan alat ukur aktifitas penawaran dan

permintaan saham di bursa.

Page 39: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

22

Semakin tinggi penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar

pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa. Semakin tinggi volume

perdagangan saham menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh

masyarakat, sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga saham.

Naiknya harga saham dipengaruhi oleh pertimbangan analisis

fundamental dan analisis teknikal, padangan kedua analisis tersebut sebagai

gambaran investor melihatnya sebagai informasi yang berguna didalam

berinvestasi.

Dalam hal ini, investor melihat analisis fundamental adalah suatu

analisis yang dilakukan suatu investor yang memang ingin berinvestasi dalam

jangka panjang dalam suatu invetasi saham, maka melakukan analisis

fundamental ini menjadi pertimbangan mutlak yang harus dilakukan.

Sebaliknya, jika investor hanya ingin sekedar mengetahui kondisi umum

emiten,cukup menganalisis beberapa rasio keuangan saja.

Demikian pula jika investor hanya ingin berinvestasi dalam jangka

pendek (membeli kemudian sesegera mungkin menjualnya), melakukan

pendekatan analisis ; yaitu investor cukup menghitung PER (price earnings

ratio) saja. Dimana PER (price earnings ratio ) adalah untuk menentukan

apakah suatu saham overvalue (mahal) atau under value (murah) dan

menghitung pendapatan per-saham (EPS), dimana melihatnya dengan cara

mencari laba bersih suatu perusahaan, mencari jumlah saham yang beredar

(outstanding stock).

Page 40: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

23

Beberapa pendekatan kedua analisis ini dijadikan patokan didalam

mengambil sebuah keputusan (decision making) dalam investasi di pasar bursa

saham, melihat informasi yang diperlukan dalam menginvestasikan modal

dengan tepat dan sesuai dengan harapan serta keinginan investor didalam

mendapat capital gain (keuntungan) yang diharapkan. Sehingga dengan

mengetahui gambaran tersebut, investor dapat dengan mudah dan percaya

didalam menempatkan modal investasinya dengan tepat.

Harga saham di pasar modal (pasar sekunder) setiap saat bisa saja

mengalami perubahan (naik-turun). Beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku perubahan harga saham :

1. Harapan Investor terhadap tingkat pendapatan deviden untuk masa yang

akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden suatu saat stabil, maka

harga saham cenderung stabil. Sebaliknya jika pendapatan dan deviden

berfluktuasi karena siklus perusahaan atau perubahan teknologi maka harga

saham akan cenderung berfluktuasi juga.

2. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan berkaitan

erat dengan peningkatan harga saham. Apabila tingkat pendapatan

perusahaan semakin besar, maka semakin besar pula perubahan harga

sahamnya.

3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian pada masa yang akan datang

selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi

perekonomian saat ini stabil, maka investor optimis terhadap kondisi

perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham cenderung stabil.

Page 41: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

24

Pada prinsipnya membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu

fraksi dari kekayaan (asset) dan keuntungan (earnings) perusahaan, serta hak-

hak yang melekat padanya. Oleh karena itu harga saham banyak ditentukan

terutama oleh reputasi atau kinerja (performance) perusahaan itu sendiri.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

1. Pengertian Harga Saham

Harga saham dapat dijadikan indikasi untuk melihat kecenderungan

harga saham, dimana perubahan volume dan frekuensi perdagangan saham

menjadi patokan seberapa besar saham dinilai memiliki kinerja yang baik.

Volume perdagangan merupakan alat ukur aktifitas penawaran dan

permintaan saham di bursa. Semakin tinggi penawaran dan permintaan

suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di

bursa. Semakin tinggi volume perdagangan saham menunjukan semakin

diminatinya saham tersebut oleh masyarakat, sehingga akan membawa

pengaruh terhadap naiknya harga saham.

Studi empiris yang dilakukan oleh Poon (1994) menerangkan bahwa

terdapat hubungan yang kuat antara perubahan return saham dan volume

perdagangan saham. Salah satu contoh yaitu perusahaan yang listed di

Chicago Board Option Exchange dari tahun 1982-1985, menunjukan

indikasi bahwa terdapat perubahan struktural hubungan setelah

perdagangan, menemukan bahwa terdapat perubahan return saham

signifikan dan berhubungan positif dengan volume perdagangan.

Page 42: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

25

Frekuensi dan volume perdagangan saham sebagai alat ukur

terhadap likuiditas suatu saham. Semakin tinggi frekuensi dan volume

perdagangan suatu saham menunjukan bahwa saham tersebut semakin aktif

diperdagangkan, volume dan frekuensi transaksi penting diketahui oleh

investor untuk melihat apakah efek yang dibeli tersebut merupakan efek

yang aktif diperdagangkan di pasar. Ini penting untuk mengetahui tingkat

likuiditas suatu efek. Karena efek yang likuid mempunyai kecenderungan

harganya naik atau lebih lama bertahan karena disenangi masyarakat

(Marzuki Usman. 1990:174). Ada beberapa pendapat yang dinyatakan para

ahli pasar modal terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

harga saham di Bursa Efek.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga untuk naik secara umum

dan terus-menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat

disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas kepada (atau

mengakibatkan kenaikan)sebagian besar dari harga-harga lain. Boediono

(2001:161). Menurut Bapak Kaum Moneterist, Milton Friedman, Inflasi

yang tinggi dan terus menerus hanya akibat kenaikan uang beredar yang

tinggi, baik berupa uang kartal maupun giral. Inflasi selalu dan setiap saat

merupakan fenomena moneter. Tetapi pergerakan naik dalam tingkat harga

merupakan fenomena moneter hanya jika dalam suatu proses yang terus

menerus. Bertambahnya jumlah uang menyebabkan turunya suku bunga

selama tidak berada dalam kondisi liquidity trap. Untuk mengatasi tingginya

inflasi sangat sederhana yaitu dengan mengurangi tingkat pertumbuhan

yang beredar ke tingkat yang rendah.

Page 43: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

26

Menurut pandangan Keynesian, inflasi terjadi karena masyarakat

ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya, sehingga menyebabkan

permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan

agregrat) melebihi jumlah barang yang tersedia (penawaran agregrat),

akibatnya terjadi inflationary gap. Keterbatasan penawaran agregrat ini

terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat

dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregrat. Sama

seperti pandangan kaum monetarist, pandangan Keynesian ini lebih banyak

digunakan untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.

Karena saham merupakan keikutsertaan dalam suatu perusahaan, maka bila

hal kondisinya sama, seyogyanya secara komparatif saham tidak

berpengaruh terhadap inflasi. Menurut Fama (1981:56) inflasi berpengaruh

negatif terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan berdasarkan

pengamatan dan pengujian yang dilakukan oleh Fama pada tahun 1981.

Wahlroos dan Berglund (1986:75) menemukan bahwa hubungan antara

tingkat inflasi dengan stock return adalah negatif. Inflasi yang semakin

tinggi akan mengindikasikan turunya permintaan uang. Hal ini berpengaruh

terhadap pertumbuhan yang rendah pada kegiatan riil, yang selanjutnya akan

mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan sehingga harga saham

menjadi turun.

Dengan naiknya inflasi, maka nilai aktiva perusahaan juga naik

seperti tanah, pabrik dan saham, sehingga harga-harga produk itu akan

menentukan harga barang jadi (Jhon White,1997:9). Berdasarkan penelitian

yang dilakukan Gundono (1999) inflasi tidak berpengaruh signifikan

terhadap harga saham.

Page 44: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

27

Nilai tukar (valas) dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang

terhadap nilai mata uang asing (dalam hal ini melihat dollar sebagai suatu

patokan), pergerakan yang terjadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap

perubahan harga saham dimana sikap para investor yang mengambil

keuntungan jangka pendek (profit taking) terhadap selisih kenaikan harga

yang tergambar dalam pergerakan suatu bursa. Tindakan yang terlalu tamak

dan tak terencana mengakibatkan perubahan yang sangat besar terhadap

harga saham, sehingga kecenderungan sikap investor yang mengambil

tindakan dini dalam menanamkan modal pada pasar saham yang terdaftar

dibursa efek mengakibatkan tatanan kepercayaan publik terhadap suatu

emiten yang dapat mengelola modal investasi yang ada.

Jika emiten memberikan gambaran informasi yang tepat dan akurat,

memberikan kepercayaan yang besar pada investor untuk menanamkan

modalnya secara baik dan benar. Risiko perubahan nilai tukar biasanya

paling berpengaruh pada perusahaan yang sebagian bisnisnya dilakukan

dengan menggunakan mata uang asing, khususnya dollar Amerika.

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa pengaruh nilai tukar sangat

berpengaruh besar terhadap arus kas perusahaan yang diterima. Oleh karena

itu harga saham berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang (nilai kurs),

karena pergerakan suatu emiten yang bertransaksi dengan menggunakan

mata uang asing (dollar Amerika) sebagai suatu transaksi perdagangan

internasional yang sah.

Page 45: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

28

F. Return Saham

Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari kekayaan

pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan dalam rupiah

adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam satu jangka waktu

ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku dalam jangka

waktu tersebut (Ahmad Rodoni dan OthmanYong, 2002:11). Return adalah

suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan bagi para investor, dan

merupakan suatu harapan bagi investor setelah melakukan investasi. Return

adalah suatu harapan keuntungan di masa yang akan datang tersebut

merupakan kompensasi atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi

yang dilakukan (Tandelilin, 2001:47). Pengembalian suatu investasi adalah

harapan yang diinginkan bagi investor, maka bagi investor return adalah alasan

bagi investor untuk menanamkan modalnya. Dan bagi investor tingkat resiko

suatu saham sangat dijauhi, karena sangat berpengaruh pada tingkat

pengembalian saham. Maka bagi para investor harus mengetahui faktor apa

saja yang menjadi pengaruh naik turunya suatu return saham, dan harus

memiliki pengetahuan dalam menghindari resiko yang terjadi.

Pada dasarnya return memiliki dua komponen yang dapat menaikan

atau menurunkan, yaitu berdasarkan cash yang diterima dari cash dan

berdasarkan keuntungan atau kerugian dari suatu investasi “ This return will

usually have two component. First, you may receive some cash directly while

you own the investment. This called the income component of your return.

Second, the value of the asset your purchase will often change inthis case. You

Page 46: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

29

have a capital gain or capital loss on your investment” (Ross, Westernfield,

Jordan, 2008:382). Pengembalian merupakan hasil yang diperoleh dari

investasi. Pengembalian terdiri dari :

1. Pengembalian yang terealisasi (realized return) merupakan pengembalian

yang telah terjadi. Pengembalian yang terealisasi dihitung berdasarkan data

historis. Pengembalian yang terealisasi penting karena digunakan sebagai

salah satu pengukuran kinerja dari perusahaan. Pengembalian historis ini

juga berguna sebagai dasar penentuan pengembalian yang diharapkan

(expected return) dan resiko di masa yang akan datang

2. Pengembalian yang diperoleh (expected return) merupakan pengembalian

yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda

dengan pengembalian yang terealisasi yang sifatnya telah terjadi,

pengembalian yang diharapkan sifatnya belum terjadi.

Resiko (risk) sering dihubungkan dengan penyimpangan dari hasil

yang diterima dengan yang diharapkan. Resiko terdiri dari :

1. Resiko pengembalian yang terealisasi (risk of realized return) merupakan

resiko yang telah terjadi atas pengembalian yang terealisasi.

2. Resiko pengembalian yang diharapkan (risk of expected return)

merupakan resiko yang akan terjadi atas pengembalian yang diharapkan

(Dermawan Sjahrial, 2009:7).

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat

berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum

terjadi namun di harapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi

Page 47: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

30

(Realized Return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi

penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan

dan dihitung berdasarkan data hitoris. return ekspektasi (Expected Return)

adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa

mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi,

return ekspektasi sifatnya belum terjadi. (Jogiyanto, 2000). Tingkat

keuntungan (return) adalah rasio antara pendapatan investasi selama

beberapa periode dengan jumlah dana yang diinvestasikan. Tingkat

keuntungan saham yang diterima oleh pemodal dinyatakan sebagai berikut:

Dimana :

Rti: Return Saham

Pti : Harga saham i pada akhir periode

Pti – 1 : Harga saham i pada awal periode

G. Nilai Tukar

1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga

rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah

merupakannilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata

uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar

rupiah terhadap Yen dan lain sebagainya.

Page 48: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

31

Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktifitas

dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-

hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata

uang asing khususnya Dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap

ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

2. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar,

yaitu (Madura, 1993):

a. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomiseperti

inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antarnegara,ekspektasi

pasar dan intervensi Bank Sentral.

b. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa

pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara

penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.

c. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita

politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik

atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-

beritasudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

Page 49: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

32

3. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata

uang yangberlaku di perekonomian internasional, yaitu:

a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)

Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa

upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs

mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

1) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan

sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan

pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di

dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas

moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada

tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan

karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk

mempengaruhi pergerakan kurs.

b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan

suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya

merupakan mata uang negara partner dagang yang utama

“Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut

bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi

Page 50: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

33

sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi

hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang

menjadi tambatannya.

c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai

mata uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai

tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah

suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang

lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini

dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat

revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai

mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari

sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena

pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.

Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam“keranjang“ umumnya

ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara

tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung

peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang

bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yangberbeda

dengan bobot yang berbeda.

Page 51: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

34

e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).

Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas

nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual

atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs

biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat

sempit.

H. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan barang-barang naik secara umum dan

dalam jangka waktu yang tertentu (Case dan Fair, 1999). Dalam ilmu

ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar

dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat

yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai

mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan

tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi

belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses

kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-

mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan

peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab

meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua

yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Pada

urnumnya inflasi bermakna "kenaikan yang berterusan dalarn tingkat harga

urnum".

Page 52: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

35

2. Timbulnya Inflasi

Timbulnya inflasi dapat dilihat dari :

a. Berdasarkan keparahan inflasi

1) Inflasi ringan, dibawah 10% setahun

2) Inflasi sedang, antara 10% - 30% setahun

3) Inflasi berat, 30% - 100% setahun

4) Hiperinflasi di atas 100% setahun

b. Berdasarkan timbulnya inflasi

1) inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation),

inflasi ini timbul karena defisit anggaran belanja negara dan gagalnya

pasar yang berakibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal.

2) inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

terjadi karena kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi

barang luar negeri tinggi, kenaikan impor tarif barang

c. Berdasarkan sebab-sebab timbulnya inflasi, dapat digolongkan:

1) Tarikan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi ini terjadi karena permintaan agregat masyarakat akan berbagai

macam barang terus meningkat, misalnya bertambahnya pengeluaran

pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang baru dan

bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan kredit

bank.

Page 53: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

36

2) Desakan biaya (cost push inflation)

Inflasi ini diakibatkan oleh kenaikan ongkos produksi, biasanya

diawali dengan kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah,

kenaikan harga bahan modal, berkurangnya jumlah penawaran,

naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah

produksi

3) Inflasi campuran, terjadi karena kombinasi unsur inflasi tarikan dan

inflasi dorongan biaya.

4) Inflasi impor, terjadi karena pengaruh inflasi luar negeri dan adanya

perdagangan antar negara. Misalnya: suatu negara sedang mengalami

inflasi, kemudian hasil produksi dari negara tersebut dibutuhkan oleh

negara lain dan diimpor, maka harga barang tersebut meningkat.

3. Cara Mengatasi Inflasi

Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari

penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara

teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi

pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar.

Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi:

a. Kebijakan Moneter

Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan

menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kebijakan ini meliputi:

Page 54: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

37

1) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar

dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan

permintaan kredit akan berkurang.

2) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan

cara menjual SBI

3) Menaikan cadangan kas, sehingga uang yang diedarkan oleh bank

umum menjadi berkurang

4) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang

yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit

5) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini

pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan

pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp. 1

b. Kebijakan Fiskal

Dapat dilakukan dengan cara:

1) menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang

lebih banyak kepada pemerintah sebagai pembayaran pajak, sehingga

dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.

2) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah

3) Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong

gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde

lama.

Page 55: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

38

c. Kebijakan Non Moneter

Dapat dilakukan melalui:

1) Menaikan hasil produksi, pemerintah memberikan subsidi kepada

industri untuk lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih

banyak, sehingga harga akan menjadi turun.

2) Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk

tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi.

3) Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga

maksimum bagi barang- barang tertentu.

I. Debt To Equity Ratio (DER)

Debt To Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang

membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat (Ross et al,.2008:66) yang menyatakan bahwa

“debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”. Menurut Horne

dan Wachoviz (2004:145) “Debt to equity is computed by simply dividing the

total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its shareholders equity”.

Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan

total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Pernyataan tersebut

didukung oleh pendapat Brealey et al. (2001:490) “Debt to equity is long term

debt of the firm dividing equity“. Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio

merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari

pemegang saham.

Page 56: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

39

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala

kewajibannya atau juga bisa diartikan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek

maupun jangka panjang pada saat perusahaan dilikuidasi. Para banker dan

kreditur jangka pendek sangat berminat untuk mengetahui kemampuan

perusahaan membayar hutangnya dalam jangka pendek. Sedangkan kreditur

jangka panjang sangat berkepentingan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan membayar hutang jangka pendek dan kemampuan membayar

hutang jangka panjang. Salah satu bagian dari rasio solvabilitas adalah Debt to

Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) adalah bagian dari setiap

rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.

Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang. Semakin besar rasio ini berarti semakin besar sumber dana

yang berasal dari hutang, sehingga aset yang dimiliki oleh perusahaan sebagian

besar didanai oleh hutang dan semakin besar risiko yang akan dihadapi

perusahaan. Sehingga apabila nilai debt to equity ratio nya tinggi menunjukkan

tingkat hutang yang besar dan hutang yang besar itu akan mengurangi

keinginan para investor dalam menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut,

sehingga harga saham suatu perusahaan akan bernilai rendah dan berpengaruh

terhadap return saham yang akan diperoleh.

Page 57: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

40

Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan

gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga

dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Adapun perhitungan

dari DER adalah sebagai berikut :

J. Return On Asset

Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan kreditor,

sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam

melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam

bentuk laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). Return on Assets (ROA)

merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets.

ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih

setelah pajak dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan

(Gitman, 2003).

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin

efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah

pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif

kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik investor terhadap

perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan

yang diminati oleh banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan

semakin besar (Ang, 1997). Minat yang besar dari investor berdampak

Page 58: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

41

terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain

ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Dari hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa ROA berpengaruh

positif terhadap harga saham. Hasil ini membuktikan bahwa dalam membuat

keputusan investasi saham, investor masih mempertimbangkan ROA. Secara

matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :

K. Beta Saham

Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang

diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan

perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Ada

beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu

investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain adalah, risiko suku bunga, risiko

pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai

tukar mata uang dan risiko negara (Tandelilin, 2001).

Di samping berbagai sumber risiko di atas, dalam manajemen investasi

modern dikenal juga pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko,

yaitu : risiko nonsistematik dan risiko sistematik. Risiko nonsistematik disebut

juga sebagai risiko spesifik, yaitu risiko yang tidak terkait dengan perubahan

pasar secara keseluruhan. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa

risiko nonsistematik dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi

Page 59: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

42

investasi. Risiko sistematik merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan

yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko sistematik tidak dapat

diminimalkan dengan diversifikasi. Perubahan pasar akan mempengaruhi

variabilitas return suatu investasi (Brigham, 2001). Menurut Jones (2004),

“Systematic risk as is shown in part two on portfolio management an

investor can construct a diversified portfolio and eliminate part of the total

risk. The diversiviable or non market part. What is left is the diversiviable

portion or the market risk variability in a securities total return that is directly

associated with overall movements in the general market or economy”.

Risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang relatif

terhadap risiko pasar dapat diukur dengan beta saham. Beta suatu sekuritas

adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas

dalam merespon pergerakan keuntungan pasar. Semakin tinggi tingkat beta,

semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena

diversifikasi. Untuk menghitung Beta digunakan teknik regresi, yaitu

mengestimasi Beta suatu sekuritas dengan menggunakan return-return

sekuritas sebagai variabel terikat dan return-return pasar sebagai variabel

bebas.

Dalam penilaian saham, terdapat beberapa model teoritis yang dapat

digunakan terkait dengan analisis fundamental dan analisis teknikal. Namun

secara sederhana variabilitas harga saham tergantung pada earning dan deviden

suatu perusahaan seperti yang dinyatakan Fuller and Farrell (1987), “key

determinant of security price is expectations concerning the firm’s earning and

Page 60: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

43

dividends and their associated risk”. Model yang dikembangkan adalah

pendekatan Gordon yaitu Devidend Discount Model (DDM) yang constant

growth. Faktor-faktor tersebut sebagai variabel bebas yang didasarkan pada

pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan risiko dan return yang akan

diterima para pemodal atas investasinya pada saham. Rumus yang digunakan

untuk mencari risiko sistematik (Beta) adalah sebagai berikut :

Dimana:

Rm = Return market

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan tahun t

IHSGt-1= Indeks Harga Saham Gabungan tahun t-1

Pit = Harga Saham i tahun t

Pi t-1 = Harga Saham i tahun t-1

Di = Deviden saham i

Ri = Return saham i

Page 61: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

44

L. Perhitungan Beta Saham dengan Capital Asset Pricing Model

1. Pengertian CAPM

CAPM merupakan teori dari William Sharpe yang merupakan

kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini

mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan aktiva

pada equilibrium (Lukas Setia Atmaja, 2001: 47).

Model Penentuan Harga Modal (Capital Asset Pricing Model-

CAPM) bertujuan menyediakan pengembalian yang lebih besar untuk risiko

yang lebih besar. Model ini mengasumsikan keinginan investor untuk

menahan efek dalam portofolio yang efisien yang memberikan

pengembalian maksimal pada tingkat risiko tertentu. CAPM menyatakan

bahwa pengembalian yang diharapkan tiap efek berkaitan dengan risikonya.

Risiko diukur sebagai pergerakan sistematis efek bersama pasar yang tidak

dapat dihilangkan melalui diversifikasi portofolio. Implikasi pentingnya

adalah pasar memberikan kompensasi atas risiko sistematis (β), sementara

menahan risiko tidak sistematis (yang dapat dihilangkan melalui

diversifikasi) tidak menghasilkan pengembalian tambahan.

Menurut Weston dan Copeland (1992), Husnan (1996), model

equilibrium meliputi Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage

Pricing Theory (APT). CAPM merupakan model yang dapat digunakan untuk

menentukan harga sekuritas dengan menganalisis hubungan risiko (risk) dan

tingkat return, Van Horn (1992), Weston dan Brigham (1993), dan Fischer dan

Jordan (1995).

Page 62: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

45

CAPM merupakan suatu model yang menghubungkan expected return

dari suatu asset yang berisiko dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi

pasar equilibrium. CAPM dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh

William F. Sharpe, Litner dan Mossin. Weston, Besley dan Brigham (1996)

mendefinisikan CAPM sebagai berikut: “A Model based on the proposition that

any stock’s required rate of return is equal to the risk free of return plus a risk

premium, when risk reflect diversification”. (p. 193) CAPM merupakan model

yang memberikan tolak ukur risiko surat berharga tertentu yang konsisten

dengan teori portfolio. Model ini menghitung risiko yang tidak terdiversifikasi

dari suatu portfolio tunggal dan membandingkannya dengan risiko yang

terdiversifikasi dari suatu portfolio yang terdiversifikasi dengan baik.

CAPM didasari oleh teori portfolio yang dikemukakan oleh

Markowitz.Disamping asumsi tersebut, ada 9 asumsi lain dalam CAPM yang

dibuat untuk menyederhanakan realitas yang ada yaitu (Fabozzi, 2003, p. 239)

yaitu :

a. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return dimasa

depan yang identik, karena mereka mempunyai harapan atau ekspektasi

yang hampir sama. Semua investor menggunakan sumber informasi seperti

tingkat return, varians return dan matriks korelasi yang sama dalam

kaitannya dengan pembentukan portfolio yang efisien.

b. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya satu

tahun.

c. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan (lending)

uang pada tingkat risk free rate of return.

Page 63: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

46

d. Tidak ada biaya transaksi.

e. Tidak ada pajak pendapatan.

f. Tidak ada inflasi.

g. Semua aktiva bisa diperjualbelikan dalam fraksi yang kecil.

h. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satupun investor yang dapat

mempengaruhi harga suatu sekuritas, semua investor adalah price-taker.

i. Pasar dalam keadan seimbang (equilibrium).

Asumsi-asumsi model CAPM memang terlihat tidak realistis,

misalnya tidak adanya biaya transaksi, inflasi, pajak pendapatan dan hanya satu

periode waktu. Asumsi tersebut sulit ditemui di dalam dunia nyata, akan tetapi

model CAPM merupakan model yang bisa menggambarkan atau memprediksi

realitas di pasar yang bersifat kompleks. Oleh karena itu, CAPM sebagai

sebuah model yang seimbang, bisa membantu menyederhanakan gambaran

hubungan return dan risiko dalam dunia nyata yang terkadang sangat kompleks.

Jika semua asumsi-asumsi terpenuhi, maka akan terbentuk suatu pasar yang

equilibrium. Dalam kondisi pasar yang equilibrium investor tidak akan bisa

memperoleh abnormal return dari tingkat harga yang terbentuk, termasuk bagi

investor yang mendorong semua investor untuk memilih portfolio pasar, yang

terdiri dari semua asset berisiko yang ada. Portfolio pasar tersebut akan berada

pada garis efficient frontier dan sekaligus merupakan portfolio yang optimal.

Hal yang paling utama dari Capital Assets Pricing Model ini adalah

pernyataan mengenai hubungan antara expected risk premium dari

individual assets dan systematic risk-nya. Jack Treynor, William Sharpe dan

John Lintner pada sekitar tahun 1960-an memformulasikan CAPM sebagai:

Page 64: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

47

Ri – Rf = bi*(Rm – Rf)

Yang juga sering dituliskan sebagai:

Ri = Rf + bi*(Rm – Rf)

Formulasi di atas mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang

diharapkan dari suatu saham (Ri) sama dengan tingkat resiko (Rf) ditambah

dengan premi resiko [bi*(Rm-Rf)]. Semakin besar resiko saham (b),

semakin tinggi resiko yang diharapkan dari saham tersebut dan dengan

demikian semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan.

2. Uji Empiris Terhadap CAPM

Lebih dari tiga puluh tahun, teori manajemen keuangan di dominasi

pandangan dari Sharpe (1964) bahwa expected return dari sebuah saham

ditentukan oleh tingkat risikonya. Para ahli keuangan telah mengembangkan

dua pendekatan untuk mengukur dan menentukan besarnya risiko, yaitu Capital

Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT). Capital

Asset Pricing Model (CAPM) yang diperkenalkan oleh William Sharpe (1964)

dan Litner (1965) merupakan harga suatu asset pada kondisi equilibrium.

Dalam keadaan equilibrium, tingkat return disyaratkan oleh pemodal

untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut (Lilin, 2001)

dalam hal ini risiko yang diperhitungkan adalah risiko sistematis yang diwakili

oleh beta, dan risiko yang tidak sistematis bias diminimumkan dengan cara

diversifikasi. Model ini berlandaskan pada dalil yang sederhana yaitu hubungan

antara risiko dan expected return.

Capital Asset Pricing Model (CAPM) menjelaskan bahwa expected

return suatu sekuritas adalah jumlah dari risk free rate ditambah dengan risk

Page 65: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

48

premium dikalikan dengan beta. Risiko hanya diukur oleh sensitivitas return

sekuritas individual terhadap return indeks pasar (beta). Salah satu asumsi

dalam CAPM adalah bahwa seluruh investor memiliki mindset atau cara

pandang yang sama terhadap investasi khususnya dalam memperkirakan

expected return dari sebuah saham.

Dalam dunia nyata asumsi ini jelas memiliki kelemahan, karena tidak

ada satu proxi yang cukup untuk menangkap semua kemungkinan investasi

karena seringkali perubahan return suatu saham tidak dapat dijelaskan oleh satu

faktor (market indexs) Peran CAPM dalam pengambilan keputusan manajerial

tentu akan dipengaruhi oleh keandalan teori tersebut dalam penerapan empiris.

Pengujian empiris pertama kali terhadap model CAPM diawali oleh Litner

(2001), hasilnya ternyata tidak mendukung CAPM .

Model CAPM ini juga mendapat tantangan dari sebagian manajer

investasi yang menemukan kesulitan untuk mempercayai bahwa risiko saham

sepenuhnya tercermin pada beta. Kelemahan-kelemahan empiris yang terjadi

pada model CAPM mendorong para ahli manajemen keuangan untuk mencari

model alternative yang menerangkan hubungan antara return dengan risiko

saham. Menurut Bower, Bower dan Logue, (1998) hal ini dikarena CAPM

memberikan deskripsi yang sederhana tentang risiko dan expected return, serta

model tersebut dianggap sangat membatasi dan gagal menerangkan secara

sistematis adanya perbedaan expected return yang berkaitan dengan size yield

dan bahkan periode tahun pengujian.

Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menilai validitas

CAPM. Salah satunya telah diuji secara empiris oleh Fama and

Page 66: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

49

MacBeth(1973). Dari pengujian tersebut diperoleh hasil bahwa

ditemukannya hubungan yang positif antara beta (risk) dengan return,

meskipun bersifat lemah. Penelitian lainnya juga dilakukan dengan sampel

yang berbeda namun metodologi yang sama.

Untuk mengetahui ketidak konsistenan hasil uji empiris CAPM

tersebut maka Pettengill et al (1995) melakukan penelitian serupa dan

berhasil menemukan hal-hal yang dapat menjelaskan mengapa terjadi

hubungan yang tidak signifikan atau hubungan yang lemah antara beta dan

return pada penelitian sebelumnya. Menurut Pettengill et al (1995)

diperlukan sebuah penyesuaian statistik dari metodologi yang dilakukan

sebelumnya, karena return yang digunakan dalam penelitian sebelumnya

adalah realized return (return yang sudah terjadi) bukan menggunakan

expected retrun (return yang diharapkan). Oleh karena itu dikembangkanlah

sebuah model conditional relationship antara beta dan return yang dapat

membedakan dua kondisi yang mungkin terjadi yaitu saat market risk

premium positif dan saat market risk premium negative.

Pada periode market risk premium positif (up market) seharusnya

hubungan antara beta dan return adalah positif atau searah. Sedangkan pada

saat market risk negative (down market) seharusnya hubungan antara beta

dan return adalah negative atau berlawanan arah. Penelitian ini

menghasilkan hubungan yang sangat signifikan antara beta dan return,

sehingga ,menjadi dasar bagi penelitian dalam pembuktian CAPM

selanjutnya.

Page 67: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

50

M. Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan skripsi

dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian

selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang

berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di

bawah ini:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Metodologi

Penelitian Hasil Penelitian

1. Ratna Prihantini (2009)

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER DAN CR Terhadap Return Saham

Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER DAN CR, Return Saham

Regresi Linier Berganda

inflasi, nilai tukar dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan Return On Asset (ROA) dan Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada industri real estate and property.

2. Intan Italia (2008)

Analisis Pengaruh EVA, DER, NPM, PER DAN ROA Terhadap Return Saham

EVA, DER, NPM, PER, ROA, Return Saham

Regresi Linier Berganda

secara silmutan EVA, DER, NPM, PER dan ROA, berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Dan secara parsial Economic Value Added (EVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan, sedangkan sisanya tidak berpengaruh terhadap Return Saham.

3. Agung Sugiarto (2011)

Analisa Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER Dan PBV Ratio Terhadap Return Saham

Beta, Size Perusahaan, DER Dan PBV Ratio Return Saham

Regresi Linier Berganda

beta mempunyai dampak yang positif terhadap stock return tetapi tidak signifikan, besar kecilnya perusahaan dan rasio PBV mempunyai dampak positif dan signifikan, sedangkan rasio DER mempunyai dampak negative dan signifikan terhadap stock return.

Page 68: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

51

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti Judul Variabel Metodologi

Penelitian

Hasil Penelitian

4. Dheny Wahyu

Fuadi (2009)

Analisis pengaruh

suku bunga,

volume

perdagangan dan

kurs terhadap

return saham

sector Properti

yang listed di BEI

suku bunga,

volume

perdagangan

dan kurs, return

saham

Regresi

Linier

Berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel suku bunga

berpengaruh negative dan

signifikan terhadap return

saham, sedangkan volume

perdagangan menunjukkan hasil

positif namun tidak signifikan

terhadap return saham dan kurs

menunjukkan pengaruh yang

negative dan signifikan terhadap

return saham

5. L.M.C.S. Menike

(2006)

The Effect of

Macroeconomic

Variables on

Stock Prices in

Emerging Sri

Lankan Stock

Market

money supply,

exchange rate,

inflation rate

and interest

rate

multivariate

regression The negative effect of Treasury

bill rate implies that whenever

the interest rate on Treasury

securities rise, investors tend

to switch out of stocks causing

stock prices to fall. However,

lagged money

6. Suyanto (2007) Analisis Pengaruh

Nilai Tukar Uang,

Suku Bunga Dan

Inflasi Terhadap

Return Saham

Sektor Properti

Yang Tercatat Di

Bursa Efek

Jakarta Tahun

2001-2005

Nilai Tukar

Uang, Suku

Bunga Dan

Inflasi, Return

Saham

Regresi

Linier

Berganda

Nilai tukar uang berpengaruh

negatif terhadap return saham.

Suku bunga berpengaruh negatif

terhadap return saham. Inflasi

berpengaruh positif terhadap

return saham.

Page 69: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

52

N. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, terdapat 5 (lima) variabel independen yang terdiri

dari Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, Beta Saham

diduga berpengaruh terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Analisis pengaruh variabel independen terhadap dependen menggunakan

regresi linier berganda yang akan menghasilkan suatu kesimpulan. Berdasarkan

uraian di atas, hubungan masing-masing variabel independen yang

berpengaruh terhadap dependen dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

Perusahaan Manufaktur

Variabel independen :

Nilai Tukar, Inflasi, DER,

ROA, Beta Saham

Variabel dependent :

Return Saham

Metode regresi berganda

Uji asumsi klasik

Metode regresi berganda

Uji signifikan

Uji t Uji f Koefisien determinan

Kesimpulan Dan Saran

Page 70: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

53

O. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian ditunjukan sebagai berikut:

a. H0 : bi = 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan

Beta Saham tidak mempunyai pengaruh secara simultan yang

signifikan terhadap return saham

H1 : bi ≠ 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan

Beta Saham mempunyai pengaruh secara simultan yang

signifikan terhadap return saham

b. H0 : bi = 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan

Beta Saham tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap

return saham

H1 : bi ≠ 0 Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset, dan

Beta Saham terdapat pengaruh secara parsial terhadap return

saham.

Page 71: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berbagai metode pengumpulan data digunakan, ialah satu metode

pengumpulan data dalam menyusun dan mengumpulkan data-data yang

diperlukan adalah melalui studi kepustakaan. Hal ini dimaksudkan untuk

mendapatkan pemahaman konsep serta landasan teori yang lebih mendalam

tentang penelitian yang akan dilakukan. Studi kepustakaan dilakukan dengan

mempelajari, mengkaji serta menelaah literature yang berhubungan dengan

permasalahan yang akan diteliti.

Setelah melakukan studi kepustakaan, riset lapangan dilakukan dengan

melakukan data-data sekunder yang tersedia melalui internet maupun media

cetak. Data yang digunakan dalam penelitian antara lain diambil melalui

perpustakaan BEI yaitu Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) untuk data

indeks LQ 45 bulanan dan IHSG bulanan,sedangkan untuk data inflasi, tingkat

suku bunga SBI diambil melalui situs Bank Indonesia (www.bi.go.id),

sedangkan untuk data kurs dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

didapatkan melalui situs oanda (www.oanda.com).

Selanjutnya untuk data lainya diambil dari berbagai situs antara lain

Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id)

serta Bloomberg (www.bloomberg.com) maupun dari situs yahoo finance

(www.finance.yahoo.com).

Page 72: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

55

1. Sumber Data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder atau data

harga indeks LQ 45 bulanan, yang diperoleh dari perpustakaan BEI yaitu

Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM), Situs Bank Indonesia,serta data yang

didapatkan dari situs Badan Pusat Statistik, selain itu didapatkan dari

sumber-sumber dari berbagai buku teks, surat kabar, serta jurnal untuk

melihat kerangka teoritis serta penelitian sebelumnya.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian skripsi ini menggunakan data sekunder perusahaan

go publik LQ 45 yang listed diBursa Efek Indonesia. Indeks LQ 45 adalah

indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan yang telah terpilih melalui

criteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham yang memiliki

liquiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ

45 memiliki kriteria dan seleksi utama yang telah ditentukan.

3. Periode Pengamatan

Penelitian ini dilakukan pada jangka waktu antara Januari 2007

sampai Desember 2010, pada kurun waktu tersebut diharapkan pada masa

krisis finansial global (subprime mortgage) pada pertengahan tahun 2008

diharapkan keadaan pasar modal dunia dapat pulih dan bergairah kembali

setelah dihempaskan gelombang krisis finansial global. Jumlah data tersebut

dianggap telah mencukupi karena telah melebihi jumlah titik minimum

untuk melakukan analisis regresi.

Page 73: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

56

4. Metode Sampling

Sampling adalah teknik untuk mengambil sampel data dari suatu

populasi, karena data yang diambil hanya sebagian, sehingga dari sebagian

data tersebut dapat ditarik kesimpulan yang merefleksikan populasi

sebenarnya. Asnawi dan Wijaya (2005:45) membagi teknik pengambilan

sampel menjadi dua bagian, yang pertama adalah probability sampling

dimana elemen dari populasi memiliki kesempatan yang diketahui untuk

dipilih menjadi sampel, selanjutnya yang kedua adalah nonprobability

sampling dimana elemen dari populasi tidak memiliki peluang untuk dipilih

sebagai sampel.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah semua individu atau unit-unit yang menjadi objek

penelitian, sedangkan sebagian individu atau unit-unit yang diambil dari

populasi disebut sampel. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan

mengapa penelitian hanya dilakukan terhadap sampel saja, yaitu:

1. Terbatasnya dana yang tersedia.

2. Terbatasnya waktu dan tenaga dalam penelitian

3. Penelitian yang dapat dilakukan dapat mengakibatkan barang yang diteliti

menjadi cacat atau rusak.

4. Individu atau unit-unit dalam populasi sifatnya homogen.

5. Ukuran populasinya sangat besar dan tak terhingga.

Page 74: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

57

Karena sampel ini hanya merupakan sebagian dari populasi, maka

hendaklah sampel yang diambil benar-benar dapat mewakili populasinya atau

pengambilan sampel harus representatif (Zainal Mustofa,1998:36). Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan yang sudah Go Public di Bursa Efek

Indonesia dan termasuk dalam indeks LQ 45.

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam

indeks LQ 45 yang eksis sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010,

Dipilihnya perusahaan dalam indeks LQ 45 karena perusahaan tersebut

memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di

pasar reguler.

2. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar.

3. Tercatat di BEI minimal 30 hari bursa.

4. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi

industri BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasar.

5. Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor yang lain.

6. Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan

tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, buku Indonesian

Capital Market Directory (ICMD), Jakarta Stock Exchange (JSX) statistic,

Laporan Bursa Efek Indonesia, Jurnal-jurnal, Surat Kabar Harian, dan

Literatur-Literatur lainnya yang berhubungan dengan objek yang sedang

diteliti.

Page 75: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

58

Data yang diperlukan dari penelitian ini terdiri dari :

1) Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh

perusahaan yang menjadi objek penelitian.

2) Laporan Harga Saham Penutupan Tahunan Indeks LQ45 untuk periode

2007 sampai 2010.

3) Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan untuk periode 2007

sampai 2010.

4) Buku Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari tahun 2007

sampai 2010.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah

dengan melakukan uji statistik regresi dan korelasi untuk melihat ada tidaknya

pengaruh signifikansi terhadap kedua variabel independen, yaitu inflasi, nilai

tukar, SBI, Return On Asset, beta saham terhadap variabel dependen yaitu

return saham. Langkah - langkah dalam menganalisis penelitian ini adalah :

1. Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi yang menghasilkan estimator tidak bias, harus

memenuhi asumsi klasik diantaranya: tidak terjadi multikolonieritas, tidak

ada autokorelasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan normalitas. Untuk

mengidentifikasikan pemenuhan asumsi klasik, maka penelitian ini akan

melakukan uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji autokorelas, dan uji

heteroskedastisitas secara multivariate. Berikut ini pengujian asumsi klasik:

Page 76: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

59

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2007:74), uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi variabel dependen (terkait) dan

variabel independen (bebas) keduanya mempunyai kontribusi normal

atau kah tidak. Dalam uji normalitas terdapat dua cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis

grafik dan uji statistik.

1) Analisis grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual

adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data

observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

2) Uji statistik

Selain dengan analisis grafik maka perlu dianjurkan dengan uji

statistik, agar mencapai keakuratan yang lebih baik lagi. Uji statistik

sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness

dari residual.

b. Uji Multikoliniaritas

Uji tentang multikolinearitas ini dimaksudkan untuk

membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara

variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas (independen)

lainnya (Sudarmanto, 2005:33). Dalam analisis regresi ganda, maka akan

terdapat dua atau lebih variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi

variabel tergantungnya (dependen). Pendugaan tersebut akan dapat

dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang

linear (multikolinearitas) di antara variabel - variabel independen.

Page 77: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

60

Adanya hubungan yang linear antar variabel independen akan

menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing – masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena itu kita

harus benar – benar dapat menyatakan, bahwa tidak terjadi adanya

hubungan linear di antara variabel – variabel independen tersebut.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya

multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan uji Variance

Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas

multikolinearitas adalah (Ghozali, 2007:75)

1) Mempunyai nilai VIF < 10,

2) Mempunyai angka tolerance > 0.10

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara

serangkaian anggota observasi yang diurutkan menurut waktu (data time

series) atau ruang (data cross section). Uji autokorelasi bertujuan untuk

mengetahui apakah variabel dependen pada tahun amatan dipengaruhi

oleh variabel dependen sebelum tahun amatan. Model regresi yang baik

adalah model yang bebas dari autokerelasi. Untuk mengetahui apakah

dalam model persamaan regresi terdapat autokorelasi, maka dilakukan uji

Durbin - Watson (uji D-W) dengan ketentuan (Jogiyanto, 2003:134).

Page 78: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

61

Uji durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat

satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara

variabel independen hipotesis yang akan diuji adalah (Imam Ghozali,

2007:) :

Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

Tabel 3.1

Pengukuran Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tdk ada autokorelasi positif

Tdk ada autokorelasi positif

Tdk ada korelasi negatif

Tdk ada korelasi negatif

Tdk ada autokorelasi positf atau

negatif

Tolak

No desicien

Tolak

No deeisen

Tdk ditolak

0 < d < dl

dl ≤ d ≤ du

4 dl d 4

4 – da ≤ d ≤ 4 - dl

Du < d < 4 - du

Sumber: Imam Ghozali, 2005

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000).

Page 79: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

62

Jika regresi tidak lolos uji heteroskedastisitas maka variance dari standar

error akan bias, akibatnya uji t = b/Se (b) tidak dapat dipercaya sehingga

tidak bisa diambil kesimpulan. Apabila asumsi tidak terjadinya

heteroskedastisitas ini tidak dipenuhi, maka penaksir menjadi tidak lagi

efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (Gujarati, 1978). Ada

beberapa teknik yang dapat dipakai untuk mendeteksi ada tidaknya

masalah heteroskedastisitas, yaitu (Gujarati, 1978) : dengan melihat

residual plot persamaan regresi, uji Glesjer, uji Park, uji Rank Spearman,

uji Goldfeld-Quandt, uji Breuce Pagan.

Dalam penelitian ini, uji yang akan digunakan untuk mendeteksi

gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat residual plot persamaan

regresi, yang dilakukan dengan melihat (Santoso 2000) :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik (point-point) yang ada

membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Perhitungan Analisis Regresi

Berdasarkan data hasil perhitungan terhadap nilai tukar, inflasi, debt

to equity ratio Return On Asset dan beta saham dan pengaruhnya terhadap

harga saham, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara ke lima

variabel tersebut. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui

program Exel dan SPSS. Mengingat jumlah data yang banyak, maka penulis

Page 80: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

63

menggunakan komputer, sehingga hasil yang diperoleh lebih valid daripada

dihitung secara manual. Pengujian terhadap analisis regresi dilakukan untuk

mengetahui apakah variabel independen dapat mempengaruhi variabel

dependen.

Y : Return Saham

a : konstanta

X1 : Nilai Tukar

X2 : Inflasi

X3 : Debt To Equity Ratio

X4 : Return On Asset

X5 : Beta Saham

εi : Standar error

3. Uji t (Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

a) Perumusan Hipotesis

Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel

independen terhadap variabel dependen.

Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel

independen terhadap variabel dependen.

Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + εi

Page 81: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

64

b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%

c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan

melihat nilai signifikan :

1) Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima

2) Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.

d) Pengambilan keputusan.

4. Uji F (Simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen secara simultan yang dapat berpengaruh terhadap variabel

dependen. Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

a) Pengujian Hipotesis

Ho : βj = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel

independen secara simultan terhadap variabel dependen.

Ha : βj = 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel

independen secara simultan terhadap variabel dependen.

b) Menentukan tingkat signifikansi (α), yaitu sebesar 5%

c) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan

melihat nilai signifikan :

1) Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima

2) Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak.

d) Pengambilan keputusan

Page 82: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

65

5. Koefisien Determinasi( Adjusted R Square)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar

variabel independent menjelaskan variable yang dilihat melalui Adjusted R

Square karena variabel independennya lebih dari dua.

E. Operasional Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel dependen dan

variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang memiliki

karakteristik dimana besar kecilnya variabel dipengaruhi oleh banyak faktor.

Dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tergantung pada perubahan satu

atau lebih faktor. Sedangkan variabel independen adalah variabel yang dapat

berdiri sendiri tanpa tergantung atau dipengaruhi oleh faktor lain.

a. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return saham

Perusahaan yang terdaftar pada perusahaan LQ 45 periode tahunan.

Di mana :

R : Tingkat Keuntungan / Pengembalian

Pt : Harga Saham Tahun Tersebut

Pt-1 : Harga Saham Tahun Sebelumnya

Page 83: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

66

b. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah:

1) Nilai Tukar Rupiah/US$

Nilai tukar Rupiah/US$ menunjukkan nilai dari mata uang dolar

AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US$

1 = Rp 9.000,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan

rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.000,-. Data yang diambil

adalah Nilai tukar Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2007 - Desember

2010.

2) Inflasi

Tingkat inflasi diperoleh dari indeks harga konsumen berdasarkan

perhitungan inflasi tahunan. Dengan sumber data yang dikeluarkan Bank

Indonesia atau berasal dari situs bank Indonesia (www.bi.go.id).

3) Debt To Equity Ratio

Debt To Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang

membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Ross et al, 2003:66) yang

menyatakan bahwa “debt to equity ratio is dividing total debt with total

equity”. Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to equity is

computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current

liabilities) by its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan

perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan

dari modal pemegang saham.

Page 84: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

67

Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Brealey et al.

(2001:490) “Debt to equity is long term debt of the firm dividing equity“.

Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang

membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham.

Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran

mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat

dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Adapun perhitungan

dari DER adalah sebagai berikut:

4) Return On Asset (ROA)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan

beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Rasio

keuangan aspek profitabilitas ini dapat diukur dengan formulasi return on

asset

Earning After Tax

Return On Asset =

Total Aktiva

Page 85: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

68

5) Beta Saham

Variabel beta digunakan untuk menggambarkan risiko sistematik

yang dimasukkan dalam model analisis. Semakin tinggi tingkat beta, maka

semakin tinggi risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena

diversifikasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

Page 86: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

69

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Pasar Modal Di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial

Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu

didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah

kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan

dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan,

bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan

II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah

Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa

efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal

pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami

pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan

pemerintah.

Page 87: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

70

2. Struktur Pasar Modal Indonesia

Gambar 4.1

Struktur Pasar Modal Indonesia

Sumber:www.idx.co.id

BAPEPAM

Bursa Efek Lembaga Keuangan Dan Lembaga Penyimpanan Dan

Penjamin Penyelesaian

Perusahaan Efek Lembaga

Penunjang

Profesi

Penunjang

Pemodal

Emiten

Perusahaan

Publik

Reksa Dana Penjamin

Emisi Efek

Perantara

Pedagang Efek

Manajer

Investasi

Penasehat

Investasi

Biro Adm

Efek

Custodian

Wali Amanat

Penanggung

Akuntan

Konsultan

Hukum

Penilai

Notaris

Domestik

Asing

Menteri Keuangan

Page 88: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

71

3. Lembaga-Lembaga Yang Terlibat Di Bursa Efek Indonesia

Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa

Efek Indonesia melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak

mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang

kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek

Indonesia adalah :

a. Perusahaan yang go publik (Emiten)

Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah

melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan

dana guna membelanjai operasi rencana investasi.

b. Perusahaan Efek

Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk

beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek,

manager investasi atau penasehat investasi.

c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan

Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan

penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta

penitipan harta untuk pihak lain.

d. Perusahaan Reksa dana

Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi,

investasi kembali (reinvestasi).

Page 89: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

72

e. Lembaga Penunjang

Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat

atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah

yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk

kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak

kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak

yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang

obligasi atau sertifikat kredit. Penaggung (gurator) adalah pihak yang

menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau

sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji.

Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan

penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara

investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran perdana

(IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua

daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

f. Profesi Penunjang

Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai

(appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang

memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan

(auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran

laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang

berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad

Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatab notaris.

Page 90: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

73

Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran

dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain.

Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani

laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang

disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan

hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama

konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari

segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan

lain-lain.

g. Pemodal (Investor)

Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan

modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan.

h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga

pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut :

1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat

diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien

dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para pemodal dan

masyarakat.

2) Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing, settlement

dan lembaga-lembaga penyimpanan reksa dana, perusahaan sekuritas

dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para

profesional.

Page 91: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

74

3) Untuk memberikan rekomendasi tentangt pasar modal kepada Menteri

Keuangan.

Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal

(BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena

kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan

dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu peraturan

mulai oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten.

4. Mekanisme Perdagangan

a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai

perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal

Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumen-

instrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah

saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei

1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah

menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu

Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan

administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai

empat gedung yang sama.

b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka

Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market

atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem

lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak

Page 92: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

75

melakukan transaksi harus menghubungi perusahaan pialang. Perusahaan

pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas perintah atau

permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan pialang melakukan

jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari

investasi portofolio.

Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan

memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di

lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut

disebut Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan

menggunakan Jakarta Automated Trading (JATS), order-order tersebut

diolah oleh komputer yang akan melakukan matcing dengan

mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan

demikian sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia adalah sistem

lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama jam bursa.

Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang harus

dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa.

Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau remote

trading access untuk Jakarta Automated Trading System (JATS)

sehingga seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan

perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta.

Page 93: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

76

1) Penyelesaian Transaksi

Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan

transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi

dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus

diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan

PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa ke lima

(T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk transasksi

obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan transaksi.

Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right dilakukan melalui

PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral

Efek Indonesia (KSEI).

2) Sistem Otomasi Perdagangan

Otomasi sistem perdagangan atau Jakarta Automated Trading

System (JATS) dimulai tanggal 22 Mei 1995. awalnya, Bursa Efek

Jakarta menyediakan 444 unit trader work sistem di lantai

perdagangan bursa. Pada bulan Mei 2000, Bursa Efek Indonesia

melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai 5 gedung

bursa, perluasan ini dilakuakn untuk sementara. Terminal-terminal

yang dinamakan Trader Work System atau booth dihubungkan dengan

mesin utama perdagangkan (Trading Engine) melalui jakarta Stock

Exchange Network.

Page 94: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

77

Pada tahap poertama, implementasi Jakarta Automated

Trading System (JATS) lebih dipusatkan pada sistem konversi dari

manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan implementasi

Jakarta Automated Trading System (JATS) terdiri dari beberapa

tahap, antara lain :

a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang

terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing and

guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia.

b) Berkenaan dengan peningkatan transaksi, perluasan lantai

perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk

mengantisipasi kebutuhan anggota bursa terhadap fasilitas

perdagangan pada pertengahan tahun 2000.

c) Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa dapat secara

langsung mengakses Jakarta Automated Trading System (JATS)

dari kantornya, kantor pusat maupun kantor cabang.

3) Biaya Transaksi

Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan

membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan

kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi

setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual).

Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi sebesar

0,04 % dari total nilai transaksi di bursa.

Page 95: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

78

Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya sebagai

berikut :

a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari

kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya

tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya 0,015

% untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT. Kustodian

Sentral Efek Indonesia (KSEI).

b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya transaksi.

c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari nilai

transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring di PT.

Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya

penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia, dan

sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan untuk

Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %.

d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama sekali,

wajib membayar biaya administratif kepada bursa sebesar Rp

250.000 per bulan (untuk anggota aktif).

Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum

termasuk Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak transaksi

penjualan saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai

transaksi penjualan (khusus untuk saham).

Page 96: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

79

B. Sejarah Objek Penelitian

1. Sejarah Perusahaan LQ-45

Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki

likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6

bulan. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan

melewati seleksi utama sebagai berikut :

1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler

(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir.

2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12

bulan terakhir)

3. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan

4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi

dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan

yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup

besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang

masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45

terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah

memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.

Page 97: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

80

2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang

terdaftar pada bursa efek Jakarta yang masuk dalam kategori perusahaan

LQ-45, yang eksis dari tahun 2007 – 2010, berdasarkan perusahaan yang

menjadi objek yang eksis 2007 – 2010 ditemukan sebanyak 19 perusahaan

yang menjadsi objek penelitian yang akan dijadikan penelitian, adapun

daftar perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian

NO EMITEN Nama Perusahaan

1 AALI PT. Astra Agro Lestari, Tbk

2 ANTM PT. Aneka Tambang, Tbk

3 ASII PT. Astra Internasional

4 BNBR PT. Bakrie dan Brother, Tbk

5 BRPT PT. Barito Pacific, Tbk

6 BUMI PT. Bumi Resources, Tbk

7 INCO PT. International Nickel Indonesia, Tbk

8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

9 INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk

10 ISAT PT. Indosat (Persero), Tbk

11 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk

12 LSIP PT. PP London Sumatera, Tbk

13 MEDC PT. Medco Energi International, Tbk

14 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk

15 SMGR PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

16 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

17 TINS PT. Timah (Persero), Tbk

18 UNVR PT. Unilever Indonesia, Tbk

19 UNTR PT. United Tractors, Tbk

Sumber: Data Diolah

Page 98: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

81

C. Hasil Dan Pembahasan

1. Deskriptif Data

Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan

Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan

data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel

deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model

analisis Regresi Berganda, yaitu variabel return Saham sebagai variabel

terikat, variabel Nilai Tukar, Inflasi, Debt To Equity Ratio, Return On Asset

dan Beta Saham sebagai variabel bebas.

a. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar (valas) dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata

uang terhadap nilai mata uang asing (dalam hal ini melihat dollar sebagai

suatu patokan), pergerakan yang terjadi mempunyai pengaruh yang besar

terhadap perubahan harga saham dimana sikap para investor yang

mengambil keuntungan jangka pendek (profit taking) terhadap selisih

kenaikan harga yang tergambar dalam pergerakan suatu bursa. Sehingga

dapat disimpulkan, bahwa pengaruh nilai tukar sangat berpengaruh besar

terhadap Harga Saham perusahaan. Oleh karena itu harga saham

berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang (nilai kurs), karena

pergerakan suatu emiten yang bertransaksi dengan menggunakan mata

uang asing (dollar Amerika) sebagai suatu transaksi perdagangan

internasional yang sah.

Page 99: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

82

Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Tukar

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010 1 AALI 9,165 9,395 9,090 9,039

2 ANTM 9,165 9,395 9,090 9,039

3 ASII 9,165 9,395 9,090 9,039

4 BNBR 9,165 9,395 9,090 9,039

5 BRPT 9,165 9,395 9,090 9,039

6 BUMI 9,165 9,395 9,090 9,039

7 INCO 9,165 9,395 9,090 9,039

8 INDF 9,165 9,395 9,090 9,039

9 INTP 9,165 9,395 9,090 9,039

10 ISAT 9,165 9,395 9,090 9,039

11 KLBF 9,165 9,395 9,090 9,039

12 LSIP 9,165 9,395 9,090 9,039

13 MEDC 9,165 9,395 9,090 9,039

14 PTBA 9,165 9,395 9,090 9,039

15 SMGR 9,165 9,395 9,090 9,039

16 TLKM 9,165 9,395 9,090 9,039

17 TINS 9,165 9,395 9,090 9,039

18 UNVR 9,165 9,395 9,090 9,039

19 UNTR 9,165 9,395 9,090 9,040

Sumber: Data Diolah

b. Inflasi

Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis

(Boediono, dalam Setiawan: 2006), pertama demand pull inflation, yaitu

inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan permintaan

agregat dari masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di

pasar barang. Jenis yang kedua, adalah cost push inflation, yaitu inflasi

yang disebabkan karena meningkatnya harga-harga faktor produksi

sehingga menaikkan harga komoditi di pasar komoditi.

Maulidah (2004), pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang

cenderung naik maka hal ini menyebabkan meningkatkan biaya produksi

yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan

Page 100: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

83

harga jual produk meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produk

yang dijual, akibatnya laba menurun. Dengan menurunnya kinerja

keuangan perusahaan, menyebabkan deviden yang dibagikan kepada

pemegang saham berkurang, sehingga investor enggan untuk

mempertahankan kepemilikannya atas saham perusahaan.

Tabel 4.3

Perhitungan Inflasi

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

2 ANTM 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

3 ASII 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

4 BNBR 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

5 BRPT 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

6 BUMI 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

7 INCO 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

8 INDF 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

9 INTP 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

10 ISAT 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

11 KLBF 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

12 LSIP 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

13 MEDC 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

14 PTBA 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

15 SMGR 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

16 TLKM 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

17 TINS 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

18 UNVR 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

19 UNTR 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

Sumber: Data Diolah

Page 101: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

84

c. Debt To Equity Ratio

DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah

pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan

pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER

dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total

hutang dengan total ekuitas pemilik.

Tabel 4.4

Perhitungan Debt To Equity Ratio

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 0.28 0.23 0.24 0.19

2 ANTM 0.37 0.26 0.27 0.28

3 ASII 1.17 1.21 1.02 1.10

4 BNBR 1.48 1.86 2.38 1.69

5 BRPT 0.57 1.22 1.17 1.20

6 BUMI 1.26 2.02 2.39 4.06

7 INCO 0.36 0.21 0.19 0.30

8 INDF 2.62 3.11 2.68 1.34

9 INTP 0.44 0.33 0.20 0.17

10 ISAT 1.72 1.95 2.04 1.94

11 KLBF 0.33 0.38 0.45 0.23

12 LSIP 0.70 0.54 0.41 0.22

13 MEDC 2.85 1.68 1.66 1.86

14 PTBA 0.40 0.51 0.38 0.36

15 SMGR 0.27 0.30 0.26 0.29

16 TLKM 1.16 1.38 1.28 0.98

17 TINS 0.50 0.51 0.50 0.40

18 UNVR 0.98 1.10 0.92 1.15

19 UNTR 1.26 1.05 0.74 0.84

Sumber: Data Diolah

Page 102: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

85

d. Return On Asset

Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan

kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi

perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha

perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After

Tax (NIAT). Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba

bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total assets. ROA mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak

dari total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan (Gitman,

2003).

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan

semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba

bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA

menunjukkan semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan

meningkatkan daya tarik investor terhadap perusahaan tersebut dan

menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang diminati oleh

banyak investor karena tingkat pengembaliannya akan semakin besar

(Ang, 1997). Minat yang besar dari investor berdampak terhadap

kenaikan harga saham perusahaan di Pasar Modal. Dengan kata lain

ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Page 103: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

86

Tabel 4.5

Perhitungan Return On Asset

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 54.44 60.58 182.58 193.17

2 ANTM 60.66 18.84 7.89 18.46

3 ASII 16.74 19.03 18.44 18.64

4 BNBR 4.28 (61.37) (4.88) (26.78)

5 BRPT 0.28 (26.21) 6.92 0.38

6 BUMI 30.32 19.41 6.99 11.39

7 INCO 88.83 25.14 11.61 26.54

8 INDF 6.99 6.57 10.06 11.49

9 INTP 2.03 3.31 28.59 27.68

10 ISAT 6.47 4.50 4.06 2.05

11 KLBF 22.55 20.65 22.69 25.18

12 LSIP 21.20 26.96 20.78 24.85

13 MEDCO 5.20 25.24 2.48 9.47

14 PTBA 26.94 41.78 46.57 29.80

15 SMGR 30.07 33.85 35.94 30.35

16 TLKM 31.19 22.26 22.91 21.47

17 TINS 52.73 36.46 11.31 19.17

18 UNVR 52.90 53.01 56.76 52.16

19 UNTR 15.75 16.86 22.31 17.04

Sumber: Data Diolah

e. Beta Saham

CAPM merupakan teori dari William Sharpe yang merupakan

kelanjutan dari teori portofolio modern dari Harry Markowitz. Teori ini

mendefinisikan hubungan antara risiko dengan tingkat keuntungan

aktiva pada equilibrium (Lukas Setia Atmaja, 2001: 47). Model ini

mengasumsikan keinginan investor untuk menahan efek dalam

portofolio yang efisien yang memberikan pengembalian maksimal pada

tingkat risiko tertentu. Risiko diukur sebagai pergerakan sistematis efek

bersama pasar yang tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi

portofolio.

Page 104: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

87

Tabel 4.6

Perhitungan Beta Saham

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 183.36 1.24 (0.92) 0.38

2 ANTM 96.46 (1.94) 2.27 0.65

3 ASII 108.99 1.18 (2.39) (2.60)

4 BNBR 129.32 1.54 0.02 3.13

5 BRPT 514.55 1.47 (0.76) 2.32

6 BUMI 867.12 1.57 (1.44) (0.30)

7 INCO 319.14 1.79 (0.27) (0.92)

8 INDF 67.85 1.22 (3.19) (1.19)

9 INTP 60.87 0.89 (1.92) 0.29

10 ISAT 38.63 0.71 1.36 0.45

11 KLBF 4.37 1.29 (2.33) (9.20)

12 LSIP 89.73 1.37 (1.73) (2.37)

13 MEDCO 64.66 1.22 0.61 (1.22)

14 PTBA 365.21 0.86 (1.19) 1.48

15 SMGR (43.83) (1.20) 0.78 1.50

16 TLKM (3.92) 0.69 0.52 1.54

17 TINS 839.30 1.76 (0.21) (1.20)

18 UNVR (1.18) (0.11) 0.45 (2.04)

19 UNTR 97.50 1.15 (2.75) (2.34)

Sumber: Data Diolah

f. Return Saham

Return atau tingkat keuntungan merupakan persentase dari

kekayaan pemegang saham untuk sesuatu jangka waktu. Peningkatan

dalam rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam

satu jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang

berlaku dalam jangka waktu tersebut (Ahmad Rodoni dan

OthmanYong, 2002:11).

Page 105: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

88

Tabel 4.7

Perhitungan Return Saham

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 1.2222 (0.6500) 1.3214 0.1516

2 ANTM 0.6574 1.2547 (0.7820) 0.1136

3 ASII 0.7389 (0.6136) 2.2891 0.5720

4 BNBR 0.8710 (0.8276) 0.7000 (0.2353)

5 BRPT 3.3750 (0.7857) 1.2167 (0.1203)

6 BUMI 5.6667 (0.8483) 1.6648 0.2474

7 INCO 2.1048 (0.9799) 0.8912 0.3356

8 INDF 0.4714 (0.6388) 2.8172 0.3732

9 INTP 0.4261 (0.4390) 1.9783 0.1642

10 ISAT 0.2815 (0.3353) (0.1783) 0.1429

11 KLBF 0.0588 (0.6825) 2.2500 1.5000

12 LSIP 0.6136 (0.7254) 1.8547 0.5389

13 MEDCO 0.4507 (0.6369) 0.3102 0.3776

14 PTBA 2.4043 (0.4250) 1.5000 (0.0029)

15 SMGR (0.2545) 0.8084 0.1987 (0.0055)

16 TLKM 0.0050 (0.3202) 0.3696 (0.0106)

17 TINS 5.4859 (0.9624) 0.8519 0.3750

18 UNVR 0.0227 0.1556 0.4167 0.4932

19 UNTR 0.6641 (0.5963) 2.5227 0.5355

2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005:

110-112).

Page 106: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

89

1) Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual

adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara

data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.

Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat

menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode

yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Gambar 4.2

Uji Normalitas Data

Sumber : Data Diolah

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti

pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada

penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut

layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu return saham

berdasarkan masukan variabel independen yaitu nilai tukar, inflasi, debt

to equity ratio, Return On Asset dan beta saham.

Page 107: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

90

2) Analisis Statistik

Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak

hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa

sebaliknya.

Tabel 4.8

Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas)

Nilai Tukar Inflasi

Debt to Equity ratio

Return On Asset

Beta Saham

Return Saham

N 76 76 76 76 76 76

Normal Parameters

a

Mean 38.5000 .0668 38.5000 38.5000 49.8701 38.5000

Std. Deviation

21.41043 .02185 22.08061 22.08303 158.0104

1 22.0830

3

Most Extreme Differences

Absolute .171 .300 .069 .067 .416 .062

Positive .171 .300 .069 .067 .416 .062

Negative -.171 -.208 -.068 -.062 -.341 -.062

Kolmogorov-Smirnov Z 1.494 2.616 .600 .588 3.626 .543

Asymp. Sig. (2-tailed) .073 .723 .865 .601 .930 .930

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan uji kolmogorof-Smirnov di atas, terlihat nilai

Asymp.Sig memiliki nilai > 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa data

pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi

tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu

return saham berdasarkan masukan variabel independen yaitu nilai

tukar, inflasi, debt to equity ratio, Return On Asset dan beta saham.

Maka data penelitian layak digunakan sebagai penelitian.

Page 108: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

91

b. Uji Multikolinieritas

Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus

terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan

korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas

dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di

bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Nilai Tukar .193 5.178

Inflasi .198 5.046

Debt to Equity ratio .648 1.543

Return On Asset .642 1.558

Beta Saham .837 1.194

a. Dependent Variable: Return Saham

Sumber : Data Diolah

Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi

gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu

dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai

10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala

multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih

besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya

multikolinearitas.

Page 109: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

92

c. Uji Autokolerasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi

autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson

(DW).

Pada tabel 4.7 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,099

nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai

signifikansi 5%, jumlah sample (n) 76 dan jumlah variabel independen

(k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1,245 dan 4 – du = 4 –

1,245 = 2.755. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.245 < 2,099 <

2,755 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif

maupun negatif.

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Autokolerasi

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .748a .559 .527 15.18289 2.099

a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar

b. Dependent Variable: Return Saham

Sumber : Data Diolah

Page 110: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

93

d. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak

equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya

heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh

tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya

heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter

plot diagram.

Gambar 4.3

Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data Diolah

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan

demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada

gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 111: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

94

3. Uji Signifikansi

a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

yang terdiri dari dari nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on

asset dan beta saham terhadap return Saham di Bursa Efek Indonesia

secara parsial.

Tabel 4.11

Hasil Pengujian Uji t

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 85.565 9.280 9.220 .000

Nilai Tukar .578 .186 .561 3.103 .003

Inflasi -1054.183 180.237 -1.043 -5.849 .000

Debt to Equity ratio -.064 .099 -.064 -.651 .517

Return On Asset .035 .099 .035 .350 .728

Beta Saham .044 .012 .313 3.606 .001

a. Dependent Variable: Return Saham

Sumber : Data diolah

Variabel nilai tukar, dengan nilai thitung sebesar 3,103 > 2,00 atau

nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,003 < 0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti nilai tukar berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap return saham.

Variabel inflasi, dengan nilai thitung sebesar -5,423 < 2,00 atau

nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan

H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti inflasi berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap return saham.

Page 112: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

95

Variabel debt to equity ratio, dengan nilai thitung sebesar -0,651 <

2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,517 > 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti debt to equity

ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham.

Variabel return on asset, dengan nilai t hitung sebesar 0,351 <

2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,728 > 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti return on

asset tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham.

Variabel beta saham, dengan nilai thitung sebesar 3,606 > 2,00 atau

nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti beta saham berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap return saham.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

yang terdiri dari nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset

dan beta saham terhadap return Saham secara simultan atau serentak.

Tabel 4.12

Hasil Pengujian Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20438.097 5 4087.619 17.732 .000a

Residual 16136.403 70 230.520

Total 36574.500 75

a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar

b. Dependent Variable: Return Saham

Sumber : Data Diolah

Page 113: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

96

Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat

nilai Fhitung sebesar 17,732 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari

pada tabel F, diperoleh nilai Ftabel 2,35. Dengan kondisi dimana Fhitung

lebih besar daripada Ftabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha

(0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti variabel-variabel independen berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap return saham.

c. Koefisien Determinasi (Adj.R Square)

Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien

determinasi (Adj.R2

). Dari koefisien determinasi (Adj.R2

) dapat

diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda

menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas

terhadap variabel terikatnya.

Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai

(Adj.R2

) = 0,527 yaitu persentase pengaruh variabel nilai tukar, inflasi,

debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return

saham sebesar 52,7%.

Tabel 4.13

Hasil Pengujian Adj R Square

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .748a .559 .527 15.18289 2.099

a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar

b. Dependent Variable: Return Saham

Sumber : Data Diolah

Page 114: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

97

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh nilai tukar, inflasi,

debt to equity ratio, return on asset dan beta saham terhadap return saham

di BEI dalam kategori LQ 45 pada tahun 2007 - 2010 adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.14

Hasil Analisis Regresi

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) 85.565 9.280

Nilai Tukar .578 .186 .561

Inflasi -1054.183 180.237 -1.043

Debt to Equity ratio -.064 .099 -.064

Return On Asset .035 .099 .035

Beta Saham .044 .012 .313

a. Dependent Variable: Return Saham

Sumber : Data diolah

Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk

mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset

dan beta saham sebagai berikut:

Y = 85,565 + 0,578 x1 - 1054,183 x2 + 0,044 x5 + ei

Keterangan :

Y = Return Saham

a = konstanta

x1 = Nilai Tukar

x2 = Inflasi

x5 = Beta Saham

ei = error term

Page 115: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

98

Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat

diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 85,565 menunjukkan

bahwa jika variabel nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset

dan beta saham bernilai nol maka nilai return saham adalah 85,565 satuan.

Sedangkan variabel nilai tukar sebesar 0,578 menunjukkan bahwa jika

variabel nilai tukar meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return

saham sebesar 0,578 satuan. Variabel Inflasi sebesar -1054,184

menunjukkan bahwa jika variabel inflasi meningkat 1 satuan maka akan

meningkatkan return saham sebesar -1054,184 satuan dengan catatan

variabel lain dianggap konstan. Variabel beta saham sebesar 0,044

menunjukkan bahwa jika variabel beta saham meningkat 1 satuan maka

akan meningkatkan return saham sebesar 0,044 satuan.

D. Interpretasi

Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang berpengaruh dan

signifikan mempengaruhi return saham adalah variabel nilai tukar, inflasi dan

beta saham dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ratna Prihantini (2009). Dengan judul

penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER DAN CR

Terhadap Return Saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi,

nilai tukar dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Return Saham. Sedangkan Return On Asset (ROA) dan Current

Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada

industri real estate and property.

Page 116: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

99

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel debt to equity ratio tidak

berpengaruh secara parsial terhadap return saham. Hasil sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Intan Italia (2008), dengan judul penelitian

Analisis Pengaruh EVA, DER, NPM, PER DAN ROA Terhadap Return

Saham. Analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian membuktikan bahwa secara silmutan EVA, DER, NPM, PER

dan ROA, berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Dan secara parsial

Economic Value Added (EVA) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

signifikan, sedangkan sisanya tidak berpengaruh terhadap Return Saham.

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel beta saham memiliki

pengaruh terhadap return saham, hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Agung Sugiarto (2011). Analisis yang digunakan menggunakan analisis

regresi linier berganda. Berdasarkan analisis regresi, beta mempunyai dampak

yang positif terhadap stock return tetapi tidak signifikan, besar kecilnya

perusahaan dan rasio PBV mempunyai dampak positif dan signifikan,

sedangkan rasio DER mempunyai dampak negative dan signifikan terhadap

stock return.

Hasil penelitian menyatakan bahwa variabel nilai tukar memiliki

pengaruh terhadap return saham. Hasil sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ratna Prihantini (2009), dalam penelitianya yang berjudul

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER DAN CR Terhadap Return

Saham. Analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, nilai tukar dan Debt to

Page 117: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

100

Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return

Saham. Sedangkan Return On Asset (ROA) dan Current Ratio (CR)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada industri real

estate and property.

Page 118: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

101

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Hasil uji regresi menyatakan bahwa seluruh variabel independen secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham

2. Hasil Uji regresi secara parsial ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh

dan signifikan terhadap return saham adalah nilai tukar, inflasi dan beta

saham sedangkan debt to equity ratio, return on asset dan beta saham tidak

berpengaruh signifikan terhadap return saham.

3. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa

variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap return saham adalah

inflasi. Dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien beta yang paling

besar antara variabel independent lainya. Dengan nilai 1,043 adalah nilai

paling besar dengan variabel independen lainya.

4. Nilai koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adj.R Square) sebesar

0,527. Hal ini berarti 52,7 % dari return saham dapat dijelaskan oleh

variabel independen (nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio, return on asset

dan beta saham). Dan sisanya dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk

dalam penelitian ini sebesar 41,3%.

Page 119: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

102

B. Saran Dan Implikasi

Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan peneliti, penelitian

ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang

perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya,

beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi, adapun

sarannya sebagai berikut :

1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar

yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia.

2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data.

3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi harga saham sehingga

dapat menjadi luas penelitian

4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang.

Implikasi :

return Saham dalam suatu investasi sangat diperlukan sebagai

informasi dari seorrang investor, maka perlu adanya suatu alat analisis untuk

mengetahui return saham selanjutnya, maka perlu adanya penelitian yang dapat

mempengaruhi return saham, karena pentingnya return saham dalam

memprediksi keuntungan investasi. Adapun penelitian ini akan bermanfaat

bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:

Page 120: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

103

1. Implikasi Bagi Investor

Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur

ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan

diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Karena investor menghadapi

kesempatan investasi yang berisiko maka pilihan investasi tidak dapat

hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan saja tetapi investor

harus bersedia menanggung risiko atas investasinya. Oleh karena itu dalam

melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara

matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan

keputusan investasi yang dilakukannya, sehingga menghasilkan

keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahan-

perubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi.

2. Implikasi Bagi Perusahaan

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan

pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang

berhubungan dengan investasi.

3. Implikasi Bagi Akademis

Penilaian analisis Pengaruh nilai tukar, inflasi, debt to equity ratio,

return on asset dan beta saham dapat dijadikan tambahan pengetahuan

bagi penelitian selanjutnya.

Page 121: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

104

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rodoni dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Jakarta :

Mitra Wacana Media, 2010.

Almas, Hijriah, “Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap

Harga Saham Properti Di Bursa Efek Jakarta”, Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Medan, 2007

Annissa, Yunita Uli, “Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko

Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri

Barang Konsumsi DI BEI”, Universitas Gunadarma: Jakarta, 2009

Arsyad Lincoln.”Peramalan Bisnis”, Edisi 1 BPFE-Yogyakarta,1997

Arseptin, Ari Nur Anggraeni, “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Dan

Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Perbankan”, Fakultas

Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah: Surakarta,

2009

Bayu, Cahyosusilo, “Pengaruh Kurs Dollar, Inflasi Dan Suku Bunga Terhadap

Harga Saham Di BEI”, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah:

Surakarta, 2008

Bodie, Keane, Marcus, “Investment”, Edisi 6 Salemba Empat, Jakarta 2008

Donna Menina, Della Maryanne, “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi,

Volume Perdagangan Saham, Inflasi Dan Beta Saham Terhadap Harga

Saham”, Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro: Semarang, 2009

Fahlafi, Riza, “Cointegration And Backward Looking Approach Pada Determinasi

Perilaku Harga Saham Sebelum Dan Sesudah Krisis Ekonomi Di

Indonesia”, Buletin Ekonomi, Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan

Ekonomi Pembangunan Vol 5 No.2,Agustus 2007, Fakultas Ekonomi

UPN “VETERAN”, Yogyakarta

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”. Badan

Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang, 2005

Hartono, “SPSS 16”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008

Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Sklripsi”. Cetakan 1, FEIS Press, Jakarta,

2007

Page 122: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

105

Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi 1 UPP

AMPYKPN- Yogyakarta, 1993

L.M.C.S. Menike, “The Effect of Macroeconomic Variables on Stock Prices in

Emerging Sri Lankan Stock Market”, Department of Accountancy &

Finance Sabaragamuwa University, Belihuloya, 2006

Santoso, Singgih. ”SPSS Statistik Parametrik”. Cetakan Pertama, Jakarata, PT.

Elexmedia Komputindo, 2000

Jogiyanto H.M, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi 2 BPFE-

Yogyakarta, 2000

Kuncoro, Mudrajad, Phd, “Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Perekonomian

Rakyat”, Jurnal DIALOG Kebijakan Publik, KEMENKOMINFO, 2009

Njo, Anastasia, “Analisis Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap

Harga Saham Properti Di BEJ”, Universitas Kristen Petra, 2003

Rodoni, Ahmad. “Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal”. Edisi

Pertama, Jakarta : CSES Press, 2005.

Riyanto, Bambang, Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:BPFE.

2001

Tandelilin, Eduardus, ”Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio”, PT.BPFE,

Yogyakarta, 2001.

Page 123: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

106

Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian

Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian

NO EMITEN Nama Perusahaan

1 AALI PT. Astra Agro Lestari, Tbk

2 ANTM PT. Aneka Tambang, Tbk

3 ASII PT. Astra Internasional

4 BNBR PT. Bakrie dan Brother, Tbk

5 BRPT PT. Barito Pacific, Tbk

6 BUMI PT. Bumi Resources, Tbk

7 INCO PT. International Nickel Indonesia, Tbk

8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

9 INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk

10 ISAT PT. Indosat (Persero), Tbk

11 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk

12 LSIP PT. PP London Sumatera, Tbk

13 MEDC PT. Medco Energi International, Tbk

14 PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk

15 SMGR PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

16 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

17 TINS PT. Timah (Persero), Tbk

18 UNVR PT. Unilever Indonesia, Tbk

19 UNTR PT. United Tractors, Tbk

Page 124: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

107

Lampiran 2: Data Mentah Perhitungan Variabel

Perhitungan Nilai Tukar

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 9,165 9,395 9,090 9,039

2 ANTM 9,165 9,395 9,090 9,039

3 ASII 9,165 9,395 9,090 9,039

4 BNBR 9,165 9,395 9,090 9,039

5 BRPT 9,165 9,395 9,090 9,039

6 BUMI 9,165 9,395 9,090 9,039

7 INCO 9,165 9,395 9,090 9,039

8 INDF 9,165 9,395 9,090 9,039

9 INTP 9,165 9,395 9,090 9,039

10 ISAT 9,165 9,395 9,090 9,039

11 KLBF 9,165 9,395 9,090 9,039

12 LSIP 9,165 9,395 9,090 9,039

13 MEDC 9,165 9,395 9,090 9,039

14 PTBA 9,165 9,395 9,090 9,039

15 SMGR 9,165 9,395 9,090 9,039

16 TLKM 9,165 9,395 9,090 9,039

17 TINS 9,165 9,395 9,090 9,039

18 UNVR 9,165 9,395 9,090 9,039

19 UNTR 9,165 9,395 9,090 9,040

Page 125: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

108

Perhitungan Inflasi

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

2 ANTM 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

3 ASII 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

4 BNBR 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

5 BRPT 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

6 BUMI 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

7 INCO 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

8 INDF 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

9 INTP 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

10 ISAT 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

11 KLBF 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

12 LSIP 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

13 MEDC 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

14 PTBA 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

15 SMGR 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

16 TLKM 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

17 TINS 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

18 UNVR 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

19 UNTR 6.40% 10.31% 4.90% 5.13%

Page 126: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

109

Perhitungan Debt To Equity Ratio

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 0.28 0.23 0.24 0.19

2 ANTM 0.37 0.26 0.27 0.28

3 ASII 1.17 1.21 1.02 1.10

4 BNBR 1.48 1.86 2.38 1.69

5 BRPT 0.57 1.22 1.17 1.20

6 BUMI 1.26 2.02 2.39 4.06

7 INCO 0.36 0.21 0.19 0.30

8 INDF 2.62 3.11 2.68 1.34

9 INTP 0.44 0.33 0.20 0.17

10 ISAT 1.72 1.95 2.04 1.94

11 KLBF 0.33 0.38 0.45 0.23

12 LSIP 0.70 0.54 0.41 0.22

13 MEDC 2.85 1.68 1.66 1.86

14 PTBA 0.40 0.51 0.38 0.36

15 SMGR 0.27 0.30 0.26 0.29

16 TLKM 1.16 1.38 1.28 0.98

17 TINS 0.50 0.51 0.50 0.40

18 UNVR 0.98 1.10 0.92 1.15

19 UNTR 1.26 1.05 0.74 0.84

Page 127: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

110

Perhitungan Return On Asset

EMITEN 2007 2008 2009 2010

AALI 54.44 60.58 182.58 193.17

ANTM 60.66 18.84 7.89 18.46

ASII 16.74 19.03 18.44 18.64

BNBR 4.28 (61.37) (4.88) (26.78)

BRPT 0.28 (26.21) 6.92 0.38

BUMI 30.32 19.41 6.99 11.39

INCO 88.83 25.14 11.61 26.54

INDF 6.99 6.57 10.06 11.49

INTP 2.03 3.31 28.59 27.68

ISAT 6.47 4.50 4.06 2.05

KLBF 22.55 20.65 22.69 25.18

LSIP 21.20 26.96 20.78 24.85

MEDCO 5.20 25.24 2.48 9.47

PTBA 26.94 41.78 46.57 29.80

SMGR 30.07 33.85 35.94 30.35

TLKM 31.19 22.26 22.91 21.47

TINS 52.73 36.46 11.31 19.17

UNVR 52.90 53.01 56.76 52.16

UNTR 15.75 16.86 22.31 17.04

Page 128: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

111

Perhitungan Beta Saham

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 183.36 1.24 (0.92) 0.38

2 ANTM 96.46 (1.94) 2.27 0.65

3 ASII 108.99 1.18 (2.39) (2.60)

4 BNBR 129.32 1.54 0.02 3.13

5 BRPT 514.55 1.47 (0.76) 2.32

6 BUMI 867.12 1.57 (1.44) (0.30)

7 INCO 319.14 1.79 (0.27) (0.92)

8 INDF 67.85 1.22 (3.19) (1.19)

9 INTP 60.87 0.89 (1.92) 0.29

10 ISAT 38.63 0.71 1.36 0.45

11 KLBF 4.37 1.29 (2.33) (9.20)

12 LSIP 89.73 1.37 (1.73) (2.37)

13 MEDCO 64.66 1.22 0.61 (1.22)

14 PTBA 365.21 0.86 (1.19) 1.48

15 SMGR (43.83) (1.20) 0.78 1.50

16 TLKM (3.92) 0.69 0.52 1.54

17 TINS 839.30 1.76 (0.21) (1.20)

18 UNVR (1.18) (0.11) 0.45 (2.04)

19 UNTR 97.50 1.15 (2.75) (2.34)

Page 129: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

112

Perhitungan Return Saham

NO EMITEN 2007 2008 2009 2010

1 AALI 1.2222 (0.6500) 1.3214 0.1516

2 ANTM 0.6574 1.2547 (0.7820) 0.1136

3 ASII 0.7389 (0.6136) 2.2891 0.5720

4 BNBR 0.8710 (0.8276) 0.7000 (0.2353)

5 BRPT 3.3750 (0.7857) 1.2167 (0.1203)

6 BUMI 5.6667 (0.8483) 1.6648 0.2474

7 INCO 2.1048 (0.9799) 0.8912 0.3356

8 INDF 0.4714 (0.6388) 2.8172 0.3732

9 INTP 0.4261 (0.4390) 1.9783 0.1642

10 ISAT 0.2815 (0.3353) (0.1783) 0.1429

11 KLBF 0.0588 (0.6825) 2.2500 1.5000

12 LSIP 0.6136 (0.7254) 1.8547 0.5389

13 MEDCO 0.4507 (0.6369) 0.3102 0.3776

14 PTBA 2.4043 (0.4250) 1.5000 (0.0029)

15 SMGR (0.2545) 0.8084 0.1987 (0.0055)

16 TLKM 0.0050 (0.3202) 0.3696 (0.0106)

17 TINS 5.4859 (0.9624) 0.8519 0.3750

18 UNVR 0.0227 0.1556 0.4167 0.4932

19 UNTR 0.6641 (0.5963) 2.5227 0.5355

Page 130: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

113

Lampiran 3: Hasil Perhitungan SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Return Saham 38.5000 22.08303 76

Nilai Tukar 38.5000 21.41043 76

Inflasi .0668 .02185 76

Debt to Equity ratio 38.5000 22.08061 76

Return On Asset 38.5000 22.08303 76

Beta Saham 49.8701 158.01041 76

Correlations

Return Saham

Nilai Tukar Inflasi

Debt to Equity ratio

Return On Asset

Beta Saham

Pearson Correlation Return Saham 1.000 -.316 -.565 -.101 .106 .437

Nilai Tukar -.316 1.000 .880 .103 .044 .146

Inflasi -.565 .880 1.000 .075 .033 -.036

Debt to Equity ratio -.101 .103 .075 1.000 -.574 .010

Return On Asset .106 .044 .033 -.574 1.000 .139

Beta Saham .437 .146 -.036 .010 .139 1.000

Sig. (1-tailed) Return Saham . .003 .000 .192 .182 .000

Nilai Tukar .003 . .000 .188 .352 .104

Inflasi .000 .000 . .260 .389 .377

Debt to Equity ratio .192 .188 .260 . .000 .465

Return On Asset .182 .352 .389 .000 . .116

Beta Saham .000 .104 .377 .465 .116 .

N Return Saham 76 76 76 76 76 76

Nilai Tukar 76 76 76 76 76 76

Inflasi 76 76 76 76 76 76

Debt to Equity ratio 76 76 76 76 76 76

Return On Asset 76 76 76 76 76 76

Beta Saham 76 76 76 76 76 76

Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .748a .559 .527 15.18289 2.099

a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar

b. Dependent Variable: Return Saham

Page 131: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

114

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20438.097 5 4087.619 17.732 .000a

Residual 16136.403 70 230.520

Total 36574.500 75

a. Predictors: (Constant), Beta Saham, Debt to Equity ratio, Inflasi, Return On Asset, Nilai Tukar

b. Dependent Variable: Return Saham

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 85.565 9.280 9.220 .000

Nilai Tukar .578 .186 .561 3.103 .003 .193 5.178

Inflasi -1054.183 180.237 -1.043 -5.849 .000 .198 5.046

Debt to Equity ratio -.064 .099 -.064 -.651 .517 .648 1.543

Return On Asset .035 .099 .035 .350 .728 .642 1.558

Beta Saham .044 .012 .313 3.606 .001 .837 1.194

a. Dependent Variable: Return Saham

Charts

Page 132: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

115

Page 133: PENGARUH NILAI TUKAR, INFLASI, DEBT TO EQUITY RATIO ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bahwa nilai tukar, Inflasi, debt to equity ratio, return on asset dan

116

Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas)

Nilai Tukar Inflasi

Debt to Equity ratio

Return On Asset

Beta Saham

Return Saham

N 76 76 76 76 76 76

Normal Parameters

a

Mean 38.5000 .0668 38.5000 38.5000 49.8701 38.5000

Std. Deviation

21.41043 .02185 22.08061 22.08303 158.0104

1 22.0830

3

Most Extreme Differences

Absolute .171 .300 .069 .067 .416 .062

Positive .171 .300 .069 .067 .416 .062

Negative -.171 -.208 -.068 -.062 -.341 -.062

Kolmogorov-Smirnov Z 1.494 2.616 .600 .588 3.626 .543

Asymp. Sig. (2-tailed) .073 .723 .865 .601 .930 .930

a. Test distribution is Normal.